1 perlu penataan pembangunan infrastruktur PERATURAN ... · PDF filebahwa dengan semakin...
Transcript of 1 perlu penataan pembangunan infrastruktur PERATURAN ... · PDF filebahwa dengan semakin...
1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES
NOMOR 002 TAHUN 2014
TENTANG
PENATAAN, PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN
MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI
DI KABUPATEN BREBES
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BREBES,
Menimbang :a. bahwa dengan semakin berkembang dan
meningkatnya kegiatan usaha telekomunikasi
sejalan dengan berkembangnya kebutuhan
masyarakat terhadap penggunaan fasilitas
telekomunikasi di wilayah Kabupaten Brebes,
perlu penataan pembangunan infrastruktur
menara telekomunikasi;
b. bahwa untuk mencegah terjadinya
pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi yang tidak sesuai dengan
kaidah tata ruang, lingkungan dan estetika,
perlu dilakukan penataan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap
pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Penataan, Pembangunan, dan
Pengoperasian Menara Bersama
Telekomunikasi di Kabupaten Brebes;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah
2
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Tengah (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699);
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor : 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3817) ;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3881);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2004, Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Nomor 4437 ) sebagaimana telah
diubah dengan Undang – Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang
Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas
Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang
– Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik
3
Indonesia Nomor 4724);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3980);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000
tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3981);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten
/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3981);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2010 Nomor
8)
4
14. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 2
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Brebes (Lembaran Daerah
Kabupaten Brebes Tahun 2011 Nomor 2);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 3
Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Brebes Tahun
2011 Nomor 3);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
BREBES
dan
BUPATI BREBES
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN,
PEMBANGUNAN, DAN PENGOPERASIAN
MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI DI
KABUPATEN BREBES
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Brebes.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten
Brebes.
3. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Brebes.
4. Bupati adalah Bupati Brebes.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut
DPRD adalah DPRD Kabupaten Brebes.
6. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
adalah Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan
5
Informatika Kabupaten Brebes.
7. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika, yang
selanjutnya disebut Dinas, adalah dinas di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Brebes yang tugas pokok dan
fungsinya menyelenggarakan Pelayanan Bidang
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.
8. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman,
dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk
tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi
melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya.
9. Penyelenggara Telekomunikasi adalah perseorangan,
koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
negara, badan usaha swasta dan instansi pertahanan
keamanan negara.
10. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan
penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga
memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi.
11. Alat Telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang
digunakan dalam bertelekomunikasi.
12. Perangkat Telekomunikasi adalah sekelompok alat
telekomunikasi yang memungkinkan bertelekomunikasi.
13. Menara Bersama adalah menara telekomunikasi yang
digunakan secara bersama-sama oleh penyelenggara
telekomunikasi.
14. Menara Green Field adalah menara telekomunikasi yang
didirikan di atas tanah.
15. Menara Roof Top adalah menara telekomunikasi yang
didirikan di atas bangunan.
16. Menara Tunggal (Monopole Tower) adalah menara
telekomunikasi yang bangunannya berbentuk tunggal
tanpa adanya simpul-simpul rangka yang mengikat satu
sama lain.
17. Menara Mandiri (Self Supporting Tower) adalah menara
telekomunikasi yang memiliki pola batang yang disusun
dan disambung sehingga membentuk rangka yang berdiri
sendiri tanpa adanya sokongan lainnya.
18. Menara Kamuflase adalah menara telekomunikasi yang
6
desain dan bentuknya diselaraskan dengan lingkungan
dimana menara tersebut berada.
19. Menara Telekomunikasi, yang selanjutnya disebut menara,
adalah bangunan-bangunan untuk kepentingan umum
yang didirikan di atas tanah, atau bangunan yang
merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan
gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang
struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh
berbagai simpul atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul,
dimana fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan
sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat
telekomunikasi.
20. Penyedia Menara adalah perseorangan, koperasi, badan
usaha milik daerah, badan usaha milik negara atau badan
usaha swasta yang memiliki dan mengelola menara untuk
digunakan bersama oleh penyelenggara telekomunikasi.
21. Pengelola Menara adalah badan usaha yang mengelola
dan/atau mengoperasikan menara yang dimiliki oleh pihak
lain.
22. Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang perseorangan atau
badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa
konstruksi.
23. Jaringan Utama adalah bagian dari jaringan infrastruktur
telekomunikasi yang menghubungkan berbagai elemen
jaringan telekomunikasi yang dapat berfungsi sebagai
central trunk, Mobile Switching Center (MSC), Base Station
Controller (BSC)/ Radio Network Controller (RNC), dan
jaringan transmisi utama (backbone transmission).
24. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
25. Selubung Bangunan adalah bidang maya yang merupakan
batas terluar secara tiga dimensi yang membatasi besaran
maksimum bangunan menara yang diizinkan,
7
dimaksudkan agar bangunan menara berinteraksi dengan
lingkungannya untuk mewujudkan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan harmonisasi.
26. Lokasi Persebaran Menara, yang selanjutnya disebut Cell
Planning, adalah wilayah yang terdiri dari titik-titik zona
lokasi yang telah ditentukan untuk pembangunan menara
telekomunikasi bersama.
27. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik spesifik.
28. Zona Bebas Menara adalah zona tidak diperbolehkan
terdapat menara.
29. Zona Menara adalah zona diperbolehkan terdapat menara
sesuai kriteria teknis yang ditetapkan, termasuk menara
yang disyaratkan untuk bebas visual.
30. Zona Menara Eksisting adalah area dalam radius dua ratus
meter (200 m) dari titik koordinat pusat Cell Planning yang
berisikan menara eksisting.
31. Zona Menara Baru adalah area dalam radius dua ratus
meter (200 m) dari titik koordinat pusat Cell Planning yang
dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
menara bersama yang baru.
32. Titik Zona Menara adalah titik pusat jari-jari lingkaran
yang diidentifikasi dengan koordinat geografis (longitude,
lattitude) yang membentuk zona pola persebaran menara
bersama dalam sebuah radius yang ditentukan di dalam
peraturan ini.
33. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, yang
selanjutnya disebut KKOP, adalah wilayah daratan
dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar
udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan
dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
34. Base Transceiver Station, yang selanjutnya disebut BTS,
adalah perangkat stasiun pemancar dan penerima telepon
selular untuk melayani suatu wilayah cakupan (cell
coverage).
35. Micro Cell adalah subsistem BTS yang memiliki cakupan
layanan dengan area/radius yang lebih kecil digunakan
untuk mengkover area yang tidak terjangkau oleh BTS
8
utama atau bertujuan meningkatkan kapasitas dan
kualitas pada area yang padat trafiknya.
36. Serat Optik adalah sejenis media dengan karakteristik
khusus yang mampu menghantarkan data melalui
gelombang frekuensi dengan kapasitas yang sangat besar.
37. Rencana Tata Ruang Wilayah, yang selanjutnya disebut
RTRW, adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah kota
yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
38. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, yang
selanjutnya disebut RDTRKP, adalah penjabaran dari
rencana tata ruang wilayah kota ke dalam rencana
pemanfaatan kawasan perkotaan.
39. Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan, yang
selanjutnya disebut RTBL, adalah panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana
umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
40. Izin Mendirikan Bangunan Menara, yang selanjutnya
disebut IMB Menara, adalah izin mendirikan bangunan
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang dibidang
pelayanan perizinan kepada pemilik menara untuk
membangun atau mengubah menara sesuai dengan
persyaratan administrasi dan persyaratan teknis.
41. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
42. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat
usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi
tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan
gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang
9
telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
43. Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disebut SNI,
adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi
Nasional dan berlaku secara nasional.
44. Tim Teknis Pengawasan dan Pengendalian Menara, yang
selanjutnya disebut Tim Teknis, adalah tim yang dibentuk
oleh Bupati untuk melaksanakan pengkajian dan
memberikan pertimbangan secara teknis terhadap
pembangunan dan penggunaan menara.
45. Rekomendasi Dinas adalah surat pertimbangan yang
dikeluarkan oleh Dinas untuk digunakan sebagai dasar
penerbitan IMB Menara dan penyelenggaraan
Telekomunikasi.
