129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

download 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

of 24

Transcript of 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    1/24

    LAPORAN PRAKTIKUM II

    FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

    Disusun oleh :

    Suci Hati 260110080071 ( kerja )

    Rina Nuriyah 260110080072 ( Pembahasan, kesimpulan )

    Vani Nur Pratami 260110080073 ( Pembahasan, kesimpulan )

    Dana Nasrullah 260110080074 ( Alat, bahan, prosedur )

    Rida Rufaidah 260110080075 ( Alat, bahan, prosedur )

    Aulia Assari 260110080077 ( Kerja )

    Rimadani Pratiwi 260110080078 (Teori, dapus )

    Furqan Ridha 260110080079 ( Data pengamatan, perhitungan )

    Hesti Amalia 260110080080 (Teori, dapus )

    Valdis R.A 260110080081 ( Data pengamatan, perhitungan )

    Rizky D.W 260110080083 ( Kemasan )

    R.R Audhea B 260110080084 ( Editor )

    Lina Adeliana 260110080085 ( Cover, tujuan, prinsip )

    Dodi Munandar 260110080086 ( Kemasan )

    M. Hilmi F 260110090024 ( Kerja )

    Okky Sri Purwanti 260110090025 ( Kerja )

    Valen 260110090027 ( Kerja )

    Josi Meika M 260110090028 ( Kerja )

    Universitas Padjadjaran

    Fakultas Farmasi

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    2/24

    Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril

    Jatinangor

    2011MODUL PRAKTIKUM II

    PEMBUATAN INJEKSI KERING

    I. TUJUAN

    Untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai

    daya hidup di dalam suatu ruangan aseptis.

    II. PRINSIP

    1. Sterilisasi

    Suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada dengan cara

    fisik (pemanasan, radiasi, penyaringan).

    2. Aseptik

    Bebas dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi atau

    kontaminasi.

    III. TEORI

    Sterilisasi didefinisikan sebagai perusakan atau penghilangan

    pertumbuhan mikroba. Mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dibasmi,

    dihambat, atau ditiadakan dari suatu lingkungan dengan menggunakan

    berbagai proses atau sarana fisik. Proses atau sarana mana yang digunakan

    bergantung kepada banyak faktor dan hanya dapat ditentukan setelah diadakan

    evaluasi terhadap keadaan khusus yang bersangkutan (Pelczar, 2005).

    Produksi obat steril membutuhkan penyiapan ruangan produksi steril

    yang mempunyai syarat khusus. Ruangan produksi steril adalah tempat yang

    disiapkan secara khusus dari bahan-bahan dan tata bentuk yang harus sesuai

    dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Obat atau bahan obat yang

    akan diproduksi harus mempunyai kepastian bahwa obat tidak terkontaminasi

    (pure) (BPOM, 2006).

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    3/24

    Metode Thermal

    1. Suhu tinggi

    Penggunaan suhu tinggi digabung dengan kelembapan tinggi

    merupakan salah satu metode paling efektif untuk mematikan

    mikroorganisme. Prosedur yang memanfaatkan panas untuk

    mematikan mikroorganisme dibagi ke dalam dua kategori:

    a.

    Panas lembab

    Uap bertekanan. Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah

    sarana yang paling praktis serta dapat diandalkan untuk sterilisasi.

    Uap bertekanan menyediakan suhu jauh di atas titik didih. Disamping

    itu juga mempunyai keuntungan seperti pemanasan dapat berlangsung

    cepat, mempunyai daya tembus, dan menghasilkan kelembapan yang

    tinggi. Kesemuanya ini mempermudah koagulasi protein sel-sel

    mikroba. Alat sterilisasi yang mempergunakan uap dengan tekananyang diatur dinamakan autoklaf. Alat tersebut pada hakikatnya

    merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh

    bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta tekanan yang

    ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki. Dalam

    penggunaan autoklaf, mutlak perlu diusahakan agar seluruh udara di

    dalam ruangan autoklaf tergantikan dengan uap jenuh. Apabila masih

    ada udara, maka suhu di dalam ruang tersebut akan turun di bawah

    suhu yang dicapai oleh uap jenuh murni pada tekanan yang sama.

