10-11-1-PB

7
SETYOWATI RAHARJO/ KEEFEKTIFAN KONSELING UNTUK MENURUNKAN SKOR 51 PENDAHULUAN Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas. WHO telah mengidentifikasi penggunaan alkohol, tembakau, dan obat terlarang merupakan 20 faktor risiko tertinggi penyakit (WHO, 2006). Data epidemiologi diperoleh dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI (Puslitkes UI) pada tahun 2008 menunjukkan data estimasi 3.6 juta penduduk Indonesia berusia 15 – 64 tahun (1.99% dari total penduduk Indonesia) menggunakan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (disingkat NAPZA) secara teratur, di mana 31% dari kelompok ini atau sekitar 900,000 orang mengalami ketergantungan heroin dan lebih dari setengahnya adalah pengguna heroin suntik (Kemenkes RI, 2010a). Gangguan penggunaan NAPZA adalah suatu masalah bio-psiko-sosial-kultural yang sangat kompleks. Terapi dan rehabilitasi gangguan penggunaan NAPZA harus bersifat holistik dengan memperhatikan faktor biologis, psikologis, dan kepribadian, serta faktor sosio-kultural dalam arti luas (termasuk spiritual, ekonomi, legal) (Kemenkes RI, 2010). Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Indonesia merupakan bagian dari upaya nasional untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/ AIDS, yang dikenal dalam strategi pengurangan dampak buruk atau harm reduction (Depkes RI, 2007). Keefektifan Konseling untuk Menurunkan Skor Penggunaan NAPZA di Klinik Rumatan Metadon The Effectiveness of Counseling on Reducing Drug Use Score at Methadone Maintenance Clinic Setyowati Raharjo RS Jiwa Daerah Surakarta ABSTRACT Background: Methadone is used worldwide as an effective treatment for clients with heroin dependence. Methadone maintenance therapy aims to reduce opioid dependence, yet most patients still use at least one psychoactive substance. Studies have shown that counseling can help clients resolve drug dependence. This study is aimed to determine whether counseling is effective to reduce drug use score at methadone maintenance clinic. Methods: This study was a single-blinded randomized controlled trial (RCT). The study sample consisted of 28 subjects who undertook methadone maintenance treatment program at Dr.Moewardi Hospital and Manahan Public Health Center in Surakarta. This sample was divided into 2 groups, consisting of a group of 14 subjects who received and another group of 14 subjects who did not received counseling.Multiple linear regression analysis was run to determine the effectiveness of counseling to reduce drug use score. While controlling for the effect of baseline drug use score and recent methadone dose. Results: Multiple linear regression analysis showed a statistically signif icant effect of counseling on reducing drug use score, after controlling for the effect of baseline drug use score and recent metahdone dose. The group of subjects who received counseling had drug use score 26 points lower than those who who did not receive counseling(b= - 26.19; 95%CI -48.30 to 4.09; p= 0.023). Conclusion: Counselling is effective to reduce drug use score at methadone maintenance clinic. Keywords: counseling, drug use, methadone, maintenance.

description

mn v

Transcript of 10-11-1-PB

Page 1: 10-11-1-PB

SETYOWATI RAHARJO/ KEEFEKTIFAN KONSELING UNTUK MENURUNKAN SKOR

51

PENDAHULUAN

Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalahyang sering terjadi di seluruh dunia, dan berhubungandengan peningkatan mortalitas dan morbiditas. WHOtelah mengidentifikasi penggunaan alkohol, tembakau,dan obat terlarang merupakan 20 faktor risiko tertinggipenyakit (WHO, 2006).

Data epidemiologi diperoleh dari berbagaipenelitian epidemiologis yang dilakukan BadanNarkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan PusatPenelitian Kesehatan UI (Puslitkes UI) pada tahun2008 menunjukkan data estimasi 3.6 juta pendudukIndonesia berusia 15 – 64 tahun (1.99% dari totalpenduduk Indonesia) menggunakan narkotika,alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya(disingkat NAPZA) secara teratur, di mana 31% dari

kelompok ini atau sekitar 900,000 orang mengalamiketergantungan heroin dan lebih dari setengahnyaadalah pengguna heroin suntik (Kemenkes RI,2010a).

