1 PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id filedan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut...

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwaraga, psiko- fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada saat proses pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Sistem lingkungan ini dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu seperti tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan peserta didik yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.Yang penting dalam interaksi belajar-mengajar, guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, menciptakan lingkungan yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat megembangkan 1

Transcript of 1 PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id filedan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Dalam hal ini belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku. Perubahan itu

tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak

dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah

laku pribadi seseorang. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwaraga, psiko-

fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti

menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pada saat proses pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi

peserta didik. Sistem lingkungan ini dipengaruhi oleh berbagai komponen yang

masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu seperti

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan peserta

didik yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis

kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang

tersedia.Yang penting dalam interaksi belajar-mengajar, guru sebagai pengajar

tidak mendominasi kegiatan, menciptakan lingkungan yang kondusif serta

memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat megembangkan

1

2

potensi dan kreativitasnya. Diharapkan potensi peserta didik dapat sedikit demi

sedikit berkembang menjadi komponen penalaran yang bermoral, manusia-

manusia aktif, kreatif yang beriman.

Menurut Djahiri (Kunandar, 2007:287) “pada proses pembelajaran prinsip

utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi

diri peserta didik (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan

kehidupan saat ini dan dimasa yang akan datang”. Maksudnya disini

pembelajaran merupakan salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang

sistematis terarah pada perubahan tingkah laku kedewasaan anak didik. Sebagai

dapat digambarkan misalnya seorang anak didik dibimbing, ditolong sehingga

saat waktunya datang dilepaskan dari keluarga, mulai berumah tangga sendiri,

bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan

tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan.

Maksudnya disini sasaran dari kegiatan belajar mengajar harus jelas dan

terarah.

2. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan

efektif untuk mencapai sasaran.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang

dianggap paling tepat dan efektif.

3

Menurut Pupuh Fathurrahman (Suntikno, 2007:55) “Metode mengajar

adalah cara-cara menyajikan bahan pembelajaran kepada peserta diidk untuk

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan pedoman yang

memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa

membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan

mengabaikan tuuan yang telah dirumuskan. Tujuan dari kegiatan belajar

mengajar tidak akan pernah dicapai selama komponen-komponen lainnya tidak

diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Bahan pelajaran yang

disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit

bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa

kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang

kurang tepat.

Belajar bahasa Indonesia berarti belajar komunikasi. Oleh karena

pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik dalam belajar komunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud,

1996), hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi belajar bahasa

Indonesia diarahkan kedalam 2004 bahwa kompetensi belajar bahasa Indonesia

diarahkan ke dalam 4 sub aspek yaitu menulis, membaca, menyimak dan

berbicara.

Berdasarkan kurikulum 2004 standar kompetensi mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SD merupakan salah satu saraa yang dapat mengakses berbagai

informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk itu diperlukan kemahiran

4

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis yang benar-benar

dimiliki dan ditingkatkan.

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai

berikut :

1. Peserta didik menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.

2. Peserta didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk makna dan fungsi

serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,

keperluan dan keadaan.

3. Peserta didik mempunyai kemampuan memnggunakan bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan intelektual, dan

kematangan sosial.

Menurut Sardiman (2003:120) karakteristik siswa adalah keseluruhan

pula kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembaaan

dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-

citanya. Dengan demikian penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus

dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik siswa itu sendiri.

Karakteristik peserta didik kelas IV SDN-2 Kereng Bangkirai antara yang satu

dengan yang lain berbeda. Dalam proses belajar mengajar ada peserta didik yang

cepat merespon pelajaran dan ada juga yang lambat. Ada yang cepat bergaul dan

ada yang pendiam.

5

Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar

siswa antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan

2. Gaya belajar

3. Usia kronologi

4. Tingkat kematangan

5. Spektrum dan ruang lingkup minat

6. Lingkungan sosial ekonomi

7. Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan

8. Intelegensia

9. Keselarasan dan attitude

10. Prestasi belajar

11. Motivasi dan lain-lain

Berdasarkan hasil observasi di SDN-2 Kereng Bangkirai Tahun Pelajaran

2013/2014 pada semester II, khususnya peserta didik kelas IV A dan IV B

dengan jumlah 42 orang peserta didik, hampir 59,5% atau 25 orang peserta didik

tidak tuntas pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Hanya 40,5 % atai 17 orang

peserta didik yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu

mendapat nilai ≥ 60, padahal nilai KKM untuk mata pelajaran yang ditetapkan

oleh sekolah yaitu ≥ 60.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia jarang menggunakan metode yang

bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, pemberian tugas dan

6

kerja kelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran

media pembelajaran juga jarang digunakan.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peserta didik masih banyak

yang ribut, berbicara dengan temannya, ada yang bermain dan ada yang

mengganggu temannya, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Hal ini

dikarenakan oleh metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah dan

kerja kelompok, sehingga peserta didik merasa bosan.

Guru mata pelajaran bahasa Indonesia hanya menggunakan sumber

belajar pada buku paket dan lembar kerja siswa (LKS). Setiap materi pelajaran

tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Bahan pelajaran dengan tingkat

kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak

didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu. Anak didik

bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar disebabkan penjelasan guru

yang sukar dicerna dan monoton.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik ingin meneliti

tentang “Perbedaan hasil belajar Bahasa Indonesia Antara Yang Menggunakan

Metode Bermain Peran dengan Metode Kerja Kelompok pada Peserta Didik

Kelas IV SDN-2 Kereng Bangkirai Palangkaraya Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat diidentifikasi

masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung menggunakan metode

ceramah, pemberian tugas dan kerja kelompok.

7

2. Pada saat belajar peserta didik masih ada yang ribut, berbicara dengan teman

dan ada yang bermain.

3. Sumber belajar hanya terpaku pada buku paket dan LKS.

4. Guru jarang menggunakan media pembelajaran saat mengajar bahasa

Indonesia.

5. Hasil belajar bahasa Indonesia belum memenuhi KKM.

C. Batasan Masalah

Untuk memperoleh kejelasannya terhadap permasalahan yang ditulis,

masalah yang diteliti tidak meluas, maka peneliti membatasi permasalahan

sebagai berikut :

1. Materi pelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi yaitu

menggunakan pikiran, perasaan dan informasi dengan bertelepon.

