1 TOR - Kajian Pelembagaan Relawan-1

19
Kerangka Acuan Kajian Pelembagaan Relawan pada PNPM-P2KP I. PENDAHULUAN A. Ciri Utama Program P2KP Asal mula dan pemikiran dasar : P2KP diprakarsai tahun 1997 akibat krisis keuangan yang mempengaruhi sebagianbesar daerah perkotaan, yang mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan dan perubahan politik secara drastis, terutama desentralisasi dan meningkatnya otonomi daerah. Pada saat bersamaan, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan manusia menjadi tujuan utama poli ditinjau dari segi komitmen global menuju pencapaian MDG. P2KP bertujuan mengurangi kemiskinan di perkotaan dengan meningkatkan kapasit tindakan bersama oleh masyarakat miskin perkotaan dan memberikan bantuan lang masyarakat ( BLM ) untuk kelompok-kelompok masyarakat. P2KP dilaksanakan melalui organisasi masyarakat (BKM) yang terpilih secara demokrasi. Fasilitator membantu masyarakat melalui proses mengangkat kepedulian, pemetaan kemiskinan, pemilih BKM dan persiapan Rencana Pembangunan Masyarakat 1 (PJM Pronangkis) oleh BKM. BKM selanjutnya diberi hibah yang dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan masyarakat berkisar dari infrastruktur berskala kecil hi mikro dan pengembangan usaha jasa-jasa lain yang bertujuan mengurangi kemiski Sejumlah besar relawan dilibatkan di semua kegiatan proyek dan sebagai anggota BKM (lihat tabel 2). BKM bertanggung jawab pada masyarakat dan diha mengambil keputusan dengan cara-cara yang partisipatif. Fasilitator dan staf memantau kegiatan-kegiatan organisasi kemasyarakatan dan penggunaan dana-dana Sebagian besar dari dana dicairkan melalui unit ekonomi BKM untuk k swadaya masyarakat ( KSM ) dalam bentuk kredit mikro. Kegiatan BKM lainnya mengangkat masalah infrastruktur dan lingkungan, dimana kegiatan sosial diara untuk perbaikan keselamatan kelompok yang sangat miskin dan rentan . 2 Di tingkat kota, BKM dari semua masyarakat kota (kelurahan) yang berpartisipasi diorganisir dalam Forum-forum BKM dengan tujuan tidak hanya berbagi pengalaman dan belajar dari sesama, tapi juga bertindak bersama untuk mempengaruhi pengambilan keput di tingkat pemerintah kota. Program PenanggulanganKemiskinan di Perkotaan-1 (P2KP-1) dilaksanakan tahun 1999 sampai 2004 di 6 propinsi, terdiri dari daerah perkotaan yang kepa penduduknya tinggi di Jawa bagian Utara, kabupaten dan kota Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kabupaten dan kota Malang. Program PenanggulanganKemiskinan di Perkotaan-2 (P2KP-2) dilaksanakan antara tahun 2004 2008 sebagai kelanjutan P2KP-1 tapi diperluas k perkotaan di 13 propinsi berlokasi di Sulawesi, Kalimantan, NTB dan sebagian 1 Rencana ini diharapkan tertuju pada perbaikan pembangunan manusia di level desa (seperti ya diukur oleh HDI ) dan berkontribusi pada MDG (seperti yang diukur dengan indikator-indikator MDG ). 2 Aspek pembangunan sosial-ekonomi dan perlindungan lingkungan , mengacu pada “konsep tridaya”. TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 1

Transcript of 1 TOR - Kajian Pelembagaan Relawan-1

Kerangka Acuan Kajian Pelembagaan Relawan pada PNPM-P2KPI. PENDAHULUAN A. Ciri Utama Program P2KP Asal mula dan pemikiran dasar: P2KP diprakarsai tahun 1997 akibat krisis keuangan yang mempengaruhi sebagian besar daerah perkotaan, yang mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan dan perubahan politik secara drastis, terutama desentralisasi dan meningkatnya otonomi daerah. Pada saat bersamaan, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan manusia menjadi tujuan utama politik ditinjau dari segi komitmen global menuju pencapaian MDG. P2KP bertujuan mengurangi kemiskinan di perkotaan dengan meningkatkan kapasitas tindakan bersama oleh masyarakat miskin perkotaan dan memberikan bantuan langsung masyarakat (BLM) untuk kelompok-kelompok masyarakat. P2KP dilaksanakan melalui organisasi masyarakat (BKM) yang terpilih secara demokrasi. Fasilitator membantu masyarakat melalui proses mengangkat kepedulian, pemetaan kemiskinan, pemilihan BKM dan persiapan Rencana Pembangunan Masyarakat1 (PJM Pronangkis) oleh BKM. BKM selanjutnya diberi hibah yang dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan masyarakat berkisar dari infrastruktur berskala kecil hingga kredit mikro dan pengembangan usaha jasa-jasa lain yang bertujuan mengurangi kemiskinan. Sejumlah besar relawan dilibatkan di semua kegiatan proyek dan sebagai anggota BKM (lihat tabel 2). BKM bertanggung jawab pada masyarakat dan diharapkan mengambil keputusan dengan cara-cara yang partisipatif. Fasilitator dan staf proyek memantau kegiatan-kegiatan organisasi kemasyarakatan dan penggunaan dana-dana. Sebagian besar dari dana dicairkan melalui unit ekonomi BKM untuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) dalam bentuk kredit mikro. Kegiatan BKM lainnya mengangkat masalah infrastruktur dan lingkungan, dimana kegiatan sosial diarahkan untuk perbaikan keselamatan kelompok yang sangat miskin dan rentan.2 Di tingkat kota, BKM dari semua masyarakat kota (kelurahan) yang berpartisipasi diorganisir dalam Forum-forum BKM dengan tujuan tidak hanya berbagi pengalaman dan belajar dari sesama, tapi juga bertindak bersama untuk mempengaruhi pengambilan keputusan di tingkat pemerintah kota. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan-1 (P2KP-1) dilaksanakan tahun 1999 sampai 2004 di 6 propinsi, terdiri dari daerah perkotaan yang kepadatan penduduknya tinggi di Jawa bagian Utara, kabupaten dan kota Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kabupaten dan kota Malang. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan-2 (P2KP-2) dilaksanakan antara tahun 2004 2008 sebagai kelanjutan P2KP-1 tapi diperluas ke wilayah perkotaan di 13 propinsi berlokasi di Sulawesi, Kalimantan, NTB dan sebagian Jawa1

