1 PENDAHULUAN Dalam Peraturan Menteri Negara … · ... nilai-nilai kerja dan perilaku ......
Transcript of 1 PENDAHULUAN Dalam Peraturan Menteri Negara … · ... nilai-nilai kerja dan perilaku ......
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor : PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi disebutkan berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan
sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak
akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi
birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah
langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna
dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan
lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan
disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu harus
segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan
sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini merupakan proses
pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga
2
tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan
revolusioner.
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor : PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi juga disebutkan bahwa, pada intinya latar belakang reformasi
birokrasi ini adalah : 1) Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
masih berlangsung hingga saat ini, 2) Tingkat kualitas pelayanan publik
yang belum mampu memenuhi harapan public, 3) Tingkat efisiensi,
efektifitas dan produktivitas yang belum optimal dari birokrasi
pemerintahan, 4) Tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi
pemerintahan yang masih rendah, 5) Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai
yang masih rendah.
Misi Reformasi Birokrasi adalah: 1) Membentuk dan atau
menyempurnakan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum
tata kelola pemerintahan yang baik, 2) Memodernisasi birokrasi
pemerintahan dengan optimalisasi pemakaian teknologi informasi dan
komunikasi, 3) Mengembangkan budaya, nilai-nilai kerja dan perilaku yang
positif, 4) Mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan)
pemerintahan, 5) Mengadakan relokasi dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia termasuk perbaikan sistem remunerasi, 6) Menyederhakan
3
sistem kerja, prosedur dan mekanisme kerja, dan 7) Mengembangkan
mekanisme kontrol yang efektif.
Reformasi Birokrasi di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
salah satu agendanya adalah reformasi di bidang remunerasi. Remunerasi
dalam bentuk Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang diterapkan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mulai tahun 2010 (Budhihastuti, dalam Media
Jaya,2010), yang pelaksanaannya berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 215 Tahun 2010 tentang Tunjangan
Kinerja Daerah yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 38
Tahun 2011 tentang Tunjangan Kineja Daerah yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil,
guna peningkatan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat sehingga perlu
memberikan kesejahteraan yang optimal dan proporsional. Dengan
diterapkannya pemberian tujuangan kinerja daerah terkandung niat untuk
memperbaiki kesejahteraan karyawan dan berlaku adil serta diharapkan
dapat meningkatkan kinerja pegawai yang lebih baik.
Sebagaimana telah diketahui bersama, kemajuan suatu bangsa dapat
dilihat dari berbagai faktor, di antaranya adalah faktor perekonomian, sosial-
budaya, kondisi lingkungan hidup, serta bagaimana masyarakat
memanfaatkan kemajuan teknologi dan seni dalam perikehidupannya.
4
Kondisi faktor-faktor tersebut tidak terlepas dari bagaimana kualitas
kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola itu semua. Kualitas
sumber daya manusia tidak terlepas dari pendidikan yang mereka miliki,
baik yang sifatnya formal maupun yang nonformal. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan aspek penting dalam memajukan sebuah bangsa.
Di daerah khusus Ibukota Jakarta, banyak terdapat lembaga-lembaga
pendidikan baik formal maupun nonformal. Lembaga-lembaga ini sebagian
dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah, juga
dikelola oleh swasta. Salah satu lembaga pendidikan nonformal yang
dikelola oleh pemerintah daerah Ibukota Jakarta adalah Pusat Pelatihan
Kerja (PPK) yang tersebar di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta.
Pelatihan kerja dapat berperan untuk menjembatani kesenjangan
(gap) kompetensi antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, karena
lulusan lembaga pendidikan atau pencari kerja pada umumnya belum siap
kerja tapi baru siap latih. Lembaga pelatihan kerja salah satu solusi. Tujuan
pembinaan lembaga pelatihan kerja adalah terwujudnya lembaga pelatihan
yang terpercaya (credible) serta adanya pengakuan (recognition) dari
pengguna atau industri. Untuk itu, pengembangan pelatihan kerja secara
nasional harus mengacu kepada pelatihan berbasis kompetensi (PBK) dan
relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal
5 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem
5
Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas) mengamanatkan bahwa program
pelatihan kerja disusun berdasarkan standar kompetensi, baik Standar
Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI), Standar Internasional, dan/atau
Standar khusus. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maka sebagian besar PPLK/LLK eks
Kemennakertrans, pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, yang statusnya berubah menjadi Unit Pelayanan
Teknis Daerah (UPTD).
Otonomi daerah yang berlandaskan kepada Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 berdampak pada kualitas pengelolaan dan
penyelenggaraan pelatihan yang sangat bervariasi sesuai dengan potensi,
kondisi, dan karakteristik daerah masing-masing, dan belum mengacu atau
belum menerapkan pelatihan berbasis kompetensi. Mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Kabupaten/Kota, maka pemerintah daerah bertanggung jawab
penuh dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan
di daerah, termasuk pengelolaan UPTD PPK.
Pusat Pelatihan Kerja (PPK) yang ada di DKI Jakarta berupaya
keras agar masyarakat dapat memanfaatkan balai-balai tersebut dalam
rangka meningkatkan kecakapan kerja dan sikap metal untuk turut serta
terjun ke dunia kerja secara lebih baik. Pihak PPK sebagai lembaga
6
pendidikan dan pelatihan harus mampu menyelenggarakannya dengan
standar kualitas yang baik. Standar kualitas yang baik tidak hanya berupa
sarana dan prasarana, kurikulum, suasana akademis, tetapi juga unsur tenaga
pendidik dan pelatih yang berkompeten serta professional.
Tenaga pendidik pada PPK (selanjutnya disebut instruktur) sebagai
pegawai Pemda DKI diharapkan memiliki kinerja unggul dalam
menghasilkan peserta didik baik dari sisi jumlah maupun dari sisi kualitas.
Dengan jumlah dan kualitas lulusan yang baik diharapkan mereka dapat
diserap pasar kerja dengan baik pula. Banyak faktor yang harus diperhatikan
sebagai penyebab tinggi rendahnya kinerja para instruktur. Faktor-faktor ini
perlu ditemukan, terutama faktor yang bermasalah untuk dicarikan solusinya
sehingga akan berdampak pada perbaikan kinerja instruktur.
Berdasarkan laporan hasil pelaksanaan kegiatan sampai dengan
31 Desember 2011, permasalahan yang dihadapi di lingkungan Pusat
Pelatihan Kerja di DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kualitas dan jumlah Instruktur PPK yang disebabkan antara
lain adanya alih fungsi dan lambatnya proses peremajaan infrastruktur
di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota.
2. Tenaga kepelatihan. Hampir semua kejuruan permasalahannya sama,
belum ada pemetaan intala, jumlah dan kualitas instruktur, dan tenaga
kepelatihan kurang memadai dan belum mampu mendukung
diterapkannya Pelatihan Berbasis Kompetensi. Di samping itu, aspek-
7
aspek seperti sikap dan perilaku dalam menjalankan tugas instruktur,
komitmen, konflik kerja juga masih menjadi kendala untuk memajukan
kualitas PPK. Oleh karena itu, masalah sikap dan perilaku instruktur
yang belum baik akan menjadi kendala dalam menjalankan program-
program pelatihan yang bertujuan merealisasikan visi dan misi
organisasi.
3. Instruktur pada PPK Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebelum
reformasi birokrasi mendapat tunjangan yakni tunjangan Kesejahteraan
dan Tunjangan Perbaikan Penghasilan yang jumlahnya Rp. 2.200.000,-
Jumlah ini sama untuk semua pegawai. Kontrolnya hanya pada daftar
kehadiran, sementara soal kinerja belum mutlak jadi penilaian. Sebelum
reformasi birokrasi pejabat atau bukan pejabat dengan tanggung jawab
berbeda, berat atau ringan tunjangan yang diterima sama sehingga
sempat muncul istilah PGPS atau pintar goblok pendapatan sama.
Tujuan pemberian kesejahteraan terhadap pegawai, di samping untuk
pemenuhan kebutuhan hidup juga diharapkan dapat meningkatkan
kualitas kinerja dan pengabdian sebagai mahluk sosial.
Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi dan misi yang
diemban organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan operasional. Kinerja pegawai birokrasi dapat berarti
8
merupakan prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan sesuatu. Salah satu
upaya untuk memperbaiki kinerja birokrasi negara adalah responsivitas,
yaitu suatu pemberian pelayanan untuk membantu masyarakat sesuai
dengan permintaannya. Keinginan masyarakat berkaitan dengan
masalah waktu, akses, dan komunikasi. Kinerja abdi negara merupakan
suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab masing-masing dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral dan etika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat kepala PPKD di 5
wilayah terhadap kinerja instruktur setelah diberlakukannya remunerasi
masih ada masalah karena ternyata kinerja mereka cenderung biasa saja.
Seharusnya dengan remunerasi dalam bentuk tunjangan kinerja daerah
sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai seharusnya
kinerja karyawan lebih baik.
4. Menurut Robbin ( 2008) Komitmen karyawan terhadap organisasi
merupakan kumpulan perasaan dan keyakinan bahwa organisasi
merupakan suatu sistem yang utuh, sebagai rasa percaya atas nilai
organisasi, kesediaan untuk berusaha demi kepentingan organisasi, dan
loyal terhadap organisasi. Komitmen karyawan terhadap organisasi
sebagai kekuatan yang bersifat relatif dan keterlibatan individu pada
9
suatu organisasi tertentu, yang diidentifikasikan dengan adanya
keyakinan kuat pada tujuan organisasi, kesediaan untuk melakukan
usaha tertentu bagi kepentingan organisasi.
Robbins (2008) mengemukakan komitmen dapat dibagi dua
jenis, yaitu komitmen internal merupakan komitmen yang berasal dari
diri karyawan untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab dan
wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki dan
komitmen eksternal dibentuk oleh lingkungan kerja. Komitmen ini
muncul karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan
tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh para karyawan.
Komitmen karyawan mencerminkan komitmen organisasi. Komitmen
organisasi adalah semua perasaan dan sikap karyawan terhadap segala
sesuatu yang berkaitan dengan organisasi di mana mereka bekerja
termasuk pada pekerjaan mereka. Di lain sisi, komitmen organisasi
sebagai keinginan yang kuat untuk mempertahankan seorang anggota
organisasi, sebuah kemauan yang kuat untuk berusaha mempertahankan
nama organisasi, dan keyakinan menerima nilai-nilai organisasi.
Instruktur pada PPK seharusnya memiliki komitmen yang kuat untuk
tetap menjaga mutu pendidikan agar tetap baik dan lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala PPKD di 5 wilayah
diketahui bahwa pada umumnya instruktur dalam hal berkomitmen
10
biasa saja cenderung menurun dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tupoksinya.
Berdasarkan masalah-masalah yang berhasil diidentifikasikan, maka
kaitan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana Pengaruh
Disiplin dan Komitmen terhadap Kinerja Instruktur sebelum dan sesudah
Penerapan Kebijakan Remunerasi pada Pusat Pelatihan Kerja Provinsi DKI
Jakarta ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang Penelitian, dapat
diidentifikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan sikap dan perilaku
instruktur yang fenomenanya telah dipaparkan. Semua fenomena masalah
yang teridentifikasi merupakan faktor-faktor penting yang berdampak pada
kinerja instuktur, yaitu :
1. Komitmen instruktur untuk melaksanakan proses pelatihan diindikasi
makin kendur.
2. Tidak ada perbedaan signifikan atas sikap dan perilaku sebelum dan
sesudah diterapkannnya kebijakan remunerasi.
3. Kinerja Instruktur masih harus ditingkatkan.
4. Kepuasan kerja para instruktur diindikasikan bahwa sebagian masih
rendah.
5. Disiplin kerja para instruktur diindikasikan menurun.
11
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, juga
berdasarkan pada keterbatasan data, konsep-konsep yang akan digunakan
terutama keterkaitan antar variabel, maka penelitian ini dibatasi masalahnya
pada 3 (tiga) masalah utama, yang dikaji sebelum dan setelah
diterapkannnya kebijakan remunerasi, yaitu :
1. Komitmen instruktur makin rendah, dapat berdampak pada banyak
aspek, di antaranya adalah tidak adanya inovasi-inovasi yang juga akan
berdampak pada kinerja.
2. Disiplin instruktur dalam melaksanakan pelatihan disinyalir menurun.
3. Kinerja instruktur belum memenuhi standar kinerja insruktur yang
ditetapkan.
1.4. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini lebih fokus serta kecukupan datanya lebih terjamin,
maka perlu ditetapkan batasan-batasan penelitian ini, yaitu :
1. Dari sisi objek penelitian, yang diteliti adalah Pusat Latihan Kerja
(PPK) di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta.
2. Unit analisis adalah para instruktur pada PPK .
3. Dalam hal penetapan masalah, oleh karena hasil prasurvei
mengindikasikan masalah-masalah perilaku para instruktur, maka dalam
penelitian ini masalah akan dibatasi pada 3 (tiga) variabel penelitian,
yaitu: Disiplin, Komitmen, dan Kinerja instruktur.
12
1.5. Rumusan Masalah
Berdasarkan fakta yang melatar belakangi permasalahan penelitian
ini, serta adanya keterkaitan secara teori dan fakta, maka ditetapkan rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh disiplin terhadap kinerja instruktur sebelum
dan sesudah diterapkan kebijakan remunerasi ?
2. Apakah terdapat pengaruh komitmen terhadap kinerja instruktur sebelum
dan sesudah kebijakan remunerasi ?
3. Secara deskriptif, bagaimanakah tingkat komitmen, disiplin dan kinerja
instruktur sebelum dan sesudah kebijakan remunerasi ?
1.6. Tujuan Penelitian
Mengacu pada uraian di Latar Belakang Penelitian, Identifikasi
Masalah, Batasan Masalah, Batasan Penelitian, Rumusan Masalah serta data
dan alat analisis yang akan digunakan, dapat ditentukan tujuan penelitian ini,
yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
masalah kinerja instruktur yang dikaitkan dengan penyebab-penyebab
yang juga bermasalah yaitu disiplin dan komitmen sebelum dan setelah
diterapkannya kebijakan remunerasi. Sehingga, penelitian ini mampu
memberikan usulan solusi atas masalah kinerja tersebut.
13
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus penelitian ini
adalah :
a. Mengetahui besar pengaruh komitmen terhadap kinerja instruktur
sebelum dan setelah kebijakan remuerasi.
b. Mengetahui besar pengaruh disiplin terhadap kinerja instruktur
sebelum dan sesudah kebijakan remunerasi.
c. Secara deskriptif mengetahui kualitas komitmen, disiplin dan kinerja
instruktur.
1.7. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mengungkapkan dan memaparkan berbagai faktor
mengenai disiplin, komitmen dan kinerja para instruktur pada PPK. Oleh
sebab itu, kiranya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Kegunaan Teoretis
a. Sebagai masukan untuk memperluas wawasan bagi kajian ilmu
manajemen dalam mengelola manajemen sumber daya manusia
pada lembaga PPK milik pemerintah daerah, sehingga dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian sumber
daya manusia yang akan datang.
b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu
manajemen yang menyangkut kualitas pelayanan jasa, khususnya
14
jasa pendidikan dan pelatihan, mengembangkan konsep baru yang
dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut.
c. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu
administrasi publik, khususnya sebagai masukan dalam
penyusunan kebijakan publik berkaitan dengan pendidikan dan
pelatihan yang dikelola oleh pemerintah.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi
pimpinan PPK untuk meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya
kualitas SDM melalui peningkatan disiplin, komitmen, dan kinerja.
Membantu pimpinan mampu merencanakan dan menentukan
strategi lembaga.
b. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan prima pada
lembaga dan perubahan sikap dan perilaku kerja serta cepat
tanggap dalam memberikan pelayanan optimal pada peserta ajar.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Disiplin
2.1.1.1.Definisi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 1 disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan:
1. Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri
Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan
kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat menjadi PNS
adalah PNS Pusat dan PNS Daerah.
Menurut Margono (2005)1, disiplin diartikan sebagai sikap
seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan
yang telah ditetapkan. Dalam kaitan dengan pekerjaan, pengertian
disiplin kerja adalah suatu sikap atau tingkah laku yang menunjukkan
1 Margono, Sumarlan. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Badan Penerbit Bumi
Aksara.
16
ketaatan karyawan terhadap peraturan. Dessler (2005)2 secara spesifik
memberikan pengertian disiplin kerja, yaitu merupakan suatu sikap
menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap semua peraturan-
peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sanksinya apabila melanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya.
