1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum...

12

Transcript of 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum...

Page 1: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

1 |

Page 2: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

2 |

Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2

Tuntutan

tersebut diatas didasari atas belum tersedianya

hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS) 3 yang menjadi kewajiban Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah untuk

menyelenggarakannya, sebagaimana yang

diamanatkan dalam pasal 15 Undang Undang

Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. KLHS adalah salah satu instrumen

pencegahan pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup dan harus dilakukan sebelum

kegiatan AMDAL guna memastikan bahwa

prinsip pembangunan berkelanjutan telah

menjadi dasar dan terintegrasi dalam rencana

kegiatan eksploitasi pertambangan emas terbuka

PT. SMM dan menentukan apakah rencana

kegiatan akan menyebabkan terlampauinya daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

1. Komitmen PT. SMM pada pembangunan

berwawasan lingkungan sebagaimana

dinyatakan dalam Surat Pengumuman tersebut

diatas adalah tidak memiliki dasar yang kuat

sama sekali. Hal itu dikarenakan PT. SMM patut

diduga telah melanggar perundang-undangan

peraturan terkait bidang lingkungan hidup,

kehutanan dan konservasi alam yang berlaku di

Indonesia sebagaimana uraian dibawah ini :

a. Melakukan kegiatan-kegiatan eksplorasi

dan rencana eksplotasi pertambangan emas

terbuka di dalam kawasan hutan alam

Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)

yang telah memiliki dasar hukum yang

sangat kuat 4. TNBG sendiri adalah

kawasan pelestarian alam yang memiliki

luas 108.000 hektar dan mempunyai nilai

konservasi keanekaragaman hayati global

dan bagian yang terintegrasi dalam sistim

penyangga kehidupan bagi kelangsungan

hidup masyarakat di Kabupaten Mandailing

Natal dan Tapanuli Selatan.5 Padahal

menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya dan

Australia (ASX- SIH) 2. This demand is based

on the unavailability of the Strategic

Environmental Review (SER) 3 , who became

liabilities of the Central Government and Local

Government of Government of Indonesia to

execute, as mandated in Article 15 of the

Government of Indonesia Law No. 32 in 2009

on the Protection and Management of the

Environment. SER is an prevention instrument

of pollution and environmental damage and

must be done prior to the EIA to ensure that

the principles of sustainable development has

become a basic and integrated in an open pit

gold mining exploitation planned by SMM

and determine whether the planned activities

will lead to exceeding the environment

carrying capacity.

1. SMM commitments on environmentally sound

development as stated in the announcement

letter above is no solid basis at all. That was

caused by SMM reasonably suspected to have

violated laws related to environmental, forestry

and nature conservation regulations in force in

Indonesia as a description below:

a. Conduct exploration activities and an open

gold mining exploitation plans in the natural

forests of Batang Gadis National Park

(BGNP), which already has a very strong

legal basis 4 . BGNP itself is a nature

conservation area which has an area of

108.000 hectares and has a value of globally

biodiversity conservation and integrated

part in the life support system for the

communities survival in the Mandailing

Natal and South Tapanuli District.5 In fact,

according to Law No. 5 /1990 concerning

Natural Resources and the Ecosystems and

Government Regulation No. 68 / 1998

concerning Nature Reserve and Nature

Consrvation Area stated that, exploration

and exploitation of gold mines, let alone

carried out by open-pit mining method is

prohibited in the Natural Conservation

Area, including the National Park Area.

Page 3: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

3 |

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun

1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi pertambangan

emas, apalagi dilakukan dengan metode

pertambangan terbuka dilarang dilakukan

di Kawasan Pelestarian Alam, termasuk

Kawasan Taman Nasional.

b. PT. SMM tidak mempunyai Ijin

Penggunaan Kawasan Hutan dari

Kementerian Kehutanan. Konsekuensinya

dengan tidak adanya perizinan ini, PT.

SMM merugikan negara, karena tidak

membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penggunaan Kawasan Hutan, sebagaimana

saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah

No 24 Tahun 2009 tentang Penggunaan

Kawasan Hutan untuk melakukan kegiatan

pembangunan non kehutanan, seperti

kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi

pertambangan emas. Perijinan penggunaan

kawasan untuk kegiatan eksplorasi PT.

