111402827 Laporan Praktikum Genetika Kariotipe
-
Upload
ayu-hilyatul-millah -
Category
Documents
-
view
601 -
download
6
Transcript of 111402827 Laporan Praktikum Genetika Kariotipe
Laporan Praktikum Genetika
PENGAMATAN KARIOTIPE, BARR BODY, DAN DRUMSTICK
Reny Guspratiwi*, A. R. Junaid, D.C. Wahluyo, D. Oktavia, F.A. Murobby, N. Nikita, A.
Bayu, Annisa, R. Arita
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Maret 2011
Abstrak
Kariotipe adalah gambaran kromosom dalam suatu sel dengan berbagai struktur dari
masing-masing kromosom tersebut. Kariotipe bisa digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai kelainan kromosom. Pada penyusunan ditemukan kariotipe klinefelter dan kariotipe
perempuan normal. Barr body dan drumstick merupakan sex chromatin yang terbentuk akibat
inaktivasi kromosom X. Dilakukan pengamatan menggunakan preparat awetan dan
ditemukan barr body dan drumstick pada nukleus.
1. Pendahuluan
Berbagai mutasi yang terjadi pada kromosom menyebabkan banyaknya fenotipe yang
terlihat. Seringkali muncul kasus yang berhubungan dengan mutasi kromosom tersebut dan
menjadi masalah yang tidak dimengerti oleh masyarakat. Pengamatan ini dilakukan untuk
mempelajari berbagai kariotipe yang ada pada kromosom.
Dalam setiap inti sel, molekul DNA dikemas dalam struktur sepeti benang yang disebut
kromosom. Setiap kromosom memiliki titik penyempitan yang disebut sentromer. Sentromer
membagi kromosom menjadi dua bagian atau disebut lengan. Lengan pendek disebut lengan
“P” dan lengan panjang disebut lengan “Q”. Lokasi sentromer memberikan karakteristik
pada masing-masing kromosom dan dapat digunakan untuk menggambarkan lokasi gen
tersebut (May dkk 2011:1). Macam-macam kromosom berdasarkan letak sentromernya,
pertama, metasentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer di tengah, sehingga
kromosom dibagi atas dua lengan yang sama panjang. Kedua, submetasentris, yaitu
kromosom yang memiliki sentromer tidak di tengah, sehingga kedua lengan kromosom tidak
sama panjang. Ketiga, akrosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer dekat dengan
salah satu ujungnya, sehingga kedua lengan tidak sama panjangnya. Keempat, telosentris,
yaitu kromosom yang memiliki sentromer di salah satu ujungnya sehingga kromosom tetap
lurus dan tidak terbagi atas dua lengan (suryo 1995: 60).
Kariotipe memperlihatkan berapa banyak kromosom yang terdapat pada sel dengan
beberapa rincian struktur kromosom tersebut. Para ilmuan hanya dapat melihat rincian
tersebut menggunakan pewarnaan khusus. Cara kerja untuk memeriksa kromosom yaitu,
pertama, memperoleh sampel sel. Hampir semua sel yang membelah bisa digunakan,
termasuk sel darah, sel kulit dan sel-sel dari akar tanaman. Kedua, sel tersebut
dibudidayakan, diberi nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan agar bisa aktif membelah.
Ketiga, beberapa sel dikeluarkan dari budidaya dan dilakukan pemberhentian mitosis pada
tahap metafase. Selanjutnya kromosom diberi pewarnaan dan dilakukan analisis mengenai
jumlah dan kelainan yang terjadi (Robinson 2005: 241).
Kariotipe manusia tidak normal jika jumlah nya bukan 46 atau terdapat penambahan,
pengurangan atau terjadi penyusunan kromosom yang tidak sesuai. Tipe-tipe abnormalitas
kromosom antara lain, polyploidy merupakan kelainan yang memiliki set kromosom berlebih.
Aneuploidy, kelainan yang kehilangan atau kelebihan set kromosom. Aneuploidy terbagi dua,
monosomi dan trisomi. Monosomi merupakan kelainan yang kehilangan satu kromosom,
sedangkan trisomi, kelainan yang kelebihan satu kromosom. Selain dua tipe tersebut, masih
ada lagi delesi (hilangnya bagian kromosom), duplikasi (bagian kromosom yang menjadi
dua), inversi ( bagian kromosom yang letaknya terbalik), dan translokasi (dua kromosom
yang bertukar bagiannya).
