1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar...

6
1 Randu Atmaja Honda Jazz itu meluncur cepat. Bak kilat menyambar pepohonan yang menjulang ke langit. Tak urung lagi Randu memacu kencang mobilnya. Jalan pikirannya tertumpah saat Ishya berucap diseberang handphone genggamnya,“Ran, aku hamil..!!” Tak pedulikan suasana keramaian kota malam itu. Padahal jalan utama menuju rumah Ishya di bilangan Jakarta Selatan macet total. Walau sedikit agak jauh dari jalan biasanya, namun untuk sekarang inilah solusi terbaik mengatasi kemacetan. Harapan satu-satunya adalah melintasi jalan tikus. Yang nantinya tembus tepat limapuluh meter sebelah kiri diseberang rumah Ishya. Rumah yang tak asing lagi bagi Randu untuk menginjakkan kakinya. Rumah mewah dengan arsitek terkenal di Jakarta turun tangan menyulap lahan 2000 meter persegi menjadi gedung megah bertingkat satu. Dengan berbagai pernak-pernik untuk melengkapi sense keindahan. Ukiran Jepara selalu tersaji disetiap sudut ruangan. Perabotnya pun tak ayal lagi didatangkan dari luar negeri. Yah, penghuninya memang royal untuk masalah keindahan huniannya. Tak mau kalah seperti pengusaha ternama saingannya. Halamannya ditumbuhi bunga warna warni rupannya. Cukup menawan untuk sebuah istana. Dibelakangnya terdapat taman mini. Dilengkapi dengan aliran arus sungai buatan yang bermuara di kolam induk. Dipinggirannya dihiasi dengan pohon palem muda dihiasi lampu-lampu kecil. Kerlap-kerlip seperti lampu diskotik. Disana ada pondok-pondok kecil beratapkan daun rumbia pilihan yang langsung diambil dari Papua. Gunanya tempat berteduh, ketika selesai memanjakan tubuh di kolam renang. Makanan ringan dan setumpuk koran tersaji di meja minimalis. Cemilan disaat santai sambil membaca surat kabar. Sementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada sebidang tanah dipagari jeruji besi batangan sebesar lengan tangan orang dewasa. Berjarak tiga meter yang diselimuti kawat-kawat duri. Tingginya sekitar 2,5 meter. Lantainya dipenuhi rerumputan yang masih segar. Ada kubangan kecil tempat bermainnya anak-anak Rusa. Ternyata penghuni rumah ini menyukai rusa yang bertanduk cabang. Sangat Privasi, tamupun tak boleh

Transcript of 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar...

Page 1: 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada ... sensitif gadis itu. ... Entah tepatnya daerah mana Randu tak begitu paham.

1

Randu Atmaja

Honda Jazz itu meluncur cepat. Bak kilat menyambar pepohonan yang

menjulang ke langit. Tak urung lagi Randu memacu kencang mobilnya. Jalan

pikirannya tertumpah saat Ishya berucap diseberang handphone

genggamnya,“Ran, aku hamil..!!”

Tak pedulikan suasana keramaian kota malam itu. Padahal jalan utama

menuju rumah Ishya di bilangan Jakarta Selatan macet total. Walau sedikit agak

jauh dari jalan biasanya, namun untuk sekarang inilah solusi terbaik mengatasi

kemacetan. Harapan satu-satunya adalah melintasi jalan tikus. Yang nantinya

tembus tepat limapuluh meter sebelah kiri diseberang rumah Ishya. Rumah yang

tak asing lagi bagi Randu untuk menginjakkan kakinya. Rumah mewah dengan

arsitek terkenal di Jakarta turun tangan menyulap lahan 2000 meter persegi

menjadi gedung megah bertingkat satu. Dengan berbagai pernak-pernik untuk

melengkapi sense keindahan. Ukiran Jepara selalu tersaji disetiap sudut ruangan.

Perabotnya pun tak ayal lagi didatangkan dari luar negeri. Yah, penghuninya

memang royal untuk masalah keindahan huniannya. Tak mau kalah seperti

pengusaha ternama saingannya.

