128672807-Biologi-Molekuler
-
Upload
andres-tandean -
Category
Documents
-
view
131 -
download
1
description
Transcript of 128672807-Biologi-Molekuler
![Page 1: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/1.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
1. Biologi molekuler
A. Definisi
Biologi Molekuler : merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara
struktur dan fungsi molekul-molekul hayati serta kontribusi hubungan tersebut terhadap pelaksanaan
dan pengendalian berbagai proses biokimia. Secara lebih ringkas dapat dikatakan bahwa Biologi
Molekuler mempelajari dasar-dasar molekuler setiap fenomena hayati. Oleh karena itu, materi kajian
utama di dalam ilmu ini adalah makromolekul hayati, khususnya asam nukleat, serta proses
pemeliharaan, transmisi, dan ekspresi informasi hayati yang meliputi replikasi, transkripsi, dan
translasi.( Agus Hery Susanto (2012) Bahan Ajar Biologi Molekuler, Fak. Biologi Unsoed).
Biologi molekuler adalah studi tentang dasar-dasar molekul proses replikasi, transkripsi dan
translasi bahan genetik. Dogma sentral dari biologi molekuler di mana materi genetik ditranskripsi
menjadi RNA dan kemudian diterjemahkan ke dalam protein, meskipun gambaran yang
disederhanakan biologi molekular, masih menyediakan titik awal yang baik untuk memahami bidang
ini.
B. Kenapa kita, sebagai dokter gigi harus memahami tentang biologi molekuler ?
Pengetahuan bidang Kedokteran Gigi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengalami
kemajuan pesat dalam perkembangannya. Salah satu bentuk kemajuan ini dapat dilihat dari telah
terlibatnya ilmu biologi molekuler dalam pengembangan teknik perawatan dental baik untuk
regenerasi ataupun rekonstruksi jaringan rongga mulut. Biologi Molekuler Penyakit Mulut didirikan
untuk memahami mekanisme patobiologi dasar yang relevan dengan penyakit mulut. Tujuannya
adalah untuk memanfaatkan temuan penelitian dasar dalam biologi kanker untuk mengembangkan
pengobatan baru untuk pasien kanker kepala dan leher, dan untuk mengembangkan alat diagnostik
molekuler baru untuk penilaian klinis lebih lanjut pada pasien dengan risiko kanker mulut. Penelitian
ini mencakup cara-cara untuk mencegah, mendeteksi, mendiagnosis, memprediksi, dan mengobati
kanker mulut (UIC, 2013).
![Page 2: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/2.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
Gambar 1. Keterangan mengenai sel punca yang mempunyai sifat mereplikasi diri dan
berdiferensiasi menjadi sel lain.( The National Academies. Understanding Stem Cells.
2004 : 3)
Pengetahuan bidang Kedokteran Gigi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengalami
kemajuan pesat dalam perkembangannya. Salah satu bentuk kemajuan ini dapat dilihat dari telah
terlibatnya ilmu biologi molekuler dalam pengembangan teknik perawatan dental baik untuk
regenerasi ataupun rekonstruksi jaringan rongga mulut. Teknik perawatan kelainan jaringan rongga
mulut akibat trauma atau pembedahan kanker merupakan salah satu perawatan yang membutuhkan
biaya cukup tinggi sehingga perlu adanya beberapa alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Terapi
regeneratif untuk memperbaiki defek kraniofasial yang ada selama ini biasanya menggunakan bahan
autogenous dan bahan alloplastik yang memiliki keterbatasan terutama masalah histokompatibilitas
sehingga membatasi aplikasi secara universal. Sel punca merupakan temuan baru dalam biologi
molekuler yang memiliki potensi dalam pemanfaatan perawatan dental tersebut. Sel punca adalah tipe
khusus dari sel-sel yang belum berdiferensasi, yang dapat ditemukan hampir di setiap jenis jaringan
dan diseluruh kehidupan dalam organisme multisel. Secara umum sel punca memiliki dua sifat unik.