2. Hasil belajar adalah hasil belajar bahasa Indonesia Kelas IV yang diperoleh

dari tes peserta didik untuk aspek menulis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas dapat di rumuskan masalah,

yaitu : “Apakah ada perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara yang

menggunakan metode bermain peran dengan metode kerja kelompok pada

peserta didik kelas IV SDN-2 Kereng Bangkirai Palangka Raya tahun pelajaran

2014/2015 ?”

8

E. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah

“untuk mengetahui perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara yang

menggunakan metode bermain peran dengan metode kerja kelompok pada

peserta didik kelas IV SDN-2 Kereng Bangkirai Palangka Raya tahun pelajaran

2014/2015”.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teori

a. Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pengetahuan dalam dunia

pendidikan.

b. Penelitian ini dapat menambah pemahaman dan wawasan mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala sekolah

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya membimbing guru-guru

untuk meningkatkan kualitas profesional dengan penggunaan metode

yang sesuai dalam mengajar.

b. Bagi Guru

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pemahaman dalam pemilihan

metode mengajar yang akan digunakan terutama pada mata pelajaran

bahasa Indonesia.

c. Memperoleh wawasan dan pemahaman tentang metode yang dapat

digunakan dalam membantu peserta didik memperoleh pemahaman

belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoritis

1. Hasil belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau usaha untuk

menyesuaikan diri terhadap kondisi – kondisi atau situasi – situasi di

sekitar kita ( Dalyono, 1996). Adapun Hamalik (2005:27) menyatakan

bahwa :

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.Belajar merupakan suatu Proses kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar juga bukan hanya mengingat, akan tetapi juga harus lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Makmun (2004:157) belajar adalah suatu proses

perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku dalam memperteguh kelakuan

melalui pengalaman dalam mencapai suatu tujuan yang hasil belajar,

sehingga memperoleh pengetahuan baru melalui interaksi dengan

lingkungan atau aktifitas tertentu.

9

10

b. Ciri – ciri Belajar

Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri – ciri perubahan yang

spesifik. Ciri – ciri belajar di maksud di sini adalah ciri – ciri perubahan

tingkah laku menjadi lebih baik. Adapun Syah (200) menyangkut bahwa

karakteristik perilaku belajar yang penting adalah:

1) Perubahan internasional, yaitu perubahan berkat pengalaman atau praktik yang di lakukan dengan sengaja dan disadari.

2) Perubahan positif dan aktif, yaitu perubahan yang terjadi karena proses perubahan yang positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan. Aktif Artinya terjadi karena usaha peserta didik itu sendiri.

3) Perubahan efektif dan fungsional, yaitu perubahan yang berhasil guna, membawa pengaruh, makna dan manfaat menentu bagi siswa serta perubahan tersebut dapat diproduksikan dan dimanfaatkan. Menurut Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno

(2007:113) mengemukakan ciri-ciri hasil belajar sebagai berikut :

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi yang tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (tpk) telah dicapai oleh peserta didik baik secara individu maupun kelompok.

Sedangkan menurut (KBBI) kamus bahasa Indonesia Ciri-ciri

belajar adalah sebagai berikut :

1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan

Selanjutnya Syaifull Bahri Djamarah, (2009: 22)

mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut :

11

1) Perubahan yang terjadi secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional. 3) Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Jadi ciri-ciri belajar adalah adanya kemampuan baru atau perubahan

yang tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/

kedewasaan melainkan harus dengan usaha.

c. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan.Dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca

mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Dalam setiap proses

belajar mengajar, guru mempunyai tolak ukur untuk mengetahui seberapa

jauh keberhasilan materi pelajaran dapat di terima oleh peserta didik.

Menurut Dimyanti dan Mudjiono (1999:250) bahwa :

Hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi yaitu sisi peserta didik dan dari sisi guru.Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat peserta didik belajar.Sedangkan dari sisi Guru, hasil belajar merupakan saat terselesainya bahan/materi pembelajaran. Menurut Arifin (2001: 47) hasil belajar merupakan indikator dari

perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar

mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat

penilaian yang disusun oleh guru,seperti tes evaluasi. Adapun msenurut

Nasrun (2002:21) secara umum hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu

hasil pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha atau diperoleh dengan

12

jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan alat ukur yang disebut

dengan tes. Selain itu hasil belajar di gunakan oleh guru untuk di jadikan

kriteria dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan.Hal ini tentunya dapat

nampak terlihat dari peserta didik apabila peserta didik telah memahami

materi belajar yang disertai dengan perubahan tingkah laku peserta didik

ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah suatu penilaian akhir pencapaian dari proses belajar mengajar

dalam bidang ilmu pengetahuan, kemampuan penguasaan dan

keterampilan yang terwujud dalam perubahan sikap dan tingkah laku

dalam perkembangan mental yang diukur dengan nilai tes atau angka dari

guru.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, tentunya tidak

terlepas dari motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik itu sendiri.

Menurut pandangan Sardiman (2001:81), motivasi belajar yang tinggi

dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak pernah putus asa). 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah (

tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi yang telah di capainya).

4) Lebih senang bekerja sendiri). 5) Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya ( kalau sudah yakin

dalam sesuatu ). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang tidak yakin itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal – soal.

13

Keberhasilan belajar atau kegagalan dalam proses belajar

mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran apabila

menunjukkan pada rumusan operasional keberhasilan belajar.

Menurut pendapat Fathurrohman (Suntikno, 2007:115), ada tiga

ciri – ciri belajar yang dinyatakan berhasil, yaitu diuraikan sebagai

berikut:

1) Daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2) Perilaku yang digariskan dalam pengajarankhusus (PTK) telah di capai oleh siswa baik individu maupun kelompok.

3) Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (seguantial) mengantarkan kemateri tahap berikutnya.

d. Faktor – faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2004 : 39) keberhasilan belajar sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor – faktor tersebut dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu faktor dalam diri peserta didik (intern) dan faktor dari

luar diri peserta didik (ekstern), yaitu :

1) Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan peserta didik yang memilikinya, diantaranya adalah motivasi belajar, minat dan perhatian orang tua, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial serta ekonomi yang lemah.

2) Faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah kulitas pengajaran yakni tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran lingkungan sosial budaya.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2007:107), tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik,

sebagai berikut:

14

1) Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut faktor psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya.

2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa meliputi faktor lingkungan dan instrument. Faktor lingkungan meliputi kurikulum, bahan pelajaran, guru atau pengajar, sarana atau fasilitas dan administrasi/manajemen.

Selanjutnya Muhibin Syah (2006: 144) “ mengemukakan faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri dari dua faktor yaitu

faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor

yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor)”.

Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

internal dan faktor eksternal.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

a. Pengertian Bahasa Indonesia

Menurut Kharaf (Smarapradhipa:08 April 2014), menyatakan dua

pengertian bahasa yaitu :

Pengertian pertama menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa merupakan sistem komunikasi yang menggunakan simbol – simbol Vocal (bunyi Ujaran) yang bersifat arbiter.

Menurut Tarmiji (2009:1) Bahasa Indonesia adalah “Bahasa kedua

dan untuk taraf resmi Bahasa Indonesia adalah bahasa pertama”.

Sedangkan menurut Nurachaman dan Supardi (2007:2) Bahasa Indonesia

adalah :

15

Alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula sebagai alat untuk menunjukan identitas diri, melalui bahasa manusia dapat menunjukan sudut pandang,pemahaman atas suatu hal, asal-usul bahasa dan Negara kita ,bahkan sifat kita. Bahasa Indonesia menjadi cermin diri kita, sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa

Indonesia sebagai bahasa pergaulan di dalam masyarakat,bahasa

merupakan bahasa ilmu pengetahuan yang dipakai diberbagai pendidikan

dan pengajaran, disekolah mulai dari TK, perguruaan Tinggi, Kota-kota

Besar sampai ke Pelosok Tanah Air. Bahasa Indonesia adalah bahasa

resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia, yang

diresmikan penggunaannya setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia,

tepatnya sehari sesudahnya, bersama dengan mulai berlakunya konstitusi.

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di arahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi antara

satu menganyang lainnya.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) bertujuan

untuk menguasai keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis,

membnaca, menyimak dan keterampilan berbicara. Secara umum tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Peserta didik menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan bahasa (nasional) dan bahasa negara.

16

2) Peserta didik memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk makna dan

fungsi serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam –

macam tujuan, keperluan dan keadaan.

3) Peserta didik mempunyai kemampuan menggunakan bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan

intelektual, kematangan nasional dan kematangan sosial.

4) Peserta didik memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa

(berbicara dan menulis).

5) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra

untuk menyumbangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

Bahasa merupakan alat seseorang untuk bisa berkomunikasi.

Dengan bahsa maka seseorang dapat menyampaikan pesan secara

langsung kepada orang lain. Menurut Anitah (2011,23 Mei 2013) manfaat

pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi; 2) Pembentuk perilaku positif; 3) Sarana pengembangan ilmu penetahuan; 4) Sarana memperoleh ilmu pengetahuan; 5) Sarana pengembangan nilai norma kedewasaan; 6) Sarana ekspresi imajinatif 7) Sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia; dan 8) Sarana transfer kultural

c. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik.

Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta didik dapat

17

mempelajari sesuatu dengan cara yang efektif dan efisien. Upaya – upaya

yang di lakukan berupa analisis tujuan, karakter studi dan peserta didik,

analisis sumber belajar,menetapkan strategi pengorganisasian, isi

pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, dan

menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

Belajar bahasa pada dasarnya adalah belajar komunikasi. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa di arahkan untuk meningkatkan

kemampuan belajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis,

(Depdikbud, 1995), hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa

kompetensi belajar bahasa diarahkan kedalam empat sub aspek yaitu,

menulis membaca menyimak dan bertanya.

3. Metode Bermain Peran

a. Pengertian Metode Bermain Peran

Menurut Ibrahim ( 2003 : 2007) menggunakan bahwa:

Metode bermain peran atau Sosiodrama merupakan metode yang sering di gunakan dalam mengajarkan nilai – nilai dan memecahkan masalah – masalah yang di hadapi dalam hubungan sosial “dan orang – orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, dalam pelaksanaannya, peserta didik di beri berbagaimacam peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta mendiskusikannya di kelas.

Adapun Rosestiyah (2008 : 90) “bermain peran adalah suatu

kegiatan yang dapat mendramatisasikjan tingkah laku, atau ungkapan saat

gerak wajah seseorang dalam berhubungan sosial antara manusia”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain

peran adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan sosial

18

dengan masalah sosial. Tujuan pengguanaan metode bermain peran

adalahagara peserta didik dapat menghayati dan menghargai perasaan

orang lain

Beberapa langkah yang harus di pertimbangkan agar metode

bermain peran dapat berhasil dengan efektif menurut Roestiyah

(2008:91):

1) Guru harus menerangkan kepada peserta didik untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan Sosiodrama( bermain peran) peserta didik diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat maka kemudian guru menunjuk beberapa peserta didik yang akan berperan masing – masing akan mencari pemecahan masalah studi dengan perannya. Dan peserta didik yang lain menjadi penonton dengan tugas - tugas tertentu pula.

2) Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga peserta didik terangsanguntuk berusaha memecahkan masalah itu.

3) Agar peserta didik memahami peristiwa, maka guru harus bisa menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama.

4) Bila ada kesediaan sukarela dari peserta didik untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya itu. Bila tidak ditunjuk saja peserta didik yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang di perankanitu,

5) Jelaskan kepada pameran – pameran itu sebaik – baiknya, sehingga mereka tahu tugas – perannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog.

6) Peserta didik yang tidak menjadi penonton yang aktif, di samping mendengar dan melihat, mereka harus bisa memberi saran dan kritik pada apa yang akan di lakukan setelah sosiodrama selesai.

7) Bila peserta didik belum terbiasa , perlu di bantu guru untuk menimbulkan kalimat pertama dalam dialog.

