UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN KAPUK RANDU …digilib.unila.ac.id/25908/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...
Transcript of UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN KAPUK RANDU …digilib.unila.ac.id/25908/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...
UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN KAPUK RANDUCeiba pentandra Gartn. TERHADAP HAMA ULAT API PADA
KELAPA SAWIT Setora nitens Eeck. (Lepidoptera:Limacodidae)
(Skripsi)
Oleh:Indy Maulina
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN KAPUK RANDUCeiba pentandra Gartn. TERHADAP HAMA ULAT API PADA KELAPA SAWIT
Setora nitens Eeck. (Lepidoptera:Limacodidae)
Oleh
Indy Maulina
Ulat api merupakan salah satu jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang palingsering menimbulkan kerugian di perkebunan-perkebunan kelapa sawit. Upayapengendalian alternatif dapat menggunakan insektisida nabati. Ekstrak daunkapuk randu mengandung fenol, alkaloid, tannin, saponin, phytate, oxalate,trypsin, dan hemaglutinin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dayatoksisitas ekstrak daun kapuk randu terhadap hama ulat api kelapa sawit(Setora nitens), yang telah dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2016.Pembuatan ekstrak air daun kapuk randu dan uji toksisitas terhadap hama ulat apidilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen pada skalalaboratorium, cara aplikasi menggunakan metode pencelupan dengan tiga kalipengulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah kematian ulat api 1, 3, 6, 12,dan 24 jam setelah perlakuan dan pengamatan di hentikan jika jumlah kematianhama telah mencapai 100%. Untuk mendapatkan nilai LC50 data dianalisismenggunakan analisis probit SPSS .16.0. . Hasil penelitian menunjukkan bahwaekstrak air daun kapuk randu dapat mematikan hama ulat api dalam waktu tigajam setelah perlakuan sebanyak 16,7% dengan nilai LC50 12,9%.
Kata kunci: toksisitas, hama ulat api (Setora nitens), ekstrak air, daunkapuk randu (Ceiba pentandra)
UJI TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAUN KAPUK RANDUCeiba pentandra Gartn. TERHADAP HAMA ULAT API PADA
KELAPA SAWIT Setora nitens Eeck. (Lepidoptera:Limacodidae)
OlehIndy Maulina
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
PadaJurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2016
Judul Skripsi : Uji Toksisitas Ekstrak Air Daun KapukRandu Ceiba pentandra Gartn. TerhadapHama Ulat Api Kelapa SawitSetora nitens Eeck. (Lepidoptera:Limacodidae)
Nama Mahasiswa : Indy Maulina
Nomor Pokok Mahasiswa : 1217021033
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Nismah Nukmal Ph.D. Dr. Herawati Soekardi, M.S.NIP.195711151987032003 NIP. 195108141985032001
2. Ketua Jurusan Biologi
Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc.NIP. 196603051991032001
MENGESAHKAN
1. Tim PengujiKetua : Nismah Nukmal, Ph.D. ………………
Sekertaris : Dr. Herawati Soekardi, M.S. ………………
PengujiBukan Pembimbing : Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. ………………
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D.NIP. 19710212 199512 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 15 Desember 2016
RIWAYAT HIDUP
Setelah itu, pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Tri Sukses
Natar. Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung
melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum, Struktur Perkembangan
Hewan, dan Biosistematika Hewan. Selain itu, penulis juga pernah aktif di organisasi
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas
Pers Mahasiswa Natural.
Penulis dilahirkan di Natar, Lampung Selatan pada
2 Mei 1993, merupakan putri keempat dari enam
bersaudara pasangan Bapak Samadi dan Ibu Supriyatin.
Penulis menempuh pendidikan pertamanya di Sekolah
Dasar Negeri 3 Rejosari Natar pada tahun 1999.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Natar pada tahun 2006.
Penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Juli – Agustus
2015 di Desa Mulyosari, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada bulan Juni – Juli
2015, penulis melaksanakan Program Kerja Praktik di PT Perkebunan Nusantara VII
UU Rejosari Natar Lampung Selatan dengan judul Identifikasi Hama Pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeuis guineensis Jacq.) di PT Perkebunan Nusantara
VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Natar Lampung Selatan. Penulis
melaksanakan penelitian pada bulan Januari 2016 – Maret 2016 di Laboratorium
Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung.
i
MOTTO
Wahai orang-orang beriman! Jika kamu menolong (agama)Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu(47. Muhammad:7)
Kesenangan dalam sebuah pekerjaan membuat kesempurnaanpada hasil yang dicapai
(Aristoteles)
Sekali anda mengerjakan sesuatu, jangan takut gagal danjangan tinggalkan itu. Orang-orang yang bekerja dengan
ketulusan hati adalah mereka yang paling bahagia(Chanakya)
Orang sukses akan mengambil keuntungan dari kesalahan danmencoba lagi dengan cara yang berbeda
(Dale Carnegie)
ii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrihmanirrohim…
Dengan ketulusan hatiKu persembahkan sebuah karya sederhana sebagai wujudTanggung jawabku teerhadap mereka yang selalu berdoaUntuk keberhasilanku. Doa dan syukur, penulis persembahkankarya sederhana ini sebagai bentuk rasa cinta dan sayangpenulis kepada:
Ibu dan Alm. Bapak tersayang yang selalu memberikan kasihsayang, cinta, dan pengorbanan tanpa batas selalu mendoakandisetiap langkahku menuju kesuksesan yang tak akan pernahterbalaskan walaupun dengan pengorbanan dan pengabdianseumur hidupku dan tak akan tergantikan oleh apapun selainSurga-Nya.
