10 agenda politik perempuan final

106
10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM GERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM MARET 2014

Transcript of 10 agenda politik perempuan final

Page 1: 10 agenda politik perempuan final

10 AGENDA POLITIK PEREMPUANMEWUJUDKAN

INDONESIA BERAGAM

GERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

MARET 2014

Page 2: 10 agenda politik perempuan final
Page 3: 10 agenda politik perempuan final

10 AGENDA POLITIK PEREMPUANMEWUJUDKAN

INDONESIA BERAGAM

GERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

MARET 2014

Page 4: 10 agenda politik perempuan final

ii 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

10 AGENDA POLITIK PEREMPUANMEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

PenyusunTim Penyusun 10 Agenda Politik Perempuan

Penyunting Misiyah (Institut KAPAL Perempuan) Ruby Kholifah (AMAN Indonesia)Anis Hidayah (Migran CARE)

Penyelaras Akhir Dian Kartika Sari (Koalisi Perempuan Indonesia)

GERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

MARET 2014

Page 5: 10 agenda politik perempuan final

iii

10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN

1. Pemenuhan hak kesehatan reproduksi dan seksualitas

2. Pemenuhan hak atas pendidikan terutama pendidikan perempuan

3. Penghentian Kekerasan terhadap perempuan

4. Penghentian pemiskinan perempuan dan kelompok marginal melalui perlindungan posial

5. Perlindungan perempuan dalam situasi konflik, bencana serta pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam

6. Pemenuhan hak atas pekerjaan yang layak bagi perempuan

7. Perlindungan atas kebebasan berkeyakinan dan beragama

8. Hak politik perempuan

9. Penghapusan produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas

10. Penghentian korupsi

Page 6: 10 agenda politik perempuan final

iv 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

PENGANTAR

PEMILU sebagai proses demokrasi lima tahunan sejatinya memiliki makna penting bagi perjuangan seluruh elemen bangsa, termasuk bagi perempuan. Di tengah euforia pragmatisme politik yang

selama ini menguat dan mendapatkan panggung besar dalam pesta demokrasi tersebut, demokrasi yang substansial menjadi kebutuhan yang harus didesakkan. Berbagai organisasi masyarakat sipil mengambil inisiatif-inisiatif sebagai bentuk quality control untuk mendorong agar Pemilu menghasilkan pemimpin-pemimpin baik legilatif maupun eksekutif yang memiliki visi keberpihakan kepada rakyat, seperti Gerakan Caleg Bersih, Gerakan Tolak Politik Uang dan Pantau Pemilu.

Menyikapi penyelenggarakan ritual politik 5 tahunan, Pemilihan Umum (Pemilu), gerakan perempuan telah berkontribusi mendorong peningkatan kualitas demokrasi, melalui jaminan keterwakilan sekurang-kurangnya 30 % dalam politik representasi. Namun keterwakilan 30% perempuan dalam politik representasi saja, tidaklah cukup untuk membebaskan perempuan dan kelompok terpinggirkan lainnya dari kungkungan kemiskinan dan ketertindasan di Indonesia. Dibutuhkan suatu agenda untuk menyelesaikan masalah-masalah utama bangsa, terutama yang sangat dirasakan oleh perempuan dan kelompok miskin dan marjinal.

Pasca reformasi, pergantian pemerintahan selama ini belum menunjukkan adanya perubahan signifikan terhadap nasib perempuan miskin yang rentan dan tertindas. Setelah 69 tahun bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya, namun bagi perempuan, sesungguhnya mereka belum benar-benar merdeka dari diskriminasi, eksploitasi dan pemiskinan. Untuk itu, pergantian pemerintahan baru pada tahun 2014 ini diharapkan sekaligus sebagai babak baru bagi perbaikan pemenuhan hak-hak perempuan.

Situasi diatas menjadi latar belakang beberapa organisasi masyarakat sipil yang concern pada perjuangan pemenuhan hak-hak perempuan

Page 7: 10 agenda politik perempuan final

v

mengambil inisiatif dengan menyatukan Gerakan Perempuan untuk Mewujudkan “Indonesia Beragam”- Berdaulat, Bersih, Sejahtera, Adil Gender, Bergerak, Majemuk. Indonesia Beragam merupakan sebuah gerakan perempuan yang bercita-cita membangun peradaban Indonesia yang bersih dari korupsi, bebas dari kemiskinan, bebas dari segala bentuk kekerasan dan rasa takut untuk mencapai keadilan dan kedaulatan bagi rakyat miskin, perempuan dan kelompok marginal.

Untuk itu, Gerakan Perempuan Mewujudkan INDONESIA BERAGAM, menyusun 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN yang akan didesakkan kepada calon-calon pemimpin bangsa periode 2015-2019, untuk mewujudkan INDONESIA BERAGAM, sebuah tatanan kehidupan dan pemerintahan Indonesia yang Berdaulat, Bersih, Sejahtera, Adil Gender dan Majemuk (Menghargai Keberagaman).

Jakarta, 7 Maret 2014

Page 8: 10 agenda politik perempuan final

vi 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

DAFTAR ISI

No SUBSTANSI Halaman

I Pengantar ................................................................... iv

II Deklarasi 10 Agenda Politik ..................................... viii

III Gerakan Perempuan dan 10 Agenda Politik Perempuan ................................................................. 1

1 Agenda 1. Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas ...................................... 2

2 Agenda 2. Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Terutama Pendidikan Perempuan .......... 9

3 Agenda 3. Penghentian Kekerasan terhadap Perempuan ............................................ 16

4 Agenda 4. Penghentian Pemiskinan Perempuan dan Kelompok Marginal ................................ 25

5 Agenda 5. Perlindungan Perempuan dalam Situasi Konflik, Bencana serta Pengelolaan Lingkungan dan Sumber daya Alam ....... 32

6 Agenda 6. Pemenuhan Hak Atas Pekerjaan yang Layak bagi Perempuan ............................ 41

7 Agenda 7. Perlindungan atas Kebebasan Berkeyakinan dan Beragama ................. 53

8 Agenda 8. Hak Politik Perempuan ........................... 59

Page 9: 10 agenda politik perempuan final

vii

9 Agenda 9. Penghapusan Produk Hukum yang Diskriminatif terhadap Perempuan dan Kelompok Minoritas ............................... 68

10 Agenda 10. Penghentian Korupsi ............................... 74

IV Daftar Pustaka ........................................................... 81

V Tim Penyusun 10 Agenda Politik ............................... 84

VI Tentang Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam ..................................................................... 85

Page 10: 10 agenda politik perempuan final

viii 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

DEKLARASI GERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Hentikan pembiaran negara terhadap tragedi nasional : Lonjakan drastis angka kematian ibu

melahirkan

Bertepatan dengan peringatan International Women’s Day (Hari Perempuan Internasional) 8 Maret, kami Gerakan Perempuan Mewujudkan “Indonesia Beragam” yang merupakan kolaborasi

dari organisasi-organisasi perempuan, organisasi pro demokrasi dan kelompok-kelompok marjinal di Indonesia menyerukan agenda politik kepada calon legislatif dan presiden. Kami mendesakkan agar pemerintah dan parlemen terpilih memprioritaskan penyelesaian tragedi nasional yaitu kenaikan secara drastis Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasar data Statistik Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang dilansir pada tahun 2013, angka kematian ibu melonjak menjadi 359 per 100 ribu kelahiran sementara dalam target pemerintah berada pada angka 108. Dibalik hitungan statistik ini, kematian ibu merupakan bentuk nyata kegagalan pemerintah untuk memenuhi hak hidup kepada rakyatnya terutama perempuan. Nyawa perempuan dipertaruhkan secara massif akibat pembiaran negara terhadap hak-hak kesehatan reproduksi perempuan dengan diabaikannya pemenuhan hak dasar ini dari prioritas pembangunan.

Pengabaian ini bertolak belakang dengan berbagai komitmen pemerintah sudah dengan tegas mengatur dalam hukum tertinggi di Indonesia yaitu Amandemen UUD 1945 khususnya pasal 28H ayat 1. Indonesia juga telah genap 30 tahun mengesahkan UU NO.7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk diskriminasi terhadap

Page 11: 10 agenda politik perempuan final

ix

perempuan (CEDAW), kemudian dilengkapi dengan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Mellinium Development Goals (MDGs) khususnya tujuan 5, International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994 bahkan pada tahun 2013 Menteri Kesehatan Meluncurkan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu RAN PPAKI 2013-2015.

Tidak satupun celah bagi pemerintah untuk mengelak dari tanggung jawab ini, penurunan angka kematian ibu harus menjadi prioritas pembangunan. Pemerintah mesti mengenali dan melakukan tindakan nyata untuk menghapus berbagai faktor utama yang menyumbang terjadinya kematian ibu, diantaranya adalah budaya patriarki, menguatnya fundamentalisme berbasis suku atau keagamaan dan privatisasi atau pengalihan tanggung jawab negara atas pelayanan publik. Berdasarkan situasi ini, Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam mendesakkan 10 agenda politik perempuan kepada pemerintah dan parlemen terpilih untuk memenuhi:

1. Hak kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan dan kelompok marjinal secara adil dan berkualitas;

2. Hak atas pendidikan terutama pendidikan perempuan yang berkualitas, berkeadilan gender dan menghargai keberagaman;

3. Penghentian segala bentuk kekerasan terhadap perempuan

4. Penghentian pemiskinan perempuan dan kelompok dan menyediakan perlindungan sosial yang memadai;

5. Perlindungan perempuan dalam situasi konflik, bencana serta menjamin pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam;

6. Hak atas pekerjaan yang layak bagi perempuan dengan memberikan perlindungan terhadap Buruh Migrant, Pekerja Rumah Tangga (PRT) migran dan dalam negeri, buruh perempuan dan dektor informal lainnya;

7. Perlindungan atas kebebasan berkeyakinan dan beragama ;

8. Hak politik perempuan yaitu hak beroganisasi, partisipasi dalam pengambilan keputusan , dan hak kewarganegaraan;

Page 12: 10 agenda politik perempuan final

x 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

9. Penghapusan produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas;

10. Penghentian korupsi

Jakarta, 7 Maret 2014

Penanggung Jawab Gerakan Perempuan Indonesia Beragam • Ruby Kholifah - AMAN Indonesia (dwiruby@amanindonesia.

org, HP: 081289448741)• Dian Kartikasari - Koalisi Perempuan Indonesia (dian@

koalisiperempuan.or.id, HP: 0816759865)• Misiyah - Institut KAPAL Perempuan (misi@kapalperempuan.

org, @misikapal, HP:08111492264)• Anis Hidayah - Migrant CARE ([email protected], @

anishidayah, HP: 08157872287)

Page 13: 10 agenda politik perempuan final

1

GERAKAN PEREMPUAN DAN 10 AGENDA POLITIKGERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Gerakan Perempuan mewujudkan INDONESIA BERAGAM meyakini bahwa 10 Agenda Politik Perempuan ini, merupakan agenda paling mendesak untuk dilaksanakan pada 5 tahun

periode pemerintah yang akan datang, untuk mengatasi kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat, terutama perempuan, kelompok miskin dan marjinal.

Gerakan Perempuan mewujudkan INDONESIA BERAGAM, percaya bahwa Pemilu 2014 adalah momen politik penting perubahan kepemimpinan bangsa dan negara. Pemilu sekaligus momen penting untuk memastikan, bahwa perubahan kepemimpinan negara dan bangsa ini akan semakin mendekatkan pencapaian tujuan negara, mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan seluruh warga negara dan mewujudkan keadilan sosial

Gerakan Perempuan Mewujudkan INDONESIA BERAGAM, mendesak komitmen partai politik, calon anggota dewan perwakilan rakyat serta calon Presiden dan wakil presiden, yang sedang dan akan berlaga pada Pemilu 2014 untuk melaksanakan dan mengintegrasikan 10 Agenda Politik Perempuan ini dalam pembangunan di semua tingkatan, serta melibatkan setiap elemen masyarakat, termasuk kelompok perempuan untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan pembangunan.

Gerakan Perempuan Mewujudkan INDONESIA BERAGAM, berkomitmen akan mengawal, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan 10 Agenda Politik Perempuan, sampai terwujudnya INDONESIA BERAGAM, yaitu Indonesia yang Berdaulat, Bersih, Sejahtera, Adil Gender dan Majemuk.

Page 14: 10 agenda politik perempuan final

2 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

AGENDA 1

PEMENUhAN hAK ATAS KESEhATAN, KESEhATAN REPRODUKSI DAN

SEKSUALITAS1

Tingginya Angka Kematian Ibu Melahirkan adalah darurat kemanusiaan di Indonesia yang

harus segera diakhiri

I. Latar Belakang

Kesehatan khususnya kesehatan reproduksi dan seksualitas adalah hak dasar setiap rakyat Indonesia. Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak atas kesehatan rakyatnya sepanjang siklus hidup manusia, sejak usia dini hingga tutup usia. Pemenuhan hak atas kesehatan merupakan modal utama untuk menentukan kualitas kepemimpinan dan keberlanjutan sebuah bangsa dan negara. Karena rakyat yang sehat dan cerdas merupakan kekuatan utama untuk mengisi kemerdekaan melalui pembangunan.

Sampai saat ini, hak atas kesehatan reproduksi dan hak seksualitas belum dapat dipenuhi secara menyeluruh oleh pemerintah kepada rakyat Indonesia. Hak atas kesehatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah meliputi : 1) hak atas penyediaan sistem perlindungan kesehatan yang memberikan kesetaraan kesempatan bagi setiap orang untuk menikmati tingkat kesehatan tertinggi, 2) hak untuk pencegahan, pengobatan dan pengendalian penyakit; 3) akses terhadap obat-obatan esensial; 4) ibu, anak dan kesehatan reproduksi; 5) akses yang sama dan tepat waktu untuk pelayanan kesehatan dasar; 6) penyediaan

1 Ditulis oleh : Titiana Adinda (Our Voice Indonesia) Lilis , Rena (Kalyanamitra)

Page 15: 10 agenda politik perempuan final

3

pendidikan dan informasi kesehatan; 7) partisipasi penduduk dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kesehatan di tingkat nasional dan masyarakat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa hak seksual mencakup hak asasi manusia yang telah diakui oleh hukum nasional dan internasional, serta dokumen dan perjanjian internasional2. Hak asasi ini termasuk hak semua orang untuk bebas dari pemaksaan, diskriminasi dan kekerasan untuk: 1) menerima pelayanan kesehatan yang berkualitas terkait dengan seksualitas, termasuk akses ke pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, 2) mencari dan menyampaikan informasi terkait dengan seksualitas, 3) mendapatkan informasi dan pendidikan seksualitas, 4) menghormati integritas tubuh, 5) memilih pasangan, 6) memutuskan untuk aktif seksual atau tidak, 7) melakukan hubungan seksual tanpa paksaan 8) memutuskan menikah tanpa paksaan, 9) memutuskan untuk memiliki atau tidak memiliki dan kapan mempunyai anak, 10) memiliki kehidupan seksual yang memuaskan, menyenangkan dan aman.

Organisasi Kesehatan Dunia juga menekankan bahwa pemenuhan hak asasi manusia seseorang harus memperhatikan dan menghormati hak asasi orang lain. Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan menyebutkan bahwa hak reproduksi adalah hak asasi ini berlandaskan atas pengakuan hak-hak dasar bagi pasangan dan individu untuk: 1) memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab terkait jumlah, jarak dan waktu memilki anak, 2)memiliki akses ke informasi dan pelayanan terkait, dan juga hak untuk mencapai standar kesehatan seksual dan reproduksi optimalnya, 3) hak untuk membuat keputusan terkait reproduksi tanpa adanya diskriminasi dan kekerasan, seperti yang disebutkan di Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan3

Persoalan kesehatan bukan persoalan medis semata melainkan terkait erat dengan penyediaan infrastuktur dan aspek politik, sosial

2 http://www.who.int/reproductivehealth/topics/sexual_health/sh_definitions/en/3 (International Conference on Population Development, Kairo, 5-13 September 1995,

paragraph 7.3).

Page 16: 10 agenda politik perempuan final

4 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

dan budaya. Kegagalan mengatasi tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi baru lahir, bayi dan balita serta pengendalian penyakit menular terkait erat dengan persoalan gagalnya pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan, keamanan dan keterjangkauan pangan dan air bersih, menyediakan infrastruktur khususnya jalan di pedesaan, penghapusan ketimpangan gender dan penghapusan pratek-praktek tradisi yang meminggirkan perempuan dan anak.

II. Data dan Fakta : Minimnya Pemenuhan Hak Atas Kesehatan

Sampai saat ini sebagian besar warga negara Indonesia belum dapat menikmati hak atas kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya AKI, meningkatnya jumlah penderita HIV dan AIDs dan menguatnya tradisi yang merugikan kesehatan anak perempuan seperti perkawinan dibawah umur dan sunat perempuan. Data dan fakta dibawah ini akan memberikan gambaran bagaimana kegagalan negara memenuhi hak atas kesehatan bagi warga negaranya terutama perempuan.

1. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjuk-kan bahwa, sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam. Diketahui, pada 2012 AKI mencapai 359 per 100 ribu per kelahiran hidup atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu per kelahiran hidup.

2. Laporan Menteri Kesehatan tentang Perkembangan HIV dan AIDS Triwulan 2 (Januari- Juni ) tahun 2013 menunjukkan bahwa:

a) Upaya pencegahan dan pengendalian HIV dan AIDS dan penyakit menular lainnya belum efektif, hal ini diindikasikan oleh adanya korban baru penderita HIV mencapai 10.210 orang, angka ini menggenapi total penderita HIV mencapai 108.600 orang. Disamping itu terjadi peningkatan kasus baru AIDS sebanyak 780 orang sehingga jumlah penderita AIDS mencapai 43.667 orang.

b) Rendahnya akses bagi penyandang HIV dan AIDS untuk memperoleh layanan kesehatan, ditunjukkan dengan jangkauan pemberian layanan obat-obatan hanya35% penderita HIV dan AIDS.

Page 17: 10 agenda politik perempuan final

5

c) Pergeseran pola perkembangan dan penularan HIV dan AIDS yang menunjukkan risiko tertinggi pada hubungan hetero seksual 59,9. Data ini menunjukkan bahwa perempuan, terutama ibu rumah tangga lebih rentan tertular HIV /AIDS dari pasangannya.

d) Kondisi kesehatan Bayi baru lahir, bayi dan Balita masih sangat memprihatinkan. Angka Kematian Bayi Baru Lahir, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita masih sangat tinggi. Laporan Pencapaian MDG tahun 2010 menunjukkan Angka Nasional dari Angka Kematian Bayi Baru lahir sebesar 19/1000, Angka Kematian Bayi sebesar 34/1000 dan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, namun di beberapa provinsi menunjukkan dua kali lipat dari angka nasional.

3. Rendahnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, terutama bidan dan dokter ahli spesialis kebidanan dan kandungan.

4. Tidak terpenuhinya kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan di pusat-pusat layanan kesehatan, sebagai akibat dari ketergantungan terhadap obat dan alat kesehatan import.

5. Rendahnya daya jangkau masyarakat miskin terhadap layanan kesehatan, karena buruknya infrastruktur dan tidak tersedianya sarana transportasi yang memadai di pedesaan dan daerah terpencil.

6. Rendahnya alokasi anggaran kesehatan dalam anggaran negara (baik di tingkat pusat maupun daerah) . Hingga kini alokasi anggaran untuk layanan kesehatan, belum mencapai 3%. Standar internasional menyatakan, pemerintah berkewajiban meng-alokasikan anggaran kesehatan sekurang-kurangnya 5% dari anggaran negara.

7. Masih banyaknya praktek-praktek tradisi yang merugikan kesehatan anak dan perempuan seperti sunat (khitan) perempuan dan perkawinan usia anak-anak.

8. Pemerintah tidak melakukan upaya maksimal untuk menghapuskan praktek-praktek tradisioal yang merugikan kesehatan perempuan dan anak. Sebaliknya justru melegalkan praktek diskriminatif melalui hukum dan peraturan perundangan, seperti Praktek sunat

Page 18: 10 agenda politik perempuan final

6 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

perempuan dilegitimasi oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 13636/MENKES/ PER/ XI/ 2010 tentang Sunat Perempuan4 dan perkawinan anak-anak dilegitimiasi melalui UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

9. Kelompok rentan terutama penyandang disabilitas, lanjut usia dan korban kekerasan mengalami berbagai rintangan untuk mendapatkan hak atas kesehatannya terutama disebabkan oleh mahalnya harga obat, mahalnya alat bantu kesehatan, rendahnya akses atau daya jangkau di pusat layanan kesehatan serta perilaku diskriminatif dari keluarga, masyarakat maupun petugas layanan kesehatan.

