11 BAB IV Pengembangan Material Penyusun dan Desain · PDF filetanaman kelapa memiliki...
Transcript of 11 BAB IV Pengembangan Material Penyusun dan Desain · PDF filetanaman kelapa memiliki...
46
BAB IV
PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK
REM KOMPOSIT
IV.1 Pemilihan Material Penyusun
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan kesimpulan
bahwa material penyusun dari rem komposit terdiri dari binder, filler,
reinforcement, friction modifier, dan abrasif. Komposisi material rem tersebut
terdiri dari material-material penyusun seperti logam, keramik, gelas, elastomer
dan polimer. Bahan-bahan penyusun tersebut memiliki fungsinya masing-masing
sesuai dengan jenisnya.
Pemilihan material penyusun dilakukan dengan memperhatikan
ketersediaannya di dalam negeri, selain itu juga harus bisa diproduksi di dalam
negeri dengan harga yang cukup murah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
kecocokan (compatibility) suatu material penyusun dengan material yang lain
pada saat diproduksi. Dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka diusulkan
jenis-jenis material penyusun material rem komposit seperti pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4. 1 Material penyusun rem komposit
No Komponen Fungsi Keterangan
1 Resin phenol Matrix/binder. Bahan pengikat bahan-bahan lain.
Dipilih dari jenis yang tahan temperatur tinggi (thermoset), sampai 2000C. Komposit akan memiliki ketahanan terhadap temperatur yang lebih tinggi, karena bahan-bahan lain.
2 NBR, Nitril Butadiene Rubber
sebagai bahan campuran material binder untuk meningkatkan fleksibilitas dan fracture toughness blok rem
Tersedia dipasaran dalam bentuk serbuk sehingga mudah dalam pencampurannya.
47
komposit
3 Glass-fiber Reinforcement, meningkatkan kekuatan tekan/tarik dari komposit
Glass-fiber murah dan cukup kuat, dengan bentuk flakes (ukuran kecil), dapat tercampur merata pada komposit
4 Al203 Abrasive Alumina dipakai sebagai bahan friksi utama
5 Grafit Friction modifier Sebagai bahan pengontrol friksi dan meningkatkan ketahanan terhadap aus
6 Fe Filler Bahan-bahan filler akan memperbaiki penyebaran dan mengontrol persentase komposisi lain. Fe digunakan untuk menaikkan konduktifitas termal, tetapi akan meningkatkan koefisien gesek secara signifikan. Barium sulfat memiliki fungsi untuk memperbaiki ketahanan resin phenol terhadap temperatur tinggi, sedangkan Ca(OH)2 dipilih karena murah.
7 BaSO4 Filler
8 Ca(OH) 2 Filler
Tanaman kelapa adalah salah satu komoditi unggulan yang tersedia sangat
banyak di Indonesia. Tanaman kelapa hampir terdapat di seluruh pelosok
Indonesia mulai dari pulau Sumatra hingga Papua. Seperti yang telah diketahui,
tanaman kelapa memiliki kegunaan yang sangat banyak mulai dari akar, batang,
buah dan lain-lain. Pada penelitian ini, penulis memanfaatkan salah satu
keunggulan dari tanaman kelapa yang akan digunakan menjadi salah satu bahan
penyusun rem komposit.
Salah satu bagian dari tanaman kelapa sering dimanfaatkan adalah buahnya.
Di dalam buah kelapa tersebut, terdapat bermacam-macam bagian yang dapat
dimanfaatkan. Dua bagian dari buah kelapa yang dimanfaatkan sebagai bahan
modifikasi rem komposit adalah sabut kelapa dan arang dari tempurung kelapa.
Gambar dibawah ini adalah serabut kelapa dan arang tempurung kelapa:
48
Gambar 4. 1 Serabut kelapa (a), arang tempurung kelapa yang telah dihancurkan (b)
Aplikasi bahan alam diterapkan dengan memodifikasi komposisi bahan
friction modifier dan reinforcemet. Modifikasi friction modifier diterapkan dengan
menggunakan bahan grafit yang terbuat dari arang tempurung kelapa. Sedangkan
modifikasi reinforcement diterapkan dengan menggunakan bahan serabut kelapa.
