130855739 Industri Mebel MLATI II

10
LAPORAN KERJA KEDOKTERAN INDUSTRI INDUSTRI MEBEL “PT TALAINDO INTERIOR” DUSUN SIMPING TIRTOADI MLATI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Disusun untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh : Eka Rahma Setiawati 20070310127 Nadia Rachmaningrum 20070310131 Swastika Tersiana W. 20070310156 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

description

meubeul

Transcript of 130855739 Industri Mebel MLATI II

  • LAPORAN KERJA KEDOKTERAN INDUSTRI

    INDUSTRI MEBEL PT TALAINDO INTERIORDUSUN SIMPING TIRTOADI MLATI

    KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

    Disusun untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinikBagian Ilmu Kedokteran Masyarakat Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

    Disusun oleh :Eka Rahma Setiawati 20070310127Nadia Rachmaningrum 20070310131Swastika Tersiana W. 20070310156

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2013

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    A. Data Industri

    Industri Mebel PT Talaindo Interior berdiri sejak tahun 1991, awal berdirinya sebagai industri

    kecil yang ditangani oleh anggota keluarga untuk memproduksi mebel. Mebel PT Talaindo Interior

    berlokasi di dusun Simping, Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman. Sejak awal mula berdirinya industri ini

    membuat mebel untuk kebutuhan rumah tangga berupa meja dan kursi yang dijual di daerah sekitar

    Kecamatan Kasihan.

    Kegiatan produksi mebel di industri ini hanya sampai kerangka jadi saja, untuk finishing akhir dan

    packing dilakukan oleh industri lain. Proses pembuatan mebel di Industri PT Talaindo Interior ada 5

    tahap yaitu pemotongan, penyerutan/pemasahan, membuat pola, pengerjaan dan finishing.

    Tahap-tahap pembuatan mebel :

    a. Pemotongan/pembelahan

    Alat : Gergaji dan mesin pemotong

    Cara : Kayu yang berupa balok dan papan kemudian diukur sesuai dengan kebutuhan.

    b. Penyerutan/pemasahan

    Alat : Pasah, hand planer

    Cara : Kayu yang sudah dipotong kemudian diserut sampai rata dan halus.

    c. Membuat pola

    Alat : Pensil, penggaris siku, meteran

    Cara : Kayu yang sudah halus dan rata kemudian dibuat pola yang sesuai dengan kebutuhan.

    d. Pengerjaan

    Alat : Palu, pasak, paku, obeng

    Cara : Kayu yang sudah dibentuk pola dirangkai membentuk kerangka mebel (kursi, meja,

    lemari, dll) kemudian dilengkapi dengan pemberian papan.

    e. Finishing

    Alat : Amplas, minyak dempul

    Cara : Mebel yang sudah jadi dihaluskan dengan amplas dan diberi minyak dempul.

    B. Pekerja

    Pekerja bagian produksi dan finishing di industri Mebel PT Talaindo Interior berjumlah 35

    orang, terdiri dari 32 laki-laki dan 3 wanita. Dari wawancara diperoleh data sebagai berikut :

    2

  • Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur dari Pekerja

    No Umur (tahun ) Jumlah (orang) Prosentase1 18-20 4 12%2 20-29 12 34%3 30-39 14 40%4 40-49 5 14%

    Jumlah 35 100%

    Dari tabel 1 diatas diketahui usia terbanyak pekerja industri mebel Marta berkisar antara 30-39

    tahun yaitu sebanyak 40%. Usia tersebut merupakan usia yang produktif yaitu antara 15-65 tahun dan

    sesuai dengan UU Ketenagakerjaan pasal 68 tentang larangan memperkerjakan pekerja yang usianya

    kurang dari 15 tahun. Keadaan fisik pria pada umumnya lebih kuat dibandingkan dengan wanita sehingga

    pekerja pria relatif lebih tahan terhadap segala jenis bahaya yang mungkin timbul.

    Tabel 2. Distribusi frekuensi Pendidikan dari Pekerja

    No Pendidikan Jumlah Prosentase1 Tidak sekolah - 0%2 Sekolah Dasar (SD) 6 18%3 SLTP 9 26%4 SLTA/SMK 19 54%5 Akademi - 0%6 PT 1 2%

    Jumlah 35 100%

    Berdasarkan tabel 2. diketahui pendidikan terbanyak pekerja industri mebel PT Talaindo

    Interior adalah SLTA / SMK sebanyak 19 orang (54%). Hal ini sebenarnya dapat mempengaruhi proses

    pekerjaan, meskipun begitu hal ini tidak menjadi suatu masalah karena sebelumnya calon pekerja akan

    diberikan pelatihan oleh pembimbing/pemilik perusahaan mengenai cara proses produksi mebel di industri

    ini.

