08E01542.pdf

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN SKRIPSI PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN KARO Oleh : Nama : Erwin Ginting Nim : 040522175 Departemen : Akuntansi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2008 Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Transcript of 08E01542.pdf

Page 1: 08E01542.pdf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI

MEDAN

SKRIPSI

PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)

DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM

BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN

KARO

Oleh :

Nama : Erwin Ginting

Nim : 040522175

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

2008

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 2: 08E01542.pdf

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum dimuat,

dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,

benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.

Medan, 19 juni 2008

Yang Membuat Pernyataan

Erwin Ginting

NIM. 040522175

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 3: 08E01542.pdf

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

Karunia dan anugerah-Nya yang memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan,

dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja pada Pemerintahan

Kabupaten Karo”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang

disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan

penulis baik materi, teknik penyusunan maupun hasil analisisnya. Oleh karena

itu dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca

untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan,

tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga Doa dari semua pihak yang

membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi

ini kepada :

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 4: 08E01542.pdf

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, Msi Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor

Nasution, SE, Macc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rasdianto, Msi dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi selaku

Dosen Pembanding/Penguji I & II, dan seluruh staf pengajar dan pegawai di

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan

membimbing serta membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Bupati Karo Drs. Daulat Daniel Sinulingga, Bapak Sekretaris Daerah

Drs. Makmur Ginting, Bapak Sarjana Ginting, Bapak Andriasta Tarigan,

Bapak Swingli Sinulingga, Bapak Irwan Bangun, serta seluruh Kepala Dinas

dan pegawai Pemkab Karo yang telah meluangkan waktunya dalam

memberikan keterangan dan data yang diperlukan selama penulis riset dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Untuk Kedua orang tua tercinta Ayahanda P.Ginting (Alm) dan Ibunda K.

Barus yang tidak pernah berhenti memberikan cintanya serta Saudara-

saudaraku Abang Samudra, Abang Jekson, Kak Mega, Kak Mbera, Timoty

yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa kepada penulis.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 5: 08E01542.pdf

7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan

keceriaan bagi penulis selama ini yakni yang tersayang Betaria, Karunia,

Maya, Rats, Hana, Merry, Saprianto, Pukka, Bengbeng, Ronald, Anwar,

Hubert, serta Teman-teman di Pasar VII No. 65

8. Keluarga Besar GPdI El-Shaddai dan BSP Generation, terima kasih buat

dorongan dan doa-doanya selama ini, God Bless All.

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa program

studi Akuntansi.

Medan, 19 Juni 2008

Penulis

Erwin Ginting

NIM. 040522175

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 6: 08E01542.pdf

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam belanja pemerintahan Kabupaten Karo. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dana alokasi umum dengan jumlah yang sangat besar merupakan sumber dana utama bagi daerah untuk membiayai operasi utamanya seharihari. Sedang pendapatan asli daerah sebagai pencerminan kemampuan daerah juga berperan walaupun tidak secara keseluruhan.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jenis data yang dipakai adalah data kulitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh dengan cara dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dengan responden bagian keuangan pada pemerintahan Kabupaten dan bagian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penulis juga telah melakukan analisis efektivitas pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Karo, dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu : (a) Dalam sistem keuangan daerah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Karo masih menggunakan metode single entry, (b) Adanya Peningkatan penerimaan PAD dan DAU, (c) Telah efektifnya pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Karo.

Kata kunci : Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),

Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 7: 08E01542.pdf

ABSTRACT This research aims to know the alocation of Block grant and Original Earnings of Region Tanah Karo regency expences. The data analized in this research are processed from Revenue Estimate and Region Expences. The result of analusis show that DAU in a great number is the main expences Source for the region to pay its daily main operation. Original Earnings Of Region as the reflection ofregion capacity also has a role eventhough not in the whole. Descriptive research design was done in doing the research in this thesis. The kinds of data used are qualitative and quantitative data that consist of primaru and secondary data. The data was abtained by doing documentation and interviewing. It was done by researcher with the respondent of financial department related to this research. The writer has also done the analysis of the efectifity of Block Grant and Original Earnings of Region Alocation on the expences of central Tanah Karo regency. From the research, some conclution s are drawn of follow : a) in region financial system applied, Tanah Karo regency still use single entry method. b) the is increasing of Original Earnings og region and Block Grant acceptance. c) The alocation of Block Grant and original Earnings of region on central anah karo regency has been effective. Keywords : Revenue Estimate and Region Expences, Block Grant, Origina

Earnings Of Region, Region Expences.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 8: 08E01542.pdf

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ………………………………………………………..i

KATAPENGANTAR ………………………………………….............ii

ABSTRAK …………………………………………………………….. v

ABSTRACT ……………………………………………………………vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………..vii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………...x

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..xi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………….... 1

B. Perumusan Masalah ……………………………………….. 3

C. Tujuan Penelitian……………………………........................3

D. Manfaat penelitian …………………………………………..4

E. Kerangka Konseptual ……………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dana Alokasi Umum……………………………………….. 6

1. Pengertian Dana Alokasi Umum……………………….. 6

2. Sejarah Dana Alokasi Umum………………………….... 7

3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum……………….. 10

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 9: 08E01542.pdf

4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum

Dan Formula Perhitungannya…………………………… 12

B. Pendapatan Asli Daerah……………………………………... 23

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah……………………… 23

2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah……………………… 23

C. Belanja Daerah……………………………………………….. 27

1. Pengertian dan Jenis Belanja …………………………….. 27

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

Asli Daerah dalam Belanja Kabupaten…………………… 31

BAB III METODE PENELTIAN

1. Tempat Penelitian……………………………………………….. 32

2. Jenis Penelitian…………………………………………………...32

3. Jenis Data……………………………………………………….. 32

4. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 33

5. Metode Penelitian………………………………………………. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian………………………………………………..... 34

1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Karo………………34

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas pemerintah

Kabupaten Karo……………………………………………… 40

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 10: 08E01542.pdf

3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD….. 42

4. APBD Kabupaten Karo…………………………………… 42

5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi

Umum dalam Belanja pada Pemerintahan Kabupaten Karo…. 48

6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan

Asli Daerah Dalam Belanja pada Pemerintahan

Kabupaten Karo…………………………………………… 49

7. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja

Pemerintahan Kabupaten Karo……………………………….. 50

B. Analisis Hasil Penelitian………………………………………….. 56

1. APBD Kabupaten Karo………………………………………... 56

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja

Pemerintahan Kabupaten Karo…………………………………57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………………. 58

B. Saran…………………………………………………………………... 59

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………61

LAMPIRAN

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 11: 08E01542.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Daftar Tarif Pajak Daerah………………………… 25

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah

Penduduk menurut Kecamatan……………………. 37

Tabel 4.2 Rinkasan APBD Kabupaten Karo Tahun

2005-2007 ………………………………………… 43

Tabel 4.3 Perbandingan Realisasi dan Anggaran

Tahun 2005-2007…………………………………. 47

Tabel 4.4 Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan

Pemerintah Kabupaten Karo …………………….. 49

Tabel 4.5 Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) ……... 52

Tabel 4.6 Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD)……. 54

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 12: 08E01542.pdf

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Proses Penerapan Variabel dan rumus DAU………….. 18

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 13: 08E01542.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karo.

Lampiran 2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Karo.

Lampiran 3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kabupaten Karo

Lampiran 4 Ringkasan APBD Kabupaten Karo tahun 2005

Lampiran 5 Ringkasan APBD Kabupaten Karo tahun 2006

Lampiran 6 Ringkasan APBD Kabupaten karo tahun 2007

Lampiran 7 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun yang

berakhir 31 Desember 2006 dan 2005

Lampiran 8 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun yang

berakhir 31 Desember 2007 dan 2006

Lampiran 9 Daftar Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Karo tahun 2006 dan target Tahun 2007

Lampiran 10 Rekapitulasi Target Dan Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Karo

Tahun 2007.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 14: 08E01542.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, pemerintah daerah berhak untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut azas otonomi daerah dan tugas pembantuan, diarahkan untuk

mempercepat tercapainya kesejahtraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta semua masyarakat, serta juga meningkatkan daya saing

daerah dengan memperhatikan prinsip Demokrasi, pemerataan, keadilan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Efisiensi

dan Efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih

memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan daerah,potensi dan

keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan

kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan

kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Penerapan prinsip good governance pada masa reformasi

menuntut adanya perubahan paradigma berpikir dan bertindak bagi semua elemen

birokrasi pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah. Perubahan pandangan berpikir

tersebut diarahkan untuk menghasilkan suatu manajemen keuangan pemerintah yang

transparan, dapat dipertanggung jawabkan, dan efektif yang mendukung peningkatan

peran serta masyarakat dan supremasi hukum di bidang keuangan negara dan

meningkatkan kinerja pemerintah.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 15: 08E01542.pdf

Kep Mendagri no.29/2002 mengisyaratkan bahwa untuk tujuan efektivitas atas

pengelolaan dana yang dikelolanya, pemerintah daerah diwajibkan menyiapkan laporan

keuangan daerah sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban kepala daerah. Oleh

karena itu pemerintah daerah Kabupaten Karo yang merupakan salah satu Pemerintah

Kabupaten yang ada di sumatera utara diharuskan menyusun laporan

pertanggungjawaban keuangan daerah yang meliputi neraca daerah, laporan perhitungan

APBD, nota perhitungan APBD dan laporan aliran kas. Dari laporan APBD dapat

dianalisis sumber dan penggunaan dana oleh pemerintah daerah selama satu tahun

fiskal, sumber dana tersebut tercantum dalam APBD yang mencakup transfer dana

perimbangan dan pemerintah pusat.