Sorikmas Mining dalam Kawasan Hutan

Lindung dan Hutan Produksi telah berakhir

pada tanggal 16 Desember 1999 dan tidak

pernah perpanjangan lagi sampai saat

pembentukan Kawasan Taman Nasional

pada tahun 2004. PT. SMM merupakan

salah satu dari 13 perusahaan tambang yang

sesuai dengan Keputusan Presiden No. 41

Tahun 2004 dapat melanjutkan kegiatan

pertambangan di kawasan Hutan Lindung,

sepanjang mendapat ijin penggunaan

kawasan hutan dari Menteri Kehutanan.

Apabila tidak mendapatkan ijin dari Menteri

Kehutanan, kegiatan pertambangan dapat

diartikan tidak sah (ilegal).

c. Adanya indikasi penebangan kayu untuk

kegiatan eksplorasi pertambangan tanpa

memiliki Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu di lokasi eksplorasi pertambangan PT.

SMM yang dikategorikan Areal

Penggunaan Lain dan Kawasan Hutan

Lindung. Disamping itu terjadinya kegiatan

b. SMM does not have a Forest Area Licence

Use from the Ministry of Forestry and its

consequences in the absence of licensing,

SMM harm the state, because it does not

pay the Non-Tax State Revenues Forest

Area Use, as is now stipulated in

Government Regulation No. 24 in 2009 on

the Forest Area Use for non-forestry

development activities, such as the gold

mines exploration and exploitation.

Permitting for forest use for exploration

SMM in Protection Forest Area and

Production Forest Areas ended on

December 16, 1999 and never again

extended until the formation of Batang

Gadis National Park in 2004. SMM is one

of 13 mining companies in accordance with

Presidential Decree No. 41 / 2004 may

continue the mining activities in the

protection forests area, along there are a

forest use permit from the Ministry of

Forestry. If not get a permit from the

Ministry of Forestry, illegal gold mining

activities can be interpreted.

c. Indications of timber logging to mining

exploration activities without having a

license Timber Forest Product Utilization in

mining exploration site of .SMM is

categorized Other Use Areas and Protection

Forest Area. Besides, the occurrence of

forest clearing in the region Contract of

Work SMM that overlap with the Batang

Gadis National Park areas.

d. The existence of the physical construction

of the buildings in the protection forest area

to support the gold mines exploration

activities of SMM who allegedly did not

have a Building Permit Licence.

e. The use of working tools for the exploration

of gold mining in forest areas that allegedly

do not have permission from the authorities,

especially the Ministry of Forestry.

Page 4: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

4 |

perambahan hutan di wilayah Kontrak

Karya PT. SMM yang tumpang tindih

dengan Taman Nasional Batang Gadis atau

terjadi pembiaran kegiatan perambahan

hutan oleh PT.SMM

d. Adanya pendirian bangunan fisik di

Kawasan Hutan Lindung untuk mendukung

kegiatan eksplorasi PT. SMM yang diduga

tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB).

e. Penggunaan alat-alat kerja untuk kegiatan

eksplorasi pertambangan emas di dalam

kawasan hutan yang diduga tidak memiliki

ijin dari pihak berwenang, khususnya

Kementerian Kehutanan.

f. Rencana eksploitasi pertambangan emas

dengan pola terbuka sebagaimana Surat

Pengumuman tersebut diatas yang lokasinya

dikategorikan sebagai Kawasan Hutan

Lindung juga melanggar Pasal 5 huruf (b)

dalam Peraturan Pemerintah No 24 Tahun

2009 tentang Penggunaan Kawasan Hutan

yang menyatakan, bahwa di Kawasan Hutan

Lindung hanya diperbolehkan

pertambangan dengan pola pertambangan

bawah tanah (tertutup) dan dilarang

menimbulkan berubahnya fungsi pokok

kawasan hutan secara permanen, turunnya

permukaan tanah dan terjadinya kerusakan

akuiver air tanah. Dalam Pasal 3 Peraturan

Pemerintah tersebut juga dinyatakan, bahwa

penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan pembangunan di luar kegiatan

kehutanan sebagaimana halnya kegiatan

pertambangan emas hanya dapat dilakukan

di Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan

Hutan Produksi. Ini dapat diartikan bahwa

kegiatan pertambangan emas tidak dapat

dilakukan di Kawasan Pelestarian Alam

Taman Nasional, khususnya bedasarkan

Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistimnya dan Peraturan Pemerintah

f. Plan a gold mining exploitation with open-

pit system as the above announcement letter

that its location is categorized as Protected

Forest Area also violate the letter of Article

5 (b) of Government Regulation No. 24 /

2009 about the Forest Use which states, that

in the Protected Forest Area mining is

allowed only with underground mining

system and banned from causing changes to

the principal functions of forest areas

permanently, the lower surface of the soil

and ground water aquiver damage. In

Article 3 of Government Regulation No. 24

/ 2009 also states that, the use of forest

areas to development interests outside the

forestry activities as well as gold mining

activities can only be done in the Protected

Forest Area and Production Forest

Area. This may imply that the gold mining

activities can not be done at the Natural

Conservation Area National Park, based

on Law No. 5 Year 1990 regarding

Conservation and Natural Resources and

Government Regulation No 68 Year 1998

concerning Nature Reserve and Natural

Conservation Area.

