1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

download 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

of 22

Transcript of 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    1/22

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI

    SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR

    SUSPENSI REKONSTITUSIERITROMISIN ETILSUKSINAT

    PRAKTIKUM KE : I

    JUDUL MATERI PRAKTIKUM : Suspensi Rekonstitusi Eritromisin Etilsuksinat

    TANGGAL PRAKTIKUM : 19 Maret 2014

    KELAS / GROUP : C I/ IIIKETUA : Averina Hillary (2012210047)

    ANGGOTAKELOMPOK :1. Astrid (2012210043)

    2. Augustini (2012210046)

    3. Azizah Oktaviany (2012210053)

    4. Bellinda Stella (2012210058)

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PANCASILA

    JAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    2/22

    I. Tujuan

    1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan suspensI kering.

    2. Mengamati pengaruh metode pembuatan granul atau serbuk kering dan

    konsentrasi bahan pembasah/pensuspensi terhadap karakteristik fisik

    suspensi.

    II. Teori singkat

    Suspensi kering atau suspensi rekonstitusi adalah sejumlah sediaan

    resmi dan diperdagangkan yang terdiri dari campuran kering atau serbuk

    granula, dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya

    sebelum pemberian. Sebagaimana telah diketahui sediaan resmi ini

    mencantumkan Untuk Suspensi Oral pada judul resminya untukmembedakannya dari suspensi yang sudah disiapkan.

    Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat sebagai campuran kering untuk

    suspensi oral adalah obat-obat antibiotik. Produk kering yang dibuat secara

    komersial guna mengandung obat-obat antibiotik, dengan bahan tambahan

    untuk pewarna, pemanis, aroma, penstabil dan pensuspensi, atau zat pengawet

    yang mungkin didinginkan untuk meningkatkan stabilitas dari serbuk kering

    atau campuran granul atau dasar suspensi cair. Apabila akan dioplos dan

    diberikan kepada pasien maka apoteker atau ahli farmasi akan membuka

    serbuk yang ada pada dasar wadah secara perlahan-lahan dengan benda keras

    lalu menambahkan sejumlah air murni sesuai dengan yang ditunjukkan pada

    label dan dikocok dengan kencang sampai seluruh suspensi kering tersuspensisempurna.

    Penting bagi seorang ahli farmasi untuk menambahkan secara tepat

    jumlah air yang telah ditetapkan dalam campuran kering sehingga dihasilkan

    konsentrasi yang tepat per unit dosis. Penggunaan air murni lebih baik untuk

    menghindari penambahan kontaminasi yang dapat merusak dan memberi efek

    kebalikan dari efek stabilitas sediaan yang dihasilkan. Ahli farmasi harus

    memberitahukan pasien mengenai sifat-sifat ini dan mengharuskannya untuk

    mengocok isinya baik-baik sesaat sebelum pemakaian dan obat disimpan

    secara tepat (biasanya didinginkan).

    Suspensi kering dibuat dengan cara granulasi. Granulasi adalah suatu

    metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir.

    Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :

    1.

    Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur

    2.

    Memiliki sifat alir yang baik

    3.

    Tidak terlalu kering

    4.

    Hancur baik dalam air

    5.

    Menunjukan kekompakan mekanis yang memuaskan

    Untuk suspensi kering yang dibuat dengan cara granulasi memili ki

    keuntungan sebagai berikut :

    1.

    Mencegah agregasi campuran serbuk.

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    3/22

    2. Mendapat sifat alir yang baik.

    Sebagai bahan pengikat kering juga digunakan PVP.

    Pembuatan suspensi kering berr langsung dalam 4 tahapan, yaitu :

    1. Agregasi campuran serbuk dengan penambahan suatu cairan

    penggranul.2. Pembagian rasa

    3. Pengeringan granulat

    4.

    Mengayak bagian yng halus sekalian menyiapkan granulat,

    artinya melonggarkan butiran granulat yang masih melekat

    bersama-sama dari proses pengeringan melalui gerakan-

    gerakan yang hati-hati diatas ayakan.