Rencana ini diharapkan tertuju pada perbaikan pembangunan manusia di level desa (seperti yang diukur oleh HDI) dan berkontribusi pada MDG (seperti yang diukur dengan indikator-indikator MDG). 2 Aspek pembangunan sosial-ekonomi dan perlindungan lingkungan, mengacu pada konsep tridaya. TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 1

bagian Selatan. Di daerah-daerah ini semua kecamatan3 di perkotaan digolongkan menurut jumlah rumah tangga miskin. Kemudian 20 % kecamatan terkaya dikesampingkan, dan dari kecamatan yang tersisa dipilih desa atau kelurahan untuk berpartisipasi dimana, menurut data Podes-BPS, pembagian persentasi dari rumah tangga miskin lebih dari 34%. Konsep dari P2KP-1 diperbaiki di P2KP-2 dan bertujuan pada keterlibatan yang lebih banyak lagi dari pemerintah di tingkat kota/kabupaten dalam proyek. Disamping mendukung masyarakat miskin, proyek juga mendukung pemerintah di tingkat kota / kabupaten agar menjadi lebih tanggap pada kebutuhan masyarakat miskin melalui peningkatan kemitraan dengan organisasi masyarakat dan juga memperbaiki layanan untuk masyarkat miskin kota. Upaya-upaya insentif dan peningkatan kapasitas disebutkan sebagai PAKET (Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu) dan bertujuan untuk mencapai sinergi dengan proses perencanaan pemerintah secara formal dan tersedianya sumber daya lokal.PETA-1: Pesebaran Lokasi Sasaran P2KP-1, P2KP-2 dan P2KP-3

Sumber: Research and Development, P2KP (tanpa tahun)

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan-3 (P2KP-3) dilaksanakan tahun 2005 dan berjalan hingga 2011 di 15 propinsi tambahan, mencakup wilayah yang luas di Sumatra, Kalimantan Timur, NTT, Maluku dan Irian Jaya. Kriteria pemilihan untuk keikutsertaan kecamatan sama seperti pada P2KP-2. Dalam waktu yang bersamaan, proyek menekankan target dengan jangkauan yang lebih luas, terdiri dari masyarakat miskin, pemerintah setempat, administrasi kelurahan dan lingkungan kelurahan.

3

Kecamatan di sini lebih banyak berstatus kelurahan dibanding berstatus desa. 2

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

PNPM dijadwalkan akan dilaksanakan dari tahun 2007 sampai 2011, pada akhirnya akan memperluas proyek P2KP ke 33 propinsi di seluruh Indonesia, yang akan mencakup semua kecamatan di perkotaan dengan lebih dari 10% daerah miskin di perkotaan. Perluasan geografis secara bertahap dari cakupan P2KP ditunjukkan dalam Peta-1 sedangkan sejumlah wilayah administratif yang dijangkau setiap fase proyek diperlihatkan dalam Tabel-1Tabel-1: Gambaran Umum Tahapan P2KP Menurut Jangkauan Satuan AdministratifFase Proyek Periode Pelaksanaan Propinsi Kabupaten / Kota Kecamatan Kelurahan BLM (mil. Rp.)

P2KP-1 1999-2004 P2KP-2 2004-2008 P2KP-3 2005-2011 Sumber: P2KP, 2007c

6 13 15

64 80 96

681 210 229

2621 2059 1726

758,250 451,000 492,800

Tabel-2: Jangkauan Program Tingkat Desa dan Rata-rata Partisipasi Perempuan Menurut Tahapan P2KPFase Proyek Jumlah BKM Jumlah Anggota BKM % anggota Perempuan Jumlah Relawan % Relawan Perempuan Jumlah anggota KSM % anggota Perempuan

P2KP-1 2,621 28,795 19.2 49,896 25.1 707,311 42.0 P2KP-2 2,059 25,537 16.3 107,100 23.4 726,428 34.4 P2KP-3 1,726* * * 55,629* 31.0 Sumber: P2KP, 2007c (*berkait dengan jumlah pada pelaksanaan program yang sedang berjalan yang belum selesai)

Prinsip dasar: melalui berbagai tahapan pelaksanaan, P2KP memelihara dan lebih lanjut mengembangkan dasar-dasar pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari: (1) partisipasi dengan basis yang luas dan belajar di tingkat masyarakat (2) keberlanjutan kerelawanan (3) bertanggungjawab secara moral dan kepemimpinan yang diakui (BKM) yang ditandai dengan adanya transparansi dan akuntabilitas. Tantangan umum: Seperti yang ditunjukkan pada Tabel-1 dan Tabel-2, P2KP telah berhasil secara efektif menjangkau masyarakat miskin perkotaan di Indonesia dalam jumlah yang menakjubkan dan dalam melibatkan ratusan ribu relawan (meskipun wanita lebih sedikit dibanding pria) dalam tindakan kolektif yang membahas kemiskinan setempat. Meski demikian, kajian-kajian evaluasi yang sudah dilaksanakan sejauh ini belum memunculkan semua kendala-kendala yang mendasar dalam mencapai tujuan proyek secara keseluruhan. Tidak ada pula analisa sistematis apakah program secara konsisten telah menjangkau kelompok sasaran dari masyarakat miskin kota, dan apakah kelompok miskin di dalamnya mendapatkan manfaat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tingkat masyarakat. Pertanyaan umum lainnya berhubungan dengan dampak program di kebijakan tingkat nasional dan masalah-masalah keberlanjutan.