g. Description in item (a) to (f) above shows,

that the gold mining exploitation activities

to be carried out by SMM do not obey the "

biodiversity principle ", one of principle of

protection and environmental management

in Act No. 32 In 2009.6

2. Demand SMM does not conduct exploration

and exploitation of gold-mining plan with the

open pit system in the natural forests of

Batang Gadis National Park. This area had

already been so long a conflict of interest

between the nature conservation interests and

of the extractive exploitative gold mining

development. 7 Although, Supreme Court

Decisions published dated September 17,

2008, which legally normative cancel

Minister of Forestry Decree No SK-

126/Menhut / II/2004 regarding appointment

Page 5: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

5 |

Page 6: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

6 |

LAMPIRAN 1. DAFTAR NAMA/INSTANSI

1. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia

2. Menteri Kehutanan Republik Indonesia

3. Menteri Lingkungan Hidup Republik

Indonesia

4. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Republik Indonesia

5. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia

6. Ketua Satuan Tugas Mafia Hukum Republik

Indonesia

7. Gubernur Sumatera Utara

8. Kepala Kepolisian Daerah Provinsi Sumatera

Utara

9. Bupati Mandailing Natal Provinsi Sumatera

Utara

10. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam – Kementerian Kehutanan

11. Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan

Panas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral

12. Deputi Menteri Lingkungan Hidup Urusan

Pengkajian Dampak Lingkungan -

Kementerian Lingkungan Hidup

13. Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara

14. Direktur Konservasi Kawasan Ditjen

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam –

Kementerian Kehutanan

15. Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral

dan Batu Bara, Ditjen Mineral, Batubara dan

Panas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral

16. Kepala Balai Taman Nasional Batang Gadis,

Kementerian Kehutanan

17. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten

Mandailing Natal

18. Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Kabupaten Mandailing Natal

19. Chief of Executive PT. Aneka Tambang

Tbk.

20. Direktur PT.Sorikmas Mining

21. Chief of Executive Sihayo Gold Limited

22. Australian Stock Exchange Limited

23. PT. Bursa Efek Indonesia Tbk

APPENDIX 1. LIST NAME / INSTITUTION /

1. Chairman of the Indonesian Supreme Court

2. Minister of Forestry of the Government of

Indonesia

3. Minister of Environment of the Government

of Indonesia

4. Minister of Energy and Mineral Resources of

the Government of Indonesia

5. Chairman of the Judicial Commission of the

Government of Indonesia

6. Chairman of Task Force of Legal Mafia

Combat of the Government of Indonesia

7. Governor of North Sumatra

8. Chief of Provincial Police of North Sumatra

Province

9. Head of Regency of the Government of

Mandailing Natal, North Sumatra Province

10. Director General of Forest Protection and

Nature Conservation - Ministry of Forestry

11. Director General of Mineral, Coal and

Geothermal, Ministry of Energy and Mineral

Resources

12. Deputy Minister of Environmental

Environmental Impact Assessment Affairs -

Ministry of Environment

13. Head of Regional Environmental Impact

Management Agency of North Sumatera

Province

14. Conservation Area Director of the Directorate

General of Forest Protection and Nature

Conservation - Ministry of Forestry

15. Director of Business Development of Mineral

and Coal, Directorate General of Mineral,

Coal and Geothermal, Ministry of Energy and

Mineral Resources

16. Chief of the Batang Gadis National Park

Authority, Ministry of Forestry

17. Head of District Forestry Office Mandailing

Natal

18. Head of Environmental Impact Management

Agency of Mandailing Natal Regency

19. Chief of Executive of PT. Aneka Tambang

Tbk.

