07140042 Lia Nurul Wahdati
Transcript of 07140042 Lia Nurul Wahdati
PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT
APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI
JABUNG MALANG
SKRIPSI
Oleh :
Lia Nurul Wahdati
07140042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli 2009
PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT
APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI
JABUNG MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh :
Lia Nurul Wahdati 07140042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli 2009
PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT
APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI
JABUNG MALANG
SKRIPSI
Oleh :
Lia Nurul Wahdati 07140042
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940
Tanggal 07 Juli 2009
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT
APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI JABUNG MALANG
SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh Lia Nurul Wahdati (07140042)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 5 Agustus 2009 dengan nilai A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada tanggal: 14 November 2009
Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
:
Sekretaris Sidang Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940
:
Pembimbing Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940
:
Penguji Utama Prof. Dr. H.M.Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Dr. M. Zainuddin, MA. NIP. 150 275 502
Persembahan
SUJUD kepada ALLOH SWT, Yang Mahaesa, Dzat Yang Mahaagung dan Mahapengasih, Tuhan semesta raya,
TAKZIM untuk al-Musthofa, RASULULLAH SAW, yang telah mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai
Kebenaran Sejati pada jiwa-jiwa pencintaNya, untuk jiwa-jiwa suci yang senantiasa menghembuskan
nafasNya menuliskan keberkahan namaNya
CINTA DAN KASIH untuk AYAHANDA MOCH. THOHA dan IBUNDA FATHURROHMAH yang Selama ini tak
pernah lelah dan tanpa mengeluh untuk mendoakan, menyayangi serta mengasihi dengan kebesaran jiwanya….
Saudara2Q yang semuanya lahir menyusulQ, dik BAHRUL, dik OFA, dik AZA… Terimakasih atas doa dan spirit
dari keikhlasan hati kalian yang masih bersih dari khilaf, semoga kelak menjadi insan yang sholih dan bermanfaat bagi
agama dan bangsa…
Tiada pantas kata selain terimakasih yang tak terhingga untuk BAPAK/IBU GURU/USTADZ/DOSEN atas ilmunya
yang mengajari ku ARTI MANUSIA SEBENARNYA BUKAN SEMESTINYA
SYUKRIYAH untuk teman-teman ngaji di PESANTREN LUHUR … Teman tidur dalam satu alas yang usang di
segitiga pink (mbak Ana dan liliem), tetangga sebelah (mega, mbak dy, ana, fida, fitri, ema, evi) dalam kebersamaan
ada tawa yang mampu menyingkirkan rasa sepi dalam hati…
Sedulur2Q TEATER K2 MANIA yang tak pernah sembuh dari KEGILAANNYA dalam berseni dan berkarya (dan Q harap
tak pernah sembuh sampai kapanpun). KEEP YOUR HEARTH FOR YOUR MIND. VIVA TEATER K2!! YEACH……
QHISAKEK yang setia menemani dan memberi motivasi dalam tiap bait layar di inbox.
Beberapa lembar buku, kertas-kertas, axioo MNC016 dan debu-debu yang senantiasa setia menemani perjalanan
hidup dan menunggu tanganku menyentuhnya untuk menuliskan ilmu-ilmuNya; alunan lagu pop yang setia
menemaniku kala mengetik; serta kepada guru kehidupan, eksistensi alam raya yang tiada batas, jika waktu bisa
kembali aku ingin terus berada di waktu itu tanpa berganti hari.
KUPERSEMBAHKAN KARYA SEDERHANA INI SEBAGAI BUKTI KASIH SAYANG DAN TANDA TERIMAKASIHKU ATAS SEMUA CINTA, PENGORBANAN, PERHATIAN, DUKUNGAN, NASEHAT YANG TIADA HENTI. TERIRING
DOA SEMOGA SEGALA KEBAIKAN DIBALAS OLEH ALLOH SWT
Motto
#|¤tã uρ βr& (#θèδt�õ3s? $ \↔ ø‹x© uθ èδ uρ ×�ö�yz öΝà6©9 ( #|¤ tã uρ β r& (#θ™6 Åsè? $ \↔ ø‹x© uθ èδ uρ @�Ÿ° öΝä3 ©9 3
ª! $#uρ ãΝn= ÷ètƒ óΟçFΡ r& uρ Ÿω šχθ ßϑ n=÷è s?
Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah : 216)1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998),
Drs. M. Yunus, M.Si Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahi m Malang
Nota Dinas Pembimbing Hal : Skripsi Lia Nurul Wahdati Malang, 07 Juli 2009 Lamp : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MMI Malang Di Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Lia Nurul Wahdati NIM : 07140042 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul Skripsi : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi
untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 07 Juli 2009
Lia Nurul Wahdati
KATA PENGANTAR
Segala puja-puji syukur kehadirat Alloh ‘Azza Wa Jalla yang telah
memberikan limpahan taufik, rahmah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan lancar tanpa aral yang merintang.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahlimpahkan ke haribaan sosok
revolusioner dunia, pembela kaum proletar sejati, baginda Rasulillah SAW yang
telah menjadi qudwah dan uswah hasanah dengan membawa pancaran cahaya
kebenaran, sehingga pada detik ini kita masih mampu mengarungi hidup dan
kehidupan yang berlandaskan iman dan islam.
Seiring dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk serta motivasi
dalam proses penyusunannya, antara lain :
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan motivasi baik berupa
moril, do’a restu, mau’idloh hasanah yang diberikan dengan penuh cinta dan
kasih sayang, lebih-lebih materiil, sehingga ananda dapat menyelesaikan
penyusunan sripsi dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maliki Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki
Malang.
4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.
5. Bapak Drs. M. Yunus, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya meluangkan
waktu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
tersusun dengan baik dan rapi.
6. Bapak Drs. Solihan, selaku Kepala Sekolah MI Sunan Giri Kemantren
Jabung Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin.
7. Segenap Guru dan Karyawan MI Sunan Giri Kemantren Jabung Malang
yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data selama
penelitian ini berlangsung.
8. Seluruh siswa/i kelas III MI Sunan Giri yang turut membantu jalannya
program penelitian ini.
9. Semua teman-teman PGMI angkatan 2005 yang telah memberikan pesan
hidup dan kenangan yang tiada surut dalam angan.
10. Orang-orang terdekat dalam menjalani hidup, yang memberiku pelajaran
hidup bagaimana hidup yang sesungguhnya; yakni teman-teman di
Pesantren Luhur: mbak Ana, Lilim, Mega, Fida, Mbak Diya, Ana, Fitri, Evi,
Ema, dan Hafid, serta saudara-saudaraku di UKM Teater K2.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain dari do’a jazakumullah
ahsanul jaza’, semoga apa yang telah diberikan menjadi amal yang diterima di
sisi Allah swt.
Akhirnya, penulis hanya dapat berdo’a semoga amal mereka diterima oleh
Tuhan Yang Maha Esa sebagai amalan sholehan serta mendapatkan imbalan yang
semestinya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan bagi penulis khususnya, karena khoir al nas anfa’uhum lil
nas. Amien ya robbal ‘alamin!
Malang, 10 Juli 2009
Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Ketuntasan Minimal ..................................................... 72
Tabel 4.1 Daftar Guru dan Pegawai MI Sunan Giri ..................................... 76
Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa MI Sunan Giri ............................................... 77
Tabel 4.3 Data Sarpras MI Sunan Giri ......................................................... 79
Tabel 4.4 Data Observasi Kemampuan Unjuk Pendapat Siswa .................... 89
Tabel 4.5 Contoh Lembar Kerja Siswa ........................................................ 91
Tabel 4.6 Data Observasi Kelompok, Tugas Resitasi Minggu ke-1 .............. 92
Tabel 4.7 Data Observasi Kelompok, Tugas Resitasi Minggu ke-2 .............. 99
Tabel 4.8 Jumlah Modal tiap Kelompok ...................................................... 108
Tabel 4.9 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar ................... 107
Tabel 4.10 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah ............. 114
Tabel 4.11 Jumlah Hasil Penjualan Siswa .................................................... 115
Tabel 4.12 Data Nilai Tes Formatif Siswa ................................................... 116
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Taksonomi Bloom ................................................................... 39
Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK menurut Elliot .................................. 57
Gambar 4.1 Lembar Tugas Resitasi ............................................................ 98
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan
Minggu 2 ............................................................................... 100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Identitas Sekolah ..................................................................... 139
Lampiran 2 Struktur Organisasi MI Sunan Giri .......................................... 143
Lampiran 3 Denah MI Sunan Giri .............................................................. 144
Lampiran 4 Daftar Guru dan Pegawai MI Sunan Giri ................................. 145
Lampiran 5 Daftar Sarana dan Prasarana MI Sunan Giri ............................. 147
Lampiran 6 Pedoman Wawancara ............................................................. 148
Lampiran 7 Surat Penelitian Melakukan Penelitian ..................................... 149
Lampiran 8 Lembar Penelitian Siswa ......................................................... 151
Lampiran 9 Format Observasi Minggu ke-1 ............................................... 152
Lampiran 10 Format Observasi Minggu ke-2 ............................................. 154
Lampiran 11 Format Observasi Minggu ke-3 ............................................. 156
Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-1 .................. 158
Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-2 .................. 161
Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-3 .................. 165
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-4 .................. 169
Lampiran 16 Lembar Soal Resitasi Minggu ke-1 ........................................ 171
Lampiran 17 Lembar Soal Resitasi Minggu ke-2 ........................................ 173
Lampiran 18 Media Pembelajaran Jual Beli ............................................... 174
Lampiran 19 Dokumen Penelitian .............................................................. 180
Lampiran 20 Bukti Konsultasi .................................................................... 182
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ 0
HALAMAN JUDUL ................................................................................... 0
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii
MOTTO ...................................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penalitian ............................. 10
G. Penegasan Istilah ...................................................................... 11
H. Sistematika Pembahasan ........................................................... 13
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di SD .............................................................................. 15
a. Karakteristik Mata Pelajaran IPS ........................................... 16
b. Karakteristik Penilaian Mata Pelajaran IPS ............................ 20
B. Kedudukan Pemilihan dan Penentuan Metode dalam
Pengajaran .............................................................................. 21
a. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar.......................... 23
b. Pemilihan dan Penentuan Metode .......................................... 25
C. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi .................................. 27
a. Pengertian ............................................................................. 27
b. Pelaksanaan resitasi............................................................... 28
c. Kelebihan Resitasi ................................................................ 29
d. Kelemahan Resitasi ............................................................... 30
D. Metode Simulasi...................................................................... 31
a. Pengertian. ........................................................................... 31
b. Pelaksanaan Simulasi ........................................................... 33
c. Kelebihan Simulasi .............................................................. 34
d. Kelemahan Simulasi ............................................................ 35
E. Tingkat Pemahaman Menurut Teori Kognitif Bloom........... 36
F. Penerapan Metode Simulasi dan Resitasi untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi .. ..... 47
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 52
B. Rancangan Penelitian ................................................................ 55
C. Rencana Tindakan .................................................................... 58
D. Siklus Penelitian ....................................................................... 60
E. Pembuatan Instrument .............................................................. 62
F. Pengumpulan Data .................................................................... 63
G. Tekhnik Analisa Data ............................................................... 66
H. Keabsahan Data ........................................................................ 69
I. Indikator Kinerja ...................................................................... 71
BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 73
1. Identitas Sekolah .............................................................. 73
2. Kondisi Objektif Sekolah ................................................. 75
3. Visi dan Misi Madrasah ................................................... 77
4. Tujuan Madrasah ............................................................. 78
5. Struktur Organisasi .......................................................... 78
6. Sarana dan Prasarana ....................................................... 79
B. Paparan Data ....................................................................... 79
1. Sebelum Tindakan ......................................................... 79
a. Seleksi Topik .............................................................. 81
b. Implementasi/pelaksanaan .......................................... 82
c. Analisis dan Sintesis ................................................... 82
d. Evaluasi ...................................................................... 82
2. Siklus Pertama ............................................................... 83
a. Perencanaan Tindakan ................................................. 83
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................. 84
c. Refleksi ....................................................................... 101
3. Siklus Kedua .................................................................. 103
a. Perencanaan Tindakan ................................................ 103
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................. 104
c. Refleksi ..................................................................... 118
BAB V. PEMBAHASAN
A. Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi dalam Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi pada Mata Pelajaran
IPS ......................................................................................... 120
B. Kelemahan dan Kelebihan Metode Resitasi dan Simulasi dalam
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi pada
Mata Pelajaran IPS ................................................................. 124
BAB V. PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................. 128
2. Saran ........................................................................................ 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Lia Nurul Wahdati. 2008. Penerapan Metode Resitasi da Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrsah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kata Kunci: Resitasi, Simulasi, Kognitif, Aplikasi
Rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, seringkali disebabkan oleh sistem pembelajaran yang dilakukan di Madrasah tersebut. Kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hanya datang, mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu mengingat segala informasi yang di berikan oleh guru. Untuk menanggulangi hal itu telah banyak konsep strategi pembelajaran aktif yang ditawarkan. Strategi pembelajaran aktif nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau kualitas pembelajaran di Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah penerapan metode resitasi dan simulasi. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini, diharapkan mutu atau kualitas pembelajaran meningkat, sebab pada strategi ini keaktifan peserta didik lebih diutamakan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi, (2) Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode resitasi dan simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang.
Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan penelitian mencakup: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, pengukuran tes hasil belajar, dan angket. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk uji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode resitasi dan simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang. Secara kuantitatif dapat ditunjukkan pada tes individual dikatakan bahwa tingkat keberhasilan kelas adalah 92% yakni dari 25 siswa dinyatakan lulus adalah 23 siswa, sedangkan yang gagal sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 8%, karena skor tesnya kurang dari 60. Berdasarkan pengamatan peneliti, 2 orang yang tidak lulus ini dikarenakan mempunyai kemampuan yang rendah. Sedangkan secara kualitatif dapat dijelaskan dari banyaknya siswa yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode resitasi dan simulasi menyenangkan, tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok, dan suasana kelas menjadi hidup. (2)
pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dan simulasi, yang membahas tentang materi jual beli pada mata pelajaran IPS kelas III, telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari sikap dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat memahamkan peserta didik terhadap pelajaran yang disajikan dengan mengaplikasikan metode resitasi dan simulasi. Kalaupun masih ada alternatif lain yang mungkin lebih baik dari apa yang telah disampaikan atau ditulis dalam skripsi ini, maka hal itu dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan agar skripsi ini terus berkembang dan tidak berhenti sampai disini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan rumpun mata pelajaran yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Fokus kajian IPS
terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga
lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran
mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan
dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis2. Kelompok
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB dimaksudkan
untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang
kritis, kreatif dan mandiri3.
Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya
adalah dengan metode pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan
metode resitasi, simulasi dan pengoptimalan media pembelajaran. Metode
simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya
(state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum
2 Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm 13. 3 Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, hlm. 5
mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik
atau abstrak4. Sedangkan metode resitasi atau metode pemberian tugas sering
disebut dengan pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya metode ini lebih luas
dari pekerjaan rumah saja karena siswa dalam belajar tidak hanya di rumah,
mungkin di laboratorium, di halaman sekolah, di perpustakaan, atau tempat-
tempat lainnya.5 Menurut Saiful Sagala metode resitasi adalah cara penyajian
dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan
belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya6.
Sebagaimana terdapat dalam Undang – Undang No. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 35, yang menyatakan bahwa
”Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan
sumber belajar”7, jadi pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik
bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung
oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar
yang bersangkutan. Terlebih lagi dalam pembelajaran IPS yang merupakan
syntetic science, karena konsep, generalisasi dan temuan-temuan penelitian
ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi menuntut adanya suatu media
pendidikan, sumber pembelajaran, dan metode pembelajaran yang bisa
meningkatkan interaksi dan motivasi belajar siswa.
4 Zainal Aqib. Penelitian Tindakan Kelas: untuk guru. (Bandung: Yrama Widya, 2006), hlm. 45. 5 Winarno surakhmad, Metode Pengajaran Nasonal. (Bandung: Penerbit Jemmars, 1980) Hlm.91. 6 Saiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2008) Hlm. 219. 7 Artikel Arif, Pemanfaatan Media Massa . 2004 (www.wordpress.com ) diakses tanggal 9 Juni 2009
Musman Hadiatmadja8, mengatakan bahwa kebanyakan guru lebih tepat
disebut melaksanakan mengajar secara tradisional dan konservatif.
Tradisional karena melaksanakan tugas dengan mendasarkan diri pada tradisi
atau apa yang telah dilaksanakan oleh para guru terdahulu tanpa ada usaha
memperbaiki dengan daya kreasi yang ada padanya. Konservatif karena
bertindak secara kolot menurut cara-cara lama yang kurang atau tidak sesuai
dengan perubahan dan kemajuan jaman. Akibatnya siswa dijejali dengan
berbagai pengetahuan sesuai kehendak guru atau kurikulum karena siswa
adalah ibarat botol kosong yang tidak diberi kesempatan berfikir, mengolah
atau mencerna apalagi berkreasi, akhirnya mereka menjadi siswa yang pasif
dan reseptif saja.
Pembelajaran konvensional (ceramah) untuk mata pelajaran IPS tentu
tidak relevan dan akan menimbulkan verbalisme bagi pemahaman anak,
padahal masih banyak guru, khususnya di MI Sunan Giri yang menyukainya.
Mereka beralasan metode ini lebih mudah dilaksanakan. Sering peneliti masuk
kelas di MI Sunan Giri menemukan situasi yang kurang menyenangkan.
Siswa terlihat bermain sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan guru.
Ada beberapa siswa yang dengan malas-malasan mendengarkan dan terlihat
kurang fokus. Guru kadang mencoba menghidupkan situasi, dan berhasil
untuk saat tersebut, tetapi pada kesempatan berikutnya keadaan itu tidak
berubah. Di sisi lain peneliti melihat keadaan siswa yang selalu merasa jenuh
ketika guru hanya berceramah saja dalam menyampaikan materi, khususnya 8 Hadiatmadja, Op. Cit.. Hal. 39.
pada mata pelajaran IPS. Dari itu siswa lebih memilih berbicara dengan
temannya atau bermain-main sendiri. Dan ketika siswa diberi pertanyaan
tentang materi yang diajarkan, hanya 25 % siswa yang mampu menjawab
dengan baik. Sehingga timbul pertanyaan dibenak peneliti apa yang harus
peneliti lakukan agar suasana kelas selalu menyenangkan, penuh semangat
belajar, sehingga siswa mampu menyerap materi pelajaran dengan baik.
Karakter siswa kelas III MI Sunan Giri yang rata-rata adalah siswa yang
aktif namun dalam artian negatif, perlu disalurkan ke dalam kegiatan
pembelajaran di kelas yang aktif dan terkontrol. Dalam hal ini siswa tidak
hanya mengetahui dan memahami materi pelajaran namun juga
menerapkannya ke dalam pengalaman langsung/tingkah laku. Tingkah laku
siswa selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Segala upaya yang
menyangkut kegiatan atau aktifitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif9 .
Menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam domain kognitif, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi10. Pada
penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada kemampuan kognisi tingkat
aplikasi. Dimana dalam penerapannya harus melewati tingkatan-tingkatan
sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman. Namun pada dasarnya
penelitian ini tidak mengesampingkan tingkatan-tingkatan setelah tingkat
aplikasi, yakni analisis, sistesis dan evaluasi. Alasannya pada siswa sekolah
9 Sagala Siaful. Op. Cit. Hal. 157. 10 Joy A. Palmer (editor). Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang. (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003) Hal. 158.
dasar cara berfikirnya masih dalam tahap operasi konkret. Konkrit
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan11.
Dari permasalahan tersebut peneliti tergerak untuk mencoba melibatkan
siswa dalam pembelajaran IPS pada kegiatan aktif, dengan maksud agar
terjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Peneliti
mencoba menggunakan metode resitasi dan simulasi, dimana metode ini lebih
sesuai untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa tingkat aplikasi, yakni
kemampuan mengaplikasikan teori-teori yang ada ke dalam kehidupan nyata
setelah siswa mengetahui dan memahaminya. Kedua metode ini juga satu jalur
dengan materi IPS yang sebagian besar membutuhkan ketrampilan sosial dan
pengalaman langsung, khususnya pada materi jual beli.
Penggunaaan metode resitasi dan simulasi pada aplikasinya masih
banyak terdapat beberapa kelemahan yang harus diperbaiki oleh peneliti.
11 Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009.
Kelemahan tersebut tentunya tidak bisa dihilangkan keseluruhan, akan tetapi
ditambal dengan usaha perbaikan-perbaikan guru dengan mengurangi
kemungkinan terburuk yang akan terjadi, untuk hasil ke depan yang lebih
baik. Pada penelitian kali ini peneliti berusaha untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan penggunaan metode resitasi dan simulasi, diantaranya adalah
kurang adanya kerjasama kelompok yang solid, masih mengandalkan satu
orang yang menonjol di kelompoknya; pemberian tugas yang masih umum
sehingga siswa mengalami kesulitan dengan adanya perbedaan individual;
siswa kurang bisa menggabungkan antara materi dengan simulasi yang mereka
lakukan; sedangkan dari guru kurang adanya persiapan yang matang,
penjelasan yang kurang detail, dan pengawasan yang kurang.
Dari sini peneliti mencoba menerapkan penelitian tindakan kelas ke
dalam pembelajaran IPS pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sunan Giri Jabung
dengan metode resitasi dan simulasi, dan ditekankan pada materi jual beli.
Dengan harapan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif
tingkat aplikasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya
materi jual beli serta dapat diterapkan secara kontekstual pada kehidupan
sehari-hari. Peneliti mencoba meneliti lebih lanjut dalam penelitian tindakan
kelas dengan judul, ”Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di
Kelas III MI Sunan Giri Jabung”
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan
kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaran IPS kelas III
MI Sunan Giri Jabung?
2. Apa kelemahan dan kelebihan metode resitasi dan simulasi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaran
IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode resitasi dan simulasi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaran
IPS kelas III MI Sunan Giri Jabung.
2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode resitasi dan
simulasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi
pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi guru atau peneliti
- Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam
menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap
masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata
- Memiliki gambaran tentang pembelajaran IPS yang efektif
- Dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas,
sekaligus mencari solusi pemecahannya.
- Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan efektifitas
pembelajaran IPS pada tahap berikutnya.
b. Bagi siswa
- Membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan
pelajaran.
- Memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar
mengajar.
- Mengembangkan daya nalar serta berpikir lebih kreatif, sehingga
siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
- Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi
masukan yang berharga bagi pihak sekolah dan upaya sosialisasi
perlunya penggunaan metode resitasi dan simulasi sebagai metode
pembelajaran alternatif mata pelajaran IPS khususnya di MI Sunan
Giri Jabung Malang.
- Adanya inovasi pembelajaran .
- Tercapainya pengembangan kurikulum tingkat sekolah.