Kakak ku tersayang Heppy Hariyanto, Didi Supriyadi,Tri Restiyana dan Adikku tersayang Diny Septiani, Nafa NurHaliza dan Azki Olivia Al-Wasi’u terimakasih atas segala doa,semangat dan kasih sayang yang menantikan keberhasilanku
Seseorang yang kelak akan menjadi pengeranku
Para pendidik dan almamater yang kubanggakan.
iii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Sang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas segala berkat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Ekstrak Air Daun Kapuk
Randu Ceiba pentandra Gartn. Terhadap Hama Ulat Api Pada Kelapa Sawit
Setora nitens Eeck. (Lepidoptera:Limacodidae)” sebagai salah satu syarat kelulusan
akademis menempuh pendidikan Sarjana Sains di Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, teladan
terbaik bagi seluruh umat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peran
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dan Bapak yang tak pernah putus doa dan cinta kasihnya yang selalu
mengiringi setiap langkah buah hatinya tanpa lelah. Semoga Allah SWT
membalasnya dengan balasan Surga-Nya.
2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku dosen Pembimbing utama yang telah
sabar memberikan saran dan bimbingan selama proses penelitian serta
penulisan skripsi
iv
3. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S., selaku pembimbing kedua yang telah sabar
membimbing, mengarahkan, dan mengoreksi kesalahan penulis
4. Ibu Dr. Emantis Rosa, M. Biomed., selaku pembahas dan penguji atas saran,
kritik, dan bantuannya dalam penyempurnaan skripsi ini
5. Bapak Drs. Marizal Ahmad, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi dan semangat selama saya menjadi mahasiswanya
6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung
7. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung
9. Seluruh staf laboratorium dan karyawan jurusan Biologi FMIPA Unila atas
bantuan dan kerjasamanya terutama Pak Sungadi, Pak Ali, Bu Endang, Pak
Imron, Pak Tris, Pak Hambali, Mba Nunung, Bu Ambar, Kak Ali, Pak Yusuf,
Mas Yanto dan Teh Leha
10. Saudara penulis Heppy Hariyanto, Didi Supriyadi dan Saudari penulis Tri
Restiana, Diny Septiani, Nafa Nur Haliza dan Azki Olivia Al-Wasi’u, serta
sanak saudara yang selalu memberikan semangat dan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan tulisan ini
11. Teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2012: Laras, Agustina, Apri,
Marli, Kadek, Agung, Abdi, Huda, Meri, Naomi, Khorik, Jevika, Dewi,
Arum, Emilia, Dwi, Imamah, Sayu, Amalia, Faizatin, Etika, Puty, Welmi,
Minggar, Amanda, Afrisa, Linda, Nisa, Wina, Della, Pepti, Bebi, Sabrina,
v
Poppy, Luna, Riza, Reni, Nindya, Lu’lu, Kasmita, Ria, Asri, Lia, Nike, Catur,
dan Henny atas doa dan kebersamaannya
12. Sahabatku yang selalu menemani penulis melaksanakan penelitian hingga
selesai; Nikken Fallupi S.Si., Aska Intan Mariadi S.Si., terimakasih atas
motivasi, canda, tawa, semangat, dan kebersamaan yang telah diberikan.
13. Sahabat Entomologyst: Propalia Utari RSA. S.Si., Putri Rahayu Ningsih S.Si.,
Sheila, Olin, Rahma, Mustika, atas doa dan kebersamaannya
14. Teman-teman selama menjadi keluarga sewaktu KKN penulis sangat bahagia
bersama kalian Eno Novella Putri Si.Kom., Ressy Septiana Si.Kom,
Edo Rego S.T., Lucky Setia Widodo S.H., dan Evran Marbun S.E.,
15. Sahabat seperjuangan Windry, Silvy, Timang, dan Dewi yang selalu
memberikan keceriaan, motivasi dan semangat kepada penulis
16. Almamater tercinta
Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis,
Indy Maulina Samadi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................... 1B. Tujuan penelitian ................................................................................. 3C. Manfaat penelitian ................................................................................ 3D. kerangka Pemikiran ............................................................................. 3E. Hipotesis ............................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Hama Ulat Api (Setora nitens)............................................................ 6
1. Klasifikasi Ulat Api ...................................................................... 62. Biologii Ulat Api .......................................................................... 6
a. Telur ...................................................................................... 7b. Larva ...................................................................................... 7c. Pupa ....................................................................................... 8d. Imago ..................................................................................... 9
B. Kerusakan Tanaman Kelapa Sawit Akibat Ulat Api............................ 9C. Insektisida .......................................................................................... 10D. Tanaman Kapuk Randu (Ceiba pentandra Gartn.) .............................. 11
1. Klasifikasi Kapuk Randu ............................................................... 112. Biologi Kapuk Randu..................................................................... 113. Distribusi dan Habitat Kapuk Randu ............................................. 124. Manfaat dan Kandungan Kimia Kapuk Randu .............................. 13
E. Tanaman Kelapa Sawit ........................................................................ 151. Klasifikasi Kelapa Sawit ................................................................ 152. Biologi Kelapa Sawit ..................................................................... 15
vii
III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat .............................................................................. 18B. Alat dan Bahan .................................................................................... 18C. Metode Kerja ....................................................................................... 19
1. Penyediaan Hewan Uji Sebagai Hewan Uji................................... 192. Pembuatan Ekstrak Air Daun Kapuk Randu.................................. 19