    Beberapa uji Evaluasi pada suspensi rekonstitusi :

    1. Sifat-sifat mengalir

    Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya. Partikel-

    partikel padat akan saling tarik-menarik, dan gaya yang bekerja antara

    partikel-partikel bila mereka berhubungan terutama gaya permukaan.

    Ada beberapa gaya yang dapat bekerja di antara partikel-partikel padat:

    (1). Gaya gesekan/friksi, (2). Gaya tegangan permukaan, (3) gaya

    mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang

    bentuknya tidak teratur, (4). Gaya elektrostatik, dan (5). Gaya kohesi

    atau Van der walls. Semua gaya tersebut dapat mempengaruhi sifat alir

    dari zat padat. Sifat sifat granul tersebut seperti ukuran partikel,

    distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, kekerasan atau teksturpartikel, penurunan energi permukaan dan luas permukaan juga dapat

    dipengaruhi. Ada beberapa uji yang dapat digunakan sebagai pengukur

    aliran dari pengaruh seluruh gaya yang saling bereaksi pada suatu saat.

    Dua metode yang paling umum dipakai adalah (1) sudut baring (repose

    angle) dan (2) pengukuran kecepatan mengalir.

    Metode corong tegak dan kerucut yang berdiri bebas memakai corong

    yang dijaga agar ujungnya berada pada suatu ketinggian yang

    dikehendaki. H di atas kertas grafik yang terletak pada bidang

    horizontal. Bubuk atau granul dituang perlahan-lahan sampai ke ujung

    corong. R adalah jari-jari dari alas tumpukan bubut yang terbentuk

    kerucut.

    ....................................................................................... (1)

    Atau

    ................................................................................... (2)

    adalah sudut baring. Bila sudut baring lebih kecil dari 30 biasanyamenunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih

    besar atau sama dengan 40 biasanya daya mengalirnya kurang baik.

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    4/22

    2. Pertimbangan Rheologis

    Karakteristik rheologis dari suatu suspensi farnasi dapat merupakan

    faktor penentu yang penting dalam mengoptimisasi stabilitas fisika sistem

    suspensi tersebut. Khususnya yang paling diinginkan adalah suspensi yang

    mempunyai thiksotropi yang mudah dikembangkan. Suspensi seperti itubila diformulasi dengan tepat dapat mencegah sedimentasi, agregasi, dan

    caking yang berdasarkan suatu yield value viskositas tinggi pada keadaan

    istirahat, sedangkan pengocokan kuat mengurai viskositas agar dapat

    dituang, sehingga produk tersebut dapat diberikan. Viskositas tinggi dapat

    terbentuk kembali dengan cepat bila suspense sekali lagi pada keadaan

    istirahat, dan akhirnya menghilangkan kemungkinan ketidakstabilan fisik

    yang dibicarakan sebelumnya. Tanah liat bentonit dan beberapa resin

    polimer cenderung membentuk media thiksotropi dalam air yang

    dikembangkan dengan baik.

    Pembuatan formulasi farmasi disarankan untuk mengupayakan

    mencegah karakteristik rheologis tertentu dalam suatu produk farmasi

    yang sedang dikembangkan. Khususnya karakteristik rheologis

    pseudoplastis (dimana tidak ada yield value), dilatan, dan reopeksi (dimana

    viskositas meningkat dengan tekanan shear) paling tidak diinginkan karena

    kestabilan fisiknya yang buruk.

    3. Volume Sedimentasi

    Karena kemampuan mendispersi kembali merupakan salah satu

    pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatususpensi, dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah

    didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan

    suatu sistem homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya

    ia mendispersi membentuk dua prosedur evaluasi dasar yang paling umum.

    Konsep volume endapan (volume sedimentasi) adalah sederhana.