Abnormalitas yang terjadi pada kromosom menyebabkan munculnya beberapa sindrom
pada manusia yaitu,pertama, sindrom down, trisomi pada kromosom nomor 21. Orang
dengan sindrom down, memiliki rambut yang lurus dan jarang, lidah yang selalu menonjol,
bibir tebal, anggota gerak yang abnormal, sendi longgar, refleks tidak baik, dan
perkembangan milestonenya sangat lambat. Sindrome down juga memiliki masalah dengan
jantung, pendengaran, penglihatan dan mental. Kedua, sindrom edward, trisomi pada
kromosom nomor 18. Penderita sindrom edward memiliki tengkorak yang sempti, telinga
yang rendah, muka dan mulut kecil, tidak memiliki sidik jari, memiliki jari-jari kaki yang
pendek dan lebar dengan jari kedua dan ketiga melebur. Ketiga, sindrom patau, trisomi pada
kromosom nomor 13. Abnormalitas yang terjadi pada patau berakibat pada jantung, otak,
ginjal dan wajah. Keempat, sindrome turner (45, X), mereka memiliki gangguan pada indra
pendengaran, tidak bisa mendengar pada frekuensi suara tertentu, memiliki lipatan kulit di
bagisn belakang leher. Saat memasuki masa pubertas, rambut tubuh jarang tumbuh, tidak
mengalami menstruasi, payudara kecil, dan rahimnya kecil. Keempat, sindrom klinefelter
yang disebabkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki yang mengalami sindrom klinefelter
mengalami keterbelakangan seksual, testis belum sempurna, payudaranya berkembang, dan
memiliki kaki dan tangan yang panjangnya melebihi panjang normal.(Lewis 2009 :248-254)
Ketika memeriksa sebuah kariotipe, seorang ahli genetika memeriksa setiap kromosom
pada individu. Kromosom-kromosom tersebut memiliki ukuran dan bentuk tertentu, lokasi
sentromer dan panjang lengan merupakan bagian yang mendefenisikan bentuk fisik setiap
kromosom (Robinson 2005: 241).
Tata cara penamaan kormosom manusia atau disebut nomenklatur kromosom memiliki
urutan penulisan sebagai berikut: pertama, jumlah kromosom pada sel somatis sebagai simbol
pertama lalu diikuti tanda koma. Contoh 46, untuk kromosom manusia normal. Kedua
digunakan simbol kromosom seks. Kromosom seks untuk wanita XX untuk pria XY atau
misalnya terjadi penyimpangan XXY. Ketiga, Suatu peristiwa yang merupakan kelainan yang
terjadi pada kromosom sebagai simbol ketiga.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat meliputi peristiwa delesi, translokasi, duplikasi,
monosomi atau trisomi. Kromosom dengan perubahan ditandai angka yang merupakan
nomor urutan kromosom dan perubahan lengan ditandai dengan p untuk lengan pendek dan q
untuk lengan panjang. Keempat, simbol “+” menandakan trisomi dan simbol “-“
menandakan mosomi pada kormosom tersebut. Kelima, simbol “+”, di belakang huruf p atau
q pada simbol ketiga, mengindikasikan adanya penambahan materi kromosom pada
kromosom tersebut dan simbol ”-“ mengindikasikan adanya delesi pada lengan kromosom
tersebut. Misalnya 5p- menandakan adanya delesi pada lengan pendek kromosom nomor-5,
9q+ menandakan adanya penambahan materi kromosom pada lengan panjang kromosom
nomor-9. Terakhir, simbol t menandakan terjadinya translokasi antara dua kromosom.
Sebagai contoh t (14p;21q) menandakan adanya translokasi antara lengan panjang kromosom
nomor 14 dan 21 (Fairbanks & Andersen 1999: 535).
Barr body dan drum stick termasuk dalam jenis sex chromatin. Sex chromatin
merupakan sebuh kromosom-X yang inaktif. Inaktivasi kromosom X terjadi pada awal
embriogenesis. Kromosom-X yang teraktivasi tersebut dapat berasal dari ayah maupun ibu.
Inaktivasi kromosom-X bersifat tetap atau stabil, yaitu kromosom-X inaktif diwariskan dari
parental tetap dalam bentuk inaktif (Klug & Cummings 1994: 171).
Lyon seorang ilmuan di bidang genetika membuat sebuah hipotesis tentang sex
chromatin maka untuk menghormatinya hipotesis tersebut disebut hipotesis Lyon. Hipotesis
Lyon menyatakan bahwa jumlah sex chromatin = jumlah total kromosom X – 1. Jadi apabila
sex chromatin-nya berjumlah 1 maka individu tersebut adalah wanita normal, bila jumlah sex
chromatin-nya tidak ada maka individu tersebut pria karena pria hanya memiliki satu
kromosom-X (Suryo 2003:194).