Perilaku disiplin merupakan sesuatu yang tidak muncul dengan
sendirinya, tetapi perlu dibentuk. Oleh karena itu, pembentukan disiplin
kerja menurut Wibowo (2010) 3 dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara
yaitu:
1. Disiplin preventif adalah merupakan tindakan yang timbul untuk
mendorong para pekerja untuk mengikuti norma-norma atau aturan-
aturan sehingga tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan.
Tujuannya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para
karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin dan
mereka bukan semata-mata dipaksa.
2. Disiplin korektif adalah merupakan suatu kegiatan untuk menangani
pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari
2 Dessler, Gary, 2005. Human Resources Management, Jakarta: PT. Indeks.
3 Wibowo, 2010, Managemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers.
17
pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering
berbentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa disiplin preventif lebih menekankan pada
upaya mencegah terjadinya pelanggaran, dengan menaati semua
ketentuan yang berlaku dalam organisasi. Sedangkan disiplin korektif
lebih menekankan pada upaya penanganan sekaligus bagaimana penataan
selanjutnya.
Sedangkan Luthans (2007)4 mengatakan bahwa tujuan pokok dari
pendisiplinan preventif adalah mendorong karyawan agar memiliki
disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat
dengan pengawasan, yang dapat mematikan prakarsa, kreativitas dan
partisipasi sumber daya manusia. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) hal yang
perlu mendapat perhatian manajemen di dalam penerapan disiplin
pribadi, yaitu:
1. Para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa
memiliki organisasi karena secara logika seorang akan merusak
sesuatu yang menjadi miliknya.
2. Para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan
yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan
4 Luthans, Fred. 2007. Corporate Culture: Challenge to Excellence, Jakarta:PT. Elexmedia
Komputindo.
18
dimaksud seyogyanya disertai dengan informasi yang lengkap
mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang bersifat normatif.
3. Para karyawan didorong, untuk menentukan sendiri cara-cara
pendisiplinan diri dalam rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku
umum bagi seluruh anggota organisasi.
Bernardin dan Russel (2003)5 mengemukakan dua pengertian
kedisiplinan, yakni dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit
dikatakan bahwa kedisiplinan adalah bilamana karyawan tersebut jarang
absent dan datang serta pulang tepat pada waktunya. Sedangkan dalam
arti luas kedisiplinan adalah suatu sikap, tingkah laku yang sesuai dengan
peraturan dari suatu organisasi baik tertulis maupun tidak. Rivai (2010)6
mengemukakan pengertian disiplin kerja adalah suatu yang digunakan
para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesedian seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin
karyawan memerlukan alat komunikasi terutama pada peringatan yang
bersifat spesifik terhadap karyawan yang tidak mau berubah sifat dan
prilakunya. Penegakan disiplin karyawan biasanya dilakukan oleh
5 Bernardin, H. John, and Russel Joyce, 2003. Human Resource Management : An experimental
approach. Jogjakarta: Penerbit Andi.
6 Rivai, Veithzal, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Indeks.
19
penyelia. Sedangkan kesadaran adalah sikap seseorang yang secara
sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya. Dalam perkataan lain seorang karyawan dikatakan memiliki
disiplin kerja yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen, konsisten,
taat asas, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya.
2.1.1.2. Manfaat Disiplin Kerja
Peraturan tentang disiplin kerja diperlukan untuk memberikan
bimbingan (pembinaan) bagi karyawan dalam mewujudkan pelaksanaan
tata-tertib karyawan yang baik dalam suatu organisasi. Disiplin itu
penting untuk ditegakkan dalam suatu perusahaan, diharapkan agar
sebagian besar dari peraturan itu ditaati oleh para karyawan. Menurut
Mutiara (2006)7, kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen
sumber daya manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin
karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Dengan
memperhatikan hal tersebut di atas, tanpa disiplin karyawan yang baik,
akan sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil.
Tanpa adanya disiplin, maka sulit mewujudkan tujuan yang
maksimal. Kedisiplinan menjadi kunci keberhasilan perusahaan karena
dengan disiplin karyawan dapat menciptakan sesuatu, seperti berikut:
1) Tenggang rasa kepedulian karyawan terhadap tujuan perusahaan.
7 Mutiara, Panggabean. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Galia Indonesia.
20
2) Tingginya semangat dan gairah kerja serta inisiatif para karyawan
dalam melakukan pekerjaan.
3) Besarnya tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya.
4) Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di
kalangan karyawan perusahaan.
5) Meningkatkan efisiensi dan produktifitas para karyawan.
2.1.1.3. Faktor-faktor Disiplin
Robbins (2008)8 menyebutkan indikator yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, antara lain tujuan dan
kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat,
sanksi/hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja, yaitu keteladanan pimpinan
organisasi, kesediaan dan kesadaran dalam melaksanakan tugas, serta
pengawasan pimpinan dan keberanian dalam menindak pelanggaran
disiplin.
1) Keteladanan Pimpinan Organisasi
Dalam lingkungan organisasi, semua karyawan akan melihat dan
memperhatikan tentang apa yang dilakukan oleh pimpinan dan
bagaimana pimpinan menegakkan disiplin kerja. Pimpinan dalam
8 Robbins, P. Stephen. 2008. Organizational Behavior. Jakarta: PT. Indeks.
21
suatu organisasi dijadikan panutan bagi karyawan. Dengan kata lain,
bawahan meniru apa yang dilakukan oleh pimpinan. Menurut Mutiara
(2006)9, keteladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan
kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan
panutan oleh para bawahannya. Budaya di Indonesia masih ada yang
bersifat melihat kepada pimpinan di atas (paternalisme). Dengan kata
lain, para bawahan meniru apa yang dilakukan oleh pimpinan. Ini
mengandung makna, bahwa apapun yang dilakukan oleh pimpinan
akan dijadikan contoh dan akan diikuti oleh karyawan yang ada dalam
organisasi tersebut.
Berkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang partisipatif,
Wexley dan Yukl (2010)10 berpendapat bahwa mengikutsertakan
orang lain dalam membuat keputusan seringkali merupakan suatu
kebutuhan agar keputusan tersebut diterima dan diimplementasikan
dalam organisasi. Artinya, para karyawan diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan yang akhirnya mendorong para karyawan
untuk dapat berpartisipasi, dalam hal ini para karyawan akan lebih
dekat lagi mengenal karakter pimpinannya dan mendorong minat
untuk membantu pimpinan dengan penuh kesadaran.
9 Op.cit
10 Wexley, K. N. dan G.A. Yukl, 2009. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
22
Keterbukaan pimpinan akan membantu pola pikir para
karyawan untuk membuka wawasan, sehingga ia lebih memahami
tujuan organisasi, yang pada saatnya nanti akan berpengaruh pada
penegakan disiplin kerja.
2) Kesediaan dan Kesadaran dalam Melaksanakan Tugas
Tugas-tugas hendaknya dilaksanakan secara sadar oleh karyawan.
Tidak boleh merasa ada intervensi dari atasan dalam melaksanakan
tugas sehari-hari. Ia harus bersedia menerima dan melaksanakan
bahwa tugas-tugas tersebut merupakan kewajiban sebagai
konsekuensi logis yang semuanya telah diatur oleh undang-undang.
Menurut Dessler (2005)11, bekerja itu penting untuk
menghidupi kehidupan sendiri, sekaligus menjamin rasa berguna,
dikehendaki, dibutuhkan, dan yang pasti memberi arti bagi kehidupan.
Dengan demikian, penting untuk menanamkan pemahaman kepada
para karyawan atas kesediaan dan kesadaran yang tinggi dalam
melaksanakan pekerjaan. Mutiara (2006)12 mengatakan, bahwa
kedisiplinan adalah kesediaan dan kesadaran seseorang mentaati
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Jika para karyawan itu memahami arti pentingnya bekerja, dapat
dipastikan akan melaksanakan tugas-tugas dengan penuh kesadaran
11
Op.cit 12
Op.cit
23
atau loyalitas yang tinggi, tumbuh dari dalam dirinya dan tidak
merasa dipaksakan untuk bekerja.
3). Pengawasan Pimpinan dan Keberanian Menindak Pelanggaran Disiplin
Wexley dan Yukl (2010)13 mengemukakan bahwa pengawasan ialah
proses pengamatan tentang pelaksanaan seluruh organisasi agar
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam organisasi,
pelaksanaan pengawasan terhadap kelancaran tugas-tugas perlu
dilaksanakan, karena pengawasan akan memberikan arahan kepada
karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan ketat sesuai
dengan pedoman yang berlaku dan sikap tegas diperlukan oleh
pimpinan dalam mengambil tindakan terhadap pelaku pelanggaran
disiplin yang telah disepakati. Tindakan terhadap pelaku pelanggaran
dimaksudkan untuk mengubah sikap ke arah perbaikan. Untuk itu
diperlukan adanya upaya pendisiplinan yang dilakukan secara
bertahap.
Menurut Wexley dan Yukkl (2010)14 menyatakan bahwa lima faktor
utama yang berpengaruh terhadap proses disiplin pegawai adalah : a)
Sikap dan orientasi dari pegawai terhadap pekerjaan, b) Ukuran dalam
14
Op.cit
24
organisasi, c) Permintaan akan tenaga kerja, d) Tipe kepemimpinan, dan
e) Kesatuan dan peraturan pegawai.
Disiplin merupakan suatu ketaatan dan proses pengendalian yang
berhubungan erat dengan rasionalitas, kesadaran dan tindak emosional,
serta mencakup empat aspek utama, yaitu :
1. Merupakan sikap mental tertentu untuk mengikuti dan memenuhi
aturan.
2. Pengetahuan tentang aturan perilaku bagi kehidupan manusia yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3. Sikap gerakan yang diatur dan sikap tingkah laku yang menunjukkan
kesungguhan yang diharapkan timbul dari dalam hatinya untuk
melakukan secara sadar apa yang dilakukan maupun apa yang
diucapkan.
4. Perpaduan antara sikap dengan nilai sosial bagi kehidupan organisasi
maupun kehidupan masyarakat.
Aspek hubungan internal pegawai yang perlu, tetapi terasa kuat
adalah penerapan tindakan disipliner. Tindakan ini tidak selalu menjadi
jawaban dari suatu masalah, terdapat beberapa cara positif memastikan
para pegawai mematuhi kebijakan-kebijakan organisasi yang perlu untuk
mencapai tujuan organisasi. Bagaimanapun para pimpinan/manajer harus
ada keberanian dalam melaksanakan tindakan disipliner pada saat
kebijakan-kebijakan organisasi dilanggar, akan tetapi tindakan disipliner
25
merupakan interaksi antara manusia, sehingga kadang-kadang prosesnya
menjadi bias dan emosional. Oleh karena itu, tindakan-tindakan disipliner
sepertinya tidak selalu dilakukan.
Tindakan disiplin yang tidak tepat dapat menciptakan masalah-
masalah, seperti moral kerja yang rendah, kemarahan dan pemupukan
rasa dendam masing-masing pegawai yang terkena sanksi disiplin. Bila
kondisi tersebut berkepanjangan, maka akumulasi dari kekecewaan
tersebut akan menimbulkan gerakan-gerakan yang sangat merugikan baik
organisasi maupun para pegawai itu sendiri. Tujuan utama disiplin adalah
untuk memastikan bahwa perilaku-perilaku pegawai konsisten dengan
aturan-aturan organisasi, karena aturan-aturan disusun untuk tujuan-
tujuan organisasi yang lebih jauh. Pada saat aturan dilanggar maka
efektivitas organisasi berkurang sampai tingkat tertentu atau tergantung
pada luasnya pelanggaran.
2.1.1.4. Tahapan Disiplin
Pembahasan disiplin pegawai dalam manajemen SDM berangkat dari
pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kehilafan
dan kesalahan. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu memiliki berbagai
ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya. Agar berbagai tujuan
pendisiplinan tercapai, maka pendisiplinan harus diterapkan secara
bertahap. Yang dimaksud secara bertahap adalah dengan mengambil
26
langkah pendisiplinan mulai dari yang paling penting. Menurut Azhar
(2006)15 beberapa tahap pendisiplinan adalah :
1. Peringatan lisan oleh personalia
2. Peringatan tertulis ketidakpuasan oleh atasan langsung
3. Penundaan kenaikan gaji berkala
4. Penundaan kenaikan pangkat
5. Pembebasan dari jabatan
6. Pemberhentian sementara
7. Pemberhentian atas permintaan sendiri
8. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
9. Pemberhentian tidak dengan hormat
Pengenaan sanksi dilaksanakan oleh atasan langsung dan selanjutnya
karyawan bersangkutan diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi,
serta keputusan akhir dari pengenaan sanksi diambil oleh pejabat pimpinan
yang memang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan
maksud bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan sanksi
sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan.
Di samping itu, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik
dalam arti agar terjadi perubahan perilaku di masa depan, atau dengan kata
lain pengenaan sanksi kepada yang bersangkutan bukan dilatar belakangi
rasa dendam pribadi. Dari ciri-ciri tingkah laku pribadi yang disiplin,
15
Azhar, Sunyoto Munandar. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.
27
jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan,
waktu, keselamatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan melainkan
sarana yang ikut menentukan peranan dalam menentukan tujuan. Oleh
karena itu, kedisiplinan harus ditegaskan dalam suatu organisasi, karena
tanpa dukungan disiplin pegawai yang baik, maka sulit organisasi untuk
mewujudkan tujuannya. Disiplin adalah kunci keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya, dengan demikian faktor disiplin
dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka disiplin dapat didefinisikan sebagai perilaku
seseorang yang patuh, taat, dan hormat kepada ketentuan, peraturan atau
norma yang berlaku.
2.1.1.5. Bentuk Disiplin Kerja
Disiplin kerja dapat dilihat dari berbagai bentuknya, Rivai
(2010)16 membedakan bentuk disipilin kerja atas 4 (empat) bagian:
1. Disiplin Retributif, yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat
salah.
2. Disiplin Korektif, yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi
prilakunya yang tidak tepat.
3. Perspektif hak-hak induvidu, yaitu berusaha melindungi hak-hak
dasar induvidu selama tindakan-tindakan indisipliner.
16
Rivai, Veithzal, 2010. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta: Rajawali Pers.
28
4. Perspektif Utilitarian, yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin
hanya pada saat konsekuensi-konseskuensi tindakan disiplin yang
melebihi dampak-dampak negatifnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,
perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah
sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih. Seorang pegawai yang mempunyai tingkat disiplin yang tinggi, ia
akan tetap bekerja meskipun tanpa diawasi oleh atasan. Berdasarkan
uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa variabel disiplin
sekurang-kurangnya harus mencakup dimensi : tingkat kehadiran,
efektivitas, efisiensi kerja, dan sikap.
2.1.2. Komitmen
Konsep komitmen mempunyai peran penting dalam filosofi
Manajemen Sumberdaya Manusia karena kebijakannya didesain untuk
meningkatkan integrasi organisasi, komitmen karyawan, fleksibilitas dan
kualitas kerja. SDM tidak termotivasi untuk berperan dalam proses
pengembangan kompetensi manajerial, jika mereka tidak memiliki
komitmen terhadap organisasi.
29
Mutiara (2006)17 mendefinisikan komitmen karyawan sebagai
semua perasaan dan sikap karyawan terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan organisasi di mana mereka bekerja termasuk pada
pekerjaan mereka. Dessler (2005) mendefinisikan komitmen karyawan
sebagai sifat hubungan seorang dengan organisasi yang memungkinkan
seseorang yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap organisasi
memperlihatkan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi
tersebut; kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
organisasi tersebut; dan kepercayaan akan dan penerimaan yang kuat
terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Dibandingkan dengan
keterikatan, komitmen meliputi hubungan yang aktif antara pekerja dan
majikan di mana pekerja tersebut bersedia memberikan sesuatu atas
kemauan sendiri agar dapat menyokong tercapainya tujuan organisasi.
Robbins (2008) mengatakan bahwa komitmen karyawan terhadap
organisasi merupakan salah satu sikap kerja, yang merefleksikan
bagaimana perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap tempat ia
bekerja. Bila ia menyukai organisasi tersebut maka ia akan berupaya untuk
tetap bekerja di sana. Robbins mendefinisikan komitmen karyawan
terhadap organisasi sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi
yang mencakup di antaranya loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan
(komitmen).
17
Op.cit
30
Luthans (2007)18 mendefinisikan komitmen organisasi sebagai:
1. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan seorang anggota
organisasi tertentu;
2. Kemauan yang kuat untuk berusaha mempertahankan nama organisasi;
3. Keyakinan dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Komitmen karyawan terhadap organisasi mencerminkan
bagaimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan
organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Para manajer disarankan
untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan untuk mendapatkan
tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya, komitmen yang lebih
tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi.
Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan kumpulan perasaan
dan keyakinan orang-orang yang merasakan organisasi sebagai suatu
keutuhan, di mana level komitmen bisa dimulai dari sangat tinggi sampai
sangat rendah. Orang-orang bisa mempunyai sikap tentang berbagai aspek
organisasi mereka seperti saat praktek promosi organisasi, kualitas produk
organisasi dan perbedaan budaya organisasi.
Komitmen karyawan sebagai rasa percaya atas nilai organisasi,
kesediaan untuk berusaha demi kepentingan organisasi, dan loyal
terhadap organisasi. Komitmen karyawan terhadap organisasi sebagai
kekuatan yang bersifat relatif dan keterlibatan individu pada suatu
18
Op.cit
31
organisasi tertentu, yang diidentifikasikan dengan adanya keyakinan kuat
pada tujuan organisasi, kesediaan untuk melakukan usaha tertentu bagi
kepentingan organisasi.
Dari uraian tentang pengertian komitmen karyawan dapat ditarik
kesimpulan bahwa komitmen sebagai suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta
berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Dalam penelitian
ini, yang dimaksudkan dengan komitmen adalah komitmen dari para
instruktur Pusat Pelatihan Kerja terhadap para pengguna jasa pelatihan.
Selanjutnya Robbins (2008)19 mengatakan bahwa ada tiga fase dari
komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu:
1. Fase Kerelaan dan Kepatuhan, yaitu fase di mana seseorang bersedia
menerima pengaruh dari orang lain dan patuh terhadap setiap tugas
atau perintah yang diberikan kepadanya, terutama untuk memperoleh
sesuatu dari orang lain seperti pembayaran. Komitmen pada fase ini
masih sangat rentan. Bila menghadapi kondisi yang tidak sesuai
dengan harapannya, individu mudah kehilangan komitmennya.
2. Fase Identifikasi, individu menerima pengaruh untuk mempertahankan
suatu kepuasan, dan berhubungan dengan identifikasi diri. Orang
merasa bangga memiliki organisasi. Pada fase ini individu berupaya
membina dan mempertahankan hubungan baik dengan orang lain.
19
Op.cit
32
Semakin baik hubungannya dengan orang lain, semakin ia memiliki
kebanggaan berada dalam kelompok tersebut. Kebanggaan inilah yang
mendorong komitmennya pada organisasi.
3. Fase Internalisasi, individu mendapatkan bahwa nilai-nilai organisasi
secara intrinsic sesuai atau sama dengan nilai-nilai pribadi. Fase
Internalisasi merupakan tahapan di mana komitmen individu terhadap
organisasi teruji kehandalannya. Pada tingkatan yang demikian,
individu memiliki tanggung jawab dan perasaan memiliki yang tinggi
terhadap organisasinya. Mereka secara sadar memberikan kontribusi
mereka kepada organisasi, karena keyakinan bahwa pencapaian tujuan
organisasi secara langsung atau tidak langsung merupakan pencapaian
tujuan pribadi. Pada kondisi yang demikian, individu merasa lebih
puas.
Robbins (2008)20 mengemukakan tiga bentuk keikatan karyawan
terhadap organisasi, sebagai berikut:
1. Keterlibatan Moral, yaitu orientasi yang positif dan kuat terhadap
organisasi karena ada internalisasi tehadap tujuan, nilai, norma
organisasi, dan identifikasi pada pemegang otoritas. Individu memiliki
komitmen terhadap organisasi sejauh identitas pribadi konsisten
dengan tujuan organisasi.
20
Op.cit
33
2. Keterlibatan Kalkulatif, yaitu keinginan individu untuk tetap menetap
pada suatu organisasi karena kepentingan timbal balik dengan
organisasi tersebut.
3. Keterlibatan Alienatif, yaitu orientasi yang negatif terhadap organisasi,
terutama pada situasi di mana individu merasa terpaksa untuk
berperilaku tertentu.
Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa terdapat empat karakterisktik tindakan
yang menentukan komitmen yaitu:
1. Kejelasan tindakan, yaitu tindakan yang dapat diamati dan tindakan
yang dilakukan tanpa ragu-ragu. Beberapa tindakan tidak dapat diamati
dan hanya dapat diketahui dari asumsi terhadap konsekuensinya. Inti
dari karakteristik adalah bahwa perilaku individu konsisten dengan apa
yang dikatakannya.
2. Pengulangan tindakan, yaitu bahwa tindakan-tindakan dapat diulang
kembali secara teratur dan kontinu. Orang yang berkomitmen tidak
mundur dari tindakannya, meskipun mendapat hambatan baik dari
dalam dirinya maupun dari lingkungannya.
3. Kemauan sendiri, yaitu bahwa tindakan individu adalah atas kemauan
sendiri dan didasarkan pada kebebasan individu. Orang yang bertindak
atas kemauan sendiri akan lebih bertanggung jawab dan bersungguh-
sungguh dibandingkan dengan orang yang bekeja secara terpaksa. Bila
34
melakukan kesalahan, orang-orang tersebut berani mengakui kesalahan
mereka dan secara sadar berupaya memperbaiki diri.
4. Publisitas tindakan, merupakan ciri di mana suatu tindakan dapat
diketahui dan dirasakan secara sosial. Orang melakukan sesuatu
tindakan dan diketahui oleh orang lain, bukan karena ingin
mendapatkan pujian, melainkan tindakan itu sendiri sudah mencakup
konteks sosial.
Hal tersebut di atas sebagai proses dimana individu mengembangkan
perasaan memiliki menjadi kegiatan-kegiatan nyata, yang akhirnya
berkembang menjadi komitmen. Ada tiga tahap komitmen karyawan
terhadap organisasi yaitu:
1. Tahap Antisipasi adalah pengaruh faktor-faktor pilihan pekerjaan atau
pekerjaan sebelum masuk suatu organisasi terhadap komitmen pada
organisasi tersebut (karakteristik pribadi, karakteristik pekerjaan,
harapan terhadap pekerjaan).
2. Tahap Awal adalah pengaruh pengalaman kerja selama satu tahun
pertama dalam suatu organisasi terhadap komitmen pada organisasi.
3. Tahap Pemantapan yaitu tahap dimana terjadi komitmen yang
berkelanjutan terhadap organisasi.
Dijelaskan pula bahwa terdapat dua jenis komitmen yaitu:
1. Komitmen Internal, merupakan komitmen yang berasal dari diri
karyawan untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab dan
35
wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki.
Pemberdayaan sangat terkait dengan komitment internal karyawan.
Proses pemberdayaan akan berhasil bila ada motivasi dan kemauan
yang kuat untuk mengembangkan diri dan memacu kreativitas individu
dalam menerima tanggung jawab yang lebih besar.
2. Komitmen Eksternal, dibentuk oleh lingkungan kerja. Komitmen ini
muncul karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan
tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh para karyawan. Peran
supervisor sangat penting dalam menentukan timbulnya komitmen ini
karena belum adanya suatu kesadaran individual atas tugas yang
diberikan.
Anwar Prabu (2002)21 mengatakan bahwa pemberdayaan
merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap dalam
organisasi agar dapat dicapai secara optimal dan membangun kesadaran
dari karwayan akan pentingnya proses pemberdayaan sehingga perlu
adanya komitmen dari anggota terhadap organisasi. Pemberdayaan yang
dapat dikembangkan untuk memperkuat komitmen organisasi adalah:
1. Lama Bekerja (Time), merupakan waktu yang telah dijalani seseorang
dalam melakukan pekerjaan pada perusahaan. Semakin lama seorang
21
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002, Manajemen sumber daya manusia perusahaan, Bandung :
Bandung : Remaja Rosdakarya
36
bertahan dalam perusahaan maka terlihat bahwa dia berkomitmen
terhadap organisasi.
2. Kepercayaan (Trust), setelah pemberdayaan dilakukan oleh pihak
manajemen langkah selanjutnya yaitu membangun kepercayaan antara
manajemen dan karyawan. Adanya saling percaya diantara anggota
organisasi akan tercipta kondisi yang baik untuk pertukaran informasi
dan saran tanpa adanya rasa takut. Kepercayaan antara keduanya dapat
diciptakan dengan cara antara lain: a) Menyediakan waktu dan sumber
daya yang cukup bagi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan; b)
Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja; c)
Menghargai perbedaan pandangan dan perbedaan kesuksesan yang
diraih karyawan; d) Menyediakan akses informasi yang cukup.
3. Rasa percaya diri (Confident). Menimbulkan rasa percaya diri
karyawan dengan menghargai kemampuan yang dimiliki karyawan
sehingga komitmen terhadap perusahaan semakin tinggi. Keyakinan
karyawan dapat ditimbulkan melalui antara lain: a) Mendelegasikan
tugas penting kepada karyawan; b) Menggali saran dan ide dari
karyawan; c) Memperluas tugas dan membangun jaringan antar
depertemen; d) Menyediakan instruksi tugas untuk penyelesaian
pekerjaan yang baik.
4. Kredibilitas (Credibility). Menjaga kredibilitas dengan penghargaan
dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendorong kompetisi
37
yang sehat sehingga tercipta organisasi yang memiliki kinerja tinggi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain: a) Memandang
karyawan sebagai partner strategis; b) Peningkatan target di semua
bagian pekerjaan; c) Mendorong inisiatif individu untuk melakukan
perubahan melalui partisipasi; d) Membantu menyelesaikan perbedaan
dalam penentuan tujuan dan prioritas.
5. Pertanggungjawaban (Accountability). Pertanggungjawaban karyawan
pada wewenang yang diberikan dengan menetapkan secara konsisten
dan jelas tentang peran, standar, dan tujuan tentang penilaian terhadap
kinerja karyawan dalam penyelesaian dan tanggung jawab terhadap
wewenang yang diberikan. Akuntabilitas dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: a) Menggunakan jalur training dalam mengevaluasi
kinerja karyawan; b) Memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang
jelas; c) Melibatkan karyawan dalam penentuan standar dan ukuran
kinerja; d) Memberikan saran dan bantuan kepada karyawan dalam
menyelesaikan tugasnya.
Jika karyawan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
pekerjaannya, kecilnya peluang unutk mendapatkan pekerjaan yang lain,
adanya pengalaman yang baik dalam bekerja dan adanya usaha yang
sungguh-sungguh dari organisasi untuk membantu karyawan baru dalam
belajar tentang organisasi dan pekerjaannya, maka akan tercipta komitmen
pada organisasi.
38
Azhar (2006)22 menyatakan bahwa komitmen karyawan terhadap
organisasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut:
1. Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, semakin memberi
ia peluang untuk menerima tugas-tugas yang lebih menantang, otonomi
yang lebih besar, keleluasaan bekerja, tingkat imbalan ekstrinsik yang
lebih tinggi, dan peluang menduduki jabatan atau posisi yang lebih
tinggi.
2. Makin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, peluang investasi
pribadi (pikiran tenaga, dan waktu) untuk organisasi semakin besar,
dengan demikian semakin sulit untuk meninggalkan organisasi tersebut.
3. Keterlibatan sosial individu dalam organisasi dan masyarakat di
lingkungan organisasi tersebut semakin besar, yang memungkinkan
memberi akses yang lebih baik dalam membangun hubungan-
hubungan sosial yang bermakna, menyebabkan individu segan untuk
meninggalkan organisasi.
4. Mobilitas individu berkurang karena lama berada pada suatu organisasi,
yang berakibat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lain makin
kecil.
Dari uraian tentang dimensi-dimensi komitmen maka dapat ditarik
suatu sintesis bahwa sikap karyawan untuk tetap berada dalam organisasi
dan terlibat dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan
22
Op.cit
39
organisasi. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa komitmen merupakan
suatu bentuk loyalitas yang lebih konkret yang dapat dilihat dari sejauh
mana instruktur Pusat Pelatihan Kerja mencurahkan perhatian, gagasan,
dan tanggung jawab dalam upaya mencapai tujuan intitusi.
Robbins (200823) mengartikan komitmen organisasi sebagai
keinginan yang kuat untuk mempertahankan seorang anggota organisasi,
sebuah kemauan yang kuat untuk berusaha mempertahankan nama
organisasi, dan keyakinan menerima nilai-nilai organisasi. Terdapat 6
(enam) karakteristik perilaku untuk menandai karyawan yang memiliki
komitmen, yaitu: (1) mudah bekerjasama (team player); (2) mau
berkorban untuk kebaikan perusahaan; (3) meyakini produk perusahaan;
(4) mau merekomendasikan perusahaan sebagai salah satu tempat yang
terbaik untuk bekerja; (5) siap tinggal bersama perusahaan paling tidak
untuk beberapa tahun ke depan; (6) bahkan jika ditawari peningkatan gaji
yang moderat di tempat lain. Sedangkan Lee dan Mathur (1998)24
menggunakan indikator-indikator komitmen karyawan sebagai berikut: (1)
Kebanggaan terhadap organisasi; (2) Kesenangan telah memilih
perusahaan yang tepat; (3) Prospek bersama organisasi; dan (4) Anggapan
bahwa perusahaan sebagai tempat terbaik untuk bekerja.
23
Op.cit 24 Lee S. Keun dan Marthur Abraham, 1998. Korean Workers’ Motivation Tools: Commitment
and Incentive-Based Motivation and Their Relative Impact on Behavioral Work Outcome", Multinational Business Review, Vol. 16 Iss: 4, pp.87 – 110.
40
Berdasarkan pemikiran di atas, komitmen pegawai dalam
penelitian ini dibangun atas dua dimensi, yaitu:
1) Dimensi afektif atau sikap. Dimensi ini terdiri dari :
(a) kebanggaan pegawai pada institusi, dalam penelitian ini ialah
instruktur PPK;
(b) keberpihakan pegawai pada institusi;
(c) rasa memiliki (sense of belongings) pada institusi dan pengguna
jasa;
(d) kepedulian terhadap lingkungan kerja;
(e) kemudahan bekerjasama;
(f) kemauan berkorban untuk kebaikan (upaya);
(g) penerimaan perubahan;
(h) keyakinan terhadap produk institusi.
2) Dimensi keberlanjutan. Dimensi ini terdiri dari :
(a) prospek institusi,
(b) kesiapan tinggal bersama institusi paling tidak untuk beberapa
tahun kedepan, walaupun ditawari peningkatan gaji yang
moderat atau lebih tinggi di tempat lain.
Dengan demikian, komitmen dalam penelitian ini adalah komitmen
instruktur terhadap organisasi yang memungkinkannya untuk
memperlihatkan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi,
kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi
41
tersebut, dan kepercayaan akan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-
nilai dan tujuan organisasi.
2.1.3. Kinerja
Definisi kinerja menurut Armstrong dan Baron (2005)25, adalah
hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.
Definisi kinerja menurut Bernardin dan Russel (2003)26 adalah catatan
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu
atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian
kinerja adalah kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan seseorang atau
kelompok dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya selama kurun
waktu tertentu akibat dari kemampuan alami atau kemampuan dari proses
belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Menurut Mangkunegara (2002), individu yang memiliki kinerja
tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu a) berorientasi pada prestasi,
b) memiliki rasa percaya diri tinggi, c) memiliki kendali diri yang baik,
serta d) memiliki kompetensi. Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja individu tenaga kerja yaitu : a) kemampuan kerja, b) motivasi
kerja, c) dukungan yang diterima, d) karakteristik pekerjaan yang
dilakukan, e) hubungan mereka dengan organisasi. Sedangkan faktor-
25
Armstrong, Michael dan Angela Baron. 2005. Managing Performance. Jakarta: PT Elexmedia. 26
Op.cit.
42
faktor yang mempengaruhi kinerja adalah a) Faktor Kemampuan. Secara
psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan
kemampuan realita, oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan sesuai
dengan keahliannya; b) faktor motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap
seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.
Menurut Dessler (2005), kinerja dapat disarikan ke dalam lima
dimensi kinerja seorang karyawan, yaitu sebagai berikut :
1. Kualitas Pekerjaan, adalah karakteristik dari suatu pekerjaan yang
dapat menunjukan tingkat kebutuhan dan keinginan yang diharapkan
oleh seseorang.
2. Kuantitas Pekerjaan, adalah jumlah pekerjaan yang berhasil
diselesaikan oleh masing-masing karyawan sesuai dengan job
descriptionnya yang dikaji berdasarkan kurun waktu tertentu.
3. Supervisi, adalah sikap memberikan arahan pekerjaan atau tugas
kepada karyawan-karyawan yang kurang pengetahuan akan
pekerjaannya.
4. Absensi, adalah tingkat hadir atau tidaknya karyawan di tempat kerja.
5. Konservasi, adalah sikap atau kegiatan untuk melindungi, memelihara
dan mengalokasikan sesuatu.
Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang
mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
43
mempengaruhi kinerja menurut Dessler (2005)27 berdasarkan hasil
rangkuman penelitian-penelitian kinerja adalah :
1. Faktor Personal, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
kepercayaan diri, dan motivasi.
2. Faktor Kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan atasan.
3. Faktor Tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan kerja, kepercayaan terhadap tim, kekompakan dan keeratan
tim.
4. Faktor Sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses kerja di dalam organisasi, dan
kultur organisasi.
5. Faktor Lingkungan, meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Berdasarkan paparan, analisis dan sintesis mengenai konsep atau
variabel kinerja dan dikaitkan dengan penelitian ini, maka konsep kinerja
yang dimaksud adalah berupa tanggapan karyawan (dalam hal ini para
instruktur) atas dimensi-dimensi kinerja yang telah dikemukakan. Dengan
demikian, kinerja dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan para
instruktur yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan para peserta didik dan memberikan kontribusi
27
Op.cit
44
ekonomi kepada organisasi. Berdasarkan pemikiran di atas, kinerja
pegawai dalam penelitian ini dibangun atas lima dimensi berdasarkan
Dessler (2005)28 yaitu dimensi Personal (pribadi pegawai),
Kepemimpinan Atasan, Tim Kerja, Sistem Kerja, dan Lingkungan Kerja.
2.1.4. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2011 tentang Tunjangan Kinerja Daerah
Pada penelitian ini dipaparkan beberapa informasi penting yang
berkaitan dengan peraturan ini sebagai berikut.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2011 yang
mengatur tentang Tunjangan Kerja Daerah terdiri dari 14 Bab dan 55 Pasal
sebagai pengganti dari Pergub Nomor 215 Tahun 2010. Tujuan pemberian
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) adalah untuk meningkatkan kinerja PNS
dan CPNS, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan PNS dan CPNS dan meningkatkan tertib
administrasi pengelolaan keuangan daerah.
TKD diberikan kepada PNS dan CPNS kecuali: PNS yang
menghadapi MPP, penerima uang tunggu, berstatus sebagai pegawai
titipan, berstatus tersangka dan ditahan oleh pihak berwajib, berstatus
terdakwa atau terpidana, posisi cuti di luar tanggungan Negara, cuti besar,
cuti persalinan anak ketiga dan seterusnya, pegawai pada dinas Pelayanan
Pajak, dan yang diberhentikan sementara.
28
Op.cit
45
Besar TDK tidaklah sama. Pada PNS yang menduduki jabatan fungsional
diberikan TKD berdasarkan peringkat golongan. Berikut TDK fungsional
guru dan widyaiswara berdasarkan Pergub No. 215 Tahun 2010 dan Pergub
No. 38 Tahun 2011.
a. Guru Pergub No. 215 Tahun 2010
Pergub No. 38 Tahun 2011
Tidak ada perbedaan Golongan
2.900.000
Gol II 2.913.750 Gol IIIa – IIIb 3.653.750 Gol IIIc – IIId 3.885.000 Gol IVa – Ivb 4.116.250 Gol IVc – Ivd 4.347.500
b. Widyaiswara Pergub No. 215 Tahun 2010 Pergub No. 38 Tahun 2011
Tidak ada perbedaan Golongan
2.900.000
Gol IIIa – IIIb
3.950.000
Gol IIIc – IIId 4.200.000 Gol IVa – Ivb 4.450.000 Gol IVc – Ivd 4.700.000
TDK yang diberikan setiap bulan kepada masing-masing PNS dan CPNS
didasarkan pada penilaian : kehadiran dan kinerja. Kehadiran terdiri dari tepat
waktu tiba di kantor, tepat waktu pulang dan keberadaan di tempat kerja.
Penilaian Kinerja terdiri dari BHU dengan bobot 70 persen dan BPU
bobot 30 persen. BHU dinilai menggunakan indicator ketepatan waktu
penyelesaian pekerjaan, kebenaran hasil pekerjaan dan ketepatan dan
kebenaran pembuatan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas. BPU
46
meliputi kejujuran dalam menyampaikan data dan informasi dalam tugas,
kemampuan bekerja sama dalam tim kerja, dan kepemimpinan.
Mekanisme pembayaran TDK dilakukan melalui bank setelah
pemotongan kewajiban PNS dan CPNS yang sah. Pembayaran TKD
diberikan kepada PNS dan CPNS dengan rumusan sebagai berikut :
TKD yang diterima = TKD x KH x NK
Di mana : TKD = TKD di kelasnya
KH = Persentase kehadiran
NK = Persentase Nilai Kinerja
Pengawasan terhadap pemberian TKD kepada PNS dan CPNS
dilaksanakan melalui pengawasan melekat dan pengawasan fungsional.
Pengawasan melekat dilaksanakan oleh masing-masing kepala SKPD/UKPD
dan atasan langsung, sedangkan pengawasan fungsional dilakukan sesuai
dengan ketentuan berlaku. Dalam hal pengendalian, kepala SKPD/UKPD dan
atasan langsung secara berjenjang wajib melakukan pengendalian terhadap
pemberian TKD setiap bulan kepada masing-masing PNS dan CPNS yaitu
berupa kebenaran rekapitulasi kehadiran dan hasil penilaian kinerja PNS dan
CPNS.
2.2. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut adalah ringkasan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
relevan dan mendukung dalam penetapan model penelitian ini.
47
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu yang Mendukung
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Irma Narulita, 2010 2. Marcelinus Masri, 2012 3. Golman, Abraham. 2006.
Upaya peningkatan kinerja pegawai melalui disiplin, iklim kerja,dan promosi di Kabupaten Pandeglang Pengaruh Disiplin dan Motivasi kerja terhadap kinerja Pegawai pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI. Discipline and The Relationship between Job Satisfaction and Individual Commitment of Employee in Public Parastatals in Oyo State University, Nigeria.
Promosi, disiplin dan iklim kerja berpengaruh terhadap peningkatan kinerja Disiplin dan motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI. Disiplin pada umumnya masih harus ditingkatkan, Kepuasan atas pekerjaan juga masih harus ditingkatkan. Komitmen karyawan juga masih harus ditingkatkan. Terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan kerja terhadap komitmen pekerja.
4. Hayward, Breth Anthon. 2005
Relationship between Employee Performance, Leadership and Discipline in a South African Parastatal Organization.
Kinerja para pekerja di organisasi parastatal pada umumnya biasa-biasa saja, masih banyak aspek yang harus ditingkatkan terutama mengenai skill. Kepemimpinan para atasan pekerja juga masih harus ditingkatkan terutama berkaitan dengan span of control dan komunikasi. Perihal disiplin juga masih
48
harus ditingkatkan. Hubungan-hubungan yang terjadi di antara variabel-variabel yang diteliti signifikan. Pengaruh kepemimpinan dan kecerdasan emosi ternyata positif dan signifikan.
5. Rozman Yusof. 2007
Relationship between Discipline and Individual Commitment and Job Performance among Administrations In Malaysian Public University.
Terdapat hubungan kuat dan signifikan antara disiplin dengan komitmen individu. Juga terdapat hubungan cukup kuat dan signifikan disiplin dengan kinerja. Hasil penelitian lain adalah terdapat hubungan kuat komitmen individual dengan kinerja karyawan.
6. Yong Sun Paik, K Pravenn Parboteah, dan Wonshul Shim. 2007
Relationship between Perceived Compensation, Employee Commitment, and Job Satisfaction : The Case of Mexican Workers and Korean Maquladores.
Terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi dengan komitmen pekerja. Terdapat hubungan yang signifikan kompensasi dengan kepuasan kerja, terdapat hubungan yang signifikan antara kompenasasi dengan kepuasan kerja. Terdapat perbedaan yang signifikan dari pekerja Meksiko dengan Korea Selatan berkaitan dengan kepuasan kerja dan kompensasi.
7. Terry, P. Sutton dan Peter J. Bergerson. 2006
Faculty Compensation System: Impact on the Quality of Higher Education.
Kompensasi yang diteliti meliputi kompensasi finansial dan nonfinansial. Kompensasi finansial lebih rendah dari pada kompensasi nonfinansial.
49
Tidak terdapat perbedaan antara demografi responden atas kompensasi dan kualitas pendidikan. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kompensasi keuangan terhadap kualitas proses pembelajaran.
8. Bambang
Dwi Setiadi
2007
Analisa Pengaruh Motivasi Kerja, Komitmen Pegawai dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Lippo Bank Cabang Pemuda Semarang)
Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Komitmen pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
9. Nancy Roliance Djenmai (2012)
Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisational dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta
Kepemimpinan, komitmen organisasional dan disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta. Ada pengaruh signifikan antara variable kepemimpinan, komitmen organisasional dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Berikut adalah analisis dalam rangka membangun model penelitian
ini. Analisisnya tertuju pada upaya membangun hubungan-hubungan antar
variabel sehingga secara lengkap akan diketahui dan ditetapkan model
penelitian ini. Model penelitian akan berbentuk gambar yang memerlihatkan
hubungan antar variabel.
1. Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Instruktur
Hasil kerja seseorang karyawan merupakan gabungan dari berbagai
aspek input dan proses. Aspek input yang ada pada diri seorang pekerja di
antaranya adalah motivasi, semangat dan komitmen. Motivasi yang tinggi,
semangat kerja yang tinggi dan komitmen karyawan untuk bekerja yang
tinggi merupakan modal kuat akan keberhasilan kerja. Terry dan
Bergerson (2006)29 meneliti mengenai pengembangan komitmen
karyawan, di mana diketahui bahwa komitmen karyawan akan berdampak
positif pada kinerja karyawan. Hasil penelitian Yusof (2007)30 menyatakan
29
Terry, P. Sutton dan Peter J. Bergerson, 2006. Faculty Compensation System : Impact on the
Quality of Higher Education. Jakarta:UNJ.
30
Yusof, Rozman, 2007. Relationship between Discipline and Individual Commitemnt and Job
Performance among Administration In Malaysian Public University. Ph.D. Thesis. University Putra
Malaysia.
51
bahwa para karyawan non akademik pada kampus perguruan tinggi negeri
di Malaysia menyataan bahwa terdapat hubungan kuat dan signifikan
antara kecerdasan emosi dengan komitmen individu, terdapat hubungan
cukup kuat dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan kinerja, dan
hasil penelitian yang lain adalah terdapat hubungan kuat komitmen
individual dengan kinerja karyawan.
Bambang Dwi Setiadi (2007)31 menganalisa Pengaruh Motivasi
Kerja, Komitmen Pegawai dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus Lippo Bank Cabang Pemuda Semarang). Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja, komitmen pegawai berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan pada fakta, bahwa prapenelitian
ini berhasil mengindikasikan bahwa komitmen dan kinerja para instruktur
bermasalah, dan berdasarkan hasil penelitian-penelitian di mana komitmen
berpengaruh terhadap kinerja karyawan, maka bagian dari model
penelitian ini adalah bahwa komitmen berpengaruh terhadap kinerja para
instruktur.
2. Pengaruh Disiplin terhadap Kinerja Instruktur
31
Setiadi, Bambang Dwi (2007) Analisa Pengaruh Motivasi Kerja, Komitmen Pegawai dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Lippo Bank Cabang Pemuda Semarang,
Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
52
Efek-efek disiplin seperti sikap dan perilaku karyawan akan
mempengaruhi kinerja karyawan. Sikap seperti ucapan dan pendapat
karyawan atas pekerjaan akan berdampak pada hasil. Ucapan dan pendapat
yang baik atas pekerjaan akan berdampak positif pada hasil, demikian pula
sebaliknya. Perilaku karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan akan
berdampak pada hasil pekerjaan itu sendiri. Kualitas kemampuan
menyelesaikan pekerjaan akan berdampak pada hasil pekerjaan itu sendiri.
Marcelinus Masri (2010)32 melakukan penelitian untuk mengetahui
Pengaruh Disiplin dan Motivasi kerja terhadap kinerja Pegawai pada
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama
RI. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dari
disiplin dan motivasi terhadap kinerja pegawai pada Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI. Demikian pula
dengan Nancy Roliance Djenmai (2012)33 yang meneliti tentang
Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasional dan Disiplin Kerja
Karyawan di PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan
Kepemimpinan, komitmen organisasional dan disiplin kerja berpengaruh
positif terhadap kinerja karyawan PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta. Ada
32
Marcelinus Masri, 2012. Pengaruh Disiplin dan Motivasi kerja terhadap kinerja Pegawai pada
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI Tesis, Universitas Esa
unggul, Jakarta. 33
Nancy Roliance Djenmai(2012). Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasional dan
Disiplin Kerja Karyawan di PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta. Tesis. UPN Veteran Yogyakarta, 2012
53
pengaruh signifikan antara variable kepemimpinan, komitmen
organisasional dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan baik secara
parsial maupun simultan
Hayward (2005)34 berhasil meneliti hubungan antara kinerja
karyawan, kepemimpinan atasan dan disiplin karyawan yang bekerja di
organisasi parastatal di Afrika. Abraham (2006)35 meneliti para pekerja
public parastatals di universitas negeri Oyo di Nigeria. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa displin pada umumnya masih harus
ditingkatkan, Kepuasan atas pekerjaan juga masih harus ditingkatkan.
Komitmen karyawan juga masih harus ditingkatkan. Terdapat pengaruh
signifikan antara kepuasan kerja terhadap komitmen pekerja.
Berdasarkan pada fakta, bahwa prapenelitian ini berhasil
mengindikasikan bahwa disiplin dan kinerja para instruktur bermasalah,
dan berdasarkan hasil penelitian-penelitian di mana disiplin berpengaruh
terhadap kinerja, maka bagian dari model penelitian ini adalah bahwa
disiplin berpengaruh terhadap kinerja para instruktur.
Berdasarkan paparan pengaruh-pengaruh antar variabel di atas, maka pada
Gambar 2.1. dihasilkan model penelitian ini.
34
Hayward, Berth Anthony, 2005. Relationship between Employee Performance, Leadership and
Discipline in a South African Parastatal Organization, Ph.D. Thesis Dissertation, Rhodes University.
35
Abraham, Rebecca, 1990. The Impact of Emotional Dissonance on Organizational Commitmen
and Intention to Turnover. Journal of Psychology, Vol. 133 No. 3 p. 144-149.
54
Gambar 2.1. Model Penelitian
Pengaruh Komitmen Instruktur dan Disiplin Instruktur terhadap Kinerja
Instruktur sebelum dan sesudah penerapan kebijaka remunerasi
Sebagai suatu sistem, konsep komitmen instruktur berpangaruh terhadap
kinerja instruktur ditandai dengan anak panah. Demikian juga dengan disiplin
instruktur berpengaruh terhadap kinerja instruktur ditandai dengan anak panah.
Keterangan :
Y = Kinerja Instruktur
X1 = Komitmen Instruktur
X2 = Disiplin Instruktur
Model diatas menjelaskan bahwa variable komitmen instruktur
berpengaruh terhadap kinerja instruktur, dan variable disiplin berpengaruh
KOMITMEN INSTRUKTUR
(X1)
DISIPLIN INSTRUKTUR
(X2)
KINERJA
INSTRUKTUR
(Y)
55
terhadap kinerja baik sebelum penerapan kebijakan remunerasi maupun
sesudah remunerasi.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model penelitian di atas, ditetapkan hipotesis-hipotesis
penelitian ini sebagai berikut :
Hipotesis 1
Terdapat pengaruh Komitmen Instruktur terhadap Kinerja Instruktur,
makin baik Komitmen Instruktur, maka makin baik Kinerja Instruktur,
demikian pula sebaliknya.
Hipotesis 2
Terdapat pengaruh Disiplin Instruktur terhadap Kinerja Instruktur, makin
baik Disiplin Instruktur, maka makin baik Kinerja Instruktur, demikian
pula sebaliknya.
Hipotesis 3
Terdapat perbedaan pengaruh disiplin dan komitmen terhadap kinerja
instruktur sebelum dan sesudah penerapan kebijakan remunerasi.
3. 3. Desain Penelitian
Mengacu pada tujuan penelitian, yaitu melakukan uji hipotesis
antara variabel-variabel penelitian termasuk mendeskripsikan data dari
variabel-variabel tersebut, maka desain penelitian ini adalah penelitian
56
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang ciri-ciri suatu variabel berdasarkan datanya, termasuk
untuk mengetahui hubungan-hubungan antara variabel melalui suatu
pengujian hipotesis.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1. Definisi Operasional
Sebelum seluruh variabel penelitian diurai menjadi indikator-
indikator untuk diukur, terlebih dahulu ditetapkan definisi
operasionalnya.
a. Disiplin yang dimaksud adalah sikap instruktur atas
ketaatannya dalam mengikuti aturan yang telah ditetapkan di
tempat kerja.
b. Komitmen dalam penelitian ini adalah komitmen instruktur
terhadap organisasi yang memungkinkannya untuk
memperlihatkan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi, kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
kepentingan organisasi tersebut, dan kepercayaan akan dan
penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan
organisasi.
c. Kinerja dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan para
instruktur yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
57
strategis organisasi, kepuasan para peserta didik dan
memberikan kontribusi ekonomi kepada organisasi.