46. Surat Keterangan Pengendalian Operasional Menara, yang
selanjutnya disebut SKPOM, adalah surat keterangan yang
diberikan oleh Dinas kepada orang pribadi atau badan
sebagai sarana pengawasan dan pengendalian operasional
bangunan menara dengan segala fasilitas sesuai
peruntukannya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan daerah ini mengatur hal-hal sebagai
berikut:
a. Penataan Menara;
b. Pembangunan Menara Bersama;
c. Penggunaan Menara Bersama;
d. Perizinan dan Rekomendasi Menara;
e. Zona bebas Menara;
f. Pemeliharaan dan perawatan Menara;
g. Pengawasan dan pengendalian Menara; dan
h. Keadaan Khusus.
10
BAB III
PENATAAN MENARA
Pasal 3
(1) Penataan dan pembangunan Menara wajib diarahkan
kepada pembangunan dan penggunaan Menara Bersama.
(2) Menara eksisting yang diprioritaskan untuk digunakan
sebagai Menara Bersama adalah Menara eksisting yang
lokasinya sesuai dengan RTRW, RDTRKP, RTBL, memiliki
IMB Menara, memiliki struktur Menara yang sesuai
dengan Menara Bersama dan memiliki Rekomendasi
Dinas.
(3) Menara eksisting sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditempati sekurang-kurangnya 2 (dua) Penyelenggara
Telekomunikasi.
Pasal 4
(1) Cell Planning meliputi Zona Menara Eksisting dan Zona
Menara Baru yang dituangkan dalam Titik Zona Menara.
(2) Cell Planning sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memperhatikan RTRW, RDTRKP, RTBL, standar kualitas
pelayanan telekomunikasi, keamanan, keselamatan,
estetika, serta kesinambungan usaha dan pertumbuhan
industri.
(3) Setiap Zona Menara Eksisting dan/atau Zona Menara
Baru sebanyak-banyaknya ditempati oleh 4 (empat)
Menara.
(4) Cell Planning sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB IV
PEMBANGUNAN MENARA BERSAMA
Pasal 5
(1) Pembangunan Menara Bersama wajib memperhatikan
RTRW, RDTRKP, RTBL, Cell Planning, keamanan,
ketertiban, lingkungan, estetika, dan kebutuhan
Telekomunikasi.
11
(2) Pembangunan Menara Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dibangun di atas permukaan tanah
maupun pada bagian Bangunan Gedung.
(3) Struktur bangunan Menara Bersama yang dibangun di
atas permukaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mampu menampung sekurang-kurangnya 3 (tiga)
Penyelenggara Telekomunikasi.
(4) Penyedia Menara saat membangun Menara Bersama pada
bagian Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib:
a. menghitung dan mempertimbangkan kemampuan
teknis bangunan;
b. memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengguna
Bangunan Gedung;
c. tidak melampaui ketinggian maksimum Selubung
Bangunan yang diizinkan;
d. memenuhi estetika bangunan dan kawasan.
Pasal 6
Pembangunan Menara Bersama diperbolehkan pada:
a. Zona Menara Eksisting apabila jumlah Menara
Eksisting kurang dari 4 (empat) dan telah menjadi
Menara Bersama; dan/atau
b. Zona Menara Baru setelah 4 (empat) Menara pada
Zona Menara Eksisting telah menjadi Menara
Bersama; dan/atau
c. Zona Menara Baru karena kebutuhan Telekomunikasi
yang mendesak berdasarkan Rekomendasi Dinas.
Pasal 7
(1) Antena dapat ditempatkan di atas Bangunan Gedung
dengan ketinggian sampai dengan 6 (enam) meter dari
permukaan atap Bangunan Gedung sepanjang tidak
melampaui ketinggian maksimum Selubung Bangunan
yang diizinkan, dan konstruksi Bangunan Gedung
mampu mendukung beban antena.
(2) Penyedia Menara dapat menempatkan antena pada
bangunan lain seperti papan reklame, tiang lampu
12
penerangan jalan, dan sebagainya sepanjang konstruksi
bangunannya mampu mendukung beban antena.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Pasal 8
(1) Bangunan Menara diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk,
yaitu:
a. Menara Tunggal;
b. Menara Mandiri; dan
c. Menara Kamuflase.
