08E01542.pdf
-
Upload
yulianus-lisa-mantong -
Category
Documents
-
view
213 -
download
1
Transcript of 08E01542.pdf
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
SKRIPSI
PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM
BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN
KARO
Oleh :
Nama : Erwin Ginting
Nim : 040522175
Departemen : Akuntansi
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
2008
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.
Medan, 19 juni 2008
Yang Membuat Pernyataan
Erwin Ginting
NIM. 040522175
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
Karunia dan anugerah-Nya yang memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan,
dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja pada Pemerintahan
Kabupaten Karo”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang
disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan
penulis baik materi, teknik penyusunan maupun hasil analisisnya. Oleh karena
itu dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca
untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.
Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan,
tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga Doa dari semua pihak yang
membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi
ini kepada :
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, Msi Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor
Nasution, SE, Macc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rasdianto, Msi dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi selaku
Dosen Pembanding/Penguji I & II, dan seluruh staf pengajar dan pegawai di
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan
membimbing serta membantu penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak Bupati Karo Drs. Daulat Daniel Sinulingga, Bapak Sekretaris Daerah
Drs. Makmur Ginting, Bapak Sarjana Ginting, Bapak Andriasta Tarigan,
Bapak Swingli Sinulingga, Bapak Irwan Bangun, serta seluruh Kepala Dinas
dan pegawai Pemkab Karo yang telah meluangkan waktunya dalam
memberikan keterangan dan data yang diperlukan selama penulis riset dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Untuk Kedua orang tua tercinta Ayahanda P.Ginting (Alm) dan Ibunda K.
Barus yang tidak pernah berhenti memberikan cintanya serta Saudara-
saudaraku Abang Samudra, Abang Jekson, Kak Mega, Kak Mbera, Timoty
yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa kepada penulis.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan
keceriaan bagi penulis selama ini yakni yang tersayang Betaria, Karunia,
Maya, Rats, Hana, Merry, Saprianto, Pukka, Bengbeng, Ronald, Anwar,
Hubert, serta Teman-teman di Pasar VII No. 65
8. Keluarga Besar GPdI El-Shaddai dan BSP Generation, terima kasih buat
dorongan dan doa-doanya selama ini, God Bless All.
Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa program
studi Akuntansi.
Medan, 19 Juni 2008
Penulis
Erwin Ginting
NIM. 040522175
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam belanja pemerintahan Kabupaten Karo. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dana alokasi umum dengan jumlah yang sangat besar merupakan sumber dana utama bagi daerah untuk membiayai operasi utamanya seharihari. Sedang pendapatan asli daerah sebagai pencerminan kemampuan daerah juga berperan walaupun tidak secara keseluruhan.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jenis data yang dipakai adalah data kulitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh dengan cara dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dengan responden bagian keuangan pada pemerintahan Kabupaten dan bagian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penulis juga telah melakukan analisis efektivitas pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Karo, dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu : (a) Dalam sistem keuangan daerah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Karo masih menggunakan metode single entry, (b) Adanya Peningkatan penerimaan PAD dan DAU, (c) Telah efektifnya pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Karo.
Kata kunci : Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
ABSTRACT This research aims to know the alocation of Block grant and Original Earnings of Region Tanah Karo regency expences. The data analized in this research are processed from Revenue Estimate and Region Expences. The result of analusis show that DAU in a great number is the main expences Source for the region to pay its daily main operation. Original Earnings Of Region as the reflection ofregion capacity also has a role eventhough not in the whole. Descriptive research design was done in doing the research in this thesis. The kinds of data used are qualitative and quantitative data that consist of primaru and secondary data. The data was abtained by doing documentation and interviewing. It was done by researcher with the respondent of financial department related to this research. The writer has also done the analysis of the efectifity of Block Grant and Original Earnings of Region Alocation on the expences of central Tanah Karo regency. From the research, some conclution s are drawn of follow : a) in region financial system applied, Tanah Karo regency still use single entry method. b) the is increasing of Original Earnings og region and Block Grant acceptance. c) The alocation of Block Grant and original Earnings of region on central anah karo regency has been effective. Keywords : Revenue Estimate and Region Expences, Block Grant, Origina
Earnings Of Region, Region Expences.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………………………………………………………..i
KATAPENGANTAR ………………………………………….............ii
ABSTRAK …………………………………………………………….. v
ABSTRACT ……………………………………………………………vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………..vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….... 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………….. 3
C. Tujuan Penelitian……………………………........................3
D. Manfaat penelitian …………………………………………..4
E. Kerangka Konseptual ……………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dana Alokasi Umum……………………………………….. 6
1. Pengertian Dana Alokasi Umum……………………….. 6
2. Sejarah Dana Alokasi Umum………………………….... 7
3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum……………….. 10
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum
Dan Formula Perhitungannya…………………………… 12
B. Pendapatan Asli Daerah……………………………………... 23
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah……………………… 23
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah……………………… 23
C. Belanja Daerah……………………………………………….. 27
1. Pengertian dan Jenis Belanja …………………………….. 27
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
Asli Daerah dalam Belanja Kabupaten…………………… 31
BAB III METODE PENELTIAN
1. Tempat Penelitian……………………………………………….. 32
2. Jenis Penelitian…………………………………………………...32
3. Jenis Data……………………………………………………….. 32
4. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 33
5. Metode Penelitian………………………………………………. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian………………………………………………..... 34
1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Karo………………34
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas pemerintah
Kabupaten Karo……………………………………………… 40
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD….. 42
4. APBD Kabupaten Karo…………………………………… 42
5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi
Umum dalam Belanja pada Pemerintahan Kabupaten Karo…. 48
6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan
Asli Daerah Dalam Belanja pada Pemerintahan
Kabupaten Karo…………………………………………… 49
7. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja
Pemerintahan Kabupaten Karo……………………………….. 50
B. Analisis Hasil Penelitian………………………………………….. 56
1. APBD Kabupaten Karo………………………………………... 56
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja
Pemerintahan Kabupaten Karo…………………………………57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 58
B. Saran…………………………………………………………………... 59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………61
LAMPIRAN
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Daftar Tarif Pajak Daerah………………………… 25
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah
Penduduk menurut Kecamatan……………………. 37
Tabel 4.2 Rinkasan APBD Kabupaten Karo Tahun
2005-2007 ………………………………………… 43
Tabel 4.3 Perbandingan Realisasi dan Anggaran
Tahun 2005-2007…………………………………. 47
Tabel 4.4 Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan
Pemerintah Kabupaten Karo …………………….. 49
Tabel 4.5 Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) ……... 52
Tabel 4.6 Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD)……. 54
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Proses Penerapan Variabel dan rumus DAU………….. 18
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karo.
Lampiran 2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Karo.
Lampiran 3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kabupaten Karo
Lampiran 4 Ringkasan APBD Kabupaten Karo tahun 2005
Lampiran 5 Ringkasan APBD Kabupaten Karo tahun 2006
Lampiran 6 Ringkasan APBD Kabupaten karo tahun 2007
Lampiran 7 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun yang
berakhir 31 Desember 2006 dan 2005
Lampiran 8 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun yang
berakhir 31 Desember 2007 dan 2006
Lampiran 9 Daftar Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Karo tahun 2006 dan target Tahun 2007
Lampiran 10 Rekapitulasi Target Dan Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Karo
Tahun 2007.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pemerintah daerah berhak untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut azas otonomi daerah dan tugas pembantuan, diarahkan untuk
mempercepat tercapainya kesejahtraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta semua masyarakat, serta juga meningkatkan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip Demokrasi, pemerataan, keadilan dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Efisiensi
dan Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan daerah,potensi dan
keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Penerapan prinsip good governance pada masa reformasi
menuntut adanya perubahan paradigma berpikir dan bertindak bagi semua elemen
birokrasi pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah. Perubahan pandangan berpikir
tersebut diarahkan untuk menghasilkan suatu manajemen keuangan pemerintah yang
transparan, dapat dipertanggung jawabkan, dan efektif yang mendukung peningkatan
peran serta masyarakat dan supremasi hukum di bidang keuangan negara dan
meningkatkan kinerja pemerintah.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Kep Mendagri no.29/2002 mengisyaratkan bahwa untuk tujuan efektivitas atas
pengelolaan dana yang dikelolanya, pemerintah daerah diwajibkan menyiapkan laporan
keuangan daerah sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban kepala daerah. Oleh
karena itu pemerintah daerah Kabupaten Karo yang merupakan salah satu Pemerintah
Kabupaten yang ada di sumatera utara diharuskan menyusun laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang meliputi neraca daerah, laporan perhitungan
APBD, nota perhitungan APBD dan laporan aliran kas. Dari laporan APBD dapat
dianalisis sumber dan penggunaan dana oleh pemerintah daerah selama satu tahun
fiskal, sumber dana tersebut tercantum dalam APBD yang mencakup transfer dana
perimbangan dan pemerintah pusat.