Pertama adalah kapasitas mereka memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri dan yang kedua
adalah kapasitas untuk berdiferensiasi menjadi sel lain. Penggunaan sel punca dalam kedokteran gigi
menggunakan sel punca dewasa yang berasal dari jaringan pulpa gigi susu maupun gigi dewasa serta
pada jaringan periodontal yaitu sementum dan ligamen periodontal. Pemanfaatan sel punca ini secara
khusus dapat dilibatkan dalam proses penatalaksanaan regenerasi gigi, tulang serta jaringan
periodontal (Sofan dan Luki Tantri, 2010).
![Page 3: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/3.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
Gambar 2. Keterangan gambar menunjukkan sel punca dewasa yang dapat berdiferensiasi
menjadi sel seperti yang kita kehendaki. (Turksen K. Adult stem cells. 2004 : 70)
Gigi bersifat spesifik pada setiap orang dan dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
mengenali seseorang, yang terutama dilakukan apabila identifikasi wajah dan bentuk tubuh sudah
tidak dapat dilakukan karena kerusakan parah. Identifikasi gigi juga menguntungkan dari sisi
kehematan biaya, karena identifikasi gigi tidak membutuhkan biaya yang besar.
Gigi merupakan organ yang sangat kuat, melihat beberapa ciri gigi :
1. Strukturnya terdiri dari enamel sebagai lapisan terluar dan terkeras, dentin (tulang gigi), sementum
(jaringan yang menyelimuti akar gigi), serta pulpa atau tongga didalam gigi yang berisi pembuluh
darah, saraf, dan pembuluh getah bening.
2. Gigi yang masih tertanam didalam tulang, meskipun dipanasi sampai temperature 250 oC atau
gigi sudah terendam selama 1-4 minggu didalam air laut, stukturnya tidak akan rusak.
3. Penyimpanan pada temperature normal, dengan pendekatan biologi molekuler, gigi masih dapat
digunakan untuk menentukan jenis kelamin meskipun jenazah sudah berumur 22 tahun. Sebab
pada pulpa terdapat DNA yang merupakan bagian terkecil dari sel yang dapat digunakan untuk
menentukan jenis kelamin. Pulpa terlindung jaringsan keras sehingga tidak rusak meskipun pada
pemanasan 150-450 oC (Chomdej& Pankaow, 2005)
![Page 4: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/4.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
c. Hubungannya dengan bioteknologi?
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.[1]
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak
hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti
biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain
sebagainya.[1]
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai
cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah
dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang
pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada
masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih
dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan
terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun
vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika,
kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi
ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis
yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan
sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan,
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat
dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Penerapan bioteknologi pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari
polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis
baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi
perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap
tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.
![Page 5: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/5.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi
teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan
menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.
Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa genetika tersebut menyebabkan "lahirnya
organisme baru" produk bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia.
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi,
virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari
pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer,
biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi
barang dan jasa (Wikipedia, 2012).
2. Dalam bioteknologi dikenal istilah-istilah southern, western, eastern, northern blot.
a. Kenapa namanya seakan berhubungan dengan istilah mata angin?
Southern blot merupakan suatu metode yang sering digunakan dalam bidang biologi
molekuler untuk menguji keberadaan dari suatu sekuens DNA dalam suatu sampel DNA. Metode
ini ditemukan oleh seorang ahli biologi dari Inggris yang bernama Edward M. Southern pada tahun
1975. Southern blot akan mendeteksi DNA rantai tunggal dengan menggunakan DNA sebagai
pelacak. Pada tahun 1977, James Alwine, David Kemp, dan George Stark, mengembangkan teknik
northen blot. Nama northern blot diambil karena memiliki kesamaan dengan teknik blot pertama
yang ditemukan oleh Edward M. Southern. Perbedaan yang mendasar antara kedua teknik tersebut
adalah pada teknik northern blot akan mendeteksi ekspresi gen dengan mendeteksi RNA (atau
mRNA yang terisolasi) dari suatu sampel. Western blot adalah proses pemindahan protein dari gel
hasil elektroforesis ke membran. Membran ini dapat diperlakukan lebih fleksibel daripada gel
sehingga protein yang terblot pada membran dapat dideteksi dengan cara visual maupun fluoresensi.