    Pendeknya, konsep tersebut mempertimbangkan rasio tinggi akhir dari

    endapan (Hu) terhadap tinggi awal suspensi keseluruhan (Ho) pada waktu

    suspense mengendap dalam suatu silinder dibawah kondiri standar. Makin

    besar fraksi ini, makin baik kemampuan suspensinya.

    III. Data Preformulasi

    Zat Aktif

    1. Eritromisin Etil Suksinaat (Farmakope Indonesia edisi IV hal 359,

    Martindale edisi 36 hal 269 Drug Infomations 88 hal 197,, Drug

    Information hal 240-241)

    Rumus Molekul : C43H75NO16

    Berat Molekul : 862,06

    Rumus Bangun :

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    5/22

    Pemerian :Serbuk hablur putih atau sedikit kuning, tidak

    berbau atau praktis tidak berbau; praktis tidak berasa

    Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam

    etanol dan dalam polietilena glikol 400

    Dosis : 1. Dewasa : 200 - 400 mg tiap 6 jam sekali pakai2.Anak : 30-50mg/kg sehari dalam 4 dosis tiap

    6 jam

    pH : antara 6,0 dan 8,5

    Inkompatibilitas : dengan natrium ampisilin dan natrium kloklasilin

    Stabilitas :

    Eritromisin etil suksinat setelah direkonstitusi dapat bertahan

    kurang dari 10 hari dan harus dimpan di lemari es.

    Suspensi rekonstitusi dapat disimpan pada suhu dibawah 300C

    atau dapat disimpan pada lemari es selama 10 hari-35 hari.

    Khasiat : Antibiotik, obat malaria

    Wadah :Dalam wadah tertutup rapat.

    Zat Tambahan

    1. CMC Na

    (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6thEd hal. 134)

    Rumus bangun :

    O

    O

    O

    OH

    OH

    O

    ONa

    H

    O

    O

    O

    ONa

    OH

    OH

    OH

    O

    n/2

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    6/22

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    7/22

    Rumus bangun:

    N O

    CH CH2n

    Pemerian :Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk

    higroskopis.

    Kelarutan :Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam

    etanol 95%, methanol dan asam asetat.

    Kegunaan :Bahan pengikat

    Konsentrasi :0,55 %OTT :Bercampur dengan garam anorganik, bahan alam dan

    bahan kimia lain.Stabilitas :Stabil dalam lingkaran kecil pemansan antara 110 -

    130C.

    4. Nipagin (Methylis Parabenum)

    (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6thEd. Hal. 441, Farmakope

    Indonesia IV hal.551)

    Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih;tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai

    sedikit rasa terbakar.

    Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam

    karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan

    dalam eter.

    Konsentrasi : 0,015% - 0,2%

    Kegunaan : pengawet antimikroba

    OTT : kemampuan atau aktivitas antibiotikal/antimikroba

    akan berkurang jika terdapat sufaktan non ionic.

    Inkompabilitas terhadap bentonite, magnesium trisilikat,

    talk, tragakan, sodium alginate, minyak esensial,

    atropine.

    5. Etanol

    (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 17, Farmakope

    Indonesia IV hal.63)

    Rumus bangun : HO

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    8/22

    Pemerian :Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau

    khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

    Kelarutan :Bercampur dengan air dan praktus tidak campur

    dengan semua pelarut organik

    Stabilitas :Mudah menguap di udara terbukaOTT :Dengan yang mengandung Alumunium dan

    berinteraksi dengan beberapa obat tertentu

    Kegunaan :Antimikroba, Pengawet, Desinfektan, Solven

    Wadah :Dalam wadah tertutup rapat

    6. Strawberry essence

    (Handbook of Pharmaceutical Excipents 6thhal.421)\

    Rumus Molekul : C16H19N3O4S

    BM : 349,40

    BJ : 1,49 g/cm3

    pH : 5,3

    Pemerian : Cairan jernih berwarna merah

    Kelarutan : Larut dalam air dan alcohol 90%

    Kegunaan : Pewarna dan pewangi

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering, terhindar

    dari cahaya matahari

    7. Eritrosin

    (Martindale edisi 36 hal 427)

    Rumus bangun :

    O ONaO

    I

    I

    I

    I

    ONa

    O

    Rumus molekul : C20H614Na2O5

    BM : 897,9

    Pemerian : Serbuk halus berwarna merah

    Kelarutan : Larut dalam air

    Stabilitas : Tidak stabil terhadap udara

    Kegunaan : Bahan Pewarna

    Penyimpanan : Wadah kedap udara, tidak tembus cahaya.