Dalam undang-undang No. 33/2004 diterangkan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan
yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum dan bagian daerah dari
bagi hasil pajak dan bukan pajak. Dimana disamping Dana Perimbangan tersebut
pemerintah daerah memilki sumber pendapatan sendiri berupa pendapatan Asli Daerah,
pinjaman daerah, maupun penerimaan lain yang sah. Tujuan dari pemerintah pusat
adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan menjamin
tercapainya standar pelyananan publik di seluruh negeri, tetapi pada prakteknya transfer
dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama pemerintah daerah untuk
membiayai operasi utamanya sehari-hari yang dilaporkan dalam perhitungan APBD.
Dana alokasi umum memegang peranan yang sangat dominan dibanding sumber dana
lain seperti dana alokasi khusus maupun dana kontijensi (penyeimbang). Untuk itu
diharapakan Dana Alokasi umum dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan pelayanan pada masyarakat sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
mempercepat pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan, disamping tetap
memaksimalkan potensi daerah untuk membiayai kebutuhan daerah.
Keadaan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang dituangakan dalam
bentuk skripsi dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uaraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi
dasar dalam penyususnan skripsi yaitu “Bagaimana Pengalokasian Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada pemerintahan Kabupaten
Karo”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Pengalokasian Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo.
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini,penulis berharap dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai pengalaman dan bahan masukan bagi penulis dalam pemahaman bidang
Akuntansi Sektor Publik pada umumnya dan akuntansi keuangan daerah pada
khususnya
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemerintah kabupaten Karo untuk
melihat efektivitas dan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
sumber dana untuk digunakan membiayai aktivitas pemerintahan kabupaten
Karo dalam penyusunan APBD.
3. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti sejenis unuk
menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.
E. Kerangka Konseptual
BELANJA DAERAH
DANA ALOKASI PENGALOKASIAN
UMUM (DAU)
PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD): 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Bagian Laba Usaha
Daerah (BUMD) 4. Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dana Alokasi Umum
1. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut Bastian ( 2003:84) “Dana Alokasi Umum adalah dana
perimbangan dalam rangka untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah.”
Menurut Brojonegoro dan C. Risyana dalam Sidik, et, al (2002:155)
“Dana Alokasi Umum adalah transfer bersifat umum yang jumlahnya sangat
signifikan dimana penggunaanya menjadi kewenangan daerah”.
Sedangkan menurut Halim (2002: 160) “Dana Alokasi Umum adalah
dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa Dana Alokasi Umum memiliki jumlah
yang sangat signifikan sehingga semua pemerintah daerah menjadikannya sebagai
sumber penerimaan terpenting dalam anggaran penerimaannya dalam APBN. Oleh
karena itu, Dana Alokasi Umum dapat dilihat sebagai respon pemerintah terhadap
aspirasi daerah untuk mendapatkan sebahagian kontrol yang lebih besar terhadap
keuangan negara.
Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk mengatasi ketimpangan fiskal
keuangan antara pemerintah pusat dan ketimpangan horizontal antar pemerintah
daerah karena ketidakmerataan sumber daya yang ada pada masing-masing daerah.
Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah dimana pada bagian
ini dianggarkan jumlah DAU sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
pemerintah. Dalam perhitungannya DAU menggunakan formula yang menggunakan
beberapa aspek seperti luas daerah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, indeks
harga bangunan, dan jarak tingkat kemiskinan.
2. Sejarah Dana Alokasi Umum
a. Transfer dan Dana Alokasi Umum di Berbagai Negara Berkembang
Model transfer pada satu negara tidak yang dapat digunakan secara
mutlak di negara lainnya, hal ini disebabkan karena memang kebutuhan dan
kondisi politik serta ekonomi yang terdapat pada masing-masing negara sangat
mempengaruhi desain atau sistem transfer pusat ke daerah.
1. Cina
Negara cina mengenal sistem desentralisasi keuangan baru setengah
dekade terakhir, sebagai akibat perubahan sistem perencanaan yang terpusat ke
perekonomian yang berbasis pasar. Cina merupakan Block Grant hanya pada
provinsi sebesar 25% dari PPN, Pajak Bisnis, PPh BUMN, dan PPh
Perorangan.
2. Filipina
Filipina berbentuk kesatuan dengan struktur pemerintahannya berlapis
(multi tiered). Sejak tahun 1991 Filipina mengeluarkan Undang-undang Local
Government Code 1991. Didalam Code tersebut diatur bahwa Dana Alokasi
Umum dialokasikan sebesar 23% untuk kota, dan 54% lagi untuk yang
lainnya. Dana ini dialokasikan dari penerimaan dalam negeri sebesar 40%.
Dana ini ditetapkan 20% untuk proyek-proyek pembangunan.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
3. Afrika Selatan
Sistem pemerintah di Afrika Selatan terdiri dari tiga lapis: Pusat, Provinsi, dan
daerah (lokal) dengan masing-masing memiliki kapasitas pendapatan yang
berbeda. Negara ini mengenal sistem transfer sudah sejak lama, namun yang
dianggap sukses mulai dikenalkan pada tahun 1997 untuk provinsi dan tahun
1998 untuk pemerintah daerah. Alokasi untuk provinsi lebih besar di banding
alokasi untuk pemerintah daerah. Dana Block Grant diambil dari anggaran
nasional yang didistribusikan atas beberapa komponen, yaitu: 41% untuk
pendidikan, 19% untuk kesehatan, 17% untuk jaminan kesejahteraan sosial,
8% komponen keterbelakangan, 5% bagi rata yang merupakan komponen
institusional.
Sistem transfer di Indonesia yang ada saat ini merupakan hasil evolusi
sepanjang kurun waktu 50 tahun sejak tahun 1945. Sistem ini mempunyai arti
yang sangat penting bagi pemerintah daerah. Karena sekitar dua per tiga
pengeluarannya dibiayai melalui transfer yang diberikan oleh pemerintah
pusat.
Secara umum, terdapat tiga jenis transfer di Indonesia, yaitu subsidi yang
bertujuan mencukupi kebutuhan rutin terutama gaji, bantuan yang bertujuan
untuk memberikan bantuan pembangunan baik yang bersifat umum maupun
khusus, dan Daftar Isian Proyek (DIP). Subsidi dfan bantuan dikategorikan
sebagai bantuan antar tingkat pemerintah (intergovermenta grants) sebab
menjadi bagian dari anggaran pemerintah daerah. Sedang Daftar Isian Proyek
diklarifikasikan sebagai dana yang mengalir ke daerah, namun tidak termasuk
ke dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelum terbentuknya UU Nomor 32
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Tahun 1956 tentang perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah, sistem
subsidi yang dipakai adalah sistem sluit post, yaitu suatu bentuk subsidi yang
memberikan tunjangan sebesar selisih antara besarnya rencana pengeluaran
dan penerimaan yang diajukan oleh daerah ke pusat. Namun dalam
prakteknya pemberian tunjangan sangat bergantung pada kebijakan sepihak
dari pemerintah pusat. Hal ini cukup menyulitkan karena daerah tidak dapat
mengetahui atau mempunyai kepastian mengenai besarnya subsidi yang akan
diberikan kepada daerah. Sejak tahun 1956, pola hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah mengalami perubahan dengan keluarnya UU
Nomor 32 tahun 1956. Secara konseptual pola hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah diterjemahkan ke dalam 3 hal utama, yaitu:
a. Penyerahan sumber Pendapatan Negara kepada daerah
b. Pemberian bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak Negara kepada
daerah.
c. Memberi ganjaran, subsidi, dan sumbangan kepada daerah.
Pemerintah pusat memberikan subsidi kepada daerah dengan kriteria alokasi
dana yang didasarkan pada variabel-variabel yang justru tidak memiliki
kaitan dengan tujuan utama bantuan tersebut. Sebagai akibatnya, bantuan
pusat ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesenjangan
pendapatan antar daerah. Sebahagian besar bantuan tersebut merupakan
bantuan khusus, maka melalui konsep desentralisasi fiskal dalam UU no.
33/2004 lebih menekankan peranan dari bantuan yang bersifat umum
(general purpose grant) yang dikenal sebagai Dana Alokasi Umum.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum
Ada beberapa alasan perlunya dilakukan pemberian Dana Alokasi Umum dari
pemerintah pusat ke daerah, yaitu:
A. Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertical. Hal ini
disebabkan sebagian besar sumber-sumber penerimaan utama di negara
bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil
sumber-sumber penerimaan negara atau hanya berwenang untuk memungut
pajak yang bersifat lokal dan mobilitas yang rendah dengan karakteristik
besaran penerimaan relatif kurang signifikan.
B. Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini
disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan
sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan sangat bergantung
pada sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut.
C. Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut.
D. Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di saat
perekonomian daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika
perekonomian sedang lesu.
Sedang tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk:
a. Meniadakan atau meminimumkan Ketimpangan fiskal vertical
b. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal
c. Menginternalisasikan/memperhitungkan sebahagian atau seluruh
limpahan manfaat/biaya kepada daerah yang menerima limpahan
manfaat tersebut.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
d. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif
menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh
menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.
4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum dan Formula
Perhitungannya
A. Kriteria Desain Dana Alokasi Umum
Dalam deasin Dana Alokasi Umum ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu: sumber dana untuk Alokasi DAU (ditributable pool),
formula distribusi, dan kondisionalitas (conditionality).