Halamannya ditumbuhi bunga warna warni rupannya. Cukup menawan

untuk sebuah istana. Dibelakangnya terdapat taman mini. Dilengkapi dengan

aliran arus sungai buatan yang bermuara di kolam induk. Dipinggirannya dihiasi

dengan pohon palem muda dihiasi lampu-lampu kecil. Kerlap-kerlip seperti

lampu diskotik. Disana ada pondok-pondok kecil beratapkan daun rumbia pilihan

yang langsung diambil dari Papua. Gunanya tempat berteduh, ketika selesai

memanjakan tubuh di kolam renang. Makanan ringan dan setumpuk koran

tersaji di meja minimalis. Cemilan disaat santai sambil membaca surat kabar.

Sementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada

sebidang tanah dipagari jeruji besi batangan sebesar lengan tangan orang

dewasa. Berjarak tiga meter yang diselimuti kawat-kawat duri. Tingginya sekitar

2,5 meter. Lantainya dipenuhi rerumputan yang masih segar. Ada kubangan

kecil tempat bermainnya anak-anak Rusa. Ternyata penghuni rumah ini

menyukai rusa yang bertanduk cabang. Sangat Privasi, tamupun tak boleh

Page 2: 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada ... sensitif gadis itu. ... Entah tepatnya daerah mana Randu tak begitu paham.

2

menghampiri atau sekedar melongok, takut karena tahu binatang ini dilindungi

oleh pemerintah.

***

Gerimis rintik-rintik menjadikan jalanan licin. Hawa dingin pun menyeruak

menusuk-nusuk persendian. Tangan Randu gemetaran tak kuasa lagi

mengendalikan bola-bola stir mobilnya. Ah, mungkin saja untuk seberkas

kenangan yang tiba-tiba melintas dibenaknya. Tak ada sedikitpun senyuman

tergeletak di bibirnya. Walau sering berkata gombal pada semua cewek yang

menjadi kekasihnya. Tampang playboy nya pun tak kentara. Kumis tipisnya

dipangkas habis-habisan bebarengan dengan jambang tebalnya. Ini kali

pertamanya. Itupun karena sebuah permintaan maha agung dari sang

kekasihnya ISHYA. Disaat Randu mengutarakan isi hatinya. “Ran, Aku juga

mencintaimu, tapi kamu harus janji untuk hidup bersamaku selamanya. Aku

takut kehilanganmu. Dan satu lagi, kumis ama jambangmu dicukur ya..?”.

Tersenyum lembut. Tangannya menggenggaman erat jari-jemari Randu. Lebih

kuat lagi. Tatapan matanya lekat tepat di jidat Randu. Ishya benar-benar tak

ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Karena dulu, dahulu sekali Ishya

pernah disakiti seorang pria yang kini menjadi mantan kekasihnya. Wajahnya

mendekat. Lebih dekat lagi. Keduanya terengah. Randu membalas menatap

gadis itu. Menatapnya tajam. Pipinya yang kemerah-merahan dan rambut

legamnya terurai meliuk-liuk diterpa angin malam. Menjadikan naluri nafsu

lelakinya memuncak. Bibirnya mulai beradu, berpagutan. Lidahnya memelintir.

Turut mengambil peran. Sementara tangannya mulai menggerayangi bagian

sensitif gadis itu. Ishya tak kuasa menahan gejolak penerimaan yang mulai

merasuk meracuni otaknya. Tangannya menggenggam erat pundak Randu.

Bibirnya mendekat ke telinga Randu melontarkan sepatah kata yang terdengar

lirih sekali. “Ran, dikamar saja...”. Keduanya bergumul. Nista. Lebih hina dari

seekor binatang.

***

“Aaaaarrrggghh...!!!” Randu tak kuasa menahan sakit yang dideranya.

Kedua kakinya masih seperti dulu. Ditindihi sebatang balok tebal. Terkunci oleh

gulungan rantai dengan gembok pengunci yang besar. Lidahnya kelu. Tak

mampu berucap. Tak ada yang iba untuk menolongnya. Keluarga, Ayah dan Ibu

serta saudara-saudaranya tak sudi membesuknya. Sepertinya sengaja dilakukan

hanya untuk menjadikannya jera. Dia pun pasrah dengan keadaan seperti itu.

