106143492-TI-Karbunkel
-
Upload
irma-aurora -
Category
Documents
-
view
116 -
download
0
Transcript of 106143492-TI-Karbunkel
KARBUNKEL
I. Definisi
Furunkel ( boll = bisul ) adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit
dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong,kuduk,aksila,badan
dan tungkai. Fuwnkel dapat terbentuk pada Iebih dan satu tempat. Jika lebih dan
satu disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang,daya tahan tubuh kurang dan
infeksi oleh staphylococcus Aureus. Infeksi dimulal dan peradangan pada folikel
rambut pada kulit (folikulitis ) yang menyebar ke jaringan sekitarnya.
Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan
jaringan sekitarnya yang berdekatan. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa
furunkel yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari
jaringan subkutan yang padat7. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah
folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.
II. Etiologi
A. Bakteri :
stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm,
susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil,
katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
B. Bakteri lain atau jamur
Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong.
Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau
jari-jari tangan.
III. Faktor Resiko
Setiap orang dapat beresiko terkena karbunkel, namun terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan resiko, antara lain:
1. Karier S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina).
2. Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga membuat
tubuh sulit untuk melawan infeksi.
3. Higiene yang buruk. Hal ini mempermudah bakteri berkolonisasi di
permukaan kulit, sehingga meningkatkan resiko infeksi.
4. Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang ketat dapat
menyebabkan luka pada kulit, membuat bakteri mudah untuk masuk
kedalam tubuh.
5. Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit, masalah kulit
seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan
menjadi furunkel atau karbunkel.
6. Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek kortikosteroid
berupa supresi sistem imun tubuh.
7. Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat
kemoterapi atau mendapat obat omeprazole.
8. Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa kronik,
sindrom Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3,
hipogammaglobulinemia transient, timoma dengan imunodefisiensi, dan
sindrom Wiskott-Aldrich.
IV. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Kulit:
Secara sederhana, kulit dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ; epidermis,
basement membrane dan dermis. Diantara epidermis dan dermis dibatasi oleh
basement membrane yang hanya tampak pada mikroskop elektron. Dibawah
lapisan dermis terdapat lapisan subkutan. Adneksa kulit meliputi kelenjar-kelenjar
kulit, rambut dan kuku.
1. Lapisan Epidermis
a. Stratum korneum ( horny layer )
Lapisan terluar dari kulit yang terdiri atas sel-sel pipih yang mati,
tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi zat tanduk (keratin).
Dibawah lapisan ini terdapat lapisan lusidum yang juga memiliki sel
gepeng tanpa inti, namun protoplasmanya berubah menjadi protein
(eleidin).
b. Stratum granulosum
Lapisan yang terdiri dari dua sampai tiga lapis sel pipih dengan
sitoplasma berbutir kasar (keratohialin) dan terdapat inti diantaranya.
c. Stratum Spinosum
Terdiri dari beberapa lapis sel poligonal yang dengan ukuran
beragam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena mengandung
banyak glikogen dengan inti ditengah. Diantara sel-sel tersebut terdapat
banyak sel Langerhans.
d. Stratum Basale
Lapisan terbawah dari epidermis yang memiliki sel kubus yang aktif
bermitosis dan sel pembentuk melanin.
2. Lapisan Dermis
a. Pars papilare
Bagian yang berada di bawah epidermis terdiri atas ujung serabut
syaraf dan pembuluh darah.
b. Pars Retikulare
Terdiri atas serabut kolagen, elastin dan retikulin. Serabut kolagen
terbentuk dari fibroblast yang membentuk ikatan helix dan mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Serabut elastik memiliki banyak cabang
protein yang reversibel terhadap tekanan. Substansi dasar terdiri dari
glikosaminoglikan, asam hialuronat, heparin sulfat, dermatan sulfat dan
kondroitin sulfat.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Pada lapisan
ini terdapat ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Vaskularisasi
diatur oleh dua pleksus yang beranastomosis, yaitu pleksus superficial di dermis
dan plexus profunda di subkutis.
4. Adneksa Kulit
a. Glandula Sudorifera
Terdiri dari dua kelenjar yaitu apokrin dan ekrin. Kelenjar apokrin
terletak di aksila, saluran telinga luar, aerola mammae, pubis dan labia
minora. Kelenjar ekrin berbentuk spiral bermuara langsung ke permukaan
kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan dan
kaki, dahi dan aksila.
b. Glandula Sebasea
Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan
kaki. Kelenjar ini disebut holokrin karena tidak berlumen dan bermuara
lumen akar rambut.
c. Kuku
Merupakan bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian
kukui yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian
yang terbuka di atas jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku
(nail plate) dan paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kulit yang
ditutupi bagian kuku yang bebas disebut hiponikium dan kulit yang
menutupi kuku bagian proksimal disebut eponikium.
d. Rambut
Terdiri atas dua bagian, yaitu akar rambut yang terbenam dalam
kulit dan batang rambut yang berada diluar kulit. Terdapat duam macam
tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus tidak berpigmen
dan rambut terminal yang lebih kasar dan berpigmen. Rambut halus di dahi
dan bagian badan disebut velus.
