07_yayu83-87

6
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) TOKSISITAS DAN KEMAMPUAN ANESTETIK MINYAK CENGKEH (Sygnium aromaticum ) TERHADAP BENIH IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus ) Yayu Saskia 1 · Esti Harpeni 2 · Tutik Kadarini 3 Ringkasan  The research of cloves oil (Syg- nium aromaticum ) as anesthetic material to rainbow fish (Glossolepis incisus ) was investigated with the lethal concentration (LC 50 -48 hours), effective concentration (EC 50 - 1 hours), time passed out and recovery ti- me after conscious. Data analysis by using probit was conducted to find out the value of LC_50-48 and linear regression analysis used to find recovery time after conscious. The results showed that LC50-48 hours va- lue is 0,273 ml/L and EC 50 -1 hours value is 0,159 ml/L. Cloves oil at concentrations 0,159 ml/L was used as anesthetic within 50% rainbow fish stock during 40,02 minu- tes and time to recovery is 3,54 minutes. Keywords  ornamental fish, anesthetic, toxicity, probit, rainbow fish PENDAHULUAN Ikan hias air tawar merupakan komoditas nonmigas bidang perikanan yang mampu menyumbang devisa negara cukup besar. 1 ) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Univer- sitas Lampung E-mail: [email protected] 2 ) Staf pengajar jurusan Budidaya Perairan Unila, Jl. Sumantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung E-mail: [email protected] 3 )  Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok Jawa Barat Indonesia menduduki peringkat ke-3 di du- nia setelah Singapura dan Malaysia sebagai eksportir ikan hias dengan pasar sebesar 7,5%. Ikan hias pelangi (Glossolepis inci- sus ) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki nilai jual lokal eks- por yang tinggi [1]. Persaingan perdagangan ikan hias di pasar lokal maupun regional kini semakin ketat. Berbagai tindakan perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing perdagangan ik- an hias yaitu dengan sistem pengangkutan benih ikan dalam kondisi pingsan dengan menggunakan teknik anestetik [2]. Teknik seperti anestetik perlu dilakukan agar kon- disi benih tetap baik, karena prinsip dasar anestetik adalah menghilangkan kesadaran suatu organisme terhadap rangsangan dari luar akibat penggunaan suatu bahan yang ditambahkan dari luar [3]. Anestetik digu- nakan selama pengangkutan dengan tuju- an untuk menenangkan ikan sehingga akti- vitasnya berkurang, mengurangi konsum- si oksigen, mengurangi produksi karbondi- oksida yang mudah terurai sehingga tidak menimbulkan efek negatif pada ikan [4]. Bahan anestetik dapat berupa bahan kimia sintetik atau bahan alami [3]. Bahan kimia yang biasa digunakan dalam anestetik di- antaranya MS-222, benzocaine, metomida- te, phenoxy ethanol, quinaldine, chinaldine [5]. Bahan kimia seperti MS-222, benzo- caine, metomidate, phenoxy ethanol, qui- naldine, chinaldine merupakan cairan tok-

description

penelitian

Transcript of 07_yayu83-87

  • 5/24/2018 07_yayu83-87

    1/6

    AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

    TOKSISITAS DAN KEMAMPUAN ANESTETIK MINYAK CENGKEH

    (Sygnium aromaticum) TERHADAP BENIH IKAN PELANGI MERAH

    (Glossolepis incisus)

    Yayu Saskia1 Esti Harpeni2 Tutik Kadarini3

    Ringkasan The research of cloves oil (Syg-

    nium aromaticum) as anesthetic material

    to rainbow fish (Glossolepis incisus) wasinvestigated with the lethal concentration(LC50-48 hours), effective concentration (EC50-

    1 hours), time passed out and recovery ti-me after conscious. Data analysis by usingprobit was conducted to find out the value

    of LC_50-48 and linear regression analysisused to find recovery time after conscious.

    The results showed that LC50-48 hours va-lue is 0,273 ml/L and EC50-1 hours valueis 0,159 ml/L. Cloves oil at concentrations

    0,159 ml/L was used as anesthetic within50% rainbow fish stock during 40,02 minu-tes and time to recovery is 3,54 minutes.