- Peningkatan profesionalisme guru.
d. Bagi Fakultas
Dapat dijadikan perbandingan bagi pembaca yang akan
mengadakan penelitian, khususnya tentang penerapan metode simulasi
dan resitasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa tingkat
aplikasi pada mata pelajaran IPS kelas III MI Sunan Giri Jabung.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Pada bagian ini peneliti menentukan variabel-variabel penelitian yang
dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel
tersebut adalah variabel proses, yakni variabel yang terkait dengan kegiatan
belajar mengajar, seperti: cara belajar siswa, implementasi strategi atau
metode pembelajaran tertentu dan sebagainya. Penelitian terfokus pada materi
pokok jual beli pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kelas III MI
Sunan Giri Jabung Malang.
F. Penegasan Istilah
Untuk mempermudah pemahaman skripsi ini, yang berjudul ”Penerapan
Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung”,
maka akan dijelaskan definisi dalam judul. Istilah yang perlu dijelaskan
adalah:
1. Metode Resitasi
Metode pemberian tugas atau resitasi adalah cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan
kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang
diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula
mengecek bahan yang yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang
anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok12.
2. Metode Simulasi.
Metode simulasi yang penulis maksud di sini adalah salah satu metode
pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung. Sebagai
metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa
(dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk
mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam
kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peran melakukan lingkungan
tiruan dari kejadian yang sebenarnya. 12 Syaiful Sagala. Op. Cit. Hal. 219.
3. Kemampuan kognitif tingkat aplikasi
Teori kognitif pada penelitian ini menganut pada taksonomi Bloom,
dimana menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam domain
kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi13. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada
kemampuan kognisi tingkat aplikasi. Dimana dalam penerapannya siswa
harus menguasai tingkatan-tingkatan sebelumnya, yakni pengetahuan dan
pemahaman. Namun pada dasarnya penelitian ini tidak mengesampingkan
tingkatan-tingkatan kognitif setelah tingkat aplikasi. Pada pelaksanaannya,
guru membantu kegiatan menganalisis, sistesis dan evaluasi dengan
memberi stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa,
mengingat tahap berfikir siswa masih pada tahapan operasi konkret.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS yang dimaksud di sini adalah pembelajaran IPS yang ada di Sekolah
Dasar (SD). IPS adalah suatu ilmu yang mengkaji masalah sosial yang
berkembang di masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan
pada materi jual beli yang nantinya akan dipelajari peserta didik secara
kontekstual dengan metode resitasi dan simulasi. Dengan menggunakan
kedua metode tersebut diharapkan ada keterkaitan antara materi
pembelajaran IPS dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata
13 Joy A. Palmer (editor). Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang. (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003) Hal. 158.
sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
G. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini , peneliti bagi menjadi 4 (empat) bab, tiap bab
menjadi sub bab yaitu sebagai berikut :
Bab I
Bab II
Bab III
:
:
:
Pendahuluan yang menggambarkan masalah-masalah yang
akan dibahas pada bab berikutnya, terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah
dan sistematika pembahasan.
Kajian pustaka meliputi landasan teori yang memuat
pembahasan umum tentang karakteristik pembelajaran IPS di
SD, pengertian metode, kedudukan pemilihan dan penentuan
metode dalam pembelajaran, Metode pemberian tugas dan
resitasi, metode simulasi, tingkat pemahaman menurut teori
kognitif Bloom, penerapan metode simulasi dan resitasi
untuk meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi.
Merupakan bab yang menjelaskan metodologi penelitian
akan dibahas pendekatan dan jenis penelitian, rancangan
penelitian, rencana tindakan, siklus penelitian, pembuatan
instrument, pengumpulan data, tekhnik analisa data,
Bab IV
Bab V
BAB VI
:
:
:
keabsahan data, dan indicator kinerja.
Pada bab ini dijelaskan deskripsi lokasi penelitian,
selanjutnya menyajikan paparan data dari hasil tiap-tiap
siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
Pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang telah
dikemukakan di dalam bab 4 mempunyai arti penting bagi
keseluruhan penelitian. Tujuan pembahasan adalah menjawab
masalah penelitian, yakni bagaimana penerapan metode
simulasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat
aplikasi pada mata pelajaran IPS kelas III, kelemahan dan
kelebihan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan
kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaan IPS
kelas III MI Sunan Giri Jabung.
Merupakan bagian akhir penelitian yang meliputi:
kesimpulan akhir dari isi sebagai jawaban yang diuraikan dari
rumusan masalah di awal tulisan ini, dan kemudian saran-
saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Somantri adalah sebuah program
pendidikan dan bukan merupakan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak
akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu
sosial, maupun ilmu pendidikan14. Jadi IPS adalah suatu ilmu yang mengkaji-
masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. IPS merupakan
ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial dan salah satu mata pelajaran
di SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan
sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi,
ekonomi dan tata Negara15.
Sedangkan pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan) merupakan rumpun mata pelajaran yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik16. Fokus kajian IPS
terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga
lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran
mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan
dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis. Pada jenjang
14 Somantri. Op. Cit. Hal. 89. 15 Aqib, Zainal. Op. Cit. Hal. 133. 16 Badan Standar Nasional Pendidikan. Op Cit. hlm 13.
pendidikan menengah, IPS merupakan rumpun mata pelajaran yang
menekankan pada penguasaan disiplin ilmu seperti sejarah, ekonomi, geografi,
sosiologi, dan antropologi.
Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya
adalah pembelajaran dengan model konstruktivistik dan pengoptimalan media
pembelajaran.
Secara tematis dalam IPS dipelajari tentang: (a) perkembangan dan
perubahan historis berbagai sistem kehidupan masyarakat; (b) interaksi dan
adaptasi masyarakat dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam; (c)
kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi melalui proses
produksi, distribusi, dan konsumsi; (d) kegiatan masyarakat dalam
mengembangkan identitas sosial budayanya.
a. Karakteristik Mata Pelajaran IPS
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan matapelajaran–matapelajaran lainnya, tidak terkecuali mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk SD/MI memiliki sejumlah
karaktristik tertentu, yang antara lain seperti berikut: IPS merupakan
perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain: Sosiologi,
Geografi, Ekonomi dan Sejarah. Materi bagian IPS terdiri atas sejumlah
konsep, prinsip dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan
manusia sebagai makhluk social (homo Socious).
Kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu
functional-approach, interdicipliner-approach, dan
multidiciplinerapproach. Pendekatan fungsional digunakan apabila materi
kajian lebih dominan sebagai kajian dari salah satu disiplin ilmu sosial,
dalam hal ini disiplin-disiplin ilmu sosial lain berperan sebagai penunjang
dalam kajian materi tersebut. Pendekatan interdisipliner digunakan apabila
materi kajian betul-betul menampilkan karakter yang dalam pengkajiannya
memerlukan keterpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial. Pendekatan
multidisipliner digunakan manakala materi kajian memerlukan
pendeskripsian yang melibatkan keterpaduan antar/lintas kelompok ilmu,
yaitu ilmu alamiah (natural science), dan humaniora. Materi IPS senantiasa
berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya, dan ekonomi yan
menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu
dan dari tempat ke tempat baik dalam skala kelompok masyarakat, lokal,
nasional, regional, dan global17.
Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPS di
SD, yaitu sebagai berikut18:
17 Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas. 2006. Hal 5-6. 18 Zainal Aqib, op. cit, hlm. 133-134.
1. Fungsi
IPS di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan
ketrampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah
berfungsi menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap perkembangan
Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.
2. Tujuan
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala
program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara
baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut19.
- Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
- Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial. 19 Ibid.
- Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
- Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat.
- Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
3. Pendekatan dan metode pembelajaran IPS
Dalam pelaksanaan belajar mengajar guru dapat memilih dan
menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa, kekhasan bahan pelajaran, sarana dan keadaan
siswa20.
Beberapa pendekatan dan metode pembelajaran IPS adalah21:
1. Lingkungan
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ini dapat
dimulai dari atau mencakup hal-hal atau peristiwa yang pernah
dialami dan terdapat di lingkungan siswa.
20 Ibid. 21 Kurikulum SD, 1994, hlm. 34.
2. Penemuan (Inkuiri)
Pendekatan ini mendorong dan mengarahkan siswa untuk melibatkan
diri secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melakukan
berbagai kegiatan belajar.
3. Induktif-Deduktif
Pada pendekatan induktif, siswa menarik suatu kesimpulan fakta
yang satu sama lainnya ada hubungannya yang diperoleh melalui
pengamatan atau cara lain. Sedang pendekatan deduktif,
menghadapkan siswa pada sesuatu yang berlaku umum dan
mengumpulkan berbagai fakta yang mendukung pernyataan tersebut.
4. Nilai
Pendekatan ini dapat dikembangkan dari berbagai nilai seperti moral,
nilai estetika, dan sebagainya.
Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dibangun melalui
penguasaan aspek kognitif. Aspek tersebut digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan penguasaan aspek afektif dan psikomotor. Keterampilan
sosial yang dapat dikembangkan antara lain: (a) bekerja sama dan
berkomunikasi dengan kelompok yang majemuk, (b) mencintai lingkungan
fisik dan sosialnya, (c) kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah
sosial, (d) mengembangkan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai setempat,
dan (e) beradaptasi dengan perubahan pada lingkungan lokal, nasional, dan
global22.
b. Karakteristik Penilaian Mata Pelajaran IPS
Penilaian IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses
pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis,
observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori,
penilaian diri, dan penilaian antarteman. Pengumpulan data penilaian selama
proses pembelajaran melalui observasi juga penting untuk dilakukan. Data
aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat
diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.
Pembelajaran IPS di SD/MI dilaksanakan dalam mata pelajaran IPS23.
Sedangkan karakteristik penilaian pelajaran IPS menurut Ditjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah adalah:
• Penilaian IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses
pembelajaran.
• Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi,
tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian
diri, dan penilaian antarteman.
• Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui
observasi juga penting untuk dilakukan.
22 Badan Standar Nasional Pendidikan. Op Cit. hlm 13. 23 Ibid.
• Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat
diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.
Penilaian dalam bidang tekhnologi/ketrampilan sosial dapat diukur
melalui tes praktik sewaktu peserta didik menyelesaikan tugas dan/atau
produk yang dihasilkan. Penilaian tersebut dapat diperoleh melalui tes
praktik, baik melalui tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes praktik
simulasi maupun tes/uji petik/contoh kerja. Dalam pelaksanaannya
dirancang untuk mensimulasikan tes praktik pada pekerjaan yang
sesungguhnya melalui tes praktik simulasi. Tes petik kerja atau tes sampel
kerja merupakan tes praktik tingkat tertinggi yang merupakan perwujudan
dari tes praktik keseluruhan yang hendak diukur. Selain dengan tes kinerja,
penilaian dalam bidang teknologi dapat pula dengan hasil penugasan dan
portofolio. Hasil penugasan dapat berupa produk yang mencerminkan
kompetensi peserta didik. Hasil portofolio yang berupa kumpulan hasil kerja
berkesinambungan dapat dipakai sebagai informasi yang menggambarkan
perkembangan kompetensi peserta didik24.
B. Kedudukan Pemilihan dan Penentuan Metode dalam Pengajaran
Metode berasal dari bahasa Greeka, Metha yang berarti melewati dan
hodos yang berarti jalan. Sedangkan dalam kamus ilmiah popular metode
berarti cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu25 secara
24 Ibid. Hal. 16-17. 25 Pius dan Dahlan. Metode Pembelajaran.(Rajawali Pers: 1994) Hal. 24.
luas metode berarti ilmu tentang cara yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan26.
