1. Diare-Akut-Pada-Anak--
-
Upload
venny-veronica -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of 1. Diare-Akut-Pada-Anak--
DIARE
Diare akut : buang air besar > 2x berbentuk cair dalam 24 jam dan berlangsung kurang 14
hari. Merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita.
Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan
dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi
karena alergi, radiasi.
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan
virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, Vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,
Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,
Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan
Trichuris trichiura.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus : virus masuk (melalui makanan dan
minuman) ke enterosit menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit
yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi
dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
1
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.
Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan
kejang. Diare oleh bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut
disentri.
Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,
produk susu, makanan yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus, dapat pula disebabkan
oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus
sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas.
Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting.
Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak
atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis
media.
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat kemudian menarik cairan.
Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan
pada kontrol otonom, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta
hipertiroid.
2
Manifestasi kinis
Diare air dan elektrolit hilang kehilangan basa asidosis metabolik.
Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.
Keadaan
Umum
MataMulut/
LidahRasa Haus Kulit BB %
Estimasi
def.
Cairan
Tanpa
DehidrasiBaik, Sadar Normal Basah
Minum Normal,
Tidak HausTurgor baik < 5 50 %
Dehidrasi
Ringan -
Sedang
Gelisah, Rewel Cekung KeringTampak
Kehausan
Turgor
lambat5 – 10 50–100 %
Dehidrasi
Berat
Letargik,
Kesadaran
Menurun
Sangat
cekung,
kering
Sangat
kering
Sulit/ tidak bisa
minum
Turgor
sangat
lambat
>10 >100 %
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150 mEg/L) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso –
natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis
metabolik dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.
Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah, kenaikan pCO2
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan (upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru - pernapasan Kussmaul).
Untuk pemenuhan kebutuhan kalori, terjadi pemecahan protein dan lemak
mengakibatkan produksi asam meningkat sehingga menyebabkan nafsu makan menurun.
3
Keadaan dehidrasi berat dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun
dan akumulasi anion asam secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa. Pada keadaan
asidosis metabolik dapat terjadi hipokalemia.
Kehilangan kalium melalui : cairan tinja dan perpindahan K + ke dalam sel pada saat
koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia.
Manifestasi awal dari hipokalemia : kelemahan otot. Pertama kali pada otot anggota
badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan
pernapasan. Disfungsi otot dapat menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung
(kembung).
EKG menunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal, kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus menimbulkan sklerosis ginjal menjadi oliguria dan gagal ginjal.
Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif
diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang
sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya
sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara
oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak (>100 ml/kgBB/hari) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. AAP merekomendasikan cairan
rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan
untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L.
Dehidrasi Ringan – Sedang
4
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi jika gagal, dapat diberikan secara intravena (sebanyak
75 ml/kgbb/3jam). Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
(sebanyak 5ml/kgbb/jam). Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam
pada anak. Bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan cairan sebanyak 10ml/kgbb
setiap diare atau muntah.
Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/½jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2½ jam
Pemilihan jenis cairan
Cairan parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan
mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCl dengan atau tanpa dekstrosa dapat
dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup.
Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 – 268 mmol/L dengan Na berkisar 50 – 75 mEq/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
5
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :
Osmolalitas
(mOsm/L)Glukosa(g/L) Na+(mEq/L) CI-(mEq/L) K+(mEq/L) Basa(mEq/L)
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -
Ringer Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 1B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard WHO-
ORS311 111 90 80 20 Citrat 10
Reduced
osmalarity
WHO-ORS
245 70 75 65 20 Citrat 10
Mengobati kausa Diare
Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon
dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian
besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada
umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil
penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak
adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah/lendir yang jelas atau ada tanda-tanda sepsis. Anti
motilitas seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi
sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
6
Beberapa Pilihan Antimikroba
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat 55mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5 hari)
Amebiasis:
Metronidazol 30-50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg) (im) s/d 5 hari
Giardiasis :
Metronidazol 15mg/kg/hari dibagi 4 dosis (5 hari)
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam
sel epitel usus. Bakteri probiotik dapat dipakai untuk pencegahan dan pengobatan diare,
baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain.
Lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut pada anak, menurunkan
lamanya diare dan menurunkan frekuensi diare. Kemungkinan mekanisme efek probiotik
dalam pengobatan diare adalah : perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
7
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, dan imunnomodulasi.
Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan
pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali berperan di
dalam metallo – enzymes, polyribosomes, selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting
di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan. Pada bayi dan anak yang lebih kecil
dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan
beratnya diare.
Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi
Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa
usus tergantung dari nutrisi yang cukup. Pemberian kembali makanan atau minuman
(refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami
diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya
harus dilanjutkan pemberiannya selama diare. Makanan yang harus dihindari adalah
makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat memperburuk diare seperti
minuman kaleng dan sari buah apel, juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi
karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang
menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa
berspektrum dari ringan sampai berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan sehingga
cukup memberikan formula. Susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh karena
intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh
terutama pada anak dengan gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang
berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang
lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu
rendah laktosa. Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare
8
akut sifatnya sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula
khusus. Pada situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare,
diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan
diare kronik.
Menanggulangi Penyakit Penyerta
Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga
dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa
penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran
nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain
(sepsis,campak), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.
9