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Hak atas kesehatan mutlak harus dipenuhi oleh pemerintah karena telah diakui, dijamin dan diatur dalam berbagai peraturan perundangan di tingkat nasional, instrumen hukum internasional dan kesepatan internasional, yaitu :

1. UUD 1945, khususnya pasal 28 H ayat (1), Pasal 28 B, dan Pasal 34 ayat (3)

2. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), khususnya Pasal 2, Pasal 12, yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang No.7 tahun 1984

3. Konvensi-konvensi Internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia seperti Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia ( UU No. 5 tahun 1998, Konvensi Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya (UU No 12 Tahun 2005) ,

4. Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

5. UU No. 23 tahun 2009 tentang Kesehatan – Bagian Keenam

4 Meskipun surat tersebut sudah dicabut namun dalam masyarakat masih menganggap sunat ini sebagai kewajiban, bahkan praktek ini diperkuat oleh Fatwa MUI tahun 2010 tentang “Dilarang Melarang Sunat Perempuan”

Page 19: 10 agenda politik perempuan final

7

tentang Kesehatan Reproduksi.

6. Kesepakatan Internasional, Mengurangi Setengah Penduduk Termiskin di dunia yaitu: Tujuan Pembangunan Millennium (Millenium Development Goals -MDG), khususnya Goal 4: menurunkan angka kematian anak, Goal 5 : Meningkatkan kesehatan Ibu dan Goal 6 : Pemberantasan HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya.

IV. Agenda : Penuhi Hak Atas Kesehatan, Kesehatan Reproduksi Dan Seksualitas

Data dan fakta diatas menunjukkan bahwa pemenuhan hak atas kesehatan hingga kini masih belum dapat dinikmati oleh seluruh perempuan, anak-anak dan kelompok marjinal lainnya. Peraturan perundangan nasional, instrumen hukum dan kesepakatan internasional, menegaskan kewajiban negara, terutama pemerintah untuk memenuhi hak atas kesehatan, kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan agenda untuk:

1. Menciptakan kebijakan khusus untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan, perangkat dan alat kesehatan, dan tenaga kesehatan khususnya bagi penduduk di pedesaan dan daerah terpencil sesuai dengan situasi dan kebutuhan mereka.

2. Menyediakan sistem perlindungan sosial bidang kesehatan yang inklusif, sensitif dan responsif gender serta menyediakan jaminan persalinan gratis bagi setiap perempuan yang melakukan persalinan.

3. Menyediakan pelayanan dan fasilitas layak dan lengkap bagi perempuan yang melakukan konsultasi, pemeriksaan dan penanganan terkait kesahatan reproduksi perempuan.

4. Mengalokasikan anggaran negara sekurang-kurangnya 5% dari

Page 20: 10 agenda politik perempuan final

8 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

anggaran negara untuk kesehatan, terutama untuk kesehatan reproduksi, penurunan AKI, angka kematian Bayi dan Balita, pengendalian HIV dan AIDS, penyakit menular dan penyakit kronis.

5. Penyediaan infrastruktur dan transportasi pedesaan dan daerah terpencil untuk memperbaiki keterjangkauan terhadap layanan kesehatan.

6. Membangun dan mengembangkan produksi obat dan alat kesehatan nasional untuk menghentikan ketergantungan terhadap alat kesehatan dan obat import.

7. Menghapuskan dan merevisi semua peraturan perundangan yang mendukung praktek-praktek, tradisi, kebiasaan yang diskriminatif dan merugikan perempuan dan anak perempuan, seperti sunat perempuan, merevisi UU kesehatan terkait dengan pemberian pelayanan khusus terhadap kesehatan reproduksi tanpa diskriminasi, terutama diskriminasi berbasis kelas sosial, orientasi seksual, status perkawinan dan norma-norma konservatif lainnya, serta merevisi UU Perkawinan khususnya terkait usia perkawinan.

8. Memenuhi kebutuhan khusus layanan kesehatan bagi kelompok rentan seperti lansia, penyandang disabilitas, korban kekerasan, dan masyarakat di wilayah bencana, terpencil, pengungsian dan konflik.

Page 21: 10 agenda politik perempuan final

9

AGENDA 2

PEMENUhAN hAK PENDIDIKAN yANG BERKUALITAS, BERKEADILAN GENDER DAN

INKLUSIF 5

Perempuan Indonesia, terutama di pedesaan sebagian besar buta huruf, putus sekolah, mengalami diskriminasi, dan tidak dapat

menjangkau pendidikan berkualitas yang mahal

I. Latar Belakang

Pendidikan adalah hak dasar rakyat sehingga negara wajib menyediakan pendidikan sebaik-baiknya agar proses pencerdasan dan pemberdayaan setiap orang dapat berjalan dengan baik, yang pada gilirannya akan menciptakan kesejahteraan, keadilan dan perdamaian dalam masyarakat. Oleh karenanya pendidikan menjadi indikator penting dalam Index Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang setiap tahun diukur oleh UNDP. Pada tahun 2013, HDI Indonesia masih rendah dan berada di urutan 121.

Negara Indonesia mempunyai kerangka legalitas yang kuat untuk komitmennya terhadap pendidikan, dari UUD 1945 sampai konvenan-konvenan internasional yang diratifikasinya. Salah satu yang dijanjikan dalam berbagai dokumen tersebut adalah penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun berkualitas, bebas biaya dan tidak ada diskriminasi terhadap- terutama- perempuan dan kelompok marjinal.

5 Tulisan ini merupakan ringkasan paper “Persoalan Pendidikan Masa Pemerintahan SBY” oleh Tim Institut KAPAL Perempuan

Page 22: 10 agenda politik perempuan final

10 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Namun sampai hari ini rakyat masih belum dapat menikmati pendidikan dasar yang berkualitas, benar-benar bebas biaya dan tidak diskriminatif seperti yang dijanjikan tersebut. Pendidikan berkualitas masih menjadi “barang mewah”, banyak anak perempuan putus sekolah, anak-anak perempuan dan kelompok agama tertentu masih mengalami diskriminasi. Hal ini merupakan wujud kesenjangan antara komitmen negara dalam berbagai kebijakan yang dihasilkan dengan pelaksanaan pemenuhan Hak Atas Pendidikan.

II. Data dan Fakta : Minimnya Pemenuhan Hak Pendidikan di Indonesia

Bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan miskin, perempuan dan kelompok-kelompok marjinal masih jauh untuk dapat menjangkau pendidikan yang bebas biaya, berkualitas yang membawa nilai-nilai keadilan gender dan menghargai keberagaman. Problem ini dengan jelas ditunjukkan oleh realita:

1. Data pemerintah masih menunjukkan bahwa realisasi wajib belajar 9 tahun masih jauh dari yang dikomitmenkan karena pendidikan dasar yang berkualitas dan bebas biaya belum benar-benar tercipta6.

2. Pemerintah tidak konsisten dalam hal penyelenggaraan pendidikan dasar yang berkualitas dan bebas biaya, ini karena UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 9, justru mengatur bahwa masyarakat harus turut terlibat dalam pembiayaan pendidikan seperti dalam mewajibkan masyarakat memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. Maraknya berita anak-anak yang mencoba bunuh diri karena

6 Hasil penelitian Education Network for Justice di enam desa di Pasuruan, Bogor, dan Sumatera Utara menunjukkan setiap keluarga mengeluarkan sekitar 25% dari pendapatan keluarganya untuk biaya pendidikan baik secara langsung mau pun tidak langsung. Dari berita-berita media juga terungkap bahwa setiap awal tahun pelajaran orang tua selalu mengeluh tentang biaya masuk sekolah baik untuk tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Universitas.

Page 23: 10 agenda politik perempuan final

11

masalah biaya-biaya sekolah merupakan bukti yang nyata.7 Akibat dari ketentuan Pasal 9 UU No 20 tahun 2003 yang membebani masyarakat.

4. Alokasi Budget Negara untuk pendidikan minimal 20% diluar gaji guru belum terjadi. Hal ini terindikasi dari APBN dan sebagian besar APBD. Beberapa APBD menunjukkan sudah mencapai 20% tapi sebagian besar alokasinya digunakan untuk biaya rutin seperti gaji dan gedung.

5. Kesetaraan gender dalam pendidikan belum ditangani secara menyeluruh. Kebijakan-kebijakan yang menyebabkan anak perempuan putus sekolah tidak pernah direview oleh pemerintah. Misalnya, UU perkawinan yang memperbolehkan anak perempuan berusia 16 tahun untuk menikah telah menjadi legitimasi bagi pernikahan dini. Di beberapa daerah, praktek pernikahan anak dibawah 15 tahun masih banyak terjadi dan ini menjadi penyebab utama kesenjangan gender dalam pendidikan. Akibat lebih jauhnya, perempuan menjadi buta huruf dan miskin.

6. Meningkatnya jumlah kebijakan pemerintah maupun kebijakan sekolah yang mendiskriminasi anak perempuan dan anak-anak dari kelompok keagamaan yang disesatkan.8 Pembiaran terhadap maraknya kebijakan diskriminatif menunjukkan bahwa negara melakukan pembiaran terhadap pelanggaran hak atas pendidikan.

7. Langkanya kesempatan memperoleh pendidikan bagi disabel perempuan juga menyebabkan kemiskinan bagi populasi ini. Kesempatan pendidikan yang tersedia lebih diprioritaskan kepada laki-laki dibandingkan perempuan. Para disabel perempuan biasanya hanya mendapatkan pendidikan informal yang sifatnya

7 Peristiwa bunuh diri yang dilansir media pada tahun 2012 dan sampai saat ini masih banyak meskipun sudah dikeluarkan kebijakan pendidikan gratis 9 tahun . Sebagian besar siswa yang bunuh diri karena tidak bisa melanjutkan sekolah, iuran wisata yang sangat tinggi dari sekolah sehingga siswa miskin tidak bisa memenuhi, dan tidak bisa membayar biaya ujian sebesar Rp. 130 ribu.

8 Anak perempuan tidak boleh sekolah jika hamil atau menikah, adanya kebijakan tes keperawanan, siswa perempuan korban perkosaan dikeluarkan dari sekolah dan anak-anak dari aliran Syiah dan Ahmadiyah tidak bisa bersekolah di sekolah umum.

Page 24: 10 agenda politik perempuan final

12 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

pelatihan vokasional atau pelatihan ketrampilan dasar misalnya menjahit, menyulam, membuat kerajinan, dsb. Artinya jenis ketrampilan yang selama ini dikembangkan masih sangat terbatas pada belajar ketrampilan saja, tetapi tidak berfokus pada pengembangan pasar. Terlihat bahwa belum ada pemberdayaan kepada difabel perempuan untuk lebih mengandalkan segi intelektualitas dan sesuai dengan tuntutan zaman9

8. Pemerintah mengklaim angka buta huruf sudah menurun. Tetapi klaim keberhasilan pemerintah tersebut tidak menggambarkan konteks keaksaraan secara luas dan menyeluruh. Karena pemerintah hanya memfokuskan perhatiannya pada mereka yang berusia antara 15-40 tahun saja.

9. Tidak ada kebijakan yang komprehensif dan strategi pendanaan yang memadai untuk Pendidikan non formal dan informal. Padahal dalam konteks krisis ekonomi seperti sekarang, pendidikan non formal dan informal dapat menjadi bagian dari strategi utama menghadapi kemiskinan.

10. Mutu pendidikan masih menjadi pertanyaan besar, karena peningkatan kapasitas guru belum menjadi perhatian.

11. Kekerasan terutama kekerasan seksual di sekolah terhadap siswa masih tinggi.

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Amanat Pembukaan UUD 45 dijabarkan ke dalam Pasal 31 UUD 1945 yang menggariskan bahwa pendidikan merupakan hak dari tiap-tiap warga negara. Pemerintah wajib mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur melalui undang-undang yaitu: UU Sisdiknas No.20/2003, dan undang-undang yang lainnya, seperti UU tentang HAM, UU tentang perlindungan anak, UU tentang ratifikasi CEDAW.

9 Risnawati Utami, SH, MS/International Health Policy and Management, Relasi antara Gender, Disabilitas dan Kemiskinan, Februari 2014

Page 25: 10 agenda politik perempuan final

13

1. Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal 28 c, ayat 1 dan Pasal 31, ayat 1-5.

2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya Pasal 4, ayat 1-6, pasal 5; Pasal 11, ayat 1 dan 2; Pasal 40, ayat 1; Pasal 48, ayat 1; Pasal 49, ayat 1.

3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak pasal 2, 3, pasal 7 ayat 2, pasal 20, 54 dan 59 yang menegaskan pelarangan diskriminasi dan perlindungan oleh negara termasuk perlindungan dari kekerasan seksual.

4. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, pasal 10 menyatakan bahwa negara wajib menjamin tidak ada diskriminasi terhadap perempuan.

5. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, pasal 26 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pendidikan.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pasal 11 dan pasal 48, pasal 50-54 yang menegaskan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak dan kewajiban pemerintah memberikan afirmasi kepada kelompok-kelompok marjinal.

7. Pasal 13 Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, yang telah diratifikasi melalui UU No 11 tahun 2005

8. Education for All (pendidikan untuk semua)

9. Dalam Kerangka Aksi Dasar Pendidikan untuk Semua, terdapat enam tujuan pendidikan yang akan dicapai pada tahun 2015, salah satunya adalah memastikan di tahun 2015 semua anak, khususnya perempuan, anak yang berada dalam keadaan sulit dan mereka yang berasal dari etnis minoritas memiliki akses dan menyelesaikan WAJAR yang bebas biaya dan bermutu baik.

10. Millenium Development Goals (MDGs): Dua dari enam tujuan di atas kemudian diadopsi dalam MDG, khususnya goal 2 dan 3 salah satu target di tahun 2015, anak-anak dimana saja, anak perempuan dan laki-laki sama saja kelak mampu menyelesaikan pendidikan/

Page 26: 10 agenda politik perempuan final

14 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

menamatkan sekolahnya serta menghapus disparitas gender pada pendidikan dasar dan menengah, pada tahun 2005 dan pada semua tingkat pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

11. CONFINTEA VI: Pendidikan orang dewasa, pada konferensi CONFINTEA VI dihasilkan tentang Kerangka Kerja Aksi Belém untuk mempercepat realisasi pemenuhan hak pendidikan orang dewasa. Kerangka aksi ini menjelaskan bahwa untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi orang dewasa dan kaum muda, diperlukan beberapa aspek yang mendukung, yaitu: kebijakan; pemerintahan; pembiayaan; partisipasi, inklusi, kesetaraan; kualitas; dan monitoring serta evaluasi.

IV. Agenda : Penuhi Hak Pendidikan Yang Berkualitas, Berkeadilan Gender dan Inklusif

Data dan fakta membuktikan bahwa hak atas pendidikan bagi semua warga negara, belum terpenuhi. Peraturan perundangan nasional, intrumen hukum dan kesepakatan internasional sangat kuat memberikan mandat kepada negara, terutama pemerintah untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap hak atas pendidikan dan menyelenggarakan pendidikan dasar gratis, berkualitas, berkeadilan gender dan menghargai keberagaman.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

1. Menyelenggarakan pendidikan 9 tahun yang berkualitas dan tanpa biaya di seluruh Indonesia sehingga program wajib belajar 9 tahun dapat terpenuhi;

2. Mengalokasikan dana untuk pendidikan 20% diluar gaji guru baik untuk APBN maupun APBD;

3. Menerapkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender serta penghargaan terhadap keberagaman dalam pendidikan;

Page 27: 10 agenda politik perempuan final

15

4. Menurunkan angka buta huruf terutama buta huruf perempuan yang merupakan dua pertiga dari angka buta huruf di Indonesia;

5. Menyelenggarakan pendidikan non formal dan informal bagi pemuda dan kelompok-kelompok perempuan, miskin dan marginal;

6. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan mencabut kebijakan-kebijakan dan menghapus praktek-praktek yang mengarah pada privatisasi pendidikan dan diskriminatif.

7. Membuat kebijakan dan langkah-langkah affirmasi dalam rangka mempermudah akses perempuan disabel di berbagai bidang kehidupan, termasuk di bidang pendidikan serta meningkatkan kapasitas disabel perempuan melalui pendidikan baik formal maupun non formal10

8. Memperbaiki kualitas sistem pendidikan nasional melalui revisi UU Pendidikan agar memiliki perspektif keadilan gender, pluralis dan menghapus pasal-pasal yang sifatnya memprivatisasi pendidikan.

10 Rekomendasi Khusus Kelompok Disabel, Risnawati Utami, SH, MS/International Health Policy and Management, Relasi antara Gender, Disabilitas dan Kemiskinan, Februari 2014

Page 28: 10 agenda politik perempuan final

16 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

AGENDA 3

PENGhENTIAN KEKERASAN TERhADAP PEREMPUAN

Indonesia dalam situasi darurat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak

I. Latar Belakang

Setiap orang berhak untuk bebas dari kekerasan dan ancaman kekerasan dalam bentuk apa pun. Negara berkewajiban menghentikan segala bentuk kekerasan untuk melindungi setiap orang, terutama perempuan dan anak. Kewajiban negara melindungi setiap orang dari ancaman kekerasan dan tindak kekerasan tidak terbatas pada penghentian pada saat terjadinya kekerasan. Negara juga wajib menghapuskan faktor-faktor penyebab dan pelanggeng terjadinya kekerasan, mencegah potensi timbulnya kekerasan, menghentikan kekerasan yang tengah berlangsung, memberikan bantuan kepada korban dan melaksanakan penegakkan hukum dan menghukum pelaku kekerasan.

Sejumlah peraturan perundangan telah diciptakan untuk menghentikan kekerasan. Namun hingga kini kekerasan masih terus terjadi. Hasil Pemetaan kekerasan yang dilakukan oleh Komunitas untuk Indonesia yang Adil dan Setara (KIAS) menunjukkan bahwa kekerasan bukanlah persoalan hukum semata. Sikap dan cara pandang seseorang atau kelompok terhadap orang lain, tafsir agama, adat, budaya, dan kebijakan-kebijakan yang diskriminatif berpotensi mendorong dan melestarikan praktek-praktek kekerasan terhadap perempuan.

Page 29: 10 agenda politik perempuan final

17

II. Data dan Fakta : Kekerasan Terhadap Perempuan Terus Berlanjut

Berlanjutnya berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan yang disebabkan oleh faktor-faktor sikap dan cara pandang seseorang atau kelompok terhadap orang lain, tafsir agama, adat , budaya, dan kebijakan-kebijakan yang diskriminatif , dibuktikan oleh fakta dan data :

1. Laporan perkembangan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang diterbitkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Kepolisian Republik Indonesia serta Laporan KOMNAS Perempuan yang dikumpulkan dari berbagai organisasi perempuan, menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan, terus mengalami peningkatan.

2. Tingginya kasus kekerasan seksual semakin mengkhawatirkan. Data KOMNAS Perempuan menyebutkan pada tahun 2013 terdapat 2.521 kasus kekerasan seksual. Artinya, setiap hari ada 35 perempuan dan anak menjadi korban kekerasan seksual di Indonesia. Dari jumlah tersebut, perkosaan, merupakan kasus terbanyak (840 kasus) dan pencabulan (780 kasus). Kejahatan kekerasan seksual mengakibatkan korban mengalami tekanan psikologis, trauma, cacat, infeksi rahim, kemarahan, kehilangan harga diri dan kepercayaan diri, bahkan bunuh diri.

3. Dalam Kitab hukum pidana (KUHP), kasus kekerasan seksual dikategorikan sebagai tindak kejahatan terhadap kesusilaan. Kejahatan kekerasan seksual tidak dikatagorikan dalam tindak kejahatan terhadap manusia. Pengkategorian kekerasan seksual ke dalam tindak kejahatan kesusilaan ini merupakan bentuk diskriminasi melaluisubstansi hukum.