Dalam undang-undang No. 33/2004 diterangkan bahwa untuk pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan

yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum dan bagian daerah dari

bagi hasil pajak dan bukan pajak. Dimana disamping Dana Perimbangan tersebut

pemerintah daerah memilki sumber pendapatan sendiri berupa pendapatan Asli Daerah,

pinjaman daerah, maupun penerimaan lain yang sah. Tujuan dari pemerintah pusat

adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan menjamin

tercapainya standar pelyananan publik di seluruh negeri, tetapi pada prakteknya transfer

dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama pemerintah daerah untuk

membiayai operasi utamanya sehari-hari yang dilaporkan dalam perhitungan APBD.

Dana alokasi umum memegang peranan yang sangat dominan dibanding sumber dana

lain seperti dana alokasi khusus maupun dana kontijensi (penyeimbang). Untuk itu

diharapakan Dana Alokasi umum dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk

meningkatkan pelayanan pada masyarakat sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 16: 08E01542.pdf

mempercepat pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan, disamping tetap

memaksimalkan potensi daerah untuk membiayai kebutuhan daerah.

Keadaan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang dituangakan dalam

bentuk skripsi dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uaraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi

dasar dalam penyususnan skripsi yaitu “Bagaimana Pengalokasian Dana Alokasi

Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada pemerintahan Kabupaten

Karo”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Pengalokasian Dana Alokasi

Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini,penulis berharap dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai pengalaman dan bahan masukan bagi penulis dalam pemahaman bidang

Akuntansi Sektor Publik pada umumnya dan akuntansi keuangan daerah pada

khususnya

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemerintah kabupaten Karo untuk

melihat efektivitas dan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 17: 08E01542.pdf

sumber dana untuk digunakan membiayai aktivitas pemerintahan kabupaten

Karo dalam penyusunan APBD.

3. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti sejenis unuk

menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.

E. Kerangka Konseptual

BELANJA DAERAH

DANA ALOKASI PENGALOKASIAN

UMUM (DAU)

PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD): 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Bagian Laba Usaha

Daerah (BUMD) 4. Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 18: 08E01542.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dana Alokasi Umum

1. Pengertian Dana Alokasi Umum

Menurut Bastian ( 2003:84) “Dana Alokasi Umum adalah dana

perimbangan dalam rangka untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah.”

Menurut Brojonegoro dan C. Risyana dalam Sidik, et, al (2002:155)

“Dana Alokasi Umum adalah transfer bersifat umum yang jumlahnya sangat

signifikan dimana penggunaanya menjadi kewenangan daerah”.

Sedangkan menurut Halim (2002: 160) “Dana Alokasi Umum adalah

dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk

membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa Dana Alokasi Umum memiliki jumlah

yang sangat signifikan sehingga semua pemerintah daerah menjadikannya sebagai

sumber penerimaan terpenting dalam anggaran penerimaannya dalam APBN. Oleh

karena itu, Dana Alokasi Umum dapat dilihat sebagai respon pemerintah terhadap

aspirasi daerah untuk mendapatkan sebahagian kontrol yang lebih besar terhadap

keuangan negara.

Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk mengatasi ketimpangan fiskal

keuangan antara pemerintah pusat dan ketimpangan horizontal antar pemerintah

daerah karena ketidakmerataan sumber daya yang ada pada masing-masing daerah.

Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah dimana pada bagian

ini dianggarkan jumlah DAU sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 19: 08E01542.pdf

pemerintah. Dalam perhitungannya DAU menggunakan formula yang menggunakan

beberapa aspek seperti luas daerah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, indeks

harga bangunan, dan jarak tingkat kemiskinan.

2. Sejarah Dana Alokasi Umum

a. Transfer dan Dana Alokasi Umum di Berbagai Negara Berkembang

Model transfer pada satu negara tidak yang dapat digunakan secara

mutlak di negara lainnya, hal ini disebabkan karena memang kebutuhan dan

kondisi politik serta ekonomi yang terdapat pada masing-masing negara sangat

mempengaruhi desain atau sistem transfer pusat ke daerah.

1. Cina

Negara cina mengenal sistem desentralisasi keuangan baru setengah

dekade terakhir, sebagai akibat perubahan sistem perencanaan yang terpusat ke

perekonomian yang berbasis pasar. Cina merupakan Block Grant hanya pada

provinsi sebesar 25% dari PPN, Pajak Bisnis, PPh BUMN, dan PPh

Perorangan.

2. Filipina

Filipina berbentuk kesatuan dengan struktur pemerintahannya berlapis

(multi tiered). Sejak tahun 1991 Filipina mengeluarkan Undang-undang Local

Government Code 1991. Didalam Code tersebut diatur bahwa Dana Alokasi

Umum dialokasikan sebesar 23% untuk kota, dan 54% lagi untuk yang

lainnya. Dana ini dialokasikan dari penerimaan dalam negeri sebesar 40%.

Dana ini ditetapkan 20% untuk proyek-proyek pembangunan.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 20: 08E01542.pdf

3. Afrika Selatan

Sistem pemerintah di Afrika Selatan terdiri dari tiga lapis: Pusat, Provinsi, dan

daerah (lokal) dengan masing-masing memiliki kapasitas pendapatan yang

berbeda. Negara ini mengenal sistem transfer sudah sejak lama, namun yang

dianggap sukses mulai dikenalkan pada tahun 1997 untuk provinsi dan tahun

1998 untuk pemerintah daerah. Alokasi untuk provinsi lebih besar di banding

alokasi untuk pemerintah daerah. Dana Block Grant diambil dari anggaran

nasional yang didistribusikan atas beberapa komponen, yaitu: 41% untuk

pendidikan, 19% untuk kesehatan, 17% untuk jaminan kesejahteraan sosial,

8% komponen keterbelakangan, 5% bagi rata yang merupakan komponen

institusional.

Sistem transfer di Indonesia yang ada saat ini merupakan hasil evolusi

sepanjang kurun waktu 50 tahun sejak tahun 1945. Sistem ini mempunyai arti

yang sangat penting bagi pemerintah daerah. Karena sekitar dua per tiga

pengeluarannya dibiayai melalui transfer yang diberikan oleh pemerintah

pusat.

Secara umum, terdapat tiga jenis transfer di Indonesia, yaitu subsidi yang

bertujuan mencukupi kebutuhan rutin terutama gaji, bantuan yang bertujuan

untuk memberikan bantuan pembangunan baik yang bersifat umum maupun

khusus, dan Daftar Isian Proyek (DIP). Subsidi dfan bantuan dikategorikan

sebagai bantuan antar tingkat pemerintah (intergovermenta grants) sebab

menjadi bagian dari anggaran pemerintah daerah. Sedang Daftar Isian Proyek

diklarifikasikan sebagai dana yang mengalir ke daerah, namun tidak termasuk

ke dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelum terbentuknya UU Nomor 32

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 21: 08E01542.pdf

Tahun 1956 tentang perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah, sistem

subsidi yang dipakai adalah sistem sluit post, yaitu suatu bentuk subsidi yang

memberikan tunjangan sebesar selisih antara besarnya rencana pengeluaran

dan penerimaan yang diajukan oleh daerah ke pusat. Namun dalam

prakteknya pemberian tunjangan sangat bergantung pada kebijakan sepihak

dari pemerintah pusat. Hal ini cukup menyulitkan karena daerah tidak dapat

mengetahui atau mempunyai kepastian mengenai besarnya subsidi yang akan

diberikan kepada daerah. Sejak tahun 1956, pola hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah mengalami perubahan dengan keluarnya UU

Nomor 32 tahun 1956. Secara konseptual pola hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah diterjemahkan ke dalam 3 hal utama, yaitu:

a. Penyerahan sumber Pendapatan Negara kepada daerah

b. Pemberian bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak Negara kepada

daerah.

c. Memberi ganjaran, subsidi, dan sumbangan kepada daerah.

Pemerintah pusat memberikan subsidi kepada daerah dengan kriteria alokasi

dana yang didasarkan pada variabel-variabel yang justru tidak memiliki

kaitan dengan tujuan utama bantuan tersebut. Sebagai akibatnya, bantuan

pusat ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesenjangan

pendapatan antar daerah. Sebahagian besar bantuan tersebut merupakan

bantuan khusus, maka melalui konsep desentralisasi fiskal dalam UU no.

33/2004 lebih menekankan peranan dari bantuan yang bersifat umum

(general purpose grant) yang dikenal sebagai Dana Alokasi Umum.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 22: 08E01542.pdf

3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum

Ada beberapa alasan perlunya dilakukan pemberian Dana Alokasi Umum dari

pemerintah pusat ke daerah, yaitu:

A. Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertical. Hal ini

disebabkan sebagian besar sumber-sumber penerimaan utama di negara

bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil

sumber-sumber penerimaan negara atau hanya berwenang untuk memungut

pajak yang bersifat lokal dan mobilitas yang rendah dengan karakteristik

besaran penerimaan relatif kurang signifikan.

B. Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini

disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan

sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan sangat bergantung

pada sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut.

C. Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut.

D. Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di saat

perekonomian daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika

perekonomian sedang lesu.

Sedang tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk:

a. Meniadakan atau meminimumkan Ketimpangan fiskal vertical

b. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal

c. Menginternalisasikan/memperhitungkan sebahagian atau seluruh

limpahan manfaat/biaya kepada daerah yang menerima limpahan

manfaat tersebut.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 23: 08E01542.pdf

d. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif

menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh

menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.