(2) Selain Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimungkinkan untuk digunakan jenis Menara lain sesuai
dengan perkembangan teknologi, kebutuhan dan tujuan
efisiensi.
(3) Pembangunan Menara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Penyedia Menara.
(4) Penyedia Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
yaitu:
a. Penyelenggara Telekomunikasi; atau
b. bukan Penyelenggara Telekomunikasi.
Pasal 9
(1) Penyedia Menara wajib mensosialisasikan rencana
pembangunan Menara kepada warga sekitar dalam radius
ketinggian Menara.
(2) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara wajib
mengasuransikan bangunan Menara dan menjamin
seluruh resiko/kerugian yang ditimbulkan akibat dari
adanya pembangunan Menara.
Pasal 10
(1) Struktur bangunan Menara wajib mengacu kepada SNI
dan standar baku tertentu untuk menjamin keselamatan
bangunan dan lingkungan dengan memperhitungkan
faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan
konstruksi Menara, dengan mempertimbangkan:
a. Ketinggian Menara;
b. Struktur Menara;
13
c. Rangka struktur Menara;
d. Pondasi Menara;
e. Kekuatan angin; dan
f. Konstruksi tahan gempa.
(2) Persyaratan struktur bangunan Menara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 11
(1) Menara wajib dilengkapi dengan sarana pendukung dan
identitas hukum yang jelas sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
(2) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari:
a. Pentanahan (grounding);
b. Penangkal petir;
c. Catu daya (power supply);
d. Lampu halangan penerbangan (Aviation Obstruction
Light);
e. Marka halangan penerbangan (Aviation Obstruction
Marking);
f. Papan penanda; dan
g. Pagar pengaman.
(3) Identitas hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari:
a. Nama penyedia menara dan/ atau pengelola menara;
b. Alamat penyedia menara dan/ atau pengelola menara;
c. Lokasi dan koordinat menara;
d. Model/ bentuk menara;
e. Tinggi Menara;
f. Tahun pembuatan/ pemasangan menara;
g. Penyedia jasa kontruksi;
h. Beban maksimum menara;
i. Nomor dan tanggal IMB;
j. Nomor dan tanggal HO;
k. Nama BTS Penyewa/ pengguna menara
l. Nomor Telepon Darurat.
14
(4) Identitas hukum sebagaimana pada ayat (3) dituangkan
dalam bentuk Papan informasi identitas menara
telekomunikasi dengan ukuran 2M x 1M atau lebih dan
dipasang di area dekat menara.
Pasal 12
(1) Dalam hal kebutuhan Telekomunikasi pada kawasan
padat pelanggan yang tidak dapat dibangun Menara,
Penyelenggara Telekomunikasi dapat menggunakan
perangkat Micro Cell dan/atau perangkat lunak radio link
yang dihubungkan dengan Serat Optik.
(2) Penempatan perangkat Micro Cell dan Serat Optik sebagai
pengganti radio link pada sistem Telekomunikasi wajib
memperhatikan aspek estetika kota serta keserasian
dengan lingkungan.
(3) Pemasangan perangkat Micro Cell sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan ayat (2) tipe outdoor pada Bangunan Gedung
dan sarana perkotaan wajib memperoleh izin dari Bupati.
Pasal 13
Dalam hal penggunaan Serat Optik yang ditanam atau melalui
saluran udara, apabila memanfaatkan lahan milik Pemerintah
Daerah wajib memiliki izin dari Bupati.
Pasal 14
(1) Untuk mewujudkan keharmonisan antara pembangunan
Menara dengan estetika dan keindahan lingkungan di
wilayah-wilayah tertentu, diutamakan dengan
menggunakan Menara Kamuflase.
(2) Rencana desain bentuk Menara Kamuflase wajib
disampaikan oleh pemohon izin kepada Pemerintah
Daerah melalui Dinas untuk memperoleh pengkajian.
(3) Wilayah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Bupati.
BAB V
PENGGUNAAN MENARA BERSAMA
15
Pasal 15
(1) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara wajib
menginformasikan kapasitas Menara kepada calon
pengguna Menara secara transparan.
(2) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara wajib
memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
kepada Penyelenggara Telekomunikasi lain untuk
menggunakan Menara miliknya secara bersama-sama
sesuai dengan kemampuan teknis menara.