Deteksi ekspresi protein pada organisme dilakukan dengan prinsip imunologi menggunakan
antibodi primer dan antibodi sekunder. Setelah pemberian antibodi sekunder, deteksi dilakukan
secara visual dengan pemberian kromogen atau secara fluoresensi. Pada deteksi secara fluoresensi,
reaksi antara antibodi primer dengan antibodi sekunder akan memberikan hasil fluoresens yang
selanjutnya akan membakar film X-ray, deteksi ini dilakukan di kamar gelap. Western blot
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendeteksi suatu protein spesifik dari sampel
jaringan yang terhomogenisasi. Teknik tersebut dikembangkan oleh Towbin pada tahun 1979.
Sedangkan metode eastern blot merupakan kelanjutan dari teknik wetern blot. Dimana eastern blot
![Page 6: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/6.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
merupakan teknik biokimia yang digunakan untuk menganalisis protein modifikasi post translasi
(post translational modification / PTM).
b. Masing-masing metoda untuk penelitian/melihat apa?
Istilah "blotting" mengacu pada transfer sampel biologi dari gel menjadi membran dan untuk
selanjutnya dilakukan deteksi pada permukaan membran (Thermo Scientific, 2013).
1) Southern blot
Merupakan suatu metode untuk menguji keberadaan dari suatu sekuen DNA dalam suatu
sampel DNA. Prinsipnya adalah kapilaritas, dimana bufer merupakan fase gerak yang
diasumsikan sebagai pembawa fragmen DNA dari gel ke membran. DNA akan beruatan negatif
sedangkan membran bermuatan positif. Oleh karena itu fragmen DNA akan menempel pada
membran. Membran yang digunakan pada teknik ini adalah membran nitroselulosa.
Metode ini mengkombinasikan elektroforesis gel agarosa untuk memisahkan DNA
berdasarkan ukurannya dan kemudian ditransfer ke membran filter untuk selanjutnya
dilakukan hibridisasidengan probe. Untuk mengidentifikasi ataupun melacak suatu fragmen DNA
spesifik, diperlukan suatu pelacak (probe). DNA dipisahkan terlebih dahulu dengan
elektroforesis. Probe yang dilabel akan hibridisasi pada pita-pita DNA untuk mengetahui apakah
DNA tersebut mengandung gen yang diinginkan. Southern Blot mendeteksi DNA rantai tunggal
dengan menggunakan DNA sebagai pelacak. Selain Southern Blot, metode lain yang mirip dan
dikembangkan dari Southern Blot adalah Western Blot, Northern Blot, dan Blot
Southwestern yang memiliki prinsip yang sama, namun molekul yang akan dideteksi dan pelacak
yang digunakan berbeda. Kegunaan dari Southern Blot adalah untuk menganalisis
keberadaan mutan yang ada pada suatu organisme dan dapat diketahui ukuran dari gen yang
menjadi mutan pada organisme tersebut.