Fisiologi Kulit :
1. Fungsi Proteksi
Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai barier. Keratinosit
sebagai barier mekanik, melanosit sebagai barier terhadap radiasi dan sel
Langerhans sebagai barier imunologi. Proses keratinisasi berperan sebagai
barier mekanis karena sel-sel yang mati melepaskan diri secara teratur. Sifat
impermeabel dari stratum korneum dan lapisan keasaman kulit menjadi
pelindung dari kontak zat kimia dan air. Ekskresi kelenjar sudorifera dan
sebasea menyebabkan pH kulit berkisar 5-6.5 sebagai perlindungan kimiawi
terhadap infeksi jamur dan bakteri.
2. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar di kulit mengeluarkan sisa metabolisme berupa
keringat dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Sebum
yang di produksi berfungsi untuk memberikan kelembapan untuk menahan
evaporasi air yang berlebihan.
3. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Rangsangan tekanan Rangsangan terhadap panas oleh badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Rangsangan terhadap dingin oleh Badan
Krause di dermis. Rangsangan terhadap perabaan oleh badan Meissner di
papila dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis. Rangsangan
terhadap tekanan oleh badan Paccini di epidermis.
4. Fungsi Termoregulasi
Termoregulasi kulit melalui pengeluaran keringat dan kontraksi otot
pembuluh darah kulit.
5. Fungsi Pembentukan Pigmen dan Vitamin D
Sel melanosit merupakan sel pembentuk pigmen kulit. Densitas
melanosit mempengaruhi warna kulit seseorang. Pajanan matahari
mempengaruhi produksi melanosome yang dibentuk dari tirosine dan
sistein1. Fungsi pembentukan vitamin D dengan pengubahan 7-dihidroksi
kolesterol oleh sinar matahari.
V. Gejala klinis
a. Pada permulaan infeksi terasa sangat nyeri dan tampak benjolan merah,
permukaan halus, bentuk seperti kubah dan lunak.
b. Beberapa hari ukuran membesar 3 – 10 cm.
c. Supurasi terjadi setelah 5 – 7 hari dan pus keluar dari banyak lubang fistel.
d. Setelah nekrosis tampak modul yang menggaung atau luka yang dalam
dengan dasar yang purulen
VI. Patofisiologi
Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau
robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah
mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi
yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti
formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor)
dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang
teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah
putih, bakteri, dan sel kulit mati).
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karbunkel meliputi pembedahan untuk mengeluarkan pus,
pemberian antibiotic sistemik dan terapi adjuvans.
1. Pembedahan
Terapi adekuat dari karbunkel adalah insisi dan drainase pus.
Persetujuan tindakan medis diperlukan sebelum melakukan tindakan.
Selanjutnya semua perlengkapan operasi disiapkan. Pertama disinfeksi area
karbunkel dan sekitarnya didisinfeksi dan dibatasi dengan duk steril..
Anastesi lokal yang umumnya digunakan adalah lidokain 1%. Scalpel
dipegang menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membuat initial
entry. insisi dilakukan langsung ke pusat abses. Insisi dibuat searah dengan
skin-tension line. Insisi dilebarkan untuk membuat ruang yang cukup
memadai sehingga semua pus dapat keluar. Hal ini dapat mencegah
terjadinya rekurensi. Pengambilan pus utuk kultur dapat menggunakan
hapusan atau spuit ke dalam ruang abses. Setelah pus mengalir spontan.
klem yang berujung bengkok untuk membuka seluruh ruang abses. Klem
dimasukkan ke dalam ruang abses ke dalam sampai menyentuh jaringan
yang sehat, kemudian ujung klem dibuka dan digerakkan melingkar untuk
mengeksplorasi memisahkan jaringan sehat dan ruang abses. Selanjutnya
dilakukan irigasi menggunakan spuit tanpa jarum dengan normal saline
sampai cairan irigasi yang keluar dari ruang abses jernih. Wound-packing
material ukuran seperempat atau setengan inchi dimasukkan dalam ruang
abses. Kemudian tutup luka dengan kasa steril dan plester. Penderita follow-
up setelah 2-3 hari, jika tidak ada pus, wound-packing material di ambil
2. Antibiotik Sistemik
Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib
diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik
diberikan selama empat sampai tujuh hari.
