1. Capaian Pembelajaran: 2. Materi Pembelajaran
Transcript of 1. Capaian Pembelajaran: 2. Materi Pembelajaran
Pembelajaran 5.1:
Obligasi dan Saham
1. Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh materi pembelajaran ini, diharapkan
dapat: Memahami dan menjelaskan konsep umum Obligasi dan Saham sebagai
surat berharga.
2. Materi Pembelajaran
Pengertian Obligasi dan Sumber Hukum
Obligasi adalah surat pengakuan utang. Ini dapat kita lihat dari beberapa peraturan seperti
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1993 Tentang Obligasi Perusahaan Umum (PERUM)
Pegadaian, Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1992 Tentang Obligasi Perusahaan Umum
(PERUM) Listrik Negara, dinyatakan bahwa Obligasi adalah surat pengakuan hutang jangka
panjang atas pinjaman uang dari masyarakat dengan imbalan bunga tertentu dan pembayaran
yang dilakukan secara berkala. Adapun dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006
Tahun 2006 jo. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.08/2007 Tahun 2007 jo. Peraturan
Menteri Keuangan No. 172/PMK.08/2010 Tahun 2010 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel
Di Pasar Perdana, dinyatakan bahwa Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara berjangka
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.” Demikian pengerrtian tersebut sesuai pengertian yang
dikemukakan H.M.N. Purwosutjipto yang mengatakan bahwa obligasi adalah surat bukti
pengakuan utang, yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah atau oleh perusahaan, dengan jangka
waktu sekurang-kurangnya satu tahun.1
Rumusan obligasi menurut peraturan-peraturan di atas, sesuai istilah Belanda “obligatie”
yang berarti hutang atau kewajiban, atau istilah schuldbrief yang berarti surat hutang. Dalam
pengertian surat hutang ini, obligasi dalam terminologi hukum Belanda kerap disebut dengan
istilah “obligatie lening” yang berarti secarik bukti pinjaman uang yang dikeluarkan oleh suatu
1 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia:Hukum Surat Berharga, hal 203-208.
134
perseroan atau badan hukum lain yang dapat diperdagangkan dengan cara menyerahkan surat
tersebut.
Merujuk pada uraian di atas, obligasi merupakan surat hutang jangka panjang. Dalam hal
ini sebagai suatu instrumen pendanaan (funding instrument) yang sangat efektif untuk
kepentingan pengumpulan dana dari masyarakat. Dengan menerbitkan obligasi berarti penerbit
mengumpulkan dana dari para pemegangnya, dimana dana tersdebut dapat dipergunakan untuk
perluasan usaha milik penerbit atau pun untuk tujuan lain dari penerbit. Dalam kasus dimana
obligasi diterbitkan oleh Negara menunjukkan maksud bahwa obligasi untuk menutup sebagian
defisit dalam anggaran APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Adapun sumber hukum obligasi yang diuraikan di atas adalah: Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal; Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara; Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1992 Tentang Obligasi Perusahaan Umum
(PERUM) Listrik Negara; Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1993 Tentang Obligasi Perusahaan
Umum (PERUM) Pegadaian; serta Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006 Tahun
2006 jo. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.08/2007 Tahun 2007 jo. Peraturan Menteri
Keuangan No. 172/PMK.08/2010 Tahun 2010 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel Di Pasar
Perdana.
Karakteristik Obligasi
Obligasi merupakan salah satu instrumen yang diterbitkan oleh suatu pihak dan
diperjualbelikan di bursa Efek atau sebagai salah satu instrumen pasar modal yang memberikan
pendapatan tetap (fixed income securities) bagi pemegangnya. Dalam hubungan ini, obligasi
sebagai sekuritas memberikan penghasilan secara rutin kepada pemegangnya.
Sebagaimana sekuritas lainnya, obligasi memiliki karakteristik yaitu:
a. Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum;
b. Memiliki jangka waktu tertentu (masa jatuh tempo);
c. Memberikan pendapatan tetap secara periodik;
d. Memiliki nilai nominal.
Dari karakteristik tersebut, penerbit (emiten) obligasi berkewajiban untuk membayarkan
bunga dalam jumlah tertentu secara periodik selama obligasi belum jatuh tempo, dan juga
melakukan pembayaran kembali nilai nominal obligasi tersebut pada saat jatuh tempo yang telah
134
ditentukan. Demikian pula selama belum jatuh tempo, apabila pemegang obligasi sudah ingin
mendapatkan jumlah uang yang disebutkan di dalam surat obligasi, maka obligasi sebagai surat
berharga dapat dijual kembali oleh pemegangnya kepada pihak lain.
Obligasi memiliki karakteristik umum yang perlu diketahui bukan saja untuk kepentingan
para pihak yang terlibat dalam transaksi surat obligasi, tetapi juga sangat penting bagi ahli hukum
dalam hal terjadi sengketa di antara para pihak. Karakteristik umum yang ada pada sebuah
obligasi yaitu:
a. Nilai Penerbitan Obligasi (jumlah pinjaman dana)
Emiten di dalam penerbitan suatu obligasi akan menyatakan jumlah dana yang
dibutuhkan melalui penjualan obligasi, dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Sebagai
contoh, apabila perusahaan atau Negara membutuhkan dana Rp. 500 milyar maka sesuai
jumlah tersebut akan diterbitkan obligasi. Besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi
dilakukan berdasarkan kemampuan aliran kas perusahaan dan kinerja bisnisnya.
b. Jangka waktu obligasi
Setiap obligasi yang diterbitkan memiliki jangka waktu - jatuh tempo (maturity).
