PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI...

119
PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI (Studi tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai Demokrat) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Rowdotusyaadah 1113112000022 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI...

Page 1: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI

INTRA-PARTAI

(Studi tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum

dalam Partai Demokrat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Rowdotusya’adah

1113112000022

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSIINTRA.PARTAI

(Studi tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrumdalam Partai Demokrat)

Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Rowdotusya'adah1113112000022

Dosen Pembimbing,

Dr. A. Bakir lhsan, M.Si.IrIIP: 19724412 200312 I 0A2

PROGRAM STUDI ILMU POLITIKFAKT]LTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

T'NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAIIJAKARTA

2018

Page 3: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

PER}IYATAA}I BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI (StUdi

tentang Keuunculaa Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai Demokrat)

Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri OfN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain. maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri ruf$ Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Desember 2017

1.

aJ.

Rowdotusya'adah

Page 4: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Rowdotusya'adah

NIM :1113112000022

Program Studi: Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA.PARTAI (Studi

tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai Demokrat)

dan telah diujikan pada 10 Januari 2018.

J akarta, 1 6 Januari 20 1 8

Mengetahui,Ketua Program Studi

Menyetujui,Pembimbing

I

NIP: 19720412 200312 I 002

\7r-Dr. Iding Rosyidin, M.Si.NIP: 19701013 200501 1 003

D{. A. Bakir Ihsan, M.Si.

Page 5: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

PENGESAIIAN PA}IITIA UJIAI{ SKRIPSI

SKRIPSIPELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI

(Studi tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrumdalam Fartai Demokrat)

Oleh

Rowdotusya'adah1113112040422

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IknuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10

Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperolehgelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Se-i<retaris,

,_lti,Dr. Iding Rosyidin, M.Si.NIP: 19101013 200501 1 003

NIP: 19633102 419994M.A.32 001

Diterima dan dinyatakan memenuhi201 8.

Ketua Program Studi Ilmu PolitikFISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si.NIP: 19701013 200501 1 00

Suryani, M.Si.NIP: 19770424200710 2 003

syarat kelulusan pada tanggat 10 Januari

Penguji II,

Adi Prayitno, M.Il

Page 6: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

v

ABSTRAK

Nama : Rowdotusya’adah

Program Studi : Ilmu Politik

Judul : Pelembagaan Partai Politik dan Faksi Intra-Partai

(Studi tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam

Partai Demokrat)

Penelitian ini membahas tentang pelembagaan partai politik dan faksi intra-

partai dengan tujuan utama untuk mengetahui penyebab kemunculan Faksi Anas

Urbaningrum dalam Partai Demokrat. Kongres ke II Partai Demokrat Tahun 2010

menjadi awal terbentuknya Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai Demokrat.

Pada tahun 2011, persaingan antar faksi di dalam Partai Demokrat kembali hadir

dengan ditetapkannya M. Nazaruddin sebagai tersangka kasus suap Wisma Atlet

SEA Games yang kemudian menyeret nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas

Urbaningrum. Dinamika persaingan antar faksi terus bergulir hingga akhirnya

Anas Urbaningrum ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus

Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional

(P3SON) di Hambalang, Kabupaten Bogor. Hal inilah yang menjadi puncak dari

persaingan antara Faksi Anas dengan Faksi SBY.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dan

telaah tambahan pada beberapa literatur. Penggunaan teori partai personalistik,

teori pelembagaan partai politik, dan teori faksi menghasilkan temuan di

antaranya: (1) Partai yang tidak terlembaga memungkinkan munculnya faksi

intra-partai; (2) Kemunculan Faksi Anas disebabkan oleh kesamaan nilai, strategi

bersama, dan loyalitas personal terhadap Anas Urbaningrum; (3) Faksi Anas

berfungsi sebagai faksi kepentingan (factions of interest); (4) Faksi Anas yang

terbentuk dalam Partai Demokrat termasuk dalam kategori personal or client-

group factions, yaitu faksi yang dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan individu;

(5) Persaingan antara Faksi Anas dan Faksi SBY saat itu menggambarkan

dinamika faksionalisme yang degeneratif, yaitu kondisi di mana ruling elite

dengan ruled elite saling menghantam dan menghancurkan.

Kata Kunci: Personalistik, Pelembagaan, Faksi Anas, Faksi SBY.

Page 7: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

vi

ABSTRACT

Name : Rowdotusya’adah

Study Program : Political Science

Title : Party Institutionalization and Intra-Party Factions

(Study of the Emergence of Anas Urbaningrum

Faction in the Partai Demokrat)

This study discusses the institutionalization of political parties and its

factions. The main purpose of this study is to determine the emergence of Anas

Urbaningrum Faction in the Partai Demokrat. Second Congress of the Partai

Demokrat in 2010 became the beginning of Anas Urbaningrum Faction in the

Partai Demokrat. In 2011, the rivalry between Partai Demokrat factions began to

appear along with M. Nazaruddin who was accused of bribery case of Wisma

Athlete SEA Games which also involves the Chairman of the Partai Demokrat,

Anas Urbaningrum. The dynamics of competition between factions continues

until Anas Urbaningrum is designated as a suspect by the KPK in the case of the

Development of Education Training Center and National Sport School (P3SON)

in Hambalang, Bogor Regency. This is the culmination of competition between

Anas Faction with SBY Faction.

This study uses a qualitative approach through interviews and additional

studies in several literatures. This research also uses personalistic party theory,

institutionalization party theory, and faction theories of findings in self: (1)

unisulated parties in the resulting in the emergence of an intra-party faction; (2)

The emergence of Anas Faction caused by mutual value, joint strategy and

personal loyalty to Anas Urbaningrum; (3) Anas Faction serves as a faction of

interest; (4) Anas Faction categorized as a faction of personal or client-group that

is influenced by individual leadership factors; (5) The rivalry between Anas

Faction and the SBY Faction at that time was something dynamically

degenerative because at that time the conditions of the ruling rulers competed and

quarreled with each other.

Keywords: Personalistic, Institutionalization, Anas Faction, SBY Faction.

Page 8: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

rasul yang telah membawa semua dari kegelapan pada masa yang terang

benderang hingga saat ini.

Skripsi yang berjudul “PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI

INTRA-PARTAI (Studi tentang Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam

Partai Demokrat)” disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna, serta

masih memiliki banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, penulis yakin penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

beserta seluruh staff dan jajarannya.

2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan

jajarannya.

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

viii

4. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini.

Terimakasih atas bimbingan, kritikan dan dorongannya selama penelitian

ini.

6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah.

7. Dr. Anas Urbaningrum dan Firman Noor, Ph.D yang telah bersedia menjadi

informan dalam penelitian ini.

8. Kedua orangtua tercinta yaitu Abdul Manaf dan Rumyanah. Aa, teteh, dan

keponakan. Terimakasih untuk cinta tanpa syarat dan kasih tanpa batas yang

telah dicurahkan kepada penulis.

9. Lilis Shofiyanti, Sustira Dirga, dan teman-teman HMI Komisariat Fakultas

Hukum Universitas Padjadjaran Cabang Bandung.

10. Sahabat-sahabat terbaik sejak masa SMA. Desi Andini, Devi Widyaningsih,

Fairus Nur Afifah, Fanisa Muharomah Fadhilah, Lena Indriani, Siti

Reyhanita, Wiwin Winengsih, dan Yusiana Dewi Cahyani.

11. Sahabat-sahabat terbaik selama kuliah. Quwatul Mudrikatiz Z, Faizah Zatul

Hilmi, Siti Hanifah, Erika Sita Prasasti, Putri Puspita, Ulfah Mawaddatul Q,

Annisa Suciati, Yuni Purwati, dan Novi Dwi Indrayani.

12. Adik-adik terbaik selama kuliah. Indra Surya Ramadhan, Rudi Saputra,

Mindarti Utami, Zahra Yusuf, Ghayda Putri, Hilda Putri Lestari, dan

Sayyidah Nailu Afiyah.

Page 10: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

ix

13. Kakak-kakak terbaik selama kuliah. M. Yusuf Haikal, Moch. Ilham Afdol,

Layla Rizky, Aulia Akbar, Roni Yuliansyah, dan Atina Riantini Mahsar.

14. Teman-teman Ilmu Politik A dan Ilmu Politik B Angkatan 2013.

15. Teman-teman KKN Pemuda 2016: Indah, Aini, Hanum, Najema, Risna,

Dudu, Farih, Dito, Santoso, dan Reza.

16. Keluarga besar HMI Cabang Ciputat.

17. Segenap Pengurus BPL HMI Cabang Ciputat Periode 2015-2017.

18. Segenap Pengurus HMI KOMFISIP Cabang Ciputat Periode 2015-2016.

19. Segenap Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Tahun 2015.

Tanpa adanya mereka, penulis tidak yakin penelitian ini dapat selesai

dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Namun demikian,

penulis bertanggungjawab penuh atas segala kekurangan dalam penelitian ini,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, 11 Desember 2017

Rowdotusya’adah

Page 11: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

1. Tujuan Penelitian ............................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ............................................................. 8

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

E. Metode Penelitian ..................................................................... 13

1. Pendekatan Penelitian ..................................................... 13

2. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 14

3. Teknik Analisis Data ....................................................... 16

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 17

BAB II KERANGKA TEORETIS ............................................................... 19

A. Partai Personalistik ................................................................... 19

B. Pelembagaan Partai Politik ....................................................... 25

C. Faksi Intra-Partai ...................................................................... 31

1. Pengertian Faksi .............................................................. 31

2. Fungsi Faksi .................................................................... 34

3. Penyebab Kemunculan Faksi .......................................... 34

4. Tipologi Faksi Intra-Partai .............................................. 35

5. Dinamika Faksionalisme ................................................. 38

Page 12: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xi

BAB III PROFIL PARTAI DEMOKRAT ................................................... 41

A. Kemunculan SBY dalam Panggung Politik .............................. 41

B. Kemunculan Anas Urbaningrum dalam Panggung Politik ....... 46

C. Kelahiran Partai Demokrat ....................................................... 48

D. Aktivitas Politik Partai Demokrat ............................................. 50

1. Aktivitas Eksternal .......................................................... 50

2. Aktivitas Internal ............................................................. 54

E. SBY dan Partai Demokrat ........................................................ 57

BAB IV DINAMIKA PARTAI DEMOKRAT DAN MUNCULNYA

FAKSI INTRA-PARTAI ................................................................. 60

A. Dinamika Faksi Intra-Partai Demokrat ..................................... 60

B. Relasi Pelembagaan Partai Demokrat dengan Faksi Intra-Partai .

.................................................................................................. 74

1. Penyebab Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum........... 78

2. Tipologi Faksi Anas Urbaningrum .................................. 83

3. Fungsi Faksi Anas Urbaningrum ..................................... 86

4. Bentuk Dinamika Faksionalisme dalam Partai Demokrat

......................................................................................... 88

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 93

A. Kesimpulan ............................................................................... 93

B. Saran ......................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xv

LAMPIRAN ........................................................................................................ xxi

Page 13: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xii

DAFTAR TABEL

Tabel II.B.1. Dimensi Pelembagaan Partai Politik ....................................... 26

Tabel III.D.1. Perolehan Suara Pemilu Legislatif Tahun 2004 ....................... 50

Tabel III.D.2. Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2004 Putaran I ................................................................ 51

Tabel III.D.3. Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2004 Putaran II .............................................................. 52

Tabel III.D.4. Perolehan Suara Pemilu Legislatif Tahun 2009 ...................... 53

Tabel III.D.5. Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 .......... 53

Page 14: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AD Anggaran Dasar

ART Anggaran Rumah Tangga

DK Dewan Kehormatan

DPC Dewan Pimpinan Cabang

DPD Dewan Pimpinan Daerah

DPP Dewan Pimpinan Pusat

Gerindra Gerakan Indonesia Raya

Golkar Golongan Karya

Hanura Hati Nurani Rakyat

HMI Himpunan Mahasiswa Islam

KLB Kongres Luar Biasa

KPK Komisi Pemberantasan Korupsi

MA Mahkamah Agung

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

Munas Musyawarah Nasional

Munaslub Musyawarah Nasional Luar Biasa

NU Nahdlatul Ulama

P3SON Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan Sekolah Olahraga

Nasional

PD Partai Demokrat

PDI-P Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Pemilu Pemilihan Umum

PPI Perhimpunan Pergerakan Indonesia

PPP Partai Persatuan Pembangunan

SAU Sahabat Anas Urbaningrum

SBY Susilo Bambang Yudhoyono

SPN Serikat Pekerja Nasional

Page 15: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Terbuka Sahabat Anas Urbaningrum ................... xxi

Page 16: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tumbangnya rezim Soeharto merupakan babak baru bagi sejarah politik

Indonesia. Babak baru ini memberikan angin segar bagi seluruh masyarakat Indonesia

yang selama ini terkekang kebebasannya dalam berpolitik. Presiden Soeharto dengan

sentralisasi pemerintahannya sangat membatasi hak rakyat dengan alasan demi

menjaga kestabilan politik. Kondisi tersebut diyakini sebagai prasyarat untuk

mempercepat pembangunan ekonomi nasional. Masa kepemimpinan Soeharto yang

dikenal dengan istilah Orde Baru sering disebut oleh kelompok yang pro terhadap

demokrasi sebagai masa ketertindasan, dan hal tersebut telah menyebabkan

kemunduran pada kehidupan berpolitik.

Bergulirnya era reformasi diikuti dengan perubahan mendasar terhadap sistem

politik dan sistem kepartaian di Indonesia. Sistem politik otoritarian diganti menjadi

sistem politik demokratis. Jumlah partai politik tidak lagi dibatasi oleh pemerintah,

demikian juga dengan penentuan asas partai yang dibebaskan. Kebijakan ini

dilembagakan melalui UU Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik. Hal ini

sekaligus menandai awal dari tumbuh kembalinya sistem multipartai di Indonesia.1

Sistem multipartai telah memberikan ruang luas bagi perkembangan partai

politik di Indonesia. Mulai dari partai Islam, nasionalis, juga ada partai yang

1 Hanta Yuda, “Potret Institusionalisasi Partai Politik Indonesia,” The Indonesian Institute

(2009): 9.

Page 17: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

2

memadukan antara Islam atau religius dan nasionalis. Partai-partai ini begitu antusias

mengikuti pemilu pertama era reformasi tahun 1999. Tercatat pada masa tersebut

berdiri 181 partai politik, namun hanya 141 partai yang disahkan. Dari 141 partai

yang sah, terdapat 60 partai yang lolos verifikasi, dan setelah divalidasi oleh pihak

berwenang, hanya 48 partai politik yang dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum

(pemilu) tahun 1999.2

Sejak itulah partai politik memegang peranan penting dalam sistem politik

Indonesia. Melalui partai-partai politik itulah cabang-cabang trias politica kemudian

diisi yakni anggota parlemen, presiden dan wakil presiden, pemerintah daerah hingga

kabinet. Tidak ada satupun wilayah politik yang luput dari keterlibatan partai politik

di dalamnya. Maka, tidak berlebihan jika Firman Noor mengatakan bahwa saat ini

partai politik telah demikian omnipotent dan omnipresent.3 Hal ini berarti partai

politik memiliki peran di banyak tempat.

Kedudukan partai yang demikian secara teoretis akan memberi peluang bagi

penguatan demokratisasi. Di samping itu, hal ini juga memberikan dampak positif

bagi pertumbuhan dan pemodernan partai politik. Namun, untuk mewujudkan hal

tersebut tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan usaha serius

dari seluruh kader partai untuk dapat mengejawantahkannya.

2 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008),

450. 3 Firman Noor, “Evaluasi Kondisi Kepartaian 14 Tahun Reformasi dalam Perspektif

Pelembagaan Sistem Kepartaian,” Jurnal Masyarakat Indonesia 38 (2012): 221.

Page 18: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

3

Realita yang terjadi menunjukkan bahwa sistem multipartai yang diterapkan di

Indonesia belum berjalan maksimal. Sistem multipartai berjalan sangat ekstrim

(hyper multiparties), karena jumlah partai politik terlalu banyak.4 Performa partai

politik era reformasi dinilai cukup mengecewakan publik. Pelaksanaan fungsi-fungsi

partai politik pun tidak berjalan maksimal. Elite partai politik lebih sering

mempertontonkan kegaduhan yang timbul akibat tarik-menarik kepentingan antar

partai bahkan internal partai. Hal ini jelas menyalahi fungsi partai politik yang

seharusnya mampu memberikan sosialisasi politik, menjalankan rekrutmen politik,

menjadi pemadu kepentingan, partisipasi politik, melakukan kontrol politik,

komunikasi politik, dan pengendalian konflik.5 Alih-alih menjadi pengendali konflik,

partai politik justru sibuk dengan konflik dalam tubuhnya sendiri.

Kondisi di atas menggambarkan bahwa sistem kepartaian dan partai politik kita

belum terlembaga. Scott Mainwaring dan Timothy R. Scully seperti dikutip Firman

Noor menyebutkan bahwa penghitungan terhadap jumlah partai dan kadar jauh dekat

ideologi partai politik tidaklah cukup untuk digunakan sebagai parameter ketika kita

melakukan kajian terhadap suatu sistem kepartaian. Menurut Mainwaring dan Scully,

pandangan tersebut justru akan membuat penilaian terhadap situasi di dalam

kehidupan partai menjadi bias. Terutama dalam konteks dukungannya terhadap

demokratisasi dan sistem politik demokrasi secara umum.6

4 Lili Romli, “Masalah Kelembagaan Partai Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru,” Jurnal

Penelitian Politik 5 (2008): 25. 5 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), 149-154.

6 Noor, “Evaluasi Kondisi Kepartaian”, 222.

Page 19: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

4

Mainwaring dan Scully kemudian menawarkan 4 parameter yang lebih spesifik

untuk mengkaji dan menilai terlembaga atau tidaknya suatu sistem kepartaian.

Parameter-parameter tersebut adalah:7

1. Tinggi atau rendahnya tingkat stabilitas kompetisi antarpartai yang ada.

2. Tingkat partai mengakar di tengah masyarakat.

3. Tingkat keabsahan pemilu dan partai politik di mata masyarakat.

4. Tingkat penggunaan prosedur dan aturan main dalam partai politik.

Suatu sistem kepartaian dapat dikatakan terlembaga atau memiliki derajat

pelembagaan yang tinggi apabila 4 parameter di atas eksis. Pendapat Mainwaring dan

Scully ini mendapat kritik dari Vicky Randall dan Lars Svasand. Randall dan

Svasand berpendapat bahwa kondisi suatu sistem kepartaian harus dibedakan dengan

kondisi partai-partai yang ada di dalamnya. Keduanya tidak memiliki korelasi yang

positif dan mungkin saja memiliki situasi yang berbeda. Menurut Randall dan

Svasand, pelembagaan suatu partai politik tidak selalu menjadi subjek yang

memberikan kontribusi pada pelembagaan sistem kepartaian apalagi demokratisasi.

Selain itu, kedua penulis ini juga mengatakan bahwa untuk menilai terlembaga atau

tidaknya suatu sistem kepartaian tidak bisa hanya dengan melihat relasi antara

komponen-komponen internal partai, tapi juga harus melihat interaksinya dengan

negara.8

7 Noor, “Evaluasi Kondisi Kepartaian”, 224.

8 Vicky Randall dan Lars Svasand, “Institutionalization in New Democracies,” Party Politics 8

(2002): 6-9.

Page 20: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

5

Randall dan Svasand kemudian menawarkan parameter pelembagaan partai

politik untuk menilai situasi internal partai. Randall dan Svasand mengungkapkan

bahwa untuk menilai terlembaga atau tidaknya suatu partai politik dapat

menggunakan empat parameter. Parameter tersebut merupakan hasil persilangan dari

aspek kultural-struktural dengan aspek internal-eksternal. Hasil persilangan pertama

antara aspek internal dan struktural disebut kesisteman (systemness). Kedua,

persilangan antara aspek internal dan kultural yaitu identitas nilai (value infusion).

Ketiga, persilangan antara aspek eksternal dan struktural yaitu otonomi sebuah partai

dalam pembuatan keputusan (decisional autonomy). Keempat, persilangan antara

aspek eksternal dan kultural menghasilkan derajat citra partai di mata publik

(reification).9

Apabila menggunakan parameter yang dikemukakan oleh Randall dan Svasand,

nampaknya partai politik di Indonesia masih jauh untuk bisa memenuhinya. Hal ini

disebabkan oleh ketergantungan partai terhadap seorang figur. Ketergantungan partai

politik terhadap seorang figur merupakan salah satu ciri dari partai personalistik.

Partai personalistik menurut Richard Gunther dan Larry Diamond dapat didefinisikan

sebagai kendaraan politik yang sengaja dibuat oleh sosok individu tertentu dan tidak

ada satupun pihak yang mengklaim bahwa itu adalah partai bersama.10

Partai ini

merupakan hasil konstruksi atau konversi dari incumbent atau pemimpin yang

9 Randall dan Svasand, “Instuitutionalization in New Democracies”, 13.

10 Richard Ghunter dan Larry Diamond, “Species of Political Parties A New

Typology,” Party Politics 9 (2003): 187.

Page 21: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

6

memiliki cita-cita dan ambisi untuk mendapatkan posisi politik nasional.11

Barry

Levitt dan Tatiana Kostadinova menjelaskan ciri-ciri partai personalistik yaitu:

Pertama, adanya kepemimpinan dominan dalam partai; Kedua, organisasi partai tidak

terlembagakan dengan baik; Ketiga, interaksi antara pemimpin dan anggota politisi

yang lain berjalan dengan loyalitas dibandingkan dengan komitmen program,

ideologi, atau aturan organisasi.12

Partai-partai baru yang termasuk dalam kategori

partai personalistik menurut Ulla Fiona dan Dirk Tomsa di antaranya Partai Demokrat

(PD), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura),

dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem).13

Sementara partai personalistik yang

usianya lebih tua tergambar pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

Partai yang tidak terlembaga memungkinkan terjadinya kemunculan faksi intra-

partai. Faksi oleh Harold Lasswell seperti dikutip Patrick Kollner dan Matthias

Basedau didefinisikan sebagai kelompok penyusun dari sebuah unit yang lebih besar

dan berfungsi untuk mendukung atau memajukan seseorang maupun kebijakan

tertentu.14

Meskipun faksionalisasi dikenal sebagai gejala yang wajar dalam partai

politik tetapi kehadirannya bisa jadi memberikan dampak buruk bagi kehidupan

11

Maria Elisabetta Lanzone dan Dwayne Woods, “Party Personalization: A Comparative

Analysis of A Traditional Political Party, the Democratic Party, with An Insurgent Populist Party,”

PSA Annual International Conference, 30 Maret 2015 [paper on-line]; tersedia di www.psa.ac.uk;

Internet; diunduh pada 30 November 2017. 12

Barry Levitt dan Tatiana Kostadinova, “Toward a Theory of Personalist Parties: Concept,

Formation and Theory Building,” Politics and Policy 42 (2014): 495. 13

Ulla Fiona dan Dirk Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia: The Effect of Historical

Legacies and Institutional Engineering,” ISEAS Yusof Ishak Institute (2017): 6. 14

Patrick Kollner dan Matthias Basedau, “Factionalism in Political Parties: An Analytical

Framework for Comparative Studies,” Working Papers and Area Studies, German Overseas

Institute/Deutsches Ubersee Institut (2005): 7.

Page 22: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

7

partai. Mengapa demikian? Karena biasanya faksi menyebabkan pengambilan

keputusan intra-partai terhadap anggota tidak didasarkan pada prestasi dan

kemampuan yang bersangkutan. Melainkan pada afiliasi faksi mereka. Sehingga

partai berjalan sesuai dengan kehendak pemimpin dalam partai. Maka dari itu,

faksionalisasi juga cenderung dianggap sebagai fenomena yang termasuk dalam

patologi politik.15

Partai Demokrat merupakan salah satu partai personalistik yang tidak terhindar

dari fenomena faksionalisasi. Kongres Ke-II Partai Demokrat merupakan awal dari

kehadiran Faksi Anas Urbaningrum setelah sebelumnya Partai Demokrat mengalami

faksionalisasi sekitar tahun 2005. Namun, faksionalisasi yang terjadi tahun 2005

berbeda dengan faksionalisasi yang terjadi setelah Kongres Ke-II Partai Demokrat.

Jika faksionalisasi pertama berhasil mencapai konsensus, maka faksionalisasi kedua

berakhir dengan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang dilaksanakan pada tahun

2013. Dinamika internal partai politik inilah yang menurut penulis sangat menarik

untuk dikaji.

Penelitian ini cenderung mendukung asumsi bahwa tidak terlembaganya partai

politik memberikan pengaruh terhadap kemunculan faksi intra-partai. Dalam hal ini,

Partai Demokrat yang tidak terlembaga karena karakternya sebagai partai

personalistik yaitu ketergantungan terhadap figur SBY mengakibatkan munculnya

perlawanan dari pihak yang menganggap ketergantungan terhadap figur tersebut

merupakan hal yang tidak sehat dan dapat berdampak buruk terhadap masa depan

15

Kollner dan Basedau, “Factionalism in Political Parties”, 13.