1. Sumber Dana
Satu ciri sistem transfer keuangan pusat ke daerah adalah stabilitas,
disamping fleksibilitas. Hal ini tampak bertentangan tapi bukan tidak
mungkin untuk dicapai, dan berkaitan dengan sumber dana. Secara mendasar
berdasarkan praktek di banyak negara, ada tiga cara untuk menentukan
berapa jumlah dana yang akan dialokasikan untuk transfer pusat dan daerah:
a. Proporsi tertentu dari penerimaan pemerintah,atau persentase tertentu
dari APBD
b. Secara ad hoc yaitu transfer keuangan yang didesain oleh pemerintah
pusat yang didasarklan pada antara lain alokasi prioritas nasional atau
alokasi tambahan yang ditujukan untuk tujuan tertentu untuk satu tahun
anggaran tertentu.
c. Bedasarkan Formula yakni distribusi penerimaan ke daerah yang
didasarkan kepada satu formula tertentu atau mempertimbangkan faktor-
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
faktor tertentu; by grant to reimburse cost: artinya transfer keuangan
kepada daerah untuk membiayai satu jenis pengeluaran tertentu.
Misalkan sebagai proporsi dari pengeluaran spesifik atau
dikaitkan dengan berbagai karaktaristik umum daerah penerima transfer.
Dana Alokasi Umum dalam hali ini menggunkan cara yang pertama dan
merupakan cara yang baik untuk menciptakan stabilitas bagi pemerintah
daerah sekaligus fleksibilitas bagi pemerintah pusat.
2. Formula Distribusi
Faktor formula distribusi sangat penting dalam menghasilkan efek yang
diharapkan bagi daerah sehingga formula yang tepat harus diusahakan.
Maka transfer yang dapat dinegosiasikan sangat dihindarkan, apalagi
sampai daerah bisa mempengaruhi faktor atau variabel yang dipakai
dalam formula untuk kepentingannya.
3. Kondisionalitas
Dana Alokasi Umum adalah unconditional block grant, sehingga
persyaratan serupa tidak ada. Seperti sudah diuraikan, tujuan utama Dana
Alokasi Umum adalah untuk mnenjamin semua daerah memiliki sumber
dana dalam menyediakan pelayanan minimum dengan standar tertentu.
Namun untuk penggunaan transfer bersyarat masih sangat kurang di
Indonesia. Transfer ini sangat efektif digunakan sebagai sarana
mencapai sasaran di berbagai sektor tertentu, misalnya : kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur dasar. Transfer ini cukup baik dalam
rangka menciptakan pemerataan standar di pelosok-pelosok Indonesia.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Menurut Kadjatmiko dalam sidik, et, al (2004 : 133) untuk desain
transfer pusat ke daerah ada beberapa kriteria umum yang harus
dipenuhi, antara lain:
a. Otonomi
Merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah suatu
negara itu berbentuk federal maupun kesatuan. Dengan otonomi
berarti pemerintah daerah memiliki independensi dan fleksibilitas
dalam menentukan prioritas-prioritas belanja.
b. Penerimaan yang memadai (revenue adequaty)
Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk
transfer) yang cukup untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi
yang diembannya.
c. Keadilan (equity)
Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah seharusnya berhubungan
positif dengan kebutuhan fiskal daerah, dan sebaiknya berkebalikan
dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.
d. Transparan dan Stabil
Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat di akses
masyarakat, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setiap daerah
dapat memperkirakan berapa penerimaan totalnya termasuk transfer
sehingga memudahkan penyusunan anggaran.
e. Sederhana (simplicity)
Alokasi dana kepada pemerintah daerah didasarkan pada faktor-
faktor obyektif dimana unit-unit individual tidak memilki kontrol
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
atau tidak dapat dapat mempengaruhinya. Disamping itu juga
formula harus relatif mudah untuk dipahami.
f. Insentif
Desain transfer harus sedemikian rupa sehingga memberikan
semacam insentif bagi daerah dengan manajmen fiskal yang baik,
dan sebaiknya menyangkal praktik-praktik yang tidak efisien.
B. Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum
Dalam penyusunannya, rumus Dana Alokasi Umum mengacu pada beberapa
prinsip dasar agar rumus yang dipakai memenuhi beberapa aspek, seperti
aspek legalitas hukum, aspek akademis, dan aspek implementasi di lapangan.
Prinsip- prinsip tersebut adalah:
1. Norma hukum dalam UU Nomor 33 tahun 2004
Undang-undang nomor 33 yang telah disetujui DPR menjadi dasar
implementasi dana perimbangan. Didalam pemerintahan kabupaten karo
Peraturan Daerah yang mengatur Dana Alokasi Umum yaitu Perda No.
10 Tahun 2004 tentang bagaimana Pengelolaan Dana Alokasi Umum.
Oleh karena itu, dalam pembuatan rumus DAU harus memenuhi kaidah-
kaidah dasar yang telah dicantumkan dalam undang-undang No. 33 tahun
2004. Salah satu kaidah yang terpenting adalah bahwa Dana Alokasi
Umum dialokasikan kepada daerah dengan menggunakan bobot daerah.
Sementara itu bobot daerah itu sendiri harus dirumuskan dengan
menggunakan suatu formula yang didasarkan atas pertimbangan
kebutuhan dan potensi penerimaan daerah.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
2. Hubungan antara kebutuhan dan potensi daerah harus jelas. Daerah
yang relatif lebih maju dan mampu berdiri sendiri bila dibandingkan
dengan daerah lain, maka daerah bersangkutan akan memerlukan
bantuan dari pusat yang relatif kecil. Daerah yang lebih maju pada
umumnya akan memiliki Pendapatan Asli Daerah dan atau bagi hasil
pajak dan bukan pajak (sumber daya alam) yang relatif lebih besar. Oleh
karena itu, dalam perumusannya formula Dana Alokasi Umum
disepakati bahwa daerah yang akan memperoleh Dau adalah daerah yang
memerlukan pembiayaan kebutuhan daerah, tetapi tidak mampu
membiayai selisih antara kebutuhan daerah dengan potensinya.
3. Rumus untuk menentukan alokasi DAU harus mudah dipahami dan logis
Rumus Dana Alokasi Umum didasarkan atas formula yang sederhana,
mudah dipahami, dan juga mudah dihitung oleh daerah bila data tersedia.
Selain itu rumus tersebut harus logis; artinya memenuhi kaidah-kaidah
prinsip teori maupun UU No. 33 tahun 2004, serta tidak
mempertentangkan prinsip yang satu dengan yang lain (konsisten).
4. Rumus didasarkan atas variabel-variabel yang datanya tersedia akurat.
Formula alokasi DAU harus memiliki variabel-variabel yang datanya
terdapat di setiap daerah, dan selain itu data tersebut berasal dari sumber
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarakan uraian
diatas, maka alur pemikiran dalam penyusunan formula Dana Alokasi
Umum dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut:
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
VARIABEL KEBUTUHAN - Jumlah penduduk - Luas wilayah - Kepadatan penduduk - Indeks harga bangunan - Property Gap atau jarak
KEBUTUHAN FISKAL - Jumlah penduduk - Luas wilayah - Keadaan geografi - Penduduk miskin
FORMULA DAU
Amanat UU 25/1999 Perimbangan keuangan Pusat dan daerah
VARIABEL POTENSI - PDRB Industri dan jasa - Bagi hasil DSA, PBB,
BPHTB
POTENSI PENERIMAAN - Potensi Industri - Potensi SDA - Potensi SDM - PDRB
Gambar 2.1
Proses penerapan variabel dan rumus DAU
Sumber: Sidik, et al. Dana Alokasi Umum, 2002
C. Potensi Penerimaan
Potensi penerimaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 2000
tentang Dana Perimbangan, terdiri atas variabel-variabel sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor sumber daya alam (primer)
Sektor-sektor yang termasuk dalam sumber daya alam ini adalah sektor yang
diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 untuk dibagihasilkan ke daerah yaitu:
Kehutanan, perikanan, pertambangan, minyak dan gas. Variabel ini
dipergunakan untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah kaya dengan
daerah miskin sumber daya alam. Untuk menunjukkan perbedaan antara satu
daerah dengan daerah lain dalam sumber daya alam, dapat dibuat indeks SDA
sebagai berikut:
Indeks SDA Daerah = [PDRB Sektor Daerah/PDRB Daerah]
[PDRB Sektor SDA Nasional/PDB Nasional]
2. PDRB sektor industri dan jasa lainnya (non-primer)
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Sektor yang termasuk di dalamnya adalah sektor-sektor yang tidak
termasuk dalam sektor SDA. Variabel ini diperlukan untuk menunjukkan
potensi penerimaan suatu daerah dari sumber-sumber yang berasal bukan dari
bagi hasil SDA, seperti PAD maupun bagi hasil pajak PBB. Untuk
menunjukkan perbedaan potensi suatu daerah di sektor industri tertentu, dapat
dilihat dengan Indeks Industri sebagai berikut:
Indeks Industri Daerah = [PDRB sektor non primer Daerah/PDRB Daerah]
[PDB Sektor non primer Nasional / PDB Nasional ]
3. Besarnya Angkatan Kerja
Variabel ini untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah atas sumber
daya manusianya. Suatu daerah yang memiliki sumber daya manusia yang besar
secara relatif akan memiliki potensi penerimaan yang lebih baik, misalnya
potensi penerimaan bagi hasil PPh perorangan, dan juga Pendapatan Asli Daerah.
