10 Januari - Sumedang · 2020. 7. 14. · 3.6 Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor ..... 71 3.7...
Transcript of 10 Januari - Sumedang · 2020. 7. 14. · 3.6 Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor ..... 71 3.7...
IKHTISAR EKSEKUTIF
Tahun 2019 merupakan tahun ke-2 dari pelaksanaan RPJMD 2018-2023. Sebagai
kelanjutannya BNPB telah menjabarkan di RENSTRA BPBD Kabupaten Sumedang
2018-2023, maka sasaran strategis BPBD Kabupaten Sumedang tahun 2018-2023
adalah Pengurangan indeks risiko bencana di Kabupaten Sumedang serta Indikator
Kinerja Utama (IKU) yaitu indeks risiko bencana dengan 5 indikator sasaran yaitu : 1)
jumlah desa/kelurahan rawan bencana yang mendapatkan informasi peringatan dini
bencana; 2) jumlah desa/kelurahan tangguh bencana; 3) persentase kecepatan
respons bencana kurang dari 24 jam; 4) persentase korban bencana yang diberikan
bantuan; 5) persentase pemulihan pasca bencana yang berhasil di realisasikan. Dari
hasil pengukuran kinerja, capaian kinerja BPBD pada tahun 2019 secara umum telah
meningkat dari tahun sebelumnya namun masih terdapat indikator kinerja utama yang
belum mencapai target yang ditetapkan di tahun 2019, adapun rincian capaian
Indikator Kinerja Utama BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 adalah sebagaimana
tabel berikut:
Tabel Indikator Kinerja Utama BPBD
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Satuan Penjelasan Formulasi Sumber
1
Pengurangan Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Sumedang
Indeks Risiko
Bencana Poin
Penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila bahaya itu
menjadi bencana
BPBD
Tabel Sasaran dan Capaian Indikator Kinerja Program BPBD
Sasaran Strategis Indikator Sasaran Kondisi Awal Target Realisasi
% 2019 2019
Pengurangan indeks risiko bencana di Kabupaten Sumedang
Jumlah Desa/Kelurahan Rawan Bencana yang Mendapatkan Informasi Peringatan Dini Bencana
277 Desa/Kelurahan
277 Desa/Kelurahan
3 Desa 1,08
%
Jumlah Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
0 Desa/Kelurahan 5
Desa/Kelurahan
- 0 %
Persentase Kecepatan Respons Bencana Kurang dari 24 Jam
100% 100% 100% 100
%
Persentase Korban Bencana yang diberikan bantuan
100% 100% 100% 100%
Persentase Pemulihan Pasca Bencana Yang Berhasil Di Realisasikan
100% 100% 100% 100%
Dari capaian kinerja Kab. Sumedang Tahun 2019 tentunya berpengaruh pada
upaya penurunan indeks risiko bencana dari nilai indeks risiko bencana di tahun
awal target sebesar 162 poin, menjadi target 155 poin di tahun 2019
Dari sisi capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BPBD Kab. Sumedang pada
tahun 2019 adalah sebesar Rp. 8.005.002.000,00 - yang dilaksanakan melalui 1
(satu) program dengan capaian realisasi anggaran sebesar 71.92% atau
sebesar Rp. 5.757.310.330,00,- dan pada tahun 2019, BPBD Kab. Sumedang
dan telah merealisasikan Dana Hibah Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana (lanjutan) TA 2019 sebesar Rp. 5,855,752,000.00 untuk
pemulihan pasca bencana di Desa Margalaksana Kecamatan Sumedang
Selatan dengan capaian realisasi sebesar 62.28 % atau sebesar
3.647.078.830,00.
Daftar isi
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 2
1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................................................... 3
1.3 Tugas dan Fungsi BPBD ............................................................................................... 4
1.4. Sumber Daya Manusia BPBD ...................................................................................... 11
1.5 Isu Strategis .................................................................................................................... 14
1.6 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja ......................................................................... 19
Bab II Perencanaan kinerja .................................................................................................. 21
2.1Perjanjian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 .................................................. 25
2.2Sasaran Strategis BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 ................................................... 26
2.3 Pagu Anggaran BPBD Kab. Sumedang pada tahun 2019 ............................................. 26
Bab III Akuntabilitas Kinerja ............................................................................................... 27
3.1 Capaian Kinerja Organisasi ............................................................................................ 27
3.2 Capaian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 ...................................................................... 28
3.3 Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Bencana ........................................................... 30
3.4 Pengkajian Risiko Bencana ..................................................................................... 46
3.6 Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor ................................................................ 71
3.7 Pengembangan Skenario ........................................................................................... 86
3.8 Kebijakan dan Strategi .................................................................................... 93
Bab IV Penutup
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Isu Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumedang .... 14
Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 ..................................... 25
Tabel 2.2. Sasaran Strategis BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 ....................................... 26
Tabel 2.3. Perbandingan pagu awal dan pagu akhir anggaran
BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 .................................................................... 26
Tabel 2.4 Dana Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Tahun 2019 .............. 26
Tabel 3.1 Capaian indikator kinerja utama BPBD tahun 2019 ............................................ 27
Tabel 3.2 indeks risiko bencana kabupaten/kota tahun 2018, Sumber IRBI 2018 .............. 28
Tabel 3.3 Advokasi Pada fase Sebelum Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang. ........ 28
Tabel 3.4 Advokasi Pada fase saat Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang ............... 28
Tabel 3.5 Advokasi Pada Fase Setelah Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang .......... 35
Tabel 3.6 Capaian Indikator Kinerja Program BPBD Tahun 2019 ...................................... 42
Tabel 3.7 Indikator Kinerja Utama BPBD ........................................................................... 42
Tabel 3.8 Kegiatan-Kegiatan PRB Tahun 2019 ................................................................... 42
Tabel 3.9 Capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BPBD Kab. Sumedang
pada tahun 2019 .................................................................................................... 43
Tabel 3.10 Potensi Luas Bahaya Banjir di Kabupaten Sumedang ................................. 50
Tabel 3.11 Potensi Penduduk Terdampak Bencana Banjir .......................................... 55
Tabel 3.12 Potensi Kerugian Akibat Bencana Banjir ................................................... 55
Tabel 3.13 Kelas Kerentanan Bencana Banjir ............................................................. 56
Tabel 3.12 Potensi Kerugian Akibat Bencana Banjir ................................................... 57
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia terletak pada posisi 060 34’ 46,18” - 70 00' 56,25" Lintang Selatan dan
1070 01’ 45,63” - 1080 12' 59,04" Bujur Timur beribukota Sumedang. Kabupaten ini
berada di sebelah timur Kota Bandung, berbatasan dengan beberapa kabupaten
yaitu :
a. Sebelah Utara Kabupaten Indramayu;
b. Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung;
c. Sebelah Timur Kabupaten Majalengka; dan
d. Sebelah Barat Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung
Barat.
Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 1.522,20 Km2, dimana Kecamatan
Buahdua merupakan kecamatan yang paling luas wilayahnya yaitu sebesar 131,37
Km2 dan yang paling kecil adalah Kecamatan Cisarua dengan luas 18,92 Km2.
Secara administratif pada akhir tahun 2017 Kabupaten Sumedang terdiri dari 26
Kecamatan, 270 desa dan 7 kelurahan. Jumlah Pemerintahan di Kabupaten
Sumedang berdasarkan satuan lingkungan setempat terdiri dari 7.365 Rukun
Tetangga dan 2.078 Rukun Warga. Sebagai salah satu kabupaten yang
perkembangan wilayahnya cukup pesat, Kabupaten Sumedang terus melakukan
berbagai upaya berbenah diri termasuk dalam aspek kebencanaan.
Kabupaten Sumedang sebagai salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang
dikategorikan sebagai daerah yang rentan terhadap terjadinya bencana alam,
mengingat karakteristik geografi Kabupaten Sumedang yang terdiri dari dataran
rendah dan bukit-bukit serta dikelilingi oleh rangkaian pegunungan yang membujur
dari barat, timur, utara sampai selatan menjadikan sebagian besar wilayah
Kabupaten Sumedang merupakan pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah
Utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas (1.684 mdpl), merupakan dataran
2
tertinggi di kabupaten ini yang berada di utara Sumedang. Adanya beberapa sesar
seperti sungkup, antiklin serta baribis yang melewati Kabupaten Sumedang
mengakibatkan sebagian besar wilayahnya rentan terhadap bencana alam tanah
longsor. Disamping itu, faktor lain yang mempengaruhi Kabupaten Sumedang rentan
terhadap bencana alam adalah kondisi geologi, meteorologi dan klimatologi, hidrologi
dan demografi.
Berpedoman kepada kondisi fisik geografi dan topografi Kabupaten Sumedang yang
rentan terhadap terjadinya bencana alam serta merujuk kepada beberapa peraturan
dan perundang-undangan seperti Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tanggal 26
April 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU 24/2007), Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tanggal 22 Oktober 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Permendagri
46/2008) dan pada tanggal 11 November 2008 keluar Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Perka BNPB 3/2008). Maka
Pemerintah Kabupaten Sumedang melakukan koordinasi dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana selanjutnya menetapkan beberapa peraturan yaitu
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 9 Tahun 2014 telah menetapkan
Pembentukan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Sumedang dan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 37 Tahun 2015 Tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Sumedang. Dalam tugas kesehari-harian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Sumedang dipimpin oleh Kepala BPBD ex oficio yaitu Sekretaris Daerah
yang dibantu oleh unsur pelaksana untuk menjalankan roda organisasi BPBD
meliputi kepala pelaksana, sekretaris, seksi pencegahan dan kesiapsiagaan, seksi
kedaruratan dan logistik serta seksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kehadiran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang
merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana sebagai upaya mencegah dan meminilasir potensi
ancaman bahaya bencana sekaligus sebagai upaya pemerintah Kabupaten
Sumedang dalam menerapkan kebijakan berlakunya otonomi daerah yang
menggariskan kewajiban daerah untuk menata urusan pemerintah di daerah.
3
Kehadiran BPBD di Kabupaten Sumedang tentunya tidak terlepas dari Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 46 tanggal 22 Oktober 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 tanggal 11 November
2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Pelaksanaan penanggulangan bencana telah dituangkan pada RPJMN 2015-2019,
dan sebagai kelanjutannya BNPB telah menjabarkan di RENSTRA BNPB 2015 – 2019
dan RENSTRA BPBD Kabupaten Sumedang 2018-2023, maka sasaran strategis
BPBD Kabupaten Sumedang tahun 2018-2023 adalah Pengurangan indeks risiko
bencana dengan 5 indikator sasaran yaitu : 1) jumlah desa/kelurahan rawan bencana
yang mendapatkan informasi peringatan dini bencana; 2) jumlah desa/kelurahan
tangguh bencana; 3) persentase kecepatan respons bencana kurang dari 24 jam; 4)
persentase korban bencana yang diberikan bantuan; 5) persentase pemulihan pasca
bencana yang berhasil di realisasikan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menyatakan bahwa setiap kementerian/
lembaga diwajibkan menyusun dan menyajikan laporan Kinerja atas prestasi kerja
yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan sebagai
wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi dan misi organisasi. Laporan
4
kinerja tahun 2019 merupakan bentuk pertanggungjawaban Kepala Pelaksana
BPBD Kabupaten Sumedang kepada Bupati atas pelaksanaan program dan
kegiatan serta pengelolaan anggaran yang dilaksanakan dalam rangka mencapai
sasaran strategis yang telah ditetapkan. Tujuan penyusunan Laporan Kinerja ini
adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran BPBD
Kabupaten Sumedang selama tahun 2019. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilaksanakan, akan dibuat rumusan kesimpulan yang akan dijadikan salah satu
bahan masukan dan referensi dalam menetapkan kebijakan dan strategi tahun
berikutnya.
1.3 Tugas dan Fungsi BPBD
Sejak dibentuk pada tahun 2014 dengan terbitnya Peraturan Daerah
Kabupaten Sumedang Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Organisasi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumedang dan
Peraturan Bupati Sumedang Nomor 37 Tahun 2015 Tentang Rincian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Badan penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Sumedang, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Sumedang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh
Unsur Pelaksana, yaitu :
1. Unsur Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah dipimpin oleh
seorang Kepala dengan Titelatur Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
2. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai
tugas pokok melaksanankan fungsi dan tugas pembantuan di bidang
penanggulangan bencana daerah.
3. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
uraian tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan dan mengawasi kegiatan yang berkaitan dengan
ketatausahaan, rumah tangga, keuangan dan kepegawaian;
5
b. Merumuskan kebijakan umum dan menyusun teknis pengelolaan
penanggulangan bencana skala Kabupaten;
c. Merumuskan, menetapkan serta melaksanakan Rencana Strategis dan
Rencana Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam rangka
kelancaran tugas
d. Menyiapkan bahan-bahan RPJPD, RPJMD dan RKPD bidang
penanggulangan bencana sebagai bahan penyusunan RPJMD, RPJMD
dan RKPD;
e. Menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja Badan Penanggulangan
Bencana sebagai pertanggungjawaban kepada Bupati;
f. Menyampaikan laporan keuangan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah kepada Bupati sebagai bahan penyusunan laporan keuangan
daerah;
g. Menyelenggarakan perencanaan, pemahaman, pengenalan, pengkajian
penangulangan bencana dan analisis kemungkinan dampak bencana.
h. Menyelenggarakan tumbuhnya rasa peduli dan setia kawan pada lembaga,
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha dalam bidang pendanaan
serta kegiatan persiapan penanggulangan bencana;
i. Menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan dan pencegahan
bencana;
j. Menyelenggarakan penyedian dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar korban bencana;
k. Menyelenggarakan penyusunan data akurat, informasi dan prosedur tetap
tanggap darurat bencana;
l. Menyelenggarakan penyedian dan penyiapan bahan, barang dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana;
m. Menyelenggarakan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, kerugian dan sumber daya serta pentuan status keadaan
darurat bencana;
n. Menyelenggarakan rehabilitasi, perbaikan lingkungan, perbaikan prasarana
dan sarana umum daerah bencana
6
o. Meyelenggarakan pemulihan fungsi pemerintah dan fungsi pelayanan
publik;
p. Menyelenggarakan kegiatan rekonstruksi bencana dan penerapan rancang
bangun yang tepat serta penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana;
q. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan penanggulangan bencana;
r. Melaksanakan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya
sesuai dengan lingkup tugas pada Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dan;
s. Melaksanakan tugas lain dengan tugas pokok dan bidang tugasnya.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan uraian tugas Kepala pelaksana Dalam
melaksanakan tugas pokok dan uraian tugas Kepala pelaksana di bantu
oleh Sekretaris.
1. Sekretariat dipimpin oleh seorang kepala dengan titelatur Sekretaris.
2. Sekrtetaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Pelaksana dalam
melaksanakan kegiatan di bidang administrasi keuangan
3. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
uraian tugas Sekretaris adalah sebagai berikut :
a. Menyusun rancangan usulan kebutuhan, penempatan, pengangkatan,
pemindahan pemberhentian pegawai Badan Penanggulangan Bencana
Daerah;
b. Menyusun dan melaksanakan administrasi kepegawain Badan
Penangulangan Bencana Daerah;
c. Menyusun dan melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan karsipan Badan
Penangulangan Bencana Daerah;
d. Menyusun rencana kerja dan Anggaran Badan Penanggulangan Bencana
Daerah;
e. Menyusun dan melaksanakan administrasi keuangan dan
pembendaharaan Badan Penangulangan Bencana Daerah;
7
f. Menyusun dan melaksanakan kegiatan hubungan msayarakat dan protokol
Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
g. Menyusun dan melaksanakan kebutuhan sarana dan prasarana rumah
tangga Badan Penangulangan Bencana Daerah;
h. Menyusun laporan/kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan bidang tugasnya.
Tugas pokok Seksi Pencegahan dan Kesispsiagaan
1. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh seorang oleh seorang
Kepala dengan titelatur Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
2. Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Pelaksana dalam melaksanakan kegiatan di bidang
pencegahan dan kesiapsiagaan bencana daerah.
3. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
uraian tugas Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan adalah sebagai
berikut :
a. Merencanakan operasional pencegahan dan kesiapsiagan bencana
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Menyiapkan bahan-bahan RPJPD, RPJMD dan RKPD bidang
penanggulangan bencana sebagai bahan penyusunan RPJMD, RPJMD
dan RKPD;
c. Menyusun laporan akuntabilitas kinerja urusan pencegahan dan
kesiapsiagaan bencana sebagai pertanggungjawaban Kepala Pelaksana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah kepada Bupati;
d. Mengelola, menganalisis urusan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana;
e. Melaksanakan pembangunan system mitigasi bencana dan penyusunan
data informasi rawan bencana;
f. Mengendalikan dan dan mengevaluasi urusan pencegahan dan
kesiapsiagaan bencana;
8
g. Mempertanggungjawabkan laporan-laporan kegiatan, keuangan secara
bulanan, triwulan, tahunan yang dikoordinasikan Sekretariat Badan
Penanggulangan Bencana Daerah;
h. Mengendalikan pelaksanaan teknis kegiatan lingkup seksi Pencegahan
dan Kesiapsiagaan;
i. Membimbing atau memberikan petunjuk terhadap bawahan berdasarkan
pembagian tugas agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar;
j. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan/ atau kegiatan kepada atasan;
dan
k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas lain dengan tugas pokok
dan bidang tugasnya
Seksi Kedaruratan dan logistik
1. Seksi Kedaruratan dan Logistik dipimpin oleh seorang oleh seorang kepala
dengan titelatur Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik.
2. Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas pokok membantu
Kepala Pelaksana dalam melaksanakan kegiatan di bidang Kedaruratan
dan Logistik.
3. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
uraian tugas Kepala Kedaruratan dan Logistik adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan operasional seksi kedaruratan dan logistik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
b. Menyampaikan bahan dan melaksanakan Rencana Strategis dan Rencana
Kerja Badana Penanggulangan Bencana Daerah dalam rangka kelancaran
tugas;
c. Menyiapkan bahan-bahan RPJMD, RPJMD dan RKPD bidang
penanggulangan Bencana sebagai bahan penyusunan RPJMD, RPJMD
dan RKPD;
d. Menyusun laporan akuntabilitas kinerja urusan kedaruratan dan logistic
sebagai pertanggungjawaban Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Daerah kepada Bupati;
9
e. Mengelola penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan
kedaruratan bencana
f. Menyusun rencana kedaruratan atau rencana kontijensi;
g. Menyelenggarakan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi
Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
1. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh seorang oleh seorang
Kepala dengan titelatur Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
2. Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Pelaksana dalam melaksanakan kegiatan di bidang
ketahanan masyarakat dan penanganan konflik.
3. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
uraian tugas Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah sebagai
berikut :
a. Merencanakan operasional kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bencana
sebagai pedoman pelaksanaan ugas;
b. Menyampaikan bahan dan melaksanakan Rencana Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah dalam rangka kelancaran tugas;
c. Menyiapkan bahan-bahan RPJPD, RPJMD dan RKPD bidang
Penanggulangan bencana sebagai bahan penyusunan PRJPD, RPJMD
dan RKPD;
d. Mengelola dan menganalisa urusan rehabilitasi dan rekonstrksi bencana;
e. Mengelola perbaikan lingkungan, prasarana dan sarana umum daerah
bencana;
f. Mengelola pemulihan sosial psikologi dan pemberian bantuan perbaikan
rumah masyarakat yang terkena bencana;
g. Mengelola pelayanan kesehatan, pemulihan keamanan dan ketertiban;
h. Mengelola pemulihan fungsi pemerintah dan fungsi pelayanan publik;
i. Mengelola pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
j. Mengendalikan dan mengevaluasi urusan rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana;
10
k. Mengendalikan pelaksana teknis kegiatan lingkup seksi rehabilitasi dan
rekonstruksi;
l. Membimbing dan memberikan petunjuk terhadap pembagian tugas kepada
bawahan berdasarkan pembagian tugas agar pelaksanaan tugas dapat
berjalan lancar; dan
m. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan bidang tugasnya.
Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Sumedang terdiri dari :
1. Kepala Pelaksana Badan
2. Sekretariat
3. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan
4. Seksi Kedaruratan dan Logistik
5. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Gambar 1.1. Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Sumedang
11
1.4. Sumber Daya Manusia BPBD
Jumlah Pegawai BPBD Kab. Sumedang sampai dengan tanggal 31 Desember
2019 mencapai 16 orang untuk ASN dan 12 orang untuk Non ASN , dengan
rincian sebagai berikut:
1. Aparatur Sipil Negara
a. Jumlah pegawai menurut unit Eselon: Kepala Pelaksana 1 orang (Esselon
IIIa), Sekretaris Badan 1 orang (esselon IVa), K e p a l a Seksi Pencegahan
dan Kesiapsiagaan 1 orang (esselon IVa), .Kepala Seksi Kedaruratan dan
Logistik 1 orang (esselon IVa), Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca Bencana 1 orang (esselon IVa);
b. Jumlah pegawai menurut golongan: Golongan IV sebanyak 1 orang,
Golongan III sebanyak 8 orang, Golongan II sebanyak 6 orang.
c. Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S-2 sebanyak 1 orang, S-1
sebanyak 5 orang, D-3 sebanyak 4 orang, SMA sebanyak 4 orang.
d. Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: Laki-laki sebanyak 12 orang,
sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang.
e. Jumlah pegawai relawan sebagai Pusat Pengendalian Operasi
Penanggulangan Bencana (Pudalops-PB) : sebanyak 35 orang;
2. Non Aparatur Sipil Negara
Jumlah pegawai Non ASN : Sekretariat 7 orang, Seksi Pencegahan dan
Kesiapsiagaan 2 orang, Seksi Kedaruratan dan Logistik 2 orang, Kepala
Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana 0 orang;
Grafik 1.1 Data pegawai BPBD Kab. Sumedang sebagai berikut sebagaimana lampiran berikut:
12
Jumlah Pegawai dan Relawan BPBD
Kab. Sumedang Tahun 2019
15
1235
ASN
NON ASN
Relawan(Pusdalops PB)
Grafik 1.1 Jumlah Pegawai dan Relawan BPBD Tahun 2019
13
Data Pegawai BPBD Kab. Sumedang
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahum 2019
1
6
4 4
0
7
0
5
0
2
4
6
8
Orang ASN Orang Non-ASN
Orang ASN 1 6 4 4
Orang Non-
ASN
0 7 0 5
S-2 S-1 D-III SMA
Grafik 1.2. Data Pegawi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahhun 2019
14
1.5 Isu Strategis
Selama periode 2013-2017, pelaksanaan peran dan fungsi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah diupayakan secara optimal,
namun sesuai dengan hasil pencapaian kinerjanya masih menyisakan
permasalahan yang perlu diperbaiki pada periode 2019-2023. Selanjutnya untuk
mengetahui isu-isu strategis dilakukan identifikasi berdasarkan empat aspek yakni
:
1) Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran
pembangunan daerah;
2) Merupakan tugas dan tanggung jawab Perangkat Daerah;
3) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat;
4) Memiliki daya ungkit yang siginifikan terhadap pembangunan daerah;
5) Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; dan
6) Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.
Lebih jelas disajikan pada Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Isu Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Sumedang
No Aspek Permasalahan Isu-Isu Strategis
1 Pencegahan dan Kesiapsiagaan
1. Belum tersusunnya
RPB
2. Masih rendahnya
kesadaran masyarakat
terkait dengan daerah
rawan bencana
3. Masih belum
terbentuknya kesamaan
persepsi dalam
pencegahan bencana
Masih rendahnya
kesiapsiagaan
masyarakat
dalam upaya
pengurangan
risiko bencana
15
No Aspek Permasalahan Isu-Isu Strategis
2 Kedaruratan dan Logistik
1. Belum tersedianya
rencana operasi
penangangan kedaruratan
bencana
2. Mekanisme pencairan
biaya tidak terduga belum
optimal
3. Belum terbentuknya
Tim Reaksi Cepat
4. Transisi keadaan
siaga ke darurat ke
pemulihan belum tersedia
mekanisme di daerah
5. Sarana dan prasarana
penunjang kedaruratan
belum optimal.
Masih rendahnya
responsivitas
dalam
penanggulangan
bencana
3 Rehabilitasi dan Rekonstruksi
1. Kurangnya koordinasi
terkait kewenangan rehab
dan rekon dengan dinas
PUPR
2. Belum terbentuknya
trauma center
Belum
terbentuknya
penanggulangan
bencana yang
efektif dan efisien
untuk seluruh
aspek pelayanan
masyarakat
Dari tabel di atas dapat diketahui secara singkat isu-isu strategis dari aspek
permasalahan dalam pelayanan penanggulangan bencana sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko
bencana;
2. Masih rendahnya responsivitas dalam penanggulangan bencana;
3. Belum terbentuknya penanggulangan bencana yang efektif dan efisien untuk
seluruh aspek pelayanan masyarakat
Dari ketiga isu-isu strategis tersebut dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan isu strategis daerah terkait dengan penanggulangan bencana adalah
Belum Optimalnya Penanggulangan Bencana di Kabupaten Sumedang.
16
Kondisi geografi dan topografi Kabupaten Sumedang yang dominan berupa
dataran tinggi dengan tingkat kemiringan lereng > 40 % kategori kerawanan tinggi dan
kemiringan antara 20 > 40% tingkat kerawanan sedang, menjadikan wilayah
Sumedang rawan terhadap bencana. Berdasarkan kepada buku Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2015-2019 yang dikeluarkan oleh BNPB tentang Indeks
Risiko Bencana Multi Ancaman per Kabupaten/Kota Tahun 2013 bahwa Kabupaten
Sumedang termasuk wilayah yang memiliki resiko tinggi dengan skor 162. Sedangkan
menurut Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Dinas Sosial (Kasi PSKB
Dinsos) Provinsi Jabar, H. Mochammad Nur BSW, tingkat bencana alam di Kabupaten
Sumedang berada di angka delapan besar se-Jabar dan urutan ke 50 se-Indonesia.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 04 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018 – 2038 telah
ditetapkan beberapa kawasan yang menjadi prioritas perhatian pemerintah kabupaten
diantaranya adalah kawasan rawan bencana alam terdiri atas :
a. Kawasan rawan bencana gerakan tanah. Kawasan rawan gerakan tanah tersebar di
seluruh wilayah kecamatan dengan luas kurang lebih 34.338 hektar.
b. Kawasan rawan bencana banjir. Kawasan rawan banjir tersebar di 5 (lima)
kecamatan dengan luas genangan banjir kurang lebih 400 (empat ratus) hektar,
yang meliputi : 1) Kecamatan Jatinangor, 2) Kecamatan Cimanggung, 3) Kecamatan
Ujungjaya, 4) Kecamatan Tomo, dan 5) Kecamatan Sumedang Utara.
c. Kawasan rawan bencana angin puting beliung. Kawasan rawan bencana angin
puting beliung tersebar di 4 (empat) kecamatan, meliputi : 1) Kecamatan Ujungjaya,
2) Kecamatan Cimanggung, 3) Kecamatan Jatinunggal, dan 4) Kecamatan Tomo.
17
Gambar 1.2. Peta Daerah Rawan Bencana Kabupaten Sumedang
Selama tahun 2019 terdapat 288 kejadian bencana, dari 288 bencana tersebut
adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh kebakaran rumah, hutan
dan lahan, banjir, longsor dan puting beliung. Selama 2019 terjadi 19 bencana
banjir, 54 longsor, 5 puting beliung, 137 kebakaran rumah, hutan dan lahan, 1
pergerakan tanah,
18
Kejadian Bencana Tahun 2019
Banjir
Longsor
Putting Beliung
Kebakaran
PergerakanTanah
Grafik 1.3. Kejadian bencana 2019
Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 2 orang meninggal dunia,
dan sebanyak 128 unit rumah rusak. Kerugian ekonomi (diluar kerugian akibat
bencana yang besar seperti karhutla). yaitu kerusakan rumah dan ternak
diperkirakan sebesar Rp. 6,020,609,000.00.
128
2050
100150
jumlah
Meninggal
Dunia
Dampak Bencana Tahun 2019
Meninggal Dunia
Rumah Rusak
Garfik 1.4. Dampak Bencana Tahun 2019
19
Kejadian bencana dan kerugian akibat bencana menjadi isu yang strategis melihat
dampak yang diakibatkan pada kerugian ekonomi yaitu pada perkiraan kerugian
harta benda mencapai sebesar Rp. 6,020,609,000.00 di tahun 2019 yang tercatat
diluar kerugian karhutla. Kejadian bencana di tahun 2019 tentu menuntut upaya
pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih
cukup rendah. Masyarakat Kabupaten Sumedang masih tinggal di daerah rawan
bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah.
Sedangkan berdasarkan peta risiko bencana dan kejadian bencana serta
kerugian akibat bencana di tahun 2019, isu strategis yang menjadi tantangan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah 1) peningkatan
kapasitas masyarakat tentang risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana, 2) pembangunan sistem peringatan dini secara terpadu, 3)
penguatan ketersediaan logistik dan peralatan, 4) koordinasi pelaksanaan
penanganan darurat, dan 5) pemulihan pasca bencana.
1.6 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan
Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 disusun dengan sistematika sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas dan fungsi, isu strategis dan
sistematika penyajian;
Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Menjelaskan Rencana Strategis BPBD Kab. Sumedang selama tahun 2018-
2023, Rencana Kinerja Tahun 2019 dan Penetapan Kinerja tahun 2019;
20
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Menjelaskan analisis pencapaian kinerja BPBD Kab. Sumedang selama tahun
2019 dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran
strategis.
Bab IV Penutup
Menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja BPBD
Kab. Sumedang selama tahun 2019 dan menguraikan rekomendasi yang
diperlukan bagi perbaikan kinerja dimasa mendatang.
21
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Dalam periode pembangunan tahun 2018-2023, upaya sinkronisasi dan
integrasi mencapai agenda pembangunan RPJMD 2018-2023 dengan arah
kebijakan “Untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam menghadapi
bencana”. Untuk mencapai sasaran dalam RPJMN, BNPB telah menyusun
Renstra BNPB 2015-2019 dengan sasaran nasional yang akan dicapai adalah
“menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang
beresiko tinggi (136 Kab/Kota)”.
Kesesuaian antara capaian Badan Penanggulangan Bencana Daerah dengan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dapat memperjelas arah tujuan
dan sasaran pembangunan daerah baik ditingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Saat ini Pemerintah Kabupaten Sumedang sudah berupaya
meningkatkan target pencapaian sesuai dengan target provinsi dan Kementerian
terkait. Sesuai dengan arahan RPJMD Kabupaten Sumedang periode 2018-2023
bahwa pemerintah Kabupaten Sumedang akan mewujudkan Visi dan Misi Bupati
Sumedang 2018-2023 selanjutnya menjadi pedoman Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang dalam menyusun tujuan dan
sasaran Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) periode 2018-
2023 agar arah kebijakan dan program pembangunan daerah dalam Renstra Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) periode 2018-2023 sinkronisasi dan
terintegrasi dengan RPJMD Kabupaten Sumedang 2018-2023.
Adapun dalam misi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) mengemban misi nomor 3 (tiga) yakni “Misi Mengembangkan wilayah
ekonomi didukung dengan peningkatan infrastruktur, serta penguatan budaya
dan kearifan lokal.” Komitmen BPBD dalam pencapaian sasaran tersebut, harus
didorong dengan peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana. Untuk
itu mengacu kepada Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2019 tentang Penerapan
22
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun
2018-2023, maka sasaran yang ingin dicapai selama periode 2018-2023 adalah:
Pengurangan Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Sumedang
Penyelenggaraan pengurangan risiko bencana merupakan upaya lintas sektor
dan lintas bidang serta diintegrasikan atau diarusutamakan dalam perencanaan
pembangunan secara menyeluruh dan holistic. Rencana aksi ini sebagai sebuah
perencanaan yang dipersyaratkan oleh UU, perlu diinternalisasi dan menjadi bagian
dalam RPJMD Kabupaten Sumedang. Dari RPJMD, dokumen rencana aksi
pengurangan risiko bencana ini diharapkan dapat diterjemahkan secara komprehensif
dan terukur dalam Renstra jangka pendek – jangka menengah dan jangka Panjang
kabupaten Sumedang, RKP dan RKA serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Sumedang. Selain itu, pengarusutamaan pengurangan risiko bencana perlu
tercantum dalam rencana kerja organisasi non pemerintah.
Disadari bahwa efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana
membutuhkan konsistensi dan secara berkesinambungan diperbarui berdasarkan
pembelajaran yang diperoleh dari implementasi perencanaan periode sebelumnya.
Oleh karena nya, perlu dibangun sistem pemantauan implementasi rencana aksi yang
sekaligus digunakan untuk media berbagi informasi dan dapat diakses secara bebas
oleh masyarakat. Sistem pemantauan bersama ini diharapkan mampu untuk
memberikan penilaian efektivitas dan analisa manfaat-biaya dari implementasi rencana
aksi dengan mekanisme yang ditetapkan bersama. Undang-undang dasar Negara
Republik Indonesia 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara berkewajiban untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dalam
segala macam bentuk ancaman/bahaya termasuk ancaman/bahaya bencana. Untuk
mewujudkan Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Sumedang tahun 2019
berprinsip pada :
a. Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab Bersama antara semua
pihak termasuk masyarakat,
23
b. Masyarakat sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek pelaksanaan PRB harus
diperlakukan dan mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan usulan dan
gagasan dalam upaya PRB,
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat diarahkan secara khusus pada
daerah paling berisiko untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan ketangguhan
komunitasnya. Pembangunan ketangguhan ini dapat dicapai dengan mengembangkan
prasarana pendukung dengan tetap memperhatikan karakter serta kearifan lokal
daerah setempat. Pada sisi lain, fungsi kemitraan antar lembaga-lembaga non
pemerintah di daerah perlu dioptimalkan untuk mendukung pengurangan risiko
bencana secara sistematis dan terarah sesuai dengan porsi perencanaan yang telah
disepakati bersama. Salah satunya adalah optimalisasi fungsi Forum PRB daerah serta
forum-forum tematik terkait lainya untuk menjalankan fungsinya dalam memberikan
dampingan kepada pemerintah dan masyarakat demi efektivitas penyelenggaraan
pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dengan sumberdaya yang
dimiliki oleh anggota forum.
Kemitraan multi pihak dalam PRB juga perlu dikembangkan pada pembangunan
karakter dan budaya aman bencana yang memungkinkan lahirnya inovasi-inovasi
terapan dalam pendekatan lebih terpadu untuk membangun ketangguhan daerah
mengatasi program sektoral serta kemandirian masyarakat dalam PB. Pengembangan
ini melibatkan peran lembaga pendidikan dan relawan yang ada di Kabupaten
Sumedang. Dengan program/kegiatan :
a. Peningkatan Kemitraan Multi pihak dalam penanggulangan bencana
1) Pendayagunaan Lembaga Pendidikan sebagai media pembangun budaya
sadar bencana
2) Penguatan dan peningkatan peran relawan dalam Penanggulangan Bencana
(PB)
b. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana dilakukan melalui
Perkuatan Riset dan Penerapan hasilnya Untuk efektivitas pencegahan dan
mitigasi bencana.
Tata kelola penanggulangan bencana diarahkan untuk menjamin transparansi,
akuntabilitas serta ketersediaan sarana prasarana dalam mencapai efektivitas
pengurangan risiko bencana dalam seluruh jenjang pemerintahan untuk mendorong
komitmen pemerintah Kabupaten Sumedang dalam mewujudkan Kota Tangguh
24
Bencana (program Pembangunan) sesuai Kerangka kerja Sendai (Sendai Framework
for Disaster Risk Reduction 2015-2030), yaitu :
a. Kota yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan memulihkan diri
dari akibat bencana secara tepat waktu dan efisien, sambil tetap mempertahankan
struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya.
b. Kota yang tangguh mampu menahan guncangan dan tekanan-tekanandari
ancaman bencana alam maupun ancaman terkait iklim. Meski masih pada tahap
awal untuk mencapai kota tangguh bencana Kabupaten Sumedang telah
mengaplikasikan landasan global pengurangan risiko bencana.
Dari rangkaian prioritas kegiatan pengurangan risiko bencana di atas, maka
sasaran yang diharapkan dapat tercapai adalah dapat mendukung program
pembangunan daerah yang terwadahi dalam visi misi seperti tercantum dalam RPJMD
Kabupaten Sumedang tahun 2018 – 2023. Untuk itu semua kegiatan prioritas
BPBDKabupaten Sumedang diatas diarahkan untuk :
1. Tersedianya perangkat hukum yang mendorong penyelenggaraan pengurangan
risiko bencana yang efektif, mandiri dan mendukung pengurangan risiko bencana
di tingkat pusat hingga daerah secara proporsional.
2. Terintegrasinya pengurangan risiko bencana pada kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah dan non pemerintah untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan, sehingga terwujud system informasi yang terpadu terkait early
warning system.
3. Diterapkannya strategi yang menjamin terlaksananya pemberdayaan masyarakat
secara sinergi yang berorientasi kepada penurunan risiko bencana dengan
kearifan lokal dan kemandirian daerah.
4. Meningkatnya kemitraan dan kerja sama multi-pihak (pemerintah, lembaga usaha
dan masyarakat sipil) dalam penyelenggaraan pengurangan risiko bencana.
5. Meningkatnya kapasitas SDM serta kelembagaan pemerintah dan non pemerintah
terkait dalam pelaksanaan strategi pengurangan risiko bencana.
6. Meningkatnya upaya pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi potensi jumlah
penduduk terdampak, kerugian ekonomi, kerusakan infrastruktur dan lingkungan
akibat bencana.
25
7. Meningkatnya kesiapsiagaan dan penanganan darurat untuk menghadapi bencana
secara mandiri dan proaktif.
8. Tersedianya mekanisme pendukung dalam menjamin terselenggaranya pemulihan
dampak bencana yang lebih baik dan lebih aman secara mandiri, efektif dan
bermartabat.
9. Terselenggaranya pemulihan dampak bencana secara lintas sector sesuai dengan
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabenca.
2.1 Perjanjian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja, BPBD Kab.
Sumedang telah menyusun Perjanjian Kinerja yang merupakan tekad dan janji yang
akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/
kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab/kinerja.
Perjanjian Kinerja BPBD Kab. Sumedang tahun 2019, secara rinci sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Utama
Satuan
Kondisi Kinerja
Pada Awal Periode
Target RPJMD Tahun 2019
1 Pengurangan Indeks
Risiko Bencana di Kabupaten Sumedang
Indeks Risiko Bencana
Poin 162 155
2
Meningkatnya Kapasitas dan
Kapabilitas Internal Perangkat Daerah
Nilai Sakip Perangkat Daerah
Kategori B B
Tingkat Penyerapan Anggaran
Perangkat Daerah
Persen 70,89 98,00
Jumlah Inovasi Perangkat Daerah
Buah n/a 1
Indeks Pembangunan Zona Integritas
Persen 56,05 65,00
26
Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2019 terdapat penyesuaian sasaran strategis dan indikator sebagaimana berikut :
2.2 Sasaran Strategis BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019
Tabel 2.2. Sasaran Strategis BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019
Sasaran Indikator Sasaran
Pengurangan indeks
resiko bencana
Jumlah Desa/Kelurahan Rawan Bencana yang Mendapatkan
Informasi Peringatan Dini Bencana
Jumlah Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
Persentase Kecepatan Respons Bencana Kurang dari 24
Jam
Persentase Korban Bencana yang diberikan bantuan
Persentase Pemulihan Pasca Bencana Yang Berhasil di
Realisasikan
2.3 Pagu Anggaran BPBD Kab. Sumedang pada tahun 2019 terlampir sebagai
berikut :
Tabel 2.3. Perbandingan pagu awal dan pagu akhir anggaran BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019
No
Program
Pagu Awal
Pagu Akhir
1
Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
1,649,250,000.00
2,049,250,000.00
Total
1,649,250,000.00
2,049,250,000.00
Tabel 2.4
Dana Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Tahun 2019
No
Jenis Pagu Anggaran
Jumlah (Rp.)
1
Dana Hibah Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana (lanjutan)
5,855,752,000.00
Total
5,855,752,000.00
27
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Kinerja Organisasi
Capaian kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tahun 2019
merupakan pencapaian kinerja seluruh jajaran BPBD dalam melaksanakan
berbagai upaya penanggulangan bencana melalui pencapaian target yang telah
ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Kepala Pelaksana BPBD Tahun
2019. Capaian tersebut disertai dengan analisis capaian kinerja BPBD dan
perbandingan capaian tahun sebelumnya.