8) Setelah sosiodrama itu dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan agar – kemungkinan – kemungkinan pemecahan masalah dapat di diskusikan secara umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan sebagainya. Sosiodarma dapat di hentikan pada bila sedang menemukan jalan – buntu.

9) Sebagai tindak lanjut dari diskusi, walau mungkin masalahnya belum – terpecahkan, maka perlu di buka tanya jawab, diskusi atau membuat kerangka yang berbentuk sandiwara.

19

Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode bermain

peran menurut Djamrah dan Zain ( 2002 : 100) sebagai berikut :

1) Agar peserta didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

2) Dapat belajar bagaimana membagi tentang tanggung jawab. 3) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi

kelompok secara spontan. 4) Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.

b. Kelebihan Metode Bermain Peran

Kelebihan metode bermain peran menurut Djamrah dan Zain

(2002:101) sebagai berikut :

1) Peserta didik melatih dirinya untuk memahami, dan mengingat isi bahan yang akan di deramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus di perankan, dengan demikian, daya ingat peserta didik harus tajam dan tahan lama.

2) Peserta didik akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.pada waktu main drama pemain di tuntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada peserta didik dapat di pupuk sehingga di mungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka di bina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

4) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan di bina dengan sebaik – baiknya.

5) Peserta didik memperoleh kebiasaan untuk menerima dan tanggung jawab dengan sesamanya.

6) Bahasa lisan peserta didik dapat di bina menjadi bahasa yang baik agar mudah di pahami orang lain. Jadi, metode bermain peran akan memotivasi peserta didik dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu akan muncul peserta didik

agar lebih kreatif.

20

c. Kekurangan Metode Bermain Peran

Adapun kekurangan dalam metode bermain peran menurut

Djamarah dan Zain( 2002 : 102 )

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.

2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.

3) Memerlukan tempat yang luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.

4) Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang – kadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Dari beberapa kelebihan, metode bermain peran juga mempunyai

beberapa kekurangan yang tersebut diatas. Oleh karena itu, seorang guru

harus dapat mensiasati dalam kegiatan pembelajaran.

4. Metode Kerja Kelompok

a. Pengertian Metode Kerja Kelompok

Menurut Roesdiyah (2008:15) “ metode kerja Kelompok adalah

suatu cara mengajar di mana peserta didik di dalam kelas di samping

Kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) peserta didik, mereka

bekerja sama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas

tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah di tentukan

pula oleh guru. Sedangkan menurut Robert L. Ciistrap dan William R.

Martin Memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan

sekelompok peserta didik yang biasanya berjumlah kecil, yang

diorganisisr untuk kepentingan belajar.Keberhasilan kerja kelompok ini

menurut Kegiatan yang kratif dari bebrapa individu tersebut.

21

Menurut pendapat Sudjana (1989 : 82) metode kerja kelompok

adalah ”bahwa peserta didik dalam suatu kelas dipandang sebagai satu

kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun terbagi atas kelompok-kelompok

kecil (sub-sub kelompok). Hal tersebut sejalan dengan Moedjiono dan

Dimyati (1993 : 60) yang mengemukakan bahwa metode kerja kelompok

adalah “bekerjanya sejumlah peserta didik, baik sebagai anggota kelas

secara keseluruhan ataupun sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok

kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

metode kerja kelompok adalah suatu kegiatan peserta didik dalam proses

pembelajaran, yang akan dibentuk terdiri dari beberapa kelompok-

kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah yang saling bekerja

sama untuk memcapai suatu tujuan pembelajaran.

Adapun pengelompokan itu menurut Roestiyah (2008:15) di

dasarkanpada :

1) Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya. Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka peserta didik perlu di jadikan kelompok – kelompok kecil.Karena bila seluruh peserta didik sekaligus menggunakan alat – alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat – alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu giliran.

2) Kemampuan Belajar peserta didik Di dalam suatu kelas kemampuan belajar peserta didik tidak

sama. Peserta didik yang pandai di dalam bahasa Indonesia, belum tentu sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu di bentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing – masing, agar setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.

22

3) Minat khusus. Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu di

kembangkan, hal mana yang satu pasti beda dengan yang lainnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan di bentuknya kelompok, agar mereka dapat di bina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut.

4) Memperbesar partisipasi peserta didik Di sekolah pada setiap kelas bisanya jumlah peserta didik

terlalu besar, dan kita tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat terbatas. Sehingga dalam jam pelajaran yang sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan setiap peserta didik dalam kegiatan itu. Bila itu terjadi peserta didik yang di tunjuk guru akan aktif, yang tidak di suruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila berkelompok dan di berikan tugas yang sama pada masing – masing kelompok, maka banyak kemungkinan setiap peserta didik ikut serta melaksanakan dan memecahkannya.

5) Pembagian tugas atau pekerjaan Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang

meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing – masing persoalan pada kelompok sesuai dengan jumlah persoalan yang akan di bahas. Dengan demikian masing – masing kelompok harus membahas tugas yang di berikan itu.

6) Kerjasama yang Efektif Dalam kelompok peserta didik harus bisa bekerja sama,

mampu menyesuaikan diri, menyimpan pikiran / pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan untuk bersama pula.

Menurut Reostiyah (2008:19) supaya kerja kelompok dapat lebih

berhasil, maka harus melalui langkah – langkah sebagai berikut.

1) Menjelaskan tugas kepada peserta didik 2) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu. 3) Membagi tugas menjadi beberapa kelompok 4) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat

laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut. 5) Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila

perlu memberi saran / pernyataan. 6) Guru membantupenyimpanan kemajuan dan menerima hasil kerja

kelompok.

23

b. Kelebihan Metode Kerja Kelompok

Kelebihan metode kerja kelompok menurut Roestiyah, (2008:17)

sebagai berikut :

1) Dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Dapat memeberikan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.

3) Dapat mengembangkan kemampuan /bentuk kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4) Dapat memberikan kemungkinan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik sebagai individu serta kebutuhan belajar

5) Peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.

6) Dapat memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadinya, menghargai pendapat orang lain hal mana mereka telah sering membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.