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

3

B. Upaya-upaya Pemantauan Terdahulu dan yang Sedang Berjalan serta Evaluasi Mengindikasikan Perlunya Penyelidikan Lebih Lanjut Sebagai bagian dari rancangan program, pelaporan rutin dari fasilitator dan konsultan menghasilkan aliran data yang konstan tentang status pelaksanaan program, jumlah lembaga-lembaga masyarakat, relawan (seperti dikutip di bagian atas) dan kegiatankegiatan yang berhubungan, dan lainnya. Sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas, banyak dari informasi ini tersedia untuk publik dan dapat dilihat melalui manajemen sistem informasi yang berbasis situs jaringan (website). Lain dari itu, program telah menyusun jaringan nasional, sistem informasi penanganan pengaduan di berbagai tingkatan, dengan prinsip memungkinkan untuk tindakan korektif yang cepat. Walau demikian, sebagian besar dari data kuantitatif tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah kegiatan-kegiatan yang dilaporkan selaras dengan filosofi program dan tujuan utamanya. Atau apakah perubahan rancangan yang memungkinkan untuk tahapan pelaksanaan program di masa depan telah diselidiki secara seksama. Sebuah survei dasar secara kualitatif dan kuantitatif dan evaluasi di masa pertengahan telah dilaksanakan (lihat daftar terlampir) dan telah menghasilkan pertanyaan lebih lanjut yang memerlukan upaya-upaya penyelidikan khusus (sebagian besar secara kualitatif) yang menjadi pilihan yang memungkinkan untuk perubahan rancangan program lebih lanjut. C. Kajian-Kajian Tematik yang Baru Membahas Berbagai Tantangan dan Pertanyaan yang Tersisa Berdasarkan masalah yang muncul dalam tinjauan ulang evaluasi sebelumnya, P2KP akan melaksanakan seluruhnya 12 kajian bertema. Pendanaannya berasal dari APBN dan pendanaan tambahan (berhubungan dengan pinjaman P2KP Bank Dunia). Tiga kajian didanai dari APBN pemerintah Indonesia akan membahas masalah (1) kewirausahaan, (2) keberlanjutan kredit mikro, (3) pemerintah lokal sebagai perantara pihak-pihak terkait setempat dalam kerjasama upaya membahas kemiskinan. Kajiankajian ini dikelola secara independen dari kegiatan pinjaman P2KP dan tidak akan dibahas di sini. Menurut persetujuan pinjaman antara pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, delapan kajian bertema dan satu survei berskala besar akan dilaksanakan di bawah supervisi Tim Konsultan Evaluasi. Upaya ini akan membahas masalah: (1) pelembagaan kerelawanan, (2) penanganan pengaduan dan kontrol sosial yang lebih efektif, (3) pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat, (4) aktivitas pelayanan sosial yang diprakarsai oleh masyarakat, (5) masalah kesetaraan gender, (6) integrasi rencana pembangunan masyarakat (PJM Pronangkis) ke dalam proses perencanaan pemerintah secara formal, (7) kebutuhan peningkatan kapasitas pemerintah lokal untuk dukungan yang lebih baik pada P2KP. Lain dari itu, kajian secara khusus akan membahas pilihan perancangan pengembangan kurikulum untuk menyesuaikan dan memperbaiki pelatihan fasilitator masyarakat. Sebuah survei dasar berskala besar di masyarakat akan menggambarkan karakteristik utama dari masyarakat terpilih untuk perluasan program P2KP PNPM di 33 propinsi di seluruh Indonesia.TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 4

D. Pertimbangan Karakteristik yang Sama dan Strategi Umum Menyangkut Kajian-Kajian Tematik yang Diusulkan Dengan pengecualian pada survei dasar dan upaya pengembangan kurikulum yang diperlukan, semua kajian yang disebutkan di atas sebagian besar bersifat eksploratif dan menggambarkan penyelidikan mendalam yang intensif, yang memerlukan pemfokusan atau pemusatan yang sempit tentang tipe khusus dari masyarakat dan konteks relevansinya daripada gambaran statistik dalam skala luas. Oleh karena itu, kajian kasus (1) sampai (7) perlu menyediakan waktu yang cukup untuk pengamatan di tingkat kelurahan dan kelompok sasaran maupun wawancara dengan informan kunci. Yang disebut terakhir akan diidentifikasi di tingkat administrasi (kota/kabupaten, propinsi, nasional) dan sosial yang relevan diluar konteks kelurahan sebagai hal yang dianggap penting. Mempertimbangkan jangka waktu kurang lebih 12 minggu efektif yang tersedia untuk kerja lapangan dengan layak, dan mempertimbangkan bahwa hanya satu tim peneliti4 akan dipekerjakan untuk satu kajian, tidak lebih dari 6 lokasi kajian yang berbeda harus dipilih. Lokasi kajian harus menggambarkan (1) perbedaan (meskipun tidak mudah) utama geografis dan wilayah sosio-ekologis yang mana program telah diperluas (seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali/NTB, NTT, Maluku dan Papua) tapi juga (2) tingkatan pembangunan kota di setiap daerah. Sebagai kriteria ketiga dari kelurahan di kota terpilih dapat disusun menurut ciri-ciri yang relevan secara tematik (seperti keanggotaan relawan, dsb.) dan kelurahan dengan peringkat tertinggi dan terendah akan dimasukkan dalam kajian untuk analisa perbandingan lebih lanjut. Hal ini menghasilkan maksimum 12 lokasi kajian. Sebagaimana tema-tema kajian saling berhubungan dan tumpang tindih, sama atau bahkan identik pilihan-pilihan wilayah kajian utama (meskipun bukan kelurahan yang sama) dapat memiliki efek sinergis dan meningkatkan pemahaman faktor-faktor kontekstual yang relevan. Selain itu, supervisi dan monitoring dari tim kajian yang berbeda yang beroperasi di wilayah yang sama pada waktu yang bersamaan akan menjadi lebih mudah dan efisien. Satu skenario pilihan yang memungkinkan (direkomendasikan) akan mencakup: Kota-kota di (1) Medan dan (2) Bengkulu (Sumatra, P2KP3) Kota-kota di (3) Surabaya dan (4) Pasuruan (Jawa, PNPM 2007) Kota-kota di (5) Makassar dan (6) Gorontalo (Sulawesi, P2KP2)