    Sterilisasi bertahap. Beberapa media bakteriologis dan zat kimia tidak

    dapat dipanaskan pada suhu di atas 100oC tanpa menjadi rusak.

    Tetapi, bila bahan-bahan tersebut dapat menahan suhu uap bebas

    (100oC) , maka akan dapat disterilkan dengan sterilisasi bertahap.

    Dalam proses ini, bahan itu dipanaskan pada suhu 100oC selama tiga

    hari berturut-turut diseling dengan periode inkubasi diantaranya.

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    4/24

    Spora-spora resisten, apabila ada, akan berkecambah selama masa

    inkubasi tersebut sehingga pada pemanasan berikutnya sel-sel

    vegetatif tersebut dapat dihancurkan.

    Air mendidih.Sel-sel vegetatif mikroorganisme akan terbunuh dalam

    waktu 10 menit dalam air mendidih. Namun, beberapa spora bakteri

    dapat bertahan dalam kondisi seperti ini selama berjam-jam.

    b. Panas kering

    Sterilisasi dengan udara panas. Sterilisasi dengan panas kering atau

    udara panas dianjurkan apabila penggunaan uap bertekanan tidak

    dikehendaki atau bila tidak dapat terjadi kontak antara uap bertekanan

    dengan benda yang akan disterilkan.

    Pembakaran. Pembakaran bahan yang mengandung mikroorganisme

    berarti juga membasmi mikroorganisme tersebut. Pembakaran

    digunakan untuk memusnahkan bangkai, hewan-hewan penelitian

    yang terinfeksi dan bahan terinfeksi lainnya yang perlu dibuang.

    2.

    Suhu rendah

    Suhu di bawah suhu optimum untuk pertumbuhan dapat menekan laju

    metabolisme; dan bila suhu itu cukup rendah, maka metabolisme dan

    pertumbuhan akan terhenti. Suhu rendah sangat bermanfaat untuk

    mengawetkan biakan karena mikroorganisme mempunyai

    kemampuan untuk dapat bertahan hidup pada keadaan yang sangat

    dingin.

    3. Pengeringan

    Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau

    menghentikan aktivitas metabolik; diikuti dengan matinya sejumlah

    sel. Pada umunya, lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah

    pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor berikut :

    1. Macam mikroorganisme.

    2. Bahan pembawa yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme.

    3. Kesempurnaan proses pengeringan.

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    5/24

    4.

    Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembapan) yang dikenakan pada

    organisme yang dikeringkan.

    4. Tekanan osmotik

    Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel yang

    memisahkan dua macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda.

    Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi

    membran tersebut. Sebagai gambaran, andaikan bahwa sejumlah bakteri

    disuspensikan dalam larutan yang mengandung natrium klorida

    berkonsentrasi tinggi (20%). Air akan mengalir dari daerah berisikan

    substansi terlarut dengan konsentrasi lebih rendah (bagian sel sebelah

    dalam mempunyai konsentrasi garam yang rendah) melintasi membran

    sitoplasma yang bersifat semipermeabel, masuk ke dalam larutan di

    sekeliling sel. Jadi sel itu akan terhidrasi; efeknya serupa dengan

    mengeringkan sel. Proses ini dikenal dengan nama plasmolisis. Pada sel

    hewan yang tidak mempunyai dinding yang kaku, dapat teramati

    penyusutan sel yang sesungguhnya sebagai akibat plasmolisis. Bila bakteri

    ditempatkan di dalam larutan berisikan natrium klorida jauh di bawah 1%,

    katakanlah 0,01% maka arah aliran air akan terbalik, yaitu air akan

    mengalir dari larutan masuk ke dalam sel. Proses demikian disebut

    plasmoptisis.