4. Kekerasan seksual juga terjadi pada anak-anak perempuan yang menjadi korban kawin paksa di usia anak. Kekerasan seksual jenis ini menjadi “kejahatan tersembunyi” karena adanya budaya yang membenarkan praktek perkawinan anak dan tidak pernah diperhitungkan di dalam data kekerasan seksual yang diterbitkan oleh berbagai pihak. Padahal perkawinan paksa di usia anak, merupakan kategori perkosaan terhadap anak-anak perempuan.

Page 30: 10 agenda politik perempuan final

18 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

5. Berdasarkan data (World Fertility Policies, United Nations) 2011 ada sekitar 16 juta orang yang menikah pada usia dini. Indonesia menempati peringkat ke 37 dari 73 negara pada kasus kawin pertama usia muda, dan menempati peringkat tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Hasil riset BKKBN tahun 2010 menunjukan bahwa prevalensi umur perkawinan pertama berusia antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 persen dari total jumlah perkawinan di Indonesia. Di daerah perkotaan sebanyak 21,75% anak-anak dibawah usia 16 tahun sudah dikawinkan. Di pedesaan, angkanya jauh lebih besar yaitu 47,79 %. 11

6. Kekerasan Seksual juga dialami oleh perempuan penyandang disabilitas. Laporan yang dihimpun Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Sumatra Barat menunjukkan, telah terjadi modus baru kekerasan seksual terhadap perempuan penyandang disabilitas, melalui bujuk rayu dan ikatan pacaran dan berhubungan seksual yang direkam tanpa sepengetahuan korban, dan film hasil rekaman digunakan untuk memeras korban dan bahkan diunggah ke internet.12

7. Pemetaan kekerasan terhadap perempuan yang dihasilkan KIAS menunjukkan13, bahwa sejumlah kekerasan terhadap perempuan tersebut bersifat struktural, yaitu karena adanya hukum dan kebijakan yang diskriminatif, tindakan otoritas desa, pimpinan adat dan politisi mencegah proses hukum dan mendorong penyelesaian secara adat atau secara “damai”, tindakan aparat Kepolisian yang lamban dalam penanganan kasus, tidak sensitif pada situasi korban dan menghentikan pemeriksaan karena tidak cukupnya alat bukti, tindakan jaksa yang cenderung menyalahkan korban dan mengajukan tuntutan hukuman ringan, sikap hakim yang menyudutkan korban, vonis pidana yang ringan terhadap pelaku, dan kurang aktif melakukan terobosan hukum .

8. Kekerasan terhadap perempuan bersifat kultural. Terjadinya

11 Rena Herdiyani, Kalyanamitra, Perkawinan Anak, Februari 201412 Laporan Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Sumatra Barat , 201313 KIAS, Laporan Pemetaan Kekerasan terhadap Perempuan, Febrari 2014

Page 31: 10 agenda politik perempuan final

19

kekerasan akibat adanya tafsir agama yang digunakan sebagai pembenaran tindak kekerasan, praktek-praktek kebiasaan, tradisi dan adat yang berpotensi menimbulkan kekerasan terhadap perempuan dan adanya organisasi-organisasi pendukung tindak kekerasan. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran serta cara pandang patriarkhi masyarakat juga merupakan faktor kultural utama. Masyarakat cenderung membenarkan tindakan pelaku dan menyalahkan hingga menghakimi korban dengan berbagai tindakan kekerasan psikis seperti mencemooh hingga mengucilkan korban, merupakan faktor budaya yang paling sulit untuk diubah.

9. Perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak, masih marak di Indonesia. Meski tidak ada data baku sebagai rujukan, namun hampir semua sumber menyatakan adanya peningkatan jumlah dan modus operandinya. Perempuan dan anak perempuan miskin merupakan kelompok paling rentan menjadi korban kejahatan perdagangan orang. Modus perdagangan perempuan dan anak terbanyak adalah melalui jalur ketenagakerjaan, pariwisata dan hiburan serta industri seks. Himpitan kemiskinan dan rendahnya pengetahuan perempuan dan anak dari keluarga miskin tentang bahaya dan berbagai bentuk modus perdagangan orang merupakan sebab utama dari kerentanan mereka menjadi korban.

10. Rendahnya akses terhadap keadilan bagi perempuan, merupakan faktor penyebab berlanjutnya kekerasan terhadap perempuan. Unit-unit pelayanan publik penanganan kasus kekerasan pada kantor kepolisian masih sangat terbatas. Jumlah Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) dan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) pada kantor kepolisian di tahun 2012 telah mencapai 535 unit di seluruh provinsi dan Kabupaten/kota di seluruh Indonesia14. Namun ketersediaan UPPA dan RPK ini dirasa masih sulit dijangkau oleh perempuan korban kekerasan, terutama perempuan miskin di pedesaan. Karena unit layanan disediakan di kantor kepolisian

14 Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, sambutan di Hari Ulang Tahun Polisi Wanita di Ciputat, Senin (10/9/2012), Sinar Harapan.

Page 32: 10 agenda politik perempuan final

20 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

di tingkat Kepolisian Daerah (Polda), bukan di Kepolisian Sektor (Polsek), yang lebih mudah dijangkau korban. Sumber daya manusia di kepolisian kurang memadai. Sejumlah RPK dan UUPA terpaksa diisi oleh polisi laki-laki, karena polisi wanita (Polwan) sangat terbatas. Jumlah total anggota polisi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 387.470 orang sedangkan jumlah polwan hanya 3,26 % atau 13.925 perempuan.15

11. Akses terhadap keadilan bagi perempuan bagi perempuan miskin, dalam bentuk dukungan pendampingan dan bntuan hukum juga masih sangat terbatas. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), masih sangat terbatas jumlahnya. Hingga tahun 2012, P2TP2A telah terbentuk di 33 Provinsi dan 242 Kabupaten dan Kota,16 artinya 298 Kabupaten/kota belum memiliki P2TP2A. Sejumlah organisasi dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) menyediakan pendampingan hukum dan mengembangkan sistem bantuan hukum struktural melalui pembentukan tim paralegal, namun jumlahnya masih terlalu sedikit.

12. Alokasi anggaran negara bagi kementerian dan lembaga negara untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan masih sangat terbatas. Disamping rendahnya alokasi anggaran negara yang diperoleh, lembaga dan kementerian tersebut memiliki masalah dalam implementasi , sehingga daya serap anggaran negara yang dikelolanya sangat rendah.

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Landasan hukum di tingkat nasional dan daerah dan instrumen hukum internasional untuk mendorong negara memenuhi kewajibannya dalam penghentian berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuansangat

15 Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, sambutan di Hari Ulang Tahun Polisi Wanita di Ciputat, Senin (10/9/2012, merujuk data POLRI

16 Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak dalam Rakornas P2TP2A, Jakarta 28 Juni 2013),

Page 33: 10 agenda politik perempuan final

21

kuatantara lain yaitu : 1. UUD 1945 terutama pada seluruh pasal dalam Bab tentang Hak

Asasi Manusia

2. UU No 24 tahun 2004 Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

3. UU No 13 Tahun 2006 Perlindungan Saksi dan Korban

4. UU No 21 Tahun 2007 Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

5. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap perempuan (CEDAW), khususnya Pasal 6.

6. Konvensi PBB tentang Tindak Pidana Transnasional yang terorganisir, diratifikasi melalui UU no 05 Tahun 2009

7. Protokol untuk mencegah, menindak dan menghukum perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak-anak, melengkapi Konvensi PBB tentang Tindak Pidana Transnasional yang terorganisir, diratifikasi melalui UU No 14 Tahun 2009

8. Protokol Menetang Penyelundupan migrant melalui Darat, Laut dan Udara, melengkapi konvensi PBB tentang Tindak Pidana Transnasional yang terorganisir, diratifikasi melalui UU No 15 Tahun 2009

IV. Agenda : Menghentikan Kekerasan Terhadap Perempuan

Data dan fakta menunjukkan bahwa Penghentian kekerasan terhadap perempuan belum maksimal dilakukan oleh pemerintah. Peraturan perundangan nasional dan instrumen hukum menegaskan kewajiban negara, terutama pemerintah untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

1. Mengefektifkan pelaksanaan semua undang-undang untuk

Page 34: 10 agenda politik perempuan final

22 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

penghentian kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan memalui peningkatan upaya-upaya pencegahan, meningkatan kapasitas kelembagaan, peningkatan alokasi anggaran serta mengembangkan dan menerapkan kerangka pemantauan dan evaluasi yang efektif.

2. Segera mengesahkan Rancangan Uundang-Undang Kekerasan Seksual

3. Memperluas ruang gerak masyarakat untuk membangun gerakan sosial menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan melibatkan masyarakat, kgususnya perempuan dalam perencanaan dan aksi pemerintah sebagai bentuk partisipasi masyarakat.

4. Menghapuskan semua peraturan perundangan, terutama Undang-Undang dan Peraturan Daerah yang diskriminatif terhadap perempuan. Serta melakukan langkah-langkah legislasi dan tindakan lain yang diperlukan untuk menghapus praktek budaya yang mendiskriminasi perempuan dan anak dan berpotensi menimbulkan kekerasan terhadap perempuan.

5. Meningkatkan akses terhadap keadilan bagi perempuan dan anak terutama bagi yang miskin melalui peningkatan jumlah, kualitas dan keterjangkauan terhadap unit-unit pelayanan publik bagi korban kekerasan.

6. Membangun sistem perlindungan perempuan, sebagai upaya pencegahan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan di segala aspek dan ranah

Page 35: 10 agenda politik perempuan final

23

AGENDA 4

PENGhENTIAN PEMISKINAN PEREMPUAN DAN KELOMPOK MARGINAL

Kemiskinan di Indonesia berwajah perempuan: dana penanggulangan kemiskinan meningkat

drastis, kemiskinan perempuan tidak menurun secara signifikan

I. Latar Belakang

Bebas dari kemiskinan adalah hak dasar semua rakyat Indonesia tanpa diskriminasi karena adanya perbedaan golongan, agama, suku, kelas, jenis kelamin, kemampuan fisik dan orientasi seksual. Pemenuhan hak untuk keluar dari kemiskinan terutama bagi perempuan dan kelompok-kelompok marjinal lainnya merupakan terjemahan dari hak untuk hidup layak dan bermartabat yang sudah dijamin oleh konstitusi nasional dan instrumen hukum internasional yang sudah ditandatangani Indonesia. Namun demikian kemiskinan masih menjadi masalah utama bagi Indonesia terutama proses pemiskinan yang terjadi pada perempuan (feminisasi kemiskinan) sebagai dampak dari kuatnya budaya patriarki. Beberapa faktor utama yang melanggengkan kemiskinan di Indonesia adalah budaya patriarki yaitu budaya yang mengagungkan laki-laki dan menempatkan perempuan sebagai obyek, kebijakan yang mengarah pada privatisasi pelayanan publik, rendahnya transaparansi yang diindikasikan dengan maraknya kasus-kasus korupsi, dan menguatnya proses segmentasi dalam masyarakat terutama berbasis pada golongan, agama dan kepentingan ekonomi politik.

Page 36: 10 agenda politik perempuan final

24 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Sampai saat ini, feminisasi kemiskinan masih tetap menjadi masalah krusial di Indonesia, beberapa indikasi yang mencolok adalah pemiskinan perempuan ini adalah tingginya angka kematian ibu melahirkan, pada tahun 2012 hingga mencapai 359 per 100.000 kelahiran, rendahnya lapangan kerja dan pendapatan perempuan (perempuan bekerja dengan kisaran upah Rp. 20,000-30,000 dengan jam kerja panjang sampai 15 jam17, rendahnya partisipasi perempuan dalam politik yang masih jauh dari pemenuhan kuota 30% dalam lembaga legislatif maupun Musrenbang, tingginya angka buta huruf perempuan mencapai 64% dari buta huruf adalah perempuan, serta terus meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan baik di wilayah domestik maupun publik.

Budaya patriarki sebagai akar masalah dari feminisasi kemiskinan ini tercermin dalam cara pandang, dan perilaku masyarakat diberlakukannya produk-produk hukum yang makin meminggirkan perempuan. Budaya patriarki makin mengental ketika mendapatkan legitimasi dari nilai-nilai adat dan agama dipraktekkan secara diskriminatif terhadap perempuan. Penyebab lain yang tidak kalah penting adalah adalah maraknya korupsi di Indonesia yang menimbulkan beban anggaran negara dan ujungnya adalah meningkatnya hutang luar negeri pemerintah Indonesia. Melalui utang luar negeri ini lembaga-lembaga keuangan internasional mendorong pemerintah Indonesia memprivatisasi pelayanan publik demi mengamankan pinjamannya. Akibatnya masyarakat harus membayar mahal untuk mendapatkan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air, bahan bakar dan lain-lain. Masalah lainnya adalah masyarakat yang terkotak-kotak berdasar agama, suku, kelas, orientasi politik dan pembedaan daerah-nasional mengakibatkan proses feminisasi kemiskinan semakin akut karena kebijakan-kebijakan publik didominasi untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu saja.

II. Data dan Fakta : Situasi Pemiskinan di Indonesia

Bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan miskin, perempuan

17 Hasil penelitian Institut KAPAL Perempuan “Kepemimpinan Perempuan dalam Penanggulangan Kemiskinan Paska Orde Baru”, 2012, belum diterbitkan.

Page 37: 10 agenda politik perempuan final

25

dan kelompok-kelompok marjinal, kemiskinan masih menjadi masalah serius di Indonesia , hal ini dibuktikan dengan data dan fakta :

1. Angka Kemiskinan berdasarkan laporan SUSENAS BPS 2013, bertambah menjadi 480.000 orang dalam periode 7 bulan yaitu Maret-September 2013. Indeks kemiskinan naik sebesar 1,75% menjadi 1,89%. Kemudian indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,43% menjadi 0,48%. Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan. Disamping itu terjadi kesenjangan antara kota dan desa yang ditunjukkan oleh indeks kedalaman kemiskinan perkotaan sebesar 1,41% sedangkan perdesaan melampaui angka 2,37% serta nilai indeks keparahan kemiskinan perkotaan hanya 0,37% dan daerah perdesaan sebesar 0,60%.

2. Data kemiskinan tidak menggambarkan situasi kemiskinan secara menyeluruh karena hanya fokus pada kelompok termiskin sehingga jumlah penduduk yang masuk dalam kategori hampir miskintidak tercatat. Dengan demikian kelompok hampir miskin ini tidak terjangkau padahal mereka sangat rentan untuk jatuh miskin akibat kebijakan pemerintah dan goncangan ekonomi, seperti kenaikan harga harga kebutuhan pokok.

3. Feminisasi kemiskinan seperti naiknya angka kematian ibu (AKI) mencapai 359 per 100,000 kelahiran, rendahnya kesempatan kerja dan upah tenaga kerja perempuan, kekerasan terhadap perempuan, rendahnya tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan dan lain-lain tidak dimasukkan dalam agenda penanggulangan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi penanggulangan kemiskinan tidak berbasis pada analisis dan perspektif gender.

4. Strategi penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terkoordinasi antar institusi dalam pemerintahan, mengakibatkan berbagai program pengurangan kemiskinan dan perlindungan sosial tidak tepat sasaran dan rentan menimbulkan konflik. Disamping itu program-program ini tidak dibarengi dengan strategi pemberdayaan

Page 38: 10 agenda politik perempuan final

26 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

khususnya bagi perempuan sehingga program hanya difokuskan pada pemberian bantuan dan tidak berdampak pada penguatan kapasitas perempuan.

5. Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan liberalisasi ekonomi mengakibatkan pemiskinan, karena kebijakan mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi ditempuh dengan jalan memperkuat investasi sektor pertambangan dan perkebunan yang mengakibatkan penggusuran, konflik, dan bencana serta eksploitasi terhadap buruh. Sementara kebijakan perdagangan bebas mengakibatkan harga kebutuhan melonjak tidak terkendali, mengakibatkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Perempuan sebagai pihak yang dibebani sebagai penyedia pangan sehari-hari bagi keluarga mengalami tekanan mental, bahkan rela bekerja pada sector informal, pekerjaan beresiko tinggi dengan upah rendah, rentan kekerasan dan tanpa perlindungan semisal menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) migran maupun dalam negeri.

6. Rendahnya tingkat akses dan manfaat yang dirasakan oleh perempuan miskin dari program-program pengurangan kemiskinan dan perlindungan sosial. Hal ini disebabkan karena sistem perlindungan sosial belum menyentuh aspek-aspek non ekonomi padahal feminisasi kemiskinan ini erat hubungannya dengan konteks-konteks sosial, politik dan budaya dalam masyarakat dan pemerintahan. Disamping itu, dalam program penanggulangan kemiskinan ini menempatkan rakyat miskin dan perempuan sebagai penerima manfaat pasif dan tidak diperhitungkan suaranya dalam pengambilan keputusan.

7. Tidak adanya keseimbangan alokasi anggaran negara antara alokasi untuk biaya rutin dan biaya birokrat dengan alokasi anggaran pembangunan. Sebagian besar pemerintah daerah mengalokasikan APBDnya (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) sekitar 80% - 85% untuk biaya rutin dan biaya birokrat

Page 39: 10 agenda politik perempuan final

27

dan hanya 15% -20% untuk anggaran pembangunan.18 Akibat dari kebijakan alokasi anggaran ini, layanan publik untuk kepentingan masyarakat tidak mengalami kemajuan. Alokasi anggaran untuk mengatasi kemiskinan, seperti bantuan pangan untuk penderita kurang gizi, sangat kecil dan tidak responsif gender.

8. Rendahnya kapasitas kepemimpinan perempuan miskin, kuatnya budaya patriarkhi, privatisasi pelayanan publik dan meningkatnya kebijakan diskriminatif yang mendomestifikasikan perempuan mengakibatkan sempitnya peluang perempuan memperjuangkan kepentingannya untuk mengatasi kemiskinan.

9. Keberadaan perempuan kepala keluarga yang tidak diakui oleh negara mengakibatkan, perempuan miskin yang berposisi sebagai kepala keluarga tidak memperoleh dukungan dari negara untuk melepaskan diri dari kemiskinan.

10. Meningkatnya kejahatan korupsi, merintangi upaya mengakhiri kemiskinan. Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan daerah-daerah yang kasus-kasus kemiskinan tinggi antara lain : Jawa Barat, Jawa Timur, jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan Kepulauan Riau. Provinsi-provinsi dengan tingkat korupsi yang tinggi tersebut juga memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak.

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Berbagai produk hukum di Indonesia telah dirumuskan dan disahkan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat, tidak terkecuali perempuan dan kelompok-kelompok marjinal, antara lain:

1. Undang-Undang Dasar 1945, terutama Pasal 28 H dan Pasal 34

2. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, tertutama terkait dengan hak untuk hidup layak dan bermartabat

3. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap perempuan (CEDAW), khususnya pasal yang mengatur tentang

18 Monitoring Gender Budget Koalisi Perempuan Indonesia

Page 40: 10 agenda politik perempuan final

28 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Hak Perempuan Atas Pekerjaan dan Kesempatan berusaha, hak perempuan untuk berpartisipasi di bidang ekonomi dan sosial dan hak-hak perempuan pedesaan, pada Pasal 11, Pasal 13 dan Pasal 14.

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);

6. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang telah diratifikasi melalui UU No. 11/2005 dan UU No. 12/2005

7. Berbagai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan sosial, meliputi : UU No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, UU No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia , UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan, UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial , UU No 16 Tahun 2011 Bantuan Hukum, UU No13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, UU No 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas), UU No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, UU No 18 Tahun 2012 Pangan, UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (selanjutnya disebut UU SPPN), Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Page 41: 10 agenda politik perempuan final

29

9. Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014. Termasuk dibentuknya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)19

10. Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development Goal- MDG) , seluruh tujuan (goal) dan sasaran (target) beserta indikator keberhasilannya ditujukan uuntuk menghapuskan setengah penduduk miskin di dunia,

IV. Agenda : Mengakhiri Pemiskinan

Bebas dari kemiskinan merupakan hak dasar semua rakyat Indonesia terutama rakyat miskin, perempuan dan kelompok-kelompok marjinal lainnya. Dasar hukum di Indonesia, instrumen hukum internasional dan kesepakatan internasional sangat kuat mewajibkan negara untuk memenuhi tanggung jawabnya mengakhiri pemiskinan

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk

1. Mengubah paradigma pembangunan lebih menekankan pada pembangunan manusia dan mewujudkan kesejahteraan sosial serta menerapkan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hak Perempuan (HAP)

2. Memperbaiki sistem perlindungan sosial yang adil gender, inklusif dan transformative melalui perbaikan desain program, paradigm, sistem pendataan, kebijakan dan alokasi anggaran serta tata kelola program penanggulangan kemiskinan yang menjawab masalah dan akar masalah pemiskinan yaitu krisis ekonomi,

19 Perpes No 15 tahun 2010, TNP2K, Strategi dan Instrumen Percepatan Penanggulangan Kemiskinan selanjutnya dapat dibaca dalam website TNP2K : http://tnp2k.go.id/kebijakan-percepatan/strategi-percepatan-penangulangan-kemiskinan )

Page 42: 10 agenda politik perempuan final

30 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

tingginya tingkat korupsi, privatisasi pelayanan publik, dan menguatnya budaya patriarki yang mengakibatkan ketimpangan gender dan segregasi masyarakat yang hanya mengutamakan kepentingan golongan masing-masing.