Gangguan penggunaan NAPZA adalah suatumasalah bio-psiko-sosial-kultural yang sangatkompleks. Terapi dan rehabilitasi gangguanpenggunaan NAPZA harus bersifat holistik denganmemperhatikan faktor biologis, psikologis, dankepribadian, serta faktor sosio-kultural dalam arti luas(termasuk spiritual, ekonomi, legal) (Kemenkes RI,2010).

Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) diIndonesia merupakan bagian dari upaya nasionaluntuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/AIDS, yang dikenal dalam strategi pengurangandampak buruk atau harm reduction (Depkes RI, 2007).

Keefektifan Konseling untuk Menurunkan Skor PenggunaanNAPZA di Klinik Rumatan Metadon

The Effectiveness of Counseling on ReducingDrug Use Score at Methadone Maintenance Clinic

Setyowati RaharjoRS Jiwa Daerah Surakarta

ABSTRACT

Background: Methadone is used worldwide as an effective treatment for clients with heroindependence. Methadone maintenance therapy aims to reduce opioid dependence, yet most patientsstill use at least one psychoactive substance. Studies have shown that counseling can help clientsresolve drug dependence. This study is aimed to determine whether counseling is effective to reducedrug use score at methadone maintenance clinic.Methods: This study was a single-blinded randomized controlled trial (RCT). The study sample consistedof 28 subjects who undertook methadone maintenance treatment program at Dr.Moewardi Hospitaland Manahan Public Health Center in Surakarta. This sample was divided into 2 groups, consisting of agroup of 14 subjects who received and another group of 14 subjects who did not receivedcounseling.Multiple linear regression analysis was run to determine the effectiveness of counseling toreduce drug use score. While controlling for the effect of baseline drug use score and recent methadonedose.Results: Multiple linear regression analysis showed a statistically significant effect of counseling onreducing drug use score, after controlling for the effect of baseline drug use score and recent metahdonedose. The group of subjects who received counseling had drug use score 26 points lower than thosewho who did not receive counseling(b= - 26.19; 95%CI -48.30 to 4.09; p= 0.023).Conclusion: Counselling is effective to reduce drug use score at methadone maintenance clinic.

Keywords: counseling, drug use, methadone, maintenance.

Page 2: 10-11-1-PB

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

52

Walaupun Terapi Rumatan Metadon (TRM)bertujuan untuk terapi ketergantungan opioid, tetapikebanyakan pasien manyalahgunakan sekurang-kurangnya satu atau lebih zat psikoaktif lainnya(Gelkopf et al., 2006, cit. Kemenkes, 2010). Padapenelitian Backmund yang melibatkan 1685 pasiendidapatkan penggunaan benzodiazepin setiap hariadalah 44.4%. Bukti mengindikasikan bahwakonsumsi bersamaan dari penambahan psikotropikpada pasien ketergantungan opioid mempunyaidampak yang penting pada morbiditas, mortalitasdan gangguan klinis (Backmund et al., 2005).

Dengan adanya hal tersebut, tanpa adanyaintervensi medik atau psikososial, penurunanpenggunaan penggunaan opioid dan zat lainnya akansulit terjadi, sehingga efektivitas program terapi tidaktercapai. Penelitian mengindikasikan bahwakonseling adakah intervensi yang sangat penting dansangat dibutuhkan (Kemenkes, 2010). Intervensipsikososial seperti konseling telah ditambahkan padaterapi rumatan metadon (Gruber et al., 2008).

Amato et al. (2004) telah memeriksa 12penelitian yang membandingkan 8 intervensipsikososial, termasuk konseling, yang ditambahkanpada TRM dan TRM saja tanpa konseling. Tinjauan(review) tersebut menyatakan bahwa terdapatkeuntungan intervensi psikososial dalam menurunkanpemakaian heroin selama TRM tetapi tidakmemperbaiki luaran saat follow-up 6 bulan.Penambahan konseling pada TRM (selain konselingdasar) berhubungan dengan efikasi, denganmemperbaiki retensi pasien, penurunan penggunaanzat terlarang (illicit drug), dan memperbaiki efikasiprogram (Drummond dan Perrymak, 2007).Sementara itu, pada penelitian lainnya ditemukanbahwa TRM ditambah konseling mempunyai luaranyang lebih baik dibandingkan dengan TRM saja(Ward et al., 1998, cit. Departement of Health andWellness New Brunswick, 2005).