    5. Radiasi

    Beberapa macam radiasi dapat bersifat letal (mematikan) terhadap

    sel-sel mikroba dan juga sel-sel organisme lain. Radiasi macam ini

    meliputi bagian dari spektrum elektromagnetik (radiasi ultraviolet,

    gamma, sinar-X) dan sinar-sinar katode (elektron berkecepatan

    tinggi).

    a. Cahaya ultraviolet

    Bagian ultraviolet pada spektrum meliputi semua radiasi dari

    15 nm sampai 390 nm. Panjang gelombang sekitar 265 nm

    memiliki efisiensi bakterisidal tertinggi. Meskipun energi

    pancaran sinar matahari sebagian terdiri dari cahaya ultraviolet,

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    6/24

    sebagian besar panjang gelombang sinar ultraviolet yang

    pendek itu tersaring oleh atmosfer bumi (ozon, awan) dan

    polutan atmosfer (asap). Dengan demikian maka radiasi

    ultraviolet pada permukaan bumi menjadi terbatas kisarannya

    antara sekitar 280 nm sampai 390 nm.

    b. Sinar X

    Sinar X bersifat letal bagi mikroorganisme, juga bagi

    bentuk-bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Tidak seperti

    radiasi ultraviolet, sinar X memiliki energi dan daya tembus

    yang tinggi. Namun sinar X tidaklah praktis untuk

    digunakab sebagai metode rutin dalam pengendalian

    populasi mikroba, karena daya tembus yang besar itu

    sangat menyulitkan usaha perlindungan terhadap si

    pemakai, lagipula sukar untuk menggunakannya secara

    efisien.

    c.

    Sinar gamma

    Karena daya tembus serta efek mikrobisidalnya yang tinggi

    serta efisiensinya lebih tinggi dibandingkan dengan sinar X,

    maka sinar gamma lebih disukai untuk digunakan dalam

    sterilisasi bahan-bahan yang tebal serta besar seperti

    kemasan peralatan medis atau bahan makanan.

    d.

    Sinar katode

    Telah dibuat tipe-tipe peralatan khusus yang menghasilkan

    elektron, yang disebut sebagai sinar katode atau berkas

    elektron. Elektron-elektron ini yang berintensitas tinggi dipacu

    sehingga mencapai kecepatan yang teramat tinggi. Berkas

    elektro yang kuat lagi berkecepatan tinggi itu bersifat

    mikrobisidal serta mempunyai pengaruh lain terhadap bahan-

    bahan biologis maupun nonbiologis.

    6. Filtrasi (penyaringan)

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    7/24

    Beberapa bahan, khususnya fluida biologis seperti serum hewan,

    larutan substansi seperti enzim, serta beberapa vitamin atau antibiotik,

    bersifat termolabil, artinya mudah rusak oleh panas. Demikian pula,

    sarana fisik seperti radiasi dapat merusak bahan-bahan tersebut atau

    pada kasus lain tidaklah praktis untuk mensterilkan bahan-bahan

    tersebut. Sejalan dengan hal tersebut maka pilihan yang ada untuk

    mensterilkannya ialah dengan cara filtrasi.

    a. Filtrasi biologis

    Bahan filter tersebut merupakan suatu lapisan yang relatif tebal

    terbuat dari asbes, tanah diatomea, porselen atau kaca berpori

    (sintered glass). Ditahannya mikroorganisme pada lapisan filter

    bukan hanya disebabkan oleh ukuran pori filter, melainkan hal

    tersebut disebabkan oleh kombinasi ukuran pori, sifat jaringan

    bahan berserat atau partikulat penyusun lapisan saringan, dan

    muatan listrik bahan-bahan tersebut.

    b.

    Filter udara

    Dikembangkannya filter berefisiensi tinggi untuk menyaring udara

    berisikan partikel (high efficiency air filter atau HEPA) telah

    memungkinkan dialirkannya udara bersih (bebas debu) ke dalam

    ruang tertutup. Tipe filtrasi udara semacam ini bersama dengan

    sistem aliran udara laminar (laminar air flow) kini banyak

    digunakan untuk menyediakan udara yang bebas dari debu dan

    bakteri. Filter udara digunakan di dalam ruang transfer

    mikrobiologis untuk mencegah timbulnya kontaminasi pada area-

    area isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi, dan di dalam

    ruang-ruang yang digunakan untuk merakit peralatan elektronik

    miniatur karena kontaminasi oleh partikel-partikel bahkan sekecil

    bakteri dapat merusak dayaguna komponen peralatan tersebut.

    c. Pelindung muka

    Pelindung terbuat dari kain kasa yang dilengkapi dengan pita

    perekat atau tali pengikat untuk menutup mulut dan hidung.