    Keywords ornamental fish, anesthetic,

    toxicity, probit, rainbow fish

    PENDAHULUAN

    Ikan hias air tawar merupakan komoditasnonmigas bidang perikanan yang mampumenyumbang devisa negara cukup besar.

    1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Univer-sitas LampungE-mail: [email protected])Staf pengajar jurusan Budidaya Perairan Unila,Jl. Sumantri Brodjonegoro No.1 Bandar LampungE-mail: [email protected]

    3)Peneliti di Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya Ikan Hias Depok Jawa Barat

    Indonesia menduduki peringkat ke-3 di du-nia setelah Singapura dan Malaysia sebagai

    eksportir ikan hias dengan pasar sebesar7,5%. Ikan hias pelangi (Glossolepis inci-

    sus) merupakan salah satu jenis ikan hias

    air tawar yang memiliki nilai jual lokal eks-por yang tinggi [1].

    Persaingan perdagangan ikan hias di pasarlokal maupun regional kini semakin ketat.

    Berbagai tindakan perlu dilakukan untukmeningkatkan daya saing perdagangan ik-an hias yaitu dengan sistem pengangkutanbenih ikan dalam kondisi pingsan dengan

    menggunakan teknik anestetik [2]. Teknikseperti anestetik perlu dilakukan agar kon-disi benih tetap baik, karena prinsip dasar

    anestetik adalah menghilangkan kesadaransuatu organisme terhadap rangsangan dari

    luar akibat penggunaan suatu bahan yangditambahkan dari luar [3]. Anestetik digu-nakan selama pengangkutan dengan tuju-

    an untuk menenangkan ikan sehingga akti-vitasnya berkurang, mengurangi konsum-si oksigen, mengurangi produksi karbondi-

    oksida yang mudah terurai sehingga tidakmenimbulkan efek negatif pada ikan [4].

    Bahan anestetik dapat berupa bahan kimia

    sintetik atau bahan alami [3]. Bahan kimiayang biasa digunakan dalam anestetik di-

    antaranya MS-222, benzocaine, metomida-te, phenoxy ethanol, quinaldine, chinaldine[5]. Bahan kimia seperti MS-222, benzo-

    caine, metomidate, phenoxy ethanol, qui-naldine, chinaldine merupakan cairan tok-

  • 5/24/2018 07_yayu83-87

    2/6

    84 Yayu Saskia1 et al.

    sik. Penggunaan bahan kimia sebagai bah-

    an anestetik dapat meninggalkan residu yang

    berbahaya bagi ikan, manusia dan lingkung-an [6]. Sedangkan bahan anestetik alami

    yang biasa digunakan misalnya minyak ceng-keh (Sygnium aromaticum) [3]. Cengkehmengandung minyak atsiri dan eugenol yang

    mempunyai fungsi anestetik dan antimik-robial [7]. Efek dari penggunaan minyakcengkeh terhadap benih ikan tidak menga-

    lami perubahan yang signifikan karena da-pat mengurangi stres dalam penanganan

    yang disebabkan oleh grading dan pengang-kutan [8]. Harga minyak cengkeh juga mu-

    rah dan mudah didapat [9].

    Keunggulan minyak cengkeh tersebut mem-buka peluang pemanfaatannya sebagai bah-

    an anestetik benih ikan-ikan hias seperti ik-an pelangi yang harus tetap hidup dan se-hat setelah pengangkutan. Toksisitas dan

    kemampuan anestetik minyak cengkeh per-lu diketahui agar kegiatan pengangkutan

    benih ikan dapat berjalan dengan baik. Pe-nelitian ini bertujuan untuk menentukantoksisitas LC50-48 hours, konsentrasi efek-

    tif EC50- 1 hours minyak cengkeh terhadapbenih ikan pelangi dan menentukan waktupingsan serta waktu pulih sadar benih ik-

    an pelangi setelah dianestetik menggunak-an minyak cengkeh.

    MATERI DAN METODE

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Ju-li sampai Agustus 2012, di Balai Penelitiandan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,

    Depok Jawa Barat. Alat dan bahan yangdigunakan adalah mikropipet, stopwatch,termometer, pH meter, DO meter, toples

    kaca, aerasi, blower, benih ikan pelangi mi-nyak cengkeh. Akuarium untuk aklimatisa-si benih ikan dan wadah uji berupa toples

    kaca dibersihkan, diisi air, serta diaerasidengan volume air sebanyak 4.620 cm.

