1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum...
Transcript of 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum...
1 |
2 |
Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2
Tuntutan
tersebut diatas didasari atas belum tersedianya
hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) 3 yang menjadi kewajiban Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
menyelenggarakannya, sebagaimana yang
diamanatkan dalam pasal 15 Undang Undang
Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. KLHS adalah salah satu instrumen
pencegahan pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup dan harus dilakukan sebelum
kegiatan AMDAL guna memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam rencana
kegiatan eksploitasi pertambangan emas terbuka
PT. SMM dan menentukan apakah rencana
kegiatan akan menyebabkan terlampauinya daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
1. Komitmen PT. SMM pada pembangunan
berwawasan lingkungan sebagaimana
dinyatakan dalam Surat Pengumuman tersebut
diatas adalah tidak memiliki dasar yang kuat
sama sekali. Hal itu dikarenakan PT. SMM patut
diduga telah melanggar perundang-undangan
peraturan terkait bidang lingkungan hidup,
kehutanan dan konservasi alam yang berlaku di
Indonesia sebagaimana uraian dibawah ini :
a. Melakukan kegiatan-kegiatan eksplorasi
dan rencana eksplotasi pertambangan emas
terbuka di dalam kawasan hutan alam
Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)
yang telah memiliki dasar hukum yang
sangat kuat 4. TNBG sendiri adalah
kawasan pelestarian alam yang memiliki
luas 108.000 hektar dan mempunyai nilai
konservasi keanekaragaman hayati global
dan bagian yang terintegrasi dalam sistim
penyangga kehidupan bagi kelangsungan
hidup masyarakat di Kabupaten Mandailing
Natal dan Tapanuli Selatan.5 Padahal
menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya dan
Australia (ASX- SIH) 2. This demand is based
on the unavailability of the Strategic
Environmental Review (SER) 3 , who became
liabilities of the Central Government and Local
Government of Government of Indonesia to
execute, as mandated in Article 15 of the
Government of Indonesia Law No. 32 in 2009
on the Protection and Management of the
Environment. SER is an prevention instrument
of pollution and environmental damage and
must be done prior to the EIA to ensure that
the principles of sustainable development has
become a basic and integrated in an open pit
gold mining exploitation planned by SMM
and determine whether the planned activities
will lead to exceeding the environment
carrying capacity.
1. SMM commitments on environmentally sound
development as stated in the announcement
letter above is no solid basis at all. That was
caused by SMM reasonably suspected to have
violated laws related to environmental, forestry
and nature conservation regulations in force in
Indonesia as a description below:
a. Conduct exploration activities and an open
gold mining exploitation plans in the natural
forests of Batang Gadis National Park
(BGNP), which already has a very strong
legal basis 4 . BGNP itself is a nature
conservation area which has an area of
108.000 hectares and has a value of globally
biodiversity conservation and integrated
part in the life support system for the
communities survival in the Mandailing
Natal and South Tapanuli District.5 In fact,
according to Law No. 5 /1990 concerning
Natural Resources and the Ecosystems and
Government Regulation No. 68 / 1998
concerning Nature Reserve and Nature
Consrvation Area stated that, exploration
and exploitation of gold mines, let alone
carried out by open-pit mining method is
prohibited in the Natural Conservation
Area, including the National Park Area.
3 |
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun
1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi pertambangan
emas, apalagi dilakukan dengan metode
pertambangan terbuka dilarang dilakukan
di Kawasan Pelestarian Alam, termasuk
Kawasan Taman Nasional.
b. PT. SMM tidak mempunyai Ijin
Penggunaan Kawasan Hutan dari
Kementerian Kehutanan. Konsekuensinya
dengan tidak adanya perizinan ini, PT.
SMM merugikan negara, karena tidak
membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penggunaan Kawasan Hutan, sebagaimana
saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah
No 24 Tahun 2009 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan untuk melakukan kegiatan
pembangunan non kehutanan, seperti
kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi
pertambangan emas. Perijinan penggunaan
kawasan untuk kegiatan eksplorasi PT.