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    8/24

    (Lukas, 2006)

    Menurut CPOB, ruangan steril dikategorikan ruang kelas I dan II atau

    sering disebut white area, yang harus memenuhi syarat jumlah pertikel dan

    mikroba. Kelas I sebenarnya berada dalam ruangan kelas II, tetapi ruang kelas

    I memiliki alat LAF (Laminar Air Flow), yaitu alat yang menjamin ruangan

    dalam kondisi steril dan bisa dipakai untuk pembuatan secara aseptik (BPOM,

    2006).

    Ruangan produksi steril harus memenuhi syarat sebagai berikut:

    Bebas mikroorganisme aktif.

    Untuk mendapatkannya, udara yang ada dalam ruangan disaring dengan

    HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter agar mendapatkan udara

    yang bebas mikroorganisme dan partikel.

    Ada batasan kontaminasi dengan partikel.

    Tekanan positif, yaknitekanan udara di dalm ruangan lebih besar daripada

    udara di luar, sehingga udara di dalam mengalir ke luar (udara di luar

    yang lebih kotor tidak dapat masuk ke dalam ruangan yang lebih bersih).

    Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area), intermediate

    area (grey area), dan area bersih (white area).

    Ruangan produksi didesain sedemikian rupa sehingga mengurangi

    resiko kontaminasi mikroorganisme, partikel, atau kotoran.

    Tahapan untuk mendapatkan Ruangan Produksi Steril bisa dilakukan

    dengan cara sebagai berikut:

    1. Bersihkan lantai, dinding, dan langit-langit dari debu dan kotoran.

    Hamper seluruh benda-benda yang disterilkan harus sacara fisik bersih

    terlebih dahulu sebelum proses standard sterilisasi dilakukan. Kontaminasi

    mikroba pada dasarnya dapat dihilangkan melalui pembersihan dengan

    menggunakan deterjen dan air atau dihancurkan dengan cara sterilisasi

    atau desinfektisasi. Pembersihan yan dilanjutkan dengan pengeringan

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    9/24

    terhadap permukaan hampir dapat dinyatakan efektif sebagaimana jika

    halnya menggunakan desinfektan.

    2. Bersihkan lantai, dinding, dan langit-langit dengan cairan

    desinfektanhingga bebas mikroorganisme.

    Bebrapa desinfektan yang banyak digunakan:

    a. Alkohol: Etil atau isopropil alkohol (60-90%)

    Mekanisme kerjanya denaturasi protein.

    Keuntungannya: daya bunuh cepat dengan sifat bakterisidal,

    tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.

    Kerugian:

    Perlu waktu kontak minimum 5 menit untuk mencapai tingkat

    desinfeksi.

    Tidak memiliki aktivitas residual.

    Mudah menguap dan terbakar.

    Terinaktivasi oleh materi organik.

    Tidak bersifat sporisidal.

    b. Halogen: Chlorine (Na-hipoklorit)

    Mekanisme kerjanya kemungkinan menginhibisi reaksi enzimatik

    dalam sel, denaturasi protein, dan inaktivasi asam nukleat.

    Keuntungannya: efektif terhadap mikroorganisme Gram positif dan

    Gram negatif, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal dengan daya

    kerja yang cepat.

    Dosis:50 ppm dapat membunuh vegetatif bakteri dan virus HIV

    200 ppm dapat membunuh virus-virus lain

    500 ppm dapat membunuh virus Hepatitis B

    1000 ppm dapat membunuh bakteriMycrobacterium tuberculosis.

    Kerugian:

    Terinaktvasi oleh materi organik.

    Korosif terhadap alat dan wadah

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    10/24

    Tidak bersifat sporisidal.

    c.