Sedangkan yang dimaksud dengan metode pengajaran, adalah suatu
aturan yang dilalui oleh guru didalam menyampaikan pelajaranya, agar dapat
sampai pengetahuan tersebut kepada fikiran murid dengan bentuk yang baik
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode pembelajaran menurt Akhmat Sudrajat mengartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran27. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) symposium; dan sebagainya.
Sedangakan menurut Rustiah N.K ialah suatu teknik untuk memberikan
motifasi kepada siswa agar bangkit untuk bertanya, selama mendengarkan
pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa
menjawab28.
Sedangkan menurut Winarno Surahmat, metode ini di dipergunakan
untuk:
26 Saiful Sagala, Op. Cit. 165. 27 Akhmat Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Tekhnik, Taktik, dan Model Pembelajaran. (http://smacepiring.wordpress.com/) diakses tanggal 4 Mei 2009. 28 Rustiah. N. K, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Bina Aksara, 1991). Hal. 129.
a. Menilai kemajuan siswa
b. Mencari jawaban
c. Memberi giliran kepada siswa.
a. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
bergairah bagi anak didik. Guru dengan seperangkat teori dan pengalamannya
menggunakan untuk mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan
sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang
demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata; dan memang betul-betul
dipikirkan oleh seorang guru29.
Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang
kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran
dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berikut adalah penjelasannya30:
29 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996) Hal. 82 30 Ibid. Hal. 83.
1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar
mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar
kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. adalah motiv-
motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar31.
Karena adanya perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.
2. Metode sebagai strategi pengajaran
Setiap anak didik mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya, karena itu dalam kegiatan belajar mengajar menurut
Roestiyah. N. K., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan32.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus mengusai
tekhnik-tekhnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan
demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
31 Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Pers, 1986) Hal. 90 32 Rustiah. N. K. Op. Cit. Hal. 129.
3. Metode sebagai alat untuk mecapai tujuan
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah
komponen metode. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.
Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu,
maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Ketika
tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka
metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode
dan tujuan tidak bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang
pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan
tujuan tersebut.
b. Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan
kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesusaian
dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Karenanya, guru pun selalu
menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu
digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode
lain, juga diguanakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya,
sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar33:
33 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Op. Cit. Hal. 83.
1. Nilai strategi metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan.
Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik. Bahan
pelajaran yang guru berikn itu akan kurang memberikan dorongan
(motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan srtategi
yang kurang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting
dalam penyampaian bahan pelajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa
metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan
belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi
jalannya kegiatan belajar mengajar34.
2. Efektifitas penggunaan metode
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup
banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena
penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan
siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, efektifitas penggunaan
metode dapat terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua
komponen pelajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran,
sebagai persiapan tertulis35.
34 Ibid. 35 Ibid.
3. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan
dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai
tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya
metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu36.
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan
penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik
dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru
lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode
pengajaran yang akan dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
Metode mengajar banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain37:
a. Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya.
b. Anak didik yang beragam tingkat kematanganya.
c. Situasi yang beragam keadaanya.
d. Fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya. 36 Ibid. 37 Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang Press.
e. Pribadi guru serta kemampuan propesionalnya yang berbeda-beda.
Dengan demikian jelaslah bahwa metode menekankan pada interaksi
dengan siswa sehingga dalam melakukan proses belajar mengajar tidak
hanya pada satu arah interaksi.
C. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
a. Pengertian
Metode pemberian tugas atau resitasi menurut Syaiful Sagala adalah
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar
murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus
dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat
memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang yang
telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik
secara individu maupun kelompok38.
Metode resitasi mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas;
kedua siswa melaksanakan tugas (belajar) dan fase ketiga siswa
mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari.
Dalam sifatnya situasi ini adalah resitasi, umpamanya dalam bentuk tanya
jawab, diskusi atau barangkali sebuah tes tertulis39.
38 Syaiful Sagala. Op. Cit. Hal. 219. 39 Winarno Surakhmad. Metodologi Pengajaran Nasional. (Bandung: Penerbit Jemmars, 1989)
Hal. 91-92
b. Pelaksanaan resitasi.
1. Tujuan yang jelas.
Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang
jelas yang hendaknya dicapai oleh murid-murid. Sifat daripada tujuan-
tujuan itu adalah sebagai berikut40:
a. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif,
bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa
dan bersifat konstruktif.
c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai
kegiatan-kegiatan di luar kelas.
d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-
latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.
2. Petunjuk-petunjuk yang jelas.
Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru,
dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu
dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang
harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan. Jika
40 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia 1997) Hal. 61.
aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu
belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu41.
c. Kelebihan Resitasi
Metode resitasi mempunyai beberapa kebaikan antara lain:
1. Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan atau
hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat
yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan
lebih otentik.
2. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang
dipelajari.
4. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah
sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan
abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat.
5. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan
dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
41 Ibid..
d. Kelemahan Resitasi
Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini dalam pembelajaran
adalah:
1. Seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniru
hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.
2. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3. Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung
jawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan,
ketegangan mental mereka dapat terpengaruh.
4. Jika tugas diberikan secara umum mungkin seorang anak didik akan
mengalami kesulitan karena sukar selalu menyelesaikan tugas dengan
adanya perbedaaan individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada
siswa, tetapi ada juga kelemahan guru.
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode
pemberian tugas ini, antara lain: (1) tugas yang diberikan kepada siswa
hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan, (2)
tugas yang diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu
masing-masing, (3) waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup, (4) adalah
kontrol atau pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga
mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh; dan (5) tugas yang
diberikan hendaklah mempertimbangkan; (a) menarik minat dan perhatian
siswa; (b) mendorong siswa untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan;
(c) diusahakan tugas itu bersifat praktis dan ilmiah; dan (d) bahan pelajaran
yang ditugaskan agar diambilkan dari hal-hal yang diketahui siswa.
D. Metode Simulasi
1. Pengertian
Menurut arti katanya, simulasi (simulation) berarti tiruan atau suatu
perbuatan yang bersifat berpura-pura saja. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru)
melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan
kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam kegiatan simulasi, peserta atau
pemegang peran melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang
sebenarnya42.
Simulasi sebagai metode mengajar menurut uraian Soli Abimanyu dan
Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut: simulasi adalah suatu tiruan atau
perbuatan yang hanya pura-pura saja. Dalam setiap bentuk simulasi akan
terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain yang memegang peranan
yang mewakili dunia kenyataan, dan juga membuat keputusan-keputusan
dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting dalam mana mereka
temukan sendiri, (2) Mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang
berhubungan dengan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan
umum mereka. (3) Mereka memonitor hasil-hasil kegiatan masing-masing, 42 Prayitno Kupul dan Zainal Abidin, 1979. Hal 1 dan Derick, U dan McAleese, R, 1978. Hal 17.
dan diarahkan untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusan-
keputusan mereka sendiri dan konsekuensi-konsekuensi akhir yang
menunjukkan gabungan dari berbagai perbuatan. Dengan demikian maka
alam simulasi para pelaku dapat memperoleh kecakapan bersikap dan
bertindak yang sesuai jika menghadapi situasi yang sebenarnya43.
Simulasi sering dikaitkan dengan permainan. Terdapat perbedaan di
antara kedua permainan tersebut. Di dalam permainan (games), para pemain
melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan
lawannya. Selain itu, permainan lebih memberi hiburan (kesenangan)
kepada pemain-pemainnya. Menurut Derick, U dan McAleese yang
dikemukakan pada Abu Ahmadi44, dalam simulasi unsur persaingan,
mencapai kemenangan dan peristiwa tersebut tidak ada, sehingga simulasi
lebih bersifat realitas dan mengandung unsur pendidikan daripada
permainan.
Bentuk-bentuk simulasi dapat dilakukan dari yang paling sederhana
sampai kegiatan yang paling kompleks, misalnya tiruan perbuatan atau
peranan anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak) dalam menghadapi suatu
masalah, tiruan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat (jual beli di pasar,
dan sebagainya), tiruan yang lebih sulit dari kejadian-kejadian penting
43 Sunaryo, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm.137 44 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar: Untuk Fakultas Tarbiyah komponen MKDK. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 83
dalam masyarakat (sidang DPRD, sidang PBB, perundingan diplomasi, atau
kejadian-kejadian sejarah yang penting)45.
2. Pelaksanaan Simulasi
Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam
beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan
(dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat
melakukan simulasi yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi
yang berbeda dengan kelompok lainnya.
Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan
yang menimbulkan (menghasilkan) domain afektif (misalnya
menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas,
gotong royong, dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus
dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin
(pendekatan interdisiplin). Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang
lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut hubungan sebab akibat,
percobaan-percobaan, fakta-fakta, dan pemecahan masalah46.
Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai
berikut47:
45 Ibid. 46 Dahlan, M. D. Op. Cit. Hlm. 158-160. 47 Abu Ahmadi. Op. Cit. Hlm 83.
- Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa
dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang
sebenarnya.
- Untuk melatih siswa menguasai ketrampilan tertentu, baik yang bersifat
profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.
- Untuk pelatihan memecahkan masalah.
- Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa.
- Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasi-
situasi masyarakat di sekitarnya.
- Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan
memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok
dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang
lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa.
3. Kelebihan simulasi48
- Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain
kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan
pengertian), domain afektif (seperti menyenangkan, mengharukan,
solidaritas, simpati, dan sebagainya), serta domain psikomotor.
- Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat
menghadapi kenyataan dengan baik.
48 Sunaryo. Op. Cit,. Hlm. 138-139
- Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses
yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang
sesungguhnya.
- Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta
terjadinya berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan
sebagainya.
4. Kelemahan Simulasi49
- Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan
tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa.
- Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak
atau anak dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga
ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas
bagi para pemegang peranan kurang jelas atau penunjukan peranan
kurang kuat.
- Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya dengan peniruan
yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai
hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah.
- Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa
simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya:
kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank, dan sebagainya;
49 Abu Ahmadi. Op. Cit. Hlm 86-87.
sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan antara
satu dengan yang lain (misalnya: pedagang yang menghendaki harga
barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga barang turun)
E. Tingkat Pemahaman Menurut Teori Kognitif Bloom
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi
berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal
yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian- sampai pada kemampuan
berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi50.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh
Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik51.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan
keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap
dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi
manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan
tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan
50 (http://id.wikipedia. org/ wiki/Taksonomi).Diakses tanggal 11 Mei 2009. 51 Bloom, B. S. ed. et al., Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, (Cognitive Domain. New York: David McKay, 1956). (http://wikipedia.com). Diakses tanggal 15 April 2009.
kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke
dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya.
Untuk lebih mudah memahami taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan
dalam dua pernyataan di bawah ini52:
- Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu
mengenai konsep itu.
- Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa
terlebih dahulu memahami isinya
Tujuan Koginitif
Beberapa ahli psikologi dan ahli pendidikan berpendapat, bahwa
konsepsi-konsepsi tentang belajar yang telah dikenal, tidak satupun yang
mempersoalkan proses-proses kognitif yang terjadi selama belajar. Proses-
proses semacam itu menyangkut “insight”, atau berpikir dan “reasoning”,
atau menggunakan logika deduktif dan induktif53. Walupun konsepsi-konsepsi
lain tentang belajar dapat diterapkan pada hubungan-hubungan stimulus dan
respon yang erbriter dan tak logis, para ahli psikologi dan pendidikan ini
berpendapat, bahwa lebih banyak dibutuhkan untuk menjelaskan belajar
tentang hubungan yang logis, rasional, atau non arbtrer54.