Umumnya masa jatuh tempo obligasi adalah 5 (lima) tahun sampai 10 (sepuluh) tahun.
Jangka waktu obligasi yang pendek pendek menunjukkan resikonya semakin kecil. Demikian
ketika saat jatuh tempo telah sampai, maka pihak penerbit obligasi berkewajiban melunasi
pembayaran pokok obligasinya.
c. Tingkat Suku Bunga
Sebagai upaya menarik investor dalam membeli obligasi, penerbit (emiten) akan selalu
memberikan insentif dalam bentuk tingkat suku bunga obligasi (kupon obligasi) yang
menarik per tahun. Besarnya tingkat suku bunga umumnya ditentukan dengan cara
membandingkan tingkat suku bunga perbankan pada umumnya. Tingkat suku bunga obligasi
(kupon obligasi) dapat berbentuk fixed rate atau variable rate, sebagai alternatif pilihan bagi
investor.
d. Jadwal pembayaran Suku Bunga
Pembayaran kupon obligasi oleh penerbit dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan
sebelumnya, yaitu triwulanan atau semesteran. Disini ketepatan waktu pembayaran kupon
merupakan aspek penting dalam menjaga reputasi penerbit obligasi.
e. Jaminan
134
Pelunasan obligasi melalui pemberian jaminan berupa aset perusahaan mempunyai
daya tarik bagi calon pembeli obligasi. Jaminan berbentuk aset perusahaan ataupun tagihan
piutang perusahaan merupakan bentuk jaminan yang menarik bagi investor.
Cara Peralihan Obligasi
Obligasi sebagai surat berharga banyak ditentukan melalui cara peralihannya. Ketiga cara
peralihannya tidak mudah atau menuntut cara tertentu yang rumit, maka seperti surat berharga
lainnya obligasi tersebut tidak dikualifikasi sebagai surat berharga. Melihat cara peralihan
obligasi maka dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis obligasi, yaitu:
1. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond), dan
2. Obligasi Atas Nama (registered bond).
Ciri penting dari Obligasi Atas Unjuk, meliputi:
a. Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi;
b. Setiap sertifikat obligasi disertai dengan kupon bunga yang dilepaskan setiap pembayaran
bunga dilakukan;
c. Sangat mudah untuk dialihkan;
d. Kertas sertifikat obligasi dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti bahan pembuat uang;
e. Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat menunjukkan
kupon bunga dan sertifikat obligasi.
Dari ciri dimana “nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi”, menunjukkan
bahwa jenis obligasi ini masuk di dalam kualifikasi surat berharga (lihat: Modul 4). Oleh karena
sesuai prinsip surat berharga bahwa suatu surat obligasi yang tidak menyebutkan nama
pemiliknya, maka cara peralihannya adalah sangat mudah yaitu cukup penyerahan fisik surat
obligasi tersebut.
Obligasi atas Unjuk tersebut sangat berbeda sifat cara peralihan dengan obligasi atas
Nama. Sebagaimana diketahui bahwa obligasi Atas Nama untuk pokok pinjaman, nama pemilik
tercantum dalam sertifikat obligasi beserta kupon bunga dan untuk pokok bunga nama pemilik
tidak tercantum dalam sertifikat obligasi. Nama dan alamat pemilik dicatat di perusahaan Emiten
untuk memudahkan dalam pengiriman bunga. Kemudian Obligasi Atas Nama untuk pokok dan
bunga, nama pemilik tercantum dalam sertifikat obligasi, tetapi tidak ada kupon bunga, karena
bunga langsung disampaikan kepada pemilik yang namanya tercantum dalam daftar perusahaan
134
Emiten. Melalui ciri yang disebutkan tersebut, menurut prinsip dari suatu surat berharga bahwa
obligasi atas Nama adalah bukan kualifikasi surat berharga, namun masuk dalam kualifikasi
“surat yang berharga”. Oleh karena obligasi seperti ini memiliki cara peralihan yang sangat rumit,
yaitu harus dilakukan dengan cara Cessie, yakni dilakukan dengan cara membuatkan akta
tersendiri.
Obligasi menurut keperluannya juga dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a. Obligasi Berdasarkan Jaminan
Obligasi jenis ini terbagi dua yaitu Obligasi dengan Jaminan (secured
bond/debentures) dan Obligasi tanpa Jaminan. Obligasi dengan Jaminan adalah obligasi yang
diberi agunan (collateral) untuk pelunasan pokok pinjaman beserta bunganya yang berupa
harta kekayaan perusahaan, bisa berupa tanah, gedung dan lain-lain. Adapun Obligasi tanpa
Jaminan adalah obligasi yang tidak didukung dengan agunan.
b. Obligasi Berdasarkan Cara Penetapan dan Pembayaran Bunga
Melalui jenis ini, anda akan mendapatkan apa yang disebut:
Obligasi dengan Bunga Tetap yang dibayar setiap periode tertentu.