D. Uji Toksisitas ....................................................................................... 19E. Pengamatan .......................................................................................... 20F. Rancangan Percobaan .......................................................................... 20G. Analisis Data .. ..................................................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Efek Ekstrak Air Daun Kapuk Randu Terhadap Tingkat Kematian
Hama Ulat Api ..................................................................................... 22
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ............................................................................................. 28B. Saran .................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .. .................................................................................. 29
LAMPIRAN.................................................................................................... 32
Tabel 3-10 ........................................................................................................ 32Gambar 8-13..................................................................................................... 35
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Presentase kematian hama ulat api dengan ekstrak air daun kapukrandu dengan metode pencelupan ....................................................... 23
2. Hasil analisis probit dengan metode pencelupan ekstrak airkapuk randu pada 3, 6, 12, dan 24 jam setelah perlakuan.................... 24
3. Jumlah kematian hama ulat api dengan metode pencelupanekstrak air daun kapuk randu .............................................................. 32
4. Hasil analisis probit untuk menentukan LC50 - 3 jamdengan metode pencelupan ekstrak air daun kapuk randu terhadapulat api.................................................................................................. 33
5. Hasil analisis probit untuk menentukan LC50 - 6 jamdengan metode pencelupan ekstrak air daun kapuk randu terhadapulat api.................................................................................................. 33
6. Hasil analisis probit untuk menentukan LC50 - 12 jamdengan metode pencelupan ekstrak air daun kapuk randu terhadapulat api.................................................................................................. 34
7. Hasil analisis probit untuk menentukan LC50 - 24 jamdengan metode pencelupan ekstrak air daun kapuk randu terhadapulat api.................................................................................................. 34
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Telur Setora nitens .............................................................................. 7
2. Larva Setora nitens .............................................................................. 7
3. Pupa Setora nitens................................................................................ 8
4. Imago Setora nitens.............................................................................. 9
5. Daun kapuk randu ............................................................................... 12
6. Pohon kelapa sawit.............................................................................. 17
7. Perubahan morfologi hama ulat api dengan perlakuan ekstrak air
daun kapuk randu. ............................................................................... 25
8. Botol selai berisi ulat uji pada tiga jam setelah perlakuan ................... 35
9. Botol selai berisi ulat uji pada enam jam setelah perlakuan ............... 35
10. Botol selai berisi ulat uji pada 24 jam setelah perlakuan .................... 36
11. Tata letak percobaan ........................................................................... 36
12. Pengambilan hewan uji. ...................................................................... 37
13. Lokasi pengambilan hewan uji............................................................. 37
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah
Malaysia. Di Indonesia kelapa sawit tersebar di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Indonesia memiliki potensi lahan yang subur serta tenaga kerja yang cukup
untuk menjadikan kelapa sawit sebagai andalan pertumbuhan ekonomi. Saat
ini Indonesia memasok 40,34% dari total produksi minyak nabati dan lemak
dunia sebagai produsen minyak sawit mentah. Pengembangan kelapa sawit
akan memberikan tambahan sumber devisa bagi negara (Miranti, 2010).
Ulat api merupakan salah satu jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang
sering menimbulkan kerugian besar di perkebunan-perkebunan kelapa sawit.
Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna,
Setora nitens, Darna trima, D. diducta dan D. bradleyi. Jenis yang jarang
ditemukan adalah Thosea vestusa, T. bisura, Susica pallida dan
Birthamula chara (Norman & Basri, 1992). Jenis ulat api yang paling
merusak di Indonesia adalah S. nitens Setothosea asigna, dan D. trima
(Susanto et.al., 2006).
2
Dalam upaya pengendalian hama ulat api yang sudah menyebar maka
perlu di lakukan tindakan mencegah kerusakan yang lebih besar dan
mengingat serangan hama ulat api dapat meluas sehingga dapat
menghabiskan seluruh daun kelapa sawit yang ada. Tindakan yang harus
dilakukan adalah penyemprotan insektisida kimia (fogging) dengan
insektisida berbahan aktif dari golongan piretroid sintetis seperti
Deltamethrin (Decis) yang bersifat racun. Insektisida ini di aplikasikan pada
masa larva mulai instar dua, tiga, empat dan lima. Pada fase instar kelima,
lapisan lilin ulat api sudah mulai menebal, sehingga diperlukan jumlah
insektisida dengan konsentrasi yang lebih tinggi (Hendro dan Qayuum, 2012).
Upaya pengendalian hama biasanya dilakukan oleh para petani yaitu
menggunakan insektisida kimia. Penggunaan insektisida kimia dapat
menekan populasi hama, tetapi jika cara pemakaian tidak tepat maka akan
menimbulkan resistensi hama, dan munculnya hama sekunder serta
memberikan dampak negatif pada lingkungan (Khaerudin, 1996).
Upaya pengendalian alternatif yang dilakukan yaitu menggunakan tanaman
yang memiliki senyawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati.