3. Memberikan kebijakan yang mengarah pada upaya menghapuskan budaya patriarki sebagai akar masalah pemiskinan perempuan dengan cara mengintegrasikan antara program penanggulangan kemiskinan dengan pengarusutamaan gender khususnya pening-katan partisipasi dan kepemimpinan perempuan untuk memas-tikan perempuan dapat mengakses, memantau, mengontrol, memberikan usulan dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta menikmati manfaat program penanggulangan kemiskinan

4. Mengesahkan produk-produk hukum mempunyai relevansi kuat dengan kemiskinan perempuan yaitu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), revisi UU perlindungan buruh migran dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) serta mencabut produk hukum yang mendiskriminasi perempuan dan kelompok marginal.

5. Merevisi produk-produk hukum yang mempunyai kontribusi dalam pemiskinan perempuan, yaitu revisi UU kesehatan dengan memberikan pelayanan khusus pada kesehatan reproduksi tanpa diksriminasi, terutama diskriminasi berbasis kelas sosial, orientasi seksual, status perkawinan, dan norma-norma konservatif lainnya. Revisi UU pendidikan dengan fokus pada sistem pendidikan yang memiliki perspektif keadilan gender, pluralis, dan menghapus pasal-pasal yang sifatnya memprivatisasi pendidikan. serta revisi UU perlindungan buruh migran dengan menekankan perspektif keadilan gender, perlindungan terhadap anggota keluarga dan kerentanan PRT migran, meminimalisir peran swasta, mendorong migrasi sebagai bagian dari pelayanan publik yang minim biaya serta memperkuat peran pemda dalam perlindungan buruh migran pada keseluruhan proses migrasi.

6. Mengubah indikator kemiskinan yang sesuai dengan realitas kemiskinan, serta menyusun data kemiskinan secara menye-

Page 43: 10 agenda politik perempuan final

31

luruh,sinergis, terpadu, data pilah berbasis gender yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat Indonesia. Data komprehensif ini dapat menjangkau semua kelompok miskin baik yang dikategorikan sebagairakyat termiskin, miskin,hampir miskin, dan kelompok rentan, agar pengelolaan program pe-nanggulangan kemiskinan menjadi tepat sasaran. Data-data tersebut harus merupakan data yang dapat dipertanggung jawab-kan kepada semua pihak.Menghentikan pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada proyek sesaat yang tidak berkelanjutan bahkan berdampak semakin memperparah pemiskinan.

7. Meningkatkan partisipasi sejati masyarakat, laki-laki dan perempuan khususnya perempuan miskin dan kelompok-kelom-pok marjinal dalam setiap tahapan pembangunan, sejak perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi .

8. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengatasi terjadinya korupsi dan penyalah-gunaan kewenangan terhadap implementasi program penanggulangan kemiskinan.

9. Menciptakan kebijakan penganggaran untuk membatasi penyalahgunaan kewenangan pejabat pemerintahan yang cenderung memperbesar alokasi anggaran untuk kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan masyarakat.

10. Menyediakan dukungan untuk mengembangkan kesempatan berusaha dan menyediakan lapangan kerja dengan upah layak bagi rakyat miskin, perempuan dan kelompok-kelompok marjinal

Page 44: 10 agenda politik perempuan final

32 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

AGENDA 5

PERLINDUNGAN PEREMPUAN DALAM SITUASI KONFLIK, BENCANA SERTA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SUMBER DAyA ALAM20

Eksploitasi sumber daya alam, mengeksploitasi perempuan juga

I. Latar Belakang

Setiap orang negara berhak atas rasa aman dan bebas dari rasa takut. Setiap orang berhak atas tempat tinggal dan lingkungan yang sehat dan aman. Pemenuhan hak atas rasa aman dan tempat tinggal yang sehat bagi setiap warga negara menjadi kewajiban negara, terutama pemerintah Indonesia yang memiliki kawasan luas dan sumberdaya alam melimpah.

Dari zaman dahulu, Indonesia sudah dikenal sebagai penghasil bahan-bahan tambang terbesar di dunia seperti: emas, perak, tembaga, timah, nikel dan juga batubara yang dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai Negara yang sedang memburu pertumbuhan ekonomi melalui ekspolitasi sumber daya alam, Indonesia menjadi incaran negara-negara dan perusahaan multi nasional sebagai pasar, sekaligus sumber bahan baku untuk industri dalam beberapa tahun terakhir.

Sesungguhnya pengelolaan sumber kekayaan alam Indonesia oleh negara dan pemerintah, tidak boleh dilakukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semata. Karena konstitusi (UUD45) hanya memberi negara hak untuk menguasai sumber-sumber kekayaan alam

20 Disusun Oleh Solidaritas Perempuan dan Instutute Global Justice

Page 45: 10 agenda politik perempuan final

33

untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kenyataannya, hingga kini penguasaan dan pengelolaan sumber-

sumber kekayaan alam belum dimanfaatkan untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sebaliknya, pemberian ijin investasi yang diberikan oleh negara kepada investor asing maupun investor dalam negeri, mengakibatkan berbagai bentuk bencana bangi perempuan dan kelompok miskin termarjinal, seperti: konflik, kelaparan, pengusiran paksa, dan bencana alam.

II. Data dan Fakta : Perempuan dalam konflik dan pengelolaan SDA

1. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam sangat besar. Data BPS terkait dengan kekayaan Indonesia sebagai berikut:

Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-201221

Tahun Batu Bara Bauksit Nikel Emas Perak Granit Pasir Besi Konsen-trat Tin

Konsen-trat

Tembaga(ton) (ton) (ton) (kg) (kg) (ton) (ton) (ton-

metrik)(ton-

metrik)

2009 228.806.887 935.211 5.819.565 140.488 359.451 n.a 4.561.059 56.602 973.347

2010 325.325.793 2.200.000 9.475.362 119.726 335.040 2.172.080 8.975.507 97.796 993.152

2011r) 415.765.068 24.714.940 12.482.829 68.220 227.173 3.316.813 11.814.544 89.600 1.472.238

2012*) 466.307.241 n.a 36.235.795 69.291 n.a n.a 11.545.752 44.202 2.385.121

2. Kekayaan alam yang berlimpah di Indonesia lebih banyak dikuasai oleh pemodal asing. Data Institute Global Justice (IGJ) menyebutkan bahwa 95% kegiatan investasi mineral dikuasi oleh perusahaan AS yaitu PT. Freeport Mc. Moran dan PT Newmont Corporation. Sebanyak 85% ekploitasi minyak dan gas dikuasai oleh asing, 48% migas dikuasai Chevron. Sebanyak 75-80% ekploitasi batubara, 65% perbankkan, dan 65%-70 % perkebunan

21 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=10&notab=3

Page 46: 10 agenda politik perempuan final

34 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

dikuasai perusahaan asing.

3. Penjualan (revenue) perusahaan-perusahaan tambang emas dan perak yang beroperasi di Indonesia dapat menghasilkan nilai produksi di atas US $3 M per tahun. Antara tahun 2000-2004 menghasilkan revenue sebesar 16,67 Miliar Dolar AS atau sekitar 153,364 trilyun rupiah. Nilai produksi dari tiga jenis mineral tersebut 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan nilai investasi perusahaan tambang mineral dalam 30 tahun terakhir. Berarti perusahaan tambang mampu mengeruk keuntungan yang sangat besar di Indonesia.

4. Kekayaan alam Indonesia tidak digunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Hal ini terbukti dari : 100 % mineral yang dihasilkan dari bumi Indonesia, sebesar 85 % gas bumi dan 75 % hasil perkebunan diekspor untuk kebutuhan industri negara-negara maju22.

5. Organisasi perdagangan dunia WTO dan berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA) secara terus menerus medorong penghapusan tarif dan perlindungan perdagangan yang dianggap menghambat pasar bebas. Lembaga keuangan dunia seperti IMF, World Bank dan ADB mendorong negara-negara untuk membuka jalan dan melancarkan liberalisasi investasi, perdagangan dan keuangan, agar investasi asing dapat dengan mudah ditanam di Indonesia. Ketergantungan Indonesia terhadap bantuan keuangan dari pemerintahan negara-negara industri maju dan lembaga keuangan global menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak memiliki posisi tawar.

6. Pengelolaan lahan dan sumber daya alam yang dikuasai oleh asing mengakibatkan bencana dalam bentuk konflik Agraria. Dalam situasi konflik, perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan mengalami berbagai bentuk kekerasan dan menjadi target untuk melemahkan pertahanan dan perlawanan kelompok

22 Salamuddin Daeng, Indonesia for Global Justice (IGJ) “Dominasi Modal Asing atas Kekayaan Alam Indonesia Presidium MKRI Nasional lihat link ini http://www.ratnasarumpaet.com/home/649-dominasi-modal-asing-atas-kekayaan-alam-indonesia.html

Page 47: 10 agenda politik perempuan final

35

masyarakat miskin dan marjinal. Data Konsorsium Pembaharu Agraria (KPA) menyebutkan telah terjadi 198 konflik agraria di seluruh Indonesia mencatat, pada tahun 2012. Konflik agraria ini mencakup luasan area sebesar 963.411,2 hektar, melibatkan141.915 kepala keluarga (KK). Selama 2 periode kepemimpinan SBY sejak tahun 2004-2013 konflik agraria yang telah terjadi mencapai 987 kasus dengan areal tanah seluas 3.680.974,58 hektar dan melibatkan 1.011.090 kepala keluarga.

7. Pengelolaan dan penguasaan sumber daya alam juga menimbulkan dampak negatif bagi perempuan. Perempuan kehilangan akses terhadapngan, air bersih dan mata pencaharian serta mengakibatkan perempuan lebih rentan mengalami eksploitasi dan kekerasan. Temuan Solidaritas Perempuan membuktikan bahwa (a) 325 perempuan pekerja di Desa Secondong, Sumatera Selatanterancam kehilangan mata pencaharian dan mengalami krisis air akibat kehadiran perkebunan kelapa sawit, (b) buruh perempuan di perkebunan kelapa sawit mengalami diskriminasi dan pelecehan, (c) Perempuan di Kecamatan Mantangai, Kalimantan Tengah tidak dapat lagi mengakses hasil hutannya, (d) gangguan kesehatan dan kesehatan reproduksi perempuan akibat perusahaan tambang, dan lain sebagainya. Laporan Lembaga Gemawan Pontianak, menemukan peran perempuan dalam perkebunan sawit, perempuan hampir mengerjakan semua fase pekerjaan perkebunan sawit, penyemprotan, pembibitan, pembersihan lahan, dan pemupukan. Namun perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan dan tidak ikut menikmati berbagai program pelatihan.

8. Pengelolaan sumber daya alam yang timpang berdampak pada terjadinya bencana alam. Lemahnya kontrol kebijakan penggunaan lahan, buruknya konsep tata kelola lahan dan rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan, menyumbang pada terjadinya banjir, kebakaran, kekeringan, longsor, dan sebagainya. Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB)23 mencatat awal tahun

23 http://www.bnpb.go.id/news/read/1943/372-kejadian-bencana-di-awal-tahun-2014

Page 48: 10 agenda politik perempuan final

36 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

2014 ada 372 kejadian,dengan 40% adalah banjir dan 26% longsor. Bencana ini mengakibatkan perempuan dan kelompok miskin termarjinal semakin miskin

9. Perijinan pertambangan batu bara, yang mudah mengakibatkan terjadinya pembukaan lahan untuk pertambangan batubara secara besar-besaran dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Lebih dari 120 perusahaan memperoleh Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk menguasai lahan seluas lebih dari 5,2 juta hektar. Sementara ratusan perusahaan lainnya beroperasi dengan Kuasa Pertambangan (KP) batubara dapat mencapai 24,7 hektar. Perijinan pertambangan pun rentan oleh berbagai bentuk praktek korupsi.

10. Hampir di semua lahan tempat beroperasinya pertambangan dan perkebunan, selalu diikuti dengan pembukaan industri seks dan hiburan. Fakta menunjukkan bahwa perkembangan HIV dan AIDS disumbang oleh pembukaan praktek prostitusi di pertambangan dan perkebunan.

11. Sejumlah peraturan perundangan dan kesepakatan internasional serta kesepakatan regional mendukung percepatan investasi dan penghacuran lingkungan, seperti UU No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU Perdagangan yang baru disahkan awal Februari 2014. Sedangkan Kesepakatan internasional seperti aturan WTO dan berbagai FTA dan yang akan segera diimplementasikan ASEAN Economic Community 2015 juga mendukung investasi secara bebas yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.

12. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, telah merancang kebijakan penanggulangan bencana yang responsif gender namun masih dibutuhkan upaya serius agar semua pihak pelaku penanggulangan bencana dapat melaksanakan kebijakan tersebut.

13. Upaya mewujudkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi berbagai bentuk bencana belum dilakukan secara maksimal oleh pemerintah. Perempuan dan anak merupakan kelompok yang

Page 49: 10 agenda politik perempuan final

37

paling sedikit memperoleh informasi tentang kebencanaan dan paling sedikit memperoleh pelatihan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Akibatnya, sebagian besar korban dari bencana adalah perempuan dan anak

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Sejumlah peraturan perundangan dan kesepakatan internasional mendorong pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan secara berkelanjutan dan dilaksanakannya prinsip-prinsip keadilan dalam penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatannya, yaitu :

1. UUD 1945, khususnya pasal-pasal yang mengatur tentang pengelolaan sumber daya alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat , hak bagi setiap orang untuk tidak dirampas hak miliknya , hak untuk tidak mengalami diskriminasi dan hak untuk hidup layak .

2. UU No 5 tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria, yang mengatur penguasaan sumber daya alam oleh negara, harus digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, hanya warga negara yang dapat memiliki tanah dan persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki untuk memiliki tanah .

3. UU No 32 tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup , trutama terkait dengan tanggung jawab negara dalam pemeliharaan lingkungan

4. UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

5. UU No 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik , terutama ketentuan terkait pencegahan dan penanganan konflik.

6. Konvensi Hak ekonomi, sosial dan budaya, terutama terkait dengan Pasal 3 tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, dan seleuruh ketentuan yang mengatur tentang hak atas hidup layak. Serta Rekomendasi umum PBB terkait penggusuran yang menyatakan bahwa penggusuran adalah pelanggaran HAM

Page 50: 10 agenda politik perempuan final

38 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

IV. Agenda : Perlindungan Perempuan dalam konflik, bencana dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Data dan fakta membuktikan bahwa Pemerintah belum memberikan perlindungan bagi perempuan dan kelompok miskin dalam konflik, bencana dan pengelolaan sumber daya alam, Peraturan perundangan nasional, intrumen hukum dan kesepakatan internasional memberikan kewajiban kepada negara, terutama pemerintah untuk memenuhi hak bagi warga negara terutama perempuan, kelompok miskin dan termarjinal.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

1. Kaji ulang dan revisi semua undang-undang dan kebijakan yang mengeksploitasi sumber daya alam yang berakibat pada perampasan sumber-sumber penghidupan perempuan, masyarakat miskin dan termarjinalkan serta merugikan negara

2. Mengevaluasi seluruh perjanjian internasional yang berakibat pada perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, penggusuran, konflik dan bencana ekologi yang merugikan rakyat dan negara. Termasuk diantaranya, mengevaluasi dan menghentikan-bilamana perlu, proyek-proyek iklim yang menutup akses masyarakat adat dan perempuan terhadap sumber daya hutan

3. Mengefektifkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam menyetujui dan melakukan pengawasan terhadap semua bentuk perjanjian internasional, untuk mencegah timbulnya konflik dan bencana yang menimbulkan kerugian bagi rakyat dan negara.

4. Menyusun Rencana Strategi dan Aksi pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkeadilan gender dan berwawasan kelestarian lingkungan keberlanjutan serta menjamin terwujudnya keadilan lintas genarasi dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM).

Page 51: 10 agenda politik perempuan final

39

5. Memperkuat posisi tawar negara dalam negosiasi dan diplomasi terhadap negara lain dan lembaga-lembaga ekonomi dunia, termasuk lembaga-lembaga keuangan internasional untuk menghentikan segala bentuk intervensi dan tekanan dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan dan program nasional.

6. Menyusun kebijakan luar negeri yang terpadu di segala bidang (ekonomi, politik, sosial dan budaya) berdasarkan prinsip Keadilan ekonomi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hak Asasi Perempuan (HAP) yang melindungi kepentingan nasional

7. Menjamin hak perempuan atas penguasaan dan pengelolaan lahan, sumber daya alam, serta akses dan kontrol terhadap sumber daya air dan sumber daya hutan. serta membangun standar perlindungan perempuan dengan menggunakan prinsip inklusif, sensitive dan responsive gender untuk menjamin hak perempuan atas lahan dan sumber daya.

8. Membangun mekanisme penyelesaian konflik yang berperspektif gender untuk mengatasi semua bentuk konflik Sumber Daya Alam, dan mencegah timbulnya konflik baru.

9. Mengevaluasi dan mencabut izin eksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM dan HAP dan korupsi

10. Mengesahkan produk-produk hukum yang mempunyai relevansi kuat dengan kemiskinan perempuan yaitu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), revisi UU perlindungan buruh migran dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) serta mencabut produk hukum yang mendiskriminasi perempuan dan kelompok marginal.

11. Merevisi produk-produk hukum yang mempunyai kontribusi dalam pemiskinan perempuan, yaitu revisi UU kesehatan dengan memberikan pelayanan khusus pada kesehatan reproduksi tanpa diksriminasi, terutama diskriminasi berbasis kelas sosial, orientasi seksual, status perkawinan, dan norma-norma konservatif lainnya. Revisi UU pendidikan dengan fokus pada sistem pendidikan yang

Page 52: 10 agenda politik perempuan final

40 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

memiliki perspektif keadilan gender, pluralis, dan menghapus pasal-pasal yang sifatnya memprivatisasi pendidikan serta revisi UU perlindungan buruh migran dengan menekankan perspektif keadilan gender, perlindungan terhadap anggota keluarga dan kerentanan PRT migran, meminimalisir peran swasta, mendorong migrasi sebagai bagian dari pelayanan publik yang minim biaya serta memperkuat peran pemda dalam perlindungan buruh migran pada keseluruhan proses migrasi.

Page 53: 10 agenda politik perempuan final

41

AGENDA 6

PEMENUhAN hAK ATAS PEKERJAAN yANG LAyAK24

Perempuan Indonesia menjadi korban perbudakan modern

I. Latar Belakang

Hak atas pekerjaan yang layak dan perlakuan yang adil dalam hubungan kerja merupakan hak bagi setiap warga negara. Negara berkewajiban memenuhi hak atas pekerjaan yang layak bagi setiap warga negaranya. Namun kenyataan menunjukkan pemenuhan hak atas perkerjaan yang layak, terutama hak perempuan atas pekerjaan yang layak, masih jauh dari harapan.

Kemiskinan struktural dan feminisasi kemiskinan di Indonesia mengakibatkan hak atas pendidikan warga negara, terutama hak perempuan atas pendidikan, yang dijamin dalam pasal 31 ayat (1) UUD 1945 belum terpenuhi. Realitas ini mengakibatkan semakin jauhnya akses perempuan terhadap lapangan pekerjaan yang layak. Perempuan terpaksa memasuki lapangan pekerjaan yang tidak mensyaratkan pendidikan, seperti Pekerja Rumah Tangga, pekerja di sektor informal, dan sebagai buruh dengan upah rendah dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Buruh perempuan pun menerima upah lebih rendah dari buruh laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Rendahnya upah buruh dihadapkan dengan kenyataan meroketnya harga kebutuhan dasar.