Dengan adanya perbaikan indikator kinerja utama BPBD tersebut diharapkan
penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih optimal baik dari
pelaksanaan tugas dan fungsi maupun dari sisi akuntabilitasnya. Secara umum
capaian indikator kinerja utama BPBD tahun 2019 adalah sebagai berikut:
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Satuan Penjelasan Formulasi Sumber
1
Pengurangan Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Sumedang
Indeks Risiko
Bencana Poin
Penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila bahaya itu
menjadi bencana
BPBD
Tabel 3.1 Capaian indikator kinerja utama BPBD tahun 2019
Selama periode tahun 2018-2023, sesuai dengan amanat RPJMD Tahun 2018-
2023, sasaran yang ingin dicapai BPBD adalah “Pengurangan indeks risiko
bencana di Kabupaten Sumedang”. Untuk mencapai hal tersebut, dilaksanakan
kegiatan peningkatan kapasitas penanggulangan bencana di daerah rawan
bencana melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh BPBD Kab. Sumedang tahun
2019 dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten dan masyarakat serta lembaga usaha. Pengukuran
indeks risiko bencana oleh BPBD Kab. Sumedang indikator kinerja utama BPBD
28
Kabupaten Sumedang. Berikut tabel indeks risiko bencana kabupaten/kota
tahun 2018 berikut :
Tabel 3.2 indeks risiko bencana kabupaten/kota tahun 2018, Sumber IRBI 2018
Berdasarkan tabel tersebut bahwa Kabupaten Sumedang masih berada pada
urutan 168 dengan skor 162,00 dengan kelas risiko tinggi, untuk itu pada tahun
2019.
3.2 Capaian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019
Capaian Kinerja BPBD Kab. Sumedang Tahun 2019 berdasarkan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Tahun 2019 yaitu :
Indeks Risiko Bencana
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan daerah
yaitu dengan penyelenggaraan pengurangan risiko bencana merupakan upaya lintas
sektor dan lintas bidang serta diintegrasikan atau diarusutamakan dalam
perencanaan pembangunan secara menyeluruh dan holistic. Rencana aksi ini
sebagai sebuah perencanaan yang dipersyaratkan oleh UU, perlu diinternalisasi dan
menjadi bagian dalam RPJMD Kabupaten Sumedang.
Dari RPJMD, dokumen rencana aksi pengurangan risiko bencana ini
diharapkan dapat diterjemahkan secara komprehensif dan terukur dalam Renstra
jangka pendek – jangka menengah dan jangka Panjang kabupaten Sumedang, RKP
dan RKA serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang. Selain
itu, pengarusutamaan pengurangan risiko bencana perlu tercantum dalam rencana
kerja organisasi non pemerintah.
Disadari bahwa efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana
membutuhkan konsistensi dan secara berkesinambungan diperbarui berdasarkan
29
pembelajaran yang diperoleh dari implementasi perencanaan periode sebelumnya.
Oleh karena nya, perlu dibangun sistem pemantauan implementasi rencana aksi
yang sekaligus digunakan untuk media berbagi informasi dan dapat diakses secara
bebas oleh masyarakat. Sistem pemantauan bersama ini diharapkan mampu untuk
memberikan penilaian efektivitas dan analisa manfaat-biaya dari implementasi
rencana aksi dengan mekanisme yang ditetapkan bersama.
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah mengamanatkan
bahwa Negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dalam segala macam bentuk ancaman/bahaya
termasuk ancaman/bahaya bencana.
Untuk mewujudkan hak-hak tersebut Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko
Bencana Kabupaten Sumedang berprinsip :
a. Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab Bersama antara semua
pihak termasuk masyarakat,
b. Masyarakat sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek pelaksanaan PRB harus
diperlakukan dan mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan usulan dan
gagasan dalam upaya PRB,
c. Rencana Aksi ini merupakan bagian dari Rencana Penanggulangan Bencana
(RPB) Kabupaten Sumedang dalam satu kesatuan dokumen RPB yang tidak
terpisahkan. Dokumen RPB dan Rencana Aksi Daerah dalam pengurangan risiko
bencana tidak semata-mata sebagai dokumen, tetapi diharapkan bisa menjadi
pedoman pelaksanaan pengurangan risiko bencana secara terpadu dan
berkelanjutan.
Berpegang pada prinsip-prinsip Rencana Aksi Daerah dalam Pengurangan
Risiko Bencana di Kabupaten Sumedang, maka segenap jajaran Pemerintah
Kabupaten Sumedang berkomitmen untuk mengkawal pelaksanaan
penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana dari proses advokasi legalitas PRB
sampai pada penerapannya di lapangan apabila terjadi bencana. Perlu dilakukan
advokasi untuk mengintegrasikan Dokumen PRB ke dalam RPJMD Kabupaten
Sumedang, baik pada fase sebelum tersusunnya RPJMD baru, Pada fase
penyusunan RPJMD maupun setelah penyusunan RPJMD.
Berdasarkan IKU yang menjadi dasar pengukuran kinerja, maka dokumen
Rencana Penanggulangan Bencana menjadi dasar pelaksanaan rencana kerja BPBD
30
Kab. Sumedang. Indikator penurunan indeks risiko bencana, serta program dan
kegiatan yang mendukung peningkatan tingkat kapasitas sebagai upaya penurunan
indeks risiko bencana. Rencana Penanggulangan Bencana merupakan satu
kesatuan dokumen rencana aksi daerah penanggulangan bencana, rencana
kontijensi dan kajian risiko bencana.
3.3 Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Bencana
3.3.1 PRIORITAS RENCANA AKSI DAERAH
Fokus Prioritas merupakan strategi-strategi pencapaian sasaran dari
Program Pengurangan Risiko Bencana. Untuk Kabupaten Sumedang
dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan partisipasi
dari semua pihak. Upaya ini dilakukan dengan komitmen yang kuat
dengan mengedepankan tindakan-tindakan yang harus diprioritaskan.
Penyusunan prioritas ini perlu dilakukan untuk membangun dasar yang
kuat dalam melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana yang
berkelanjutan serta mengakomodasikan kesepakatan internasional,
regional, nasional dan landasan normatif dalam rangka mewujudkan
upaya bersama yang terpadu dengan mengakomodir kearifan lokal.
Prioritas Rencana Aksi Daerah-Pengurangan Risiko Bencana ini
mengadopsi 10 (sepuluh) langkah mendasar Kerangka kerja Sendai
(Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030) yang
diterjemahkan kedalam 7 prioritas utama strategi yang perlu dilakukan
sebagai upaya pengurangan ancaman, pengurangan kerentanan dan
peningkatan kapasitas daerah dalam menghadapi bencana.
1) Penguatan Kerangka Hukum Pengurangan Risiko Bencana Dan
Kelembagaan.
Hukum merupakan seperangkat aturan yang mengatur tentang suatu
kegiatan. Keberadaan hukum menjadi sangat penting dalam kehidupan
masyarakat karena akan menjadikan setiap program dan kegiatan yang
dilaksanakan akan mendapat perlindungan dari upaya atau tindakan
negative. Demikian halnya dalam pengurangan risiko bencana diperlukan
seperangkat aturan yang dapat dijadikan pedoman mengikat semua pihak
secara lintas sektoral untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
31
Untuk Kabupaten Sumedang dengan BPBD yang telah dibentuk sejak
tahun 2014 lalu, efektivitas penyelenggaraan pengurangan risiko bencana
masih membutuhkan perkuatan komitmen bersama antar SKPD dengan
menyelaraskan kewenangan, tugas dan fungsi lintas sector. Perkuatan
komitmen ini diimplementasikan dengan penguatan kerangka hukum yang
melibatkan para pemangku kepentingan untuk duduk bersama (FGD)
dalam satu forum. Hasil yang didapat dari komitmen lintas sektor tersebut
dijadikan dasar bagi penguatan kerangka hukum dalam penanggulangan
bencana juga diarahkan kepada penyusunan aturan-aturan teknis dengan
prioritas yang difokuskan kepada :
a) Penguatan Kerangka hukum Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
1) Revisi dan Penataan Peraturan Bupati dan atau Peraturan Daerah
tentang Penanggulangan Bencana.
2) Penyelarasan peraturan lain yang telah berlaku dengan Undang-
Undang dan/atau dengan Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan Bencana.
3) Penyempurnaan Peraturan Teknis Penanggulangan Bencana
4) Peningkatan Implementasi kerangka hukum penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang telah di perkuat
b) Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Tata Kelola
Penanggulangan Bencana
1) Pengembangan Sistem Informasi-Implementasi Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah
2) Peningkatan Kapasitas Sumbedaya Manusia Pada Lembaga-
lembaga terkait penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
3) Peningkatan Kapasitas Sarana dan Prasarana kelembagaan
untuk Penanggulangan Bencana
4) Monitoring, Evaluasi dan Pemutakhiran Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
32
2) Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Dalam
Pembangunan Daerah
Penyelenggaraan pengurangan risiko bencana merupakan upaya lintas
sektor dan lintas bidang serta diintegrasikan atau diarusutamakan dalam
perencanaan pembangunan secara menyeluruh dan holistic. Rencana
aksi ini sebagai sebuah perencanaan yang dipersyaratkan oleh UU, perlu
diinternalisasi dan menjadi bagian dalam RPJMD Kabupaten Sumedang.
Dari RPJMD, dokumen rencana aksi pengurangan risiko bencana ini
diharapkan dapat diterjemahkan secara komprehensif dan terukur dalam
Renstra jangka pendek – jangka menengah dan jangka panjang
kabupaten Sumedang, RKP dan RKA serta Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Sumedang. Selain itu, pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana perlu tercantum dalam rencana kerja
organisasi non pemerintah.
Disadari bahwa efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana
membutuhkan konsistensi dan secara berkesinambungan diperbarui
berdasarkan pembelajaran yang diperoleh dari implementasi
perencanaan periode sebelumnya. Oleh karena nya, perlu dibangun
sistem pemantauan implementasi rencana aksi yang sekaligus digunakan
untuk media berbagi informasi dan dapat diakses secara bebas oleh
masyarakat. Sistem pemantauan bersama ini diharapkan mampu untuk
memberikan penilaian efektivitas dan analisa manfaat-biaya dari
implementasi rencana aksi dengan mekanisme yang ditetapkan bersama.
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah
mengamanatkan bahwa Negara berkewajiban untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dalam segala
macam bentuk ancaman/bahaya termasuk ancaman/bahaya bencana.
Untuk mewujudkan hak-hak tersebut Rencana Aksi Daerah Pengurangan
Risiko Bencana Kabupaten Sumedang berprinsip :
33
a. Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama
antara semua pihak termasuk masyarakat,
b. Masyarakat sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek pelaksanaan
PRB harus diperlakukan dan mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan usulan dan gagasan dalam upaya PRB,
c. Rencana Aksi ini merupakan bagian dari RPB Kabupaten Sumedang
dalam satu kesatuan dokumen RPB yang tidak terpisahkan. Dokumen
RPB dan Rencana Aksi Daerah dalam pengurangan risiko bencana
tidak semata-mata sebagai dokumen, tetapi diharapkan bisa menjadi
pedoman pelaksanaan pengurangan risiko bencana secara terpadu
dan berkelanjutan.
Berpegang pada prinsip-prinsip Rencana Aksi Daerah dalam
Pengurangan Risiko Bencana di Kabupaten Sumedang, maka segenap
jajaran Pemerintah Kabupaten Sumedang berkomitmen untuk mengkawal
pelaksanaan penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana dari proses
advokasi legalitas PRB sampai pada penerapannya di lapangan apabila
terjadi bencana. Perlu dilakukan advokasi untuk mengintegrasikan
Dokumen PRB ke dalam RPJMD Kabupaten Sumedang, baik pada fase
sebelum tersusunnya RPJMD baru, Pada fase penyusunan RPJMD
maupun setelah penyusunan RPJMD.
(1) Advokasi Pada fase Sebelum Penyusunan RPJMD
Pada fase sebelum penyusunan RPJMD, upaya advokasi difokuskan
untuk melakukan advokasi kepada calon Kepala Daerah. Advokasi
diarahkan kepada mengintegrasikan program-program pengurangan
risiko bencana dalam visi dan misi calon Kepala Daerah. Kegiatan
advokasi, penanggung jawab, dan output yang diharapkan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :i.
34
Tabel 3.3
Advokasi Pada fase Sebelum Penyusunan RPJMD Kabupaten
Sumedang.
Kegiatan Penanggung
Jawab
Output
1
Melaksanakan sinkronisasi antara visi misi Kepala Daerah terpilih dengan RPJP Kabupaten Sumedang melalui Optimalisasi Sumberdaya serta Penataan Ruang dan Lahan untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana.
Bappeda
PRB masuk dalam prioritas
Kabupaten RPJP Kabupaten Sumedang Sumedang
2
Pencetakan dan sosialisasi Dokumen PRB kepada Kepala SKPD melalui “
BPBD
a. Penguatan kemitraan untuk kemandirian
Brosur, Leaflet, dan keberlanjutan penyelenggaraan Profil Bencana, penanggulangan bencana Dokumen PRB
b. Pemaduan Upaya Pengurangan Risiko Bencana dengan Penanganan Darurat
c. Pemaduan penyelenggaraan pemulihan bencana dengan pengurangan risiko bencana
tersosialisasi
(2) Advokasi Pada fase saat Penyusunan RPJMD
Pada fase saat penyusunan RPJMD, upaya advokasi difokuskan
kepada Bappeda Kabupaten Sumedang untuk menjaga program-
program Penanggulangan Bencana dapat menjadi salah satu prioritas
dalam RPJMD. Kegiatan advokasi, penanggung jawab dan output
selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.4
Advokasi Pada fase saat Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang
Kegiatan Penanggung Jawab
Output
1
Memasukkan anggota Tim Penyusun PRB Kabupaten Sumedang menjadi anggota Tim Penyusun RPJMD
BAPPEDA
1
Salah satu anggota Tim Penyusun PRB Kabupaten Sumedang menjadi anggota Tim Penyusun RPJMD
35
Kegiatan Penanggung
Output Jawab
2
Advokasi PRB Kabupaten Sumedang dalam Konsultasi Publik dan Musrenbang RPJMD dengan Penyertaan Program Penanggulangan Bencana (PB) dalam Program Pembangunan Jangka Menengah Sektoral dan Multi sektoral
Tim Penyusun
2
Disuarakan kembali PRB Kabupaten Sumedang dalam Konsultasi Publik
PRB Kabupaten
Sumedang
3
Intervensi Tim Kecil Penyusun RPJMD oleh Tim PRB Kabupaten Sumedang saat penyusunan RPJMD
Tim Penyusun
3
Disuarakan kembali PRB Kabupaten Sumedang dalam proses penyusunan di Tim Kecil Penyusun RPJMD
PRB Kabupaten
Sumedang
4
Penyusunan position letter untuk menitipkan PRB Kabupaten Sumedang dalam RPJMD dengan Pengarus utamaan Penanggulangan Bencana dalam RPJMD
Tim Penyusun
4
Position Letter PRB Kabupaten
Sumedang
(3) Advokasi Pada Fase Setelah Penyusunan RPJMD.
Upaya yang diterapkan pada fase setelah penyusunan RPJMD
difokuskan kepada upaya mengatasi benturan kepentingan di
Kabupaten Sumedang serta melakukan monitoring intensif terhadap
pelaksanaan Pengurangan Risiko Bencana oleh institusi terkait di
Kabupaten Sumedang. Kegiatan advokasi pada tahap ini
selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 3.5
Advokasi Pada Fase Setelah Penyusunan RPJMD Kabupaten Sumedang.
Kegiatan Penanggung Jawab
Output
1
Advokasi Penerapan PRB Kabupaten Sumedang kepada masyarakat
BPBD, Camat, Lurah/Kades
1
Kontrak politik kepada anggota DPRD yang memiliki dapil di Zona Prioritas PB Kabupaten Sumedang.
36
Kegiatan Penanggung
Output Jawab
2
Rapat Kerja Tahunan Tim Penyusun PRB Kabupaten Sumedang untuk memonitoring, mengevaluasi serta mendorong program- program SKPD untuk melaksanakan PRB
2
Laporan monitoring
Tim Penyusun keberhasilan, kendala dan
PRB Kabupaten pembelajaran serta
Sumedang
PRB Kabupaten Sumedang pada institusi BPBD.
3
Melaksanakan pengalihan
3
Tersedianya anggaran bagi program yang tidak memiliki anggaran sebelumnya
upaya promosi prioritas BAPPEDA, PB yang tidak mampu BPBD, Instansi ditangani oleh APBD kepada lembaga donor
terkait
rekomendasi pelaksanaan
3) Peningkatan Kemitraan Multi Pihak Dalam Pengurangan Risiko
Bencana.
Salah satu perubahan paradigma penanggulangan bencana yang
diamanatkan dalam UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana adalah pergeseran pelaksana dan tanggung jawab
penanggulangan bencana yang semula hanya berada pada Pemerintah
menjadi urusan yang perlu ditangani secara bersama oleh seluruh
pemangku kepentingan. Dengan demikian peningkatan partisipasi
masyarakat, penggalangan kemitraan dengan lembaga non pemerintah,
lembaga pendidikan dan Forum PRB Daerah maupun Nasional menjadi
salah satu fokus yang perlu dikembangkan untuk mencapai efektivitas
pengurangan risiko bencana di Kabupaten Sumedang.
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat diarahkan secara khusus
pada daerah paling berisiko untuk terlibat secara aktif dalam
pembangunan ketangguhan komunitasnya. Pembangunan ketangguhan
ini dapat dicapai dengan mengembangkan prasarana pendukung dengan
tetap memperhatikan karakter serta kearifan lokal daerah setempat. Pada
sisi lain, fungsi kemitraan antar lembaga-lembaga non pemerintah di
daerah perlu dioptimalkan untuk mendukung penyelenggaraan
37
pengurangan risiko bencana secara sistematis dan terarah sesuai dengan
porsi perencanaan yang telah disepakati bersama. Salah satunya adalah
optimalisasi fungsi Forum PRB daerah serta forum-forum tematik terkait
lainya untuk menjalankan fungsinya dalam memberikan dampingan
kepada pemerintah dan masyarakat demi efektivitas penyelenggaraan
pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dengan
sumberdaya yang dimiliki oleh anggota forum.
Kemitraan multi pihak dalam PRB juga perlu dikembangkan pada
pembangunan karakter dan budaya aman bencana yang memungkinkan
lahirnya inovasi-inovasi terapan dalam pendekatan lebih terpadu untuk
membangun ketangguhan daerah mengatasi program sektoral serta
kemandirian masyarakat dalam PB. Pengembangan ini melibatkan peran
lembaga pendidikan dan relawan yang ada di Kabupaten Sumedang.
Dengan program/kegiatan :
a. Peningkatan Kemitraan Multi pihak dalam penanggulangan bencana
1) Pendayagunaan Lembaga Pendidikan sebagai media pembangun
budaya sadar bencana
2) Penguatan dan peningkatan peran relawan dalam Penanggulangan
Bencana (PB)
b. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana dilakukan
melalui Perkuatan Riset dan Penerapan hasilnya Untuk efektivitas
pencegahan dan mitigasi bencana.
4) Pemenuhan Tata Kelola Bidang Pengurangan Risiko Bencana.
Tata kelola penanggulangan bencana diarahkan untuk menjamin
transparansi, akuntabilitas serta ketersediaan sarana prasarana dalam
mencapai efektivitas pengurangan risiko bencana dalam seluruh jenjang
pemerintahan untuk mendorong komitmen pemerintah Kabupaten
Sumedang dalam mewujudkan Kota Tangguh Bencana (program
Pembangunan) sesuai Kerangka kerja Sendai (Sendai Framework for
Disaster Risk Reduction 2015-2030), yaitu :
38
a. Kota yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan
memulihkan diri dari akibat bencana secara tepat waktu dan efisien,
sambil tetap mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi
dasarnya.
b. Kota yang tangguh mampu menahan guncangan dan tekanan-tekanan
dari ancaman bencana alam maupun ancaman terkait iklim.
Meski masih pada tahap awal untuk mencapai kota tangguh bencana
Kabupaten Sumedang telah mengaplikasikan landasan global
pengurangan risiko bencana.
Pengurangan Risiko Bencana adalah serangkaian pelayanan pemerintah
kepada masyarakat. Oleh karenanya, untuk menjaga konsistensi kualitas
pelayanan, dibutuhkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dalam
penyelenggaraan PRB. Implementasi SPM PRB pada pemerintah dan
pemerintah daerah disusun berdasarkan peta kebutuhan yang disepakati
SPM menjadi dasar untuk peningkatan kapasitas sumberdaya aparat
pemerintah terkait pengurangan risiko bencana secara terstruktur,
berjenjang dan berlanjut berbasis kompetensi yang ditunjang dengan
kurikulum dan pelatihan berkala yang tersertifikasi untuk pengelolaan
PRB secara akuntabel dan transparan berdasarkan pedoman dan
prosedur yang telah ditetapkan.
Peningkatan kapasitas sumberdaya instansi pemerintah juga bergantung
pada ketersediaan sarana prasarana kelembagaan dan aparat yang
berfungsi optimal dalam setiap tahap penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
5) Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana.
Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana secara terukur
dilaksanakan berdasarkan kajian risiko bencana dengan parameter yang
diperbarui secara berkala dan didukung dengan sistem informasi skala
nasional. Pencapaian optimalitas penyelenggaraan upaya pencegahan
39
dan mitigasi bencana mengacu kepada panduan teknis dan mekanisme
standar yang telah disusun secara spesifik sesuai dengan karakteristik
daerah.
Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana difokuskan
kepada :
a) optimalisasi strategi penyadaran publik untuk mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan mitigasi
bencana,
b) mengembangkan riset-riset terapan dengan kerangka kerja terstruktur
dan mengarah kepada peningkatan rasio biaya-manfaat dan selalu
mempertimbangkan proses adaptasi pengetahuan asli lokal di tatanan
masyarakat pengguna hasil riset, dan
c) penataan ruang dan lahan pada sebagian besar daerah prioritas
nasional berdasarkan rencana pengelolaan sumberdaya air, tanah dan
hutan sesuai dengan hasil Kajian Risiko Bencana serta Kajian
Lingkungan Hidup Strategis Daerah.
6) Peningkatan Kesiapsiagaan Dan Penanganan Darurat Bencana.
Peningkatan kapasitas kesiapsiagaan bencana difokuskan untuk
mempersiapkan penanganan keadaan darurat bencana secara efektif.
Berdasarkan perspektif tersebut, maka kesiapsiagaan difokuskan untuk :
a) membangun sistem peringatan dini bencana multi ancaman yang
terkoordinasi dengan prosedur standar yang disepakati antar SKPD
terkait secara sistematis dan terukur dan selalu dilatih secara berkala,
b) memperkuat tingkat paparan pelayanan sistem peringatan dini
bencana kepada masyarakat pengguna dengan mengembangkan
alternatif moda penyebaran, strategi advokasi dan informasi publik,
serta mekanisme latihan bersama antara pemerintah dan masyarakat,
c) peningkatan kapasitas evakuasi, penyelenggaraan latihan
kesiapsiagaan serta kemandirian mobilisasi sumberdaya masyarakat
berdasarkan pedoman dan mekanisme standar yang disepakati.
40
Peningkatan kapasitas kesiapsiagaan diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas operasi tanggap darurat bencana yang diarahkan kepada :
a) membangun sistem mobilisasi sumberdaya nasional dan regional
dengan mempertimbangkan karakteristik masyarakat terancam serta
waktu respon minimal yang disepakati bersama secara nasional,
b) percepatan waktu respon pemerintah daerah dan pemerintah pusat
untuk memulai prosedur operasi tanggap darurat dengan tingkat
akuntabilitas yang memadai berdasarkan hasil kajian cepat,
c) Diperkuatnya kapasitas pemerintah dalam mendukung operasi
penanganan darurat bencana sesuai dengan prioritas sasaran pada
status keadaan darurat nasional secara akuntabel, efektif dan efisien
berdasarkan sistem dan kerangka operasi yang disusun bersama.
7) Peningkatan Kapasitas Pemulihan Bencana.
Perkuatan mekanisme dukungan pemulihan dalam skala internasional,
nasional maupun lokal dan rantai pengadaaan sarana prasarana pada
setiap sektor pelayanan menjadi perspektif dasar peningkatan kapasitas
pemulihan bencana. Selain itu ketangguhan daerah pasca bencana
dengan memfokuskan pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup serta
peningkatan kapasitas masyarakat sebagai langkah pencegahan dan
mitigasi pada upaya pemulihan bencana yang terintegrasi dalam
perencanaan aksi rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan karakter
masyarakat yang mandiri.
Dari rangkaian prioritas kegiatan rencana aksi daerah pengurangan risiko
bencana dari point 1 – 7 di atas, maka sasaran yang diharapkan dapat
tercapai adalah dapat mendukung program pembangunan daerah yang
terwadahi dalam visi misi seperti tercantum dalam RPJMD Kabupaten
Sumedang tahun 2019 – 2023. Untuk itu semua kegiatan prioritas BPBD
Kabupaten Sumedang diatas diarahkan untuk :
1. Tersedianya perangkat hukum yang mendorong penyelenggaraan
pengurangan risiko bencana yang efektif, mandiri dan mendukung
41
pengurangan risiko bencana di tingkat pusat hingga daerah secara
proporsional.
2. Terintegrasinya pengurangan risiko bencana pada kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan non pemerintah
untuk menjamin keberlanjutan pembangunan, sehingga terwujud system
informasi yang terpadu terkait early warning system.
3. Diterapkannya strategi yang menjamin terlaksananya pemberdayaan
masyarakat secara sinergi yang berorientasi kepada penurunan risiko
bencana dengan kearifan lokal dan kemandirian daerah.
4. Meningkatnya kemitraan dan kerja sama multi-pihak (pemerintah,
lembaga usaha dan masyarakat sipil) dalam penyelenggaraan
pengurangan risiko bencana.
5. Meningkatnya kapasitas SDM serta kelembagaan pemerintah dan non
pemerintah terkait dalam pelaksanaan strategi pengurangan risiko
bencana.
6. Meningkatnya upaya pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi potensi
jumlah penduduk terdampak, kerugian ekonomi, kerusakan
infrastruktur dan lingkungan akibat bencana.
7. Meningkatnya kesiapsiagaan dan penanganan darurat untuk
menghadapi bencana secara mandiri dan proaktif.
8. Tersedianya mekanisme pendukung dalam menjamin
terselenggaranya pemulihan dampak bencana yang lebih baik dan
lebih aman secara mandiri, efektif dan bermartabat.
9. Terselenggaranya pemulihan dampak bencana secara lintas sektor
sesuai dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana.
42
Upaya-upaya PRB terus dilakukan dalam rangka mencapai target IKU melalui
Capaian Indikator Kinerja Program BPBD dengan realisasi sebagai berikut :
Tabel 3.6 Capaian Indikator Kinerja Program BPBD Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Sasaran Kondisi
Awal
Target Realisasi %
2019 2019
Pengurangan Indeks Risiko Bencana
Jumlah Desa/Kelurahan Rawan Bencana yang Mendapatkan Informasi Peringatan Dini Bencana
277 Desa/Kelur
ahan
277 Desa/Kelurahan
3 Kecamatan 100%
Jumlah Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
0 Desa/Kelur
ahan
5 Desa/Kelurahan
- 0 %
Persentase Kecepatan Respons Bencana Kurang dari 24 Jam
100% 100% 100% 100%
Persentase Korban Bencana yang diberikan bantuan
100% 100% 100% 100%
Persentase Pemulihan Pasca Bencana Yang Berhasil Di Realisasikan
100% 100% 100% 100%
Berdasarkan tebal di atas, capaian indikator kinerja program BPBD pada tahun
2019 terealisasi dalam 4 indikator sasaran dari target 5 indikator dengan persentase
realisasi sekitar 80%, sehingga Realisasi Indikator Kinerja Utama BPBD Kab.
Sumedang pada tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 3.7 Indikator Kinerja Utama BPBD
No Indikator
Kondisi Kinerja pada awal periode
RPJMD
Kondisi Kinerja pada akhir
periode RPJMD Realisasi
%
Tahun 0 2019 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Indeks Risiko Bencana
162 155 157 80%
Tabel 3.8 Kegiatan-Kegiatan PRB Tahun 2019
No Kegiatan Realisasi
1. Rapat kordinasi Penanggulangan Bencana 100%
43
2. Menyusun Rencana Aksi Daerah
Pengurangan Risiko Bencana
1 Dokumen
3. Menyusun kajian risiko bencana banjir 1 Dokumen
4. Menyusun Rencana Kontijensi bencana
tanah longsor
1 Dokumen
5. Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Penanggulangan Bencana
50 Relawan di 3 kecamatan
6. Pemasangan Jalur Evakuasi, Rambu-
rambu dan Papan Informasi Daerah
Rawan Bencana
20 Titik
Penurunan indeks risiko bencana dapat dihasilkan berdasarkan kontribusi multipihak,
pemerintah dalam hal ini BPBD, instansi terkait lainnya, pemerintah daerah, dan
lembaga usaha.
Tabel 3.9 Capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BPBD Kab. Sumedang pada
tahun 2019 adalah :
URAIAN PAGU
ANGGARAN
Realisasi BERTAMBAH/(BERKURANG)
Tahun 2019
Rp. Rp. %
2 3 6 7 6
PROGRAM PENCEGAHAN DINI DAN PENANGGULANGAN KORBAN BENCANA ALAM
8,005,002,000.00 5,757,310,330.00 (2,247,691,670.00) 71.92
PENGADAAN NATURA DAN LOGISTIK 225,000,000.00 222,752,500.00 (2,247,500.00) 99.00
PENANGANAN DARURAT BENCANA 600,000,000.00 583,698,000.00 (16,302,000.00) 97.28
PENGADAAN PERALATAN PENUNJANG PENANGGULANGAN BENCANA
200,000,000.00 198,720,000.00 (1,280,000.00) 99.36
AKSELARASI PENANGGULANGAN BENCANA
375,000,000.00 375,000,000.00 - 100.00
PENYUSUNAN DATABASE KEBENCANAAN
30,000,000.00 29,600,000.00 (400,000.00) 98.67
RENCANA PENANGGULANGAN 290,000,000.00 283,894,000.00 (6,106,000.00) 97.89
44
BENCANA (RPB)
PENYELENGGARAAN KOORDINASI REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA
95,000,000.00 95,000,000.00 - 100.00
PENGELOLAAN INFORMASI PENANGGULANGAN BENCANA
120,000,000.00 110,977,000.00 (9,023,000.00) 92.48
PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA
114,250,000.00 114,250,000.00 - 100.00
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA (LANJUTAN)
5,855,752,000.00 3,647,078,830.00 (2,208,673,170.00) 62.28
PENGADAAN PERALATAN GUDANG LOGISTIK
100,000,000.00 96,340,000.00 (3,660,000.00) 96.34
Tabel 3.9 Capaian Realisasi Anggaran Tahun 2019
Berdasarkan tabel tersebut, dari sisi capaian realisasi anggaran, pagu
anggaran BPBD Kab. Sumedang pada tahun 2019 adalah sebesar Rp.
8.005.002.000,00 - yang dilaksanakan melalui 1 (satu) program dengan capaian
realisasi anggaran sebesar 71.92% atau sebesar Rp. 5.757.310.330,00,- dan
pada tahun 2019, BPBD Kab. Sumedang dan telah merealisasikan Dana Hibah
Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana (lanjutan) TA 2019
sebesar Rp. 5,855,752,000.00 untuk pemulihan pasca bencana di Desa
Margalaksana Kecamatan Sumedang Selatan dengan capaian realisasi sebesar
62.28 % atau sebesar 3.647.078.830,00.
Salah satu upaya BPBD untuk meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah
dalam menghadapi bencana, adalah melalui penyusunan kajian risiko bencana di
Kabupaten Sumedang sekaligus hasil kajian tersebut dapat digunakan sebagai dasar
kebijakan perencanaan pembangunan selanjutnya. Pembangunan disini adalah
dengan memasukkan hasil kajian tersebut pada rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD) dan rencana tata ruang di Kabupaten Sumedang.
Hasil kajian risiko tersebut menjadi bahan untuk penyusunan dokumen
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB). Dokumen RPB merupakan sebuah
rencana induk daerah yang mampu menjawab persoalan setiap fase penanggulangan
bencana serta merangkum perspektif penyelenggaraan penanggulangan bencana
dari seluruh instansi pemerintahan daerah yang terlibat. Dokumen RPB ini menjadi
45
kerangka efektif yang mampu menjamin pencapaian tujuan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam rentang waktu 5 tahun. Sehingga dokumen RPB ini
dapat menjadi dokumen perencanaan yang menentukan arah penyelenggaraan
penanggulangan bencana didaerah.
Disamping sebagai sebuah dokumen perencanaan daerah, dokumen RPB juga
diharapkan terintegrasi dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dan merujuk pada perencanaan lainnya baik Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) maupun Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) kabupaten/kota yang bersangkutan. Alhasil, struktur perencanaan
dalam dokumen RPB pun harus mengikuti aturan metode perencanaan daerah. Visi,
misi, kebijakan, program dan fokus prioritas daerah dalam penanggulangan bencana
yang ditetapkan bersama oleh berbagai SKPD sehingga menjadi suatu komitmen
daerah juga tertuang didalam dokumen RPB ini agar dapat saling bersinergi.
46
3.4 PENGKAJIAN RISIKO BENCANA BANJIR
3.4.1 Metodologi
Untuk memenuhi prinsip-prinsip metode dalam melakukan kajian risiko
bencana khususnya banjir digunakan metodologi kajian sebagai prasyarat
umum dalam menentukan tingkat kerawanan suatu daerah terhadap
bencana serta sebagai pedoman dalam rencana kontinjensi.
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis di tingkat kabupaten.
2. Skala peta minimal adalah 1:25.000 kabupaten Sumedang.
3. Dapat menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa).
4. Dapat digunakan untuk menghitung nilai kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan (dalam satuan mata uang rupiah).
5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko
tinggi, sedang dan rendah.
6. Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan risiko
bencana.
Gambar 3.1
Metodologi Kajian Risiko Bencana
Sumber : Perka BNPB No. 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
47
3.4.2 Indeks Pengkajian Risiko Bencana
Indeks pengkajian risiko bencana meliputi komponen bahaya,
kerentanan, dan kapasitas. Komponen bahaya diketahui berdasarkan
indeks bahaya, komponen kerentanan diketahui berdasarkan indeks
penduduk terpapar dan indeks kerugian, serta komponen kapasitas
diketahui berdasarkan indeks kapasitas. Masing-masing indeks memiliki
nilai indeks sebagai dasar menentukan kelas masing-masingnya. Kelas
rendah berada pada nilai indeks 0-0,333, kelas sedang berada pada nilai
indeks >0,333-0,666, dan kelas tinggi berada pada nilai indeks >0,666-1.
Rumus dasar yang digunakan dalam kajian risiko bencana agar dapat
terlaksana yaitu dengan menggunakan pendekatan yang umum
digunakan oleh badan penanggulangan bencana. Pendekatan tersebut
adalah sebagai berikut :
Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara
ancaman, kerentanan dan kapasitas yang membangun perspektif tingkat
risiko bencana suatu kawasan. Berdasarkan pendekatan tersebut,
terlihat bahwa tingkat risiko bencana amat bergantung pada :
1. Tingkat ancaman kawasan;
2. Tngkat kerentanan kawasan yang terancam;
3. Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
Upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah menentukan
besaran 3 komponen risiko tersebut dan menyajikannya dalam bentuk
spasial maupun non spasial agar mudah dimengerti. Pengkajian risiko
bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan
bencana di suatu kawasan. Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk
mengurangi risiko bencana.
48
Upaya pengurangan risiko bencana berupa :
1. Memperkecil ancaman kawasan;
2. Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam;
3. Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam
Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. Oleh karenanya dalam pengkajian bencana banjir di
Kabupaten Sumedang ini digunakan prinsip-prinsip dasar pengkajian
sebagai berikut :
1. data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada;
2. integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan local masyarakat;
3. kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,
kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan;
4. kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan
risiko bencana.
Alasan dasar digunakannya prinsip-prinsip pengkajian risiko bencana
banjir di Kabupaten Sumedang dalam dokumen ini adalah :
1. Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan
bencana. Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk
mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan.
2. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan
maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk
mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra
harus dilaksanakan dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih
49
dahulu dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam
rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.
3.4.3 Bahaya/Ancaman.
Pengkajian terhadap indeks bahaya diperoleh dari parameter-parameter
pedoman umum pengkajian risiko bencana dan referensi pedoman
lainnya yang ada di kementerian/lembaga di tingkat nasional. Parameter
yang digunakan berbeda untuk setiap bencana. Nantinya, penentuan
indeks bahaya memperoleh potensi luas bahaya dan kelas bahaya.
Adapun potensi luas bahaya didasari oleh data luas wilayah dari
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sesuai dengan anjuran BNPB
untuk kesamaan proses analisis kajian risiko bencana setiap daerah.
Dalam dokumen ini kajian luasan bencana banjir juga didasarkan pada
sejarah kejadian bencana di Kabupaten Sumedang yang tercatat di BPBD
Kabupaten Sumedang.
Banjir merupakan peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu
daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Banjir dapat
terjadi karena faktor penyumbatan aliran sungai, curah hujan yang
tinggi, pendirian rumah di sepanjang sungai, dan penggundulan hutan.
Dampak yang ditimbulkan pun beragam, mulai dari korban jiwa,
kerusakan areal pertanian, kerusakan sarana dan prasarana bangunan,
harta benda yang hilang, serta dampak pada kesehatan masyarakat.
Dasar dalam menentukan potensi bencana banjir disesuaikan dengan
parameter bahaya sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut
disesuaikan dengan kondisi Kabupaten Sumedang. Parameter bahaya
yang digunakan adalah sebagai berikut :
50
- Daerah rawan banjir.
- Kemiringan lereng.
- Jarak dari sungai.
- Curah hujan.
Berdasarkan pengkajian dari penghitungan parameter tersebut diperoleh
potensi luas bahaya banjir di Kabupaten Sumedang. Potensi luas bahaya
banjir di Kabupaten Sumedang seperti tabel berikut.
Tabel 3.10
Potensi Luas Bahaya Banjir di Kabupaten Sumedang
No
Nama Kecamatan Bahaya
Luas (Ha) Kelas
1 Jatinangor 42.33 Tinggi
2 Cimanggung 50.57 Tinggi
3 Tanjungsari 13.37 Rendah
4 Sukasari 1.11 Rendah
5 Pamulihan 5.57 Rendah
6 Rancakalong 1.11 Rendah
7 Sumedang Selatan 5.57 Rendah
8 Sumedang Utara 22.28 Sedang
9 Ganeas 1.11 Rendah
10 Situraja 20.05 Sedang
11 Cisitu 12.25 Sedang
12 Darmaraja 16.71 Sedang
13 Cibugel 1.11 Rendah
14 Wado 5.57 Rendah
15 Jatinunggal 6.68 Rendah
16 Jatigede 2.23 Rendah
17 Tomo 33.42 Sedang
18 Ujungjaya 86.55 Tinggi
51
No
Nama Kecamatan Bahaya
Luas (Ha) Kelas
19 Conggeang 13.37 Rendah
20 Paseh 1.11 Rendah
21 Cimalaka 16.71 Rendah
22 Cisarua 3.34 Rendah
23 Tanjungkerta 13.37 Rendah
24 Tanjungmedar 4.46 Rendah
25 Buahdua 11.14 Sedang
26 Surian 8.91 Rendah
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2019
Hasil potensi luas bahaya di atas memperlihatkan total jumlah luas
bahaya di Kabupaten Sumedang adalah + 400 Hektar, total tersebut
didapatkan dari rekapitulasi 5 kecamatan yang berpotensi terdampak
bahaya banjir. Berdasarkan rekapitulasi luasan bahaya tersebut
diketahui kelas bahaya dengan melihat kelas bahaya yang sifatnya
variatif dan khusus kecamatan Jatinagor, Cimanggung, Tomo dan
Ujungjaya memiliki ancaman tinggi demikian juga dengan kecamatan
Jatigede karena pembangunan waduk untuk pengairan dan pengaturan
debit air sungai Cimanuk maka kelas bahaya banjir di Kabupaten
Sumedang adalah tinggi.