Page 3: 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada ... sensitif gadis itu. ... Entah tepatnya daerah mana Randu tak begitu paham.

3

Tak ada cara yang lebih baik kecuali terus menghakimi dirinya. Walau terlintas

dibenaknya kesalahan itu bukan tanpa campur tangan kedua orang tuanya. Yang

memaksanya untuk menjadikan Ishya sebagai kekasihnya. Awalnya Randu

menolak keras permintaan orang tuanya. Namun lama-kelamaan benih cinta dan

kasih sayang itu secara ajaib muncul ditengah-tengah kebingungannya mencari

jati diri. “Sudahlah Nak, kamu ikuti saja kata Romo mu itu. Ojo gawe wirange

wong tuo.. (jangan buat marahnya orang tua)”. Pesan ibunya kala itu. Raden

Adyaksa Atmaja. Nama Romo-nya dan menjadi kebanggan Randu ketika

pertama kalinya masuk sekolah menengah. Walau terkadang sering kali jalan

pikirannya tak sependapat dengan Romo-nya. Keturunan darah biru menjadi

andalannya untuk menarik simpati teman perempuan satu sekolahnya.

Sedangkan ibunya Puji Mustika. Asli keturunan Sumatera. Entah tepatnya daerah

mana Randu tak begitu paham.

***

“Beeerrrr...!!!” suara pintu gerbang berderet. Didorongnya perlahan kekiri

oleh Pak Ponir. Satpam penjaga rumah itu. Randu segera memijak pedal gasnya.

Masuk dan memarkirkan mobilnya tepat didepan pintu utama. Tak sabar ingin

segera bertemu Ishya. Untuk mendengarkan kata-katanya langsung dari bibir

Ishya perihal ucapannya di Handphone tadi sore. Didobraknya pintu depan.

Tergesa-gesa Randu masuk dan menuju kamar Ishya di lantai dua. Tak

dijumpainya seorangpun dalam gedung yang mewah ini. Rumah ini sepi. Sunyi

senyap. Kedua orang tua Ishya entah kemana tak tahu rimbanya. Ayahnya pergi

keluar kota dengan alasan ada urusan kantor. Sedangkan ibunya sibuk dengan

urusan pribadinya. Memanjakan tubuhnya dengan pergi kesalon kecantikan. Tak

pernah absen. Sepertinya hal tersebut menjadikannya agenda rutin setiap hari.

Yah, keluarga ini memang broken home. Dan Ishya adalah korban dari keegoisan

kedua orang tuanya yang tak pernah akur. Padahal sudah tujuhbelas tahun

lamanya mengarungi biduk rumah tangga. Sepertinya ada yang disembunyikan

dikeluarga ini. Hingga setiap hari percekcokan adu mulut terus terjadi. Pernah

sekali Ishya mendengar samar-samar Ayahnya memarahi Ibunya dan tak segan-

segan melayangkan tangan kekarnya kearah Ibunya. Waktu itu disiang bolong,

ketika Ishya baru pulang sekolah. “Dasar perempuan malam..!!tak tahu diri.

Masih untung aku mau menikahimu. Jika tidak, kau akan menjadi perempuan

binal. Pelacur, pezina..!! Uruslah anak perempuanmu itu Anggraini..!!”. Ishya

hanya tertunduk sedih. Berlalu melewati kedua orang tuanya. Buliran air

Page 4: 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada ... sensitif gadis itu. ... Entah tepatnya daerah mana Randu tak begitu paham.

4

matanya pun terkadang habis hanya untuk meratapi nasib masa depannya.

Bagaimana mungkin bisa meraih cita-cita agungnya, sementara keadaanya

seperti ini terus menerus? Namun Ishya berusaha tegar menghadapi kenyataan

ini. Walau tekanan batin yang amat dahsyat bertubi-tubi menghantamnya.