Dari beberapa pengertian kelebihan tersebut di atas dapat di

simpulkan bahwa metode kerja kelompok dapat mengembangkan rasa

menghargai dan menghormati pendapat antar sesama peserta didik dan

menumbuhkan rasa kerjasama peserta didik untuk memecahkan masalah.

c. Kekurangan Metode Kerja Kelompok

Kekurangan metode kerja kelompok menurut Roesdiyah N.K

(208:17) sebagai berikut:

1) Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada peserta didik yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

2) Strategi ini kadang – kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda – beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.

3) Keberhasilan Strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan peserta didik memimpin kelompok atau untuk kerja sendiri.

24

Jadi, peserta didik yang kemampuannya kurang mereka menjadi

pasif saja dan peserta didik yang kemampuannya baik mereka aktif

dalam memecahkan masalah.

B. Kerangka Berfikir

Menurut Usman dan Akbar (2004:33) “Kerangka berfikir adalah

penjelasan sementara terhadap gejala yang terjadi objek permasalahannya”.

Proses pembelajaran di sekolah khususnya pada pelajaran bahasa

Indonesia tampak peserta didik hanya menerima informasi secara pasif, guru

adalah penentu jalannya proses pembelajaran, pembelajaran langsung di dalam

kelas. Hal tersebut kurang memacu semangat peserta didik mengikuti pelajaran.

Metode mengajar adalah cara menyajikan bahan pelajaran kepada peserta

didik untuk tercapainya tujuan yang telah di tetapkan. Demikian salah satu

keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah

keterampilan memilih metode.

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir pencapaian dari proses

mengajar dalam perubahan sikap dan tingkah laku dalam perkembangan mental

yang di ukur dengan nilai tes atau angka dari guru.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang menuntut

keaktifan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi

karena bahasa Indonesia merupakan sarana Komunikasi untuk berinteraksi

langsung antar anggota masyarakat dalam hubungan soial di lingkungan

masyarakat.

25

Menurut Ibrahim (2003:107) mengemukakan bahwa metode bermain

peran adalah metode yang sering di gunakan dalam mengajarkan nilai – nilai dan

memecahkan masalah dalam hubungan sosial dengan orang – ornag yang ada di

lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sedangkan metode kerja

kelompok adalah cara mengajar di mana peserta didik di dalam kelas di bagi

menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ( lima ) atau 7

kelompok orang peserta didik, untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah

yang di tentukan oleh guru – pada kenyataannya kerja kelompok menjadi tidak

efektif karena hanya 2 atau 3 orang peserta didik yang aktif. Sedangkan peserta

didik yang lain menjadi pasif, ada yang berbicara dan bermain saat pembelajaran

berlangsung.

Dari fenomena tersebut untuk memacu semangat belajar peserta didik

agar dapat mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dan apakah dengan

metode kerja kelompok dalam pelajaran bahasa Indonesia dan apakah dengan

metode bermain Peran dapat meningkatkan hasil peserta didik pada pelajaran

Bahasa Indonesia.

C. Hipotesis

Menurut Arikunto (2006 : 25) “ Hipotesis adalah keberadaan sementara

yang di tentukan oleh peneliti. Tetapi masih harus di buktikan di tes atau di uji

kebenarannya”.

Selanjutnya menurut Usman dan Akbar (2004:38) “Hipotesis adalah

pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang di

kemukakan”.

26

Berdasarkan pendapat para ahli maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah “ada perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia yang di ajarkan dengan

menggunakan metode bermain peran dibandingkan dengan metode kerja

kelompok pada peserta didik kelas IV SDN 2 Kereng Bangkirai Tahun Pelajaran

2014/2015”.

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014

sampai dengan Januari tahun 2015. Rincian pelaksanaan penelitian dapat

dilihat pada tabel 1 di lampiran.

2. Tempat Penelitian

Penelitian di laksanakan di SDN – 2 Kereng Bengkirai Palangka

Raya, karena Saat Observasi di SDN – 2 Kereng Bengkirai Palangka Raya –

Tempat Penelitian menemukan permasalahan, khususnya pada peserta didik

kelas IV.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan tata cara bagaimana suatu penelitian di laksanakan

ilmiah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen

karena metode ini di anggap paling sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu

dapat – memfasilitasi kebutuhan penelitian untuk melihat hubungan sebab akibat

dari suatu perlakuan yaitu pengaruh penggunaan metode bermain peran dan

metode kerja kelompok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik

kelas IV terhadap hasil belajar.

27

28

Menurut Mardalis, (2004: 26) yaitu “penelitian eksperimen bertujuan

untuk menjelaskan apa-apa yang terjadi bila variabel-variabel tertentu

dimanipulasi secara tertentu”. Sedangkan menurut Margono (2003: 110) yaitu

“Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara

khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan

penelitian”.

Menurut Hasan ( 2002 : 24 )” metode Eksperimen adalah metode

penelitian yang memungkinkan peneliti variabel dan meneliti akibat –

akibatnya”. Metode eksperimen di tunjukkan untuk mencari hubungan sebab-

akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih

kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol

yang tidak mengalami manipulasi. Tujuan dari penilaian Eksperimen ini untuk

menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berupa besar hubungan

sebab – akibat tersebut dengan cara memberi perlakuan – perlakuan tertentu pada

beberapa kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk

perbandingan.

Berikut desain perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Pra test Perilaku Post out

Kelas eksperimen 1 O1 X1 O2

Kelas eksperimen 2 O2 X2 O2

Langkah – langkah eksperimen pada dua kelas ( kelas : eksperimen 1 dan

eksperimen 2 ) yaitu :

1. Memberikan test awal pada kedua kelas

2. Menentukan kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2

29

3. Memberikan perlakuan sebagai berikut :

a. Untuk kelas eksperimen 1

1) Peneliti menjelaskan materi yang akan dipelajari.

2) Dalam persentase belajar mengajar peserta didik di minta untuk

memainkan peran sesuai dengan materi sesuai dengan materi

pelajaran yang di berikan oleh peneliti.

3) Peneliti meminta peserta didik membuat kesimpulan tentang materi

pelajaran yang telah disampaikan.