3.4.4 Kerentanan.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat
yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bencana. Daerah rentan banjir adalah daerah yang mudah atau
mempunyai kecenderungan untuk terlanda banjir. Daerah tersebut dapat
diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan geomorfologi khususnya
aspek morfogenesa, karena kenampakan seperti teras sungai, tanggul
alam, dataran banjir, rawa belakang, kipas aluvial, dan delta yang
merupakan bentukan banjir yang berulang-ulang yang merupakan bentuk
52
lahan detil yang mempunyai topografi datar. Maka kawasan rentan
banjir merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana banjir sesuai karakteristik penyebab banjir. (Dibyosaputro,
1984). Sedangkan tingkat kerentanan banjir dapat ditentukan
berdasarkan paramater-parameter yang berpengaruh terhadap
terjadinya banjir. Dari beberapa penelitian mengenai banjir, telah
diketahui bahwa kondisi lahan seperti penutup lahan, topografi, dan
geomorfologi juga curah hujan, sebagai salah satu unsur iklim yang
utama merupakan faktor-faktor berpengaruh dalam menentukan
terjadinya banjir di Indonesia. Terungkap dalam sebuah penelitian
bahwa berdasarkan fenomena geomorfologi, setiap bentuk lahan
bentukan banjir dapat memberikan informasi tentang tingkat kerentanan
banjir beserta karakteristiknya (frekuensi, luas dan lama genangan,
bahkan mungkin sumber penyebabnya). Maka dapat dikatakan bahwa
survey geomorfologi pada dataran aluvial, dataran banjir dan dataran
rendah lainnya dapat digunakan untuk memperkirakan sejarah
perkembangan daerah tersebut sebagai akibat terjadinya banjir (Oya,
1973 dalam Suprapto, 1988).
Bahkan tulisan Bokunokoto (2015), terungkap bahwa Teknologi
penginderaan jauh (remote sensing) dan Sistem Informasi Geografis (GIS)
terbukti mampu menyediakan informasi data geospasial untuk setiap
objek di permukaan bumi secara cepat. Sekaligus juga mampu
menyediakan sistem analisa keruangan yang akurat. Melalui tulisannya,
diungkapkan banyak masukan dalam pemetaan rentan bencana dan
risiko bencana dengan memanfaatkan teknologi remote sensing dan
sistem informasi geografis. Peta rentan bencana dan resiko bencana
tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan untuk membantu penanganan
bencana alam secara cepat sehingga meminimalkan korban dan kerugian
harta benda akibat bencana, terutama dalam menentukan atau
mengarahkan daerah yang diprioritaskan untuk segera ditangani. Selain
itu, siapapun dapat menggunakan informasi tersebut untuk
mengantisipasi dampak bencana baik untuk respon darurat, pemulihan
53
KERENTANAN
EKONOMI
PDRB PER
SEKTOR EKONOMI
PENGGUNAAN
LAHAN
(Kawasan
Budidaya)
KERENTANAN FISIK
KERENTANAN
BANGUNAN
KERENTANAN
SAR-PRAS
KERENTANAN
EKOLOGI
PENGGUNAAN
LAHAN
(Kawasan
Lindung)
pasca bencana, penetapan strategi mitigasi bencana, ataupun
perencanaan penggunaan lahan yang komprehensip dan
menggabungkannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama
berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES,
Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal
(penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum). Informasi
tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya
tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga
akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum dapat
disajikan dalam peta tematik. Untuk peta batas administrasi sebaiknya
menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS. Gambar dengan
komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah ini:
Gambar 3.2
Komposisi untuk Analisa Kerentanan
KERENTANAN
KERENTANAN
SOSIAL
KEPADATAN
PENDUDUK
KEPEKAAN
SOSIAL
Sumber : Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
54
Pengkajian kerentanan diperoleh berdasarkan kondisi sosial budaya,
fisik, ekonomi, dan lingkungan. Komponen sosial budaya menentukan
analisa keterpaparan berupa kepadatan penduduk dan kelompok
masyarakat rentan (rasio jenis kelamin, rasio kelompok umur rentan,
rasio penduduk miskin, dan rasio penduduk cacat). Komponen fisik
berdasarkan parameter rumah, fasilitas umum, dan fasilitas kritis.
Komponen ekonomi berdasarkan lahan produktif dan PDRB. Pengkajian
komponen lingkungan berdasarkan parameter hutan lindung, hutan
alam, hutan bakau (mangrove), semak belukar, dan rawa. Adapun
sumber data yang digunakan untuk analisa kerentanan untuk setiap
komponen tersebut adalah:
1. Komponen sosial budaya dengan sumber data dari Kementerian
Dalam Negeri) Kemendagri tahun 2010 yang diproyeksikan ke tahun
2015.
2. Komponen fisik dengan sumber data Podes untuk data jumlah rumah
dan fasilitas umum (fasilitas pendidikan dan kesehatan), serta untuk
parameter jumlah fasilitas kritis menggunakan data dari Badan
Informasi Geospasial (BIG).
3. Komponen ekonomi dengan sumber data Kabupaten Sumedang Dalam
Angka Tahun 2014.
4. Komponen lingkungan dengan sumber data Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Secara umum pengkajian kerentanan menghasilkan potensi penduduk
terpapar, potensi kerugian rupiah (fisik dan ekonomi), serta potensi
kerusakan lingkungan. Potensi penduduk terpapar dihasilkan berdasarkan
pengkajian indeks penduduk terpapar. Sementara itu, potensi kerugian
dan kerusakan lingkungan dikelompokkan ke dalam indeks kerugian
setiap bencana. Rekapitulasi hasil potensi penduduk terpapar setiap
bencana di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
55
Tabel 3.11
Potensi Penduduk Terdampak Bencana Banjir
No
Nama Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Kelompok Rentan
Kelas Kelompok
Umur
Rentan
Penduduk
Miskin
Penduduk
Cacat
1 Jatinangor 114.509 9428 3,626 1,450 Tinggi
2 Cimanggung 83.712 8234 3167 1267 Tinggi
3 Tanjungsari 81.329 2115 813 325 Tinggi
4 Sukasari 33.924 74 28 11 Rendah
5 Pamulihan 59.823 648 249 100 Sedang
6 Rancakalong 39.177 85 33 13 Rendah
7 Sumedang Selatan 77.701 842 324 130 Sedang
8 Sumedang Utara 97.544 4227 1626 650 Tinggi
9 Ganeas 24.552 53 20 8 Rendah
10 Situraja 38.768 1512 582 233 Tinggi
11 Cisitu 27.067 645 248 99 Sedang
12 Darmaraja 37.751 1227 472 189 Tinggi
13 Cibugel 21.441 46 18 7 Rendah
14 Wado 44.460 48 19 7 Rendah
15 Jatinunggal 42.953 558 215 86 Sedang
16 Jatigede 24.063 104 40 16 Rendah
17 Tomo 23.115 1502 578 231 Tinggi
18 Ujungjaya 29.701 5000 1923 769 Tinggi
19 Conggeang 29.107 757 291 116 Sedang
20 Paseh 36.867 80 31 12 Rendah
21 Cimalaka 59.475 1933 743 297 Tinggi
22 Cisarua 19.389 126 48 19 Rendah
23 Tanjungkerta 34.854 906 349 139 Tinggi
24 Tanjungmedar 25.010 22 8 3 Rendah
25 Buahdua 32.628 707 272 109 Sedang
26 Surian 10.986 190 73 29 Rendah
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2019
Sedangkan hasil kajian terhadap potensi kerugian yang dapat diderita
oleh masyarakat maupun pemerintah daerah Kabupaten Sumedang dari
kejadian bencana banjir dapat dilihat pada tabel berikut.
56
Tabel 3.12
Potensi Kerugian Akibat Bencana Banjir
No
Nama Kecamatan
Kerugian (Jutaan Rp.) Kerusakan
Lingkungan
Fisik Ekonomi Total Kelas Luas (Ha) Kelas
1 Jatinangor 235,70 435,13 670,83 Tinggi 42.33 Sedang
2 Cimanggung 123,52 380,05 503,57 Tinggi 50.57 Tinggi
3 Tanjungsari 31,72 97,59 129,31 Rendah 13.37 Rendah
4 Sukasari 1,10 3,39 4,49 Rendah 1.11 Rendah
5 Pamulihan 9,72 29,91 39,63 Rendah 5.57 Rendah
6 Rancakalong 1,27 3,92 5,19 Rendah 1.11 Rendah
7 Sumedang Selatan 12,63 38,85 51,48 Rendah 5.57 Rendah
8 Sumedang Utara 63,40 195,09 258,49 Sedang 22.28 Sedang
9 Ganeas 0,80 2,46 3,25 Rendah 1.11 Rendah
10 Situraja 22,68 69,78 92,46 Rendah 20.05 Sedang
11 Cisitu 9,68 29,77 39,45 Rendah 12.25 Rendah
12 Darmaraja 18,40 56,63 75,03 Rendah 16.71 Rendah
13 Cibugel 0,70 2,14 2,84 Rendah 1.11 Rendah
14 Wado 0,72 2,22 2,95 Rendah 5.57 Rendah
15 Jatinunggal 8,38 25,77 34,15 Rendah 6.68 Rendah
16 Jatigede 1,56 4,81 6,38 Rendah 2.23 Rendah
17 Tomo 22,54 69,35 91,88 Rendah 33.42 Sedang
18 Ujungjaya 75,00 230,78 305,78 Sedang 86.55 Tinggi
19 Conggeang 11,35 34,93 46,28 Rendah 13.37 Rendah
20 Paseh 1,20 3,69 4,88 Rendah 1.11 Rendah
21 Cimalaka 28,99 89,21 118,21 Rendah 16.71 Rendah
22 Cisarua 1,89 5,82 7,71 Rendah 3.34 Rendah
23 Tanjungkerta 13,59 41,82 55,42 Rendah 13.37 Rendah
24 Tanjungmedar 0,35 1,00 1,35 Rendah 4.46 Rendah
25 Buahdua 10,60 32,63 43,23 Rendah 11.14 Rendah
26 Surian 2,86 8,79 11,65 Rendah 8.91 Rendah
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2019
Adapun kelas kerentanan bencana banjir untuk wilayah Kabupaten
Sumedang dapat dilihat pada table berikut.
57
Tabel 3.13
Kelas Kerentanan Bencana Banjir
No
Nama Kecamatan
Kelas
Penduduk
Terpapar
Kerugian Kerusakan
Lingkungan
Kerentanan
1 Jatinangor Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
2 Cimanggung Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
3 Tanjungsari Tinggi Rendah Rendah Sedang
4 Sukasari Rendah Rendah Rendah Rendah
5 Pamulihan Sedang Rendah Rendah Rendah
6 Rancakalong Rendah Rendah Rendah Rendah
7 Sumedang Selatan Sedang Rendah Rendah Sedang
8 Sumedang Utara Tinggi Sedang Sedang Tinggi
9 Ganeas Rendah Rendah Rendah Rendah
10 Situraja Tinggi Rendah Sedang Sedang
11 Cisitu Sedang Rendah Rendah Sedang
12 Darmaraja Tinggi Rendah Rendah Sedang
13 Cibugel Rendah Rendah Rendah Rendah
14 Wado Rendah Rendah Rendah Rendah
15 Jatinunggal Sedang Rendah Rendah Sedang
16 Jatigede Rendah Rendah Rendah Rendah
17 Tomo Tinggi Rendah Sedang Sedang
18 Ujungjaya Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
19 Conggeang Sedang Rendah Rendah Sedang
20 Paseh Rendah Rendah Rendah Rendah
21 Cimalaka Tinggi Rendah Rendah Sedang
22 Cisarua Rendah Rendah Rendah Rendah
23 Tanjungkerta Tinggi Rendah Rendah Sedang
24 Tanjungmedar Rendah Rendah Rendah Rendah
25 Buahdua Sedang Rendah Rendah Sedang
26 Surian Rendah Rendah Rendah Rendah
Sumber : Hasil Analisa Konsultan 2019
58
3.4.5 Kapasitas
Keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana dipengaruhi oleh
kapasitas daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Maka
dari itu, diperlukan adanya pengkajian kapasitas daerah dalam kajian
risiko bencana Kabupaten Sumedang. Penyusunan kajian kapasitas
Kabupaten Sumedang didasari oleh indeks kapasitas yang memuat
komponen ketahanan daerah. Perolehan ketahanan daerah disesuaikan
dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 03 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah
Dalam Penanggulangan Bencana Komponen ketahanan daerah diperoleh
melalui metode Focal Group Discussion (FGD) yang dihadiri oleh SKPD
kabupaten dan SKPD pemerintahan kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Diskusi tersebut membahas pencapaian Kabupaten Sumedang dalam
penanggulangan bencana berupa pertanyaan-pertanyaan terkait 22
indikator pencapaian dalam 5 (lima) prioritas penanggulangan bencana.
Indikator pencapaian tersebut antara lain:
1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah
prioritas nasional dan local dengan dasar kelembagaan yang kuat
untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian:
a. Kerangka hukum dan kebijakan nasional/lokal untuk pengurangan
risiko bencana telah ada dengan tanggung jawab eksplisit
ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan;
b. Tersedianya sumber daya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana di semua tingkat pemerintahan;
c. Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui
pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal;
d. Berfungsinya forum/Jaringan daerah khusus untuk pengurangan
risiko bencana.
59
2. Mengidentifikasi, menilai dan memantau risiko bencana dan
meningkatkan sistem peringatan dini untuk mengurangi risiko
bencana, dengan indikator pencapaian:
a. Tersedianya kajian risiko bencana daerah berdasarkan data
bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor
utama daerah:
b. Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau, mengarsip
dan menyebarluaskan data potensi bencana dan kerentanan-
kerentanan utama;
c. Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi untuk
skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh lapisan
masyarakat;
d. Kajian risiko daerah mempertimbangkan risiko-risiko lintas batas
guna menggalang kerjasama untuk pengurangan risiko.
3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua
tingkat, dengan indikator pencapaian:
a. Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat
diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan
(melalui jejaring, pengembangan sistem untuk berbagi informasi,
dst);
b. Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang relevan
mencakup konsep-konsep dan praktik-praktik mengenai
pengurangan risiko bencana dan pemulihan;
c. Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana serta
analisis manfaat-biaya (cost benefit analysist) yang selalu
dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset;
d. Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh
komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan bencana
yang mampu menjangkau masyarakat secara luas baik di
perkotaan maupun pedesaan.
60
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar, dengan indikator :
a. Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan dari
kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana yang berhubungan
dengan lingkungan hidup, termasuk untuk pengelolaan sumber
daya alam, tata guna lahan dan adaptasi terhadap perubahan
iklim;
b. Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan sosial
dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling
berisiko terkena dampak bencana;
c. Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang
ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi
kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi;
d. Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat unsur-
unsur pengurangan risiko bencana termasuk pemberlakuan syarat
dan izin mendirikan bangunan untuk keselamatan dan kesehatan
umum (enforcement of building codes);
e. Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam
proses-proses rehabilitasi dan pemulihan pasca bencana;
f. Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-dampak
risiko bencana atau proyek-proyek pembangunan besar, terutama
infrastruktur.
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang
efektif di semua tingkat, dengan indikator:
a. Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta
mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan
perspektif pengurangan risiko bencana dalam pelaksanaannya;
b. Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi terjadi
yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan reguler
diadakan untuk menguji dan mengembangkan program-program
tanggap darurat bencana;
61
c. Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme
antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan darurat
yang efektif dan pemulihan pasca bencana;
d. Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan
pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan
selama masa tanggap darurat.
Hasil pencapaian indikator tersebut dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
level atau tingkatan. Level tersebut adalah:
Level 1: Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil dalam
upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan beberapa
tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.
Level 2: Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan
risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian yang masih bersifat
sporadis yang disebabkan belum adanya komitmen kelembagaan
dan/atau kebijakan sistematis.
Level 3: Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait
pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan
didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang
diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum
menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi
dampak negatif dari bencana.
Level 4: Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang
menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah
memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui masih ada
keterbatasan dalam komitmen, sumber daya finansial ataupun
kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya pengurangan risiko
bencana di daerah tersebut.
62
Level 5: Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen dan
kapasitas yang memadai di semua tingkat komunitas dan jenjang
pemerintahan.
Berdasarkan pengkajian ketahanan daerah, diperoleh hasil kajian
ketahanan daerah Kabupaten Sumedang sebagaimana yang disajikan
pada tabel berikut di bawah ini.
Tabel 3.14
Hasil Kajian Ketahanan Daerah
No
Prioritas Total Nilai Prioritas
Indeks Prioritas
1 Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya
57,79
3
2 Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini
50,95
2
3 Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat
36,94
2
4 Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar 33,86 1
5 Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat
46,37 2
TOTAL NILAI PRIORITAS 45,18
INDEKS KETAHANAN DAERAH 2
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2019
Hasil kajian ketahanan daerah Kabupaten Sumedang dengan total nilai
prioritas 45,18 dan berada pada level 2. Berdasarkan pencapaian level
tersebut diketahui bahwa Kabupaten Sumedang telah melaksanakan
beberapa tindakan pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-
pencapaian yang masih belum efektif dan terpadu yang disebabkan
belum adanya komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
Pencapaian daerah pada level 2 menandakan bahwa Kabupaten
Sumedang termasuk daerah yang masih berada dalam kelas rendah
63
dalam upaya penanggulangan bencana. Rendahnya kapasitas Kabupaten
Sumedang dalam penanggulangan bencana memerlukan suatu upaya
yang jelas dan terarah untuk dapat meningkatkan kapasitas atau
kemampuan daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Selain itu, untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana yang lebih
baik, pencapaian level ketahanan daerah perlu ditingkatkan minimal
setingkat di atas level ketahanan daerah yang telah ada. Rekomendasi
terkait peningkatan capaian ketahanan daerah tersebut dapat dilihat
pada bab berikutnya.
3.5 Pengkajian Risiko Bencana Banjir
3.5.1 Penentuan Tingkat Bahaya/Ancaman
Penentuan tingkat bahaya banjir adalah kemungkinan keberadaan
penduduk pada setiap jenis penggunaan lahan, seperti pada permukiman
menghasilkan tingkat bahaya banjir yang tinggi pada tingkat kerentanan
banjir tertentu. Untuk mempermudah melakukan analisis digunakan
tabel yang menyatakan hubungan antara tingkat kerentanan banjir dan
kelas penggunaan lahan yang ada di daerah penelitian. Masing-masing
kelas penggunaan lahan diisi nilai berdasarkan pada tabel keberadaan
penduduk pada setiap jenis penggunaan lahan. Tabel kelas penggunaan
lahan dengan tingkat bahaya banjir disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.15
Kelas Penggunaan Lahan Dengan Tingkat Bahaya Banjir
Penggunaan Lahan
Tingkat Kerentanan
Sangat Rentan Rentan Kurang Rentan Tidak Rentan
Permukiman 1 2 3 4
Kebun campuran 1 2 3 4
Semak 3 3 4 4
Tegalan 3 3 4 4 Sawah irigasi 2 3 4 4
Sawah tadah hujan 2 3 4 4
Hutan 4 4 4 4
Lahan terbuka 4 4 4 4
Sumber: : Hasil Survei lapangan
64
Keterangan :
1, 2, 3, …n = kelas bahay banjir
SR = Sangat Rentan 1 = Sangat bahaya
R = Rentan 2 = Bahaya
KR = Kurang Rentan 3 = Kurang bahya
TR = Tidak Rentan 4 = Tidak bahaya
Tingkat Ancaman dihitung dengan menggunakan hasil Indeks Ancaman
dan Indeks Penduduk Terpapar. Penentuan Tingkat Ancaman dilakukan
dengan menggunakan matriks seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan kedua nilai indeks
dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan nilai tersebut
melambangkan Tingkat Bahaya/Ancaman bencana banjir pada daaerah
tersebut.
Gambar 3.3
Matriks Penentuan Tingkat Ancaman
Tingkat Bahaya/Ancaman Indeks Penduduk Terpapar
Rendah Sedang Tinggi
Indeks
Bahaya/Ancaman
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber : Perka BNPB No 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
Keterangan :
Tingkat Bahaya/Ancaman Tinggi
Tingkat Bahaya/Ancaman Sedang
Tingkat Bahaya/Ancaman Rendah
Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan diatas menunjukkan bahwa
tingkat bahaya atau ancaman bencana banjir yang dihadapi oleh
Kabupaten Sumedang cukup serius, meskipun bentuk topografi
65
wilayahnya yang beragam dan mendukung untuk dilakukannya mitigasi
kebencanaan termasuk terhadap bencana banjir. Hal ini dikarenakan
berbagai hal yang dijadikan dasar dalam penilaiannya, yaitu nilai indeks
bahaya banjir. Pengelompokkan nilai indeks untuk bencana banjir
menetapkan kelas bahaya rendah, sedang, dan tinggi. Detail hasil
pengkajian tingkat bahaya banjir di Kabupaten Sumedang memiliki
tingkat tinggi karena dukungan kondisi alam, perilaku alam dan perilaku
manusia. Meski pada tiap kecamatan memiliki tingkat ancaman yang
berbeda.
3.5.2 Penentuan Tingkat Kerentanan
Tingkat kerentanan dapat dilakukan dengan menggunakan peta
kerentanan yang dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi,
fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan sebagai
Exposure kali Sensitivity. “Aset-aset” yang terekspos termasuk
kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik
dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap “aset” memiliki sensitivitas
sendiri, yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator
yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi
keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi
paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio
kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur).
Sensitivitas hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian
faktor pembobotan. Sumber informasi yang digunakan untuk analisis
kerentanan terutama berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten
Dalam Angka, PODES, Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar
dari Bakosurtanal (penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas
umum). Informasi tabular dari BPS idealnya sampai tingkat
desa/kelurahan.
66
Penentuan kerentanan banjir dilakukan melalui beberapa langkah,
berdasarkan pada data yang telah diperoleh sebelumnya. Data yang
diperoleh merupakan data spasial yang berbentuk file jpeg. Data-data
yang telah diperoleh tersebut selanjutnya diubah kedalam format
ArcView atau diubah kedalam shape file, hal tersebut dilakukan guna
memudahkan dalam analisis dengan menggunakan bantuan sistem
informasi geografi. Melalui proses digitasi, editing, sampai layout
sehingga data-data yang telah diperoleh siap untuk diolah dengan
menggunakan program ArcView.
Data-data yang digunakan sebagai parameter dalam penentuan tingkat
kerentanan banjir pada penelitian ini antara lain, kemiringan lereng
(slope), tekstur tanah (dalam kaitannya infiltrasi tanah), dan Topografi
(ketinggian tempat). Masing-masing parameter dinilai dengan cara
pengharkatan sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap tingkat
kerentanan banjir di daerah penelitian. Parameter-parameter yang
mempunyai tipe pengaruh yang besar terhadap terjadinya banjir diberi
nilai/harkat yang besar pula begitu juga sebaliknya parameter dengan
tipe pengaruh yang kecil terhadap terjadinya banjir akan diberi
nilai/harkat yang kecil.
Proses salanjutnya dalam analisis peta tingkat kerentenan banjir
dilakukan sistem tumpangsusun (overlay) dari parameter-parameter
yang telah dinilai. Pada aspek tingkat kerentanan yang diperoleh dan
dinyatakan dalam tabel indeks kerentanan dengan menggabungkan
indeks penduduk terpapar dan indeks kerugian. Hasil keseluruhan tingkat
kerentanan untuk potensi bencana banjir di Kabupaten Sumedang dapat
dilihat pada tabel 5.4 diatas, dimana pemerintah Kabupaten Sumedang
memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana banjir yang tinggi.
Karena didukung oleh kondisi alam dan perilaku masyarakat yang
cenderung masih memerlukan pembinaan, sosialisasi, penyuluhan,
pelatihan dan lain-lain agar lebih menghargai kelestarian lingkungan.
67
Penentuan tingkat kerentanan untuk bencana banjir menggunakan Field
Kelas_Rawan. Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir melalui
overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk mendapatkan
ketinggian genangan sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 3.16
Penentuan Tingkat Kerentanan Banjir
Kedalaman
(m)
Kelas
Nilai Bobot
(%)
Skor
< 0.76 Rendah 1
100
0.333333
0.76 – 1.5 Sedang 2 0.666667
1.5 Tinggi 3 1.000000
Sumber : Perka BNPB No 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana
3.5.3 Penentuan Tingkat Kapasitas
Tingkat Kapasitas baru dapat ditentukan setelah diperoleh Tingkat
Ancaman. Tingkat Kapasitas diperoleh penggabungan Tingkat Ancaman
dan Indeks Kapasitas. Penentuan Tingkat Kapasitas dilakukan dengan
menggunakan matriks seperti yang terlihat pada gambar dibawah.
Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan kedua nilai indeks
dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan nilai tersebut
melambangkan Tingkat Kapasitas.
Gambar 3.4
Matriks Penentuan Tingkat Kapasitas
Tingkat Kapasitas Indeks Kapasitas
Tinggi Sedang Rendah
Indeks
Bahaya/Ancaman
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber : Perka BNPB No 2/2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
68
Tingkat kapasitas dikaji berdasarkan panduan penilaian kapasitas daerah
pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
03 Tahun 2012. Penentuan tingkat kapasitas berdasarkan pada indeks
kapasitas daerah yang dianalisa dari hasil kajian ketahanan daerah.
Rekapitulasi hasil tingkat kapasitas di Kabupaten Sumedang dalam
menghadapi bencana pada level rendah. Peningkatan kapasitas
diperlukan setidaknya untuk mencapaian kenaikan level sedang yang
disesuaikan dengan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang akan
dipaparkan pada bab selanjutnya.
3.5.4 Penentuan Tingkat Risiko
Tingkat Risiko Bencana ditentukan dengan menggabungkan Tingkat
Kerugian dengan Tingkat Kapasitas. Penentuan Tingkat Risiko Bencana
dilaksanakan untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu
daerah. Penentuan Tingkat Risiko Bencana dilakukan dengan
menggunakan matriks seperti yang terlihat pada gambar dibawah.
Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan Tingkat Kerugian dan
Tingkat Kapasitas dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan
nilai tersebut melambangkan Tingkat Risiko suatu bencana di kawasan
tersebut.
Gambar 3.5
Matriks Penentuan Tingkat Risiko Bencana
Tingkat Risiko Bencana Tingkat Kapasitas
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat Kerugian
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber : Perka BNPB No 2/2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
Tingkat risiko bencana dapat ditentukan setelah ditetapkan masing-
masing komponen risiko, yaitu bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Tingkat risiko tersebut diketahui dengan melihat nilai risiko untuk
69
masing-masing bencana yang berpotensi di Kabupaten Sumedang. Untuk
tingkat risiko bencana banjir Kabupaten Sumedang memiliki tingkat
risiko tinggi. Hal ini menjadi gambaran bagi pemerintah daerah dan
pihak terkait untuk menyusun upaya-upaya pengurangan risiko bencana
guna mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Kabupaten Sumedang.
3.5.6 Rekomendasi.
Rekomendasi merupakan pernyataan konsultan yang isinya merupakan
saran atau usulah yang disampaikan kepada pemberi kerja berdasarkan
hasil kajian yang telah dilakukan dengan tetap berpedoman kepada
aturan yang berlaku seperti Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangn Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana.
Rekomendasi yang disampaikan difokuskan kepada kebijakan
administratif dan kebijakan teknis yang dapat didijadikan dasar atau
acuan oleh BPBD Kabupaten Sumedang dalam menyusun dokumen
rencana penanggulangan bencana maupun dokumen pengurangan risiko
bencana.
Kebijakan administratif disusun berdasarkan tingkat kapasitas yang
diperoleh dari hasil kajian ketahanan daerah. Penentuan tingkat
kapasitas daerah, dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 03 Tahun 2012 tentang
Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana.
Hasil dari proses penentuan tingkat kapasitas tersebut akan
menghasilkan tindakan prioritas yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Tindakan-tindakan prioritas
kajian ketahanan daerah yang telah ditingkat ke level selanjutnya akan
menjadi dasar dari penyusunan kebijakan yang bersifat administratif.
Kemudian tindakan-tindakan prioritas terkait penyelenggaraan
70
penanggulangan bencana tersebut disinkronkan dengan kebijakan
tingkat nasional. Berdasarkan skema penyusunan kabijakan
penaggulangan bencana, kebijakan administratif memiliki 7 (tujuh)
komponen kebijakan yang telah disesuaikan dengan Rencana
Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS PB).
Kebijakan yang bersifat teknis diperoleh dari kajian dan peta
risiko bencana. Berdasarkan Gambar 5.6, terdapat 3 (tiga)
komponen kebijakan yang bersifat teknis yang berlaku untuk setiap
bencana yang terdapat pada peta risiko bencana yang disusun.
Kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana tersebut saling
mendukung dan saling terikat. Pembedaan sifat bertujuan untuk
memperjelas maksud dan jenis kebijakan tanpa perlu memperjelas
pembedaan ini dalam penulisan dokumen kebijakan tersebut.
Kebijakan penanggulangan bencana dirangkum dalam Dokumen
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB). Sasaran dan arah dari kedua
kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Sumedang .
Gambar 3.6
Skema Penyusunan Kebijakan Penanggulangan Bencana
Sumber : Perka BNPB No 2/2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
71
3.6 RENCANA KONTIJENSI BENCANA TANAH LONGSOR
3.6.1 PENILAIAN RESIKO
Ada beberapa cara untuk menentukan tingkat risiko suatu wilayah terhadap
kemungkinan terjadinya bencana, untuk menilai resiko bencana tanah longsor
Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan menggunakan
beberapa cara yang terurai dibawah ini:.
3.6.2 Metode Probability
Probabilty yaitu kemungkinan terjadinya bencana dan dampak kerugian atau
kerusakan ditimbulkan dengan asumsi skoring sebagai berikut :
a. Skala probabilitas:
Angka 5 : Pasti ( hampir dipasti 80 % – 99 %)
Angka 4 : Kemungkinan besar (60% – 80 %, terjadi tahun depan, atau sekali
dalam 10 tahun mendatang)
Angka 3 : Kemungkian terjadi (40%-60 %, terjadi tahun depan , atau sekali
dalam 100 tahun)
Angka 2 : Kemungkinan Kecil (20 %-40%, terjadi tahun depan atau sekali
lebih dari 100 tahun )
Angka 1 : Kemungkinan sangat Kecil (hingga 20 %)
b. Dampak Kejadian yang menimbulkan :
Angka 5 : Sangat parah ( 80 % – 99 %, wilayah hancur dan lumpuh total)
Angka 4 : Parah (60% – 80 %, hancur)
Angka 3 : Sedang (40%-60 %, Wilayah terkena rusak)
Angka 2 : Ringan (20 %-40%, wilayah yang rusak )
Angka 1 : Sangat ringan (kurang dari 20 %, wilayah rusak)
72
Longsor
Angin
Banjir Kekeringa
n
Pro
bab
ilit
as
Dari instrumen diatas, dapat dihitung probabilltas dan dampak dengan
mengasumsikan bencana yang terjadi di Kecamatan Sumedang Selatan dengan
matrik sebagai berikut :
Tabel 3.17
Matrik Skroring Probabilitas dan Dampak
NO JENIS ANCAMAN
BENCANA
PROBABILITY
DAMPAK
1 Tanah Longsor 4 4
2 Banjir bandang 1 1
3 Kekeringan 1 2
4 Angin Puting Beliung 2 2
Hasil penilaian ini kemudian dimasukkan dalam matriks untuk menentukan skala
tingkat bahaya seperti di bawah ini.
Tabel 3.18
Matrik Skala Tingkat Bahaya
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5
Dampak
Dari penilaian risiko yang ada dapat dilihat dari probalitas, dampak diperoleh
kesimpulan bahwa tanah longsor memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan
dengan ancaman yang lain. Oleh karena itu rencana kontinjensi yang prioritas
perlu disusun di Kecamatan Sumedang Selatan untuk saat ini adalah Rencana
Kontinjensi Longsor
Selain karena memiliki risiko yang tinggi, alasan lain kenapa tanah longsor harus
diperhatikan adalah karena ;
73
a. Pernah terjadi di tahun 2016 dengan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur
permukiman.
b. Jika terjadi bencana tanah longsor merugikan masyarakat baik fisik maupun
mental
c. Topografi dari sebagian besar Kecamatan Sumedang Selatan tergolong pada
daerah rawan longsor/berbukit dan berlereng 15o s/d 50o.
d. Susunan tanah pada daerah kemiringan rata-rata merupakan tanah gembur
yang mudah tergerus air
e. Sudah muncul tanda-tanda fisik berupa retakan pada tanah khususnya di
Lingkungan Anjung Desa Pasanggrahan Baru
f. Curah hujan di wilayah Kecamatan Sumedang Selatan terhitung tinggi
e. Jumlah/populasi tanaman penahan berkurang
g. Jumlah penduduk padat, dan pemukiman rata-rata berada di bawah tebing
1) Metode Analisis
Penilaian risiko merupakan suatu metodologi untuk menentukan proses dan
keadaan-keadaan risiko melalui analisis potensi bahaya (hazards) dan evaluasi
kondisi kini dari kerentanan yang dapat berpotensi membahayakan orang, harta,
kehidupan, dan lingkungan tempat tinggal. Penilaian risiko (risk assessement)
sebagai suatu proses evaluasi tentang pentingnya risiko, baik secara kuantitatif
atau kualitatif. Penilaian risiko bencana tanah longsor tersusun dari ancaman
bencana tanah longsor, kerentanan tanah longsor, dan kapasitas bencana. Dalam
penyusunan penilaian risiko bencana diperlukan penghitungan komponen
berdasarkan penghitungan indeks-indeks dan data yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor
Ancaman (bahaya) adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis,
klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Bahaya atau hazard
merupakan salah satu komponen penyusun risiko (risk) bencana.
74
Tabel 3.19
Indeks Ancaman Bencana Longsor
No
Parameter Skor
Bobot
Sumber 0,333 0,666 1
1 Kemiringan Lereng < 15% 15%-30% > 30% 35% Bakosurtanal
2 Tutupan Lahan >80% 40%-80% <40% 20% Badan Geologi
3 Jarak Sesar Patahan 10.000 m 5.000 m 10 m 5% Badan Geologi
4 Intensitas <0,19 gal 0,19-0,35 >0,35 20% Badan Geologi
Guncangan gal gal
5 Curah Hujan <2000 2000- >3000 20% Badan Geologi
Tahunan mm 3000 mm mm Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 tahun 2012
Tingkat ancaman bencana tanah longsor diperoleh dengan menggabungkan
hasil indeks ancaman dan indeks penduduk terpapar (permukiman).
Tabel 3.20
Penentuan Tingkat Ancaman Bencana
Tingkat Ancaman
Indeks Penduduk Terpapar
Rendah Sedang Tinggi
Indeks
Ancaman
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
Tingkat Ancaman Rendah
Tingkat Ancaman Sedang
Tingkat Ancaman Tinggi
b. Indeks Kerentanan Bencana Tanah Longsor
Kerentanan merupakan kondisi masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan pada
peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana, kerentanan bencana tanah longsor
75
memiliki empat indeks penyusun yaitu: indeks kerentaan sosial, indeks
kerentanan ekonomi, indeks kerentanan fisik dan indeks kerentanan
lingkungan. Berikut rumus kerentanan tanah longsor menurut Peraturan
Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012.
Tabel 3.21
Penentuan Tingkat Kerentanan Tanah Longsor
Tingkat Kerentanan
Indeks Kerentanan
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
Ancaman
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
Tingkat Ancaman Rendah
Tingkat Ancaman Sedang
Tingkat Ancaman Tinggi
1) Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial menggambarkan jumlah penduduk yang memiliki risiko
terhadap ancaman bencana. Semakin tinggi kepadatan penduduk maka
semakin tinggi pula risiko bencana yang ditimbulkan. Penduduk yang
paling berisiko terhadap bencana adalah kelompok rentan, kelompok
rentan tidak bisa menyelamatkan diri apabila terjadi bencana serta
kemampuan memulihkan diri dari bencana yang rendah. Kelompok rentan
yaitu perempuan, keluarga miskin, penduduk cacat, balita, dan lansia.
76
Tabel 3.22
Komponen Indeks Kerentanan Sosial
Parameter
Bobot Kelas Rendah Sedang Tinggi
(%) 0,333 0,666 1
Kepadatan
60 < 500 jiwa/km 2 500-1000 jiwa/km 2 >1000
Penduduk
jiwa/km2
Rasio Jenis
40
<20%
20-40%
>40%
Kelamin
(10%)
Rasio Kemiskinan
(10%)
Rasio Orang Cacat (10%)
Rasio Kelompok
umur (10%)
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
2) Kerentanan Ekonomi
Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008, kerentanan
ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan
ekonomi (proses ekonomi) yang ada bila terjadi bencana.
Indikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan
produktif dalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak)
dan Pendapatan Desa.
Luas lahan pertanian dapat diperoleh dari peta guna lahan dan buku
kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi kedalam rupiah.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dapat diperoleh dari laporan
sektor atau kabupaten dalam angka.
Bobot indeks kerentanan ekonomi hampir sama untuk semua jenis
ancaman, kecuali untuk kebakaran gedung dan pemukiman
77
Tabel 3.23
Komponen Indeks Kerentanan Ekonomi
Parameter
Bobot
(%)
Kelas
Rendah Sedang Tinggi
0,333 0,666 1
Lahan Produktif 60 < 50 jt 500-200 jt >200 jt
PDRB 40 <100 jt 100-300 jt >300 jt
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
3) Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik atau infrastruktur menggambarkan perkiraan tingkat
kerusakan terhadap infrastruktur pada wilayah terancam bencana.
Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan rumah
(permanen, semi-permanen, dan non-permanen), ketersediaan bangunan/
fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan rumah
diperoleh dengan membagi jumlah rumah atas area terbangun atau luas
desa dibagi berdasarkan wilayah (dalam Ha) dan dikalikan dengan harga
satuan masing-masing parameter
Tabel 3.24
Komponen Indeks Kerentanan Fisik
Parameter
Bobot
(%)
Kelas
Rendah Sedang Tinggi
0,333 0,666 1
Rumah 40 < 400 jt 400-800 jt >800jt
Fasilitas Umum 30 < 500 jt 500 jt-1 M >1M
Fasilitas Kritis 30 < 500 jt 500 jt-1 M >1M
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
4) Kerentanan Lingkungan
Kerentanan lingkungan menunjukkan suatu kondisi suatu wilayah yang
rawan akan bencana. Indikator yang digunakan untuk kerentanan
lingkungan adalah penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan
bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Bila longsor terjadi pada
wilayah indikator lingkungan mengakibatkan terganggunya keseimbangan
ekosistem dan turunnya pendapatan hasil hutan.
78
Tabel 3.25
Komponen Indeks Kerentanan Lingkungan
Parameter
Bobot
(%)
Kelas
Rendah Sedang Tinggi
0,333 0,666 1
Hutan Produksi 40 <25 ha 25-75 ha >75 ha
Hutan Bakau/Mangrove
10
<10 ha
10-30 ha
>30 ha
Semak Belukar 10 <10 ha 10-30 ha >30 ha Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
c. Indeks Kerentanan Bencana Tanah Longsor
Kapasitas merupakan seperangkat kemampuan yang memungkinkan
masyarakat untuk meningkatkan daya tahan terhadap efek bahaya yang
mengancam/merusak, dan meningkatkan ketahanan serta kemampuan
masyarakat untuk mengatasi dampak dari kejadian yang membahayakan.
Kekuatan/potensi yang ada pada diri setiap individu dan kelompok sosial.
Kapasitas ini dapat berkaitan dengan sumberdaya, keterampilan, pengetahuan,
kemampuan organisasi, dan sikap untuk bertindak dan merespon suatu krisis.
Adanya ancaman dan kerentanan bencana menjadikan kapasitas mutlak untuk
dikembangkan. Semakin besar kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam
mengelola bencana maka akan semakin kecil dampak kerugian dan korban
yang ditimbulkan. Hal seperti inilah yang dirintis dalam pengurangan risiko
bencana.