24 Ditulis oleh Anis Hidayah, disarikan dari kertas posisi Migrant CARE ‘ Agenda Perlindungan terhadap Buruh Migran dan PRT Migran bagi Pemerintahan Baru periode 2014-2019

Page 54: 10 agenda politik perempuan final

42 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Politik harga produk pertanian yang tidak berpihak pada rakyat, mengakibatkan pemilik tanah tidak mampu mengelola tanah pertaniannya. Sebagain besar rakyat tidak memiliki tanah, terpaksa menjadi buruh tani dengan upah yang tidak layak. Himpitan kemiskinan seperti ini, membuat sebagian besar rakyat Indonesia terpaksa memilih migrasi internasional atau bekerja ke luar negeri. Sebagian besar pekerja migran ini adalah perempuan. Minimnya kebijakan yang melindungi pekerja migran, menyebabkan perempuan pekerja migran rentan mengalami berbagai tindak kejahatan seperti penyekapan, kekerasan, perkosaan, penganiayaan, penyiksaan, perdagangan orang, pembunuhan hingga ancaman hukuman mati dan perbudakan.

II. Data dan Fakta : Hak atas pekerjaan yang layak belum terpenuhi

Meski telah 69 tahun kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, namun belum benar-benar memerdekakan buruh, PRT dalam negeri, buruh migran dan PRT migran Indonesia dari penjajahan dan eksploitasi di tempat kerja. Hal ini dibuktikan dengan data dan fakta sebagai berikut :

1. Sejak tahun 1970 politik yang korup dan kebijakan eksploitatif menjadi bagian yang tak terpisahkan dari regulasi terhadap buruh migran. Migrasi tenaga kerja menjadi sektor bisnis yang memunculkan perusahaan penempatan buruh migran. Fenomena ini menggeser kebijakan penempatan buruh migran yang sebelumnya bersifat ad hoc (pasif) menjadi kebijakan yang massif demi target devisa dan keuntungan-keuntungan ekonomi lainnya. Tidak kurang dari 74 Perusahaan pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesai (PJTKI) terlibat dalam bisnis ini, di tahun 1970 hingga akhir 1983. Pada tahun 2014, jumlah PJTKI meningkat tajam menjadi lebih dari 500 perusahaan25. Cara kerja Perusahaan swasta yang terlibat dalam bisnis pengiriman buruh migran, lebih mirip dengan pedagangan manusia.

2. Setidaknya saat ini ada 6,5 juta warga negara Indonesia yang

25 Selusur Kebijakan Minus Perlindungan, Migrant CARE, 2013

Page 55: 10 agenda politik perempuan final

43

terpaksa bekerja di berbagai belahan dunia, 84% dari mereka adalah perempuan dan bekerja sebagai pekerja rumah tangga migran dengan kondisi kerja yang tidak layak. Ketidaklayakan itu terjadi dipengaruhi oleh beberapa hal, pertama, konstruksi sosial di berbagai negara masih patriarkis. Kedua, watak kebijakan migrasi yang ada saat ini adalah warisan orde baru, yang bersifat pengerahan dan penguasaan, bukan perlindungan. Ketiga,kebijakan migrasi dilepaskan dari rumpun perburuhan dan menjadi bagian dari kebijakan sektor ekonomi. Keempat, keadilan gender tidak menjadi perspektif dalam keseluruhan kebijakan migrasi. Ketiadaan kebijakan yang melindungi buruh migran, mengakibatkan buruh migran, terutama buruh migran perempuan, menjadi korban perangkap eksploitasi yang sistemik.

3. Negara secara nyata menguatkan kebijakan yang lebih peduli pada remittansi daripada nyawa warga negaranya. Melalui UU nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesi di Luar Negeri (PPTKILN), bisnis pengiriman buruh migran didorong untuk meningkatkan remitansi. Hasilnya, terbukti remitansi buruh migran meningkat tajam hingga mencapai 83 trilyun pada tahun 2013.

4. Seiring dengan peningkatan jumlah buruh migran, terutama PRT migran, terjadi peningkatan kasus kekerasan dan pelanggaran hak terhadap buruh migran. Data Migrant CARE menyebutkan, setidaknya terdapat 398.270 kasus yang menimpa buruh migran di berbagai negara tujuan26. Sebagian besar mereka yang menjadi korban adalah perempuan yang bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) migran, di Malaysia dan Arab Saudi.

26 Catatan Akhir Tahun 2013 Migrant CARE, Anomali Ratifikasi Konvensi Buruh Migran

Page 56: 10 agenda politik perempuan final

44 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Data Pelanggaran hak buruh migran &PRT migran tahun 2013

Jenis Masalah JumlahMeninggal Dunia 1249Ancaman hukuman mati 265Overstayers 197361Gaji tidak dibayar 15208Beban kerja tidak sesuai 6310Kekerasan seksual 4302Kekerasan fisik 3245Hilang kontak 567Deportasi 8514Sakit 987PHK 1430Masalah DPTLN 157602Lain-lain 1230

Total 398.270

Sumber:Data Migrant CARE diolah dari berbagai sumber (data KBRI, Kemenakertrans, BNP2TKI,Migrant CARE, Media dan Pengaduan keluarga korban)

5. Sepanjang tahun 2013 sebanyak 1.249 buruh migran Indonesia meninggal. Artinya setiap hari ada 3 hingga 4 buruh migran Indonesia meninggal di luar negeri dengan berbagai sebab. Penyebab kematian buruh migran Indonesia di luar negeri, antara lain karena kekerasan dari majikan, sakit, depresi, kecelakaan kerja, ditembak mati polisi, dll.

6. Dalam laporan index perbudakan global atau Global Slavery Index tahun 2013 yang di release Walk Free27 Indonesia memiliki jumlah penduduk diperbudak terbesar ke-16 di dunia, namun berada di peringkat 114 dari 162 negara jika dilihat dalam hal proporsi penduduk di perbudakan modern. Sebagai sebuah penelitian,

27 Walk Free adalah gerakan global yang mendesakkan pengakhiran praktek perbudakan di seluruh dunia

Page 57: 10 agenda politik perempuan final

45

index tersebut mengungkap fakta, betapa warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Asia-Pacific, telah dieksploitasi secara seksual, dipekerjakan secara paksa, baik dalam bidang rumah tangga, konstruksi, perikanan dan perhotelan.

7. Pekerja Rumah Tangga (PRT) di dalam negeri, bernasib sama dengan PRT migran, mengalami eksploitasi dan rentan menjadi korban pelanggaran hak dan kekerasan, terutama kekerasan seksual. Jumlah PRT yang bekerja di seluruh Indonesia mencapai 7-8 juta dan lebih dari 90% dari mereka adalah perempuan. Sumbangan PRT dalam pembangunan sangat nyata, mereka mengambil alih beban kerja rumah tangga, sehingga kaum profesional, pejabat, politisi dan pengusaha dapat berkonsentrasi dan produktif dalam menjalankan tugas-tugasnya di tempat kerja. Namun tidak ada satupun kebijakan nasional yang mengakui dan melindungi keberadaan mereka sebagai pekerja.

8. Politik perburuhan di Indonesia, diciptakan untuk mengabdi pada tujuan mewujudkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing. Untuk memikat hati investor menanamkan investasinya di Indonesia, pemerintah mempromosikan ketersediaan buruh yang murah dan penurut dan menerapkan berbagai kelonggaran bagi investor dalam perekruitan, kontrak kerja dan pengupahan buruh. Berbagai bentuk kelonggaran ini merugikan buruh.

9. Sistem alih daya (outsourching) , membebaskan investor atau majikan dari tanggung jawab pemenuhan hak-hak normatif buruh. Hubungan ketenagakerjaan beralih menjadi hubungan antara buruh dengan perusahaan jasa alih daya, sehingga buruh tidak dapat menuntut hak-haknya kepada majikan atau perusahaan. Posisi buruh terhadap perusahan (majikan) sangat lemah, karena perusahaan dapat dengan mudah meminta perusahaan jasa alih daya mengganti buruh yang dianggap tidak sesuai.. Disamping itu, buruh mengalami berbagai bentuk pungutan/potongan gaji oleh perusahaan alih daya.

Page 58: 10 agenda politik perempuan final

46 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

10. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, mengatur bahwa sistem kerja kontrak hanya boleh dilakukan untuk pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu, yang sifatnya tidak tetap. Namun kini, pemerintah mengijinkan kepada investor atau perusahaan untuk melakukan kontrak kerja jangka pendek untuk semua jenis pekerjaan. Kebijakan ini merugikan buruh, karena keamanan bekerja dan kesempatan berorganisasi menjadi hilang.

11. Pengabaian terhadap hak-hak buruh perempuan masih terus terjadi. Hak-hak buruh perempuan seperti hak untuk memperoleh upah berdasarkan persamaan antara laki-laki dan perempuan, hak mendirikan serikat pekerja, hak cuti haid, hak untuk tidak diberhentikan dan tetap menduduki posisinya karena cuti melahirkan, hak untuk memperoleh kemudahan dan perlindungan saat hamil dan menyusui, dan hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan, dan perlindungan sosial yang adil, masih belum sepenuhnya dinikmati oleh buruh perempuan.

12. Atas nama efisiensi biaya produksi serta menghindarkan dari pemenuhan hak-hak buruh, perusahaan/investor menggunakan sistem kerja borongan (putting out system

13. Masih tingginya jumlah anak perempuan yang bekerja sebagai PRT. Hal ini merupakan pelanggaran dari Konvensi –konvensi International Labor Organisation (ILO)

III. Jaminan Hukum Nasional dan instrumen hukum Internasional

Hak atas pekerjaan yang layak diakui dan dijamin oleh hukum nasional, peraturan daerah dan instrumen hukum internasional, antara lain adalah:

1. Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945, yang menyatakan “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.

2. Pasal 7 Konvensi ILO tentang Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota keluarganya, menyatakan bahwa “Sesuai dengan

Page 59: 10 agenda politik perempuan final

47

instrumen-instrumen internasional tentang hak asasi manusia, negara harus menghormati dan memenuhi hak-hak buruh migran dan anggota keluarganya tanpa ada pembedaan apapun, seperti jenis kelami, ras, warna kulit, agama, bahasa, kewarnegaraan, status kelahiran, status perkawinan dan lain-lain. Konvensi ILO No. 100 yang telah diratifikasi melalui UU No.80 tahun 1957, tentang upah yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya. Konvensi ILO No 132 mengenai batas minimum anak diperbolehkan bekerja , yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang No 20 tahun 1999, dan Konvensi ILO no 182 tentang Pelarangan dan tindakan segera Penghentian Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak yang telah diratifikasi melalui UU No 1 Tahun 2000.

3. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Right), khususnya Pasal 4 : hak untuk tidak diperbudak atau diperhambakan, Pasal 23: Hak atas pekerjaan dan upah yang sama, Pasal 24: hak atas istirahat dan pembatasan jam kerja yang layak

4. Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tentang ratifikasi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW), khusunya Pasal 11 tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan di lapangan pekerjaan dan hak-hak perempuan sebagai pekerja.

5. No.39 tahun 1999 tentang HAM, khsusnya Pasal 38 tentang Hak Atas Pekerjaan yang layak

6. Pasal 11 dan 13 UU No 13 Tahun 2003 tentang Hak-Hak Tenaga Kerja

7. Pasal 7 Konvensi Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya, yang telah diratifikasi melalui UU No 11 tahun 2005, tentang hak atas pekerjaan dan kondisi kerja yang layak.

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 98 Mengenai Berlakunya Dasar-Dasar dari Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding Bersama (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1956);

Page 60: 10 agenda politik perempuan final

48 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1957, tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 100, Mengenai Pengupahan yang sama bagi Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 1492;

9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;

10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan/Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1983); Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3834); Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 138 mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3835 Tahun 1999); Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 111 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836 Tahun 1999);

11. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

12. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989 Tahun 2000);

13. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Page 61: 10 agenda politik perempuan final

49

Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720);

IV. Agenda Pemenuhan Hak Atas Pekerjaan yang layak

Data dan fakta membuktikan bahwa hak atas pekerjaan yang layak, belum dinikmati oleh semua warga negara, terutama perempuan dan kelompok marjinal. Oleh karena itu, negara terutama pemerintah perlu bekerja lebih keras untuk memenuhi hak atas pekerjaan yang layak.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

1. Menerbitkan peraturan perundangan dan langkah-langkah perlindungan bagi semua Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang bekerja di dalam maupun di luar negeri.

2. Memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh migran, melalui :

a. Mengakhiri industrialisasi dan orientasi bisnis dalam Penempatan Buruh/pekerja migran, dengan memberikan pembatasan dan pengawasan peran swasta,

b. Menghapus semua praktek diskriminatif terhadap buruh migran, terutama buruh migran perempuan dengan menghapuskan larangan bekerja ke luar negeri secara mandiri, menghapus pelabelan “ilegal” dan kriminalisasi terhadap buruh migran tak berdokumen, pemisahan fasilitas bandara dari umum

c. Menyediakan layanan publik bagi buruh/pekerja migran yang mudah, murah dan aman sejak rekruitmen, selama di luar negeri hingga pulang kembali ke Indonesia. Serta menyediakan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi buruh/pekerja migran yang berhadapan dengan masalah hukum.

d. Harmonisasi konvensi internasional 1990 tentang perlindungan hak-hak buruh migran dan anggota keluarganya ke dalam

Page 62: 10 agenda politik perempuan final

50 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

seluruh kebijakan terkait migrasi tenaga kerja e. Menyediakan perlindungan sosial bagi buruh migran, mantan

buruh migran yang menjadi korban kekerasan dan pelanggaran HAM, dan bagi anak-anak mereka yang ditinggalkan di Indonesia

f. Memperbaiki kelembagaan negara dan pengelolaan pelayananan buruh migran di tingkat pusat maupun daerah, termasuk di dalamnya membentuk badan-badan atau komisi untuk melindungi buruh migran

3. Memberikan perlindungan terhadap Pekerja Rumah Tangga di dalam negeri melalui :

a. Membahas dan mengesahkan Rancangan Undang-undang PRT, melalui proses yang demokratis dengan melibatkan PRT dan pihak yang berkepentingan lainnya.

b. Menerbitkan peraturan dan melakukan langkah-langkah perlindungan bagi PRT, mewajibkan majikan memberikan: 1 hari libur dalam 7 hari kerja, tempat istirahat yang layak dan aman, batasan jam kerja dalam sehari, upah yang layak dan tepat waktu, kesempatan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan komunikasi dengan keluarga

c. Melibatkan masyarakat dan ketua lingkungan (seperti ketua Rukun Tetangga) untuk terlibat dalam perlindungan dan pengawasan dalam pemenuhan hak-hak PRT oleh pemberi kerja.

d. Mengesahkan Konvensi ILO no.189 tentang perlindungan bagi PRT

e. Merevisi UU perlindungan buruh migran dengan menekankan perspektif keadilan gender, perlindungan terhadap anggota keluarga dan kerentanan PRT migran, meminimalisir peran swasta, mendorong migrasi sebagai bagian dari pelayanan publik yang minim biaya serta memperkuat peran pemda dalam perlindungan buruh migran pada keseluruhan proses migrasi.

Page 63: 10 agenda politik perempuan final

51

4. Memberikan perlindungan bagi Buruh/pekerja , terutama buruh/pekerja perempuan melalui :

a. Mendorong pemberi kerja/perusahaan menerbitkan peraturan untuk melindungi semua pekerja terutama perempuan untuk bebas dari segala bentuk tindakan kekerasan, ancaman kekerasan, pelecehan dan penyalahgunaan kekuasaan.

b. Mewajibkan pemberi kerja /perusahaan untuk memberikan ijin dan mendukung pendirian serikat perkerja

c. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan buruh/pekerja perempuan untuk dapat menduduki posisi kepemimpinan di lingkungan kerja dan serikat pekerja, terlibat dalam perundingan perburuhan dan rapat-rapat pengambilan keputusan perburuhan.

d. Menjamin keterwakilan buruh/pekerja perempuan dalam pengambilan keputusan di bidang perburuhan

e. Menjamin dilaksanakannya upah dan tunjangan yang sama, untuk pekerjaan yang sama nilainya bagi perempuan dan laki-laki.

f. Menjamin dipenuhinya hak-hak normatif buruh dan hak menjalankan fungsi reproduksi melahirkan keturunan , seperti hak isttirahat, libur dan cuti, hak cuti haid dan cuti melahirkan, hak atas Tunjangan Hari Raya

g. Mendukung pekerja yang memiliki bayi untuk memberikan ASI (Air Susu Ibu) dalam bentuk menyediakan tempat menyusui, atau menyediakan tempat memerah dan menyimpan ASI.

h. Memasukan pekerja borongan untuk pekerjaan tertentu dari proses produksi (pekerja putting out system) sebagai bagian dari pekerja perusahaan yang berhak menerima asuransi ketenagakerjaan dan Tunjangan Hari Raya.

i. Menjamin setiap pekerja memperoleh dan menikmati perlindungan sosial ketenagakerjaan yang dikelola secara transparan akuntabel dan adil gender.

j. Mewajibkan badan penyelenggara asuransi ketenagakaejaan mengembalikan setengah dari keuntungannya untuk peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, seperti

Page 64: 10 agenda politik perempuan final

52 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

pemberian kredit perumahan, penyediaan beasiswa dan pengembangan tempat penitipan anak berbasis komunitas.

5. Mengesahkan produk-produk hukum yang mempunyai relevansi kuat dengan kemiskinan perempuan dan lemahanya perlindungan terhadap pekerja perempuan yaitu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), revisi UU perlindungan buruh migran dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) serta mencabut produk hukum yang mendiskriminasi perempuan dan kelompok marginal.

6. Menyediakan pendidikan yang mengarah pada peningkatan posisi tawar dan pemenuhan hak-hak buruh migran dengan mewajibkan kepada penyelenggara pendidikan pra-pemberangkatan menerapkan pendidikan berbasis hak asasi manusia (HAM), keadilan gender dan prinsip penghargaan terhadap keberagaman.

Page 65: 10 agenda politik perempuan final

53

AGENDA 7

PERLINDUNGAN ATAS KEBEBASAN BERKEyAKINAN DAN BERAGAMA

Perempuan Indonesia menjadi korban politisasi agama

I. Latar Belakang

Hak untuk berkeyakinan dan beragama adalah hak asasi setiap orang yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Artinya, tidak ada satupun alasan yang dapat dibenarkan untuk mengurangi hak setiap orang untuk berkeyakinan dan beragama sesuai pilihannya. Negara, terutama pemerintah berkewajiban untuk mengakui, menjamin, memenuhi dan melindungi hak warga negaranya untuk bebas berkeyakinan dan beragama.

Negara Indonesia memiliki dasar hukum yang kuat untuk untuk menjamin hak atas kebebasab beragama dan berkeyakinan, dari UUD 1945 sampai konvenan-konvenan internasional yang diratifikasinya.

Namun sejak tahun 1965 hingga 2014 ini, negara, terutama pemerintah masih melakukan berbagai bentuk pelanggaran terhadap hak atas kebebasan berkeyakinan dan beragama. Agama menjadi subjek pengaturan hukum yang lahir sebagai hasil tarik menarik kepentingan dan pertarungan politik identitas. Negara bahkan menjadi contoh bagi warga negaranya untuk melakukan berbagai bentuk pelanggaran hak kebebasan berkeyakinan dan beragama.

Page 66: 10 agenda politik perempuan final

54 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

II. Data dan Fakta :

Belum dinikmatinya hak atas kebebasan berkeyakinan dan beragama bagi semua warga negara Indonesia, dibuktikan oleh data dan fakta sebagai berikut:

1. Penerbitan produk hukum yang hanya mengakui beberapa agama di Indonesia sebagai agama resmi negara dan mengabaikan agama warga negara yang tidak menganut agama resmi adalah pelanggaran negara terhadap Konstitusi dan berbagai instrumen hukum Internasional.