Untuk menunjukkan perbedaan potensi suatu daerah dari segi tenaga kerjanya
dapat dibuat indeks SDM sebagai berikut:
Indeks SDM Daerah = [Angkatan kerja Daerah / Populasi Daerah]
[Angkatan kerja Indonesia / Populasi Indonesia
D. Kebutuhan Daerah
Kebutuhan daerah terdiri dari beberapa variabel berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 84 tahun 2001 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
104 Tahun 2000 Tentang Dana perimbangan Sebagai berikut :
1. Jumlah Penduduk
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Besarnya penduduk suatu daerah mencerminkan kebutuhan pelayanan yang
diperlukan. Untuk menunjukkan perbedaan kebutuhan antara suatu daerah dengan
yang lain berdasarkan jumlah penduduk, dapat dibuat Indeks Beban Penduduk
sebagai berikut:
Indeks Penduduk = Populasi Daerah
Rata-rata Populasi Daerah Secara Nasional
2. Luas Wilayah
Daerah dengan penduduk yang tidak padat, tetapi dengan memilki cakupan
wilayah yang luas, membutuhkan pembiayaan yang besar. Untuk menunjukkan
perbedaan kebutuhan suatu daerah didasarkan atas luas wilayahnya digunakan
Indeks Luas Wilayah sebagai berikut:
Indeks Luas Wilayah = Luas Daerah
Rata-rata Luas Daerah secara Nasional
3. Indeks Harga Bangunan
Indeks harga bangunan merupakan penerimaan dari kondisi geografis suatu
daerah. Semakin sulit kondisi geografis suatu daerah, maka diperlukan
pmbiayaan lebih besar. Biaya konstruksi akan lebih mahal pada daerah-daerah
pegunungan maupun daerah terpencil lainnya (seperti kepulauan yang tersebar)
dibandingkan dengan daerah yang relatif di daratan. Oleh karena itu, biaya
pelayanan pada daerah dengan kondisi geografis yang sulit semacam ini
cenderung akan lebih besar. Indeks harga bangunan mampu menunjukkan
tingkat kesulitan geografis daerah. Untuk menghitung perbedaan satu daerah
dengan yang lain didasarkan atas indeks harga, digunakan Indeks Harga
Bangunan rumusan sebagai berikut:
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Indeks Harga Daerah = Indeks Konstruksi Daerah
100
4. Jumlah Penduduk Miskin
Target pelayanan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan
Semakin banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, makin
besar kebutuhan pembiayaan suatu daerah. Untuk menunjukkan perbedaan
banyaknya orang miskin antara satu daerah lain digunakan Indeks kemiskinan
relatif sebagai berikut:
Indeks Kemiskinan Relatif Daerah = Jumlah Penduduk Miskin Daerah
Rata-rata Jumlah penduduk Miskin Nasional
E. Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah
Untuk menentukan bobot model suatu daerah dalam alokasi DAU,
dipergunakan suatu formula yang mengikuti prinsip-prinsip dasar di atas. Prosedur
penetapan bobot daerah dapat diuaraikan sebagai berikut :
a. Langkah Pertama, rumus DAU yang akan dibentuk didasarkan atas pemikiran
bahwa alokasi DAU akan diberikan kepada daerah yang tidak mampu memenuhi
kebutuhannya dengan menggunakan potensi penerimaannya sendiri. Ini berarti
bahwa besarnya kebutuhan Dana Alokasi Umum suatu daerah yang dinyatakan
sebagai berikut :
Kebutuhan Dau = Kebutuhan Daerah – Potensi Penerimaan Daerah
b. Langkah kedua, dilakukan perkiraan besarnya kebutuhan daerah, yang dalam hal
ini diestimasi dengan menggunakan variabel-variabel kebutuhan yang telah
disebutkan sebelumnya, dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Kebutuhan Daerah= Pengeluaran daerah rata-rata X ( I.Penduduk+I.Luas+I.Kemiskinan)
4
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
c. Langkah Ketiga, memperkirakan besarnya potensi penerimaan daerah dengan
menggunakan varibel-variabel potensi yang telah dijelaskan di atas.
Pengeluaran daerah di hitung dengan cara sebagai berikut :
Potensi Penerimaan= Penerimaan Daerah rata-rata = [Indeks Industri=Indeks SDA+IndeksSDM]
3
d. Langkah Keempat, ditetapkan selisih antara kebutuhan setiap daerah dengan
potensi penerimaan dari daerah. Bobot DAU dihasilkan dengan
membandingkan kebutuhan DAU daerah besangkutan terhadap total kebutuhan
DAU.
Bobot DAU Daerah = Kebutuhan DAU Daerah
Total Kebutuhan
Dengan menggunakan bobot DAU setiap daerah yang diperoleh dari perhitungan
di atas, maka besarnya alokasi DAU untuk setiap satu kabupaten/kota ataupun
provinsi dapat dihitung. Besarnya Dana Alokasi Umum ke suatu kabupaten/kota
dihitung dengan mengalikan bobot kabupaten/kota bersangkutan dengan besarnya
total dana DAU yang tersedia untuk kabupaten/kota. Total dana DAU untuk
kabupaten/kota secara nasional adalah 90% dikalikan dengan 25% dari
Penerimaan Dalam Negeri (PDN). Dengan demikian besarnya alokasi DAU
untuk suatu kabupaten/kota adalah:
Alokasi DAU kabupaten/kota = 90% x 25% x PDN x bobot kabupaten/kota
B. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut International Accounting Standart Commitee (IASC)
Framework (Halim, 2002 : 66) yang dimaksud dengan Pendapatan adalah:
“Penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
masuk, atau peningkatan asset/aktiva, atau pengurangan hutang/kewajiban yang
mengakibatkan penambahan ekuitas dana, selain penambahan ekuitas dana yang
berasal dari kontribusi peserta ekuitas dana.”
Menuirut Halim (2004 : 67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan asli Daerah merupakan semua
penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang digunakan untuk
membiayai keperluan daerah dalam pelaksanaan roda pemerintahan.
2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2004 : 67) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi
empat jenis yaitu:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik
Daerah yang dipisahakan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Berdasarkan UU No.34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18
tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, “Pajak Daerah dan
retribusi daerah, “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah”.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak yaitu :
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
a. Bersifat sebagai pajak dan bukan retribusi
b. Oibjek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
c. Tidak berdampak negatif terhadap perekonomian
d. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Pajak daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak.
Penerimaan dari sektor ini meliputi:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Kendaraan di Atas Air
e. Pajak Air di Bawah Tanah
f. Pajak Air Permukaan
Tarif pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 dan Peraturan
Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Daftar Tarif Pajak Daerah
N0 Pajak Provinsi
Tarif
Maksimum (%)
Tarif Final (%)
No Pajak Kabupaten/Kota
Tarif Maksimum
1 Pajak kendaraan bermotor a. Pajak Kendaraan
bermotor bukan umum
b. Kendaraan Bermotor umum
c. Kendaraan bermotor alat-alat berat.
5% 1,5%
1,0% 0,5%
1 Pajak hotel 10%
2 Pajak Kendaraan di atas air 5% 1,5% 2 Pajak Restoran 10%
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
3 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor: a.Penyerahan pertama - Kendaraan bermotor bukan umum - Kendaraan bermotor umum - Kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar b. Penyerahan Kedua dst: -Kendaraan Bermotor bukan umum - Kendaraan Bermotor Umum -Kendaraan Alat-alat berat dan alat- alat besar c. Penyerahan karena Warisan: - Kendaraan bermotor bukan umum - Kendaraan bermotor umum - Kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar
10%
10% 10%
3%
1% 1%
0,3%
0,1% 0,1%
0,03%
3 Pajak hiburan 35%
4 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di atas Air: - Penyerahan pertama - Penyerahan kedua - Penyerahan Karena Warisan
10%
5% 1%
0,1%
4 Pajak Reklame 25%
5 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
5% 5 Pajak Penerangan
Jalan
10%
6 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah
20% 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian
Gol. C
20%
7 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan
10% 7 Pajak Parkir 20%
Sumber: Saragih, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Otonom, 2003
Sedangkan jenis pajak kabupaten/kota menurut UU no. 34 Tahun 2000
tentang perubahan UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi daerah terdiri atas:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
g. Pajak Parkir
Retribusi daerah merupakan pungutan daerah yang tidak hanya
didasarakan atas objeknya, tetapi juga berdasarkan perbedaan atas
pendekatan tarif. Penerimaan ini meliputi:
a. Retribusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi Pemakaian kekayaan daerah
c. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan
d. Retribusi penjulan produksi usaha daerah
e. Retribusi izin trayek kendaraan penumpang
f. Retribusi air
g. Retribusi jembatan timbang
h. Retribusi kelebihan muatan
i. Retribusi perizinan pelayanan dan pengendalian
Menurut Halim (2004 : 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan penegelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi Objek
Pendapatan berikut:
a. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah
b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank
c. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank
d. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi Objek
Pendapatan berikut:
a. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan
b. Penerimaan jasa Giro
c. Penerimaan bunga deposito
d. Denda Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah (TP-
TGR)
B. Belanja Daerah
1. Pengertian dan Jenis Belanja Daerah
Menurut IASC Framework (Halim,2002 : 73), “Biaya atau belanja
daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar, atau deplasi aset, atau terjadinya hutang yang
mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan
distribusi kepada para peserta ekuitas dana”.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, “Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah
daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.