    Konsentrasi ambang atas dan ambang ba-wah minyak cengkeh yang diperoleh dari

    uji pendahuluan kemudian digunakan un-tuk menentukan konsentrasi pada uji uta-ma. Kadar eugenol minyak cengkeh diukur

    pada masing-masing konsentrasi yang te-lah didapatkan dari persamaan untuk di-

    gunakan dalam uji toksisitas untuk menca-

    ri nilai LC50-48 jam. Penentuan kemampu-

    an anestetik dilakukan dalam waktu dedah60 menit untuk mendapatkan nilai (EC50-

    1 jam) dan waktu pingsan setelah itu di-pulihsadarkan dalam waktu dedah 60 me-nit untuk mendapatkan waktu pulih sadar

    benih ikan pelangi. Parameter kualitas airdiamati diawal dan diakhir perlakuan yangmeliputi suhu, pH, DO dan amonia (NH3).

    Penelitian terdiri dari lima perlakuan dankontrol sebanyak 3 kali ulangan yaitu :

    1. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-

    sentrasi 0 (Kontrol)2. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-

    sentrasi 0,0251 ml/L3. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-

    sentrasi 0,063 ml/L4. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-

    sentrasi 0,158 ml/L

    5. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-sentrasi 0,396 ml/L

    6. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-

    sentrasi 0,993 ml/L

    Parameter yang diamati dalam penelitianini adalah uji toksisitas minyak cengkehuntuk mendapatkan nilai Lethal Concen-tration(LC50-48 jam) dalam waktu 48 jamdan kemampuan anestetik minyak cengkehuntuk mendapatkan nilaiEffective Concen-tration (EC50- 1 jam), dalam waktu de-dah 60 menit, waktu pingsan, waktu pulihsadar benih ikan pelangi setelah dianeste-

    tik menggunakan minyak cengkeh dan pa-ramater kualitas air yang meliputi suhu,

    pH, DO dan amonia (NH3). Metode anali-sis probit yaitu metode yang digunakan un-tuk menganalisis berbagai jenis dosis-responsatau respon percobaan binomial terhadap

    berbagai bidang. Metode ini digunakan un-tuk mencari nilai LC50-48 jam yaitu kon-sentrasi minyak cengkeh yang mematikan

    50% benih ikan pelangi selama waktu de-dah tertentu. EC50- 1jam yaitu dimana kon-

    sentrasi yang memingsankan 50% benih ik-an dalam waktu dedah tertentu dan anali-sis model regresi linier untuk mencari wak-

    tu pingsan dan waktu pulih sadar benihdengan hubungan waktu pengamatan (x)

  • 5/24/2018 07_yayu83-87

    3/6

    Toksisitas dan Kemampuan Anastetik Minyak Cengkeh 85

    dan jumlah benih ikan yang dapat diping-

    sankan dan dipulihsadarkan (y).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada konsentrasi 0,01 ml/L pengamatan

    jam ke-24 sampai jam ke-48 benih masihdalam keadaan hidup sampai 100% karenatidak terjadi kematian. Pada pengamatan

    jam ke-24 minyak cengkeh mulai bereaksidengan ditandai kematian yang terjadi pa-da konsentrasi 0,1 ml/L sebanyak 36% dan

    terjadi kematian total 100% pada konsen-trasi 1 ml/L. Pada pengamatan jam ke-48pada konsentrasi 0,1 ml/L, kematian me-

    ningkat menjadi sebanyak 93%.