4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum dan Formula

Perhitungannya

A. Kriteria Desain Dana Alokasi Umum

Dalam deasin Dana Alokasi Umum ada tiga faktor yang perlu

diperhatikan, yaitu: sumber dana untuk Alokasi DAU (ditributable pool),

formula distribusi, dan kondisionalitas (conditionality).

1. Sumber Dana

Satu ciri sistem transfer keuangan pusat ke daerah adalah stabilitas,

disamping fleksibilitas. Hal ini tampak bertentangan tapi bukan tidak

mungkin untuk dicapai, dan berkaitan dengan sumber dana. Secara mendasar

berdasarkan praktek di banyak negara, ada tiga cara untuk menentukan

berapa jumlah dana yang akan dialokasikan untuk transfer pusat dan daerah:

a. Proporsi tertentu dari penerimaan pemerintah,atau persentase tertentu

dari APBD

b. Secara ad hoc yaitu transfer keuangan yang didesain oleh pemerintah

pusat yang didasarklan pada antara lain alokasi prioritas nasional atau

alokasi tambahan yang ditujukan untuk tujuan tertentu untuk satu tahun

anggaran tertentu.

c. Bedasarkan Formula yakni distribusi penerimaan ke daerah yang

didasarkan kepada satu formula tertentu atau mempertimbangkan faktor-

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 24: 08E01542.pdf

faktor tertentu; by grant to reimburse cost: artinya transfer keuangan

kepada daerah untuk membiayai satu jenis pengeluaran tertentu.

Misalkan sebagai proporsi dari pengeluaran spesifik atau

dikaitkan dengan berbagai karaktaristik umum daerah penerima transfer.

Dana Alokasi Umum dalam hali ini menggunkan cara yang pertama dan

merupakan cara yang baik untuk menciptakan stabilitas bagi pemerintah

daerah sekaligus fleksibilitas bagi pemerintah pusat.

2. Formula Distribusi

Faktor formula distribusi sangat penting dalam menghasilkan efek yang

diharapkan bagi daerah sehingga formula yang tepat harus diusahakan.

Maka transfer yang dapat dinegosiasikan sangat dihindarkan, apalagi

sampai daerah bisa mempengaruhi faktor atau variabel yang dipakai

dalam formula untuk kepentingannya.

3. Kondisionalitas

Dana Alokasi Umum adalah unconditional block grant, sehingga

persyaratan serupa tidak ada. Seperti sudah diuraikan, tujuan utama Dana

Alokasi Umum adalah untuk mnenjamin semua daerah memiliki sumber

dana dalam menyediakan pelayanan minimum dengan standar tertentu.

Namun untuk penggunaan transfer bersyarat masih sangat kurang di

Indonesia. Transfer ini sangat efektif digunakan sebagai sarana

mencapai sasaran di berbagai sektor tertentu, misalnya : kesehatan,

pendidikan, dan infrastruktur dasar. Transfer ini cukup baik dalam

rangka menciptakan pemerataan standar di pelosok-pelosok Indonesia.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 25: 08E01542.pdf

Menurut Kadjatmiko dalam sidik, et, al (2004 : 133) untuk desain

transfer pusat ke daerah ada beberapa kriteria umum yang harus

dipenuhi, antara lain:

a. Otonomi

Merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah suatu

negara itu berbentuk federal maupun kesatuan. Dengan otonomi

berarti pemerintah daerah memiliki independensi dan fleksibilitas

dalam menentukan prioritas-prioritas belanja.

b. Penerimaan yang memadai (revenue adequaty)

Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk

transfer) yang cukup untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi

yang diembannya.

c. Keadilan (equity)

Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah seharusnya berhubungan

positif dengan kebutuhan fiskal daerah, dan sebaiknya berkebalikan

dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.

d. Transparan dan Stabil

Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat di akses

masyarakat, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setiap daerah

dapat memperkirakan berapa penerimaan totalnya termasuk transfer

sehingga memudahkan penyusunan anggaran.

e. Sederhana (simplicity)

Alokasi dana kepada pemerintah daerah didasarkan pada faktor-

faktor obyektif dimana unit-unit individual tidak memilki kontrol

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 26: 08E01542.pdf

atau tidak dapat dapat mempengaruhinya. Disamping itu juga

formula harus relatif mudah untuk dipahami.

f. Insentif

Desain transfer harus sedemikian rupa sehingga memberikan

semacam insentif bagi daerah dengan manajmen fiskal yang baik,

dan sebaiknya menyangkal praktik-praktik yang tidak efisien.

B. Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum

Dalam penyusunannya, rumus Dana Alokasi Umum mengacu pada beberapa

prinsip dasar agar rumus yang dipakai memenuhi beberapa aspek, seperti

aspek legalitas hukum, aspek akademis, dan aspek implementasi di lapangan.

Prinsip- prinsip tersebut adalah:

1. Norma hukum dalam UU Nomor 33 tahun 2004

Undang-undang nomor 33 yang telah disetujui DPR menjadi dasar

implementasi dana perimbangan. Didalam pemerintahan kabupaten karo

Peraturan Daerah yang mengatur Dana Alokasi Umum yaitu Perda No.

10 Tahun 2004 tentang bagaimana Pengelolaan Dana Alokasi Umum.

Oleh karena itu, dalam pembuatan rumus DAU harus memenuhi kaidah-

kaidah dasar yang telah dicantumkan dalam undang-undang No. 33 tahun

2004. Salah satu kaidah yang terpenting adalah bahwa Dana Alokasi

Umum dialokasikan kepada daerah dengan menggunakan bobot daerah.

Sementara itu bobot daerah itu sendiri harus dirumuskan dengan

menggunakan suatu formula yang didasarkan atas pertimbangan

kebutuhan dan potensi penerimaan daerah.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 27: 08E01542.pdf

2. Hubungan antara kebutuhan dan potensi daerah harus jelas. Daerah

yang relatif lebih maju dan mampu berdiri sendiri bila dibandingkan

dengan daerah lain, maka daerah bersangkutan akan memerlukan

bantuan dari pusat yang relatif kecil. Daerah yang lebih maju pada

umumnya akan memiliki Pendapatan Asli Daerah dan atau bagi hasil

pajak dan bukan pajak (sumber daya alam) yang relatif lebih besar. Oleh

karena itu, dalam perumusannya formula Dana Alokasi Umum

disepakati bahwa daerah yang akan memperoleh Dau adalah daerah yang

memerlukan pembiayaan kebutuhan daerah, tetapi tidak mampu

membiayai selisih antara kebutuhan daerah dengan potensinya.

3. Rumus untuk menentukan alokasi DAU harus mudah dipahami dan logis

Rumus Dana Alokasi Umum didasarkan atas formula yang sederhana,

mudah dipahami, dan juga mudah dihitung oleh daerah bila data tersedia.

Selain itu rumus tersebut harus logis; artinya memenuhi kaidah-kaidah

prinsip teori maupun UU No. 33 tahun 2004, serta tidak

mempertentangkan prinsip yang satu dengan yang lain (konsisten).

4. Rumus didasarkan atas variabel-variabel yang datanya tersedia akurat.

Formula alokasi DAU harus memiliki variabel-variabel yang datanya

terdapat di setiap daerah, dan selain itu data tersebut berasal dari sumber

informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarakan uraian

diatas, maka alur pemikiran dalam penyusunan formula Dana Alokasi

Umum dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut:

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 28: 08E01542.pdf

VARIABEL KEBUTUHAN - Jumlah penduduk - Luas wilayah - Kepadatan penduduk - Indeks harga bangunan - Property Gap atau jarak

KEBUTUHAN FISKAL - Jumlah penduduk - Luas wilayah - Keadaan geografi - Penduduk miskin

FORMULA DAU

Amanat UU 25/1999 Perimbangan keuangan Pusat dan daerah

VARIABEL POTENSI - PDRB Industri dan jasa - Bagi hasil DSA, PBB,

BPHTB

POTENSI PENERIMAAN - Potensi Industri - Potensi SDA - Potensi SDM - PDRB

Gambar 2.1

Proses penerapan variabel dan rumus DAU

Sumber: Sidik, et al. Dana Alokasi Umum, 2002

C. Potensi Penerimaan

Potensi penerimaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 2000

tentang Dana Perimbangan, terdiri atas variabel-variabel sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor sumber daya alam (primer)

Sektor-sektor yang termasuk dalam sumber daya alam ini adalah sektor yang

diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 untuk dibagihasilkan ke daerah yaitu:

Kehutanan, perikanan, pertambangan, minyak dan gas. Variabel ini

dipergunakan untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah kaya dengan

daerah miskin sumber daya alam. Untuk menunjukkan perbedaan antara satu

daerah dengan daerah lain dalam sumber daya alam, dapat dibuat indeks SDA

sebagai berikut:

Indeks SDA Daerah = [PDRB Sektor Daerah/PDRB Daerah]

[PDRB Sektor SDA Nasional/PDB Nasional]

2. PDRB sektor industri dan jasa lainnya (non-primer)

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 29: 08E01542.pdf

Sektor yang termasuk di dalamnya adalah sektor-sektor yang tidak

termasuk dalam sektor SDA. Variabel ini diperlukan untuk menunjukkan

potensi penerimaan suatu daerah dari sumber-sumber yang berasal bukan dari

bagi hasil SDA, seperti PAD maupun bagi hasil pajak PBB. Untuk

menunjukkan perbedaan potensi suatu daerah di sektor industri tertentu, dapat

dilihat dengan Indeks Industri sebagai berikut:

Indeks Industri Daerah = [PDRB sektor non primer Daerah/PDRB Daerah]

[PDB Sektor non primer Nasional / PDB Nasional ]

3. Besarnya Angkatan Kerja

Variabel ini untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah atas sumber

daya manusianya. Suatu daerah yang memiliki sumber daya manusia yang besar

secara relatif akan memiliki potensi penerimaan yang lebih baik, misalnya

potensi penerimaan bagi hasil PPh perorangan, dan juga Pendapatan Asli Daerah.