Page 23: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

8

partai. Pihak yang dimaksud dalam karya ilmiah ini adalah Anas Urbaningrum. Faksi

intra-partai nyaris ada dalam partai-partai politik di Indonesia, sehingga menganalisis

kemunculannya menurut penulis menjadi hal yang sangat menarik. Maka, penelitian

ini memfokuskan kajian pada penyebab dari kemunculan Faksi Anas Urbaningrum

dalam Partai Demokrat.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemahaman latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah mengenai “penyebab kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai

Demokrat.”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penyebab kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai Demokrat.

2. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya dan

memperluas khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu politik yang memfokuskan

kajian terhadap partai politik serta pelembagaan dan faksionalisasi dengan

menjadikan Partai Demokrat sebagai objek penelitian. Diharapkan pembaca

penelitian ini dapat lebih memahami pelembagaan partai politik, faksi intra-partai dan

dinamika yang terjadi di dalamnya.

Page 24: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

9

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penting kiranya bagi penulis untuk meninjau

penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. Peninjauan ini

dilakukan untuk memberikan keragaman perspektif yang dapat dijadikan

perbandingan dalam melakukan penelitian, di antaranya:

Pertama, penelitian Jumari16

tentang Peran Elit dan Basis Sosial Partai

Demokrat dalam Pemilukada Kota Depok Tahun 2010. Penelitian Jumari

dilatarbelakangi dinamika yang terjadi antara elite Partai Demokrat dengan basis

sosial yang ada. Menurut Jumari, fenomena yang terjadi dalam pemilukada Kota

Depok menarik untuk dikaji dikarenakan Partai Demokrat selaku pemenang pemilu

legislatif di Kota Depok pada tahun 2009 tidak mengusung calon yang berasal dari

internal partai sendiri (kader). Partai Demokrat justru membuat koalisi besar dengan

Golkar, PDIP, PPP, PKB, PDS, dan PDP. Koalisi besar yang diharapkan dapat

memperoleh kemenangan justru menyebabkan pasangan yang diusung mengalami

kekalahan.

Jumari merumuskan 3 pertanyaan dalam penelitiannya, yaitu: (1) Bagaimana

peran elite dan basis sosial Partai Demokrat dalam penentuan calon walikota dan

wakil walikota; (2) Bagaimana elite Partai Demokrat membangun koalisi dengan

partai lain; (3) Bagaimana strategi elite dan basis sosial Partai Demokrat dalam

memenangkan pemilukada Kota Depok.

16

Jumari, “Peran Elit dan Basis Sosial Partai Demokrat dalam Pemilukada Kota Depok Tahun

2010,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012).

Page 25: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

10

Penggunaan teori elite, teori koalisi, dan teori partisipasi dalam penelitian,

Jumari menyimpulkan bahwa hubungan antara elite partai dengan basis sosialnya

harus berjalan dengan baik mengingat peran basis sosial yang cukup penting untuk

menentukan kemenangan elektoral partai politik. Proses pemilihan calon kepala

daerah di dalamnya harus terjadi dialog atau interaksi antara kandidat calon dengan

seluruh elemen partai sehingga konflik internal bisa diminimalisir. Selain itu,

pencalonan kepala daerah harus pula memberikan akses bagi publik untuk

berpartisipasi. Di samping itu, jika partai politik membangun koalisi, maka

komunikasi antar partai harus berjalan dengan baik. Diharapkan koalisi yang

dibangun tidak hanya berdasarkan pragmatis untuk memenangkan calon semata.

Tetapi, koalisi harus dibangun berdasarkan preferensi kebijakan, orientasi ideologi

atau platform partai politik.

Kedua, penelitian Tarwin17

tentang Analisis Kaderisasi Kepemimpinan

Organisasi Partai. Penelitian ini menjelaskan bahwa partai politik memiliki peran

penting dalam melahirkan pemimpin baik lokal maupun nasional. Peran penting

tersebut harus diimbangi dengan sistem kaderisasi yang baik. Sebab, jika sistem

kaderisasi baik, maka dapat dipastikan pemimpin yang lahir adalah pemimpin yang

berkualitas. Penelitian ini memfokuskan kajian pada sistem kaderisasi Partai

Demokrat. Tarwin menyimpulkan bahwa sistem rekrutmen anggota Partai Demokrat

telah sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) juga telah

17

Tarwin, “Analisis Kaderisasi Kepemimpinan Organisasi Partai (Studi Kasus Partai Demokrat

Tahun 2010),”(Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2010).

Page 26: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

11

memiliki kriteria yang jelas. Namun, dalam hal rekrutmen kader pemimpin Partai

Demokrat belum menetapkan standardisasi.

Ketiga, penelitian Imron Hamzah18

tentang Pola Komunikasi Politik Partai

Demokrat dalam Pemenangan Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Rembang

Tahun 2010. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemenangan Partai Demokrat pada

pemilu legislatif di Kabupaten Rembang tahun 2009. Hal ini menjadi alasan dari

kajian apakah pola komunikasi politik yang digunakan oleh Partai Demokrat untuk

memenangkan pemilukada di Kabupaten Rembang sama dengan pola komunikasi

politik yang dilakukan saat pemilu legislatif 2009. Hasil penelitian Imron

menunjukkan bahwa pola komunikasi yang dibangun oleh Partai Demokrat dalam

pemenangan pemilukada Kabupaten Rembang adalah komunikasi linear, sekunder,

dan sirkular.

Keempat, penelitian Ali Wafa19

tentang Dinamika Konflik Partai Demokrat

Periode 2010-2015 Terhadap Pelaksanaan Recall Anggota DPR RI (Studi atas

Recall Gede Pasek Suardika). Penelitian ini menjelaskan bahwa konflik internal

Partai Demokrat yang terjadi selama kurun waktu 2010-2015 memberikan pengaruh

terhadap pelaksanaan recall Gede Pasek Suardika dari jabatannya sebagai anggota

DPR RI. Recall adalah sebuah mekanisme yang dapat diambil oleh partai politik

untuk melakukan pemberhentian terhadap kadernya yang menjadi anggota legislatif.

18

Imron Hamzah, “Pola Komunikasi Politik Partai Demokrat dalam Pemenangan Pemilihan

Kepala Daerah di Kabupaten Rembang Tahun 2010,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010). 19

Ali Wafa, “Dinamika Konflik Partai Demokrat Periode 2010-2015 Terhadap Pelaksanaan

Recall Anggota DPR RI (Studi atas Recall Gede Pasek Suardika),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Page 27: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

12

Namun, tidak jarang recall ini dijadikan alat oleh partai politik untuk membunuh

kader partai yang dianggap berbeda atau bahkan bukan berasal dari faksi pemilik

partai.

Kelima, penelitian Ulla Fiona dan Dirk Tomsa20

yang berjudul Parties and

Factions in Indonesia: The Effects of Historical Legacies and Institutional

Engineering. Penelitian ini membahas faksionalisme dalam sistem partai Indonesia

pasca runtuhnya rezim Soeharto. Faksionalisme yang terjadi di Indonesia pasca

demokratisasi timbul dari perpaduan sejarah Orde Baru dengan perkembangan

institusional yang ada. Fiona dan Tomsa mengidentifikasi 3 faktor yang membentuk

pola khas faksionalisme di Indonesia. Faktor-faktor tersebut di antaranya struktur

pembelahan sosial yang menonjol dan masih dipolitisasi, budaya patronase yang

mengakar kuat dan merupakan warisan dari rezim otoriter sebelumnya, kerangka

kelembagaan yang mendasari sistem partai. Kerangka kelembagaan ini terdiri dari

seperangkat undang-undang partai dan pemilu.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa faksi intra-partai di Indonesia masih

didominasi oleh faksi yang didasarkan pada kepentingan karena tujuannya untuk

mencari sumber-sumber patronase. Faksi-faksi intra-partai yang ada pada masa awal

reformasi ketika tidak merasa puas dengan hasil pemilihan ketua umum partai

cenderung memutuskan untuk membentuk partai baru. Hal ini disebabkan oleh

peraturan pembentukan partai politik baru yang sangat longgar, yaitu dengan hanya

20

Ulla Fiona dan Dirk Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia: The Effect of Historical

Legacies and Institutional Engineering,” ISEAS Yusof Ishak Institute (2017).

Page 28: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

13

mensyaratkan 50 orang sebagai pendiri partai. Sementara faksi-faksi intra-partai saat

ini lebih memilih untuk menjalankan dualisme kepemimpinan. Hal ini terjadi karena

persyaratan untuk membentuk partai politik baru semakin ketat. Pendiri partai politik

baru harus berjumlah 30 orang dari masing-masing provinsi yang ada. Artinya jika

Indonesia terdiri dari 34 provinsi, maka pendiri partai politik minimal berjumlah 1020

orang. Partai-partai yang pernah mengalami dualisme kepemimpinan di antaranya

Golkar dan PPP yang hingga penelitian ini ditulis masih mengalami dualisme.

Perbedaan kelima penelitian di atas dengan penulisan skripsi ini adalah

menyangkut spesifikasi objek penelitian. Dua penelitian pertama memfokuskan

kajian pada kiprah Partai Demokrat dalam kontestasi politik. Dua penelitian lainnya

membahas persoalan internal Partai Demokrat yaitu kaderisasi dan konflik internal

partai. Penelitian terakhir membahas pola faksi intra-partai di Indonesia dari sudut

pandang kelembagaan sistem partai. Sementara penelitian ini mengkaji penyebab

kemunculan faksi intra-partai. Faksi intra-partai yang dimaksud adalah Faksi Anas

Urbaningrum dalam Partai Demokrat. Penulis juga menganalisis hubungan antara

pelembagaan partai politik dengan kemunculan faksi tersebut.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian kualitatif sendiri

Page 29: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

14

merupakan suatu metodologi penelitian dengan ketajaman dan kedalaman peneliti

atas konteks dan fenomena objek penelitian. Objek penelitian memiliki makna yang

harus dipahami secara mendalam, karena sifatnya interpretatif, maka peneliti harus

mendalami dan memahami makna dari pemahaman yang berbeda-beda tersebut.21

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi dan Studi Literatur

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh

orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek

melalui suatu media tertulis.22

Dokumen memiliki dua bentuk yaitu dokumen pribadi

dan dokumen resmi. Dokumen pribadi di antaranya catatan harian, surat pribadi, dan

autobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi menjadi dua kategori yaitu dokumen

internal dan dokumen eksternal.23

Contoh dari dokumen internal di antaranya memo,

pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, sistem yang diberlakukan, dan

notulensi rapat.24

Studi literatur adalah teknik yang digunakan untuk melengkapi

studi dokumentasi. Teknik studi literatur dan dokumentasi ini penulis lakukan dengan

mengumpulkan data yang berasal dari literatur berupa buku, majalah, surat kabar,

21

Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar (Jakarta: PT. Indeks,2010), 7-10. 22

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), 144. 23

Herdiansyah, Metode Penelitian, 145. 24

Herdiansyah, Metode Penelitian, 146.

Page 30: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

15

jurnal, berita elektronik dan dokumen resmi internal Partai Demokrat seperti

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis selain dengan studi

dokumentasi dan literatur adalah melakukan wawancara. Menurut Stewart dan Cash

dalam Herdiansyah, wawancara adalah sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat

pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan

informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang

melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain mendengarkan.

Penulis menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur dalam penelitian ini.

Wawancara semi-struktur yaitu wawancara yang pertanyaannya terbuka namun ada

batasan tema dan alur pembicaraan juga fleksibel namun tetap terkontrol. Bentuk

wawancara ini dipilih karena teknik ini paling sesuai menurut penulis. Tidak kaku

juga tidak terlalu fleksibel. Bentuk wawancara terstruktur lebih tepat digunakan

sebagai teknik pengumpulan data kuantitatif. Sedangkan wawancara tidak terstruktur

digunakan oleh peneliti yang sudah memiliki pengalaman dan jam terbang yang

tinggi.

Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan metode purposial

sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang sengaja dilakukan dengan

melakukan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang

Page 31: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

16

dilakukan.25

Penulis memilih dua informan yang menurut penulis sangat mengetahui

peristiwa yang menjadi objek penelitian ini yaitu Partai Demokrat. Satu informan

merupakan aktor atau pelaku dalam fenomena ini, sementara satu informan lainnya

merupakan pakar dalam ilmu politik khususnya yang fokus mengkaji partai politik

termasuk faksi intra-partai. Informan dalam penelitian ini adalah Anas Urbaningrum

yang tidak lain adalah aktor utama dalam Faksi Anas. Informan lainnya yaitu Firman

Noor, Ph.D. yang merupakan peneliti pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI). Fokus kajian Firman Noor, Ph.D. di antaranya

partai politik, pemilu, keterwakilan politik, dan pemikiran politik.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap pertengahan dari serangkaian tahap dalam

sebuah penelitian yang mempunyai fungsi yang sangat penting. Hasil penelitian yang

dihasilkan harus melalui proses analisis terlebih dahulu agar dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya. Agar mendapatkan hasil penelitian yang sahih

dan dapat dipertanggungjawabkan, seorang peneliti harus mampu melakukan analisis

data secara tepat dan sesuai prosedur yang telah ditentukan. Dalam penelitian

kualitatif, teknik analisis data dapat dilakukan dalam dua cara yaitu teknik manual,

dan teknik dengan bantuan software analisis data.

Penulis sendiri dalam hal ini menggunakan teknik deskriptif-analitis. Penelitian

deskriptif atau biasa juga disebut penelitian taksonomik merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau

25

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 67.

Page 32: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

17

kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti.26

Selain dideskripsikan tentu penulis mencoba

mengurai dan memecah fakta berdasarkan hubungan kausalitasnya. Teknik analisis

ini diarahkan untuk memberikan gejala, fakta, atau kejadian secara sistematis dan

akurat.27

F. Sistematika Penulisan

Penulis menguraikan skripsi ini secara sistematis ke dalam lima bab.

Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab I, penulis memaparkan latar belakang dan pertanyaan masalah yang

menjadi titik fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka

berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan

penelitian ini, sistematika penulisan serta metode penelitian yang penulis gunakan

dalam penelitian ini.

Bab II, penulis mengkaji lebih dalam mengenai kerangka teori yang penulis

jadikan sebagai pisau analisa untuk menjelaskan fenomena yang penulis jadikan

sebagai objek penelitian. Teori yang dijadikan pisau analisis oleh penulis yaitu teori

partai personalistik, teori pelembagaan partai politik, dan teori faksi.

Bab III, penulis memfokuskan pembahasan mengenai profil Partai Demokrat

dan profil Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Selain itu, penulis juga menguraikan

kedudukan SBY dalam Partai Demokrat.

26

Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2006), 14. 27

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana, 2009), 100.

Page 33: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

18

Bab IV, penulis memfokuskan pada analisis data yang telah ditemukan dengan

mengkorelasikan teori dan fakta yang ada. Peneliti berupaya memaparkan bagaimana

faksi dalam Partai Demokrat terbentuk dengan mengacu pada pelembagaan partai

sendiri. Penulis juga memaparkan dinamika faksi intra Partai Demokrat dan relasi

atau hubungan antara variabel yakni pelembagaan partai dengan kemunculan faksi

intra-partai.

Bab V, penulis memaparkan kembali hasil temuan dalam bab IV yang dijadikan

sebagai kesimpulan dalam penelitian ini serta memberikan jabaran rekomendasi

untuk penelitian selanjutnya.

Page 34: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

19

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Studi tentang partai politik (parpol) sangat penting bagi perkembangan ilmu

politik. Studi mengenai partai politik telah dikembangkan oleh para sarjana sejak

kuartal ketiga abad ke-19. Pada periode tersebut, studi partai politik merupakan

respons atas perkembangan peran partai politik yang pesat dalam pemerintahan.1

Studi ini menjadi penting mengingat peran partai politik yang juga penting dalam

sistem demokrasi. Peran tersebut terlihat dari keikutsertaan parpol dalam menentukan

komposisi cabang-cabang trias politica yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif baik

di tingkat pusat maupun daerah.2 Bab ini membahas beberapa teori yang digunakan

untuk membantu menganalisis kemunculan Faksi Anas Urbaningrum dalam Partai

Demokrat. Berikut penjelasan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Partai Personalistik

Richard Gunther dan Larry Diamond memberikan konsepsi tipologi partai

dengan tiga basis kriteria. Pertama, sifat organisasi partai (gemuk/kurus, elite atau

massa, dan sebagainya); Kedua, orientasi program partai (ideologis, partikularistik-

klientelistik, dan sebagainya); Ketiga, toleran dan pluralis (demokratis) atau proto-

1 Firman Noor, “Institutionalising Islamic Political Parties in Indonesia: A Study of Internal

Fragmentation and Cohesion in the Post-Soeharto Era (1998-2008),” (Disertasi S3, University of

Exeter Inggris, 2012): 17. 2 Firman Noor, “Evaluasi Sistem Kepartaian 14 Tahun Reformasi dalam Perspektif

Pelembagaan Sistem Kepartaian,” Masyarakat Indonesia 38 (2012): 221.

Page 35: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

20

hegemonik (anti-sistem).3 Dari basis kriteria tersebut, Gunther dan Diamond

menemukan 5 genus partai yaitu partai elite, partai massa, partai etnisitas, partai

elektoral, dan partai gerakan.4 Genus partai elite memiliki dua spesies partai yaitu

traditional local notable atau ketokohan lokal dan clientelistic. Partai massa memiliki

6 spesies di antaranya yaitu denominasional, fundamentalis, pluralis-nasionalis, ultra-

nasionalis, partai leninis dan partai kelas-massa. Partai etnis memiliki dua spesies

yaitu partai etnis dan partai kongres. Spesies dari partai gerakan yaitu partai

libertarian kiri dan post-industrial extreme-right. Partai elektoral memiliki 3 spesies

di antaranya catch-all party, partai programatik, dan partai personalistik.

Kajian teoretis penulis akan berfokus pada partai personalistik (personalistic

party) yang merupakan bagian dari genus partai elektoral. Partai elektoral merupakan

partai yang memiliki orientasi program untuk memenangkan pemilihan elektoral.

Karakteristik partai elektoral adalah keanggotan yang kecil untuk menjaga eksistensi

partai namun ketika mendekati waktu elektoral, partai ini bangkit untuk menjalankan

pelaksanaan kampanye.5 Partai elektoral ini menjalankan teknik kampanye modern

dengan promosi media massa dan mobilisasi anggota partai untuk memenangkan

pemilihan secara profesional. Partai elektoral mementingkan daya tarik calon

kandidat dengan mengutamakan potensi kemenangan calon.

3 Richard Ghunter dan Larry Diamond, “Species of Political Parties A New Typology,” Party

Politics 9 (2003): 172-175. 4 Ghunter dan Diamond, “Species of Political Parties”, 175-188.

5 Ghunter dan Diamond, “Species of Political Parties”, 185.

Page 36: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

21

1. Pengertian Partai Personalistik

Richard Gunther dan Larry Diamond mendefinisikan partai personalistik

sebagai kendaraan politik yang sengaja dibuat oleh sosok individu tertentu dan tidak

ada satupun pihak yang mengklaim bahwa itu adalah partai bersama.6 Partai ini

merupakan hasil konstruksi atau konversi dari incumbent atau pemimpin yang

memiliki cita-cita dan ambisi untuk mendapatkan posisi politik nasional.7 Daya tarik

elektoral ada pada personalitas dan kharisma calon kandidat atau pemimpin partai

yang dianggap sebagai solusi dari permasalahan bangsa. Partai personalistik

digambarkan Gunther dan Diamond sebagai organisasi yang lemah dan oportunistik

serta legitimasi pada partai personalistik menjadi terpusat pada pemimpin partai.

2. Ciri-ciri Partai Personalistik

Barry Levitt dan Tatiana Kostadinova menjelaskan ciri-ciri partai personalistik

yaitu: Pertama, adanya kepemimpinan dominan dalam partai; Kedua, organisasi

partai tidak terinstitusionalisasi dengan baik; Ketiga, interaksi antara pemimpin dan

anggota politisi yang lain berjalan dengan loyalitas dibandingkan dengan komitmen

program, ideologi, atau aturan organisasi.8

Indikasi ciri partai personalistik yang pertama digambarkan dengan adanya

politik personalisasi (politic personalizing), yaitu sebuah proses beban politik yang

6 Ghunter dan Diamond, “Species of Political Parties”, 187. 7 Maria Elisabetta Lanzone dan Dwayne Woods, “Party Personalization: A Comparative

Analysis of A Traditional Political Party, the Democratic Party, with An Insurgent Populist Party,”

PSA Annual International Conference, 30 Maret 2015 [paper on-line]; tersedia di www.psa.ac.uk;

Internet; diunduh pada 30 November 2017. 8 Barry Levitt dan Tatiana Kostadinova, “Toward a Theory of Personalist Parties: Concept,

Formation and Theory Building,” Politics and Policy 42 (2014): 495.

Page 37: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

22

terus bertambah ditanggung individu aktor, sedangkan sentralitas kelompok politik

(partai politik) semakin menurun.9 Inilah yang disebut kepemimpinan personalistik

(personalistic leadership) yaitu pelaksanaan wewenang diberikan kepada individu

yang berpengaruh berdasarkan atribut pribadi daripada peran organisasional.10

Ciri partai personalistik kedua dan ketiga memberikan gambaran sebuah

organisasi yang digerakkan dengan hubungan patronase anggotanya. Hubungan

patronase yang ada dalam partai personalistik antara pemimpin partai dan anggota

partai, dijelaskan oleh Kopecký, Scherlis, dan Spirova seperti yang dikutip oleh

Gerardo Scherlis sebagai kekuatan sebuah partai untuk menunjuk orang ke posisi

dalam kehidupan publik secara diskresioner.11

Hal ini membuat partai sulit

terlembagakan serta berkembangnya hubungan timbal balik patron-klien dengan

akses terhadap sumber daya patronase yang didistribusikan oleh pemimpin dominan.

3. Kemunculan Partai Personalistik

Barry Levitt dan Tatiana Kostadinova menjabarkan tiga sebab kemunculan

partai personalistik yaitu: Pertama, ciri budaya dan sejarah tertentu yang menjadikan

tanah subur bagi kepemimpinan personalis untuk berkembang.12

Ulla Fiona dan Dirk

Tomsa menjelaskan bahwa secara keseluruhan, dinamika internal di partai-partai

Indonesia cenderung didorong terutama oleh pencarian rente dan pencarian patronase

9 Levitt dan Kostadinova,”Toward a Theory”, 492.

10 Levitt dan Kostadinova,”Toward a Theory”, 493.

11 Gerardo Scherlis, “The Countours of Party Patronage in Argentina,” Latin American

Research Review 48 (2013): 64. 12

Barry Levitt dan Tatiana Kostadinova, “Personalist Parties in The Third Wave

Democratization: A Comparative Analysis of Peru and Bulgaria,” Politics & Policy 42 (2014): 514.

Page 38: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

23

daripada perdebatan ideologis atau programatik.13

Hal ini dikarenakan pengalaman

panjang dengan otoritarianisme Orde Baru yang menghambat perkembangan

pluralitas organisasi dan praktik serta membuat kekuasaan lebih terkonsentrasi dan

kurang tunduk pada kontestasi dan pergantian.14

Pengalaman rezim tertutup atau

represif pada masa lalu telah menghambat perkembangan partai politik. Identitas

politik didasarkan pada struktur pembelahan sosial, oleh karena itu politik partai

cenderung lebih didorong personalitas pemimpin. Akar dari demokrasi patronase saat

ini, bagaimanapun dapat dilacak jauh ke masa lalu. Sejak sistem partai pertama di

Indonesia terbentuk 1950-an, partai politik telah menggunakan akses mereka ke

sumber daya negara sebagai sarana untuk memberi penghargaan anggota dan

pendukung dengan pekerjaan, kontrak dan insentif material.15

Ketika Orde Baru,

politik dan kekuatan ekonomi saling terkait erat sehingga patronase menjadi akar

karakteristik politik Indonesia.16

Kedua, krisis ekonomi dan indikator kinerja negatif lainnya yang dapat

menghasilkan ketidakpuasan populer dengan partai-partai arus utama dan dengan

potensi demokrasi representatif, partai personalistik hadir untuk menanggapi tuntutan

warga negara (populisme).17

Kinerja negatif pemerintah, membawa tuntutan

masyarakat ke arah personalitas kharismatik pemimpin partai yang dianggap sebagai

penyelamat dari krisis.

13 Ulla Fiona dan Dirk Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia: The Effects of Historical

Legacies and Institutional Engineering,” ISEAS Yusof Ishak Institute (2017): 2. 14

Fiona dan Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia”, 12. 15

Fiona dan Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia”, 12. 16

Fiona dan Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia”, 15. 17

Levitt dan Kostadinova, “Personalist Party”, 514.

Page 39: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

24

Ketiga, melihat kemunculan partai baru atau "nontradisional" melalui prisma

institusi. Karakteristik presiden sistem politik Asia dan Amerika Latin mendukung

personalisasi kepemimpinan partai. Memasuki masa reformasi, fitur utama undang-

undang baru elektoral tersebut secara signifikan memiliki kebebasan yang lebih besar

untuk pembentukan partai baru.18

Potensi yang diberikan dalam peraturan elektoral

membuat kemunculan partai-partai personalistik hadir.