    Kematian tersebut diduga karena bahan anes-

    tetik yang larut dalam air akan mengaki-batkan berkurangnya laju respirasi pada

    benih ikan. Kondisi tersebut menyebabkanbenih ikan gelisah kemudian selalu berupa-ya untuk naik ke permukaan untuk men-

    dapatkan oksigen. Penurunan laju respira-si tersebut menyebabkan hilangnya seluruh

    rasa pada bagian tubuh ikan sebagai aki-bat dari penurunan fungsi syaraf sehinggamenghalangi aksi dan hantaran impuls sya-raf. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa se-

    cara langsung atau tidak langsung bahan-bahan anestetik akan mengganggu keseim-bangan ionik dalam otak benih ikan. Hal

    ini terjadi karena penurunan konsentrasikation K+ dan peningkatan kation Na+,Fe3+ dan Ca2+. Kemudian gangguan ini

    akan mempengaruhi kerja syaraf motorikdan pernafasan, sehingga menyebabkan ke-matian rasa atau pingsan [10]. Maka dari

    hasil pengamatan pada penentuan konsen-trasi ambang minyak cengkeh yang telah

    dilakukan, didapatkan konsentrasi ambangatas sebesar 1 ml/L dan konsentrasi am-bang bawah sebesar 0,01 ml/L.

    Pada pengukuran kadar eugenol minyak ceng-keh maka didapatkan persamaan regresi li-

    nier pada Gambar 1 diketahui bahwa Y =0,249x - 0,001 yang berarti bahwa setiapkenaikan satu satuan konsentrasi minyak

    cengkeh akan menaikkan kadar eugenol mi-nyak cengkeh sebanyak 0,249 satuan. Ko-

    Gambar 1 . Kadar eugenol pada masing-masingkonsentrasi minyak cengkeh

    efisien diterminasi dengan R simbol me-

    rupakan proporsi variabilitas dalam suatudata yang dihitung didasarkan pada mo-del statistik. Dalam hubungannya dengan

    korelasi, maka R2 merupakan kuadrat darikoefisien korelasi antara variabel yang di-gunakan sebagai predictor (X) dan variabel

    (Y) yang memberikan response. Sedangk-an nilai R2 pada Gambar 1 didapatkan se-besar 0,999 hal ini menjelaskan bahwa ka-

    dar eugenol dalam minyak cengkeh berpe-ngaruh sebesar 99% terhadap konsentra-

    si minyak cengkeh, 1% dapat disebabkanoleh faktor-faktor lingkungan lainnya se-perti kualitas air.

    Hasil penelitian pada pengukuran kadar eu-genol terhadap masing-masing konsentra-

    si minyak cengkeh menunjukkan bahwa se-makin tinggi konsentrasi minyak cengkehmaka akan semakin tinggi kadar eugenol

    yang terdapat didalamnya (Gambar 1).

    Pengamatan jam ke-24 dan jam ke-48 ter-

    jadi peningkatan kematian pada benih. Mi-nyak cengkeh akan bekerja dengan cara meng-urangi laju metabolisme pada tubuh benih

    ikan pelangi, secara perlahan hingga ter-jadi kematian mulai jam ke-24 [5]. Berda-sarkan perhitungan uji toksisitas minyak

    cengkeh yang telah dilakukan, maka dida-patkan nilai probit untuk LC50-48 jam se-besar 0,273 ml/L. Hasil penelitian toksi-

    sitas minyak cengkeh menunjukkan bahwasemakin tinggi konsentrasi minyak cengkeh

    yang dimasukkan kedalam wadah uji, makasemakin tinggi pula tingkat kematian yangterjadi pada benih ikan pelangi seiring de-

    ngan bertambahnya waktu.

    Pada pengamatan kemampuan anestetik mi-

    nyak cengkeh terhadap benih ikan pelangi,diperoleh hasil analisa model regresi linier

  • 5/24/2018 07_yayu83-87

    4/6

    86 Yayu Saskia1 et al.

    dengan hubungan waktu pengamatan (x)

    dan jumlah benih ikan yang dapat diping-

    sankan (y) (Gambar 2). Dari persamaanmodel regresi linier tersebut maka dida-

    patkan nilai waktu yang diperlukan untukmemingsankan 50% benih ikan pelangi un-tuk masing-masing konsentrasi yaitu 0,063

    ml/L = 68,32 menit; 0,158 ml/L = 40,02menit; 0,396 ml/L= 45,31 menit dan 0,993ml/L = 8,85 menit. Kemampuan anestetik

    minyak cengkeh terhadap benih ikan pe-langi pada masing-masing konsentrasi me-

    nunjukkan bahwa semakin tinggi konsen-trasi minyak cengkeh maka akan semakin

    cepat benih yang dapat dipingsankan. Halini dikarenakan bahwa peningkatan kon-sentrasi yang diberikan menyebabkan per-cepatan waktu pingsan benih ikan, kare-