Randu masih membisu dalam keadaan kaki terpasung. Dipondok tua

belakang rumahnya. Tangannya kini mulai liar. Mengorek-ngorek sesuatu di balik

saku celananya. Tak tahu apa yang dicarinya. Gerimis masih menghiasi sore itu.

Bahkan kini berganti kabut tipis. Guratan awannya mulai pudar. Pertanda hari

menjelang malam. Samar-samar diantara cahaya temaram dari sebuah lampu

teplok yang bersandar didinding yang terbuat dari anyaman bambu. Terlihat

Randu memegang sesuatu yang didapat dari sakunya. Pisau lipat kecil!

Sepertinya pikirannya mulai keruh. Mengingat-ingat cercaan orang-orang yang

lewat didepannya.

“.......pemuda tak berbudi! Mana jiwa gentle-mu? Berani berbuat tak

sanggup bertanggung jawab!”

“.......tak ku sangka kau akan sebejat itu! Anak orang kau hamili, tanpa

memikirkan masa depannya!”

“........cowok brengsek lo! Gara-gara kamu, dia nekat bunuh diri tuh!”

Kata-kata itu terus terngiang ditelinganya. Seakan tak kuasa mendengar,

Randu pun menyumpal telinganya dengan kedua tangannya. Tangannya

gemetaran. Wajahnya dibanjiri genangan air mata. Menangis karena menyesali

perbuatannya atau sekedar basa-basi saja. Dia tampak kurus. Raut wajahnya

kusut. Tak terurus oleh pemiliknya.

***

“Shya...!!”

“Shya...!!, Dimana kamu..?” Randu terus mengintari rumah itu. Masuk

kamar satu ke kamar lainnya. Ishya pun tak kunjung jua ditemukan. Panik,

hampir setengah ruangan seisi rumah itu sudah di jelajahi. Tak ada tanda-tanda

keberadaan Ishya. Randu pun kemudian turun masuk kekamar Ishya satunya

lagi di lantai dasar. “Shya, ini aku Randu....!!” kembali berteriak. Diketuknya

pintu kamar berkali-kali. Namun tak kunjung dibuka. Tak sabar ingin bertemu,

didobraknya pintu itu. Jebol juga pertahanan kamar yang sengaja dikunci rapat-

rapat oleh Ishya. Tak ingin diganggu atau sekedar bertemu menatap saja.

Tekanan batin begitu dahsyat mengguncang gadis yang masih duduk di bangku

kelas 3 sekolah menegah atas. Cobaan itu tak selayaknya di pikul oleh putri

Page 5: 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada ... sensitif gadis itu. ... Entah tepatnya daerah mana Randu tak begitu paham.

5

tunggal seorang pengusaha terkenal Pramana Wijaya. Tapi, desakan lingkungan

yang selalu memberi peluang. Keluarga yang tak kunjung harmonis.

Menjadikannya jalan hitam tempat pelariannya. Sesegukan, menangis, dan

menyesali keadaan. Nasi sudah menjadi bubur. Tak mungkin keadaan ini diubah

menjadi apa yang diinginkannya. Kejadian malam minggu setengah tahun yang

lalu dikemas jadi kenangan terindah namun begitu kelabu. Ishya akan sangat

terpukul, suatu saat ketika teman-teman sekolahnya mengetahui perihal

kehamilannya. “Cewek murahan, hamil diluar nikah..” kata-kata yang selalu

menyelimuti pikirannya.

“Shya..?” sapa Randu pelan mendekati duduk disampingnya. Ishya masih

termenung disudut kamarnya. Duduk bersandar di tempat tidurnya. Dengan rok

abu-abu yang masih dipakainya. Tak bergeming. Tatapannya kosong

menerawang kedepan. Tangannya masih memegangi taspek. Pikirannya masih

kelabu. Mengumpulkan segenap kekuatan untuk meluapkan keberaniannya.

Dipalingkannya wajah ayu itu kearah Randu. Bibir merah merekah gemetar

seperti hendak mengeluarkan sesuatu. Ishya tetap manis, cantiknya tak pudar.

Masih seperti dulu, walau kini sudah berbadan dua. “Kau harus menikahiku, Ran!