3.4.2. Operasionalisasi Variabel
Seluruh variabel penelitian ini dioperasionalisasikan dan
diukur. Dalam hal operasionalisasi variabel, variabel-variabel
dijabarkan menjadi dimensi dan indikator-indikator pentingnya
setelah disesuaikan dengan karakteristik objek penelitian ini,
sehingga indikator-indikator yang dipakai untuk dijadikan
kuesioner adalah hasil penyesuaian tersebut. Setiap indikator akan
diberi skala. Skala pengukuran adalah interval, terdiri dari 1 hingga
5, masing-masing dalam bentuk alternatif jawaban setuju-tidak
setuju. Rinciannya adalah sebagai berikut :
skala 1 = sangat tidak setuju,
skala 2 = tidak setuju,
skala 3 = moderat, (menolak untuk setuju mapun tidak setuju)
skala 4 = setuju,
skala 5 = sangat setuju.
Skala yang demikian ini, merupakan skala Likert.
Operasionalisasi variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1; Tabel 3.2; dan Tabel 3.3.
58
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Komitmen Instruktur
Dimensi Indikator Skala Pengukuran
1. Afeksi 2. Keberlanjutan
- Kebanggaan pada PPK - Keberpihakan pada PPK - Kepemilikan atas PPK - Kepedulian terhadap lingkungan kerja - Kemudahan bekerjasama - Kemauan berkorban untuk kebaikan - Penerimaan perubahan - Keyakinan terhadap produk PPK - Prospek PPK - Kesiapan tetap berkarya di PPK paling tidak untuk beberapa tahun kedepan walaupun ditawari peningkatan gaji yang moderat di tempat lain.
interval interval interval interval
interval interval
interval interval
interval interval
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Disiplin
Dimensi Indikator
Skala Pengukuran
1. Kehadiran Kehadiran mengajar Kehadiran di kantor Kehadiran pada rapat-rapat
Interval Interval Interval
2. Efektivitas 3. Efisiensi
Ketuntasan materi ajar Ketuntasan tugas mengajar Ketuntasan tugas non mengajar Pemanfaatan waktu luang Pemanfaatan fasilitas
Interval Interval Interval
Interval Interval
59
Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Kinerja Instruktur
Dimensi Indikator
Skala Pengukuran
1. Personal 2. Kepemimpinan 3. Tim 4. Sistem 5. Lingkungan
- Pengetahuan, - Keterampilan, - Kemampuan, - Kepercayaan diri. - Memberikan dorongan, - Memberikan arahan, - Memberikan dukungan - Dukungan dari rekan kerja - Kepercayaan terhadap tim - Kekompakan tim. - Sistem kerja, - Fasilitas kerja - Kultur organisasi. - Tekanan dan perubahan eksternal - Tekanan dan perubahan internal
interval interval interval interval
interval interval interval
interval interval interval
interval interval interval
interval
interval
3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian dan
menganalisis pengaruh variabel-variabel independen (bebas)
terhadap variabel dependen (terikat) dibutuhkan data yang tepat
dan akurat. Oleh karena itu, perlu ditetapkan beberapa kriteria
mengenai data dimaksud, yaitu: data apa saja yang dibutuhkan,
60
jenis data apa saja yang perlu ditetapkan, di mana sumber data, dan
dengan teknik apa data dikumpulkan.
Data penelitian akan dibedakan atas data intern dan ekstern.
Data ekstern juga akan dibagi atas dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder. Selain data primer yang dibutuhkan sebagai data
utama penelitian ini yang diambil melalui instrumen penelitian,
pada tahapan berikutnya akan dicari juga data primer melalui
wawancara semi terstruktur dengan menggunakan daftar
pertanyaan untuk mengetahui sebab-sebab yang dominan dari
penilaian responden atas indikator-indikator tertentu. Sebab-sebab
yang dominan tersebut akan diketahui berdasarkan data primer
hasil dari rekomendasi analisis data penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner
kepada para instruktur dengan cara menemui langsung. Responden
yang menjadi unit analisis adalah sampel dari para instruktur pada
PPK yang berada di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta. Data terakhir
jumlah instrutur sampai bulan Juli 2012, seperti pada Tabel 3.4.
61
3.5.1. Pengambilan Sampel
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini didominasi oleh dua
data primer yang didapatkan melalui pengisian kuesioner dan
wawancara.
1. Data pertama, berupa isian kuesioner dari sebagian instruktur,
sehingga penelitian ini menggunakan sampel. Kuesioner yang
disusun menggunakan skala Likert. Penggunaan Skala Likert
Tabel 3.4. Jumlah Instruktur pada PPK di DKI Jakarta
NO.
WILAYAH NAMA PPK JUMLAH INSTRUKTUR
1 2 3 4 1. JAKARTA TIMUR PUSAT PELATIHAN KERJA
PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR REBO
31
2 JAKARTA TIMUR PUSAT PELATIHAN KERJA KHUSUS PENGEMBANGAN LAS
11
3 JAKARTA TIMUR PUSAT PELATIHAN KERJA DAERAH JAKARTA TIMUR
23
4 JAKARTA BARAT PUSAT PELATIHAN KERJA DAERAH JAKARTA BARAT
12
5 JAKARTA PUSAT PUSAT PELATIHAN KERJA DAERAH JAKARTA PUSAT
9
6 JAKARTA SELATAN
PUSAT PELATIHAN KERJA DAERAH JAKARTA SELATAN
9
7 JAKARTA UTARA PUSAT PELATIHAN KERJA DAERAH JAKARTA UTARA
23
JUMLAH 118
62
tercermin dari pernyataan-pernyataan setuju-tidak setuju dengan
skala 1-5.
Menurut Umar (2010) untuk menentukan berapa minimal
sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n ≥ N
1+ N e2
di mana : N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
e = kesalahan yang masih diterima antara statistik
dengan kenyataan, untuk penelitian ini digunakan
e=5persen.
Dengan menggunakan rumus, dapat ditetapkan jumlah sampel
minimal yaitu :
n ≥ 118
1+ 118e2
= 92 dibulatkan
Jadi, jumlah sampel minimal 92 orang, kenyataan adalah 98 orang
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah convinience sampling, yaitu menyerahkan kuesioner kepada
responden tanpa pertimbangan tertentu, kecuali responden adalah
benar sebagai instruktur.
63
2. Data kedua melalui wawancara, akan diserahkan kepada lebih dari
30 responden, berguna untuk mengetahui lebih lanjut dalam upaya
menetapkan solusi sebagai tindak lanjut hasil analisis data dan
pembahasan secara deskriptif yang dinilai negatif oleh responden.
3. Selain data primer, juga digunakan data dari dokumen-dokumen
yang dikumpulkan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi DKI Jakarta.
3.6. Uji Kualitas Data
Kuesioner yang dipakai terlebih dahulu diuji validitas dan
reliabilitasnya.
Proses uji validitas dan reliabilitas kuesioner dipaparkan seperti di
bawah ini.
1. Kuesioner diisi oleh 30 responden. Setiap variabel penelitian diuji
validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji validitas menggunakan alat uji korelasi product-moment
dengan
rumus :
n (∑XY) – (∑X ∑Y) r = .................(3.1)
√[n∑X2 – (∑X)2] [n∑Y2 – (∑Y)2]
b. Uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai
berikut
64
k ∑σb2
r11
= ( —— ) ( 1 – —— ) ..................(3.2)
k-1 σt2
di mana: r
11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
σt2 = varians total
∑σb2 = jumlah varians butir
Rumus varians yang digunakan:
(∑X)2
∑X2 — ——— n
σ2 = ——————— .................................................. (3.3) n di mana:
n = jumlah responden)
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir
pertanyaan)
2. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian ini, dibantu oleh
perangkat lunak SPSS.
3.6.1. Hasil Uji Kuesioner
Pada bagian ini dipaparkan uji instrumen kuesioner berkaitan
dengan validitas dan reliabilitas item-item pertanyaan dari seluruh
variabel penelitian ini. Uji instrumen dilakukan untuk tiap-tiap
variabel dengan menggunakan data uji coba sebanyak 30 responden.
Dalam hal uji validitas, metode statistika yang digunakan adalah
65
statistik korelasi product-moment. Syarat terpenuhinya validitas tiap
item pertanyaan digunakan tabel Korelasi Product Moment, di mana
nilai n = 30 dan α yang dipilih 5% sehingga ditemukan nilai korelasi
tabel sebesar 0,361. Bila nilai korelasi tiap item pertanyaan berada di
atas 0,361 maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid, demikian
pula sebaliknya.
Dalam hal uji reliabilitas, digunakan metode analisis dari
Cronbach yaitu Cronbach’s Alpha. Bila nilai uji Cronbach’s Alpha
dari tiap variabel penelitian di atas 0,7 maka seluruh item pertanyaan
dari variabel tersebut dinyatakan reliabel (Nunnaly, dalam Umar:
2009).
1. Uji Item-item Pertanyaan Komitmen
Berdasarkan keluaran komputer berikut, diketahui bahwa nilai-nilai
korelasi setiap pertanyaan (di bawah kolom Corrected Item Total
Correlation), ternyata tidak ada nilai korelasi di bawah 0,361. Dengan
demikian semua item pertanyaan adalah valid. Nilai Cronbach’s
Alpha dapat dilihat pada nilai Alpha sebesar 0,912 terletak pada
bagian paling bawah. Oleh karena nilai Alpha sebesar 0,912 lebih
besar dari 0,7 maka kuesioner Komitmen adalah reliabel.
66
Tabel 3.5 Hasil Uji Item-item Pertanyaan Komitmen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.912 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Komit01 32.27 33.099 .737 .901
Komit02 32.37 32.723 .761 .899
Komit03 32.33 34.023 .651 .905
Komit04 32.17 32.695 .634 .906
Komit05 32.57 30.875 .886 .891
Komit06 32.23 32.116 .583 .910
Komit07 32.33 32.851 .579 .909
Komit08 32.50 31.362 .773 .897
Komit09 32.50 32.466 .553 .912
Komit10 32.43 31.289 .741 .899
2. Uji Item-item Pertanyaan Disiplin
Berdasarkan keluaran komputer berikut, diketahui bahwa nilai-nilai
korelasi setiap pertanyaan (di bawah kolom Corrected Item Total
Correlation), ternyata tidak ada nilai korelasi di bawah 0,361. Dengan
demikian semua item pertanyaan adalah valid. Nilai Cronbach’s Alpha
dapat dilihat pada nilai Alpha sebesar 0,906 terletak pada bagian paling
67
bawah. Oleh karena nlai alpha sebesar 0,906 lebih besar dari 0,7 maka
kuesioner Disiplin adalah reliabel.
Tabel 3.6 Hasil Uji Item-item Pertanyaan Disiplin
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.906 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Disipln1 24.63 9.689 .936 .872
Disipln2 24.70 10.010 .852 .880
Disipln3 24.80 11.200 .632 .900
Disipln4 24.50 10.328 .760 .889
Disipln5 24.63 10.654 .742 .891
Disipln6 24.53 11.292 .650 .899
Disipln7 24.50 10.810 .708 .894
Disipln8 24.40 11.352 .402 .925
3. Uji Item-item Pertanyaan Kinerja
Berdasarkan keluaran komputer berikut, diketahui bahwa nilai-nilai
korelasi setiap pertanyaan (di bawah kolom Corrected Item Total
Correlation), ternyata tidak ada nilai korelasi di bawah 0,361. Dengan
demikian semua item pertanyaan adalah valid. Nilai Cronbach’s Alpha
dapat dilihat pada nilai Alpha sebesar 0,911 terletak pada bagian paling
bawah.
68
Oleh karena nlai alpha sebesar 0,911 lebih besar dari 0,7 maka
kuesioner Kinerja adalah reliabel.
Tabel 3.7 Hasil Uji Item-item Pertanyaan Kinerja
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.911 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Kinerja1 32.73 10.892 .672 .902
Kinerja2 32.87 10.120 .933 .883
Kinerja3 32.97 10.309 .775 .895
Kinerja4 33.03 11.620 .396 .923
Kinerja5 32.87 10.878 .809 .894
Kinerja6 32.83 10.902 .755 .897
Kinerja7 32.97 10.447 .733 .898
Kinerja8 33.07 11.030 .525 .915
Kinerja9 32.93 11.237 .797 .897
3.7. Metode Analisa
Analisis akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu análisis
untuk data berdasarkan sebelum diterapkan kebijakan remunerasi dan
setelah diterapkan kebijakan tersebut. Setelah dipaparkan nilai masing-
69
masing kelompok, selanjutnya akan dibandingkan satu dan lainnya. Analisis
yang digunakan adalah :
1. Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran data
dari variabel-variabel penelitian yang tersedia, di antaranya statistik rata-
rata dan proporsi/persentase.
2. Rentang Skala
Menurut Umar (2009), oleh karena nilai-nilai dalam kuesioner tidak
mengandung nilai desimal (pecahan), sedangkan nilai rata-rata
mengandung angka pecahan, maka untuk mengetahui nilai rata-rata
dalam bentuk pecahan tersebut berada pada rentang yang mana,
digunakan rumus :
RS = (nilai skala tertinggi – nilai skala terrendah) / nilai skala tertinggi
= (5-1)/5
= 0,8
Hasilnya adalah :
1 - 1,8 = sangat tidak setuju
> 1,8 - 2,6 = tidak setuju
> 2,6 - 3,4 = moderat ( tidak berpendapat setuju ataupun tidak
setuju)
> 3,4 - 4,2 = setuju
> 4,2 – 5,0 = sangat setuju
70
3. Analisis untuk uji pengaruh antar variabel menggunakan tingkat
kepercayaan 95 persen atau alpha sebesar 5 persen. Untuk menguji
model penelitian menggunakan alat statistik yaitu : korelasi dan regresi
linear berganda. Menurut Sudjana (2009), rumus korelasi dan regresi
linear berganda dijelaskan sebagai berikut :
a. Rumus Korelasi dalam Regresi Linear Berganda
R2 = JK (Reg)/ Σy2
di mana :
JK (Reg) = β1Σx1y + β2 Σx2y
Σy2 = ΣY2 – (ΣY)2/n
Untuk nilai korelasi, nilai R2 diakarkan.
b. Rumus Regresi Linear Berganda
Ŷ = β0 + β1 X1 + β2 X2
di mana :
_ _ _ β0 = Y1 –a1 X1 – a2 X2
β1 = ((Σx22 ) (Σx1y) – ( Σx1x2) (
Σx2y)) / (Σx12 ) (Σx2
2) – ( Σx1x2)2
β2 = ((Σx12 ) (Σx2y) – ( Σx1x2) ( Σx1y)) / (Σx1
2 ) (Σx22) – (
Σx1x2)2
Dalam penelitian ini, proses pengolahan dan analisis statistik
akan menggunakan paket perangkat lunak SPSS versi 19.
71
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pemerintah Indonesia, saat ini masih menghadapi masalah ketenaga
kerjaan yang semakin kompleks dengan intensitas yang belum menunjukkan
penurunan, khususnya masalah angka pengangguran yang cukup tinggi, serta
lebih banyak pekerja yang bekerja di sektor informal. Pengangguran terjadi
sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang belum mampu mendorong
tumbuhnya kesempatan kerja dalam jumlah yang besar serta akibat kondisi
dari kompetensi tenaga kerja kita saat ini yang masih relatif rendah, sehingga
kurang mampu bersaing di pasar kerja, baik di tingkat domestik Maupun
internasional.
Mengingat betapa pentingnya kualitas sumberdaya manusia,
pemerintah sudah lama memikirkan dan memberikan perhatian pada masalah
tenaga kerja. Hal tersebut direalisasikan dengan dikeluarkannya PP No. 14
tahun 1958 tentang penyerahan kekuasaan, tugas dan kewajiban mengenai
urusan kesejahteraan buruh, kesejahteraan penganggur dan pemberian kerja
kepada penganggur kepada daerah-daerah. .
Berdasarkan PP No. 14 tahun 1958 tersebut maka pemerintah DKI
Jakarta membentuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI
Jakarta sebagai unsur pelaksana otonomi di bidang ketenagakerjaan dan
72
ketransmigrasian yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah DKI
Jakarta No. 10 tahun 2008, tentang Organisasi Perangkat Daerah dan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 119 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta melaksanakan tugas pokok
melakukan kegiatan urusan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang
meliputi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pelatihan dan
Produktivitas, Pembinaan Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja
serta Pengawasan Ketenagakerjaan, hygiene perusahaan dan kesehatan.