Untuk mengetahui komposisi yang baik, maka dibuatlah variasi persentase
komposisi perbandingan penerapan bahan alam seperti yang ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 4. 2 Modifikasi komposisi bahan reinforcement
Kode Reinforce
Fiber Serabut
R1 100% 0%
R2 75% 25%
R3 50% 50%
R4 25% 75%
R5 0% 100%
a b
49
Tabel 4. 3 Modifikasi komposisi bahan friction modifier
Kode Reinforce
Grafit Arang tempurung
kelapa
FM1 100% 0%
FM2 75% 25%
FM3 50% 50%
FM4 25% 75%
FM5 0% 100%
IV.2 Pembuatan Spesimen
Dalam sub bab ini akan dibahas proses pembuatan spesimen mulai dari
tahap persiapan hingga tahap akhir yaitu proses curing. Spesimen dibuat dengan
spesifikasi bahan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Bahan modifikasi
dimasukkan sesuai dengan jumlah komposisi yang telah diatur sesuai dengan
modifikasi yang dilakukan.
IV.1.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan cara mengumpulkan bahan-bahan
penyusun pembuatan spesimen yang akan diproduksi. Tahap persiapan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan bahan-bahan penyusun
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah tahap persiapan bahan-bahan
penyusun rem komposit. Bahan-bahan penyusun rem komposit disiapkan sesuai
dengan spesifikasi bahan yang dibutuhkan. Bahan-bahan yang dipersiapkan
adalah:
a. Resin Phenol kuning
Phenol memiliki ketahanan panas yang baik. Selain itu, phenol dapat
meningkatkan kualitas kontak yang baik antara blok rem dengan roda kereta api.
Resin ini memiliki temperatur cair pada 900C dan temperatur polimerisasi pada
1500C
50
Gambar 4. 2 Resin phenol kuning
b. Alumina (Al2O3)
Alumina termasuk dalam material abrasif. Material ini dipilih karena
tersedia cukup banyak di Indonesia. Alumina berfungsi untuk menimbulkan
gesekan yang digunakan untuk melakukan perlambatan kereta api. Di Indonesia,
alumina tersedia dalam bentuk serbuk warna putih.
Gambar 4. 3 Alumina (Al2O3)
c. Serbuk Besi (Fe)
Serbuk besi tersedia dalam bentuk serbuk berwarna hitam. Massa jenis besi
besar sehingga dengan kadar yang sama dengan komponen penyusun lainnya,
volume besi relatif lebih kecil. Serbuk besi ditambahkan pada rem komposit
sebagai material gesek agar dapat memperbaiki karakteristik termal blok rem
komposit. Serbuk besi memiliki konduktivitas termal dan difusivitas termal yang
paling baik.
51
Gambar 4. 4 Serbuk Besi (Fe)
d. Fiber Glass
Di pasaran, fiber glass tersedia dalam bentuk mat dengan panjang fiber
berkisar 30 hingga 50 mm. Fiber glass (serat gelas) yang digunakan dalam
susunan rem komposit memiliki panjang kira-kira 1 mm. Untuk menghasilkan
serat dengan panjang tersebut, serat gelas dapat dihancurkan menjadi ukuran yang
lebih kecil. Serat gelas biasa digunakan untuk menaikkan kekuatan tarik dan
bending dari blok rem komposit. serat fiber relatif murah dan tersedia banyak di
Indonesia.
Gambar 4. 5 Fiber Glass
e. Barium Sulfat (BaS04)
Barium sulfat (BaS04) dapat meningkatkan kerapatan massa blok rem kereta
api. Selain itu, barium sulfat dipilih karena ketahanannya terhadap pada
temperatur tinggi serta dapat mengurangi tingkat keausan blok rem komposit. Di
Indonesia, barium sulfat tersedia dalam bentuk serbuk berwarna putih.
52
Gambar 4. 6 Barium sulfat
f. Grafit
Grafit merupakan material yang murah dan banyak digunakan di Indonesia.
Grafit termasuk dalam friction modifier. Tingkat gesekan dari grafit dipengaruhi
oleh kelembaban dan strukturnya. Grafit dapat terbakar pada suhu di atas 700 OC.