Kau harus menikahiku!!” ucapnya meledak-ledak. Air mata diatas pipinya

berderai. Memikirkan nasib calon bayi yang lahir tanpa seorang ayah. “Aku telat

Ran, kau harus bertanggungjawab!”. Mendongakkan kepalanya memaksa Randu

untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tatapannya berat. Sepertinya

Ishya tahu akan menerima sesuatu yang bakal merugikan dirinya. Randu tak

mau bertanggung jawab.

“Gila kamu ya Shya..!, masa aku harus bertanggung jawab, sementara

hanya satu kali aku berbuat? Kamu ini cewek malam Shya, yang mau kencan

dengan siapapun. Entah berapa pria yang telah bergumul denganmu. Aku

menyesal jadi pacarmu. Kalau saja orang tuaku tak memaksaku, tak sudi

kulabuhkan hati ini untukmu. Cewek kotor. Kita putus, mulai detik ini jalan kita

berbeda”

***

“Anak Bapak harus bertanggungjawab setelah diketahui penyebab utama

Ishya bunuh diri karena masalah percintaan”. Samar-samar terdengar. Randu

bangun dari tidurnya. Ayah Ishya berbincang diruang tamu dengan Romo-nya.

“Begini saja Pak, kita selesaikan masalah ini sesuai adat yang berlaku, kami

Page 6: 1. Cerpen Randu Atmaja · PDF fileSementara di bagian ujung rumah ini tepatnya dekat kamar pembantu ada ... sensitif gadis itu. ... Entah tepatnya daerah mana Randu tak begitu paham.

6

sekeluarga sangat terpukul dengan kejadian ini”. Bisa saja hukum negara

berlaku. Menjerat pemuda tak berbudi. Berbuat tanpa dipikirkan akibatnya.

Namun karena kedua keluarga ini sudah lama saling mengenal. Dan walau harus

kehilangan anaknya, Pramana Wijaya pun dengan berbesar hati menerima.

Randu dipasung...!

“Tidaaak......!” Randu berteriak hingga terdengar sejauh mata memandang.

Masih seperti dulu. Tubuhnya tergolek lemah. Bermandikan tanah yang mulai

basah oleh tetesan air hujan. Atap alang-alangnya bocor. Air matanya

membuncah. Membanjiri kelopaknya. Tak ada gunanya meratapi pebuatan

bejatnya. Memorinya tertutup awan hitam pekat. Dulu mengapa berucap

semena. Tak mau menikahi Ishya. Walau dengan sadar Randu memang sangat

sayang dengannya. Tidak siap untuk menikah. “Randu, masih ingin sekolah

Romo..!” ucapannya ketika diinterogasi oleh kedua orangtuanya. Pandangannya

pun mulai samar-samar. “Ha..ha...ha..!”Randu tertawa lepas diantara tangisnya

yang menderu-deru. Akalnya lepas. Randu gila!

Dini hari. Bintang tak kunjung membuka matanya. Bulanpun sama, tak mau

menampakkan senyumnya. Benar-benar terpenjara. Hanya suara binatang

malam yang leluasa bebas bernyanyi. Hujan makin lebat. Sementara langit

mengeram-geram. Larikan petir menyambar-nyambar. Dinginnya angin malam

tidak mampu menyelusup ke pikirannya. Otak Randu panas. Terbakar emosi.

Tangannya masih sedari tadi menggenggam sebilah pisau lipat. Kini diarahkan

untuk sedetak nyawa. Seikat tumpuan hidupnya. Tubuhnya gemetar. Dan...

Craat..!

“Arrghhhh............!!!”

Darah segar mengalir deras, melingkari pergelangan tangan kirinya.

Perlahan tubuh gempalnya tersuruk. Rebah begitu saja. Pandangannya kabur.

Semuanya menjadi gelap. Sangat gelap. Randu ingin menyusul kekasihnya. Di

alam lain untuk menyatakan penyesalannya. Detak jantungnya melemah. Dan

Randu Atmaja meninggal. (Tamat)

Ditulis di Alai Ilir, 21 Januari 2011. jam 13.00 wib