Untuk menunjukkan perbedaan potensi suatu daerah dari segi tenaga kerjanya

dapat dibuat indeks SDM sebagai berikut:

Indeks SDM Daerah = [Angkatan kerja Daerah / Populasi Daerah]

[Angkatan kerja Indonesia / Populasi Indonesia

D. Kebutuhan Daerah

Kebutuhan daerah terdiri dari beberapa variabel berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 84 tahun 2001 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.

104 Tahun 2000 Tentang Dana perimbangan Sebagai berikut :

1. Jumlah Penduduk

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 30: 08E01542.pdf

Besarnya penduduk suatu daerah mencerminkan kebutuhan pelayanan yang

diperlukan. Untuk menunjukkan perbedaan kebutuhan antara suatu daerah dengan

yang lain berdasarkan jumlah penduduk, dapat dibuat Indeks Beban Penduduk

sebagai berikut:

Indeks Penduduk = Populasi Daerah

Rata-rata Populasi Daerah Secara Nasional

2. Luas Wilayah

Daerah dengan penduduk yang tidak padat, tetapi dengan memilki cakupan

wilayah yang luas, membutuhkan pembiayaan yang besar. Untuk menunjukkan

perbedaan kebutuhan suatu daerah didasarkan atas luas wilayahnya digunakan

Indeks Luas Wilayah sebagai berikut:

Indeks Luas Wilayah = Luas Daerah

Rata-rata Luas Daerah secara Nasional

3. Indeks Harga Bangunan

Indeks harga bangunan merupakan penerimaan dari kondisi geografis suatu

daerah. Semakin sulit kondisi geografis suatu daerah, maka diperlukan

pmbiayaan lebih besar. Biaya konstruksi akan lebih mahal pada daerah-daerah

pegunungan maupun daerah terpencil lainnya (seperti kepulauan yang tersebar)

dibandingkan dengan daerah yang relatif di daratan. Oleh karena itu, biaya

pelayanan pada daerah dengan kondisi geografis yang sulit semacam ini

cenderung akan lebih besar. Indeks harga bangunan mampu menunjukkan

tingkat kesulitan geografis daerah. Untuk menghitung perbedaan satu daerah

dengan yang lain didasarkan atas indeks harga, digunakan Indeks Harga

Bangunan rumusan sebagai berikut:

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 31: 08E01542.pdf

Indeks Harga Daerah = Indeks Konstruksi Daerah

100

4. Jumlah Penduduk Miskin

Target pelayanan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan

Semakin banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, makin

besar kebutuhan pembiayaan suatu daerah. Untuk menunjukkan perbedaan

banyaknya orang miskin antara satu daerah lain digunakan Indeks kemiskinan

relatif sebagai berikut:

Indeks Kemiskinan Relatif Daerah = Jumlah Penduduk Miskin Daerah

Rata-rata Jumlah penduduk Miskin Nasional

E. Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah

Untuk menentukan bobot model suatu daerah dalam alokasi DAU,

dipergunakan suatu formula yang mengikuti prinsip-prinsip dasar di atas. Prosedur

penetapan bobot daerah dapat diuaraikan sebagai berikut :

a. Langkah Pertama, rumus DAU yang akan dibentuk didasarkan atas pemikiran

bahwa alokasi DAU akan diberikan kepada daerah yang tidak mampu memenuhi

kebutuhannya dengan menggunakan potensi penerimaannya sendiri. Ini berarti

bahwa besarnya kebutuhan Dana Alokasi Umum suatu daerah yang dinyatakan

sebagai berikut :

Kebutuhan Dau = Kebutuhan Daerah – Potensi Penerimaan Daerah

b. Langkah kedua, dilakukan perkiraan besarnya kebutuhan daerah, yang dalam hal

ini diestimasi dengan menggunakan variabel-variabel kebutuhan yang telah

disebutkan sebelumnya, dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Kebutuhan Daerah= Pengeluaran daerah rata-rata X ( I.Penduduk+I.Luas+I.Kemiskinan)

4

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 32: 08E01542.pdf

c. Langkah Ketiga, memperkirakan besarnya potensi penerimaan daerah dengan

menggunakan varibel-variabel potensi yang telah dijelaskan di atas.

Pengeluaran daerah di hitung dengan cara sebagai berikut :

Potensi Penerimaan= Penerimaan Daerah rata-rata = [Indeks Industri=Indeks SDA+IndeksSDM]

3

d. Langkah Keempat, ditetapkan selisih antara kebutuhan setiap daerah dengan

potensi penerimaan dari daerah. Bobot DAU dihasilkan dengan

membandingkan kebutuhan DAU daerah besangkutan terhadap total kebutuhan

DAU.

Bobot DAU Daerah = Kebutuhan DAU Daerah

Total Kebutuhan

Dengan menggunakan bobot DAU setiap daerah yang diperoleh dari perhitungan

di atas, maka besarnya alokasi DAU untuk setiap satu kabupaten/kota ataupun

provinsi dapat dihitung. Besarnya Dana Alokasi Umum ke suatu kabupaten/kota

dihitung dengan mengalikan bobot kabupaten/kota bersangkutan dengan besarnya

total dana DAU yang tersedia untuk kabupaten/kota. Total dana DAU untuk

kabupaten/kota secara nasional adalah 90% dikalikan dengan 25% dari

Penerimaan Dalam Negeri (PDN). Dengan demikian besarnya alokasi DAU

untuk suatu kabupaten/kota adalah:

Alokasi DAU kabupaten/kota = 90% x 25% x PDN x bobot kabupaten/kota

B. Pendapatan Asli Daerah

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut International Accounting Standart Commitee (IASC)

Framework (Halim, 2002 : 66) yang dimaksud dengan Pendapatan adalah:

“Penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 33: 08E01542.pdf

masuk, atau peningkatan asset/aktiva, atau pengurangan hutang/kewajiban yang

mengakibatkan penambahan ekuitas dana, selain penambahan ekuitas dana yang

berasal dari kontribusi peserta ekuitas dana.”

Menuirut Halim (2004 : 67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan asli Daerah merupakan semua

penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang digunakan untuk

membiayai keperluan daerah dalam pelaksanaan roda pemerintahan.

2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2004 : 67) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi

empat jenis yaitu:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik

Daerah yang dipisahakan

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Berdasarkan UU No.34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18

tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, “Pajak Daerah dan

retribusi daerah, “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan

daerah dan pembangunan daerah”.

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak yaitu :

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 34: 08E01542.pdf

a. Bersifat sebagai pajak dan bukan retribusi

b. Oibjek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan

kepentingan umum

c. Tidak berdampak negatif terhadap perekonomian

d. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat menjaga

kelestarian lingkungan hidup.

Pajak daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak.

Penerimaan dari sektor ini meliputi:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Kendaraan di Atas Air

e. Pajak Air di Bawah Tanah

f. Pajak Air Permukaan

Tarif pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 dan Peraturan

Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Daftar Tarif Pajak Daerah

N0 Pajak Provinsi

Tarif

Maksimum (%)

Tarif Final (%)

No Pajak Kabupaten/Kota

Tarif Maksimum

1 Pajak kendaraan bermotor a. Pajak Kendaraan

bermotor bukan umum

b. Kendaraan Bermotor umum

c. Kendaraan bermotor alat-alat berat.

5% 1,5%

1,0% 0,5%

1 Pajak hotel 10%

2 Pajak Kendaraan di atas air 5% 1,5% 2 Pajak Restoran 10%

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 35: 08E01542.pdf

3 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor: a.Penyerahan pertama - Kendaraan bermotor bukan umum - Kendaraan bermotor umum - Kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar b. Penyerahan Kedua dst: -Kendaraan Bermotor bukan umum - Kendaraan Bermotor Umum -Kendaraan Alat-alat berat dan alat- alat besar c. Penyerahan karena Warisan: - Kendaraan bermotor bukan umum - Kendaraan bermotor umum - Kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar

10%

10% 10%

3%

1% 1%

0,3%

0,1% 0,1%

0,03%

3 Pajak hiburan 35%

4 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di atas Air: - Penyerahan pertama - Penyerahan kedua - Penyerahan Karena Warisan

10%

5% 1%

0,1%

4 Pajak Reklame 25%

5 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

5% 5 Pajak Penerangan

Jalan

10%

6 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah

20% 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian

Gol. C

20%

7 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan

10% 7 Pajak Parkir 20%

Sumber: Saragih, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Otonom, 2003

Sedangkan jenis pajak kabupaten/kota menurut UU no. 34 Tahun 2000

tentang perubahan UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi daerah terdiri atas:

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 36: 08E01542.pdf

g. Pajak Parkir

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah yang tidak hanya

didasarakan atas objeknya, tetapi juga berdasarkan perbedaan atas

pendekatan tarif. Penerimaan ini meliputi:

a. Retribusi pelayanan kesehatan

b. Retribusi Pemakaian kekayaan daerah

c. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan

d. Retribusi penjulan produksi usaha daerah

e. Retribusi izin trayek kendaraan penumpang

f. Retribusi air

g. Retribusi jembatan timbang

h. Retribusi kelebihan muatan

i. Retribusi perizinan pelayanan dan pengendalian

Menurut Halim (2004 : 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan

daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan penegelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi Objek

Pendapatan berikut:

a. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah

b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank

c. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank

d. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 37: 08E01542.pdf

Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari

lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi Objek

Pendapatan berikut:

a. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan

b. Penerimaan jasa Giro

c. Penerimaan bunga deposito

d. Denda Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah (TP-

TGR)

B. Belanja Daerah

1. Pengertian dan Jenis Belanja Daerah

Menurut IASC Framework (Halim,2002 : 73), “Biaya atau belanja

daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi

dalam bentuk arus keluar, atau deplasi aset, atau terjadinya hutang yang

mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan

distribusi kepada para peserta ekuitas dana”.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, “Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah

daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.