Obligasi dengan Bunga Tidak Tetap yang kadang dikaitkan dengan indeks atau dengan
tingkat bunga deposito yang berlaku, seperti di pasaran luar negeri yang mengenal
LIBOR (London Intern Bank Offer Rate) atau SIBOR (Singapore Inter Bank Offer
Rate).
Obligasi tanpa Bunga (Zero Coupon), yakni jenis obligasi yang tidak mempunyai kupon
bunga dan konsekuensinya pemilik tidak memperoleh pembayaran bunga secara
periodik. Keuntungan dari pemilikan obligasi ini diukur dari selisih nilai pada waktu
jatuh tempo (sebesar nilai nominal) dengan harga pembelian.
Obligasi yang Tidak Terbatas Jatuh Temponya (perpectual bond), merupakan obligasi
dimana perusahaan yang menerbitkan surat berharga ini tidak punya kewajiban
mengembalikan utang, kecuali perusahaannya dilikuidasi.
Obligasi dengan Bunga Mengambang (floating rate bond), misalnya 1% di atas tingkat
bunga bank – bank umum yang ada.
c. Obligasi Berdasarkan Nilai Pelunasan, terutama dikaitkan dengan merosotnya nilai uang.
Disini nilai pelunasan obligasi dikaitkan dengan indeks harga tertentu, seperti klausula emas,
klausula perak, valuta asing, indeks harga konsumen.
134
d. Obligasi Berdasarkan Konvertibilitas (convertible bond), jenis ini memberikan hak bagi
pemegangnya untuk menukarkan obligasi yang milikinya dengan saham (common stock)
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan syarat-syarat pinjaman.
e. Obligasi Berdasarkan Penerbit, dicontohkan Obligasi Pemerintah Pusat, Obligasi Pemerintah
Daerah dan Obligasi Perusahaan Swasta.
f. Obligasi Berdasarkan Waktu Jatuh Tempo, yaitu:
1) Obligasi jangka pendek (sampai dengan 1 tahun)
2) Obligasi jangka menengah (dua sampai lima tahun)
3) Obligasi jangka panjang (lebih dari lima tahun).
Secara umum, kelemahan obligasi adalah kesulitan untuk memperkirakan perkembangan
suku bunga, padahal harga obligasi sangat tergantung pada perkembangan suku bunga. Bila suku
bunga bank menunjukkan tren meningkat, maka pemegang obligasi akan menderita kerugian.
Risiko lain adalah kemampuan Emiten untuk melunasi pembayaran bunga obligasi sebelum jatuh
tempo.
Pihak-Pihak dalam Penerbitan Obligasi
Sebagaimana dalam penerbitan surat berharga lainnya, dalam penerbitan obligasi juga
mengenal pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak tersebut, antara lain:
1. Emiten, merupakan pihak yang menjadi penerbit obligasi untuk dijual kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 1 butir 13
pada Keputusan Menkeu No. 1548 bahwa Emiten dimaksud yaitu badan hukum yang
melakukan emisi atau bermaksud melakukan emisi.
2. Wali Amanat, yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat hutang
(Undang-Undang Pasar Modal).
3. Penjamin Emisi Efek, pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan
penawaran umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli
sisa efek yang tidak terjual (Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal). Dari ketentuan ini dapat dilihat bahwa penjamin emisi efek merupakan pihak
yang bertindak menjamin atas keberhasilan penjualan obligasi.
134
4. Penanggung, yaitu pihak yang menanggung pembayaran kembali jumlah pokok dan/atau
bunga emisi obligasi dalam hal Emiten cidera janji (Pasal 1 angka 36 Keputusan Menteri
Keuangan No. 1548).
Saham
Pengertian dan Sumber Hukum
Istilah saham kiranya banyak ditemui di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) di samping Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT jo. Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 31 ayat (1)
UUPT, dapat diketahui bahwa saham adalah bagian dari modal dasar Perseroan atau dengan kata
lain bahwa saham adalah penyertaan modal yang dimasukkan oleh subjek hukum ke dalam suatu
Perseroan Terbatas pada saat pendirian Perseroan Terbatas tersebut.
Pengertian tersebut jika dihubungkan dengan arti saham dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang dinyatakan bahwa saham adalah surat bukti pemilikan bagian modal perseroan
terbatas yg memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yg disetor.
Selanjutnya jika dihubungkan dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
maka saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah menginvestasikan dana
dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali (Return) saham
tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan
oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut.2 Sifat dasar
investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperolah laba perusahaan.
Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan.
Berangkat dari uraian di atas, kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud saham
adalah surat bukti penyertaan modal ke dalam suatu perseroan terbatas yang memberi hak kepada
pemegangnya berupa hak kemilikan perusahaan menurut besarnya penyertaan yang dilakukan di
samping hak deviden pada setiap periode waktu atau keuntungan lain yang diperoleh dari selisih
harga jual saham yang lebih tinggi dari harga belinya pada setiap transaksi perdagangan saham.
