LK 1. Penyusunan RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ...
1. RPP Kayu
-
Upload
gina-nurhasanah -
Category
Documents
-
view
405 -
download
37
description
Transcript of 1. RPP Kayu
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 2 GARUT
BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI
Jl. Suherman No.90 Kotak Pos 103, Telp./Fax.(0262) 233141 Garut
E-mail : [email protected]
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMK
Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan
Kelas/Semeter : X/II
Aloksai Waktu : 28 x 45 menit
Pertemuan ke : 3 & 4
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perlaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
mintanya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan spesifikasi dan karakteristik kayu untuk konstruksi bangunan
4.1 Mengelola spesifikasi dan karakteristik kayu untuk konstruksi bangunan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Memahami spesifikasi dan jenis kayu yang digunakan pada konstruksi suatu
bangunan
b. Mengetahui spesifikasi dan jenis kayu yang digunakan pada konstruksi suatu
bangunan
c. Memahami sifat dan karakteristik kayu
d. Mengelola spesifikasi dan karakteristik kayu untuk digunakan untuk konstruksi
bangunan
D. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat mengetahui dan memahami sifat dan karakteristik kayu
b. Siswa dapat mengetahui dan memahami kuat tekan kayu
c. Siswa dapat mengetahui dan memahami kuat tarik kayu
d. Siswa dapat mengetahui dan memahami keawetan kayu
e. Siswa dapat mengetahui cara pemeriksaan visual terhadap kayu
E. Materi Pembelajaran
1. Sifat dan karakteristik kayu
Sifat-sifat Kayu:
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan
dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa
(karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat)
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial)
Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan
suhu udara disekelilingnya
Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama
dalam keadaan kering
Sifat Fisik Kayu:
Berat dan Berat Jenis
Berat jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air.
Berat jenis disebut juga kerapatan relative (Tsoumis, 1991). Menurut Simpson,
berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi
anomali air (4,40C) dimana kerapatan air pada kondisi tersebut besarnya adalah 1
g/m3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon, tempat
tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu
merupakan salah satu sifat fisis kayu yang yang penting sehubungan dengan
penggunaannya.
Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu mencerminkan berat kayunya.
Klasifikasinya diantaranya:
- Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3
- Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36-0,56
- Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56
Kadar Air Kayu
Kayu bersifat higroskopis, artinya mempunyai sifat menyerap air bila kayu
yang kering ditempatkan ditempat yang basah, dan sebaliknya. Makin lembab
udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama
dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content). Jumlah uap air bergantung pada kadar
kelembaban udara disekitarnya. Untuk kelembaban tertentu jumlah air yang
dikandung kayu disebut kadar kesetimbangan. Pada kelembaban udara 0% kadar
kesetimbangan air kayu kurang lebih berkisar 0% juga. Sedangkan pada kadar
kelembaban udara 100%, kadar kesetimbangan air kayu hanya berkisar 30%.
Keadaan tersebut dikenal dengan istilah titik jenuh serat.
Air didalam kayu dapat dibedakan dalam 2 keadaan:
- Sebagai air bebas (free water) : air ini terdapat didalam rongga sel kayu,
adanya air bebas ini sangat mempengaruhi bobot isi dari kayu
- Sebagai air imbisisi (imbided water) : air ini terdapat dalam dinding sel
kayu, dan air ini tentunya sangat mempengaruhi sifat daripada kayu,
menguapnya air ambisisi mengakibatnya pengurangan berat dan
pengurangan volume
Warna
Tekstur
Arah Serat
Kesan dan Raba
Bau dan Rasa
Nilai Dekoratif
Higroskopis
Sifat Kayu terhadap Suara
Daya Hantar Panas
Daya Hantar Listrik
Sifat Mekanik Kayu:
Keteguhan Tarik
Kekuatan atau Keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah untuk menahan gaya-
gaya yang berusaha menarik kayu itu.Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih
kecil dari pada kekuatan tarik sejajar arah serat. Keteguhan tarik ini mempunyai
hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan (Dumanauw,2001).
Keteguhan Tekan
Keteguhan tekan suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan jika kayu itu dipergunakan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini dibadakan
dua macam tekan, yaitu tekan tegak lurus arah serat dan yekan sejajar arah serat.
Keteguhan tekan tegak lurus serat menentukan ketahanankayu terhadap beban.
Ketegukan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan
geser. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada semua kayu lebih kecil
dibandingkan keteguhan sejajar arah serat. (Dumanauw,2001)
Keteguhan Geser
Menurut Dumanauw (2001), keteguhan geser adalah ukuran kekuatan kayu
dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu
tersebut bergeser kebagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan tiga
macam keteguhan yaitu, keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegak
lurus serat, dan keteguhan geser miring. Keteguhan geser tegak lurus arah serat
jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.