    8. Aerosil

    (Martindale 28 p.958, Handbook of pharmaceutical Excipients 6th

    p.185)Rumus bangun : SiO O

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    9/22

    Pemerian : serbuk, ringan, putih, tidak berbau, tidak berasa

    Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, pelarut organic

    pH : 3.8-4.2

    Titik leleh : 1600oC

    Konsentrasi : glidant 0,1-0,5%Stabilitas : bersifat higroskopis tetapu mengadsorbsi besar

    air tanpa mencairkan. Ketika digunakan dalam

    sistem berair pada pH 0 0,75, efektif dalammeningkatkan viskositas dari suatu sistem.

    Inkompatibilitas : tidak tercampur dengan dietilstylbestrol

    Wadah & Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

    IV. ALAT DAN BAHAN

    Alat : 1. Lumpang Bahan : 1. Eritromisin etil suksinat

    2. Alu 2. CMC Na

    3. Botol vial besar 3. Sorbitol

    4. Batang pegaduk 4. PVP

    5. Spatula 5. Etanol

    6. Pengayak no.14 6. Aquadest

    7. Pengayak no.16 7. Na. benzoat

    8. Viskometer Stormer 8. Eritrosin

    9. Baskom 9. Strawberry essence10. Kertas Perkamen 10. Aerosil

    11. Cawan porselen

    12. Pipet tetes

    13. Timbangan

    14. Tabung sedimentasi

    15. Beaker glass

    16. Stopwatch

    17. Kertas millimeterblock

    18. Sampul coklat

    19. Botol coklat 60 ml

    V. FORMULA

    Bahan

    (Formula I)

    Granulasi

    (%)

    (Formula II)

    Non-Granulasi

    (%)

    Eritromisin etilsuksinat 4 4

    CMC 1 1

    Sorbitol 5 5

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    10/22

    PVP 1 -

    Na Benzoat 0,05 0,05

    Strawberry essence 0,2 0,2

    Eritrosin 0.05 0.05

    Etanol q.s -

    Aerosil 0,1 0,1

    Aquadest ad 100 ad 100

    VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

    Perhitungan

    Formula I (Granulasi)

    1. Eritromisin Etilsuksinat = 2. CMC Na = 3.

    Sorbitol = 4.

    Nipagin = 5. PVP = 6. Strawberry essence = 7.

    Eritrosin =

    8.

    Etanol = 5 mL

    9. Aquadest = ( )

    10.Aerosil =

    Formula II (Non-Granulasi)

    1. Eritromisin Etilsuksinat= 2. CMC Na = 3. Sorbitol =

    4.

    Nipagin = 5.

    Strawberry essence = 6. Eritrosin =

    7.

    Aquadest = ( ) 8.

    Aerosil =

    Penimbangan

    Formula

    Bahan

    I

    (g)

    II

    (g)

    Eritromisin Etilsuksinat 16,03 16,05CMC Na 4,03 4,02

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    11/22

    Sorbitol 20,06 20,01

    Nipagin 0,22 0,21

    Eritromisin 0,13 0,08

    Strawberry essence 0,8 0,8

    PVP 4,02 -Etanol 5 -

    Aerosil 0,04 0,04

    Distribusi data

    Formula I

    Bobot teoritis = 400 g349,8 g = 50,2 g

    Bobot yang didapat = 40,62 g

    Faktor Koreksi Air = bobot yang didapat / bobot teoritis x 400 ml

    = 40,62 / 50,2 x 400= 323,67 ml

    Bobot Yang Diserahkan = 60 ml bobot yg didapat

    Faktor koreksi air

    = 60 ml 40,62 g

    323,67

    = 7,53 g

    Bobot Untuk Rekonstitusi = faktor koreksi air60 mlBobot yg diserahkanFaktor koreksi air