    Tabel 3. Distribusi Kesehatan dari Pekerja

    No Pernyataan Jumlah Prosentase1 Tekanan darah (mmHg) :

    a. < 120/80

    b. 120/80

    c. >120/80

    7

    25

    3

    20%

    73%

    7%2 Denyut Nadi (kali/menit) :

    a. < 60

    b. 60-80

    7

    26

    20%

    75%

    3

  • c. > 80 2 5%3 Pernafasan

    a. 24

    -

    28

    6

    0%

    80%

    20%4 Merokok :

    a. Ya

    b. Tidak

    19

    16

    53,33%

    46,66%5 Olah raga :

    a. Ya

    b. Tidak

    14

    21

    40%

    60%6 Perilaku sehat mencuci tangan sebelum makan :

    a. Ya

    b. Tidak

    2

    33

    6%

    94%

    Dari Tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa kebugaran pekerja sudah baik, hal ini dapat dilihat dari

    tekanan darah, nadi dan frekuensi nafasnya sebagian besar berada pada batas normal. Kondisi kesehatan

    pekerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja, dimana orang yang dalam keadaaan sakit tiak

    dapat bekerja secara maksimal jika dipaksakan untuk bekerja.. Sedangkan untuk perilaku sehat pekerja

    masih rendah karena banyaknya pekerja yang jarang berolah raga, merokok dan tidak mencuci tangan

    sebelum makan. Hal ini membuat rentan pekerja untuk terserang penyakit yang dapat mengakibatkan

    produktivitasnya menurun.

    Tabel 4. Distribusi riwayat penyakit bukan akibat kerja atau lingkungan kerja

    No Pernyataan Jumlah1 Riwayat penyakit dahulu :

    a. mual/muntah

    b. sakit ulu hati

    c. berak encer

    d. sakit dada

    e. sesak napas

    f. batuk-batuk

    g. sakit mata

    h. pegal/pegal/linu

    i. sakit kepala

    j. sakit kuning

    k. gangguan kulit

    l. sakit pinggang

    m. lain-lain

    1

    1

    4

  • 2 Riwayat penyakit sekarang :

    a. mual/muntah

    b. sakit ulu hati

    c. berak encer

    d. sakit dada

    e. sesak napas

    f. batuk-batuk

    g. sakit mata

    h. pegal-pegal/linu

    i. sakit kepala

    j. sakit kuning

    k. gangguan kulit

    l. sakit pinggang

    m. lain-lain

    1

    2

    2

    4

    1

    Dari tabel 4. diatas didapatkan penyakit bukan akibat kerja yaitu mual/muntah, batuk-batuk, sakit

    mata, pegal-pegal/linu dan sakit pinggang. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan prosedur kerja dan tidak

    adanya alat pengaman pada para pekerja. Sakit pinggang dan pegal-pegal/linu dapat terjadi karena proses

    duduk, jongkok, berdiri yang terlalu lama sehingga menyebabkan otot-otot yang terlibat seperti

    m.latissimus dorsi, m. rhomboideus, m.erektor spinae menjadi kontraksi terus-menerus. Sakit mata dan

    batuk-batuk dapat disebabkan karena debu dari gergaji ataupun serbuk kayu saat diamplas dapat masuk ke

    dalam pernafasan maupun kontak dengan mata.

    Tabel 5. Distribusi penyakit akibat pekerjaan atau lingkungan kerja (occupational disease)

    No Jenis Penyakit Jumlah Prosentase1 Pnemokoniosis :

    a. silikosis

    b. antrasilikosis

    c. asbestosis

    0

    0

    0

    0

    0

    02 Silikotuberkulosis 0 0

    Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa tidak ditemukannya penyakit akibat pekerjaan atau

    lingkungan kerja pada industri mebel PT Talaindo Interior meskipun sebagian besar pekerja terkena

    pemajanan debu kayu. Hal ini terjadi karena tidak dilakukannya pemeriksaan spesifik untuk mendiagnosis

    penyakit akibat kerja mengingat keterbatasan dana dan waktu.