2 Tjipto Darmaji dan Hendy M. Fhakrudin, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: SalembaEmpat, 2006), hal. 5.
134
Demikian uraian di atas juga memberi informasi bahwa sumber hukum tentang saham
adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (disingkat, UUPT) dan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Jenis-Jenis Saham
Pada transaksi jual beli di Bursa efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan
diperdagangkan. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan sudut-sudut saham, yaitu :3
a) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1) Saham Biasa, merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang
diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuiditas, pemegang saham biasa yang mendapatkan
prioritas paling akhir dalam pembagian deviden dari penjualan asset perusahaan. Ciri-
cirinya:
Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.4
Memiliki hak suara.
Hak memperoleh bagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2) Saham Preferen, merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan
mengalami kerugian maka pemegang Saham Preferen akan mendapat prioritas utama dalam
pembagian hasil atas penjualan asset. Saham Preferen mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham basa. Adapun ciri-cirinya:5
Memiliki hak yang paling dahulu memperoleh deviden.
Tidak memiliki hak suara.
Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dulu setelah kreditur
apabila perusahaan mengalami likuiditas.
b) Ditinjau dari cara peralihannya
3 I b i d., hal. 245.4 Muhammad Nafik, HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: Serambi, 2009), hal.
2445 Dahlan Siamat, Manjemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan
Perbankan Edisi 5, (Jakarta: LP-FEUI, 2005), hal. 385.134
1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), yaitu jenis saham yang di dalamnya tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2) Saham Atas Nama (Registered Stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa
nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu yaitu dengan
cara Cessie yakni cara peralihan hak yang harus dilakukan dengan prosedur pembuatan
akta.
c) Ditinjau dari kinerja perdagangan
1) Blue – Chip Stocks (Saham Perusahaan Unggulan), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2) Income Stocks (Saham Deviden Berkembang), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang
dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Namun tidak
suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
3) Growth Stocks, terdiri dari 2 jenis yaitu:
c. (Well – Known (Saham Pendapatan Berkembang), yaitu saham – saham dari emiten
yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri
sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d. (Lesser – Known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri,
namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan
kurang populer di kalangan emiten.
4) Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5) Counter Cyclical Stockss, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap
134
tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari
kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
Manfaat Pemilikan Saham
Setiap pemilikan saham memberikan manfaat utama yaitu berguna menjadi instrumen
investasi jangka pendek atau jangka panjang. Pemanfaatan saham sebagai investasi jangka
pendek dilakukan oleh pemiliknya untuk mendapatkan capital gain, yaitu selisih harga beli dan
harga jual dalam transaksi saham tersebut di Bursa Efek (Pasar Modal). Dalam hubungan ini naik
turunnya harga saham suatu perusahaan, banyak ditentukan oleh prospek dan kinerja yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Makin bagus prospek dan kinerja suatu usaha, makin bagus
pergerakan nilai saham perusahaan tersebut di Bursa Efek.
Berbeda dengan mereka yang memanfaatkan saham sebagai investasi jangka panjang,
para investor secara rutin membeli saham bukan untuk segera dijual kembali tetapi sahamnya
ditimbun untuk mendapatkan bagian deviden yang lebih besar menurut besarnya pemilikan
saham suatu perusahaan setiap periode (pertahun). Di sini prospek dan kinerja suatu perusahaan
juga banyak mempengaruhi pilihan para investor, sekalipun untuk investasi jangka panjang.
Lebih dari itu untuk investasi jangka panjang menurut ketentuan Pasal 52 ayat (1) UUPT), bahwa
manfaat pemilikan saham perusahaan adalah selain mendapatkan deviden yang disebutkan di
atas, adalah juga hak menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS suatu perusahaan, hak
menerima pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi dan hak-hak lainnya.
Demikian, terdapat beberapa manfaat yang bisa diperoleh investor saham, yaitu;
Untuk investasi jangka pendek, investor mendapatkan Capital Gain, yaitu keuntungan yang
diperoleh dari selisih harga jual saham yang lebih tinggi dari harga belinya dari besarnya
nilai saham yang dimiliki.
Untuk investasi jangka panjang, investor mendapatkan Dividen, yaitu keuntungan yang
diperoleh dari pembagian dividen tunai oleh emiten setiap periode, di samping hak-hak
lain.
Risiko investasi saham
134
Banyak manfaat yang memberikan keuntungan pada investor saham, akan tetapi dari
sudut pandang lain bahwa investasi saham juga memiliki risiko tersendiri. Beberapa risiko
investasi saham, diuraikan sebagai berikut:
1. Risiko Likuidasi
Risiko yang dimaksudkan ini terjadi ketika emiten bangkrut atau likuidasi dimana para
pemegang saham memiliki hak klaim terakhir terhadap aktiva perusahaan setelah kewajiban
emiten tersebut dibayar. Bahkan para pemegang saham bisa saja tidak mendapatkan apapun
ketika aktiva tidak tersisa setelah emiten membayar kewajibannya.