4. Dampak Partai Personalistik

Partai personalistik memberikan setidaknya 3 dampak bagi partai itu sendiri.

Dampak-dampak yang ditimbulkan di antaranya:19

a. Kekuasaan personal berkaitan dengan pengaruh dan batas kontrol yang

dilakukan oleh para pemimpin personal mengenai keputusan utama yang

diambil oleh partai. Perubahan ideologi, program atau strategi partai politik,

dapat menghasilkan perpecahan internal.

b. Kemampuan pemimpin untuk membawa perubahan pada partainya pada tingkat

struktur. Kekuasaan personal berkaitan dengan pengaruh yang dilakukan oleh

para pemimpin pada struktur partai. Kekuasaan personal dapat dilakukan

dengan mempertimbangkan keputusan yang berkaitan dengan undang-undang

dan konstitusi partai.

18

Levitt dan Kostadinova, “Personalist Party”, 515. 19

Jean Louis Thiebault, “The Influenced of Personalised Party Leaders Exercised Directly on

The People or Indirectly Through The Party,” ______, 5 September 2011 [paper on-line]; tersedia di

https://americo.usal.es; Internet; diakses 1 Desember 2017.

Page 40: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

25

c. Kemampuan pemimpin untuk membawa perubahan pada partainya pada tingkat

pemilihan kandidat parlemen. Partai-partai yang sangat personalistik di

dalamnya terdapat para pemimpin yang biasanya memiliki cara untuk menekan

faksionalisasi, sementara di pihak yang bersaing secara internal, perselisihan

kepemimpinan dapat memiliki konsekuensi signifikan termasuk perpecahan,

pembelotan dan pemecatan yang dilakukan oleh pemimpin dominan.

B. Pelembagaan Partai Politik

Studi tentang pelembagaan partai politik pertama kali diperkenalkan oleh

Samuel P. Huntington pada tahun 1976 dalam karyanya yang berjudul Politcal Order

in Changing Societies. Huntington mendefinisikan pelembagaan sebagai proses di

mana suatu organisasi menentukan tatacara untuk memperoleh nilai baku dan stabil.20

Lebih dari 20 tahun kemudian Vicky Randall dan Lars Svasand menemukan konsep

baru mengenai pelembagaan partai politik.

Randall dan Svasand memahami institusionalisasi atau pelembagaan sebagai

proses pemantapan partai politik dalam aspek struktural dan kultural di mana aspek

tersebut terwujud dalam pola perilaku serta dalam sikap dan budaya.21 Ramlan

Surbakti mengartikan pendapat Randall dan Svasand sebagai proses pemantapan

partai politik baik dalam wujud perilaku yang memola maupun dalam sikap dan

budaya. Artinya, partai politik akan terlihat melembaga dengan baik apabila partai

20

Samuel P. Huntington, Tertib Politik di dalam Masyarakat yang sedang Berubah (Jakarta:

CV.Rajawali, 1983), 23. 21

Vicky Randall dan Lars Svasand, “Party Institutionalization in New Democracies,” Party

Politics 8 (2002): 13.

Page 41: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

26

politik tersebut mapan dalam hal-hal pola perilaku, sikap, dan budaya secara

terintegrasi.22

Randall dan Svasand kemudian membagi proses pelembagaan partai politik

menjadi dua aspek yaitu aspek internal-eksternal dan aspek struktural-kultural. Bila

kedua aspek ini dipersilangkan, hasil persilangan pertama antara aspek internal dan

struktural disebut kesisteman (systemness). Kedua, persilangan antara aspek internal

dan kultural yaitu identitas nilai (value infusion). Ketiga, persilangan antara aspek

eksternal dan struktural yaitu otonomi sebuah partai dalam pembuatan keputusan

(decisional autonomy). Keempat, persilangan antara aspek eksternal dan kultural

menghasilkan derajat citra partai di mata publik (reification).23 Penjelasan mengenai 4

aspek ini dapat dilihat di bawah. Namun, dalam penelitian ini penulis memfokuskan

kajian pada dimensi kesisteman partai.

Tabel II.B.1. Dimensi Pelembagaan Partai Politik

Internal External

Structural Systemness Decisional autonomy

Attitudinal Value infusion Reification

Sumber: Vicky Randall dan Lars Svasand, 2002.

1. Dimensi Kesisteman

Ramlan Surbakti mendefinisikan kesisteman sebagai suatu proses pelaksanaan

fungsi-fungsi partai politik yang dijalankan menurut aturan main, persyaratan,

22

Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari 2003

[artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada 13 Juli 2017. 23

Randall dan Svasand, “Institutionalization in New Democracies”, 13.

Page 42: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

27

prosedur, dan mekanisme. Aturan dan mekanisme ini telah disepakati bersama dan

dirumuskan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai

politik.24 Apabila partai politik telah melaksanakan fungsinya sesuai dengan aturan-

aturan yang tercantum dalam AD/ART, maka partai politik tersebut dapat dikatakan

telah terlembaga dalam dimensi kesisteman.

Karakteristik partai yang paling memberikan pengaruh terhadap kesisteman

partai itu sendiri di antaranya:25

Pertama, cara partai tumbuh dan berkembang. Cara

pendirian partai termasuk juga di dalamnya asal-usul atau metode genetiknya; Kedua,

sumber daya relevan terutama pendanaan partai. Partai-partai yang berada di dunia

ketiga tidak mendapatkan dana yang signifikan dari iuran keanggotaan. Sedangkan

pada negara-negara demokrasi apabila ingin bersaing secara efektif dalam kampanye

elektoral membutuhkan dana yang cukup banyak. Maka, para politisi oposisi yang

memiliki dana atau kekayaan yang banyak sering memainkan peran dominan dalam

penciptaan dan arahan partai politik baru; Ketiga, siapa yang lebih menentukan dalam

partai apakah pemimpin personal yang disegani oleh anggota partai atau kedaulatan

anggota yang dilaksanakan menurut mekanisme organisasi. Keberadaan pemimpin

yang mengandalkan kharisma menjadi karakteristik partai-partai dalam negara

demokrasi baru. Kharisma pemimpin memang berperan positif dalam tahap awal

pendirian partai untuk membantu menjaga kohesivitas koalisi dominan. Partai yang

bergantung pada kharisma pemimpin memang pada awalnya akan melejit tapi jika

24

Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari 2003

[artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada 13 Juli 2017. 25

Randall dan Svasand, ““Institutionalization in New Democracies”, 17.

Page 43: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

28

partai terus bergantung terhadap kharisma pemimpin tadi, maka partai tersebut akan

mati tanpa pernah melembagakan.26

Partai-partai yang tidak mampu membangun basis organisasi dan identitas yang

sudah ada sebelumnya, maka tidak lain partai tersebut hanya merupakaan kendaraan

bagi individu yang memiliki kharisma untuk memenuhi ambisi politiknya, atau dapat

juga dikatakan sebagai akses terhadap sumber daya yang diperlukan. Dalam keadaan

seperti ini, kepemimpinan personalistik memberikan kontribusi pada tahap awal

menuju terciptanya kohesi internal partai. Selain itu, kepemimpinan personalistik

juga berguna bagi kelangsungan hidup partai. Kepemimpinan personalistik dalam

jangka panjang juga akan menghambat pengembangan kelembagaan partai politik.

Hal ini juga berkaitan dengan isu yang harus kita hadapi yaitu faksionalisme.

Faksionalisme merupakan fenomena endemik di partai-partai dunia ketiga yang

bertentangan dengan kohesi organisasi.27

Keempat, bagaimana partai menjaga hubungan dengan anggotanya yaitu apakah

dengan klientelisme/patronase atau menurut konstitusi partai (AD/ART).

Klientelisme sama seperti faksi, tersebar luas di masyarakat dunia ketiga dan partai

politiknya. Di masa lalu, para ilmuwan politik menyepakati bahwa partai politik yang

berbasis patronase berperan positif dalam memfasilitasi pertumbuhan partai politik

menghadapi birokrasi pemerintah. Namun, hubungan klien dalam partai, antar partai,

atau dengan pendukung partai saat ini dianggap bertentangan dengan pelembagaan

26

Randall dan Svasand, “Institutionalization in New Democracies”, 19. 27

Randall dan Svasand, “Institutionalization in New Democracies”, 19.

Page 44: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

29

partai politik. Karena hal ini jelas melanggar peraturan dan prosedur yang tertera

dalam konstitusi partai.

Klientelisme atau patronase menurut Warner seperti dikutip oleh Randall dan

Svasand dapat merusak kohesi partai. Patronase memberikan akses kepada politisi

untuk membangun karier pribadi dengan mengorbankan konstituen dan partai itu

sendiri.28

Meskipun demikian, klientelisme/patronase tidak mengancam kohesi partai

apabila kegiatan ini mampu dikendalikan dengan baik secara kolektif dan

didistribusikan semata-mata demi kepentingan konstituennya.

2. Dimensi Identitas Nilai

Identitas nilai berkaitan dengan orientasi kebijakan dan tindakan partai politik

menurut ideologi atau platform partai.29

Identitas nilai tampak bukan hanya pada pola

atau arah kebijakan yang diperjuangkan, melainkan terlihat juga pada basis sosial

pendukungnya. Partai dalam memperjuangkan kebijakannya tidak hanya

mengandalkan kekuatan dari diri sendiri. Partai juga memanfaatkan organisasi-

organisasi sayap atau organisasi afiliasi. Partai itulah yang menjadi tulang punggung

untuk merangsang pengembangan organisasi-organisasi lainnya.30

Partai politik dapat dikatakan terlembaga dalam dimensi identitas nilai apabila

partai tersebut telah memiliki pendukung loyal yang berasal dari golongan

masyarakat tertentu baik itu buruh, petani, maupun kelompok etnis. Dukungan ini

28

Randall dan Svasand, “Institutionalization in New Democracies”, 20. 29

Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari 2003

[artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada 13 Juli 2017. 30

Randall dan Svasand, “Institutionalization in New Democracies”, 21.

Page 45: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

30

harus diberikan karena ideologi atau platform partai sama dengan kebijakan atau

kepentingan yang diperjuangkan oleh kelompok tadi bukan karena transaksi yang

bersifat material.

3. Dimensi Otonomi Keputusan

Dimensi otonomi keputusan partai mengacu pada ketergantungan partai

terhadap aktor eksternal. Ketergantungan partai terhadap aktor eksternal memberikan

implikasi terhadap partai itu sendiri. Kehadiran aktor eksternal ini cenderung

menyebabkan pelembagaan partai yang lemah karena sumber legitimasi pimpinan

dan objek loyalitas partai berada di luar partai.31

Pola hubungan partai dengan aktor

luar dapat berupa hubungan ketergantungan terhadap aktor luar; hubungannya

bersifat saling tergantung; hubungan berupa jaringan yang memberikan dukungan

kepada partai. Aktor luar yang dimaksud bisa pemerintah, penguasa, pengusaha,

maupun organisasi masyarakat.

32

Suatu partai politik dikatakan terlembaga dalam segi otonomi partai apabila

pengambilan keputusan partai ditentukan oleh anggota partai itu sendiri tanpa

dipengaruhi maupun dikonsultasikan kepada aktor luar yang menjadi mitra partai

tersebut. Partai politik akan mampu membangun otonomi dalam pengambilan

keputusan jika partai memperoleh dana operasional dari iuran yang dibayarkan oleh

anggota, kontribusi para pengurus, dan iuran aktivis lainnya.

31

Randall dan Svasand, “Institutionalization in New Democracies”, 22. 32

Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari 2003

[artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada 13 Juli 2017.

Page 46: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

31

4. Dimensi Pengetahuan Publik

Reifikasi atau pengetahuan publik mengacu pada sejauh mana partai politik

melekat dalam imajinasi publik. Derajat pengetahuan publik ini menurut Surbakti

dilihat dari sejauh mana kiprah masing-masing partai politik bagi masyarakat, bukan

tentang sikap masyarakat terhadap partai politik.33

Derajat pengetahun publik ini juga

dapat dilihat dari usia partai politik. Semakin tua partai politk, maka semakin dalam

juga pengetahuan publik mengenai kiprah suatu partai politik. Namun, pengetahuan

publik mengenai partai politik ini bukan hanya tentang eksistensi partai, tapi

pengetahuan tersebut juga harus sesuai dengan identitas nilai atau platform partai.

Pengetahuan yang sesuai dengan identitas atau platform partai ini maksudnya adalah

masyarakat umum memahami alasan mengapa suatu partai politik melakukan

tindakan ini dan tidak melakukan tindakan itu. Apabila hal ini telah dimiliki oleh

partai politik, maka partai politik tersebut dapat dikatakan telah terlembaga dalam

segi pengetahuan publik.

C. Faksi Intra-Partai

1. Pengertian Faksi

Partai politik sebagai organisasi yang dihuni oleh para pemburu kekuasaan

tentu akan selalu mengalami dinamika atau gejolak dalam perjalanannya. Hal tersebut

seringkali menjadikan tujuan dan fungsi partai bergeser dari yang seharusnya. Tujuan

partai kini tidak lain adalah sintesis dari tujuan-tujuan individu yang berada di

33

Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari 2003

[artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada 13 Juli 2017.

Page 47: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

32

dalamnya. Para anggota partai akan membentuk ikatan baru dengan anggota-anggota

lain yang dianggap memiliki tujuan sama untuk mencapai tujuannya. Hal ini

dipercaya menjadi salah satu alasan terjadinya faksionalisme dalam tubuh partai

politik.

Faksi oleh Webster’s New Encyclopedic Dictionary dalam Patrick Kollner dan

Matthias Basedau diartikan sebagai sebuah kelompok atau aksi bersama yang sering

berlawanan dengan kelompok yang lebih besar “a group or combination acting

together within and usually against the larger body”. Selain itu, faksi juga diartikan

sebagai perselisihan dalam sebuah kelompok “dissension within a group”.34 Harold

Laswell seperti dikutip Kollner dan Basedau menyatakan bahwa istilah faksi biasanya

digunakan untuk menunjuk kelompok penyusun dari unit yang lebih besar yang

bekerja untuk kemajuan seseorang atau kebijakan tertentu. Faksi muncul dalam

perjuangan meraih kekuasaan, bukan prinsip.35 Frank P. Belloni dan Dennis C. Beller

berargumen bahwa faksi adalah kelompok terorganisir yang berada dalam kelompok

besar. Kelompok ini bersaing dengan kelompok lainnya guna memperoleh

kekuasaan.36

Rose dalam Kim Eric Bettcher mengungkapkan bahwa faksi adalah:37

34

Patrick Kollner dan Matthias Basedau, “Factionalism in Political Parties: An Analytical

Framework for Comparative Studies,” Working Papers and Area Studies, German Overseas

Institute/Deutsches Ubersee Institut, (Desember 2005): 7. 35

Kollner dan Basedau, “Factionalism and Political Parties”, 8. 36

Frank P. Belloni dan Dennis C.Beller, ed., Faction Politics: Political Parties and

Factionalism in Comparative Perspective (Santa Barbara: ABC Clio Press, 1978), 419. 37

Kim Eric Bettcher, “Factions of Interest in Japan and Italy: The Organizational and

Motivational Dimensions of Factionalism,” Party Politics 11 (2005): 341.

Page 48: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

33

“a group of individuals … who seek to further a broad range of policies through

consciously organized political activity.”

sekelompok individu … yang berusaha untuk memperluas berbagai kebijakan melalui

aktivitas politik yang diorganisir secara sadar.

Faksi juga dapat diartikan sebagai koalisi individu yang direkrut secara pribadi

oleh seorang pemimpin yang memiliki ikatan dengan pengikut yang biasanya bersifat

pribadi, meskipun pengikut kadang merekrut orang lain atas nama pemimpin mereka.

Anggota direkrut sesuai dengan prinsip-prinsip terstruktur secara struktural. Dalam

konteks partai politik, term faksi mengarah pada faksi intra-partai – adalah kelompok

yang bersaing dengan kelompok lain untuk memperoleh keunggulan power di dalam

partai politik.38

Pembagian faksi terjadi dalam banyak partai di Indonesia. Tapi umumnya faksi

tersebut bersifat cair dan didasarkan pada loyalitas klien juga besarnya peluang

terhadap patronase daripada representasi pembelahan sosial dan persaingan

paradigma ideologis. Ulla Fiona dan Dirk Tomsa membagi tiga faktor utama yang

kemudian menjadi pola khas faksi yang lazim terjadi di Indonesia. Pertama, yaitu

struktur pembelahan sosial yang masih menonjol dan dipolitisasi. Kedua, budaya

patronase yang masih mengakar kuat yang merupakan warisan dari rezim otoriter

pada era sebelumnya. Ketiga, kelembagaan atau aturan-aturan yang mendasari sistem

partai seperti peraturan mengenai pendirian partai politik, sistem pemilihan umum,

dan lain-lain.39

38

Bettcher, “Factions of Interest”, 340. 39

Ulla Fiona dan Dirk Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia: The Effect of Historical

Legacies and Institutional Engineering,” ISEAS, Yusof Ishak Institute 1 (2017): 3.

Page 49: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

34

2. Fungsi Faksi

Analis telah menyebutkan bahwa fungsi klasik dari sebuah faksi adalah untuk

mencapai posisi dan alokasi jabatan. Namun, Giovanni Sartori seperti dikutip oleh

Kollner dan Basedau membedakan fungsi faksi menjadi dua yaitu fungsi yang

didasarkan pada kepentingan dan prinsip atau ideologi, atau kita mengenalnya dengan

faksi kepentingan dan faksi ideologi.40 Apabila merujuk pada Sartori, maka fungsi

faksi tidak hanya berpusat pada perburuan kekuasaan. Namun, faksi juga dapat

berfungsi untuk mengartikulasikan serta memperjuangkan kepentingan yang

berkaitan dengan agama, etnis, dan sosial. Selain itu, faksi juga berfungsi

mempengaruhi strategi partai dan memperjuangkan nilai-nilai tertentu. Secara

singkat, fungsi faksi terkait dengan jenis konflik intra-partai yang terjadi. Apakah

konflik terjadi disebabkan oleh perebutan kekuasaan, jabatan, isu kebijakan, ideologi

partai, maupun kepentingan lainnya. Selain memiliki fungsi yang telah disebutkan

sebelumnya, keberadaan faksi juga menimbulkan efek yang tidak bisa disepelekan.

Misalnya faksi dapat melemahkan kohesivitas dan efektivitas partai politik.

3. Penyebab Kemunculan Faksi

Raphael Zariski seperti dikutip oleh Belloni dan Beller mempertimbangkan 4

hal yang mungkin menjadi penyebab munculnya faksi:41

nilai bersama (shared

values), strategi bersama (shared strategies), kondisi sosial ekonomi (socioeconomic

40

Kollner dan Basedau, “Factionalism in Political Parties”, 12. 41

Belloni dan Beller, ed., Faction Politics, 10.

Page 50: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

35

affinities), dan loyalitas personal (personal loyalties).42 Shared values, keyakinan

yang sama terhadap suatu nilai mengakibatkan sekelompok orang berkumpul guna

mewujudkan nilai yang diyakininya. Kesamaan inilah yang kemudian mengakibatkan

sekelompok orang membentuk faksi. Shared strategies, nilai yang telah dirumuskan

bersama harus diwujudkan dengan terlebih dahulu menyusun strategi bersama.

Strategi ini sangat penting demi terwujudnya nilai yang dicita-citakan. Hal inilah

yang mengakibatkan pembentukan faksi. Socioeconomic affinities, kondisi sosial

ekonomi suatu negara yang darurat demokrasi yang di dalamnya telah tertanam pola

patron-klien memberikan peluang bagi tumbuhnya faksionalisme. Personal loyalties,

loyalitas terhadap seseorang dan bukan terhadap partai politik mengakibatkan

terbentuknya pola hubungan personal patron-client. Pola hubungan ini dianggap

sebagai cara agar politisi mudah dalam mengakses sumber daya politik atau dapat

juga memudahkan politisi membangun kariernya. Hal inilah yang kemudian

memungkinkan munculnya faksi.

4. Tipologi Faksi Intra-Partai

Belloni dan Beller membagi faksi menjadi tiga tipe, di antaranya: cliques and

tendencies factions, faksi yang terbentuk berdasarkan persamaan pandangan terhadap

isu-isu politik. Faksi tipe ini tidak didasarkan pada ikatan yang bersifat formal.

Personal client-groups factions, faksi yang terbentuk melalui pola patron-klien. Faksi

tipe ini dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan individu, yaitu persaingan antara

42

Paul W. Chambers dan Aurel Croissant, “Monopolizing, Mutualizing, or Muddling Through:

Factions and Party Management in Contemporary Thailand,” Journal of Current Southeast Asian

Affairs 29 (2010): 7-8.

Page 51: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

36

tokoh-tokoh berpengaruh dari suatu partai yang mempunyai konstituen jelas.

Institutionalized factions, faksi yang formal dan terorganisir. Faksi tipe ini memiliki

kejelasan berupa nama resmi dan kesekretariatan dan jelas beserta program-program

yang rutin dan tersendiri.43 Penjelasan lebih lanjut mengenai tipologi faksi ini dapat

dilihat di bawah ini:

Cliques and tendencies factions, faksi ini memiliki struktur yang sangat kecil,

karena faksi ini terbentuk berdasarkan persamaan pandangan terhadap isu-isu politik.

Hal ini juga menyebabkan faksi ini tidak berumur panjang. Kesadaran bersama yang

terbangun dalam faksi jenis ini pun sangat rendah. Klik muncul sebagai respons

terhadap isu-isu spesifik selama proses elektoral seperti pada masa kampanye

kandidat. Klik dan tendensi intra-partai mungkin memiliki asosiasi dengan organisasi

atau kelompok kepentingan lain.44

Personal, client-group factions, faksi ini dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan

individu. Secara organisasi kelompok klien mencerminkan keadaan pribadinya yaitu

hubungan antara pemimpin dengan pengikut. Dasar pembentukan dan eksistensi faksi

ini adalah perekrutan klien terutama kelompok klien yang memang dibentuk

berdasarkan hubungan yang benar-benar personal, yaitu kelompok yang eksistensinya

bergantung kepada pemimpin yang merekrut.

Hierarki atau rantai komando dalam faksi ini secara teoretis terbatas pada pola

hubungan yang vertikal, baik dalam organisasi maupun komunikasi intrafaksi. Hal ini

43

Belloni dan Beller, ed., Faction Politics, 422-429. 44

Belloni dan Beller, ed., Faction Politics, 423.

Page 52: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

37

bertujuan untuk menjaga soliditas kelompok. Kelompok atau faksi ini biasanya diberi

nama sesuai dengan nama pemimpinnya. Nama pemimpin ini menjadi simbol bagi

keseluruhan kelompok. Faksi juga menjadikan kediaman pemimpinnya sebagai

markas besar.45

Usaha yang dilakukan faksi dalam menjaga soliditas kelompoknya

dengan melakukan pertemuan, namun pertemuan yang dilakukan tidak pernah

dihadiri oleh keseluruhan anggota faksi. Pertemuan tersebut tidak dilaksanakan sesuai

prosedur atau peraturan karena memang tidak ada satu peraturan pun yang

mengaturnya. Justru, pertemuan dilakukan berdasarkan ikatan personal. Artinya,

pertemuan dilaksanakan sesuai keinginan para anggota faksi dan tidak dibuat dalam

forum formal.

Faksi kelompok klien memiliki durasi menengah, artinya tidak singkat tapi juga

tidak panjang. Durasi faksi ini cenderung lebih lama jika dibandingkan dengan klik

dan tendensi yang hanya bertahan selama isu politik berlangsung seperti masa-masa

pemilihan maupun isu lainnya. Ketika suatu faksi personal berhasil memenangkan

jabatan sebagai pemimpin partai, maka faksi ini akan menjadi client-groups factions

generasi baru. Hal ini juga dapat disebut dengan modifikasi faksi personal menjadi

faksi yang lebih terorganisir. Faksi kelompok klien berbeda dengan klik dan tendensi

yang dipengaruhi atau berafiliasi dengan organisasi luar. Faksi ini tidak terkait

dengan kepentingan luar karena anggota dari faksi ini sadar akan identitas bersama

yang dimiliki meskipun kesadaran ini tidak selalu menjadi faktor yang memobilisasi

aktivitas anggotanya.

45

Belloni dan Beller, ed., Faction Politics, 424.

Page 53: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

38

Institutionalized, organizational factions, faksi yang terlembaga (institusional)

berbeda dengan faksi lainnya karena memiliki struktur yang berkembang dan

formalisasi yang relatif. Daya tarik pribadi seorang pemimpin mungkin merupakan

perekat dalam faksi institusional, namun jika kelompok ini cenderung berjalan formal

daripada kelompok klien maka kelompok ini disebut sebagai institusi. Keberadaan

kelompok semacam ini biasanya didasarkan pada kepentingan bersama anggota

kelompok baik kepentingan ideologis hingga kepentingan material. Keanggotaan

faksi institusional relatif formal, kadang kala data anggota dibuat semiofficial namun

juga tidak jarang anggota faksi memiliki kartu anggota seperti yang terjadi pada

anggota faksi sosialis di Perancis tahun 1930.46

Faksi-faksi institusional menjalankan kegiatan sesuai dengan peraturan yang

telah sengaja dibuat. Kegiatan yang dijalankan misalnya pertemuan terjadwal, agenda

yang direncanakan sebelumnya, terkadang menguraikan catatan persidangan yang

telah dilaksanakan. Kegiatan–kegiatan ini biasanya dilaksanakan di kantor pusat

faksi. Faksi ini menamai kelompoknya dengan nama-nama pemimpin atau pendiri

atau mantan pemimpin. Namun, faksi institusional lebih sering menggunakan nama

formal yang menyiratkan identifikasi ideologis, simbolisme inspirasional, atau

keterkaitan dengan fungsi partai politik.