Menurut Halim (2002 : 68) “ Belanja Daerah adalah semua pengeluaran
pemerintah daerah pada suatu periode anggaran”.
Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok
yaitu:
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
a. Belanja Administrasi Umum
Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran pemerintah
daerah yang tidak berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja
administrasi umum terdiri atas empat jenis, yaitu:
1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang-
orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas
atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.
2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung dengan
pelayanan publik
3. Belanja Perjalanan Dinas, merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya
perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung
dengan pelayanan publik.
4. Belanja Pemeliharaan, Merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan
pelayanan publik.
b. Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik
Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang
berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik, Kelompok ini meliputi :
1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
orang/personel yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas atau
dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan pelayanan
publik.
3. Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuyk biaya
perjalanan pegawai yang berhubungan langsung dengan pelyanan publik.
4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubungan langsung dengan
pelayanan publik.
c. Belanja Modal
Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat
rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi:
1. Belanja Publik, Yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik yaitu pembangunan
jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian
mobil ambulans.
2. Belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat akan tetapi dirasakan secara langsung oleh
aparatur. Contoh belanja aparatur: pembelian kendaraan dinas,
pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.
d. Belanja Transfer
Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah
kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja
ini terdiri atas pembayaran:
1. Angsuran Pinjaman
2. Dana Bantuan
3. Dana Cadangan
e. Belanja Tak Tersangka
Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-
kejadian luar biasa.
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam
Belanja Pemerintah Kabupaten
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendanaan belanja bagi
pemerintah daerah disamping sumber-sumber pendapatan yang lain. Dana
Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada pemerintah daerah untuk membiayai pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
dapat dikatakan sebagai sumber utama yang membiayai belanja daerah karena
jumlahnya yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa posisi Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah memegang peranan yang sangat vital dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Karo yang beralamat di
Jl. Djamin Ginting No. 62 Kabanjahe, dan penelitian mulai dilakukan bulan
maret.
2. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif, dimana penulis
mengumpulkan data-data yang berasal dari pemerintah kabupaten karo
kemudian menguraikannya secara keseluruhan.
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer adalah data yang diambil dari pengamatan langsung dan
diolah peneliti, yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap
manajer unit kerja pemerintah, kepala bagian keuangan pemerintah.
b. Data Skunder adalah data yang diambil langsung dari Pemerintahan
Kabupaten karo tanpa pengolahan lebih lanjut, baik data yang bersifat
kuantitatif, berupa dokumen APBD, struktur pemerintah, dan sejarah
kota.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari:
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
a. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung
kepada pihak-pihak yang terkait dengan penyediaan informasi yang
diperlukan didalam penelitian.
b. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dan informasi melalui
buku-buku, jurnal, internet, dan dokumen-dokumen yang mendukung
penelitian.
c. Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku
atau literatur yang lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.
5. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni data yang
diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, dan dibandingkan dengan
literatur serta dianalisa, kemudian diuraikan secara rinci untuk mencari
penyelesaiannya.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Karo
Sejarah Singkat
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan
dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah
2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’
Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah
Kabupaten Karo adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
Simalungun
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi
Nangroe Aceh Darusalam).
Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120–1.600 Meter di atas
permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:
a. Daerah ketinggian 120-200 Meter dari permukaan laut seluas 28.606 Ha
(13,45%)
b. Daerah ketinggian 200-500 Meter dari permukaan laut seluas 17.856 Ha
(8,39%)
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
c. Daerah ketinggian 500-1.000 Meter dari permukaan laut seluas 84.892 Ha
(39,91%)
d. Daerah ketinggian 1.000-1.400 Meter dari permukaan laut seluas 70.774
Ha (33,27%)
e. Daerah ketinggian > 1.400 Meter di atas permukaan laut seluas 10.597
Ha (4,98%)
Bila dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Datar 2 % = 23.900 Ha = 11,24 %
b. Landai 2 – 15 % = 74.919 Ha = 35,22 %
c. Miring 15 – 40 % = 41.169 Ha = 19,35 %
d. Curam 40 % = 72.737 Ha = 34,19 %
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat
peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian
dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara.
Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di
daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik.
Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-
buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama
adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat.
Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749Ha atau 60,99 persen dari
luas Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang
mendukung pertanian dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan
pertambangan yang ada di Kabupaten Karo diduga cukup potensial namum
masih memerlukan survei lapangan.
Tabel 4.1
Jumlah Desa, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Number of Village, Total Area and Population by Sub District
No.
Kecamatan/ Sub District
Banyaknya Desa/Kel/
Total Village
Penduduk/ Population
Luas Wilayah/
Area
(KM2)
Kepadatan Penduduk/ Population
Density
Tiap KM2 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Mardingding 10 15.616 267,11 58,46 2. Laubaleng 13 18.404 252,60 72,86 3. Tigabinanga 19 18.894 160,38 117,81 4. Juhar 24 13.841 218,56 63,33 5. Munte 22 20.565 125,64 163,68 6. Kutabuluh 16 11.549 195,70 59,01 7. Payung 8 10.627 47,24 224,96 8. Tiganderket 17 13.765 86,76 158,66 9. Simpang Empat 17 19.774 93,48 211,53 10. Naman Teran 14 11.550 87,82 131,52 11. Merdeka 9 11.973 44,17 271,07 12. Kabanjahe 13 58.500 44,65 1.310,19 13. Berastagi 9 41.442 30,50 1.358,75 14. Tigapanah 22 29.626 186,84 246,73 15. Dolat Rayat 7 7.957 32,25 309,01 16. Merek 19 15.577 125,51 124,11 17. Barusjahe 19 22.895 128,04 178,81
Jumlah/Total 2006 258 342.555 2.127,25 161,03
2005 258 316.207 2.127,25 148,65 2004 258 312.300 2.127,25 146,81
Sumber/Source: BPS Kabupaten Karo/BPS-Statistics Of Karo Regency tahun 2006
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Kekayaan Alam
Kabupaten karo merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumber
daya alam Baik yang bersumber dari hasil pertanian tanaman pangan.
Holtikultura berupa buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan maupun
hasil perkebunan lainnya. Selain itu Kabupaten yang luasnya mencapai
2127.25 Km2 ini juga kaya akan keindahan alamnya. Sesuai dengan kondisi
geografis kabupaten ini, sekitar 125.516,5 Ha atau 59% dari luas wilayahnya
masih merupakan kawasan hutan. Sekitar 20% diusahakan untuk pertanian,
6% untuk perkebunan, dan hanya 15% yang dipergunakan untuk pemukiman
atau budidaya lainnya. Pengembangan pembangunan, kemajuan teknologi
dan pertambahan penduduk menyebabkan intesitas penggunaan lahan
semakin tahun semakin meningkat, baik untuk usaha-usaha di sektor
pertanian dan perkebunan, lahan untuk industri maupun untuk pemukiman.
Aktivitas Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah sebagai tindak lanjut dengan
diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang
No. 25 1999, memberikan implikasi kepada Kabupaten Karo untuk mampu
mengemban tanggung jawab dan wewenang yang luas, baik dalam urusan
pemerintahan, maupun dalam pengelolaan pembangunan dengan
berpedoman kepada motto “MARI SIPESIKAP KUTA KEMULIHENTA”.
Adapun visi dari pemerintahan Kabupaten Karo yaitu “ Terwujudnya
Masyarakat Kabupaten Karo yang Maju, Demokratis, Beriman dan Sejahtera
dalam Suasana Kekerabatan Karo”
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Dalam mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi yang merupakan
pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang
ingin dicapai, pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus yang
dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, adapun Misi dari
Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
2. Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya tokoh agama dan
rohaniawan dalam penyelenggaraan Pemerintah, Pembangunan dan
kemasyarakatan.
3. Mengembangkan secara Optimal Pertanian, Pariwisata, Industri dan
perdagangan berbasis Agrribisnis yang berdaya saing dan berwawasan
lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan yang kritis.
4. Meningkatkan peranan koperasi dan UMKM untuk menunjang
perekonomian masyarakat melalui perbankan dan lembaga keuangan
Non bank.
5. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana Kabupaten
Karo.
6. Melestarikan nilai-nilai Budaya Karo dengan tidak menutup diri terhadap
Budaya luar yang bersifat positif.