20. Director of Sorikmas Mining Ltd.

Page 7: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

7 |

24. Pos Pengaduan Lingkungan Provinsi

Sumatera Utara

25. Para Anggota Koalisi Penyelamatan Ekosistem

Taman Nasional Batang Gadis/ Perkumpulan

Samudera/ Green Peace Indonesia/Jaringan

Advokasi Tambang/ Indonesia Center for

Environmental Law/Organisasi Konservasi

Rakyat/ Telapak Sumatera Utara /Yayasan Bina

Alam Indonesia

26. Media Press Indonesia/Harian Kompas/Harian

Waspada/Medan Bisnis/Harian Analisa/ Harian

Jakarta Post

27. Media Press Australia/The Australian/The

Sunday Telegraph/The Daily Telegraph/

Sydney Morning Herald

21. Chief of Executive Sihayo Gold Limited

22. Australian Stock Exchange Limited

23. Indonesian Stock Exchange Limited

24. North Sumatra Provincial Environmental

Complaints Post

25. Members of Batang Gadis National Park

Ecosystem Rescuing Coalition/vSamudra

Society / Indonesian Green Peace / Mining

Advocacy Network / Indonesian Center for

Environmental Law / People Conservation

Organizations / Bina Alam Indonesia

Foundation /Telapak Society North Sumatra

26. Media Press in Indonesia / Kompas Daily /

Waspada / Medan Bisnis Daily / Analisa

Daily / Jakarta Post

27. Media Press in Australia / The Australian /

The Sunday Telegraph / The Daily Telegraph

/ Sydney Morning Herald

Page 8: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

8 |

CATATAN AKHIR :

1 Koalisi Penyelamatan Ekosistem Taman Nasional

Batang Gadis atau disingkat KoEksis Batang Gadis

adalah kumpulan organisasi non pemerintah yang

peduli dan berkomitmen dalam melakukan pembelaan

untuk menyelamatkan keutuhan ekosistem Taman

Nasional Batang Gadis dari kegiatan-kegiatan

ekonomi bersifat ekstraktif eksploitatif. Koalisi ini

dibentuk pada bulan Juni 2010 yang terdiri dari

Yayasan Bitra Indonesia, Green Peace Indonesia,

Jaringan Advokasi Tambang, Perkumpulan Telapak,

Indonesia Center for Environmental Law, Organisasi

Konservasi Rakyat, Yayasan Bina Alam Indonesia

dan Perkumpulan Samudra. Koalisi ini dipimpin oleh

Yayasan Bitra Indonesia yang berkedudukan di

Medan.

2 Mayoritas kepemilikan saham Sihayo Gold Ltd,

diantaranya Summit Investment Pty Ltd, HSBC

Custody Nominees Australia, ANZ Nominees Ltd,

IndoAust Mining Ltd, Mr Chee Siew Yaw, dan

FATS Pty, Ltd.

3 Berdasarkan Undang Undang No. 32 Tahun 2009,

kajian lingkungan hidup strategis yang selanjutnya

disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi

dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, dan/atau program. KHLS menjadi

penting dilakukan karena kegiatan eksploitasi

pertambangan emas dengan pola terbuka yang akan

dilakukan oleh PT.SMM di kawasan hutan alam

Taman Nasional Batang Gadis dan Hutan Lindung

berpotensi tinggi menimbulkan dampak dan atau

resiko lingkungan hidup, khususnya pada aspek-aspek

perubahan iklim; kerusakan, kemerosotan, dan/atau

kepunahan keanekaragaman hayati; peningkatan

intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir,

longsor, kekeringan; penurunan mutu dan kelimpahan

sumber daya alam; peningkatan alih fungsi kawasan

hutan; peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok

masyarakat; dan peningkatan risiko terhadap

kesehatan dan keselamatan manusia. KLHS memuat

kajian (a). kapasitas daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup untuk pembangunan; (b). perkiraan

mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; (c).

END NOTES :

1 Batang Gadis National Park Ecosystem Rescuing

Coalition is a coalition of non-governmental

organization, that cares and is committed in defense

to save the ecological integrity of the Batang Gadis

National Park ecosystem from extractive exploitative

economic activities. This coalition was formed in

June 2010 consisting of Bitra Indonesia Foundation,

Indonesian Green Peace, Mining Advocacy Network,

Telapak Association, Indonesian Center for

Environmental Law, People Conservation

Organization, Bina Alam Indonesia Foundation, and

Samudra Society. The coalition is led by the

Foundation Bitra Indonesia based in Medan.

2

The majority shareholding of Sihayo Gold

Limited, of which Summit Investment Pty Ltd,

HSBC Custody Nominees Australia, ANZ Nominees

Ltd, IndoAust Mining Ltd., Mr. Yaw Chee Siew, and

FATS Pty, Ltd.