Meskipun pemilihan lokasi di atas tidak mencakup daerah terpencil di wilayah Timur Indonesia dan Kalimantan, sehubungan dengan kepadatan penduduk dan jumlah masyarakat yang berpartisipasi di wilayah terpilih, intervensi program dalam jumlah yang besar secara teoritis akan terwakili. Lebih lagi, keragaman sosial-budaya dan sosial-ekonomi akan tetap signifikan untuk memberikan perbandingan masalah-masalah proyek dalam konteks yang berbeda.4

Satu tim yang terdiri dari 4 peneliti dapat dipisah di tingkat kelurahan, dengan demikian memungkinkan pengumpulan dan penyelidikan data secara parallel oleh tim dengan dua peneliti di dua kelurahan di kota yang sama pada waktu yang bersamaan. TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 5

E. Pemikiran Dasar Dari Kajian yang Diusulkan tentang Pelembagaan Kerelawanan Dalam P2KP Pengenalan, pembentukan dan keberlanjutan pelaksanaan dari kegiatan pendanaan P2KP di tingkat kelurahan bergantung pada kontribusi relawan dari banyak individu dalam berbagai tindakan. Pada umumnya, lebih dari 50 relawan telah terdaftar di setiap masyarakat yang berpartisipasi, saat ini jumlah keseluruhannya berkisar 200.000 orang. Relawan ini didedikasikan untuk penanggulangan kemiskinan di lingkungan kelurahan mereka dan bersedia mengorbankan waktu, tenaga pikiran dan bahkan materi sebagai bagian dari keterlibatan mereka dalam proses pemberdayaan masyarakat. Kampanye peningkatan kepedulian, latihan pemetaan kemiskinan, pemilihan dan pembentukan BKM, tidak akan mungkin terlaksana tanpa keterlibatan relawan. Jelasnya, kerelawanan di tingkat masyarakat memainkan peranan penting dan sangat dibutuhkan dalam berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang dikendalikan oleh masyarakat. Meskipun demikian, monitoring program dan informasi evaluasi menunjukkan bahwa ada kecenderungan penurunan keterlibatan relawan, khususnya di wilayah perkotaan yang dicakup oleh P2KP. Lebih lagi, diketahui bahwa rancangan program sejauh ini gagal memberikan peran keberlanjutan yang jelas bagi relawan, meski siklus program P2KP telah dilaksanakan dengan sukses dan meski BKM telah terbentuk dan PJM Pronangkis telah dirumuskan. Dengan kata lain, struktur program lokal saat ini tidak memberikan ruang untuk mengakomodasi dorongan relawan untuk melanjutkan pengkontribusian waktu, tenaga dan ide-ide secara produktif dalam pembangunan lingkungan kelurahan. Sebaliknya, perkembangan yang kompleks dari tugas-tugas BKM dan berbagai kegiatan memungkinkan dikembangkan kerjasama di waktu mendatang dengan pemerintah setempat, dan pihak swasta serta pihak masyarakat sipil (penyaluran) akan bergantung pada keberlanjutan kerja relawan dan mobilisasi pengetahuan lokal di tingkat masyarakat. Dengan demikian kajian yang diusulkan tentang pelembagaan kerelawanan setempat perlu memberikan jawaban pada pertanyaan utama penelitian yaitu:

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

6

(1) Siapa sajakah yang menjadi relawan dan apakah jenis kemampuan, kapasitas dan komitmen yang mereka bawa ke proyek? (2) Sejauhmana relawan merepresentasikan kepentingan mayoritas masyarakat pada umumnya dan kelompok miskin pada khususnya? (3) Bagaimana peran relawan lokal dalam siklus P2KP dapat disesuaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang meningkat dari kegiatan bersama dengan berbagai pelaku (pemerintah, pihak swasta, masyarakat sipil)? (4) Apakah kebutuhan peningkatan kapasitas diantara relawan lokal untuk melaksanakan peran-peran baru tersebut? (5) Dapatkah pelatihan tambahan dan khusus dan peningkatan kapasitas untuk relawan memperdalam kesenjangan pemberdayaan di dalam masyarakat sebagaimana mereka menjadi sebuah elit baru (elit berdaya yang baru)? Dan bagaimana hal ini dapat diatasi? (6) Faktor-faktor yang mana sajakah keberlanjutan kerelawanan lokal di lingkungan perkotaan? yang mempengaruhi

II.

MAKSUD DAN TUJUAN A. Maksud Memberikan masukan pada proses perbaikan rancangan program untuk mendorong keberlanjutan dan peningkatan peran kerelawanan berbasis masyarakat sebagai unsur penting dari program penanggulangan kemiskinan. Memberikan masukan bagi pelaksanaan PNPM P2KP 2007 khususnya dalam pengembangan strategi agar lebih efektif dan berkelanjutan dengan menggunakan relawan lokal dalam siklus program.

B. Tujuan Memberikan gambaran yang komprehensif dari situasi relawan dan berbagai peluang untuk partisipasi yang berkelanjutan dan lebih bertanggungjawab dalam siklus program di lokasi penelitian Memberikan pengertian analitis dari faktor-faktor yang menjadi tantangan keberlanjutan pelembagaan kerelawanan setempat di lokasi penelitian Mengembangkan rekomendasi untuk perubahan rancangan program dan implementasi program di wilayah perluasan PNPM yang tepat untuk mengurangi tantangan yang teridentifikasi.

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

7

III.