7. Meningkatkan Ketertiban dan ketentraman masyarakat serta kesadaran
politik berdasarkan nilai demokrasi.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pemerintahan Kabupaten Karo.
a. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Karo.
Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat
penting dilakukan guna mempermudah pelaksanaan tugas-tugas yang
dibebankan. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan
perwujudan pola-pola tata hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-
bagian maupun orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang
dan tanggung jawab yang berada dalam struktur organisasi.
Struktur organisasi pemerintah kabupaten pada umumnya tidak
jauh berbeda, demikian juga halnya dengan pemerintah Kabupaten Karo
yang berbentuk garis dan staf. Bupati sebagi pemimpin tertinggi didalam
pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Skretaris Daerah dan asisten dalam
menjalankan roda pemerintahan. Bupati dan Skretaris Daerah
selanjutnya dibantu oleh dinas dan lembaga teknis ditambah Camat yang
membawahi kecamatan.
b. Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten
Dalam pelaksanaan Organisasi pemerintah Kabupaten Karo
mempunyai unsur pelaksana yaitu Sekretariat Daerah yang merupakan
unsur staf pemerintah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah
meyelenggarakan fungsi :
1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan pemerintahan daerah
2. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
3. Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana, dan sarana
pemerintah Daerah.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari:
a. Asisten Sekretaris Daerah
Asisten Sekretaris Daerah adalah unsur staf yang membantu
pelaksanaan fungsi Skretaris Daerah dan mengendalikan pelaksanaan
tugas-tugas Bagian.
b. Bagian
Setiap Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Asisten Sekretaris Daerah.
c. Sub Bagian
Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.
3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD
Dalam penyusunan APBD, pemerintah Kabupaten Karo menggunakan
format yang sesuai dengan Kep Mendagri No. 29 Tahun 2002.
Kebijakan akuntansi dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Karo terutama dalam penyusunan Laporan Aliran Kas dan
Neraca daerah adalah sebagai berikut:
a. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Karo mengacu pada format
yang disajikan pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
b. Masa pembukuan adalah 1 (satu) tahun anggaran yang dimulai pada 1
Januari dan 31 Desember.
c. Mata uang yang digunakan adalah Rupiah, Valuta asing dikonversi
berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
4. APBD Kabupaten Karo
Sesuai dengan penyusunan yang berlaku pada masa penyusunannya, maka
APBD Kabupaten Karo menggunakan berdasarkan Keputusan Menteri
dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang pedoman pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah dan penyusunan
Perhitungan APBD.
Berikut ini merupakan ringkasan perubahan APBD Kabupaten Karo dari
Tahun 2005-2007 :
Tabel 4.2
Ringkasan APBD Kabuapaten Karo Tahun 2005-2007
Kode
Rek.
Uraian 2005 2006 2007
1 PENDAPATAN DAERAH
1.1 Pendapatan Asli Daerah 12.750.000.0000 15.194.558.000 17.491.160.000
1.1.1 Pajak Daerah 5.258.000.000 5.491.600.000 6.431.760.000
1.1.2. Retribusi Daerah 5.825.000.000 7.067.958.000 7.610.500.000
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 107.000.000 337.000.000 821.900.000
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah
1.560.0000.000 2.298.000.000 2.627.000.000
1.2 Dana Perimbangan 225.493.049.000 386.702.551.000 440.589.974.256
1.2.1 Dana Bagi hasil Pajak/Bagi Hasil
bukan Pajak
8.692.049.000 14.659.551.000 18.953.974.256
1.2.2 Dana Alokasi Umum 194.397.000.000 334.102.000.000 373.637.000.000
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 12.360.000.000 26.764.000.000 47.999.000.000
1.2.4 Pendapatan bagi hasil pajak dan
bantuan keuangan dari propinsi
10.044.000.000 11.177.000.000 -
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah
5.004.825.400 13.397.032.000 60.343.673.596
1.3.1 Hibah 19.029.164.000
1.3.2 Dana Darurat
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 7.940.000.000
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
29.000.000.000
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi 4.374.509.596
Total Pendapatan 243.247.874.400 415.294.141.000 518.424.807.852
2. BELANJA
2.1 Belanja Aparatur 278.466.614.100 247.259.122.405
2.1.1 Belanja Administrasi dan Umum 179.215.984.600 263.678.820.100 -
2.1.2 Belanja Pegawai 144.330.646.240 227.288.429.400 227.643.322.405
2.1.3 Belanja Barang dan Jasa/sosial 24.225.368.700 27.153.504.500 4.201.000.000
2.1.4 Belanja perjalanan dinas 4.646.160.000 5.012.420.000
2.1.5 Belanja Pemeliharaan 6.013.791.660 4.224.466.200
2.2. Belanja Publik 57.157.355.550 147.022.761.750
2.2.1 Belanja operasi dan pemeliharaan 33.914.798.550 77.730.970.900
2.2.2. Belanja pegawai/personalia 2.797.661.000 22.541.551.000 34.253.944.634
2.2.3 Belanja barang dan jasa 12.119.650.000 6.261.000.000 77.115.032.794
2.2.4 Belanja Perjalanan dinas - 80.000.000
2.2.5 Belanja pemeliharaan 18.997.487.550 48.848.419.900
2.2.6 Belanja Modal 23.242.557.000 63.009.258.750 180.869.899.993
2.2.7 Belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan
11.780.305.000 4.520.920.000 13.914.800.000
2.2.8 Belanja tidak Tersangka 220.000.0000 1.761.612.100 1.500.000.000
Total Belanja 248.373.645.150 425.489.375.850 539.497.999.826
Surplus/(Defisit) (5.125.770.750) (10.195.234.850) (21.073.191.974)
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Daerah
3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran
tahun lalu
5.325.937.000 11.880.037.000 66.744.393.070
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
3.2 Pengeluaran Daerah
3.2.1 Penyertaan Modal 200.166.250 1.634.803.150 33.200.000.000
3.2.2 Pembayaran pokok hutang 50.000.000 100.000.000
Jumlah Pembiayaan 5.125.770.750 10.195.234.850 33.444.393.070
Sumber : APBD Kabupaten Karo Tahun 2005-2007
Dari sumber APBD diatas dapat diketahui bahwa jumlah kenaikan pendapatan,
belanja dan pembiayaan APBD Kabuapten Karo dari tahun 2005-2007 adalah:
Pada tahun 2005 pendapatan yang diterima adalah sebesar Rp 243.247.874.400,
hal ini berbeda jauh dari pendapatan yang diterima pada tahun 2006 yaitu
sebesar Rp 415.294.141.000, maka dengan data ini dapat diketahui ada kenaikan
pendapatan tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar Rp 172.046.267.400 atau sebesar
170.7 %. Pada tahun 2007 pendapatan yang diterima daerah adalah sebesar Rp
518.424.807.852, jadi dari tahun 2006 ke tahun 2007 pendapatan mengalami
kenaikan sebesar Rp 103.130.666.852 atau sebesar 124.8%.
Dalam membiayai kebutuhan daerah maka harus ada belanja yang
dianggarkan oleh pemerintah daerah, dari sumber APBD diatas dapat diketahui
bahwa: Belanja daerah untuk tahun 2005 adalah sebesar Rp 248.373.645.150
Belanja pada tahun 2006 sebesar Rp 425.489.375.850, dengan perbandingan
data ini berarti belanja dari tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar Rp
177.115.730.702 atau sebesar 171.3%. Pada tahun 2007 belanja sebesar Rp
539.497.999.826 berarti dari tahun 2006-2007 belanja mengalami kenaikan
sebesar Rp 114.008.624.026 atau sebesar 126.7%.
Pembiayaan tidak jauh berbeda dari pendapatan dan belanja, yaitu dimana
pembiayaan tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
5.069.463.100 atau sebesar 198.9%, sedangkan pada tahun 2006-2007
pembiayaan mengalami kenaikan sebesar Rp 23.249.159.220.