    GlutaraldehidPada konsentrasi 2%, pH 7,5-8,5 bertindak sebagai High Level

    Desinfectant (HLD) yang berarti dapat menghancurkan semua

    mikroorganisme vegetatif, basil TBC, fungi, virus ukuran kecil, dan

    non-lipid, serta virus berukuran sedang kecuali sejumlah tertentu spora

    bakteri.

    Mekanisme kerjanya adalah membunuh mikroorganisme melalui

    proses alkali protein.

    Keuntungan:

    Dapat membunuh vegetatif bakteri dalam waktu 2 menit.

    Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, virusidal, dan sporisidal.

    Waktu yang dibutuhkan antara 10-30 menit, sedangkan proses

    sterilisasi perendaman butuh waktu sampai dengan 10 jam.

    Kerugian:

    Bau yang menyengat.

    Dapat menyebabkan muntah-muntah bila ventilasi ruangan buruk.

    Konsentrasi 0,2 ppm dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran

    pernafasan.

    Dapat menguap.

    Tidak mempunyai kemampuan membersihkan.

    d. Hidrogen peroksida

    Pada konsentrasi 6% berfungsi sebagai High Level Desinfectant

    (HLD).

    Mekanisme kerjanya menyerang membran lipid mikroorganisme.

    Keuntungan:

    Bakterisidal, virusidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan sporisidal.

    Kerugian:

    Terpengaruh oleh perubahan pH.

    e. Formaldehid

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    11/24

    Konsentrasi 8% formaldehid + 70% alkohol berfungsi sebagai HLD.

    Sebaliknya konsentrasi kurang dari 4% berfungsi sebagai Low Level

    Desinfectant (LLD), yaitu: desinfektan tidak memeliki daya bunuh

    terhadap spora bakteri, mikrobakterium, semua fungi, sertasemua virus

    ukuran kecil dan sedang.

    Mekanisme kerjanya menginaktivasi mikroorganisme melalui reaksi

    alkilasi terhadap gugus amino dan gugus sulfhidril pada protein.

    Keuntungan:

    Bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.

    Sporisidl (8% formaldehid dalam 70% alkohol).

    Kekurangan

    Terinaktivasi oleh materi organik

    Potensial karsinogen.

    Menimbulkan uap yang mengiritasi.

    Korosif.

    f.

    Fenol

    Mekanisme kerjanya penetrasi terhadap dinding sel dan

    mengendapkan protein sel. Fenol biasa digunakan untuk melakukan

    desinfeksi dinding, lantai, dan permukaan meja (permukaan keras).

    Keuntungan:

    Spektrum luas, bakterisidal Gram positif dan negatif, fungisidal,

    tuberkulosidal, dan virus lipofilik..

    Toleransi cukup baik terhadap beban organik dan air sadah.

    Mempunyai aktivitas residual.

    Kekurangan

    Tidak bersifat sporisidal.

    Terinaktivasi oleh materi organik...

    Korosif.terhadap karet dan sebagian plastik.

    g.

    Campuran Chlorhexidine dan Cetrimide

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    12/24

    Pemakaian: satu bagian dalam 100 bagian air; 10 ml + air hingga

    menjadi genap 1000 ml. Fungsinya sebagai pembersih dan antiseptik.

    3. Bersihkan udara dengan alat pengasapan (fogging) yang mengandung

    cairan air borne desinfectant of surfaces.

    Contoh: Anios Special DJP, Laboratoires Anios

    Komposisi: Formicaldehyde, Didecyldimethylammoniumchloride,

    Dimethicone.

    Dapat membunuh mikroba: Escherichia coli, Staphylococcus aureus,

    Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus faecalisdalam 4 ml/m3.

    4.

    Sinari ruangan dengan sinar UV minimum selama 24 jam.

    5. Setelah itu, ruangan ditutup dan dialiri udara yang telah bebas

    mikroorganisme, sehingga didapatkan ruangan clean areauntuk produksi

    steril.

    (Lukas, 2006)

    Clean area memiliki klasifikasi atau grade A, B, C, D. klasifikasi

    dibagi berdasarkan jumlah maksimum partikel dan jumlah mikroba yang

    mengkontaminasinya per meter kubik udara (BPOM, 2006).