Penambahan grafit meningkatkan ketahanan aus serta dapat mempengaruhi
koefisien gesek blok rem komposit. Kelemahandari penggunaan grafit antara lain
mengurangi koefisien adesif dan dapat meningkatkan kemungkinan karat pada rel
Gambar 4. 7 Grafit
g. NBR (Nitril Butadiene Rubber)
NBR berfungsi untuk mengurangi kekerasan rem komposit serta untuk
meningkatkan kualitas kontak antara blok rem dengan permukaan roda. Kontak
yang kurang baik antara permukaan roda dengan blok rem komposit akan
menyebabkan hot spot dan crack. NBR dipilih menjadi salah satu bahan penyusun
rem komposit karena NBR memiliki ketahanan termal yang baik dibandingkan
jenis karet yang lain. NBR tersedia dalam bentuk serbuk seperti pada gambar di
bawah ini:
53
Gambar 4. 8 Nitril Butadiene Rubber
h. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
Kalsium hidroksida digunakan sebagai material penyusun rem komposit
karena material ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya korosi akibat
penggunaan serbuk besi sebagai material abrasif. Di Indonesia, kalsium
hidroksida lebih dikenal dengan nama batu kapur.
Gambar 4. 9 Kalsium Hidroksida
2. Tahap screening
Bahan yang telah disebutkan sebelumnya kemudian dihaluskan melalui
proses penghancuran. Hasil dari proses poenghancuran tersebut kemudian diayak
(screening). Hasil pengayakan ini akan menghasilkan bahan dengan butiran halus
sehingga apabila dicampur satu sama lain akan menghasilkan campuran yang
homogen.
54
Gambar 4. 10 Proses pengayakan (screening)
3. Tahap scaling
Scaling merupakan tahap penentuan kadar komposisi masing-masing
komponen penyusun rem komposit. Kadar komposisi ditentukan dengan
menggunakan timbangan karena penentuan persentase komposisi menggunakan
basis masa. Pada tahap ini, masing-masing bahan telah ditentukan jumlahnya yang
kemudian akan diproses selanjutnya.
Gambar 4. 11 Proses penentuan kadar bahan dengan timbangan (a), Bahan-
bahan yang telah diskalakan (b)
4. Tahap mixing
Setelah pengaturan komposisi material komposit, keseluruhan bahan
penyusun dicampur hingga merata. Pencampuran bahan-bahan tersebut dilakukan
dengan menggunakan mixer karena pada pembuatan spesimen tersebut masih
untuk skala kecil. Proses mixing dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
a b
55
Gambar 4. 12 Proses pencampuran (mixing)
5. Tahap weighting
Pada proses ini, bahan-bahan penyusun spesimen rem komposit yang telah
dicampur sebelumnya kemudian memasuki proses weighting. Weighting adalah
proses pembagian bahan spesimen dengan menggunakan timbangan. Bahan-bahan
tersebut dibagi untuk setiap satu spesimen. Setelah proses ini, bahan-bahan
spesimen siap untuk proses produksi selanjutnya.
IV.1.2 Proses produksi spesimen
Setelah bahan-bahan penyusun dipersiapkan, kemudian proses selanjutnya
adalah pembuatan spesimen. Proses pembuatan spesimen secara umum adalah
dengan memberikan tekanan pada bahan-bahan di dalam cetakan dengan
parameter-parameter tertentu sehingga didapatkan spesimen dengan spesifikasi
tertentu. Proses pembuatan secara detil dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pemanasan dies
Pertama, dies yang telah dipersiapkan dipanaskan dengan menggunakan
heater listrik hingga temperatur yang diinginkan. Untuk mengetahui temperatur
yang terjadi pada dies, maka digunakan termometer dengan menggunakan sensor
infra red. Dengan menggunakan termometer ini, temperatur bagian dalam dies
dapat diketahui dengan mudah dan hasil yang didapatkan cukup akurat.
Berikut ini adalah gambar dari proses pemanasan dan pengukuran
temperatur pada saat proses produksi spesimen rem komposit:
56
Gambar 4. 13 Proses pemanasan dies (a), proses pengukuran temperatur (b)
2. Proses pemasukan bahan
Setelah dies memenuhi spesifikasi temperatur yang dibutuhkan, proses
selanjutnya adalah pemasukan campuran bahan-bahan ke dalam dies.
Gambar 4. 14 Proses pemasukan bahan-bahan
3. Proses pengaplikasian tekanan
Setelah bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam dies, kemudian tekanan
diaplikasikan pada dies agar bahan-bahan tersebut mengalami beban penekanan.
Tekanan dilakukan dengan menggunakan dongkrak hidraulik. Tekanan dapat
diatur sesuai dengan spesifikasi tekanan yang dibutuhkan.
a b
57
Gambar 4. 15 Proses pemberian tekanan (a), alat ukur tekanan (b)
4. Proses curing
Setelah bahan-bahan dipanaskan dan dicetak sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan, kemudian spesimen tersebut memasuki proses curing. Proses curing
adalah salah satu heat treatment dimana spesimen dipanaskan dengan temperatur
dan jangka waktu tertentu sehingga spesimen mengalami perubahan sebagian sifat
material.