Tahapan Analisis Southern Blot
Tahap awal dari metode Southern Blot adalah pendigestian DNA dengan enzim
restriksi endonuklease sehingga terbentuk fragmen-fragmen DNA yang lebih kecil. Kemudian
DNA dipisahkan sesuai ukuran dengan elektroforesis agarosa. Setelah DNA terpisah, dilakukan
pemindahan DNA ke membran nitroselulosa, tahap ini disebut dengan tahap blotting. Membran
nitroselulosa diletakkan pada bagian atas dari gel agarosa. Pada teknik blotting dengan
menggunakan vakum, membran diletakkan pada bagian bawah gel. Tekanan diberikan secara
merata pada gel untuk memastikan terjadi kontak antara gel dengan membran. Proses transfer
berlangsung dengan memanfaatkan daya kapilaritas. Setalah DNA ditransfer ke gel, membran
nitroselulosa dipanaskan dengan suhu tinggi (60oC-100
oC) kemudian membran diberi radiasi UV
![Page 7: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/7.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
agar terbentuk ikatan kovalen dan permanen antara pita-pita DNA dengan membran. Lalu,
membran dicampur dengan probe (pelacak) yang telah dilabel radioaktif, tetapi dapat juga
digunakan label nonradioaktif yang dapat berpendar. Probe yang digunakan adalah DNA utas
tunggal yang memiliki sekuen yang akan dideteksi. Probe diinkubasi dengan membran agar dapat
berhibridisasi dengan DNA yang ada pada membran. Setelah proses hibridisasi, probe yang tidak
terikat dicuci dari membran sehingga yang tinggal hanya probe yang hibrid dengan DNA di
membran. Pola hibridisasi kemudian dideteksi dengan visualisasi pada film X-ray melalui
autoradiografi.
2) Northern blot
Merupakan teknik yang digunakan untuk mendeteksi RNA pada sampel. Northern blot
melibatkan penggunaan elektroforesis untuk memisahkan sampel RNA berdasarkan ukurannya
serta dekteksi menggunakan prode hibridisasi.
3. Western Blot
Western blot adalah suatu teknik untuk mengindentifikasi antibodi spesifik terhadap suatu
protein yang telah dipisahkan dengan menggunakan elektroforesis. Pada praktikum saat ini kami
menggunakan PAGE yang telah dibuat dengan menggunakan SDS-PAGE elektroforesis. Gel
SDS-PAGE diletakkan disebelah dari kertas NC, kemudian diberikan arus listrik unuk
mentransfer protein yang ada di gel ke membran yang ada pada NC. Protein yang telah berpindah
ke NC memiliki pola yang sama dengan yang ada di gel. Protein pada NC kemudian direaksikan
dengan antibodi spesifik. Protein dengan berat molekul tertentu dapat berikatan secara spesifik
dengan antibodi tersebut.
Prinsip yang digunakan dalam western blot adalah prinsip ikatan antigen-atibodi komplek.
Protein pada NC kita anggap sebagai antigen. Antibodi primer adalah antibodi yang dapat
berikatan secara spesifik pada antigen pada NC. Agar dapat melihat ikatan dari antigen-antibodi
komplek maka kita memberikan warna pada antigen-antibodi tersebut.
Metode pemberian warna dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu direct dan indirect. Direct
berarti antibodi primer yang diberikan sudah ditempeli dengan substrat yang mengandung warna.
Indirect berarti kita perlu menambahkan antibodi sekunder yang akan berikatan dengan antigen-
antibodi komplek kemudian antibodi sekunder akan berikatan dengan substrat berwarna.
Intepretasi hasil dari western blot mirip dengan SDS-PAGE elektroforesis. Kita
menggunakan persamaan regresi linier dari marker yang digunakan sebagai standart. Pita sampel
![Page 8: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/8.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
yang berwarna pada NC merupakan protein dengan berat molekul tertentu yang kita hitung
dengan menggunakan persamaan regresi linier.