2. Tidak Ada Pembagian Dividen
Risiko tanpa pembagian deviden terjadi ketika emiten menggunakan keuntungan
perusahaan untuk melakukan ekspansi usahanya sehingga memutuskan tidak membagikan
dividen kepada pemegang saham.
3. Investor Kehilangan Modal
Risiko kehilangan modal bagi investor, terjadi ketika harga beli saham ternyata lebih
besar ketimbang harga jualnya sehingga pemegang saham kehilangan modalnya (capital loss).
4. Saham Delisting dari Bursa
Delisting adalah penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang
membawa konsekuensi pada saham tersebut tidak bisa ditransaksikan di BEI. Status
perusahaan yang telah delisting tetap menjadi perusahaan publik tetapi sahamnya tidak tercatat
di BEI. Perusahaan yang sahamnya sudah delisting, tidak memiliki kewajiban sebagai
perusahaan tercatat. Perusahaan tersebut diperbolehkan untuk kembali mencatatkan sahamnya
di BEI sesuai ketentuan yang berlaku (relisting) yaitu enam bulan usai delisting efektif.
Delisting dua jenis, yaitu:
1. Voluntary Delisting (Delisting Sukarela) yaitu emiten sendiri yang mengajukan delisting
karena alasan tertentu. Misalnya karena kehendak pengendali baru, akibat merger, atau
alasan lainnya. Delisting sukarela biasanya dipandang positif. Pemegang saham tidak
perlu khawatir, karena ada kewajiban untuk menyerap saham di publik pada harga yang
wajar. Biasanya harganya cenderung lebih tinggi daripada harga pasar.
2. Forced Delisting (Delisting Paksa) yaitu delisting yang dilakukan oleh otoritas bursa
(BEI) berdasar aturan yang berlaku. Misalnya karena saham sudah disuspensi dua tahun
berturut-turut karena tidak menyampaikan laporan keuangan, keberlangsungan bisnis
134
perusahaan dipertanyakan dan tidak ada penjelasan atau karena ketidakpastian atas
keberlangsungan usaha emiten, termasuk karena izin usaha utama perusahaan tersebut
sudah dicabut pemerintah, seperti izin usaha tambang batubara dari perusahaan pengelola
batubara, dan alasan lainnya. Perusahaan yang sahamnya didelisting paksa adalah
perusahaan yang bermasalah. Demikian investor saham yang memiliki saham yang
delisting paksa akan sangat menderita kerugian.
Persamaan dan perbedaan saham dan obligasi
Memperhatikan uraian materi tentang saham dan obligasi di atas, dapat diketahui bahwa
keduanya merupakan instrumen investasi bagi investor. Dalam hubungan itu, adalah sangat
menarik memperhatikan persamaan dan perbedaannya. Persamaannya, adalah sebagai berikut:
1. Para pemilik saham dan obligasi memiliki klaim atas laba dan aktiva. Pasalnya, kedua
instrumen investasi ini menjanjikan kepada para pemiliknya pendapatan yang berupa aset
yaitu uang dan aset-aset lainnya. Dimana klaim itu terjadi pada tanggal transaksi atau saat
pembelian saham dan penandatanganan obligasi yang kemudian dapat dieksekusi saat jatuh
tempo. Dari sini saham dan obligasi itu menjanjikan pendapatan bagi para pemiliknya.
2. Para pemilik saham dan obligasi juga memiliki hak tebus yaitu pilihan untuk menukar
saham dan obligasi dengan uang.
3. Saham dan obligasi adalah sebagai surat berharga. Jadi, keduanya merupakan bentuk
perjanjian hitam di atas putih yang berupa perjanjian dan telah disetujui oleh kedua belah
pihak. Berdasarkan hal ini, bahwa surat berharga tersebut sama-sama dapat diperjualbelikan
di bursa efek maupun pasar modal.
Selain persamaan yang dikemukakan di atas, saham dan obligasi memiliki beberapa
perbedaan, yaitu sebagai berikut:
Saham merupakan surat yang menunjukkan kepemilikan perusahaan terhadap pemiliknya,
sedangkan obligasi adalah surat utang. Artinya jika seseorang memiliki surat obligasi maka
Ia memiliki piutang.
Badan yang mengeluarkan saham biasanya adalah perusahaan terbuka. Sedangkan yang
biasanya menerbitkan surat obligasi adalah pemerintah atau bisa juga perusahaan.
Pemegang saham memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Lain halnya dengan
pemegang obligasi yang memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga pembayaran utang.
134
Jangka waktu pemegang saham tidak terbatas. Saham masih dapat dimiliki selama
perusahaan tersebut belum bangkrut. Sedangkan obligasi memiliki jangka waktu tertentu.
Di Indonesia biasanya antara 1 hingga 10 tahun.
Keuntungan dibagikan kepada pemilik saham hanya jika perusahaan mengalami untung.
Sedangkan penerbit obligasi wajib membayar utangnya kepada pemilik obligasi.
Resiko yang dialami pemegang saham cukup besar. Mengingat sewaktu-waktu perusahaan
bisa saja mengalami kerugian. Namun resiko pemegang obligasi tidak sebesar pemegang
saham. Karena penerbit obligasi sudah terikat kewajiban untuk membayar utang mereka.