    = 323,67 ml- 60 ml 7,53 g

    323,67 ml

    = 6,13 g

    Air Untuk Rekonstitusi = faktor koreksi air60 ml= 323,67 ml60 ml= 263,67 ml

    Formula II

    Bobot teoritis = 400 g358,8 g = 41,2 g

    Bobot yang didapat = 35,84 g

    Faktor Koreksi Air = bobot yang didapat / bobot teoritis x 400 ml

    = 35,84 / 41,2 x 400 ml

    = 347,96 ml

    Bobot Yang Diserahkan = 60 ml bobot yg didapat

    Faktor koreksi air

    = 60 ml 35,84 g

    347,96

    = 6,18 g

    Bobot Untuk Rekonstitusi = faktor koreksi air60 mlBobot yg diserahkanFaktor koreksi air

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    12/22

    = 347,96 ml- 60 ml 6,18 gram

    347,96 ml

    = 5,11 g

    Air Untuk Rekonstitusi = faktor koreksi air60 ml

    = 347,96 ml60 ml= 287,96 ml

    VII. PEMBUATAN

    Formula I (Granulasi)

    1. Alat dan bahan disiapkan.

    2. Bahan-bahan ditimbang. Botol dikalibrasi 60 ml.

    3. Digerus masing-masing bahan.

    4. Eritromisin etilsuksinat dimasukkan ke dalam lumpang digerus sampai

    halus

    5. Eritromisin etilsuksinat ditambahkan CMC Na, Nipagin, eritrosin, dan

    strawberry essence, kemudian digerus sampai homogen

    6. Campuran homogen dimasukkan ke dalam baskon dan ditambahkan

    PVP sambil diaduk hingga rata. Diteteskan dengan etanol, dan

    dibentuk massa yang kompak.

    7. Massa yang telah terbentuk diayak dengan pengayak No.14, kemudian

    dikeringkan di oven (suhu 70C) , kemudian diayak lagi dengan

    ayakan No.16.

    8.

    Granul ditimbang sebanyak 6,93 gram dimasukkan ke dalam wadah,dan

    9. Sisa granul digunakan untuk evaluasi.

    Formula II (Non-Granulasi)

    1. Alat dan bahan disiapkan.

    2. Bahan-bahan ditimbang. Botol dikalibrasi 60 mL.

    3. Eritromisin etilsuksinat dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian

    ditambahkan Sorbitol di gerus sampai halus homogen.

    4. Campuran tersebut ditambahkan CMC, Na benzoat, eritrosin, dan

    strawberry essence, kemudian digerus sampai homogen.

    5. Campuran homogen ditimbang sebanyak 6,18 gram, dimasukkan ke

    dalam wadah, dan

    6. Sisa campuran homogen digunakan untuk evaluasi.

    VIII. EVALUASI DAN PEMBAHASAN

    1. Organoleptik

    Formula I Formula II

    Warna Merah muda Merah muda

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    13/22

    Bau Tidak berbau Tidak berbau

    Rasa Pahit Pahit

    2. Sifat Alir:

    a.

    Cara Langsung:Timbang 25 g granul, tempatkan pada corong dalam keadaan

    ditutup. Buka tutup, biarkan granul mengalir, hitung waktu

    yang dibutuhkan untuk mengalir dengan stopwatch (g/det).