3 Under Indonesian Law No. 32 / 2009, Strategic

Environmental Assessment herein after abbreviated

SER is a series of systematic analysis, holistic, and

participatory to ensure that the principles of

sustainable development has become a basic and

integrated in the development of a region and / or

policies, plans, and / or program. SER become

important since the gold mining exploitation

activities with an open pit system, that will be done

by SMM. Its have high potential impact and / or

environmental risks in natural forests of Batang

Gadis National Parks and Protection Areas,

particularly on aspects of climate change; damage,

degeneration, and / or extinction of biodiversity;

increase in intensity and coverage area floods,

landslides, drought, decline in quality and abundance

of natural resources; increase over the function of

forest area, increasing the number of poor or

endangerment of the sustainability of livelihood

groups in the population, and increased risk of health

and human safety. The SER includes studies of

(a). the carrying capacity and environmental capacity

for development; (b). estimates of the impact and

environmental risk, (c). performance of ecosystem

services; (d) natural resources utilization efficiency,

(e). levels of vulnerability and adaptive capacity to

climate change, and (f) level of resilience and

potential of biodiversity. Results SER according to

Page 9: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

9 |

kinerja layanan/jasa ekosistem; (d) efisiensi

pemanfaatan sumber daya alam; (e). tingkat

kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan

iklim; dan (f) tingkat ketahanan dan potensi

keanekaragaman hayati. Hasil KLHS menurut

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 akan menentukan

segala usaha dan atau kegiatan diperbolehkan atau

tidak diperbolehkan untuk dilanjutkan berdasarkan

hasil kajian daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup. 4 Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) terletak di

Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera

Utara. Penunjukan TNBG menjadi Kawasan

Pelestarian Alam ditetapkan melalui Keputusan

Menteri Kehutanan RI No. SK.126/Menhut-II/2004.

Landasan hukum TNBG semakin diperkuat dengan

adanya Keputusan Menteri Kehutanan

No.SK.44/Menhut-II/2005 tentang Penunjukan

Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara

seluas ± 3.742.120 Hektar tanggal 16 Februari 2005,

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 7

Tahun 2003 tanggal 28 Agustus 2003 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera

Utara Tahun 2003 – 2018 dan Keputusan Menteri

Kehutanan No. 201/Menhut-II/2006 tanggal 5 Juni

2006 tentang Perubahan Keputusan Menteri

Kehutanan No. 44 tahun 2005. Terakhir, TNBG telah

ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Lindung

Nasional sebagaimana tertuang pada Lampiran VIII

dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional.

5 TNBG oleh para pakar biologi didefinisikan sebagai

salah satu dari 62 lokasi kawasan kunci biodiversitas

(key biodiversity area) yang masih tersisa di Pulau

Sumatera. Di daerah ini hidup semua jenis hidupan

liar yang spektakuler di Sumatera seperti harimau

Sumatera, tapir, kambing hutan, siamang dan

kemungkinan besar masih dapat ditemukan orangutan

Sumatera. Di kawasan TNBG ini terdapat 47 jenis

mamalia khas Sumatera, diantaranya 26 jenis

dikategorikan jenis mamalia yang dilindungi undang-

undang dan terancam punah secara global. Disamping

itu terdapat 247 jenis burung, Dari 247 jenis tersebut,

47 merupakan jenis burung yang dilindungi undang-

undang Indonesia, tujuh jenis secara global terancam

punah, 12 jenis mendekati terancam punah. Dari total

jenis burung yang ditemukan 13 jenis merupakan

burung yang memberi kontribusi pada terbentuknya

Indonesian Law No. 32 / 2009 will determine all the

effort and / or activities are allowed or not allowed to

proceed based on the results of studies carrying

capacity of the environment.

4 Batang Gadis National Park (BGNP) is located in

Mandailing Natal Regency, North Sumatra

Province. Designation of BGNP Nature

Conservation Area be determined by the Minister of

Forestry Decree No. SK.126/Menhut-II/2004. BGNP

legal basis strengthened by the Decree of the

Minister of Forestry No.SK.44/Menhut-II/2005 on

Appointment of Forest Area in North Sumatra

Province Region of ± 3.74212 million hectares, dated

February 16, 2005, North Sumatera Provincial

Regulation No. 7 Year 2003 on August 28, 2003 on

Spatial Planning of North Sumatra Province in 2003-

2018 and the Ministerial Decree No.201/Menhut-

II/2006 dated June 5, 2006 on Amendment to

Ministerial Decree No. 44 in 2005. Finally, the

BGNP already established as one of the National

Protected Area as contained in Appendix VIII in

Indonesian Government Regulation No. 26 / 2008 of

the National Spatial Plan.