Kekuatan Kayu Terhadap Geser
Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuataan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukiran-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah
dibelah sepanjang jari-jari (arah radial daripada arah tangensial.
Kekerasan
Kekerasan merupakan ukuran kekerasan kayu untuk menahan kikisan pada
permukaannya, sifat kekerasan ini dipengaruhi oleh kerapatan kayu, keuletan
kayu,ukuran serat, daya ikat antar serat Nilai yang di dapaat dari hasil pengujian
merupakanuji pembanding, yaitu besar gaya yang dibutuhkaan untuk memasukan
bola baaja berdiameter 0.444 inchi pada kedalamaan 0.22 inchi.
Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang
berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam
pembuataan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat
baik untuk pembuatan ukiran-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah
dibelah sepanjang jari-jari (arah radial daripada arah tangensial.
2. Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Kayu
Hasil penelitian PKKI 1961 & SKSNI, M.25 – 1991 – 03 dan SKSNI M.27 – 1991 –
03 menyebutkan :
Kuat Tekan Kayu Sejajar Arah Serat
Hasil pengujian kuat tekan sejajar arah serat dari SKSNI M.27 – 1991 – 03 disajikan
pada Tabel 4. Untuk jenis kayu Meranti Merah mempunyai kuat tekan: dsσ // =
191,284 Mpa = 112,8 kg/cm2 Sedangkan pada PKKI 1991 (Tabel 6) untuk jenis kayu
Meranti Merah, klas kuat II – IV mempunyai kuat desak :
B.J kering udara : min = 0,29 g/cm2
max = 1,09 g/cm2
rata-rata= 0,55 g/cm2
Kuat Tarik Kayu Sejajar Arah Serat Hasil pengujian kuat tarik sejajar arah
serat pada SKSNI M.25 – 1991 – 03 (Tabel 5), untuk jenis kayu kamfer
mempunyai kuat tarik :
trσ // = 128,1
Mpa = 1280 kg/cm2
Sedangkan berdasarkan Suwarno, 1978, kayu kamfer diperoleh data kayu
kamfer kelas kuat : I – II mempunyai berat jenis kering udara 07 – 0,9
g/cm3
Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika
menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus
serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu
umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan
ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu.
Kuat Tekan dan Tarik Pada Kayu
3. Keawetan kayu
Keawetan kayu alami adalah suatu ketahanan kayu terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang sesuai bagi organisme yang bersangkutan. Keawetan alami kayu diperoleh melalui ujicoba sehingga diperoleh pembagian kelas awet kayu. Dalam dunia perkayuan dikenal ada 5 (lima) pembagian kelas awet kayu, diantaranya:
Kelas awet kayu I memiliki jenis seperti kayu jati, ulin, sawo kecik, merbau, tanjung, sonokeling, johar, bangkirai, behan, resak, dan ipil serta mencapai 25 tahun.
Kelas awet kayu II memiliki jenis seperti kayu weru, kapur, bungur, cemara gunung, rengas, rasamala, merawan, lesi, walikukun, dan sonokembang serta umur pemakaiannya mencapai 15-25 tahun.
Kelas awet kayu III memiliki jenis kayu ampupu, bakau, kempas, keruing, mahoni, matoa, merbatu, meranti merah, meranti putih, pinang, dan pulai serta mencapai umur 10-25 tahun.
Kelas awet kayu IV meliki jenis kayu yang kurang awet seperti agatis, baayur, durian, sengon, kemenyan, kenari, ketapang, perupuk, ramin, surian, dan benuang laki serta memiliki ketahanan 5-10 tahun.
Kelas awet kayu V tergolong kayu yang kurang kuat seperti jabon, jelutung, kapuk hutan, kemiri, kenanga, mangga hutan, dan marabung serta memiliki ketahanan 5 tahun.
Metode Pengawetan Kayu bertujuan untuk:
Mengetahui cara pengawetan kayu
Mengetahui proses pengawetan kayu
Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang keawetannya rendah
Prinsip prinsip metode pengawetan kayu
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan
sebanyak mungkin di dalam kayu.
Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan
(faktor bahan pengawetnya).
Faktor waktu yang digunakan.
Metode pengawetan yang digunakan.
Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat
ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya
Jenis Pengawetan Kayu
Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment)
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu
dalam waktu selama mungkin
Pengawetan metode sederhana
- Metode Perendaman
- Metode Pencelupan
- Metode Pemulasan
- Metode Pembalutan
4. Sambungan-sambungan Pada Konstruksi Kayu
Paku
- mempunyai efesiensi yang lebih besar
- memberi pelemahan yang lebih kecil yaitu kira-kira 10%, yang sering
kali diabaikan saja.