    Syarat : Pustaka : Aulton (612)

    Kec. Mengalir (g/s) Aliran

    > 10 Very Free Flowing

    4-10 Free Flowing

    1,6-4 Cohesive

    40o

    Buruk

    Sebelum penambahan aerosil

    Formula I (Granulasi)

    Bobot t (detik) h (cm) r (cm) () Kec.alir(g/dtk)

    25 g 7,20 2,00 3,93 28,68 3,47

    Secara Langsung

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    14/22

    Kecepatan alir = 3,47 g/detik

    Kesimpulan = Cohesive

    Secara Tidak Langsung

    = 28,68

    Kesimpulan = Baik

    Formula II (Non-Granulasi)

    Bobot t (detik) h (cm) r (cm) () Kec.alir(g/dtk)

    25 g 8,00 2,30 3,98 30,02 3,125

    Secara Langsung

    Kecepatan alir = 3,125 g/detik

    Kesimpulan = Cohesive

    Secara Tidak Langsung

    = 30,02Kesimpulan = Cukup

    Setelah penambahan aerosil 0,1%

    Formula I (Granulasi)

    Bobot t (detik) h (cm) r (cm) () Kec.alir(g/dtk)

    25 g 4,51 2,15 3,87 29,05 5,5425 g 4,30 2,00 3,94 26,91 5,81

    25 g 4,70 2,1 3,70 29,58 5,32

    Secara Langsung

    Kecepatan alir = 5,32 ; 5,52; 5,81 g/detik

    Kesimpulan = Free Flowing

    Secara Tidak Langsung

    = 26,91; 29,05; 29,58Kesimpulan = Baik

    Formula II (Non-Granulasi)

    Bobot t (detik) h (cm) r (cm) () Kec.alir (g/dtk)

    25 g 7,00 2,60 4,40 30,58 3,57

    25 g 8,00 2,30 2,30 29,90 3,13

    25 g 8,00 2,20 2,20 27,23 3,13

    Secara LangsungKecepatan alir = 3,13 ;3,57 g/detik

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    15/22

    Kesimpulan = Cohesive

    Secara Tidak Langsung

    = 27,23 ; 29,90 ; 30,58Kesimpulan = Baik

    3. Ukuran partikel ( Metode ayakan )

    Metode:

    Serbuk/granul dimasukkan ke dalam seperangkat ayakan selama 15

    menit, kemudian bobot yang tertinggal di dalam masing-masing no

    mess ayakan ditimbang.

    Data bobot yang tertinggal pada mesh

    No Mesh

    Formula I

    Granulasi

    (g)

    Formula II

    Non-Granulasi

    (g)

    20 6,7628 0,1118

    40 12,6416 1,0006

    80 3,8982 19,4038

    100 0 0,0042

    120 0 0

    200 0 0

    Data Formula I

    Mesh

    Rata-rata

    diameter

    mesh (mm)

    Bobot yangtertinggal (g)

    % Bobot

    yang

    tertinggal

    % Bobot yang

    tertinggal x Rata-

    rata diameter mesh

    20 0,850 6,7628 29,0217 24,6685

    40 0,425 12,6416 54,2497 23,0561

    80 0,180 3,8982 16,7286 3,0112

    100 0,150 - - -

    120 0,125 - - -

    Total 23,3026 50,7358

    ( )

    d

    d

    d

    d

    mm

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    16/22

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    17/22

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    18/22

    60 13,18 100 455,2352 18,0423

    50 15,14 100 396,3012 17,2711

    40 20,32 100 295,2756 18,5442

    6. Uji Sedimentasi

    Metode :

    1) Masukan 25 ml masing-masing formula sediaan ke dalam tabung

    sedimentasi.

    2) Amati selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 1 hari, 2 hari,

    dan 3 hari.

    3) Hitung derajat sedimentasi dengan rumus

    F = Vu

    Vo

    Keterangan :

    F = derajat sedimentasi

    Vu = Volume sedimentasi

    Vo = Volume awal

    PengamatanFormula

    I II

    15 menit

    25 25

    25 25F 1 1

    30 menit

    25 25 25 25F 1 1

    40 menit

    25 25

    25 25F 1 1

    60 menit

    25 25

    25 25F 1 1

    1 hari

    25 25

    25 25F 1 1

    2 hari

    25 25

    24 25F 0,96 1

    3 hari

    25 25

    24 25F 0,96 1

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    19/22

    PEMBAHASAN

    1. Uji organoleptik dilakukan secara visual untuk mengetahui kestabilan

    fisik suatu suspensi kering dilihat dari warna, rasa, dan bau dari sediaan.