5. Dinamika Faksionalisme

Faksionalisme khususnya dalam partai politik menurut Francoise Boucek dapat

menampilkan rupa yang berbeda, mengingat partai politik bukanlah sebuah struktur

46

Belloni dan Beller, ed., Faction Politics, 427.

Page 54: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

39

yang monolitik melainkan suatu entitas kolektif yang di dalamnya terdapat

persaingan, perbedaan pendapat yang dapat menciptakan tekanan internal.47

Dinamika faksi yang terjadi dalam partai politik menurut Boucek memiliki 3 wajah

yaitu faksionalisme kooperatif, faksionalisme kompetitif, dan faksionalisme

degeneratif. Penjelasannya dapat dilihat di bawah ini:

a. Faksionalisme Kooperatif

Faksionalisme jenis ini menyediakan struktur kerjasama antar faksi intra-partai

yang terpisah. Dengan menyediakan fasilitas kerjasama tersebut memungkinkan

integrasi partai cepat terbangun. Sejauh faksi-faksi tersebut mengartikulasikan

pendapat dan preferensi kebijakan dari kelompok masyarakat yang terpisah serta

mampu memobilisasi anggota dan berbagai komunitas dalam organisasi, maka

mereka dapat membangun partai secara terpadu. Dengan demikian, faksionalisme

jenis ini memiliki potensi untuk membangun konsensus.

b. Faksionalisme Kompetitif

Faksionalisme kompetitif sering dikaitkan dengan kompetisi sentrifugal akibat

perselisihan internal atau dampak insentif kelembagaan (atau keduanya). Berbeda

dengan faksionalisme kooperatif, faksionalisme kompetitif menunjukkan fragmentasi

dan perpecahan. Perbedaan preferensi faksi dan opini partai yang terpolarisasi

membuat ikatan intra-partai menjadi longgar. Dan faksi jenis ini bukan hanya

membuat kubu berpisah tapi juga berkompetisi. Partai yang terpolarisasi mempersulit

47

Francoise Boucek, “Rethinking Factionalism: Typologies, Intra-Party Dynamics, and Three

Faces of Factionalism,” Party Politics 15 (2009): 455.

Page 55: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

40

pengambilan keputusan dalam partai. Partai politik terfragmentasi diakibatkan oleh

isu mendalam yang beredar dan sulit diintegrasikan dengan ideologi partai. Apabila

partai yang terfragmentasi tidak diawasi maka faksi kompetitif ini akan menimbulkan

dampak negatif yang mengancam persatuan partai.

c. Faksionalisme Degeneratif

Faksionalisme degeneratif terjadi ketika faksi terlalu banyak dan faksi ini

dijadikan saluran utama distribusi patronase. Faksionalisme jenis ini muncul ketika

faksi yang jumlahnya banyak tersebut berorientasi pada kepentingan kelompoknya

semata. Fragmentasi dan difusi kekuasaan yang terjadi akan mengubah faksi menjadi

pemain veto (veto player) dalam partai dan privatisasi terhadap faksi dan insentif

partai pada akhirnya akan menjerumuskan partai pada perpecahan.

Page 56: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

41

BAB III

PROFIL PARTAI DEMOKRAT

A. Kemunculan SBY dalam Panggung Politik

Langkah karier politik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu

menjabat sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster) dimulai pada 27 Januari 2000 ketika

memutuskan untuk pensiun dini. Hal ini dikarenakan SBY dipercaya menjabat

sebagai Menteri Pertambangan dan Energi dalam Kabinet Persatuan Nasional

bentukan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk masa bakti 1999-2004.

Ketika itu ia masih berpangkat letnan jenderal (letjen).1

Saat itu sebenarnya Mabes ABRI yang dipimpin Jenderal Wiranto

menyarankan kepada Gus Dur agar SBY diposisikan sebagai Kepala Staf Angkatan

Darat (KSAD) menggantikan Jenderal Subagyo HS.2 Namun, usulan tersebut ditolak

oleh Gus Dur dengan alasan SBY terlalu kental dengan urusan-urusan politik.

Presiden Abdurrahman Wahid menghendaki jabatan KSAD dijabat oleh Letjen

Tyasno Sudarto.

SBY terpukul ketika tiba-tiba mendengar kabar dari Panglima TNI Jenderal

Wiranto, bahwa Presiden Gus Dur yang saat itu baru saja terpilih sebagai Presiden

Republik Indonesia memintanya masuk dalam jajaran kabinet. Apalagi posisi yang

ditawarkan jauh dari dunianya, yakni sebagai Menteri Pertambangan dan Energi.

Kekecewaan ini disebabkan SBY sangat ingin menyelesaikan kariernya di TNI

1 Yahya Ombara, Presiden Flamboyan SBY yang Saya Kenal (Jakarta: Eswi Foundation, 2007),

98. 2 Usamah Hisyam, SBY Sang Demokrat (Jakarta: Dharmapena, 2004), 167.

Page 57: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

42

sebagai KSAD atau Panglima TNI. Selain itu menurutnya, apa yang terjadi sangat

berbeda dengan skenario yang telah dirancang oleh MABES ABRI.3

Penugasan tersebut mengakibatkan peluang yang dimiliki SBY untuk

mengabdikan diri pada TNI secara paripurna hingga masa pensiun hilang

sepenuhnya. Sebab, sesuai dengan reformasi internal TNI bahwa setiap perwira yang

ditugaskan pada struktur pemerintahan harus pensiun. SBY mengatakan “Pensiun

dini dari TNI itu perasaan yang paling berat dalam hidup saya. Saya begitu mencintai

TNI. Saya hidup dan tumbuh di militer. Istri saya waktu itu menangis. Batin saya

berat sekali. Tapi itu sudah suratan nasib dan saya terima”.4

Pada tahun yang sama, Presiden Gus Dur melakukan reshuffle Kabinet

Persatuan Nasional tepatnya pada 23 Agustus 2000. Reshuffle tersebut menggeser

jabatan SBY dari Mentamben menjadi Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan

Keamanan (Menkopolsoskam) menggantikan Jenderal Wiranto. Padahal, saat

menyusun Kabinet Persatuan Nasional, Wiranto merupakan anak emas Gus Dur yang

senantiasa dimintai pendapat olehnya.5

Presiden Gus Dur pada awal tahun 2001 juga pernah meminta SBY untuk

membentuk Crisis Centre. Presiden Abdurrahman Wahid meminta SBY untuk

menjabat sebagai ketua harian dan menempatkan pusat informasi atau kegiatan

(operation centre) di kantor Menkopolsoskam. Lembaga baru ini berfungsi untuk

3 Dino Patti Djalal, Harus Bisa: Seni Memimpin ala SBY, Catatan Harian Dr. Dino Patti

Djalal (Jakarta: Red & White Publishing, 2008), h.407; lihat juga Usamah Hisyam, SBY Sang

Demokrat, (Jakarta: Dharmapena, 2004), 397. 4 Djalal, Harus Bisa , 408.

5 Ombara, Presiden Flamboyan, 104.

Page 58: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

43

memberikan rekomendasi kepada Presiden Gus Dur dalam menjawab berbagai

macam persoalan, termasuk di antaranya sikap kepala negara dalam merespons

pemberian dua memorandum DPR.6 Memorandum tersebut dilayangkan oleh DPR

karena Gus Dur diduga terlibat dalam skandal nonbujeter Badan Urusan Logistik

(Bulog) dan beberapa kasus lainnya termasuk yang disebut Brunaigate.7

Gus Dur sangat reaktif menanggapi memorandum yang dilayangkan oleh DPR.

Gus Dur berencana memaklumatkan Dekrit Presiden pada 23 Mei 2001 tepat pukul

01.05 dini hari. Maklumat tersebut dibacakan oleh Yahya Staquf. Adapun isi Dekrit

Presiden tersebut adalah:8

1. Membekukan MPR dan DPR;

2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta

menyusun badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan umum

dalam waktu satu tahun;

3. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru

dengan membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah

Agung.

Presiden Gus Dur menunjuk SBY sebagai pemegang mandat. Penunjukkan ini

merupakan tindaklanjut dari penerbitan maklumat tersebut. Presiden Gus Dur

memerintahkan SBY untuk mengambil tindakan-tindakan dan langkah khusus yang

6 Efantino Febriana, SBY Dikritik dan Dicintai, (Yogyakarta: Biopustaka, 2009), 33.

7 Ombara, Presiden Flamboyan, 104.

8 Iryani Despianti, “Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001,” (Skripsi S1, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012), 53.

Page 59: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

44

diperlukan untuk menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya.

SBY dengan tegas tidak menyetujui bahkan menolak pemberlakuan dekrit tersebut

sebab menurutnya tidak ada alasan konstitusional kuat yang memberlakukannya.

Penolakan yang dilakukan SBY berujung pada pemecatan Presiden Gus Dur

terhadapnya.

Penolakan terhadap Dekrit Presiden 23 Juli 2003 juga dinyatakan oleh

Kapuspen TNI, yaitu Marsda TNI Graito Usodo yang menegaskan bahwa TNI tidak

mendukung pemberlakuan dekrit dengan tidak akan melakukan perintah presiden dan

tetap akan mengamankan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR. Hanya 8 jam setelah

dekrit diumumkan presiden, MPR melaksanakan sidang dan memberhentikan

presiden.9

DPR sebagai salah satu pihak yang menjadi objek dalam Dekrit Presiden 23

Juli 2001 merencanakan pemakzulan terhadap Presiden Gus Dur. Pemakzulan akan

berjalan dengan lancar apabila dilengkapi landasan hukum yang kuat. Maka, DPR

mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung (MA) untuk mengeluarkan

fatwa/keputusan MA terkait dengan dikeluarkannya dekrit. Akhirnya, MA selaku

lembaga yudikatif yang memegang kekuasaan kehakiman menerbitkan

fatwa/keputusan MA Nomor KMA/419/VII/2001 tertanggal 23 Juli 2001.

Pasca fatwa dari MA diperoleh, permasalahan tersebut langsung dibawa dalam

Sidang Istimewa MPR yang dilaksanakan pada pagi hari, 23 Juli 2001. Sidang

9 Tjipta Lesmana, Dari Soekarno sampai SBY: Intrik dan Lobi Politik Para Penguasa (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka, 2009), 215.

Page 60: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

45

tersebut langsung dipimpin oleh ketua MPR Amien Rais. Persidangan ini dihadiri

oleh 601 anggota MPR. 599 anggota dari 601 anggota tersebut menyatakan menolak

Maklumat Presiden dan hanya ada dua anggota yang abstain.10 Sikap resmi MPR

dituangkan dalam Ketetapan MPR No.1/MPR/2001 tentang Sikap MPR terhadap

Maklumat Presiden Republik Indonesia Tanggal 23 Juli 2001.

Sidang Istimewa MPR berlanjut ke sidang paripurna. Sidang paripurna

menghasilkan Ketetapan MPR RI No.II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban

Presiden Republik Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid. Pasal 1 Ketetapan MPR ini

menyatakan ketidakhadiran dan penolakan presiden untuk memberikan

pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa MPR RI Tahun 2001 serta penerbitan

Maklumat Presiden Tanggal 23 Juli 2001 sungguh-sungguh telah melanggar haluan

negara. Pasal 2 menyatakan memberhentikan K.H. Abdurrahman Wahid sebagai

presiden dan mencabut serta menyatakan tidak berlaku lagi Ketetapan MPR RI No.

VII/MPR/1999 tentang Pengangkatan Presiden Republik Indonesia. Pengesahan

ketetapan tersebut mengakibatkan Presiden Gus Dur secara resmi telah diberhentikan

dari jabatan presiden mandataris MPR, dan secara otomatis Megawati Soekarnoputri

(Mega) menggantikan posisi Gus Dur sebagai presiden. Hal ini diatur dalam pasal 8

UUD 1945 yang berbunyi “jika presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat

melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya ia diganti oleh wakil presiden.”

Pasca pelantikan Mega sebagai presiden, MPR pun segera menyelenggarakan

pemilihan wakil presiden untuk mewakilinya. SBY mendapat dorongan untuk maju

10

Despianti, “Dekrit Presiden”, 55.

Page 61: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

46

sebagai wakil presiden. Saat itu SBY dicalonkan oleh Fraksi Kesatuan Kebangsaan

Indonesia dan 80 anggota MPR. SBY harus bersaing dengan Hamzah Haz, Akbar

Tandjung, Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo.

Pemilihan wakil presiden berlangsung dalam 3 putaran. Pada putaran pertama,

Hamzah Haz mendapat 238 suara, Akbar Tandjung 177 suara, SBY 122 suara, Agum

Gumelar 41 suara, dan Siswono Yudo Husodo mendapat 31 suara. Dengan perolehan

suara tersebut maka SBY lolos ke putaran selanjutnya. Pada putaran kedua, SBY

harus tersingkir dari pemilihan tersebut karena hanya memperoleh 122 suara dan

berada pada posisi ketiga.11 Kekalahan dalam pemilihan wakil presiden membuat

SBY merasa sakit dan sedih. SBY mengatakan bahwa tidak mungkin jika kekalahan

dalam pemilihan presiden atau wakil presiden bisa dikatakan biasa. Namun,

kekalahan tidak menjadikannya terpuruk, justru SBY semakin kuat dan bersemangat

untuk meraih posisi lebih dari wakil presiden yaitu jabatan presiden.12

B. Kemunculan Anas Urbaningrum dalam Panggung Politik

Langkah karier politik Anas Urbaningrum yang saat itu menjabat sebagai

anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dimulai pada 8 Juni 2005 ketika

memutuskan untuk mengundurkan diri dari KPU. Hal ini dikarenakan Anas diminta

oleh SBY untuk bergabung dalam Partai Demokrat. Anas saat itu langsung

menduduki jabatan sebagai Ketua Divisi Otonomi Politik dan Daerah Dewan

11

Wisnu Nugroho, Pak Beye dan Politiknya (Jakarta: Penerbit Kompas, 2010), XVIII. 12

Susilo Bambang Yudhoyono, Selalu Ada Pilihan: Untuk Pencinta Demokrasi dan Para

Pemimpin Indonesia Mendatang (Jakarta: Penerbit Kompas, 2014), 194.

Page 62: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

47

Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat untuk periode kepengurusan 2005-2010. DPP

Partai Demokrat saat itu diketuai oleh Hadi Utomo yang tidak lain adalah adik ipar

dari Kristiani Herawati Yudhoyono (Ani Yudhoyono).

Anas dapat disebut sebagai tokoh muda yang cukup berprestasi. Anas sebelum

menjabat sebagai anggota KPU juga terlibat dalam membangun sistem pemilu baru.

Anas pernah menjadi anggota tim Revisi Undang-Undang Politik atau bergabung

dalam Tim Tujuh, Anas juga terlibat dalam Tim Sebelas yaitu sebuah tim seleksi

partai politik yang bertugas melakukan verifikasi kelayakan data administrasi partai

politik yang akan mengikuti pemilu tahun 1999.

Anas dikenal sebagai organisatoris yang cukup handal. Selama masa kuliah,

Anas aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI). Anas menghabiskan waktu selama 9 tahun berorganisasi di HMI yaitu sejak

1990 – 1999. Karier di HMI dirintisnya mulai dari tingkat komisariat hingga tingkat

pengurus besar. Puncak karier Anas di HMI berhasil diraih pada tahun 1997. Anas

terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar HMI dalam Kongres XXI HMI yang

dilaksanakan di Yogyakarta, 26 Agustus 1997.13

Kecakapan berorganisasi yang dimiliki Anas membawanya menjadi kader yang

cukup berpengaruh dalam Partai Demokrat. Anas mencalonkan diri sebagai anggota

legislatif dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 untuk daerah pemilihan Jawa Timur

VII (Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten

13

Haiqal Arifianto dan Sulaiman, ed., Basic Training Panduan untuk Kader Himpunan

Mahasiswa Islam, (Ciputat: T.pn., 2015), 60.

Page 63: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

48

Tulungagung). Anas memperoleh suara terbanyak dengan meraih 178.381 suara.14

Pada periode ini Anas dipercaya menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat di

DPR RI.

Karier Anas dalam dunia politik semakin meningkat. Pada Kongres Ke-II Partai

Demokrat yang digelar di Kabupaten Bandung, Anas mencalonkan diri sebagai ketua

umum. Dalam pemilihan ketua umum ini Anas bersaing dengan dua kader lainnya

yaitu Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie. Pemilihan dilaksanakan sebanyak dua

kali putaran, dan Anas berhasil mengungguli kedua rivalnya. Keterpilihan Anas

sebagai Ketua Umum Partai Demokrat Periode 2010-2015 menjadi puncak karier

Anas dalam Partai Demokrat.

C. Kelahiran Partai Demokrat

Kekalahan SBY pada pemilihan wakil presiden dalam Sidang MPR 2001

merupakan titik awal kemunculan ide membentuk partai politik. Berdasarkan hasil

survei dan perolehan suara SBY dalam pemilihan wakil presiden tersebut

menunjukkan bahwa tingkat popularitas SBY cukup baik. Maka dari itu, beberapa

orang tergerak hatinya untuk mengantarkan SBY duduk sebagai presiden republik ini.

Demi mewujudkan cita-cita tersebut, maka mendirikan partai politik menjadi suatu

keharusan sebagai kendaraan politik.

Konsep partai dan platform dirumuskan oleh Tim Krisna Bambu Apus.

Sementara urusan teknis administrasi dirampungkan oleh tim yang dipimpin oleh

14

______, “Anas Urbaningrum,” Viva, ______ [artikel on-line]; tersedia di www.viva.co.id/;

Internet; diakses 7 Agustus 2017.

Page 64: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

49

Vence Rumangkang. Selain itu, dibentuk pula tim pelaksana yang terdiri dari Vence

Rumangkang, Drs.A.Yani Wahid (Alm), Achmad Kurnia, Adhiyaksa Dault, SH,

Baharuddin Tonti, dan Shirato Syafei. Kemudian pematangan konsep partai

dilakukan oleh tim 9 yang terdiri dari 10 orang anggota di antaranya: (1) Vence

Rumangkang, (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA.; (3) Drs.A. Yani Wahid (Alm); (4)

Prof.Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irsan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto

Ns; (7) Prof. Dr. RF. Saragih, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof.

Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. T. Rusli Ramli, MS.15

Proses perencanaan pendirian partai dilakukan selama kurang lebih dua bulan.

Partai Demokrat akhirnya resmi didirikan pada 9 September 2001 bertempat di

Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan. Penandatanganan akta pendirian

partai dilaksanakan di hadapan notaris Asmendi Kamuli, SH. Pendiri Partai Demokrat

berjumlah 99 orang. Namun, penandatanganan akta tersebut hanya dihadiri oleh 53

orang pendiri. Kepengurusan langsung disusun terutama Badan Pengurus Harian

(BPH). Prof. Dr. Subur Budhisantoso dipercaya sebagai pejabat ketua umum, Dr.

Irsan Tanjung sebagai pejabat sekretaris umum dan bendahara umum dijabat oleh

Vence Rumangkang. Sejak saat itulah Partai Demokrat menjadi salah satu partai yang

ikut mewarnai perpolitikan tanah air.

15

______,“Sejarah Partai Demokrat,” tersedia di www.demokrat.or.id/; Internet; diakses 17

Juli 2017.

Page 65: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

50

D. Aktivitas Politik Partai Demokrat

1. Aktivitas Eksternal

Partai Demokrat (PD) pertama kali mengikuti kontestasi pemilihan umum

(pemilu) pada pemilu 2004. Partai Demokrat pada pemilu 2004 berhasil menorehkan

prestasi yang luar biasa dengan memperoleh 7,46% suara dan masuk ke dalam

peringkat 5 besar. Rincian jelas perolehan suara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel III.D.1. Perolehan Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2004

No Nama Partai Perolehan

Suara

Persentase

(%)

Perolehan

Kursi

1 Golkar 24.461.104 21,62 128

2 PDI Perjuangan 20.710.006 18,31 109

3 PKB 12.002.885 10,61 52

4 PPP 9.226.444 8,16 58

5 Partai Demokrat 8.437.868 7,46 55

Sumber: Komisi Pemilihan Umum, RI.

Perolehan suara sebanyak 7,46% telah membuat Partai Demokrat memiliki

perwakilan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 55 kursi. Jumlah ini lebih

banyak jika dibandingkan dengan jumlah kursi yang diraih oleh Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) yang telah lebih dulu berdiri. Partai Demokrat selain ikut dalam

pemilu legislatif, juga ikut aktif dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. PD

mencalonkan kadernya sebagai presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

dan berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla (JK) yang merupakan kader Partai

Golongan Karya (Golkar). Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004

dilaksanakan sebanyak dua kali putaran. Putaran pertama dilaksanakan pada 5 Juli

Page 66: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

51

2004 yang diikuti oleh 5 pasangan calon. Hasil pemilu putaran pertama dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel III.D.2. Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2004 Putaran I

No Nama Pasangan Calon Presiden dan

Wakil Presiden

Perolehan

Suara

Persentase

(%)

1 H. Wiranto, SH.

Ir. H. Salahuddin Wahid

23.827.512 22,19

2 Hj. Megawati Soekarnoputri

K.H. Ahmad Hasyim Muzadi

28.186.780 26,24

3 Prof. Dr. H. M. Amien Rais

Dr. Ir. H. Siswono Yudo Husodo

16.042.105 14,94

4 H. Susilo Bambang Yudhoyono

Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

36.070.622 33,58

5 Dr. H. Hamzah Haz

H. Agum Gumelar, M.Sc.

3.276.001 13,05

Sumber: Komisi Pemilihan Umum, RI.

Berdasarkan perolehan suara di atas, pasangan calon yang memperoleh suara

tertinggi yaitu pasangan SBY dan JK kemudian disusul oleh pasangan Megawati

Soekarnoputri (Mega) dan Ahmad Hasyim Muzadi (Hasyim). Kedua pasangan ini

maju ke putaran berikutnya yang dilaksanakan pada 20 September 2004. Hasil pemilu

putaran kedua dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 67: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

52

Tabel III.D.3. Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2004 Putaran II

No Nama Pasangan Calon Presiden dan

Wakil Presiden

Perolehan

Suara

Persentase

(%)

1 Hj. Megawati Soekarnoputri

K.H. Ahmad Hasyim Muzadi

44.990.704 39,38

2 H. Susilo Bambang Yudhoyono

Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

69.266.350 60,62

Sumber: Komisi Pemilihan Umum, RI.

Berdasarkan hasil perolehan suara di atas, pasangan SBY dan JK unggul

terhadap pasangan Mega dan Hasyim. Maka, pasangan SBY dan JK ditetapkan

sebagai pemenang dan menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik

Indonesia Periode 2004-2009.

Partai Demokrat mengikuti pemilu untuk kedua kalinya yaitu pada pemilu

2009. Pemilu 2009 diikuti oleh 44 partai politik, namum hanya 9 partai politik yang

berhasil memperoleh kursi di DPR. Partai-partai itu di antaranya Partai Hati Nurani

Rakyat (Hanura), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional

(PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai

Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan Partai Demokrat (PD). Perolehan suara pada

pemilu 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 68: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

53

Tabel III.D.4. Perolehan Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009

No Nama Partai Perolehan

Suara

Persentase

(%)

Perolehan

Kursi

1 Hanura 3.925.620 3,77 17

2 Gerindra 4.642.795 4,46 26

3 PKS 8.204.946 7,89 57

4 PAN 6.273.462 6,03 46

5 PKB 5.146.302 4,95 28

6 Golkar 14.576.388 14,01 94

7 PPP 5.544.332 5,33 58

8 PDIP 15.031.497 14,45 106

9 Partai Demokrat 21.655.295 20,81 148

Sumber: Komisi Pemilihan Umum, RI.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Partai Demokrat menjadi

pemenang pemilu. Partai Demokrat kembali mencalonkan SBY sebagai presiden

untuk periode 2009-2014. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 diikuti

oleh 3 pasangan calon. Pemilu presiden dan wakil presiden kali ini dilaksanakan

hanya satu putaran yaitu pada 8 Juli 2009. Perolehan suara ketiga pasangan calon

presiden dan wakil presiden tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel III.D.5. Hasil Pemilu Presiden & Wakil Presiden Tahun 2009

No Nama Calon Presiden dan Calon Wakil

Presiden

Perolehan

Suara

Persentase

(%)

1 Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto 32.548.105 26,79

2 Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono 73.874.562 60,80

3 Jusuf Kalla-Wiranto 15.081.814 12,41

Sumber: Komisi Pemilihan Umum, RI

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pasangan SBY dan Boediono

berhasil mengalahkan rivalnya hanya dalam satu putaran karena telah memperoleh

Page 69: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

54

suara lebih dari 50%. Hal ini menambah deretan prestasi Partai Demokrat dalam

kancah perpolitikan di Indonesia. Meskipun usianya saat itu belum genap satu

dasawarsa, namun partai ini mampu mengalahkan partai-partai lain terutama PDI-P,

Golkar, dan PPP yang telah ada sejak masa Orde Baru. Artinya, keberadaan PD

benar-benar tidak bisa dipandang sebelah mata.