Kapasitas bencana diperoleh bedasarkan Program Desa/Kelurahan Tangguh
Bencana pada suatu waktu. Bedasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 1
tahun 2012, Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah desa/kelurahan yang
memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman
bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang
merugikan jika terkena bencana. Program Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
bernilai sama untuk seluruh kawasan pada suatu desa/kelurahan yang
merupakan lingkup kawasan terendah kajian kapasitas ini. Oleh karenanya
penghitungan Program Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dapat dilakukan
bersamaan dengan penyusunan Peta Ancaman Bencana pada daerah yang
sama.
79
Program Desa/Kelurahan Tangguh Bencana akan mengacu juga pada kerangka
masyarakat tangguh internasional yang dikembangkan berdasarkan Kerangka
Aksi Hyogo, yakni mengandung aspek tata kelola, pengkajian risiko,
peningkatan pengetahuan dan pendidikan kebencanaan, manajemen risiko dan
pengurangan kerentanan, dan aspek kesiapsiagaan serta tanggap bencana.
Program Desa/Kelurahan Tangguh Bencana tidak akan mudah bagi
desa/kelurahan untuk langsung mencapai kondisi ideal yang mengandung
semua aspek tersebut, Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dibagi menjadi tiga
kriteria utama, yaitu Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Utama, Madya dan
Pratama.
Secara garis besar Desa/Kelurahan Tangguh Bencana akan memiliki
komponen-komponen sebagai berikut :
Legislasi : penyusunan peraturan desa yang mengatur pengurangan risiko
dan penanggulangan bencana di tingkat desa.
Perencanaan : penyusunan rencana penanggulangan bencana desa,
rencana kontijensi bila menghadapi ancaman tertentu, dan rencana aksi
pengurangan bencana komunitas (pengurangan risiko bencana menjadi
bagian terpadu dari pembangunan).
Kelembagaan : pembentukan forum penanggulangan bencana
desa/kelurahan yang berasal dari unsure pemerintah dan
masyarakat,kelompok/tim relawan penanggulangan bencana di dusun,
RW, dan RT. Serta pengembangan kerjasama antar sektor dan pemangku
kepentingan dalam mendorong upaya pengurangan risiko bencana.
Pendanaan : rencana mobilisasi dana dan sumberdaya (dari APBD
Kabupaten/Kota, APBDes/ADD, dana mandiri masyarakat dan sektor
swasta atau pihak-pihak lain bila dibutuhkan).
Pengembangan kapasitas : pelatihan, pendidikan, dan penyebaran
informasi kepada masyarakat khususnya kelompok relawan dan para
pelaku penanggulangan bencana agar memiliki kemampuan dan berperan
aktif sebagai pelaku utama dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana.
80
Penyelenggaraan penanggulangan bencana : kegiatan-kegiatan mitigasi
fisik struktural dan non fisik, sistem peringatan dini, kesiapsiagaan untuk
tanggap darurat, dan segala upaya pengurangan risiko melalui intervensi
pembangunan dan program pemulihan, baik yang bersifat struktural-fisik
maupun yang non-struktural
Tabel 3.26
Indeks Kapasitas Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
Klasifikasi
Skor
Kapasitas Skor
Kapasitas
Desa/Kel Tangguh Bencana Utama 51-60 Tinggi 1
Desa/Kel Tangguh Bencana Madya 36-50 Sedang 0,666
Desa/Kel Tangguh Bencana Pratama 20-35 Rendah 0,333
Sumber : Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012
Tabel 3.27
Penentuan Tingkat Kapasitas Tanah Longsor
Tingkat Kapasitas
Indeks Kapasitas
Tinggi Sedang Rendah
Tingkat
Ancaman
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
Tingkat Ancaman Rendah
Tingkat Ancaman Sedang
Tingkat Ancaman Tinggi
81
1) Desa/kelurahan Tangguh Bencana Utama
Tingkat ini adalah tingkat tertinggi yang dapat dicapai oleh sebuah
desa/kelurahan yang berpartisipasi dalam program ini. Tingkat ini
dicirikan dengan:
Adanya kebijakan PRB yang telah dilegalkan dalam bentuk Perdes atau
perangkat hukum setingkat di kelurahan.
Adanya dokumen perencanaan PB yang telah dipadukan ke dalam
RPJMDes dan dirinci ke dalam RKPDes.
Adanya forum PRB yang beranggotakan wakil-wakil masyarakat,
termasuk kelompok perempuan dan kelompok rentan, dan wakil
pemerintah desa/ kelurahan yang berfungsi dengan aktif.
Adanya tim relawan PB Desa/Kelurahan yang secara rutin terlibat aktif
dalam kegiatan peningkatan kapasitas, pengetahuan dan pendidikan
kebencanaan bagi para anggotanya dan masyarakat pada umumnya
Adanya upaya-upaya sistematis untuk mengadakan pengkajian risiko,
manajemen risiko dan pengurangan kerentanan termasuk kegiatan-
kegiatan ekonomi produktif alternatif untuk mengurangi kerentanan.
Adanya upaya-upaya sistematis untuk meningkatkan kapasitas
kesiapsiagaan serta tanggap bencana
2) Desa/kelurahan Tangguh Bencana Madya
Tingkat ini adalah tingkat menengah yang dapat dicapai oleh sebuah
desa/kelurahan yang berpartisipasi dalam program ini, dicirikan dengan:
Adanya kebijakan PRB yang tengah dikembangkan di tingkat desa atau
kelurahan.
Adanya dokumen perencanaan PB yang telah tersusun tetapi belum
terpadu ke dalam instrumen perencanaan desa.
Adanya forum PRB yang beranggotakan wakil-wakil dari masyarakat,
termasuk kelompok perempuan dan kelompok rentan, tetapi belum
berfungsi penuh dan aktif.
82
Adanya tim relawan PB Desa/Kelurahan yang terlibat dalam kegiatan
peningkatan kapasitas, pengetahuan dan pendidikan kebencanaan bagi
para anggotanya dan masyarakat pada umumnya, tetapi belum rutin dan
tidak terlalu aktif.
Adanya upaya-upaya untuk mengadakan pengkajian risiko, manajemen
risiko dan pengurangan kerentanan, termasuk kegiatan-kegiatan
ekonomi produktif alternatif untuk mengurangi kerentanan, tetapi
belum terlalu teruji.
Adanya upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan serta
tanggap bencana yang belum teruji dan sistematis.
3) Desa/kelurahan Tangguh Bencana Pratama
Tingkat ini adalah tingkat awal atau tingkat terendah yang dapat dicapai
dari program ini, dicirikan dengan:
Adanya upaya-upaya awal untuk menyusun kebijakan PRB di tingkat
desa atau kelurahan.
Adanya upaya-upaya awal untuk menyusun dokumen perencanaan PB.
Adanya upaya-upaya awal untuk membentuk forum PRB yang
beranggotakan wakil-wakil dari masyarakat.
Adanya upaya-upaya awal untuk membentuk tim relawan PB
Desa/Kelurahan.
Adanya upaya-upaya awal untuk mengadakan pengkajian risiko,
manajemen risiko dan pengurangan kerentanan.
Adanya upaya-upaya awal untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan
serta tanggap bencana.
d. Resiko Bencana
Menurut Bakornas PB (2006), dalam pengelolaan bencana (disaster
management), risiko bencana adalah interaksi antara kerentanan daerah dengan
ancaman bahaya yang ada. Tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi,
sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin
meningkat. Besarnya risiko bencana dapat dinyatakan dalam besarnya kerugian
83
yang terjadi (harta, jiwa, cedera) untuk suatu besaran kejadian tertentu. Risiko
bencana pada suatu daerah bergantung kepada beberapa faktor berikut :
Alam/geografi/geologi (kemungkinan terjadinya fenomena bahaya).
Kerentanan masyarakat terhadap fenomena (kondisi dan banyaknya
bangunan).
Kerentanan fisik daerah (kondisi dan banyaknya bangunan).
Konteks strategis daerah.
Kesiapan masyarakat setempat untuk tanggap darurat dan membangun
kembali.
Kajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana
yang melanda. Potensi dampak negatif yang timbul berdasarkan tingkat
kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat
dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan.
Ancaman
Tabel 3.28
Perhitungan risiko bencana Kelurahan Pasanggrahan Baru
Parameter
Bobot
(%)
Skor Skor Kelurahan
Pasanggrahan
Baru
0,333 0,666 1
Kemiringan
35
< 15%
15%-30%
> 30%
0,666 Lereng
Tutupan
20
>80%
40%-80%
<40%
1,000 Lahan
Jarak Sesar
5
10.000 m
5.000 m
10 m
0,333 Patahan
Intensitas
20
<0,19 gal 0,19-0,35
>0,35 gal
0,333 Guncangan gal
Curah Hujan
20
<2000 mm 2000-3000
>3000 mm
0,666 Tahunan mm
0,649
84
Kerentanan Sosial
Parameter
Bobot
(%)
Kelas Skor Kelurahan
Pasanggrahan Baru
Rendah Sedang Tinggi
0,333
0,666
1
Kepadatan
60 < 500 500-1000 >1000 0,666
Penduduk jiwa/km2
jiwa/km2 jiwa/km
2
Rasio Jenis
40
<20%
20-40%
>40%
0,666
Kelamin
(10%)
Rasio 0,666
Kemiskinan
(10%)
Rasio Orang 0,333
Cacat (10%)
Rasio 0,666
Kelompok
umur (10%) 0,507
Kerentanan Ekonomi
Parameter
Bobot
(%)
Kelas Skor Kelurahan
Pasanggrahan
Baru
Rendah Sedang Tinggi
0,333 0,666 1
Lahan Produktif
60
< 50 jt
500-200 jt
>200 jt 0,666
PDRB 40 <100 jt 100-300 jt >300 jt 0,666 0,666
Kerentanan Ekonomi Fisik
Parameter
Bobot (%)
Kelas Skor Kelurahan
Pasanggrahan
Baru
Rendah Sedang Tinggi
0,333
0,666
1
Rumah 40 < 400 jt 400-800 jt >800jt 0,333
Fasilitas Umum
30
< 500 jt
500 jt-1 M
>1M 0,333
Fasilitas Kritis
30
< 500 jt
500 jt-1 M
>1M 0,333
0,333
85
Kerentanan Ekonomi Lingkungan
Parameter
Bobot
(%)
Kelas Skor Kelurahan
Pasanggrahan Baru
Rendah Sedang Tinggi
0,333
0,666
1
Hutan Produksi 40 <25 ha 25-75 ha >75 ha 0,333
Hutan Bakau/Mangrove
10
<10 ha
10-30 ha
>30 ha 0,333
Semak Belukar 10 <10 ha 10-30 ha >30 ha 0,333 0,333
Kapasitas
Klasifikasi
Skor
Kapasitas
Skor
Kapasitas
Skor Kelurahan
Pasanggrahan
Baru
Desa/kelurahan Tangguh Bencana
Utama
51-60
Tinggi
1
0
Desa/kelurahan Tangguh Bencana
Madya
36-50
Sedang
0,666
0
Desa/kelurahan Tangguh Bencana
Pratama
20-35
Rendah
0,333
0,333
0,333
Kerentanan Longsor =(0,4 skor kerentanan sosial) + (0,25 skor kerentanan ekonomi)
+ (0,25 skor kerentanan fisik) + (0,1 skor kerentanan lingkungan)
= 0,948 mendekati 1 (satu)
Melihat hasil dari penilaian diatas diperoleh tingkat resiko untuk Kelurahan
Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan adalah 1 (satu) yang berarti
resiko bencana longsor tinggi.
86
3.7 PENGEMBANGAN SKENARIO
Berdasarkan hasil penilaian resiko bencana, Kecamatan Sumedang beresiko
tinggi terhadap bencana longsor. Curah hujan tinggi, permukiman di lereng terjal
sangat beresiko untuk itu perlu tingkat kewaspadaan untuk semua sektor baik
pemerintah maupun masyarakat.
Untuk dapat membuat rencana pengembangan skenario kejadian, maka perlu
diidentifikasi masyarakat (data demografi penduduk) dan daerah yang terancam
berdasarkan peta wilayah, sehingga besaran atau luasan dampak yang
diakibatkannya dapat diprediksi dengan tepat.
3.7.1 Skenario Kejadian
Berdasarkan hasil analisis dan survei lapangan, pengembangan skenario
kejadiannya adalah hujan yang deras dan kurun waktu yang lama sepanjang hari,
mengakibatkan kejadian tanah longsor pada malam hari sekitar pukul 24.00 di
lokasi eksisting dengan intensitas satu kali kejadian yang lamanya 5 (lima) menit,
sedangkan area yang terdampak adalah kawasan permukiman penduduk di
Lingkungan Anjung dan Lingkungan Cimareme, Kelurahan Pasanggrahan Baru,
Kecamatan Sumedang Selatan. Jumlah dan Kepadatan penduduk di Kelurahan
Pasanggrahan Baru adalah 13.794 dan 1.402 jiwa/km2
( dapat dilihat tabel 5.13
dan tabel 5.14 Jumlah dan Kepadatan penduduk)
3.7.2 Skenario Dampak
Bencana longsor tersebut mengakibatkan beberapa kerugian atau dampak, antara
lain, jiwa, infrastruktur, psikologis, kerusakan lingkungan. Bencana longsor yang
terjadi mengakibatkan sekitar 1000 orang warga Lingkungan Anjung dan
Lingkungan Cimareme (RW 10 dan RW 11) mengungsi, terdiri dari 20% anak-
anak, 9 % manula. Jalan evakuasi yang kecil dan terjal menyulitkan pergerakan
pengungsian dengan cepat ditambah lagi pintu keluar dari dua wilayah itu hanya
ada tiga gang (lebar 1,5-2 meter).
Jalur evakuasi adalah jalur yang menghubungkan semua area ke titik area yang
paling aman. Jumlah dan kapasitas Jalur Evakuasi menyesuaikan dengan jumlah
penduduk dan kecepatan dalam menghindari bencana tanah longsor. Kebutuhan
87
Jalur Evakuasi juga dipengaruhi oleh waktu rata-rata untuk mencapai lokasi yang
aman (Titik Kumpul). Secara teori setidaknya dianjurkan ada 2 Jalur Evakuasi,
lebih baik jika memiliki jalur evakuasi yang lebih banyak.
Untuk standar lebar jalur evakuasi, sebenarnya tidak ada ketentuan secara umum.
Yang harus diperhatikan apakah jalur ini bisa dilalui dengan baik dan cepat, dan
untuk jalur evakuasi (di luar bangunan) hendaknya bisa memuat dua kendaraan
sehingga apabila saling berpapasan tidak menghalangi proses evakuasi.
Dalam penentuan jalur evakuasi juga harus disepakati dimana titik kumpul yang
aksesnya mudah dan luas. Yang perlu diperhatikan dalam jalur evakuasi adalah :
a. Jalur evakuasi harus cukup lebar, yang bisa dilewati oleh 2 kendaraan atau
lebih (untuk jalur evakuasi di luar bangunan).
b. Jalur evakuasi harus jauh dari sumber ancaman dan dampak dari ancaman
(susulan).
c. Jalur evakuasi harus baik, mudah dan aman untuk dilewati.
Gambar 5.2
Kondisi Eksisting Jalur Evakuasi di Lingkungan Anjung
dan Lingkungan Cimareme
Sumber : Hasil Survei Konsultan 2019
Sumber : Hasil Survei Konsultan 2019
88
Sumber : Hasil Survei Konsultan 2019
Sumber : Hasil Survei Konsultan 2019
Sumber : Hasil Survei Konsultan 2019
Berdasarkan kepada hasil survei konsultan, jalur evakuasi di lingkungan Anjung
dan Cimareme kurang representatif selain kelebaran jalannya sempit dikarenakan
rumah penduduk yang berdempetan juga kondisi jalan cukup menanjak dan
berbelok-belok sehingga menyulitkan masyarakat untuk bergerak cepat pada saat
terjadi bencana tanah longsor. Kondisi ini perlu disikapi oleh seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Kabupaten Sumedang termasuk masyarakatnya sendiri
89
Skenario dampak bencana tanah longsor di lingkungan Anjung dan Cimareme
Kelurahan Pasanggrahan Baru Kecamatan Sumedang Selatan dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 3.7.1
Dampak Longsor terhadap Penduduk Kecamatan Sumedang Selatan
Total Jumlah Penduduk
Terancam Meninggal Luka-luka Mengungsi
% Jiwa % Jiwa % Jiwa
92.919 1.000 0,5 5 10 100 100 1000
Tabel 3.7.2
Penduduk Kelurahan Pasanggrahan Baru yang Terancam Longsor
RW
RT Usia ( Tahun)
0-4 5-6 7-12 13-15 16-18 19-25 26-64 > 65 Jumlah
Lingkungan Anjung
10
1 14 7 31 18 8 20 135 21 254
2 7 4 25 8 15 17 82 13 171
3 9 6 27 13 8 17 70 20 170
4 8 6 21 10 13 16 72 15 161
Lingkungan Cimareme
11
1 9 3 21 9 5 13 79 13 152
2 5 12 28 13 5 27 112 16 218
3 7 3 20 16 6 21 78 18 169
4 7 7 19 10 6 20 92 14 175
5 3 6 13 11 12 14 81 10 150
Jumlah 69 54 205 108 78 165 801 140 1620
Sumber: Pendataan kependudukan Kelurahan Pasanggrahan Baru tahun 2018
Sedangkan fasilitas kritis yang ada di Kecamatan Sumedang terutama di wilayah
Kelurahan Pasanggrahan Baru yang terdampak adalah sebagai berikut:
90
Tabel 3.7.3
Fasilitas Kritis yang tidak berfungsi
No
Indikator
Terancam
Rusak
Berat Sedang Tinggi
% M % M % M
1 Jalan (jalan utama dan gang)
2250
10
325
15
485
75
2435
2 Jembatan 1 10 - 15 - 75 1
3 Jaringan PLN 64 10 7 15 10 75 48
4 Jaringan PDAM - 10 - 15 - 75 -
5 Sarana Pelayanan Kesehatan
-
10
-
15
-
75
-
Selain fasilitas kritis, longsor juga di perkirakan akan merusak fasilitas umum
baik secara fisik maupun fungsi yang dimiliki fasilitas umum adalah seluruh
fasilitas atau aset yang perlu dipulihkan fungsinya secara masih bisa menunggu
setelah skala prioritas setelah pemulihan fungsi lintas teratasi. Beberapa fasilitas
umum yang akan menjalani kerusakan tersebut adalah fasilitas tradisional,
sekolah dan rumah ibadah.
Tabel 3.7.4
Fasilitas Umum yang tidak berfungsi
No
Indikator
Terancam
Rusak
Berat Sedang Tinggi
% M % M % M
1 Pasar tradisional - 10 - 15 - 75 -
2 Sekolah (PAUD, TK) 2 10 - 15 - 75 2
3 Rumah Ibadah 4 10 - 15 - 75 3
4 Sarana Pemerintah - 10 - 15 - 75 -
Tabel 3.7.5
Lokasi Pengungsian Sementara/Posko
Asal pengungsi Lokasi pengungsian Kapasitas Keterangan
Lingkungan Anjung
Lingkungan
Cimareme
Kantor Kecamatan
500 jiwa
Apabila melebihi batas kapasitas
pengungsi maka
langsung
diarahkan ke
Tempat
Evakuasi/Penamp
ungan Akhir
91
Asal pengungsi Lokasi pengungsian Kapasitas Keterangan
Kodim 0610 5000 jiwa Jarak dari tempat
kejadian +2 Km
GOR Tadjimalela
3000 jiwa Jarak dari tempat kejadian + 4 Km
Cimareme
Tabel 3.7.3
Lokasi Pengungsian Akhir
Lingkungan Anjung
Lingkungan Sumedang
92
Kantor Kecamatan Sumedang Selatan
Gambar 3.7
Kondisi Eksisting Penampungan Pengungsian Sementara/Posko
Gambar 3.8
Kondisi Eksisting Penampungan Pengungsian Akhir
Kantor Kodim 0610/SMD
Gambar 3.9
Kondisi Eksisting Penampungan Pengungsian Akhir
Gedung Tajimalela
93
3.8 KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam rangka penanganan terhadap korban yang ditimbulkan bencana tanah
longsor maka perlu diambil beberapa kebijakan agar semua korban dapat segera
tertolong dan berbagai fasilitas dan infrastruktur dapat diperbaiki. Sehingga
nantinya semua aktifitas masyarakat dapat berjalan normal kembali:
3.8.1 Kebijakan
Beberapa kebijakan penting yang harus diambil tersebut adalah :
1. Menetapkan status dan masa tanggap darurat bencana longsor selama 7
(tujuh) hari dengan surat keputusan Bupati Sumedang dan dapat diperpanjang
sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
2. Mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk dapat dipergunakan dalam
penanganan bencana.
3. Melaksanakan tanggap darurat bencana longsor secara terkoordinasi, terpadu
dengan melibatkan seluruh potensi pemerintah, swasta, dan masyarakat.
4. Mengkoordinasikan kegiatan penanganan bencana yang dilakukan berbagai
lembaga baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
5. Memastikan semua korban (dalam hal ini manusia), dapat segera di tolong.
Bagi korban yang luka-luka diberikan pengobatan cuma-cuma dan korban
yang kehilangan tempat tinggal ditampung pada tempat-tempat pengungsian.
Sedangkan yang meninggal dunia segera dimakamkan.
6. Mengutamakan pertolongan pertama untuk kelompok rentan (anak-anak,
bayi, ibu hamil/menyusui, lansia, difabel)
7. Apabila intensitas becana cukup besar, maka perlu melakukan koordinasi
dengan lembaga-lembaga internasional melalui BNPB.
8. Memantau dan melaporkan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, baik
harta benda maupun jiwa.
9. Memastikan bantuan dapat sampai kedaerah pengungsian yang terisolir
dengan mengerahkan seluruh armada angkutan .
94
10. Mengatur bantuan baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan
transparan sesuai dengan aturan yang berlaku.
3.8.2 Strategi
Adapun untuk merealisasikan kebijakan yang telah ditetapkan diatas, maka perlu
dioperasionalkan dalam beberapa strategi, yaitu :
1. Merealisasikankan prosedur tetap yang dibuat sebelum terjadinya bencana
tanah longsor dalam satu komando.
2. Menetukan arah/langkah permasalahan yang akan dilaksanakan.
3. Membagi tugas pelaksanan kerja dari unsur yang terkait.
4. Memerintahkan seluruh Dinas instansi/lembaga/masyarakat untuk
mengerahkan semua sumber daya dengan mempergunakan sarana dan
prasarana yang sudah disiapkan sebelumya.
5. Menginventarisir semua kerugian/korban yang ditimbulkan oleh bencana
tersebut.
6. Mengamankan aset masyarakat yang terkena dampak (aset yang dibawa
maupun yang ditinggal mengungsi).
7. Menyediakan mobilisasi pengungsi antara lain Ambulance, tenaga
medis/obatobatan, tenda pengungsi/ dapur umum, Pangan / air bersih/
MCK/sanitasi.
8. Prioritas adalah Lansia, anak-anak, bayi, difabel, Ibu Hamil, Pasien Rumah
sakit.
9. Apabila dampak yang ditimbulkan cukup besar, maka perlu dilakukan
pengajuan bantuan yang dibutuhkan kepada organisasi donatur.
10. Memberikan laporan pertanggung jawaban tugas yang diberikan.
11. Mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan serta
tindak lanjut yang direncanakan.
95
3.9 PERENCANAAN SEKTORAL
Perencanaa Sektor ini diuraikan berdasarkan pembagian Sektor yang berpedoman
kepada panduan perencanaan kontijensi menghadapi bencana meliputi beberapa
sektor jumlah penduduk, luas cakupan wilayah dan aspek-aspek yang akan
terkena dampak serta unsur-unsur yang akan terkena dampak terancam bencana
longsor
Pada masing-masing Sektor akan diuraikan tentang sasaran oleh kegiatan yang
dilakukan di SKPD / Instansi terkait penanggulangan bencana sesuai dengan
situasi yang di hadapi oleh masing masing Sektor, dampak bencana yang akan
timbul, asumsi waktu untuk kegiatan Sektor pada saat tanggap darurat adalah
selama 14 hari (atau sesuai dengan kebutuhan dengan melihat kondisi
dilapangan). Rincian Sektor-sektor beserta sasaran dan kegiatannya masing-
masing yang terdapat dalam rencana kontijensi menghadapi bencana longsor
Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut:
3.9.1 Sektor Manajemen dan Koordinasi (Posko)
Sektor Manajemen dan Koordinasi (Posko) berfungsi sebagai pengendali semua
kegiatan tanggap darurat bagi sektor-sektor yang dibentuk untuk melaksanakan
kegiatan tanggap darurat di lapangan. Sektor ini dibawah komandan pengendali
kegiatan tanggap darurat yang ditunjuk oleh Bupati Kabupaten Sumedang sebagai
pimpinan tertinggi. Komandan pengendali operasi akan dibantu oleh beberapa
unit dalam melaksanakan tugasnya, antara lain unit personalia, unit perencanaan,
unit logistik, unit keuangan, unit data informasi dan Humas. Sektor ini bertugas
untuk memastikan bahwa semua kebutuhan sektor-sektor terpenuhi untuk
memperlancar kegiatan tanggap darurat di lapangan.
a. Situasi
Diperkirakan terjadi situasi daerah yang tidak terkendali karena diakibatkan
pergerakan tanah/longsor hal ini dipicu oleh cuaca ekstrim dengan curah hujan
yang lebat dalam rentang waktu yang lama, pengungsi dari desa menuju posko
atau titik kumpul sementara dan mulai digerakkan menuju ke TEA.
96
Dampak dari bencana longsor mengakibatkan aktivitas pemerintahan dan
pelayanan publik tidak berfungsi saat terjadi bencana, semua bangunan dan
sarana prasarana rusak berat, alat dan jaringan komunikasi tidak berfungsi
(terputus). Maka Kepala Daerah akan menetapkan status darurat bencana.
Dalam menghadapi situasi
penanganan darurat bencana, diperlukan kesatuan tindak. Untuk itu,
Komandan Tanggap Darurat dibantu oleh Koordinator Sektor terutama Sektor
Posko melakukan evaluasi terhadap rencana evakuasi yang telah dibuat dan
memastikan setiap sektor bekerja sesuai dengan bidang tugasnya dan mengacu
pada sasaran yang akan dicapai.
Beberapa kegiatan penanggulangan bencana harus diperhitungkan karena
adanya sistem yang tidak berfungsi akibat bencana. Dengan demikian harus
ada upaya untuk mengendalikan, mengatur dan mengkoordinasikan semua
kegiatan penanggulangan bencana dalam wadah manajemen dan koordinasi /
Posko.
b. Sasaran
Terlaksananya koordinasi dengan seluruh lembaga atau stakeholder terkait
BPBD sebagai Leading Sektor.
Terkendalinya penanganan bencana secara komprehensif dan sistematis
Terkendalinya pelaksanaan evakuasi secara efektif dan efisien, baik
evakuasi penduduk rentan dan produktif, evakuasi korban hidup, evakuasi
korban meninggal dan terlaksananya kegiatan pencarian dan penyelamatan
korban yang hilang.
Terkendalinya sistim keamanan lingkungan kawasan rawan bencana
Terkoordinirnya upaya penanggulangan bencana dan bantuan yang mengalir
Terdatanya kerugian harta benda dan korban jiwa akibat bencana
c. Kegiatan
NO KEGIATAN PELAKU WAKTU
1 2 3 4
1 Rapat kordinasi Penanggulangan Bencana
BPBD Setiap saat jika terjadi tanda-tanda bencana
2 Pendirian posko taktis/Tempat Pengungsian
BPBD, Pem Desa/ Kelurahan Pem Kecamatan
Setelah ada tanda-
97
NO KEGIATAN PELAKU WAKTU
1 2 3 4 Sementara tanda akan terjadi
bencana,
1X12 Jam setelah bencana
3
Pendirian posko pusat/Tempat Pengungsian Akhir Tingkat Kabupaten
BPBD,TNI, Polri, Bapeda, Disparbudpora, Telkom,
Dinsnakertrans, Dinas
PUPR, Satpol PP,
Kesbangpol, Dinkes,
Pramuka, PMI, LSM,
Dishub, Diskipas, PDAM,
PLN, Dis LH Hut , Tagana,
ORARI, RAPI, Perguruan
tinggi, BPS
1X12 Jam setelah
bencana
ditetapkannya status tanggap darurat
4
Mengkoordinasikan kegiatan sektoral
BPBD,TNI, Polri, Bapeda, Disparbudpora, Telkom, Dinsnakertrans, Dinas PUPR, Satpol PP, Kesbangpol, Dinkes, Pramuka, PMI, LSM, Dishub, Diskipas, PDAM, PLN, Dis LH Hut , Tagana, ORARI, RAPI,
1X12 Jam setelah
bencana
ditetapkannya status tanggap darurat
Setiap hari setelah bencana
5
Pendirian pusat data untuk
membuat laporan
menyeluruh
BPBD,TNI, Polri, Bapeda, Disparbudpora, Telkom,
Dinsnakertrans, Dinas
PUPR, Satpol PP,
Kesbangpol, Dinkes,
Pramuka, PMI, LSM,
Dishub, Diskipas, PDAM,
PLN, Dis LH Hut , Tagana,
ORARI, RAPI, Perguruan
tinggi, BPS
1X12 Jam setelah
bencana
ditetapkannya status tanggap darurat
Setiap hari setelah bencana
6
Pendirian sistim informasi dan komunikasi
BPBD,TNI, Polri, Bapeda, Disparbudpora, Telkom, Dinsnakertrans, Dinas PUPR, Satpol PP, Kesbangpol, Dinkes, Pramuka, PMI, LSM, Dishub, Diskipas, PDAM, PLN, Dis LH Hut , Tagana, ORARI, RAPI,
1X12 Jam setelah
bencana
ditetapkannya status tanggap darurat
Setiap hari setelah bencana
7
Pembukaan jalur bantuan
dari luar daerah untuk
evakuasi korban
BPBD, TNI, Polri, Dinas
PUPR, Dishub, Diskipas,
PMI, Satpol, Komunitas
masyarakat, LSM, Swasta.
1 hari setelah bencana ditetapkannya status tanggap darurat
Setiap hari setelah bencana
98
d. Proyeksi Kebutuhan
Sektor Manajemen dan Koordinasi (Posko)
Koordinator : BPBD
No
Jenis Kebutuhan
Satuan Kebutuhan per posko
Persediaan Harga satuan
Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5 6 7= 4x6 8
1. Personil Orang BPBD, TNI, POLRI, SAR, Dinkes, SatPol Admn dan Keuangan 2 2
Database 2 2
Infokom 2 2
Logistik 10 10
2 Konsumsi personil Orang 224 30.000 6.720.000
3 Tanda Pengenal Orang 16 5.000 90.000
4 Insentif harian Orang 224 50.000 11.200.00
Pendirian posko tanggap darurat
5 Meja bh 3 100.000 300.000
6 Kursi bh 10 50.000 500.000
7 Almari bh 2 150.000 300.000
8 Papan data bh 1 35.000 35.000
9 Dispenser bh 3 150.000 450.000
10 Velbet bh 3 3 BPBD
11 Tenda peleton bh 1 1 BPBD
12 Baja tahan panas bh 10 10 Damkar/Satpol PP
13 Sepatu Safety bh 5 10 Damkar/Satpol PP Menghimpun perencanaan bidang analisa, evakuasi, penetapan rencana, distribusi perencanaan
12 Laptop unit 2 Sewa 500.000 1.000.000
13 Printer unit 2 1.000.000 2.000.000
99
No
Jenis Kebutuhan
Satuan Kebutuhan per posko
Persediaan Harga satuan
Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5 6 7= 4x6 8
14 Genset 2500 Watt unit 14 Sewa 300.000 4.200.000 Swasta,
15 BBM Genset Ls 14 200.000 2.800.000
16 ATK Ls 1 1.000.000 1.000.000
Pengumpulan Data dan Informasi
17 Camera pos 2 4 BPBD,
18 Handycam pos 2 2 BPBD
19 Flashdisk pos 1 100.000 100.000
20 TV pos 1 1 BPBD,
21 HT unit 6 20 BPBD, Dinkes, Satpol PP
22 Rik unit 1 5 BPBD, Dinkes, Satpol PP
22 Pesawat telpon/HP bh 2 - 100.000 200.000
Mobilisasi, transportasi
23 Mobil Rescue unit 1 5 1.000.000 1.000.000 BPBD, SAR, Satpol,TNI
24 Mobil Pemadam unit
1
5
1.000.000
1.000.000 DAMKAR/SATPOL PP
Kebakaran
25 Motor unit 1 1 500.000 500.000
TOTAL 21.195.000
100
Laporan Akhir Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor
3.9.3 Sektor Barak / Tes / Tea
a. Situasi
Terjadi pengungsian penduduk yang terkena bencana tanah longsor baik
yang ada dilokasi maupun di 300 m kiri kanan lokasi bencana, diperkirakan
akan terjadi penumpukan penduduk pada tempat–tempat tertentu. Untuk itu
perlu diusahakan posko penampungan yang sudah disiapkan dan dilengkapi
dengan kebutuhan dasar pengungsi dan mampu untuk menampung seluruh
pengungsi yang diperkirakan mencapai 1000 orang
b. Sasaran
Tersedianya barak pengungsian yang memenuhi syarat.
Tersedianya air bersih yang mencukupi kebutuhan seluruh pengungsi.
Tersedianya sanitasi yang mencukupi.
Tersedianya penerangan lokasi barak
Tersedianya peralatan dan perlengkapan barak pengungsian
c. Kegiatan
NO
KEGIATAN
PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN
1.
Menyiapkan barak/TES/TEA dilokasi yang memenuhi syarat
aman dan akses mudah
dijangkau oleh transportasi
darat
DPU-ESDM, DinSos, PDAM, PLN, Din
Kes, PMI, BPBD,
TNI,POLRI, Swasta,
LSM, Relawan
1x12 jam setelah
kejadian bencana
2.
Menyiapkan sarana-prasarana
Areal Pengungsian : Area
pangan, Area sanitasi, Area
kesehatan, Gudang , Ibadah
DPU-ESDM, DinSos,
PDAM, PLN, Din
Kes, PMI, BPBD,
TNI,POLRI, Swasta,
LSM, Relawan
1x12 jam setelah
kejadian bencana
3.
Melaksanakan pengelolaan
kebersihan sampah di lokasi
barak
DPU-ESDM, DinSos, PDAM, PLN, Din
Kes, PMI, BPBD,
TNI,POLRI, Swasta,
LSM, Relawan
Selama masa
tanggap darurat (14
hari)
101
d. Proyeksi Kebutuhan Sektor Barak/TES/TEA
Koordinator : BPBD dan Dinsos
No
Jenis Kebutuhan
Satuan
Kebutuhan Harga satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 6= 4x5 7
1 Relawan/Personil Orang 100
Konsumsi Orang 1400 30.000 42.000.000 Masa tanggap darurat 14 hari
2 Bak tandon bh 5 1.000.000 5.000.000
3 Air bersih (15 liter/orang/hari) liter 210.000 25 5.250.000
4
Kebutuhan mandi (Sabun, shampo, pasta gigi,
sikat gigi, sabun cuci, gayung,
sikat cuci dll)
Ls
1
2.500.000
2.500.000
5 Perlengkapan sanitasi (kran, pipa, asesoris pipa,selang dll)
1
2.000.000
2.000.000
6 Jerigen Air (2 bh/KK) Bh 500 10.000 500.000
7 Kamar mandi unit 20 1.500.000 30.000.000
8 Jamban unit 20 1.000.000 20.000.000
9 Kasur Bh 500 200.000 100.000.000
10 Sprei Bh 1000 50.000 50.000.000
11 Bantal Bh 1000 15.000 15.000.000
12 Selimut dewasa, anak Bh 1000 25.000 25.000.000
13 Tikar Bh 1000 20.000 20.000.000
14 Bilik Mesra Bh 10 150.000 1.5000.000
15 Tong Sampah Bh 100 20.000 2.0000.000
16 Plastik/kantong Bh 5000 200 1.000.000
17 Pakaian Ls 1000 30.000 30.000.000
18 Kebutuhan balita, (bedak, Ls 1 5.000.000 5.000.000
102
No
Jenis Kebutuhan
Satuan
Kebutuhan Harga satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 6= 4x5 7 minyak, sabun mandi, selimut)
19
Kebutuhan wanita Ls
1
2.750.000
2.750.000
pembalut
Susu ibu hamil
20
Perlengkapan makan minum Piring
Gelas
Sendok, garpu
Ls
1
2.000.000
2.000.000
21 Perlengkapan tambahan, sabit, cangkul, palu, tali jemuran dll
Ls
1
3.000.000
3.000.000
TOTAL 396.000.000
103
e. Bantuan Tempat Penampungan/Hunian Sementara
Bantuan penampungan/hunian sementara diberikan dalam bentuk tenda-
tenda, barak, atau gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah,
gedung olah raga, balai desa, dan sebagainya, yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai tempat tinggal sementara.
Standar Minimal Bantuan :
a. Berukuran 3 (tiga) meter persegi per orang.
b. Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan.
c. Memiliki aksesibititas terhadap fasilitas umum.
d. Menjamin privasi antar jenis kelamin dan berbagai kelompok usia.
Alat-alat dan Perkakas Korban bencana dapat memperoleh bantuan alat-
alat dan perkakas untuk memperbaiki hunian sementara.
Standar Minimal Bantuan :
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan bantuan alatalat dan
perkakas yang dibutuhkan, seperti martil, gergaji, cangkul, sekop, kapak,
parang, dan gerobak kayu.
b. Memperoleh pelatihan dan pembimbingan dalam penggunaan alat-alat
dan perkakas.
Bantuan Sandang
Terdiri dari
1. Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan pribadi merupakan kebutuhan manusia yang sangat
penting untuk melindungi diri dari iklim, memelihara kesehatan serta
mampu menjaga privasi dan martabat
Standar Minimal Bantuan:
a. Memiliki satu perangkat lengkap pakaian dengan ukuran yang tepat
sesuai jenis kelamin masing-masing, serta peralatan tidur yang
memadai sesuai standar kesehatan dan martabat manusia.
b. Perempuan dan anak-anak setidaknya memiliki dua perangkat
lengkap pakaian dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, iklim, dan
musim.
104
c. Perempuan dan anak-anak gadis setidaknya memiliki dua perangkat
lengkap pakaian dalam dengan ukuran yang tepat sesuai budaya,
iklim, dan musim.
d. Anak sekolah setidaknya memiliki 2 stel seragam sekolah lengkap
dengan ukuran yang tepat sesuai jenis kelamin dan jenjang sekolah
yang diikuti.
e. Anak sekolah memiliki satu pasang sepatu/alas kaki yang digunakan
untuk sekolah.
f. Setiap orang memiliki pakaian khusus untuk beribadah sesuai agama
dan keyakinannya.
g. Setiap orang memiliki satu pasang alas kaki.
h. Bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun harus memiliki selimut
dengan ukuran 100 X 70 cm.
i. Setiap orang yang terkena bencana harus memiliki alas tidur yang
memadai, dan terjaga kesehatannya.
j. Setiap kelompok rentan : bayi, anak usia dibawah lima tahun, anak-
anak, ibu hamil atau menyusui, penyandang cacat, orang sakit, dan
orang lanjut usia, memiliki pakaian sesuai kebutuhan masing-masing.
k. Setiap kelompok rentan, memiliki alat bantu sesuai kebutuhan,
misalnya : tongkat untuk lansia dan penyandang cacat.
2. Kebersihan Pribadi
Tiap rumah tangga memperoleh kemudahan mendapatkan bantuan
sabun mandi dan barang-barang lainnya untuk menjaga kebersihan,
kesehatan, serta martabat manusia.
Standar Minimal Bantuan :
a. Setiap orang memiliki 250 gram sabun mandi setiap bulan.
b. Setiap orang memiliki 200 gram sabun cuci setiap bulan.
c. Setiap perempuan dan anak gadis yang sudah menstruasi memiliki
bahan pembalut.
d. Setiap bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun memiliki 12
popok cuci sesuai kebiasaan di tempat yang bersangkutan.
e. Setiap orang memiliki sikat gigi dan pasta gigi sesuai kebutuhan.