Sorikmas Mining dalam Kawasan Hutan
Lindung dan Hutan Produksi telah berakhir
pada tanggal 16 Desember 1999 dan tidak
pernah perpanjangan lagi sampai saat
pembentukan Kawasan Taman Nasional
pada tahun 2004. PT. SMM merupakan
salah satu dari 13 perusahaan tambang yang
sesuai dengan Keputusan Presiden No. 41
Tahun 2004 dapat melanjutkan kegiatan
pertambangan di kawasan Hutan Lindung,
sepanjang mendapat ijin penggunaan
kawasan hutan dari Menteri Kehutanan.
Apabila tidak mendapatkan ijin dari Menteri
Kehutanan, kegiatan pertambangan dapat
diartikan tidak sah (ilegal).
c. Adanya indikasi penebangan kayu untuk
kegiatan eksplorasi pertambangan tanpa
memiliki Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu di lokasi eksplorasi pertambangan PT.
SMM yang dikategorikan Areal
Penggunaan Lain dan Kawasan Hutan
Lindung. Disamping itu terjadinya kegiatan
b. SMM does not have a Forest Area Licence
Use from the Ministry of Forestry and its
consequences in the absence of licensing,
SMM harm the state, because it does not
pay the Non-Tax State Revenues Forest
Area Use, as is now stipulated in
Government Regulation No. 24 in 2009 on
the Forest Area Use for non-forestry
development activities, such as the gold
mines exploration and exploitation.
Permitting for forest use for exploration
SMM in Protection Forest Area and
Production Forest Areas ended on
December 16, 1999 and never again
extended until the formation of Batang
Gadis National Park in 2004. SMM is one
of 13 mining companies in accordance with
Presidential Decree No. 41 / 2004 may
continue the mining activities in the
protection forests area, along there are a
forest use permit from the Ministry of
Forestry. If not get a permit from the
Ministry of Forestry, illegal gold mining
activities can be interpreted.
c. Indications of timber logging to mining
exploration activities without having a
license Timber Forest Product Utilization in
mining exploration site of .SMM is
categorized Other Use Areas and Protection
Forest Area. Besides, the occurrence of
forest clearing in the region Contract of
Work SMM that overlap with the Batang
Gadis National Park areas.
d. The existence of the physical construction
of the buildings in the protection forest area
to support the gold mines exploration
activities of SMM who allegedly did not
have a Building Permit Licence.
e. The use of working tools for the exploration
of gold mining in forest areas that allegedly
do not have permission from the authorities,
especially the Ministry of Forestry.
4 |
perambahan hutan di wilayah Kontrak
Karya PT. SMM yang tumpang tindih
dengan Taman Nasional Batang Gadis atau
terjadi pembiaran kegiatan perambahan
hutan oleh PT.SMM
d. Adanya pendirian bangunan fisik di
Kawasan Hutan Lindung untuk mendukung
kegiatan eksplorasi PT. SMM yang diduga
tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB).
e. Penggunaan alat-alat kerja untuk kegiatan
eksplorasi pertambangan emas di dalam
kawasan hutan yang diduga tidak memiliki
ijin dari pihak berwenang, khususnya
Kementerian Kehutanan.
f. Rencana eksploitasi pertambangan emas
dengan pola terbuka sebagaimana Surat
Pengumuman tersebut diatas yang lokasinya
dikategorikan sebagai Kawasan Hutan
Lindung juga melanggar Pasal 5 huruf (b)
dalam Peraturan Pemerintah No 24 Tahun
2009 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
yang menyatakan, bahwa di Kawasan Hutan
Lindung hanya diperbolehkan
pertambangan dengan pola pertambangan
bawah tanah (tertutup) dan dilarang
menimbulkan berubahnya fungsi pokok
kawasan hutan secara permanen, turunnya
permukaan tanah dan terjadinya kerusakan
akuiver air tanah. Dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah tersebut juga dinyatakan, bahwa
penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan sebagaimana halnya kegiatan
pertambangan emas hanya dapat dilakukan
di Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan
Hutan Produksi. Ini dapat diartikan bahwa
kegiatan pertambangan emas tidak dapat
dilakukan di Kawasan Pelestarian Alam
Taman Nasional, khususnya bedasarkan
Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistimnya dan Peraturan Pemerintah
f. Plan a gold mining exploitation with open-
pit system as the above announcement letter
that its location is categorized as Protected
Forest Area also violate the letter of Article
5 (b) of Government Regulation No. 24 /
2009 about the Forest Use which states, that
in the Protected Forest Area mining is
allowed only with underground mining
system and banned from causing changes to
the principal functions of forest areas
permanently, the lower surface of the soil
and ground water aquiver damage. In
Article 3 of Government Regulation No. 24
/ 2009 also states that, the use of forest
areas to development interests outside the
forestry activities as well as gold mining
activities can only be done in the Protected
Forest Area and Production Forest
Area. This may imply that the gold mining
activities can not be done at the Natural
Conservation Area National Park, based
on Law No. 5 Year 1990 regarding
Conservation and Natural Resources and
Government Regulation No 68 Year 1998
concerning Nature Reserve and Natural
Conservation Area.