Menurut Halim (2002 : 68) “ Belanja Daerah adalah semua pengeluaran

pemerintah daerah pada suatu periode anggaran”.

Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok

yaitu:

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 38: 08E01542.pdf

a. Belanja Administrasi Umum

Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran pemerintah

daerah yang tidak berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja

administrasi umum terdiri atas empat jenis, yaitu:

1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang-

orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas

atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.

2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung dengan

pelayanan publik

3. Belanja Perjalanan Dinas, merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya

perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung

dengan pelayanan publik.

4. Belanja Pemeliharaan, Merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan

pelayanan publik.

b. Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik

Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang

berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik, Kelompok ini meliputi :

1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

orang/personel yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas atau

dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 39: 08E01542.pdf

2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan pelayanan

publik.

3. Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuyk biaya

perjalanan pegawai yang berhubungan langsung dengan pelyanan publik.

4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk

pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubungan langsung dengan

pelayanan publik.

c. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan dan akan menambah aset

atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat

rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi:

1. Belanja Publik, Yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara

langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik yaitu pembangunan

jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian

mobil ambulans.

2. Belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara

langsung oleh masyarakat akan tetapi dirasakan secara langsung oleh

aparatur. Contoh belanja aparatur: pembelian kendaraan dinas,

pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.

d. Belanja Transfer

Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah

kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 40: 08E01542.pdf

imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja

ini terdiri atas pembayaran:

1. Angsuran Pinjaman

2. Dana Bantuan

3. Dana Cadangan

e. Belanja Tak Tersangka

Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-

kejadian luar biasa.

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam

Belanja Pemerintah Kabupaten

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendanaan belanja bagi

pemerintah daerah disamping sumber-sumber pendapatan yang lain. Dana

Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan

kepada pemerintah daerah untuk membiayai pengeluarannya dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah

dapat dikatakan sebagai sumber utama yang membiayai belanja daerah karena

jumlahnya yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa posisi Dana Alokasi

Umum dan Pendapatan Asli Daerah memegang peranan yang sangat vital dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 41: 08E01542.pdf

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Karo yang beralamat di

Jl. Djamin Ginting No. 62 Kabanjahe, dan penelitian mulai dilakukan bulan

maret.

2. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif, dimana penulis

mengumpulkan data-data yang berasal dari pemerintah kabupaten karo

kemudian menguraikannya secara keseluruhan.

3. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer adalah data yang diambil dari pengamatan langsung dan

diolah peneliti, yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap

manajer unit kerja pemerintah, kepala bagian keuangan pemerintah.

b. Data Skunder adalah data yang diambil langsung dari Pemerintahan

Kabupaten karo tanpa pengolahan lebih lanjut, baik data yang bersifat

kuantitatif, berupa dokumen APBD, struktur pemerintah, dan sejarah

kota.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari:

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 42: 08E01542.pdf

a. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung

kepada pihak-pihak yang terkait dengan penyediaan informasi yang

diperlukan didalam penelitian.

b. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dan informasi melalui

buku-buku, jurnal, internet, dan dokumen-dokumen yang mendukung

penelitian.

c. Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku

atau literatur yang lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.

5. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni data yang

diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, dan dibandingkan dengan

literatur serta dianalisa, kemudian diuraikan secara rinci untuk mencari

penyelesaiannya.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 43: 08E01542.pdf

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Karo

Sejarah Singkat

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan

dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah

2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah

Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’

Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah

Kabupaten Karo adalah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi

Nangroe Aceh Darusalam).

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120–1.600 Meter di atas

permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:

a. Daerah ketinggian 120-200 Meter dari permukaan laut seluas 28.606 Ha

(13,45%)

b. Daerah ketinggian 200-500 Meter dari permukaan laut seluas 17.856 Ha

(8,39%)

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 44: 08E01542.pdf

c. Daerah ketinggian 500-1.000 Meter dari permukaan laut seluas 84.892 Ha

(39,91%)

d. Daerah ketinggian 1.000-1.400 Meter dari permukaan laut seluas 70.774

Ha (33,27%)

e. Daerah ketinggian > 1.400 Meter di atas permukaan laut seluas 10.597

Ha (4,98%)

Bila dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai

berikut:

a. Datar 2 % = 23.900 Ha = 11,24 %

b. Landai 2 – 15 % = 74.919 Ha = 35,22 %

c. Miring 15 – 40 % = 41.169 Ha = 19,35 %

d. Curam 40 % = 72.737 Ha = 34,19 %

Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat

peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian

dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara.

Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di

daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik.

Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-

buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama

adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat.

Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749Ha atau 60,99 persen dari

luas Kabupaten Karo.

Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah

Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 45: 08E01542.pdf

Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang

mendukung pertanian dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan

pertambangan yang ada di Kabupaten Karo diduga cukup potensial namum

masih memerlukan survei lapangan.

Tabel 4.1

Jumlah Desa, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Number of Village, Total Area and Population by Sub District

No.

Kecamatan/ Sub District

Banyaknya Desa/Kel/

Total Village

Penduduk/ Population

Luas Wilayah/

Area

(KM2)

Kepadatan Penduduk/ Population

Density

Tiap KM2 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Mardingding 10 15.616 267,11 58,46 2. Laubaleng 13 18.404 252,60 72,86 3. Tigabinanga 19 18.894 160,38 117,81 4. Juhar 24 13.841 218,56 63,33 5. Munte 22 20.565 125,64 163,68 6. Kutabuluh 16 11.549 195,70 59,01 7. Payung 8 10.627 47,24 224,96 8. Tiganderket 17 13.765 86,76 158,66 9. Simpang Empat 17 19.774 93,48 211,53 10. Naman Teran 14 11.550 87,82 131,52 11. Merdeka 9 11.973 44,17 271,07 12. Kabanjahe 13 58.500 44,65 1.310,19 13. Berastagi 9 41.442 30,50 1.358,75 14. Tigapanah 22 29.626 186,84 246,73 15. Dolat Rayat 7 7.957 32,25 309,01 16. Merek 19 15.577 125,51 124,11 17. Barusjahe 19 22.895 128,04 178,81

Jumlah/Total 2006 258 342.555 2.127,25 161,03

2005 258 316.207 2.127,25 148,65 2004 258 312.300 2.127,25 146,81

Sumber/Source: BPS Kabupaten Karo/BPS-Statistics Of Karo Regency tahun 2006

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 46: 08E01542.pdf

Kekayaan Alam

Kabupaten karo merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumber

daya alam Baik yang bersumber dari hasil pertanian tanaman pangan.

Holtikultura berupa buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan maupun

hasil perkebunan lainnya. Selain itu Kabupaten yang luasnya mencapai

2127.25 Km2 ini juga kaya akan keindahan alamnya. Sesuai dengan kondisi

geografis kabupaten ini, sekitar 125.516,5 Ha atau 59% dari luas wilayahnya

masih merupakan kawasan hutan. Sekitar 20% diusahakan untuk pertanian,

6% untuk perkebunan, dan hanya 15% yang dipergunakan untuk pemukiman

atau budidaya lainnya. Pengembangan pembangunan, kemajuan teknologi

dan pertambahan penduduk menyebabkan intesitas penggunaan lahan

semakin tahun semakin meningkat, baik untuk usaha-usaha di sektor

pertanian dan perkebunan, lahan untuk industri maupun untuk pemukiman.

Aktivitas Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai tindak lanjut dengan

diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang

No. 25 1999, memberikan implikasi kepada Kabupaten Karo untuk mampu

mengemban tanggung jawab dan wewenang yang luas, baik dalam urusan

pemerintahan, maupun dalam pengelolaan pembangunan dengan

berpedoman kepada motto “MARI SIPESIKAP KUTA KEMULIHENTA”.

Adapun visi dari pemerintahan Kabupaten Karo yaitu “ Terwujudnya

Masyarakat Kabupaten Karo yang Maju, Demokratis, Beriman dan Sejahtera

dalam Suasana Kekerabatan Karo”

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 47: 08E01542.pdf

Dalam mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi yang merupakan

pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang

ingin dicapai, pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus yang

dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, adapun Misi dari

Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

2. Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya tokoh agama dan

rohaniawan dalam penyelenggaraan Pemerintah, Pembangunan dan

kemasyarakatan.

3. Mengembangkan secara Optimal Pertanian, Pariwisata, Industri dan

perdagangan berbasis Agrribisnis yang berdaya saing dan berwawasan

lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan yang kritis.