105
Bantuan Air Bersih dan Sanitasi
1. Bantuan Air Bersih
Diberikan dalam bentuk air yang kualitasnya memadai untuk
kebersihan pribadi maupun rumah tangga tanpa menyebabkan risiko yang
berarti terhadap kesehatan. Bantuan air bersih diberikan dalam bentuk
sumber air beserta peralatannya.
Standar Minimal Bantuan :
a. Bantuan air bersih diberikan sejumlah 7 liter pada tiga hari pertama,
selanjutnya 15 liter per orang per hari.
b. Jarak terjauh tempat penampungan sementara dengan jamban
keluarga adalah 50 meter.
c. Jarak terjauh sumber air dari tempat penampungan sementara
dengan titik air terdekat adalah 500 meter.
2. Bantuan Air Minum
Diberikan dalam bentuk air yang dapat diminum langsung atau air
yang memenuhi persyaratan kesehatan untuk dapat diminum.
Standar Minimal Bantuan :
a. Bantuan air minum diberikan sejumlah 2.5 liter per orang per hari.
b. Rasa air minum dapat diterima dan kualitasnya cukup memadai
untuk diminum tanpa menyebabkan resiko kesehatan.
3. Bantuan Sanitasi
Diberikan dalam bentuk pelayanan kebersihan dan kesehatan
lingkungan yang berkaitan dengan saluran air (drainase), pengelolaan
limbah cair dan limbah padat, pengendalian vektor, serta pembuangan
tinja.
Standar Minimal Bantuan :
a. Sebuah tempat sampah berukuran 100 liter untuk 10 keluarga, atau
barang lain dengan jumlah yang setara.
b. Penyemprotan vektor dilakukan sesuai kebutuhan.
c. Satu jamban keluarga digunakan maksimal untuk 20 orang.
d. Jarak jamban keluarga dan penampung kotoran sekurangkurangnya
30 meter dari sumber air bawah tanah.
106
e. Dasar penampung kotoran sedekat-dekatnya 1,5 meter di atas air
tanah. Pembuangan limbah cair dari jamban keluarga tidak
merembes ke sumber air manapun, baik sumur maupun mata air
lainnya, sungai, dan sebagainya.
Satu tempat yang dipergunakan untuk mencuci pakaian dan peralatan rumah
tangga, paling banyak dipakai untuk 100 orang
3.9.4 Sektor Dapur Umum
a. Situasi
Akibat cuaca yang buruk dan hujan dalam tempo yang lama membuat
tanah menajdi longsor, untuk itu warga di anjurkan untuk segera menuju
barak pegungsian, dalam barak itu memerlukan bantuan pangan dan non
pangan demi kelangsungan hidup sesuai dengan makanan pokok setempat.
Untuk mencukupi hal tersebut perlu disiapkan dapur umum yang memadai
b. Sasaran
Terlayaninya kebutuhan makan dan minum bagi pengungsi.
Terlayaninya kebutuhan makan dan minum bagi petugas
c. Kegiatan
No Kegiatan Penanggung jawab Waktu
1
Menyiapkan kebutuhan personil
dan peralatan dapur umum di
setiap TEA / TES
Disnakersostrans, PMI,
Kodim, Tim Siaga Desa
, PKK
Setelah
2
Melaksanakan masak memasak bencana
di setiap TES/TEA yang telah Disnakersostrans, PMI,
Masa tanggap
dihuni oleh pengungsi (
Kodim darurat (14
menyiapkan makanan bagi hari)
pengungsi dan petugas )
3 Melaporkan setiap perkembangan
sektor ke posko Kabupaten
Disnakersostran
107
Laporan Akhir Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor
d. Proyeksi Kebutuhan Sektor Dapur Umum
Koordinator : Dinas Tenaga Kerja, Sosial
N
o 1
Jenis Kebutuhan
2
Satuan
3
Jml yang
dibutuhkan 4
Harga
Satuan 5
Jumlah
6
Keterangan
7
1 Personil / relawan Orang Masa Tanggap darurat
Konsumsi
20
1000
30.000
8.400.000
14 hari
2. Dapur Umum Orang
Ls
Area dapur umum 1 20.000.000
10.000
20.000.000
56.000.000
Beras (400 gr/orang/hari) Kg 5600
Gula, teh , kopi, dll Ls 1 5.600.000
Sayur, lauk pauk Ls 1 14.000.000
5.0000.000
14.000.000
Peralatan dapur, (Kompor, gas,
panci,dll)
Ls
1
5.000.000
TOTAL 109.000.000
108
e. Bantuan Non Pangan
Bantuan non pangan diberikan kepada korban bencana dalam status
pengungsi di tempat hunian sementara pada pasca tanggap darurat, dalam
bentuk :
1. Peralatan Memasak dan Makan Masing-masing rumah tangga korban
bencana dapat `memperoleh bantuan peralatan memasak dan
perlengkapan untuk makan.
Standar Minimal Bantuan:
a. Tiap rumah tangga memiliki :
1)Piranti pokok berupa 1 panci besar dengan pegangan dan penutup,
1 panci sedang dengan pegangan dan penutup, 1 baskom untuk
penyiapan dan penyajian, 1 pisau dapur, dan 2 centong kayu.
2)Sebuah ember tertutup dengan kapasitas 40 liter dan sebuah ember
terbuka dengan kapasitas 20 liter.
3)Sebuah jerigen dengan kapasitas 20 liter.
b. Tiap orang memiliki: 1 piring makan, 1 sendok makan, 1 cangkir
atau gelas.
c. Pemberian bantuan botol susu bayi hanya untuk kasus-kasus tertentu.
2. Kompor, Bahan Bakar, dan Penerangan
Masing-masing rumah tangga korban bencana dapat memperoleh sarana
memasak, yaitu kompor dan pasokan bahan bakar dan lampu penerangan
secara memadai.
Standar Minimal Bantuan:
a. Kompor dan bahan bakar yang tersedia secara rutin.
b. Tersedianya tempat penyimpanan bahan bakar yang aman
Alat penerangan seperti: lampu lentera, lilin, atau penerangan lain yang
memadai.
3.9.5. Sektor Kesehatan
Sektor kesehatan bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesehatan baik pada saat terjadi longsor maupun pada saat
berlangsungnya situasi darurat sampai situasi darurat berakhir kepada penduduk
yang terpapar dan terdampak longsor.
109
a. Situasi
Akibat cuaca yang buruk dan hujan dalam tempo yang lama membuat
tanah menjadi longsor, untuk itu warga di anjurkan untuk segera menuju
barak pegungsian, dalam barak itu memerlukan bantuan kesehatan agar
supaya pengungsi dan petugas kesehatannya tetap terjaga. Untuk mencukupi
hal tersebut perlu disiapkan sarana kesehatan yang memadai
b. Sasaran
Adanya posko kesehatan
Terlaksananya pelayanan kesehatan yang optimal dan merata bagi
korban
Tersedianya SDM kesehatan yang profesional
Tersedianya obat-obatan dan peralatan kesehatan yang di butuhkan
Berfungsinya seluruh sarana dan prasarana kesehatan yang ada
(termasuk rumah sakit dan puskesmas), rumah sakit darurat serta rumah
sakit lapangan.
Terhindarnya pengungsi dan petugas dari ancaman penyakit akibat
dampak bencana yang terjadi serta terpeliharanya kesehatan lingkungan
serta sanitasi
Antisipasi gangguan kesehatan jiwa/mental/psikologis masyarakat
c. Kegiatan
No Kegiatan Penanggung jawab Waktu
1 Menyiapkan kebutuhan dan peralatan kesehatan di setiap TEA / TES
PMI, Dinkes Setelah
bencana
Masa
tanggap
darurat
(14
hari)
2
Melaksanakan kegiatan kesehatan di setiap TES/TEA yang telah dihuni oleh
pengungsi
PMI, Dinkes
3 Melaporkan setiap perkembangan sektor ke posko Kabupaten
PMI, Dinkes
RSUD Sumedang sudah mempunyai 27 personil khusus tanggap darurat (Tim
Disaster Plan) dan perencanaan yang disebut Hospital Disaster Plan (HDP).
Puskesmas Sumedang Selatan mempunyai Tim Gerak Cepat 60 orang terbagi
perkelompok orang.
110
d. Proyeksi Kebutuhan Sektor Kesehatan
Koordinator : Din Kes, Dinas Sosial
No.
Jenis Kebutuhan
Satuan Jml yang
dibutuhkan
Persediaan
Harga Satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 9 10 11
Personil
RSUD Sumedang orang 27
Puskesmas orang 60
PMI orang 30
1 Dokter (1 org/ Pos/ 50 pasien) orang 2 1.400.000 2.800.000
2 Dokter Bedah orang 1 1.400.000 1.400.000
3 Dokter Anastesi orang 1 1.400.000 1.400.000
4 Paramedis (2 org/ Pos/ 3 shift/ 50
pasien)
orang 4 700.000 2.800.000
5 Konselor Jiwa orang 20 700.000 14.000.000
6 Fisioterapi orang 10 700.000 7.000.000
7 Apoteker orang 10 700.000 7.000.000
8 Bidan orang 20 700.000 14.000.000
9 Sanitarian (1 org/ Pos) orang 2 700.000 1.400.000
111
No.
Jenis Kebutuhan
Satuan Jml yang
dibutuhkan
Persediaan
Harga Satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 9 10 11
10 Sopir Ambulance (1 org/Pos) orang 2 600.000 1.200.000
11 Obat dan bahan habis pakai paket 300 100.000 30.000.000 30% / org
12 Obat spesialis paket 100 250.000 25.000.000 10% /org
Sarana kesehatan
13 Stetoscope set 10 500.000 5.000.000 10/posko
14 Tensimeter set 2 450.000 900.00 2/posko
15 Minor surgery Paket 1 550.000 550.000 1/posko
16 Senter bh 2 150.000 300.000 2/posko
17 Baterei dus 2 50.000 100.000 2/posko
18 Cairan infus bh 50 10.000 500.000 50/posko
19 Masker dus 20 15.000 300.000 20/posko
20 Tabung oksigen set 2 650.000 1.300.000 2/posko
21 Alat suntik set 50 15.000 750.000 50/posko
Pelayanan Kesehatan Umum
22 Pelayanan Kesehatan Dasar orang 500 50.000 25.000.000
23 Pelayanan Kesehatan Klinis orang 500 50.000 25.000.000
112
No.
Jenis Kebutuhan
Satuan Jml yang
dibutuhkan
Persediaan
Harga Satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 9 10 11
24 Pengendalian Penyakit Menular
25 Pencegahan Umum (Vitamin A) orang 100 100.000 10.000.000
26 Pengadaan Vitamin A (Kapsul) orang 100 100.000 10.000.000
27 Pencegahan Campak (Imunisasi) orang 100 100.000 10.000.000
28 Pengadaan Vaksin Campak (Vial) orang 100 100.000 10.000.000
Kesiapsiagaan KLB
29 a. DBD 5.000.000
30 b. Diare orang 50 100.000 5.000.000
31 c. Malaria orang 50 100.000 5.000.000
32 d.Tetanus orang 50 100.000 5.000.000
33 e. Campak orang 50 100.000 5.000.000
Deteksi Dini KLB, Penyelidikan & Tanggap Kewaspadaan Dini KLB
34 a. Penyelidikan Kasus orang 500 50.000 25.000.000
35 b. Fogging Ls 1 5.000.000 5.000.000
36 c. Imunisasi Tetanus orang 100 50.000 5.000.000
37 d. Pengadaan Vaksin Tetanus orang 100 50.000 5.000.000
113
No.
Jenis Kebutuhan
Satuan Jml yang
dibutuhkan
Persediaan
Harga Satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 9 10 11
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
38 Pendataan Korban Cedera orang 50 100.000 5.000.000
39 Pendataan Kesehatan Reproduksi orang 100 100.000 10.000.000
40 Aspek Kejiwaan dan Sosial Kesehatan orang 100 100.000 10.000.000
Suport dan transportasi
41 Kursi roda bh 5
42 Mobil Puskemas keliling bh 1 2.000.000 2.000.000
43 Ambulan (BBM) bh 1 2.000.000 2.000.000
44 Mobil Jenasah bh 1 2.000.000 2.000.000
TOTAL 302.800.000
114
e. Bantuan Pelayanan Kesehatan
Korban bencana, baik secara individu maupun berkelompok, terutama
untuk kelompok rentan, dapat memperoleh bantuan pelayanan kesehatan.
Bantuan pelayanan kesehatan diberikan dalam bentuk :
1. Pelayanan kesehatan umum meliputi :
a. Pelayanan kesehatan dasar.
b. Pelayanan kesehatan klinis.
Standar Minimal Bantuan :
a. Pelayanan kesehatan didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan
kesehatan primer yang relevan.
b. Semua korban bencana memperoleh informasi tentang pelayanan
kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan diberikan dalam sistem kesehatan pada
tingkat yang tepat: tingkat keluarga, tingkat puskesmas, Rumah
Sakit, dan Rumah Sakit rujukan.
d. Pelayanan dan intervensi kesehatan menggunakan teknologi yang
tepat dan diterima secara sosial budaya.
e. Jumlah, tingkat, dan lokasi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
korban bencana.
f. Tiap klinik kesehatan memiliki staf dengan jumlah dan keahlian
yang memadai untuk melayani kebutuhan korban bencana. Staf
klinik maksimal melayani 50 pasien per hari
g. Korban bencana memperoleh pelayanan obat-obatan sesuai dengan
kebutuhan.
3.9.6. Sektor Penyelamatan Dan Perlindungan
Sektor Penyelamatan dan Perlindungan (SAR) bertugas untuk memastikan
bahwa penduduk di kawasan yang rawan longsor mendapatkan perlindungan baik
dari ancaman bencana longsor maupun dari ancaman keamanan wilayah pada saat
terjadi situasi darurat. Pada saat terjadi bencana, sektor ini bertugas untuk
memfasilitasi penduduk di wilayah rawan longsor untuk mengungsi ke tempat
yang aman. Bersama-sama dengan penduduk setempat serta tim siaga kelurahan
(jika ada), sektor ini melakukan tugas untuk menjaga keamanan lingkungan. Pada
115
saat terjadi longsor, sektor ini bertugas melakukan penanganan pertama jika
muncul korban, baik yang mengalami cidera maupun korban meninggal dan
melakukan koordinasi dengan Sektor Kesehatan untuk penanganan lanjutan bagi
penduduk yang mengalami cidera serius.Jika muncul laporan kehilangan dari
anggota masyarakat yang ditengarai menjadi korban longsor, sektor ini bertugas
untuk melakukan pencarian dan evakuasi.
a. Situasi
Terjadi bencana longsor pada pukul 00.00 wib – 05.00 wib secara
bersamaan di Bencana longsor tersebut menimbulkan banyak korban jiwa
dan harta benda, untuk meminimalisir jatuhnya korban lebih besar perlu
segera dilakukan tindakan evakuasi terhadap masyarakat dan korban,
persiapan personil dan peralatan dan pendukung lainnya dioptimalkan dalam
penanganan bencana longsor. Dalam hal ini membutuhkan personil yang
terlatih dan cakap, terutama dalam bidang penyelamatan dan perlindungan
korban untuk proses tanggap darurat yang dilakukan secara bersamaan, perlu
juga dilakukan penyelenggaran korban meninggal agar pencemaran
lingkungan bisa segera diantisipasi.
b. Sasaran
Tergeraknya sumber daya yang ada untuk melakukan pencarian dan
perlindungan korban.
Terlaksananya proses pencarian dan evakuasi korban bencana dan
tersedianya jalur evakuasi
Pencegahan terhadap berkembangnya korban lebih banyak serta prioritas
pelayanan dan perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak,
wanita, lansia dan kelompok berkebutuhan khusus
Terinventarisasinya kerugian dan korban yang ditimbulkan
Terselenggarakannya jenazah korban bencana yang layak dan
bermatabat.
Adanya laporan perkembangan situasi secara berkala
116
c. Kegiatan
No Kegiatan Penanggung jawab Waktu
1
Pencarian dan penyelematan
korban
Kodim, Polri, PMI, Dinkes, Relawan,
BPBD,SAR
Setelah bencana
Masa tanggap
darurat (14 hari)
2
Mengkoordinir korban selamat, terluka, meninggal ke posko dan
TEA
Kodim, Polri, PMI, Dinkes, Relawan,
BPBD, SAR
3
Melaporkan setiap perkembangan
sektor ke posko Kabupaten
Kodim, Polri, PMI, Dinkes, Relawan,
BPBD, SAR
117
d. Proyeksi Kebutuhan Penyelamatan Dan Perlindungan
No
Jenis Kebutuhan
Satuan Jml yang
dibutuhkan
Persediaan
Harga Satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7=4x6 8
1 Personil (konsumsi) Orang 1400 10.000 14.000.000 Masa Tanggap darurat 14
hari 2 Kompas Bh 2
3 Peta tapografi Bh 2 BPBD, SAR
4 Motor trail (BBM) Ls 1 1.000.000 1.000.000 BPBD, SAR
5 Rescue truck (BBM) Ls 1 3 2.000.000 2.000.000 BPBD, SAR, Dinsos
6 Rescue car (BBM) Ls 1 1 2.000.000 2.000.000 BPBD, SAR
7 Ambulance (BBM) Ls 1 1 2.000.000 2.000.000 BPBD, SAR
8 Sepatu Boat Bh 100 100 BPBD, SAR
9 Jas hujan Bh 100 100 BPBD, SAR
10 Sarung tangan Bh 200 50 15.000 2.250.000 BPBD, SAR
11 Tali carmantel 10,5 mm 1 rool (200 m) Bh 1 1 BPBD, SAR
12 Tali Carmantel 10,5 mm 1 rool (100 m) Bh 1 1 BPBD, SAR
13 Tali Carmantel10,5 mm 1 rool (50 m ) Bh 1 1 BPBD, SAR
14 Full body harnes Bh 5 5 BPBD, SAR
15 Seat harness Bh 5 5 BPBD, SAR
16 Senter Bh 5 5 BPBD, SAR
17 Lampu sorot Bh 3 3 BPBD, SAR
18 Tandu Bh 10 10 BPBD, SAR
19 Kantong mayat Bh 2 10 BPBD, SAR
20 GPS Bh 1 1 BPBD, SAR
21 Gergaji Mesin Bh 1 3 500.000 500.000 PUTR
23 Buldozer (Sewa + BBM) Unit 1 4 5.000.000 5.000.000 PUTR,Swasta
24 Escavator (Sewa + BBM) Unit 1 2 5.000.000 5.000.000 PUTR,Swasta
25 Back hoe (Sewa + BBM) Unit 1 2 5.000.000 5.000.000 PUTR,Swasta
TOTAL 38.750.000
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumedang V - 50
118
3.9.7. Sektor Transportasi
Koordinator : Dinas Perhubungan dan Kominfo
a. Situasi
Salah satu dampak dari bencana longsor yang terjadi di 3 Kecamatan
secara bersamaan adalah tertimbunnya beberapa jalan di Kecamatan yang
terkena longsor oleh tanah, sehingga manghambat kelancaran transportasi.
Kelancaran transportasi sangat diperlukan terkait dengan kelancaran bantuan
yang masuk ke daerah relokasi, maka perlu di upayakan perbaikan dan
pengadaan sarana transportasi, informasi dan komunikasi agar kebutuhan
selama penanganan darurat bencana bisa terpenuhi terutama untuk pencarian
korban dan pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Sasaran.
Terjaminnya kelancaran proses bantuan masuk ke daerah pengungsian
Terjaminnya kelancaran proses evakuasi korban luka-luka ke tempat
posko kesehatan agar mendapat pertolongan pertama dan perawatan
Terdistribusinya logistiuk dengan aman dan merata kepada seluruh
pengungsi
Terpenuhinya sarana dan prasarana transportasi, serta data yang
lengkap, berupa alat angkut dan sarana angkutan jalan dan personil yang
di butuhkan dalam kegiatan tanggap darurat
c. Kegiatan
No Kegiatan Penanggung jawab Waktu
1
Menyiapkan armada transportasi
darat
Dinas Perhubungan, Relawan, BPBD,
Dinas PU
Setelah bencana
Masa tanggap
darurat (14 hari)
2
Mendistribusikan pengungsi, alat,
logistik
Dinas Perhubungan, Relawan, BPBD,
Dinas PU
3
Melaporkan setiap perkembangan
sektor ke posko Kabupaten
Dinas Perhubungan, Relawan, BPBD,
Dinas PU
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumedang V - 51
119
Laporan Akhir Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Tanah Longsor
d. Proyeksi Kebutuhan Sektor Transportasi
No
Jenis Kebutuhan
Satuan Jml yang
dibutuhkan
Persediaan Harga Satuan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7=4x6 8
1
Truck BBM
Ls
1
5
2.000.000
2.000.000 BPBD, POLRI, TNI, PU,
Dinsos, Swasta
2
Pick Up BBM
Ls
2
5
1.500.000
3.000.000 BPBD, POLRI, TNI, PU,
Swasta
3
Sepeda Motor BBM
Ls
5
25
500.000
2.500.000 BPBD, POLRI, TNI, PU,
Swasta
4 Sopir (Insentif dan konsumsi)
Ls
3
-
700.000
2.100.000 BPBD, POLRI, TNI, PU,
Swasta TOTAL 9.600.000
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sumedang V - 52
120
Tabel 19
Rekapitulasi Kebutuhan Sektor
No
Sektor
Volume
Satuan
Kebutuhan
(Rp)
1 Posko 14 hari 21.195.000
2 Sektor Barak/TES/TEA 14 hari 396.000.000
3 Dapur Umum 14 hari 109.000.000
4 Kesehatan 14 hari 302.800.000
5 Penyelamatan Dan Perlindungan 14 hari 38.750.000
6 Transportasi 14 hari 9.600.000 TOTAL 877.345.000
Kebutuhan ini tidak mutlak akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada dilapangan bisa dikurangi maupun ditambah, kebutuhan-kebutuhan dapat
dipenuhi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, baik pemerintah
Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Pemerintah Kabupaten/
Kota tetangga, Pemerintah Pusat, Instansi-instansi terkait, lembaga-lembaga
swasta, masyarakat, relawan dan lain-lain.
3.10 RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana Kontinjensi ini diaktivasi menjadi Rencana Operasi pada saat terjadi
bencana setelah dilakukan penilaian awal secara cepat dan penyesuaian
komponen kebutuhan sesuai kondisi dan intensitas bencana.
Koordinasi secara berkala untuk memperbarui dokumen Rencana Kontinjensi ini
perlu dilakukan untuk disesuaikan dengan perkembangan termasuk updating data
ketersediaan sumber daya pada masing-masing instansi. Inventarisasi persediaan
(buffer stock) untuk pemenuhan kebutuhan darurat perlu diselenggarakan dengan
manajemen logistik yang baik.
Perlu dibangun jejaring yang lebih luas (termasuk dengan lembaga usaha) agar
seluruh sumberdaya di Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang
dapat dioptimalkan dalam penanggulangan bencana baik dalam tahap pra-
bencana, saat tanggap darurat, maupun pasca bencana.
121
3.10.1 Rencana Tindak Lanjut
1. Rencana Kontinjensi ini disusun berdasarkan hasil survei lapangan ke
beberapa Dinas/Intansi/Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah yang
terkait dengan penanganan bencana, merujuk pada situasi dan kondisi bulan
september 2016
2. Setelah selesai penyusunan, Rencana Kontinjensi ini akan sosialisasikan ke
setiap Pimpinan Instansi yang terlibat dan dikukuhkan dengan Peraturan
Bupati Sumedang
3. Aktivasi dari Rencana Kontinjensi ini menjadi Rencana Operasional pada
saat terjadi bencana longsor yang dilakukan oleh Bupati, selaku pemegang
komando pengendali operasi.
4. SKPD / lembaga yang terlibat dalam pembuatan rencana kontinjensi ini harus
dapat mendorong pimpinan untuk menandatangani rencana kontinjensi ini
5. Pemantauan situasi dan perubahan kondisi dilakukan setiap setahun sekali
untuk pemutakhiran data dan informasi, guna penyesuaiann isi dokumen
kontinjensi
6. Perlu dilakukan top exercise dari rencana kontinjensi ini untuk dapat melihat
sejauh mana koordinasi sistem komando tanggap darurat dalam menghadapi
bencana dilakukan
7. Perlu dilakukan gladi dalam menghadapi bencana longsor untuk melihat
sejauh mana fungsi koordinasi di lokasi terjadinya bencana
8. Masa berlaku rencana kontinjensi ini selama 3 (tiga) tahun, terhitung dari
saat di legalisirnya dokumen ini.
9. Apabila hingga batas waktu yang direncanakan tidak terjadi bencana, maka
Rencana Kontinjensi ini akan diperpanjang masa berlakunya
3.10.2 Simulasi Gladi
Untuk menguji ketepatan Rencana Kontinjensi yang dibuat, maka perlu dilakukan
uji coba dalam bentuk simulasi atau gladi. Dalam gladi ini diusahakan supaya
besaran dan skalanya mendekati peristiwa atau kejadian yang diskenariokan.
Apabila tidak memungkinkan, maka dapat diambil sebagian dari luas yang
sesungguhnya
122
3.10.3. Pemutakhiran Data
Inventarisasi dan pemeliharaan ketersediaan dan kesiapan sumber daya, sarana
dan prasarana yang ada di tiap daerah dilakukan secara berkala.
Pertemuan-pertemuan berkala untuk kaji ulang dalam rangka pemutakhiran data
dan asumsi-asumsi dampak bencana atau proyeksi kebutuhan sumberdaya.
Menyusun prosedur-prosedur tetap yang sifatnya dapat mendukung pelaksanaan/
aktivasi rencana kontinjensi yang telah disusun.
Melakukan pemantauan secara periodik terhadap ancaman dan peringatan dini
beserta diseminasinya.
3.10.4. Skenario Simulasi Kejadian Longsor
A. Situasi Siaga
1. Memasuki musim penghujan dan perubahan cuaca yang ekstrim
disampaikan BMKG melalui siaran televisi maupun media sosial,
2. Menindaklanjuti informasi itu, Pusdalops mulai memantau, mengamati di
beberapa wilayah yang di prediksi rawan akan bencana longsor dan
meneruskan informasi ke tingkat pemerintah desa agar selalu siaga,
3. Terjadi hujan dalam beberapa hari dengan intensitas yang tinggi dalam
jangka waktu yang lama, bahkan ada saat hujan tidak reda dalam seharian
walaupun intensitasnya sedang,
4. Pusdalops segera melakukan rapat koordinasi intern BPBD, maka
disusunlah maka disusunlah sektor dengan tupoksi dan struktur organisasi
masing-masing sektor sebagai serta penanggung jawab (Koordinator)
sektornya untuk memudahkan koordinasi dalam rencana operasi
penanganan longsor tersebut, serta oleh Kepala BPBD menunjuk
Komandan Operasi Siaga-Daraurat untuk memudahkan koordinasi
antar sektor tersebut (sesuai dengan rencana kontijensi). Adapun sektor-
sektor tersebut adalah
a. Sektor Manajemen dan Koordinasi (Posko)
Sektor ini berfungsi sebagai pengendali semua kegiatan tanggap
darurat bagi sektor-sektor yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan
tanggap darurat di lapangan.
123
Sektor ini dibawah komandan pengendali kegiatan tanggap darurat
yang ditunjuk oleh Bupati Kabupaten Sumedang sebagai pimpinan
tertinggi. Komandan pengendali operasi akan dibantu oleh beberapa
unit dalam melaksanakan tugasnya, antara lain unit personalia, unit
perencanaan, unit logistik, unit keuangan, unit data informasi dan
Humas.
Sektor ini bertugas untuk memastikan bahwa semua kebutuhan sektor-
sektor terpenuhi untuk memperlancar kegiatan tanggap darurat di
lapangan.
Instansi dan lembaga yang terlibat adalah: BPBD, Pemdes,
Pemerintahan Kecamatan, Dinsosnakertrans, Dinsos, TNI, POLRI,
Orari, PMI, Kesbangpol, Damkar, SAR.
b. Sektor Barak / TES / TEA
Sektor ini bertanggung jawab dalam penyediaan tenda-tenda di TEA
atau TES yang memenuhi syarat, menyiapkan logistik, penerangan, air
bersih, peralatan dan perlengkapan pengungsi.
Instansi dan lembaga yang terlibat adalah: BPBD, Pemdes,
Pemerintahan Kecamatan, Dinsosnakertrans, Dinsos, TNI, POLRI,
Orari, PMI, Kesbangpol, Damkar, SAR, PLN, PDAM
c. Sektor Dapur Umum
Sektor ini menyiapkan dapur umum untuk kepentingan personil dan
pengungsi perihal makanan.
Instansi dan lembaga yang terlibat adalah: BPBD, Pemdes,
Pemerintahan Kecamatan, Dinsosnakertrans, Dinsos, TNI, POLRI,
Orari, PMI, Kesbangpol, Damkar, SAR, PDAM
d. Sektor Kesehatan
Sektor kesehatan bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesehatan baik pada saat terjadi longsor maupun pada saat
berlangsungnya situasi darurat sampai situasi darurat berakhir kepada
penduduk yang terpapar dan terdampak longsor
124
Instansi dan lembaga yang terlibat adalah: BPBD, Pemdes,
Pemerintahan Kecamatan, Dinsosnakertrans, Dinsos, TNI, POLRI,
Orari, PMI, Dinkes, Puskesmas, SAR.
e. Sektor Penyelamatan Dan Perlindungan
Sektor Penyelamatan dan Perlindungan (SAR) bertugas untuk
memastikan bahwa penduduk di kawasan yang rawan longsor
mendapatkan perlindungan baik dari ancaman bencana longsor
maupun dari ancaman keamanan wilayah pada saat terjadi situasi
darurat. Pada saat terjadi bencana, sektor ini bertugas untuk
memfasilitasi penduduk di wilayah rawan longsor untuk mengungsi ke
tempat yang aman. Bersama-sama dengan penduduk setempat serta
tim siaga kelurahan (jika ada), sektor ini melakukan tugas untuk
menjaga keamanan lingkungan. Pada saat terjadi longsor, sektor ini
bertugas melakukan penanganan pertama jika muncul korban, baik
yang mengalami cidera maupun korban meninggal dan melakukan
koordinasi dengan Sektor Kesehatan untuk penanganan lanjutan bagi
penduduk yang mengalami cidera serius. Jika muncul laporan
kehilangan dari anggota masyarakat yang ditengarai menjadi korban
longsor, sektor ini bertugas untuk melakukan pencarian dan evakuasi
Instansi dan lembaga yang terlibat adalah: BPBD, Pemdes,
Pemerintahan Kecamatan, Dinsosnakertrans, Dinsos, TNI, POLRI,
Orari, PMI, SAR, Relawan
f. Sektor Transportasi
Sektor ini menjamin kelancaran proses bantuan masuk ke daerah
pengungsian, terjaminnya kelancaran proses evakuasi korban luka-
luka ke tempat posko kesehatan agar mendapat pertolongan pertama
dan perawatan, terdistribusinya logistik dengan aman dan merata
kepada seluruh pengungsi, terpenuhinya sarana dan prasarana
transportasi, serta data yang lengkap, berupa alat angkut dan sarana
angkutan jalan dan personil yang di butuhkan dalam kegiatan tanggap
darurat.
125
Instansi dan lembaga yang terlibat adalah: BPBD, Pemdes,
Pemerintahan Kecamatan, Dinsosnakertrans, Dinas PUTR, Dinsos,
TNI, POLRI, Orari, PMI, SAR, Relawan, Swasta
5. Setelah semua sektor telah dibentuk, maka Pusdalops menyusun metode
rencana operasi dan analisa kebutuhan beserta jumlah biaya yang
dibutuhkan untuk menghadapi situasi darurat bencana longsor sesuai
dengan data survey dari daerah yang akan terpapar dan terdampak contoh
jumlah korban, jumlah dan luas wilayah, jumlah kelompok rentang, jenis
kelamin, dll.(waktu untuk kegiatan ini 1 hari)
6. Selanjutnya oleh Komandan Operasi Siaga-Darurat melakukan koordinasi
antar sektor mengenai ketersediaan sumber daya yang tersedia baik
manusia maupun peralatan untuk dijadikan dasar dalam menghitung
tingkat rasio kesenjangan antara sumber daya dan kebutuhan yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan ril dalam melaksanakan operasi
darurat bencana longsor yang dihadapi (waktu untuk kegiatan ini 1-2 hari)
B. Situasi darurat
1. Pusdalops menerima laporan tindak lanjut dari EWS dari tripika setempat
bahwa telah terjadi longsor diwilayah Kelurahan Pasanggrahan Baru
tepatnya di lingkungan Anjung dan Lingkungan Cimareme, sesuai data
dalam dokumen Rencana kontijensi, maka komandan siaga-darurat
melaporkan ke Bupati Sumedang untuk meminta Persetujuan Surat
Pernyataan Waktu Darurat Bencana Longsor.
2. Setelah mendapat surat pernyataan darurat bencana longsor, maka
Komandan Operasi Siaga-Darurat langsung memerintahkan tim turun ke
lokasi bencana longsor untuk melaksanakan pengecekan awal untuk
mengetahui jumlah korban terpapar, terdampak, kerusakan rumah
penduduk, kerusakan infrastruktur, korban luka, korban hilang/ meninggal
dan kerugian lain yg diakibatkan longsor ini serta kebutuhan pertolongan
awal yg dibutuhkan.
3. Tim melaporkan atau kembali ke Pusdalops untuk menyampaikan hasil
kajian cepat yang diperoleh dari lokasi longsor tersebut.
126
4. Setelah menerima dan mengkaji laporan dari tim, Komandan Operasi
Siaga-Darurat melaksanakan koordinasi antar sektor dan segera
mendirikan/membentuk Posko Operasi Lapangan serta memerintahkan
semua sektor untuk segera melaksanakan tindak lanjut aksi penanganan
korban longsor tersebut sesuai dengan tupoksi dan tanggung jawabnya
masing-masing, seperti melakukan evakuasi tanggung jawab oleh sektor
apa, penyediaan tempat pengunsian oleh sektor apa, logistik oleh sektor
apa, pertolongan korban yang sakit dan luka oleh sektor apa, dan hal lain
yang dibutuhkan pada saat darurat.
5. Semua hasil kegiatan beserta biayanya selama masa darurat yang
dilaksanakan oleh sektor masing-masing, harus dibuatkan Laporan untuk
disampaikan ke Komandan Operasi Siaga-Darutat untuk dijadikan bahan
dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban akhir dari pelaksanaan
operasi Siaga-Darurat berlangsung.
6. Setelah Masa Darurat bencana longsor akan berakhir, maka komandan
Operasi Siaga-Darurat melakukan rapat evaluasi bersama semua sektor
yang terkait untuk mengetahui semua masalah baik yang mendukung
maupun yang menghambat jalannya Operasi Siaga-Darurat yang telah
dilaksanakan. Hal ini merupakan koreksi untuk penanganan Darurat
Bencana Longsor ke depan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana
secara efektif dan efisien.
7. Selanjutnya apabila Masa Tanggap Darurat Longsor dinyatakan berakhir
oleh Bupati Sumedang yang dibuat dalam bentuk surat pernyataan tertulis
dan tidak diperpanjang, maka Komandan Operasi Siaga-Darurat rapat
bersama semua sektor terkait dan sekaligus menyatakan operasi tanggap
darurat telah ditutup atau diberhentikan.
8. Menindaklanjuti berakhirnya operasi siaga-darurat ini, maka Komandan
Operasi Siaga-Darurat bersama semua sektor terkait menyusun laporan
final pertanggungjawaban hasil dari selama operasi siaga-darurat ini
berlangsung untuk diserahkan ke Bupati Sumedang selaku
penaggungjawab melalui Kepala BPBD secara keseluruhan dari
127
penanganan bencana di Kabupaten Sumedang, dimana laporan tersebut
harus diserahkan paling lambat 3 hari setelah masa darurat berakhir.
9. Laporan ini harus dipublikasikan pertanggungjawabannya sebagai wujud
transparansi dalam penanganan bencana kepada masyarakat secara umum
Demikian skenario proses dan alur singkat simulasi Rencana Kontijensi Longsor
di Kabupaten Sumedang dan apabila ada kekurangan, maka kami mengharapkan
masukan dari semua pihak terkait untuk menjadi bahan perbaikan agar ke depan
dapat lebih baik sesuai yang kita harapkan bersama.
Gambar 3.10
Bagan Alur Simulasi Rencana Kontijensi Longsor Kabupaten Sumedang
BAB IV
PENUTUP
Selama tahun 2019, BNPB menunjukkan capaian kinerja yang terukur dari 1 (satu)
indikator kinerja utama yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja Tahun 2019.
Dalam rangka peningkatan kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Sumedang, informasi capaian dan permasalahan yang dituangkan
dalam laporan kinerja akan menjadi bahan perbaikan di tahun berikutnya. Untuk
itu rencana aksi ke depan, yaitu:
a. Perencanaan pembangunan daerah harus berlandaskan aspek-
aspek pengurangan risiko bencana
b. Pelibatan akademisi dan pakar-pakar kebencanaan secara masif
untuk memprediksi ancaman, mengantisipasi, dan mengurangi dampak
bencana, serta sosialisasi hasil-hasil kajian dan penelitiannya
c. Gubernur akan secara otomatis menjadi komandan satgas darurat pada saat
kejadian bencana, serta Pangdam dan Kapolda menjadi wakil komandan
satgas
d. Pembangunan sistem peringatan dini yang terpadu berbasiskan
rekomendasi dari pakar dikoordinasikan oleh Kepala BNPB
e. Edukasi kebencanaan oleh Kepala BNPB ini terutama di daerah rawan
bencana, kepada sekolah melalui guru dan kepada masyarakat melalui para
pemuka agama
f. Lakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala
dan berkesinambungan
Dengan arahan tersebut diharapkan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana
berbasis ekosistem dapat dimulai dari level terkecil yaitu keluarga untuk dapat
bersama-sama mengurangi resiko bencana dengan tata kelola alam yang lebih
baik baik sesuai dengan slogan “Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita”.