    Grade

    Jumlah maksimum pertikel dan jumlah mikrobakteri /m

    0,5 m 5 m Jumlah mikroorganisme

    A 3500 0

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    13/24

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    14/24

    untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti

    antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya

    cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk

    keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan

    pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak

    stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi (Ansel, 2005)

    Sterptomisin Sulfat Sterili mempunyai potensi setaradengan tidak kurang

    dari 650 g dan tidak lebih dari 850 g C21H39N7O12 yang tertera pada etiket.

    Sebagai tambahan bila dikemas dalam suatu kemasan, mengandung tidak kurang

    dari 90% dan tidak lebih dari 115% potensi C21H39N7O12 yang tertera pada

    etiket. Pemeriannya berupa serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau dan

    hampir tidak berbau, higroskopis, dalam larutan bersifat asam sampai netral

    terhadap lakmus. Kelarutannya mudah dalam air (Depkes RI, 1995)

    IV. ALAT BAHAN

    Alat :

    a.

    Batang pengaduk

    b. Beaker glass

    c. Botol vial

    d.

    Erlenmeyer 250 mL

    e. Erlenmeyer 500 mL

    f. Gelas ukur 100 mL

    g. Kaca arloji

    h.

    Ottoklaf

    i. Oven dan incubator

    j. Spatel logam

    k. Tabung Reaksi

    l. Timbangan

    Bahan :

    a.

    Aquadest steril

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    15/24

    b.

    Alkohol 70%

    c. Disinfektan

    d. FTM

    e.

    Streptomisin sulfat

    f. TBG

    V. PROSEDUR

    A.

    Alat-alat

    1. Semua alat yang ada di laci meja praktikum disiapkan dan di

    keluarkan.

    2. Di data apa saja alat-alat praktikum yang tersedia.

    3. Kemudian di Acc pada Asisten dosen.

    B. Penimbangan

    1.

    Sebanyak 0,5 g Streptomycin Sulfat ditimbang.

    2. Masukan streptomycin hasil penimbangan tadi ke dalam botol vial

    secara aseptis.

    3.

    Tutup rapat botol vial.

    C. Uji sterilitas

    1. Sebanyak 0,8 g Streptomycin Sulfat ditimbang.

    2. Pembuatan media agar:

    a) Fluid Thioglycolate Medium (FTM)

    Sebanyak 2,98 gram FTM ditimbang, kemudian dilarutkan

    dalam 100 ml akuades, lalu dididihkan hingga semua

    serbuk terlarut dan warna berubah menjadi kuning.

    b) Tryptone Soya Broth (TSB)

    Timbang 3 gram TSB, larutkan dalam 100 ml akuades, lalu

    didihkan sampai semua larut.

    3. Bungkus alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum dengan

    kertas, kemudian sterilkan dengan autoklaf bersamaan dengan ke dua

    media agar tersebut. Suhu autoklaf 1210C selama 15 menit.

    4.

    Pengujian sampel:

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    16/24

    a)

    Semua perlatan untuk uji sterilitas disiapkan

    b) Semua reagen untuk uji sterilitas disiapkan yaitu: akuades.

    c) Pengerjaan dilakukan di LAF, sebelumnya tangan dan kaki terlebih

    dahulu disterilkan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% ke

    tangan dan kaki. Alat-alat yang digunakan di dalam LAF juga

    disterilkan dengan cara yang sama. Ketika mengerjakan LAF

    dibuka seperlunya saja.

    d) 0,8 gram streptomycin tersebut di Larutkan dalam 8 ml akuades

    pada beakerglass.

    e)

    Media agar FTM dan TSB di tempatkan dalam 8 tabung reaksi

    yang berbeda.

    f) Dimasukan ke dalam 3 media FTM dan TSB masing-masing 1 ml

    Streptomycin Sulfat dan tabung reaksi ditutup dengan segera. Sisa

    ke dua media TSB dan FTM digunakan sebagai kontrol.

    g) Semua tabung media di Inkubasikan pada inkubator dengan suhu

    30-350C untuk media FTM dan 20-250C untuk TSB selama 5 hari.

    h)

    Dicatat hasil pengamatannya. Semua alat yang digunakan untuk uji

    sterilisasi di destruksi dengan desinfektan.

    VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

    Data Pengamatan

    FTM hari rabu

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    17/24

    TSB hari rabu

    Pengamatan hari kamis:

    FTM

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    18/24

    TSB

    Pengamatan

    hari jumat:

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    19/24

    Pengamatan hari senin :

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    20/24

    PERHITUNGAN

    1.

    PENIMBANGAN FTM

    29,8 gram 1000 ml aquades

    Jika yang diperlukan adalah 50 ml maka:

    29,8 gram 1,49 gram

    2. PENIMBANGAN TSB

    30 gram 1000 ml aquades

    Jika yang diperlukan adalah 50 ml maka:

    30 gram 1,5 gram

    3. PERHITUNGAN TONISITAS

    W = (0,52 tbC)/0.576

    = (0,52 0.038.10)/0.576

    = 0,24

    satuan volume produksi

    1 ml 5 ml

    streptomisin Sulfat 100 mg 500 mg

    Bahan

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    21/24

    VII. PEMBAHASAN

    Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan injeksi kering dan uji

    sterilitasnya. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke

    dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Suspensi kering adalah sediaan

    khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru diubah menjadi suspensi dengan

    penambahan air sesaat sebelum digunakan. Penggunakan sediaan injeksi kering ini

    dikhususkan untuk sediaan yang tidak stabil atau mudah terdegradasi dalam larutan. Sediaan

    injeksi kering tidak perlu isotonis sehingga penggunaannya tidak melalui intravena, tetapi

    intramuskular. Jaringan otot mentolerasi minyak dan partikel-partikel yang tersuspensi cukup

    baik di dalam minyak sehingga jaringan tersebut merupakan satu-satunya rute yang biasanya

    cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak.Perbedaan tekanan osmosis sediaan dengan

    cairan tubuh akan menyebabkan rasa sakit pada pasien. Pada sediaan injeksi intravena,

    tekanan osmosis yang besar pada sediaan akan menyebabkan sel darah merah membesar dan

    lisis. Sedangkan tekanan osmosis yang kecil pada sediaan akan menyebabkan sel darah

    merah mengerut.

    Zat aktif yang dibuat dalam sediaan injeksi kering ini adalah streptomisin sulfat.

    Sterptomisin sulfat digunakan sebagai antibiotik penyakit TB (tuberkulosis). Streptomisin

    sulfat mudah larut dalam air dan bersifat kurang stabil (higroskopis). Dikarenakan tidak stabil

    dan digunakan langsung ke peredaran darah melalui otot (IM), maka sediaan dibuat dengan

    cara aseptis. Wadah yang digunakan pada sediaan injeksi adalah vial 5 ml. Vial 5 ml adalah

    wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu

    kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi.

    Prosedur pertama yang harus dilakukan adalah mensterilkan alat-alat yang akan

    digunakan. Sterilisasi adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk menghilangkan

    mikroorganisme. Pemiliharaan suci hama dan penyakit (keaseptikan) atau kondisi steril

    sangat penting dalam pengerjaan produk-produk steril. Sterilisasi alat dilakukan dengan

    menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai berbagai macam

    alat dan bahan yang menggunakan tekanan 15 Psi (2 atm) dan suhu 121C. Suhu dan tekanan

    tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang

    lebih besar untuk membunuh sel dibanding udara panas.

    Setelah alat disterilisasi dilakukan pengolahan produk dan uji sterilitas di

    ruanganLaminar Air Flow(LAF). LAF merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    22/24

    mikrobiologi LAF memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor

    (kemungkinan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter. Sebelum

    masuk ke ruangLaminar Air Flow, tangan dan kaki harus dibersihkan dahulu dengan alkohol

    70% agar tidak membawa masuk kontaminan ke dalam ruang LAF. Alkohol 70% digunakan

    karena dapat mendenaturasi protein bakteri sehingga mengakibatkan bakteri lisis. Tangan

    merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan bahan uji selama percobaan

    dilakukan, sehingga sangat berpotensial memindahkan mikroorganisme dan menyebabkan

    kontaminasi.