5 BGNP is defined by naturalist and biology experts

as one of 62 key biodiversity areas still remaining on

the island of Sumatra. In this region live all kinds of

spectacular wildlife in Sumatra such as Sumatran

tigers, tapirs, goats forest, chances are Sumatran

orangutans can still be found. BGNP In this region

there are 47 species of mammals typical of Sumatra,

including 26 species classified as protected mammals

laws and globally endangered. In addition there are

247 species of birds, 247 species of these, 47 are

protected bird species Indonesian law, the seven

species globally threatened extinction , 12 species

near threatened with extinction. Of the total bird

species found in 13 species of birds that are

contributing to formation of Important Bird

Areas.Besides, in BGNP also found 1.500 beneficial

microbes as a raw material medicine and food of the

future. BGNP also has the highest diversity of

vascular plant species in the world, noted in the

study sample plot area of 200 square meters can be

found 222 vascular plant species. BGNP forest is

also a water catchment area which is very valuable to

maintain regular water supply for more than 413,000

peoples living in 386 villages in 23 districts in

Mandailing Natal Regency. From the results of cost

Page 10: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

10 |

Daerah Penting Burung (Important Bird Area).

Disamping itu di TNBG juga ditemukan 1.500

mikroba yang bermanfaat sebagai bahan baku obat-

obatan dan pangan masa depan. TNBG juga

mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan

berpembuluh tertinggi di dunia, tercatat dalam petak

cuplikan penelitian seluas 200 meter persegi dapat

ditemukan 222 jenis tumbuhan berpembuluh.Kawasan

hutan TNBG juga merupakan kawasan tangkapan air

yang sangat berharga untuk menjaga ketersediaan air

secara teratur bagi lebih dari 413.000 jiwa orang

yang hidup di 386 desa pada 23 kecamatan di

Kabupaten Mandailing Natal. Dari hasil analisis

manfaat dan biaya (cost and benefit) yang dilakukan

Conservation International dapat diketahui bahwa

estimasi manfaat ekonomi bersih dengan adanya

pembentukan TNBG bernilai Rp.50 milyar per tahun.

Disamping itu, nilai manfaat ekonomi dari kegiatan

ekonomi yang sifatnya ekstraktif - skala besar –

berdurasi pendek pendek, seperti pemanenan hasil

hutan kayu melalui Ijin Usaha Pemanfataan Hasil

Hutan Kayu dan eksploitasi pertambangan emas

hanya memberikan total nilai ekonomi sebesar

Rp.121,3 milyar/tahun. Nilai ini lebih kecil

dibandingkan dengan nilai akumulasi manfaat

ekonomi dari jasa lingkungan yang diperoleh secara

lebih berkelanjutan berjangka panjang lintas generasi

seperti hasil hutan non kayu (karet, rotan, kopi, kayu

manis, sarang burung walet, aren, durian), potensi

ekowisata, daerah aliran sungai, simpanan karbon, dan

keanekaragaman hayati yang keseluruhannya

mencapai Rp. 265,5 milyar per- tahun atau nilai

manfaat ini 2 kali lebih besar dari kegiatan yang

bersifat ekstraktif - eksploitatif. Nilai ini juga

memperlihatkan bahwa TNBG dikategorikan juga

sebagai “kawasan dengan manfaat sosial”, karena

memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam

pengadaan subsidi ekologis melalui ketersediaan jasa-

jasa lingkungannya atau prasarana ekologis bagi

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madina maupun

kelangsungan penghidupan masyarakat luas. Nilai

manfaat dari jasa lingkungan yang disediakan TNBG,

jauh lebih tinggi dan lebih banyak disumbangkan

kepada banyak pihak secara lintas generasi, jika

dibandingkan dengan manfaat langsung yang sifatnya

eksploitatif jangka pendek seperti pertambangan

emas. Dari hasil kajian valuasi ekonomi juga

menunjukan, nilai manfaat ekonomi tidak langsung

dari TNBG sebagai pencegah banjir, erosi, dan tanah

longsor sebesar Rp 24.8 milyar per tahun, dengan

faktor diskonto 10 % dalam 25 tahun nilai (NPV)