LAMPIRAN
KEGIATAN FGD
RAPAT KOORDINASI
SURVE INSTANSIONAL
RAPAT KOORDINASI
SURVE INSTANSIONAL
!(
!(
!(
!(!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(
!(!(
!(
!(
!(
!(
!(
S U M E D A N GS U M E D A N G
S U B A N GS U B A N G
M A J A L E N G K AM A J A L E N G K A
B A N D U N GB A N D U N GG A R U TG A R U T
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
K O T A B A N D U N GK O T A B A N D U N G
T A S I K M A L A Y AT A S I K M A L A Y A
B A N D U N G B A R A TB A N D U N G B A R A T
Kec. Buahdua
Kec. Tomo
Kec. Jatigede
Kec. Conggeang
Kec. Surian
Kec. Wado
Kec. Cisitu
Kec. Ujungjaya
Kec. Sukasari
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Situraja
Kec. Cibugel
Kec. Jatinunggal
Kec. Tanjungmedan
Kec. Pamulihan
Kec. Cimalaka
Kec. Ranca Kalong
Kec. Paseh
Kec. Darmaraja
Kec. Cimanggung
Kec. Ganeas
Kec. Jatinangor
Kec. Cisarua
Kec. Tanjung Kerta
Kec. Sumedang Utara
Kec. Tanjungsari
SURIAN
GENDEREH
CIBULUH
CITENGAH
UNGKAL
KADU
KAMAL
TANJUNG
BUGEL
TOMO
JINGKANG
JEMAH
GENTENG
CIBUBUAN
CIMARGA
SUKAJAYA
CIJAMBU
CIPICUNG
CIPELES
JAMBU
CIMANINTIN
KAREDOK
CIMUNGKAL
UJUNGJAYA
SUKAJADI
CIPEUTEUY
CIPELANG
PAJAGAN
CIBUNAR
CINTAJAYA
CIPASANG
SUKARJAYA
CISAMPIH
LICIN
SUKAMANAH
KARYAMUKTI
KARANGLAYUNG
CILOPANG
BOROS
CIBUGEL
CIBITUNG
BABAKANASEM
WANASARI
GANJARESIK
SARIMEKAR
PADAASIH
BANGBAYANG
PALABUAN
SINDULANG
CACABAN
PADANAAN
CIRANGGEM
SUKARAJA
KADAKAJAYA
CIPEUNDEUY
CILENGKRANG
CIJERUK
MEKARASIH
BANYURESMI
PASANGGRAHAN
BUANAMEKAR
PADASARI
CIMARIAS
WARGALUYU
KIRISIK
KERTAMUKTI
JAYAMEKAR
MARONGGE
CIHERANG
PAKUALAM
CILEMBU
CIKURUBUK
PANADEGAN
CIGENDEL
CITALEUS
DARMAWANGI
GUNASARI
NEGLASARI
SUKAHAJI
CIPAKU
LINGGAJAYA
WADO
CIMANGGUNG
CISITU
CICARIMANAH
LEBAKSIUH
SITU
PASIRBIRU
TOLENGAS
AMBIT
TAMANSARI
CIJEUNGJING
WANAJAYA
CILELES
CIBOGO
CINANGSI
CIKARAMAS
BANJARSARI
TANJUNGMULYA
CILANGKAP
NARIMBANG
KADUWULUNG
JEMBARWANGI
KARANGBUNGUR
HARIANG
CIBUNGUR
SUKAWANGI
RAHARJA
CIJATI
SUKAKERSA
CITIMUN
RANCAKALONG
SINDANGSARI
CIPAMEKAR
MEKARBAKTI
SINDANGGALIH
BONGKOK
NAGARAWANGI
NALUK
SUKAMULYA
SUKAPURA
SUKATALI
GIRIMUKTI
TEGALMANGGUNG
BUAHDUA
GUNTURMEKAR
SUKAMUKTI
KUDANGWANGI
CIGINTUNG
KADUJAYA
SUKAMANTRI
CINANJUNG
PAMEKARAN
CIJAMBE
SUKATANI
TARIKOLOT
WANAKERTA
NAGRAK
CIUYAH
TANJUNGMEKAR
CIKONENG
KEBONCAU
CISURAT
CITALI
GANEAS
PADAJAYA
RANJENG
SEKARWANGI
CIKAREO SELATAN
TANJUNGWANGI
BANYUASIH
SUKAMAJUMALAKA
PASIREUNGIT
SUKASIRNARASA
CIKAHURIPAN
KOTAKULON
JATIHURIP
JATIROKE
HEGARMANAH
PASEH KALER
CIEUNTEUNG
CISALAK
CISEPUR
CIKEUSI
TRUNAMANGGALA
KARANGPAKUAN
RANCAMULYA
CIGENTUR
CIPANDANWANGI
CIPACING
JATIMEKAR
MULYAMEKAR
HAURKUNING
MULYASARI
LEGOK KIDUL
CIPTASARI
SUKAMENAK
BANTARMARA
MARGAMEKAR
BOJONGLOA
CINANGGERANG
SUNDAMEKARCIKONDANG
CIPANAS
PAMEKARSARI
PAMULIHAN
CIBEUSI
CIBEUREUM KULON
CIPANCAR
MULYAJAYA
SUKALUYU
CIJELER
CIPAMEUNGPEUK
MEKARMUKTI
PALASARI
CIBEUREUM WETAN
MEKARJAYA CISARUA
SIRNAMULYA
BAGINDA
SUKASARI
SIRNASARI
PANYINDANGAN
TANJUNGHURIP
SUKAWENING
PAWENANG
NYALINDUNG
MARGAMUKTI
SINDANGPAKUAN
SITURAJA UTARA
DAYEUHLUHUR
PASIGARAN
TARUNAJAYA
CILAYUNG
LEGOK KALER
SAYANG
KEBONKALAPA
JATIMULYA
GALUDRA
CIKADU
CIKERUH
CIKOLE
CIMARA
SITUMEKAR
MEKARSARI
CIBEUREUNYEUH
MANDALAHERANG
PADASUKA
GUDANG
GUNUNGMANIKMARGAJAYA
PASEH KIDUL
MEKARMULYA
SUKADANA
LEUWIHIDEUNG
KEBONJATI
KOTAKALER
KERTAMEKAR
KARANGHEULEUT
CIHANJUANG
KUTAMANDIRI
NANGGERANG
KERTAHARJA
CIKAREO UTARA
HAURGOMBONG
DARMAJAYA
SAWAHDADAP
CIMALAKA
SUKARAPIH
CONGGEANG WETAN
SERANG
SITURAJA
JATISARI
CIMUJA
SUKAGALIH
TALUN
MANGUNARGACINTAMULYA
SUKARATU
MARGALUYU
MEKARGALIH
JATIMUKTI
CONGGEANG KULON
JATIBUNGUR
TANJUNGSARI
DARMARAJA
REGOL WETAN
WADUK JATIGEDE
810000
810000
820000
820000
830000
830000
840000
840000
850000
8500009220
000
9220
000
9230
000
9230
000
9240
000
9240
000
9250
000
9250
000
9260
000
9260
000
9270
000
9270
000
Peta No :
PETA ADMINISTRASIKABUPATEN SUMEDANG
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial, 2006- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang- RTRW Kabupaten Sumedang
Halaman :
LEGENDA :
PENDAMPINGAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSIPASCA BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR
KABUPATEN SUMEDANG
Wilayah Administrasi :
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
Kec. PasehKec. Ranca KalongKec. SiturajaKec. SukasariKec. Sumedang SelatanKec. Sumedang UtaraKec. SurianKec. Tanjung KertaKec. TanjungmedanKec. TanjungsariKec. TomoKec. UjungjayaKec. Wado
Kec. BuahduaKec. CibugelKec. CimalakaKec. CimanggungKec. CisaruaKec. CisituKec. ConggeangKec. DarmarajaKec. GaneasKec. JatigedeKec. JatinangorKec. JatinunggalKec. Pamulihan
Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
S U M E D A N GS U M E D A N G
S U B A N GS U B A N G
M A J A L E N G K AM A J A L E N G K A
B A N D U N GB A N D U N GG A R U TG A R U T
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
K O T A B A N D U N GK O T A B A N D U N G
T A S I K M A L A Y AT A S I K M A L A Y A
B A N D U N G B A R A TB A N D U N G B A R A T
Kec. Buahdua
Kec. Tomo
Kec. Jatigede
Kec. Conggeang
Kec. Surian
Kec. Wado
Kec. Cisitu
Kec. Ujungjaya
Kec. Sukasari
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Situraja
Kec. Cibugel
Kec. Jatinunggal
Kec. Tanjungmedan
Kec. Pamulihan
Kec. Cimalaka
Kec. Ranca Kalong
Kec. Paseh
Kec. Darmaraja
Kec. Cimanggung
Kec. Ganeas
Kec. Jatinangor
Kec. Cisarua
Kec. Tanjung Kerta
Kec. Sumedang Utara
Kec. Tanjungsari
SURIAN
GENDEREH
CIBULUH
CITENGAH
UNGKAL
KADU
KAMAL
TANJUNG
BUGEL
TOMO
JINGKANG
JEMAH
GENTENG
CIBUBUAN
CIMARGA
SUKAJAYA
CIJAMBU
CIPICUNG
CIPELES
JAMBU
CIMANINTIN
KAREDOK
CIMUNGKAL
UJUNGJAYA
SUKAJADI
CIPEUTEUY
CIPELANG
PAJAGAN
CIBUNAR
CINTAJAYA
CIPASANG
SUKARJAYA
CISAMPIH
LICIN
SUKAMANAH
KARYAMUKTI
KARANGLAYUNG
CILOPANG
BOROS
CIBUGEL
CIBITUNG
BABAKANASEM
WANASARI
GANJARESIK
SARIMEKAR
PADAASIH
BANGBAYANG
PALABUAN
SINDULANG
CACABAN
PADANAAN
CIRANGGEM
SUKARAJA
KADAKAJAYA
CIPEUNDEUY
CILENGKRANG
CIJERUK
MEKARASIH
BANYURESMI
PASANGGRAHAN
BUANAMEKAR
PADASARI
CIMARIAS
WARGALUYU
KIRISIK
KERTAMUKTI
JAYAMEKAR
MARONGGE
CIHERANG
PAKUALAM
CILEMBU
CIKURUBUK
PANADEGAN
CIGENDEL
CITALEUS
DARMAWANGI
GUNASARI
NEGLASARI
SUKAHAJI
CIPAKU
LINGGAJAYA
WADO
CIMANGGUNG
CISITU
CICARIMANAH
LEBAKSIUH
SITU
PASIRBIRU
TOLENGAS
AMBIT
TAMANSARI
CIJEUNGJING
WANAJAYA
CILELES
CIBOGO
CINANGSI
CIKARAMAS
BANJARSARI
TANJUNGMULYA
CILANGKAP
NARIMBANG
KADUWULUNG
JEMBARWANGI
KARANGBUNGUR
HARIANG
CIBUNGUR
SUKAWANGI
RAHARJA
CIJATI
SUKAKERSA
CITIMUN
RANCAKALONG
SINDANGSARI
CIPAMEKAR
MEKARBAKTI
SINDANGGALIH
BONGKOK
NAGARAWANGI
NALUK
SUKAMULYA
SUKAPURA
SUKATALI
GIRIMUKTI
TEGALMANGGUNG
BUAHDUA
GUNTURMEKAR
SUKAMUKTI
KUDANGWANGI
CIGINTUNG
KADUJAYA
SUKAMANTRI
CINANJUNG
PAMEKARAN
CIJAMBE
SUKATANI
TARIKOLOT
WANAKERTA
NAGRAK
CIUYAH
TANJUNGMEKAR
CIKONENG
KEBONCAU
CISURAT
CITALI
GANEAS
PADAJAYA
RANJENG
SEKARWANGI
CIKAREO SELATAN
TANJUNGWANGI
BANYUASIH
SUKAMAJUMALAKA
PASIREUNGIT
SUKASIRNARASA
CIKAHURIPAN
KOTAKULON
JATIHURIP
JATIROKE
HEGARMANAH
PASEH KALER
CIEUNTEUNG
CISALAK
CISEPUR
CIKEUSI
TRUNAMANGGALA
KARANGPAKUAN
CILAYUNG
RANCAMULYA
CIGENTUR
CIPANDANWANGI
CIPACING
JATIMEKAR
MULYAMEKAR
HAURKUNING
MULYASARI
LEGOK KIDUL
CIPTASARI
SUKAMENAK
BANTARMARA
MARGAMEKAR
BOJONGLOA
CINANGGERANG
SUNDAMEKARCIKONDANG
CIPANAS
PAMEKARSARI
PAMULIHAN
CIBEUSI
CIBEUREUM KULON
CIPANCAR
MULYAJAYA
SUKALUYU
CIJELER
CIPAMEUNGPEUK
MEKARMUKTI
PALASARI
CIBEUREUM WETAN
MEKARJAYA CISARUA
SIRNAMULYA
BAGINDA
SUKASARI
SIRNASARI
PANYINDANGAN
TANJUNGHURIP
SUKAWENING
PAWENANG
NYALINDUNG
MARGAMUKTI
SINDANGPAKUAN
SITURAJA UTARA
DAYEUHLUHUR
PASIGARAN
TARUNAJAYA
LEGOK KALER
SAYANG
KEBONKALAPA
JATIMULYA
GALUDRA
CIKADU
CIKERUH
CIKOLE
CIMARA
SITUMEKAR
MEKARSARI
CIBEUREUNYEUH
MANDALAHERANG
PADASUKA
GUDANG
GUNUNGMANIKMARGAJAYA
PASEH KIDUL
MEKARMULYA
SUKADANA
LEUWIHIDEUNG
KEBONJATI
KOTAKALER
KERTAMEKAR
KARANGHEULEUT
CIHANJUANG
KUTAMANDIRI
NANGGERANG
KERTAHARJA
CIKAREO UTARA
HAURGOMBONG
DARMAJAYA
SAWAHDADAP
CIMALAKA
SUKARAPIH
CONGGEANG WETAN
SERANG
SITURAJA
JATISARI
CIMUJA
SUKAGALIH
TALUN
MANGUNARGACINTAMULYA
SUKARATU
MARGALUYU
MEKARGALIH
JATIMUKTI
CONGGEANG KULON
JATIBUNGUR
TANJUNGSARI
DARMARAJA
REGOL WETAN
WADUK JATIGEDE
810000
810000
820000
820000
830000
830000
840000
840000
850000
8500009220
000
9220
000
9230
000
9230
000
9240
000
9240
000
9250
000
9250
000
9260
000
9260
000
9270
000
9270
000
PETA RAWAN BENCANA BANJIRKABUPATEN SUMEDANG
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
SKALA 1:190.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LEGENDA :Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :
Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
Area Rawan Banjir :
TinggiSedangRendah
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI DAERAHBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
S U M E D A N GS U M E D A N G
S U B A N GS U B A N G
M A J A L E N G K AM A J A L E N G K A
B A N D U N GB A N D U N GG A R U TG A R U T
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
K O T A B A N D U N GK O T A B A N D U N G
T A S I K M A L A Y AT A S I K M A L A Y A
B A N D U N G B A R A TB A N D U N G B A R A T
Kec. Buahdua
Kec. Tomo
Kec. Jatigede
Kec. Conggeang
Kec. Surian
Kec. Wado
Kec. Cisitu
Kec. Ujungjaya
Kec. Sukasari
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Situraja
Kec. Cibugel
Kec. Jatinunggal
Kec. Tanjungmedan
Kec. Pamulihan
Kec. Cimalaka
Kec. Ranca Kalong
Kec. Paseh
Kec. Darmaraja
Kec. Cimanggung
Kec. Ganeas
Kec. Jatinangor
Kec. Cisarua
Kec. Tanjung Kerta
Kec. Sumedang Utara
Kec. Tanjungsari
SURIAN
GENDEREH
CIBULUH
CITENGAH
UNGKAL
KADU
KAMAL
TANJUNG
BUGEL
TOMO
JINGKANG
JEMAH
GENTENG
CIBUBUAN
CIMARGA
SUKAJAYA
CIJAMBU
CIPICUNG
CIPELES
JAMBU
CIMANINTIN
KAREDOK
CIMUNGKAL
UJUNGJAYA
SUKAJADI
CIPEUTEUY
CIPELANG
PAJAGAN
CIBUNAR
CINTAJAYA
CIPASANG
SUKARJAYA
CISAMPIH
LICIN
SUKAMANAH
KARYAMUKTI
KARANGLAYUNG
CILOPANG
BOROS
CIBUGEL
CIBITUNG
BABAKANASEM
WANASARI
GANJARESIK
SARIMEKAR
PADAASIH
BANGBAYANG
PALABUAN
SINDULANG
CACABAN
PADANAAN
CIRANGGEM
SUKARAJA
KADAKAJAYA
CIPEUNDEUY
CILENGKRANG
CIJERUK
MEKARASIH
BANYURESMI
PASANGGRAHAN
BUANAMEKAR
PADASARI
CIMARIAS
WARGALUYU
KIRISIK
KERTAMUKTI
JAYAMEKAR
MARONGGE
CIHERANG
PAKUALAM
CILEMBU
CIKURUBUK
PANADEGAN
CIGENDEL
CITALEUS
DARMAWANGI
GUNASARI
NEGLASARI
SUKAHAJI
CIPAKU
LINGGAJAYA
WADO
CIMANGGUNG
CISITU
CICARIMANAH
LEBAKSIUH
SITU
PASIRBIRU
TOLENGAS
AMBIT
TAMANSARI
CIJEUNGJING
WANAJAYA
CILELES
CIBOGO
CINANGSI
CIKARAMAS
BANJARSARI
TANJUNGMULYA
CILANGKAP
NARIMBANG
KADUWULUNG
JEMBARWANGI
KARANGBUNGUR
HARIANG
CIBUNGUR
SUKAWANGI
RAHARJA
CIJATI
SUKAKERSA
CITIMUN
RANCAKALONG
SINDANGSARI
CIPAMEKAR
MEKARBAKTI
SINDANGGALIH
BONGKOK
NAGARAWANGI
NALUK
SUKAMULYA
SUKAPURA
SUKATALI
GIRIMUKTI
TEGALMANGGUNG
BUAHDUA
GUNTURMEKAR
SUKAMUKTI
KUDANGWANGI
CIGINTUNG
KADUJAYA
SUKAMANTRI
CINANJUNG
PAMEKARAN
CIJAMBE
SUKATANI
TARIKOLOT
WANAKERTA
NAGRAK
CIUYAH
TANJUNGMEKAR
CIKONENG
KEBONCAU
CISURAT
CITALI
GANEAS
PADAJAYA
RANJENG
SEKARWANGI
CIKAREO SELATAN
TANJUNGWANGI
BANYUASIH
SUKAMAJUMALAKA
PASIREUNGIT
SUKASIRNARASA
CIKAHURIPAN
KOTAKULON
JATIHURIP
JATIROKE
HEGARMANAH
PASEH KALER
CIEUNTEUNG
CISALAK
CISEPUR
CIKEUSI
TRUNAMANGGALA
KARANGPAKUAN
RANCAMULYA
CIGENTUR
CIPANDANWANGI
CIPACING
JATIMEKAR
MULYAMEKAR
HAURKUNING
MULYASARI
LEGOK KIDUL
CIPTASARI
SUKAMENAK
BANTARMARA
MARGAMEKAR
BOJONGLOA
CINANGGERANG
SUNDAMEKARCIKONDANG
CIPANAS
PAMEKARSARI
PAMULIHAN
CIBEUSI
CIBEUREUM KULON
CIPANCAR
MULYAJAYA
SUKALUYU
CIJELER
CIPAMEUNGPEUK
MEKARMUKTI
PALASARI
CIBEUREUM WETAN
MEKARJAYA CISARUA
SIRNAMULYA
BAGINDA
SUKASARI
SIRNASARI
PANYINDANGAN
TANJUNGHURIP
SUKAWENING
PAWENANG
NYALINDUNG
MARGAMUKTI
SINDANGPAKUAN
SITURAJA UTARA
DAYEUHLUHUR
PASIGARAN
TARUNAJAYA
CILAYUNG
LEGOK KALER
SAYANG
KEBONKALAPA
JATIMULYA
GALUDRA
CIKADU
CIKERUH
CIKOLE
CIMARA
SITUMEKAR
MEKARSARI
CIBEUREUNYEUH
MANDALAHERANG
PADASUKA
GUDANG
GUNUNGMANIKMARGAJAYA
PASEH KIDUL
MEKARMULYA
SUKADANA
LEUWIHIDEUNG
KEBONJATI
KOTAKALER
KERTAMEKAR
KARANGHEULEUT
CIHANJUANG
KUTAMANDIRI
NANGGERANG
KERTAHARJA
CIKAREO UTARA
HAURGOMBONG
DARMAJAYA
SAWAHDADAP
CIMALAKA
SUKARAPIH
CONGGEANG WETAN
SERANG
SITURAJA
JATISARI
CIMUJA
SUKAGALIH
TALUN
MANGUNARGACINTAMULYA
SUKARATU
MARGALUYU
MEKARGALIH
JATIMUKTI
CONGGEANG KULON
JATIBUNGUR
TANJUNGSARI
DARMARAJA
REGOL WETAN
WADUK JATIGEDE
810000
810000
820000
820000
830000
830000
840000
840000
850000
8500009220
000
9220
000
9230
000
9230
000
9240
000
9240
000
9250
000
9250
000
9260
000
9260
000
9270
000
9270
000
PETA RAWAN BENCANA PUTING BELIUNGKABUPATEN SUMEDANG
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
SKALA 1:190.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LEGENDA :Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :
Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
Penggunaan Lahan :
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI DAERAHBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Rawan Puting Beliung
S U M E D A N GS U M E D A N G
S U B A N GS U B A N G
M A J A L E N G K AM A J A L E N G K A
B A N D U N GB A N D U N GG A R U TG A R U T
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
K O T A B A N D U N GK O T A B A N D U N G
T A S I K M A L A Y AT A S I K M A L A Y A
B A N D U N G B A R A TB A N D U N G B A R A T
Kec. Buahdua
Kec. Tomo
Kec. Jatigede
Kec. Conggeang
Kec. Surian
Kec. Wado
Kec. Cisitu
Kec. Ujungjaya
Kec. Sukasari
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Situraja
Kec. Cibugel
Kec. Jatinunggal
Kec. Tanjungmedan
Kec. Pamulihan
Kec. Cimalaka
Kec. Ranca Kalong
Kec. Paseh
Kec. Darmaraja
Kec. Cimanggung
Kec. Ganeas
Kec. Jatinangor
Kec. Cisarua
Kec. Tanjung Kerta
Kec. Sumedang Utara
Kec. Tanjungsari
SURIAN
GENDEREH
CIBULUH
CITENGAH
UNGKAL
KADU
KAMAL
TANJUNG
BUGEL
TOMO
JINGKANG
JEMAH
GENTENG
CIBUBUAN
CIMARGA
SUKAJAYA
CIJAMBU
CIPICUNG
CIPELES
JAMBU
CIMANINTIN
KAREDOK
CIMUNGKAL
UJUNGJAYA
SUKAJADI
CIPEUTEUY
CIPELANG
PAJAGAN
CIBUNAR
CINTAJAYA
CIPASANG
SUKARJAYA
CISAMPIH
LICIN
SUKAMANAH
KARYAMUKTI
KARANGLAYUNG
CILOPANG
BOROS
CIBUGEL
CIBITUNG
BABAKANASEM
WANASARI
GANJARESIK
SARIMEKAR
PADAASIH
BANGBAYANG
PALABUAN
SINDULANG
CACABAN
PADANAAN
CIRANGGEM
SUKARAJA
KADAKAJAYA
CIPEUNDEUY
CILENGKRANG
CIJERUK
MEKARASIH
BANYURESMI
PASANGGRAHAN
BUANAMEKAR
PADASARI
CIMARIAS
WARGALUYU
KIRISIK
KERTAMUKTI
JAYAMEKAR
MARONGGE
CIHERANG
PAKUALAM
CILEMBU
CIKURUBUK
PANADEGAN
CIGENDEL
CITALEUS
DARMAWANGI
GUNASARI
NEGLASARI
SUKAHAJI
CIPAKU
LINGGAJAYA
WADO
CIMANGGUNG
CISITU
CICARIMANAH
LEBAKSIUH
SITU
PASIRBIRU
TOLENGAS
AMBIT
TAMANSARI
CIJEUNGJING
WANAJAYA
CILELES
CIBOGO
CINANGSI
CIKARAMAS
BANJARSARI
TANJUNGMULYA
CILANGKAP
NARIMBANG
KADUWULUNG
JEMBARWANGI
KARANGBUNGUR
HARIANG
CIBUNGUR
SUKAWANGI
RAHARJA
CIJATI
SUKAKERSA
CITIMUN
RANCAKALONG
SINDANGSARI
CIPAMEKAR
MEKARBAKTI
SINDANGGALIH
BONGKOK
NAGARAWANGI
NALUK
SUKAMULYA
SUKAPURA
SUKATALI
GIRIMUKTI
TEGALMANGGUNG
BUAHDUA
GUNTURMEKAR
SUKAMUKTI
KUDANGWANGI
CIGINTUNG
KADUJAYA
SUKAMANTRI
CINANJUNG
PAMEKARAN
CIJAMBE
SUKATANI
TARIKOLOT
WANAKERTA
NAGRAK
CIUYAH
TANJUNGMEKAR
CIKONENG
KEBONCAU
CISURAT
CITALI
GANEAS
PADAJAYA
RANJENG
SEKARWANGI
CIKAREO SELATAN
TANJUNGWANGI
BANYUASIH
SUKAMAJUMALAKA
PASIREUNGIT
SUKASIRNARASA
CIKAHURIPAN
KOTAKULON
JATIHURIP
JATIROKE
HEGARMANAH
PASEH KALER
CIEUNTEUNG
CISALAK
CISEPUR
CIKEUSI
TRUNAMANGGALA
KARANGPAKUAN
CILAYUNG
RANCAMULYA
CIGENTUR
CIPANDANWANGI
CIPACING
JATIMEKAR
MULYAMEKAR
HAURKUNING
MULYASARI
LEGOK KIDUL
CIPTASARI
SUKAMENAK
BANTARMARA
MARGAMEKAR
BOJONGLOA
CINANGGERANG
SUNDAMEKARCIKONDANG
CIPANAS
PAMEKARSARI
PAMULIHAN
CIBEUSI
CIBEUREUM KULON
CIPANCAR
MULYAJAYA
SUKALUYU
CIJELER
CIPAMEUNGPEUK
MEKARMUKTI
PALASARI
CIBEUREUM WETAN
MEKARJAYA CISARUA
SIRNAMULYA
BAGINDA
SUKASARI
SIRNASARI
PANYINDANGAN
TANJUNGHURIP
SUKAWENING
PAWENANG
NYALINDUNG
MARGAMUKTI
SINDANGPAKUAN
SITURAJA UTARA
DAYEUHLUHUR
PASIGARAN
TARUNAJAYA
LEGOK KALER
SAYANG
KEBONKALAPA
JATIMULYA
GALUDRA
CIKADU
CIKERUH
CIKOLE
CIMARA
SITUMEKAR
MEKARSARI
CIBEUREUNYEUH
MANDALAHERANG
PADASUKA
GUDANG
GUNUNGMANIKMARGAJAYA
PASEH KIDUL
MEKARMULYA
SUKADANA
LEUWIHIDEUNG
KEBONJATI
KOTAKALER
KERTAMEKAR
KARANGHEULEUT
CIHANJUANG
KUTAMANDIRI
NANGGERANG
KERTAHARJA
CIKAREO UTARA
HAURGOMBONG
DARMAJAYA
SAWAHDADAP
CIMALAKA
SUKARAPIH
CONGGEANG WETAN
SERANG
SITURAJA
JATISARI
CIMUJA
SUKAGALIH
TALUN
MANGUNARGACINTAMULYA
SUKARATU
MARGALUYU
MEKARGALIH
JATIMUKTI
CONGGEANG KULON
JATIBUNGUR
TANJUNGSARI
DARMARAJA
REGOL WETAN
WADUK JATIGEDE
810000
810000
820000
820000
830000
830000
840000
840000
850000
8500009220
000
9220
000
9230
000
9230
000
9240
000
9240
000
9250
000
9250
000
9260
000
9260
000
9270
000
9270
000
PETA RAWAN BENCANA LONGSORKABUPATEN SUMEDANG
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
SKALA 1:190.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LEGENDA :Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :
Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
Area Rawan Gerakan Tanah :
Area Longsor TinggiArea Longsor MenengahArea Longsor RendahArea Longsor Sangat Rendah
PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA AKSI DAERAHBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
No. Jenis BencanaUraian Singkat BencanaWaktu Kejadian
(Bulan dan Tahun)
Jumlah
korban
jiwa
Perkiraan
Kerugian harta
benda (RP)
Kerusakan
prasarana
dan sarana
Cakupan
luas
wilayah
yang
terkena
bencana
Dampak
sosial
ekonomi yang
ditimbulkan.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1BENCANA
NON ALAM
Satu kandang ayam
yang berukuran
12x6 m terbakar.
02 Januari 2019 NIHIL Rp 6,000,000
Satu
kandang
ayam
terbakar
72 M²
tidak dapat
berjualan dan
berternak
2BENCANA
NON ALAM
telah terjadi
kebakaran toko
sayuran yang
berukuran 12x6 m 03 Januari 2019 NIHIL Rp 72,000,000 toko sayuran
terbakar 72 M²
Tidak dapat
berjualan
sementara
waktu
dikarena toko
tempat
berjualan
terbakar
3BENCANA
NON ALAM
1 unit warung
sayuran ukuran 12 x
9 m a.n Bpk Igud
rohmana (65 thn), 03 Januari 2019 NIHIL Rp 72,000,000
Terbakarnya
warung
sanyuran
108 M²
Tidak dapat
berjualan
sementara
waktu
dikarena
warung
tempat
berjualan
4BENCANA
NON ALAM
1 Unit rumah milik
a.n Bp Suhendi 48
thn 6 x 6 m. Dan 1
rumah terancam.
03 Januari 2019 NIHIL 90,000,000Rp - 36M²
tidak dapat di
tempati
karena
terbakar
LAPORAN KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
KABUPATEN SUMEDANG
5BENCANA
ALAM
Mengakibatkan 2
rumah roboh di
bagian belakang
akibat dari tertibun
material longsor.
Pemilik rumah atas
nama Bapak nono
(1 kk 2 Jiwa) dan
Bapak uat.
05 Januari 2019 NIHIL Rp 50,000,000 2 unit rumah -
tidak dapat di
pakai bagian
dapur karena
tertimbun
longsor
6BENCANA
NON ALAM
1 unit kamr mandi
roboh dan sumur
amblas a.n Bapak
Ono (45) thn.
05 Januari 2019 NIHIL 15,000,000Rp 1 unit kamar
mandi-
tidak dapat di
pergunakan
untuk MCK
7BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah
pemanen a.n Bapak
Jajang Kostaman
(57) thn hangus
terbakar beserta
isinya.
07 Januari 2019 NIHIL 120,000,000Rp 1 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
terbakar
8BENCNA
ALAM
telah terjadi bencana
Angin
putingbeliung yang
mengakibatkan 7
Atap Rumah
berserakan dan
kandang ternak
tertimpa pohon
tumbang . Kejadian
tersebut diakibatkan
dari adanya hujan
yang cukup deras
disertai angin.
11 Januari 2019 NIHIL Rp 14,000,000
7 unit rumah
dan 1
kandang
ternak
-
tidak bisa di
tempati
dikarenakan
atap
bertebangan
dan kandang
terdak bisa di
pakai lagi di
karenakan
tertimpa
pohon
9BENCANA
ALAM
Banjir
Mengakibatkan
meluapnnya saluran
irigasi berdampak
pada terhambatnya
lalulintas kecamatan
Situraja.
11 Januari 2019 NIHIL -
akses jalan
terhambat
roda 2
ataupun roda
4
-
terhambatnya
jalan situraja -
wado
10BENCANA
ALAM
1 Unit rumah milik
a.n Bp Mamat
Sutisna 63 thn. Dan
1 rumah terancam.
12 Januari 2019 NIHIL 30,000,000Rp 2 unit rumah - 2 unit tidak
dapat di huni
11BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibat
terputusnya akses
jalan gang menuju 4
rumah warga dan
mengancam 1
rumah, panjang
longsoran sekitar 15
meter, lebar 1 meter,
Tinggi 3 meter.
Penyebab kejadian
curah hujan dengan
intensitas tinggi
mengakibatkan
saluran irigasi
meluap
12 Januari 2019 NIHIL Rp 15,000,000
akses jalan
gang terputus
dan 1 unit
rumah
terancam
-
tidak dapat
bisa
beraktivitas
biasa dan 1
unit rumah
tidak dapat
dihuni di
karenakan
terancam
12BENCANA
ALAM
Banjir di akibatkan
oleh curah hujan
dengan intensitas
tinggi
mengakibatkan air
naik ke rumah
warga setinggi mata
kaki.
12 Januari 2019 NIHIL Rp 30,000,000
rumah warga
tergenang
dan seisi
rumah
-
tidak dapat
beraktifitas
biasa di
karekan
tergenang
oleh air
13BENCANA
ALAM
Pohon tumbang di
sebabkan oleh curah
hujan dengan
intensitas tinggi
disertai angin
kencang sehingga
mengakibatkan 3
ruangan UKM (Unit
Kegiatan
Mahasiswa) Rusak
ringan pada bagian
atap
12 Januari 2019 NIHIL Rp 30,000,000
3 ruangan
UKM( Unit
kegiatan
mahasiswa)
-
tidak dapat di
tempati di
karenakan
atap rusak
14BENCANA
ALAM
Angin Putting
Beliung di sebabkan
oleh curah hujan
dengan intensitas
tinggi disertai angin
kencang sehingga
mengakibatkan 3
rumah Rusak
ringan.
12 Januari 2019 NIHIL Rp 72,000,000 3 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
atap rusak
15BENCANA
ALAM
Banjir yg
Mengakibatkan
pemukiman
penduduk terendam
banjir dgn
ketinggian air 50 cm
s/d 200 cm di
wilayah Jatinangor
meliputi 4
Desa,Cikeruh,Sayan
g, Mekar
galih,Hegarmanah
dan Cipacing Kec
Jatinangor. Adapun
Penyebab banjir di
karenakan luapan
sungai Cieruh yg
tdk dapat
menampung Curah
hujan yg tinggi
13 Januari 2019 NIHIL Rp 235,000,000 4 desa
tergenang-
tidak bisa
beraktivitas
biasa dan
warga
membersihka
n rumah
masing
masing
16BENCANA
ALAM
terjadi hujan yang
lebat dan lama,
sehingga terjadi
banjir setingggi 70
Cm mengenangi 4
rumah milik warga
dan lahan kebun
seluas 60 bt.
13 Januari 2019 NIHIL Rp 840,000,000 4 unit rumah
dan kebun-
rumah tidak
bisa di
tempati di
karenakan
tergenang dan
warga tidak
bisa bertani
17BENCANA
NON ALAM
Tempat pembakaran
sampah (TPS)
dengan luas area
terbakar ± 4 x 8 m².
31 Januari 2019 NIHIL Rp 4,500,000 1 unit TPS -
Rusak nya
TPS dan tidak
dapat
menyimpan
sampah
18BENCANA
ALAM
Akibat curah hujan
yang tinggi
mengakibatkan
terjadinnya longsor
Menimbun 1 rumah
warga dan
mengakibatkan satu
orang anak bernama
asti sempat
tertimbun longsoran
dan dapat
diselamatkan
13 Januari 2019 NIHIL Rp 50,000,000 1 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
trumah
tertimbun
19BENCANA
ALAM
curah hujan yang
tinggi
mengakibatkan
sawah, ladang dan
penampungan air
amblas.
01 Februari 2019 NIHIL Rp3,571,428,571
Sawah
Ladang dan
Penampunga
n air
-
tidak bisa
beraktivitas
biasa di
karenakan
tergenang
20BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran sebuah
toko milik dengan
ukuran toko 4 x 8
m² (Luas areal yang
terbakar 4x4 m². api
diperkirakan berasal
dari konsleting
listrik. 2 orang
mengalami luka
bakar dalam
peristiwa tersebut.
05 Februari 2019 NIHIL Rp 30,000,000 toko terbakar 16 M²
tidak bisa
berjualan di
karenakan
terbakar
21BENCANA
ALAM
3 unit rumah
tersambar petir a.n
Bapak Baun
Purnama, Bapak
Dayat, Ibui Cicih
07 Februari 2019 NIHIL Rp 4,000,000 3 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
rusak
22BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah
panggung a.n Bapak
Saepudin (37 Thn).
Tidak ada korban
jiwa.
03 Februari 2019 NIHIL Rp 50,000,000 1 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
terbakar
23BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibatkan 2
unit rumah
permanen a.n Bapak
Tomas dan Bapak
Roni rusak berat di
bagian dapur.
09 Februari 2019 NIHIL Rp 120,000,000 2 unit rumah -
tidak bisa di
pergunakan
beraktivitas
rumah tangga
di karenakan
bagian dapur
tertutup
longsor
24BENCANA
ALAM
Longsor menutup
jalan sepanjang 50
M tinggi 17 M,
tidak bisa dilalui
kendaraan roda 4
maupun roda 2.
09 Februari 2019 NIHIL - aksesjalan
tertutup-
tidak bisa di
laluli roda 4
dan roda 2 di
karenakan
tertutup
25BENCANA
ALAM
Banjir
Mengakibatkan
terendamnya areal
pertanian dan lokasi
pengrajin batu bata.
Luas Areal Sawah
Blok Caringin 3.5
Ha, Luas Areal
Sawah Blok
Walahar 5 Ha dan
Luas lokasi
Pengrajin Batu Bata
1 Ha.
09 Februari 2019 NIHIL Rp 188,000,000
Sawah,
Pertanian
dan
pengrajin
batu bata
-
tidak bisa
beraktivitas ke
sawah dan
pertanian di
karenakan
terendam air
26BENCANA
ALAM
Banjir
Mengakibatkan
pemukiman
penduduk terendam
air dengan
ketinggian air ± 30
Cm dan rumah yang
terendam air
sebanyak ± 50
Rumah. Dengan
luas areal yang
terendam ± 50- 100
M.
10 Februari 2019 NIHIL 50,000,000Rp 50 unit rumah -tidak bisa di
tempati
27BENCANA
ALAM
Bnajir
Mengakibatkan
pemukiman
penduduk yang
berada di 3 Desa
terendam air dengan
ketinggian air ± 50
Cm – 150 Cm.
10 Februari 2019 NIHIL Rp 26,500,000 3 desa -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
tegenang air
dan tidak bisa
beraktivitas
biasanya
28BENCANA
ALAM
Longsoran
menutupi sebagian
Bahu Jalan. Lebar
Longsoran ± 5M,
Tinggi ± 10M
10 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
terhalang-
terhambatnya
lalulintas di
karenakan
tertutup
longsor
29BENCANA
ALAM
Tebing yang longsor
dengan tinggi 7
Meter dan panjang
20 Meter, Menimpa
salah satu belakang
dapur warga.
10 Februari 2019 NIHIL 20,000,000Rp 1 unit rumah -
tidak bisa di
pergunakan
beraktivitas
rumah tangga
di karenakan
bagian dapur
tertutup
longsor
30BENCANA
ALAM
Longsoran
menutupi sebagian
jalur Jalan. Tinggi
tebing yang longsor
± 7 M.
10 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
tidak bisa di
laluli roda 4
dan roda 2 di
karenakan
tertutup
longsor
31BENCANA
ALAM
Robohnya TPT
(Tebing Penahan
Tanah) dengan
panjang 25 m tinggi
8 m, dan
mengancam 1 unit
bangunan pabrik.
10 Februari 2019 NIHIL - TPT dan 1
unit rumah-
tpt tidak bisa
di pergunakan
kembali dan
rumah tidak
bisa ditempati
di karenakan
terancam
32BENCANA
ALAM
Luapan sungai
cihaur
mengakibatkan
sawah seluas 15 Ha
terendam.
11 Februari 2019 NIHIL 214,285,714Rp Sawah 15 Ha
tidak bisa
bertani dan
panen
33BENCANA
ALAM
Longsor
mengakibatkan
Terputusnya Akses
Jalan Penghubung
anatara Desa
Darmawangi dan
Desa Jembarwangi.
Untuk sementara
waktu jalur
alternatif ke jalan
Dusun Cirendang
kurang lebih 3 km.
11 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
terputus-
tidak bisa di
lalui di
karenakan
terputus dan
akses jalan
bisa ke jalan
alternatif
34BENCANA
ALAM
Longsor
nebgakibatkan
Terputusnya Akses
Jalan Penghubung
antar desa Ds.
Cipicung menuju
Ds. Lainya seperti
Ds. Cintajaya, Ds.
Lebaksiuh dan Ds.
Kadu jalan ini
merupakan jalan
utama bagi Aktifitas
masyarakat panjang
jembatan kurah
lebih 40 M. dan
untuk Jembatan
Gantung yang
menghubungkan
antar dusun cisaar
landeuh dengan
cihanyir landeuh
jalan ini merupakan
jalan dinas untuk
pendidikan SD
CIMUKTI, adapun
panjang jembatan
gantung kurang
11 Februari 2019 NIHIL Rp1,000,000,000 akses jalan
terputus-
tidak bisa di
lalui oleh
masyarakan di
karenakan
terputusnya
akses jalan
35BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibatkan TPT
(tebing Penahan
Tanah) SDN Bunter
longsor dan
menutup sebagian
bahu jalan.
11 Februari 2019 NIHIL -
TPT dan
akses jalan
sebagian
tertutup
-
tpt tidak bisa
di pergunakan
kembali dan
akses jalan
bunter
terhambat
36BENCANA
ALAM
Mengakibatkan TPT
(tebing Penahan
Tanah) ambruk
menimpa rumah.
Satu Rumah
mengalami rusak
berat.
11 Februari 2019 NIHIL Rp 67,500,000 TPT dan 1
unit rumah-
tidak dapat di
tempati di
karenakan
rumah
tertutup
longsoran
37BENCANA
ALAM
Mengakibatkan TPT
(tebing Penahan
Tanah) ambruk
setinggi ± 3 m
menimpa 2 unit
rumah mengalami
rusak sedang,
11 Februari 2019 NIHIL Rp 72,000,000 TPT dan 2
unit rumah-
tidak dapat di
tempati di
karenakan
rumah
tertutup
longsoran
38BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibatkan TPT
(tebing Penahan
Tanah) ambruk.