Kenyataannya layanan konseling seringkali tidakdapat terlaksana secara optimal pada programrumatan. Selain terbatasnya sumber daya yang ada,tidak jarang pula pasien enggan menjalani proseskonseling karena berbagai alasan. Banyak pasienmelaporkan bahwa proses konseling yang diterimanyalebih menyerupai percakapan pemberian nasihat,selain itu mereka merasa tidak mendapat manfaat

apapun dari konseling, serta enggan mengeluarkanbiaya konseling (Kemenkes RI, 2010a).

Sampai saat ini belum ada publikasi di Indone-sia tentang penelitian konseling untuk menurunkanpenggunaan NAPZA pada klien yang menjalaniTerapi Rumatan Metadon. Berdasarkan latar belakangtersebut di atas, maka peneliti melakukan penelitiandengan menggunakan konseling pada klien yangmenjalani Terapi Rumatan Metadon yang masihmenggunakan zat psikoaktif lainnya. Tujuan penelitianini adalah mengetahui keefektifan konseling untukmenurunkan skor penggunaan NAPZA di KlinikRumatan Metadon.

SUBJEK DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan single-blindedrandomized controlled trial(RCT) yang bertujuanmenguji atau menaksir pengaruh perlakuan terhadapvariabel hasil, dengan kondisi penelitian berada dibawah kendali peneliti (Murti, 2010). Penelitiandilakukan di Klinik NAPZA dan Rumatan MetadonRSUD Dr.Moeawardi Surakarta dan Klinik RumatanMetadon Puskesmas Manahan Surakarta, mulai3Januari 2010 - 31Mei 2011.

Subjek adalah semua klien yang mengikutiPRTM di Klinik Rumatan Metadon RSUD Dr.Moewardi Surakarta dan Klinik Rumatan MetadonPuskesmas Manahan yang memenuhi kriteria inklusidan eksklusi penelitian. Teknik penetapan sampelpada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitupeneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangantertentu sedemikian sehingga sampel yang dicuplikmewakili populasi yang sedang diteliti maupunmemungkinkan untuk melakukan perbandingan-perbandingan kelompok studi (Murti, 2010).

Kriteria inklusi meliputi pasien mengikutiPTRM, bersedia mengikuti penelitian danmenandatangani surat persetujuan sebagai pesertapenelitian, dapat berbahasa Indonesia (karena alatukur penggunaan NAPZA menggunakan bahasa In-donesia), serta skor WHO-ASSIST V3.0 vI > 3.Adapun kriteria eksklusi adalah mengalami gangguanmental berat (psikotik), mempunyai gangguan yangberat dalam berkomunikasi (kesulitan bahasa, tuli),mempunyai gangguan kognitif yang berat atauketidakmampuan intelektual, dalam keadaan

Page 3: 10-11-1-PB

SETYOWATI RAHARJO/ KEEFEKTIFAN KONSELING UNTUK MENURUNKAN SKOR

53

intoksikasi atau withdrawalalkoholmaupunzat,tidakkooperatif, sertaSkor L-MMPI < 10.Karenakeadaan tersebut diatas dapat menyebabkankonseling yang diberikan tidak akan berjalan denganbaik, dan juga akan sulit dilakukan penilaian/pengukuran skor penggunaan NAPZA denganWHO-ASSIST V3.0 vI.

Variabel bebas pada penelitian ini adalahpemberian konseling. Variabel tergantung adalah skorpenggunaan NAPZA. Variabel perancu yang dapatmempengaruhi hasil penelitian adalah tingkatpendidikan, dukungan keluarga, lingkungan tempattinggal, kepribadian, komorbiditas gangguanpsikiatri, pemberian dosis metadon, dan dukunganteman sebaya.

Definisi operasional variabel penelitian sebagaiberikut. Konseling yang digunakan dalam penelitianini bersifat eklektik holistik yang berfokus padaperubahan perilaku, dilakukan oleh terapis, yangdalam hal ini adalah peneliti. Konseling dilakukanseminggu sekali selama 12 minggu, denganmenggunakan Pedoman Konseling untuk KlienPengguna NAPZA yang telah dilakukan uji validasipada penelitian ini juga.

Hasil uji reliabilitas pedoman konseling sebagaiberikut. Split-half reliability (alpha Cronbach)menunjukkan nilai = 0.93. Korelasi antar butirpertanyaan (inter-item correlation) menunjukkan nilair> 0.50. Sedang nilai reliabilitas antar-pengamat =0.97. Konsistensi pelaksanaan konseling yangdilakukan terapis pada tiap-tiap sesi pada semuasubjek penelitian telah dihitung dengan menggunakannilai alpha Cronbach dengan nilai >0.75 yang berartipelaksanaan konseling mempunyai konsistensi tinggi.

