1. Faktor2 b.d Kejdian ISPA by Radhyt

download 1. Faktor2 b.d Kejdian ISPA by Radhyt

of 76

Transcript of 1. Faktor2 b.d Kejdian ISPA by Radhyt

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA BERULANG PADA BALITA USIA 36 59 BULAN DI PUSKESMAS SALOTUNGO WATAN SOPPENG

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

Oleh

RADHYALLAH C. 121 08 531

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

HALAMAN PERSETUJUANSkripsi dengan judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ISPA BERULANG PADA BALITA USIA 36 59 BULAN DI PUSKESMAS SALOTUNGO WATAN SOPPENG

Diajukan oleh :

RADHYALLAH C.121 08 531

Disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Pembimbing I

Pembimbing II

Nurhaya Nurdin,S.Kep.Ns,M.N

Bestfy Anitasari,S.Kep.Ns

Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

DR. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes Nip : 19580128 198903 1 002

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ISPA BERULANG PADA BALITA USIA 36 59 BULAN DI PUSKESMAS SALOTUNGO WATAN SOPPENGDiajukan oleh : R AD H Y A L L A H C 121 08 531 Telah dipertahankan didepan dewan penguji skripsi Pada hari : Selasa, 02 Januari 2010 Tempat : Ruang Kelas 1 Lt.4 PSIK. FK. Univeristas Hasanuddin Makassar Tim Penguji

1. DR. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes ( . ) 2. Syahrul Said,S.Kep.,Ns 3. Nurhaya Nurdin,S.Kep.Ns,M.N 4. Bestfy Anitasari,S.Kep.Ns ( . ) ( . ) ( . )

Mengetahui, An. Dekan Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

DR. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes Nip : 19580128 198903 1 002

DR. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes Nip : 19580128 198903 1 002

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya sehingga Proposal ini dapat selesai. Proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan system kredit semester di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar Penulis menyadari bahwa bahwa proposal ini dapat selesai karena bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti menyapaikan terimakasih dann penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kepada : 1. Bapak Prof. DR. dr. Irwan Yusuf, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2. Bapak DR. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar, sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga proposal ini dapat selesai. 3. Syahrul Said, S.Kep.Ns, selaku penguji yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dalam ujian proposal ini 4. Nurhaya Nurdin, S.Kep.Ns,M.N, selaku pembimbing yang telah memberikan masukan tentang metode penulisan dalam penyelesaian proposal ini 5. Bestfy Anitasari, S.Kep.Ns, selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dari awal hingga akhir penyusunan proposal ini

6. Pimpinan Puskesmas Salotungo Watansoppeng Provinsi Sulawesi Selatan, yang bersedia memberi izin dalam pengambilan data awal untuk mendukung proposal ini. 7. Keluarga tercinta yang senantiasa member support dalam rangaka

menyelesaikan proposal ini 8. Teman-teman sejawat, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung untuk memberikan saran dan kritik dalam penyelesaian proposal ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam

penyempurnaan proposal ini. Terimakasih

Makassar, 27 Oktober 2009 Penulis

Radhyallah

ABSTRAK

RADHYALLAH, FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA BERULANG PADA BALITA USIA 36 59 BULAN DI PUSKESMAS SALOTUNGO WATAN SOPPENG. DIBIMBING OLEH NURHAYA NURDIN DAN BESTFY ANITASARI. XI + 54 Halaman + 10 Tabel + 24 Lampiran Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi pada saluran pernafasan ; mulai dari rongga hidung sampai alveoli beserta organ adneksanya (sinus, rongga telinga dan pleura).yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berlangsung selama 14 hari ditandai dengan batuk pilek, sakit tenggorokan disertai dengan demam atau tidak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kejadian ispa berulang pada balita usia 36 59 bulan di puskesmas salotungo watan soppeng Bentuk penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional yaitu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ispa berulang pada balita usia 36 59 bulan di puskesmas salotungo watan soppeng. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kejadian ISPA pada rumah tangga tidak sehat terdapat responden 10 (66.7%) lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga sehat dengan jumlah responden 5 (33,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 16,0 diperoleh nilai p = 0,009. Karena nilai p < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Artinya ada hubungan antara perilaku rhidup bersih sehat dengan kejadian ISPA berulang pada Balita. Dan pada tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan kategori baik terdapat 4 (26.7%) Balita yang menderita ISPA lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat pengetahuan ibu dengan kategori kurang yang berjumlah 7 (46.7%) Balita. Hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0 diperoleh nilai p = 0,009. Karena nilai p < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPABerulang pada Balita. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap anggota keluarga akan menciptakan rumah tangga yang sehat yang pada akhirnya akan meninggkat derajat kesehatan setiap anggota keluarga dan pengetahuan tentang ISPA sangat di pengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah pendidikan namun yang tidak kalah penting adalah adanya pendidikan kesehatan karena dengan pendkes tersebut dapat mensejajarkan tingkat pengetahuan masyarakat