Gambar 4. 16 Spesimen yang telah tercetak dikeluarkan dari dies (a), Spesimen
dimasukkan dalam oven (b)
Tahap pencetakan merupakan salah satu tahapan terpenting. Pada tahap ini, campuran bahan penyusun komposit akan diproses menjadi satu kesatuan material komposit. Proses pencetakan yang digunakan adalah Hot Pressing.
IV.1.3 Tahap Pemberian Kode Spesimen
Parameter produksi tetap didapatkan dari penelitian sebelumnya yang
membahas penentuan proses produksi yang menghasilkan spesimen rem komposit
paling optimum. Penelitian tersebut membandingkan beberapa parameter proses
a b
a b
58
produksi spesimen terhadap kekuatan mekanik dari spesimen. Dari penelitian
tersebut, kemudian didapatkan parameter proses produksi yang optimum dengan
kode spesimen 243. Parameter tetap pada saat proses produksi spesimen 243 dapat
dilihat dibawah ini:
1. Beban penekanan : 25 MPa 2. Temperatur penekanan : 180 oC 3. Waktu penekanan : 40 menit 4. Temperatur curing : 150 oC Setelah proses produksi tersebut, dihasilkan spesimen dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Kode spesimen dan spesifikasi proses pembuatan modifikasi reinforcement
No KODE Komposisi
Bahan
Penekanan Waktu Curing Beban Temp Waktu
(ton) (°C) (menit) (menit)
1 R1-243-1
R1
10 180 40
30
2 R1-243-2 60
3 R1-243-3 120
4 R2-243-1
R2
30
5 R2-243-2 60
6 R2-243-3 120
7 R3-243-1
R3
30
8 R3-243-2 60
9 R3-243-3 120
10 R4-243-1
R4
30
11 R4-243-2 60
12 R4-243-3 120
13 R5-243-1
R5
30
14 R5-243-2 60
15 R5-243-3 120
59
Tabel 4. 5 Kode spesimen dan spesifikasi proses pembuatan modifikasi friction modifier
No KODE Komposisi
Bahan
Penekanan Waktu Curing Beban Temp Waktu
(ton) (°C) (menit) (menit)
1 FM1-243-1
R1
10 180 40
30
2 FM1-243-2 60
3 FM1-243-3 120
4 FM2-243-1
R2
30
5 FM2-243-2 60
6 FM2-243-3 120
7 FM3-243-1
R3
30
8 FM3-243-2 60
9 FM3-243-3 120
10 FM4-243-1
R4
30
11 FM4-243-2 60
12 FM4-243-3 120
13 FM5-243-1
R5
30
14 FM5-243-2 60
15 FM5-243-3 120
Gambar dibawah ini menunjukkan spesimen yang telah dibuat dengan
proses produksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya:
Gambar 4. 17 Spesimen material komposit perbedaan spesifikasi
proses pembuatan
60
IV.3 Pengujian Spesimen
Pengujian yang dilakukan pada spesimen rem komposit adalah uji tekan, uji
bending dan uji gesek. Berikut ini adalah sedikit penjelasan dan hasil dari masing-
masing pengujian tersebut:
IV.3.1 Pengujian Bending
Pengujian bending dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik material
terhadap pembebanan bending atau lebih dikenal dengan istilah cross breaking
strength. Pengujian dilakukan dengan memberikan gaya pada bagian tengan
spesimen dengan tumpuan diam pada kedua ujung spesimen. Gaya ini akan
memberikan beban bending pada spesimen. Pengujian ini dinamakan three point
bending.