11 Februari 2019 NIHIL Rp 1,560,000 TPT Roboh -
TPt tidak bisa
digunkan
untuk
menahan
tanah
39BENCANA
NON ALAM
Terpelesetnya
saudara Wulandari
(33thn) sehingga
terseret arus sungai
cibuntu.
11 Februari 2019 1 - -
40BENCANA
ALAM
Pergerakan tanah
Mengakibatkan
terancamnya 1
mesjid dan 3 unit
rumah.
11 Februari 2019 NIHIL - 1 mesjid dan
3 rumah-
tidak layak
untuk di
pergunakan
beraktivitas
biasa di
karenakan ada
retakan
41BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibatkan TPT
(Tebing Penahan
Tanah) setinggi
±6m lebar ±5m
ambruk menimpa
4 rumah.
11 Februari 2019 NIHIL Rp 25,000,000 TPT roboh -
tidak bisa di
pakai untuk
menahan
tanah
42BENCANA
ALAM
Longsor
mengakibatkan
tebing setinggi 3 m
dan lebar 7 m
menimpa 1 benteng
rumah warga.
11 Februari 2019 NIHIL Rp 20,000,000
TPT roboh
dan benteng
rumah
-
tidak bisa di
pakai untuk
menahan
tanah dan
harus
memberbaiki
benteng.
43BENCANA
ALAM
Longsoran setinggi
±7m lebar ±10m
menimpa 3 rumah
dan mengancam 1
Rumah.
11 Februari 2019 NIHIL Rp 10,000,000 3 unit rumah -
tidak bisa di
tempati
dikarenakan
rumah
tertimpa
longsoran
44BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibatkan
badan jalan
sepanjang ± 5 m
longsor serta
mengancam 2
rumah.
10 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terganggunya
akses jalan
terhambat
45BENCANA
ALAM
Pohon tumbang
mengakibatkan
tertutupnya sebagian
ruas jalan raya
sehingga arus lalu
lintas sedikit
terhambat.
14 Februari 2019 NIHIL -
akses jalan
terhambat
roda 2
ataupun roda
4
-
terganggunya
akses jalan
terhambat
46BENCANA
ALAM
Longsor 1 unit
rumah belakang
rumah tertimbun
longsoran setinggi ±
5 m lebar ± 7 m dan
mengancam 12 unit
14 Februari 2019 NIHIL -
1 unit rumah
dan 12
rumah
-
tidak bisa di
tempatidi
karenakan
tertutup
lonsor dan
terancam
47BENCANA
ALAM
Longsor menimpa 1
unit rumah
tertimbun longsoran
setinggi ± 8 m lebar
± 5 m dan
mengancam 1 unit.
14 Februari 2019 NIHIL Rp 750,000 1 unit rumah -tidak bisa di
tempati
48BENCANA
ALAM
Longsoran setinggi
± 1m lebar ± 1m
nenutup sbagian
jalan di dusun
cibogo.
14 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terganggunya
aktivitas
warga
49BENCANA
ALAM
TPT doyong dengan
tinggi 7 m lebar 20
m. dan mengancam
rumah warga. 14 Februari 2019 NIHIL Rp 60,000,000 TPT roboh
dan 1 rumah-
TPT tidak
dapat
digunakan
untuk
menahan
tanah dan 1
unit rumah
tidak bisa di
50BENCANA
ALAM
Longsoran saluran
irigasi tinggi 3 m
dan panjang 6 m
menimpa
persawahan ± 280
m²
14 Februari 2019 NIHIL Rp 20,000,000 Sawah 280 M²
tidak bisa
beraktivitas
bias di
karenakan
tertimpa
longsor
51BENCANA
ALAM
tebing longsoran
tinggi 3 m panjang
20 m menimpa
rumah warga di
bagian belakang
rumah.
14 Februari 2019 NIHIL - 1 unit rumah -
tidak bisa di
gunakan
aktivitas biasa
52BENCANA
ALAM
longsoran Tebing
longsor
mengakibatkan 5
rumah terancam
14 Februari 2019 NIHIL Rp 30,000,000 5 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
terancam
53BENCANA
ALAM
Longsor
mengakibatkan
halaman pinggir
dapur terbawa
longsor dan
hilangnya sebagian
tanah karena
terbawa longsoran
14 Februari 2019 NIHIL Rp 40,000,000 bagian dapur
roboh-
tidak bisa di
pakai terttutup
longsor
54BENCANA
NON ALAM
Korban Diduga
terpeleset saat akan
memasang jaring di
bendungan jatigede.
15 Februari 2019 NIHIL - -
55BENCANA
ALAM
Longsor
menyebabkan 2
Unit rumah Rusak
sedang
17 Februari 2019 NIHIL Rp 50,000,000 2 unit rumah -
tidak bisa di
tempatidi
karenakan
tertutup
longsor
56BENCANA
ALAM
Longsoran setinggi
± 3m lebar ± 13m
mengancam 2
rumah dibibir
sungai cimanuk .
18 Februari 2019 NIHIL - 2 unit rumah -tidak dapat di
huni
57BENCANA
ALAM
1 Rumah Bagian
dapur tertimpa
Longsoran tanah
namun Tidak
menyebkan
kerusakan
18 Februari 2019 NIHIL - 1 unit rumah -terganggunya
ativitas biasa
58BENCANA
ALAM
Longsor
Mengancam 1
Rumah
19 Februari 2019 NIHIL - 1 unit rumah -terganggunya
ativitas biasa
59BENCANA
ALAM
Banjir
Menyebabkan 9
unit rumah
terendam
dengan TMA 20
– 50 Cm di RT
04 RW 01, dan
11 unit rumah
terendam
dengan TMA 20
– 50 Cm di RT
03 RW 01.
21 Februari 2019 NIHIL - 9 unit rumah -terganggunya
ativitas biasa
60BENCANA
ALAM
Menyebabkan 2
unit rumah
terancam
longsoran 20
meter dan lebar
5 meter di atas
sungai yang
bermuara ke
sungai cipeles.
21 Februari 2019 NIHIL - 2 unit rumah -tidak dapat di
huni
61BENCANA
ALAM
Longsoran
Menyebabkan
tertutupnya jalan
desa menuju Dusun
sabagi 1 dan jalan
tidak bisa dilewati
oleh kendaraan roda
4
21 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terhambat
aktivitas
warga
62BENCANA
ALAM
Mengakibatkan 1
unit rumah rusak
berat
23 Februari 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
63BENCANA
ALAM
Angin Putting
Beliung
Mengakibatkan 23
Rumah Rusak
Ringan dan Rusak
Sedang dengan
Taksiran Kerugian ±
Rp. 50.000.000,-
23 Februari 2019 NIHIL Rp 50,000,000 23 rumah -tidaak bisa di
huni
64BENCANA
ALAM
Longsor sepanjang
± 6.5 m tinggi ± 5 m
lebar ± 2 m
mengancam 1
rumah.
23 Februari 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
65BENCANA
ALAM
Longsor
Mengakibatkan
akses jalan
pemukiman
penduduk sementara
terputus
25 Februari 2019 NIHIL - akses jalan
terputus-
terganggunya
aktivitas
warga
66BENCANA
ALAM
Rumpun Pohon
bambu tumbang
yang mengakibatkan
menutup sebagian
jalan dan membuat
jalur utama
Kab.Sumedang dan
Kab.Bandung
menjadi satu arah
(buka tutup jalur).
01 Maret 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terhambat nya
dan
terganggunya
aktivitas
warga
67BENCANA
ALAM
Mengakibatkan
longsor bagian
depan rumah Bapak
Asep Topan (38) 1
KK 3 Jiwa
sepanjang ± 10 m
Lebar ± 4 m Tinggi
±8 m longsor serta
menimpa 2 rumah
bagian belakang
atas nama Ibu Omah
(52 tahun) 1 KK 3
Jiwa Ibu Anoh (65
tahun) 1 KK 1 Jiwa
02 Maret 2019 NIHIL Rp 10,000,000 3 unit rumah -
terganggunya
aktivitas
warga dan
tidak bisa di
huni
68 MUSIBAH
3 Orang laki-laki
meningal dunia,
Adapun identitas
korban sebagai
berikut:
- Sdr. Ferdi
Firmansyah, TTL :
Indramayu 11-03-
2006, Pekerjaan
Pelajar, Alamat
Blok Kuang BTM
Rt. 17/03 Ds. Tugu
Kidul Kec. Sliyeg
Kab. Indramayu.
- Sdr. Lucky
Parikesit, TTL :
Indramayu 28-02-
2006, Pekerjaan
Belum Bekerja,
Alamat Blok Kuang
BTM Rt. 16/03 Ds.
Tugu Kidul Kec.
Sliyeg Kab.
Indramayu.
- Sdr. Agip Trisakti,
03 Maret 2019 3 - -
69BENCANA
ALAM
Banjir
Mengakibtkan 5
unit rumah
terendam dengan
TMA 20 cm
04 Maret 2019 NIHIL 5 unit rumah -
terganggunya
aktivitas
warga
70BENCANA
ALAM
Banjir
mengakibarkan 14
unit rumah
terendam dengan
TMA 40 cm.
04 Maret 2019 NIHIL - 14 unit
rumah-
terganggunya
aktivitas
warga
71BENCANA
ALAM
Pagar pembatas
aliran sungai (bibir
sungai) terkikis oleh
derasnya aliran air
sungai cipeles
panjang longsoran
20 M dan lebar
kurang lebih 3 m.
04 Maret 2019 NIHIL - jembatan
terputus-
terganggunya
aktivitas
warga
72BENCANA
NON ALAM
1 unit Masjid /
Madrasah KHOIRUL
USROH hancurnya
kubah berserta
bangunan atap, kaca
yang cukup parah
sehingga
mengakibatkan
terhentinya aktivitas
para santri dan
santriwati
04 Maret 2019 NIHIL - 1 unit mesjid -terganggunya
aktivitas santri
73BENCANA
NON ALAM
1 Unit rumah
terbakar habis
beserta isinya.
04 Maret 2019 NIHIL Rp 35,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
74BENCANA
ALAM
Pemukiman
penduduk yang
terkena bajir di
Desa Cikeruh : RT
03 RW 07 : 2 KK
RT 04 RW 09 : 1
KK
RT 01 RW 10 : 4
KK
RT 02 RW 10 : 2
KK
06 Maret 2019 NIHIL - 4 RW
terendam-
terganggu nya
aktivitas
warga
75BENCANA
ALAM
Pemukiman
penduduk yang
terkena bajir di
Desa Cipacing : RT
01 RW 13 : 15 KK
RT 042 RW 13 : 13
KK
RT 03 RW 13 : 20
KK
RT 01 RW 18 : 12
KK
06 Maret 2019 NIHIL - 4 RW
terendam-
terganggu nya
aktivitas
warga
76BENCANA
ALAM
Jalan yang
menghubungkan
Desa Cimaninitin
dengan Desa
Cipendeuy Kec.
Jatinunggal untuk
sementara sebagian
badan jalan tertutup
oleh material
longsoran hanya
kendaraan roda 2
yang bisa melewati
jalan tersebut.
Adapun panjang
longsoran ± 10 m
dan tinggi longsoran
± 15 m.
06 Maret 2019 NIHIL - akses jalan
terputus-
terganggunya
aktivitas
warga
77BENCANA
ALAM
Mengakibatkan
ambruknya TPT
dengan panjang 18
m dan tinggi 6 m,
robohnya tembok
dapur rumah warga
berserta pagar
rumah, dan
longsoran tersebut
menutupi ruas jalan
desa sehingga tidak
bisa dilalui
kendaraan. Dari
kejadian tersebut
mengakibatkan 3
Unit Rumah
terancam longsor.
06 Maret 2019 NIHIL Rp 60,000,000 TPT, Rumah
dan jalan-
terganggunya
aktivitas
warga
78BENCANA
ALAM
Sebagian badan
jalan raya
Sumedang –
Bandung tertutup
pohon tumbang.
06 Maret 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terhambatnya
aktivitas
warga dan
lalu lintas
terhambat
79BENCANA
ALAM
Mengakibatkan
ambruknya TPT
dengan panjang
±15 m dan tinggi ±
6 m, menimpa
Masjid Nurul
Hikmah dan Dapur
rumah Warga.
07 Maret 2019 NIHIL 25,000,000Rp 1 unit mesjid -
terganggunya
aktivitas
warga
80 MUSIBAH
Saat korban a.n
Bapak Atang (55
Tahun, Meninggal
Dunia) menimba air
sumur di perkirakan
korban terpeleset.
Kedalaman Sumur ±
6 m riwayat
penyakit
keterbelakangan
mental.
10 Maret 2019 1 - -
81BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran 7
(Tujuh) Unit Rumah
dengan rincian 5
unit rumah
permanen habis
terbakar dan 2 unit
rumah semi
permanen sebagian
terbakar.
15 Maret 2019 NIHIL Rp 300,000,000
7 unit rumah
dan 1
kandang
ternak
-
tidak bisa di
tempati di
karenakan
terbakar
82BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran bangunan
pabrik penggilingan
padi seluas 10x14
m2 habis terbakar
16 Maret 2019 NIHIL - penggilingan
padi-
tidak bisa di
pakai di
karenakan
hangus
terbakar
83BENCANA
NON ALAM
korban bernama
bapak oman
tersambar petir di
blok pesawahan
mariuk, korban
meninggal
21 Maret 2019 NIHIL - -
84BENCANA
ALAM
Dikarenakan hujan
dengan intensitas
tinggi sehingga
debit air besar
sehiungga
mengakibatkan
tanggul penahan
aliran sunagi jebol.
Mengakibatkan 6
bangunan dan
sawah tergenang
22 Maret 2019 NIHIL - 6 unit rumah
dan sawah-
terganggunya
aktivitas
warga
85BENCANA
ALAM
akibat angin puting
beliung yang terjadi
setekah hujan
ringan
mengakibatkan
beberapa rumah
warga yang
notabenenya
menggunakan
askses mengalami
rusak ringan
22 Maret 2019 NIHIL Rp 27,000,000 rumah -tidak bisa di
tempati
86BENCANA
ALAM
curah hujan dengan
intensitas tinggi
disertai dengan
angin kencang yang
mengakibatkan
puluhan pohon
tumbang dan
beberapa unit rumah
rusak ringan dan
sedang setra
kandang termnak
milik warga
tertimpa pohon
25 Maret 2019 NIHIL - Rumah rusak -tidak bisa di
huni
88BENCANA
ALAM
dikarenakan hujan
dengan intensitas
sedang yang
berlangsung lama
sehingga
mengakibatkan
banjir yang
menggenangi 31
rumah dan area
pesawahan .
27 Maret 2019 NIHIL - 13 rumah
dan sawah-
terganggunya
aktivitas
warga
89BENCANA
ALAM
Hujan dengan
intensitas sedang
yang mengakibatkan
meluapnya sungai
cikahuripan yang
menyebabkan 18
rumah terendam air
setinggi 40-60cm
27 Maret 2019 NIHIL - 18 rumah -
terganggunya
aktivitas
warga
90BENCANA
ALAM
Hujan dengan
intensitas sedang
yang mengakibatkan
meluapnya sungai
cihaur yang
menyebabkan
sawah siap panen
dan terputusnya
akses jalan desa.
27 Maret 2019 NIHIL -
sawah dan
akses jalan
tertutup
-
terganggunya
aktivitas
warga
91BENCANA
ALAM
Hujan dengan
intensitas sedang
yang mengakibatkan
meluapnya sungai
cihaur cilutung dan
cimanuk
menyebabkan 13
rumah dan 1
sekolah terendam
banjir dengan
ketinggian 40-100
cm
27 Maret 2019 NIHIL -
13 rumah
dan 1
sekolah
-
terganggunya
aktivitas
warga dan
murid
92BENCANA
ALAM
akiba hujan dengan
intensitas sedang
dan berlangsung
lama yang
mengakibatkan
longsor sepanjang
6m lebar 5m
menimpa bagian
belakang rumah
29 Maret 2019 NIHIL - 1 unit rumah -
tidak bisa di
gunakan
beraktivitaas
biasanya
93BENCANA
ALAM
Akibat hujan Deras
yang berlangsung
lama mengakibatkan
tebing setinggi
7meter lebar 5 meter
panjang 10 meter
menutup aliran
irigasi jalan gang
dan kolam ikan
milik bapak
29 Maret 2019 NIHIL -
akses jalan
tertutup dan
saluran
irigasi
-
terganggunya
aktivitas
warga
94BENCANA
ALAM
akibat hujan dengan
intensitas sedang
dan berlangsung
lama yang
mengakibatkan
bagian toilet dan
dapur milik warga
longsor
30 Maret 2019 NIHIL - 2 unit rumah -
terganggunya
MCK dan
aktivitas
rumah tangga
95BENCANA
ALAM
akiba hujan dengan
intensitas sedang
dan berlangsung
lama yang
mengakibatkan Tpt
longsor,
mengancam 3
rumah di bagian
samping dan bawah
30 Maret 2019 NIHIL - 3 unit rumah -
tidak bisa di
tempati di
karenakan
terancam
96BENCANA
ALAM
curah hujan yang
tinggi yang
mengakibatkan TPT
roboh yang
menimpa sebagian
rumah sehingga
menyebabkan
dinding kamar jebol
dengan ukuran
3x1,5m
30 Maret 2019 NIHIL Rp 50,000,000 1 unit rumah -
terganggunya
aktivitas
warga
97BENCANA
ALAM
Mengakibatkan
longsor setinggi 7 m
panjang 10 m Lebar
3 m yang menutupi
saluran irigasi, jalan
gang dan kolam
ikan.
01 April 2019 NIHIL Rp 5,000,000
akses jalan
dan kolam
ikan
-
teragnggunya
aktivitas
warga dan
gagaln panen
ikan
98BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
yang mengakibatkan
1 Unit rumah
terbakar ( Rusak
Sedang)
02 April 2019 NIHIL Rp 250,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
99BENCANA
ALAM
Longsor setinggi 8m
lebar 2m menimpa
bagian belakang
rumah dan
mengakibatkan
tembok kamar
ambruk.
Kemiringan tebing -
+ 90°
03 April 2019 NIHIL Rp 5,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
tempati
100BENCANA
ALAM
Akibat hujan
dengan intesitas
tinggi yang
menyebabkan TPT
SD N Genteng jebol
yang menimpa 2
rumah bagian
belakanh.
04 April 2019 NIHIL - 2 unit rumah -tidak bisa
ditempati
101BENCANA
ALAM
Mengakibatkan 1
unit rumah rusak
ringan tertimpa
longsoran, dan
mengancam 2 unit
rumah
06 April 2019 NIHIL - 3 unit rumah -
tidak bisa di
tempati
dikarenakan
terancam
102BENCANA
ALAM
Tebing setinggi 10
meter longsor dan
meninpa SMP Plus
Jatinunggal.
06 April 2019 NIHIL - 1 unit SMP -terganggunya
aktivitas siswa
103BENCANA
ALAM
Mengakibatkan 1
unit rumah tertimpa
longsoran
mengalami rusak
sedang
06 April 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
104BENCANA
ALAM
Mengakibatkan TPT
setinggi 4 m dan
panjang 8 m longsor
dan mengancam
satu rumah dan
sekolah TK serta
menutupi sebagian
jalan penghubuyng
cacaban-ungkal.
07 April 2019 NIHIL -
1 unit rumah,
TK dan
akses jalan
terputus
-
terganggunya
aktivitas
warga
105BENCANA
ALAM
Telah terjadi
longsor jalan jalur
Cimanintin –
Cipendeuy dengan
lebar 10 m dan
tinggi 7 m,
08 April 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terganggunya
aktivitas
warga
106BENCANA
ALAM
Telah terjadi
longsor
mengakibatkan 11
rumah terancam
08 April 2019 NIHIL - 11 rumah -
tidak bisa di
tempati
dikarenakan
terancam
108BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi Pohon
tumbang yang
diakibatkan
penebangan oleh
pihak TAHURA
yang mengakibatkan
menimpa rumah
penduduk a. n H.
Enang S ( 72 thn)
08 April 2019 NIHIL Rp 100,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
109BENCANA
ALAM
Pohon Tumbang
Mengakibatkan
akses ruas jalan
kabupaten
penghubung
kecamatan Buahdua
dan Kec.Conggeang
terpurus
08 April 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terganggunya
aktivitas
warga
110BENCANA
ALAM
Banjir lumpur
setinggi ±10-30 cm
yang diakibatkan
TPT ambruk
merendam 3 rumah
warga.
13 April 2019 NIHIL - 3 unir rumah -
terganggunya
aktivitas
warga
111BENCANA
ALAM
Banjir setinggi ±30-
75 cm yang
diakibatkan oleh
saluran irigasi
meluap sehingga
merendam 45 rumah
warga (45 KK) dan
1 masjid.
13 April 2019 NIHIL - 45 unit
rumah-
tidak bisa di
tempati
dikarenakan
terendam
112BENCANA
NON ALAM
TPT bagian
belakang rumah
setinggi 4 m dengan
panjang 10 m rubuh
akibat rembesan air
dari saluran irigasi.
13 April 2019 NIHIL - TPT roboh -
tidak bisa di
gunakan
untuk
menahan
tanah
113BENCANA
NON ALAM
Banjir setinggi ±10-
30 cm yang
diakibatkan oleh air
selokan meluap
sehingga merendam
8 rumah warga.
13 April 2019 NIHIL - 8 unit rumah -tidak bisa di
huni
114BENCANA
NON ALAM
Akibat curah hujan
yang tinggi dengan
durasi lama disertai
angin kencang dan
meluapnya air di
saluran irigasi yang
mengakibatkan satu
masjid terendam
banjir setinggi ±30
cm.
13 April 2019 NIHIL - 1 mesjid dan
3 rumah-
terganggunya
aktivitas
warga
115BENCANA
NON ALAM
Banjir setinggi ±30-
50 cm yang
diakibatkan oleh air
selokan meluap
sehingga merendam
5 rumah warga.
13 April 2019 NIHIL - 5 unit rumah -tidak dapat di
huni
116BENCANA
NON ALAM
Banjir setinggi ±10-
30 cm yang
diakibatkan oleh
gorong-gorong
tersumbat sehingga
merendam 5
ruangan di SMA
Negeri 1 Sumedang.
13 April 2019 NIHIL - 1 unit SMA -
tidak dapat di
gunakan
dikarenakan
terendam
117BENCANA
ALAM
Telah terjadi
longsor yang
mengakibatkan
diding rumah semi
permanen Adapun
panjang longsoran 3
m, Tinggi longsoran
1,5 m dan Lebar 1
m.
14 April 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
118BENCANA
ALAM
Longsor TPT
Setinggi 5 Meter
dan Lebar 1 Meter
mengakibatkan
sebagian TPT
lapang voli longsor.
15 April 2019 NIHIL - TPT roboh -
tidak bisa di
gunakan
kembali
119BENCANA
ALAM
Longsor TPT
Setinggi 4 Meter
dan Lebar 3 Meter
Menutupi Saluran
Irigasi dan Bahu
Jalan ±1 Meter.
15 April 2019 NIHIL - akses jalan
tertutup-
terganggunya
aktivitas
warga
120BENCANA
ALAM
Terjadi Longsor di 3
Titik, Titik
Longsoran Pertama
dengan Tinggi 1
Meter dan Lebar 2
Meter Menimpa
sebagian kandang
sapi serta
menimbulkan
retakan dibagian
rumah warga
15 April 2019 NIHIL - Kandang
sapi-
tidak bisa di
gunakan dan 1
rumah tidak
bisa ditempati
di karenakan
terancam
121BENCANA
NON ALAM
Dikarenakan hujan
dengan intensitas
tinggi dari pukul
09:00 wib – 19:00
wib mengakibatkan
saluran air sungai
cimande meluap
disebabkan
tersumbat oleh
sampah.
16 April 2019 NIHIL -
akses jalan
terhambat
roda 2
ataupun roda
4
-
terganggunya
aktivitas
warga
122BENCANA
ALAM
Dikarenakan hujan
dengan intensitas
tinggi dari pukul
09:00 wib – 19:00
wib mengakibatkan
saluran air sungai
cimande meluap
disebabkan
tersumbat oleh
sampah.
16 April 2019 NIHIL -
akses jalan
terhambat
roda 2
ataupun roda
4
-
terganggunya
aktivitas
warga
123BENCANA
ALAM
Longsor
mengakibatkan TPT
longsor dengan
ketinggian 3 meter
panjang 15 meter
menimpa rumah
16 April 2019 NIHIL - TPT roboh -
tidak bisa di
gunakan
untuk
menahan
tanah
124BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
permanen, Api
diperkirakan berasal
dari arus pendek
listrik.
12 Mei 2019 NIHIL Rp 60,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
125BENCANA
ALAM
hujan yang cukup
deras
mengakibatkan
longsornya tebing
menimpah rumah .
15 Mei 2019 NIHIL Rp 100,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
126BENCANA
ALAM
Di daerah Dusun
Sindanghurip RT 03
RW 05 Desa
Jatihurip dengan
TMA ± 25 Cm
mengakibatkan 1
rumah terendam air
15 Mei 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
127BENCANA
ALAM
Banjir di daerah
Dusun
Sindangmulya Desa
Jatihurip
mengakibatkan ruas
jalan penghubung
Bandung –
Cirebondengan
TMA ± 50 Cm.
15 Mei 2019 NIHIL -
akses jalan
terhambat
roda 2
ataupun roda
4
-
terganggunya
aktivitas
warga
128BENCANA
ALAM
Mengakibatkan
Pohon Angsana
tumbang menutupi
sebagian jalan
penghubung
Sumedang – Subang
dan 1 Rumah rusak
ringan bagian dapur
serta bagian atap
saung Kolam
Pemancingan
15 Mei 2019 NIHIL -
akses jalan
terhambat
roda 2
ataupun roda
4
-
terganggunya
aktivitas
warga
129BENCANA
ALAM
Angin Puting
Beliung
mengakibatkan 19
Rumah (19 KK)
rusak ringan pada
bagian genteng
rumah serta Pihak
PLN Melakukan
Pemutusan Arus
Listrik yang
tertimpa pohon.
15 Mei 2019 NIHIL - 19 rumah -
tidak bisa di
huni di
karenakan
rusak
130BENCANA
NON ALAM
satu buah rumah
panggung habis
terbakar dan dua
rumah lainnya rusak
ringan
16 Mei 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
131BENCANA
NON ALAM
Satu buah rumah
Roboh akibat
pelapukan kayu dan
adanya angin
kencang sehingga
pemilik rumah
dievakusi ketempat
saudara.
19 Mei 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
132BENCANA
NON ALAM
korban sebelumnya
diajak temannya
yaitu sdr Are ramlan
(21 thn).untuk
memikat burung
didaerah desa
cipelang setelah
sampai diarea hutan
blok leuwi nutug
desa
cipelang,korban
meminta ijin ke sdr
are ramlan untuk
berenang disungai
cipelang.sdr are
ramlan sempat
melarang korban
untuk tidak
berenang tetapi
korban memaksa.
21 Mei 2019 NIHIL - -
133BENCANA
NON ALAM
1 Unit rumah
panggung a.n Bapak
Baban (53 th) yang
berukuran 4 x 6 m
habis terbakar
beserta isinya. Api
diperkirakan berasal
dari arus pendek
listrik.
29 Mei 2019 NIHIL 20,000,000Rp 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
134BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
musibah kebakaran
rumah dikarenakan
arus pendek listrik.
03 Juni 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
135BENCANA
NON ALAM
Api diduga berasal
dari konsleting
listrik yang pada
saat kejadian rumah
sedang kosong
ditinggal pemiliknya
mudik ke Cilacap.
Api menjalar
sampai keisi rumah
dan membakar 2
(dua) ekor sapi
didalam kandang.
04 Juni 2019 NIHIL Rp.50.000.000,00 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
136BENCANA
NON ALAM
Api diduga berasal
dari konsleting
listrik yang pada
saat kejadian rumah
sedang kosong
ditinggal pemiliknya
keluar rumah. Api
menjalar sampai
seisi rumah
07 Juni 2019 NIHIL Rp.40.000.000,00 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
137BENCANA
NON ALAM
Api diduga berasal
dari konsleting
listrik yang pada
saat kejadian rumah
sedang kosong
ditinggal pemiliknya
keluar rumah. Api
menjalar sampai
seisi rumah
09 Juni 2019 NIHIL Rp.25.000.000,00 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
138BENCANA
NON ALAM
Diperkirakan api
berasal dari arus
pendek listrik dan
api menjalar ke
seluruh rumah yang
mengakibatkan
rumah rata dengan
tanah
11 Juni 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
139BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran 3 rumah
semi permanen a.n
Bpak Soma ( 59
Thn),Bapak Otong
(35 Thn) dan Ibu
Kasi (80 Thn). 1
orang mengalami
luka. Api Berasal
dari hubungan arus
pendek listrik.
20 Juni 2019 NIHIL Rp 150,000,000 3 unit rumah -tidak bisa di
huni
140BENCANA
NON ALAM
api membakar
rumah semi
permanen yang
berukuran 4 x 5 M²,
diperkirakan api
berasal dari kompor
gas yang sedang
menyala
22 Juni 2019 NIHIL Rp 1,500,000 1 unit rumah 20 m²tidak bisa di
huni
141BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran kios tahu
a.n Bapak yayat (50
Thn) yang
berukuran 10 x10
m. Asal api dari
tungku
penggorengan.
23 Juni 2019 NIHIL 300,000,000Rp kios tahu
terbakar100 M²
tidak bisa
berjualan di
karenakan
terbakar
142BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran yang
mengakibatkan
terbakarnya hutan
dan lahan dengan
luas areal yang
terbakar ± 15,50 Ha.
27 Juni 2019 NIHIL - Hutan Dan
Lahan15,50 Ha
Teragangguny
a aktivitas
warga
143BENCANA
NON ALAM
RENDY ADITIYA
WARMAN, di
ketahui hilang pada
hari Selasa tanggal
02 Juli 2019 sekitar
jam 13.00 wib, saat
bermain layang-
layang dengan
temannya Sdr. ADE
APRIAN, kemudian
menurut keterangan
temannya bahwa
ada Layangan Putus
dan mereka berdua
mengejarnya hingga
ke galian Pasir Ds.
Legok kaler Kec.
Paseh, pada saat
pengejaran layang2
tersebut merekapun
berpencar/berpisah
di sekitar pertigaan
galian pasir legok
kaler.
03 Juli 2019 1 - -
144BENCANA
ALAM
Kendaraan Roda 4
dan Roda 2 dari
arah Bandung –
Cirebon Pada pukul
22.00 WIB
melintasi jalur
Serang – Cimalaka
yang kemudian
kedua kendaraan
tersebut tertimpa
pohon yang sudah
tua dan
mengakibatkan
kedua kendaraan
mengalami
kerusakan dengan 1
orang pengendara
roda 2 mengalami
luka ringan atas
kejadian tersebut
dan identitas belum
diketahui.
08 Juli 2019 NIHIL -
Akses jalan
terhambat
dan Mobil
-
Terhambat
nya akses
jalan dan
terganggunya
aktivitas
masyrakat
145BENCANA
NON ALAM
Api mulai menyala
diperkirakan tabuh
09.45. mulai
menyala dr atap
rumah diperkirakan
terjadi kinsleting
listrik.
Pd saat kejadian
pemilik rumah
sedang bekerja di
sawah kondisi
rumah kosong..
05 Juli 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
huni
146BENCANA
ALAM
Api membakar area
kebun bamboo
seluas 1 Ha dan
mengancan Sekolah
SD Sindang 5 dan
permukiman warga.
17 Juli 2019 NIHIL - Kebun 5 Ha
terganggunya
aktivitas
warga
147BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah
panggung a.n Bapak
Anim hangus
terbakar, api berasal
dari arus pendek
listrik. Tidak ada
korban jiwa.
28 Juli 2018 NIHIL Rp 40,000,000 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
148BENCANA
ALAM
Terbakarnya lahan
Seluas ± 2.100 M²31 Juli 2019 NIHIL - Lahan 2.100 M²
Teragangguny
a aktivitas
warga
149BENCANA
NON ALAM
Satu rumah satu unit
rumah panggung
dengan ukuran 6 x
7,5M habis terbakar
.
Identitas pemilik
rumah
Nama : Bpk.Yayat
Usia : 60 tahun
Pekerjaan: Tani
Alamat: Dsn
Karanganyar
Rt.02/06
Desa.Cipendey Kec
Jatinunggal kab
Sumedang
30 Juli 2019 NIHIL Rp 110,000,000 1 unit rumah 45 M²tidak bisa
dihuni
150BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah hangur
terbakar beserta
isinya na.n Dede
Kosasi. Tidak ada
korban jiwa.
11 Juli 2019 NIHIL 180,000,000Rp 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
151BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah rusak
berat a.n Yayat
Supriatna dan 2
unit rumah rusak
ringan a.n Wasnen
dan Bapak Endi.
30 Juli 2019 NIHIL 80,000,000Rp 3 unit rumah -tidak bisa
dihuni
152BENCANA
NON ALAM
1 unit bangunan
materian kusen a.n
Bapak Hadi (50 thn)
are yang terbakar 3
x .
16 Juli 2019 NIHIL 10,000,000Rp 1 unit
bangunan-
terganggunya
aktivitas
biasanya
153BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah a.n
Bapak Anda area
yang terbakar 6 x
12. tadak ada
korban jiwa.
10 Juli 2019 NIHIL 100,000,000Rp 1 unit rumah 72 M²tidak bisa
dihuni
154BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah semi
permanen a.n Bapak
Asep are yang
terbakar 3 x 6, tidak
ada korban jiwa.
21 Juli 2019 NIHIL 15,000,000Rp 1 unit rumah 18 M²tidak bisa di
huni
155BENCANA
ALAM
kebakaran alang-
alang. Api berasal
dari pembakaran
sampah.
26 Juli 2019 NIHIL - Lahan -
terganggunya
aktivitas
warga
156BENCANA
NON ALAM
kebakaran alang-
alang. Api berasal
dari pembakaran
sampah.
25 Juli 2019 NIHIL - Lahan -
terganggunya
aktivitas
warga
157BENCANA
NON ALAM
1 unit rumah rusak
ringan.n bapak
Yadih Supriadi
bagian yang roboh
berukuran 2,5 x 4
m.
24 Juli 2019 NIHIL 40,000,000Rp 1 unit rumah 8 M²tidak bisa
dihuni
158BENCANA
ALAM
Terbakarnya lahan
Seluas ± 2.100 M²01 Agustus 2019 NIHIL 535,000,000Rp lahan 2.100 M²
terganggunya
aktivitas
warga
159BENCANA
ALAM
4 unit rumah rusak
berat berserta isinya,
3 unit rusak ringan,
lapang volly dan jalan
kecil sekitar 20 M.
02 Agustus 2019 NIHIL Rp 250,000,000
4 unit rumah
dan akses
jalan
terputus
-
tidak bisa di
huni dan
terganggunya
aktivitas
awarga
160BENCANA
NON ALAM
6 unit rumah semi
permanen hangus
terbakar beserta isinya
a.n :
1. Bapak Enjang
ukuran rumah 5 m x
12 m
2. Bapak Dadang
ukuran rumah 5 m x 8
m
3. Bapak Ipan ukuran
rumah 4 m x 6,5 m
4. Bapak Ahmad
Jaelani ukuran rumah
5 m x 8 m
5. Bapak Rohman
ukuran rumah 4 mx 6
m
6. Ibu Ratiah ukuran
rumah 5 m x 4 m
04 Agustus 2019 NIHIL - 6 unit rumah 168 m²tidak bisa
dihuni
161BENCANA
NON ALAM
1 Unit Rumah Rusak
Berat a/n wawan
setiawan 2 kk 7 jiwa
06 Agustus 2019 NIHIL 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
162BENCANA
ALAM
pohon tumbang yang
menimpa 3 rumah an :
1. Hj.Ijah (60), 2.
Ijang (60) dan tarsana
(60)
07 Agustus 2019 NIHIL 3 rumah -tidakbisa
dihuni
163BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran 3 unit
rumah panggung a.n
Bapak Ijah (42 thn, 1
KK 4 Jiwa), Bapak
Junandar (25 thn, 1
KK 3 Jiwa) dan
Bapak Dodi (28 thn, 1
KK 3 Jiwa) dengan
luas 150 m. Rumah
habis terbakar beserta
isinya.Api berasal dari
tungku
07 Agustus 2019 NIHIL Rp 300,000,000 3 unit rumah -tidak bisa di
huni
164BENCANA
ALAM
pohon menutupi jalan
raya sumedang-
cirebon08 Agustus 2019 NIHIL -
akses jalan
tertutup-
terganggunya
aktivitas
awarga
165BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
dengan permukiman
warga seluas 1 hektar
milik desa mekarjaya.
Asal api dari kuntung
rokok.
02 Agustus 2019 NIHIL - Lahan 1 Harusak nya
kebun warga
166KEBAKARAN
LAHAN
api membakar sekitar
5Ha dan tidak ada
korban jiwa08 Agustus 2019 NIHIL -
Lahan dan
kebun5 Ha
Rusak nya
lahan dan
kebun warga
167BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran kebun
bambu dekat dengan
pemukiman warga
seluas 5 x 7 m. Api
berasal dari puntung
rokok. Tidak ada
korban jiwa dalam
pereistiwa ini.
08 Agustus 2019 NIHIL - kebun
bambu35 M²
rusaknya
kebun bambu
168BENCANA
ALAM
Luas Lahan yang
terbakar ± 10 Ha10 Agustus 2019 NIHIL - Lahan 10 Ha
Rusaknya
lahan
169BENCANA
ALAM
Luas Lahan yang
terbakar ± 5 Ha12 Agustus 2019 NIHIL - Lahan 5 Ha
Rusaknya
lahan
170BENCANA
ALAM
Lahan seluas 1 Ha
milik Ibu Ida habis
terbakar
14 Agustus 2019 NIHIL - lahan 1 HaRusaknya
lahan
171BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran sebuah
rumah milik saudara
bapak Edah Suhaedah
(50) tahun.Penyebab
kebakaran disinyalir
bermula/akibat dari
nyala api dari tungku
dapur yang merembet
ke kayu bakar yang
berada di samping
tungku.
15 Agustus 2019 NIHIL Rp 140,000,000 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
172BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran sebuah
rumah milik bapak
Wahyu (52) tahun.
Api diduga berasal
dari konsleting listrik.
16 Agustus 2019 NIHIL Rp 100,000,000 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
173BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran kebun
bambu dekat dengan
pemukiman warga
seluas 1 hektar. Api
berasal dari puntung
rokok. Tidak ada
korban jiwa dalam
peristiwa ini.
17 Agustus 2019 NIHIL - Kebum
Bambu1 Ha
Terhambat
aktivitas
warga
174BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran gudang
yang berukuran 3 x 4
m a.n Bapak Rudi (40
thn). Apiu berasal dari
hubungan arus pendek
listrik Dynamo mesin
pembuat pelet. Tidak
ada korban jiwa dal
peristiwa ini.
18 Agustus 2019 NIHIL - 1 gudang 12 M²Terhambat
pekerjaan
175BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran 3 unit
rumah Semi permanen
a.n Bapak yaya (40
thn ) dengan ukuran
rumah 5 x 7 m, Bapak
Madni (50thn) dengan
ukuran rumah 4 x 6 m
dan Bapak pendi (40
thn)dengan ukuran
rumah 4 x 6 m . Api
berasal dari tungku.
Tidak ada korban jiwa
dalam kejadian
tersebut.
18 Agustus 2019 NIHIL 350,000,000Rp 3 unit rumah 83 M²Tidak bisa
dihuni
176BENCANA
NON ALAM
Telah terjadinya
bencana kebakaran 3
unit rumah atas nama
bapak Yaya Supriadi
(50) tahun,bapak
Pendi Rustandi (46)
tahun,bapak Madni
(55) tahun .Sumber
api belum diketahui.
18 Agustus 2019 NIHIL 134,859,000Rp 3 unit rumah -tidak bisa di
huni
177BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman warga
seluas 300m² pemilik
Perum bunga citra
lestari . Api berasal
dari pembakaran
sampah.