DAFTAR I S I Halaman Judul .............................................................................................................. i Halaman Persetujuan ................................................................................................... ii Halaman Pengesahan.................................................................................................... iii Kata Pengantar ............................................................................................................. iv A b s t r a k .................................................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3 1. Tujuan Umum ........................................................................................................ 3 2. Tujuan Khusus ....................................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4 A. Tinjauan Tentang ISPA .......................................................................................... 4 1. Definisi .................................................................................................................. 4 2. Tanda Gejala Umum ISPA .................................................................................... 5 3. Klasifikasi ISPA .................................................................................................... 5 4. Etiologi .................................................................................................................. 5 5. Pencegahan ............................................................................................................ 6 6. Pengobatan ............................................................................................................ 6 B. Tinjauan Tentang Balita ......................................................................................... 7 1. Defenisi Balita ....................................................................................................... 7 2. Masalah Kesehatan Balita ..................................................................................... 8

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Berulang ....................................................................................... 9 1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) ................................................................... 9 a. Definisi PHBS ................................................................................................. 9 b. Indikator Penilaian PHBS ................................................................................ 9 c. Manfaat PHBS ................................................................................................. 13 2. Akses Jaminan Layanan Kesehatan ..................................................................... 15 3. Status Gizi Balita ................................................................................................. 17 4. Pengetahuan Ibu Berhubungan dengan Kejadian ISPA........................................ 19 5. Sirkulasi Udara ..................................................................................................... 22 6. Kepadatana Hunian .............................................................................................. 23 7. Imunsasi ............................................................................................................... 25 BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .............................................. 27 A. Kerangka Konsep .................................................................................................... 27 B. Hipotesis ................................................................................................................... 28 BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 29 A. Rancangan Penelitian ............................................................................................. 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 29 1. Tempat Penelitian .................................................................................................. 29 2. Waktu Penelitian ................................................................................................... 29 C. Populasi dan Sampel ............................................................................................... 29 1. Populasi ................................................................................................................. 29 2. Sampel ................................................................................................................... 30 3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................................. 31

D. Alur Peneltian .......................................................................................................... 32 E. Variabel Penelitian .................................................................................................. 33 1. Identifikasi Variabel .............................................................................................. 33 2. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif .......................................................... 33 F. Pegolahan dan Analisa Data ................................................................................... 37 G. Masalah Etika ......................................................................................................... 38 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 40 A. Hasil Penelitian......................................................................................................... 40 1. Karakteristik Responden Orang Tua Balita............................................................ 40 2. Karakteristik Balita................................................................................................. 42 3. Analisa Univariat.................................................................................................... 43 4. Analisa bivariat....................................................................................................... 45 B. Pembahasan .............................................................................................................. 49 1. Perilaku Hidup Bersih Sehat .................................................................................. 49 2. Akses Jaminan Layanan Kesehatan Masyarakat .................................................... 50 3. Status Gizi .............................................................................................................. 51 4. Pengetahuan Ibu tentang ISPA............................................................................... 52 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 55 A. Kesimpulan ............................................................................................................... 55 B. SARAN ...................................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif.................................................. 19 Tabel 2 Perbandingan Kebutuhan Kamar dan Jumlah Penghuni.................................... 24 Skema Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................... 27 Bagan Alur Penelitian ..................................................................................................... 32 Tabel 3 Baku Penilaian Status Gizi Anak Perempuan dan Anak Laki-laki Usia 3659 Bulan Menurut Berat Badan dan Umur (BB/U)........................................... 35 Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Orang Tua Balita di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng........................................ 41 Tabel 5 Distribusi Sampel Balita di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng........................................................................................... 42 Tabel 6 Distribusi Variabel Faktor-faktor Yang Berhubunga dengan Kejadian ISPA pada Balita Usia 36-59 Bulan di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng ............................................................................ 44 Tabel 7 Hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan Kejadian ISPA di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng ..................... 45 Tabel 8 Hubungan Akses Jaminan Layanan Kesehatan Masyarakat dengan Kejadian ISPA di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng ............................................................................................................. 46 Tabel 9 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA di di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng ......................................................... 47 Tabel 10 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA di di Puskesmas Salotungo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng........................................ 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