    na semakin tinggi konsentrasi semakin ce-pat proses penyerapan zat anestesi oleh da-rah yang kemudian akan menyebar ke selu-

    ruh bagian tubuh benih ikan. Zat anestesiyang telah terabsorpsi kedalam pembuluhdarah kemudian akan dibawa ke susunan

    syaraf pusat yaitu otak dan medula spinalis(sistem syarat pusat atau SSP). Zat anes-

    tesi yang telah sampai pada sistem sya-rat pusat tersebut akan memblokir resep-tor dopamine post synaptic dan juga meng-hambat pelepasan dopamine serta menek-

    an sistem syaraf pusat sehingga akan me-nimbulkan efek sedasi, relaksasi otot, dan

    juga menurunkan kegiatan-kegiatan benihikan yang bersifat spontan seperti kehilang-an rangsangan dari luar kemudian dapat

    mengakibatkan benih ikan pingsan [11].

    Nilai Ryang didapatkan pada masing-masingkonsentrasi (Gambar 2) yaitu pada kon-

    sentrasi 0,063 ml/L = 92,3%; konsentra-si 0,158 ml/L = 86,2%; konsentrasi 0,396ml/L = 95,2%; dan konsentrasi 0,993 ml/L=

    87,7%, hal ini menyatakan bahwa penam-bahan minyak cengkeh seperti pada kon-sentrasi 0,158 ml/L misalnya, akan berpe-

    ngaruh sebesar 86,2 % terhadap peming-sanan benih ikan pelangi 14,7% dapat di-

    sebabkan oleh faktor-faktor lingkungan la-innya seperti kualitas air, begitu juga padakonsentrasi-konsentrasi yang lain.

    Penelitian yang telah dilakukan menunjukk-an perlakuan terbaik terdapat pada kon-

    sentrasi 0,158 ml/L karena pada konsen-

    trasi tersebut dalam waktu dedah 60 me-

    nit, dapat memingsankan benih ikan pela-ngi hingga 70% dengan jumlah benih ter-

    banyak.dalam waktu 40,02 menit. Berda-sarkan perhitungan data yang diperoleh da-ri kemampuan anestetik minyak cengkeh

    terhadap benih ikan pelangi maka dida-patkan nilai EC50- 1 jam sebesar 0,159 ml/L.

    Benih ikan pelangi yang telah di aneste-tik, segera dipulihsadarkan kembali denganwaktu yang diperoleh berdasarkan hasil ana-

    lisa model regresi linier dengan hubung-an waktu pengamatan (x) dan jumlah be-

    nih ikan yang dapat dipulihsadarkan (y)(Gambar 3). Dari persamaan model regresilinier tersebut maka didapatkan nilai wak-

    tu yang diperlukan untuk memulihsadark-an 50% benih ikan pelangi kembali seca-ra normal dengan waktu yang dibutuhk-

    an pada masing-masing konsentrasi adalah0,063 ml/L = 27,91 menit; 0,158 ml/L =3,54 menit; 0,396 ml/L = 24,34 menit; dan

    konsentrasi 0,993 ml/L = 18,78 menit. Pe-nelitian yang telah dilakukan menunjukk-an perlakuan terbaik terdapat pada kon-

    sentrasi 0,158 ml/L karena dapat memu-lihsadarkan 50% benih dalam waktu 3,54menit.

    Nilai Ryang didapatkan pada masing-masingkonsentrasi (Gambar 3) yaitu pada konsen-

    trasi 0,063 ml/L= 75%; 0,158 ml/L = 86,2%; 0,396 ml/L = 94,5% dan konsentrasi0,993 ml/L = 94,4%. Hal ini menyatakan

    bahwa penambahan minyak cengkeh seper-ti pada konsentrasi 0,158 ml/L misalnya,

    akan berpengaruh sebesar 86,2% terhadap

    pemulihsadaran benih ikan pelangi, 14,8%dapat disebabkan oleh faktor-faktor ling-

    kungan lainnya seperti kualitas air, begitujuga pada konsentrasi-konsentrasi yang la-in.