Tingkat keuntungan yang dimiliki pemegang saham lebih tinggi daripada pemegang
obligasi.
Jika perusahaan mengalami kebangkrutan maka kepemilikan saham menjadi tidak berharga
karena pembagian keuntungan perusahaan akan terputus. Sedangkan jika perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi mengalami kerugian, maka pemegang obligasi akan diutamakan
pelunasan piutangnya. Bahkan jika perlu, perusahaan akan menjual asetnya untuk
pelunasan obligasi.
Saham lebih mudah diperoleh dibanding obligasi. Seseorang dapat memperoleh saham
dengan mendatangi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan obligasi cukup sulit untuk
diperoleh karena tidak ditawarkan dalam BEI. Obligasi dapat diperoleh langsung dari pihak
penerbit obligasi tersebut.
3. Intisari
Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan surat hutang jangka panjang. Dalam hal ini sebagai suatu instrumen
pendanaan (funding instrument) yang sangat efektif untuk kepentingan pengumpulan dana dari
masyarakat. Dengan menerbitkan obligasi berarti penerbit mengumpulkan dana dari para
pemegangnya, dimana dana tersdebut dapat dipergunakan untuk perluasan usaha milik penerbit
atau pun untuk tujuan lain dari penerbit. Dalam kasus dimana obligasi diterbitkan oleh Negara
menunjukkan maksud bahwa obligasi untuk menutup sebagian defisit dalam anggaran APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Karakteristik Obligasi
Sebagaimana sekuritas lainnya, obligasi memiliki karakteristik khusus yaitu:
134
a. Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum;
b. Memiliki jangka waktu tertentu (masa jatuh tempo);
c. Memberikan pendapatan tetap secara periodik;
d. Memiliki nilai nominal.
Karakteristik umum yang ada pada sebuah obligasi yaitu:
a. Memiliki nilai penerbitan obligasi (jumlah pinjaman dana)
b. Memiliki jangka waktu
c. Memiliki tingkat suku bunga menarik di banding suku bunga perbankan.
d. Memiliki jadwal pembayaran suku bunga tepat waktu.
e. Memiliki jaminan berupa aset perusahaan untuk pelunasan obligasi
Cara Peralihan Obligasi
Dari cara peralihan obligasi dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond), dan
2. Obligasi Atas Nama (registered bond).
Ciri penting dari Obligasi Atas Unjuk, meliputi:
Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi;
Setiap sertifikat obligasi disertai dengan kupon bunga yang dilepaskan setiap
pembayaran bunga dilakukan;
Sangat mudah untuk dialihkan;
Kertas sertifikat obligasi dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti bahan pembuat
uang;
Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat menunjukkan
kupon bunga dan sertifikat obligasi.
Obligasi atas Unjuk tersebut sangat berbeda sifat cara peralihan dengan obligasi atas
Nama, menurut prinsip dari suatu surat berharga adalah bukan kualifikasi surat berharga, namun
masuk dalam kualifikasi “surat yang berharga”. Oleh karena obligasi seperti ini memiliki cara
peralihan yang sangat rumit, yaitu harus dilakukan dengan cara Cessie, yakni dilakukan dengan
cara membuatkan akta tersendiri.
Obligasi menurut keperluannya juga dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a. Obligasi Berdasarkan Jaminan yang terbagi dua yaitu Obligasi dengan Jaminan (secured
bond/debentures) dan Obligasi tanpa Jaminan.
134
b. Obligasi Berdasarkan Cara Penetapan dan Pembayaran Bunga, meliputi:
Obligasi dengan Bunga Tetap dan Tidak Tetap
Obligasi tanpa Bunga (Zero Coupon)
Obligasi yang Tidak Terbatas Jatuh Temponya (perpectual bond)
Obligasi dengan Bunga Mengambang (floating rate bond)
e. Obligasi Berdasarkan Nilai Pelunasan
f. Obligasi Berdasarkan Konvertibilitas (convertible bond)
g. Obligasi Berdasarkan Penerbit.
h. Obligasi Berdasarkan Waktu Jatuh Tempo, yaitu:
1. Obligasi jangka pendek (sampai dengan 1 tahun)
2. Obligasi jangka menengah (dua sampai lima tahun)
3. Obligasi jangka panjang (lebih dari lima tahun).
Pihak-Pihak dalam Penerbitan Obligasi
Sebagaimana dalam penerbitan surat berharga lainnya, dalam penerbitan obligasi juga
mengenal pihak-pihak yang terkait. Pihak-pihak tersebut, antara lain:
1. Emiten, yaitu badan hukum yang melakukan emisi atau bermaksud melakukan emisi.
2. Wali Amanat, yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat hutang.
3. Penjamin Emisi Efek, merupakan pihak yang bertindak menjamin atas keberhasilan
penjualan obligasi.