GAMBARAN KAJIAN, STRATEGI PENELITIAN, DAN PILIHAN METODOLOGI A. Lingkup Pekerjaan i. Masa Pelaksanaan dan Kegiatan-kegiatan Utama

Waktu keseluruhan untuk kajian ini (demikian juga dengan kajian lainnya yang disebutkan di atas) adalah selama 6 bulan (180 hari kalender) terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan mencakup (1) persiapan dan Pre-test; (2) kerja lapangan di wilayah terpilih; (3) analisa sementara, laporan sementara dan lokakarya analisa, dan; (4) analisa final dan penulisan laporanTabel 3: Jadwal Pendahuluan Tahapan Utama PenelitianTahapan Utama Penelitian (1) Persiapan: Wawancara dan konsultasi di tingkat nasional, propinsi dan kota, pengumpulan dokumen dan data SIM yang diperlukan. Pembuatan instrumen penelitian Laporan Pendahuluan Instrumen Pre-test (2) Kajian di lapangan: (3) Analisa sementara, laporan sementara dan lokakarya analisa: (4) Analisa data final/perumusan laporan final Laporan final (dan presentasi) Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4 Bulan-5 Bulan-6

ii.

Cakupan, Lokasi dan Keterwakilan

Lokasi-lokasi kajian harus dipilih berdasarkan pertimbangan umum yang dijelaskan dengan singkat di atas dan tidak mencakup lebih dari enam daerah perkotaan yang berbeda. Dalam setiap kota terpilih, dua kelurahan yang berbeda harus dipilih untuk penyelidikan selanjutnya, yang harus mewakili kasus-kasus ekstrim dalam kaitannya dengan pertanyaan utama penelitian. Alasan pemilihan akhir dan masing-masing prosedur akan dijelaskan terpisah dalam strategi penelitian pada laporan pendahuluan yang dijelaskan lebih lanjut di bagian bawah. Untuk kajian tentang kerelawanan berarti pemilihan satu kelurahan dengan daftar relawan dan kegiatan yang relatif tinggi, dan satu kelurahan dengan masalah kurang kerelawanan. Setiap informasi harus dicari dari P2KP Pusat (Sistem Informasi dan Manajemen data dan Konsultan Manajemen Pusat-KMP), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), administrasi kota, dan fasilitator lokal.TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 8

iii.

Pendekatan Multi-level Menerapkan Metode Ganda atau Campuran

Data kualitatif dan kuantitatif yang dikumpulkan, berbagai tingkatan dan unit pengumpulan data, tingkatan dan unit analisa, metode pengumpulan data yang tepat, harus ditentukan dalam kaitannya dengan jenis dari tema kajian. Tingkatan pengamatan akan mempertimbangkan tingkatan yang ada dari kordinasi dan pengambilan keputusan dalam lingkungan proyek. Metode-metode dan teknik-teknik yang terpilih harus disesuaikan dengan tema-tema penelitian, dan harus jika memungkinkan dan perlu mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif. Upaya sistematik harus dibuat untuk menghubungkan jenis-jenis instrumen yang berbeda yang menggambarkan unit analisa yang sama (seringkali berbeda dari unit-unit pengumpulan data). iv. instrumen Selama fase persiapan kajian, semua panduan proyek yang relevan, materi-materi, laporan evaluasi, dan dokumen kajian lainnya (beberapa diantaranya tertera dalam bagian Referensi di dokumen ini) harus diketahui dan diserap dari yang disediakan oleh P2KP. Selain itu, data monitoring yang relevan (seperti jumlah dan data tentang jumlah relawan, fasilitator dan lainnya) harus dicari dari bagian SIM (Sistem Informasi dan Manajemen data) - P2KP dan diskusi perkenalan dengan para senior yang relevan di proyek harus direncanakan secepatnya. Selain itu, lokakarya singkat setengah hari dengan staf yang terkait dari tim S&D P2KP, tim konsultan evaluasi P2KP dan staf Bank Dunia harus direncanakan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut ditambah dengan upaya sendiri untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut (mencakup laporan-laporan penelitian tambahan yang relevan di luar lingkungan P2KP), tim kajian akan mengembangkan kerangka kerja yang logis yang menerangkan dengan singkat konteks dan keterkaitannya yang relevan dengan pertanyaan utama penelitian dan mengidentifikasikan unit utama analisa dan unit-unit pengumpulan data. Kerangka logis ini akan mengarahkan pilihan metode dan teknik untuk diterapkan dan dikombinasikan, demikian juga masalah-masalah yang direfleksikan oleh berbagai instrumen yang dipersiapkan dan pada akhirnya diuji. Hasil dari fase persiapan (termasuk kerangka logis, strategi penelitian, dan draft instrumen) harus ada pada laporan pendahuluan seperti yang disebutkan di bagian bawah. v. Pengumpulan data primer dan sekunder Persiapan: Pengembangan kerangka logis, strategi dan

Pengumpulan data akan mulai dengan persiapan dan menggunakan pula analisa data sekunder yang tersedia dalam berbagai tingkatan pelaksanaan P2KP khususnya dalam MIS-database. Sebagian dari ini, data sekunder relevan lainnya dari tingkat nasional, propinsi, dan kota (termasuk data kualitatif maupun kuantitatif yang kontekstual) juga harus dikumpulkan sebagai kemajuan kajian. Data primer mencakup hasil dari wawancara mendalam dan semi berstrukturTOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 9

dengan informan kunci dari berbagai tingkatan proyek dan pihak terkait lainnya yang relevan. Jika dapat diterapkan dan relevan secara strategis, diskusi kelompok terfokus atau FGD dengan informan mungkin juga diperlukan. Penekanan utama dari pengumpulan data, bagaimanapun, harus ditempatkan dalam deskripsi analisis dari skenario tematik di tingkat masyarakat dan konteksnya yang relevan. Hal ini akan mencakup pemakaian daftar pertanyaan berstuktur, wawancara dan pengamatan semi berstruktur dan wawancara naratif dan kelompok sebagaimana dapat digunakan dan secara strategis relevan. Perlu diketahui bahwa tim konsultan evaluasi perlu diberitahukan (melalui email atau sms) perkembangan dalam pelaksanaan kajian di lapangan. Hal ini akan memastikan persiapan supervisi dan kunjungan konsultasi yang tepat waktu oleh tim di masingmasing lokasi. vi. Analisa dan diseminasi