Insektisida nabati memiliki beberapa kelebihan yakni aman, mudah dibuat,
murah, dan dapat diterapkan oleh petani, serta efektif dalam membunuh
hama. Syahputra (2001), menyatakan bahwa insektisida nabati mudah terurai,
bersifat tidak stabil dan dapat didegradasi secara alami di alam serta dampak
residunya mudah hilang sehingga tidak berbahaya bagi manusia, hewan
3
maupun lingkungan. Tanaman yang akan digunakan sebagai insektisida
nabati yaitu kapuk randu (C. pentandra) karena menurut Indriyani (2008) dan
Suprapti (2009) bahwa ekstrak daun kapuk randu dapat mematikan hama
bisul dadap pada skala laboratorium. Penggunaan kapuk randu belum pernah
diujikan terahadap ulat api kelapa sawit. Oleh karena itu penelitian dilakukan
untuk mengetahui daya toksisitas ekatrak daun kapuk randu terhadap hama
ulat api kelapa sawit (Setora nitens).
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya toksisitas ekstrak daun kapuk
randu terhadap hama ulat api kelapa sawit (Setora nitens).
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat, tentang pemanfaatan ekstrak daun kapuk randu sebagai
insektisida nabati yang lebih ramah lingkungan.
D. Kerangka Pemikiran
Kelapa sawit merupakan tanaman yang sangat diminati oleh masyarakat dan
petani karena hasil produksinya yang menguntungkan, khususnya di daerah
Lampung. Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman yang kuat, meskipun
demikian tanaman ini tak luput dari serangan hama dan penyakit. Tanaman ini
juga memiliki kelemahan salah satu nya adalah rentan terhadap serangan hama
ulat api.
4
Akibat kerusakan daun pada tanaman kelapa sawit akan menyebabkan
kehilangan daun sebesar 50%, dan akan mengakibatkan penurunan produksi
sebesar 12% - 24%.
Untuk mengendalikan hama ulat api para petani kelapa sawit masih banyak
menggunakan insektisida kimia, walaupun mereka tahu bahwa penggunaan
insektisida kimia dapat menimbulkan efek dan dampak negatif bagi manusia
dan kurang ramah lingkungan dibandingkan dengan insektisida nabati. Oleh
karena itu perlu adanya pengembangan dan informasi dari penggunaan
insektisida nabati yang berasal dari tanaman yang lebih ramah lingkungan.
Penelitian ini perlu dilakukan guna memperoleh informasi mengenai
pemanfaatan ekstrak air daun kapuk randu dalam mematikan hama ulat api.
Ke depannya dapat dijadikan alternatif untuk menekan pertumbuhan populasi
hama ulat api pada kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen pada skala laboratorium, penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) cara aplikasi menggunakan
metode pencelupan dengan tiga tingkatan konsentrasi 10%, 25%, 100%, dan
kontrol serta tiga kali pengulangan, data di analisis menggunakan program
SPSS .16.0 .untuk menentukkan nilai LC50 dengan menggunakan analisis
probit.
Dengan demikian diperoleh hasil uji toksisitas ekstrak air daun kapuk randu
yang dapat mematikan hama ulat api dan juga dapat dijadikan sebagai salah
5
satu alternatif untuk mengendalikan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit
sebagai pengganti insektisida kimia yang lebih ramah lingkungan.
E. Hipotesis
Hipotesis yang di ajukan pada penelitian ini adalah :
1. Ekstrak air daun kapuk randu dapat menyebabkan kematian pada
hama ulat api kelapa sawit.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Ulat Api (Setora nitens)
1. Klasifikasi Ulat Api
Menurut Tarigan dkk, 2013, klasifikasi ulat api sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Limacodidae
Genus : Setora
Spesies : Setora nitens Eeck.
2. Biologi Hama Ulat Api
Menurut Sudharto (1991), siklus hidup ulat api mulai dari telur-imago
antara 92 - 98 hari, tetapi pada keadaan kurang menguntungkan dapat
mencapa 115 hari. Penjelasan siklus hidup mulai telur-imago adalah
sebagai berikut :
7
a) Telur Ulat Api
Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, tipis dan
transparan (Gambar 1). Telur diletakkan berderet 3 - 4 baris
sejajar pada permukaan daun bagian bawah, biasanya pada
pelepah daun ke enam. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44
butir dan seekor ulat api betina dewasa mampu menghasilkan
telur sebanyak 300 - 400 butir. Telur menetas 4 - 8 hari setelah
diletakkan.
Gambar 1. Telur Setora nitens (10x10 ) (Sudharto, 1991)
b) Larva Ulat Api
Larva yang baru menetas, hidupnya secara berkelompok,
memakan bagian permukaan bawah daun. Larva instar 2 - 3
memakan helaian daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal
daun. Selama perkembangannya larva mengalami pergantian
instar sebanyak 8 - 9 kali dan mampu menghabiskan helaian
daun seluas 400 cm . Larva berwarna hijau kekuningan dengan
duri-duri yang kokoh di bagian punggung dan bercak
bersambung sepanjang punggung, berwarna coklat sampai ungu
keabu-abuan dan putih (Gambar 2). Warna larva dapat berubah-
ubah sesuai dengan instarnya, semakin tua umurnya akan
8
menjadi semakin gelap. Larva instar terakhir (instar ke-9)
berukuran panjang 36 mm dan lebar 14,5 mm. Menjelang
menjadi pupa, ulat menjatuhkan diri ke tanah. Stadia larva ini
berlangsung selama 49 - 50 hari.