g. Description in item (a) to (f) above shows,
that the gold mining exploitation activities
to be carried out by SMM do not obey the "
biodiversity principle ", one of principle of
protection and environmental management
in Act No. 32 In 2009.6
2. Demand SMM does not conduct exploration
and exploitation of gold-mining plan with the
open pit system in the natural forests of
Batang Gadis National Park. This area had
already been so long a conflict of interest
between the nature conservation interests and
of the extractive exploitative gold mining
development. 7 Although, Supreme Court
Decisions published dated September 17,
2008, which legally normative cancel
Minister of Forestry Decree No SK-
126/Menhut / II/2004 regarding appointment
5 |
6 |
LAMPIRAN 1. DAFTAR NAMA/INSTANSI
1. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
2. Menteri Kehutanan Republik Indonesia
3. Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia
4. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia
5. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia
6. Ketua Satuan Tugas Mafia Hukum Republik
Indonesia
7. Gubernur Sumatera Utara
8. Kepala Kepolisian Daerah Provinsi Sumatera
Utara
9. Bupati Mandailing Natal Provinsi Sumatera
Utara
10. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam – Kementerian Kehutanan
11. Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan
Panas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral
12. Deputi Menteri Lingkungan Hidup Urusan
Pengkajian Dampak Lingkungan -
Kementerian Lingkungan Hidup
13. Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara
14. Direktur Konservasi Kawasan Ditjen
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam –
Kementerian Kehutanan
15. Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral
dan Batu Bara, Ditjen Mineral, Batubara dan
Panas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral
16. Kepala Balai Taman Nasional Batang Gadis,
Kementerian Kehutanan
17. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten
Mandailing Natal
18. Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Kabupaten Mandailing Natal
19. Chief of Executive PT. Aneka Tambang
Tbk.
20. Direktur PT.Sorikmas Mining
21. Chief of Executive Sihayo Gold Limited
22. Australian Stock Exchange Limited
23. PT. Bursa Efek Indonesia Tbk
APPENDIX 1. LIST NAME / INSTITUTION /
1. Chairman of the Indonesian Supreme Court
2. Minister of Forestry of the Government of
Indonesia
3. Minister of Environment of the Government
of Indonesia
4. Minister of Energy and Mineral Resources of
the Government of Indonesia
5. Chairman of the Judicial Commission of the
Government of Indonesia
6. Chairman of Task Force of Legal Mafia
Combat of the Government of Indonesia
7. Governor of North Sumatra
8. Chief of Provincial Police of North Sumatra
Province
9. Head of Regency of the Government of
Mandailing Natal, North Sumatra Province
10. Director General of Forest Protection and
Nature Conservation - Ministry of Forestry
11. Director General of Mineral, Coal and
Geothermal, Ministry of Energy and Mineral
Resources
12. Deputy Minister of Environmental
Environmental Impact Assessment Affairs -
Ministry of Environment
13. Head of Regional Environmental Impact
Management Agency of North Sumatera
Province
14. Conservation Area Director of the Directorate
General of Forest Protection and Nature
Conservation - Ministry of Forestry
15. Director of Business Development of Mineral
and Coal, Directorate General of Mineral,
Coal and Geothermal, Ministry of Energy and
Mineral Resources
16. Chief of the Batang Gadis National Park
Authority, Ministry of Forestry
17. Head of District Forestry Office Mandailing
Natal
18. Head of Environmental Impact Management
Agency of Mandailing Natal Regency
19. Chief of Executive of PT. Aneka Tambang
Tbk.