Surplus atau defisit dapat dilihat dari selisih antara jumlah Pendapatan
dan jumlah Belanja yang ada pada tahun 2005-2007. Pada tahun 2005 belanja
yang dianggarkan adalah sebesar Rp 248.373.645.150 dan anggaran pendapatan
adalah sebesar Rp 243.247.847.400 maka terjadi Defisit sebesar Rp
5.125.770.750, akan tetapi apabila dibandingkan dengan realisasi belanja dan
pendapatan pada tahun 2005 maka jumlah defisit ini akan berubah sesuai dengan
jumlah realisasinya, dimana jumlah realisasi belanja pada tahun tersebut adalah
sebesar Rp 250.309.310.000 dan jumlah pendapatan adalah sebesar Rp
259.706.060.155 maka defisit pada tahun 2005 adalah sebesar Rp
9.396.750.155. Pada tahun 2006 belanja yang dianggarkan adalah sebesar Rp
425.489.375.850 sedangkan anggaran pendapatan adalah sebesar Rp
415.294.141.000, sehingga terjadi defisit adalah sebesar Rp 10.195.234.850,
pada tahun 2006 mengalami surplus sebesar Rp 45.084.972.077 yang berasal
dari pengurangan realisasi pendapatan sebesar Rp 400.673.029.991 dan dengan
realisasi belanja sebesar Rp 355.588.057.914, hal ini dikarenakan realisasi
belanja lebih kecil dibandingkan dengan realisasi pendapatan. Untuk tahun 2007
terjadi defisit sebesar Rp 21.073.191.974 yang didapat dari perhitungan
pengurangan antara anggaran belanja Rp 539.497.999.826 dan anggaran
pendapatan sebesar Rp 518.424.807.852, akan tetapi pada tahun 2007
mengalami surplus sebesar Rp 33.310.272.696, yang berasal dari pengurangan
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
realisasi anggaran belanja sebesar Rp 482.992.194.894 dengan realisasi
pendapatan sebesar Rp 516.302.467.590.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel ringkasan dibawah ini :
Tabel 4.3
Perbandingan Realisasi dan Anggaran 2005-2007
N
o
Uraian Tahun Anggaran Realisasi
2005 243.247.874.400 259.706.060.155
2006 415.294.141.000 400.673.029.991
1 PENDAPATAN
2007 518.424.807.852 516.302.467.590
2005 248.373.645.150 250.302.310.000
2006 425.489.375.850 355.588.057.914
2 BELANJA
2007 539.497.999.826 482.992.194.894
2005 ( 5.125.770.750) 9.396.750.155
2006 (10.195.234.850) 45.084.972.077
3 SURPLUS/(DEFISIT
)
2007 ( 21.073.191.974) 33.310.272.696
Apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karo
mengalami defisit maka untuk menanggulangi kekurangan tersebut diambil
dari dana pembiayaan yaitu dari sisa perhitungan tahun lalu. Apabila terjadi
defisit maka besarnya hanya boleh 3% dari PDRB (Pendapatan Regional
Domestik Bruto), dan apabila dibandingkan dengan APBD mulai tahun
2005-2007 adalah
= PDRB x 100%
Total Pendapatan Daerah
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Maka dengan demikian dapat bahwa defisit anggaran mulai 2005-2007
tetap dibawah defisit anggaran yaitu 3%.
5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi Umum dalam Belanja
pada Pemerintahan Kabupaten Karo
Pada era reformasi yang dintandai dengan dikeluarkannya UU No.22
tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999, pemerintah daerah sebagai daerah
otonom memiliki kebebasan dalam menggunakan Anggaran ke arah yang
dianggap pemerintah daerah memiliki prioritas yang paling utama dan hal ini
juga harus berdasarakan hasil keputusan dan kesepakatan bersama dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masing-masing.
Pada pemerintah Kabupaten Karo Pengalokasian Dana Alokasi Umum
(DAU) dalam APBD terhadap belanja daerah ditetapkan berdasarkan
kebijakan dari pemerintah Kabupaten Karo yakni 70% dialokasikan untuk
belanja pegawai, 30% untuk belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Dalam laporan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) atau laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten Karo
disajikan perincian pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Tabel 4.4
Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan Pemerintah Kabupaten Karo
Keterangan
Kabupaten Karo
Tahun 2005 2006 2007
Pendapatan Asli Daerah 12.750.000.000 15.194.558.000 17.491.160.000
Dana Alokasi Umum 194.397.000.000 334.102.000.000 373.637.000.000
Jumlah pendapatan Non
UKP
243.247.874.400 415.294.141.000 518.424.807.852
Presentase PAD (%) 5,24 3,65 3,37
Presentase DAU (%) 79,91 80,44 72,07
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Dana Alokasi Umum
memiliki peranan yang sangat besar sebagai sumber pendapatan bagi
pemerintah Kabupaten Karo dimana persentasenya antara 72,07% s/d
80,44%. Hal ini menunjukkan jumlah yang sangat signifikan dalam
penyususnan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah
kabupaten Karo.
6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah dalam
Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo.
Pengalokasian Pendapatan Daerah terutama untuk pengalokasian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam APBD, pemerintah daerah memiliki
kebebasan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang dianggap
penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki independen
dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas kebutuhan daerah.
Prioritas belanja daerah akan sangat berpengaruh kepada rencana
strategis pemerintah daerah. Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
dalam APBD terhadap belanja daerah pemerintah Kabupaten Karo
ditetapkan berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Karo dialokasikan
untuk belanja pegawai anggota DPRD dan belanja barang dan jasa.
Berdasarkan tabel 4.4 pemerintahan Kabupaten Karo pada tahun
anggaran 2005-2007 menunjukkan peningkatan penerimaan PAD, tahun
2005 Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 12.750.000.000, tahun 2006 PAD
sebesar Rp 15.194.558.000 dan pada tahun 2007 sebesar Rp 17.491.160.000,
mulai dari tahun 2005 s/d 2007 Pendapatan Asli Daerah mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Dari data ini dapat dilihat bahwa
pemerintah Kabupaten Karo berusaha mengoptimalkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai sumber penerimaan daerah.
7. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo
Pengalokasian Pendapatan Daerah terutama dalam hal Pengalokasian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dalam
APBD, masing-masing pemerintah daerah memiliki kebebasan dan
kewenangan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang dianggap
lebih penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki
independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas daerah.
Adapaun prioritas belanja sangat dipengaruhi oleh rencana strategis
pemerintah daerah dan anggaran belanja berdasarkan kebutuhan dari masing-
masing dinas/bagian. Berikut ini adalah Pengalokasian Dana Alokasi Umum
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
terhadap Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo untuk tahun 2005-
2007, disertai dengan persentasenya.
Tabel 4.5
Pengalokasian Dana Alokasi Umum dalam Belanja Keterangan 2005 % 2006 % 2007 %
1 2 3 4 5 6 7
Dana Alokasi Umum 194.397.000.000 334.102.000.000 373.637.000.000
Belanja
1. Belanja Aparatur
Belanja Adm. Umum
Belanja
Pegawai/Personalia
112.964.660.900 54,11 178.471.010.500 53,41 157.657.615.200 42,19
Belanja Barang dan Jasa 18.960.716.880 9,75 21.321.425.460 6,38 2.909.462.204 0,77
Belanja Perjalanan Dinas 3.636.454.929 1,87 3.935.843.396 1,17 -
Belanja Pemeliharaan 4.706.871.895 2,42 3.317.127.577 0,99 -
Belanja Publik
Belanja
Operasi/Pemeliharaan
- 11.611.644.950 3,47 -
Belanja
Pegawai/Personalia
2.189.672.360 1,12 17.700.036,040 5,29 23.723.055.320 6,34
Belanja Barang dan Jasa 9.485.803.540 4,87 4.916.251.133 1,47 53.407.110.430 14,29
Belanja Perjalanan dinas - - - - -
Belanja Pemeliharaan 14.868.946.660 7,64 38.356.667.510 11,48 -
Belanja Modal 18.191.476.610 9,35 49.476.015.980 14,80 125.264.016.900 33,52
Belanja Bagi hasil/
Keuangan
9.220.205.111 4,74 3.549.908.652 1,06 9.636.892.328 2,57
Belanja Tidak Tersangka 172.189.525 0,085 1,383.249.799 0,41 1.038.846.300 0,27
Jumlah Belanja 194.397.000.0000 100 334.102.000.000 100 373.637.000.000 100
Sumber : APBD Kabupaten Karo Tahun 2005-2007
Dari tabel diatas dapat dilihat Bagaimana Pengalokasian DAU pada
Pemerintahan Kabupaten Karo untuk tahun 2005 sampai 2007. Ternyata
pengalokasian Dana Alokasi Umum yang paling besar dialokasikan untuk
belanja Pegawai dan Personalia yaitu sebesar Rp 112.964.660.900 atau
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
sekitar 54,11% dari jumlah DAU, untuk tahun 2006 DAU dialokasikan
sebesar Rp 178.471.010.500 atau sebesar 53,41% dari jumlah DAU, dan
untuk tahun 2007 DAU dialokasikan sebesar Rp 157.657.615.200 atau
sebesar 42,19% dari jumlah DAU.
Selain untuk belanja pegawai dan personalia, beberapa bidang belanja
yang mendapat pengalokasian DAU yang cukup besar adalah belanja Modal
dan belanja Barang dan Jasa. Seperti dapat dilihat pada tahun 2005 belanja
modal sebesar Rp 18.191.476.610 atau sebesar 9,35% dari jumlah DAU,
sedangkan belanja Barang dan jasa dialokasikan sebesar Rp 18.960.716.880
atau sebesar 9,75% dari jumlah DAU.
Pada tahun 2006 belanja modal dialokasikan sebesar Rp 49.476.015.980
atau sebesar 14,80% dari jumlah DAU, sedangkan belanja barang dan jasa
sebesar Rp 21.321.425.460 atau sebesar 6,38% dari jumlah DAU. Pada
tahun 2007 Belanja Modal mendapat pengalokasian DAU sebesar Rp
125.264.016.900 atau sebesar 33,52% dari jumlah DAU, sedangkan untuk
belanja barang dan jasa mendapat pengalokasian sebesar Rp 53.407.110.430
atau sebesar 14,29% dari jumlah DAU.