Gambar 2. Larva Setora nitens (10x10 ) (Sudharto, 1991)
c) Pupa Ulat Api
Pupa berada di dalam kokon yang terbuat dari campuran air liur
ulat dan tanah, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap,
terdapat di bagian tanah yang relatif gembur di sekitar piringan
atau pangkal batang kelapa sawit (Gambar 3).
Gambar 3. Pupa Setora nitens (10x10 ) (Sudharto, 1991)
9
d) Imago Ulat Api
Lebar rentangan sayap serangga dewasa (ngengat) betina
(Gambar 4a) dan jantan (Gambar 4b) masing-masing 51 mm
dan 41 mm. Sayap depannya berwarna coklat kemerahan
dengan garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan
sayap belakang berwarna coklat muda.
Gambar 4. Fase dewasa Setora nitens (10x10 ) (Sudharto, 1991)
B. Kerusakan Tanaman Kelapa Sawit Akibat Hama Ulat Api
Serangan di lapangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis
dengan sangat cepat. Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan selama
2 - 3 tahun jika serangan yang terjadi sangat berat. Umumnya gejala
serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun
berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja.
Ulat ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300 - 500 cm daun sawit per
hari. Tingkat populasi 5 - 10 ulat per pelepah merupakan populasi kritis
hama tersebut di lapangan dan harus segera diambil tindakan pengendalian
(Lubis, 2008).
10
C. Insektisida
Insektisida merupakan substansi kimia yang banyak di gunakan oleh
petani untuk membunuh dan mengendalikan jenis hama tanaman. Menurut
Sudarmo (1990), berdasarkan cara kerja insektisida dapat dibedakan
menjadi 4 macam yakni :
1. Insektisida kontak merupakan insektisida yang dapat membunuh
serangga setelah kontak langsung dengan insektisida.
2. Insektisida fumigan meupakan insektisida yang membunuh
serangga dengan mengguanakan gas atau uap dari insektisida.
3. Insektisida sistematik merupakan insektisida yang dapat
ditranslokasikan keberbagai tanaman melalui jaringan, sehingga
hama akan mati sehingga menghisap cairan tersebut.
4. Insektisida lambung merupakan insektisida yang dapat membunuh
setelah serangga memakan insektisida tersebut.
Insektisida sintetik merupakan racun yang dapat digunakan untuk
membunuh serangga, insektisida sintetik terbagi menjadi dua macam yaitu
insektisida organik dan insektisida anorganik. Penggunakan insektisida
sintetik dapat dengan cepat membunuh serangga, akan tetapi insektisida
sintetik mempunyai dampak negatif bagi manusia dan lingkungan.
Oleh karena itu , dibutuhkan insektisida yang lebih efektif dan ramah
lingkungan seperti dengan penggunaan insektisida yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan (Tarumingkeng, 1992; Khaerudin, 1996).
11
Insektisida nabati merupakan insektisida yang berasal dari tanaman yang
bersifat toksik atau racun. Menurut Sarjan (2008), secara umum insektisida
nabati dapat diartikan sebagai sutau pestisida yang bahan aktifnya berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang bersifat racun bagi organisme pengganggu
tanaman (hama).
D. Tanaman Kapuk Randu (Ceiba petandra Gartn.)
1. Klasifikasi Kapuk Randu
Menurut Plantamor (2015), klasifikasi kapuk randu sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba pentandra Gartn.
2. Biologi Kapuk Randu
Kapuk randu (Gambar 5) merupakan pohon berumah dua, tinggi
18 - 70 m, dalam budidaya biasanya mencapai 18 - 30 m, akarnya
menyebar horizontal diatas permukaan tanah, batang tanpa cabang dan
kadang-kadang berduri berupa duri temple berukuran besar berbentuk
kerucut. Kapuk randu memiliki daun majemuk berseling dengan 5 - 9
anak dan berbentuk lanset dengan ukuran 5 -16 cm, tipe bunga
12
biseksual dengan kelopak bunga pendek berlekuk lima menyerupai
bentuk lonceng dengan ukuran 1 - 2 cm, daun mahkota berbentuk bulat
telur, tepi daun rata dan pangkal daun meruncing, dan benang sari
berjumlah lima (Prohati, 2015).
Gambar 5. Daun kapuk randu (Dok. Pribadi, 2015)
Randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon yang banyak
tumbuh di daerah rendah sampai 400 m dari permukaan laut, di kebun,
di tepi jalan, dan di tempat lain yang berhawa panas
(Marchaban et al.,1997).
3. Distribusi dan Habitat Kapuk Randu
Kapuk randu berasal dari bagian utara Amerika Selatan, menyebar ke
Amerika Tengah, Karibia, dan Afrika. Sepanjang pantai barat dari
Senegal ke Angola. Tanaman ini dibawa dari Afrika ke Asia untuk
dibudidayakan. Tanaman ini dibudidayakan di seluruh daerah tropik,
13
di Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Thailand (Widhianti,
2011).
Kapuk tumbuh bagus pada ketinggian di bawah 500 m. Kapuk randu
menyukai curah hujan yang melimpah. Untuk hasil yang baik,
tanaman ini sebaiknya ditanam di tanah lempung vulkanik dalam dan
permeable (Widhianti, 2011).