20. Director of Sorikmas Mining Ltd.
7 |
24. Pos Pengaduan Lingkungan Provinsi
Sumatera Utara
25. Para Anggota Koalisi Penyelamatan Ekosistem
Taman Nasional Batang Gadis/ Perkumpulan
Samudera/ Green Peace Indonesia/Jaringan
Advokasi Tambang/ Indonesia Center for
Environmental Law/Organisasi Konservasi
Rakyat/ Telapak Sumatera Utara /Yayasan Bina
Alam Indonesia
26. Media Press Indonesia/Harian Kompas/Harian
Waspada/Medan Bisnis/Harian Analisa/ Harian
Jakarta Post
27. Media Press Australia/The Australian/The
Sunday Telegraph/The Daily Telegraph/
Sydney Morning Herald
21. Chief of Executive Sihayo Gold Limited
22. Australian Stock Exchange Limited
23. Indonesian Stock Exchange Limited
24. North Sumatra Provincial Environmental
Complaints Post
25. Members of Batang Gadis National Park
Ecosystem Rescuing Coalition/vSamudra
Society / Indonesian Green Peace / Mining
Advocacy Network / Indonesian Center for
Environmental Law / People Conservation
Organizations / Bina Alam Indonesia
Foundation /Telapak Society North Sumatra
26. Media Press in Indonesia / Kompas Daily /
Waspada / Medan Bisnis Daily / Analisa
Daily / Jakarta Post
27. Media Press in Australia / The Australian /
The Sunday Telegraph / The Daily Telegraph
/ Sydney Morning Herald
8 |
CATATAN AKHIR :
1 Koalisi Penyelamatan Ekosistem Taman Nasional
Batang Gadis atau disingkat KoEksis Batang Gadis
adalah kumpulan organisasi non pemerintah yang
peduli dan berkomitmen dalam melakukan pembelaan
untuk menyelamatkan keutuhan ekosistem Taman
Nasional Batang Gadis dari kegiatan-kegiatan
ekonomi bersifat ekstraktif eksploitatif. Koalisi ini
dibentuk pada bulan Juni 2010 yang terdiri dari
Yayasan Bitra Indonesia, Green Peace Indonesia,
Jaringan Advokasi Tambang, Perkumpulan Telapak,
Indonesia Center for Environmental Law, Organisasi
Konservasi Rakyat, Yayasan Bina Alam Indonesia
dan Perkumpulan Samudra. Koalisi ini dipimpin oleh
Yayasan Bitra Indonesia yang berkedudukan di
Medan.
2 Mayoritas kepemilikan saham Sihayo Gold Ltd,
diantaranya Summit Investment Pty Ltd, HSBC
Custody Nominees Australia, ANZ Nominees Ltd,
IndoAust Mining Ltd, Mr Chee Siew Yaw, dan
FATS Pty, Ltd.
3 Berdasarkan Undang Undang No. 32 Tahun 2009,
kajian lingkungan hidup strategis yang selanjutnya
disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. KHLS menjadi
penting dilakukan karena kegiatan eksploitasi
pertambangan emas dengan pola terbuka yang akan
dilakukan oleh PT.SMM di kawasan hutan alam
Taman Nasional Batang Gadis dan Hutan Lindung
berpotensi tinggi menimbulkan dampak dan atau
resiko lingkungan hidup, khususnya pada aspek-aspek
perubahan iklim; kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati; peningkatan
intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir,
longsor, kekeringan; penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam; peningkatan alih fungsi kawasan
hutan; peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat; dan peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia. KLHS memuat
kajian (a). kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan; (b). perkiraan
mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; (c).
END NOTES :
1 Batang Gadis National Park Ecosystem Rescuing
Coalition is a coalition of non-governmental
organization, that cares and is committed in defense
to save the ecological integrity of the Batang Gadis
National Park ecosystem from extractive exploitative
economic activities. This coalition was formed in
June 2010 consisting of Bitra Indonesia Foundation,
Indonesian Green Peace, Mining Advocacy Network,
Telapak Association, Indonesian Center for
Environmental Law, People Conservation
Organization, Bina Alam Indonesia Foundation, and
Samudra Society. The coalition is led by the
Foundation Bitra Indonesia based in Medan.
2
The majority shareholding of Sihayo Gold
Limited, of which Summit Investment Pty Ltd,
HSBC Custody Nominees Australia, ANZ Nominees
Ltd, IndoAust Mining Ltd., Mr. Yaw Chee Siew, and
FATS Pty, Ltd.