4) Memberikan tes akhir.

b. Untuk kelas eksperimen 2

1) Dalam proses belajar mengajar berlangsung peneliti membagi peserta

didik dalam beberapa kelompok

2) Peneliti mengemukakan masalah yang akan di selesaikan

3) Peserta didik bekerja sama atau berdiskusi dan peneliti mengawasi

sambil menjaga ketertiban dan memberikan motivasi

4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya dan peneliti

menanggapi dari semua pertanyaan peserta didik.

c. Memberikan test akhir

d. Membandingkan tes akhir antara kelas eksperimen 1 dan kelas

eksperimen 2.

Desain penelitian ini menggunakan pre test – pos test control group

design yaitu suatu rancangan penelitian yang menggunakan dua kelompok

subjek. Dua kelompok subjek tes tersebut diberi nama kelompok kontrol dan

30

eksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan, sementara itu kelompok

kontrol tidak. Sebelum dan sesudah pemberian perlakuan kedua kelompok

tersebut diukur variabelnya. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui

bahwa metode eksperimen adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan atau menguji hubungan sebab-akibat untuk membangkitkan data

yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan di antara variabel-variabel yang

diteliti.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Arikunto (2003:130) “populasi adalah keseluruhan objek penelitian”.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hasan (2002:58) “populasi adalah

totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu,

jelas dan lengkap yang aka di teliti. Adapun menurut Sukardi, (2003:53)

“Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,

binatang, peristiwa, atau benda yang tertinggal bersama dalam suatu tempat

dan secara berencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu

penelitian.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Populasi adalah

keseluruhan dari objek penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh peserta

didik kelas IV SDN di Kereng Bengkirai Palangka Raya tahun pelajaran

2014/2015 berjumlah 120 orang peserta didik.

31

Tabel 2 Hasil Populasi Penelitian

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1a 1b

12 4

8 12

20 16

2a 2b

11 9

15 10

26 19

3a 3b

10 9

15 9

25 18

4a 4b

14 14

8 6

22 20

5a 5b

9 9

9 8

18 17

6a 6b

13 12

15 11

18 23

Jumlah 209

Sumber data : Tata Usaha SDN – 1 Kereng Bengkirai, SDN – 2 Kereng Bengkirai dan Tata Usaha SDN – 3 Kereng Bengkirai Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Sampel Penelitian

Menurut pendapat Usman (2009 : 2) mengemukakan bahwa “sampel

adalah himpunan individu yang di pilih dari suatu populasi, dan ia harus

melewati populasinya”. Pendapat tersebut juga senada dengan Hasan (2002 :

58) “Sampel adalah bagian dari populasi yang di ambil melalui cara – cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang di

anggap bisa mewakili populasi”. Sugiyono (2007:111) Sampel adalah

“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Karena jumlah populasi cukup besar maka dalam penelitian ini

menggunakan sampel cluster random sampling (sampel kelompok/kelas).

Dengan demikian, dalam sampel ini unit analisisnya bukan individu tetapi

32

kelompok atau kelas yang terdiri atas sejumlah individu. Untuk satu

kelompok/kelas sampel, dipandang satu individu/subjek, misalnya dengan

menghitung rata-rata dari kelompok tersebut.

Dalam sampel kelas atau cluster sampling bisa ditempuh sampel

berlapis. Artinya, pemilihan kelas sampel dilakukan berdasarkan strata-strata

tertentu, misalnya berdasarkan wilayah sekolah, kategori sekolah (baik-

sedang-kurang), jenis sekolah, misalnya negeri-swasta dan lain-lain. Random

atau acak tetap dilakukan terutama dalam memilih kelas/kelompok pada

setiap kategori yang diinginkan. Acak tidak dilakukan terhadap individu

dalam kelas/kelompok tetapi acak untuk memilih kelas/kelompok.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka sampel penelitian ini adalah

Peserta Didik Kels IV SDN-2 Kereng Bengkirai yang berjumlah 42 orang

peserta didik. Adapun jumlah sampel penelitian dapat di lihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 3 Sampel penelitian

No Kelas Jenis kelamin Jumlah Keterangan

Laki – laki Perempuan

1. IV A 14 8 22 Kelas eksperimen 1

2. IV B 14 6 20 Kelas Eksperimen 2

Jumlah Peserta Didik 42

Sumber data : Tata Usaha SDN – 2 Kereng Bengkirai Palangka Raya Tahun

Pelajaran 2014/2015

33

D. Variabel Penelitian dan Definisi

1. Variabel Penelitian

Menurut Hasan (2002 : 17) “variabel adalah kontrak yang sifat –

sifatnya sudah di beri nilai – nilai dalam bentuk bilangan atau konsep yang

mempunyai dua atau lebih pada satu konfinun”. Oleh karena itu, penulisan

proposal skripsi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan dab

menganalisa variabel. Penelitian ini melibatkan 2 ( dua ) variabel yaitu :

a. Variabel bebas ( x ) : penggunaan Metode Pembelajaran bermain

peran dengan metode kerja kelompok.

b. Variabel berikut ( Y ) : Hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik

2. Definisi Operasional

Pada penelitian ini yang menjadi definisi operasional adalah sebagai

berikut :

a. Metode bermain peran yaitu cara penyajian pelajaran peserta didik di

hadapkan pada suatu masalah dimana peserta didik dapat

mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak gerik wajah

seseorang dalam hubungan sosial antara manusia. Penerapan metode

bermain peran dapat di jadikan bahan untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik dari pada penggunaan metode kerja kelompok. Langkah-

langkah penerapan metode bermain peran :

1) Terapkan dahulu masalah – masalah sosial yang menarik perhatian

peserta didik untuk di bahas.

34

2) Ceritakan kepada peserta didik mengenai isi dari masalah – masalah

dalam konteks cerita tersebut.

3) Tetapkan peserta didik yang dapat atau bersedia untuk memainkan

perannya di depan kelas.

4) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu

sosiodrama berlangsung.

5) Beri kesempatan kepada para guru untuk berunding beberapa menit

sebelum mereka memainkan perannya.

6) Akhiri sosiodrama pada situasi pembicaraan mencapai ketegangan

dengan diskusi kelas untuk memecahkan masalah persoalan.

7) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama sebagai bahan pertimbangan

lebih lanjut.

b. Metode Kerja Kelompok

Menurut Roesdiyah N.K. (2008:15) “Kerja kelompok adalah suatu

cara mengajar dimana peserta didik di dalam kelas disamping kelompok

terdiri dari 5 (Lima) atau 7 (Tujuh) orang peserta didik, mereka bekerja

sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan

berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh guru.”

Supaya kerja kelompom dapat lebih berhasil, maka melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menjelaskan tugas kepada peserta didik

2) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu

3) Membagi tugas menjadi beberapa kelompok

35

4) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat

laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut

5) Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung bila perlu

memberi saran/pernyataan

6) Guru membantu penyimpan kemajuan dan menerima hasil kerja

kelompok.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

a. Observasi / Pengamatan

Menurut pendapat Sudjana dan Ibrahim (2001 : 109), observasi

adalah alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah

laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Penelitian pendidikan dan ilmu sosial banyak hal yang dapat

diukur melalui observasi. Misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu

belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi peserta

didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, penggunaan alat peraga

pada waktu mengajar, dan lain-lain. Melalui pengamatan dapat diketahui

bagaimana sikap dan perilaku individu, kegiatan yang dilakukannya,

tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang

36

dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung.

Menurut pendapat Sudjana dan Ibrahim (2001 : 112), observasi

dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Observasi langsung

Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap

gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan

langsung diamati oleh pengamat.

2) Observasi tidak langsung

Observasi tidak langsung adalah observasi yang dilakukan

menggunakan alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri.

3) Observasi partisipasi

Observasi partisipasi adalah pengamat harus memperlihatkan diri atau

ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau

kelompok yang diamati.

Yang diobservasi adalah tingkah laku dan minat belajar pesert adidik

pada waktu belajar serta cara guru menggunakan dengan

pembelajaran pada waktu belajar, karena berhubungan dengan hasil

belajar peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi,

karena pengamat melibatkan siri secara langsung sehingga hasil

pengamatan lebih objektif.

37

b. Tes

Pengumpulan data merupakan bagan yang cukup penting dalam

suatu penelitian, karena merupakan jabatan antara kajian teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan. Untuk mengumpulkan data penelitian ,

maka teknik yang di gunakan adalah menggunakan tes. Tes adalah alat

untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam

mengerjakan soal – soal yang di berikan oleh guru.

Arikunto, (2005 : 171) menyatakan bahwa “ Tes adalah instrumen

yang disusun secara khusus karena mengatur sesuatu yang sifatnya

penting dan pasti. “Sedangkan menurut Margono, (2003 : 66) tes adalah

alat atau prosedur yang di pergunakan dalam rangka pengukuran dan

penilaian. Saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsung pengukuran

dan penilaian. Sedangkan Rasyid dan Mansyur (2008 : 11) menyatakan

bahwa “Tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban,

atau sejumlah pertanyaan yang harus di beri tanggapan dengan tujuan

mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu

dari orang yang di kenal tes”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat di ketahui bahwa tes adalah

sejumlah pertanyaan atau alat instrumen yang di berikan tanggapan

dengan tujuan untuk mengukur dana saat dilaksanakannya.

Tes ini di lakukan setiap pembelajaran dan di akhir

pembelajaran.Tes ini di maksud untuk melihat tingkat penguasaan peserta

38

didik dalam penerapan metode koperasi dengan metode konvensional.Tes

yang di gunakan dalam penelitian ini.

a. Pretes yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik mengenai bahan

yang akan di ajarkan kepadanya sebelum kegiatan belajar mengajar di

mulai.

b. Post test adalah tes yang di berikan kepada peserta didik setelah

proses belajar mengajar selesai.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto, (2006 : 160) “instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya

lebih mudah di olah”. Instrumen penelitian yang di gunakan adalah tes. Tes

merupakan instrumen atau sejumlah pertanyaan yang di berikan kepada

peserta didik yang di gunakan untuk mengatur atau memberi penilaian.

Adapun kisi – kisi instrumen tes penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Kisi – kisi Pre Tes

Standar Kompetensi : Menggunakan Pikiran, Perasaan dan informasi dengan Bertelpon.

Kompetensi dasar : Menyampaikan pesan yang di terima melalui telepon.

No Indikator Variabel Jumlah Item Nomor Item

1. Menjawab pertanyaan secara

tertulis sesuai isi percakapan

4 1,2,4,5

2. Mencatat pesan penelepon 1 3

JUMLAH 5 5

39

Tabel 5 Kisi – kisi Post Tes

No Indikator Variabel Jumlah Item Nomor Item

1. Melengkapi percakapan yang

rumpang dalam cerita secara tertulis

1 3

2. Membuat kesimpulan secara tertulis

tentang materi yang diajarkan

4 1,2,4,5

JUMLAH 5 5

F. Teknik Analisis Data

Teknik penelitian ini ingin mengetahui hipotesis di mana dalam hal ini

berusaha pengungkapkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia

peserta didik yang diajarkan menggunakan metode bermain peran lebih baik

dibandingkan dengan metode kerja kelompok. Untuk menguji hipotesis, maka

data penelitian akan di analisis dengan uji t. Adapun rumus uji – t yang di

gunakan sebagai berikut :

t =

11 2

22

1

21

21

n

SD

n

SD

XX Hasan (Suaibah, 2002 : 23 )

keterangan :

X1 = Rata - rata hasil belajar bahasa Indonesia peserta didik yang

menggunakan metode bermain peran.

X2 = Rata – rata hasil Belajar Bahasa Indonesia peserta didik yang

menggunakan Metode kerja kelompok

SD12 = VarianisHasil belajar bahasa Indonesia peserta didik yang

menggunakanmetode bermain

40

SD22 = Varietas Hasil Belajar bahasa Indonesia peserta didik yang

menggunakan metode kerja kelompok

n1 = Banyaknya peserta didik Kelas IV A

n2 = Banyaknya peserta didik kelas IV B

Menguji perbedaan kedua Variabel t hitung di konsultasikan dengan

t tabel, jika t hitung hasil perhitungan lebih besar dari t tabel pada taraf signifikan

5% maka penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran lebih sengan

efektif untuk di terapkan. Sedangkan jika t hitung perhitungan lebih perhitungan

lebih sangat efektif untuk diterapkan.Sedangkan jika t hitung perhitungan lebih

kecil dari t tabel pada taraf signifikan 5% maka penggunaan metode bermain

peran pada pembelajaran Bahasa Indonesia tidak efektif untuk di terapkan.