52 Sagala Saiful. Op. Cit. Hal. 156-157. 53Ibid. 54 Ibid. Hal. 156-157.
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki atau taksonomi,
menurut Benjamin Bloom menjadi tiga kawasan (domain) yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Pada domain kognitif mencakup kemampuan
intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan
yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali hal-hal yang
telah dipelajari), pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu
hal), penerapan (kemampuan memperagakan hal-hal yang telah dipelajari
untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), analysis (kemampuan
menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya
dapat difahami), sintesis (kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu
keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan memberikan harga
sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah
ditetapkan terlebih dahulu)55. Susunan taksonomi Bloom digambarkan pada
piramid berikut.
55 Ibid. Hal.33.
Gambar. 2. 1.
Taksonomi Bloom
Dengan merujuk pada tulisan Gulo, di bawah ini akan diuraikan
kawasan kognitif tersebut beserta sub-kawasannya. Kawasan kognitif yaitu
kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri
dari56:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling
mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat
kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun,
56 W. Gulo. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Grasindo. 2005). Hal. 45.
daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. Dilihat dari objek yang diketahui (isi)
pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut57:
a. Mengetahui sesuatu secara khusus58:
• Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal atau
mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.
• Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau mengingat kembali
tanggal, peristiwa, orang, tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu,
kebudayaan masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari keadaan
alam tertentu.
b. Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu59:
• Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman.
• Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah dan gerakan
suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.
• Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas,
kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan di dalam bidang
tertentu, atau memproses sesuatu.
• Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta,
prinsip, pendapat atau perlakuan.
57 Sagala Saiful. Op. Cit. 58 Ibid. 59 Ibid.
• Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk
mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.
• Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu,
yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi sesuatu
fenomena atau pikiran.
• Mengetahui prinsip dan generalisasi
• Mengetahui teori dan struktur.
2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat juga disebut dengan istilah mengerti merupakan
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah
diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi,
informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada.
Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan
struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru60.
Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi61:
• Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa
perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi
gambar, bagan atau grafik;
• Interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik
dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan
telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu
60 Ibid. 61 Ibid.
jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat
dikatakan telah mengerti konsep tentang “motivasi belajar” dan dia telah
dapat membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”.
• Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu
temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7,
11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan
ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu
dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan
bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka
kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
3. Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai
kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan,
mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-
hal yang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api
kepada petani di Amerika, mereka berusaha untuk memberi nama yang cocok
bagi alat angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal
pada waktu itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi.
Dengan pemahaman demikian, maka mereka memberi nama pada kereta api
tersebut dengan iron horse (kuda besi). Hal ini menunjukkan bagaimana
mereka menerapkan konsep terhadap sebuah temuan baru62.
4. Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan
antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau
memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan63.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :
a. Menganalisis unsur64:
• Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara
eksplisit pada suatu pernyataan
• Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa
• Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan
normatif
• Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan
mekanisme perilaku antara individu dan kelompok
• Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
yang mendukungnya
b. Menganalisis hubungan65
• Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide
dengan ide.
62 Ibid. 63 Ibid. 64 Ibid. 65 Ibid.
• Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan
suatu pernyataan.
• Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang
mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang
mendukungnya.
• Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan
informasi atau asumsi yang ada.
• Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan
argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang
tidak.
• Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu
argumen.
• Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang
penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.
c. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi66
• Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat
• Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka
memahami maknanya.
• Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis,
sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh
dalam karyanya.
66 Ibid.
• Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu
materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda.
5. Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif
dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan
irama dan kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik
yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan
logo organisasi67.
6. Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-
buruk, atau bermanfaat - tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang
digunakan, yaitu68:
• Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan
memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-
unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
• Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati., misalnya
kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau kecocokannya dengan kebutuhan
pemakai.
67 Ibid. 68 Ibid.
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada taksonomi Bloom pada
domain kognitif tingkat aplikasi. Pada pencapaian tingkat aplikasi siswa perlu
memasuki dulu tingkat-tingkat sebelumnya, yakni tingkat pengetahuan dan
pemahaman. Meskipun penelitian ini terfokus hingga tingkat aplikasi (level
rendah), namun tidak mengesampingkan tingkat-tingkat setelahnya, yakni
tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi (level tinggi). Pada level tinggi, guru
memberi stimulus siswa dengan pertanyaan-prtanyaan yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Mengingat cara berfikir anak usia sekolah dasar masih
dalam tahapan operasional konkret. Dan karena pada rentang usia sekolah
dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut69: (1)
Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke
aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2)
Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi,
volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Bentuk tes kognitif diantaranya70; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas,
(2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian
bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan
performans. 69 Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009. 70 Sagala Saiful. Op. Cit. Hal. 156.
F. Penerapan Metode Simulasi dan Resitasi untuk Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi
Penerapan metode simulasi dan resitasi ini berangkat dari model belajar
mengajar guru yang dinilai masih konvensional dan kurang variatif.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran yang
lebih ke arah sosial dan pengalaman langsung. Namun pada kenyataannya
masih banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah dan kurang
adanya variasi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau pengalaman
langsung. Siswa masih dijejali dengan teori-teori abstrak yang memungkinkan
siswa mempunyai bayangan yang berbeda dengan apa yang dimaksud dengan
guru. Maksud guru ingin menyampaikan informasi A, akan tetapi siswa
beranggapan B, kejadian yang seperti inilah yang menyebabkan misskonsepsi
antara guru dan siswa. Informasi yang diberikan tidak sama dengan apa yang
diterima.Untuk menghindari terjadinya misskonsepsi seperti ini guru
membutuhkan media dan strategi pembelajaran yang efektif.
Pada pelajaran IPS materi jual beli ini, peneliti menerapkan metode
simulasi dan resitasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi
pada pembelajaran IPS kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah di desa Kemantren
kecamatan Jabung. Berawal dari keinginan peneliti untuk mengajak siswa
untuk mempelajari IPS secara kontekstual sesuai dengan materi yang ada.
Sebelum diadakannya penelitian ini, peneliti melihat proses pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah tersebut masih konvensional dan masih mengandalkan
metode ceramah dalam menyampaikan materi. Dalam kegiatan belajar
mengajar kurang adanya pembaharuan dan bersifat monoton. Dari sini siswa
kelas 3 MI Sunan Giri diajak untuk menerapkan langsung materi jual beli. Pada
materi ini siswa diajak untuk mengenal macam-macam tempat jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah. Pengetahuan dan pemahaman siswa
diaplikasikan pada pembelajaran kontekstual. Sebagaimana mengutip
taksonomi Bloom pada domain kognitif, bahwa sebelum siswa memasuki
tingkat yang lebih atas, siswa perlu melewati tingkat-tingkatan kognitif yang
lebih rendah. Pada pengukuran penilitian ini, peneliti sebatas menilai hingga
tingkat aplikasi (level bawah). Namun tidak mengesampingkan tingkat analisis,
sintesis dan evaluasi (level atas). Ini mengingat anak usia sekolah dasar, cara
berfikirnya masih pada tahapan operasional konkret.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan
belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu71: (1) Konkrit. Konkrit
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna
dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih
71 Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009.
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. (2)
Integratif; Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah
konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang
deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. (3) Hierarkis; Pada
tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap
mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis,
keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
Peneliti memilih metode simulasi dan resitasi sebagai metode
pembelajaran kali ini, karena metode simulasi dan resitasi mempunyai
hubungan yang erat satu sama lain. Metode lebih mengarah kepada
pembelajaran pengalaman langsung. Siswa menjadi subjek lain dan
mempelajari lingkungan sekitarnya tanpa ia menghilangkan karakter pribadi
masing-masing. Sedangkan metode resitasi atau pemberian tugas adalah
sebagai pelengkap dari metode simulasi. Pada pemberian tugas kepada siswa,
tidak diterapkan secara monoton dan membosankan. Akan tetapi diatur
sekreatif mungkin agar siswa tidak merasa bosan dan tertarik untuk segera
menyelesaikan tugasnya.
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti
belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial,
konsep, ketrampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan
lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model
lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang
tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang (sistem analis, programer,
dan lain-lain), guru atau kelompok guru, dan lain-lain. Dewasa ini dengan
dengan semakin majunya teknologi komunikasi atau informasi, seperti
komputer dan multimedia, telah banyak permaianan simulasi dihasilkan untuk
berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai kebutuhan yang mencakup
berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)72.
Prosedur pembelajaran
Proses simulasi dan resitasi ini tergantung pada peran guru. Ada empat
prinsip yang harus dipegang oleh guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk
melakukan resitasi dan simulasi permainan harus benar-benar memahami
aturan main. Oleh karena itu, guru memberikan penjelasan dengan sejelas-
jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-
konsekuensinya.
Kedua adalah mengawasi (refereeing). Simulasi dirancang untuk tujuan
tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru harus
mengawasi proses resitasi dan simulasi sehingga berjalan sebagaimana
seharusnya. Ketiga adalah melatih (coaching). Dalam resitasi dan simulasi,
72 Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2007), hlm. 30.
siswa akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu, guru harus memberikan
saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan
kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam resitasi dan simulasi,
refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setelah resitasi dan simulasi
selesai, guru mendiskusikan beberapa hal, seperti (1) seberapa jauh simulasi
sudah sesuai dengan situasi nyata (real word), (2) kesulitan-kesulitan, (3)
hikmah apa yang dapa diambil dari resitasi dan simulasi, dan (4) bagaimana
memperbaiki/meningkatkan kemampuan siswa, dan lain-lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam
melakukan tindakan kepada subjek penelitian, yang sangat diutamakan adalah
mengungkap makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan
yang dilakukan. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa
panelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang-orang yang
diamati73. Penelitian deskriptif pada umumya tidak menggunakan hipotesis
(non hipotesis)74. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan
berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang
dimaksud berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, videotape,
dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya75.
Menurut Bogdan dan Biklen, ada lima ciri khusus dari penelitian
kualitatif, yaitu: 1) penelitian kualitatif mempunyai latar alami (the natural
setting) sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrumen
kunci/pokok (key instrumen), 2) penelitian kualitatif bersifat deskriptif, 3)
73 Dr. Lexy J.Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002),
hlm. 3. 74 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta edisi revisi V, 2002), hlm 245 75 Lexy Moleong, Op. Cit, hlm. 6.
penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk
semata, 4) penelitian kualitatif cenderung mengarahkan datanya secara
induktif, dan 5) makna merupakan soal esensial untuk rancangan penelitian
kualitatif. Selanjutnya, terdapat enam jenis penelitian kualitatif, yaitu (1)
etnografi, (2) studi kasus, (3) grounded teori, (4) interaktif, (5) ekologi dan
(6) future76 .
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
penelitian yang bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi
peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman,
dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar77. Peneliti
berkedudukan sebagai peneliti mandiri, dalam hal ini peneliti terlibat
langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi,
refleksi dan lain-lain.
Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu
tindakan/intervensi, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-
minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya
maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat78.
Secara singkat Classroom Action Research didefinisikan sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
76 Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Researc for Education: An Intriduction to Theory and Methods (Boston, 1982), hlm. 27-30 77 Rofiudin, 1995 78 Suharsimi, Arikunto.. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), .hlm. 2
tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara professional79.
Rochiati Wiriaatmaja mengartikan penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu
usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan80.