4. Penanggung, yaitu pihak yang menanggung pembayaran kembali jumlah pokok dan/atau
bunga emisi obligasi dalam hal Emiten cidera janji
Saham
Pengertian dan Sumber Hukum
Saham adalah surat bukti penyertaan modal ke dalam suatu perseroan terbatas yang
memberi hak kepada pemegangnya berupa hak kemilikan perusahaan menurut besarnya
penyertaan yang dilakukan di samping hak deviden pada setiap periode waktu atau keuntungan
lain yang diperoleh dari selisih harga jual saham yang lebih tinggi dari harga belinya pada setiap
transaksi perdagangan saham.
134
Adapun sumber hukum tentang saham adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (disingkat, UUPT) dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.
Jenis-Jenis Saham
a) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1) Saham Biasa, Ciri-cirinya:
Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
Memiliki hak suara.
Hak memperoleh bagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2) Saham Preferen, ciri-cirinya:
Memiliki hak yang paling dahulu memperoleh deviden.
Tidak memiliki hak suara.
Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dulu setelah kreditur
apabila perusahaan mengalami likuiditas.
b) Ditinjau dari cara peralihannya
1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), yaitu jenis saham yang di dalamnya tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2) Saham Atas Nama (Registered Stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa
nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur yang disebut Cessie
yakni cara peralihan hak yang harus dilakukan dengan prosedur pembuatan akta.
c) Ditinjau dari kinerja perdagangan
Blue – Chip Stocks (Saham Perusahaan Unggulan)
Income Stocks (Saham Deviden Berkembang)
Speculative Stock
Counter Cyclical Stockss
Manfaat Pemilikan Saham
134
Dalam pemilikan saham, terdapat beberapa manfaat yang bisa diperoleh investor, yaitu;
Untuk investasi jangka pendek, investor mendapatkan Capital Gain, yaitu keuntungan yang
diperoleh dari selisih harga jual saham yang lebih tinggi dari harga belinya dari besarnya
nilai saham yang dimiliki.
Untuk investasi jangka panjang, investor mendapatkan Dividen, yaitu keuntungan yang
diperoleh dari pembagian dividen tunai oleh suatu emiten setiap periode, di samping hak-
hak lainnya.
Risiko investasi saham
Investasi saham banyak memberikan keuntungan pada investor, akan tetapi dari sudut lain
investasi saham juga memiliki risiko. Beberapa risiko investasi saham, adalah:
1. Risiko Likuidasi
2. Tidak Ada Pembagian Dividen
3. Investor Kehilangan Modal
4. Saham Delisting dari Bursa
Persamaan dan perbedaan saham dan obligasi
Persamaannya, adalah sebagai berikut:
Para pemilik saham dan obligasi memiliki klaim atas laba dan aktiva.
Para pemilik saham dan obligasi juga memiliki hak tebus yaitu pilihan untuk menukar
saham dan obligasi dengan uang.
Saham dan obligasi adalah sebagai surat berharga.
Adapun perbedaannya, sebagai berikut:
Saham merupakan surat yang menunjukkan kepemilikan perusahaan terhadap pemiliknya,
sedangkan obligasi adalah surat utang. Artinya jika seseorang memiliki surat obligasi maka
Ia memiliki piutang.
Badan yang mengeluarkan saham biasanya adalah perusahaan terbuka. Sedangkan yang
biasanya menerbitkan surat obligasi adalah pemerintah atau bisa juga perusahaan.
Pemegang saham memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen. Lain halnya dengan
pemegang obligasi yang memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga pembayaran utang.
Jangka waktu pemegang saham tidak terbatas. Saham masih dapat dimiliki selama
perusahaan tersebut belum bangkrut. Sedangkan obligasi memiliki jangka waktu tertentu.
Di Indonesia biasanya antara 1 hingga 10 tahun.
134
Keuntungan dibagikan kepada pemilik saham hanya jika perusahaan mengalami untung.
Sedangkan penerbit obligasi wajib membayar utangnya kepada pemilik obligasi.
Resiko yang dialami pemegang saham cukup besar. Mengingat sewaktu-waktu perusahaan
bisa saja mengalami kerugian. Namun resiko pemegang obligasi tidak sebesar pemegang
saham. Karena penerbit obligasi sudah terikat kewajiban untuk membayar utang mereka.
Tingkat keuntungan yang dimiliki pemegang saham lebih tinggi daripada pemegang
obligasi.
Jika perusahaan mengalami kebangkrutan maka kepemilikan saham menjadi tidak berharga
karena pembagian keuntungan perusahaan akan terputus. Sedangkan jika perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi mengalami kerugian, maka pemegang obligasi akan diutamakan
pelunasan piutangnya. Bahkan jika perlu, perusahaan akan menjual asetnya untuk
pelunasan obligasi.
Saham lebih mudah diperoleh dibanding obligasi. Seseorang dapat memperoleh saham
dengan mendatangi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan obligasi cukup sulit untuk
diperoleh karena tidak ditawarkan dalam BEI. Obligasi dapat diperoleh langsung dari pihak
penerbit obligasi tersebut.
4. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan tepat.