2. Aktivitas Internal

Kongres adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam Partai Demokrat. Kongres

dilaksanakan secara periodik yakni sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun atau

dalam kondisi luar biasa kongres dapat dilaksanakan di luar jadwal yang semestinya

dengan mendapatkan dukungan dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari

jumlah Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan ½ (satu per dua) dari jumlah Dewan

Pimpinan Cabang. Hal ini diatur secara jelas dalam Anggaran Dasar (AD) Partai

Demokrat:16

(1) Kongres adalah pemegang kekuasaan tertinggi partai yang diselenggarakan

sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang:

a. Menetapkan Ketua Dewan Pembina;

b. Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

c. Menetapkan Program Umum Partai;

d. Meminta dan menilai Laporan Pertanggung Jawaban Dewan Pimpinan

Pusat;

16

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat Hasil Kongres Ke-II

Tahun 2010.

Page 70: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

55

e. Memilih dan menetapkan Ketua Umum dan Formatur Kongres; dan

f. Menetapkan keputusan-keputusan Kongres lainnya.

(2) Kongres Luar Biasa mempunyai wewenang dan kekuasaan yang sama dengan

Kongres.

(3) Kongres Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan:

a. Majelis Tinggi Partai, atau

b. Sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Dewan Pimpinan

Daerah dan ½ (satu per dua) dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang.

(4) Dalam permintaan tersebut, harus menyebutkan agenda dan alasan-alasan

diadakan Kongres Luar Biasa.

(5) Dewan Pimpinan Pusat sebagai penyelenggara Kongres Luar Biasa.

Hingga tahun 2010, PD telah melaksanakan kongres sebanyak 2 kali. Kongres

pertama berlangsung pada 20 Mei – 23 Mei 2005 bertempat di Hotel Inna Grand Bali

Beach, Bali. Kongres ini berlangsung selama dua kali putaran. Putaran pertama

diikuti oleh 4 orang kandidat di antaranya Hadi Utomo, Taufik Effendi, Prof. Subur

Budhisantoso, dan Suratto. S. Taufik Effendi pada putaran pertama mengundurkan

diri dari bursa pencalonan, akhirnya pemilihan berlanjut ke putaran kedua. Pemilihan

putaran kedua ini dimenangkan oleh Hadi Utomo yang tidak lain adalah adik ipar dari

Kristiani Herawati Yudhoyono (Ani Yudhoyono).17

17

MAK, “Hadi Utomo Terpilih sebagai Ketua Partai Demokrat,” Liputan 6, 23 Mei 2005

[berita on-line]; tersedia di http://news.liputan6.com/; Internet; diakses pada 18 Oktober 2017.

Page 71: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

56

Kongres kedua Partai Demokrat berlangsung pada 21 Mei – 23 Mei 2010

bertempat di Hotel Mason Pine, Padalarang, Kabupaten Bandung.18

Kongres ini

merupakan ajang politik strategis dalam PD sebab tahun 2014 SBY sudah tidak bisa

mencalonkan diri sebagai presiden sehingga memberikan peluang bagi tokoh-tokoh

lain untuk tampil sebagai calon presiden dalam pemilihan presiden (pilpres) 2014.

Kongres ini menjadi pertarungan hebat antara 3 kandidat yang masing-masing

memiliki jabatan strategis. Marzuki Alie saat itu sedang menjabat sebagai Ketua DPR

RI Periode 2009-2014. Andi Mallarangeng yang pernah menjadi juru bicara

kepresidenan tahun 2004-2009 juga sedang menduduki jabatan strategis sebagai

Menteri Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Anas

Urbaningrum juga sedang menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR

RI.19

Pertarungan 3 kandidat ini berlangsung sangat seru hingga dilaksanakan

sebanyak dua putaran. Pada putaran pertama, Andi Mallarangeng tersingkir dengan

hanya meraih 82 suara, Marzuki Alie meraih 209 suara, sementara Anas

Urbaningrum unggul dengan memperoleh 236 suara. Putaran kedua, Anas

Urbaningrum berhasil mengungguli Marzuki Alie dengan meraih 280 suara (53

persen) dan Marzuki Alie hanya memperoleh 248 suara (48 persen). Cukup

18

ANT, “SBY Dijadwalkan Buka Kongres Partai Demokrat,” Republika, 15 Mei 2010 [berita

on-line]; tersedia di www.republika.co.id/; Internet; diakses 20 Oktober 2017. 19

Kompaspedia, Partai Politik Indonesia 1999-2019 Konsentrasi dan Dekonsentrasi Kuasa,

(Jakara: Kompas Media Nusantara, 2016), 148.

Page 72: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

57

mengejutkan memang Anas Urbaningrum berhasil mengungguli koalisi besar

Marzuki-Andi yang saat itu sebenarnya mendapat restu dari SBY.20

Kemenangan Anas Urbaningrum atas Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng

dalam Kongres Ke-II PD memberikan warna baru dan secara tidak langsung

memberikan akses mudah bagi Anas Urbaningrum menuju kursi kepresidenan 2014.

Dalam menyusun kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PD, Anas

Urbaningrum merangkul kedua rivalnya. Hal itu dilakukan untuk menekan potensi

perpecahan internal partai. Anas Urbaningrum menempatkan Marzuki Alie dan Andi

Mallarangeng dalam jajaran Dewan Pembina PD. Selain itu, Anas Urbaningrum juga

menggandeng putera SBY yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono menjadi sekretaris

jenderal dan M. Nazaruddin diposisikan menjadi bendahara umum.

E. SBY dan Partai Demokrat

Sub-bab sebelumnya telah menjelaskan bahwa Partai Demokrat sengaja

didirikan untuk menjadi kendaraan politik bagi SBY maju sebagai calon presiden.

Alasan pendirian ini jika kita merujuk pada teori Richard Gunther dan Larry

Diamond secara tidak langsung mengkategorikan PD sebagai partai personalistik

yang merupakan turunan dari partai elektoral. Telah dijelaskan juga pada bab

sebelumnya bahwa menurut Richard Ghunter dan Larry Diamond, partai personalistik

adalah kendaraan yang sengaja dibuat pemimpin partai untuk memenangkan

pemilihan umum dan merentangkan kekuasaannya. Daya tarik elektoral ada pada

20

Ma’mun Murod Al-Barbasy, Anas Urbaningrum dalam Sorotan Status Facebook Tumbal

Politik Cikeas (Jakarta: Pijar Ilmu, 2013), 23.

Page 73: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

58

personalitas dan kharisma calon kandidat atau pemimpin partai yang dianggap

sebagai solusi dari permasalahan bangsa.21

Karakter PD sebagai partai personalistik menjadikan partai ini memiliki

pemimpin dominan yang tidak lain adalah SBY sendiri. SBY memang tidak secara

langsung turun sebagai ketua umum pada masa pendiriannya seperti yang dilakukan

oleh Prabowo Subianto di Gerindra. Namun, SBY menempati 3 jabatan strategis

sekaligus seperti Ketua Dewan Pembina, Ketua Majelis Tinggi, dan Ketua Dewan

Kehormatan partai. Jabatan-jabatan ini tentu memberikan otoritas dominan kepada

SBY. Sebab, seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP)

berada di bawah pengawasan SBY.22

Keberadaan partai personalistik dilatarbelakangi oleh sejarah Orde Baru yang

menjadi lahan subur bagi pertumbuhan patrimonialisme.23

Patrimonialisme ini

menurut Jamie Mackie selanjutnya berkembang menjadi patronase dan berbagai

hubungan patron-klien pada masa reformasi bahkan hingga masa demokrasi.24

Peraturan elektoral yang ada juga memberikan peluang bagi kemunculan partai

personalistik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 Tentang

Partai Politik mengatur bahwa untuk mendirikan partai politik hanya membutuhkan

21

Richard Ghunter dan Larry Diamond, “Species of Political Parties A New Typology,” Party

Politics 9 (2003): 187. 22

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Partai Demokrat Tahun 2010. 23

Ulla Fiona dan Dirk Tomsa, ““Parties and Factions in Indonesia: The Effects of Historical

Legacies and Institutional Engineering,” ISEAS-Yusof Ishak Institute (2017): 12. 24

Edward Aspinall dan Greg Feali, ed., Soeharto’s New Order and It’s Legacy: Essays in

Honour of Harold Crouch, (Canberra: The Australian National University E-Press, 2010), 81-82.

Page 74: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

59

50 orang warga negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 tahun.25

Peraturan

ini jelas memudahkan siapa saja untuk membentuk partai politik tidak terkecuali

SBY, meskipun PD didirikan tidak hanya oleh 50 orang tetapi oleh 99 orang. Angka

99 ini merupakan angka yang digemari oleh SBY karena menunjukkan tanggal dan

bulan kelahirannya yaitu 9 September 1949.

Karakter Partai Demokrat sebagai partai personalistik menyebabkan partai ini

tidak bisa dilepaskan dari figur SBY. Hubungan antara SBY dan PD pada masa

pendiriannya adalah hubungan yang saling menguntungkan. Bawono Kumoro

menjelaskan bahwa saat itu PD membutuhkan figur dengan popularitas sangat tinggi

seperti SBY agar mampu mendulang suara signifikan mengingat partai ini merupakan

partai baru. SBY juga membutuhkan PD sebagai kendaraan politik untuk maju dalam

kontestasi Pemilihan Presiden 2004.26

Ketergantungan terhadap SBY bukan hanya pada persoalan pencarian suara

(voice seeking), namun juga memberikan pengaruh terhadap proses penyusunan

struktur partai. Artinya, SBY menjadi penentu dalam setiap tahapan penyusunan

struktur partai terutama pada tingkat DPP. Hal ini terbukti dari keterlibatan SBY

sebagai tim formateur yang dipilih dalam kongres. SBY juga berperan dalam proses

penentuan kandidat parlemen atau legislator. Hal-hal inilah yang menyebabkan partai

personalistik menjadi partai yang tidak terlembaga khususnya dalam dimensi

kesisteman.

25

Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik. 26

Bawono Kumoro, “SBY, Demokrat, dan Institusionalisasi Partai,” Media Indonesia, 15 Mei

2015 [artikel on-line]; tersedia di htpps://mediaindonesia.com/; Internet; diakses 24 November 2017.

Page 75: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

60

BAB IV

DINAMIKA PARTAI DEMOKRAT DAN MUNCULNYA FAKSI

INTRA-PARTAI

A. Dinamika Faksi Intra-Partai Demokrat

Faksi merupakan sebuah gejala wajar dalam partai politik. Keberadaan faksi

sedikit banyak menghadirkan dinamika dalam kehidupan partai baik dalam konteks

positif maupun negatif. Dikatakan positif apabila faksi berorientasi pada preferensi

kebijakan dan memiliki semangat pelembagaan. Akan tetapi, faksi dapat dikatakan

negatif apabila berorientasi pada pencarian sumber daya politik serta tidak diiringi

semangat pelembagaan. Maka dari itu, Friedrich seperti dikutip Patrick Kollner dan

Matthias Basedau menyebut faksi sebagai patologi politik, yakni kondisi ketika para

aktor politik terjerembab dalam hal-hal yang tidak seharusnya seperti korupsi, politik

transaksional, dan lain-lain.1

Partai Demokrat (PD) merupakan partai yang tidak luput dari faksionalisasi.

Sejarah mencatat, faksionalisasi internal PD terjadi sejak tahun 2005 di mana

terbentuk Faksi Vence Rumangkang dan Faksi Subur Budhisantoso.2 Perbedaan antar

faksi ini semakin meruncing ketika Vence mengadakan kongres lebih dulu pada 18

Februari - 21 Februari 2005. Vence mengaku bahwa tindakan yang dilakukannya

1 Patrick Kollner dan Matthias Basedau, “Factionalism in Political Parties: An Analytical

Framework for Comparative Studies,” Working Papers and Area Studies, German Overseas

Institute/Deutsches Ubersee Institut (2005): 13. 2 Fira Abdurrahman dan Yudi Wibowo, “Kubu Vence Rumangkang dan Subur Budhisantoso

Berdamai,” Liputan 6, 7 Februari 2005 [berita on-line]; tersedia di http://news.liputan6.com/;

Internet; diakses pada 20 November 2017.

Page 76: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

61

sebagai bentuk kekecewaan terhadap kinerja sang ketua umum Subur Budhisantoso.

Meskipun akhirnya kedua faksi ini berdamai dengan melaksanakan kongres bersama

pada Maret 2005 di Bali, akan tetapi tidak mengurungkan niat Vence untuk mundur

dari PD.3 Vence kemudian mendirikan Partai Barisan Nasional (Barnas) pada 1

Oktober 2007. Selain Vence Rumangkang, Sys NS juga melakukan hal yang sama

bahkan lebih dulu. Sys NS memutuskan untuk keluar dari PD pada akhir tahun 2005.

Sys Ns kemudian mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Partai NKRI). Namun, partai ini tidak lolos verifikasi pemilu

2009 dan namanya tidak terdengar lagi hingga kini. Fenomena munculnya partai-

partai sempalan ini menjadi bukti bahwa ketidakpuasan terhadap pemimpin partai

selalu mempertegas adanya faksionalisme dalam partai yang semula laten menjadi

timbul ke permukaan.

Faksionalisasi dalam PD kembali hadir pasca kongres II di Bandung 2010.

Kemenangan Anas Urbaningrum (Anas) atas Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng

dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),

karena banyak pihak menduga bahwa Anas tidak mendapatkan restu dari Cikeas.4

Anas mengaku bahwa ketika Anas berhasil memenangkan kursi ketua umum, ada

yang memberi ungkapan bahwa matahari baru mulai terbit di PD dan matahari lama

3 Fira Abdurrahman dan Yudi Wibowo, “Kubu Vence Rumangkang dan Subur Budhisantoso

Berdamai,” Liputan 6, 7 Februari 2005 [berita on-line]; tersedia di http://news.liputan6.com/; Internet;

diakses pada 20 November 2017. 4 Yon Machmudi, “Faksi-faksi Partai Demokrat Paska Kongres,” Publikasi Universitas

Indonesia, Juli 2010 [artikel online]; tersedia di

staff.ui.ac.id/system/files/users/machmudi/publication/faksidemokrat.doc; Internet; diunduh pada 24 November 2017.

Page 77: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

62

akan tenggelam.5 Artinya, ada yang mencurigai bahwa Anas hendak menyingkirkan

SBY secara perlahan.

Kecurigaan terhadap Anas semakin meningkat ketika Anas merekrut kader-

kader muda dan kader-kader baru. Apa yang dilakukan Anas telah memunculkan rasa

tidak nyaman pada kader-kader lama. Hal ini secara jelas diungkapkan Anas kepada

penulis.

“... Tetapi tanpa disengaja Kongres Partai Demokrat 2010 kemudian menghasilkan

embrio faksi. Pada putaran kedua, Pak SBY merestui koalisi Marzuki Alie dan Andi

Mallarangeng. Secara politik koalisi ini di bawah arahan Pak SBY. Kemudian dalam

proses penyusunan pengurus DPP, saya banyak merekrut kader-kader muda dan kader-

kader baru. Mungkin ini memunculkan rasa tidak nyaman kader-kader lama. Dalam

Musda dan Muscab saya juga banyak merekrut kader-kader baru dan muda yang

datang dari latar belakang yang mencerminkan spirit Bhinneka Tunggal Ika, terutama

dari alumni-alumni Kelompok Cipayung dan aktivis pergerakan lainnya.”

Kecurigaan besar terhadap Anas diyakini oleh beberapa kalangan sebagai

bentuk kekecewaan Faksi SBY atas kekalahan Andi Mallarangeng yang merupakan

jagoannya. SBY dan pendukungnya tidak sepenuhnya menerima kekalahan tersebut

meskipun sebenarnya Anas telah merangkul kedua rivalnya masuk dalam jajaran

petinggi PD. Anas menempatkan Marzuki Alie dalam jajaran Dewan Pembina PD

atau lebih tepatnya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina PD. Sementara Andi

Mallarangeng diposisikan sebagai Sekretaris Dewan Pembina PD.6 Akhirnya, suka

5 Wawancara dengan Anas Urbaningrum, Bandung, 9 November 2017.

6 Ali Wafa, “Dinamika Konflik Partai Demokrat Periode 2010-2015 Terhadap Pelaksanaan

Recall Anggota DPR RI (Studi atas Recall Gede Pasek Suardika),” (Skripsi S1 FISIP Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), 72.

Page 78: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

63

tidak suka persaingan antar faksi terus berlanjut sehingga mengesankan adanya

balapan politik (political race).7

Kemunculan Faksi Anas dilatarbelakangi oleh gagasannya melembagakan PD

untuk mentransformasikan figur dan ketokohan SBY menjadi kekuatan yang

tercermin di dalam sistem internal. Karena ketergantungan tinggi terhadap figur SBY

akan berdampak buruk bagi masa depan partai. Selain itu, ketergantungan tersebut

juga dapat menghambat pemodernan partai.8 Gagasan ini kemudian mendapatkan

sambutan positif dari banyak kader yang kemudian memutuskan untuk berada dalam

barisan Anas. Namun, Anas membantah jika dirinya disebut ingin menyingkirkan

SBY seperti yang Anas ungkapkan kepada media di arena kongres:9

“Berpolitik itu ada ide dan nilai yang diperjuangkan. Tentu dasar kerja organisasi

adalah ide dan gagasan yang merupakan turunan ideologi dan manifesto partai

sehingga apa yang dijalankan adalah keyakinan politik. Figuritas dan ketokohan SBY

diperlukan oleh Demokrat. Bahkan, figur SBY akan dilembagakan dalam partai.

Misalnya, nilai ajaran SBY harus jadi pola pikir, sikap, dan perilaku kader Demokrat.

Bentuk agenda praktis politik gagasan itu pada kaderisasi, desentralisasi pengelolaan

partai, dan pembangunan jaringan politik yang luas. Intinya bagaimana Partai

Demokrat tampil sebagai partai tengah yang kuat, bersih, dan modern. Gagasan saya

adalah membawa Demokrat kuat secara institusi disertai kehadiran figur besar dalam

sosok SBY. Karena kurang cerdas kalau partai melepasnya. Yang harus dilakukan

adalah institusionalisasi figur SBY sehingga menyatu.”

Gagasan Anas seperti yang telah ditulis di atas mendapatkan penolakan dari

kader-kader PD yang menginginkan status quo. Artinya, kader-kader yang

menginginkan SBY tetap menjadi figur dominan dalam partai karena dipercaya

sebagai satu-satunya tokoh yang dapat memajukan serta menjaga keutuhan PD.

7 Burhanuddin Muhtadi, “Faksionalisasi Demokrat,” Harian Seputar Indonesia, 10 Juni 2011.

8 Wawancara dengan Anas Urbaningrum.

9 MT, “Anas Agendakan Pelembagaan SBY di Demokrat,” Viva News, 24 Mei 2010 [berita on-

line]; tersedia di http://www.viva.co.id/ Internet; diakses pada 24 November 2017.

Page 79: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

64

Kader-kader yang menginginkan status quo juga menurut Firman Noor didasari oleh

pertimbangan terhadap usia PD. PD diibaratkan sebagai partai yang masih bayi,

sehingga apabila dilepaskan dari sapihan ibunya maka akan kacau.10

Pertimbangan

ini kemudian menyebabkan kepemimpinan Anas dianggap sebagai sebuah ancaman

bagi kehidupan PD.11

Perbedaan tajam antara Faksi SBY dan Faksi Anas berlanjut ke bulan-bulan

berikutnya. Hingga pada momentum tertentu gesekan antar faksi ini semakin panas

dengan terungkapnya kasus hukum M. Nazaruddin (Nazar) yang merupakan

Bendahara Umum PD. Kasus ini terungkap setelah sebelumnya KPK menangkap

Wafid Muharam (Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga), Direktur Marketing PT.

Duta Graha Indah (DGI) Mohammad El Idris dan mantan Direktur Marketing PT.

Anak Negeri, Mindo Rosalina Manulang pada 21 April 2011 di area gedung

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) atas dugaan penyuapan dalam

proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring Palembang.12

Setelah dugaan kasus suap tersebut, ternyata permasalahan semakin melebar.

Mahfud MD yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)

melaporkan percobaan suap yang diduga dilakukan oleh Nazar kepada Sekretaris

Jenderal MK Djanedri M. Gaffar. Laporan tersebut disampaikan oleh Mahfud MD

kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Laporan Mahfud MD

10

Wawancara dengan Firman Noor, Ph.D., Jakarta, 22 November 2017. 11

Wawancara dengan Firman Noor, Ph.D. 12

Suryanto, ed., ”KPK Rekonstruksi Kasus Suap Sesmenpora,” Antara News, 17 Juni 2011

[berita on-line]; tersedia di https://www.antaranews.com/; Internet; diakses pada 2 Juli 2017.

Page 80: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

65

menyebutkan bahwa Nazar memberikan uang senilai 120.000 Dollar Singapura

kepada Djanedri M. Gaffar.13

Laporan tersebut jelas semakin memperkeruh keadaan

dan semakin menjatuhkan reputasi Partai Demokrat di mata publik.

Kedua dugaan tersebut membuat PD melalui Dewan Kehormatan (DK)

memberhentikan Nazar dari jabatan bendahara umum partai pada 23 Mei 2011

setelah melakukan rapat beberapa kali. Rapat ini diwarnai perbedaan sikap di

kalangan elite partai yang menunjukkan adanya faksionalisasi yang tajam karena

Nazar sering diasosiasikan sebagai gerbong Anas. Sehingga, sikap yang ditunjukkan

Anas disebut sebagai upaya menyelamatkan anggota faksinya. Sementara faksi

lainnya yaitu Faksi Andi Mallarangeng (AM) yang merupakan turunan dari Faksi

SBY menginginkan pemberian sanksi organisasi yang maksimal kepada Nazar.14

Berdasarkan hasil wawancara dengan Anas, Anas membenarkan bahwa Nazar

adalah tim kampanye Anas saat Kongres II Partai Demokrat di Bandung. Anas juga

membenarkan bahwa Anas menjadi satu-satunya jajaran DK yang tidak menyetujui

keputusan SBY untuk memberhentikan Nazar. Penjelasan Anas kepada penulis dapat

dilihat di bawah ini:15

“... Saat itu kalau saya tidak salah ingat, DK mengadakan rapat 3 kali. Pada rapat

pertama, SBY bilang kalau PD harus memberhentikan Nazaruddin dari jabatannya

sebagai bendahara umum. Saya tanya, “Apa alasannya?” Kemudian SBY katakan

alasannya adalah etika. Etika yang dimaksud yaitu etika Partai Demokrat sebagai partai

yang bersih, cerdas, dan santun. Padahal kan ketika itu status Nazaruddin masih

sebagai saksi, bukan tersangka. Jika kita melihat ke belakang pada kasus Jhonny Allen

13

Asy dan Nrl, ”Pemberian Uang Nazaruddin ke Sekjen MK Suap atau Gratifiksi,” Detik News,

20 Mei 2011 [berita on-line]; tersedia di https://news.detik.com/; Internet; diakses pada 3 Juli 2017. 14

Dodi Ambardi, “Korupsi, Faksionalisme, dan Prospek Elektoral Demokrat,” Tempo, 5 Juni

2011, 38-39. 15

Wawancara dengan Anas Urbaningrum.

Page 81: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

66

Marbun misalnya. Saat itu kan dia sedang tersandung kasus suap tapi memang belum

berstatus sebagai tersangka, tapi dia dipilih jadi wakil ketua umum partai. Kasusnya

juga berlanjut hingga kini. Tetapi ketika itu DK dan DPP katakan menerapkan asas

praduga tak bersalah. Kalau status sudah meningkat sebagai tersangka baru diproses

lebih lanjut. Sementara Nazaruddin langsung diproses oleh DK dan langsung ingin

diberhentikan malah. Kemudian pada rapat kedua saya katakan lebih baik jangan

diberhentikan. Saya akan menyuruh Nazaruddin untuk mengundurkan diri. Nah setelah

rapat kedua selesai, saya menghubungi Nazaruddin meminta dia untuk mengundurkan

diri dari jabatannya dan saat itu Nazaruddin mengiyakan. Akhirnya pada rapat ketiga

Nazaruddin dihadirkan dalam rapat. Dalam rapat itu SBY menanyakan kepada

Nazaruddin apakah siap untuk mengundurkan diri? Eh ternyata jawaban nazaruddin

beda sama yang dia ucapkan pada saya. Dia bilang tidak bersedia di dalam forum.

Yasudah akhirnya Nazaruddin diberhentikan oleh DK saat itu juga. Kemudian surat

pemberhentiannya diterbitkan beberapa hari setelah rapat terakhir.”

