10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

7
10 KRITERIA ALIRAN SESAT MENURUT MUI Dikemukakan dalam penutupan rakernas MUI di Hotel Sari Pan Pacific, Jl.MH. Thamrin, Jakarta, Selasa (6/11/2007) tentang Kriteria Aliran Sesat yaitu sebagai berikut: 1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6. 2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah. 3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran. 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran. 5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah- kaidah tafsir. 6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam. 7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul. 8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu. 10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya. Dinukil dari: http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/ 11/tgl/06/time/123242/idnews/849046/idkanal/10

Transcript of 10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

Page 1: 10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

10 KRITERIA ALIRAN SESAT MENURUT MUI

 

Dikemukakan dalam penutupan rakernas MUI di Hotel Sari Pan Pacific, Jl.MH. Thamrin, Jakarta, Selasa (6/11/2007) tentang Kriteria Aliran Sesat yaitu sebagai berikut:

1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6.

2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah.

3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.

6. Mengingkari kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam.

7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.

8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.

9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak 5 waktu.

10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.

Dinukil dari:

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/11/tgl/06/time/123242/idnews/849046/idkanal/10

 

stri Kang Jalal Luncurkan Buku “Kesesatan” MUISenin, 3 Februari 2014 - 08:59 WIB

Sunni dan Syiah mememili perbedaan secara prinsip, yakni secara akidah. Sedang menyangkut kesesatan Syiah sikap para ulama tidak ada perbedaan

Page 3: 10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

hidayatullah.com/ChaEmilia Renita Az, istri kedua Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Djalaluddin Rahmat

Terkait

IJABI: Bertanyalah kepada Ulama Syiah Luncurkan Buku di Tengah Bencana, SBY Dinilai Kurang Berempati Pemuda Persis Kota Bandung Adakan Kajian Syiah dekat Rumah Jalal Sebagai Tanggung Jawab Akidah, MUI Pusat Terbitkan Buku Penyimpangan Syiah

Hidayatullah.com—Di saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) gencar memberikan pemahaman umat dan mengeluarkan buku tentang kesesatan Syi’ah, tiba-tiba muncul buku “mensesatkan” MUI.

Sebuah buku berjudul, “Apakah MUI Sesat” (Berdasarkan 10 Kriteria Aliran Sesat) karya Emilia Renita Az. Emilia adalah istri Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Djalaluddin Rahmat.

Kepada hidayatullah.com melalui sambungan telepon, Emilia mengakui bukunya itu sebagai jawaban atas buku yang telah dikeluarkan Tim MUI Pusat berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia.”

Menurut Emilia, selama ini MUI dinilai secara seenaknya mensesatkan orang dengan dampak yang tidak sedikit.  Sementara tak ada satupun orang/lembaga yang berani mengkritisi.

“Sekali ini MUI dilawan wanita Syiah, “ ujarnya pada hidayatullah.com, Ahad (02/02/2014).

Page 4: 10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

Emilia mengatakan, buku ini dinilai titik tolak kebangkitan Syiah yang dinilai tertindas.

“Gak bisa orang dikafirin, dan mereka merasakan bagaimana dikafirkan. Yang mengkafirkan mereka itu orang Syiah, perempuan, “ tambahnya.

Ia menilai, melakukan itu karena selama ini fatwa-fatwa MUI tidak ada yang membantah dan seluruh fatwanya ditaati.

Saat ditanyakan bahwa hujjah/fatwa/keputusan MUI Pusat adalah keputusan institusi para ulama yang membawahi semua Ormas-ormas Ahlus Sunnah, maka seharusnya hujjah/fatwa dibalas dengan intitusi yang kedudukannya serupa, misalnya fatwa resmi Syiah, bukan hujjah kadernya, yang mencerminkan perwakilan pribadi.

“Kalau kita pakai hujjah Syiah, kita tidak ketemu malahan,”ujarnya pendek.

Tidak Selevel

Sementara itu, Habib Achmad Zein Al-Kaff, yang tercatat dalam jajaran Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur mengatakan belum sempat membaca buku tersebut. Namun menurutnya, bukan levelnya seseorang berkapasitas pribadi mengkritisi fatwa/hujjah yang keluar dari institusi MUI.

“Saya belum baca buku tersebut. Tapi sangat mengherankan siapa dia? Dan siapa MUI yang dia kritik. Sebab MUI itu mewakili Ormas Islam di Indonesia. Memang sekarang ini zamannya orang tidak tau diri,” ujar Pengurus MUI Jawa Timur ini dalam jawab pendek saat perjalanan menuju Jawa Tengah.

Sedang peneliti Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) – Surabaya Bahrul Ulum mengatakan, setiap persoalan memiliki kewenangan dan otoritas. Apalagi menyangkut ilmu dan agama. Jika tidak, semuanya akan rusak.