19 Agustus 2019 NIHIL - lahan 300 M²
terganggunya
aktivitas
warga
178BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran kebun kayu
dekat pemukiman
warga seluas 200m²
pemilik Bsapak
Teteng (58 thn). Api
berasal dari
pembakaran sampah.
20 Agustus 2019 NIHIL - Kebun Kayu 200 M²
terganggu nya
aktivitas
warga
179BENCANA
ALAM
Lahan seluas ±1 Ha
habis terbakar Api
pertamakali terlihat
pukul 21.00 WIB.
BPBD Kab.
Sumedang
mengasessment
langsung ke lokasi
kejadian dan
melakukan
pemadaman ke titik
api serta pembuatan
sekat bakar
dilokasi.Api dapat
dipadamkan pukul
22.30 WIB.
20 Agustus 2019 NIHIL - lahan 1 Ha
Rusak nya
lahan dan
kebun warga
180BENCANA
ALAM
Luas Lahan yang
terbakar ± 2 Ha23 Agustus 2019 NIHIL - lahan 2 Ha
Rusak nya
lahan dan
kebun warga
181BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran 2 unit
rumah atas nama Ibu
Supinah (76 thn, 1
KK 1 Jiwa) dengan
ukuran 6 x 8m² dan
Bapak Hidayat (55
thn,1 KK 6 Jiwa)
dengan ukuran 5 x 7
m² habis terbakar. Api
berasal dari tungku
pembakaran.
23 Agustus 2019 NIHIL 190,000,000Rp 2 unit rumah 83 M²tidak bisa di
huni
182BENCANA
ALAM
lahan ± 1 Ha.
Penyebab belum
diketahui
23 Agustus 2019 NIHIL - lahan 1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
183BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan ± 1
Ha. Penyebab belum
diketahui
23 Agustus 2019 NIHIL - lahan 1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
184BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman warga
seluas 15 x 20 mmilik
Bapak Uus. Api
berasal dari
pembakaran sampah.
23 Agustus 2019 NIHIL - lahan 300 M²
rusaknya
lahan dan
kebun
185BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran bengkel
servis jok atas nama
Bapak Ade Sudaryat
(58 Thn) seluas 3 x 3
m, habis terbakar. Api
berasal dari kompor.
24 Agustus 2019 NIHIL - 1 unit
bengkel9 M²
terganggunya
usaha
186BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman warga
seluas ± 2 Ha milik
Yonif 301. Api
berasal dari
pembakaran sampah.
24 Agustus 2019 NIHIL - lahan
terbakar2 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
187BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan ± 10
Ha. Penyebab belum
diketahui
27 Agustus 2019 NIHIL - Lahan
terbakar10 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
188BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 500 m²
terbakar.
02 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar500 M²
rusaknya
lahan dan
kebun
189BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 500 m²
terbakar.
02 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar500 M²
rusaknya
lahan dan
kebun
190BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 500 m²
terbakar.
02 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar500 M²
rusaknya
lahan dan
kebun
191BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan kebun
bambu seluas ± 500
bata terbakar.
02 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar501 M²
rusaknya
lahan dan
kebun
192BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
bambu dekat dengan
permukiman warga
seluas 2 hektar. Asal
api dari pembakaran
sampah .
02 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar2 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
193BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
dengan permukiman
warga seluas 2 hektar
milik tanah Desa
Licin. Asal api dari
kuntung rokok.
02 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar2 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
194BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah atas
nama Bapak Osad
Rosadi .
Mengakibatkan
setengah rumah milik
korban hangus
terbakar, dengan
ukuran rumah 5 x 7
m. Api berasal dari
tungku api.
04 September 2019 NIHIL 10,000,000Rp 1 unit rumah 35 M²tidak bisa
dihuni
195BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 100 M²
terbakar.
05 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar100 M²
rusaknya
lahan dan
kebun
196BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 1 Ha
terbakar.
07 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
197BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 10 Ha
terbakar.
07 September 2019 NIHIL - Lahan
terbakar10 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
198BENCANA
ALAM
Mengakibatkan 3
rumah mengalami
kerusakan di bagian
atas genting. Adapun
pemilik rumah atas
nama Bapak Ratim
(60 thn), Bapak Adim
(50 thn) dan Bapak
Endang S (56thn).
08 September 2019 NIHIL - 3 unit rumah -tidak bisa
dihuni
199BENCANA
NON ALAM
Terbakarnya rumah
semi permanen atas
nama Bapak Aris (
54thn, 1 KK5 Jiwa).
08 September 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa
diuhuni
200BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
panggung atas nama
Bapak Aris (54) thn
dengan ukuran rumah
6m x 9m dan yang
terbakar berukuran
4m x 5m.Penyebab
kebakaran diduga dari
hubungan pendek arus
listrik (konsleting).
Tidak ada korban
jiwa.
08 September 2019 NIHIL 20,000,000Rp 1 unit rumah 20 m²tidak bisa
diuhuni
201BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
milik Bapak Wawan
Wardiman ( 23 Thn,1
KK 3 Jiwa), Sebagian
rumah ukuran 6 x 8m²
dan dapur dengan
ukuran 3 x 5m².
Penyebab kebakaran
berasal dari konsleting
listrik.
09 September 2019 NIHIL 50,000,000Rp 1 unit rumah 48 M²tidak bisa
dihuni
202BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 5 Ha
terbakar.
10 September 2019 NIHIL - lahan 5 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
203BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 1,5 Ha
terbakar.
10 September 2019 NIHIL - lahan 1.5 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
204BENCANA
NON ALAM
Api berasal dari
tungku yangh
ditinggalkan dalam
posisi
menyala oleh pemilik
rumah, sehingga api
membakar bagian
dapur dengan ukuran
2 x 3 m.
10 September 2019 NIHIL - 1 unit rumah 6 M²tidak bisa di
huni
205BENCANA
NON ALAM
Kebakaran 2 Rumah
semi permanen atas
nama Bapak Dayat
(49 Thn) dan Bapak
Kuswandi (65 Thn)
11 September 2019 NIHIL 60,000,000Rp 2 unit rumah -tidak bisa
dihuni
206BENCANA
ALAM
Sekitar pkl.11.30 wib
pohon jenis Alba
berdiameter ± 40 cm
yang tepat berada di
belakang 3 (tiga)
rumah korban di atas,
tiba-tiba patah dan
menimpa dapur
rumah korban.
11 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
Rusak nya
lahan dan
kebun warga
207BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 2 Ha
terbakar. Lahan
tersebut milik
perhutani dan warga
11 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar2 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
208BENCANA
ALAM
Api pertama kali
terlihat pukul 13.00
WIB. BPBD Kab.
Sumedang
mengasessment
langsung ke lokasi
kejadian dan
melakukan
pemadaman ke titik
api serta pembuatan
sekat bakar dilokasi.
11 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
209BENCANA
ALAM
Pada pukul 14.00
WIB api mulai
terlihat dan api dapat
dipadamkan pada
pukul 21.40 WIB.
11 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
210BENCANA
ALAM
Api pertama kali
terlihat pukul 10.00
WIB. BPBD Kab.
Sumedang
mengasessment
langsung ke lokasi
kejadian dan
melakukan
pemadaman ke titik
api serta pembuatan
sekat bakar dilokasi.
11 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
211BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah semi
permanen milik
Bapak Unu Sumara (
67 Thn, 1 KK 1 Jiwa).
Api bersal dari tungku
dapur, tidak ada
korban jiwa.
11 September 2019 NIHIL 35,000,000Rp 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
212BENCANA
ALAM
api berasal dari
kuntung roko dan
merembet ke alang-
alang dekat
permukiman warga
12 September 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
213BENCANA
ALAM
Api mulai muncul
perkiraan pada jam
15.30 dan api berhasil
dipadamkan sekitar
jam 18.20 sehingga
tidak meluas ke area
pemukiman warga.
12 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
kebun bambu
214BENCANA
ALAM
api berasal dari
pembakaran lahan,
dan merembet ke
alang-alang dekat
permukiman warga.
12 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
kebun bambu
215BENCANA
NON ALAM
Diperkirakan api
berasal dari tungku
pembakaran.
12 September 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
216BENCANA
ALAM
Api pertamakali
terlihat pukul 18.00
WIB. BPBD Kab.
Sumedang
mengasessment
langsung ke lokasi
kejadian.
13 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
kebun bambu
217BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
dengan permukiman
warga seluas 50m²
milik desa mekarjaya.
Asal api dari
pembakaran lahan.
14 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar-
rusaknya
kebun bambu
218BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
dengan permukiman
warga seluas 2
hektar.Asal api dari
pembakaran sampah,
tidak ada korban jiwa
dalam peristiwa ini.
15 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar2 Ha
rusaknya
kebun bambu
219BENCANA
NON ALAM
Telah Terjadi
kebakaran rumah
milik Bapak Usup ( 1
KK 3 Jiwa). Penyebab
kebakaran belum
diketahui. Tidak ada
korban jiwa.
16 September 2019 NIHIL 70,000,000Rp 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
220BENCANA
ALAM
Api membakar area
kebun bambu seluas 1
Ha dan mengancan
permukiman warga.
16 September 2019 NIHIL - Kebun
terbakar1 ha
rusaknya
kebun bambu
221BENCANA
ALAM
Api membakar area
kebun bamboo seluas
1 Ha dan mengancan
permukiman warga.
16 September 2019 NIHIL - Kebun
terbakar1 Ha
rusaknya
kebun bambu
222BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran Lahan
dekat dengan
permukiman warga
seluas 3 hektar.Asal
api belum diketahui,
tidak ada korban jiwa
dalam peristiwa ini.
20 September 2019 NIHIL - Kebun
terbakar3 Ha
rusaknya
kebun bambu
223BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 500 m²
terbakar.
23 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar500 M²
Rusaknya
lahan
224BENCANA
NON ALAM
telah terjadi
kebakaran rumah
permanen atas nama
Bpk. Watma (1 kk 2
Jiwa,75 Thn) dengan
ukuran yang terbakar
seluas 6m x
7m,ruangan kamar
tidur dan ruang tengah
yang terbakar . Api
diduga berasal dari
putung rokok
27 September 2019 NIHIL 26,000,000Rp 1 unit rumah 42 M²tidak bisa
dihuni
225BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 500 m²
terbakar.
29 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar500 M²
rusaknya
lahan
226BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 200 m²
terbakar.
29 September 2019 NIHIL - lahan
terbakar200 M²
rusaknya
lahan
227BENCANA
ALAM
Api pertamakali
terlihat pukul 19.00
WIB di kebun milik
masyarakat. BPBD
Kab. Sumedang
mengasessment
langsung ke lokasi
kejadian dan
melakukan
pemadaman ke
titik api serta
pembuatan sekat
bakar dilokasi.Api
dapat
dipadamkan pukul
20.00 WIB
01 Oktober 2019 NIHIL - kebun -rusaknya
kebun bambu
228BENCANA
ALAM
Api pertama kali
terlihat pukul 19.00
WIB di kebun bambu
milik masyarakat.
BPBD Kab.
Sumedang
mengasessment
langsung ke lokasi
kejadian dan
melakukan
pemadaman ke
titik api serta
pembuatan sekat
bakar dilokasi.Api
dapat dipadamkan
pukul 21.30 WIB.
01 Oktober 2019 NIHIL - kebun -rusaknya
kebun bambu
229BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± m² terbakar.
02 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar-
rusaknya
lahan
230BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 200 Bata
terbakar.
02 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar200 M²
rusaknya
lahan
231BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran kebun
bambu dekat
pemukiman warga
seluas 100 m²,milik
perum griya pesona.
Api berasal dari
puntung rokok
02 Oktober 2019 NIHIL - kebun banbu 200 M²rusaknya
kebun bambu
232BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 20.00
membakar area Lahan
04 Oktober 2019 NIHIL - lahan -
rusaknya
lahan dan
kebun
233BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 20.30
membakar area
Lahan Gambut dan
kebun bambu seluas -
+ 3 Ha dan mengarah
ke permukiman warga
04 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun3 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
234BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 20.00
membakar area
Lahan Gambut dan
kebun bambu seluas -
+ 20 Ha dan
mengarah ke
permukiman warga.
04 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun20 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
235BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 1500 membakar
area Lahan Gambut
dan kebun bambu
seluas -+ 5 Ha dan
mengarah ke
permukiman warga.
04 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun5 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
236BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 12.00
membakar area
Lahan Gambut dan
kebun bambu seluas -
+ 50 Ha dan
mengarah ke
permukiman warga.
04 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun50 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
237BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran kebun
bambu dekat
pemukiman warga
seluas 150 bata,luas
areal yang terbakar
seluas 80 bata. Api
berasal dari
pembakaran sampah.
05 Oktober 2019 NIHIL -Kebun
bambu500 M²
rusaknya
kebun bambu
238BENCANA
ALAM
Gambut dan kebun
bambu seluas -+ 500
m2
05 Oktober 2019 NIHIL -Kebun
bambu500 M²
rusaknya
kebun bambu
239BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 50 Ha
terbakar.
05 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar50 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
240BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 2 Ha Kebun
Bambu dan Lahan
Gambut terbakar.
08 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar2 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
241BENCANA
ALAM
Beberapa rumah
warga di dua dusun
tersebut retak-retak
dan dihawatirkan
amblas. ± 10 rumah
retak-retak.
09 Oktober 2019 NIHIL - 10 Rumah -
terganggunya
tempat
tinggaal
warga
242BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi rumah
ambruk milik Bpk.
Rahman (49 Thn),
untuk sementara
penyebab kejadian
karena kondisi rumah
yang rusak
09 Oktober 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa
dihuni
243BENCANA
NON ALAM
1 Bangunan dan
peralatan tempat
budidaya jamur habis
terbakar. Adapun
pemilik rumah a.n
Bpk Atam Sukandar
(74 Thn)
11 Oktober 2019 NIHIL Rp 30,000,000 1 unit
bangunan-
tidak bisa
digunakan
kembali
244BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 10.30
membakar area Lahan
Gambut dan kebun
bambu seluas -+ 50
Ha dan mengarah ke
permukiman warga.
13 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun50 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
245BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 17.30
membakar area Lahan
Gambut dan kebun
bambu seluas -+ 10
Ha dan mengarah ke
permukiman warga.
13 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun10 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
246BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 18 Ha
terbakar.
14 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar18 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
247BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 5 Ha Kebun
Bambu dan Lahan
Gambut terbakar.
14 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar5 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
248BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 10.30
membakar area
Lahan Gambut dan
kebun bambu seluas -
+ 1 Ha dan mengarah
ke permukiman
warga.
16 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
249BENCANA
NON ALAM
Terbakarnya rumah
dengan ukuran ± 4 x
7 m² a.n saudara
Bapak Rustadi (25
thn, 1KK 4 Jiwa).
Tidak ada korban
jiwa. Penyebab
kebakaran belum
diketahui
17 Oktober 2019 NIHIL Rp 70,000,000 1 unit rumah 28 m²tidak bisa
dihuni
250BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 17:00
membakar area
Lahan Gambut dan
kebun bambu seluas -
+ 5 Ha dan mengarah
ke permukiman
warga.
19 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun5 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
251BENCANA
NON ALAM
Api berhasil
dipadamkan pukul
20.20 WIB
20 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
252BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 10 Ha
terbakar. Api berhasil
dipadamkan pada
pukul 02.00 WIB
pada
tanggal 21-10-2019
20 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar10 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
253BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman wraga
seluas 3 Ha. Api
berasal dari
pembakaran lahan.
21 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar3 Ha
rusaknya
lahan
254BENCANA
ALAM
Kebakaran Blok
Cicapar melahap
semak belukar dan
pohon-pohon kering,
selanjutnya warga
melaporkan kejadian
kebakaran hutan
tersebut kepada
Aparat Desa dan
Babinsa Desa
Situraja.
21 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
255BENCANA
ALAM
Kebakaran Blok
Ciceri melahap semak
belukar dan pohon-
pohon kering,
selanjutnya
melaporkan kejadian
kebakaran hutan
tersebut kepada
Aparat Desa dan
Babinsa Desa
Pamulihan.
21 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
256BENCANA
ALAM
Kebakaran Blok
Cilandak Dan Blok
Tanah Pangangonan
Dusun Pajagan RT
004 RW 005 melahap
semak belukar dan
pohon-pohon kering,
selanjutnya warga
melaporkan kejadian
kebakaran hutan
tersebut kepada
Aparat Desa dan
Babinsa Desa
Pajagan.
21 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
257BENCANA
ALAM
Kebakaran blok
Rasamala G.
Kareumbi sudah 2
hari mengalami
kebakaran melahap
semak belukar dan
pohon Pinus serta
Pohon bambu.
Selanjutnya warga
melaporkan kejadian
kebakaran hutan
tersebut kepada
Aparat Desa dan
Babinsa Desa
Cipancar.
21 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
258BENCANA
ALAM
Kebakaran Blok Pasir
Jati Surya kaki
Gunung Tampomas
mengalami kebakaran
melahap semak
belukar dan pohon
Pinus Serta Pohon
Bambu, Pada pukul
09.30 WIB warga
melihat kepulan asap
di titik Blok Pasir Jati
Surya Kaki Gunung
Tampomas
selanjutnya warga
melaporkan kejadian
kebakaran hutan
tersebut kepada
Aparat Desa dan
Babinsa Desa
Padasari.
21 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar-
rusaknya
lahan dan
kebun
259BENCANA
ALAM
Telah
terjadikebakaran
kebun pinus seluas 10
Ha milik kas Desa
Wargaluyu dan
Perhutani KPH
Manglayang Timur.
Asal api dari gesekan
bambu kering.
23 Oktober 2019 NIHIL - Kebun pinus 10 Ha
rusak nya
lahan kebun
pinus
260KEBAKARAN
LAHAN
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 1 Ha
terbakar. Api berhasil
dipadamkan pada
pukul 21.30 WIB.
23 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar1 ha
rusaknya
lahan
261BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan yang
menyebabkan lahan
seluas ± 55 Ha
terbakar. Api berhasil
dipadamkan pada
pukul 22.30 WIB.
23 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar55 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
262BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
seluas 1 Ha. Asal api
dari pembakaraan
sampah
24 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar1 ha
rusaknya
lahan
263BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
seluas 1 Ha . Asal api
dari pembakaran
lahan.
26 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar1 ha
rusaknya
lahan
264BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
kontrakan (4 Petak
Kontrakan) terdiri dari
4 kepala keluarga a.n
Asep, Aris, Lukman
dan Suparman. Api
berasal dari kompor
gas.
26 Oktober 2019 NIHIL Rp 200,000,000 4 unit rumah -tidak bisa di
tempati
265BENCANA
ALAM
Api Terlihat sekitar
pukul 14.30
membakar area
Lahan Gambut dan
kebun bambu seluas -
+ 10 Ha dan
mengarah ke
permukiman warga.
26 Oktober 2019 NIHIL -lahan gambut
dan kebun10 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
266BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman warga
seluas 2 Ha milik
Desa Margalaksana.
Asal api dari puntung
rokok.
26 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar2 HA
rusaknya
lahan
267BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman warga
seluas 2 Ha. Asal api
dari pembakaran
sampah.
26 Oktober 2019 NIHIL -lahan
terbakar2 ha
rusaknya
lahan
268BENCANA
NON ALAM
Mengantisifasi
kebakaran pengelola
kayu. Asal Api dari
pembakaran sampah.
26 Oktober 2019 NIHIL - 1 gudang -
terhambat
pengerjaan
pengolola
kayu
269BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan dekat
pemukiman warga
seluas 10 Ha. Api
berasal dari puntung
rokok
27 Oktober 2019 NIHIL -Lahan
terbakar10 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
270BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran hutan yang
menyebabkan hutan
seluas ± 1Ha terbakar.30 Oktober 2019 NIHIL -
Lahan
terbakar1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
271BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
seluas 1 Ha. Asal
Api diduga berasal
dari pembakaran
lahan.
04 November 2019 NIHIL - Lahan
terbakar1 Ha
rusaknya
lahan dan
kebun
272BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
seluas 4 Ha. Asal
Api diduga berasal
dari pembakaran
lahan.
07 November 2019 NIHIL - Lahan
terbakar4 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
273BENCANA
ALAM
Angin disertai hujan
dengan curah yang
sangat deras dalam
waktu lama di
daerah tersebut
mengakibatkan 1
rumah warga
ambruk tertimpah
pohon, 1 masjid
ambruk tertimpah
pohon dan 6 tiang
listrik ambruk.
Tidak ada korban
jiwa pada peristiwa
ini.
08 November 2019 NIHIL Rp 200,000,000 1 unit rumah
da mesjid-
tidak bisa di
tempati dan
terganggunya
aktivitas
warga
274BENCANA
ALAM
selokan air diatas
rumah Bpk Kasim
jebol
mengakibatkan
longsor,longsoran
tanah menimbun
jalan Desa.
08 November 2019 NIHIL Rp 75,000,000 akses jalan
tertutup-
terganggunya
aktivitas
warga
275BENCANA
NON ALAM
Hujan deras yang
disertai angin
kencang
mengakibatkan 1
unit rumah hampir
roboh a.n Bpk dodo
(55 Thn). Tidak ada
korban jiwa pada
peristiwa ini.
09 November 2019 NIHIL Rp 15,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
tempati
276BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
a.n Bpk Ajat dan
Junaedi. Api diduga
berasal dari
konsleting listrik.
11 November 2019 NIHIL - 1 unit rumah -tidak bisa di
tempati
277BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah (
Rusak Sedang) a.n
Bapak Kuswendi (1
KK 4 Jiwa). Api
diperkirakan berasal
dari tungku
pembakaran
11 November 2019 NIHIL Rp 1,000,000 1 unit rumah -tidak bisa di
tempati
278BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
seluas 1 Ha. Asal Api
diduga berasal dari
pembakaran lahan.
16 November 2019 NIHIL - Lahan
terbakar1 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
279BENCANA
ALAM
Telah terjadi
kebakaran lahan
seluas 5 Ha. Asal
Api belum diketahui
16 November 2019 NIHIL - Lahan
terbakar5 ha
rusaknya
lahan dan
kebun
280BENCANA
ALAM
Telah terjadi pohon
tumbang di ruas jalan
raya Jatinangor
Cileunyi
16 November 2019 NIHIL - akses jalan
terhambat
tehambat nya
lalu lintas
281BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran 2 unit
rumah panggung milik
Bpk. Edi Ukuran 6x9
M² dan rumah semi
permanen ukuran 4 x
6 m². Api
diperkirakaan berasal
dari konsleting listrik
dan meledaknya 2
tabung gas. Tidak ada
korban jiwa.
16 November 2019 NIHIL - 2 unit rumah 78 m²tidak bisa di
tempati
282BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran hutan/lahan
seluas ± 5 Ha. Api
berasal dari
pembakaran alang-
alang
16 November 2019 NIHIL -
lahan dan
hutan
terbakar
5 ha
rusaknya
hutan
danlahan
283BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran bangunan
kandang ayam seluas
225 M². sumber
belum diketahui.
16 November 2019 NIHIL 25,000,000Rp 1 bangunan 225 M²
terhambat
aktivitas
warga
284BENCANA
ALAM
sungai yang deras
mengerus tebing/TPT
jalan dan bila
dibiarkan akan
mengerus tebing
sehingga jalan
berpotensi terputus
dengan P 10 M dan T
2 M
21 November 2019 NIHIL - TPT roboh -
mengakibatka
n akses jalan
tertutup
285BENCANA
ALAM
Terdapat retakan-
retakan di kebun milik
warga, jarak dari
lokasi retakan ke
pemukiman 20 M
dengan P. 60 M, L. 10-
50 Cm dan
Kedalaman 30-150
Cm. peyebab kejadian
tersebut adalah Hujan
dengan intensitas
tinggi.
21 November 2019 NIHIL - kebun -mrusaknya
rumah warga
286BENCANA
ALAM
Telah terjadi
longsoran lokasi
pertama P. 15 M, L.
50 M Kedalaman 3 M
dan lokasi kedua
P.11,40 M, L. 5 M,
Kedalaman 2 M
22 November 2019 NIHIL - lahan -
terganggunya
aktivitas
warga
287BENCANA
ALAM
7 rumah warga
terkena banjir lumpur,
Adapun pemilik
rumah atas nama :
1. Enceng sudarwono
(38 tahun).
2. Rojak (52 THN).
3. Memed (70 THN)
4. Weri (49 THN)
5. Yanto (36 THN)
6. Dadan (36 THN)
7.Yuyu (48 THN).
Hujan dengan
intensitas tinggi dan
tidak ada saluran air
akibat pembuatan
jalan menuju tempat
pembuangan sampah
hal tersebut yang
merupakan
menyebabkan
peristiwa tersebut.
Tidak ada korban jiwa
24 November 2019 NIHIL - 7 rumah -tidak bisa di
huni
288BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran tempat
penyimpanan limbah
milik Bpk. H. Yusuf (
H. Peng peng). Api
diduga bersal dari
puntung rokok. Tidak
ada korban dalam
peristiwa ini.
27 November 2019 NIHIL 7 unit rumah -
terganggunya
aktivitas
warga
289BENCANA
NON ALAM
Telah terjadi
kebakaran rumah
permanen yang
berukuran 8 x10 Tipe
36, yang terbakar
dengan ukuran 3 x3
m. Api diduga berasal
dari hubungan arus
pendek listrik.
27 November 2019 NIHIL 15,000,000Rp 1 unit rumah 80 M²tidak bisa di
tempati
S U M E D A N GS U M E D A N G
S U B A N GS U B A N G
M A J A L E N G K AM A J A L E N G K A
B A N D U N GB A N D U N GG A R U TG A R U T
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
I N D R A M A Y UI N D R A M A Y U
K O T A B A N D U N GK O T A B A N D U N G
T A S I K M A L A Y AT A S I K M A L A Y A
B A N D U N G B A R A TB A N D U N G B A R A T
Kec. Buahdua
Kec. Tomo
Kec. Jatigede
Kec. Conggeang
Kec. Surian
Kec. Wado
Kec. Cisitu
Kec. Ujungjaya
Kec. Sukasari
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Situraja
Kec. Cibugel
Kec. Jatinunggal
Kec. Tanjungmedan
Kec. Pamulihan
Kec. Cimalaka
Kec. Ranca Kalong
Kec. Paseh
Kec. Darmaraja
Kec. Cimanggung
Kec. Ganeas
Kec. Jatinangor
Kec. Cisarua
Kec. Tanjung Kerta
Kec. Sumedang Utara
Kec. Tanjungsari
SURIAN
GENDEREH
CIBULUH
CITENGAH
UNGKAL
KADU
KAMAL
TANJUNG
BUGEL
TOMO
JINGKANG
JEMAH
GENTENG
CIBUBUAN
CIMARGA
SUKAJAYA
CIJAMBU
CIPICUNG
CIPELES
JAMBU
CIMANINTIN
KAREDOK
CIMUNGKAL
UJUNGJAYA
SUKAJADI
CIPEUTEUY
CIPELANG
PAJAGAN
CIBUNAR
CINTAJAYA
CIPASANG
SUKARJAYA
CISAMPIH
LICIN
SUKAMANAH
KARYAMUKTI
KARANGLAYUNG
CILOPANG
BOROS
CIBUGEL
CIBITUNG
BABAKANASEM
WANASARI
GANJARESIK
SARIMEKAR
PADAASIH
BANGBAYANG
PALABUAN
SINDULANG
CACABAN
PADANAAN
CIRANGGEM
SUKARAJA
KADAKAJAYA
CIPEUNDEUY
CILENGKRANG
CIJERUK
MEKARASIH
BANYURESMI
PASANGGRAHAN
BUANAMEKAR
PADASARI
CIMARIAS
WARGALUYU
KIRISIK
KERTAMUKTI
JAYAMEKAR
MARONGGE
CIHERANG
PAKUALAM
CILEMBU
CIKURUBUK
PANADEGAN
CIGENDEL
CITALEUS
DARMAWANGI
GUNASARI
NEGLASARI
SUKAHAJI
CIPAKU
LINGGAJAYA
WADO
CIMANGGUNG
CISITU
CICARIMANAH
LEBAKSIUH
SITU
PASIRBIRU
TOLENGAS
AMBIT
TAMANSARI
CIJEUNGJING
WANAJAYA
CILELES
CIBOGO
CINANGSI
CIKARAMAS
BANJARSARI
TANJUNGMULYA
CILANGKAP
NARIMBANG
KADUWULUNG
JEMBARWANGI
KARANGBUNGUR
HARIANG
CIBUNGUR
SUKAWANGI
RAHARJA
CIJATI
SUKAKERSA
CITIMUN
RANCAKALONG
SINDANGSARI
CIPAMEKAR
MEKARBAKTI
SINDANGGALIH
BONGKOK
NAGARAWANGI
NALUK
SUKAMULYA
SUKAPURA
SUKATALI
GIRIMUKTI
TEGALMANGGUNG
BUAHDUA
GUNTURMEKAR
SUKAMUKTI
KUDANGWANGI
CIGINTUNG
KADUJAYA
SUKAMANTRI
CINANJUNG
PAMEKARAN
CIJAMBE
SUKATANI
TARIKOLOT
WANAKERTA
NAGRAK
CIUYAH
TANJUNGMEKAR
CIKONENG
KEBONCAU
CISURAT
CITALI
GANEAS
PADAJAYA
RANJENG
SEKARWANGI
CIKAREO SELATAN
TANJUNGWANGI
BANYUASIH
SUKAMAJUMALAKA
PASIREUNGIT
SUKASIRNARASA
CIKAHURIPAN
KOTAKULON
JATIHURIP
JATIROKE
HEGARMANAH
PASEH KALER
CIEUNTEUNG
CISALAK
CISEPUR
CIKEUSI
TRUNAMANGGALA
KARANGPAKUAN
CILAYUNG
RANCAMULYA
CIGENTUR
CIPANDANWANGI
CIPACING
JATIMEKAR
MULYAMEKAR
HAURKUNING
MULYASARI
LEGOK KIDUL
CIPTASARI
SUKAMENAK
BANTARMARA
MARGAMEKAR
BOJONGLOA
CINANGGERANG
SUNDAMEKARCIKONDANG
CIPANAS
PAMEKARSARI
PAMULIHAN
CIBEUSI
CIBEUREUM KULON
CIPANCAR
MULYAJAYA
SUKALUYU
CIJELER
CIPAMEUNGPEUK
MEKARMUKTI
PALASARI
CIBEUREUM WETAN
MEKARJAYA CISARUA
SIRNAMULYA
BAGINDA
SUKASARI
SIRNASARI
PANYINDANGAN
TANJUNGHURIP
SUKAWENING
PAWENANG
NYALINDUNG
MARGAMUKTI
SINDANGPAKUAN
SITURAJA UTARA
DAYEUHLUHUR
PASIGARAN
TARUNAJAYA
LEGOK KALER
SAYANG
KEBONKALAPA
JATIMULYA
GALUDRA
CIKADU
CIKERUH
CIKOLE
CIMARA
SITUMEKAR
MEKARSARI
CIBEUREUNYEUH
MANDALAHERANG
PADASUKA
GUDANG
GUNUNGMANIKMARGAJAYA
PASEH KIDUL
MEKARMULYA
SUKADANA
LEUWIHIDEUNG
KEBONJATI
KOTAKALER
KERTAMEKAR
KARANGHEULEUT
CIHANJUANG
KUTAMANDIRI
NANGGERANG
KERTAHARJA
CIKAREO UTARA
HAURGOMBONG
DARMAJAYA
SAWAHDADAP
CIMALAKA
SUKARAPIH
CONGGEANG WETAN
SERANG
SITURAJA
JATISARI
CIMUJA
SUKAGALIH
TALUN
MANGUNARGACINTAMULYA
SUKARATU
MARGALUYU
MEKARGALIH
JATIMUKTI
CONGGEANG KULON
JATIBUNGUR
TANJUNGSARI
DARMARAJA
REGOL WETAN
WADUK JATIGEDE
810000
810000
820000
820000
830000
830000
840000
840000
850000
8500009220
000
9220
000
9230
000
9230
000
9240
000
9240
000
9250
000
9250
000
9260
000
9260
000
9270
000
9270
000
PETA ADMINISTRASIKABUPATEN SUMEDANG
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
LEGENDA :
Wilayah Administrasi :Kec. PasehKec. Ranca KalongKec. SiturajaKec. SukasariKec. Sumedang SelatanKec. Sumedang UtaraKec. SurianKec. Tanjung KertaKec. TanjungmedanKec. TanjungsariKec. TomoKec. UjungjayaKec. Wado
Kec. BuahduaKec. CibugelKec. CimalakaKec. CimanggungKec. CisaruaKec. CisituKec. ConggeangKec. DarmarajaKec. GaneasKec. JatigedeKec. JatinangorKec. JatinunggalKec. Pamulihan
Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
SKALA 1:190.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
PENYUSUNAN DOKUMENRENCANA KONTIJENSI BENCANA TANAH LONGSOR
KABUPATEN SUMEDANG
!(!(
!(
S U M E D A N GS U M E D A N G
G A R U TG A R U TB A N D U N GB A N D U N G
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Ganeas
Kec. Pamulihan
Kec. Cimanggung
Kec. Sumedang Utara
Kec. Situraja
Kec. Cisarua
Kec. Cibugel
Kec. Ranca Kalong
Kec. Situraja
Kec. Cimalaka
Kec. Cisitu
Desa Sukajaya
Desa Cipancar
Desa Citengah
Desa Pasanggrahan
Desa Gunasari
Desa Ciherang
Desa Margamekar
Desa Baginda
Kelurahan Kota Kulon
Desa Regol Wetan
Desa Cipamengpeuk
Desa Sukagalih
Kelurahan Talun
CITENGAH
SUKAJAYA
MARGAMEKAR
SINDULANG
PASANGGRAHAN
CIMARIAS
CIHERANG
CIJERUK
GUNASARI
CINANGGERANG
CIKONDANG
BANGBAYANGCILEMBU
CIPANCAR
GIRIMUKTI
CIMANGGUNG
CIPAMEUNGPEUK
CIKONENG
GANEAS
SITU
TEGALMANGGUNG
KOTAKULON
BAGINDA
TANJUNGHURIP
SUKAWENING
RANCAMULYA
SUKALUYU
DAYEUHLUHUR
JAYAMEKAR
SIRNAMULYA
PADASUKA
CISALAK
PAMEKARAN
SINDANGGALIH
KOTAKALER
MULYASARI
SUKAGALIH
TALUN
BANTARMARAKEBONKALAPA
CIGENDEL
PASIRBIRU
BUANAMEKAR
MEKARBAKTI
REGOL WETAN
SUKAHAJI
CIUYAHCIMUJA
CIGENDEL
MARGAMUKTI
SINDANGPAKUAN
KADUWULUNG
MEKARJAYAMARGAMUKTI KEBONJATI
KARANGHEULEUT
CISARUA CIMARA
816000
816000
819000
819000
822000
822000
825000
825000
828000
828000
9231
000
9231
000
9234
000
9234
000
9237
000
9237
000
9240
000
9240
000
9243
000
9243
000
PETA ADMINISTRASI KECAMATAN SUMEDANG SELATANKABUPATEN SUMEDANG
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
PENYUSUNAN DOKUMENRENCANA KONTIJENSI BENCANA TANAH LONGSOR
KABUPATEN SUMEDANG
SUMEDANG MAJALENGKA
SUBANGCIREBON
BANDUNG
KUNINGAN
BANDUNG BARAT
PURWAKARTA
GARUT
INDRAMAYU
KOTA BANDUNG
INDRAMAYU
KOTA CIREBON
KOTA CIMAHI
WPNK-JB
CIANJUR
CIAMIS CIAMIS
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
SKALA 1:50.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LEGENDA :Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :
Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
Wilayah Administrasi :Desa Pasanggrahan
Kelurahan TalunKelurahan Kota KulonDesa SukajayaDesa SukagalihDesa Regol Wetan
Desa MargamekarDesa GunasariDesa CitengahDesa CipancarDesa CipamengpeukDesa CiherangDesa Baginda
!(!(
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Pamulihan
Kec. Sumedang Utara
819000
819000
822000
822000
9237
000
9237
000
9240
000
9240
000
PETA JALUR EVAKUASIKELURAHAN PASANGGRAHAN BARU
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
SUMEDANG MAJALENGKA
SUBANGCIREBON
BANDUNG
KUNINGAN
BANDUNG BARAT
PURWAKARTA
GARUT
INDRAMAYU
KOTA BANDUNG
INDRAMAYU
KOTA CIREBON
KOTA CIMAHI
WPNK-JB
CIANJUR
CIAMIS CIAMIS
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
SKALA 1:50.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LEGENDA :Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :
SungaiHidrologi :
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
Ciraja
Ciraja Girang
CibiukCiguling
Citepus
Kareumbi
Darmaga
Cilipung
Ciguling
Cirahong
Pasirhuni
GentengParigi
Citamiang
PENYUSUNAN DOKUMENRENCANA KONTIJENSI BENCANA TANAH LONGSOR
KABUPATEN SUMEDANG
Jalan ArteriJalan KolektorJalan Lokal
Penggunaan Lahan :Kawasan Permukiman
Titik Kumpul Pengungsian :1. Kantor Camat Sumedang Selatan2. Kantor Lurah Pasanggrahan Baru3. Kantor Polsek Sumedang Selatan4. Kantor Kodim 0610 Sumedang
Kondisi Jalur Evakuasi
Jalur Evakuasi Bencana
!(!(
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXYXY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XYXY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
XY
è
è
èè
®v
D
D
è
DDD
è
DDD
è
èè
D
DD
è
Dè
è
è
è
èè
è è
DDD
DDD
è
è
è
__
&
?
?
®v
d
DD
DD
DD
DD
DD
DD
DD
DD
DD
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
G
è
è
è è
è
è
è
èèè
è
èè
è
è
è
è
è è
è
è
èè
èè è
è
è
è
è
èè
è
è
è
è
è
è
$1
$1
$1$1
![
Kec. Sumedang Selatan
Kec. Pamulihan
Kec. Sumedang Utara
819000
819000
822000
822000
9237
000
9237
000
9240
000
9240
000
PETA SEBARAN FASILITAS UMUMKELURAHAN PASANGGRAHAN BARU
PETA INDEKS
:Sumber Peta :- Peta RBI, Badan Informasi Geospasial- Peta Administrasi Kabupaten Sumedang Tahun 2019- Peta Rawan Bencana BNPB Tahun 2018- Peta Rawan Bencana Kab Sumedang 2015 (BPBD Sumedang)- RTRW Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031- Digital Elevation Model (DEM) Terrasar Th 2012 Resolusi 9 m- Hasil Interpretasi dan Analisis Konsultan, Tahun 2019
SUMEDANG MAJALENGKA
SUBANGCIREBON
BANDUNG
KUNINGAN
BANDUNG BARAT
PURWAKARTA
GARUT
INDRAMAYU
KOTA BANDUNG
INDRAMAYU
KOTA CIREBON
KOTA CIMAHI
WPNK-JB
CIANJUR
CIAMIS CIAMIS
0 10 20 30 405Kilometers
Proyeksi : WGS-84, UTM Zone 48 S
SKALA 1:50.000
PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANGBADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LEGENDA :Batasan Wilayah : Jaringan Jalan :
Rel Kereta ApiJalan TolJalan ArteriJalan KolektorJalan LainJalan Lokal
SungaiHidrologi :
!( Ibukota KabupatenIbukota Kecamatan!(
Ibukota Pemerintahan :Waduk Jatigede
Batas KabupatenBatas KecamatanBatas Desa
Ciraja
Ciraja Girang
CibiukCiguling
Citepus
Kareumbi
Darmaga
Cilipung
Ciguling
Cirahong
Pasirhuni
GentengParigi
Citamiang
PENYUSUNAN DOKUMENRENCANA KONTIJENSI BENCANA TANAH LONGSOR
KABUPATEN SUMEDANG
Fasilitas Umum :
XY XY XY XY Kawat Listrik Tegangan TinggiPipa Bahan Bakar Diatas Tanah
d PLTDO Pasar& Pelayanan Pos_ Pelayanan Telepon®v Rumah Sakit/Puskesmas
G Gereja![ Kantor Camat$1 Kantor Lurah? Kantor PolisiD Kuburan Islamè Masjid