Ketidaksetujuan Anas terhadap putusan yang ditetapkan oleh SBY nyatanya

tidak mampu mengubah putusan tersebut. Pencopotan Nazar dari jabatan bendahara

umum tetap dilaksanakan karena kasus hukum yang melibatkan Nazar dianggap telah

membebani PD. Amir Syamsuddin selaku Sekretaris Dewan Kehormatan Partai

Demokrat mengumumkan pernyataan 4 sikap yang berkaitan dengan kasus Nazar.

Keempat sikap itu di antaranya:16

1. Laporan masyarakat dan pemberitaan miring terkait M. Nazaruddin telah

menempatkan Partai Demokrat pada posisi yang tidak menguntungkan juga

menghambat tugas-tugas bendahara umum.

2. Apabila yang bersangkutan yaitu M. Nazaruddin masih menjabat sebagai

bendahara umum partai, maka hal tersebut menjadi kurang baik bagi yang

bersangkutan maupun Partai Demokrat. Mengingat jabatan yang diemban

16

Aldi Gultom, “Sah, Demokrat Pecat Nazaruddin,” Rmol, 23 Mei 2011 [berita on-line];

tersedia di http://www.rmol.co/; Internet; diakses pada 3 Juli 2017.

Page 82: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

67

berkaitan dengan uang dan anggaran dan pada prinsipnya jabatan tersebut juga

berkaitan dengan kasus hukum dan etika politik yang sedang dihadapi.

3. Nama baik dan citra partai akan terhindar dari fitnah jika yang bersangkutan

tidak lagi menjabat sebagai bendahara umum. Dan yang bersangkutan juga bisa

memfokuskan perhatiannya terhadap masalah hukum yang sedang dihadapi.

4. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Dewan Kehormatan mengambil putusan

untuk memberhentikan M. Nazaruddin dari jabatan bendahara umum Partai

Demokrat periode 2010-2015.

Pasca kejadian pencopotan jabatan tersebut, status hukum Nazar meningkat

menjadi tersangka pada 30 Juni 2011. Hal ini disampaikan oleh Busyro Muqoddas

(Ketua KPK) melalui pesan singkat. Sebelum statusnya meningkat menjadi

tersangka, Nazar berstatus sebagai saksi dan telah dipanggil oleh KPK sebanyak 3

kali untuk dilakukan pemeriksaan. Namun, Nazar mangkir dari panggilan tersebut

dan diketahui berada di Singapura dengan alasan untuk melakukan pengobatan.17

Setelah keberangkatan Nazar ke Singapura, esoknya imigrasi menerbitkan Surat

Cegah Tangkal (Cekal). Namun, Nazar terlanjur pergi dan ditetapkan menjadi

buronan internasional. Dari tempat persembunyiannya, Nazar gencar melakukan

serangan-serangan dengan mengancam akan membongkar kebusukan PD dan DPR.

Kala itu PD tidak tinggal diam, pengurus partai melakukan upaya agar Nazar segera

kembali ke Indonesia untuk mengikuti proses hukum dengan cara mengirimkan Surat

17

______,”KPK Tetapkan Nazaruddin Tersangka,” Kompas, 30 Juni 2011 [berita on-line];

tersedia di http://nasional.kompas.com/; Internet; diakses pada 10 Juli 2017.

Page 83: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

68

Peringatan (SP) sebanyak 3 kali kepada Nazar. Prosedur ini dilaksanakan sesuai

dengan aturan yang tercantum dalam ART partai.

Selain menjalankan prosedur pemberhentian Nazar, PD juga mengadakan Rapat

Koordinasi Nasional (Rakornas). Rakornas dilaksanakan pada 23-24 Juli 2011 di

Sentul International Convention Centre (SICC) Bogor. Agenda Rakornas saat itu

untuk melakukan konsolidasi dan pembersihan kader-kader yang bermasalah.

Rakornas tersebut menghasilkan 10 Komitmen Sentul, di antaranya:18

1. Partai Demokrat harus meneguhkan jati diri sebagai partai tengah, nasionalis,

religius, reformis, dan memegang etika politik bersih, cerdas, dan santun.

2. Partai Demokrat harus terus konsentrasi melakukan konsolidasi internal secara

paripurna, memperkuat solidaritas batin, serta memperkuat kelembagaan dan

perjuangan partai.

3. Partai Demokrat harus terus melakukan koreksi, perbaikan, dan penyempurnaan

atas berbagai kekurangan yang ada, serta bekerja keras membangun Partai

Demokrat sebagai partai yang modern, kuat, dan dicintai rakyat.

4. Partai Demokrat harus memperkuat kaderisasi sebagai mata air sumber daya

manusia yang berkualitas yang bisa bergerak untuk kemajuan partai, kemajuan

bangsa, dan kesejahteraan rakyat.

18

______, ”Rakornas Hasilkan 10 Komitmen Sentul,” Kompas, 24 Juli 2011 [berita on-line];

tersedia di http://nasional.kompas.com/; Internet; diakses pada 2 Agustus 2017.

Page 84: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

69

5. Partai Demokrat harus semakin meningkatkan keberhasilan dalam pemilukada

demi pengabdian yang lebih nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di

daerah.

6. Partai Demokrat harus terus meningkatkan pengelolaan partai sesuai dengan

prinsip pengelolaan partai yang modern berdasarkan hasil kongres di Bandung.

7. Partai Demokrat harus semakin mampu menjalankan komunikasi yang cerdas

dan menampung aspirasi rakyat.

8. Partai Demokrat harus menegakkan disiplin kader dan sinergi kerja seluruh

kader.

9. Para kader Partai Demokrat yang bertugas di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota harus semakin mampu menjalankan tugas di parlemen dan

daerah pemilihan untuk mengurus konstituennya.

10. Para kader Partai Demokrat harus konsisten dan disiplin menjalankan fungsi

partai yang mendukung pemerintahan, baik pusat maupun daerah.

Setelah Rakornas berakhir, keesokan harinya yaitu 25 Juli 2011 DPP Partai

Demokrat menerbitkan Surat Keputusan pemberhentian Nazar yang ditandatangani

oleh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Sekretaris Jenderal Edhie

Baskoro Yudhoyono. Melalui SK yang diterbitkan tersebut maka Nazar sah secara de

jure diberhentikan dari kepengurusan DPP Partai Demokrat sekaligus dari

keanggotaan Partai Demokrat. Maka demikian, beban moral PD telah berkurang.

Page 85: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

70

Dua minggu berselang, tepatnya pada 7 Agustus 2011 Nazar berhasil ditangkap

oleh polisi lokal di Cartagena, Kolombia.19

Nazar berada di Kolombia dengan

menggunakan paspor bernama M. Syahruddin.20

Penangkapan ini merupakan hasil

kerjasama antara Interpol, POLRI, KPK, Imigrasi, Kementerian Luar Negeri dan

Kementerian Hukum dan HAM. Setelah berhasil ditangkap, akhirnya Nazar tiba di

Indonesia pada 13 Agustus 2011 dan kemudian mengikuti proses hukum di Indonesia

hingga saat ini.21

Kepulangan Nazar dari tempat persembunyiannya membuat suasana politik

tanah air semakin panas. Serangan yang Nazar lakukan semakin tidak terkendali.

Beberapa nama petinggi PD disebut juga menerima aliran dana korupsi, dan salah

satunya nama Anas Urbaningrum dituding tersangkut kasus Pembangunan Pusat

Pendidikan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Kabupaten

Bogor. Menurut Anas, sejak Nazar diberhentikan dari jabatannya, sejak itulah Nazar

dibina untuk menyerang Anas. Kasus ini diolah sedemikian rupa untuk delegitimasi

kepemimpinan Anas dan kemudian diskenario lebih lanjut untuk mengkudeta.

Akhirnya, kudeta itu berhasil lewat proses hukum yang dipaksakan di Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).22

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh I Gede

Pasek Suardika seperti dikutip oleh Ali Wafa bahwa kasus Anas merupakan satu-

19

Djibril Muhammad, ”Nazaruddin Ditangkap Saat Lagi Nongkrong di Pasar Loak Kolombia,”

Republika, 8 Agustus 2011 [berita on-line]; tersedia di http://nasional.republika.co.id/; Internet;

diakses pada 18 Juli 2017. 20

______,”Nazaruddin Ditangkap di Kolombia,” Kompas, 8 Agustus 2011 [berita on-line];

tersedia di http://nasional.kompas.com/; Internet; diakses pada 2 Agustus 2017. 21

______,”Muhammad Nazaruddin Tiba di Jakarta,” BBC News Indonesia, 13 Agustus 2011

[berita on-line]; tersedia dihttp://www.bbc.com/indonesia/; Internet; diakses pada 6 Agustus 2017. 22

Wawancara dengan Anas Urbaningrum.

Page 86: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

71

satunya kasus yang ditambahkan sprindik (surat perintah penyidikan) nya. Hal

tersebut dianggap sebagai upaya menjatuhkan Anas agar tidak lagi punya pengaruh

dalam proses pencalegan.23

Keterangan yang disampaikan oleh I Gede Pasek Suardika semakin

mempertegas adanya persaingan antar faksi intra-partai. Selain kudeta yang

dipaksakan melalui KPK, SBY juga membuat Pakta Integritas24

yang menurutnya

merupakan salah satu upaya penyelamatan partai. Sementara menurut Anas, hal

tersebut sengaja didesain untuk mendepak Anas dari jabatannya sebagai ketua umum.

Sebab, setelah Anas berhasil didepak, nyatanya Pakta Integritas tersebut tidak

diberlakukan bagi kader-kader lain.25

Pakta Integritas ini disahkan pada 10 Februari

2013, tepat 12 hari sebelum Anas ditetapkan sebagai tersangka pada 22 Februari

2013. Berikut 10 butir Pakta Integritas Partai Demokrat:26

1. Akan senantiasa menjaga kinerja dan integritas untuk mensejahterakan

masyarakat, bangsa, dan negara serta senantiasa menjaga nama baik Partai

Demokrat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Saya akan terus

menjunjung tinggi prinsip dan moral politik partai, serta jati diri kader Partai

Demokrat yang bersih, cerdas, dan santun.

23

Ali Wafa, “Dinamika Partai Demokrat”,73-74. 24

Pakta Integritas merupakan pernyataan tertulis yang berisi penegasan bahwa pengambilan

keputusan senantiasa berdasarkan prinsip kemandirian (independency), penuh kehati-hatian (duty of

care and loyalty), profesional dan berdasarkan kepada kepentingan lembaga semata (prudent person

role), bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest), dan mematuhi ketentuan dan peraturan

yang berlaku (duly abiding laws). 25

Wawancara dengan Anas Urbaningrum. 26

Didik Pambudi, “Sepuluh Butir Pakta Integritas Kader Partai Demokrat,” Laman Resmi

Partai Demokrat, 11 Februari 2013 [berita on-line]; tersedia di www.demokrat.or.id/; Internet; diakses

pada 27 November 2017.

Page 87: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

72

2. Dalam menjalankan tugas dan pengabdian saya, utamanya dalam melayani,

mensejahterakan dan melayani masyarakat, saya akan senantiasa adil dan

bekerja untuk semua dan tidak akan pernah menjalankan kebijakan yang

diskriminatif oleh perbedaan agama, etnik, suku, gender, daerah posisi politik,

dan perbedaan identitas yang lain.

3. Sesuai dengan ideologi manifesto politik dan platform Partai Demokrat dengan

sungguh-sungguh saya akan terus menjalankan dan memperkuat persatuan

harmoni dan toleransi dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk

berdasarkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

4. Demi terciptanya rasa keadilan dan semangat pembangunan untuk semua, saya

akan bekerja sangat keras untuk meningkatkan taraf hidup rakyat yang miskin,

tertinggal dan belum sejahtera melalui berbagai kebijakan program aksi dan

langkah yang nyata. Semua program pro-rakyat yang dijalankan pemerintah

selama ini akan tetap saya pertahankan dan akan ditingkatkan di masa

mendatang.

5. Sebagai kader Partai Demokrat, saya akan senantiasa patuh dan taat kepada

konstitusi, hukum, dan segala peraturan yang berlaku. Sebagai cerminan dan

perilaku saya sebagai bangsa yang baik, serta patuh dan taat kepada kode etik

Partai Demokrat sebagai kode etik partai yang amanah dan bertanggungjawab.

6. Sebagai kader Partai Demokrat yang kini sedang mengemban tugas di

eksekutif, legislatif, pusat dan daerah, saya akan memegang teguh moral dan

Page 88: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

73

etika profesi dan menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik atau good

governance, yaitu pemerintahan yang bersih dari korupsi, yang capable, yang

responsif serta yang bekerja sekuat tenaga untuk kepentingan masyarakat,

bangsa, dan negara.

7. Sebagai pejabat publik saya akan mencegah dan menghindarkan diri dari

perbuatan korupsi termasuk suap yang melawan hukum dan merugikan negara,

serta dari narkoba, asusila, dan pelanggaran berat lainnya. Dalam hal saya

ditetapkan sebagai tersangka, terdakwa, dan terpidana maka sesuai dengan kode

etik Partai Demokrat yang telah disahkan pada tanggal 24 Juli 2011, maka saya

akan menerima sanksi sesuai ketentuan partai yang telah ditetapkan oleh

Dewan Kehormatan Partai Demokrat.

8. Dalam hal saya telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi atau

terpidana dalam kejahatan yang berat yang lain, saya bersedia mengundurkan

diri dari jabatan saya di jajaran Partai Demokrat atau siap menerima sanksi dari

jajaran kepartaian saya oleh Dewan Kehormatan Partai Demokrat.

9. Sebagai warga negara dan pejabat publik yang taat hukum dan aturan serta

sebagai bentuk dukungan saya terhadap gerakan pencegahan dan

pemberantasan korupsi, saya bersedia menyerahkan data harta kekayaan saya

kepada Dewan Kehormatan Partai beserta NPWP saya.

10. Khusus mengenai sering terjadinya korupsi dan penyimpangan dalam

perencanaan dan pelaksanaan APBN dan APBD, maka saya yang bertugas

Page 89: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

74

sebagai pejabat eksekutif atau legislatif berjanji tidak akan melakukan

pelanggaran dan penyimpangan dalam APBN dan APBD ini.

Pasca pengesahan Pakta Integritas tersebut akhirnya Anas berhenti dari

keanggotaan Partai Demokrat pada 23 Februari 2013. Hal ini disampaikan oleh Anas

kepada penulis:27

“... Oh ya satu lagi tentang Pakta Integritas. Sebenarnya saya kalau ingin melawan

SBY melalui jalur politik saya bisa melawan. Karena sebenarnya yang dapat

menurunkan saya dari jabatan ketua umum kan kongres, karena saya dipilih melalui

kongres. Tapi karena saya punya moral, makanya saya memutuskan untuk berhenti

dari keanggotaan Partai Demokrat, karena itu adalah standar etik yang saya pegang.”

Langkah yang dilakukan oleh Anas dengan menyatakan berhenti dari keanggotaan

PD menjadi antiklimaks dari pertarungan sengit antara Faksi Anas dengan Faksi

SBY. Anas bersama para loyalisnya kemudian mendirikan organisasi masyarakat

(ormas) yang diberi nama Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Ormas ini

dideklarasikan di Jakarta pada 15 September 2013. Kader Partai Demokrat yang ikut

membidani kelahiran ormas ini di antaranya I Gede Pasek Suardika, Saan Mustofa,

dan Ma’mun Murod Al-Barbasy. Berdirinya ormas ini menandakan bahwa Anas jelas

memiliki kekuatan dalam Partai Demokrat.

B. Relasi Pelembagaan Partai Demokrat dengan Faksi Intra-Partai

Bab sebelumnya telah menjelaskan relasi antara Partai Demokrat (PD) dengan

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu relasi yang saling menguntungkan. Relasi

saling menguntungkan ini tanpa disadari menimbulkan persoalan baru dalam PD.

Karakter PD sebagai partai personalistik mencirikan bahwa partai ini tidak

27

Wawancara dengan Anas Urbaningrum.

Page 90: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

75

terlembaga dengan baik, khususnya dalam dimensi kesisteman. Lebih jelas lagi,

terlembaga atau tidaknya suatu partai politik menurut Vicky Randall dan Lars

Svasand dapat dinilai melalui 4 parameter yaitu derajat kesisteman yang merupakan

hasil dari persilangan antara aspek internal dengan struktural, derajat identitas nilai

sebagai persilangan antara aspek internal dengan kultural, derajat otonomi partai yang

merupakan persilangan aspek eksternal dengan struktural, dan derajat pengetahuan

publik sebagai hasil persilangan dari aspek eksternal dengan kultural.28

Derajat kesisteman suatu partai menurut Randall dan Svasand seperti telah

dijelaskan pada bab sebelumnya bervariasi menurut:29

1. Cara partai tumbuh dan berkembang. Cara pendirian partai termasuk juga di

dalamnya asal-usul atau metode genetiknya;

2. Sumber daya relevan terutama pendanaan partai;

3. Siapa yang lebih menentukan dalam partai apakah pemimpin personal yang

disegani oleh anggota partai atau kedaulatan anggota yang dilaksanakan

menurut mekanisme organisasi;

4. Bagaimana partai menjaga hubungan dengan anggotanya yaitu apakah dengan

dengan klientelisme/patronase atau menurut konstitusi partai (AD/ART).

Karakter PD sebagai partai personalistik selain memberikan dampak negatif

berupa tidak terlembaganya partai itu sendiri, namun juga sekaligus memberikan

28

Vicky Randall dan Lars Svasand, “Party Institutionalization in New Democracies,” Party

Politics 8 (2002): 13. 29

Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari 2003

[artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada 13 Juli 2017.

Page 91: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

76

dampak positif. Dampak positif yang diperoleh antara lain seruncing apapun friksi

yang terjadi di dalam partai tidak akan membuat PD mengalami perpecahan seperti

yang dialami Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan

(PPP). Sebab, nasib PD pada akhirnya ditentukan oleh SBY. Partai Golkar seperti

diketahui bersama pasca Musyawarah Nasional (Munas) Tahun 2014, mengalami

fragmentasi antara Kubu Aburizal Bakrie dengan Kubu Agung Laksono. Keduanya

sama-sama mengadakan Munas dan mengklaim Munas yang dilaksanakan oleh

masing-masing mereka adalah yang sah. Konflik internal Partai Golkar bergulir

selama kurang lebih 1,5 tahun hingga akhirnya pada April 2016 Partai Golkar

mengadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Munaslub ini

menetapkan Setya Novanto sebagai ketua umum terpilih. Konflik internal Partai

Golkar terjadi dikarenakan tidak berjalannya manajemen konflik dan tidak ada lagi

veto player dalam partai ini sejak memutuskan untuk menjadi partai politik pada

tahun 1998 (karena sebelumnya Golkar enggan disebut sebagai partai politik). Partai

ini berusaha untuk menjadi partai yang mandiri dan demokratis tanpa adanya

intervensi dari pihak manapun.30

PPP telah mengalami fragmentasi lebih dulu, yaitu saat menjelang pemilihan

presiden tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendapat terkait penetapan

arus koalisi antara Suryadharma Ali (ketua umum) yang kemudian digantikan oleh

Djan Faridz dengan M. Romahurmuziy (sekretaris jenderal). Kedua faksi ini sama-

30

Ibnu Ahmad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik (Jakarta: Granit, 2004), 99.

Page 92: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

77

sama mengadakan muktamar dan mengklaim bahwa hasil dari muktamar yang

masing-masing mereka laksanakan adalah hasil yang sah, karena sesuai dengan

konstitusi partai yang berlaku. Fragmentasi yang dialami PPP selama tahun 2014-

2017 merupakan yang terparah dalam sejarahnya. Fragmentasi berkepanjangan ini

menurut Firman Noor disebabkan oleh kepemimpinan yang lemah, ikatan ideologi

yang lemah, serta faktor eksternal lainnya seperti pemerintah dan mitra koalisi yang

berkepentingan.31

Berbeda dengan Partai Golkar dan PPP, PD yang masih bergantung

kepada figur SBY dimungkinkan tidak akan mengalami hal serupa, namun hal ini

tetap akan memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan PD, sebab akan

menghambat upaya pelembagaan dan pemodernan partai.

Ketergantungan PD terhadap figur SBY dianggap oleh beberapa kader sebagai

hal yang tidak sehat. Ketergantungan ini menyebabkan PD tidak mandiri dalam

menjalankan organisasinya. Kondisi tersebut akan menghambat proses transformasi

PD untuk menjadi partai yang modern.32 Maka, demi mencapai cita-cita tersebut Anas

Urbaningrum bersama kader-kader lainnya yang memiliki kesamaan visi bergabung

dan kemudian mencalonkan Anas sebagai ketua umum dalam Kongres II Partai

Demokrat Tahun 2010 di Bandung. Sekelompok kader ini dapat dikategorikan

sebagai faksi, yaitu kelompok atau pengelompokan dalam partai yang didasari oleh

31

Firman Noor, “Leadership and Ideological Bond: PPP and Internal Fragmentation in

Indonesia,” Studia Islamika 23 (2016): 61-63. 32

Wawancara dengan Anas Urbaningrum.

Page 93: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

78

persamaan identitas dan persamaan tujuan para anggotanya sebagai suatu blok yang

berbeda di dalam partai untuk meraih tujuan secara kolektif.33

1. Penyebab Kemunculan Faksi Anas Urbaningrum

Kemunculan Faksi Anas apabila kita merujuk pada teori yang diungkapkan

Raphael Zariski seperti dikutip oleh Frank P. Belloni dan Dennis C. Beller

disebabkan oleh nilai bersama (shared values), strategi bersama (shared strategies),

dan loyalitas pribadi (personal loyalties) terhadap Anas Urbaningrum.34

Nilai bersama (shared values). Nilai yang dibawa oleh Anas Urbaningrum yaitu

“institusionalisasi Partai Demokrat untuk mentransformasikan figur dan ketokohan

SBY menjadi kekuatan yang tercermin di dalam sistem internal”.35

Nilai ini yang

kemudian membuat Faksi Anas saat itu menjadi besar. Kekuatan inti dan tulang

punggung yang memperkuat Faksi Anas menurut banyak kalangan adalah gerbong

HMI dan mantan aktivis 1998.36

Nilai ini disebarkan dengan cara menyambangi jaringan partai di seantero

negeri. Terlebih pada periode kepengurusan 2005-2010 Anas didaulat menjadi Ketua

Divisi Otonomi Politik dan Daerah DPP Partai Demokrat. Anas menuturkan kepada

penulis bahwa Anas selalu disertakan dalam berbagai kunjungan yang dilakukan oleh

Ketua Umum Hadi Utomo. Keikutsertaan Anas dalam setiap agenda ketua umum

33

Kim Eric Bettcher, “Factions of Interest in Japan and Italy: The Organizational and

Motivational Dimensions of Factionalism,” Party Politics 11 (2005): 340. 34

Frank P. Belloni dan Dennis C. Beller, ed., Faction Politics: Political Parties and

Factionalism in Comparative Perspective (Santa Barbara: ABC Clio Press, 1978), 10. 35

Wawancara dengan Anas Urbaningrum. 36

Machmudi, “Faksi-faksi Partai Demokrat”.

Page 94: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

79

baik di dalam maupun luar negeri dikarenakan Anas merupakan orang kepercayaan

Hadi Utomo untuk menulis atau mempersiapkan naskah pidato sang ketua umum.

Bahkan menurut Anas, alasan tersebut yang membuatnya mendapatkan permintaan

dari SBY untuk bergabung dalam Partai Demokrat.37

Karena hal inilah kemudian

Anas dikenal oleh seluruh pengurus partai di tingkat daerah. Selain itu, popularitas

Anas sebagai mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa (PB

HMI) yang juga memiliki jaringan di seantero negeri semakin memperkuat

jaringannya.

Strategi bersama (shared strategies). Strategi merupakan tahap lanjutan setelah

merumuskan tujuan. Strategi adalah perencanaan untuk mensukseskan tujuan.

Strategi Faksi Anas untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan yaitu dengan cara

mencalonkan Anas sebagai ketua umum Partai Demokrat Periode 2010-2015. Proses

pencalonan Anas untuk menjadi ketua umum diwarnai dengan kegaduhan di tataran

elite partai. Langkah Anas untuk maju sebagai ketua umum selalu dihambat oleh

SBY. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menghambat Anas seperti yang

diungkapkan oleh Ma’mun Murod Al-Barbasy di antaranya tiga hari menjelang

keberangkatan Anas ke lokasi kongres, Anas dipanggil oleh SBY ke Wisma Negara.

SBY saat itu meminta Anas untuk mundur sebagi calon ketua umum dan

menjanjikannya jabatan sekretaris jenderal dengan catatan Anas mendukung total

pencalonan Andi Mallarangeng. Akan tetapi Anas dengan santun menolak

permintaan tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, SBY meminta bantuan para

37

Wawancara dengan Anas Urbaningrum.