(3) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara wajib
mendahulukan calon pengguna Menara yang lebih dulu
mengajukan permohonan, dengan tetap memperhatikan
kelayakan dan kemampuan secara teknis.
(4) Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan Menara
Telekomunikasi untuk mendukung kegiatan
penyelenggaraan pemerintah.
Pasal 16
(1) Penggunaan Menara Bersama wajib dilakukan dalam
perjanjian tertulis dan mendapatkan Rekomendasi Dinas.
(2) Pencatatan atas perjanjian tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas permohonan
yang dilakukan oleh Penyelenggara Telekomunikasi
dan/atau Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara.
Pasal 17
Pengajuan surat permohonan untuk penggunaan Menara
Bersama oleh calon pengguna Menara melampirkan:
a. nama Penyelenggara Telekomunikasi dan nama
penanggungjawab;
b. izin Penyelenggaraan Telekomunikasi;
c. maksud dan tujuan penggunaan Menara yang diminta dan
spesifikasi teknis perangkat yang digunakan; dan
d. kebutuhan akan ketinggian, arah, jumlah, atau beban
Menara.
16
Pasal 18
(1) Penggunaan Menara Bersama oleh Penyelengara
Telekomunikasi dilarang menimbulkan interferensi yang
merugikan.
(2) Apabila terjadi interferensi yang merugikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara Telekomunikasi
yang menggunakan Menara Bersama wajib berkoordinasi.
(3) Apabila koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak menghasilkan kesepakatan, Penyelenggara
Telekomunikasi dapat memohon kepada Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk melakukan mediasi.
Pasal 19
Setiap Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara
berkewajiban:
a. membangun Menara sesuai ketentuan teknis yang
ditetapkan;
b. mengasuransikan Menara Bersama dan menjamin seluruh
resiko/kerugian yang ditimbulkan akibat dari bangunan
Menara sesuai dengan radius ketinggian Menara;
c. memanfaatkan Menara sesuai peruntukannya;
d. melakukan perawatan dan pemeliharaan secara berkala;
e. membayar pajak dan/atau retribusi sesuai peraturan
perundang-undangan;
f. memperbaiki Menara yang tidak laik fungsi; dan
g. membongkar Menara yang tidak laik fungsi dan tidak dapat
diperbaiki.
BAB VI
PERIZINAN DAN REKOMENDASI MENARA
Pasal 20
(1) Penyedia Menara pada saat membangun Menara wajib
memiliki:
17
a. Rekomendasi Dinas;
b. IMB Menara; dan
c. Izin Gangguan.
(2) Rekomendasi Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a memperhatikan ketentuan peraturan
perundangan-undangan dan dilaksanakan oleh Dinas.
(3) Pemberian IMB Menara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b memperhatikan ketentuan peraturan
perundangan-undangan dan dilaksanakan melalui
Perangkat Daerah yang menangani perizinan.
(4) Pemberian Izin Ganguan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c memperhatikan ketentuan peraturan
perundangan-undangan dan dilaksanakan melalui
Perangkat Daerah yang menangani perizinan.
Pasal 21
Masa berlaku Rekomendasi Dinas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a dan ayat (2) sesuai dengan
masa berlaku IMB Menara.
Pasal 22
Permohonan Rekomendasi Dinas sebagaimana dimaksud
Pasal 20 ayat (1) huruf a, ayat (2) dan Pasal 21 diajukan oleh
Penyedia Menara kepada Bupati melalui Dinas, dengan
melampirkan persyaratan yang tertuang dalam bentuk
dokumen sebagai berikut:
a. bukti identitas diri pemohon;
b. akta pendirian perusahaan beserta perubahannya yang
disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
c. surat keterangan rencana penggunaan Menara Bersama;
d. persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan
ketinggian Menara;
e. Izin Lingkungan dan dilengkapi dengan titik koordinat
pengukuran prekuensi dan pengkajian radiasi gelombang;
f. gambar rencana teknis bangunan menara meliputi situasi,
denah, tampak potongan dan detail, serta perhitungan
struktur;
18
g. Spesifikasi teknis pondasi Menara meliputi data
penyelidikan tanah, jenis pondasi, jumlah titik pondasi,
termasuk geoteknik tanah;
h. Menara yang dibangun di wilayah KKOP wajib menyertakan
hasil kajian teknis dari bandar udara; dan
i. Spesifikasi teknis struktur atas Menara, meliputi beban
tetap (beban menara dan beban tambahan), beban
sementara (angin dan gempa), beban khusus, beban
maksimum Menara yang diizinkan, sistem konstruksi,
ketinggian Menara, dan proteksi terhadap petir.