Pada penelitian subjek pada kelompok kontrolhanya mendapatkan terapi standar. Terapi standarmerupakan terapi yang digunakan di klinikRumatan Metadon yang berupa pemberianmetadon, konseling dasar, yang meliputi konselingpada saat awal mengikuti program, serta pemberiankonseling apabila diperlukan.

Skor penggunaan NAPZA adalah tingkatpenggunaan NAPZA yang dilakukan oleh klien yangmenjalani Terapi Rumatan Metadon. Klinik RumatanMetadon merupakan tempat dilakukannya Program

Terapi Rumatan Metadon (PRTM), dengandilakukan terapi standar.

Alat ukur penggunaan NAPZA adalah WHO-ASSIST V3.0 vI. Dengan perhitungan pada domain3, yaitu skor total keterlibatan zat spesifik (pertanyaan2-7 untuk tiap-tiap zat). WHO-ASSIST V3.0 vImerupakan instrumen penyaring dan assessmentpenggunaan NAPZA di Indonesia yang telahdilakukan validasi oleh Raharjo, Sudiyanto, danFanani, dengan validitas muka (face validity) yangbaik. Validitas kriteria (criterion validity) menunjukkannilai sensitivitas (true positive) dan spesifisitas (truenegative) 100%. Validitas konkuren (concurrent va-lidity) sangat tinggi pada domain 1A (r=0.93;p<0.001) dan domain 1B (r=0.92; p<0.001).Demikian pula validitas konstruk baik. Konsistensiinternal sangat baik (alpha Cronbach >0.90).

Variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil,yakni dukungan keluarga, diukur dengan sebuahkuesioner. Kuesioner tersebut diisi oleh keluarga,dengan tujuan untuk mengetahui apakah dukungankeluarga yang diberikan kepada subjek tinggi ataurendah. Instrumen itu telah divalidasi oleh Mujionodan Sudiyanto, dan menunjukkan nilai reliabilitasalpha Cronbach = 0.92.

Variabel lain adalah kesiapan untuk berubah,diukur dengan suatu kuesioner yang diisi oleh subjekpenelitian, dengan tujuan untuk mengetahuibagaimana kesiapan untuk berubah dari subjek,apakah pada tahap prekontemplasi, kontemplasimaupun aksi. Kuesioner ini membatu terapis dalammemulai konseling.

Dalam penelitian tingkat kecenderungan subjekuntuk berbohong dinilai dengan menggunakaninstrumen L-MMPI. Instrumen itu diisi sendiri olehsubjek. Nilaibatasnyaadalahjawaban “ya” lebihdari 10(Sudiyanto, 2003).

Subjek penelitian juga diminta untuk mengisidata pribadi dan ditanya apakah kesediaannya untukmengikuti penelitian yang ditunjukkan dalam SuratPersetujuan Peserta penelitian.

Keefektifan konseling untuk menurunkan skorpenggunaan NAPZA di Klinik Rumatan Metadondianalisis dengan model analisis regresi linier gandadengan persamaan sebagai berikut (Murti, 2010) :

Page 4: 10-11-1-PB

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

54

Y = a + b1X

1 + b

2X

2 + b

3X

3

Y = Skor penggunaan NAPZA setelah konseling.

X1

= Status konseling ( 0 = tidak; 1 = ya ).

X2

= Skor penggunaan NAPZA sebelum konseling(pretes).

X3

= Dosis metadon setelah konseling (postes).

Efek konseling ditunjukkan oleh besarnya b1.

b1 = 0 berarti konseling tidak efektif menurunkan

skor penggunaan NAPZA.

b1> 0 berarti konseling meningkatkan skor

penggunaan NAPZA.

b1< 0 berarti konseling efektif menurunkan skor

penggunaan NAPZA.