:

1. Kuesioner 2. Master Tabel 3. Print out hasil penelitian 4. Surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 5. Surat izin penelitian dari Kesbang Politik dan Linmas Kab. Soppeng 6. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Kepala Puskesmas Salotungo Kab. Soppeng 7. Daftar riwayat hidup

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti ; sinusitis, common cold, influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan terjadi pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat (Rasmaliah, 2004). Penyebab kematian bayi di Indonesia hasil survey mortalita subdit ISPA tahun 2005 menunjukkan bahwa ISPA merupakan dari penyebab kematian bayi dengan jumlah 22,3% dari sekian kasus penyebab kematian pada balita (Depkes RI, 2007). Dari pola 10 penyakit terbanyak di beberapa rumah sakit umum di Indonesia maupun data survey (SDKI, Surkesnas) juga menunjukkan tingginya kasus ISPA. Prevalensi ISPA dalam beberapa tahun menurut hasil SDKI yaitu pada tahun 1991 terjadi prevalensi 9,8% dengan kelompok umur 12 23 bulan, tahun 1994 terjadi prevalensi 10% dengan kelompok umur 6 35 bulan, tahun 1997 terjadi prevalensi 9% dengan kelompok umur 6 11 bulan, tahun 2002-2003

terjadi prevalensi 8% dengan kelompok umur 6 23 bulan, dan pada tahun 2007 terjadi prevalensi 11% dengan kelompok umur 12 23 bulan (Depkes RI, 2007). Sedangkan menurut data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2008 tercatat bahwa jumlah kasus ISPA sebanyak 42.563 penderita (Dinkes SulSel, 2008). Dan dari hasil data kunjungan Puskesmas Salotungo, Kab. Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan survey dalam kasus pola 10 penyakit terbesar Puskesmas Salotungo tahun 2008 pun menunjukkan bahwa angka kesakitan yang paling tinggi ditimbulkan oleh ISPA dengan jumlah 1950 kasus dengan persentase sekitar 29,03% dari jumlah kasus pola 10 penyakit terbesar. Dari olah data kunjungan kasus ISPA Balita dengan usia 39 59 bulan menunjukkan bahwa terdapat 75 kunjungan kasus atau sekitar 27,29% dari

seluruh kejadian ISPA di Puskesmas SalotungotaTahun 2008 yang dialami oleh Balita. Dari hasil uraian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ISPA merupakan masalah kesehatan utama yang ada ditengah masyarakat baik

ditingkat nasional maupun tingkat kabupaten/kota, khususnya diwilayah kerja Puskesmas Salotungo sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada Balita.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari hasil uraian latar belakang diatas, maka peneliatian ini difokuskan pada ; Faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Salotungo Kabupaten Soppeng.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian ISPA berulang pada Balita usia 36 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Salotungo Kabupaten Soppeng. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya faktor perilaku hidup bersih sehat berhubungan dengan kejadian ISPA berulang b. Diketahuinya faktor status gizi berhubungan dengan kejadian ISPA berlang c. Diketahuinya faktor pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian ISPA berulang