4. Meningkatkan peranan koperasi dan UMKM untuk menunjang

perekonomian masyarakat melalui perbankan dan lembaga keuangan

Non bank.

5. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana Kabupaten

Karo.

6. Melestarikan nilai-nilai Budaya Karo dengan tidak menutup diri terhadap

Budaya luar yang bersifat positif.

7. Meningkatkan Ketertiban dan ketentraman masyarakat serta kesadaran

politik berdasarkan nilai demokrasi.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 48: 08E01542.pdf

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pemerintahan Kabupaten Karo.

a. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Karo.

Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat

penting dilakukan guna mempermudah pelaksanaan tugas-tugas yang

dibebankan. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan

perwujudan pola-pola tata hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-

bagian maupun orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang

dan tanggung jawab yang berada dalam struktur organisasi.

Struktur organisasi pemerintah kabupaten pada umumnya tidak

jauh berbeda, demikian juga halnya dengan pemerintah Kabupaten Karo

yang berbentuk garis dan staf. Bupati sebagi pemimpin tertinggi didalam

pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Skretaris Daerah dan asisten dalam

menjalankan roda pemerintahan. Bupati dan Skretaris Daerah

selanjutnya dibantu oleh dinas dan lembaga teknis ditambah Camat yang

membawahi kecamatan.

b. Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten

Dalam pelaksanaan Organisasi pemerintah Kabupaten Karo

mempunyai unsur pelaksana yaitu Sekretariat Daerah yang merupakan

unsur staf pemerintah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah

meyelenggarakan fungsi :

1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan pemerintahan daerah

2. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 49: 08E01542.pdf

3. Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana, dan sarana

pemerintah Daerah.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari:

a. Asisten Sekretaris Daerah

Asisten Sekretaris Daerah adalah unsur staf yang membantu

pelaksanaan fungsi Skretaris Daerah dan mengendalikan pelaksanaan

tugas-tugas Bagian.

b. Bagian

Setiap Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Asisten Sekretaris Daerah.

c. Sub Bagian

Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.

3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD

Dalam penyusunan APBD, pemerintah Kabupaten Karo menggunakan

format yang sesuai dengan Kep Mendagri No. 29 Tahun 2002.

Kebijakan akuntansi dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Karo terutama dalam penyusunan Laporan Aliran Kas dan

Neraca daerah adalah sebagai berikut:

a. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Karo mengacu pada format

yang disajikan pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 50: 08E01542.pdf

b. Masa pembukuan adalah 1 (satu) tahun anggaran yang dimulai pada 1

Januari dan 31 Desember.

c. Mata uang yang digunakan adalah Rupiah, Valuta asing dikonversi

berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

4. APBD Kabupaten Karo

Sesuai dengan penyusunan yang berlaku pada masa penyusunannya, maka

APBD Kabupaten Karo menggunakan berdasarkan Keputusan Menteri

dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang pedoman pengurusan,

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah dan penyusunan

Perhitungan APBD.

Berikut ini merupakan ringkasan perubahan APBD Kabupaten Karo dari

Tahun 2005-2007 :

Tabel 4.2

Ringkasan APBD Kabuapaten Karo Tahun 2005-2007

Kode

Rek.

Uraian 2005 2006 2007

1 PENDAPATAN DAERAH

1.1 Pendapatan Asli Daerah 12.750.000.0000 15.194.558.000 17.491.160.000

1.1.1 Pajak Daerah 5.258.000.000 5.491.600.000 6.431.760.000

1.1.2. Retribusi Daerah 5.825.000.000 7.067.958.000 7.610.500.000

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 107.000.000 337.000.000 821.900.000

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah

1.560.0000.000 2.298.000.000 2.627.000.000

1.2 Dana Perimbangan 225.493.049.000 386.702.551.000 440.589.974.256

1.2.1 Dana Bagi hasil Pajak/Bagi Hasil

bukan Pajak

8.692.049.000 14.659.551.000 18.953.974.256

1.2.2 Dana Alokasi Umum 194.397.000.000 334.102.000.000 373.637.000.000

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 51: 08E01542.pdf

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 12.360.000.000 26.764.000.000 47.999.000.000

1.2.4 Pendapatan bagi hasil pajak dan

bantuan keuangan dari propinsi

10.044.000.000 11.177.000.000 -

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang

Sah

5.004.825.400 13.397.032.000 60.343.673.596

1.3.1 Hibah 19.029.164.000

1.3.2 Dana Darurat

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 7.940.000.000

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

29.000.000.000

1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi 4.374.509.596

Total Pendapatan 243.247.874.400 415.294.141.000 518.424.807.852

2. BELANJA

2.1 Belanja Aparatur 278.466.614.100 247.259.122.405

2.1.1 Belanja Administrasi dan Umum 179.215.984.600 263.678.820.100 -

2.1.2 Belanja Pegawai 144.330.646.240 227.288.429.400 227.643.322.405

2.1.3 Belanja Barang dan Jasa/sosial 24.225.368.700 27.153.504.500 4.201.000.000

2.1.4 Belanja perjalanan dinas 4.646.160.000 5.012.420.000

2.1.5 Belanja Pemeliharaan 6.013.791.660 4.224.466.200

2.2. Belanja Publik 57.157.355.550 147.022.761.750

2.2.1 Belanja operasi dan pemeliharaan 33.914.798.550 77.730.970.900

2.2.2. Belanja pegawai/personalia 2.797.661.000 22.541.551.000 34.253.944.634

2.2.3 Belanja barang dan jasa 12.119.650.000 6.261.000.000 77.115.032.794

2.2.4 Belanja Perjalanan dinas - 80.000.000

2.2.5 Belanja pemeliharaan 18.997.487.550 48.848.419.900

2.2.6 Belanja Modal 23.242.557.000 63.009.258.750 180.869.899.993

2.2.7 Belanja bagi hasil dan bantuan

keuangan

11.780.305.000 4.520.920.000 13.914.800.000

2.2.8 Belanja tidak Tersangka 220.000.0000 1.761.612.100 1.500.000.000

Total Belanja 248.373.645.150 425.489.375.850 539.497.999.826

Surplus/(Defisit) (5.125.770.750) (10.195.234.850) (21.073.191.974)

3 PEMBIAYAAN

3.1 Penerimaan Daerah

3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran

tahun lalu

5.325.937.000 11.880.037.000 66.744.393.070

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 52: 08E01542.pdf

3.2 Pengeluaran Daerah

3.2.1 Penyertaan Modal 200.166.250 1.634.803.150 33.200.000.000

3.2.2 Pembayaran pokok hutang 50.000.000 100.000.000

Jumlah Pembiayaan 5.125.770.750 10.195.234.850 33.444.393.070

Sumber : APBD Kabupaten Karo Tahun 2005-2007

Dari sumber APBD diatas dapat diketahui bahwa jumlah kenaikan pendapatan,

belanja dan pembiayaan APBD Kabuapten Karo dari tahun 2005-2007 adalah:

Pada tahun 2005 pendapatan yang diterima adalah sebesar Rp 243.247.874.400,

hal ini berbeda jauh dari pendapatan yang diterima pada tahun 2006 yaitu

sebesar Rp 415.294.141.000, maka dengan data ini dapat diketahui ada kenaikan

pendapatan tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar Rp 172.046.267.400 atau sebesar

170.7 %. Pada tahun 2007 pendapatan yang diterima daerah adalah sebesar Rp

518.424.807.852, jadi dari tahun 2006 ke tahun 2007 pendapatan mengalami

kenaikan sebesar Rp 103.130.666.852 atau sebesar 124.8%.

Dalam membiayai kebutuhan daerah maka harus ada belanja yang

dianggarkan oleh pemerintah daerah, dari sumber APBD diatas dapat diketahui

bahwa: Belanja daerah untuk tahun 2005 adalah sebesar Rp 248.373.645.150

Belanja pada tahun 2006 sebesar Rp 425.489.375.850, dengan perbandingan

data ini berarti belanja dari tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar Rp

177.115.730.702 atau sebesar 171.3%. Pada tahun 2007 belanja sebesar Rp

539.497.999.826 berarti dari tahun 2006-2007 belanja mengalami kenaikan

sebesar Rp 114.008.624.026 atau sebesar 126.7%.

Pembiayaan tidak jauh berbeda dari pendapatan dan belanja, yaitu dimana

pembiayaan tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 53: 08E01542.pdf

5.069.463.100 atau sebesar 198.9%, sedangkan pada tahun 2006-2007

pembiayaan mengalami kenaikan sebesar Rp 23.249.159.220.