“Apapaun masalahnya harus disandarkan pada kewenangan dan otoritas. Jika tidak ilmu akan menjadi rusak,” ujarnya. Ia menilai MUI memiliki kewenangan mengeluarkan fatwa dan lembaga ini juga memiliki otoritas.

Ia mencontohkan dalam ilmu kedokteran. Jika semua orang tidak bekompeten mengomentari ilmu kedokteran, rusaklah ilmu kedokteran. Kalau sudah begitu, untuk apa didirikan Fakultas Ilmu Kedokteran jika semua orang yang tidak berkompeten bisa berkomentar?

Lagi pula menurut Bahrul, antara Sunni dan Syiah mememili perbedaan secara prinsip, yakni secara akidah. Sedang menyangkut kesesatan Syiah sikap para ulama tidak ada perbedaan.*

MUI: Ajaran Syiah Penuhi 10 Kriteria Aliran Sesat

Page 5: 10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

4 bulan lalu | 5184 views

KIBLAT.NET, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyatakan bahwa sekte Syiah yang akhir-akhir ini banyak dipertanyakan oleh masyarakat adalah kelompok sesat dan menyimpang. Menurut MUI, ajaran Syiah telah memenehui sepuluh kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan MUI dalam Rakernas pada Selasa, 6 Nopember 2007, di Sari Pan Pasifik, Jakarta.

Dalam buku ‘Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia’ yang diterbitkan oleh MUI Pusat pada bulan Nepember 2013 ini disebutkan bahwa suatu ajaran dalam Islam jika mengandung sepuluh kriteria yang telah ditetapkan MUI di Jakarta di atas merupakan ajaran menyimpang dan sesat. Sepuluh kriteria yang disebutkan MUI tersebut adalah, pertama; mengingkari salah satu Rukun Islam dan Rukun Iman , kedua; menyakini atau mengikuti Aqidah yang tidak sesuai dengan dalil Syar’I (Al Qur’an dan As Sunnah), ketiga; menyakini turunnya wahyu sesudah Al Qur’an, keempat; mengingkari autentitas dan kebenaran Al Qur’an.

MUI melanjutkan, kelima; menafsirkan Al Qur’an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir, keenam; mengingkari hadist sebagai sumber ajaran Islam, ketujuh; melecehkan/mendustakan Nabi dan Rasul, kedelapan; mengingkari Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir, kesembilan; mengurangi/menambah pokok-pokok ibadah yang tida ditetapkan Syariat dan kesepuluh; mengkafirkan sesama muslim hanya karena bukan kelompoknya.

“Kesepuluh kriteria kelompok sesat di atas telah dianut dan diamalkan oleh Syiah Imamiah, Itsna Asyariah dan Madzhab Ahlu Bait (Versi syiah)” kata MUI dalam buku yang dibagikan gratis untuk masyarakat tersebut.

MUI menunjukkan, sepuluh kriteria tersebut terungkap dianut oleh kelompok Syiah berdasarkan kajian dan musyawarah yang dilakukan Badan Silaturrahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) pada tanggal 3 Januari 2012 di gedung Islamic Centre Pamekasan, Madura. Menurut kajian BASSRA, di antara keyakinan Syiah Imamiyah yang menyimpang dari prinsip-prinsip Islam adalah:

Pertama: Rukun Iman dan Rukun Islam Syiah berbeda dari nash-nash Al Quran dan hadis mutawatir yang shahih, karena menambahkan rukun Al Wilayah (Keimaman Ali bin Abi Thalib dan Keturuannya) sebagai rukun Iman dan Islam.

Kedua: Menyakini adanya tahrif (interpolasi) Al Qur’an yang artinya mengingkari autentisitas dan kebenara Al Qur’an

Ketiga: Mengkafirkan keompok lain yang diluar golongannya karena mereka berprinsip seorang yang tidak mengimani rukun Iman dan Islam yang paling pokok, yaitu Al Wilayah, maka dianggap bukan muslim, fasik, bahkan kafir. Dan hal itu bukan hanya untuk umat Islam umumnya, akan tetapi juga mencakup para sahabat Nabi yang utama Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman Radiyallahu Anhum dan semua yang bersepakat membaiat mereka.

Page 6: 10 Kriteria Aliran Sesat Menurut Mui

Dalam buku setebal 152 halam itu, MUI juga menyebutkan pernyataan para ulama besar Indonesia yang menegaskan bahwa Syiah adalah ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni, yang sesuai dengan ajaran Salafus Shaleh. Ulama-ulama tersebut adalah Syaikh Hasyim Al Asy’ari (Rais Akbar NU), Prof. DR. Hamka (Tokoh Muhammadiyah dan Ketum MUI periode 1975-1980), DR. Muhammad Nashir (Pendiri Dewan Dakwah (DDI) dan KH. Hasan Bashir (Ketua MUI periode 1985-1998). [hunef]