128169234-Hasil-Pengamatan-Dan-Pembahasan (prakt ko lipida).pdf

9
Nama : Annisa Krama NPM : 240210100043 Kelompok 4 III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Bahan makanan berlemak merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Kerusakan lemak di dalam bahan pangan dapat terjadi semalam proses pengolahan, misalnya pada proses pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying, dan selama penyimpanan. Menurut Ketaren (1986), ketengikan (rancidity) adalah kerusakan atau perubahan bau dan flavor dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Kemungkinan kerusakan atau ketengikan dalam lemak dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu absorpsi bau oleh lemak, aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak, aksi mikroba, dan oksidasi oleh oksigenudara atau kombinasi dari dua atau lebih dari penyebab kerusakan tersebut di atas. Ketengikan lemak dan minyak dapat diuji secara kuantitatif dan kualitatif. Pengujian ketengikan lemak dan minyak pada praktikum ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif yang masing - masing menggunakan metode uji bilangan asam dan uji Kreis atau Jacobs serta uji Jacobs II. Sampel yang digunakan adalah minyak jagung, minyak kedelai, minyak bekatul, minyak kelapa sawit, minyak curah, minyak bekas, dan minyak hasil ekstraksi basah 1:2. 3.1. Uji Bilangan Asam Bilangan asam merupakan bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam lemak atau minyak yang biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisis lemak atau minyak tersebut (Sudarmadji dkk, 1989). Penentuan bilangan asam ini diawali dengan memasukkan 25 ml minyak yang akan diuji ke dalam erlenmeyer kemudian 25 ml alkohol ditambahkan ke dalamnya. Syarief (1977) menyatakan bahwa tujuan pemberian alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali pada saat titrasi, dalam hal ini Kalium Hidroksida (KOH). Alkohol yang digunakan memiliki konsentrasi 95-96% karena alkohol (etanol) dengan

Transcript of 128169234-Hasil-Pengamatan-Dan-Pembahasan (prakt ko lipida).pdf

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    Bahan makanan berlemak merupakan medium yang baik bagi

    pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Kerusakan lemak di dalam bahan

    pangan dapat terjadi semalam proses pengolahan, misalnya pada proses

    pemanggangan, penggorengan dengan cara deep frying, dan selama penyimpanan.

    Menurut Ketaren (1986), ketengikan (rancidity) adalah kerusakan atau perubahan

    bau dan flavor dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Kemungkinan

    kerusakan atau ketengikan dalam lemak dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu

    absorpsi bau oleh lemak, aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung

    lemak, aksi mikroba, dan oksidasi oleh oksigenudara atau kombinasi dari dua atau

    lebih dari penyebab kerusakan tersebut di atas.

    Ketengikan lemak dan minyak dapat diuji secara kuantitatif dan kualitatif.

    Pengujian ketengikan lemak dan minyak pada praktikum ini dilakukan secara

    kuantitatif dan kualitatif yang masing - masing menggunakan metode uji bilangan

    asam dan uji Kreis atau Jacobs serta uji Jacobs II. Sampel yang digunakan adalah

    minyak jagung, minyak kedelai, minyak bekatul, minyak kelapa sawit, minyak

    curah, minyak bekas, dan minyak hasil ekstraksi basah 1:2.

    3.1. Uji Bilangan Asam

    Bilangan asam merupakan bilangan yang menunjukkan jumlah asam

    lemak bebas yang terkandung dalam lemak atau minyak yang biasanya

    dihubungkan dengan proses hidrolisis lemak atau minyak tersebut (Sudarmadji

    dkk, 1989).

    Penentuan bilangan asam ini diawali dengan memasukkan 25 ml minyak

    yang akan diuji ke dalam erlenmeyer kemudian 25 ml alkohol ditambahkan ke

    dalamnya. Syarief (1977) menyatakan bahwa tujuan pemberian alkohol adalah

    untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan

    basa alkali pada saat titrasi, dalam hal ini Kalium Hidroksida (KOH). Alkohol

    yang digunakan memiliki konsentrasi 95-96% karena alkohol (etanol) dengan

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4konsentrasi tersebut merupakan pelarut lemak yang baik. Setelah itu, suatu

    indikator fenolftalein (PP) ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam larutan

    tersebut. PP digunakan sebagai indikator dalam titrasi ini karena melibatkan titrasi

    asam dan basa kemudian larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terbentuk

    warna merah muda (pink).