Surplus atau defisit dapat dilihat dari selisih antara jumlah Pendapatan

dan jumlah Belanja yang ada pada tahun 2005-2007. Pada tahun 2005 belanja

yang dianggarkan adalah sebesar Rp 248.373.645.150 dan anggaran pendapatan

adalah sebesar Rp 243.247.847.400 maka terjadi Defisit sebesar Rp

5.125.770.750, akan tetapi apabila dibandingkan dengan realisasi belanja dan

pendapatan pada tahun 2005 maka jumlah defisit ini akan berubah sesuai dengan

jumlah realisasinya, dimana jumlah realisasi belanja pada tahun tersebut adalah

sebesar Rp 250.309.310.000 dan jumlah pendapatan adalah sebesar Rp

259.706.060.155 maka defisit pada tahun 2005 adalah sebesar Rp

9.396.750.155. Pada tahun 2006 belanja yang dianggarkan adalah sebesar Rp

425.489.375.850 sedangkan anggaran pendapatan adalah sebesar Rp

415.294.141.000, sehingga terjadi defisit adalah sebesar Rp 10.195.234.850,

pada tahun 2006 mengalami surplus sebesar Rp 45.084.972.077 yang berasal

dari pengurangan realisasi pendapatan sebesar Rp 400.673.029.991 dan dengan

realisasi belanja sebesar Rp 355.588.057.914, hal ini dikarenakan realisasi

belanja lebih kecil dibandingkan dengan realisasi pendapatan. Untuk tahun 2007

terjadi defisit sebesar Rp 21.073.191.974 yang didapat dari perhitungan

pengurangan antara anggaran belanja Rp 539.497.999.826 dan anggaran

pendapatan sebesar Rp 518.424.807.852, akan tetapi pada tahun 2007

mengalami surplus sebesar Rp 33.310.272.696, yang berasal dari pengurangan

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 54: 08E01542.pdf

realisasi anggaran belanja sebesar Rp 482.992.194.894 dengan realisasi

pendapatan sebesar Rp 516.302.467.590.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel ringkasan dibawah ini :

Tabel 4.3

Perbandingan Realisasi dan Anggaran 2005-2007

N

o

Uraian Tahun Anggaran Realisasi

2005 243.247.874.400 259.706.060.155

2006 415.294.141.000 400.673.029.991

1 PENDAPATAN

2007 518.424.807.852 516.302.467.590

2005 248.373.645.150 250.302.310.000

2006 425.489.375.850 355.588.057.914

2 BELANJA

2007 539.497.999.826 482.992.194.894

2005 ( 5.125.770.750) 9.396.750.155

2006 (10.195.234.850) 45.084.972.077

3 SURPLUS/(DEFISIT

)

2007 ( 21.073.191.974) 33.310.272.696

Apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karo

mengalami defisit maka untuk menanggulangi kekurangan tersebut diambil

dari dana pembiayaan yaitu dari sisa perhitungan tahun lalu. Apabila terjadi

defisit maka besarnya hanya boleh 3% dari PDRB (Pendapatan Regional

Domestik Bruto), dan apabila dibandingkan dengan APBD mulai tahun

2005-2007 adalah

= PDRB x 100%

Total Pendapatan Daerah

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 55: 08E01542.pdf

Maka dengan demikian dapat bahwa defisit anggaran mulai 2005-2007

tetap dibawah defisit anggaran yaitu 3%.

5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi Umum dalam Belanja

pada Pemerintahan Kabupaten Karo

Pada era reformasi yang dintandai dengan dikeluarkannya UU No.22

tahun 1999 dan UU No.25 Tahun 1999, pemerintah daerah sebagai daerah

otonom memiliki kebebasan dalam menggunakan Anggaran ke arah yang

dianggap pemerintah daerah memiliki prioritas yang paling utama dan hal ini

juga harus berdasarakan hasil keputusan dan kesepakatan bersama dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masing-masing.

Pada pemerintah Kabupaten Karo Pengalokasian Dana Alokasi Umum

(DAU) dalam APBD terhadap belanja daerah ditetapkan berdasarkan

kebijakan dari pemerintah Kabupaten Karo yakni 70% dialokasikan untuk

belanja pegawai, 30% untuk belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Dalam laporan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) atau laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten Karo

disajikan perincian pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli

Daerah. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 56: 08E01542.pdf

Tabel 4.4

Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan Pemerintah Kabupaten Karo

Keterangan

Kabupaten Karo

Tahun 2005 2006 2007

Pendapatan Asli Daerah 12.750.000.000 15.194.558.000 17.491.160.000

Dana Alokasi Umum 194.397.000.000 334.102.000.000 373.637.000.000

Jumlah pendapatan Non

UKP

243.247.874.400 415.294.141.000 518.424.807.852

Presentase PAD (%) 5,24 3,65 3,37

Presentase DAU (%) 79,91 80,44 72,07

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Dana Alokasi Umum

memiliki peranan yang sangat besar sebagai sumber pendapatan bagi

pemerintah Kabupaten Karo dimana persentasenya antara 72,07% s/d

80,44%. Hal ini menunjukkan jumlah yang sangat signifikan dalam

penyususnan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah

kabupaten Karo.

6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah dalam

Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo.

Pengalokasian Pendapatan Daerah terutama untuk pengalokasian

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam APBD, pemerintah daerah memiliki

kebebasan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang dianggap

penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki independen

dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas kebutuhan daerah.

Prioritas belanja daerah akan sangat berpengaruh kepada rencana

strategis pemerintah daerah. Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 57: 08E01542.pdf

dalam APBD terhadap belanja daerah pemerintah Kabupaten Karo

ditetapkan berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Karo dialokasikan

untuk belanja pegawai anggota DPRD dan belanja barang dan jasa.

Berdasarkan tabel 4.4 pemerintahan Kabupaten Karo pada tahun

anggaran 2005-2007 menunjukkan peningkatan penerimaan PAD, tahun

2005 Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 12.750.000.000, tahun 2006 PAD

sebesar Rp 15.194.558.000 dan pada tahun 2007 sebesar Rp 17.491.160.000,

mulai dari tahun 2005 s/d 2007 Pendapatan Asli Daerah mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Dari data ini dapat dilihat bahwa

pemerintah Kabupaten Karo berusaha mengoptimalkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sebagai sumber penerimaan daerah.

7. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo

Pengalokasian Pendapatan Daerah terutama dalam hal Pengalokasian

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dalam

APBD, masing-masing pemerintah daerah memiliki kebebasan dan

kewenangan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang dianggap

lebih penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki

independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas daerah.

Adapaun prioritas belanja sangat dipengaruhi oleh rencana strategis

pemerintah daerah dan anggaran belanja berdasarkan kebutuhan dari masing-

masing dinas/bagian. Berikut ini adalah Pengalokasian Dana Alokasi Umum

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 58: 08E01542.pdf

terhadap Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo untuk tahun 2005-

2007, disertai dengan persentasenya.

Tabel 4.5

Pengalokasian Dana Alokasi Umum dalam Belanja Keterangan 2005 % 2006 % 2007 %

1 2 3 4 5 6 7

Dana Alokasi Umum 194.397.000.000 334.102.000.000 373.637.000.000

Belanja

1. Belanja Aparatur

Belanja Adm. Umum

Belanja

Pegawai/Personalia

112.964.660.900 54,11 178.471.010.500 53,41 157.657.615.200 42,19

Belanja Barang dan Jasa 18.960.716.880 9,75 21.321.425.460 6,38 2.909.462.204 0,77

Belanja Perjalanan Dinas 3.636.454.929 1,87 3.935.843.396 1,17 -

Belanja Pemeliharaan 4.706.871.895 2,42 3.317.127.577 0,99 -

Belanja Publik

Belanja

Operasi/Pemeliharaan

- 11.611.644.950 3,47 -

Belanja

Pegawai/Personalia

2.189.672.360 1,12 17.700.036,040 5,29 23.723.055.320 6,34

Belanja Barang dan Jasa 9.485.803.540 4,87 4.916.251.133 1,47 53.407.110.430 14,29

Belanja Perjalanan dinas - - - - -

Belanja Pemeliharaan 14.868.946.660 7,64 38.356.667.510 11,48 -

Belanja Modal 18.191.476.610 9,35 49.476.015.980 14,80 125.264.016.900 33,52

Belanja Bagi hasil/

Keuangan

9.220.205.111 4,74 3.549.908.652 1,06 9.636.892.328 2,57

Belanja Tidak Tersangka 172.189.525 0,085 1,383.249.799 0,41 1.038.846.300 0,27

Jumlah Belanja 194.397.000.0000 100 334.102.000.000 100 373.637.000.000 100

Sumber : APBD Kabupaten Karo Tahun 2005-2007

Dari tabel diatas dapat dilihat Bagaimana Pengalokasian DAU pada

Pemerintahan Kabupaten Karo untuk tahun 2005 sampai 2007. Ternyata

pengalokasian Dana Alokasi Umum yang paling besar dialokasikan untuk

belanja Pegawai dan Personalia yaitu sebesar Rp 112.964.660.900 atau

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 59: 08E01542.pdf

sekitar 54,11% dari jumlah DAU, untuk tahun 2006 DAU dialokasikan

sebesar Rp 178.471.010.500 atau sebesar 53,41% dari jumlah DAU, dan

untuk tahun 2007 DAU dialokasikan sebesar Rp 157.657.615.200 atau

sebesar 42,19% dari jumlah DAU.

Selain untuk belanja pegawai dan personalia, beberapa bidang belanja

yang mendapat pengalokasian DAU yang cukup besar adalah belanja Modal

dan belanja Barang dan Jasa. Seperti dapat dilihat pada tahun 2005 belanja

modal sebesar Rp 18.191.476.610 atau sebesar 9,35% dari jumlah DAU,

sedangkan belanja Barang dan jasa dialokasikan sebesar Rp 18.960.716.880

atau sebesar 9,75% dari jumlah DAU.

Pada tahun 2006 belanja modal dialokasikan sebesar Rp 49.476.015.980

atau sebesar 14,80% dari jumlah DAU, sedangkan belanja barang dan jasa

sebesar Rp 21.321.425.460 atau sebesar 6,38% dari jumlah DAU. Pada

tahun 2007 Belanja Modal mendapat pengalokasian DAU sebesar Rp

125.264.016.900 atau sebesar 33,52% dari jumlah DAU, sedangkan untuk

belanja barang dan jasa mendapat pengalokasian sebesar Rp 53.407.110.430

atau sebesar 14,29% dari jumlah DAU.