    Kedua formula memiliki warna yang berbeda yaitu formula I berwarnapink muda (Eritrosin sebagai coloring agent), sedangkan formula II

    berwarna pink tua. Hal ini disebabkan penambahan etanol pada metode

    granulasi (formula I) sehingga warna merah dari Eritrosin menjadi

    memudar. Hal ini menunjukkan perbedaan metode pembuatan

    mempengaruhi warna sediaan. Untuk rasa, kedua formula memiliki rasa

    yang sama yaitu pahit. Perbedaan metode pembuatan tidak

    mempengaruhi rasa sediaan. Untuk bau, kedua formula memiliki bau

    yang sama yaitu tidak berbau. Penambahan essence strawberry tidak

    cukup banyak untuk menutupi bau dari zat aktif.

    2.

    Pada uji sifar alir, sebelum penambahan aerosil, sifat alir dari formula I

    (granulasi) yaitu cohesive (kec. alir = 3,47 g/detik ) dan baik ( =28,68). Untuk membuat sifat alir menjadi lebih baik maka ditambahkan

    aerosil sebanyak 0,1 % dari bobot keseluruhan. Setelah ditambahkan

    aerosil, sifat alir menjadi Free Flowing (kec.alir = 5,32 ; 5,52; 5,81

    g/detik) dan baik ( =26,91; 29,05; 29,58). Tujuan penambahan aerosiladalah sebagai glidant sehingga dapat mempermudah serbuk untuk

    mengalir.

    3.

    Sedangkan, pada Formula II (non granulasi), sebelum penambahan

    aerosil, sifat alirnya cohesive (kec. alir = 3,125 g/detik) dan cukup ( =30,02). Untuk membuat sifat alir menjadi lebih baik maka ditambahkan

    aerosil sebanyak 0,1 % dari bobot keseluruhan. Setelah ditambahkan

    aerosil, sifat alir menjadi cohesive (kec.alir = 3,13 ;3,57 g/detik) dan

    baik ( =27,23 ; 29,90 30,58).4.

    Dalam uji evaluasi sifat alir sediaan suspensi rekonstitusi dengan

    metode tidak langsung, yang memiliki sifat alir lebih baik yaitu

    Formula I (granulasi). Karena bentuk partikel granulasi bentuk lebih

    sferis dan semakin pendek tinggi kerucut(h) serta semakin lebar jari-jari

    bidang datar kerucut(r) sehingga sudut baring yang dihasilkan lebih

    kecil, oleh karena itu sifat alirnya menjadi lebih baik.

    5. Sifat alir dari Formula I (granulasi) dengan metode langsung memiliki

    kecepatan alir yang lebih besar dari Formula II (non granulasi), karena

    waktu yang diperlukan untuk mengalirnya granul lebih cepat dari

    serbuk. Maka, waktu yang lebih cepat akan menghasilkan kecepatan alir

    yang lebih besar dengan bobot yang sama (Kecepatan alir sediaan

    serbuk/granul dihitung dengan cara membagi bobot dengan waktu yang

    diperlukan oleh serbuk/granul).

    6.

    Pada uji ukuran partikel, baik non granulasi maupun granulasi perlu

    dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecepatan dispersi dan

    pengendapannya. Pada Formula I, ukuran rata-rata partikel granul

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    20/22

    adalah , sedangkan pada formula II, ukuran rata-rata partikel

    serbuk adalah . Semakin kecil ukuran partikelnya, maka luas

    permukaan granul lebih besar sehingga lebih mudah dibasahi dan lebih

    cepat terdispersi dalam air. Sebaliknya, semakin besar ukuran partikel,

    maka serbuknya lebih sukar terbasahi. Oleh karena itu, formula II yangmemiliki ukuran partikel yang lebih kecil akan lebih cepat terdispersi

    sempurna dan laju pengendapan lebih lambat dibanding formula I.