Untuk mengetahui apakah hipotesis di tolak atau di terima, maka akan di

gunakan kriteria sebagai berikut :

Jika tn (thitung) ≥ tt (ttabel), maka H0 di tolak dan Ha di terima.

Jika th (thitung) < tt (ttabel), maka H0 di terima dan Ha di tolak.

41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT. Rineka Cipta. Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD.Jakarta: Proyek

Pembinaan Sekolah Dasar. Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajran, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djamarah Syaiful Bahri. dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. Fathurrahman Pupuh. dkk. 2007. Strategi Belajar Mengejar Melalui Pemahaman

Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Rafika Aditma. Hamalik. Oemar. 2005. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hasan. 2002. Metodologi penelitian Aplikas. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ibrahim. dkk. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kunandar. 2007.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Makmur. Abin Syamsudin. 2009. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Nazir. M. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia. Rasyid. dkk. 2008..Penelitian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Syah. M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

53

42

Usman. dkk. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Bumi Aksara. Wibowo. 2011. Pengertian Bahasa Indonesia. http://Wismasastra.wordpress.com

(Diakses: 8 April 2014).

54

43

Tabel 1 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian di SDN 2 Kereng Bangkirai

Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. Tahap persiapan

1. Observasi x x

2. Penyususnan Proposal x

3. Seminar Proposal x

4. Revisi Proposal x x

B. Pelaksanaan Proposal

1. Pembimbingan x x x x x x x x

2. Melakukan Penelitian

Lapangan

x x

3. Menganalisa data x x

Pelaporan Hasil penelitian

1. Penyusunan skripsi x x

2. Ujian Skripsi x

3. Revisi Skripsi x x

44

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyusun proposal ini dengan Judul

“Perbedaan Hasil Belajar Bahasa Indonesia antara yang Menggunakan Metode

Bermain Peran dengan Metode kerja Kelompok Pada Peserta Didik Kelas IV SDN –

2 Kereng Bengkirai Palangka Raya.

Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan Ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang membimbing penulisan Proposal ini.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Proposal ini amsih banyak

kekurangannya, untuk itu Kritik dan Saran semua pihak yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan guna kesempurnaan penulisan proposal ini.

Palangka Raya, April 2014

Penulis

ii

45

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6

C. Batasan Masalah....................................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

E. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoritis ...................................................................................... 9

1. Hasil belajar ......................................................................................... 9

a. Pengertian Belajar ....................................................................... 9

b. Ciri – ciri Belajar ......................................................................... 10

c. Pengertian Hasil Belajar .............................................................. 10

d. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................... 12

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ................................................ 14

a. Pengertian Bahasa Indonesia ....................................................... 14

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................... 15

c. Pembelajaran Bahasa Indonesia ................................................. 16

3. Metode bermain peran ......................................................................... 16

a. Pengertian Metode Bermain Peran .............................................. 16

b. Kelebihan Metode Bermain Peran ............................................. 19

c. Kekurangan Metode Bermain Peran ........................................... 20

4. Metode Kerja Kelompok ..................................................................... 21

a. Pengertian Metode Kerja Kelompok ........................................... 21

b. Kelebihan Metode kerja kelompok ............................................. 24

iii

46

c. Kekurangan Metode Kerja Kelompok ........................................ 25

B. Kerangka Berfikir .................................................................................... 26

C. Hipotesis .................................................................................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 29

1. Waktu Penelitian ................................................................................... 29

2. Tempat Penelitian ................................................................................ 29

B. Metode Penelitian .................................................................................... 29

C. Populasi Dan Sampel .............................................................................. 31

1. Populasi Penelitian ............................................................................... 31

2. Sampel Penelitian ................................................................................. 32

D. Variabel Penelitian dan Definisi .............................................................. 33

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ............................................. 36

F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv

47

Lembar Penilaian Aspek Berbicara

NO Nama Peserta didik

Kriteria Penilaian Aspek

Berbicara Jumlah

Skor Nilai

Pelafalan Vokal Mimik Gerak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Catatan :

Penilaian sangat baik : Skor 4

Penilaian baik : Skor 3

Penilaian Cukup Baik : Skor 2

Penilaian Kurang baik : Skor 1

Nilai = ( Jumlah Skor = Jumlah Skor Maksimal ) x 10

48

Lembar Penilaian Aspek Menulis

No Nama Peserta

didik

Kriteria penilaian Aspek Menulis

Jumlah

skor Nilai

Penempatan

Huruf

Kapital

Spasi/Jarak

Penempatan

tanda baca

koma (,) dan

Titik (.)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penilaian sangat baik : Skor 4

Penilaian baik : Skor 3

Penilaian Cukup Baik : Skor 2

Penilaian Kurang baik : Skor 1

Nilai = ( Jumlah Skor = Jumlah Skor Maksimal ) x 10

49

PROPOSAL

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA ANTARA YANG MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DENGAN METODE

KERJA KELOMPOK PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN – 2 KERENG BENGKIRAI PALANGKA RAYA

Di susun oleh :

MAYA SETIA NINGSIH

12.23.13724

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PGSD 2014

50

LEMBAR PERSETUJUAN

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA ANTARA YANG MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DENGAN METODE KERJA KELOMPOK PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN – 2 KERENG BENGKIRAI PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MAYA SETIA NINGSIH NIM. 12.23.13724

Tim Penguji

Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Diplan, M.Pd Ketua …………………………..

2. IchyatulAfrom, M.Pd Anggota …………………………..

3. Indah Sari Dewi, M.Pd Anggota …………………………..

Mengetahui Ka. Prodi S1 PGSD FKIP UM Palngkaraya

( DIPLAN, M.Pd)

i