HASIL-HASIL

Telah dilakukan penelitian di Klinik NAPZA danRumatan Metadon RSUD Dr.Moewardi Surakartadan Klinik Rumatan Metadon Puskesmas Manahandari tanggal 3 Januari sampai dengan 31 Mei 2011.Sampel sebanyak 28 diambil secara purposive sam-pling, yang keterwakilannya sudah ditentukanberdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Sesuai dengan desain RCT, sampel dialokasikandengan randomisasi menjadi dua kelompok, yaitu14 kelompok perlakuan dan 14 kelompok kontrol.Semua subjek penelitian laki-laki. Empat subjekmengundurkan diri selama penelitian, yaitu duasubjek dari kelompok perlakuan dan dua subjek dari

kelompok kontrol. Pengunduran diri dua subjek darikelompok perlakuan disebabkan oleh satu subjeksudah tidak mengikuti PTRM setelah pertemuanyang keempat, dan satu subjek berpindah tempattinggal, setelah pertemuan ketiga. Dua subjek darikelompok kontrol disebabkan oleh karena pindahtempat tinggal sebelum evaluasi akhir.

Tabel 1 menunjukkan karakteristik demografisubjek dari kelompok konseling (perlakuan)maupunkelompok kontrol, meliputi status pernikahan,tingkat pendidikan, status pekerjaan, status tempattinggal, dan status dukungan keluarga. Perbedaankarakteristki itu antara kelompok konseling dankelompok kontrol diuji secara statistik dengan ChiSquare. Tidak terdapat perbedaan yang secara statistikbermakna karakteristik antara kelompok konselingdan kelompok kontrol, meliputi status pernikahan(p=0.491), tingkat pendidikan (p= 0.590), statuspekerjaan (p= 0.682), status tempat tinggal (p=1.000), status dukungan keluarga (p= 1.000). Hasilitu menunjukkan kesetaraan kedua kelompok dalamkarakteristik tersebut.

Demikian pula Tabel 2 menunjukkan kesetaraanpada kedua kelompok, mencakup lamamenggunakan zat, jumlah zat awal sebelumperlakuan dan skor totalWHO-ASSIST V3.0 vIsebelum perlakuan. Hasil uji t independen tidakmenunjukkan adanya perbedaan yang secara statistikbermakna antara kelompok konseling dan kelompokkontrol, mencakup mean lama menggunakan (p=0.372), jumlah zat awal yang digunakan (p= 0.212),dan skor total WHO-ASSIST V3.0 vI (p= 0.174).

Tabel1Karakteristik sosio-demografi subjek dari kelompok konseling (perlakuan) dan kelompok kontrol.

Karakteristik Perlakuan n (%)

Kontrol n (%)

Total n (%)

p

Status Pernikahan 1.42

0.491

- Menikah 7(58.33%) 5(41.67%) 12(100%) - Belummenikah 5(45.45%) 6(54.54%) 11(100%) - Cerai 0 (0%) 1(100 %) 1(100%) Tingkat pendidikan

1.25 0.590

- SMA 9(45%) 11(65 %) 20(100%) - D3 3(75%) 1(25%) 4(100%) Status pekerjaan

0.17 0.682- Bekerja 7(53.84%) 6 (46.15%) 13(100%)

- Tidakbekerja 5(45.45%) 6 (54.54%) 11(100%) Status tempat tinggal

0.00 1.000- Tinggalbersamakeluarga 11(50%) 11(50 %) 22(100%) - Tidaktinggalbersamakeluarga 1(50%) 1(50%) 2(100%) Status dukungan keluarga

0.25 1.000- Dukungankeluargatinggi 10 (52.6%) 9 (47.4%) 19(100%)

- Dukungankeluargarendah 2(40%) 3(60%) 3(100%)

Page 5: 10-11-1-PB

SETYOWATI RAHARJO/ KEEFEKTIFAN KONSELING UNTUK MENURUNKAN SKOR

55

Tabel 2 Karakteristik sosio-demografi penggunaan zat subjek dari kelompok konseling (perlakuan) dan kelompok kontrol

Karakteristik Perlakuan Kontrol

t p mean SD mean SD Lama menggunakan (th) 11.58 4.29 4.29 3.75 0.91 0.372Jumlah zat awal 2.67 0.78 3.42 1.83 1.30 0.212Total skor WHO-ASSIST V3.0 vI (awal) 53.75 20.38 74.08 45.04 1.42 0.174

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwakonseling mempunyai efek yang secara statistikbermakna terhadap penurunan skor penggunaanNAPZA. Kelompok subjek yang mendapatkan

Hasil analisis regresi linier ganda untukmengetahui keefektifan konseling dalam menurunkanskor penggunaan NAPZA di Klinik RumatanMetadon ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis regresi linier ganda tentang keefektifan konseling terhadap skor penggunaan NAPZA.