1. Kedudukan obligasi sebagai:
A. Surat hutang jangka panjang.
B. Surat hutang tak berjangka
C. Suatu surat berharga
D. Jawaban A dan C adalah Benar.
2. Obligasi memiliki karakteristik yaitu:
A. Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum;
B. Memiliki jangka waktu tertentu (masa jatuh tempo);
C. Memberikan pendapatan tetap secara periodik;
D. Jawaban A, B dan C adalah Benar.
3. Dari segi cara peralihan obligasi dibagi menjadi:
A. Obligasi Atas Nama
134
B. Obligasi atas penganti
C. Obligasi Atas Unjuk
D. Jawaban A dan C adalah Benar.
4. Ciri penting dari Obligasi Atas Unjuk meliputi, kecuali:
A. Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi
B. Setiap sertifikat obligasi dan kupon bunga yang dilepaskan saat pembayaran bunga.
C. Cara pengalihannya dilakukan dengan cara Cessie.
D. Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat menunjukkan
kupon bunga dan sertifikat obligasi.
5. Obligasi atas Nama menurut prinsip surat berharga adalah bukan urat berharga, karena:
A. Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi
B. Setiap sertifikat obligasi dan kupon bunga yang dilepaskan saat pembayaran bunga.
C. Cara pengalihannya dilakukan dengan cara Cessie.
D. Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat menunjukkan
kupon bunga dan sertifikat obligasi.
6. Obligasi menurut keperluannya juga dibagi dalam beberapa jenis, kecuali:
A. Obligasi Atas Unjuk
B. Obligasi dengan Jaminan dan tanpa Jaminan.
C. Obligasi dengan Bunga Tetap dan Tidak Tetap
D. Obligasi Berdasarkan Konvertibilitas
7. Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat hutang seperti obligasi, adalah:
A. Emiten
B. Wali Amanat
C. Penjamin Emisi Efek
D. Penanggung.
8. Kedudukan saham sebagai, kecuali:
A. Surat bukti tagihan sesuai nilai nominal saham
B. Surat bukti penyertaan modal ke dalam PT.
C. Pemegang hak atas deviden setiap periode waktu tertentu
D. Pemegang hak atas keuntungan dari selisih harga jual saham yang lebih tinggi dengan
harga beli dalam transaksi perdagangan saham
134
9. Saham Biasa memiliki ciri-ciri, kecuali:
A. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
B. Memiliki hak suara.
C. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan dalam pencalonan pengurus.
D. Hak memperoleh bagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi.
10. Saham Preferen memiliki ciri-ciri, kecuali:
A. Memiliki hak yang paling dahulu memperoleh deviden.
B. Tidak memiliki hak suara.
C. Tidak dapat mempengaruhi manajemen perusahaan dalam pencalonan pengurus.
D. Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dulu setelah kreditur
apabila perusahaan mengalami likuiditas.
11. Dalam pemilikan saham, terdapat beberapa manfaat yang bisa diperoleh investor, yaitu;
A. Untuk investasi jangka pendek, investor mendapatkan hak atas Capital Gain.
B. Untuk investasi jangka panjang, investor mendapatkan Dividen setiap periode, di
samping hak-hak lainnya.
C. Jawaban A, B dan D adalah Benar.
D. Untuk investasi jangka panjang, investor mendapatkan hak suara dalam menentukan
kebijakan PT melalui RUPS.
12. Investasi saham selain memberikan keuntungan juga memiliki risiko. Di antara risiko
investasi saham adalah, kecuali:
A. Tidak Ada Pembagian Dividen
B. Tidak memperoleh Capital Gain
C. Investor Kehilangan Modal
D. Saham Delisting dari Bursa
13. Persamaan saham dengan obligasi adalah, kecuali:
A. Para pemilik saham dan obligasi memiliki klaim atas laba dan aktiva.
B. Para pemilik saham dan obligasi juga memiliki hak tebus yaitu pilihan untuk menukar
saham dan obligasi dengan uang.
134
C. Saham dan obligasi adalah sebagai surat berharga.
D. Saham dan obligasi sangat mudah diperoleh di Bursa Efek
14. Persamaan saham dengan obligasi adalah, kecuali:
A. Saham merupakan surat yang menunjukkan kepemilikan perusahaan bagi pemegangnya,
sedangkan pemegang obligasi menunjukkan kepemilikan piutang terhadap perusahaan.
B. Resiko pemegang saham sangat kecil, karena setiap saat dapat menjual kembali
sahamnya di Bursa Efek, sedangkan resiko bagi pemegang obligasi sangat besar karena
penerbit dapat dinyatakan pailit atas utang obligasinya yang tak terbayar.
C. Pemegang saham memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen, sedangkan pemegang
obligasi memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga.
D. Jangka waktu pemilikan saham tidak terbatas (selama perusahaan tidak bangkrut),
sedangkan pemilikan obligasi memiliki jangka waktu tertentu.
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir
Modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi yang tersajikan.
Arti tingkat penguasaan: 90-100% = Baik Sekali
80-89% = Baik
70-79% = Cukup
< 70% = Kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan dengan
kegiatan pada Pembelajaran berikutnya. Namun, jika masih dibawah 80% maka anda harus
mengulangi materi dalam Pembelajaran ini, terutama pada bagian yang belum dikuasai.
134