benefit analysis (cost and benefits) can be seen that

the estimated net economic benefit to the formation

of BGNP worth IDR.50 billion per year. In addition,

the value of economic benefits from the extractive

economic activity such as harvesting timber forest

products and gold mining exploitation only gives the

total economic value of IDR.121,3 billion per-year

. This value is smaller than the accumulated value of

the economic benefits of environmental services

provided in a more sustainable long-term, cross-

generation, such as non-timber forest products

(rubber, rattan, coffee, cinnamon, swallow nest,

palm, durian), the potential for ecotourism, the

region river flow, carbon deposits, and overall

biodiversity reached IDR 265,5 billion per year or

the value of this benefit, two times greater than the

character of extractive exploitative economic

activities. This value is also shown that BGNP also

categorized as an "area with significant social

benefits", since it provides a very significant

contribution in the provision of ecological subsidies

through availability of environmental services or

ecological infrastructure for sustainable economic

growth and sustainable livelihoods in Mandailing

Natal District. The value of the benefits of

environmental services provided BGNP, much

higher and more donated to the many parties across

generations, as compared with the direct benefits of

short-term exploitative nature such as gold

mining. From the results of economic valuation

studies also showed, the value of indirect economic

benefits from BGNP as mitigating floods, erosion,

and landslides amounted to IDR 24.8 billion per

year, with a discount factor of 10% in 25 year value

(NPV) reached IDR 225 billion. This means, that in

25 years, Madina District Government can save IDR

225 billion with no "wasteful financing" for disaster

recovery activities such as floods, landslides and

erosion. From the side benefit BGNP as household

water demand to reach IDR 7 billion annually and

with a constant price level and the discount factor of

10%, this value (NPV) within a period of 25 years to

reach USD 63 billion. This means, the people and

Government of Mandailing Natal Regency in 25

years could save or do not experience loss of IDR. 63

billion with the benefit of ecological infrastructure

BGNP as natural water storage.

6 What is meant by "the principle of biological

diversity" means that the protection and management

Page 11: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

11 |

mencapai Rp 225 milyar. Ini berarti, bahwa dalam 25

tahun, Pemerintah Kabupaten Madina dapat

menghemat Rp. 225 milyar dengan tidak dikeluarkan

pembiayaan “mubazir” untuk kegiatan pemulihan

bencana banjir, longsor dan erosi. Dari sisi manfaat

TNBG sebagai kebutuhan air rumah tangga yang

mencapai Rp 7 milyar pertahun dan dengan tingkat

harga konstan dan faktor diskonto 10%, nilai ini

(NPV) dalam jangka waktu 25 tahun mencapai Rp 63

milyar. Ini berarti, masyarakat dan Pemerintah

Kabupaten Madina dalam 25 tahun dapat menghemat

atau tidak mengalami kerugian Rp. 63 milyar dengan

adanya manfaat dari prasarana ekologis TNBG

sebagai penyimpan air secara alamiah. 6 Yang dimaksud dengan “asas keanekaragaman

hayati” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu

untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan

keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri

atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam

hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di

sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

7 Dalam konteks masalah tumpang tindih kepentingan

antara kawasan eksplorasi PT. Sorikmas Mining

(SMM) dengan pembentukan Kawasan TNBG,

sebenarnya Departemen Kehutanan sudah mengikuti

prosedur yang berlaku dalam pembentukan TNBG.

Penunjukan TNBG dilakukan pada saat ijin prinsip

penggunaan kawasan hutan yang diberikan kepada

PT. Sorikmas Mining melalui Surat Depertemen

Kehutanan No.804/A/ VIII/1998 sudah habis masa

berlakunya pada tanggal 16 Desember 1999. Ijin ini

tidak diperpanjang lagi sampai saat penunjukan

TNBG pada tahun 2004. Penegasan dilarangnya

kegiatan eksplorasi pertambangan emas di TNBG

dikuatkan dengan adanya Surat Menteri Kehutanan

No. S.25/Menhut-VII/2005 tanggal 25 Januari 2005

yang menjelaskan lokasi kontrak karya PT. SMM

seluas ± 33.721 hektar tidak dapat dilakukan kegiatan

eksplorasi pertambangan.

8 Putusan MA No. 29P/HUM/2004 memiliki beberapa

kejanggalan dalam hal prosedural yang sangat

mempengaruhi kepentingan Kementerian Kehutanan

dalam mempertahankan hak-nya dalam menjawab,

memberikan pendapat serta mempertahankan

peraturan perundang – undangan yang sedang diuji.