3 Under Indonesian Law No. 32 / 2009, Strategic
Environmental Assessment herein after abbreviated
SER is a series of systematic analysis, holistic, and
participatory to ensure that the principles of
sustainable development has become a basic and
integrated in the development of a region and / or
policies, plans, and / or program. SER become
important since the gold mining exploitation
activities with an open pit system, that will be done
by SMM. Its have high potential impact and / or
environmental risks in natural forests of Batang
Gadis National Parks and Protection Areas,
particularly on aspects of climate change; damage,
degeneration, and / or extinction of biodiversity;
increase in intensity and coverage area floods,
landslides, drought, decline in quality and abundance
of natural resources; increase over the function of
forest area, increasing the number of poor or
endangerment of the sustainability of livelihood
groups in the population, and increased risk of health
and human safety. The SER includes studies of
(a). the carrying capacity and environmental capacity
for development; (b). estimates of the impact and
environmental risk, (c). performance of ecosystem
services; (d) natural resources utilization efficiency,
(e). levels of vulnerability and adaptive capacity to
climate change, and (f) level of resilience and
potential of biodiversity. Results SER according to
9 |
kinerja layanan/jasa ekosistem; (d) efisiensi
pemanfaatan sumber daya alam; (e). tingkat
kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan
iklim; dan (f) tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati. Hasil KLHS menurut
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 akan menentukan
segala usaha dan atau kegiatan diperbolehkan atau
tidak diperbolehkan untuk dilanjutkan berdasarkan
hasil kajian daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. 4 Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) terletak di
Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera
Utara. Penunjukan TNBG menjadi Kawasan
Pelestarian Alam ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kehutanan RI No. SK.126/Menhut-II/2004.
Landasan hukum TNBG semakin diperkuat dengan
adanya Keputusan Menteri Kehutanan
No.SK.44/Menhut-II/2005 tentang Penunjukan
Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara
seluas ± 3.742.120 Hektar tanggal 16 Februari 2005,
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 7
Tahun 2003 tanggal 28 Agustus 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2003 – 2018 dan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 201/Menhut-II/2006 tanggal 5 Juni
2006 tentang Perubahan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 44 tahun 2005. Terakhir, TNBG telah
ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Lindung
Nasional sebagaimana tertuang pada Lampiran VIII
dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional.
5 TNBG oleh para pakar biologi didefinisikan sebagai
salah satu dari 62 lokasi kawasan kunci biodiversitas
(key biodiversity area) yang masih tersisa di Pulau
Sumatera. Di daerah ini hidup semua jenis hidupan
liar yang spektakuler di Sumatera seperti harimau
Sumatera, tapir, kambing hutan, siamang dan
kemungkinan besar masih dapat ditemukan orangutan
Sumatera. Di kawasan TNBG ini terdapat 47 jenis
mamalia khas Sumatera, diantaranya 26 jenis
dikategorikan jenis mamalia yang dilindungi undang-
undang dan terancam punah secara global. Disamping
itu terdapat 247 jenis burung, Dari 247 jenis tersebut,
47 merupakan jenis burung yang dilindungi undang-
undang Indonesia, tujuh jenis secara global terancam
punah, 12 jenis mendekati terancam punah. Dari total
jenis burung yang ditemukan 13 jenis merupakan
burung yang memberi kontribusi pada terbentuknya
Indonesian Law No. 32 / 2009 will determine all the
effort and / or activities are allowed or not allowed to
proceed based on the results of studies carrying
capacity of the environment.
4 Batang Gadis National Park (BGNP) is located in
Mandailing Natal Regency, North Sumatra
Province. Designation of BGNP Nature
Conservation Area be determined by the Minister of
Forestry Decree No. SK.126/Menhut-II/2004. BGNP
legal basis strengthened by the Decree of the
Minister of Forestry No.SK.44/Menhut-II/2005 on
Appointment of Forest Area in North Sumatra
Province Region of ± 3.74212 million hectares, dated
February 16, 2005, North Sumatera Provincial
Regulation No. 7 Year 2003 on August 28, 2003 on
Spatial Planning of North Sumatra Province in 2003-
2018 and the Ministerial Decree No.201/Menhut-
II/2006 dated June 5, 2006 on Amendment to
Ministerial Decree No. 44 in 2005. Finally, the
BGNP already established as one of the National
Protected Area as contained in Appendix VIII in
Indonesian Government Regulation No. 26 / 2008 of
the National Spatial Plan.