Variabel Independen Koefisien regresi (b) t p CI 95%

Batas bawah Batas atas Konstanta 24.74 1.45 0.163 -10.89 60.38 Konseling -26.19 -2.47 0.023 -48.30 -4.09 Total skor NAPZA awal 0.61 4.44 <0.001 0.32 0.89 Dosis metadon akhir 0.04 0.09 0.906 -0.66 0.74 N observasi = 24 Adjusted R2= 60.0%

p < 0.001

Tabel 3 menunjukkan terdapat efek konselingyang secara statistik bermakna terhadap penurunanskor penggunaan NAPZA. Kelompok subjek yangmendapatkan konseling rata-rata mengalamipenurunan skor penggunaan NAPZA sebesar 26 poinlebih rendah daripada subjek yang tidakmendapatkan konseling, dan penurunan tersebutsecara statistik signifikan (b= - 26.19; CI 95 % -48.30 hingga 4.09; p= 0.023). Analisis tersebut telahmengontrol pengaruh skor total penggunaan NAPZAawal (pretes) dan dosis metadon akhir (postes).

PEMBAHASAN

Pada awal penelitian dengan perhitungan statistikmenunjukkan kelompok perlakuan dan kelompokkontrol adalah setara dalam hal karakteristikdemografi, mencakup: status pernikahan, tingkatpendidikan, status pekerjaan, status tempat tinggal,dan status dukungan keluarga. Kesetaraan kelompokperlakuan dan kontrol juga terlihat dalam hal lamamenggunakan zat, jumlah zat awal yang digunakan,dan skor total WHO-ASSIST V3.0 vI awal sebelumperlakuan. Secara keseluruhan dapat disimpulkanbahwa subjek penelitian adalah berasal dari sampelyang homogen.

konseling, rata-rata mengalami perubahan skorpenggunaan NAPZA sebesar 26 poin lebih rendahsecara bermakna dibandingkan dengan subjek yangtidak mendapatkan konseling (kelompok kontrol),sehingga dapat disimpulkan bahwa konseling efektifuntuk menurunkan skor total penggunaan NAPZAdi Klinik Rumatan Metadon.

Penelitian ini semakin memperkuat hasilpenelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakanbahwa terdapat keuntungan intervensi psikososialdalam menurunkan pemakaian heroin selama TRM(Amato et al., 2004, cit. Drummond dan Perrymak,2007).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianyang menyebutkan bahwa penambahan konseling(selain konseling dasar) berhubungan denganpeningkatan efikasi, perbaikan retensi pasien,penurunan penggunaan zat terlarang (illicit drug),dan memperbaiki efikasi program (Drummond danPerrymak, 2007).

Kesimpulan penelitian ini juga sesuai dengankesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Avantset al. pada tahun 1999, yang menyatakan bahwatidak terdapat perbedaan yang bermakna konselingyang ditambahkan pada TRM dibandingkan denganintensive day treatment pada TRM dalam hal luaran

Page 6: 10-11-1-PB

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

56

penggunaan zat, masalah yang berhubungan denganzat, dan penurunan perilaku yang berisiko terhadapHIV (Avants et al., 1999).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwalayanan psikososial (termasuk konseling) dapatmeningkatkan efektivitas program (Kidorf et al.,1999, cit. Kemenkes RI, 2010). Konseling sangatberguna dalam mengakomodasi berbagai persoalanhidup yang dialami oleh pasien denganketergantungan NAPZA. Seringkali persoalan hidupini menggiring mereka untuk mencari pertolonganterapi, misalnya keterlibatan pada tindak kriminal,konflik keluarga, masalah keuangan, problempekerjaan dan lain-lain, serta banyak pula dari merekayang mempunyai komorbiditas psikiatri (KemenkesRI, 2010b).

Suatu RCT yang dilakukan di Amerika Serikattelah menunjukkan bahwa rumatan metadon dengankonseling teratur lebih efektif daripada yang tidakdilakukan terapi, terapi bebas obat rawat jalan (out-patient drug free treatment), medikasi plasebo, ataudetoksifikasi metadon.

Suatu RCT lain telah menunjukkan hasil bahwaterapi rumatan metadon lebih baik dengan konselingteratur daripada dengan konseling minimal. Padapenelitian ini dilakukan selama enam bulan, padakonseling standar dilakukan dua kali dalam sebulan,sedangkan konseling minimal dilakukan sekali dalamsebulan (Gruber et al., 2008).