Pasal 23
Permohonan IMB Menara sebagaimana dimaksud Pasal 20
ayat (1) huruf b, dan ayat (3) diajukan oleh Penyedia Menara
kepada Bupati melalui Perangkat Daerah yang menangani
perizinan, dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. Status kepemilikan hak atas tanah dan bangunan;
b. Bukti identitas diri pemohon;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. Tanda lunas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 3 (tiga)
tahun terakhir;
e. Akta pendirian perusahaan beserta perubahannya yang
disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
f. Surat bukti pencatatan dari Bursa Efek Indonesia bagi
Penyedia Menara yang berstatus perusahaan terbuka;
g. Surat keterangan rencana penggunaan Menara Bersama;
h. Persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan
ketinggian Menara;
i. Izin Gangguan; dan
j. Rekomendasi Dinas;
Pasal 24
(1) Setiap Pengelola Menara yang mengoperasikan Menara
wajib memiliki SKPOM, kecuali Menara khusus
sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (4) Peraturan
Daerah ini.
19
(2) SKPOM sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berlaku
1 (satu) tahun.
(3) Persyaratan Pengelola Menara mendapatkan SKPOM
sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adalah sebagai
berikut:
a. Fotokopi IMB Menara;
b. Tanda bukti pembayaran retribusi pengendalian
Menara; dan
c. Mengisi formulir laporan kondisi Menara yang
ditandatangani oleh pimpinan perusahaan.
BAB VII
ZONA BEBAS MENARA
Pasal 25
(1) Zona Bebas Menara untuk lokasi pembangunan Menara
Tunggal dan Menara Mandiri, meliputi:
a. komplek peribadatan;
b. komplek kantor pemerintah;
c. komplek pendidikan;
d. komplek militer;
e. komplek rumah sakit dan puskesmas; dan
f. komplek pemakaman umum;
yang jaraknya ditetapkan sejauh ketinggian Menara yang
akan dibangun dari batas terluar komplek, ditambah jarak
aman yang ditentukan oleh Tim Teknis.
(2) Zona Bebas Menara untuk lokasi pembangunan semua
jenis Menara, meliputi :
a. sempadan sungai;
b. sempadan situ/danau/waduk/bendungan; dan
c. cagar budaya.
(3) Zona Bebas Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) tidak berlaku untuk Menara khusus.
(4) Menara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah untuk kepentingan sebagai berikut:
a. Meteorologi dan geofisika;
b. Navigasi;
c. Penerbangan;
20
d. Pencarian dan pertolongan kecelakaan;
e. Penyelenggaraan Telekomunikasi khusus instansi
pemerintah;
f. Transmisi jaringan Telekomunikasi utama (back bone);
g. Televisi;
h. Radio siaran;
i. Radio amatir; dan
j. Komunikasi antar penduduk.
(5) Zona Bebas Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak membatasi hak masyarakat untuk mendapatkan
layanan Telekomunikasi pada Zona tersebut.
BAB VIII
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN MENARA
Pasal 26
(1) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara wajib
melakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan
kelaikan fungsi bangunan Menara secara berkala setiap
tahun.
(2) Hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan Menara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada
Bupati melalui Dinas.
Pasal 27
(1) Kegiatan pemeliharaan dan perawatan Menara meliputi
pembersihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan
dan/atau penggantian bahan dan/atau perlengkapan
Menara, serta kegiatan sejenis lainnya berdasarkan
pedoman pengoperasian dan pemeliharaan Menara.
(2) Pemeliharaan dan perawatan Menara dapat dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memenuhi kualifikasi dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan harus
menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan
kerja.