Metode Analisis Western Blot:
i. Alat dan Bahan
Ponceau Solution : Ponceau S2%, TCA30%,Aquades100 ml
TBS Skim Milk 5% : TBS100 ml, Nonfat skim milk 5 g
TBS Tween 0.05% : TBS100 ml, Tween 2050 μl
Antibodi primer : Shigella Ab 49 kDa
Antibodi sekunder : Biotin conjungate dan SAHRP
Substrat : TMB
ii. Procedure
Gel SDS – PAGE direndam dalam transfer buffer selama 30 menit
Pita pada gel SDS – PAGE ditransfer pada membran NC pada arus 0,3 A dan tegangan 20 V
selama 2 jam
Potong protein penanda, staining dengan ponceau 2% untuk memastikan pita protein telah
tertransfer pada NC
Cuci dengan H2O sampai hanya tersisa warna pita
Block dengan TBS – skim milk 5% semalam dengan suhu 4oC
Cuci dengan TBS Tween 0.05% selama 2×10 menit dan goya pelan
Inkubasi dalam antibodi primer selama 1 jam
Cuci dengan TBS Tween 0.05% selama 2×10 menit dan goya pelan
Inkubasi pada antibodi sekunder (biotin conjungate) selam 2 jam, suhu ruangan, dan goyang
pelan
Cuci dengan TBS Tween 0.05% selama 2×10 menit dan goya pelan
Inkubasi dalam SHARP selama 1 jam, suhu ruangan, dan goyang pelan
Cuci dengan TBS Tween 0.05% selama 2×10 menit dan goya pelan
Berikan substrat TMB selama 20 menit dalam ruangan gelap
Stop dengan aquadest dan keringkan
![Page 9: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/9.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
1. Penyiapan sample dan pemberian antibodi antiprotein
2. Elektrophoresis menggunakan Gel
3.Transfer ke membran filter
![Page 10: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/10.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
4. Pewarnaan dengan antibodi pewarna dan siap untuk dibaca
4. Eastern blot
Merupakan teknik untuk menganalisa protein modifikasi post translasi (post translational
modification/PTM). Eastern blot merupakan kelanjutan dari western blot. Pada prosesnya, protein
akan dilekatkan dari gel SDS-PAGE menuju ke membran PVDF atau nitroselulosa. Penggunaan
probe pada akhir metode akan mendeteksi lipid, karbohidrat, fosforilasi, atau protein modifikasi
yang lain.
c. Apa manfaat metoda tersebut dalam diagnosis patologi?
Teknik Southern Blot telah digunakan dalam berbagai aplikasi di bidang kesehatan maupun pada
rekayasa genetika. Salah satunya digunakan untuk menganalisis sistem major histokompatibilitas
pada tikus dan menganalisis penyusunan klon dari gen T-cell receptor penyakit luka yang
diakibatkan oleh mikosis dari fungoides.
Pada Western Blot, dalam satu pita yang ada pada SDS-PAGE kemungkinan terdapat berbagai
macam protein dengan berat molekul yang berbeda yang dapat berikatan dengan antigen-antibodi
spesifik. Hal ini sangat berguna dalam menentukan protein mana yang dapat berikatan dengan
antibodi, sehingga dapat dilakukan pengembangan lebih lanjut seperti pembuatan detektor,
pembuatan vaksin, dan hal lain yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
3. Apakah imunohistokimia juga termasuk dalam bioteknologi? Jelaskan!
Imunohistokimia atau IHC termasuk ke dalam bioteknologi. IHC merupakan alternatif dari
imunofluoresens yaitu salah satu cara untuk mendeteksi suatu protein tertentu pada jaringan. IHC
menggunakan antibodi spesifik yang akan bergabung dengan enzim yang dikonversi dari substrat
tidak berwarna menjadi reaksi warna. Deposisi yang terlokalisir dari produksi warna tersebut
dimana antibodi telah berikatan, dapat secara langsung diamati menggunakan mikroskop.
![Page 11: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/11.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
A. Apakah dasar mekanisnya?
imunohistokimia adalah metode untuk mendeteksi protein di dalam sel suatu jaringan dengan
menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi dan antigen pada jaringan hidup. Pengecatan
imunohistokimia banyak digunakan pada pemeriksaan sel abnormal seperti sel kanker. Molekul
spesifik akan mewarnai sel-sel tertentu seperti sel yang membelah atau sel yang mati sehingga dapat
dibedakan dari sel normal. Tempat pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi
dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau
dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker.
Marker dapat berupa senyawa berwarna, zat berfluoresensi, logam berat, label radioaktif, atau
enzim. Terdapat dua metode dasar identifikasi antigen dalam jaringan dengan imunohistokimia, yaitu
metode langsung (direct method) dan tidak langsung (indirectmethod).
a. Metode langsung (direct method)
Metode langsung merupakan metode pengecatan satu langkah karena hanya melibatkan satu
jenis antibodi, yaitu antibodi yang terlabel, contohnya antiserum terkonjugasi fluorescein
isothiocyanate (FITC) atau rodhamin.
b. Metode tidak langsung (indirect method).