    Dilihat dari grafik hubungan antara diameter rata-rata partikel dengan ,

    pada grafik formula II berbentuk lonceng sedangkan grafik formula I

    tidak, hal ini dikarenakan pada formula II partikelnya berupa serbuk

    halus sehingga sebagian besar serbuk dapat melewati mesh no.80,

    sedangkan pada grafik formula I, partikelnya berupa granul (serbuk

    kasar), sehingga sebagian besar partikel hanya dapat melewati mesh

    no.40 dan hanya sedikit yang melewati mesh no.80, hal ini yang

    menyebabkan grafik tidak lonceng.

    7. Pada uji waktu rekonstitusi, formula I (granulasi) memerlukan waktu

    1menit 18 detik sedangkan formula II (non granulasi) membutuhkan

    waktu 13 detik hingga serbuk terlarut sempurna. Hal ini disebabkan

    karena suspensi rekonstitusi granulasi memiliki ukuran partikel yang

    lebih besar dari non granulasi. Oleh karena itu, semakin kecil ukuran

    partikel, maka semakin cepat waktu yang diperlukan karena partikel

    akan mudah terbasahi. Sebalikanya makin besar ukuran partikel maka

    semakin sulit untuk terbasahi.

    8.

    Pada uji viskositas dan rheologi, baik granul maupun non granul perludiuji karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan

    pengendapan sediaan suspensi kering, sedangkan rheologi perlu diuji

    untuk mengkarakterisasi kemudahan penuangan dari botol. Pada

    percobaan, formula I (granulasi) mempunyai rentang nilai viskositas

    yang lebih tinggi yakni (29,2263-47,0542) cps dibandingkan dengan

    formula II(non granulasi) yang mempunyai nilai viskositas (17,2711-

    21,4737) cps. Dari rheogram, baik formulai I maupun formula II sama-

    sama memiliki sifat alir thiksotropi pseudoplastis dimana viskositas

    menurun bila ditambah tegangan gesernya dan viskositas menaik bila

    tegangan gesernya dikurangi serta kurva menurun berpindah ke sebelah

    kiri kurva menaik. Hal ini menunjukkan konsistensi lebih rendah pada

    satu laju geser manapun pada kurva menurun dibanding pada kurva

    menaik dan terjadi pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali

    dengan segera jika tegangan tersebut dikurangi atau dihilangkan. Sifat

    ini baik dalam sediaan suspensi karena kestabilan fisiknya baik dan

    merupakan sifat yang diinginkan dalam sediaan suspensi.

    9.

    Pada uji volume sedimentasi, baik bentuk granul maupun non granul

    diuji karena berhubungan dengan kecepatan suspensi terdispersi

    kembali dan pembentukan caking pada sediaan suspensi. Pada

    percobaan ini, formula I(granulasi) mulai mengalami pengendapan

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    21/22

  • 8/10/2019 1 Laporan Resmi Praktikum Formulasi

    22/22

    2. Ansel,CH. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi 4, UniversitasIndonesia, Jakarta : 2005.

    3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Farmakope Indonesia edisi

    IV. 1995.

    4.

    Wade A, Welle Pj. Handbook of Pharmaceutical Excipents, 6

    th

    edition,London : The Pharmaceutical press:1982.

    5. Martindale, The Extra Pharmacopoeia, 28th edition. London : The

    Pharmaceutical press:1982.

    6.

    Kathy Litvak, et al.Drug Information Analysis 88, AHFS.

    7.

    Aulton M.:Pharmaceutical Dosage Form tablet, 2nd. 1990.

    8.

    Voight R.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V.

    Diterjemahkan oleh Soewandi, SIV. Cetakan ke-2. Yogyakarta : Gajah

    Mada University Press.