Memahami, menyimpulkan dan mengkaitkan berbagai jenis data (kualitatif dan kuantitatif) dari berbagai tingkatan pengumpulan data yang berbeda dan menganalisa dengan penuh makna adalah tidak mudah dan memerlukan waktu dan prosedur yang sistematik dan komprehensif. Oleh karena itu, kebutuhan analisa harus dipertimbangkan bersamaan dengan perancangan instrumen dan kapanpun memungkinkan, data harus diproses secepat mungkin dalam format analisa yang dapat diakses. Hal ini memerlukan persiapan dari Rencana Analisa secepat mungkin. Perlu diperhatikan bahwa meskipun deskripsi kasus secara anekdotal berguna untuk tujuan ilustratif, hasil utama yang diharapkan adalah interpretasi penting dari temuan lapangan dengan memperhitungkan, dan membuktikan, kesimpulan rancangan proyek yang relevan dan rekomendasi. Demikian pula, narasi dari tabulasi data tanpa interpretasi konsep yang berarti tidak akan cukup. Untuk mendapatkan umpan balik dari pihak-pihak utama yang terkait dengan proyek, lokakarya analisa adalah penting. Dimana tim kajian diminta untuk mengungkapkan temuan utama (maupun kendala-kendala yang dihadapi) dan menjelaskan analisa logis yang direncanakan dan interpretasi hasil. Target pengunjung dari lokakarya sehari ini adalah bidang manajemen P2KP yang terkait, bidang R&D P2KP, Tim Konsultasi Evaluasi P2KP, pengamat dari Bank Dunia dan pejabat yang terkait dari Bappenas. IV. HASIL/KELUARAN YANG DIHARAPKAN A. Laporan Pendahuluan Laporan Pendahuluan diserahkan dalam bentuk softcopy dan hardcopy (sebanyak 15 eksemplar dalam format A4) tidak lebih dari satu bulan sesudah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Laporan mencakup kerangka logis, strategi penelitian, alasan pemilihan lokasi kajian, rencana kerja dan rincian jadwal pelaksanaan kerja termasuk berbagai draft instrumen yang lengkap untuk dipakai pada berbagai tingkatan kajian yang berbeda.TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 10

B. Laporan Sementara dan Lokakarya Analisa tentang Interpretasi Hasil Kajian Awal Sesudah pengumpulan dan proses pengolahan data lapangan selesai Laporan Sementara harus diserahkan dalam bentuk softcopy dan hardcopy (15 eksemplar, dalam format A4) dan kemudian didiskusikan dalam lokakarya yang bertujuan membantu tim dalam pengembangan pandangan penting pada hasil analisa awal dan mengusulkan rencana analisa data yang sesuai. Tim kajian perlu mempersiapkan presentasi yang komprehensif menggunakan program Power Point dan mendistribusikannya dalam bentuk handout yang tercetak. Tim juga juga akan mencatat (dan mendistribusikan ulang melalui email pada peserta) notulensi proses diskusi. C. Laporan Akhir Laporan Akhir harus diserahkan selambatnya sebulan sebelum masa berakhirnya kontrak dalam bentuk softcopy (dalam 30 CD) dan dalam bentuk hardcopy (sebanyak 30 eksemplar, dalam format A4). Laporan akhir harus mencantumkan strategi implementasi dan semua hasil kajian, termasuk kesimpulan dan rekomendasi. Laporan harus didahului dengan ringkasan eksekutif (executive summary) yang komprehensif namun singkat dan semua alat penelitian dan instrumen akhir yang digunakan selama kajian harus dilampirkan. Catatan: Format laporan harus mengikuti standar pelaporan yang representatif baik jenis dan ukuran kertas, tulisan, sampul, dll., seperti yang ditentukan oleh PMU-P2KP dan Bappenas.

V.

KEBUTUHAN TENAGA KERJA, KEAHLIAN KHUSUS DAN KEMAMPUAN

Perusahaan konsultasi terpilih akan menyewa tim peneliti yang terdiri dari 4 tenaga ahli sebagai berikut: 1. Team Leader / Ahli Pemberdayaan Masyarakat (1 orang, 6 bulan) dengan kualifikasi: Minimum S1 atau yang lebih disukai S2 dalam Ilmu-ilmu Sosial dengan pengalaman kerja yang relevan minimal 10 tahun. Berpengalaman sebagai Senior-Evaluator dalam evaluasi proyek atau program, khususnya yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan minimal 3 tahun. Berpengalaman dalam penerapan metodologi penelitian/evaluasi/penilaian secara kuantitatif dan kualitatif dan penerapan pendekatan multi-level, metode campuran di lapangan. Berpengalaman dalam memimpin Tim dengan kegiatan atau penugasan yang sama.TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 11

Diutamakan pernah bekerja dengan/pada, atau terbiasa dengan P2KP.

Team Leader bertanggung jawab untuk mengkordinir kajian secara keseluruhan, berhubungan dengan Tim supervisi/Konsultan Evaluasi P2KP, mengkordinir presentasi dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu dan memastikan perhatian yang tepat pada kesempatan-kesempatan untuk perbaikan rancang program. 2. Ahli Pemberdayaan Masyarakat (1 orang, 6 bulan) dengan kualifikasi Sarjana (S1) dalam Ilmu-ilmu Sosial dengan pengalaman kerja yang relevan mimum 5 tahun. Berpengalaman dalam evaluasi proyek atau program, khususnya yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan minimal 3 tahun. Terbiasa dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, khususnya pada pelaksanaan P2KP Berpengalaman dalam penerapan metodologi kualitatif dan penerapan pendekatan multi level, metode campuran di lapangan. 3/4. Ahli Sosiologi/Antropologi (2 orang, 6 bulan) dengan kualifikasi: Sarjana (S1) dalam Ilmu-ilmu Sosial dengan pengalaman kerja terkait minimal 5 tahun. Berpengalaman dalam penerapan metodologi kualitatif dan penerapan pendekatan multi level, metode campuran di lapangan. Berpengalaman dalam evaluasi proyek atau program, khususnya yang berkait dengan penanggulangan kemiskinan, minimal 3 tahun. Kemampuana tambahan: Setidaknya salah seorang anggota tim juga harus memiliki: Spesialisasi dalam menganalisa data kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan komputer; Memiliki pengalaman kerja terkait dalam menganalisa data penilaian atau evaluasi pada proyek pembangunan; Menguasai aplikasi/program komputer untuk pelaksanaan analisa data kuantitatif (SPSS, EXCELL) dan kualitatif (ATLAS, TI, NUDIST, atau sejenisnya).