    Bilangan asam ditentukan dengan menghitung jumlah volume KOH yang

    diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas pada satu gram lemak atau

    minyak. Hasil pengamatan penentuan ketengikan minyak dengan uji bilangan

    asam dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Uji Bilangan Asam dalam Penentuan Ketengikan Minyak Secara Kuantitatif

    Kelompok Sampel Volume KOH (ml)Berat

    Sampel (g)

    Warna titik akhir

    titrasi

    Bilangan Asam (%)

    1B Minyak jagung 0,5 2,1428 Pink 1,3090

    2B Minyak kedelai 0,4 2,0161 Pink pucat 1,5130

    3B Minyak bekatul 1,1 2,1806 Pink 2,8300

    4A Minyak kelapa sawit 0,5 1,779 Pink pucat 1,5767

    5A Minyak curah 0,5 1,3935 Pink 2,0130

    1B Minyak bekas 0,3 1,9452 Merah pink 0,8652

    3A

    Minyak hasil

    ekstraksi basah 1:2

    1 1,6157 Pink 3,4659

    (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

    Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1, bilangan asam yang paling

    tinggi terdapat pada minyak hasil ekstraksi basah 1:2, yaitu 3,4659%. Hal ini

    sebanding dengan volume KOH yang dihasilkan, yaitu 1 ml. Tarigan (1983)

    menyatakan bahwa semakin banyak volume KOH yang digunakan untuk titrasi,

    maka semakin banyak pula bilangan asam yang terkandung dalam minyak

    tersebut. Semakin tinggi bilangan asamnya, maka minyak tersebut cenderung

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4semakin tengik karena asam lemak bebas hasil hidrolisis memiliki rantai pendek

    dan berbau tajam.

    Hasil pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan data yang tidak sesuai,

    seharusnya bilangan asam tertinggi terdapat pada minyak bekas, tetapi hasil

    menunjukkan bahwa bilangan asam tertinggi terdapat pada minyak hasil ekstraksi

    basah 1:2, yaitu 3,4659%. Djatmiko dan Enie (1985) menyatakan bahwa minyak

    bekas merupakan minyak yang sudah mengalami beberapa tahap proses

    pengolahan, terutama proses pemanasan. Dengan adanya pemanasan, asam lemak

    tidak jenuh terurai akibat permukaan minyak yang panas dan kontak langsung

    dengan udara sehingga minyak mengalami reaksi oksidasi. Rantai karbon dalam

    ikatan rangkap terputus sehingga jumlah asam lemak bebas bertambah. Selain itu,

    proses pemanasan juga menyebabkan minyak mengalami reaksi hidrolisis karena

    kandungan air dari bahan pangan yang digoreng sehingga menghasilkan asam

    lemak bebas dan gliserol. Kedua hal inilah yang menyebabkan semakin tingginya

    bilangan asam yang dihasilkan pada minyak bekas.

    Menurut Departemen Perindustrian (1992) dalam Haris dan Karmas

    (1989), syarat mutu bilangan asam pada minyak yang akan digunakan dalam

    industri pengolahan pangan adalah maksimum 0,3 %. Hasil pengamatan

    menunjukkan bahwa semua sampel minyak yang diuji pada praktikum ini

    memiliki bilangan asam yang melewati batas ketentuan SNI terhadap bilangan

    asam yang terkandung pada minyak goreng. Menurut Jay (1996), peningkatan

    bilangan asam dapat juga disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak. Minyak

    yang disimpan dalam jangka waktu lebih dari seminggu dengan penyimpanan

    kurang aseptis dapat menimbulkan pertumbuhan mikroba lipolitik, yaitu

    Pseudomonas fragii dan Pseudomonas fluoresens. Mikroba ini dapat

    menghasilkan zat - zat yang disebut asam lemak bebas dan keton yang

    mempunyai bau dan rasa tengik.

    3.2 Uji Kreis atau Jacobs

    Uji Kreis atau Jacobs merupakan uji ketengikan minyak secara kualitatif.

    Ketaren (1986) menyatakan bahwa uji Jacobs berprinsip kepada reaksi

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4kondensasi antara ephydrin - aldehida dengan phloroglucinol sehingga

    menghasilkan warna merah jambu (pink).

    Uji ini dilakukan dengan memasukkan 5 ml minyak ke dalam tabung

    reaksi kemudian sebanyak 5 ml HCl dan sedikit CaCO3 ditambahkan ke dalam

    minyak tersebut. Setelah itu, kertas saring yang telah ditambahkan phloroglucinol

    sebanyak 3 tetes diselipkan ke dalam tabung reaksi kemudian tabung reaksi

    ditutup dengan sumbat dan dikocok hingga larutan mengenai kertas saring

    selanjutnya warna kertas saring diamati. Jika kertas saring berwarna pink atau

    violet berarti minyak sudah tengik. Intensitas warna menunjukkan tingkat

    ketengikan minyak.

    Prihastyanti (1986) menyatakan bahwa penambahan HCl bertujuan untuk

    menyumbangkan ion - ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak

    sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk

    radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan

    peroksida. Penambahan phloroglucinol berfungsi sebagai penampak bercak.