Tujuan pengamatan kariotipe, barr body, dan drumstick ini yaitu, pertama, memahami
tentang berbagai jenis kariotipe manusia. Kedua, mempelajari cara kariotiping. Ketiga, untuk
mengetahui bentuk dan letak barr body dan drumstick pada tubuh manusia.
2. Metodologi
Alat yang diperlukan pada praktikum ini adalah, pensil, gunting, penggaris, dan
mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan adalah lem, gambar kromosom, lembar kerja, dan
preparat awetan.
Cara kerja kariotiping yaitu, pertama, gambar kromosom yang sudah ada digunting
berdasarkan pola pita, letak sentromer dan ukuran. Kedua, gambar kromosom tersebut
ditempel pada lembar kerja yang sudah disediakan. Ketiga, kariotipe diamati dan ditulis
nomenklatur serta kelainan yang terjadi. Keempat, dilakukan analisis terhadap kelainan yang
ditemukan.
Cara kerja pengamatan barr body dan drumstick yaitu, pertama, preparat awetan
diamati di bawah mikroskop cahaya. Kedua, dibandingkan antara gambar barr body dan
drumstick. Ketiga, hasil pengamatan digambar pada tempat yang disediakan. Keempat
dilakukan analisis terhadap barr body dan drumstick yang dilihat pada pengamatan.
3. Hasil Pengamatan
A. Kariotipe manusia
Pada penyusunan kariotipe sampel C, didapatkan kariotipe manusia dengan kromosom
berjumlah 47. Terjadinya kromosom berjumlah 47 tersebut disebabkan adanya kromosom X
yang berlebih. Berdasarkan literatur, sindrom klinefelter merupakan sindrom yang
disebabkan oleh kelebihan kromosom X (Lewis 2009 :248). Jadi, sindrom yang ditemukan
pada penyusunan kariotipe tersebut adalah sindrom klinefelter.
Kariotipe pada sample A menunjukkan ciri-ciri kromosom normal yang didapatkan
jumlah kromosomnya sebanyak 46. Berdasarkan literatur, kromosom normal berjumlah 46
dan disebut diploid (Rittner & McCabe 2004: 84). Kariotipe yang disusun tersebut
memperlihatkan dua kromosom X pada kromosom gamet. Jadi, susunan kariotipe pada
sample A merupakan kariotipe perempuan normal.
B. Barr body dan drumstick
Gambar 1. Barr body
Gambar 2. Drumstick
Pengamatan yang dilakukan pada preparat awetan menunjukkan hasil yang sesuai
dengan literatur. Barr body merupakan struktur gelap pada nukleus yang terlihat pada saat
interfase (Lewis 2009: 130). Pada pengamatan terlihat struktur gelap tersebut berada di tepi
nukleus. Drumstick terlihat seperti penjuluran pada nukleus yang terdapat pada sel leukosit
wanita (Ahluwalia 2009:101). Pada pengamatan, terlihat drumstick seperti tonjolan kkecil
dari nukleus. Hal tersebut sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh literatur.
4. Kesimpulan
Berbagai jenis kariotipe telah diamati dan dipelajari, ternyata terdapat banyak variasi
dari kromosom manusia sehingga seringkali variasi tersebut memunculkan kelainan yang
disebut dengan sindrom. Untuk mengenali cara identifikasi kariotipe kromosom manusia,
maka dilakukanlah proses yang disebut kariotiping. Pengamatan kariotipe ini dilakukan
dengan cara kariotiping. Barr body dan drumstick merupakan bagian yang hanya terdapat
pada wanita, karena munculnya dua hal tersebut disebabkan oleh inaktivasi kromosom X.
Daftar Pustaka
Ahluwalia, K. B. 2009. Genetics. New Age Interrnational (P) Limited, Publishers. New Delhi: 468)
Fairbanks, D. J. & Andersen. 1999. Genetics : The continuity of life. Brooks/Cole Publishing
Company, Pacific Grove: xii + 617 hlm.
Klug, W. S. & M. R. Cummings. 1994. Concepts of genetics. 4th ed. Prentice Hall, Inc.,
Englewood Cliffs: xvi + 779 hlm.
Lewis, R. 2009. Human genetics concept and applications. McGraw Hill. New York : 512 hlm.
Rittner, D. & McCabe, T. L. 2004. Encyclopedia of biology. Facts on File, Inc. New York: 417.
Robinson, T. R. 2005. Genetics For Dummies. Wiley Publishing, Inc. Indiana: 385 hlm.
Suryo, 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xii + 531 hlm
Suryo. 2003. Genetika manusia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: xvi + 540 hlm.