21
Pasal 28
(1) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara dapat
melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam
rangka pemeliharaan dan perawatan Menara melalui
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau badan lain.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
wajib memperhatikan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku dengan mengedepankan larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
BAB IX
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 29
(1) Pengawasan dan pengendalian terhadap Menara dilakukan
oleh Dinas.
(2) Pengawasan dan pengendalian dilakukan melalui
pemeriksaan administrasi dan non administrasi antara lain
rapat/pertemuan, inspeksi, serta monitoring dan evaluasi.
(3) Hasil dari pengawasan dan pengendalian dilaporkan
kepada Bupati untuk dijadikan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan selanjutnya.
(4) Pemindahtanganan pengelola menara telekomunikasi wajib
dilaporkan kepada dinas paling lama 3 bulan.
(5) Setiap penyedia menara atau pengelola menara wajib
memiliki Izin Operasional Menara Telekomunikasi sebagai
pengendalian menara telekomunikasi
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dan
pengendalian sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan
berpedoman pada ketentuan perudang-undangan.
BAB X
KEADAAN KHUSUS
22
Pasal 30
(1) Dalam rangka penanganan keadaan khusus, Bupati dapat
membentuk Tim Teknis.
(2) Tim Teknis sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas
unsur Satuan Polisi Pamong Praja, DPESDM, DPU TARU,
KPPT, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika, Kantor
Lingkungan Hidup, Bagian Hukum, Kecamatan dan
Kelurahan/Desa setempat.
(3) Keadaan khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. Penyelesaian dan pemberian sanksi atas pelanggaran
pembangunan dan penggunaan Menara;
b. Mediasi perselisihan antara Penyedia Menara dan/atau
Pengelola Menara dengan masyarakat; dan
c. Penanganan kejadian luar biasa yang dapat mengancam
keamanan dan keselamatan masyarakat.
(4) Hasil dari penanganan keadaan khusus dilaporkan kepada
Bupati untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan selanjutnya.
BAB XI
SANKSI
Pasal 31
(1) Dalam hal terdapat pelanggaran, Bupati setelah mendapat
Rekomendasi Tim Teknis dapat memberikan sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif yang dimaksud pada ayat (1) adalah
diberikan peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7
(tujuh) hari kalender oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 32
(1) Jika setelah diberikan peringatan secara tertulis
sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat (2), Penyedia
Menara dan/atau Pengelola Menara tidak mengindahkan
dan/atau tidak melakukan pemenuhan kewajibannya,
maka dilakukan pencabutan IMB Menara.
23
(2) Pencabutan IMB Menara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 33
(1) Menara yang dibangun tanpa izin dan/atau tidak sesuai
dengan penetapan Cell Planning wajib dibongkar.
(2) Pembongkaran Menara sebagai dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah diberikan peringatan tertulis sebanyak
3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing 7 (tujuh) hari kalender.
Pasal 34
(1) Pembongkaran Menara sebagai dimaksud pada pasal 33
ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan oleh Penyedia
Menara dan/atau Pengelola Menara dan/atau Pemerintah
Daerah.
(2) Menara yang tidak memiliki izin dan/atau tidak sesuai
dengan Cell Planning dan tidak segera dibongkar oleh
Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara, maka
Pemerintah Daerah dapat membongkar paksa dan kepada
pelanggar dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
(1) Menara eksisting yang lokasinya sesuai dengan Cell
Planning, namun belum memiliki perizinan dari
Pemerintah Daerah, dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan sudah harus memiliki perizinan.
24
(2) Menara eksisting yang lokasinya sesuai dengan Cell
Planning, dan telah memiliki perizinan namun telah habis
jangka berlaku perizinannya, setelah Peraturan Daerah
ini ditetapkan, dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga)
bulan sudah harus memiliki perizinan baru.
(3) Menara eksisting yang memiliki perizinan tetapi lokasinya
tidak sesuai Cell Planning, maka diarahkan dan/atau
bergabung ke Menara Bersama.
(4) Penyedia Menara dan/atau Pengelola Menara yang telah
memiliki perizinan namun belum membangun Menaranya
sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, wajib
menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
(5) Menara eksisting yang tidak memiliki perizinan, dan tidak
memproses perizinannya sesuai jangka waktu
sebagaimana dimaksud ayat (1) setelah Peraturan Daerah
ini ditetapkan, Penyedia Menara dan/atau Pengelola
Menara wajib membongkar menaranya.