Page 95: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

80

menteri untuk merayu Anas agar mundur dari pencalonannya. Menteri-menteri itu di

antaranya Djoko Suyanto, Syarifuddin Hasan, Jero Wacik, E.E. Mangindaan, dan

Sudi Silalahi.38

Selain upaya-upaya penghambatan yang dilakukan secara langsung oleh SBY

kepada Anas, klaim kandidat lain terkait masalah dukungan Keluarga Cikeas juga

dinilai sebagai upaya untuk menghambat langkah Anas. Klaim dukungan Keluarga

Cikeas menurut para pendukung Anas merupakan tragedi yang dikhawatirkan akan

membunuh persemaian demokrasi kepartaian khususnya Partai Demokrat. Hal ini

disampaikan oleh Sahabat Anas Urbaningrum (SAU) melalui surat terbuka kepada

SBY di Hotel Sultan Jakarta.39

Surat terbuka yang dibuat oleh Sahabat Anas Urbaningrum setidaknya

menunjukkan kepada publik bahwa kelompok ini geram dengan perilaku SBY dan

para pengikutnya, meskipun unek-unek ini disampaikan dengan bahasa yang sangat

santun. Selain itu, kelompok ini juga sekaligus menyuarakan pendapat dan

harapannya agar SBY bisa lebih serius dalam menjalankan komitmennya untuk

mentransformasikan Partai Demokrat menjadi partai yang modern.

Upaya penghambatan terhadap Anas yang hendak maju sebagai kandidat calon

ketua umum Partai Demokrat Periode 2010-2015 ternyata gagal. Anas tetap maju

menjadi calon ketua umum dalam Kongres II Partai Demokrat di Bandung. Telah

dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Kongres II Partai Demokrat di Bandung

38

Ma’mun Murod Al-Barbasy, Anas Urbaningrum dalam Sorotan Status Facebook Tumbal

Politik Cikeas (Jakarta: Pijar Ilmu, 2013), 35-36. 39

Dapat dilihat di lampiran.

Page 96: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

81

dilaksanakan sebanyak dua kali putaran. Pada putaran pertama, Andi Mallarangeng

tersingkir dengan hanya meraih 82 suara, Marzuki Alie meraih 209 suara, sementara

Anas unggul dengan memperoleh 236 suara. Pada putaran kedua, Anas berhasil

mengungguli Marzuki Alie dengan meraih 280 suara (53 persen) dan Marzuki Alie

hanya memperoleh 248 suara (48 persen).40

Anas sempat memberikan orasi di hadapan ketua Dewan Pimpinan Daerah

(DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sebelum pemilihan berlangsung di arena

kongres. Isi orasi tersebut cukup mempertegas perbedaan antara Faksi Anas dengan

kelompok lainnya. Isi orasi Anas dapat dilihat di bawah ini:41

“Hari ini kita sudah melewati satu etape yang penting. Kongres sudah melampaui

tahapan di mana kita diajarkan memilih pemungutan suara secara demokratis. Itulah

yang akan menjadi landasan agar tahapan-tahapan selanjutnya juga dijalankan dengan

prinsip-prinsip demokrasi. Etape tadi menggambarkan bahwa aspirasi kita, jalan

pikiran kita, visi kita mendapatkan sambutan, mendapatkan respons, mendapatkan

penerimaan yang jauh lebih besar dari aspirasi yang lain. Karena itu kesempatan kita

bersama untuk mengukir sejarah bagi masa depan Partai Demokrat makin terbuka. Ini

sejarah kita, ini cita-cita kita, ini visi kolektif kita, inilah yang secara bersama-sama

kita perjuangkan dengan sungguh-sungguh di dalam kongres kedua Partai Demokrat.

Karena itu saya mengajak kita semua. Mari kita lanjutkan perjuangan kita pada etape-

etape selanjutnya. Sehingga betul-betul kongres kedua di Bandung ini akan menjadi

sejarah yang terbaik bagi perjalanan Partai Demokrat. Waktu-waktu ke depan ini, jam-

jam ke depan ini adalah saat-saat yang menentukan. Kita tidak punya spirit untuk

menjegal yang lain tetapi kita juga tidak ingin dijegal oleh yang lain. Kita jauhkan

semangat jegal-menjegal. Kita hormati kandidat yang lain sebagai saudara kita tapi kita

juga meminta kandidat yang lain juga menghormati eksistensi kita. Saya berpesan

dengan sungguh-sungguh pada saudara-saudaraku sekalian, sahabat sahabat agar spirit

yang tadi saya sebutkan kita laksanakan sungguh-sungguh di dalam forum, di dalam

etape, di dalam tahapan-tahapan selanjutnya. Jangan kita menjegal yang lain tapi kita

tidak boleh dijegal oleh yang lain. Kita antisipasi dengan baik, kita antisipasi dengan

sungguh-sungguh sehingga kompetisi kongres ini betul-betul kompetisi yang fair,

kompetisi yang tertib dan demokratis dan hasilnya insya Allah jika kongres berjalan

40

Al-Barbasy, Anas Urbaningrum, 23. 41

Press Talk TV, “Orasi Anas Urbaningrum menjelang Pemilihan di Hadapan Ketua DPD dan

DPC PD,” 22 Mei 2010 [video]; tersedia di https://www.youtube.com/watch?v=0x5m-2kqvFw&t=14s;

Internet; diunduh pada 24 Oktober 2017.

Page 97: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

82

free and fair yakinlah kitalah yang akan ditakdirkan untuk. Sekali lagi mari kita

lanjutkan perjuangan. Waktunya sudah tiba, saatnya telah tiba bagi kita untuk

membuktian pada sejarah Partai Demokrat dan sejarah politik di republik ini bahwa

kita bisa mewujudkan cita-cita terbaik bagi masa depan Partai Demokrat.”

Berdasarkan isi orasi Anas, terlihat jelas perbedaan antara Faksi Anas dengan

kelompok lainnya. Faksi Anas ingin pemilihan ketua umum berjalan secara

demokratis yaitu dengan pemilihan langsung sementara kelompok lainnya

menginginkan mekanisme lain yang tidak demokratis. Upaya penghambatan terhadap

Anas tetap dilakukan ketika kongres berlangsung. Akan tetapi, Faksi Anas akhirnya

berhasil memenangkan kontestasi. Tahapan ini menjadi keberhasilan pertama strategi

Faksi Anas untuk mewujudkan Partai Demokrat sesuai dengan kepentingannya yaitu

menjadi partai yang modern.

Loyalitas personal (personal loyalties). Anas Urbaningrum dikenal sebagai

seorang organisatoris yang handal. Pengalaman selama 9 tahun di HMI telah

menempa Anas menjadi pribadi yang matang. Hal ini terbukti dari hasil survei yang

dirilis oleh CIRUS Surveyors Group dalam sebuah media cetak online. Survei ini

dilakukan menjelang Kongres II Partai Demokrat terkait kepemimpinan 3 kandidat

calon ketua umum Partai Demokrat. Survei tersebut menunjukkan bahwa dari 11

dimensi kualifikasi karakter kepemimpinan yang ditanyakan kepada 150 opinion

leader di 15 provinsi, Anas unggul pada 10 dimensi kecuali pada dimensi

penampilan. Anas unggul dalam dimensi visioner, intelektualitas, jiwa

kepemimpinan, gaya kepemimpinan demokratis, keterampilan politik, keterampilan

komunikasi politik, stabilitas emosi, religiusitas, nasionalisme, dan dimensi integritas

Page 98: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

83

moral.42

Memiliki modal yang demikian besar, tentu bukan hal yang sulit bagi Anas

untuk membangun loyalitas para kader terhadap dirinya.

Loyalis Anas berasal dari berbagai latar belakang, terutama aktivis-aktivis

tahun 1998. Seperti telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa loyalis Anas

yang juga termasuk tulang punggung dalam kepengurusan Anas Urbaningrum di

Partai Demokrat adalah alumni-alumni HMI. Loyalis-loyalis Anas yang sangat

terlihat di permukaan di antaranya I Gede Pasek Suardika, Ma’mun Murod Al-

Barbasy, dan Saan Mustofa. Ketiga loyalis ini diketahui memiliki sikap yang cukup

keras, karena loyalitasnya terhadap Anas sangat tinggi. Ketiga loyalis ini juga

akhirnya memutuskan untuk keluar dari Partai Demokrat setelah Anas ditetapkan

sebagai tersangka, meskipun tidak bersamaan. Diketahui Saan Mustofa yang terakhir

keluar dari Partai Demokrat, padahal Saan ketika itu sedang menjabat sebagai Wakil

Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Periode 2015-2020. Sikap ketiga loyalis ini

merupakan bukti dari tingginya loyalitas personal yang dimiliki kader Partai

Demokrat terhadap Anas Urbaningrum.

2. Tipologi Faksi Anas Urbaningrum

Faksionalisasi yang terjadi dalam Partai Demokrat sejak Kongres II di Bandung

merupakan tantangan terbuka bagi manajemen partai. Apabila tidak dikelola dengan

baik, maka faksionalisasi ini akan merusak partai politk. Apalagi faksionalisasi yang

sering terjadi dalam partai politik di Indonesia umumnya terjadi karena perebutan

42

Ruslan Burhani, ed., “Survei: Anas Urbaningrum Paling Miliki Jiwa Kepemimpinan,” Antara

News, 9 Mei 2010 [berita on-line]; tersedia di https://www.antaranews.com/; Internet; diakses pada 30

November 2017.

Page 99: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

84

akses terhadap patronase bukan kebijakan, tidak terkecuali dalam kasus Partai

Demokrat.43

Loyalitas yang dibangun dalam setiap diri kader bukan loyalitas

terhadap partai melainkan loyalitas personal. Sehingga, faksionalisasi ini jelas akan

menghambat usaha pemodernan partai. Lebih jauh lagi, Partai Demokrat akan

mengalami kegamangan dalam penstrukturan adaptif. Penstrukturan adaptif menurut

Anthony Giddens seperti yang dikutip oleh Gun Gun Heryanto adalah:44

“Bagaimana institusi sosial seperti organisasi diproduksi, direproduksi, dan

ditransformasikan melalui penggunaan aturan-aturan yang akan berfungsi sebagai

perilaku para anggotanya. Dengan demikian, struktur diciptakan dan dipertahankan

sekaligus juga dapat diubah dengan mengadaptasi atau menciptakan aturan baru.”

Bentuk Faksi Anas apabila kita merujuk pada teori Belloni dan Beller dapat

dikategorikan sebagai personal or client-group factions.45

Faksi jenis ini merupakan

faksi yang terbentuk melalui pola patron-klien. Faksi tipe ini dipengaruhi oleh faktor

kepemimpinan individu, yaitu persaingan antara tokoh-tokoh berpengaruh dari suatu

partai yang mempunyai konstituen jelas. Loyalitas personal yang menjadi penyebab

kemunculan Faksi Anas juga menjadi salah satu alasan dari penggolongan faksi ini.

Faksi ini sudah terkonsolidasi dan Anas tampil sebagai orang yang mempunyai modal

untuk menjadi patron. Jabatan Anas sebagai ketua umum partai merupakan modal

besar untuk menjadi patron dalam faksi.46

43

Ulla Fiona dan Dirk Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia: The Effect of Historical

Legacies and Institutional Engineering,” ISEAS Yusof Ishak Institute (2017): 6. 44

Gun Gun Heryanto, “Diskrepansi Pelembagaan Parpol,” Koran SINDO, 26 Maret 2015

[artikel on-line]; tersedia di https://nasional.sindonews.com/; Internet; diakses pada 9 agustus 2017. 45

Belloni dan Beller, Faction Politics, 424-427. 46

Arya Budi, “Diaspora Faksi Demokrat,” Koran Tempo, 20 Desember 2012 [artikel on-line];

tersedia di http://koran.tempo.co/; Internet; diakses pada 9 September 2017.

Page 100: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

85

Modal yang dimiliki Anas tentu dimanfaatkannya dengan baik. Anas

melakukan rekrutmen untuk memperluas dan memperkuat faksinya. Rekrutmen yang

dilakukan yaitu dengan menjaring kader-kader muda dan kader-kader baru potensial,

baik untuk diposisikan sebagai pengurus DPP, DPD maupun DPC. Sehingga, Faksi

Anas tidak hanya berada pada tingkat pusat melainkan hingga ke tingkat daerah.

Kader-kader yang direkrut oleh Anas umumnya merupakan alumni-alumni kelompok

Cipayung dan aktivis pergerakan lain.47

Tercatat aktivis-aktivis muda seperti Ulil

Abshar Abdalla dan Chatibul Umam Wiranu yang mewakili kalangan muda NU,

Ferry Juliantono (Ketua Dewan Tani), Bambang Wirayoso (Ketua Umum Serikat

Pekerja Nasional (SPN)), Karel (Sekretaris Umum SPN). Aktivis-aktivis HMI juga

tidak luput dari perekrutan Anas bahkan gerbong HMI yang menjadi kekuatan inti

dari Faksi Anas.48

Rekrutmen yang dilakukan Anas menimbulkan rasa tidak nyaman pada kader-

kader lama. Hal ini semakin memperketat persaingan antara Faksi Anas dengan Faksi

SBY. Persaingan ini terasa begitu ketat karena dua faksi yang bersaing ini sama-sama

kuat. Anas karena menjadi pengelola partai seperti telah dijelaskan sebelumnya tentu

memegang akses penuh terhadap urusan rekrutmen anggota. Sehingga

memudahkannya untuk memperluas faksi yang dibangun. Sementara SBY memegang

3 jabatan tertinggi dalam PD yaitu sebagai Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan

Kehormatan, dan Ketua Majelis Tinggi. Ketiga jabatan yang dipegang oleh SBY

47

Wawancara dengan Anas Urbaningrum. 48

Machmudi, “Faksi-faksi Demokrat”.

Page 101: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

86

secara hierarkis memiliki posisi yang lebih tinggi daripada ketua umum partai.

Otoritas SBY pun dilegitimasi dalam aturan-aturan partai seperti Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga. Selain itu, posisi SBY sebagai Presiden Republik

Indonesia selama dua kali berturut-turut semakin memperkuat posisinya. Persaingan

antara dua kekuatan besar ini akhirnya menimbulkan tumbukan hebat yang

mengakibatkan satu faksi harus tersingkir, yaitu Faksi Anas. Kejatuhan Anas inilah

kemudian disebut oleh Fiona dan Tomsa sebagai bukti dari kuatnya persaingan

patronase.49

3. Fungsi Faksi Anas Urbaningrum

Faksi oleh Friedrich seperti dikutip Kollner dan Basedau disebut sebagai

fenomena yang cenderung dianggap sebagai patologi politik.50

Hal ini mencerminkan

bahwa para pemimpin partai menganggap keberadaan faksi merupakan tantangan

terbuka bagi manajemen partai. Keberadaan faksi memang pada kondisi tertentu

dapat melemahkan kohesi partai. Namun, tidak selamanya faksi bersikap demikian

sebab nyatanya menurut Giovanni Sartori faksi memiliki fungsi.

Sartori seperti yang dikutip oleh Kollner dan Basedau membedakan fungsi faksi

menjadi dua, yaitu fungsi yang didasarkan pada kepentingan dan fungsi yang

didasarkan pada prinsip atau ideologi.51

Koheren dengan penjelasan pada sub-bab

sebelumnya, Faksi Anas yang dikategorikan sebagai faksi personal or client-group

secara otomatis menggolongkannya sebagai faksi kepentingan. Kepentingan tidak

49

Fiona dan Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia”, 14. 50

Kollner dan Basedau, “Factionalism in Political Parties”, 9. 51

Kollner dan Basedau, “Factionalism in Political Parties”, 12.

Page 102: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

87

selalu bermakna negatif. Dalam konteks ini, kepentingan dapat juga diartikan sebagai

pragmatisme yang secara sederhana dapat disebut sebagai tindakan yang dilakukan

untuk menyelesaikan suatu permasalahan.52

Senada dengan hal ini Firman Noor

menjelaskan:53

“Faksi Anas ya faksi kepentingan. Tapi jangan kepentingan itu ditafsirkan negatif terus

ya. Kepentingan itu adalah kepentingan yang sama juga dengan pragmatis.

Pragmatism itu tidak selamanya negatif. Pragmatism itu kan gampangnya adalah

ketika ada persoalan carikan solusinya. Dia engga cari referensi ideologi dulu. Jadi

engga gimana pembahasan ideologinya, engga. Itu kelamaan. Jadi, ada masalah taken.

Ada masalah langsung selesai, itu pragmatis. Jadi dia berpikir sesuai dengan kebutuhan

yang ada. Jadi dia lebih fleksibel. Meskipun ideologi dia, kalo dia punya itu tidak

menjawab tapi dia doesn’t matter. Itu kan positif. Kembali lagi ke Partai Demokrat.

Apakah itu ideologi? Bukan. Karena memang kebanyakan partai kita tidak punya

ideologi. Ideologi tuh hanya tempelan aja. Tapi ada kepentingan. Kepentingan itu tidak

selalu negatif. Kepentingan Faksi Anas nih apa? Ya itu ingin melepaskan Partai

Demokrat dari bayang-bayang SBY. Entah kemudian dari kepentingan itu muncul

keuntungan-keuntungan material, finansial atau keuntungan politik dengan power yaitu

by effect, by product. Tapi alasan mereka berkumpul, menyatukan diri, melakukan

perlawanan saya duga bukan kepentingan uang tapi memang kepentingan untuk yang

pertama, membuat partai menjadi modern. Kedua, membuat partai ini lebih fair lebih

sesuai aturan dalam memutuskan kebijakan-kebijakan yang penting.”

Pendapat yang disampaikan oleh Firman Noor sama dengan pernyataan Anas

Urbaningrum kepada penulis. Anas seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab

sebelumnya bercita-cita untuk mewujudkan Partai Demokrat yang terlembaga dan

modern. Cita-cita ini merupakan kepentingan yang dibawa oleh Anas dan

kelompoknya. Maka, pembentukan sebuah faksi menjadi salah satu cara untuk

mengartikulasikan kepentingan tersebut.

52

Mohammad Najib Abdullah, “Pragmatisme: Sebuah Tinjauan Sejarah Intelektual Amerika,”

e-USU Repository, 2004 [paper on-line]; tersedia di http://library.usu.ac.id/; diunduh pada 11

Desember 2017. 53

Wawancara dengan Firman Noor.

Page 103: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

88

Fungsi sebagai faksi kepentingan menurut Fiona dan Tomsa tidak hanya terjadi

pada partai-partai era reformasi seperti Partai Demokrat. Secara keseluruhan, pola

dominan faksi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga telah dibentuk sebagai

faksi kepentingan, meskipun jejak faksi yang berdasarkan pada perdebatan ideologis

maupun isu-isu programatik masih dapat ditemukan pada beberapa partai inti (partai

yang lahir sebelum pemilu 1999). Faksi kepentingan ini terutama terlihat pada partai-

partai yang lebih baru dan sangat personalistik seperti Partai Demokrat tadi.

Dinamika faksi di dalam partai-partai personalistik ini berubah secara eksklusif

menjadi wadah bagi akses terhadap sumber-sumber patronase yang didistribusikan

oleh pemimpin dominan.54

4. Bentuk Dinamika Faksionalisme dalam Partai Demokrat

Faksionalisme dalam suatu partai politik menurut Francoise Boucek akan

mengalami dinamika dalam perjalanannya. Faksi dapat bersifat kooperatif ketika

partai politik menyediakan struktur kerjasama bagi faksi-faksi yang ada di dalam

partai. Faksionalisme jenis ini memungkinkan terjadinya konsensus dalam partai

sehingga keberadaannya akan memberikan dampak positif bagi partai itu sendiri.

Faksi kemudian dapat berubah menjadi faksi yang kompetitif. Kondisi ini terjadi

apabila faksi yang ada menunjukkan fragmentasi dan perpecahan dalam partai.

Fragmentasi dan perpecahan ini memberikan akibat seperti sulitnya pengambilan

keputusan dalam partai karena faksi-faksi yang ada menunjukkan adanya persaingan.

Kondisi paling buruk dari dinamika faksionalisme yaitu degeneratif. Dikatakan

54

Fiona dan Tomsa, “Parties and Factions in Indonesia”, 7.

Page 104: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

89

degeneratif apabila politisi yang berada dalam satu faksi bertindak saling

menghancurkan.55

Dinamika faksi dalam Partai Demokrat khususnya pasca keterpilihan Anas

Urbaningrum sebagai ketua umum mengarah pada dinamika faksi yang degeneratif.

Merebaknya kasus M. Nazaruddin (Nazar) ke permukaan semakin memperparah

situasi internal partai dan benar-benar menunjukkan bahwa dinamika faksi mencapai

derajat terlemah yaitu sebagai faksi yang degeneratif. Elite-elite Partai Demokrat

ketika itu menunjukkan kegaduhan politik yang luar biasa khususnya terkait

permasalahan Nazar. Masing-masing faksi memiliki sikap yang berbeda terhadap

kasus tersebut. Friksi di kalangan elite begitu runcing, ada elite yang langsung

memerintahkan agar Nazar dicopot dari jabatannya tanpa menggunakan asas praduga

tak bersalah yang umumnya diterapkan pada kasus sebelumnya, ada juga elite yang

menginginkan agar Nazar tidak dicopot dari jabatannya dan menyuruhnya untuk

mengundurkan diri, bahkan ada elite yang meneriakkan isu Kongres Luar Biasa

(KLB).56

Perbedaan sikap yang terjadi terkait masalah tersebut dilatarbelakangi oleh

perbedaan faksi. Nazar diketahui merupakan salah satu tim pemenangan Anas saat

kongres sehingga masalah ini sangat tepat jika diolah untuk delegitimasi

kepemimpinan Anas. Anas sebagai “orang dekat” Nazar tentu ingin menyelamatkan

Nazar dengan menolak perintah SBY selaku Ketua Dewan Kehormatan ketika itu

55

Francoise Boucek, “Rethinking Factionalism: Typologies, Intra-Party Dynamics and Three

Faces of Factionalism,” Party Politics 15 (2009): 469-478. 56

Muhtadi, “Faksionalisasi Demokrat”.

Page 105: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

90

yang ingin langsung mencopotnya dari jabatan bendahara umum. Anas lebih

menghendaki Nazar mengundurkan diri dan hal tersebut telah disampaikan kepada

Nazar, bahkan Nazar telah menyetujuinya.57

Namun, ketika rapat bersama SBY

membahas masalah tersebut Nazar mengatakan tidak bersedia mengundurkan diri

dari jabatannya. SBY akhirnya memutuskan memberhentikan Nazar dari jabatan

bendahara umum. Pasca penetapan keputusan ini Nazar yang merupakan “orang

dekat” Anas justru berbalik menyerang Anas. Nazar aktif menyerang elite-elite Partai

Demokrat dari tempat persembunyiannya. Bukan hanya Anas yang menjadi korban,

elite-elite lain seperti Angelina Sondakh (salah satu tim pemenangan Anas saat

kongres) dan Andi Mallarangeng tidak luput dari serangan Nazar.

Dinamika degeneratif lebih nyata terlihat ketika kedua faksi besar ini yaitu

Faksi Anas dan Faksi SBY sama-sama menggunakan jabatannya untuk saling

menjatuhkan. Arya Budi menyebut ini sebagai pertarungan antara dua bilik faksi

yaitu bilik struktural yang dipegang oleh Anas sebagai ketua umum dan bilik kultural

yang menjadi pemegang mandat publik sebagai sumber legitimasi paling kuat baik di

internal maupun eksternal partai. Bilik kultural ini dipegang oleh SBY.58

Kedua bilik ini sama-sama memiliki fungsi penting dalam partai. Bilik

struktural bertugas mengatur atau mengurus administrasi partai sehari-hari. Bilik

struktural juga mempunyai otoritas dalam pelaksanaaan rekrutmen politik dan

keputusan-keputusan organisasional lainnya. Sementara bilik kultural menjalankan

57

Wawancara dengan Anas Urbaningrum. 58

Arya Budi, “Diaspora Faksi Demokrat”.

Page 106: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

91

fungsinya sebagai determinan dari keputusan-keputusan strategis partai. Kedua bilik

ini dimungkinkan saling mengebiri. Pengebirian yang dilakukan oleh bilik kultural

terlihat pada aturan-aturan yang termaktub dalam AD dan ART partai yang

memberikan ¾ otoritas kepemimpinan kepada SBY di antaranya Ketua Dewan

Pembina, Ketua Dewan Kehormatan, dan Ketua Majelis Tinggi. Besarnya otoritas

yang dipegang oleh SBY yang kemudian digunakan untuk menjatuhkan Anas yaitu

dengan membuat Pakta Integritas Partai Demokrat yang digagas oleh SBY selaku

Ketua Majelis Tinggi dengan alasan sebagai usaha penyelamatan organisasi.

Mengapa hal ini dikatakan sebagai cara SBY untuk menjatuhkan Anas? Karena Pakta

Integritas ini baru dibuat setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Isi

dari Pakta Integritas tersebut jelas sangat sulit untuk dipenuhi Anas.59

Akhirnya Anas

pun memutuskan untuk berhenti dari keanggotaan Partai Demokrat.