Keselamatan kerja, kesejahteraan tenaga kerja, tuna karya dan purna karya
serta urusan ketenagakerjaan.
Dalam menunjang tugas pokok Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi DKI Jakarta tersebut di atas dalam pemberian kerja kepada
penganggur, Pemda DKI Jakarta berupaya memberikan keterampilan melalui
pelatihan kerja di Pusat Latihan Kerja Daerah.
Selanjutnya dengan upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
terampil untuk mengisi pasarkerja yang ada, Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi DKI Jakarta mendapat kepercayaan dengan memperoleh
Anggaran Pelatihan Kejuruan dan Keterampilan Tenaga Kerja, dipersiapkan
untuk melaksanakan pelatihan ketrampilan Kejuruan Otomotif, Sepeda
Motor, Teknik Pendingin, Las Listrik, Operator Komputer, Tata Boga, Tata
Busana dan Tata Graha,Bahasa Inggris, bahas korea, Elektronika, Teknologi
73
Mekanik, Sekretaris Kantor dan kegiatan program pemasaran lulusan Pusat
Pelatihan Kerja
Dengan demikian diharapkan para pencari kerja di DKI Jakarta
memperoleh bekal pengetahuan dan ketrampilan kerja serta memberikan hasil
dan manfaat yang optimal dalam upaya peningkatan kualitas SDM dan
penaggulangan pengangguran serta dapat bekerja sesuai dengan keahlian dan
ketrampilannya.
a. Kedudukan
Pusat Latihan Kerja merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibidang
latihan kerja. Pusat Latihan Kerja Daerah Jakarta secara administratif
berada di bawah pembinaan Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi DKI Jakarta.
b. Personalia
Pusat Pelatihan Kerja memiliki pegawai yang terdiri dari Instruktur dan
Staf Administrasi. Instruktur merupakan salah satu unsur serta merupakan
ujung tombak yang sebagian besar telah mengikuti Skill-Up Grading baik
di dalam maupun di luar negeri.
c. Logistik
Unsur lain yang mendukung pelatihan adalah penyediaan bahan latihan
yang pengadaan serta penyimpanannya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perbendaharaan negara.
74
d. Material
Balai Latihan Kerja Daerah Jakarta menggunakan standar latihan
Kurikulum, Silabus, Modul dan Job Sheet. Dengan demikian, dari standar
latihan tersebut dapat dihitung kebutuhan pelatihan, jumlah intruktur serta
lama pelatihan.
e. Bengkel Kerja
Pusat Pelatihan Kerja di DKI Jakarta mempunyai fasilitas yang relatif
memadai untuk melaksanakan pelatihan yang baik. Fasilitas tersebut
antara lain: Bengkel Kerja (Work Shop), Mesin dan peralatan Pelatihan
serta perlengkapan lainnya.
Pusat Pelatihan Kerja DKI Jakarta mempunyai tugas melaksanakan
berbagai pelatihan di dalam usaha penyediaan tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan di bidang industri, tata niaga dan aneka
kejuruan dengan menggunakan bengkel kerja.
VISI
Terwujudnya pelatihan ketrampilan yang berbasis kompetensi dan dapat
diserap pasar kerja.
MISI
1. Membentuk SDM yang berkwalitas, inovatif dan kreatif.
2. Menjadikan lembaga pelatihan yang exellent dan berfungsi sebagai
sumber penyedia tenaga profesional yang mandiri.
75
3. Melakukan kejasama antar sesama lembaga pelatihan guna meningkatkan
mutu hasil pelatihan.
4. Menyelenggarakan pelatihan ketrampilan yang senantiasa disesuaikan
dengan kebutuhan pasar kerja.
PESERTA PELATIHAN
a. Pencari kerja.
b. Karyawan industri/perusahaan, BUMN/BUMD yang memerlukan
penigkatan pengetahuan dan ketrampilan tertentu.
PERSYARATAN PESERTA
1. Photo copy KTP DKI Jakarta
2. Photo copy Ijazah terakhir (minimal SLTA/Sederajat)
3. Umur minimal 18 tahun, maksimal 25 tahun
4. Surat SKCK yang masih berlaku.
5. Surat keterangan dokter.
6. Pas Photo warna 3x4 cm (2 lembar)
7. Kartu A.K.I (kartu kuning)
8. Lulus test masuk.
METODE PELATIHAN
Pelatihan di Pusat Latihan Kerja DKI Jakarta mengaplikasikan azas “Training
by doing”, yaitu menekankan pada bagian praktek 75% dan teori 25%.
Pelaksanaan pelatihan berbentuk bimbingan shop talk, demontrasi, simulasi
atau bentuk praktek sesuai dengan urian pekerjaan sesungguhnya.
76
Pada bagian ini dipaparkan tentang tugas utama dan masalah-masalah yang masih
ditimbulkan atau dihadapi oleh pusat-pusat pelatihan yang telah menjadi objek
penelitian ini.
4.1. 1. Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Pusat
Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Pusat berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 116 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Pelatihan Kerja Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta, mempunyai
tugas untuk mendidik para calon tenaga kerja maupun pekerja yang
berkeinginan untuk meningkatkan ilmu, wawasan dan keterampilan praktis
di sektor industri dan transmigrasi.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Sebagian kondisi mesin dan peralatan khususnya sudah sangat tua dan
tidak memenuhi persyaratan teknis.
b. Anggaran pemerintah masih kurang memadai, sehingga pemanfaatan
fasilitas belum maksimal.
c. Biaya pemeliharaan dan perawatan gedung dan alat-alat pelatihan
masih kurang memadai.
d. Kurangnya tenaga instruktur karena jumlah materi ajar cukup banyak
dan tenaga pemasaran.
e. Kurikulum ajar sudah tidak sesuai
77
4.1.2. Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Utara
Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Utara berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 116 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Pelatihan Kerja Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta, mempunyai
tugas untuk mendidik para calon tenaga kerja maupun pekerja yang
berkeinginan untuk meningkatkan keterampilan di sector industri dan
transmigrasi.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Ruangan pelatihan belum tertata baik, belum adanya kekhususan
tersendiri untuk praktik dan teori.
b. Peralatan praktik banyak yang rusak.
c. Instruktur tetap kurang memadai.
d. Kurikulum ketinggalan zaman,
4.1.2. Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Barat
Pusat Pelatihan Kerja Jakarta Barat berdasarkan Peraturan Gubernur
Nomor 116 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelatihan
Kerja Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta, mempunyai tujuan
menyiapkan tenaga kerja yang terampil, menekan laju pertumbuhan
penganggur di Provinsi DKI Jakarta, memasarkan tenaga kerja terampil
78
bekerja sama dengan instansi lain, di mana sasaran pelatihan adalah para
pencari kerja.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Kurikulum dari materi ajar tidak up to date.
b. Sarana dan prasarana secara kualitas dan jumlah belum memadai untuk
jumlah peserta pelatihan.
c. Anggaran pemerintah masih kurang memadai, sehingga
pengembangan kurikulum tersendat.
d. Biaya pemeliharaan dan perawatan gedung dan alat-alat pelatihan
masih kurang memadai.
e. Kurangnya tenaga instruktur dan pemasaran.
4.1.3. Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Selatan
Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Selatan berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 116 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Pelatihan Kerja Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta,mempunyai
tugas untuk mendidik para calon tenaga kerja maupun pekerja yang
berkeinginan untuk meningkatkan keterampilan di sector industri dan
transmigrasi.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Sebagian kondisi mesin dan peralatan khususnya sudah sangat tua dan
tidak memenuhi persyaratan teknis.
79
b. Anggaran pemerintah masih kurang, sehingga pemanfaatan fasilitas
belum maksimal.
c. Biaya pemeliharaan dan perawatan gedung dan alat pelatihan masih
kurang memadai.
d. Kurangnya tenaga instruktur dan pemasaran.
4.1.4. Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Timur
Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Timur berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 116 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pusat Pelatihan Kerja Daerah sebagai Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI
Jakarta,mempunyai tugas untuk melaksanakan dan pelatihan keahlian dan
ketrampilan kerja serta pelatihan ketransmigrasian.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Sebagian kondisi mesin dan peralatan belum sepenuhnya memadai dan
volumenya belum memadai untuk mengejar tehnologi yang digunakan
dunia usaha
b. Kurikulum ketinggalan zaman
c. Anggaran pemerintah masih kurang memadai, sehingga pemanfaatan
fasilitas belum maksimal.
d. Biaya pemeliharaan dan perawatan gedung dan alat-alat pelatihan
masih kurang memadai.
80
e. Kurangnya tenaga instruktur karena jumlah materi ajar cukup
banyak dan tenaga pemasaran.
4.1.5. Pusat Pelatihan Kerja Khusus Pengembangan Las
Pusat Pelatihan Kerja Khusus Pengembangan Las berdasarkan Peraturan
Gubernur Nomor 11 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Pelatihan Kerja Khusus Pengembangan Las sebagai Unit Pelaksana Teknis
di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta,
mempunyai tugas melaksanakan pelatihan keahlian dan keterampilan kerja
bagi tenaga kerja di bidang las.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Anggaran pemerintah masih kurang, sehingga pemanfaatan fasilitas
belum maksimal.
b. Biaya pemeliharaan dan perawatan gedung dan alat-alat pelatihan masih
kurang memadai.
c. Kurangnya tenaga instruktur
4.1.6. Pusat Pelatihan Kerja Pengembangan Industri
Pusat Pelatihan Kerja Pengembangan Industri Provinsi DKI Jakarta
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 115 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelatihan Kerja Pengembangan Industri
sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta, mempunyai tugas untuk mendidik
para calon tenaga kerja maupun pekerja yang berkeinginan untuk
81
meningkatkan keterampilan sesuai dengan kejuruan-kejuruan yang mereka
minati. Ada pelatihan teknik dan non teknik.
Dalam hal ini PPKPI sebagai institusi pelaksana untuk menciptakan calon
pekerja yang berketerampilan, memiliki motivasi kerja tinggi, sikap dan
perilaku baik dan berkualitas.
Permasalahan yang masih terjadi pada akhir tahun 2011 adalah :
a. Sebagian kondisi mesin dan peralatan khususnya sudah sangat tua dan
tidak memenuhi persyaratan teknis.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sektor industri
dan jasa semakin cepat.
c. Anggaran pemerintah masih kurang memadai, sehingga pemanfaatan
fasilitas belum maksimal.
d. Biaya pemeliharaan dan perawatan gedung dan alat-alat pelatihan
masih kurang memadai.
e. Kurangnya tenaga instruktur dari 18 kejuruan pelatihan, hanya terdapat
31 orang instruktur.
4.2. Analisis Deskriptif
4.2.1. Karakteristik Responden
4.2.1.1. Lokasi-lokasi PPK / Wilayah Kerja responden
Berdasarkan hasil keluaran computer di bawah ini diketahui bahwa
berdasarkan wilayah atau tempat kerja responden diketahui jumlah
responden dari PPKD Jakarta Pusat sebanyak 9 responden (9,2%), PPKD
82
Jakarta Selatan sebanyak 8 responden (8,2%), PPK Jakarta Utara
sebanyak 12 responden ( 12.2%), PPKD Jakarta Barat sebanyak 9
responden (9.2%), PPKD Jakarta Timur sebanyak 21 responden (21,4%),
PPKK Las Condet sebanyak 11 responden (11.2%) dan PPKPI Pasar
Rebo sebanyak 28 responden (28,6%)
Tabel 4.1. Lokasi-lokasi PPK
Lokasi Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jakarta Pusat 9 9.2 9.2 9.2
Jakarta Selatan 8 8.2 8.2 17.3
Jakarta Utara 12 12.2 12.2 29.6
Jakarta Barat 9 9.2 9.2 38.8
Jakarta Timur 21 21.4 21.4 60.2
Condet 11 11.2 11.2 71.4
Pasar Rebo 28 28.6 28.6 100.0
Total 98 100.0 100.0
4.2.1.2. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan hasil keluaran computer di bawah ini dapat kita ketahui
bahwadari sembilan puluh delapan responden terdapat 70 responden
(70,4) berjenis kelamin laki-laki dan ada 29 responden (29,6%) berjenis
kelamin perempuan.
83
Tabel 4.2. Kode Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 69 70.4 70.4 70.4
Perempuan 29 29.6 29.6 100.0
Total 98 100.0 100.0
4.2.1.3. Lama Menjadi Tenaga Pelatih
Berdasarkan hasil keluaran computer dibawah ini kita ketahui jumlah
responden berdasarkan lama menjadi Instruktur, bahwa responden yang
telah 0-2 tahun menjadi instruktur ada 7 responden (7,1%) , sampai
dengan 4 tahun menjadi instruktur ada 19 responden (19,4%), sampai
dengan 6 tahun menjadi instruktur ada 20 responden (20,4%), sampai
dengan 8 tahun menjadi instruktur ada 16 responden (16,3%), diatas 8
tahun sebagai instruktur ada 36 responden (36,7%)
Tabel 4.3. Lama Menjadi Tenaga Pelatih
Waktu Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0-2 tahun 7 7.1 7.1 7.1
Sampai 4 tahun 19 19.4 19.4 26.5
Sampai 6 tahun 20 20.4 20.4 46.9
Sampai 8 tahun 16 16.3 16.3 63.3
Di atas 8 tahun 36 36.7 36.7 100.0
Total 98 100.0 100.0
84
4.2.1.4. Pendidikan Responden
Berdasarkan keluaran computer dibawah ini adalah distribusi jumlah
responden berdasarkan pendidikan akhir para Instruktur. Dari 98
responden terdapat 19 responden (19,4%) dengan pendidikan
SLTA/setingkat, 15 responden (15,3%) berpendidikan Diploma/D3, 60
responden (61,2%) berpendidikan Sarjana/S1, 4 responden (4,1%)
berpendidikan Pasca Sarjana/S2.
Tabel 4.4. Pendidikan Akhir Instruktur
Pendidikan Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
SLTA 19 19.4 19.4 19.4
D3 15 15.3 15.3 34.7
S1 60 61.2 61.2 95.9
S2 4 4.1 4.1 100.0
Total 98 100.0 100.0
4.2.2. Analisis Sebelum Periode Remunerasi
Analisis statistik untuk data sebelum periode remunerasi, terdiri dari :
a. Statistik rata-rata dari data pada variabel-variabel Komitmen, Disiplin
dan Kinerja Instruktur
b. Statistik pengaruh antar variabel, terdiri dari Pengaruh Komitmen
terhadap Kinerja, Pengaruh Disiplin terhadap Kinerja, dan Pengaruh
Komitmen dan Disiplin terhadap Kinerja.
85
4.2.2.1. Statistik Rata-rata Komitmen Instruktur
Untuk menilai statistik rata-rata setiap variabel penelitian, akan
menggunakan rentang skala seperti telah ditetapkan pada Bab 3, bahwa
1 - 1,8 = sangat tidak setuju
> 1,8 - 2,6 = tidak setuju
> 2,6 - 3,4 = moderat (tidak berpendapat setuju ataupun tidak setuju)
> 3,4 - 4,2 = setuju
> 4,2 – 5,0 = sangat setuju
Hasil olah komputer di bawah ini(Tabel 4.5) adalah nilai rata-rata dari
penilaian responden atas pertanyaan-pertanyaan mengenai komitmen
instruktur sebelum periode remunerasi.
Tabel 4.5 Statistik Rata-rata Komitmen Sebelum Remunerasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
komit01-blm 98 2 5 3.89 .624
komit02-blm 98 2 5 3.80 .609
komit03-blm 98 2 5 3.97 .600
komit04-blm 98 2 5 3.94 .623
komit05-blm 98 3 5 4.11 .672
komit06-blm 98 3 5 3.69 .599
komit07-blm 98 1 5 4.09 .611
komit08-blm 98 3 5 4.05 .525
komit09-blm 98 3 5 4.02 .658
86
komit10-blm 98 2 5 4.18 .615
Komitblm 98 3.9745 .38884
Perhatikan seluruh nilai rata-rata (Mean). Jika nilai rata-rata setiap item
pertanyaan berada pada rentang > 3,4 - 4,2 atau > 4,2 – 5,0 maka
item-item tersebut telah dinilai positif oleh responden.
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa seluruh indikator
telah dinyatakan positif.Para instruktur memiliki komitmen yang positif
terhadap lembaga penidikan di mana mereka mengajar.