2. Penetapan tentang Agama Resmi Negara, terjadi sejak tahun 1965. Melalui Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965, dinyatakan bahwa pemerintah hanya mengakui 6 Agama Resmi Negara, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buda dan Khong Hu Chu. Pada tahun 1969, melalui Instruksi Presiden (Inpres), No 14 Tahun 1967 tentang Agama, Presiden Soeharto melarang semua bentuk kegiatan keagamaan etnik China. Hal ini sekaligus merupakan pertanyaan tidak diakuinya agama Khong Hu Cu sebagai agama resmi negara. Pada tahun 2006, Presiden Abdurahman Wahid menerbitkan Keputusan Presiden (Kepres) No 6 tahun 2006 yang mencabut larangan menjalankan ibadat china dan mengakui agama Khong Hu Cu. Rangkaian perubahan peraturan yang diterbitkan oleh tiga presiden yang berbeda ini menunjukkan bahwa pimpinan negara melakukan pelanggaran hak atas kebebasan berkeyaninan dan beragama berdasarkan pandangan dan kepentingan politiknya masing-masing.

3. Penentuan Agama Resmi Negara merupakan bentuk kebijakan dan tindakan diskriminatif terhadap orang-orang yang memeluk agama di luar 6 agama resmi negara, sekaligus merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia dan pelanggaran terhadap konstitusi (UUD1945).

4. Data SETARA Institute mencatat pada tahun 2013 telah terjadi 222 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan dengan 292 bentuk tindakan yang tersebar di 20 provinsi. Terdapat 117 tindakan pelanggaran hak yang melibatkan para penyelenggara

Page 67: 10 agenda politik perempuan final

55

negara sebagai pelakunya, dan 175 tindakan pelanggaran dilakukan oleh aktor non Negara. Seperti hasil pemantauan pada tahun-tahun sebelumnya, angka pelanggaran tertinggi terjadi di Jawa Barat. Jawa Barat menjadi tempat tumbuh suburnya pelanggaran, yaitu dengan 80 peristiwa pada tahun 2013. Disusul kemudian oleh 5 provinsi lainnya dengan tingkat pelanggaran paling tinggi yaitu;Jawa Timur (29), Jakarta (20), dan Jawa Tengah (19) peristiwa, serta Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan (masing-masing 15 dan 12 peristiwa).

5. Pelanggaran Hak Atas Kebebasan berkeyakinan dan beragama yang dilakukan oleh penyelnggara negara berupa: penerbitan peraturan yang melarang ibadah agama atau aliran agama tertentu, memerintahkan pemeluk agama /keyakinan untuk bertobat dan mengikuti salah satu agama resmi, sampai dengan pembiaran terhadap berbagai bentuk penyerangan, pengusiran, pengucilan dan kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat.

6. Pelanggaran Hak Atas Kebebasan berkeyakinan dan beragama yang dilakukan oleh aktor non negara (milisi, kelompok dan perorangan) dalam bentuk penyerangan, pengusiran, penjarahan, pembatasan ruang gerak, ancaman kekerasan dan tindakan nyata kekerasan.

7. Warga negara, terutama perempuan dari kelompok agama atau keyakinan, yang mengalami tindakan intoleransi dari penyelenggara negara maupun aktor non negara penderitaan dan kerugian dalam bentuk kehilangan harta benda, terkucil, hidup dalam ancaman dan rasa takut serta tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup layak

8. Anak-anak dari kelompok agama atau keyakinan yang mengalami tindakan intoleransi mengalami kerugian dalam bentuk : kehilangan kesempatan untuk menikmati hak anak, kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, dokumen identitas (akte kelahiran), hidup dalam rasa takut serta terkikis martabat kemanusiaannya.

Page 68: 10 agenda politik perempuan final

56 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Hukum nasional dan instrumen hukum internasional menegaskan bahwa Negara, terutama pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin hak fundamental kebebasan berkeyakinan dan beragana serta wajib untuk memastikan bahwa setiap warga Negara khususnya kelompok minoritas terbebas dari sasaran diskriminasi. Ketentuan hukum nasional dan instrumen hukum internasional tersebut antara lain adalah:

1. UUD RI 1945 telah menjamin hak untuk bebas beragama dan berkeyakinan sesuai dengan kepercayaannya dalam pasal pasal 28E Ayat (1) dan (2), Pasal 28I, dan Pasal 29 ayat (2).

2. UU No 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, menjamin hak atas kebebasan berkeyakinan dan beragama. Dimana setiap individu dijamin haknya untuk bebas dari tindakan dan perlakukan yang diskriminatif diantaranya; setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia tanpa diskriminasi. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum, dan berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang obyektif dan tidak berpihak

3. Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi melalui UU No. 12 Tahun 2005, mempertegas jaminan kebebasan beragama. Kebebasan beragama merupakan hak fundamental setiap individu yang tidak bisa dikurangi dalam keadaan apapun. Merujuk pada pasal 18 Kovenan yang mengatur tentang kebebasan berfikir, beragama atau berkeyakinan, negara Indonesia mempunyai kewajiban melindungi kebebasan berfikir, beragama atau berkeyakinan, dan melakukan langkah-langkah untuk menjamin perlindungan dengan melakukan tindakan administratif, legislatif maupun hukum, dan juga memberikan

Page 69: 10 agenda politik perempuan final

57

jaminan atas pemulihan terhadap pada korban pelanggaran hak-hak yang dijamin dalam Kovenan

4. Resolusi PBB No 36/55, tentang Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi Berdasarkan Agama atau Keyakinan (Declaration on The Elimination of All Forms of Intolerance and of Discrimination Based On Religion Or Belief), disampaikan dalam Sidang Umum PBB pada 25 November 1981

IV. IV. Agenda Perlindungan atas kebebasan berkeyakinan dan beragama

Hak setiap orang atas kebebasan berkeyakinan dan beragama masih dilanggar oleh pemerintah maupun masyarakat. Padahal hukum nasional dan instrumen hukum internasional menjamin hak atas kebebasan berkeyakinan dan beragama bagi setiap negara dan menegaskan kewajiban negara, terutama pemerintah untuk memenuhi hak tersebut.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

1. Mendorong dan memastikan agar Negara, terutama pemerintah, menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta pelaksanaan ibadah bagi semua warga Negara.

2. Penghapusan segala kebijakan yang diskriminatif terhadap kelompok minoritas, termasuk menghapuskan kebijakan tentang Agama Resmi Negara

3. Dengan segera melakukan Pengembalian kelompok minoritas yang terusir dari tanah kelahirannya, kembali ke tempat asalnya

4. Dengan segera mengembalikan asset milik kelompok minoritas (agama).

5. Merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah rehabilitasi sosial dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar, kesempatan

Page 70: 10 agenda politik perempuan final

58 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

untuk berusaha dan mengembangkan ekonomi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan konseling untuk mengatasi trauma

6. Secara terus menerus melakukan pendidikan masyarakat untuk membentuk sikap dan watak toleransi terhadap perbedaan agama dan keyakinan

7. Memberikan sanksi dan menindak penyelenggara negara dan aparat keamanan yang menerbitkan kebijakan, melakukan tindakan langsung maupun tidak langsung mendiskriminasi kelompok minoritas agama.

8. Penegakan hukum bagi kelompok pelaku kekerasan dan tindakan intoleransi.

Page 71: 10 agenda politik perempuan final

59

AGENDA 8

hAK POLITIK PEREMPUAN

Hak politik perempuan masih terpasung

I. Latar Belakang

Cita-cita mewujudkan demokrasi di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan mendasar terutama terkait dengan pemajuan, perlindungan, penghormatan dan pemenuhan hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang meliputi hak sipil, politik, sosial, ekonomi dan budaya , merupakan rangkaian kesatuan hak yang tidak dapat dipisah-pisah dan tidak dapat dilanggar.

Demokrasi sebagai perwujudan dari pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, mengakui bahwa rakyat sebagai pemilik sah kedaulatan berhak ikut serta dalam hukum dan pemerintahan. Karenanya negara berkewajiban menjamin hak setiap warga negaranya, terutama perempuan untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dan pembangunan. Partisipasi warga negara, terutama perempuan dalam pembangunan dan pemerintahan hanya dapat terwujud bila hak politik, yang meliputi hak atas informasi publik, kebebasan berkumpul dan berserikat, menyampaikan pikiran dan pendapat, dan terlibat dalam lembaga dan proses pengambilan keputusan, dijamin dan dilindungi oleh negara.

Pemenuhan hak politik perempuan merupakan prasyarat untuk mewujudkan demokrasi sejati, yaitu demokrasi perwakilan yang mewujudkan keterwakilan seimbang antara laki-laki dan perempuan,

Page 72: 10 agenda politik perempuan final

60 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

sehingga dalam setiap perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, pengalaman dan kebutuhan laki-laki dan perempuan dipertimbangkan secara adil berdasarkan persamaan hak.

Pemerintah seharusnya mendukung perempuan melakukan pengorganisasian dan peningkatan kapasitas kepemimpinannya, agar dapat menggunakan haknya untuk berpartisiapsi dalam setiap lembaga dan proses pengambilan keputusan dan terlibat aktif dalam pembangunan bangsa dan negara. Dengan cara itu, perempuan akan membentuk organisasi dan menjadi agen perubahan untuk mewujudkan Indonesia Beragam (Bersih, Berdaulat, Sejahtera, Adil Gender dan Majemuk).

Konstitusi (UUD1945) dan berbagai peraturan perundangan serta instrumen hukum internasional menjamin hak politik perempuan. Seluruh dokumen hukum tersebut mewajibkan negara untuk membuat kebijakan dan langkah-langkah penting, termasuk menerbitkan kebijakan Tindakan Khusus Sementara (TKS) bila mana dibutuhkan, untuk mewujudkan pemenuhan hak politik perempuan. Namun kenyataannya, hak Politik setiap warga negara masih belum dapat dinikmati sepenuhnya oleh perempuan. Data dan fakta menunjukkan bahwa perempuan masih dihadapkan pada berbagai rintangan struktural dan kultural untuk dapat menikmati hak politiknya.

II. Data dan Fakta : Hak politik perempuan belum sepenuhnya dinikmati oleh perempuan

Berbagai rintangan struktural dan kultural yang menghambat penikmatan hak politik perempuan adalah :

1. Jaminan keterwakilan sekurang-kurangnya 30 % perempuan dalam Daftar Calon Anggota Legislatif telah dijamin dalam undang-undang (UU) tentang Pemilu, sejak tahun 2003. Rumusan pengaturan tentang keterwakilan perempuan dalam UU Pemilu tahun 2003, hingga UU Pemilu tahun 2012 pun mengalami penguatan. Ketentuan ini merupakan Tindakan Khusus Sementara (TKS) untuk mewujudkan persamaan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untk dipilih dalam proses pemilu. Namun

Page 73: 10 agenda politik perempuan final

61

rendahnya komitmen Komisi Pemilihan Umum pada pemilu 2009, dalam menegakkan ketentuan undang-undang, mengakibatkan ketentuan tersebut tidak efektif.

2. Sejak pemilu 1999 hingga 2009, keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengalami peningkatan yaitu : DPR periode 1999-2004 sebanyak 46 perempuan atau (9%), Periode 2004 -2009 sebanyak 63 (11,8%) dan periode 2009-2014 sebanyak 101 (18%).

3. Peningkatan jumlah perempuan di parlemen juga terjadi di DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Secara agregat nasional yang meliputi 33 provinsi, Pemilu 2009 menghasilkan 321 atau 16 persen perempuan dari total 2.005 anggota DPRD provinsi. Jumlah tersebut naik, jika dibandikan hasil Pemilu 2004 yang hanya 12 persen. Dari Hasil Pemilu 2009 , Propinsi sudah yang keterwakilan perempuan melebihi 30% yaitu Prov. Maluku : 14 perempuan dari 45 orang atau 31%.

4. Keterwakilan perempuan di DPRD kabupaten/kota, juga mengalami peningkatan. Dari 461 kabupaten/kota yang tersedia datanya, memiliki 15.750 anggota. Dari jumlah tersebut, terpilih 1.857 perempuan atau 12%. Persentase ini naik hampir dua kali lipat, karena Pemilu 2004 hanya menghasilkan 6% perempuan di DPRD kabupaten/kota.

5. Di tingkat kabupaten/kota, masih terdapat DPRD yang tidak memiliki anggota perempuan. Dari 461 kabupaten/kota, terdapat 27 DPRD yang tidak ada anggota perempuan terpilih. Yaitu tersebar di Aceh, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Tercatat pula 64 DPRD kabupaten/kota yang hanya memiliki satu anggota perempuan.

6. Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No 7 tahun 2013 menempatkan syarat keterwakilan sekurang-kurangnya 30% dalam Daftar Calon Anggota Dewan dan penempatan secara selang-seling sekurang-kurangnya 1 calon perempuan diantara 3 nomor, sebagai syarat sahnya Daftra Calon Anggota yang diusulkan oleh partai politik. Namun sayangnya, hampir semua partai politik

Page 74: 10 agenda politik perempuan final

62 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

tidak memiliki kesiapan yang memadai untuk memenuhi aturan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya calon anggota legislatif perempuan merupakan kader instan, baru direkrut beberapa hari sebelum penyusunan daftar calon.

7. Penelitian Koalisi Perempuan Indonesia menunjukkan bahwa hampir semua partai politik tidak memiliki kebijakan internal partai dibidang penjaringan (rekruitmen) dan pengkaderan untuk mempersiapkan kepemimpinan perempuan dalam partai tersebut. Akibatnya, ketika UU Partai Politik mensyaratkan sekurang-kurangnya terdapat 30% keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik sebagai syarat lolos sebagai peserta pemilu dan ketika PKPU menyaratkan 30% keterwakilan perempuan dalam Daftar Calon, Partai politik tidak siap memenuhi ketentuan tersebut.

8. Peluang perempuan calon anggota dewan perwakilan rakyat, tetap lebih kecil dibanding calon anggota laki-laki. Hal ini disebabkan oleh masih kuatnya budaya yang membentuk cara pandang masyarakat untuk lebih mengakui dan mempercayai laki-laki sebagai pemimpin politik dan pemerintahan.

9. Tafsir agama yang menentukan bahwa laki-laki adalah pemimpin dan melarang perempuan untuk dalam kepemimpinan pemerintahan, menutup peluang perempuan untuk menikmati hak politiknya untuk menduduki jabatan kepemimpinan dalam pemerintahan. Dalam lima tahun terakhir tafsir ini sering digunakan untuk menurunkan perempuan dari jabatannya, sebagai Camat atau pun sebagai Lurah.

10. Organisasi-organisasi perempuan, selain dipandang sebagai ancaman juga diberi label sebagai kelompok radikal, menyalahi tatanan budaya dan dicurigai akan melawan negara. Berdasarkan prasangka buruk tersebut, pemerintah mengontrol dan mengawasi secara ketat terhadap tumbuh dan berkembangnya organisasi masyarakat. Kontrok dan pengawasan tersebut dilakukan melalui perijinan, pemberian tanda daftar organisasi yang bersifat intimidatif, dengan mewajibkan agar semua pengurus organisasi

Page 75: 10 agenda politik perempuan final

63

menyampatkan Akta pendirian, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), memberikan daftar identitas lengkap, foto diri, alamat dan foto sekretariat, perencanaan program dan anggaran serta mewajibkan pengesahan akta organisasi oleh kemenetrian hukum dan HAM.

11. Kontrol terhadap keberadaan dan aktifitas organisasi masyarakat diperkuat melalui Undang-undang No. 17 tahun 2013 Tentang Organisasi Masyarakat (UU Ormas). Undang-undang ormas memberikan kewenangan bagi pemerintah untuk mencabut ijin berdirinya suatu organisasi dan melakukan pembekuan dana milik organisasi. Kewenangan tersebut merupakan kewenangan absolut, tanpa ada pembatasan, sehingga menempatkan organisasi masyarakat dalam posisi rentan terhadap tindakan sewenang-wenang pemerintah. Ketentuan ini bertentangan dengan Hak berkumpul dan berserikat yang dijamin oleh konstitusi. Aturan dalam UU Ormas juga menyalahi prinsip-prinsip demokrasi. Karena dalam prinsip demokrasi, suatu organisasi hanya dapat dibubarkan oleh orang-orang yang membentuk organisasi itu sendiri, atau karena putusan pengadilan.

12. Sejumlah pemerintah daerah masih bersikap diskriminatif terhadap organisasi perempuan. Pada satu sisi pemerintah memberikan pengakuan dan dukungan berupa kebijakan, kemudahan maupun pendanaan, terhadap organisasi perempuan yang dibentuk pemerintah. Namun pada saat bersamaan pemerintah tidak mengakui keberadaan organisasi masyarakat sipil yang didirikan dan dikembangkan secara swadaya. Situasi ini tercermin dari sikap beberapa pemerintah daerah dan pemerintah desa yang hanya melibatkan organisasi perempuan bentukan pemerintah dalam Musyawarah Pembangunan Desa (Musrenbangdes) atau Forum Pembangunan antara masyarakat dengan Satuan kerja Pemerintah Daerah (SKPD).

13. Sejak tahun 2004, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan menerbitkan kebijakan Tindakan Khusus Sementara yang menjamin keterwakilan sekurang-kurangnya 30% perempuan

Page 76: 10 agenda politik perempuan final

64 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

dalam Musrenbangdes dan forum-forum pembangunan. Namun kebijakan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas kepemimpinan perempuan dalam pembangunan, Akibatnya, keterwakilan perempuan dalam berbagai rapat-rapat konsultasi pembangunan bersifat formalitas semata. Sekedar memenuhi syarat kehadiran perempuan secara fisik, tanpa ada gagasan atau usulan yang mewakili kepentingan perempuan dan anak.

14. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan perempuan, merupakan syarat penting untuk mewujudkan partisipasi aktif perempuan sebagai warga negara dalam proses dan tahapan pembangunan. Melalui pendidikan dan pelatihan tersebut, perempuan dapat memahami makna pembangunan, pentingnya perempuan terlibat dalam pembangunan serta meningkatkan ketrampilan komunikasi untuk menyampaikan permasalahan dan gagasan. Sayangmya, pemerintah, terutama pemerintah daerah tidak memiliki skema dan program tersebut. Akibatnya perempuan tidak dapat berpartipasi aktif dalam pembangunan.

15. Hak perempuan untuk berorganisasi, bermasyarakat dan ikut serta dalam pengambilan keputusan publik, dihambat oleh berbagai aturan pemerintah daerah membatasi ruang gerak (mobilitas) perempuan, antara lain dengan memberlakukan jam malam khusus bagi perempuan.

16. Perempuan seringkali mengalami hambatan dalam penikmatan hak politiknya, terutama hak untuk berpartisipasi dalam pembangunan, tertutama untuk menyampaikan usulan dan melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan karena tidak terpenuhinya Hak Atas Informasi publik.

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Hukum nasional dan instrumen hukum internasional menegaskan bahwa Negara, terutama pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin hak politik perempuan. Ketentuan hukum nasional dan

Page 77: 10 agenda politik perempuan final

65

instrumen hukum internasional tersebut antara lain adalah: 1. UUD RI 1945 telah menjamin hak untuk bebas beragama dan

berkeyakinan sesuai dengan kepercayaannya dalam Pasal 27 dan seluruh Pasal 28 (Bab Tentang HAM)

2. UU no 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya yang mengatur ketentuan tentang hak-hak perempuan

3. Paket Undang-Undang Politik sejak tahun 2003-2012, khususnya UU Pemilu yang mengatur tentang keterwakilan perempuan dalan ddaftra calong anggota dewan serta UU Penyelenggara Pemilu dan UU Partai Politik tentang keterwakilan perempuan dalam lembaga penyelenggara pemilu dan keterwakilan perempuan dalam kepengurusan patai politik.

4. Konvensi Hak Politik Perempuan

5. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap perempuan, khususnya Pasa 4 tentang Tindakan Khusus Sementara (TKS) dan Pasal 7 tentang Perempuan dalam Pengambilan keputusan dan dalam masyarakat.

6. UU No 17 Tahun 2012 Tentang Penyelesaian Konflik, khususnya tentang keterwakilan perempuan dalam lembaga penyesaian konflik dan dalam perundingan-perundingan perdaimaian.

7. Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development Goal –MDG, khususnya tujuan ke 4, tertang mewujudkan kesetaraan gender.