.Tabel 1 Antibiotik Sistemik3
Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually For 7 to 14 Days
Natural penicillins
Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days
Penicillin G 600,000–1.2 million U IM qd for 7 days
Benzathine penicillin G 600,000 U IM in children 6 years, 1.2 million units if 7 years, if compliance is a problem
Penicillinase-resistant penicillins
Cloxacillin 250–500 mg (adults) qid for 10 days
Dicloxacillin (drug of choice) 250–500 mg (adults) qid for 10 days
Nafcillin 1.0–2.0 g IV q4h
Oxacillin 1.0–2.0 g IV q4h
Aminopenicillins
Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h
Amoxicillin plus clavulanic acid (Betha-lactamase inhibitor)
875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for 10 days
Ampicillin 250–500 mg qid for 7–10 days
Cephalosporins
Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50 mg/kg per day (children) for 10 days
Cephradine 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40–50 mg/kg per day (children) for 10 days
Cefaclor 250–500 mg q8h
Cefprozil 250–500 mg q12h
Cefuroxime axetil 125–500 mg q12h
Cefixime 200–400 mg q12–24h
Erythromycin group
Erythromycin ethylsuccinate 250–500 mg (adults) qid for 10 days; 40 mg/kg per day (children) qid for 10 days
Clarithromycin 500 mg bid for 10 days
Azithromycin Azithromycin: 500 mg on day 1, then 250 mg qd days 2–5
Clindamycin 150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15 mg/kg per day (children) qid for 10 days
Tetracylines
Minocycline 100 mg bid for 10 days
Doxycycline 100 mg bid
Tetracycline 250–500 mg qid
Miscellaneous agents
Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg TMP + 800 mg SMX bid
Metronidazole 500 mg qid
Ciprofloxacin 500 mg bid for 7 days
Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus
(MRSA) dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam7. Pilihan
lain adalah tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak13. Terapi
pilihan untuk golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin
Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan
eritromisin. Pada orang yang alegi terhadap β-lactam antibiotic dapat
diberikan vancomisin.
Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti
inflamasi berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah
autoinokulasi. Pasien dengan karbunkel yang berulang memerlukan
evaluasi dan penanganan lebih komplek.
Tabel 2. Manajemen furunkulosis atau karbunkel rekuren3,8,11
Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti
- Proses sistemik
- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat kimia,
minyak).
- higiene yang buruk.
- Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga kontak seperti
gulat, autoinokulasi.
- Stahphylococcus aureus dari hidung : disini tempat dimana penyebaran organisme ke tempat
tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal bervariasi : 10%-15% pada balita 1
tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada dokter RS dan siswa militer.
Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada kulit.
Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun adalah penting. Sabun
antimikrobial yang mengandung providone iodine atau benzoyl peroxide atau klorheksidin 4%
dapat digunakan untuk mengurangi kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah
harus digunakan dan secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.
Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus digunakan sesering
mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada seprai dan pakaian dalam pasien dengan
furunkulosis atau karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada
anggota keluarganya. Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.
Pertimbangan umum : beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren. Kadang-kadang,
masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh pasien agar tidak melakukan
pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu dengan stres emosional dan kelelahan fisik.
Liburan selama beberapa minggu, idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan
cara menyediakan istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program perawatan kulit.
Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin maupun yang
resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :
- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada hidung dan secara
sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit, sebuah proses yang menyebabkan
furunkulosis rekuren. Pemakaian secara intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam
base paraffin yang putih dan lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung
sekitar 70% pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus terhadap
mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis dengan salep asam fusidat
yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap minggu keempat pada pasien dan anggota
keluarganya yang merupakan karier strain infeksius S.aureus pada hidung (bersamaan dengan
pemberian antibiotik anti-stafilokokus peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti
dengan beberapa keberhasilan.
- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif dalam
mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode lebih dari 12 minggu.
Penggunaan rifampin dalam jangka waktu tertentu untuk mengeradikasi S.aureus pada hidung
dan menghentikan siklus berkelanjutan dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada
pasien yang dengan pengobatan lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat
muncul dengan cepat pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua (dikloxacillin bagi
S.aureus yang peka methicillin; trimethoprim-sulfametaxole, siprofloksasin, atau minoksiklin
bagi S.aureus yang resisten methicillin) telah digunakan untuk mengurangi resistensi rifampin
dan untuk mengobati furunkulosis rekuren.
VIII. Pemeriksaan penunjang
Karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis
darikarbunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis
danlemak subkutan. Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh
trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir folikel
rambut,mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasidengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram S.aureus
akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) bergerombol
sepertianggur, tidak bergerak . Kultur pada medium agar MSA (Manitot Salt Agar )
selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat mefermentasikan manitol sehingga
terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi kuning. Pada kultur S.
aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar (6-8 mm),
permukaan halus,sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji sensitivitas
antibiotik diperlukanuntuk penggunaan antibiotik secara tepat
IX. Komplikasi
Invasi bakteri kedalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat
ditentukan. Prevalensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar
30% dan menyebabkan komplikasi endokarditis, osteomyelitis, septic arthritis,
perinephric abses, meningitis dan sepsis. Manipulasi pada lesi dapat memfasilitasi
penyebaran infeksi melalui aliran darah.
Endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia akibat S.aureus.
Insidensi endokarditis disebabkan S.aureus meningkat selama 20 tahun terakhir
dan sekarang menjadi penyebab utama endokarditis di seluruh dunia, terhitung
sekitar 25-30% kasus. Komplikasi berat seperti sepsis, memberikan tanda dan
gejala awal menggigil, demam, gelisah, takikardi dan takipnea.
Komplikasi lainnya yang jarang yaitu trombosis sinus kavernosus. Lesi
pada bibir dan hidung juga dapat menyebabkan bakteremia melalui vena-vena
emisaria wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus.
X. Prognosis
Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi insisi dan
drainase pus serta antibiotic sistemik. Beberapa pasien mengalami komplikasi
bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa pasien mengalami rekurensi,
terutama pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh.
XI. Epidemiologi
Karbunkel memiliki prevalensi yang kecil. Umumnya terjadi pada anak-
anak, remaja sampai dewasa muda. Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan
Inggris, pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita
yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan
karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan rawat inap.
54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan 46% pasien adalah
perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun. 72% berusia
15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun.
XII. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-
gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu
dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya.
Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah
meeringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup
diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka,
mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit
2) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak baik
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
7) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan Rencana KeperawatanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
pasien dapat mempertahankan integritas kulit
Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali
Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Kolaborasi dalam pemberian obat topical
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi
Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer
Mencegah atau mengontrol infeksi
Nyeri akut/kronis
berhubungan dengan lesi
kulit
nyeri terkontrol/teratasi Kaji skala nyeri
Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri
Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery
Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping
Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan
Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
ketergantungan farmakologis
Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian
Perubahan metode untuk penghilangan nyeri
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
pruritus
kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Kaji tingkat tidur pasien
Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur malam hari
Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur
Kolaborasi pemberian obat antihistamin
Untuk mengetahui kualitas tidur pasien
Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi
Memberikan efek yang
menguntungkan untuk tidur jika
dilakukan pada sore hari
Memberikan obat diharapkan
pasien dapat tidur
XIII. Peran Advokasi perawat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,
hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
XIV. ASPEK LEGAL ETIS
1. Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik.
2. Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya
bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.
Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan
bahaya yang tidak disengaja.
3. Beneficence (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk
melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan
klien dan keluarga.
4. Justice (perlakuan adil)
Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
5. Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorang.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tema : Penyakit Karbunkel
Sub Tema : Pencegahan Karbunkel
Waktu Pertemuan : 60 menit
Hari, Tanggal : Kamis, 24 Mei 2012
Pukul : 08.00 WIB- 09.00 WIB
Sasaran : Ny .Toni
Tempat : Bangsal
I. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah malakukan penyuluhan diharapkan Ny.Toni dapat mengerti tentang Pencegahan Karbunkel
II. Tujuan Instruksional Khusus :
1. Ny.Toni mengetahui definisi Karbunkel dengan benar
2. Ny.Toni jelas terhadap penyebab Karbunkel dengan benar
3. Ny.Toni dapat memahami pencegahan Karbunkel dengan benar
4. Ny.Toni dapat mengetahui cara perawatan Karbunkel dengan benar
III. Pokok materi
1. Definisi Karbunkel
2. Penyebab Karbunkel
3. Pencegahan Karbunkel
4. Cara perawatan Karbunkel
IV. Metode : Ceramah dan tanya jawab
V. Kegiatan penyuluhan :
No. Penyuluh Sasaran waktu1. Pendahuluan :
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Memberikan apersepsi
Menjawab salamMemperhatikanMemperhatikanMemperhatikan
10 Menit
d. Menjelaskan tujuan
2. Kegiatan Inti :a. Memberikan materi tentang :
Definisi Kraniostenosis
Penyebab Kraniostenosis
Pencegahan Kraniostenosis
Kraniostenosis
Cara perawatan Kraniostenosis
b. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan
Memperhatikan
BertanyaMemperhatikan
35 Menit
3. Penutup: a. Menyimpulkan materi penyuluhan
b. Memberikan evaluasi dengan pertanyaan
lisan
c. Memberikan salam penutup
MemperhatikanMemperhatikan
Menjawab salam
15 menit
VI. Media : Power Point
VII. Sumber/Referensi :
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :
Jakarta.
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
VIII. Evaluasi : Memberikan pertanyaan kepada Ny.Toni secara lisan:
1. Bagaimana pencegahan Karbunkel?
2. Bagaimana cara perawatan penyakit Karbunkel ?
Yogyakarta, 24 Mei 2012Mahasiswa
( Christiyanto Aji N.)