4. Manfaat dan Kandungan Kimia Kapuk Randu
Kapuk randu memiliki prospek yang sangat baik dalam perdagangan
internasional walaupun keberadaanya sangat terbatas, dan merupakan
pohon serbaguna penghasil serat, bahan baku energi dan sebagai
pohon peneduh (Sahid dan Zeven, 2008).
Dalam ilmu pengobatan tradisional di Asia Tenggara, daun kapuk
randu dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit
seperti demam, batuk, dan lain-lain. Sedangkan kulit kayunya
dimanfaatkan untuk mengobati demam, asma, gonorhea, dan diare
(Sahid dan Zeven, 2008).
Daun kapuk randu berkhasiat sebagai obat kudis, batuk, asma, radang
usus, disentri, diare, radang kandung kemih dan amandel. Kulit dari
batang randu berkhasiat untuk mengatasi penyakit ginjal, kencing
14
batu, dan patah tulang. Getah dari daun randu digunakan untuk
mengatasi borok atau radang lambung (Lestari, 2008).
Daun muda kapuk randu mengandung fenol, alkaloid, flavonoid,
tanin, saponin, phytate, oxalate, trypsin inhibitor, dan hemagglutinin
(Friday et al.,2011).
Buah kapuk randu memiliki sumber serat yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding dan pakaian. Kulit
buah kapuk randu dpat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan kertas
sdangkan kulit kayunya kaya akan potasium dan abu nya yang dapat
di gunakan sebagai pupuk (Friday et al.,2011).
Minyak biji randu digunakan sebagai obat diare, kembung, dan
antioksidan. Lestari (2008), menyatakan pada bagian biji diketahui
mengandung gossypol, asam siklopropenoat, karotenoid, flavonoid,
alkaloid, tannin, asam lemak tidak jenuh, karotenoid, senyawa fenolik,
karbohidrat, protein, dan enzim.
Ekstrak air biji mengandung alkaloid, glycosides carbohydrates,
flavonoid, tanin, sedangkan ekstrak petroleum eter pada biji
mengandung alkaloid, flavonoid, tannin (Choubey, 2011). Serangan
yang terdapat pada kapuk randu di duga dapat mematikan dan
15
menekan pertumbuhan hama ulat api, akan tetapi belum di ketahui
keefektivitasannya dalam mengendalikan populasi hama ulat api.
E. Tanaman Kelapa Sawit
1. Klasifikasi Kelapa Sawit
Menurut Plantamor (2015), klasifikasi kelapa sawit sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Famili : Arecales
Ordo : Arecaceae
Genus : Elaeuis
Spesies : Elaeuis guineensis Jacq.
2. Bologi Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berakar serabut yang terdiri atas
akar primer, sekunder, tertier dan kuartener. Akar primer pada
umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan
kuartener tumbuh ke arah bawah. Akar-akar kelapa sawit banyak
berkembang dilapisan tanah atas sampai ke dalam sekitar satu meter
dan semakain kebawah semakin sedikit (Risza, 2008).
Menurut Maryani (2012), kelapa sawit termasuk tanaman yang
mempunyai perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah
16
mengalami cekaman kekeringan. Adapun penyebab tanaman
mengalami kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan diikuti
dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat musim kemarau.
Batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan
umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia (Sunarko, 2007). Batang kelapa sawit berfungsi sebagai
struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah), dan sebagai sistem
pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman.
Batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan
umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia (Sunarko, 2007). Batang kelapa sawit berfungsi sebagai
struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah), dan sebagai sistem
pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman.
Vidanarko (2011), menyatakan bahwa daun merupakan pusat produksi
energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun
dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar mantahari.
Daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan
daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar.
17
Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya
kurang lebih sembilan meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah
sekitar 250 - 300 helai sesuai dengan jenisnya.
Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk
pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang
melingkari batang dan membentuk spiral. Kelapa sawit yang normal
biasanya memiliki sekitar 40 - 50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah
daun pada tanaman muda yang berumur 5 - 6 tahun mencapai 30 - 40
helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20 - 25 helai.
Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa
sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi
prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Vidanarko, 2011).
Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pohon kelapa sawit (Dok. Pribadi, 2015)
18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2016.
Pembuatan ekstrak air daun kapuk randu dan uji toksisitas terhadap hama
ulat api (Setora nitens) dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah botol selai
sebagai tempat perlakuan, gelas ukur sebagai alat ukur aquades dan
ekstrak, erlenmeyer sebagai wadah ekstrak, timbangan untuk menimbang
berat kering daun yang akan di ekstrak, kertas lebel, karet gelang, dan
blender. Toples plastik dan kain tille dipergunakan untuk pemeliharaan
hama ulat api.
Bahan yang digunakan adalah aquades sebagai pelarut, daun kapuk randu,
daun kelapa sawit sebagai makanan ulat api dan ulat api yang di ambil dari
Desa Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
19
C. Cara Kerja
1. Penyediaan Ulat Api Sebagai Hewan Uji
Serangga hama yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar
Lampung Selatan dengan cara mengumpulkan larva instar enam secara
langsung di lapangan dan dimasukkan kedalam toples plastik
kemudian ditutup menggunakan kain tilled dan diberi makan dengan
daun kelapa sawit selama tujuh hari sebelum perlakuan.