Pengalokasian Dana Alokasi Umum yang paling sedikit mendapat

alokasi dari DAU berbeda dari tahun 2005-2007, pada tahun 2005 belanja

yang mendapat alokasi yang paling sedikit adalah Belanja perjalanan dinas

yaitu sebesar Rp 3.636.454.929 atau sebesar 1,87% dari jumlah DAU. Pada

tahun 2006 Belanja bagi hasil/bantuan keuangan yang mendapat alokasi

yang terkecil yaitu sebesar Rp 3.549.908.652 atau sebesar 1,06%

dari jumlah DAU dan pada tahun 2007 yang mendapat jumlah alokasi paling

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 60: 08E01542.pdf

sedikit adalah Belanja barang dan jasa yaitu sebesar Rp 2.909.462.204 atau

sebesar 0,77% dari jumlah DAU.

Berikut ini adalah pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada

pemerintahan Kabupaten Karo tahun 2005-2007 dilengkapi dengan

persentasenya.

Tabel 4.6

Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Keterangan 2005 % 2006 % 2007 %

1 2 3 4 5 6 7

Pendapatan Asli Daerah 12.750.000.000 15.194.558.000

Belanja

1. Belanja Aparatur

Belanja Adm. Umum

Belanja

Pegawai/Personalia

7.409.062.006 58,0

8

8.116.647.371 53,41 7.380.464.386 42,19

Belanja Barang dan Jasa 1.234.584.727 9,75 969.672.847 6,38 136.201.360 0,77

Belanja Perjalanan Dinas 238.505.740 1,87 178.997.439 1,17

Belanja Pemeliharaan 308.711.639 2,42 150.858.980 0,99

Belanja Publik

Belanja

Operasi/Pemeliharaan

- 528.083.673 3,47

Belanja

Pegawai/Personalia

143.614.986 1,12 804.976.391 5,29 1.110.553.147 6,34

Belanja Barang dan Jasa 622.149.493 4,87 223.585.199 1,47 2.500.160.025 14,29

Belanja Perjalanan dinas - 2.856.862 0,01

Belanja Pemeliharaan 975.216.026 7,64 1.744.415.193 11,48

Belanja Modal 1.193.132.233 9,35 2.250.109.013 14,80 5.864.014.829 33,52

Belanja Bagi hasil/

Keuangan

604.729.579 4,74 161.423.086 1,06 451.134.179 2,57

Belanja Tidak Tersangka 11.293.468 0,88 62.908.540 0,41 48.631.764 0,27

Jumlah Belanja 12.750.000.000 100 15.194.558.000 100 17.491.160.000 100

Sumber : APBD Kabupaten Karo 2005-2007

Prioritas Belanja dari alokasi PAD terhadap masing-masing belanja sama

halnya dengan prioritas belanja dari alokasi DAU terhadap masing-masing

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 61: 08E01542.pdf

belanja daerah. Hal ini disebabkan karena PAD juga dialoksikan kepada

semua masing-masing sektor belanja.

Tidak jauh berbeda dari DAU, demikian juga PAD dialokasikan belanja

pegawai dan personalia mendapat alokasi yang paling besar, dimana pada

tahun 2005 yaitu sebesar Rp 7.409.062.006 atau sebesar 58,08% dari jumlah

PAD, pada tahun 2006 alokasi PAD sebesar Rp 8.116.647.371 atau sebesar

53,41% dari jumlah PAD dan pada tahun 2007 jumlah belanja

pegawai/personalia sebesar Rp 7.380.464.386 atau sebesar 42,19% dari

jumlah PAD.

Belanja Modal juga mendapat alokasi yang besar dari PAD, hal ini dapat

di lihat pada tahun 2005 jumlah yang dialokasikan sebesar Rp 1.193.132.233

atau sebesar 9,35% dari jumlah PAD, pada tahun 2006 juga mendapat

alokasi yang cukup besar yaitu sebesar Rp 2.250.109.813 atau sebesar

14,80% dari jumlah PAD, dan pada tahun 2007 belanja modal sebesar Rp

5.864.014.829 atau sebesar 33,52% dari jumlah PAD.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. APBD Kabupaten Karo

Belanja, pendapatan dan pembiayaan APBD Kabupaten Karo sejak tahun

2005-2007 mengalami kenaikan. Sejak tahun 2005 mengalami kenaikan

sebesar Rp 177.115.730.702 atau sebesar 171.3% dan belanja tahun 2006 ke

tahun 2007 terdapat kenaikan sebesar Rp 114.008.624.026 atau sebesar

126.7%.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 62: 08E01542.pdf

Untuk pendapatan pada tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan

sebesar Rp 172.046.267.400 atau sebesar 170,7% sedangkan dari tahun

2006 ke tahun 2007 pendapatan mengalami kenaikan sebesar Rp

103.130.666.852 atau sebesar 124.8%.

Pembiayaan juga tidak jauh berbeda dari pendapatan dan belanja, yaitu

dimana pembiayaan tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar

Rp 5.069.463.100 atau sebesar 198.9%, sedangkan pada tahun 2006-2007

pembiayaan mengalami kenaikan yang sangat drastis yaitu sebesar Rp

23.249.159.220.

Apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karo

mulai tahun 2005-2007 mengalami defisit, hal ini disebabkan jumlah belanja

daerah lebih besar dibanding jumlah pendapatan.

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dalam Belanja Pemerintah Kabupaten Karo

Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa pemerintahan Kabupaten

Karo diberi kebebasan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang

dianggap penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki

indenpendensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas daerah.

Pemerintahan Kabupaten Karo lebih memprioritaskan pengalokasian Dana

Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah pada Belanja pegawai secara

umum dan Belanja barang/jasa sesuai dengan misi dari Kabupaten Karo

yaitu untuk peningkatan Sumber Daya Manusia yang berpengalaman dan

terampil dibidangnya.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 63: 08E01542.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian dan pembahasan mengenai Dana Alokasi

Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Pemerintah Kabupaten Karo

melalui perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Karo berusaha mengoptimalkan PAD dan DAU

sebagai sumber penerimaan daerah, hal ini dapat dilihat dari penerimaan

PAD dan DAU yang mengalami Peningkatan pada tahun anggaran 2005-

2007.

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam

belanja pemerintahan kabupaten karo belum dialokasikan secara merata. Hal

ini dapat dilihat dari anggaran belanja daerah paling besar dialokasikan

untuk kebutuhan belanja pegawai dan belanja barang/jasa, sedangkan masih

banyak hal yang harus dibenahi dalam pemerintahan kabupaten karo yaitu

pada bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan dan pariwisata.

3. Untuk tahun anggaran 2005-2007 Pemerintah Kabupaten Karo lebih

memprioritaskan pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk belanja pegawai dan belanja

barang/jasa, jadi pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli

Daerah belum berjalan secara efektif dan efisien.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 64: 08E01542.pdf

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan sebelumnya,

maka penulis menawarkan beberapa saran sesuai dengan topik yang dibahas

dalam skripsi ini, yaitu:

1. Pemerintah Kabupaten Karo sebaiknya lebih meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sehingga dapat melaksanakan efisiensi dalam hal

pembelanjaan yang dapat mengurangi defisit pada APBD Kabupaten Karo

2. Dalam penyusunan APBD Pemerintah Kabupaten Karo agar lebih

memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan utama dari daerah tersebut,

sehingga dalam pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli

Daerah dapat berjalan secara maksimal dan terarah.

3. Dalam pengalokasian DAU dan PAD Pemerintah Kabupaten Karo sebaiknya

memperhatikan semua bidang agar pengalokasian DAU dan PAD dapat

dimanfaatkan secara optimal, terutama dalam hal perhubungan dan

pembangunan sarana dan prasarana pariwisata, karena dengan hal ini maka

akan menambah jumlah wisatawan domestik dan wisatawan asing yang

berkunjung ke Kabupaten Karo, sehingga keadaan ini diharapakan akan

menambah Pendapatan Daerah dari sektor pariwisata.

4. Pemerintah daerah harus meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia

yang terampil, dan memahami secara dalam tentang keuangan, hal ini dapat

diperoleh melalui perekrutan pegawai dengan kualifikasi di bidang akuntansi

yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan yang cukup agar

perhitungan dalam menyusun APBD dapat berjalan efektif dan efisien.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 65: 08E01542.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2003. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3 Akuntansi Sektor

Publik, Salemba Empat, Jakarta. , 2004. Akuntansi Keuangan Daerah; Akuntansi Sektor

Publik. Edisi Revisi: Salemba Empat, Jakarta. Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi fiskal dan Keuangan Daerah

Dalam Otonom, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Sidik, Machfud, B. Raksana Mahi, Robert Simanjuntak, & Bambang

Brojonegoro, 2002, Dana Alokasi Umum-Konsep Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Sidik, Machfud, Djoko Hidayanto, Tjip Ismail, Kadjatmiko, Arlen T.Pakpahan

& Ardriansah, 2004, Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta.

Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi, Edisi Ketiga. Penerbit PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002

tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

, Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 2000 tentang Dana

Perimbangan Daerah , Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. , Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 2001 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan.

, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. , Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

Page 66: 08E01542.pdf

Erwin Ginting : Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja..., 2008 USU Repository © 2009

, Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Dana Alokasi umum

, Undang-Undang No. 34 tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. , Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang Kewenangan

Daerah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom. , Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah. , Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.