Karakteristik PTK adalah sebagai berikut:
1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru
akan kinerjanya).
2. Self-rwflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak
longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian).
3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4. Tujuannya: memperbaki pembelajaran.
PTK bermanfaat bagi guru, pembelajar/siswa, serta bagi sekolah.
Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran
2. Membantu guru berkembang secara profesional
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru
79 Suyanto. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. 1996/1997), hlm. 4 80 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005) hlm. 11
4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan
Di samping mempunyai manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu
validitasnya yang sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin
melakukan generalisasi karena sampelnya hanya kelas dari guru yang
berperan sebagai pengajar dan peneliti81.
PTK memerlukan beberapa kondisi agar dapat berlangsung dengan
baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain dukungan dari semua
personel di sekolah dan iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan
kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling
mempercayai di antara personel sekolah.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang
terfokus dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian
tindakan kelas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi
peningkatan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik kegiatan jual beli.
Guru akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswanya jika guru
tersebut mau melihat kembali pembelajaran yang diberikan kepada siswanya.
Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran, hal itu sangat tergantung pada
81 Zainal Aqib.dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Untuk guru SMP, SMA, SMK. (Bandung: Yrama Widya, 2008) hal. 6.
tindakan guru. Tindakan guru seperti itu bila dicatat kemudian direfleksikan
kembali permasalahannya, guru tersebut dapat dikatakan pula sebagai peneliti
tindakan kelas. Sebab, peneliti tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis
adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self-reflektive) secara kolektif
yang melibatkan partisipan (guru, siswa, dan kepala sekolah) dalam situasi
sosial (termasuk pendidikan) dengan tujuan untuk mengembangkan
rasionalisasi dari praktik pendidikan yang sedang dialami guru82.
Selain pendapat di atas, Elliot mengatakan bahwa penelitian tindakan
merupakan suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas praktik. Ini dimaksudkan untuk memberi penilaian
terhadap praktik yang dilakukan dalam situasi konkret. Adapun Mc Niff
mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan untuk
meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk
menyadari praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang
dilakukan, dan siap terhadap perubahan.
Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut
pendapat Kurt Lewin, setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktifitas
dasar, diantaranya adalah identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah
umum, perencanaan umum tindakan, mengembangkan langkah tindakan
pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan
merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti
mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 82 Ibid. hal. 144.
berikutnya. Tindakan seperti ini dilakukan terus menerus sampai ada
perbaikan.
Berdasarkan pendapat Lewin, penelitian ini dirancang dengan langkah-
langkah yang meliputi studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan
tindakan, dan refleksi. Sebagaimana gambar siklus berikut ini:
Gambar 3. 1
Siklus Pelaksanaan PTK Menurut Lewin
Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah
awal kegiatan penelitian ini dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada
dalam pembelajaran, baik permasalahan yang ada dalam siswa, guru, maupun
dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil permasalahan
dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
Tindakan
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Perencanaan ulang
Siklus 1
Identifikasi masalah
Siklus 2 dst.
kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan analisis
secara maksimal. Berdasarkan temuan itu, peneliti sekaligus menjadi guru
menyusun rencana tindakan untuk diterapkan dalam pembelajaran analisis.
Perencanaaan tindakan kelas disusun guru berupa tujuan pembelajaran, satuan
pelajaran, rencana pembelajaran, penilaian, dan bahan atau materi yang
digunakan dalam pembelajaran. Rencana tindakan itu dilaksanakan dalam
siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap siklusnya, peneliti
mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan pada
pelaksaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai83.
C. Rencana Tindakan
1. Perencanaan Tindakan
Merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi
definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan
memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehingga mengandung
sedikit resiko. Maka rencana mesti cukup fleksibel agar dapat
diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang
sebelumnya tidak terlihat. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti
penerapan entry behavior, pelancaran tes diagnostik untuk
menspesifikasikan masalah, pembuatan skenario pembelajaran, penyiapan
atau pengadaan alat-alat dan sebagainya84.
83 Ibid. 84 Wahidmurni. Penelitian Tindakan Kelas.(Malang: UM Press2008), hlm. 35.
2. Implementasi Tindakan
Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi
perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh
rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas guru, yang
menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, guru perlu bersikap fleksibel dan
siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua
perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus
dilaporkan85.
Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil,
sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi
diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam konteks strateginya.
Nilai tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan
nilai tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya.
3. Observasi dan Interpretasi
Observasi tindakan di kelas guru berfungsi untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu
berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang,
lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu
dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai
dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-
hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan guru di
kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, 85 Ibid.
diwarnai dengan hal-hal tak terduga; (3) bersifat responsif, terbuka
pikirannya86.
4. Analisis dan Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan
kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Lewat refleksi guru berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan,
dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi
pembelajaran kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan
keadaan kelas di mana pembelajan dilaksanakan. Dalam melakukan
refleksi, guru sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat guru, untuk
menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas dan
memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya87.
D. Siklus Penelitian
Paparan data dalam PTK dapat mengemukakan paparan dari tahap-tahap
siklus PTK, yang mencakup (1) tahap perencanaan tindakan, yakni
mengemukakan kesesuaian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2)
tahap pelaksanaan tindakan yang waktunya bertepatan dengan pelaksanaan
pengamatan/observasi, yakni mengungkap beberapa kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung dan (3)
86 Ibid. 87 Ibid.
tahap refleksi, yakni mengungkap hasil tinjauan atas pelaksanaan proses
pembelajaran yang selesai dilaksanakan88.
Berikut merupakan garis besar paparan data dari 4 kali pertemuan dalam
2 kali siklus yang akan peneliti lakukan dalam menerapkan metode simulasi
untuk meningkatkan tingkat pemahaman pada pelajaran IPS materi jual beli
siswa kelas III MI Sunan Giri Jabung:
1. Siklus Pertama
Pada siklus pertama merupakan bagian dari pemahaman konsep
materi jual beli, terdiri dari dua kali pertemuan. Durasi waktu siklus
pertama ada 140 menit (4 jam pelajaran), dimana tiap pertemuan ada 70
menit (2 jam pelajaran). Materi yang disampaikan adalah mengenal
macam-macam kegiatan jual beli di lingkungan sekolah dan rumah. Pada
pertemuan pertama menjelaskan tentang kegiatan jual beli di lingkungan
rumah dan pada pertemuan kedua menjelaskan tentang kegiatan jual beli di
lingkungan sekolah. Media yang digunakan adalah gambar kegiatan jual
beli. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode resitasi. Strategi
yang digunakan adalah diskusi kelompok dan tanya jawab.
2. Siklus Kedua
Pada siklus kedua merupakan kegiatan yang dirancang untuk
memberikan pengalaman kepada siswa tentang cara jual beli terdiri dari
satu kali pertemuan. Durasi waktu siklus kedua 140 menit (4 jam
pelajaran). Pengalaman yang diberikan adalah pengalaman jual beli di 88 Ibid.
pasar dan di lingkungan sekolah. Metode yang digunakan adalah metode
simulasi. Strategi pembelajaran yang diterapkan adalah diskusi kelompok
dan tanya jawab. Pada akhir petemuan, adalah kegiatan ujian sumatif. Ini
untuk memastikan ketercapaian kompetensi dasar secara individual. Serta
refleksi dari penerapan metode simulasi ini.
E. Pembuatan Instrument
Dalam pelaksanaaan pengumpulan data diperlukan instrumen
pengumpulan data yang tepat. Secara terperinci instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah89:
1. Pedoman pengamatan atau catatan lapangan untuk menggali data tentang
suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, suasana di
lapangan pada saat masing-masing kelompok mencari data di pasar dan di
lokasi sekolah, keceriaan atau keantusiasan siswa dalam mengikuti
program pembelajaran materi jual beli, kerja sama kelompok pada saat
melakukan praktik jual beli.
2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan siswa
terhadap penerapan strategi resitasi dan simulasi dalam pembelajaran IPS
materi jual beli yang telah dilaksanakan, ini berungsi untuk memperoleh
informasi secara mendalam.
89 Harun, Rocajat. Metode Penelitian Kualitatip untuk Pelatihan.(Bandung: CV. Mandar Maju. 2007). Hal. 132.
3. Pedoman observasi siswa, untuk mengamati pengalaman jual beli yang
mereka lakukan, baik ketika di pasar Kemantren maupun di lapangan
sekolah.
4. Tes tulis digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor tes,
skor tugas kelompok, dan skor tes kelompok.
F. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sebelum mengemukakan dari mana sumber data yang akan
diperoleh dalam penelitian ini, maka harus diketahui terlebih dahulu
pengertian sumber data itu sendiri. Sumber data adalah subyek dari mana
data diperoleh90. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data
primer. Adapun data primer yang diperlukan adalah data yang terkait
langsung dengan lokasi penelitian, antara lain: beberapa informan dan data
langsung yang berasal dari siswa kelas III MI Sunan Giri Jabung baik dan
data dari pengajar maupun arsip-arsip yang dibutuhkan.
Adapun subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, para guru dan sumber-sumber lain yang dimungkinkan
dapat memberi informasi. Selain dari informan, data juga diperoleh dari
hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang berbentuk kata-kata
maupun tindakan. Selain itu data penelitian ini juga bersumber dari
dokumen-dokument yang ada di MI Sunan Giri Jabung. Data dalam 90 Suharsimi Arikunto, Op Cit, hlm. 102.
penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari para
informan yang dianggap mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus
penelitian yang diteliti, yaitu upaya guru dalam meningkatkan
pembelajaran IPS di MI Sunan Giri.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka mendeskripsikan
untuk menjawab fokus penelitian yang sedang diamati digunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut91:
a. Metode Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrument. Format yang disusun berisi item-item kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan atau terjadi92. Dalam hal ini peneliti
melakukan pengamatan secara langsung dan membuat catatan-catatan
yang dijadikan bahan. Dalam penggalian data, peneliti lebih
memfokuskan pada proses pembelajaran IPS materi jual beli yang
dilakukan di kelas III MI Sunan Giri atau menciptakan aktifitas serta
bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran.
b. Metode interview
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara/ kuisioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
91 Ibid. 92 Ibid., hlm 205
memperoleh informasi dari terwawancara93. Sedangkan menurut S.
Margono (1999) Metode interview adalah proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dengan satu orang atau lebih,
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan tanpa mempengaruhi pendapat informan.
Interview merupakan alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah,
para guru, dan sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi.
Dalam wawancara ini peneliti mengambil data respon siswa kelas III
terhadap penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan
pemahaman pembelajaran IPS pada materi jual beli.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, agenda dan sebagainya94. Dokumentasi diperlukan untuk
melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,
misalnya data mengenai data nilai siswa, buku kasus siswa, buku
absensi dan sebagainya. Peneliti menggunakan teknik dokumentasi
yang akan diperoleh dan dibuat oleh peneliti, dokumentasi yang ada
93 Ibid., hlm 135 94 Ibid., hlm 205
diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan yang utuh
sebagai pelengkap data yang diperoleh dari hasil penelitian.
G. Tekhnik Analisa Data
Manurut Patton, teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar,
ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara
dimensi-dimensi uraian. Pengertian lain sebagaimana dikemukakan oleh
Bogdan dan Tylor dalam Moloeng 95, analisis data sebagai proses yang
merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis seperti yang disaranakan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi
pertama lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data. Kedua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut
dapat ditarik kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data96.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
95 Moleong, Lexy. Op. Cit. Hal. 280. 96 Ibid.
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah
mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti,
proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.
Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Tahap akhir
dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah
tahap ini mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara
menjadi teori substantif dengan menggunakan metode tertentu.
Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti
pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan
dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan
menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan
tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain menganalisis data peneliti
juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori baru yang
barangkali ditemukan.
Menurut Miles dan Huberman dalam Moloeng97 pada dasarnya analisis
data ini didasarkan pada pandangan paradigma positivisme. Analisis data itu
dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan, apakah satu
atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analis sewaktu hendak mengadakan
97 Ibid. Hal. 280.
analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang
telah dilakukannya satu atau dua situs.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan
dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu
kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih
tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data
diperlukan kembali98.
2. Display data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil
penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi
data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan
data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data99.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi
berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan
sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek,
trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin signifikansi hasil
penelitian100.
98 Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmi Sosial Lainnya. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003). Hal. 98 99 Ibid. 100 Ibid.
H. Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik
trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut.
Menurut Moloeng101, trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Denzin dalam Moleong102, membedakan empat macam trianggulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan
observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam
bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian
dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan
diantara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan
melengkapi dalam memperoleh data primer dan sekunder, observasi dan
interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan
kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran berbasis mencari informasi,
sementara studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data sekunder yang
101 Lexy Moleong. Op. Cit. Hal. 330. 102 Ibid.
dapat diangkat dari berbagai dokumentasi tentang tugas-tugas pokok dan
pengelolaan pembelajaran dengan pembelajaran bervariasi.
Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu
tahap orientasi, tahap ekplorasi dan tahap memberchek. Tahap orientasi,
dalam tahap ini yang dilakukan peneliti dengan melakukan pra survey ke
lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini, pra survey dilakukan peneliti di
lokasi penelitian, melakukan dialog dengan kepala sekolah, beberapa
perwakilan guru, juga dari karyawan dan peserta didik.Kemudian peneliti
juga melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan
mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi,
tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan
melakukan wawancara dengan unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman
wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak
langsung tentang kondisi sekolah dan mengadakan pengamatan langsung
tentang pembelajaran di sekolah itu. Tahap memberchek, setelah data
diperoleh di lapangan, baik melalui observasi, wawancara ataupun studi
dokumentasi, dan responden telah mengisi data kuesioner, serta responden
diberi kesempatan untuk menilai data informasi yang telah diberikan kepada
peneliti, untuk melengkapi atau merevisi data yang baru, maka data yang ada
tersebut diangkat dan dilakukan audit trail yaitu menchek keabsahan data
sesuai dengan sumber aslinya103.
103 Harun, Rocajat. Metode Penelitian Kualitatip untuk Pelatihan.( Bandung: CV. Mandar Maju. 2007). Hal. 56-57.
I. Indikator Kinerja
Pada bagian ini perlu dikemukakan tolok ukur keberhasilan tindakan
perbaikan ditetapkan secara eksplisit, sehingga memudahkan verifikasinya.
Untuk tindakan perbaikan bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa,
perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah,
jenis dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut
diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang
dimaksud104.
Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran adalah dua kriteria105, yakni
(1) indikator kualitatif berupa keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran
dan sikap mereka terhadap strategi pembelajaran yang dikembangkan, dan (2)
indikator kuantitatif berupa besarnya skor ujian yang diperoleh siswa dan
selanjutnya dibandingkan dengan batas minimal lulus (kriteria ketuntasan
minimal) mata pelajaran IPS di MI Sunan Giri (sebagaimana terlampir);
besarnya skor kriteria ketuntasan minimal sebesar 60%. Dengan demikian
siswa dikatakan tuntas belajar secara individual jika skor tes minimal sebesar
60%. Artinya jika kurang dari batas minimal skor tes tersebut maka siswa
dinyatakan belum lulus.
104 Wahidmurni. Op. Cit hlm. 38. 105 Ibid.,hllm. 78.
Tabel 3. 1106
Indikator Ketuntasan Minimal
NO KRITERIA PENILAIAN KKM
1 Mengetahui dan memahami teori jual beli baik secara
tulis maupun lisan. 60
2 Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan
dan ide. 60
3 Aktif berdiskusi dan kerjasama kelompok.
4 Mampu mempresentasikan hasil resitasi kelompok. 60
5 Kreatif dan inisitif dalam bekerja. 60
6 Mampu mempraktekkan teori jual beli pada kegiatan
simulasi jual beli di pasar dan di sekolah. 60
106 Berdasarkan indikator ketuntasan minimal yang dibuat oleh peneliti
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sejak pra dan pasca kemerdekaan rakyat Indonesia selalu mencari format
baru dalam pendidikan yang sesuai dengan keadaan social-kultur masyarakat.
Demikian halnya yang terjadi di Kabupaten Malang terutama di Kecamatan
Jabung yang sekian lama berupaya mencari kesejahteraan melalui dunia
pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Hal ini dapat diambil contoh dari sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Sunan Giri Jabung yang saat ini mempunyai format ideal yang sesuai dengan
cita-cita dan tujuan pendidikan nasional.
MI Sunan Giri Jabung Malang berdiri sekitar tahun 1948-1949. Pada tahun
itu, negara dalam keadaan perang gerilya, merebut kemerdekaan. Pada suatu
malam, ketika jama’ah pengajian “ weton“ yang dipimpin Bpk. K.H. Abdul Mu’ti
Almarhum, beliau mengutarakan pendapatnya, karena beliau merasa kasihan
terhadap anak-anak usia sekolah, sepanjang hari hanya bermain-main saja tidak
ada yang sekolah.
Gagasan K. H. Abdul Mu’ti ini ternyata mendapat sambutan dari jama’ah
pengajian weton tersebut, maka beliau bersama-sama masyarakat Kemantren,
khususnya disekitar masjid sepakat mendirikan madrasah. Maka pada tanggal 5
Mei 1949 berdirilah sebuah madrasah, namun madrasah ini madrasah diniyah dan
hanya sampai kelas 3. Pada waktu itu yang diserahi untuk mengajar ada dua orang
yaitu Bpk. Ibnu Hasyim dan Bpk. M. Rawi almarhum.
Kemudian pada tahun 1968 madrasah ini terdaftar sebagai madrasah resmi
oleh pemerintah, dan pada tahun 1973 sudah mengikuti Ujian Negara (UN) yang
dilaksanakan oleh Departemen Agama RI. Beginilah Sejarah singkat berdirinya
Madrasah Ibtidaiyah di desa Kemantren. Yang kemudian resmi mendapat SK
dari pemerintah dengan nomor B/ Kw.13.4/ MI/ 2161/ 2006 dengan Nomor Induk
Sekolah 10251630413501 dan NSS 112350723257.
1. Identitas Sekolah
a. Nama sekolah : MI Sunan Giri
b. N I S : 10251630413501
c. N S S : 112350723257
d. Propinsi : Jawa Timur
e. Otonomi : Kabupaten Malang
f. Kecamatan : Jabung
g. Desa : Kemantren
h. Jl. dan Nomor : Jl A Yani 127
i. Kode pos : 65155
j. Telepon : (0341) 9960709
k. Status sekolah : Terakreditasi B
l. Kelompok sekolah : Anggota KKM
m. Akreditasi : Th. 2005
n. Surat Keputusan (SK) : No. : B/ KW.13.4/ MI/ 2161/
2006
o. Penerbit SD ditandatangani : Surabaya, 01 Agustus 2006
p. Organisasi penyelenggara : Yayasan/swasta
2. Kondisi Objektif Sekolah
MI Sunan Giri mempunyai guru dan pegawai sebanyak 14 orang yang
terdiri dari 13 guru dan 1 TU (Tata Usaha). Latar belakang pendidikan tenaga
guru terdiri dari 5 orang sarjana S-1, 8 orang sarjana Diploma II, 1 orang
diantaranya dari sarjana D-2 sedang melanjutkan ke jenjang S-1, sedangkan 2
orang lainnya belum mendapat gelar kesarjanaan, dan saat penelitian ini
berlangsung sedang dalam tahap penyelesaian tugas akhir S-1. Rinciannya
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Guru dan Pegawai MI Sunan Giri107
No. Nama Guru / Pegawai Jabatan
01 M. Sholihan, S. Pd. Kepala Sekolah
02 Sutikhah, A.Ma. Bendahara
03 Atfiyah Kepala Urusan TU
04 Drs. Nur Hasyim Waka Kurikulum
05 Ibnu Hanif, S.Pd.I Waka Kesiswaan
Wali Kelas Iib
06 M. Musyafa’ Waka Sarpras
07 M. Fauzi Waka BP
Wali Kelas V
08 Wulandari, A.Ma.Pd. Wali Kelas Ia
09 Zuroifah, A.Ma.Pd. Wali kelas Ib
10 Dra. Shofiyah Wali Kelas Iia
11 Fitrotul Hamidah Wali Kelas IIIa
12 Hartono, A.Ma. Wali Kelas IIIb
13 Pipit Priyadi, A. Ma Wali Kelas IV
14 Riadus Sholihah, S. Ag Wali Kelas VI
107 Berdasarkan data MI Sunan Giri tahun 2008-2009
Jumlah siswa pada tahun 2008/2009 berjumlah 272 siswa, terdiri dari
134 laki-laki dan 138 perempuan yang tersebar di 9 kelas. Adapun rincian
data tersebut sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Jumlah Siswa MI Sunan Giri108
NO KELAS LK PR JUMLAH
01 Ia 14 16 30
02 Ib 16 15 31
03 Iia 10 18 28
04 Iib 11 19 30
05 IIIa 11 12 23
06 IIIb 15 10 25
07 IV 12 24 36
08 V 23 10 33
09 VI 22 14 36
JUMLAH 134 138 272
3. Visi dan Misi Madrasah
Visi Madrasah:
Membentuk pribadi muslim yang berakhlaqul karimah, berilmu, beriman,
bertaqwa dan berwawasan ahlus sunnah wal jama’ah.
108 Berdasarkan data dari MI Sunan Giri tahun 2008-2009
Misi Madrasah:
Memberikan pelayanan dan perhatian dalam bidang:
1. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
2. Pembinaan akhlaqul karimah
3. Penguasaan baca dan tulis al Qur’an
4. Peningkatan prestasi akademik dan iptek
5. Penguasaan prestasi seni dan olah raga
6. Penguasaan dasar berbahasa Arab dan Inggris
7. Menjalankan segala aktifitas berdasarkan ahlus sunnah wal jama’ah
4. Tujuan Madrasah
1. Membimbing, membekali, mengawasi dan mengontrol anak didik dalam
melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.
2. Membimbing dan memotifasi anak didik untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
3. Menekankan dan membimbing anak didik untuk dapat menggunakan
sarana yang ada serta menciptakan sarana yang nantinya akan bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Membimbing sekaligus memberi suri tauladan budi pekerti luhur dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dan tata kerja MI NU Sunan Giri Kemantren Jabung
Malang sebagaimana terlampir (lampiran 2).
6. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.3
Data Sarana dan Prasarana MI Sunan Giri109
NO NAMA JUMLAH
01 Bangunan Sekolah 1 buah
02 Kelas 7 ruang
03 Ruang Guru 1 ruang
04 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang
05 Ruang Tamu 1 ruang
06 Ruang Perpustakaan 1 ruang
07 Ruang laboratorium 1 ruang
08 Kamar Mandi 1 ruang
09 Komputer 4 unit
10 Lemari 9 buah
11 Meja Belajar 113 set
12 Meja Kerja 6 buah
13 Media Pembelajaran 5 paket
109 Berdasarkan data dari MI Sunan Giri tahun 2008-2009
B. Paparan Data
1. Sebelum Tindakan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti bertemu dengan kepala sekolah
MI Sunan Giri pada tanggal 25 Februari 2009. Dalam pertemuan itu peneliti
menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
Kepala sekolah serta guru IPS memberikan izin pelaksanaan penelitian.