D. Manfaat Penelitian 1. Puskesmas ; Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Soppeng khususnya Puskesmas Salotungo dalam usaha peningkatan kesehatan lingkungan 2. Pembaca ; sebagai media untuk menambah wawasan dan referensi/kajian dalam mengungkap kasus kejadian ISPA pada balita 3. Akademik/Institut Pendidikan ; Data variable yang diperoleh dan telah diolah dapat dijadikan data untuk mendukung penelitian tentang ISPA oleh peneliti berikutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang ISPA

1. Definisi Istilah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Adapun batasan definisinya masing-masing sebagai berikut : a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga dapat menimbulkan gejala penyakit. b. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran nafas yang dimulai dari hidung termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga dan pleura. c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Jadi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi pada saluran pernafasan ; mulai dari rongga hidung sampai alveoli beserta organ adneksanya (sinus, rongga telinga dan pleura).yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berlangsung selama 14 hari ditandai dengan batuk pilek, sakit tenggorokan disertai dengan demam atau tidak (Rasmaliah, 2004).

2. Tanda Gejala Umum ISPA Adapun tanda gejala ISPA menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI), 2002 antaralain ; a. Batuk b. Serak (anak bersuara parau) c. Pilek d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 38,5 C e. Sesak napas.

3. Klasifikasi ISPA Karena bentuk ISPA yang paling sering menyebabkan kematian balita adalah pneumonia maka klasifikasinya dan dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas 2 kelompok menurut Warung Masyrakat Informasi Indonesia [Warmasi], 2009 sebagai berikut : a. Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat, pnemonia dan bukan pneumonia b. Kelompok umur < 2 bulan , klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat dan bukan pneumonia.

4. Etiologi a. Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan

Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan

Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. b. Etiologi Pnemonia Penyebab pnemonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak sukar diperoleh. Menurut publikasi WHO bahwa penyebab pnemonia adalah Streptokokus pnemonia dan Hemopillus inluenzae (Warmasi, 2009).

5. Pencegahan Penemuan dini penderita ISPA dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman

penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan bergizi dan minuman yang sehat (air putih, sari buah) sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA (Rasmaliah, 2004).

6. Pengobatan a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya. b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kontrmoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat

antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari (Rasmaliah, 2004).

B. Tinjauan Tentang Balita

1. Defenisi Balita Bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai Balita dan membatasinya sebagai bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah. Karena Balita dikategorikan dalam dua kelompok maka selanjutnya kita sebut masa bayi dan awal masa kanak-kanak dimana masing-masing memiliki ciri-ciri khas yang berlainan Dimana masa bayi menurut Nadia, 2005 bahwa masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu atau dalam bulan dapat disebut masa bayi adalah bayi

dengan usia 0-24 bln. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri. Dan awal masa kanak-kanak berlansung 25-59 bln, para ahli psikolog menyebutkan bahwa masa ini adalah masa kelompok dimana anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial dalam mempersiapakn diri sebelum masuk usia sekolah. Masa ini disebut juga masa menjelajah dimana anak belajar untuk menguasai dan mengendalikan lingkungannya. Pada masa ini juga anak sering meniru tindakan atau bicara orang sekitarnya sehingga bias disebut sebagai usia meniru. Disisi lain, meskipun anak berusaha memiliki kecendrungan untuk meniru orang lain namun dalam bermain sang anak pun beusaha menunjukkan kreatifitasnya sehingga pada usia ini sering juga disebut usia kreatif. (Nadia, 2005).

2. Masalah Kesehatan Balita Beberapa faktor kematian Balita maupun yang berperan dalam dalam proses tumbuh kembang Balita adalah adanya penyakit seperti ; Diare, Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, Infeksi Saluran Pernafasan dan menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006, penyakit sistem saluran napas menempati peringkat pertama dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, yaitu persentase 9,23%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia pada tahun yang sama, penyakit Sistem Saluran Napas menempati urutan ke-8 dengan persentase 1,69%.

Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap Balita dalam rangka pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Balita dan untuk pencegahan terhadap penyakit antaralain pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan dan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua (Depkes RI, 2007).

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Berulang

1. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

a. Definisi PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan, dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dalam PHBS juga dilakukan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat (Dinkes SulSel, 2006).

b. Indikator Penilaian PHBS Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan(ISPA). Menurut Dinkes SulSel, 2006 indikator PHBS rumah tangga yang

digunakan yaitu mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang kesehatan ada sepuluh indikator, yaitu: 1). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi saluran nafas pada bayi baru lahir dan penyakit lainnya. 2). Memberi bayi ASI ekslusif Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan protein tinggi yang sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. 3). Menimbang dan Imunisasi bayi/balita Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan demikian secara default pengontrolan nilai timbangan bayi/balita bukan hanya menilai status berat badan semata akan tetapi status gizi bayi/balita hubungannya dengan daya tahan tubuh bayi/balita dan begitupula imunisasi untuk member kekebalan pada bayi sehingga tidak mudah sakit terutama akibat masalah kesehatan lingkungan.

4). Menggunakan air bersih Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak mudah terkena penyakit atau terhindar dari sakit. 5). Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Menghindarkan atau mengurangi kita menghirup debu/kotoran yang menempel pada di saat kita menyentuh bagian wajah 6). Menggunakan jamban sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk. 7). Memberantas jentik di rumah Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas

jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus menghindari gigitan nyamuk). 8). Makan buah dan sayur setiap hari Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C. 9). Melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik. 10). Tidak ada merokok di dalam rumah Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok

aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal disbanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, merusak gigi, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan keguguran. . c. Manfaat PHBS. Dalam penelitian tentang Kebiasaan ibu dalam pencegahan primer penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) pada balita keluarga non gakin di desa nanjung mekar wilayah kerja puskesmas Nanjung Mekar Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa kebiasaan ibu dalam pencegahan primer penyakit ISPA dengan menciptakan rumah yang sehat setengahnya responden (50,57%) memiliki kategori tidak baik (Yamin Susanti. RD, Sulastri. W, 2007). Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat belum melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menuju rumah tangga sehat sehingga masih ada masyarakat yang tidak merasakan manfaat dari perilaku hidup bersih dan sehat. Padahal menurut Dinkes SulSel, 2006 dari penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk Indonesia, yaitu: 1). Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2). Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga. 3). Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. 4). Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota di bidang kesehatan. 5). Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan. 6). Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain. Adapun kategori rumah tangga sehat dan rumah tangga tidak sehat dapat dinilai dari sepuluh indikator PHBS di atas maka akan didapatkan dua klasifikasi rumah tangga yang menjalankan PHBS. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 dalam Profil Puskesmas Salotungo, 2008. klasifikasi tersebut sebagai berikut ; a). Klasifikasi I (Sehat) : jika melakukan 1 sampai dengan 7 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga. b). Klasifikasi II (Tidak Sehat): jika melakukan 1 sampai dengan 6 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga

2. Status Gizi Balita

Pemerintah telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 dibidang kesehatan yang mencakup program-program prioritas anataralain ; program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program lingkungan sehat, program pencegahan dan pemberantasan penyakit dan program perbaikan gizi masyarakat. Salah satu sasarannya adalah menurunnya frekuensi gizi kurang menjadi 20% pada tahun 2009 dan penurunan gizi buruk menjadi 5 % (Anggraini, 2008). Namun sampai saat tahun 2009 ini permasalahan gizi, baik gizi kurang maupun buruk masih sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Data Dinas Kesehatan Republik Indonesia (Dinkes RI) tahun 2005 menunjukkan bahwa balita yang mengalami masalah gizi kurang berkisar 5.040.000 balita (28%) dan gizi buruk berkisar 1.584.000 balita (8.8%). Penanganan terhadap masalah gizi Balita di masyarakat melalui posyandu ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam mengatasi masalah gizi kurang & buruk ini juga belum optimal. Di Posyandu, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sebagai suatu aksi gizi, akan tetapi masih sekedar hanya untuk mengisi kegiatan posyandunya saja, belum sampai pada substansi PMT itu sendiri yakni meningkatkan kualitas makanan bergizi agar balita mengalami tumbuh kembang yang sehat. Sisi yang lain, pola perbaikan gizi balita, sangat tergantung pada perilaku ibu dalam melihat bagaimana memperbaikan gizi keluarga.