Gambar 4. 18 Prinsip pengujian three point bending[9]
Berikut ini hasil pengujian bending yang telah dilakukan:
61
Tabel 4. 6 Hasil pengujian bending modifikasi reinforcement
KODE Komposisi Bahan Kekuatan Bending
(MPa) R1‐243‐1
R1 10.56
R1‐243‐2 6.65 R1‐243‐3 10.33 R2‐243‐1
R2 10.01
R2‐243‐2 10.37 R2‐243‐3 10.32 R3‐243‐1
R3 25.19
R3‐243‐2 23.12 R3‐243‐3 20.87 R4‐243‐1
R4 24.07
R4‐243‐2 21.15 R4‐243‐3 23.67 R5‐243‐1
R5
14.28
R5‐243‐2 19.64
R5‐243‐3 23.43
Tabel 4. 7 Hasil pengujian bending modifikasi friction modifier
KODE Komposisi Bahan Kekuatan Bending
(MPa) FM1‐243‐1
FM1 22.52
FM1‐243‐2 13.05 FM1‐243‐3 15.16 FM2‐243‐1
FM2 11.11
FM2‐243‐2 11.17 FM2‐243‐3 13.94 FM3‐243‐1
FM3 9.89
FM3‐243‐2 15.33 FM3‐243‐3 13.58 FM4‐243‐1
FM4 7.97
FM4‐243‐2 5.65 FM4‐243‐3 10.10 FM5‐243‐1
FM5
9.70
FM5‐243‐2 7.51
FM5‐243‐3 11.39
62
Gambar 4. 19 Keadaan spesimen setelah dilakukan pengujian bending
IV.3.2 Pengujian Tekan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan spesimen akibat
pembebanan tekan. Spesimen rem komposit diberi beban penekanan hingga
spesimen pecah. Kekuatan tekan diambil dari kekuatan maksimal spesimen pada
saat pembebanan tekan.
Gambar 4. 20 Prinsip pengujian tekan[9]
Berikut ini adalah hasil dari pengujian tekan terhadap spesimen:
63
Tabel 4. 8 Hasil pengujian tekan modifikasi reinforcement
KODE Komposisi Bahan
Kekuatan Tekan (MPa)
R1‐243‐1 R1
23.41 R1‐243‐2 15.38 R1‐243‐3 22.66 R2‐243‐1
R2 17.79
R2‐243‐2 23.81 R2‐243‐3 24.57 R3‐243‐1
R3 37.92
R3‐243‐2 47.38 R3‐243‐3 38.66 R4‐243‐1
R4 38.86
R4‐243‐2 37.29 R4‐243‐3 47.32 R5‐243‐1
R5
41.59
R5‐243‐2 41.64
R5‐243‐3 54.30
Tabel 4. 9 Hasil pengujian tekan modifikasi friction modifier
KODE Komposisi Bahan Kekuatan Tekan
(MPa) FM1‐243‐1
FM1 39.57
FM1‐243‐2 35.45 FM1‐243‐3 37.94 FM2‐243‐1
FM2 29.23
FM2‐243‐2 29.56 FM2‐243‐3 17.68 FM3‐243‐1
FM3 21.69
FM3‐243‐2 41.07 FM3‐243‐3 36.32 FM4‐243‐1
FM4 31.22
FM4‐243‐2 40.59 FM4‐243‐3 41.75 FM5‐243‐1
FM5
9.69
FM5‐243‐2 22.07
FM5‐243‐3 27.51
64
Gambar 4. 21 Keadaan spesimen setelah dilakukan pengujian tekan
IV.3.3 Pengujian Gesek
Pengujian gesek dilakukan untuk mengetahui keofisien gesek kinetik
material. Pengujian dilakukan dengan memberikan gaya normal tertentu pada
spesimen ke piringan putar. Kemudian gaya gesek yang didapatkan di hitung
untuk menentukan koefisien gesek kinetik.
Gambar 4. 22 Prinsip pengujian gesek[17]
Berikut ini hasil pengujian gesek terhadap spesimen:
65
Tabel 4. 10 Hasil pengujian gesek modifikasi reinforcement
KODE Komposisi Bahan μ
R1-243-1 R1
0.33 R1-243-2 0.31 R1-243-3 0.36 R2-243-1
R2 0.29
R2-243-2 0.30 R2-243-3 0.34 R3-243-1
R3 0.35
R3-243-2 0.31 R3-243-3 0.31 R4-243-1
R4 0.32
R4-243-2 0.33 R4-243-3 0.34 R5-243-1
R5 0.29
R5-243-2 0.32
R5-243-3 0.32
Tabel 4. 11 Hasil pengujian gesek modifikasi friction modifier
KODE Komposisi Bahan μ
FM1-243-1 FM1
0.34 FM1-243-2 0.35 FM1-243-3 0.32 FM2-243-1
FM2 0.30
FM2-243-2 0.29 FM2-243-3 0.33 FM3-243-1
FM3 0.30
FM3-243-2 0.32 FM3-243-3 0.32 FM4-243-1
FM4 0.33
FM4-243-2 0.28 FM4-243-3 0.27 FM5-243-1
FM5 0.30
FM5-243-2 0.33
FM5-243-3 0.32
66
Gambar 4. 23 Spesimen uji gesek