2. Pembuatan Ekstrak Air Daun Kapuk Randu
Daun kapuk randu seberat 100 g yang telah dibersihkan dan telah
dikeringkan kemudian dihaluskan menggunakan blender dengan
menambahkan aquades 100 mL (berat : volume= 1:1). Setelah halus
dan tercampur kemudian disaring untuk mendapatkan ekstrak air dari
daun kapuk randu.
D. Uji Toksisitas
Untuk menguji toksisitas ekstrak air daun kapuk randu terhadap hama
ulat api digunakan tiga tingkatan konsentrasi masing-masing 25%,
50%, 100% dan kontrol. Sebanyak 10 ekor ulat api instar enam
dimasukkan kedalam botol selai yang sudah ditutup menggunakan kain
tille (kain saring) kemudian diberi daun kelapa sawit yang sudah di
potong dengan ukuran 10 cm sebagai sumber makanan ulat api.
20
Metode yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
Nukmal, dkk. (2007) (pada kutu putih). Daun kelapa sawit yang segar
dan masih muda dicelupkan selama 5 menit ke dalam ekstrak air daun
kapuk randu. Kemudian daun tersebut dikeringkan dan dimasukan
kedalam wadah yang telah diisi ulat api.
E. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yakni pada 1, 3, 6, 12, 24, dan 48 jam
setelah perlakuan. Parameter yang diamati adalah jumlah kematian ulat
api 1, 3, 6, 12, 24, dan 48 jam setelah perlakuan. Pengamatan
dihentikan ketika ulat api mencapai kematian 100%.
F. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk mengetahui keefektifan daya
bunuh ekstrak air daun kapuk randu berdasarkan tingkatan konsentrasi
yang telah ditentukan yaitu 25%, 50%, 100%, dan kontrol, serta waktu
pengamatan 1, 3, 6, 12, 24, dan 48 jam setelah perlakuan menggunakan
metode pencelupan dan diulang sebanyak 3 kali.
G. Analisis Data
Untuk mendapatkan nilai LC50 data dianalisis menggunakan analisis probit
dengan menggunakan SPSS.16.0.
21
Sebanyak 120 ekor larva instra 6 100 gr daun kapuk segardi ambil langsung dari lapangan
Di aklimatisasi di laboratorium di blenderselama 2 hari Vol. daun :Vol.air(1:1)
Ekstrak air daun kapuk randu
Pelaksanaan Penelitian Dengan Metode Pencelupan
Gambar 7. Bagan alir penelitian uji toksisitas ekstrak air daun kapuk randuterhadap hama ulat api.
Penyediaan hewan uji Pembuatan ekstrak air daun kapukrandu
Daun kelapa sawit yangsudah dicelup dengan ekstrakair daun kapuk randu
Dikeringanginkan Dimasukkan ke dalam wadah
10 ekor ulat api dimasukkanke dalam wadah, ditutup kaintille
Diamati pada 1, 3, 6, 12, 24,dan 48 jam
Pengamatan
Analisis data
28
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak air daun kapuk randu memiliki daya toksisitas yang mampu
mematikan hama ulat api (Setora nitens) pada kelapa sawit.
2. Ekstrak air daun kapuk randu dapat mematikan hama ulat api dengan nilai
LC50 untuk ekstrak air daun kapuk randu berturut-turut mulai dari 3 jam, 6
jam , 12 jam dan 24 jam adalah 12,9%, 13,5%, 21,2%, dan 28,6%.
3. Ekstrak air daun kapuk randu sudah dapat mematikan hama ulat api pada
tiga jam setelah pengamatan dengan konsentrasi terendah 4,6%.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai uji toksisitas ekstrak air daun kapuk
randu terhadap hama ulat api dengan menggunakan metode lain seperti metode
semprot dan sekat serta perlu penyeragaman terhadap hewan yang akan
diujikan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, B.C., Adegoke, A.A . 2008. Phytochemichal and Mirobial Screeningof Herbal Remedias inAkwa Ibom State, South Southern Nigeria. Journalof Medicinal Plant Research, 2(11),306-310.
Choubey A. 2011. “In vitro growth and inhibition studies of Ceiba pentandra onMonosodium Urate Monohydrate Crystals”. Pharmacologyonline 2.
Friday, E T.,James O., Gabriel A 2011. Investigation on the Nutrional andMedical Potentials of Ceiba petandra leaf: A commonvegetable inNigeria. International Journal of Plant Physiology and Biochemistry Vol.3(6), ISSN-2141-2162
Hendro, R dan Qayuum, 2012. PT Bayer Indonesia:Agar Efektif KendalikanUlat Api. Diakses 05 April 2015. [Internet] Tersedia pada http://sawitindonesia.com/index.php/sajian-utama/166-ptbayer-indonesia-agar-efektif-kendalikan-ulat-api.
Indriyani, D. 2008. Uji Efikasi Ekstrak Etanol Daun Gamal(Gliricida maculate Hbr.) Dan Kapuk Randu (Ceiba pentandra Gartn.)Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Hama Bisul Dadap (Quadrastichuserythrinae Kim.) [Skripsi]. Universitas Lampung Bandar Lampung.
Intansari, V. 2008. Efek Ekstrak Air Daun Gamal (Gliricida maculate Hbr.) danEkstrak Air Daun Kapuk Randu (Ceiba petandra Gartn.) Terhadap ImagoHama Bisul Dadap (Quadastrichus erytrinae Kim.) [Skripsi]. UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Khaerudin. 1996. Mengendalikan Hama dan Penyakit kacang-Kacangan. TrubusAgrisarana. Jakarta.