Dalam kenyataannya masih banyak ibu-ibu yang belum mengerti arti pentingnya gizi pada anak. Untuk itu, pola pendampingan gizi secara langsung, terprogram dan berkelanjutan merupakan langkah kebijakan gizi yang harus dijalankan (Pos Keadilan Peduli Umat [pkpu], 2008). Dalam penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan upaya pencegahan ISPA pada balita di puskesmas Ngoresan Surakarta menunjukkan bahwa pada subvariabel pemenuhan gizi Balita sebagian besar responden (59,77%) memiliki kategori baik. Hal ini membuktikan bahwa belum sepenuhnya masyarakat khususnya para ibu memenuhi kebutuhan gizi Balitanya (Purnomo, 2008). Disinilah dirasakan sangat penting adanya Pondok gizi Budarzi (ibu sadar gizi). Yaitu sebuah wadah yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani masalah gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat, dengan jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi-potensi lokal yang bermanfaat untuk meningkatkan status gizi.

3. Pengetahuan Ibu Berhubungan Dengan Kejadian ISPA

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat seperti dalam tabel berikut :

Tabel 1. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif Domain Tahu Memahami Definisi Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar. kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek

Aplikasi

Analisis

Sintesis

Evaluasi

( Notoatmodjo, 2007 dalam Warman, 2008)

Dan pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Warman, 2008). Dalam masyarakat pegetahuan tentang kesehatan biasanya diperoleh melalui pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan lebih kuat pengaruhnya yang diturunkan dari orang tua atau dari orang dipercaya. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata terutama karena alasan ekonomi dan tidak adanya waktu.

Disi lain, kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu Negara. Melalui pendidikan, pengetahuan berkontribusi terhadap

perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan untuk berperilaku sehat (Depkes RI, 2007). Pada penelitian tentang Pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA pada anak balita di Puskesmas Ngoresan sebagian besar dalam kategori baik (67%) dan sikap ibu dalam dalam upaya pencegahan ISPA pada balita di Puskesmas Ngoresan sebagian besar dalam kategori baik (62%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan ISPA pada balita di Puskesmas Ngoresan Surakarta, dan Pada hasil penelitian Hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan upaya pencegahan kekambuhan ispa pada anak di wilayah kerja puskesmas purwantoro I juga menunjukkan bahwa pengetahua orang tua tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak di wilayah kerja Puskesmas Purwantoro I menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai pengetahuan yang baik (Purnomo, 2008 ; putro, 2008). Dan pada penelitian tentang Pengaruh status imunisasi DPT, BBLR, paparan asap rokok, dan tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian ispa non pneumonia pada Balita, hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan ibu (p=0,01; OR=10,810), sikap ibu (p=0,031; OR=3,353) berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada bayi/balita, sedangkan tindakan

(p=0,53I) tidak berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada bayi/balita. Jadi dapat disimpulkan dari hasil penelitian dengan tingkat kemaknaan 95% (a=0,05) menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada bayi/balita , sedangkan tindakan tidak berpengaruh. Menurut teori dijelaskan bahwa pengetahuan dan sikap positif tidak selalu diikuti oleh tindakan. Dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, seperti pada hasil penelitian ini, ibu telah berperilaku positif meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif. (Setiyorini. 2008). Dan dalam penelitian tentang pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Terhadap Kejadian Ispa Pada Bayi Dan Anak Balita : Studi Di Puskesmas Pakel, Kabupaten Tulungagung Propiusi Jaws Timur Tabun 2006 Hasil dari penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan didapatkan pada variabel kejadian ISPA Non Pneumonia dengan pengetahuan ibu (OR=0,3, 950/oCI: 0,11