IV. Agenda Pemenuhan Hak Politik Perempuan

Data dan fakta membuktikan bahwa Hak Politik Perempuan belum sepenuhnya dipenuhi.Hukum nasional dan instrumen hukum internasional menjamin hak Politik perempuan dan menegaskan kewajiban negara, terutama pemerintah untuk memenuhi hak tersebut.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

Page 78: 10 agenda politik perempuan final

66 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

1. Agenda penting yang harus dilakukan oleh Partai Politik

2. Menerbitkan kebijakan dan melakukan langkah-langkah penting dalam proses rekruitmen dan pengkaderan untuk mencatak kader-kader perempuan untuk menduduki posisi kepemimpinan, baik di tingkat internal partai maupun di lembaga publik

3. Mendesak pemerintah untuk memperluas ruang gerak dan kesempatan perempuan untuk bergorganusasi dan menduduki posisi-posisi strategis dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan.

4. Mendesak pemerintah untuk menghapuskan semua rintangan bagi perempuan untuk menikmati hak-hak asasinya melalui penghapusan segala bentuk kebijakan publik, aturan dan praktek adat dan tradisi serta kebiasaan, kelembagaan dan teknologi yang tidak adil bagi perempuan

5. Mendesak pemerintah untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan perempuan dalam pembangunan dan pemenuhan hak atas informasi agar perempuan dapat berparisipasi aktif dalam pembangunan,

6. Agenda penting yang harus dilakukan oleh Pemerintah

7. Menjamin keterwakilan sekurang-kurangnya 30% perempuan dalam semua lembaga perwakilan rakyat di semua tingkatan, dan dalam proses-proses pengambilan keputusan

8. Menghapus semua kebijakan publik, peraturan perundangan dan aturan adat, tradisi dan kebiasaan yang merintangi penikmatan hak-hak politik perempuan.

9. Menghentikan segala bentuk prasangka buruk, sikap dan tindakan diskriminatif terhadap organisasi perempuan serta menciptakan lingkungan yang mendukung bagi tumbuh kembang dan efektifitas organisasi perempuan dalam pembangunan

10. Mengakui keberadaan dan hak yang sama bagi semua organisasi perempuan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelaku pembangunan.

11. Memenuhi hak atas informasi dan informasi dan membuka ruang

Page 79: 10 agenda politik perempuan final

67

dialog kebijakan dengan organisasi-organisasi perempuan untuk merumuskan dan pengambilan keputusan dalam pembangunan dan pengembangan demokrasi.

12. Mengesahkan produk-produk hukum yang mempunyai kontribusi pada masih terpasungnya hak politik perempuan di Indonesia yaitu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), serta mencabut produk hukum yang mendiskriminasi perempuan dan kelompok marginal.

Page 80: 10 agenda politik perempuan final

68 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

AGENDA 9

PENGhAPUSAN PRODUK hUKUM yANG DISKRIMINATIF TERhADAP PEREMPUAN

DAN KELOMPOK MINORITAS

Perempuan menjadi tumbal politik kekuasaan

I. Latar Belakang

Setiap orang berhak untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan yang diskriminatif itu. Konstitusi Indonesia (UUD 1945) juga mengegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang sama dihadapan hukum.

Namun kenyataanya, masih banyak produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas. Sejumlah Aturan diterbitkan untuk tujuan mendiskriminasi perempuan dalam bentuk mendisiplinkan tubuh perempuan seperti kode etik berpakaian, cara duduk di atas motor, jam malam, dan partisipasi publik perempuan. Dalam sepuluh tahun terakhir, kondisi perempuan minoritas agama mendapatkan diskriminasi berlapis, sebagai pengikut agama minoritas dan sebagai perempuan

II. Data dan Fakta : Produk Hukum diskriminatif terhadap perempuan dan minoritas

Sepanjang 15 tahun terakhir, produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan minoritas, terus bermunculan. Perempuan dan kelompok minoritas, korban dari produk hukum diskrimintasif

Page 81: 10 agenda politik perempuan final

69

terus meningkat, tanpa ada perlindungan dari negara. Data dan fakta menujukkan :

1. Ditemukan di 265 kebijakan diskriminatif dari 342 kebijakan hasil identifikasi KOMNAS Perempuan28, yang langsung menyasar perempuan atas nama agama dan moralitas. Terdapat 79 kebijakan mengatur cara berpakaian berdasarkan interpretasi tunggal ajaran agama penduduk mayoritas, 124 kebijakan terkait dengan prostitusi dan pornografi, 27 kebijakan tentang segregasi ruang publik perempuan dan laki-laki (19 diantaranya menggunakan istilah khalwat atau mesum) dan 35 kebijakan terkait dengan pembatasan jam malam. Human Right Watch29 juga mencatat di Gorontalo, pemerintah daerah mengganti seluruh staf perempuan sebagai sekretaris dengan laki-laki untuk mencegah perselingkuhan.

2. Produk hukum diskriminatif terhadap perempuan mengakibatkan penghukuman oleh aparat, penyerangan /penghakiman oleh masyarakat, pengucilan, penghilangan kesempatan , bahkan menyebabkan keputusaan yang berujung pada bunuh diri. Seorang siswi di Indramayu terpaksa tidak bisa mengikuti ujian akhir karena dinyatakan “tidak perawan” (robek selaput dara) setelah dites. Siswi kelas 2 SMP asal Aceh Timur bunuh diri karena merasa terhina dengan tuduhan semena-mena dari aparat penegak Sariah Islam di Aceh. Dua kasus tersebut merupakan bukti nyata dampak negatif perda diskriminatif yang mengorbankan perempuan .

3. Dalam sepuluh tahun terakhir, kondisi perempuan minoritas agama mendapatkan diskriminasi berlapis, sebagai pengikut agama minoritas dan sebagai perempuan. Ada 31 Kebijakan pembatasan hak atas kebebasan beragama dan jaminan perlindungan bagi komunitas minoritas agama, yang berkontribusi

28 http://www.komnasperempuan.or.id/2013/08/siaran-pers-komnas-perempuan-kebijakan-diskriminatif-yang-bertentangan-dengan-konstitusi/

29 http://www.hrw.org/sites/default/files/related_material/indonesia_in_3.pdf

Page 82: 10 agenda politik perempuan final

70 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

pada tingginya angka kekerasan. Setara Institute30 merilis data kekerasan sejumlah 292 insiden kekerasan pada tahun 2013. Tingginya angka kekerasan karena adanya pembiaran aparat pemerintah dan lemahnya penegakan hokum, sehingga tindak kekerasan main hakim sendiri dilakukan sekelompok massa merajalela. Bahkan pejabat negara di tingkat lokal berani mangkir dari keputusan Pengadilan Negeri yang memberikan ijin pendirian Gereja GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia.

4. Negara tidak menjalankan kewajibannya untuk melindungi dan mengembalikan hak-hak ratusan pengikut Jama’ah Ahmadiyah di NTB sejak 2006 yang terusir dan terpaksa mengungsi di Asrama Transito Lombok. Kejadian yang sama juga menimpa pengikut Syiah di Sampang, Jawa timur. Sampai saat ini, pemerintah nasional belum memberikan solusi adil untuk mengembalikan hak-hak perdata korban kekerasan main hakim sendiri. Perempuan menjadi pihak paling rentan bukan saja menerima terror, pelecehan, dan ancaman, tetapi kehilangan asset ekonomi, kepercayaan diri, dan cenderung menutup diri.

5. Perempuan-perempuan marginal seperti disabilitas yang mendapatkan mendapatkan diskriminasi , salah satunya kesempatan kerja. Laporan The World Health Survey31, menyatakan bahwa di 51 negara angka tenaga kerja perempuan disable rendah, hanya 19.6% dibandingkan laki-laki disable 52.4%, juga lebih rendah dibandingkan dengan perempun bukan disable 29.5% dan laki-laki bukan disable 64.9%. Perempuan minoritas orientasi seksual dan pekerja seks komersial, perempuan di perbatasan, buruh perempuan juga sangat rentan terhadap kekerasan karena status mereka.

6. Kekerasan dan diskriminasi, baik melalui budaya berjalinan dengan produk hukum merasuk ke semua lini sehingga

30 http://www.setara-institute.org/sites/setara-institute.org/files/Reports/Thematic/140121-Ringkasan%20Eksekutif%20LAPORAN%20KBB%202013.pdf

31 World Health Organization and World Bank. (2011). “World Report on Disability”, Geneva: WHO Press.

Page 83: 10 agenda politik perempuan final

71

menyebabkan perempuan mengalami kendala dalam akses terhadap hak-haknya. Penegakkan hukum kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga masih dihadapkan pada berbagai kendala.Saat ini angka KDRT khususnya kekerasan terhadap istri tahun 2013 mencapai 203.50732. Sedangkan fakta tingginya angka itu belum terimbangi oleh aturan, cara pandang dan kepekaan aparat penegak hukum dan masyarakat yang adil gender.

7. Uforia implementasi UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah yang mengatur pembagian wewenang pemerintah daerah (pemda) dan asas-asas pembentukan peraturan daerah (perda) berkontribusi pada demokrtisasi dan pelaksanaan prinsip tranparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan. Tetapi pada saat bersamaan, juga banyak memunculkan kebijakan-kebijakan daerah yang diskriminatif terhadap pemenuhan hak-hak warga negara, khususnya perempuan dan kelompok minoritas. Ini karena ruang kontestasi bergeser dari nasional ke daerah, dan kelompok agama konservatif berhasil merebut posisi strategis pengambilan keputusan. Sehingga agenda “Islamisasi state” justru mendapatkan ruang di daerah. Apalagi politisasi agama atas nama moralitas yang menyasar tubuh perempuan adalah lokus kontestasi masih “laku” sebagai jualan politik.

III. Jaminan Hukum nasional dan Instruneb Hukum Internasional

Sejumlah aturan hukum di tingkat nasional dan instrumen hukum internasioan yang ada di Indonesia menyiratkan komitmen tinggi negara untuk melindungi warga (perempuan) terhindar dari diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Aturan-aturan ini yang seharusnya menjadi landasan lahirnya aturan-aturan turunan di tingkat daerah, yaitu :

1. UUD 1945 yang telah diamandemen tahun 2000, telah

32 Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2012

Page 84: 10 agenda politik perempuan final

72 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

menunjukkan 40 hak-hak konstitusional33 yang dapat dinikmati oleh warga negara perempuan dan kelompok minoritas. Pasal 28I UUD1945 memberikan jaminan bagi setiap orang untuk bebas dari diskriminasi.

2. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, yang telah diratifikasi melalui UU No 7 tahun 1984, khususnya Pasal 1 dan Pasal 2 tentang pengertian diskriminasi dan kewajiban negara menghapuskan diskriminasi

3. Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden No 36 tahun 1996

4. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

5. Konvensi Indonesia tentang Hak-hak Ekonomi, sosial dan budaya, dan Konvensi Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, yang telah diratifikasi melalui UU No 11 tahun 2005 dan UU no 12 Tahun 2005

6. UU No. 19 Tahun 2011 tentang ratifikasi pengesahan konvensi tentang hak-hak penyandang disabilitas.

IV. Agenda Penghapusan Produk Hukum Diskriminatif Terhadap Perempuan

Data dan fakta membuktikan bahwa masih banyak produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas. Peraturan perundangan nasional, intrumen hukum dan kesepakatan internasional sangat kuat mewajibkan negara, terutama pemerintah untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan kelompok minoritas

33 40 Hak Konstitusional terdiri dari Hak Atas Kewarganegaraan, Hak Atas Hidup, Hak Untuk Mengembangkan Diri, Hak Atas Kemerdekaan Pikiran dan Kebebasan Memilih,…secara lengkap bisa dilihat di link http://www.stigmafoundation.com/2011/02/40-hak-konstitusi-dalam-14-rumpun.html

Page 85: 10 agenda politik perempuan final

73

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

1. Menghapus seluruh aturan-aturan yang diskriminatif terhadap perempuan, anak dan kelompok minoritas di tingkat daerah dan nasional

2. Memberikan kompensasi material/ immaterial dan akses keadilan bagi korban dari produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan.

3. Menghentikan impunitas pada pelaku kekerasan terhadap perempuan dan membentuk sistim peradilan yang berpihak pada perempuan korban, terutama perempuan miskin dan marginal.

4. Mengesahkan Undang-Undang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) demi terciptanya kondisi yang lebih baik terutama bagi kaum perempuan. Disahkannya RUU KKG menjadi UU KKG diharapkan bisa menekan angka kekerasan terharap perempuan tak hanya di ranah domestik tapi juga internasional.

5. Merevisi produk-produk hukum yang meneguhkan praktek diskriminasi terhadap perempuan, yaitu revisi UU kesehatan dengan memberikan pelayanan khusus pada kesehatan reproduksi tanpa diksriminasi, terutama diskriminasi berbasis kelas sosial, orientasi seksual, status perkawinan, dan norma-norma konservatif lainnya. Revisi UU pendidikan dengan fokus pada sistem pendidikan yang memiliki perspektif keadilan gender, pluralis, dan menghapus pasal-pasal yang sifatnya memprivatisasi pendidikan serta revisi UU perlindungan buruh migran dengan menekankan perspektif keadilan gender, perlindungan terhadap anggota keluarga dan kerentanan PRT migran, meminimalisir peran swasta, mendorong migrasi sebagai bagian dari pelayanan publik yang minim biaya serta memperkuat peran pemda dalam perlindungan buruh migran pada keseluruhan proses migrasi.

Page 86: 10 agenda politik perempuan final

74 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

AGENDA 10

PENGhENTIAN KORUPSI

Korupsi sumber kekerasan & pemiskinan perempuan

I. Latar Belakang

Korupsi di Indonesia merupakan masalah besar yang terus berkembang semakin akut. Praktek-praktek korupsi di Indonesia, merupakan tindak kejahatan yang bersifat sistemik, endemik, dan terorganisir yang melibatkan politisi, birokrat dan pengusaha, dan terjadi di semua tingkatan pemerintahan.

Korupsi merupakan merupakan ancaman bagi tumbuhnya demokrasi. Korupsi juga merupakan praktek pemiskinan, dan penghambat pemenuhan Hak serta merintangi tercapainya tujuan mewjudkan kesejahteraan dan keadilan social. Korupsi juga merintangi upaya pencapaian Millenium Development Goal (MDG) yang merupakan kesepakatan dunia dimana pemerintah Indonesia menyatakan komitmen untuk mengurangi kemiskinan dunia

Produk hukum untuk memberantas korupsi di Indonesia, sangat lengkap. Pembuatan berbagai undang-undang tersebut menunjukkan bahwa upaya penyempurnaan hukum untuk mengatasi tindak kejahatan korupsi terus dilakukan. Namun jumlah kasus korupsi terus meningkat dan meluas, dengan modus operandi semakin berkembang, dan jumlah nominal kerugian yang ditimbulkannya pun semakin besar.

Ditinjau dari usia pelakunya pun jumlah politisi dan pejabat muda yang tersangkut kasus korupsi semakin meningkat. Situasi ini menunjukkan

Page 87: 10 agenda politik perempuan final

75

bahwa upaya pencegahan dan penghukuman kejahatan korupsi, tidak cukup efektif jika hanya dititikberatkan pada pembangunan hukum. Karena kejahatan korupsi memiliki berbagai dimensi seperti: dimensi politik, dimensi budaya dan dimensi social.

II. Data dan Fakta : Korupsi Di Indonesia

Data dan fakta membuktikan bahwa korupsi masih menjadi masalah serius di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa:

1. Maraknya kasus korupsi dibuktikan banyaknya jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam satu tahun (2013) terdapat 7.999 pengaduan masyarakat kasus korupsi kepada KPK . Dari jumlah tersebut sekitar 6.816 pengaduan telah ditelaah. Dari hasil telaah ditemukan sejumlah 4.282 pengaduan masyarakat merupakan tindak pidana KPK34

2. Dilihat dari kedudukan atau jabatan pelaku, korupsi banyak dilakukan oleh pejabat eselon, pimpinan swasta dan anggota DPR/DPRD. Dari 397 kasus yang ditangani KPK sejak tahun 2004 hingga 2013, pelaku korupsi terbanyak adalah pejabat di eselon I, II dan III mencapai 114 kasus, swasta sebanyak 94 kasus, anggota DPR dan DPRD mencapai 73 kasus, walikota/wakil walikota dan bupati /wakil bupati 35 kasus , kepala lembaga /kementerian 12 kasus, Gubernur 10 kasus, hakim 8 kasus, komisioner 7 kasus , duta besar 4 kasus, sedangkan 40 kasus lainnya tidak jelas kedudukan pelakunya.35

3. Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan bahwa kejahatan korupsi paling banyak dilakukan adalah dalam bentuk penyuapan, penggelembungan dana pengadaan barang/jasa dan penyalahgunaan anggaran . Dari 360 kasus korupsi yang ditangani oleh KPK sejak tahun 2004-2013, kasus penyuapan sebanyak 168 kasus, penggelembungan dana dalam pengadaan baeang dan jasa

34 Website KPK , www.kpk.go.id 35 website KPK : www.go.id, diunduh 28 Februari 2014

Page 88: 10 agenda politik perempuan final

76 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

115 kasus, dan penyalahgunaan anggaran sebanyak 38 kasus, perijinan 13 kasus, dan pungutan sebanyak 10 kasus

4. Sedangkan data Kepolisian RI menunjukkan, selama tahun 2013, ada kasus korupsi yang berhasil ditangani mencapai 1.363 kasus, kasus paling banyak di sektor layanan publik dan program pengurangan kemiskinan, seperti korupsi dana Jaminan Persalinan (Jampersal), Korupsi dana pembangunan jalan, korupsi pembiayaan RSUD oleh Gubernur Bengkulu36

5. Korupsi memiliki dimensi gender, yaitu adanya perbedaan kerugian dan penderitaan yang dialami oleh laki-laki dan perempuan akibat tindak kejahatan korupsi. Rendahnya akses terhadap pengetahuan dan informasi tentang korupsi bagi perempuan, mengakibatkan perempuan lebih rentan menjadi korban dan mengalami rintangan menikmati Hak-Hak Asasi Perempuan dari tindakan korupsi, seperti : praktek pungutan liar, pemotongan bantuan sosial, penyelewengan dana penanggulangan kemiskinan dan pelanggaran Hak Warga negara

6. Korupsi di sektor layanan publik, seperti Kesehatan, Pendidikan, Program Perlindungan Sosial, layanan administrasi dan fasilitas Umum, khususnya Infrastruktur. Kejahatan korupsi di sector layanan public, memperburuk kualitas dan kuantitas layanan publik hingga akhirnya mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan perempuan dan anak, tingginya angka buta huruf dan putus sekolah, kelaparan dan gizi buruk, kekerasan terhadap perempuan.

7. Korupsi merupakan ancaman bagi demokrasi yang mengutamakan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Upaya mewujudkan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan dalam posisi dan proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, karena adanya praktek-praktek korupsi seperti suap atau upeti untuk kenaikan jabatan dan jual beli perolehan suara dalam pemilihan umum.

36 www.gresnews.com “korupsi di Daerah Incaran Polisi”

Page 89: 10 agenda politik perempuan final

77

8. Laporan Koalisi Perempuan Indonesia tentang Pendidikan Korupsi bagi perempuan di 27 Desa di 3 Provinsi (Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah) dan Sosialisasi pada 6.400 (perempuan dan laki-laki ) di 320 komunitas, menunjukkan bahwa perempuan tidak pernah memperoleh informasi yang jelas dan lengkap tentang korupsi 37

9. Pengungkapan kasus korupsi dan pemberitaan di media, terutama televisi dan radio yang mengangkat kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh politisi yang bekerja sama dengan pemerintah, aparat penegak hukum dan pengusaha dengan jumlah kerugian negara mencapai ratusan juta, ratusan milyar hingga trilyunan, lebih mengedepankan aspek politik. Sejumlah kasus korupsi yang telah dan sedang diungkap terindikasi sebagai akibat dari pertikaian politik. Sedangkan beberapa kasus korupsi yang telah diketahui public, tidak segera diselesaikan, karena adanya campur tangan kekuasaan dan upaya melindungi pihak-pihak tertentu.

10. Upaya menjadikan Indonesia bersih dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) berdimensi politik, hanya akan berhasil jika ada kepemimpinan (leadership) yang bersih dan memiliki komitmen yang kuat dalam pemberantasan korupsi. Sepanjang kepemimpinan negara Indonesia, tidak mampu menunjukkan sebagai pemimpin yang bersih dari praktek korupsi baik langsung atau pun tidak langsung, maka sepanjang waktu itu pulalah praktek korupsi berdimensi politik akan berlanjut.

11. Tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang lebih mengedepankan kasus korupsi berdimensi politik, juga berkontribusi pada pembentukan cara pandang masyarakat terhadap tindak kejahatan korupsi. Masyarakat memandang bahwa kasus korupsi hanyalah kasus-kasus yang menimbulkan kerugian negara saja dan dengan jumlah nominal yang sangat besar dan dilakukan oleh politisi dan pejabat tinggi. Pandangan ini menumbuhkan sikap “memaklumi” atau memaafkan terhadap

37 Koalisi Perempuan Indonesia , Laporan Memperkuat Pengetahuan dan Perempuan Dalam Memberantas Korupsi, Desember 2012

Page 90: 10 agenda politik perempuan final

78 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

kejahatan korupsi yang dilakukan oleh petugas layanan public yang merupakan petugas rendahan yang melakukan korupsi kecil-kecilan atau sering disebut sebagai petty Corruption. Cara pandang masyarakat seperti ini harus diubah melalui pendidikan watak dan sikap (karakter) anti korupsi berbasis keluarga, agar masyarakat memahami bahwa sekecil apa pun suatu praktek korupsi, tetap merupakan kejahatan yang harus dilawan, dihentikan. Disamping itu, sudah saatnya KPK dan Kepolisian sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dalam pemberantasan korupsi, untuk lebih seimbang dalam pengungkapan kasus korupsi antara kasus-kasus yang berdimensi politik dan kasus-kasus yang berdimensi kesejahteraan social.

III. Jaminan Hukum Nasional dan Instrumen Hukum Internasional

Ditinjau dari kajian hukum, upaya pembentukan hukum untuk memberantas korupsi terus dilakukan, dari aspek hukum materitiil maupun aspek formil, sebagai upaya penyempurnaan hukum untuk mengatasi tindak kejahatan korupsi. Sejumlah peraturan perundangan seperti :

1. Undang-undang (UU) Nomor 28 tahun 1999, tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan nepotisme;

2. UU No 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

3. UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

4. UU No 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

5. UU No. 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003),

6. UU No. 5 Tahun 2009 Tentang Pengesahan United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (Konvensi

Page 91: 10 agenda politik perempuan final

79

Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional Yang Terorganisasi),

7. UU No 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,

8. UU No.3 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

9. UU No 8 Tahun 2010 Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

IV. Agenda Penghentian Korupsi

Berdasarkan data dan fakta yang menunjukkan maraknya korupsi dan pentingnya melakukan langkah tepat untuk mencegah dan menghentikan praktek korupsi, partai politik dan pemerintah perlu melakukan langkah-langkah nyata.

Gerakan Perempuan Untuk INDONESIA BERAGAM merekomendasikan agar pemimpin & pemerintahan periode 2014-2019 melaksanakan Agenda untuk:

Agenda Penting yang harus dilakukan oleh Partai-partai Politik 1. Menciptakan kebijakan dan mekanisme internal partai politik

untuk mewujudkan tata kelola partai politik yang bersih, transparan dan akuntabel.

2. Mengembangkan system pendidikan kader yang mampu mencetak kader-kader partai, laki-laki mapun perempuan, yang memiliki integritas, serta memahami dan melaksanakan etika kepemimpinan politik

3. Menghapus semua kebiasaan, budaya partai dan aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mendukung atau mendorong praktek korupsi.

4. Memberikan sanksi kepada kader-kadernya yang melakukan korupsi, terutama yang dipercaya oleh partai untuk menduduki jabatan public atau jabatan politik.

5. Menyatakan diri sebagai Partai Politik yang memiliki Toleransi Nol

Page 92: 10 agenda politik perempuan final

80 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

(Zero Tolerance) terhadap segala bentuk tidak korupsi.

Agenda Penting yang harus dilakukan oleh Pemerintah & Pejabat Negara

1. Membuktikan kepada publik bahwa dirinya secara individu, keluarga dan kelembagaan merupakan pihak-pihak yang bersih, dapat dipercaya dan pantas menjadi teladan.

2. Memiliki komitmen yang kuat dan tindakan nyata untuk memberantas korupsi segala bentuk praktek korupsi, tanpa kecuali.

3. Berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan kepada public, dan tidak mengeluarkan pernyataan yang secara langsung maupun tidak langsung, memaklumi perilaku pejabat korup

4. Menyusun dan menjamin pelaksanaan strategi nasional Pemberantasan Korupsi

5. Melakukan upaya pencegahan korupsi dengan membangun karakter toleransi nol terhadap semua bentuk tindakan korupsi melalui pendidikan anti korupsi bagi semua dan pendidikan korupsi berbasis keluarga

Page 93: 10 agenda politik perempuan final

81

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku dan Artikel Buku

• Risnawati Utami, SH, MS/International Health Policy and Management, Relasi antara Gender, Disabilitas dan Kemiskinan, Februari 2014

• Rena Herdiyani, Kalyanaitra, Perkawinan Anak, Februari 2014

• Wahyu Susilo, Anis Hidayah, dkk, Selusur Kebijakan Minus Perlindungan, Migrant CARE, 2013

II. Peraturan Perundang-undangan

• Perpes No 15 tahun 2010, TNP2K, Strategi dan Instrumen Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

III. Artikel, Makalah, Majalah dan Surat Kabar

• Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, sambutan di Hari Ulang Tahun Polisi Wanita di Ciputat, Sinar Harapan, Senin (10/9/2012)

IV. Laporan/Prosiding/Position Paper

• “Persoalan Pendidikan Masa Pemerintahan SBY”, Tim Institut KAPAL Perempuan, 2011

• Laporan penelitian tentang monitoring pendidikan (education watch) , Education Network for Justice, 2009

• Document International Conference on Population Development, Kairo, 5-13 September 1995, paragraph 7.3

• Rekomendasi Khusus Kelompok Disabel, Risnawati Utami, SH, MS/International Health Policy and Management, Relasi antara Gender, Disabilitas dan Kemiskinan, Februari 2014

Page 94: 10 agenda politik perempuan final

82 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

• Laporan tentang kekerasan penyandang disabilitas, Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Sumatra Barat , 2013

• KIAS, Laporan Pemetaan Kekerasan terhadap Perempuan, Februari 2014

• Pidato pengantar keterangan pemerintah atas RUU tentang APBN 2014 dan Nota Keuangannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 2013

• Monitoring Gender Buget, Koalisi Perempuan Indonesia, 2012

• Catatan Akhir Tahun “Anomali Ratifikasi Konvensi Buruh Migran”, Migrant CARE, 2013

• “World Report on Disability”, World Health Organization and World Bank Geneva: WHO Press, 2011

• Catatan Tahunan, Komnas Perempuan, 2012

• Koalisi Perempuan Indonesia , Laporan: Memperkuat Pengetahuan dan Perempuan Dalam Memberantas Korupsi, Desember 2012

V. Bahan-bahan yang diunduh dari internet

• http://tnp2k.go.id/kebijakan-percepatan/strategi-percepatan-penangulangan-kemiskinan )

• http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=10&notab=3

• Salamuddin Daeng, Indonesia for Global Justice (IGJ) “Dominasi Modal Asing atas Kekayaan Alam Indonesia Presidium MKRI Nasional lihat link ini http://www.ratnasarumpaet.com/home/649-dominasi-modal-asing-atas-kekayaan-alam-indonesia.html

• http://www.bnpb.go.id/news/read/1943/372-kejadian-bencana-di-awal-tahun-2014

• http://www.komnasperempuan.or.id/2013/08/siaran-pers-komnas-perempuan-kebijakan-diskriminatif-yang-bertentangan-dengan-konstitusi/

Page 95: 10 agenda politik perempuan final

83

• http://www.hrw.org/sites/default/files/related_material/indonesia_in_3.pdf

• http://www.komnasperempuan.or.id/2013/08/siaran-pers-komnas-perempuan-kebijakan-diskriminatif-yang-bertentangan-dengan-konstitusi/

• http://www.setara-institute.org/sites/setara-institute.org/files/Reports/Themat ic/140121-Ringkasan%20Eksekut i f%20LAPORAN%20KBB%202013.pdf

• http://www.stigmafoundation.com/2011/02/40-hak-konstitusi-dalam-14-rumpun.html

• www.kpk.go.id

• www.gresnews.com “korupsi di Daerah Incaran Polisi”

• http://www.who.int/reproductivehealth/topics/sexual_health/sh_definitions/en/

Page 96: 10 agenda politik perempuan final

84 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

TIM PENyUSUN 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN

1 Agenda 1. Pemenuhan hak kesehatan reproduksi dan seksualitas, disusun oleh (Our VoiceKalyanamitra

2 Agenda 2. Pemenuhan hak atas Pendidikan terutama pendidikan perempuan, disusun oleh Institute Kapal Perempuan.

3 Agenda 3. Penghentian Kekerasan terhadap Perempuan, disusun oleh Perempuan Mahardika, Kalyanamitra, kontributor materi KIAS

4 Agenda 4. Penghentian pemiskinan perempuan dan kelompok marginal, disusun oleh Institute Kapal Perempuan dan Koalisi Perempuan Indonesia, kontributor data PEKKA

5 Agenda 5. Perlindungan perempuan dalam situasi konflik, Bencana serta Pengelolaan Lingkungan dan Sumber daya Alam, disusun oleh Solidaritas Perempuan, Institute Global Justice, AMAN Indonesia

6 Agenda 6. Pemenuhan hak atas pekerjaan yang layak bagi perempuan, disusun oleh Migrant CARE

7 Agenda 7. Perlindungan atas kebebasan Berkeyakinan dan beragama disusun oleh AMAN Indonesia, LBH Jakarta

8 Agenda 8. Hak Politik Perempuan disusun oleh Koalisi Perempuan Indonesia

9 Agenda 9. Penghapusan produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas, disusun oleh AMAN Indonesia

10 Agenda 10. Penghentian korupsi disusun oleh Koalisi Perempuan Indonesia

Page 97: 10 agenda politik perempuan final

85

SEKILAS TENTANG GERAKAN PEREMPUAN MEWUJUDKAN

INDONESIA BERAGAM (BERDAULAT, BERSIh, SEJAhTERA, ADIL

GENDER, DAN MAJEMUK)

Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam adalah “Gerakan Perempuan

membangun peradaban Indonesia yang bersih dari korupsi, bebas dari kemiskinan, bebas dari segala bentuk kekerasan dan rasa takut untuk mencapai keadilan dan kedaulatan bagi rakyat miskin, perempuan dan kelompok marginal”

I. Tujuan kegiatan kampanye “Indonesia Beragam” pada Bulan Agenda Politik Perempuan, untuk:

1. Mendesakkan agenda politik gerakan perempuan dan kelompok-kelompok marjinal melalui kertas posisi kepada calon legislatif dan pemerintahan baru agar memenuhi hak-hak perempuan dan kelompok marginal tanpa diskriminasi.

2. Melakukan penyadaran publik agar masyarakat memahami dan memberikan dukungan terhadap upaya pemenuhan hak-hak perempuan dan kelompok-kelompok marjinal yang didesakkan melalui 10 agenda politik perempuan kepada pemerintahan baru.

3. Memperkuat konsolidasi gerakan perempuan di Indonesia untuk mengembangkan isu dan strategi yang strategis dalam mendesakkan dan memantau pemenuhan hak-hak perempuan dan kelompok-kelompok marjinal oleh pemerintah.

Page 98: 10 agenda politik perempuan final

86 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

II. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, ada 9 kegiatan yang akan dilakukan ditingkat nasional dan di 22 provinsi di Indonesia:

1. Workshop penyusunan kertas posisi agenda politik perempuan

2. Deklarasi gerakan perempuan menuju “Indonesia Beragam” pada tanggal 7 Maret 2014 yang dilakukan secara serentak dalam moment Hari Perempuan Internasional.

3. Dialog politik perempuan dengan 12 partai peserta pemilu di Jakarta

4. Orasi perempuan, panggung seni, dan pameran karya perempuan berupa foto dan instalasi

5. Talk Show “Indonesia Beragam” tentang 10 agenda politik perempuan di radio-radio

6. Briefing dan roadshow media “Indonesia Beragam” tentang 10 agenda politik perempuan.

7. Kampanye publik melalui jalan santai pada moment Hari Perempuan Internasional di Jakarta dan di 22 Provinsi pada tanggal 8 Maret 2014.

8. Lomba Menulis dengan tema “Jika aku menjadi Pemimpin Perempuan” akan dimulai pada tanggal 8 Maret 2014 untuk kategori pelajar dan mahasiswa.

9. Dialog Feminis untuk memantau pelaksanaan 10 Agenda Politik Perempuan

Gerakan Perempuan Mewujudkan Indonesia Beragam merupakan sebuah jaringan yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia. Berikut adalah daftar organisasi yang bergabung.

1. Aisyiah Jatim,

2. Aisyiah Pusat,

3. Aisyiah Sulsel,

Page 99: 10 agenda politik perempuan final

87

4. AMAN Indonesia

5. Asosiasi LBH APIK Indonesia

6. ASPPUK

7. Balai Syura Aceh,

8. Fahmina,

9. FAMM_Indonesia

10. Federasi Beudoh Besare Aceh

11. Federasi Serikat Pekka Aceh

12. Federasi Serikat Pekka Sulawesi Tenggara

13. Federasi Serikat Pekka Sumatra Utara

14. Federasi Serikat Pekka Sulawesi Utara

15. Federasi Serikat Pekka Nusa Tenggara Barat

16. Federasi Serikat Pekka Nusa Tenggara Timur

17. Federasi Serikat Pekka Sumatra Barat

18. Federasi Serikat Pekka Sumatra Selatan

19. Federasi Serikat Pekka Jawa Barat

20. Federasi Serikat Pekka Jawa Tengah

21. Federasi Serikat Pekka Jawa Timur

22. Federasi Serikat Pekka DI Yogyakarta

23. Federasi Serikat Pekka Kalimantan Barat

24. Federasi Serikat Pekka Kalimantan Selatan

25. Federasi Serikat Pekka Sulawesi Selatan

26. Federasi Serikat Pekka Maluku Utara

27. FPMP Makassar

28. Gazira

29. GKI Yasmin,

30. GMKI Jailolo/Maluku Utara

31. GMKI Jayapura/Papua

32. GMKI Pekan Baru/Riau

Page 100: 10 agenda politik perempuan final

88 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

33. GMNI Manokwari/Papua Barat

34. GMNI Pasuruan/Jawa Timur

35. GMNI Purwekerto/Jawa Tengah

36. GMNI Banten,

37. GMNI Kepulauan Riau,

38. Home Net Indo,

39. ICRP

40. IGJ

41. ILO Jatim,

42. INFID

43. Institut KAPAL Perempuan

44. ISRE Jember,

45. JALA PRT

46. Jaringan ABCD,

47. Kalyanamitra

48. KAP

49. Kaukus Pemimpin Buruh Perempuan

50. Kelompok Perempuan Cipayung (PMKRI, PMII, GMKI, GMNI)

51. Koalisi Perempuan Cabang Dompu,

52. Koalisi Perempuan Cabang Flores Timur,

53. Koalisi Perempuan Cabang Kabupaten Bima,

54. Koalisi Perempuan Cabang Kota Bima,

55. Koalisi Perempuan Cabang Mataram,

56. Koalisi Perempuan Cabang Ngada,

57. Koalisi Perempuan Cabang Pontianak.

58. Koalisi Perempuan Cabang Sikka,

59. Koalisi Perempuan Cabang Sumba Tengah,

60. Koalisi Perempuan Cabang Sumbawa,

61. Koalisi Perempuan Cabang Tarakan,

Page 101: 10 agenda politik perempuan final

89

62. Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi (SEKNAS)

63. Koalisi Perempuan Wilayah Aceh,

64. Koalisi Perempuan Wilayah Bengkulu,

65. Koalisi Perempuan Wilayah DI Jogjakarta

66. Koalisi Perempuan Wilayah DKI Jakarta

67. Koalisi Perempuan Wilayah Jambi

68. Koalisi Perempuan Wilayah Jawa Barat,

69. Koalisi Perempuan Wilayah Jawa Tengah

70. Koalisi Perempuan Wilayah Jawa Timur

71. Koalisi Perempuan Wilayah Nusa Tenggara Barat

72. Koalisi Perempuan Wilayah Sulawesi Selatan

73. Koalisi Perempuan Wilayah Sulawesi Tengah

74. Koalisi Perempuan Wilayah Sulawesi Tenggara

75. Koalisi Perempuan Wilayah Sumatera Barat

76. Koalisi Perempuan Wilayah Sumatera Utara

77. KPPA Sulawesi Tengah,

78. KPS2K Surabaya

79. KWS Poso,

80. Lakpesdam Cabang Tasik,

81. Lakpesdam Nu Kota Ambon

82. Lappan

83. LARD Mataram

84. LBH APIK Aceh

85. LBH APIK Bali,

86. LBH APIK Jakarta,

87. LBH APIK Makassar

88. LBH APIK Medan

89. LBH APIK NTB

Page 102: 10 agenda politik perempuan final

90 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

90. LBH APIK NTT

91. LBH APIK Palembang

92. LBH APIK Palu

93. LBH APIK Papua

94. LBH APIK Pontianak

95. LBH APIK Samarinda

96. LBH APIK Semarang,

97. LBH APIK Yogyakarta

98. LBH Jakarta

99. LPSDM Lombok Timur

100. LSM Bali Sruti,

101. M16 Mataram,

102. Magenta Legal Research & Advocacy,

103. Mahina Ahuru

104. Migrant CARE

105. Mitra Pekerja Rumahan Indonesia,

106. NLC

107. Obor Perempuan Sulbar

108. Our Voice

109. PEKKA

110. Pembangkik Batang Tarandam,

111. Perempuan Mahardhika

112. Perkumpulan Japesda, Gorontalo

113. Permampu-Persada,

114. Pilar Manado

115. Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyah

116. PKBI Pusat

117. PMII cabang Solo,

118. PMII Cabang Tasik,

Page 103: 10 agenda politik perempuan final

91

119. PPSW

120. Rindang Banua

121. Rindang Banua Pontianak,

122. RMI Bogor

123. Salut Manado

124. SAPA

125. Sekolah Perempuan Mandiri Pamona,

126. Sekolah Perempuan Sintuwu Raya Malei,

127. Seniman-Lentera Pembebasan,

128. Serikat Perempuan Lembah Palu,

129. Sikolah Mombine (Sekolah Perempuan),

130. Solidaritas Perempuan

131. Solidaritas Perempuan Aceh,

132. Solidaritas Perempuan Jabotabek

133. Solidaritas Perempuan Makassar,

134. Solidaritas Perempuan Poso,

135. Swara Parangpuan Manado

136. TURC,

137. Wanita Islam AlKhaerat Poso,

138. Yayasan Alfa Omega

139. Yayasan Bakti.

140. YKPM Makassar

Page 104: 10 agenda politik perempuan final

92 10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN: MEWUJUDKAN INDONESIA BERAGAM

Page 105: 10 agenda politik perempuan final
Page 106: 10 agenda politik perempuan final

Kontak person:Dwi Rubiyanti Kholifah email: [email protected] HP : 081289448741

Sekreatariat Bersama: AMAN IndonesiaJl. Jati Padang II No. 18 A, Jati PadangPasar Minggu Jakarta SelatanTelepon: 021-7892870Email: [email protected]

“Gerakan Perempuan membangun peradaban Indonesia yang bersih dari korupsi, bebas dari kemiskinan, bebas dari segala bentuk kekerasan dan rasa takut untuk mencapai keadilan dan kedaulatan bagi rakyat miskin, perempuan dan kelompok marginal”

10 AGENDA POLITIK PEREMPUAN

1. Pemenuhan hak kesehatan reproduksi dan seksualitas

2. Pemenuhan hak atas pendidikan terutama pendidikan perempuan

3. Penghentian Kekerasan terhadap perempuan

4. Penghentian pemiskinan perempuan dan kelompok marginal melalui perlindungan posial

5. Perlindungan perempuan dalam situasi konflik, bencana serta pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam

6. Pemenuhan hak atas pekerjaan yang layak bagi perempuan

7. Perlindungan atas kebebasan berkeyakinan dan beragama

8. Hak politik perempuan

9. Penghapusan produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas

10. Penghentian korupsi