    Uji ketengikan minyak yang lain adalah uji Jacobs II. Uji ini dilakukan

    dengan memasukkan 1 ml minyak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

    HCl sebanyak 1 ml lalu ditambahkan 1 ml phloroglucinol 1 % dan dikocok -

    kocok. Setelah itu, larutan tersebut didiamkan selama 10 menit dan perubahan

    yang terjadi diamati. Sampel minyak yang digunakan pada uji Jacobs 2 adalah

    minyak kelapa sawit, minyak curah, minyak kedelai, dan minyak hasil ekstraksi

    basah 1:2.

    Hasil pengamatan uji ketengikan minyak secara kualitatif dapat dilihat

    pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengamatan uji Jacobs pada Tabel 2, kertas

    saring yang berwarna pink hanya terdapat pada minyak bekas sehingga minyak

    tersebut sudah mengalami ketengikan. Prihastyanti (1986) menyatakan bahwa

    merah muda (pink) yang dihasilkan menunjukkan bahwa golongan trigliserida

    yang terdapat pada minyak sudah teroksidasi dengan udara bebas sehingga

    minyak mengalami ketengikan. Warna merah muda yang dihasilkan merupakan

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4reaksi antara phloroglucinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak

    atau minyak tersebut.

    Hasil pengamatan uji Jacobs 2 menunjukkan bahwa larutan minyak yang

    tidak berwarna adalah minyak kelapa sawit dan minyak curah sedangkan minyak

    yang larutannya berwarna pink adalah minyak bekas dan minyak hasil ekstraksi

    basah 1:2. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan minyak kelapa sawit,

    minyak curah, dan minyak bekas pada uji ini sama dengan hasil yang ditunjukkan

    pada uji Jacobs sedangkan ketengikan minyak ekstraksi basah 1:2

    memperlihatkan hasil yang berbeda diantara kedua uji tersebut.

    Tabel 2. Hasil Pengamatan Ketengikan Minyak Secara Kualitatif dengan Uji Jacobs dan Jacobs 2

    Kelompok Sampel

    Uji Jacobs Uji Jacobs 2Warna Kertas Saring

    Ketengikan Warna Larutan Ketengikan

    1A Minyak jagung - Tidak tengik

    2A Minyak kedelai - Tidak tengik

    3A Minyak bekatul - Tidak tengik

    4BMinyak kelapa sawit

    - Tidak tengik Tidak berwarnaTidak tengik

    5B Minyak curah - Tidak tengikTidak

    berwarnaTidak tengik

    2B Minyak bekas pink Tengik Pink Tengik

    4A

    Minyak hasil

    ekstraksi basah 1:2

    - Tidak tengik Pink Tengik

    (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 KESIMPULAN

    Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah :

    1. Penentuan ketengikan minyak secara kuantitatif dengan uji bilangan asam yang

    memiliki bilangan asam tertinggi adalah minyak hasil ekstraksi basah 1:2, yaitu

    3,4659% dan yang terendah terdapat pada minyak bekas, yaitu 0,8652%.

    2. Penentuan ketengikan minyak secara kualitatif dengan uji Jacobs menunjukkan

    bahwa semua sampel minyak yang diuji belum mengalami ketengikan kecuali

    minyak bekas.

    3. Penentuan ketengikan minyak secara kualitatif dengan uji Jacobs 2

    menunjukkan bahwa minyak yang sudah mengalami ketengikan adalah minyak

    bekas dan minyak ekstraksi basah 1:2.

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 44.2 SARAN

    Proses pengujian minyak baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif

    sebaiknya dikakukan dengan cermat dan teliti untuk menghindari kesalahan hasil

    pangamatan yang diperoleh. Selain itu, minyak yang dijadikan sampel pengujian

    selain minyak bekas sebaiknya diperhatikan kondisi penyimpanannya sehingga

    dapat diketahui karakteristik asli yang dimilikinya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Djatmiko, B., dan Enie, A.B. 1985. Proses Penggorengan dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Minyak dan Lemak. Agro-Industri Press, Bogor.

    Haris, R.S., dan Karmas, E. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4

    Jay, J.M. 1996. Modern Food Microbiology Fifth Edition. International Thomson Publishing, Florence.

    Ketaren S, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

    Prihastyanti, E. 1986. Hubungan Kadar Asam Lemak Bebas dengan Kandungan Aflatoksin pada Minyak Kelapa. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Sudarmadji, S., Suhardi., dan Bambang, H. 1989. Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.

    Syarief, H. 1977. Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Tarigan, P. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan. Penerbit Alumni, Bandung.

  • Nama : Annisa Krama

    NPM : 240210100043

    Kelompok 4

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1. HASIL PERHITUNGAN BILANGAN ASAM (MINYAK KELAPA SAWIT)

    Bilangan asam =

    Bilangan asam =

    Bilangan asam = 1,5767%