(6) Menara eksisting yang lokasinya sesuai dengan Cell
Planning dan telah memiliki perizinan, setelah Peraturan
Daerah ini ditetapkan wajib melakukan registrasi ulang
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan.
(7) Ketentuan penggunaan menara bersama sebagaimana
diatur dalam peraturan ini tidak berlaku untuk :
a. Menara yang digunakan untuk keperluan Jaringan
Utama;
b. Menara yang dibangun pada daerah yang belum
mendapatkan layanan telekomunikasi atau daerah
yang tidak layak secara ekonomi.
(8) Dalam hal penyelenggara telekomunikasi bertindak
sebagai perintis di daerah sebagaimana dalam pasal 35
ayat (7) butir b maka kepadanya tidak diharuskan
membangun Menara bersama.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
25
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua
produk hukum daerah yang tidak bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini, dinyatakan masih tetap berlaku.
Pasal 37
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Brebes.
Ditetapkan di Brebes
pada tanggal 14 Mei 2014
BUPATI BREBES,
Cap ttd
IDZA PRIYANTI
Diundangkan di Brebes Pada tanggal 16 Mei 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BREBES Cap ttd EMASTONI EZAM,SH.MH Pembina Utama Madya NIP.19590211 198703 1 005 BERITA DAERA KABUPATEN BREBES TAHUN 2014 NOMOR 002
26
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES
NOMOR TAHUN 2014
TENTANG
PENATAAN, PEMBANGUNAN, DAN PENGOPERASIAN
MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
DI KABUPATEN BREBES
I. UMUM
Telekomunikasi merupakan sarana publik yang dalam
penyelenggaraanya membutuhkan infrastruktur menara
telekomunikasi. Pembangunan dan penggunaan Menara
Telekomunikasi harus memperhatikan faktor keamanan
lingkungan, kesehatan masyarakat, dan estetika lingkungan.
Pemerintah Daerah berwenang mengatur penempatan lokasi
Menara Telekomunikasi dan menetapkan Zona bagi
pembangunan Menara di wilayahnya berdasarkan RTRW.
Peraturan daerah ini dimaksudkan untuk mengatur dan
mngendalikan setiap kegiatan pembangunan dan penggunaan
Menara Bersama.
Tujuan pembentukan Peraturan Daerah ini adalah :
1. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan
aparatur Pemerintah Daerah dalam merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan, dan mengawasi kegiatan
pembangunan dan penggunaan Menara Bersama; dan
2. Mewujudkan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
terhadap layanan jasa Telekomunikasi dengan
memperhatikan prinsip-prinsip penataan ruang,
keamanan lingkungan, kesehatan masyarakat, estetika
lingkungan, ketentraman dan ketertiban umum.
II. PASAL DEMI PASAL
27
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud Menara eksisting adalah Menara yang sudah
terbangun sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Ketinggian Bangunan Gedung mengacu kepada RTBL, apabila
di kawasan dimaksud belum ada RTBL, maka diwajibkan
adanya kajian teknis dari Tim Teknis.
Ayat (2)
Cukup jelas
28
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu
daerah. Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak.
Bersifat melombangun jika beda fase gelombang kedua
gelombang sama sehingga gelombang baru yang berbentuk
adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat
merusak jika beda fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua
gelombang saling menghilangkan. Interferensi yang terjadi
pada komunikasi seluler adalah gangguan pada komunikasi
yang disebabkan oleh ikut diterimanya sinyal frekuensi yang
lain dari yang dikehendaki. Interferensi sangat berpengaruh
29
pada kriteria performansi sistem komunikasi seluler, yaitu:
kualitas suara, kualitas layanan, dan fasilitas tambahan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
SKPOM adalah surat keterangan yang diberikan oleh Dinas
kepada Orang Pribadi atau Badan yang mengelola Menara,
sebagai sarana pengawasan dan pengendalian operasional
bangunan Menara dengan segala fasilitas sesuai
peruntukannya. SKPOM diberikan setelah Pengelola Menara
membayar retribusi pengendalian Menara.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
30
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES
NOMOR .....