    SIMPULAN

    Pada penelitian ini didapatkan nilai Lethal

    Concentration LC50-48 jam sebesar 0,273

    ml/L nilai Effective ConcentrationEC50- 1jam sebesar 0,159 ml/L. Perlakuan terbaik

  • 5/24/2018 07_yayu83-87

    5/6

    Toksisitas dan Kemampuan Anastetik Minyak Cengkeh 87

    Gambar 2 Jumlah benih ikan pelangi yang pingsan pada masing-masing konsentrasi minyak cengkeh.

    Gambar 3 Waktu pulih sadar benih ikan pelangi pada masing-masing konsentrasi minyak cengkeh

    terdapat pada konsentrasi 0,158 ml/L de-

    ngan waktu pingsan dan memulihsadarkan50% benih ikan pelangi 40,02 menit dan

    3,54 menit.

    Pustaka

    1. Kusrini, E. 2010. Pengaruh pH Terhadap Per-kembangan Gonad Ikan Rainbow Sawiat (Me-lanotaenia, sp.). Jurnal Penelitian. Balai RisetBudidaya Ikan Hias Air Tawar. (5): 1.

    2. Suparno, J. B. 1994. Pengaruh Suhu dan Wak-tu Pembiusan Pendinginan Bertahap Terha-dap Ketahanan Hidup Udang Windu Tambak(Penaus monodon) dalam Transportasi Sis-tem Kering. Jurnal Penelitian Pasca PanenPerikanan. (79): 73-78.

    3. Fauziah, N. R. 2006. Pemingsanan Ikan Mas(Cyprinus carpio) dengan Mengunakan Eks-trak Tembakau, Ekstrak Mengkudu, EkstrakCengkeh. Jurnal Penelitian. Institut Pertani-an Bogor. (9):2-3.

    4. Tahe, S. 2008. Penggunaan PhenoxyethanolSuhu Dingin dan Kombinasi Suhu Dingin danPhenoxyethanol dalam Pembiusan BandengUmpan. Jurnal Media Akuakultur. (3)2: 7-9.

    5. Coyle, S. D., Robert, M., Durborow, and Ja-mes, H.T. 2004. Anesthetics in Aquaculture.Kentucky State University Aquaculture Rese-arch Center. Journal Southren Regional Aqua-culture Center (SRAC) Publication No. 3900.

    6. Supriyono, E., Budiyanti, Budiardi, 2010. Res-

    pon Fisiologi Benih Kerapu Macan Ephine-phelus fuscoghutotus terhadap PenggunaanMinyak Sereh dalam Transportasi Tertutupdengan Kepadatan Tinggi. Jurnal Ilmu Kela-utan (15)2: 103-112.

    7. Laitupa, F. 2006. Pemanfaatan Eugenol dariMinyak Cengkeh untuk Mangatasi Ranciditaspada Minyak Kelapa. Jurnal Penelitian Uni-versitas Diponegoro (10): 2-5.

    8. Imanpoor, R. M., Begheri, T., Hedayati,S.A.A. 2010. The Anesthetic Effect of ClovesEssense in Persian Sturgeon Asipenser persi-cus. World Journal of Fish and Marine Scien-ce. 2(1): 29-36.

    9. Atamanalp, M., and Ucar, A. 2010. The Effe-

    cts of Natural (Cloves Oil) and Synthetical (2-phenoxyethanol) Anesthesia Subtances on He-matology Parameters of Rainbow Trout (On-chorynchus mykiss) and Brown Trout (Salmotrutte fario). Journal of Animal and Veteri-nary Advance. 9(14): 1925-1933.

    10. Yanto, H. 2009. Penggunaan MS-222 dan La-rutan Garam pada Transportasi Ikan Jelawat(Leptobarbus hoevenii). Jurnal Ilmu-ilmu Per-airan dan Perikanan Indonesia. (16)1: 47-54.

    11. Andriyanto, Sutisna, A., Manalu, W. 2009.Potensi Penggunaan Acepromazine sebagaiSediaan Transquilizier pada Transportasi IkanPatin. Jurnal Berkala Perikanan. 38(1): 8-11.

  • 5/24/2018 07_yayu83-87

    6/6

    88 Yayu Saskia1, et al