Putusan Mahkamah Agung bertentangan dengan

of the environment must take a concerted effort to

defend the existence, diversity, and sustainability of

biological resources which consists of the natural

flora and fauna resources, together with the

surrounding elements non biology forming the

overall ecosystem.

7 In the context of the overlapping interests

problems between the exploration area of Contract

of Working Area of SMM with the formation of

Regions BGNP, actually the Department of Forestry

have followed the procedures applicable in the

formation of BGNP. The appointment was made

during BGNP principles to forest use permit granted

to SMM with Letter No.804/A/VIII/1998 Forestry

Department had expired on December 16, 1999.'s

License was not renewed until the time of

appointment BGNP in 2004. The assertion of

prohibiting mining exploration of gold in BGNP

strengthened by the letter Minister of Forestry No.

S.25/Menhut-VII/2005 dated January 25, 2005 which

describes the location of the Contract of Work SMM

of ± 33,721 hectares can not be carried out gold

mining exploration activities.

8 Decision of Supreme Court No. 29P/HUM/2004

has some procedural irregularities in this case, which

obviously affects the interests of the Ministry of

Forestry to defend his rights in the answer, give

opinions and to defend the laws - laws that are being

tested. Supreme Court's decision in conflict with

Supreme Court Rule No. 1 / 2004, includes a). The

right applicant judicial review, namely. SMM is a

legal entity and is not entitled to legal subjects and

the right of petition filed objections should come

from community groups or individuals, b). Judicial

review rights for applications has passed the filing

deadline, or have expired and c). In chapter II, article

3 paragraph (3) and (4) Supreme Court Rules

No. One year in 2004 states that the Registrar of the

Supreme Court "shall send a copy of the petition" to

the Respondent and the Respondent "must send or

submit an answer within 14 (fourteen) days since

received a copy of the petition". In its decision the

panel of judges did not cite all the answers /

arguments Respondent not even provide the

opportunity for the Respondent to respond to the

objections are that the interest of the Respondent to

be not at all be considered ". This is a conflict with

the provisions of Supreme Court Regulation No. 1

Page 12: 1 · 2 | Limited) sebesar 75% (ASX – SIH). 2 Tuntutan tersebut diatas didasari atas belum tersedianya hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 3 liabilities of the Central

12 |

Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2004,

meliputi a). pemohon Hak Uji Materil (HUM), yaitu

PT. SMM adalah perusahaan berbadan hukum dan

bukanlah subyek hukum yang berhak mengajukan

HUM dan hak permohonan keberatan HUM harus

berasal dari kelompok masyarakat atau perorangan,

b). pengajuan permohonan Hak Uji Materil telah

melewati batas waktu pengajuan, atau telah

kaduluarsa dan c). Dalam bab II pasal 3 ayat (3) dan

(4) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 2004

menyatakan bahwa Panitera Mahkamah Agung “wajib

mengirimkan salinan permohonan” kepada Termohon

dan Termohon “wajib mengirimkan atau

menyerahkan jawabannya dalam waktu 14 (empat

belas) hari sejak diterima salinan

permohonan”.Dalam putusannya Majelis Hakim tidak

mengutip sama sekali jawaban/argumentasi Termohon

bahkan tidak memberikan kesempatan kepada

Termohon untuk menanggapi permohonan keberatan

tersebut sehingga kepentingan Termohon menjadi

sama sekali tidak dapat dipertimbangkan “. Hal ini

menjadi bertentangan dengan ketentuan Peraturan

Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2004 sekaligus

mengingkari prinsip fairness dalam pemeriksaan

sebagaimana ketentuan Menimbang dalam Putusan

Mahkamah Agung. Selain itu, Putusan Mahkamah

Agung tersebut patut diduga telah melanggar kode

etik hakim, karena majelis hakim yang memutuskan

perkara tidak konsisten dalam menerapkan hukum

serta kurang memahami nilai filosofis, sosiologis dan

yuridis asal-usul Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK.126/Menhut-II/2004 sebagai landasan yuridis

penunjukan Kawasan Pelestarian Alam TNBG.

in 2004, at the same time deny the principle of

fairness in the examination as required Considering

the Supreme Court. In addition, the ruling of the

Supreme Court should be suspected of violating the

code of ethics of judges, because judges who decided

the case was not consistent in applying the law and

lack of understanding of the value of philosophical,

sociological and juridical origins of the Minister of

Forestry Decree No. SK.126/Menhut-II/2004 as a

juridical foundation BGNP Natural Conservation

Area designation.