5 BGNP is defined by naturalist and biology experts
as one of 62 key biodiversity areas still remaining on
the island of Sumatra. In this region live all kinds of
spectacular wildlife in Sumatra such as Sumatran
tigers, tapirs, goats forest, chances are Sumatran
orangutans can still be found. BGNP In this region
there are 47 species of mammals typical of Sumatra,
including 26 species classified as protected mammals
laws and globally endangered. In addition there are
247 species of birds, 247 species of these, 47 are
protected bird species Indonesian law, the seven
species globally threatened extinction , 12 species
near threatened with extinction. Of the total bird
species found in 13 species of birds that are
contributing to formation of Important Bird
Areas.Besides, in BGNP also found 1.500 beneficial
microbes as a raw material medicine and food of the
future. BGNP also has the highest diversity of
vascular plant species in the world, noted in the
study sample plot area of 200 square meters can be
found 222 vascular plant species. BGNP forest is
also a water catchment area which is very valuable to
maintain regular water supply for more than 413,000
peoples living in 386 villages in 23 districts in
Mandailing Natal Regency. From the results of cost
10 |
Daerah Penting Burung (Important Bird Area).
Disamping itu di TNBG juga ditemukan 1.500
mikroba yang bermanfaat sebagai bahan baku obat-
obatan dan pangan masa depan. TNBG juga
mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan
berpembuluh tertinggi di dunia, tercatat dalam petak
cuplikan penelitian seluas 200 meter persegi dapat
ditemukan 222 jenis tumbuhan berpembuluh.Kawasan
hutan TNBG juga merupakan kawasan tangkapan air
yang sangat berharga untuk menjaga ketersediaan air
secara teratur bagi lebih dari 413.000 jiwa orang
yang hidup di 386 desa pada 23 kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal. Dari hasil analisis
manfaat dan biaya (cost and benefit) yang dilakukan
Conservation International dapat diketahui bahwa
estimasi manfaat ekonomi bersih dengan adanya
pembentukan TNBG bernilai Rp.50 milyar per tahun.
Disamping itu, nilai manfaat ekonomi dari kegiatan
ekonomi yang sifatnya ekstraktif - skala besar –
berdurasi pendek pendek, seperti pemanenan hasil
hutan kayu melalui Ijin Usaha Pemanfataan Hasil
Hutan Kayu dan eksploitasi pertambangan emas
hanya memberikan total nilai ekonomi sebesar
Rp.121,3 milyar/tahun. Nilai ini lebih kecil
dibandingkan dengan nilai akumulasi manfaat
ekonomi dari jasa lingkungan yang diperoleh secara
lebih berkelanjutan berjangka panjang lintas generasi
seperti hasil hutan non kayu (karet, rotan, kopi, kayu
manis, sarang burung walet, aren, durian), potensi
ekowisata, daerah aliran sungai, simpanan karbon, dan
keanekaragaman hayati yang keseluruhannya
mencapai Rp. 265,5 milyar per- tahun atau nilai
manfaat ini 2 kali lebih besar dari kegiatan yang
bersifat ekstraktif - eksploitatif. Nilai ini juga
memperlihatkan bahwa TNBG dikategorikan juga
sebagai “kawasan dengan manfaat sosial”, karena
memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam
pengadaan subsidi ekologis melalui ketersediaan jasa-
jasa lingkungannya atau prasarana ekologis bagi
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madina maupun
kelangsungan penghidupan masyarakat luas. Nilai
manfaat dari jasa lingkungan yang disediakan TNBG,
jauh lebih tinggi dan lebih banyak disumbangkan
kepada banyak pihak secara lintas generasi, jika
dibandingkan dengan manfaat langsung yang sifatnya
eksploitatif jangka pendek seperti pertambangan
emas. Dari hasil kajian valuasi ekonomi juga
menunjukan, nilai manfaat ekonomi tidak langsung
dari TNBG sebagai pencegah banjir, erosi, dan tanah
longsor sebesar Rp 24.8 milyar per tahun, dengan
faktor diskonto 10 % dalam 25 tahun nilai (NPV)
benefit analysis (cost and benefits) can be seen that
the estimated net economic benefit to the formation
of BGNP worth IDR.50 billion per year. In addition,
the value of economic benefits from the extractive
economic activity such as harvesting timber forest
products and gold mining exploitation only gives the
total economic value of IDR.121,3 billion per-year
. This value is smaller than the accumulated value of