4.2.2.2. Statistik Disiplin Instruktur
Untuk menilai statistik rata-rata variabel Disiplin, juga
menggunakan rentang skala seperti telah ditetapkan pada Bab 3. Hasil
olah komputer di bawah ini (Tabel 4.6) adalah nilai rata-rata dari
penilaian responden atas pertanyaan-pertanyaan mengenai Diiplin
instruktur sebelum periode remunerasi.
Tabel 4.6 Statistik Rata-rata Disiplin Sebelum
Remunerasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
disiplin01-blm 98 3 5 4.01 .547
disiplin02-blm 98 3 5 4.14 .454
disiplin03-blm 98 3 5 4.02 .592
disiplin04-blm 98 3 5 4.23 .472
disiplin05-blm 98 3 5 4.03 .464
disiplin06-blm 98 3 5 3.96 .474
87
disiplin07-blm 98 3 5 3.99 .527
disiplin08-blm 98 3 5 4.12 .614
Disipblm 98 4.0638 .38213
Perhatikan seluruh nilai rata-rata (Mean). Jika nilai rata-rata
setiap item pertanyaan berada pada rentang > 3,4 - 4,2 atau >
4,2 – 5,0 maka item-item tersebut telah dinilai positif oleh
responden.
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa seluruh indikator
telah dinyatakan positif. Para instruktur memiliki Disiplin yang
positif terhadap aturan-aturan yang harus ditaati dari lembaga
pendidikan di mana mereka mengajar.
4.2.2.3. Statistik Kinerja Instruktur
Untuk menilai statistik rata-rata variabel Linerja, juga
menggunakan rentang skala seperti telah ditetapkan pada Bab 3.
Hasil olah komputer di bawah ini (Tabel 4.7) adalah nilai rata-
rata dari penilaian responden atas pertanyaan-pertanyaan
mengenai Kinerja instruktur sebelum periode remunerasi.
88
Tabel 4.7 Statistik Rata-rata Kinerja Sebelum Remunerasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kinerja01-blm 98 3 5 4.27 .509
kinerja02-blm 98 3 5 4.27 .529
kinerja03-blm 98 3 5 3.81 .653
kinerja04-blm 98 2 5 3.99 .696
kinerja05-blm 98 2 5 3.83 .658
kinerja06-blm 98 2 5 3.77 .686
kinerja07-blm 98 2 5 3.82 .751
kinerja08-blm 98 3 5 3.77 .533
kinerja09-blm 98 2 5 3.76 .643
Kinerjablm 4.0306 .39933
Perhatikan seluruh nilai rata-rata (Mean). Jika nilai rata-rata
setiap item pertanyaan berada pada rentang > 3,4 - 4,2 atau >
4,2 – 5,0 maka item-item tersebut telah dinilai positif oleh
responden.
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa seluruh
indikator telah dinyatakan positif. Para instruktur memiliki
89
Kinerja yang positif sehingga, sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang ditetapkan dalam menjalankan tugas sebagai instruktur.
4.2.2.4. Statistik Pengaruh antar Variabel Penelitian
1. Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja
a. Analisis Korelasi
Hasil olah komputer berikut menunjukkan nilai korelasi
(R) dan determinasi (R Square). Nilai korelasi sebesar
0,506 menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat
dan positif antara komitmen instruktur dan kinerja
instruktur.
Nilai determinasi R Square menyatakan bahwa variasi-
variasi nilai kinerja instruktur selama ini disebabkan oleh
variasi-variasi komitmen instruktur sebesar 25,6 persen.
Sisanya disebabkan oleh variasi-variasi yang lain di luar
variabel komitmen.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .506a .256 .248 .34630
a. Predictors: (Constant), Komitblm
90
b. Uji Pengaruh
Hasil olah komputer berikut menunjukkan besar pengaruh
komitmen terhadap kinerja instruktur, serta menunjukkan
besaran-besaran konstanta dan koefisien regresi.
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,506 adalah
besaran pengaruh komitmen terhadap kinerja instruktur.
Apakah besaran tersebut signifikan? Jawabannya ya, karena
nilai probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,0 yaitu di
bawah 5 persen.
Menggunakan nilai-nilai di bawah kolom B, dapat ditetapkan
persamaan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = a + b X menjadi :
Y = 1,967 + 0,519 X
Di mana : Y adalah Kinerja
X adalah Komitmen
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.967 .361 5.446 .000
Komitblm .519 .090 .506 5.743 .000
a. Dependent Variable: kinerjablm
2. Pengaruh Disiplin terhadap Kinerja
91
a. Analisis Korelasi
Hasil olah computer berikut menunjukkan nilai
korelasi (R) dan determinasi (R Square). Nilai korelasi
sebesar 0,693 menyatakan bahwa terdapat hubungan
cukup kuat dan positif antara Disiplin instruktur dan kinerja
instruktur.
Nilai determinasi R Square menyatakan bahwa variasi-
variasi nilai kinerja instruktur selama ini disebabkan oleh
variasi-variasi disiplin instruktur sebesar 48 persen. Sisanya
disebabkan oleh varias-variasi yang lain di luar variabel
disiplin.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .693a .480 .475 .28936
a. Predictors: (Constant), disipblm
b. Uji Pengaruh
Hasil olah komputer berikut menunjukkan besar pengaruh
Disiplin terhadap kinerja instruktur, serta menunjukkan
besaran-besaran konstanta dan koefisien regresi.
92
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,693 adalah
besaran pengaruh Disiplin terhadap kinerja instruktur.
Apakah besaran tersebut signifikan? Jawabannya ya, karena
nilai probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,0 yaitu di
bawah 5 persen.
Menggunakan nilai-nilai di bawah kolom B, dapat
ditetapkan persamaan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = a + b X menjadi :
Y = 1,087 + 0,724 X
Di mana : Y adalah Kinerja
X adalah Disiplin
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.087 .314 3.465 .001
Disipblm .724 .077 .693 9.420 .000
a. Dependent Variable: kinerjablm
3. Pengaruh Komitmen Dan Disiplin terhadap Kinerja
a. Analisis Korelasi
Hasil olah komputer berikut menunjukkan nilai korelasi (R)
dan determinasi (R Square). Nilai korelasi sebesar 0,697
93
menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat dan positif
antara Disiplin dan Komitmen instruktur dengan Kinerja
instruktur.
Nilai determinasi R Square menyatakan bahwa variasi-variasi
nilai kinerja instruktur selama ini disebabkan oleh variasi-variasi
disiplin dan komitmen instruktur sebesar 48,5 persen. Sisanya
disebabkan oleh varias-variasi yang lain di luar variabel disiplin
dan komitmen.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .697a .485 .475 .28944
a. Predictors: (Constant), disipblm, Komitblm
b. Uji Kecocokan Model
Hasil olah komputer berikut menunjukkan apakah pengaruh
disiplin dan komitmen terhadap kinerja yang diusulkan sesuai
model penelitian telah sesuai dengan hasil penelitian, sangat
tergantung pada hasil uji Anova. Bila nilai probabilitas di
bawah kolom Sig. lebih kecil dari 5 persen, maka dinyatakan
bahwa hasil uji adalah cocok, yaitu model penelitian sesuai
dengan hasil penelitian.
94
Kesimpulan pada penelitian ini adalah cocok, karena nilai
probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,00 di bawah 5
persen.
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 7.510 2 3.755 44.821 .000a
Residual 7.958 95 .084
Total 15.468 97
a. Predictors: (Constant), disipblm, Komitblm b. Dependent Variable: kinerjablm
c. Uji Pengaruh
Hasil olah komputer berikut menunjukkan besar pengaruh
Disiplin dan Komitmen terhadap kinerja instruktur, serta
menunjukkan besaran-besaran konstanta dan koefisien regresi.
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,094 adalah
besaran pengaruh Komitmen terhadap kinerja instruktur.
Apakah besaran tersebut signifikan? Jawabannya tidak, karena
nilai probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,332 yaitu di
atas 5 persen.
95
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,632 adalah
besaran pengaruh Disiplin terhadap Kinerja instruktur. Apakah
besaran tersebut signifikan? Jawabannya ya, karena nilai
probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,00 yaitu di bawah 5
persen.
Untuk mengetahui persamaan regresi yang berguna untuk
memprediksi nilai kinerja berdasarkan nilai komitmen dan
disiplin, menggunakan nilai-nilai di bawah kolom B.
Y = 0,963 + 0,97 X1 + 0,660 X2
Di mana : Y adalah Kinerja
X1 adalah Komitmen
X2 adalah Disiplin
Akan tetapi, nilai-nilai probabilitas di bawah Sig, untuk kolom
disiplin di atas 0,05 atau 5% sehingga tidak signifikan.
Akibatnya, persamaan harus diubah menjadi :
Y = 0,963 + 0,660 X2
96
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant)
Komitblm
disipblm
.963 .339 2.842 .005
.097 .100 .094 .974 .332
.660 .101 .632 6.514 .000
a. Dependent Variable: kinerjablm
Pertanyaan muncul, yaitu : Mengapa bila secara parsial ke dua
variabel bebas yaitu komitmen dan disiplin berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja, sedangkan bila dilakukan uji
secara simultan atau bersama-sama, diketahui bahwa variabel
komitmen kurang berpengaruh terhadap kinerja ?
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan uji
multikolinearitas, yaitu uji apakah variabel independen
komitmen dan disiplin saling berhubungan.
Berdasarkan keluaran computer di bawah ini, yaitu hasil
korelasi antara variabel komitmen dan disiplin, di mana nilai
korelasi adalah 0,651. Nilai korelasi ini menyatakan adanya
hubungan yang cukup kuat. Hal ini merupakan salah satu
penyebab inkonsisten yang terjadi.
Correlations
Komitblm Disipblm
97
Komitblm Pearson Correlation 1 .651**
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
disipblm Pearson Correlation .651** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.2.3. Analisis Sesudah Periode Remunerasi
4.2.3.1. Statistik Rata-rata Komitmen Instruktur
Hasil olah komputer di bawah ini (Tabel 4.8) adalah nilai rata-
rata dari penilaian responden atas pertanyaan-pertanyaan
mengenai komitmen instruktur sesudah periode remunerasi.
Tabel 4.8 Statistik Rata-rata Komitmen Sesudah Remunerasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
komit01-sdh 98 3 5 4.09 .576
komit02-sdh 98 3 5 4.01 .565
komit03-sdh 98 3 5 4.08 .637
komit04-sdh 98 3 5 4.11 .640
komit05-sdh 98 3 5 4.23 .670
komit06-sdh 98 3 5 3.83 .626
komit07-sdh 98 2 5 4.19 .620
komit08-sdh 98 3 5 4.16 .569
komit09-sdh 98 3 5 4.20 .703
komit10-sdh 98 2 5 4.26 .597
Komitsdh 98 4.1173 .45226
98
Perhatikan seluruh nilai rata-rata (Mean). Jika nilai rata-rata setiap
item pertanyaan berada pada rentang > 3,4 - 4,2 atau > 4,2 – 5,0 maka
item-item tersebut telah dinilai positif oleh responden.
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa seluruh indikator
telah dinyatakan positif. Para instruktur memiliki komitmen yang positif
terhadap lembaga penidikan di mana mereka mengajar.
4.2.3.2. Statistik Rata-rata Disiplin Instruktur
Untuk menilai statistik rata-rata variabel Disiplin, juga
menggunakan rentang skala seperti telah ditetapkan pada Bab 3.
Hasil olah komputer di bawah ini (Tabel 4.9) adalah nilai rata-rata
dari penilaian responden atas pertanyaan-pertanyaan mengenai Diiplin
instruktur sesudah periode remunerasi.
Tabel 4.9 Statistik Rata-rata Disiplin Sesudah Remunerasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
disiplin01-sdh 98 3 5 4.18 .581
disiplin02-sdh 98 3 5 4.28 .493
disiplin03-sdh 98 3 5 4.08 .604
disiplin04-sdh 98 3 5 4.32 .489
disiplin05-sdh 98 3 5 4.08 .511
disiplin06-sdh 98 3 5 4.06 .534
disiplin07-sdh 98 3 5 4.10 .527
disiplin08-sdh 98 3 5 4.22 .651
Disiplinsdh 98 4.1658 .42994
99
Perhatikan seluruh nilai rata-rata (Mean). Jika nilai rata-rata setiap
item pertanyaan berada pada rentang > 3,4 - 4,2 atau > 4,2 – 5,0 maka
item-item tersebut telah dinilai positif oleh responden.
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa seluruh indikator
telah dinyatakan positif. Para instruktur memiliki Disiplin yang positif
terhadap aturan-aturan yang harus ditaati dari lembaga penidikan di
mana mereka mengajar.
4.2.3.3. Statistik Rata-rata Kinerja Instruktur
Untuk menilai statistik rata-rata variabel Linerja, juga menggunakan
rentang skala seperti telah ditetapkan pada Bab 3.
Hasil olah komputer di bawah ini (Tabel 4.10) adalah nilai rata-rata dari
penilaian responden atas pertanyaan-pertanyaan mengenai Kinerja
instruktur sesudah periode remunerasi.
Tabel 4.10 Statistik Rata-rata Kinerja Sesudah Remunerasi
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kinerja01-sdh 98 3 5 4.41 .534
kinerja02-sdh 98 3 5 4.41 .606
kinerja03-sdh 98 3 5 3.96 .745
kinerja04-sdh 98 3 5 4.12 .693
100
kinerja05-sdh 98 2 5 3.91 .594
kinerja06-sdh 98 2 5 4.00 .703
kinerja07-sdh 98 2 5 3.90 .739
kinerja08-sdh 98 3 5 3.88 .579
kinerja09-sdh 98 2 5 3.83 .643
Kinerjasdh 4.0454 .49429
Perhatikan seluruh nilai rata-rata (Mean). Jika nilai rata-rata setiap item
pertanyaan berada pada rentang > 3,4 - 4,2 atau > 4,2 – 5,0 maka item-
item tersebut telah dinilai positif oleh responden.
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa seluruh indikator
telah dinyatakan positif. Para instruktur memiliki Kinerja yang positif
sehingga, sesuai dengan tujuan dan sasaran yag ditetapkan dalam
menjalankan tugas sebagai instruktur.
4.2.3.4. Statistik Pengaruh antar Variabel Penelitian
1. Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja
a. Analisis Korelasi
Hasil olah komputer berikut menunjukkan nilai korelasi (R) dan
determinasi (R Square). Nilai korelasi sebesar 0,621
menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat dan positif
antara komitmen instruktur dan kinerja instruktur.
Nilai determinasi R Square menyatakan bahwa variasi-variasi
nilai kinerja instruktur selama ini disebabkan oleh variasi-variasi
101
komitmen instruktur sebesar 38,6 persen. Sisanya disebabkan
oleh varias-variasi yang lain di luar variabel komitmen.
b. Uji Pengaruh
Hasil olah komputer berikut menunjukkan besar pengaruh
komitmen terhadap kinerja instruktur, serta menunjukkan
besaran-besaran konstanta dan koefisien regresi.
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,621 adalah
besaran pengaruh komitmen terhadap kinerja instruktur.
Apakah besaran tersebut signifikan? Jawabannya ya, karena
nilai probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,0 yaitu di
bawah 5 persen.
Menggunakan nilai-nilai di bawah kolom B, dapat
ditetapkan persamaan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = a + b X menjadi :
Y = 1,251 + 0,679 X
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .621a .386 .379 .38942
a. Predictors: (Constant), komitsdh
102
Di mana : Y adalah Kinerja
X adalah Komitmen
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.251 .362 3.454 .001
komitsdh .679 .087 .621 7.764 .000
a. Dependent Variable: kinerjasdh
2. Pengaruh Disiplin terhadap Kinerja
a. Analisis Korelasi
Hasil olah komputer berikut menunjukkan nilai korelasi (R) dan
determinasi (R Square). Nilai korelasi sebesar 0,517
menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat dan positif
antara Disiplin instruktur dan kinerja instruktur.
Nilai determinasi R Square menyatakan bahwa variasi-variasi
nilai kinerja instruktur selama ini disebabkan oleh variasi-variasi
disiplin instruktur sebesar 26,8 persen. Sisanya disebabkan oleh
varias-variasi yang lain di luar variabel disiplin.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .517a .268 .260 .42519
103
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .517a .268 .260 .42519
a. Predictors: (Constant), disiplinsdh
b. Uji Pengaruh
Hasil olah komputer berikut menunjukkan besar pengaruh
Disiplin terhadap kinerja instruktur, serta menunjukkan
besaran-besaran konstanta dan koefisien regresi.
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,517 adalah
besaran pengaruh Disiplin terhadap kinerja instruktur. Apakah
besaran tersebut signifikan? Jawabannya ya, karena nilai
probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,0 yaitu di bawah 5
persen.