Keterbatasanpenelitianiniadalahlamanya efekkonseling untuk menurunkan skor penggunaanNAPZA tidak dilakukan pada penelitian ini.Kemungkinan subjek mengalami relaps dalammenggunaan NAPZA kembali setelah beberapawaktu sesi konseling berakhir dipengaruhi olehbeberapa faktor, diantaranya faktor kepribadian,adanya komorbiditas gangguan psikiatri, dukunganteman sebaya, dan faktor luar lain yang mungkinberpengaruh terhadap penggunaan NAPZA olehsubjek penelitian.

Walaupun telah ada pembatasan kriteria subjekpenelitian dengan menggunakan skala L-MMPI;telah dilakukan bina hubungan (rapport) yang baikpada semua subjek; serta telah dilakukan pemeriksaanbiologi (tes urin) sesuai dengan prosedur pada TRM.Tetapi penelitian Calsyn et al. (1990) menemukanbahwa 36 % pasien adiksi opioid menunjukkan skor

tinggi pada sub skala anti sosial. Sehingga hal inijuga merupakan keterbatasan penelitian ini.

Pada prosedur TRM pemeriksaan urin untukpenggunaan benzodiazepin dan opioid dilakukansecara acak untuk melihat klien yang dicurigaibohong serta untuk mengatur dosis metadon yangdiberikan.

Kesimpulan dan Implikasi. Penelitian inimenyimpulkan, konseling efektif untuk menurunkanskor penggunaan NAPZA di Klinik RumatanMetadon.

Implikasinya, hasil penelitian ini dapatdimanfaatkan dalam penyusunan Standard Operat-ing Procedure(SOP) penatalaksanaanpasienpenyalahgunaan atau ketergantungan NAPZA diklinik Rumatan Metadon.

DAFTAR PUSTAKA

Avants KS, Strain K, dan Mattich H (1999). Daytreatment versus enhanced standart methadoneservices for opiate-dependent patients: Acomparison of clinical efficacy and cost. Am JPsychiatry, 156: 27-33.

Backmund M., Meyer K., Henkel C., Soyka M.,Reiner J., Chritian G., 2005. Co-consumptionof benzodiazepines in heroin users, Methadone-substituted and codeine-substituted patients.Journal of Addictive Diseases, 24(4).

Calsyn DA dan Sayon AJ (1990). Personality disordersubtypes among cocaine and opioid addicts usingThe Millon Clinical Multiaxial Inventory.International J Addictions.

Departement of Health and Wellness New Brunswick(2005). Methadone Maintenance TreatmentGuidelines for New Brunswick Addiction Service.

Depkes RI. 2007. Modul dan kurikulum pelatihanProgram Terapi Rumatan Metadon (PTRM).Jakarta.

Drummond DC, Perrymak K (2007). Psychosocialintervention in pharmacotherapy of oipoiddepandence: a literature review. Bacgrounddocument prepared for third meeting oftechnical development group (TDG) for TheWHOGuideline for psychosocially assisted

Page 7: 10-11-1-PB

SETYOWATI RAHARJO/ KEEFEKTIFAN KONSELING UNTUK MENURUNKAN SKOR

57

pharmacotherapy of opioid dependence. 17-21September 2007. Geneva. Switzerland.

Gruber VA,Delucchi KL,Kielstein A, dan Batki SL(2008). A randomized trial of six-monthmethadone maintenance with standard orminimal counseling versus 21-day methadonedetoxification. Drug Alcohol Depend.

Kemenkes RI (2010a). Modul konseling adiksiNAPZA bagi petugas kesehatan. Jakarta:Kemenkes

_________ (2010b). Pedoman Konseling AdiksiNAPZA bagi Petugas Kesehatan.Jakarta:Kemenkes

Murti B (2010)Desain dan ukuran sampel untukpenelitian kuantitatif dan kualitatif di bidangkesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Raharjo S, Sudiyanto A, dan Fanani M (2011). UjiValiditas Tes penyaringan penggunaan alkohol,merokok, dan zat versi WHO (WHO-ASSISTV3.0) Versi Indonesia. Dibacakan dalam YoungInvestigator Award. PIDT PDSKJI. Bandung :1-5 Juli 2011.

WHO (2006). Validation of the Alcohol, Smokingand Substance Involvement Screening Test(ASSIST) and Pilot Brief Intervention: ATechnical Report of Phase II Findings of theWHO ASSIST Project. Geneva, Switzerland:WHO Press.