- Kekuatan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat-cacat kayu juga
kuran
- lebih kaku
- beban-beban pada penampang lebih merata
- untuk kayu yang tidak terlalu keras dan bila kayu yang harus disambung
- tidak terlalu tebal, maka tidak perlu dibor, sehingga dapat dikerjakan oleh
setengah tukang.
Ukuran dan Jenis Paku
Spesifikasi Ukuran Kayu
Bagian-bagian paku, terdiri dari:
- Ujung Paku
- Kepala Paku
- Pembenaman Paku
- Jarak Pemasangan Paku
Kuat Cabut Paku
Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam tegak lurus
terhadap serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut:
P = 54.12 G5/2 DL (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British: pound)
Dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
Kuat Lateral Paku
Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah
serat dapat didekati dengan rumus berikut:
P = K D2
Dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik jenis kayu
Sekrup
Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena
memiliki ulir maka memiliki kuat cabut yang lebih baik dari paku.
Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup kepala datar, sekerup
kepala oval dan sekerup kepala bundar. Dari tiga bentuk tersebut,
sekerup kepala datarlah yang paling banyak ada di pasaran. Sekerup
kepala oval dan bundar dipasang untuk maksud tampilan–selera. Bagian
utama sekerup terdiri dari kepala, bagian benam, bagian ulir dan inti ulir.
Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter benam. Sekerup dapat
dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi lapisan/coating nikel,
krom atau cadmium.
Ukuran Sekrup
Kuat Cabut Sekrup
Kuat cabut sekerup yang dipasang tegak lurus terhadap arah serat dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL (Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL (British unit: inch–pound)
Dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam (mm,in.)
Sekrup Lag
Sekerup lag, seperti sekerup namun memiliki ukuran yang lebih besar dan
berkepala segi delapan untuk engkol. Saat ini banyak dipakai karena
kemudahan pemasangan pada batang struktur kayu dibanding dengan
sambungan baut–mur. Umumnya sekerup lag ini berukuran diameter dari 5.1
– 25.4 mm (0.2 – 1.0 inch) dan panjang dari 25.4 – 406 mm.
Kuat Cabut Sekrup Lag
Kuat cabut sekerup lag dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L (Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L (British unit: inch–pound)
Dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat Lateral Sekrup Lag
P = c1 c2 K D2
Dimana: P= Beban lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
K= Koefisien yang tergantung karakteristik jenis kayu (lihat Tabel
8.4)
C1= Faktor pengali akibat ketebalan batang apit tersambung
C2= Faktor pengali akibat pembenamam sekrup lag
Koefisien Sekrup Lag
Sambungan Gigi
Syarat-syarat dalam PKKI untuk sambungan gigi adalah sebagai berikut:
- Pada sambungan gigi, gesekan antara kayu dengan kayu didalam
perhitungan harus dibatalkan. Untuk sambungan gigi tunggal dalamnya
gigi tidak q boleh melebihi sesuatu batas, yaitu:
- Untuk sambungan dengan gigi rangkap dalamnya gigi kedua harus
memenuhi syarat seperti pada sambungan gigi tunggal. Kecuali itu harus
pula tm2 - tm1 ≥ 1 cm. Panjang lm harus dihitung . Untuk pehitungan
sambungan gigi masih perlu ditambah penjelasan sebagai berikut :
Sambungan Baut
Di pasaran terdapat berbagai macam baut dengan dimater dan
panjang sesuai kebutuhan kayu. Untuk pemasangan harus menggunakan plat
ring (washer) agar saat baut di kencangkan, tak merusak kayu.
Model-model Baut
Tegangan-tengan dalam arah sambu-ngan maupun pada penampang baut
dianggap rata dalam perhitungan. Sesungguhnya pembagian tegangan-tegangan
itu seperti pada gambar
Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu,
yaitu golongan-golongan I, II dan III. Agar sambungan dapat memberi hasil
kekuatan yang sebaik-baiknya (uitgenut), hendaknya diambil dari angka-angka
yang tertera di bawah ini
Golongan I :
Sambungan bertampang satu :
b = 4,8
= 50 db1 (1 – 0,6 sin ) atau
= 240 d2 (1 – 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua :
b = 3,8
= 125 db3 (1 – 0,6 sin ) atau
= 250 db1 (1 – 0,6 sin ) atau
= 480 d2 (1 – 0.35 sin )
Golongan II :
Sambungan bertampang satu :
b = 5,4• = 40 db1 (1 – 0,6 sin ) atau• = 215 d2 (1 – 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua :
b = 4,3• = 100 db3 (1 – 0,6 sin ) atau• = 200 db1 (1 – 0,6 sin ) atau• = 430 d2 (1 – 0,35 sin )
Golongan III :
Sambungan bertampang satu :
b = 6,8 • = 25 db1 (1 – 0,6 sin ) atau • = 170 d2 (1 – 0,35 sin )
Sambungan bertampang dua :
b = 5,7 • = 60 db3 (1 – 0,6 sin ) atau • = 120 db1 (1 – 0,6 sin ) atau • = 340 d2 (1 – 0,35 sin )
F. Alokasi Waktu
28 x 45 menit
G. Strategi/Metode/Pendekatan Pembelajaran
Metode Ceramah
Metode Diskusi
H. Kegiatan Pembelajaran
NO Kegiatan PembelajaranAlokasi
Waktu
Metode
Pembelajaran
Media
Pembelajaran
1.