the economic benefits of environmental services
provided in a more sustainable long-term, cross-
generation, such as non-timber forest products
(rubber, rattan, coffee, cinnamon, swallow nest,
palm, durian), the potential for ecotourism, the
region river flow, carbon deposits, and overall
biodiversity reached IDR 265,5 billion per year or
the value of this benefit, two times greater than the
character of extractive exploitative economic
activities. This value is also shown that BGNP also
categorized as an "area with significant social
benefits", since it provides a very significant
contribution in the provision of ecological subsidies
through availability of environmental services or
ecological infrastructure for sustainable economic
growth and sustainable livelihoods in Mandailing
Natal District. The value of the benefits of
environmental services provided BGNP, much
higher and more donated to the many parties across
generations, as compared with the direct benefits of
short-term exploitative nature such as gold
mining. From the results of economic valuation
studies also showed, the value of indirect economic
benefits from BGNP as mitigating floods, erosion,
and landslides amounted to IDR 24.8 billion per
year, with a discount factor of 10% in 25 year value
(NPV) reached IDR 225 billion. This means, that in
25 years, Madina District Government can save IDR
225 billion with no "wasteful financing" for disaster
recovery activities such as floods, landslides and
erosion. From the side benefit BGNP as household
water demand to reach IDR 7 billion annually and
with a constant price level and the discount factor of
10%, this value (NPV) within a period of 25 years to
reach USD 63 billion. This means, the people and
Government of Mandailing Natal Regency in 25
years could save or do not experience loss of IDR. 63
billion with the benefit of ecological infrastructure
BGNP as natural water storage.
6 What is meant by "the principle of biological
diversity" means that the protection and management
11 |
mencapai Rp 225 milyar. Ini berarti, bahwa dalam 25
tahun, Pemerintah Kabupaten Madina dapat
menghemat Rp. 225 milyar dengan tidak dikeluarkan
pembiayaan “mubazir” untuk kegiatan pemulihan
bencana banjir, longsor dan erosi. Dari sisi manfaat
TNBG sebagai kebutuhan air rumah tangga yang
mencapai Rp 7 milyar pertahun dan dengan tingkat
harga konstan dan faktor diskonto 10%, nilai ini
(NPV) dalam jangka waktu 25 tahun mencapai Rp 63
milyar. Ini berarti, masyarakat dan Pemerintah
Kabupaten Madina dalam 25 tahun dapat menghemat
atau tidak mengalami kerugian Rp. 63 milyar dengan
adanya manfaat dari prasarana ekologis TNBG
sebagai penyimpan air secara alamiah. 6 Yang dimaksud dengan “asas keanekaragaman
hayati” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu
untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan
keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri
atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam
hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di
sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
7 Dalam konteks masalah tumpang tindih kepentingan
antara kawasan eksplorasi PT. Sorikmas Mining
(SMM) dengan pembentukan Kawasan TNBG,
sebenarnya Departemen Kehutanan sudah mengikuti
prosedur yang berlaku dalam pembentukan TNBG.
Penunjukan TNBG dilakukan pada saat ijin prinsip
penggunaan kawasan hutan yang diberikan kepada
PT. Sorikmas Mining melalui Surat Depertemen
Kehutanan No.804/A/ VIII/1998 sudah habis masa
berlakunya pada tanggal 16 Desember 1999. Ijin ini
tidak diperpanjang lagi sampai saat penunjukan
TNBG pada tahun 2004. Penegasan dilarangnya
kegiatan eksplorasi pertambangan emas di TNBG
dikuatkan dengan adanya Surat Menteri Kehutanan
No. S.25/Menhut-VII/2005 tanggal 25 Januari 2005
yang menjelaskan lokasi kontrak karya PT. SMM
seluas ± 33.721 hektar tidak dapat dilakukan kegiatan
eksplorasi pertambangan.
8 Putusan MA No. 29P/HUM/2004 memiliki beberapa
kejanggalan dalam hal prosedural yang sangat
mempengaruhi kepentingan Kementerian Kehutanan
dalam mempertahankan hak-nya dalam menjawab,
memberikan pendapat serta mempertahankan
peraturan perundang – undangan yang sedang diuji.