Menggunakan nilai-nilai di bawah kolom B, dapat
ditetapkan persamaan regresi linear sederhana, yaitu :
Y = a + b X menjadi :
Y = 1,567 + 0,595 X
Di mana : Y adalah Kinerja
X adalah Disiplin
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
104
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.567 .420 3.727 .000
disiplinsdh .595 .100 .517 5.924 .000
a. Dependent Variable: kinerjasdh
3. Pengaruh Komitmen dan Disiplin terhadap Kinerja
a. Analisis Korelasi
Hasil olah komputer berikut menunjukkan nilai korelasi (R) dan
determinasi (R Square). Nilai korelasi sebesar 0,632
menyatakan bahwa terdapat hubungan cukup kuat dan positif
antara Disiplin dan Komitmen instruktur dengan Kinerja
instruktur.
Nilai determinasi R Square menyatakan bahwa variasi-variasi
nilai kinerja instruktur selama ini disebabkan oleh variasi-variasi
disiplin dan komitmen instruktur sebesar 39,9 persen. Sisanya
disebabkan oleh variasi-variasi yang lain di luar variabel disiplin
dan komitmen.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .632a .399 .386 .38722
a. Predictors: (Constant), komitsdh, disiplinsdh
b. Uji Kecocokan Model
105
Hasil olah komputer berikut menunjukkan apakah pengaruh
disiplin dan komitmen terhadap kinerja yang diusulkan sesuai
model penelitian telah sesuai dengan hasil penelitian, sangat
tergantung pada hasil uji Anova. Bila nilai probabiitas di bawah
kolom Sig. lebih kecil dari 5 persen, maka dinyatakan bahwa
hasil uji adalah cocok, yaitu model penelitian sesuai dengan
hasil penelitian.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah cocok, karena nilai
probabiitas di bawah kolom Sig. adalah 0,00 di bawah 5
persen.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.456 2 4.728 31.533 .000a
Residual 14.244 95 .150
Total 23.700 97
a. Predictors: (Constant), komitsdh, disiplinsdh
b. Dependent Variable: kinerjasdh
c. Uji Pengaruh
Hasil olah komputer berikut menunjukkan besar pengaruh
Disiplin dan Komitmen terhadap kinerja instruktur, serta
menunjukkan besaran-besaran konstanta dan koefisien regresi.
106
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,508 adalah
besaran pengaruh Komitmen terhadap kinerja instruktur.
Apakah besaran tersebut signifikan? Jawabannya ya, karena
nilai probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,000 yaitu di
bawah 5 persen.
Menggunakan nilai koefisien beta sebesar 0,161 adalah
besaran pengaruh Disiplin terhadap Kinerja instruktur. Apakah
besaran tersebut signifikan? Jawabannya tidak, karena nilai
probabilitas di bawah kolom Sig. adalah 0,151 yaitu di atas 5
persen.
Untuk mengetahui persamaan regresi yang berguna untuk
memprediksi nilai kinerja berdasarkan nilai komitmen dan
disiplin, menggunakan nilai-nilai di bawah kolom B.
Y = 0,986 + 0555 X1 + 0,186 X2
Di mana : Y adalah Kinerja
X1 adalah Komitmen
X2 adalah Disiplin
Akan tetapi, nilai-nilai probabilitas di bawah Sig, untuk kolom
disiplin di atas 0,05 atau 5% sehingga tidak signifikan.
Akibatnya, persamaan harus diubah menjadi :
Y = 0,986 + 0,555 X1
107
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant)
komitsdh
disiplinsdh
.986 .404 2.444 .016
.555 .122 .508 4.555 .000
.186 .128 .161 1.448 .151
a. Dependent Variable: kinerjasdh
Pertanyaan muncul, yaitu : Mengapa bila secara parsial ke
dua variabel bebas yaitu komitmen dan disiplin berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja, sedangkan bila dilakukan
uji secara simultan atau bersama-sama, diketahui bahwa variabel
disiplin kurang berpengaruh terhadap kinerja ?
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan uji
multikolinearitas, yaitu uji apakah variabel independen
komitmen dan disiplin saling berhubungan.
Berdasarkan keluaran computer di bawah ini, yaitu hasil
korelasi antara variabel komitmen dan disiplin, di mana nilai
korelasi adalah 0,701. Nilai korelasi ini menyatakan adanya
hubungan yang cukup kuat. Hal ini merupakan salah satu
penyebab inkonsisten yang terjadi.
Correlations
disiplinsdh Komitsdh
disiplinsdh Pearson Correlation 1 .701**
Sig. (2-tailed) .000
108
N 98 98
komitsdh Pearson Correlation .701** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 98 98
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.2.3. Rangkuman Hasil Penelitian
Pada bagian ini adalah rangkuman hasil penelitian untuk mengetahui nilai-
nilai pendapat instruktur pelatihan mengenai komitmen, disiplin, dan
kinerja, serta kuat pengaruh komitmen dan disiplin kerja pada periode
belum diberlakukannya kebijakan pemerintah mengenai remunerasi dan
periode setelah diberlakukannnya remunerasi.
Berikut adalah Tabel 4.11. hasil analisis statistik atas variabel-variabel
penelitian sebelum dan sesudah implementasi remunerasi pada objek
penelitian ini.
109
Tabel 4.11. Rangkuman Statistik Hasil Penelitian
Statistik Variabel Penelitian Sebelum Remunerasi Sesudah Remunerasi
Rata-rata Komitmen Instruktur 3,97 4,11
Rata-rata Disiplin Instruktur 4,06 4,16
Rata-rata Kinerja Instruktur 4,03 4,04
Pengaruh Komitmen terhadap
Kinerja
Korelasi : 0,506
R-Square : 25,6%
Uji F : Cocok
Beta : 0,506 (signifikan)
Regresi :
Y = 1,967 + 0,519 X
Korelasi : 0,621
R-Square : 38,6%
Uji F : Cocok
Beta : 0,621 (signifikan)
Regresi :
Y = 1,251 + 0,679 X
Pengaruh Disiplin terhadap
Kinerja
Korelasi : 0,693
R-Square : 48%
Uji F : Cocok
Korelasi : 0,517
R-Square : 26,8%
Uji F : Cocok
110
Beta : 0,693 (signifikan)
Regresi :
Y = 1,087 + 0,724 X
Beta : 0,517 (signifikan)
Regresi :
Y = 1,567 + 0,595 X
Pengaruh Komitmen dan
Disiplin terhadap Kinerja
Korelasi : 0,697
R-Square : 48,5%
Uji F : Cocok
Beta Komitmen terhadap
Kinerja : 0,094 ( tidak
signifikan)
Beta Disiplin thd Kinerja
0,632 (signifikan)
Korelasi : 0,632
R-Square : 39,9%
Uji F : Cocok
Beta Komitmen
terhadap Kinerja : 0,508
(signifikan)
Beta Disiplin thd Kinerja
0,161 (tidak signifikan)
Uji Multikolinearitas: Uji variabelbebas antara Disiplin
dan Komitmen
Terdapat hubungan cukup kuat, sebesar 0,651.
Terdapat hubungan cukup kuat, sebesar 0,701.
Sumber : Hasil Olah Data Penjelasan
Berdasarkan nilai-nilai statistik pada tabel di atas diketahui bahwa :
1. Komitmen instruktur sebelum periode remunerasi sebesar 3,97
sedangkan periode remunerasi saat ini sebesar 4,11. Dengan
demikian periode remunerasi sudah baik dan lebih baik
dibandingkan periode sebelumnya. Demikian pula dengan tingkat
kedisiplinan instruktur, di mana sebelum periode remunerasi 4,06
sedangkan periode remunerasi 4,16. Dalam penilaian kinerja, para
instruktur menyatakan bahwa kinerja sebagai instruktur pada
periode penerapan remunerasi ada peningkatan tetapi relatif sama,
karena ada dalam range antara 3,4 – 4,2 yaitu kinerja sebelum
111
penerapan remunerasi 4,03 dan sesudah penerapan remunerasi 4,04.
Angka peningkatan kinerja instruktur setelah penerapan kebijakan
remunerasi ternyata hanya 0,01 atau 0,25% dari kinerja instruktur
sebelum penerapan kebijakan remunerasi.
2. Pengaruh komitmen terhadap kinerja diketahui bahwa pada periode
remunerasi lebih besar dari periode sebelumnya, yaitu 0,621
dibandingkan dengan 0,506. Indikator yang mempengaruhi
peningkatan komitmen karyawan pada periode remunerasi yaitu
tanggapan karyawan akan kemudahan dalam bekerjasama dengan
rekan sesama Instruktur, meningkatnya keyakinan instuktur tentang
prospek Pusat Pelatihan Kerja dan kesediaan sebagai instruktur
beberapa tahun kedepan . Namun demikian masih ada beberapa
instruktur yang menanggapi komitmen dengan pernyataan tidak
setuju atapun moderat atau menolak untuk setuju maupun tidak
setuju dalam pernyataan prospek PPK, keyakinan mutu lulusan
maupun kesediaannya sebagai instruktur untuk beberapa tahun
kedepan. Secara rerata atau secara umum komitmen instruktur sudah
ditanggapi positif dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur
komitmen yang membaik memiliki peran yang lebih besar atas
kinerja instruktur dibandingkan dengan periode sebelumnya.
3. Pengaruh disiplin terhadap kinerja diketahui bahwa pada periode
remunerasi lebih rendah dari periode sebelumnya, yaitu 0,517
112
dibandingkan dengan 0,693. Hal ini disebabkan karena pada periode
penerapan remunerasi secara umum tanggapan instruktur akan
disiplin semakin baik terutama dalam ketepan waktu berada di
kantor, karena faktor ketepatan waktu kehadiran di kantor sangat
menentukan besaran tunjangan kinerja yang diterima, namun tidak
demikian dengan ketepatan waktu mengajar ada 9 atau 9,2%
instruktur yang menanggapinya dengan biasa saja atau menolak
untuk setuju ataupun tidak setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa unsur disiplin walaupun lebih baik tetapi dampak
terhadap kinerja justru menurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
4. Untuk mengetahui besar pengaruh secara simultan dari variabel
komitmen dan disiplin terhadap kinerja, terlebih dahulu harus
menguji kuat hubungan di atara kedua variabel independen tersebut.
Hasil uji menyatakan bahwa telah terjadi hubugan yang kuat di
antara keduanya, baik berdasarkan data periode sebelum reunersi,
yaitu sebesar 0,651 maupun pada periode remunerasi, yaitu sebesar
0,701.
113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil pembahasan dalam bab terdahulu, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kedua variable – komitmen dan disiplin
berpengaruh positif terhadap kinerja instruktur. Pengaruh komitmen lebih
dominan jika dibandingkan dengan pengaruh disiplin. Kesimpulan tersebut
sesuai dengan penelitian Nancy Roliance Djenmai(2012) yang meneliti
Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasional dan Disiplin Kerja
Karyawan di PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta, menyimpulkan bahwa
kepemimpinan, komitmen dan disiplin kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta. Di Pusat Pelatihan
Kerja DKI Jakarta faktor komitmen lebih berpengaruh terhadap kinerja
instruktur, karena : instruktur berpihak dan berempati pada intitusi,
instruktur mau berkorban dan menerima perubahan demi kemajuan intitusi.
Disamping itu instruktur memiliki keyakinan bahwa prospek Pusat
Pelatihan Kerja kedepan cerah serta lulusan pelatihan berkualitas dan
diterima pasar. Instruktur juga menunjukkan adanya keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi.
114
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka
disampaikan saran :
1. Karena kedua variabel – komitmen dan disiplin instruktur berpengaruh
positif terhadap kinerja instruktur, maka perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan faktor komitmen dan disiplin instruktur dalam
pelaksanaan kebijakan remunerasi.
2. Komitmen instruktur adalah faktor yang lebih dominan berpengaruh
terhadap kinerja instruktur, maka untuk meningkatkan kinerja
instruktur perlu memperhatikan kondisi kerja dan memberikan
insentif/penghargaan. Selanjutnya untuk disiplin instruktur agar terus
menegakkan disiplin. Caranya adalah membina disiplin pengawai,
mengarahkan perilaku instruktur, memberikan penghargaan dan
memberikan hukuman/sanksi bagi instruktur.
115
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Armstrong, Michael dan Angela Baron, 2005. Managing Performance, Jakarta:
PT. Elexmedia, terjemahan. Argyris, Christ dan Donald A. Schon, 2009. Double-Loop Learning In Leadership
Development, Bandung, Alfabeta, terjemahan. Azhar, Sunyoto Munandar. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi; Jakarta : UI Press. Bernardin, H. John, dan Russel Joyce, 2003. Human resource management : An
experimental approach. Jogyakarta: Penerbit Andi. Davis, Keith dan John W. Newstrom. 2006. Organizational Behavior Jakarta: PT.
Indeks, terjemahan. Dessler, Gary, 2005. Human Resource Management, Jakarta: PT. Indeks, terjemahan. Luthans, Fred. 2007. Corporate Culture: Challenge to Excellence. Jakarta: PT.
Elexmedia Komputindo, terjemahan. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002, Manajemen sumber daya manusia
perusahaan, Bandung : Bandung : Remaja Rosdakarya. Margono, Sumarlan. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Badan
Penerbit Bumi Aksara. Mutiara, Panggabean. 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Ghalia
Indonesia. Riggio, E. Ronald, Susan E. Murphy, Francis J. Pirozzolo. 2001. Multiple
Intelligences and Leadership. Columbia: Lawrence Erlbaum Associates. Rivai, Veithzal, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rajawali Pers. Robbins, P. Stephen. 2008. Organizational Behavior. Jakarta; PT. Indeks,
terjemahan.
116
Sudjana, 2009. Metode Statistika untuk Ekonomi, Bandung: PT. Tarsito. Terry, P. Sutton dan Peter J. Bergerson, 2006. Faculty Compensation System:
Impact on the Quality of Higher Education. Jakarta: UNJ, terjemahan. Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers. Wexley, K. N. dan G.A. Yukl, 2009. Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia, (Terjemahan), PT. Rineka Cipta, Jakarta. Jurnal-jurnal Abraham, Rebecca. 1999. The Impact of Emotional Dissonance on Organizational
Commitment and Intention to Turnover. Journal of Psychology, Vol. 133. No. 3. p 144-149.
Golman, Abraham. 2006. Discipline and The Relationship between Job
Satisfaction and Individual Commitment of Employee in Public Parastatals in Oyo State University, Thesis Doctoral, Oyo State, Nigeria.
Hayward, Breth Anthony. 2005. Relationship between Employee Performance,
Leadership and Discipline in a South African Parastatal Organization, PhD. Thesis Dissertation, Rhodes University.
Laura, Strazzeri. 2006. Managing Motivation and Commitment vs. Compensation
in Research Institutions. The National Research Counsil, Geneva. Lee S. Keun dan Marthur Abraham, 1998. Korean Workers’ Motivation Tools:
Commitment and Incentive-Based Motivation and Their Relative Impact on Behavioral Work Outcome", Multinational Business Review, Vol. 16 Iss: 4, pp.87 – 110.
Marcelinus Masri, 2012. Pengaruh Disiplin dan Motivasi kerja terhadap kinerja
Pegawai pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI Tesis, Universitas Esa unggul, Jakarta.
Nancy Roliance Djenmai(2012). Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen
Organisasional dan Disiplin Kerja Karyawan di PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta. Tesis. UPN Veteran Yogyakarta, 2012
117
Rubiyanto, 2010. Pengaruh Implementasi Peraturan Perundang-undangan Tunjangan Kinerja dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Rumah Tangga Kepresidenan, Tesis, Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Setiadi, Bambang Dwi, 2007. Analisa Pengaruh Motivasi Kerja, Komitmen
Pegawai dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Lippo Bank Cabang Pemuda Semarang, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Yong Sun Paik, K Pravenn Parboteah, dan Wonshul Shim. 2007. Relationship
between Perceived Compensation, Employee Commitment, and Job Satisfaction : The Case of Mexican Workers and Korean Maquladores. The International Journal of Human Resources Management, Vol. 18, issue 10 October 2007, p 1768-1781.
Yusof, Rozman. 2007. Relationship between Discipline and Individual
Commitment and Job Performance among Administrations In Malaysian Public University. Ph.D. Thesis, University Putra Malaysia.
Perundang-undangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2010 tentang Dispin
Pegawai Negeri Sipil Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparaur Negara Nomor
PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2011 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan sekretaris Dewan DPRD
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2011 yang mengatur tentang
Tunjangan Kerja Daerah. Majalah Media Jaya, 2010, edisi 01, Sarana Informasi Pemprov DKI Jakarta, Hartomo
Jaya Mandiri, Jakarta.