    Setelah memasuki ruangan LAF, lampu neon dinyalakan dan lampu UV di dalam

    kabinet LAF dimatikan, serta aliran udara dinyalakan. Semua perlakuan dilakukan di dalam

    kabinet LAF yang tidak terbuka lebar.

    Pembuatan produk dilakukan dengan menimbang serbuk Streptomisin Sulfat

    sebanyak 500mg dalam botol vial dan dengan segera diisolasi. Uji sterilitas dilakukan dengan

    menggunakan media FTM dan TSM. Media FTM (Fluid Thyoglicolat Medium) dibuat

    dengan melarutkan 29,8g FTM dalam 1 liter aquadest dan dididihkan sampai semuanya larut.

    Larutan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit. Media TSB (Tryotone Soya Broth)

    dibuat dengan melarutkan 30 g TSB dalam 1 liter aquadest dan dididihkan sampai semuanya

    larut. Larutan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit.

    Larutan FTM masing-masing 10 mL dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi dan

    Larutan TSB masing-masing 10 mL dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Masing-

    masing tabung dari tiap media diberi label kontrol negatif, aseptis, dan nonaseptis. Tabung

    reaksi yang berlabel kontrol negatif tidak diberi perlakukan. Kontrol negatif berperan sebagai

    validasi perlakuan. Tabung reaksi yang berlabel aseptis digunakan sebagai uji sterilitas

    dengan pengerjaan aseptis. Tabung reaksi yang berlabel aseptis digunakan sebagai uji

    sterilitas dengan pengerjaan nonaseptis Kemudian sebanyak 100 mg sampel dilarutkan

    dengan akuades steril dan dimasukkan pada tabung media FTM berlabel nonaseptis. Prosedur

    tersebut juga dilakukan pada tabung media TSB berlabel nonaseptis. Pada tabung berlabel

    aseptis dimasukkan sampel yang telah dilarutkan dengan akuades steril secara aseptis

    (dilakukan di ruangan LAF).

    Semua tabung kemudian diinkubasi pada suhu 35C untuk media FTM dan 250C

    untuk media TSB, selama 7 hari. Setelah itu, diamati kekeruhan dari tiap medium di dalam

    tabung.

    Hasil pengamatan uji sterilisitas yang telah dilakukan selama 7 hari ternyata

    menunjukkan bahwa tabung hasil inkubasi pada hari pertama telah memberikan kekeruhan di

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    23/24

    semua tabung, baik pada media TFM maupun TSB. Termasuk juga media control (media cair

    tanpa zat uji) memberikan kekeruhan pada tabung setelah diinkubasi di hari pertama. Namun,

    tabung yang berisistreptomisin sulfat lebih keruh dibandingkan dengan tabung yang berisi

    media kontrol. Kekeruhan semakin meningkat saat diinkubasi pada hari berikutnya. Hal ini

    dapat terjadi kemungkinan karena adanya kontaminasi saat pengerjaan uji sterilitas dan juga

    ruang LAF yang masih belum steril. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sediaan

    injeksi keringstreptomisin sulfattidak steril.

    VIII. KESIMPULAN

    Streptomisin sulfat dapat dibuat dalam bentuk sediaan injeksi kering dan hasil uji

    sterilitas menunjukkan bahwa sediaan tersebut tidak steril karena masih mengandung

    kontaminan yang ditunjukkan dengan kekeruhan pada tabung yang telah diinkubasi

    selama 7 hari.

  • 8/11/2019 129698438-LAPAK-STERIL-2.docx

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

    1978, Formularium Nasional, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

    Ansel, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, UI-PRESS, Jakarta

    Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta:

    Badan POM

    Lukas, Stefanus. 2006.Formulasi Steril. Yogyakarta: ANDI.

    Pelczar, Michael J dan E.C.S. Chan. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh

    Ratna Siri Hadioetomo, dkk. UI Press. Jakarta