Kusnoputro, 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 116-117.
Lestari S. Biodiesel dari Minyak Biji Kapuk (Ceiba pentandra) sebagaiBahan Bakar Alternatif. [Thesis]. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. 2008.
Lubis A. 2008. Oil Palm (Elaeisguineensis Jacq) in Indonesia. Second edition.Medan.
30
Marchaban, Soegihardjo CJ, & Kumarawati FE. 1997. Uji Aktivitas Sari Randu(Ceiba pentandra Gaertn.) Sebagai Penumbuh Rambut. LaporanPenelitian. UGM. Yogyakarta.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap PertumbuhanBibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Jurnal Agroekoteknologi 1(2):64-75.
Miranti, E. 2010. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit 2010. EconomicReview No. 219 Maret 2010: 1 – 12.
Norman K & Basri MW. 1992. Asurvey of current status and control of nettlecaterpillar (Lepidoptera : Limacodidae) in Malaysia (1981-1990)PORIMO casional Paper No. 35 : 30 p.
Nukmal, N., Suprapto dan E.L Widiastuti. 2007. Pengendalian Hama BisulDadap Secara Terpadu Dengan Memenfaatkan Musuh Alam LaporanPenelitian Hibah Bersaing XV. Universitas Lampung.
Nursal. 2005. Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Daun Lengkuas(Lactuca indica L.)., Toksisitas danPengaruh Subletalnya TerhadapMortalitas Larva Nyamuk Aedes aegepty L. Laporan Hasil penelitianDosen Muda Universits Sumatera Utara. Medan.
Plantamor. 2015. Klasifikasi Kapuk Randu.http://plantamor.com.w3snoop.com/Diakses pada 20 Oktober Pukul21:00 WIB
Plantamor. 2015. Klasifikasi Kelapa Sawit.http://plantamor.com.w3snoop.com/Diakses pada 20 Oktober Pukul20:00 WIB
Prawirosukarto S. Purba RY, Susanto A, 2005. Hama-Hama pada Kelapa Sawit.Buku I, Serangga Hama pada Kelapa Sawit. Seri Buku Saku 12. Medan:Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Prohati. (2015). Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia. Diakses pada 11Mei 2015, 16:00 WIB. [internet] Tersedia padahttp://www.proseanet.org/prohati2/browser.php%3Fdocsid%3D303&source=s&q=deskripsi+kapuk+randu. Html
Rina, H. Pratiwi. 2014. Potensi Kapuk Randu (Ceiba pentandra Gartn.) DalamPenyediaan Obat Herbal. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan.Vol 1. No 1.
Risza. 2008. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian KelapaSawit . 87 hal
31
Sahid, M. dan Zeven, A.C. 2008. Ceiba Pentandra Gartn. Diakses pada 12Desember 2015 pukul 20:00 WIB [Internet] Tersedia padahttp://www.kehati.or.id/florakita/printer.php?photoid=960
Sarjan, M. 2008. Potensi Pemanfaatan insektisida Nabati dalam PengendalianHama pada Budidaya Sayuran Organik. Fakultas Pertanian. UniversitasMataram. Diakses 10 Desember 2015 pukul 13:00 WIB. [Internet].Tersedia pada http://simchungwei.blogspot.com/2008/05/potensi-pemanfaatan-insektisida-nabati_16 html
Sudharto P. 1991. Hama Tanaman Kelapa Sawit dan Cara Pengendaliannya.Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar, Indonesia.
Sudarmo, S. 1990. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko.2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit.Tanggerang: Agromedia Pustaka
Suprapti. 2009. Uji Toksisitas Ekstrak Air dan Etanol Daun Kapuk Randu(Ceiba pentandara Gartn.) Terhadap Hama Bisul Dadap(Quadastrichus erythrinae Kim.) [Skripsi]. Universitas Lampung.Bandar Lampung
Susanto A, Sudharto Ps, Purba RY, Utomo C, Fadillah LA, Prasetyo AE,DongoranAP, Fahridayanti. 2006. PerlindunganTanaman Kelapa Sawit.Pematang Siantar, Indonesia
Sutikno, Irawan. 2000. Tanaman Kapas dan Kaitanya dengan Gosipol. BalaiPenelitian Ternak. Bogor
Syahputra, E. 2001. Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani: Dulu, Kini, danKelak. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3.Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 6 Desember 2016, 15:30 WIB[Internet] Tersedia pada http://tumoutou.net/3 sem l 012/edisyahputra.html.
Tarigan,B., Syahrial., Uly Mena, T., 2013,Uji Efektivitas Bauveria bassiana danBacillus thuringiensis Terhadap Ulat Api (Setotshosea asigna Eeck) DiLaboratorium, Jurnal Online Agroekoteknologi 1(4).
Tarumingkeng., 1992. Insektisida; Sifat. Mekanisme kerja dan DampakPenggunaanya. Ukrida Press. Jakarta.
Vidanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka
Widhianti WD. 2011. Pembuatan Arang Aktif dari Biji Kapuk(Ceiba pentandra L.) sebagai Absorben Zat Warna Rhodomin B.[Skripsi].Unversitas Airlangga. Surabaya.