Putusan Mahkamah Agung bertentangan dengan
of the environment must take a concerted effort to
defend the existence, diversity, and sustainability of
biological resources which consists of the natural
flora and fauna resources, together with the
surrounding elements non biology forming the
overall ecosystem.
7 In the context of the overlapping interests
problems between the exploration area of Contract
of Working Area of SMM with the formation of
Regions BGNP, actually the Department of Forestry
have followed the procedures applicable in the
formation of BGNP. The appointment was made
during BGNP principles to forest use permit granted
to SMM with Letter No.804/A/VIII/1998 Forestry
Department had expired on December 16, 1999.'s
License was not renewed until the time of
appointment BGNP in 2004. The assertion of
prohibiting mining exploration of gold in BGNP
strengthened by the letter Minister of Forestry No.
S.25/Menhut-VII/2005 dated January 25, 2005 which
describes the location of the Contract of Work SMM
of ± 33,721 hectares can not be carried out gold
mining exploration activities.
8 Decision of Supreme Court No. 29P/HUM/2004
has some procedural irregularities in this case, which
obviously affects the interests of the Ministry of
Forestry to defend his rights in the answer, give
opinions and to defend the laws - laws that are being
tested. Supreme Court's decision in conflict with
Supreme Court Rule No. 1 / 2004, includes a). The
right applicant judicial review, namely. SMM is a
legal entity and is not entitled to legal subjects and
the right of petition filed objections should come
from community groups or individuals, b). Judicial
review rights for applications has passed the filing
deadline, or have expired and c). In chapter II, article
3 paragraph (3) and (4) Supreme Court Rules
No. One year in 2004 states that the Registrar of the
Supreme Court "shall send a copy of the petition" to
the Respondent and the Respondent "must send or
submit an answer within 14 (fourteen) days since
received a copy of the petition". In its decision the
panel of judges did not cite all the answers /
arguments Respondent not even provide the
opportunity for the Respondent to respond to the
objections are that the interest of the Respondent to
be not at all be considered ". This is a conflict with
the provisions of Supreme Court Regulation No. 1
12 |
Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2004,
meliputi a). pemohon Hak Uji Materil (HUM), yaitu
PT. SMM adalah perusahaan berbadan hukum dan
bukanlah subyek hukum yang berhak mengajukan
HUM dan hak permohonan keberatan HUM harus
berasal dari kelompok masyarakat atau perorangan,
b). pengajuan permohonan Hak Uji Materil telah
melewati batas waktu pengajuan, atau telah
kaduluarsa dan c). Dalam bab II pasal 3 ayat (3) dan
(4) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2004
menyatakan bahwa Panitera Mahkamah Agung “wajib
mengirimkan salinan permohonan” kepada Termohon
dan Termohon “wajib mengirimkan atau
menyerahkan jawabannya dalam waktu 14 (empat
belas) hari sejak diterima salinan
permohonan”.Dalam putusannya Majelis Hakim tidak
mengutip sama sekali jawaban/argumentasi Termohon
bahkan tidak memberikan kesempatan kepada
Termohon untuk menanggapi permohonan keberatan
tersebut sehingga kepentingan Termohon menjadi
sama sekali tidak dapat dipertimbangkan “. Hal ini
menjadi bertentangan dengan ketentuan Peraturan
Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2004 sekaligus
mengingkari prinsip fairness dalam pemeriksaan
sebagaimana ketentuan Menimbang dalam Putusan
Mahkamah Agung. Selain itu, Putusan Mahkamah
Agung tersebut patut diduga telah melanggar kode
etik hakim, karena majelis hakim yang memutuskan
perkara tidak konsisten dalam menerapkan hukum
serta kurang memahami nilai filosofis, sosiologis dan
yuridis asal-usul Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK.126/Menhut-II/2004 sebagai landasan yuridis
penunjukan Kawasan Pelestarian Alam TNBG.
in 2004, at the same time deny the principle of
fairness in the examination as required Considering
the Supreme Court. In addition, the ruling of the
Supreme Court should be suspected of violating the
code of ethics of judges, because judges who decided
the case was not consistent in applying the law and
lack of understanding of the value of philosophical,
sociological and juridical origins of the Minister of
Forestry Decree No. SK.126/Menhut-II/2004 as a
juridical foundation BGNP Natural Conservation
Area designation.