    Tabel 6. Distribusi frekuensi pekerja berdasarkan riwayat kecelakaan

    No Pernyataan Jumlah Prosentase1 Pernah mengalami kecelakaan kerja 9 26%

    5

  • 2 Jenis kecelakaan :

    a. terjatuh

    b. tertimpa

    c. tersayat

    d. kontakdengan bahan panas

    e. kontak dengan bahan kimia

    f. lain-lain

    -

    -

    9

    -

    -

    -

    3 Penyebab utama kecelakaan :

    a. perilaku kerja

    b. lingkungan kerja

    c. peralatan/proses kerja

    d. lain-lain

    -

    -

    9

    -4 Sifat luka :

    a. memar

    b. luka lecet

    c. luka sayat/potong

    d. luka bakar

    e. patah tulang/dislokasi

    f. lain-lain

    -

    8

    1

    -

    -

    -: 5 Bagian tubuh yang terkena :

    a. kepala dan leher

    b. tubuh bagian depan

    c. tubuh bagian belakang

    d. anggota gerak atas

    e. anggota gerak bawah

    f. lain-lain

    -

    -

    -

    9

    -

    -6 Menggunakan alat pelindung diri :

    a. Pakaian kerja

    b. Masker/tutup hidung

    c. Sarung tangan

    d. Sepatu kerja

    e. Penutup telinga

    f. JPKM

    g. Tidak memakai

    -

    10

    -

    -

    -

    -

    25

    Dari tabel 6 diatas terlihat sebagian besar pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja walaupun

    tidak terlalu membahayakan, sebagian besar kecelakaan mengenai tangan yaitu berupa terpukul, terkena

    mata gergaji, atau tertusuk serat kayu. Kecelakaan seperti datas mungkin terjadi karena alat-alat produksi

    6

  • seperti martil, tatah, gergaji kayu, bor, dll yang digunakan dalam proses produksi. Disamping itu dari hasil

    survey, pelindung yang digunakan pekerja masih sangat minim, walaupun pemilik industri memberikan

    alat pelindung masker untuk melindungi pekerja dari debu serbuk kayu namun alat tersebut hanya

    digunakan oleh sebagian kecil pekerja.

    Tabel 7. Kondisi Lingkungan Kerja

    No Pernyataan Kondisi1 Penerangan Cukup2 Ventilasi Kurang3 Pemajanan 8 jam4 Bahan Kimia di Tempat Kerja :

    a. gas/uap

    b. cairan/ larutan

    c. padat

    d. lain-lain

    -

    -

    -

    -5 Kebersihan tempat kerja Buruk/kurang6 Penataan dan penempatan bahan/peralatan Kurang7 Posisi kerja ergonomic Tidak ada8 Penyediaan sarana kesehatan lingkungan/jamban Ada, baik9 Pos Kesehatan Tidak Tersedia 10 Hubungan dengan majikan Baik11 Hubungan antar teman Baik12 Apakah sudah ada JPKM Tidak

    Dari tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan kerja di Industri mebel PT Talaindo

    Interior masih kurang baik, hal ini disebabkan karena industri ini termasuk industri kecil dan bergantung

    pada kondisi lingkungan alami. Untuk penerangan dan ventilasi hanya mengandalkan kondisi ruang yang

    semi terbuka, untuk kebersihan masih sangat kurang karena banyaknya bahan baku yang diletakkan secara

    tidak teratur mengingat terbatasnya kapasitas gudang. Tidak adanya posisi kerja ergonomi di Industri ini

    dikarenakan kurangnya pengetahuan pemilik industri akan ergonomi, hal ini dapat menimbulkan gangguan

    penyakit akibat kerja. Industri mebel PT Talaindo Interior belum memiliki JPKM meskipun industri ini

    sudah temasuk wajib mengikuti JPKM yaitu Jamsostek, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

    informasi mengenai Jamsostek atau rendahnya kesadaran pemilik industri.

    C. Higiene dan ergonomi

    Ergonomi sebagai ilmu yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

    menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam meningkatkan produktivitas kerja di perusahaan. Ergonomi

    bertujuan untuk mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekejaannya dengan rasa aman, selamat,

    efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa nyaman serta terhindar dari bahaya yang mungkin

    timbul ditempat kerja. Ergonomi yang dapat diterapkan pada industri mebel PT Talaindo Interior yaitu :

    7

  • 1. Penyakit Akibat Kerja

    Dilihat dari pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan di industri mebel PT Talaindo

    Interior, penyakit yang diderita pekerja adalah mual/muntah, gangguan kulit, batuk-batuk, sakit mata,

    pegal linu, dan sakit pinggang. Bentuk kecelakaan yang terjadi adalah tangan memar terkena martil, terkena

    gergaji, mata terkena serbuk kayu dan luka lecet. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

    lingkungan kerja, proses produksi dan perilaku pekerja sendiri.

    Usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindarkan pekerja dari penyakit akibat

    kerja diantaranya adalah dengan alat-alat pelindung diri yang baik dan harus memenuhi persyaratan enak

    dipakai, tidak mengganggu pekerjaan, memberikan perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya. Selain

    mengenakan alat-alat pelindung diri, usaha pencegahan lainnya yang dapat dilakukan adalah :

    a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

    b. Pemeriksaan kesehatan berkala

    c. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada pekerja secara kontinyu agar para

    pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaanaya.

    2. Posisi Kerja

    Posisi kerja dengan duduk, jongkok yang terus-menerus dapat mengakibatkan penyakit kerja. Hal

    ini terutama terjadi pada bagian pekerja finishing dimana pekerjaan diletakkan pada lantai sehingga pekerja

    finishing lebih banyak dalam posisi jongkok.

    Alternatif pemecahan masalahnya ialah dengan membiasakan banyak bergerak dan merubah

    posisi kerja dan melakukan rotasi pekerjaan yang memungkinkan otot-otot tubuh menjadi relaks tidak

    tegang, tidak megalami kebosanan terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga penyakit akibat kerja dapat

    dikurangi. Begitu juga dengan bagian finishing, untuk tempat finishing disediakan meja besar, agar mebel

    yang tidak terlalu besar bisa diletakkan diatasnya, sehingga pekerja tidak jongkok, atau dengan

    menyediakan kursi pendek utuk duduk. Keuntungan kursi pendek ini dapat mengurangi kelelahan dan otot

    yang sakit akibat jongkok, sehingga mengurangi sakit pinggang dan pegal-pegal dan produktivitas pun

    dapat meningkat.

    3. Lingkungan Kerja

    Keadaan tempat produksi Industri mebel PT Talaindo Interior tidak tertata rapi dan bercampur

    dengan tempat penyimpanan bahan baku serta kondisinya kotor.

    Alternatif pemecahan masalahnya ialah tempat produksi diusahakan terpisah dengan gudang

    penyimpanan bahan baku, dan terdapat tempat pengumpulan sampah serbuk gergaji dan serpihan kayu.

    Keuntungan dari penataan ruang yang rapi dan bersih dan lebih longgar yaitu konsentrasi pekerja tidak

    terganggu sehingga produktivitas dapat meningkat dan kebosanan dapat berkurang

    4. Perilaku Kesehatan

    8

  • Perilaku kesehatan pada industri mebem PT Talaindo Interior masih kurang baik karena taraf

    pendidikan yang rendah dalam menjaga kesehatan, kurangnya menjaga kebersihan diri dan jarang berolah

    raga.

    Alternatif pemecahannya ialah dengan memberikan edukasi kepada pekerja agar lebih peduli

    terhadap kesehatan agar kebugaran pekerja meningkat sehingga produktivitas kerja pun meningkat

    9

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Penyakit-penyakit yang berhubungan/berkaitan dengan pekerjaan tetapi bukan akibat pekerjaan atau lingkungan kerja (work related disease) ialah mual-muntah, gangguan kulit, batuk-batuk,

    sakit mata, pegal-pegal dan sakit pinggang.

    2. Penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (occupational disease) tidak ditemukan dikarenakan kurangnya penegakan diagnosis yang tepat

    3. Higiene industri mebel PT Talaindo Interior pada bulan Januari 2013 masih kurang baik, lingkungan kerja yang tidak begitu luas dan tidak tertata rapi, serta lingkungan masih kotor oleh

    limbah produksi.

    4. Penggunaan ergonomi di Industri mebel PT Talaindo Interior di bulan Januari 2013 tidak ditemukan maksimal karena kurangnya pengetahuan akan ergonomi oleh pekerja industri.

    B. Saran

    1. Meningkatkan higiene tempat kerja dengan cara membersihkan dan merapikan lingkungan kerja

    secara rutin.

    2. Perlunya penyuluhan kesadaran penggunaan alatalat pelindung seperti masker, sarung tangan,

    kacamata, untuk menghindari kecelakaan akibat kerja

    3. Perlunya pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk menilai kesehatan pekerja dan memberikan

    edukasi bagi pekerja untuk menghindari penyakit akibat kerja.

    4. Perlunya mendaftarkan pekerja industri untuk mengikuti Program Jamsostek untuk meningkatkan

    kesejahteraan pekerja

    10