VI.

PROSES PELAPORAN DAN SUPERVISI

Supervisi teknis (termasuk supervisi di lapangan) dari kajian ini (maupun semua penelitian tematik tentang P2KP yang didanai dari pinjaman) ditangani oleh Tim Konsultan Evaluasi P2KP. Selain itu, umpan balik yang tepat waktu tentang laporan sementara dari tim, presentasi final dan produk-produk akan diberikan oleh tim R&D P2KP dan Bank Dunia. Untuk dapat memfasilitasi dengan tepat waktu, melakukan supervisi dengan efektif dan memberikan saran, tim kajian diminta untuk menginformasikan pada Tim Konsultan Evaluasi P2KP segala perubahan yang menyangkut pelaksanaan kajian, khususnya yang menyangkut jadwal pelaksanaan lapangan. Draft dan Final presentasi maupun laporan juga diserahkan pada tim konsultan evaluasi.TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 12

VII.

PEMBIAYAAN

Pelaksanaan pekerjaan ini didanai oleh Additional Financing UPP2 Loan untuk pelaksanaan PNPM-P2KP 2007 VIII. PENUTUP Kerangka Acuan Kerja ini berfungsi untuk memberikan panduan umum dan sebagai dasar pemillihan tim dan pekerja. Perubahan dan perbaikan yang didasarkan pada masukan terdahulu dari tim peneliti akan ditampung jika disetujui oleh semua pihak yang bertanggung jawab yang terlibat dalam proses supervisi dan konsultasi. IX. REFERENSI

Alatas, Vivi, and Menno Pradhan. Instruments for the Evaluastion of World Bank Financed Community Driven Development Projects in Indonesia. Jakarta: The World Bank. BAPPENAS. 2005. Findings of Post Construction Economic Impact Analysis Study for Cdd Programs. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Barron, Patrick and Claire Smith. 2003. Field Research Guide (Panduan Penelitian Lapangan) Upp2, Capacity for Collective Actioon and Poverty Alleviation. Qualitative Evaluation (Java, Sulawesi and Kalimantan). Jakarta: The World Bank. Beard, Victoria A. 2004. Local Development and Elite Capture: Case Studies of Urban Poverty Program (Upp1) in Indonesia (Draft Paper). Jakarta: The World Bank. Beard, Victoria A. and Aniruddha Dasgupta. 2007. Community-Driven Development, Collective Action and Elite Capture in Indonesia. Development and Change 38:229249. Beard, Victoria A. and Aniruddha Dasgupta. 2006. Collective Action and Community-Driven Development in Rural and Urban Indonesia. Urban Studies 43:1451-1468. Beard, Victoria A., Menno Pradhan, Vijayendra Rao, Randi S. Cartmill, and Rivayani. 2007. Community Driven Development and Elite Capture: Microcredit andTOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 13

Community Board Participation in Indonesia. Jakarta: The World Bank. Chotim, Erna Ermawati, and Indah Setyawati. 2007. Consolidation Report: UPP2 Mid-Term Evaluation Qualitative Study in West Java, South Kalimantan and South East Sulawesi. Jakarta: The World Bank. Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2007. Terms of Reference Consultants Implementation Plan to Support National Community Empowerment Program Through Urban Poverty Project F.Y. 2007. To be Read in Conjunction With Accountability Standards for Task Implementation Consultants and Task Force for Ncep Upp 2007. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Faturochman, Sukamdi, Bambang Wicaksono, and Mulyadi. 2006. Membangun Gerakan Penangulangan Kemiskinan Melalui Kegiatan P2Kp (P2Kp-1 Evaluation Report, November 2006, Ugm). Yogyakarta: Kerjasama Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada dengan Ditjen Cipta Karya Departemen PU dan P2KP Pusat. Fritzen, Scott. 2005. Local Democracy Matters: Leadership, Accountability and Community Development in Indonesia. Jakarta: The World Bank. Holloh, Detlev. 2002. Increasing Outreach to Low-Income Households With Prudential Microcredit Services: The Revolving Fund Components of the Urban Poverty Project (Upp1) and the Community Based Urban Development Project (Upp2). Discussion Paper. Jakarta: The World Bank. Holloh, Detlev. 2002. Upp Community Organizations (Bkm) Increase Outreach to Low-Income Groups With Prudential Microcredit Services. Proposal: How to Approach and Support Bkm Credit Services and Revolving Fund Management in the Second Urban Poverty Project (Upp2). Jakarta: The World Bank. Joint Donor and Government Mission. 2008. Gender in Community Driven Development Project: Implication for Pnpm Strategy. Working Paper on the Findings of Joint Donor and Government Mission. Jakarta: Government of Indonesia, The World Bank, AUSAID, ADB, DFID. KMP (Konsultan Management Pusat). 2006. Mid-Term Review P2Kp2 Report. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP).

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

14

LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2004. Laporan Akhir Baseline Survei P2Kp Ii - Aspek Tridaya. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2004. Manual Kuesioner Kegiatan Baseline Survey. Jakarta: LSPK. LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2005. Inception Report Kegiatan Midterm I Proyek P2Kp Ii. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2005. Manual Kuesioner Survey Midterm I P2Kp Ii. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2005. Kumpulan Kuesioner Midterm I. LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2006. Laporan Konsolidasi Studi Kualitatif Evaluasi P2Kp-2 Midterm I (Edisi Revisi - Oktober 2006). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2007. Laporan Midterm I Kuantitatif (Versi 2.0). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2007. Laporan Midterm I Kuantitatif (Versi 3.1). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2007. Quantitative Midterm I Report (English Version). Jakarta: Department of Public Works, Directorate of Human Settlement, Urban Poverty Project (P2KP). LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2007. Ringkasan Laporan Konsolidasi Studi Evaluasi Kualitatif P2Kp-2 Midterm I (Edisi Revisi Januari 2007). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP).