Kegiatan Awal
1. Kegiatan berdoa sebelum
mengawali pembelajaran
dan memberi motivasi
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan
mengenai kompetensi
dasar, indikator, tujuan
pembelajaran dan materi
ajar kepada siswa
4. Guru membahas dan
menyampaikan materi
yang akan diberikan pada
siswa
30 menit - -
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai
materi yang sudah
disampaikan sebelumnya
2. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mengingat materi yang
135
menit
Ceramah dan
Diskusi
Power Point
sudah dijelaskan
sebelumnya
Elaborasi
1. Guru memberi penjelasan
mengenai jenis dan
spesifikasi kayu untuk
suatu konstruksi bangunan
2. Guru menjelaskan
mengenai sifat dan
karakteristik kayu
3. Guru memberi penjelasan
mengenai jenis-jenis
sambungan kayu
Konfirmasi
1. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai
materi yang belum
dipahami terhadap materi
yang telah dsampaikan
2. Guru memberikan
penjelasan kembali kepada
siswa mengenai materi
yang telah disampaikan
3. Guru memberikan tugas
latihan
3. Kegiatan Akhir
1. Guru mengevaluasi dan
memberikan kesimpulan
mengenai materi yang
sudah disampaikan
2. Guru memberikan tugas
mengenai materi yang
30 menit ceramah -
sudah dijelaskan
3. Guru menutup
pembelajaran dengan
berdoa
I. Sumber/Media Pembelajaran
Sumber : Ilmu Bangunan Gedung, Seri praktis A oleh Drs. IK. Supribadi.
Ilmu Bahan Bangunan 2, Depdikbud 1979.
Ilmu Konstruksi bangunan kayu, oleh Heinz Frick dan Moediartianto
Media : Papan Tulis, Power Point
J. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Memahami spesifikasi dan jenis
kayu yang digunakan pada
konstruksi suatu bangunan
Penilaian Observasi
Kinerja Catatan Harian
Lembaran Tugas
Harian
Memahami sifat dan karakteristik
kayu
Penilaian Observasi
Kinerja Catatan Harian
Lembaran Tugas
Harian
Memahami sambungan-sambungan
untuk konstruksi kayu
Penilaian Observasi
Kinerja Catatan Harian
Penilaian Observasi
Kinerja Mencari Contoh
Gambar Dari Berbagai
Sumber
Lembaran Tugas
Harian
Mengelola spesifikasi dan
karakteristik kayu untuk digunakan
untuk konstruksi bangunan
Penilaian Observasi
Kinerja Catatan Harian
Penilaian Observasi
Kinerja Mencari
Gambar Dari Berbagai
Sumber
Lembaran Tugas
Harian dan Tes Tulis
K. Soal dan Kunci Jawaban
No Butir Soal Kunci Jawaban Skor
Lampiran 1
Lembar Pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran :
Kelas/Semeter :
Tahun Ajaran :
Waktu Pengamatan :
No. Nama SiswaPemahaman Kedisiplinan Kerapihan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3
4
5
Dst
Keterangan:
1 : Kurang
2 : Sedang
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Lampiran 2
Lembar Pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN PERKEMBANGAN AKHLAK DAN KEPRIBADIAN
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Tahun Ajaran :
Waktu Pengamatan :
Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah kerja keras dan tanggung jawab.
Indikator perkembangan karakter kreatif, komunikatif, dan kerja keras
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
No. Nama Siswa
Kreatif Komunikatif Kerja keras
BTM
TMB MK BT
M
TMB MK BT
M
TMB MK
1.
2.
3
4
5
6
No. Nama Siswa
Kreatif Komunikatif Kerja keras
BTM
TMB MK BT
M
TMB MK BT
M
TMB MK
7
8
Dst.
Pedoman Penskoran
Aspek Skor
Siswa menjawab pernyataan benar dengan alasan benar 3
Siswa menjawab pernyataan benar tapi tidak didukung oleh
alasan benar
2
Siswa menjawab pernyataan salah 1
SKOR MAKSIMAL 6
Bandung, 11 Februari 2014
Guru Mata Pelajaran Konstruksi
BangunanKepala Sekolah SMKN 2 Garut