Metode ini menggunakan dua macam antibodi, yaitu antibodi primer (tidak berlabel) dan
antibodi sekunder (berlabel). Antibodi primer bertugas mengenali antigen yang diidentifikasi pada
jaringan (first layer), sedangkan antibodi sekunder akan berikatan dengan antibodi primer (second
layer). Antibodi kedua merupakan anti-antibodi primer. Pelabelan antibodi sekunder diikuti dengan
penambahan substrat berupa kromogen. Kromogen merupakan suatu gugus fungsi senyawa kimiawi
yang dapat membentuk senyawa berwarna bila bereaksi dengan senyawa tertentu. Penggunaan
kromogen fluorescent dye seperti FITC, rodhamin, dan Texas-red disebut metode
immunofluorescence, sedangkan penggunaan kromogen enzim seperti peroksidase, alkalifosfatase,
atau glukosa oksidase disebut metode immunoenzyme.
Pemeriksaan ini membutuhkan jaringan dengan jumlah dan ketebalan yang bervariasi
tergantung dari tujuan pemeriksaan. Umumnya jaringan yang berasal dari tubuh akan dipotong
menjadi potongan yang sangat tipis dengan menggunakan alat yang disebut vibrating microtome.
![Page 12: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/12.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
B. Apakah manfaatnya dalam diagnosis patologi, beri contoh kasus.
IHC merupakan teknik deteksi yang akurat untuk menunjukkan lokasi protein pada jaringan yang
diperiksa. Contoh penggunaan IHC staining adalah pada penegakan diagnosis bedah patologi untuk
menentukan jenis tumor. Pada kasus membedakan antara Ductal Carcinoma In situ dan Lobular
Carcinoma In situ menggunakan e-cadherin. Dimana Ductal Carcinoma In Situ akan memberikan hasil
positif sedangkan Lobular Carcinoma In Situ akan memberikan hasil negatif.
Beberapa contoh imunohistokimia yang banyak digunakan antara lain :
Carcinoembryonic Antigen (CEA) mengidentifikasi adenocarcinoma. Sifat kurang spesifik.
Cytokeratins mengidentifikasi carcinoma, namun dapat pula member hasil positif pada kasus
sarcoma.
Hodgkin
Alpha Fetoprotein untuk tumor yolk sac dan kanker sel hati
gastrointestinal stromal
Prostate Spesific Antigen (PSA) untuk kanker prostat
tifikasi limfoma sel T
![Page 13: 128672807-Biologi-Molekuler](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022052312/55cf99d8550346d0339f7b0d/html5/thumbnails/13.jpg)
BIOMOLEKULER
Drg. Anton
12/341017/PKG/772
REFERENSI
Chomdej T, Pankaow W. Design and Development of Dental Identification System in Forensic
Medicine. Chula Med J. 2005 ; 49 (1): 13-26
News Medical, 2013, What is Molecular Biology, diunduh dari http://www.news-
medical.net/health/What-is-Molecular-Biology.aspx, tanggal 21 Januari 2013.
Sofan, dan Luki Tantri, 2010, Peran Sel Punca Di Bidang Kedokteran Gigi, diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20179, tanggal 22 Januari 2013
Thermo Scientific, 2013, Overview of Western Blotting, diunduh dari
http://www.piercenet.com/browse.cfm?fldID=8259A7B6-7DA6-41CF-9D55-AA6C14F31193,
tanggal 21 Januari 2013.
UC San Diego, 2013, Molecular Biology, diunduh dari
http://biology.ucsd.edu/biosections/mb/index.html, tanggal 21 Januari 2013.
University of Illinois at Chicago, 2013, Center for Molecular Biology of Oral Diseases, diunduh dari
http://dentistry.uic.edu/depts/cmbod/, tanggal 22 Januari 2013.
Wikipedia, 2012, Bioteknologi, diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi, tanggal 22
Januari 2013.