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

15

LSPK (Lembaga Studi dan Pengembangan Kewirausahaan). 2008. Laporan Evaluasi Dampak P2Kp-2 (Kuantitatif, Versi 1.4). Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). P2KP. 2003. Pedoman Khusus Pelaksanaan "Paket" (Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu). Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). P2KP. 2004. Pedoman Khusus: Exit Strategy P2Kp-1 Tahap I. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). P2KP. 2004. Pedoman Teknis Pelaksanaan Tugas Sebagai Pendamping Kpkd Dalam Rangka P2Kp. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). P2KP. 2004. Pedoman Umum: Bersama Membangun Kemandirian Dalam Pengembangan Masyarakat Menuju Perumahan Dan Permukiman Yang Berkelanjutan. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). P2KP. 2005. Pedoman Umum P2Kp - 3: Bersama Membangun Kemandiran Dalam Pengembangan Masyarakat Menuju Permukiman Yang Berkelanjutan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). P2KP. 2007. Panduan Pelaksanaan Program Penguatan Partisipasi PerempuanNad: Bersama Membangun Partisipasi Menuju Masyarakat Mandiri - Pilot P2Kp Nad 2007. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). P2KP. 2007. Pedoman Umum P2Kp - 3: Bersama Membangun Kemandirian Dalam Pengembangan Masyarakat Menuju Permukiman Yang Berkelanjutan (Edisi Revisi Mei 2007). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). P2KP. 2007. Info P2Kp: Bersama Membangun Kemandirian Dalam Pengembangan Lingkungan Pemukiman Yang Berkelanjutan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 16

P2KP. undated. Tentang P2Kp: Organisasi (P2Kp Web Site Information: Http://Www.P2Kp.Org/Aboutdetil.Asp?Mid=9&catid=3&). Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). P2KP. undated. Pedoman Teknis P2Kp I Tahap Ii Proyek Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). PNPM Mandiri. 2008. Pedoman Pelaksanaan Pnpm Mandiri Perkotaan 2008: Bersama Membangun Kemandirian Dalam Pengembangan Lingkungan Permukiman Yang Berkelanjutan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PT. BINA KARYA. 2006. Konsep Laporan Akhir: Pengembangan Konsep P2Kp Berbasis Rw Di Dki Jakarta (Paket Pbl-Iv-29). Kegiatan Sistem Pengembangan Kawasan Permukiman Tahun Anggaran 2006. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). PT. INDES GEMA UTAMA. 2006. Laporan Akhir Kajian Kelembagaan Komunitas Lokal. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). PT. NURSULA JAYA UTAMA. 2006. Kajian Kapasitas & Peran Pemda Paket Pbl Iv - 23. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. 2006. Membuat Warga Miskin Belajar Dan Berdaya: Hasil Pembelajaran Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2Kp). Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Sudrajat. undated. Strategi Memasukkan Pjm-Pronangkis Dalam Alur Pembangunan Daerah. Makalah Tot Pemandu Oleh Koordinator Kota-3 Kebumen Kmw-13 P2Kp 22. Url: Http://Www.P2Kp.Org/Pustaka/Files/Makalah_Tot_Pemandu.Pdf. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Swisher, Gary. 2002. Urban Poverty Project Phase One: Final Report 1999-2002. Jakarta: Ministry of Settlements and Regional Instrastructure, Directorate General forTOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 17

Housing and Human Settlements, UPP. Tan, Paige Johnson, and Herry Widjanarko. 2005. Designing the Process to Find the Right People: The Integrity Strategy of the Second Urban Poverty Project, a Case Study (Draft Paper). Jakarta: Sea-Change Partners,The World Bank. Tan, Paige Johnson, and Herry Widjanarko. 2006. Designing the System to Find the Right People: The Integrity Strategy of the Second Urban Poverty Project, a Case Study (Paper). Jakarta: The World Bank. Team Studi mendalam KME. 2003. Laporan Khusus: Studi Mendalam Kinerja Bkm Di 62 Kelurahan Sample P2Kp I Tahap I (Menciptakan Bkm Yang Lebih Demokratis, Transparan, & Akuntabilitas Demi Terwujudnya Keberlanjutan). Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Proyek Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). The World Bank. 2002. Project Appraisal Document on a Proposed Loan in the Amount of Us$ 29,5 Million and a Proposed Credit in the Amount of Sdr 55.7 Million (Us$ 70.5 Million Equivalent) to the Republic of Indonesia for the Second Urban Poverty Project (Upp2). Jakarta: The World Bank. The World Bank. 2002. The Impact of Urban Community Driven Development in Indonesia. Jakarta: The World Bank. The World Bank. 2005. Project Appraisal Document on a Proposed Loan in the Amount of Us$ 67.3 Million and a Proposed Credit in the Amount of Sdr 47.4 Million (Us$ 71.4 Million Equivalent) to the Republic of Indonesia for a Third Urban Poverty Project. Jakarta: The World Bank. The World Bank. 2007. Project Paper on a Proposed Additional Financing Credit in the Amount of Sdr 89.55 Million (Us$ 135.5 Million Equvalent) to the Republic of Indonesia for a Second Urban Poverty Project. Jakarta: The Word Bank. The World Bank. 2008. Project Appraisal Document on a Proposed Loan in the Amount of Us$ 52.68 Million and a Proposed Credit in the Amount of Sdr 78,6 Million (Us$ 125 Million Equivalent) to the Republic of Indonesia for the National Program for Community Empowerment in Urban Areas. Jakarta: The World Bank. Tim Kerja AKPPI. 2001. Monitoring Dan Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P 2 K P ). Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, ProyekTOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08 18

Penanggulanggan Kemiskinan (P2KP). Voss, John. 2008. Pnpm-Rural Baseline Report. Jakarta: The Word Bank Indonesia. Voss, John. 2008. Impact Evaluation of the Second Phase of the Kecamatan Development Program in Indonesia. Jakarta: The Word Bank Indonesia.

TOR Kajian Pelembagaan Relawan 27/11/08

19