Pengalokasian Dana Alokasi Umum yang paling sedikit mendapat
alokasi dari DAU berbeda dari tahun 2005-2007, pada tahun 2005 belanja
yang mendapat alokasi yang paling sedikit adalah Belanja perjalanan dinas
yaitu sebesar Rp 3.636.454.929 atau sebesar 1,87% dari jumlah DAU. Pada
tahun 2006 Belanja bagi hasil/bantuan keuangan yang mendapat alokasi
yang terkecil yaitu sebesar Rp 3.549.908.652 atau sebesar 1,06%
dari jumlah DAU dan pada tahun 2007 yang mendapat jumlah alokasi paling
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
sedikit adalah Belanja barang dan jasa yaitu sebesar Rp 2.909.462.204 atau
sebesar 0,77% dari jumlah DAU.
Berikut ini adalah pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada
pemerintahan Kabupaten Karo tahun 2005-2007 dilengkapi dengan
persentasenya.
Tabel 4.6
Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Keterangan 2005 % 2006 % 2007 %
1 2 3 4 5 6 7
Pendapatan Asli Daerah 12.750.000.000 15.194.558.000
Belanja
1. Belanja Aparatur
Belanja Adm. Umum
Belanja
Pegawai/Personalia
7.409.062.006 58,0
8
8.116.647.371 53,41 7.380.464.386 42,19
Belanja Barang dan Jasa 1.234.584.727 9,75 969.672.847 6,38 136.201.360 0,77
Belanja Perjalanan Dinas 238.505.740 1,87 178.997.439 1,17
Belanja Pemeliharaan 308.711.639 2,42 150.858.980 0,99
Belanja Publik
Belanja
Operasi/Pemeliharaan
- 528.083.673 3,47
Belanja
Pegawai/Personalia
143.614.986 1,12 804.976.391 5,29 1.110.553.147 6,34
Belanja Barang dan Jasa 622.149.493 4,87 223.585.199 1,47 2.500.160.025 14,29
Belanja Perjalanan dinas - 2.856.862 0,01
Belanja Pemeliharaan 975.216.026 7,64 1.744.415.193 11,48
Belanja Modal 1.193.132.233 9,35 2.250.109.013 14,80 5.864.014.829 33,52
Belanja Bagi hasil/
Keuangan
604.729.579 4,74 161.423.086 1,06 451.134.179 2,57
Belanja Tidak Tersangka 11.293.468 0,88 62.908.540 0,41 48.631.764 0,27
Jumlah Belanja 12.750.000.000 100 15.194.558.000 100 17.491.160.000 100
Sumber : APBD Kabupaten Karo 2005-2007
Prioritas Belanja dari alokasi PAD terhadap masing-masing belanja sama
halnya dengan prioritas belanja dari alokasi DAU terhadap masing-masing
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
belanja daerah. Hal ini disebabkan karena PAD juga dialoksikan kepada
semua masing-masing sektor belanja.
Tidak jauh berbeda dari DAU, demikian juga PAD dialokasikan belanja
pegawai dan personalia mendapat alokasi yang paling besar, dimana pada
tahun 2005 yaitu sebesar Rp 7.409.062.006 atau sebesar 58,08% dari jumlah
PAD, pada tahun 2006 alokasi PAD sebesar Rp 8.116.647.371 atau sebesar
53,41% dari jumlah PAD dan pada tahun 2007 jumlah belanja
pegawai/personalia sebesar Rp 7.380.464.386 atau sebesar 42,19% dari
jumlah PAD.
Belanja Modal juga mendapat alokasi yang besar dari PAD, hal ini dapat
di lihat pada tahun 2005 jumlah yang dialokasikan sebesar Rp 1.193.132.233
atau sebesar 9,35% dari jumlah PAD, pada tahun 2006 juga mendapat
alokasi yang cukup besar yaitu sebesar Rp 2.250.109.813 atau sebesar
14,80% dari jumlah PAD, dan pada tahun 2007 belanja modal sebesar Rp
5.864.014.829 atau sebesar 33,52% dari jumlah PAD.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. APBD Kabupaten Karo
Belanja, pendapatan dan pembiayaan APBD Kabupaten Karo sejak tahun
2005-2007 mengalami kenaikan. Sejak tahun 2005 mengalami kenaikan
sebesar Rp 177.115.730.702 atau sebesar 171.3% dan belanja tahun 2006 ke
tahun 2007 terdapat kenaikan sebesar Rp 114.008.624.026 atau sebesar
126.7%.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Untuk pendapatan pada tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan
sebesar Rp 172.046.267.400 atau sebesar 170,7% sedangkan dari tahun
2006 ke tahun 2007 pendapatan mengalami kenaikan sebesar Rp
103.130.666.852 atau sebesar 124.8%.
Pembiayaan juga tidak jauh berbeda dari pendapatan dan belanja, yaitu
dimana pembiayaan tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar
Rp 5.069.463.100 atau sebesar 198.9%, sedangkan pada tahun 2006-2007
pembiayaan mengalami kenaikan yang sangat drastis yaitu sebesar Rp
23.249.159.220.
Apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karo
mulai tahun 2005-2007 mengalami defisit, hal ini disebabkan jumlah belanja
daerah lebih besar dibanding jumlah pendapatan.
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam Belanja Pemerintah Kabupaten Karo
Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa pemerintahan Kabupaten
Karo diberi kebebasan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang
dianggap penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki
indenpendensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas daerah.
Pemerintahan Kabupaten Karo lebih memprioritaskan pengalokasian Dana
Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah pada Belanja pegawai secara
umum dan Belanja barang/jasa sesuai dengan misi dari Kabupaten Karo
yaitu untuk peningkatan Sumber Daya Manusia yang berpengalaman dan
terampil dibidangnya.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian dan pembahasan mengenai Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Pemerintah Kabupaten Karo
melalui perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Karo berusaha mengoptimalkan PAD dan DAU
sebagai sumber penerimaan daerah, hal ini dapat dilihat dari penerimaan
PAD dan DAU yang mengalami Peningkatan pada tahun anggaran 2005-
2007.
2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam
belanja pemerintahan kabupaten karo belum dialokasikan secara merata. Hal
ini dapat dilihat dari anggaran belanja daerah paling besar dialokasikan
untuk kebutuhan belanja pegawai dan belanja barang/jasa, sedangkan masih
banyak hal yang harus dibenahi dalam pemerintahan kabupaten karo yaitu
pada bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan dan pariwisata.
3. Untuk tahun anggaran 2005-2007 Pemerintah Kabupaten Karo lebih
memprioritaskan pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk belanja pegawai dan belanja
barang/jasa, jadi pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah belum berjalan secara efektif dan efisien.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan sebelumnya,
maka penulis menawarkan beberapa saran sesuai dengan topik yang dibahas
dalam skripsi ini, yaitu:
1. Pemerintah Kabupaten Karo sebaiknya lebih meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sehingga dapat melaksanakan efisiensi dalam hal
pembelanjaan yang dapat mengurangi defisit pada APBD Kabupaten Karo
2. Dalam penyusunan APBD Pemerintah Kabupaten Karo agar lebih
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan utama dari daerah tersebut,
sehingga dalam pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah dapat berjalan secara maksimal dan terarah.
3. Dalam pengalokasian DAU dan PAD Pemerintah Kabupaten Karo sebaiknya
memperhatikan semua bidang agar pengalokasian DAU dan PAD dapat
dimanfaatkan secara optimal, terutama dalam hal perhubungan dan
pembangunan sarana dan prasarana pariwisata, karena dengan hal ini maka
akan menambah jumlah wisatawan domestik dan wisatawan asing yang
berkunjung ke Kabupaten Karo, sehingga keadaan ini diharapakan akan
menambah Pendapatan Daerah dari sektor pariwisata.
4. Pemerintah daerah harus meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia
yang terampil, dan memahami secara dalam tentang keuangan, hal ini dapat
diperoleh melalui perekrutan pegawai dengan kualifikasi di bidang akuntansi
yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan yang cukup agar
perhitungan dalam menyusun APBD dapat berjalan efektif dan efisien.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra, 2003. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3 Akuntansi Sektor
Publik, Salemba Empat, Jakarta. , 2004. Akuntansi Keuangan Daerah; Akuntansi Sektor
Publik. Edisi Revisi: Salemba Empat, Jakarta. Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi fiskal dan Keuangan Daerah
Dalam Otonom, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Sidik, Machfud, B. Raksana Mahi, Robert Simanjuntak, & Bambang
Brojonegoro, 2002, Dana Alokasi Umum-Konsep Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Sidik, Machfud, Djoko Hidayanto, Tjip Ismail, Kadjatmiko, Arlen T.Pakpahan
& Ardriansah, 2004, Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta.
Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi, Edisi Ketiga. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002
tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
, Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan Daerah , Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. , Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan.
, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. , Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009
, Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Dana Alokasi umum
, Undang-Undang No. 34 tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. , Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang Kewenangan
Daerah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom. , Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah. , Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.