Tidak berhenti pada Anas, SBY kembali menggunakan otoritasnya secara sadar

untuk memberhentikan kader-kader partai yang memiliki hubungan dekat dengan

Anas atau dapat pula dikatakan loyalis Anas. Hal ini bisa juga disebut sebagai upaya

bersih-bersih yang dilakukan oleh SBY. Bersih-bersih atau pembersihan partai

menurut Kenneth Janda seperti dikutip oleh Boucek merupakan hasil reaksi para

pemimpin partai terhadap mobilisasi perbedaan pendapat internal. Janda juga

menjadikan pembersihan (purges) sebagai salah satu variabel dari faksionalisme.60

Berbanding lurus dengan bilik kultural, bilik struktural juga memiliki potensi untuk

59

Wawancara dengan Firman Noor. 60

Boucek, “Rethinking Factionalism”, 464.

Page 107: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

92

mengebiri bilik kultural melalui keputusan-keputusan organisasionalnya. Hal-hal

yang telah dijabarkan menjadi bukti bahwa dinamika faksi internal Partai Demokrat

yang terjadi selama kurun waktu 2011-2013 merupakan dinamika faksi degeneratif

yang dapat menjerumuskan partai pada kehancuran.

Page 108: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus dalam Partai Demokrat (PD) menunjukkan bahwa tidak terlembaganya

partai politik memberikan pengaruh terhadap kemunculan faksi intra-partai. Karakter

Partai Demokrat sebagai partai personalistik mengakibatkan lemahnya pelembagaan

partai. Indikator yang dapat menunjukkan lemahnya pelembagaan tersebut salah

satunya adalah kesisteman yang tidak berjalan semestinya. SBY sebagai pemimpin

dominan dalam PD memiliki posisi di atas aturan main. Posisi SBY yang demikian

mengakibatkan pengambilan keputusan internal partai bersifat subjektif. Keputusan

subjektif artinya keputusan yang juga berada di atas aturan main, melanggar aturan

main, atau melampaui aturan main. Kekuasaan personal pemimpin ini akhirnya

membuat sebagian kalangan yang kurang sepakat dengan hal tersebut melakukan

perlawanan.

Perlawanan ini termanifestasi dalam Faksi Anas Urbaningrum. Keberadaan

Faksi Anas sebenarnya tidak berpotensi untuk menghancurkan partai, sebab faksi ini

memiliki semangat kelembagaan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan gagasan

Anas yang disebut sebagai institusionalisasi Partai Demokrat untuk

mentransformasikan figur dan ketokohan SBY menjadi kekuatan yang tercermin di

dalam sistem internal. Hal ini bertujuan agar ketika SBY sudah dalam posisi tut wuri

handayani, kader penggantinya sudah ada meskipun tidak sebanding. Namun, karena

Page 109: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

94

SBY merasa terancam dengan movement yang dilakukan oleh Anas dan para

loyalisnya, maka keberadaan Faksi Anas dianggap sebagai sebuah patologi politik

yang harus disembuhkan atau dihentikan.

Kemunculan Faksi Anas disebabkan oleh 3 hal yaitu adanya shared values,

shared strategies, dan personal loyalties. Faksi Anas dapat dikategorikan sebagai

personal or client-group factions, yaitu faksi yang dipengaruhi faktor kepemimpinan

individu. Jabatan eksekutif tertinggi dalam Partai Demokrat yang dimilikinya

merupakan modal besar bagi Anas untuk menjadi seorang patron dalam faksi.

Faksi Anas berfungsi sebagai faksi kepentingan, karena faksi ini dibentuk untuk

mengartikulasikan kepentingan Anas yaitu menghilangkan ketergantungan Partai

Demokrat terhadap figur SBY dan mentransformasikan Partai Demokrat menjadi

partai yang modern. Faksionalisasi internal Partai Demokrat yang terjadi setelah Anas

menjabat sebagai ketua umum atau lebih tepatnya setelah kasus Wisma Atlet SEA

Games dan P3SON Hambalang terungkap, menampilkan dinamika faksi yang

degeneratif yaitu faksi yang saling menghantam dan menghancurkan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak hal penting lainnya yang harus

dieksplorasi, namun karena keterbatasan penulis maka hal tersebut tidak bisa dicakup

dalam penelitian ini. Studi tentang pelembagaan partai politik dan faksi intra-partai

menarik untuk dikaji mengingat fenomena ini kerap kali terjadi dalam partai politik di

Indonesia. Fenomena-fenomena yang terjadi setelah Anas Urbaningrum menyatakan

Page 110: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

95

berhenti dari Partai Demokrat juga merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji

seperti situasi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat dan fenomena aklamasi

dalam Kongres IV Partai Demokrat.

Peneliti bisa menjadikan partai politik lain sebagai objek penelitian, baik

menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini atau variabel yang berbeda.

Penelitian mengenai kemunculan faksi intra-partai juga akan lebih menarik jika

dilakukan dengan melakukan komparasi terhadap dua atau lebih partai politik.

Komparasi dapat dilakukan terhadap partai-partai politik lainnya baik pada tingkat

pusat maupun daerah.

Page 111: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Ahmad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Granit, 2004.

Al-Barbasy, Ma’mun Murod. Anas Urbaningrum dalam Sorotan Status Facebook

Tumbal Politik Cikeas. Jakarta: Pijar Ilmu, 2013.

Arifianto, Haiqal dan Sulaiman, ed. Basic Training Panduan untuk Kader Himpunan

Mahasiswa Islam. Ciputat: T.pn., 2015.

Aspinall, Edward dan Greg Feali, ed. Soeharto’s New Order and It’s Legacy: Essays

in Honour of Harold Crouch. Canberra: The Australian National University E-

Press, 2010.

Belloni, Frank P. dan Dennis C. Beller, ed. Faction Politics: Political Parties and

Factionalism in Comparative Perspective. Santa Barbara: ABC Clio Press,

1978.

Bettcher, Kim Eric. “Factions of Interest in Japan and Italy: The Organizational and

Motivational Dimensions of Factionalism.” Party Politics 11 (2005): 339-358.

Boucek, Francoise. “Rethinking Factionalism: Typologies, Intra-party Dynamics and

Three Face of Factionalism.” Party Politics 15 (2009): 455-485.

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008.

Chambers, Paul W. dan Aurel Croissant. “Monopolizing, Mutualizing, or Muddling

Through: Factions and Party Management in Contemporary Thailand.” Journal

of Current Southeast Asian Affairs 29 (2010): 3-33.

Djalal, Dino Patti. Harus Bisa: Seni Memimpin ala SBY, Catatan Harian Dr. Dino

Patti Djalal. Jakarta: Red & White Publishing, 2008.

Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press, 2008.

Febriana, Efantino. SBY Dikritik dan Dicintai. Yogyakarta: Biopustaka, 2009.

Page 112: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xvi

Fiona, Ulla dan Dirk Tomsa. “Parties and Factions in Indonesia: The Effect of

Historical Legacies and Institutional Engineering.” ISEAS Yusof Ishak Institute

(2017): 1-26.

Ghunter, Richard dan Larry Diamond. “Species of Political Parties A New

Typology.” Party Politics 9 (2003): 167-199.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2009.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika, 2010.

Hisyam, Usamah. SBY Sang Demokrat. Jakarta: Dharmapena, 2004.

Huntington, Samuel. P. Tertib Politik di dalam Masyarakat yang sedang Berubah.

Jakarta: CV. Rajawali, 1983.

Kollner, Patrick dan Matthias Basedau. “Factionalism in Political Parties: An

Analytical Framework for Comparative Studies.” Working Papers and Area

Studies, German Overseas Institute/Deutsches Ubersee Institut 12 (2005): 1-26.

Kompaspedia. Partai Politik Indonesia 1999-2019 Konsentrasi dan Dekonsentrasi

Kuasa. Jakara: Kompas Media Nusantara, 2016.

Lesmana, Tjipta. Dari Soekarno sampai SBY: Intrik dan Lobi Politik Para Penguasa.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2009.

Levitt, Barry dan Tatiana Kostadinova. “Toward a Theory of Personalist Parties:

Concept Formation and Theory Building.” Politics and Policy 42 (2014): 490-

512.

Levitt, Barry dan Tatiana Kostadinova. “Personalist Parties in The Third Wave

Democratization: A Comparative Analysis of Peru and Bulgaria.” Politics &

Policy 42 (2014): 513-547.

Noor, Firman. “Evaluasi Kondisi Kepartaian 14 Tahun Reformasi dalam Perspektif

Pelembagaan Sistem Kepartaian.” Jurnal Masyarakat Indonesia 38 (2012):

221-247.

Noor, Firman. “Leadership and Ideological Bond: PPP and Internal Fragmentation in

Indonesia.” Studia Islamika 23 (2016): 61-103.

Nugroho, Wisnu. Pak Beye dan Politiknya. Jakarta: Penerbit Kompas, 2010.

Page 113: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xvii

Ombara, Yahya. Presiden Flamboyan SBY yang Saya Kenal. Jakarta: Eswi

Foundation, 2007.

Randall, Vicky dan Lars Svasand. “Institutionalization in New Democracies.” Party

Politics 8 (2002): 5-29.

Romli, Lili. “Masalah Kelembagaan Partai Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru.”

Jurnal Penelitian Politik 5 (2008): 21-30.

Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006.

Sarosa, Samiadji. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: PT. Indeks, 2010.

Scherlis, Gerardo. “The Countours of Party Patronage in Argentina.” Latin American

Research Review 48 (2013): 63-84.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo, 2010.

Yuda, Hanta. “Potret Institusionalisasi Partai Politik Indonesia.” The Indonesian

Institute, 2009.

Yudhoyono, Susilo Bambang. Selalu Ada Pilihan: untuk Pencinta Demokrasi dan

Para Pemimpin Indonesia Mendatang. Jakarta: Penerbit Kompas, 2014.

Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Despianti, Iryani. “Dekrit Presiden Abdurrahman Wahid 23 Juli 2001.” Skripsi S1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2012.

Hamzah, Imron. “Pola Komunikasi Politik Partai Demokrat dalam Pemenangan

Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Rembang Tahun 2010.” Skripsi S1

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010.

Jumari. “Peran Elit dan Basis Sosial Partai Demokrat dalam Pemilukada Kota Depok

Tahun 2010.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia, 2012.

Noor, Firman. “Institutionalising Islamic Political Parties in Indonesia: A Study of

Internal Fragmentation and Cohesion in the Post-Soeharto Era (1998-2008).”

Disertasi S3 Arab and Islamic Studies, University of Exeter Inggris, 2012.

Page 114: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xviii

Tarwin. “Analisis Kaderisasi Kepemimpinan Organisasi Partai (Studi Kasus Partai

Demokrat Tahun 2010).” Tesis S2 Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia,

2010.

Wafa, Ali. “Dinamika Konflik Partai Demokrat Periode 2010-2015 Terhadap

Pelaksanaan Recall Anggota DPR RI (Studi atas Recall Gede Pasek Suardika).”

Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Wawancara

Wawancara dengan Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat 2010-2013).

Bandung, 9 November 2017.

Wawancara dengan Firman Noor, Ph.D. (Peneliti pada Pusat Penelitian Politik (P2P)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)). Jakarta, 22 November 2017.

Media Cetak

Ambardi, Dodi. “Korupsi, Faksionalisme, dan Prospek Elektoral Demokrat.” Tempo,

5 Juni 2011, 38-39.

Muhtadi, Burhanuddin. “Faksionalisasi Demokrat.” Harian Seputar Indonesia, 10

Juni 2011.

Dokumen Elektronik

______. “Anas Urbaningrum,” Viva, ______ [artikel on-line]; tersedia di

www.viva.co.id/; Internet; diakses pada 7 Agustus 2017.

______.”KPK Tetapkan Nazaruddin Tersangka,” Kompas, 30 Juni 2011 [berita on-

line]; tersedia di http://nasional.kompas.com/; Internet; diakses pada 10 Juli

2017.

______.”Muhammad Nazaruddin Tiba di Jakarta,” BBC News Indonesia, 13 Agustus

2011 [berita on-line]; tersedia di http://www.bbc.com/indonesia/; Internet;

diakses pada 6 Agustus 2017.

______.”Nazaruddin Ditangkap di Kolombia,” Kompas, 8 Agustus 2011 [berita on-

line]; tersedia di http://nasional.kompas.com/; Internet; diakses pada 2 Agustus

2017.

Page 115: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xix

______.”Rakornas Hasilkan 10 Komitmen Sentul,” Kompas, 24 Juli 2011 [berita on-

line]; tersedia di http://nasional.kompas.com/; Internet; diakses pada 2 Agustus

2017.

Abdullah, Mohammad. “Pragmatisme: Sebuah Tinjauan Sejarah Intelektual

Amerika,” e-USU Repository, 2004 [paper on-line]; tersedia di

http://library.usu.ac.id/; diakses pada 11 Desember 2017.

Abdurrahman, Fira dan Yudi Wibowo. “Kubu Vence Rumangkang dan Subur

Budhisantoso Berdamai,” Liputan 6, 7 Februari 2005 [berita on-line]; tersedia

di http://news.liputan6.com/; Internet; diakses pada 20 November 2017.

Asy dan Nrl. ”Pemberian Uang Nazaruddin ke Sekjen MK Suap atau Gratifiksi,”

Detik News, 20 Mei 2011 [berita on-line]; tersedia di https://news.detik.com/;

Internet; diakses pada 3 Juli 2017.

Budi, Arya. “Diaspora Faksi Demokrat,” Koran Tempo, 20 Desember 2012 [artikel

on-line]; tersedia di http://koran.tempo.co/; Internet; diakses 9 September 2017.

Burhani, Ruslan ed. “Survei: Anas Urbaningrum Paling Miliki Jiwa Kepemimpinan,”

Antara News, 9 Mei 2010 [berita on-line]; tersedia di

https://www.antaranews.com/; Internet; diakses pada 30 November 2017.

Gultom, Aldi. “Sah, Demokrat Pecat Nazaruddin,” Rmol, 23 Mei 2011 [berita on-

line]; tersedia di http://www.rmol.co/; Internet; diakses pada 3 Juli 2017.

Heryanto, Gun Gun. “Diskrepansi Pelembagaan Parpol,” Koran SINDO, 26 Maret

2015 [artikel on-line]; tersedia di https://nasional.sindonews.com/; Internet;

diakses pada 9 agustus 2017.

Komisi Pemilihan Umum. “Modul Pemilih Pemula I,” tersedia di http://kpu.go.id/;

diunduh pada 13 Juli 2017.

Kumoro, Bawono. “SBY, Demokrat, dan Institusionalisasi Partai,” Media Indonesia,

15 Mei 2015 [artikel on-line]; tersedia di htpps://mediaindonesia.com/; Internet;

diakses pada 24 November 2017.

Lanzone, Maria Elisabetta dan Dwayne Woods. “Party Personalization: A

Comparative Analysis of A Traditional Political Party, the Democratic Party,

with An Insurgent Populist Party,” PSA Annual International Conference, 30

Maret 2015 [paper on-line]; tersedia di ; Internet; diunduh pada 30 November

2017.

Page 116: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xx

Machmudi, Yon. “Faksi-faksi Partai Demokrat Paska Kongres,” Publikasi

Universitas Indonesia, Juli 2010 [artikel online]; tersedia di

staff.ui.ac.id/system/files/users/machmudi/publication/faksidemokrat.doc;

Internet; diunduh pada 24 November 2017.

MAK, “Hadi Utomo Terpilih sebagai Ketua Partai Demokrat,” Liputan 6, 23 Mei

2005 [berita on-line]; tersedia di http://news.liputan6.com/; Internet; diakses

pada 18 Oktober 2017.

MT. “Anas Agendakan Pelembagaan SBY di Demokrat,” Viva News, 24 Mei 2010

[berita on-line]; tersedia di http://www.viva.co.id/; Internet; diakses pada 24

November 2017.

Muhammad, Djibril. ”Nazaruddin Ditangkap Saat Lagi Nongkrong di Pasar Loak

Kolombia,” Republika, 8 Agustus 2011 [berita on-line]; tersedia di

http://nasional.republika.co.id/; Internet; diakses pada 18 Juli 2017.

Pambudi, Didik. “Sepuluh Butir Pakta Integritas Kader Partai Demokrat,” Laman

Resmi Partai Demokrat, 11 Februari 2013 [berita on-line]; tersedia di

www.demokrat.or.id/; Internet; diakses pada 27 November 2017.

Surbakti, Ramlan. “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”, Harian Kompas, 6 Januari

2003 [artikel on-line]; tersedia di http://unisosdem.org; Internet; diakses pada

13 Juli 2017.

Suryanto, ed. ”KPK Rekonstruksi Kasus Suap Sesmenpora,” Antara News, 17 Juni

2011 [berita on-line]; tersedia di https://www.antaranews.com/; Internet;

diakses pada 2 Juli 2017.

Talk TV, Press. “Orasi Anas Urbaningrum menjelang Pemilihan di Hadapan Ketua

DPD dan DPC PD,” ______, 22 Mei 2010 [video]; tersedia di

https://www.youtube.com/watch?v=0x5m-2kqvFw&t=14s; Internet; diunduh

pada 24 Oktober 2017.

Thiebault, Jean Louis. “The Influenced of Personalised Party Leaders Exercised

Directly on The People or Indirectly Through The Party,” ______, 5 September

2011 [paper on-line]; tersedia di https://americo.usal.es; Internet; diunduh pada

1 Desember 2017.

Dokumen Lainnya

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat Hasil

Kongres Ke-II Tahun 2010.

Page 117: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xxi

Lampiran 1

SURAT TERBUKA

Kepada Yang Terhormat

Bapak Kami, Susilo Bambang Yudhoyono

Di Jakarta

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sejahtera, semoga Bapak senantiasa dikaruniai kesehatan, rahmat dan berkah

dalam menjalani aktivitas sehari-hari, amin.

Bapak kami yang baik,

Lima tahun lalu, ketika Bapak muncul dalam pentas utama politik nasional, kami

menyaksikan antusiasme dan harapan rakyat yang sangat besar ditujukan kepada

Bapak. Antusiasme dan harapan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dan

negeri ini ikut menjadi lebih baik pula. Melalui partai yang Bapak dirikan, dan

terutama melalui figur Bapak sendiri, rakyat menitipkan hati dan suaranya.

Fakta membuktikan bahwa antusiasme dan harapan itu tidaklah salah. Selama lima

tahun pertama masa pengabdian Bapak sebagai Presiden Republik Indonesia, negeri

ini mampu meraih kembali kestabilannya. Bukan hanya stabil, tetapi juga demokratis,

dua hal yang menjadi bagian pokok demokratisasi. Berkat dari kestabilan itu

pembangunan nasional mampu berjalan dengan baik, angka kemiskinan melorot,

standar dan taraf hidup meningkat, korupsi dibasmi, Indonesia kembali menjadi

negara yang nyaman untuk ditinggali. Dan kemudian Bapak dipercaya kembali oleh

rakyat dalam Pemilu tahun lalu, bahkan dengan dukungan yang berlipat ganda.

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan keadaan, kami menganggap Bapak sebagai salah

satu pemimpin nasional yang senantiasa akan diingat, kebanggaan kami sebagai anak

negeri, tauladan bagi generasi mendatang.

Bapak yang kami banggakan,

Partai yang Bapak dirikan telah menjadi kekuatan baru yang sangat diperhitungkan di

kancah politik nasional. Belum berusia 10 tahun namun mencatat prestasi yang

langka dalam dinamika pemilu di negeri ini. Sebagian besar dari keberhasilan itu

tidak lepas dari peran, pengaruh, dan figur Bapak.

Sebagai seorang patriot berjiwa nasionalis-religius, kami yakin Bapak sangat

menginginkan Partai Demokrat berkembang lebih baik, menjadi partai tengah yang

modern, demokratis, stabil, efektif, dan berorientasi kepada kemaslahatan seluruh

rakyat Indonesia. Kami juga meyakini Bapak mencitakan partai ini mampu

melampaui berbagai rintangan dan mengarungi segala zaman.

Sebagaimana amanah yang Bapak sampaikan beberapa waktu lalu, kesemua hal itu

hanya bisa tercapai bila organisasi kepartaian mampu bekerja efektif untuk

Page 118: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xxii

mengemban tugas-tugas masa depan, mewujudkan partai dengan manajemen yang

modern.

Bapak kami tercinta,

Kongres II Partai Demokrat yang akan dilaksanakan 21-23 Mei 2010 secara formil

adalah forum tertinggi yang membahas 4 agenda besar partai, yaitu pemilihan

kepemimpinan dan kepengurusan partai 2010-2015, penetapan struktur organisasi

partai yang baru, penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,

serta penetapan garis-garis besar kebijakan strategi, dan rencana aksi partai selama

lima tahun mendatang. Dalam tinjauan substantif, Kongres II adalah alat untuk

mengukur dan mengevaluasi perkembangan partai secara menyeluruh.

Usaha-usaha untuk mencapai tujuan Kongres, dalam dimensi formil maupun

substansial, dapat dilaksanakan jika seluruh komponen internal partai

mengedepankan kepentingan partai di atas kepentingan sendiri, keluarga, dan

kelompok, hati yang bersih, sikap adil kepada orang lain dan jujur kepada diri sendiri,

demokratis luar dan dalam.

Sebagai fitur utama Partai Demokrat, seluruh mata dan hati kader Partai Demokrat

saat ini sedang tertuju kepada Bapak. Setiap kecenderungan, perkataan, dan

kecondongan yang Bapak lakukan dapat menjadi beribu tafsir bagi jutaan kader Partai

Demokrat di seluruh Indonesia.

Hal ini pasti menempatkan Bapak pada keadaan yang rumit. Di satu sisi Bapak pasti

mengharapkan kader-kader partai menjadi individu-individu yang matang terbuka,

independen, dan jernih. Tetapi di sisi lain para kader masih mengharapkan

bimbingan, arahan, dan petunjuk Bapak.

Bapak Yang Terhormat,

Kami mengenal Bapak sebagai pribadi yang santun, demokratis, rendah hati, adil,

inspiratif, ikhlas, dan karena itulah rakyat mencintai Bapak. Bapak bukanlah figur

yang suka menonjolkan diri dan keluarga, mengagung-agungkan prestasi sendiri dan

menjelekkan orang lain, dan karena itulah rakyat menaruh harapan kepada Bapak.

Saat ini, kami sebagai bagian dari publik menyaksikan berbagai bibit-bibit tidak sehat

terjadi di seputar Kongres II Partai Demokrat, terutama menyangkut kompetisi di

antara kandidat Ketua Umum Partai Demokrat.

Hemat kami, telah mulai terjadi praktek-praktek kompetisi tidak sehat yang justru

mencederai ajaran demokrasi sebagaimana yang Bapak kembangkan dan semaikan di

negeri ini. Adanya klaim sebagai kandidat tentang dukungan keluarga cikeas dengan

memainkan simbol-simbol cikeas untuk menekan arus bawah dan aspirasi pemilik

suara (DPC), sungguh hemat kami merupakan tragedi politik bagi demokrasi

kepartaian kita. Pengarahan dengan mengatasnamakan Bapak yang dilakukan secara

sistemik dan represif kami khawatirkan justru membunuh persemaian demokrasi

kepartaian kita bersama. Selain itu, langkah-langkah sesaat demikian, sejatinya justru

merupakan pengkhianatan terhadap ajaran politik Bapak yang diikuti rakyat.

Page 119: PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI INTRA-PARTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40928/1... · PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DAN FAKSI ... DAFTAR ISI . ABSTRAK

xxiii

Bapak adalah pembaca sejarah yang baik, sehingga kami yakin Bapak sangat

memahami bagaimana riwayat orang-orang besar di negeri ini berakhir dengan

kehancuran di tangan para penjilat dan pencari muka. Bagaimana niat baik dan cita-

cita seorang pemimpin dibelokkan untuk kepentingan sempit segolongan orang yang

mengaku pengikut setia.

Bapak Demokrat kami,

Hemat kami, sebuah partai tengah yang modern, jangkar demokrasi Indonesia, dan

bervisi jauh ke depan sebagaimana yang Bapak citakan, dengan kader-kader yang

matang dan handal, sulit diwujudkan manakala yang dikembangkan adalah kultur

politik simbolisme, bapakisme, restu-restu, aklamasi, dan sejenisnya.

Kami berpandangan, upaya mentransformasikan cita-cita dan spirit Bapak menjadi

jiwa dan roh Partai Demokrat yang modern akan sulit terealisasikan manakala

seorang calon ketua umum hanya sibuk menjual nama Bapak sebagai modal

politiknya. Kami sepenuhnya yakin, sikap demikian jauh dari sikap negarawan

Bapak.

Bapak kami semua,

Kami hanyalah sekelompok para sahabat Anas Urbaningrum dari lintas generasi,

lintas golongan, lintas gender, lintas daerah, lintas profesi, yang melihat sahabat kami

Anas Urbaningrum, orang baik yang kami kenal selama ini, figur muda potensial

yang kami lihat paling merepresentasikan visi dan cita-cita Bapak.

Kami berharap semua fitnah dan praduga yang dikembangkan para pencari muka

terhadap Bapak terbantahkan oleh kebijaksanaan Bapak yang kami kenal selama ini.

Bapak melihat, kami melihat, dan seluruh rakyat Indonesia juga sedang melihat

bagaimana perjalanan menuju Kongres II Partai Demokrat ini.

Surat terbuka ini adalah bagian dari rasa sayang kami kepada Bapak, Partai

Demokrat, dan Bangsa Indonesia.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 13 Mei 2010

Sahabat Anas Urbaningrum