Kemudian peneliti dan guru IPS berdiskusi mengenai rencana penelitian
yang akan dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas IIIB yang dijadikan
sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas IIIB termasuk
kelas yang mempunyai kemampuan yang heterogen dan juga merupakan
kelas yang aktif dalam artian negatif dan sebaiknya disalurkan pada
pembelajaran yang menuntut kegiatan pembelajaran kontekstual. Selain itu,
peneliti sebelumnya pernah melakukan praktek mengajar selama PKLI di
kelas IIIB MI Sunan Giri, sehingga peneliti sedikit banyak mengenal
bagaimana karakteristik siswa.
Sebelum penelitian ini dilakukan, kondisi pembelajaran di kelas
secara keseluruhan rata-rata menggunakan metode tradisional konvensional,
yakni metode ceramah dan demonstrasi. Karakteristik siswa di kelas IIIB
merupakan siswa yang heterogen, rata-rata adalah siswa yang aktif baik
dalam artian aktif positif dan aktif negatif. Aktif positif di sini dalam artian
aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran, sedangkan
aktif negatif maksudnya kebanyakan siswa yang suka berjalan-jalan di
kelas atau bermain-main sendiri dengan temannya. Dengan alasan ini,
peneliti berharap dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat
mengarahkan siswa ke dalam pembelajaran yang merangsang mereka untuk
lebih aktif dalam artian aktif positif, yakni dengan menggunakan resitasi dan
metode simulasi. Metode resitasi atau metode pemberian tugas dalam
penelitian ini bukan sekedar pemberian tugas yang menuntut siswa
menyelesaikan pekerjaan sehingga merasa terbebani dengan tugas, akan
tetapi diatur sedemikian rupa agar siswa merasa senang dan merasa tidak
tertekan. Penerapan metode resitasi dibuat secara berkelompok dengan
aturan main tertentu. Sedangkan pelaksanaan metode simulasi adalah
dengan peniruan kegiatan sosial secara kontekstual.
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi
dengan wali kelas IIIB, peneliti meminta data tentang kelas IIIB, yaitu data
tentang kemampuan belajar siswa, sebagai tolak ukur dalam pengelompokan
belajar dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui metode simulasi.
Setelah pengelompokan selesai, belum diberitahukan terlebih dahulu
kepada siswa tentang ketentuan kelompoknya, akan tetapi guru kelas pada
pertemuan sebelumnya telah memberitahukan pada siswa, bahwa pada
materi jual beli akan di bentuk kelompok dan akan diterapkan penerapan
metode simulasi, serta langkah-langkah belajar penerapan metode simulasi,
sedangkan ketentuan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Peneliti memilih topik tentang tempat jual beli di lingkungan rumah
maupun sekolah. Karena tepat pada waktu itu materi IPS yang diajarkan
sampai materi jual beli. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group)
yang beranggotakan empat sampai lima siswa.
b. Implementasi/ pelaksanaan
Setiap siswa dalam kelompok pada tahap pemahaman konsep,
melakukan kerja sama untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru.
Yakni mengidentifikasi media gambar yang disiapkan guru sebelumnya dan
mengisi peta konsep secara berdiskusi. Pada tahap pelakasanaan atau
praktek simulasi jual beli, siswa melakukan kerjasama kelompok untuk
mendiskusikan barang dagangan apa yang sebaiknya mereka pilih.
Selanjutnya melakukan kegiatan simulasi jual beli di lapangan sekolah,
dimana siswa kelas IIIB berperan menjadi penjual/pedagang. Sedangkan
siswa lain adalah target pembeli.
c. Analisis dan sintesis
Siswa dengan dibantu menganalisis dan mensintesis hasil kegiatan
simulasi yang mereka lakukan, apakah kegiatan jual beli mereka telah sesuai
dengan teori jual beli yang mereka pelajari atau belum. Serta menghitung
keuntungan dan kerugian dari hasil jual mereka.
d. Evaluasi
Peneliti bersama siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap tugas yang mereka terima. Evaluasi dapat mencakup tiap
siswa secara individual atau kelompok, atau keduanya.
2. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus pertama, peneliti menetapkan dua kali pertemuan atau
selama 140 menit sebagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pemahaman secara garis besar kepada para
siswa tentang materi jual beli di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah.
RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Metode pembelajaran
menggunakan metode resitasi atau pemberian tugas. Perencanaan dalam
tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
− Menyiapkan bahan pengajaran, terutama menentukan topik materi
belajar, yaitu modul tentang jual beli. Berupa buku IPS penerbit diknas
dan LKS IPS.
− Menyiapkan rencana tahapan mengajar dengan mengacu format rencana
pelaksanaan pembelajaran (lampiran 12 dan 13). Namun dalam RPP ini
sifatnya fleksibel, disesuaikan dengan kondisi yang ada.
− Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar macam-macam
kegiatan jual beli yang akan didiskusikan oleh anggota kelompok berikut
nama dan ciri-cirinya.
− Menyiapkan lembar observasi untuk siswa, yang berfungsi untuk
mencatat hasil kerja sama kelompok mereka masing-masing; dalam hal
ini menggunakan metode resitasi.
− Menyiapkan lembar observasi guru, untuk mencatat kegiatan di lapangan
selama proses pembelajaran. Baik dalam bentuk deskripsi suasana
kegiatan di kelas maupun wawancara dengan siswa.
− Menyiapkan lembar penilaian hasil unjuk kerja siswa secara individu
maupun kelompok.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Minggu ke 1.
Pada pertemuan ke I yang merupakan awal siklus I ini, siswa diberi
penjelasan tentang pentingnya kontekstual teaching, yakni pembelajaran
dengan menerapkan langsung materi yang diajarkan. Bahwa setiap siswa
mempunyai karakteristik yang berbeda dalam cara belajar dan untuk
memahami perbedaan tersebut maka kita harus merubah metode
pembelajaran yang dulunya konvensional dimana guru aktif siswa pasif
menjadi siswa aktif dan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator
kegiatan siswa.
Rangsangan selanjutnya adalah dengan mengemukakan kompetensi
dasar yang akan dikuasai siswa dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Serta informasi-informasi tentang konsep yang akan
dipelajari, bahwa selama proses pembelajaran materi jual beli ini akan
diterapkan metode resitasi (pemberian tugas) secara berkelompok dan juga
metode simulasi, yakni praktek langsung materi jual beli di pasar terdekat
dan di lingkungan sekolah nanti pada pertemua ke 3. Pada informasi yang
terakhir ini, semua siswa menyambut dengan girang dan tak sabar. Kondisi
demikian dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pada materi jual beli ini, nanti kalian akan Ibu ajak praktek jual beli langsung di pasar Kemantren. (“Asyiiik…….” -kontan, semua bersorak- “Kapan bu, itu Bu?”) Nanti, kira-kira 3 minggu lagi. (“Kenapa Bu, di sana Bu?” “Dikandani praktek jual beli kok..”. –siswa yang lain menimpali-) Iya benar, nanti di sana kalian akan mengetahui dan mempraktekkan sendiri bagaimana jual beli yang sesungguhnya. Tidak hanya sebatas teori saja di kelas. Tentunya kalian semua pernah membeli sesuatu di toko maupun di pasar kan? (pernaaaaaaaaaaaah…) Ada yang belum pernah? (tidaaak..). Nah, dalam materi kali ini, selain kalian sudah terbiasa dengan kegiatan membeli, kalian juga akan belajar bagaimana caranya berjualan. (Yeeeeee…. Asyiiik… Jualane di pasar tah, Bu?) Tidak, nanti ada kegiatan yang dilakukan di sekolah. (Yo po seh Bu, maksude? Keadaan kelas semakin ribut). Kalian penasaran kan? Nah, dari itu kalian ikuti saja pelajaran Ibu, nanti ada waktunya sendiri untuk menjelaskan bagaimana prosesnya… Sekarang, kalian buka LKS materi jual beli.. (guru mulai menjelaskan materi jual beli, siswa terlihat antusias). Pada pertemuan awal siklus pertama, siswa dituntut untuk lebih aktif
dibanding guru. Guru hanya sebagai fasilitator dan dinamisator saja. Guru
tidak langsung menjelaskan materi yang ada. Akan tetapi guru memberi
rangsangan dengan memberi pancingan kata-kata yang mendekati dari
istilah yang ada. Submateri yang disampaikan sesuai dengan indikator yang
akan dicapai, yakni pengertian penjual dan pembeli, menyebutkan macam-
macam kegiatan jual beli di lingkungan rumah, syarat-syarat jual beli,
memahami perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern, dan
terakhir adalah menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membeli suatu barang. Selanjutnya siswa mengeluarkan alat tulisnya dan
kembali menyimak materi yang diajarkan guru. Mula-mula peneliti sebagai
guru mengingatkan kembali materi minggu sebelumnya yakni tentang
macam-macam pekerjaan, dan menghubungkan dengan materi jual beli
yang akan dibahas selanjutnya. Beberapa siswa merespon pertanyaan
peneliti, beberapa siswa lainnya terlihat agak lupa dan membuka-buka ulang
buku tulisnya.
Memulai pada materi jual beli, guru menanyakan pengertian dari
penjual dan pembeli. Dari sini masih banyak siswa yang kurang mengerti
bahwa makna dari awalan pe- adalah seseorang yang berperan menjadi
sesuatu. Ada yang memahami penjual sebagai barang yang dijual, bukan
orang yang menjual. Ini terkait kosakata siswa terhadap bahasa Indonesia
yang kurang, mereka masih sering mencampuradukkan bahasa daerah dan
bahasa Indonesia. Selanjutnya, siswa menyebutkan macam-macam tempat
terjadinya jual beli baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
rumah. Tempat jual beli di lingkungan sekolah adalah di koperasi sekolah
dan di kantin sekolah. Sedangkan tempat jual beli di lingkungan rumah
adalah di toko, swalayan, warung, pasar dan lain sebagainya. Pengertian
kegiatan jual beli adalah kegiatan menjual dan membeli barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapun syarat terjadinya jual beli yaitu,
adanya penjual, pembeli, adanya barang yang diperjualbelikan, dan terjadi
kesepakatan harga antara pembeli dan penjual.
Pada pertemuan kali ini, siswa tefokus pada materi pokok jual beli di
lingkungan rumah saja, sedangkan materi pokok jual beli di lingkungan
sekolah akan dijelaskan pada materi minggu depan. Tahap selanjutnya,
siswa menghubungkan materi jual beli tersebut pada bidang agama. Ini
mengingat pembelajaran di kelas 3 MI masih merupakan pembelajaran
tematik. Yakni menghubungkan antar pelajaran satu dengan yang lainnya.
Rinciannya, Islam juga mengatur tentang hubungan manusia satu dengan
yang lainnya atau disebut mu’amalah. Begitu juga tentang jual beli, ada jual
beli yang diperbolehkan (halal) dan jual beli yang tidak diperbolehkan
(haram). Pada materi ini, siswa hanya memahami garis besarnya saja dan
sedikit mengulang materi fiqih.
Siswa kemudian menyebutkan tempat-tempat jual beli di lingkungan
rumah. Masing-masing siswa berebut menyebutkan nama-nama toko di
sekitar rumahnya. Lalu guru bersama siswa mengelompokkan jenis tempat
jual beli tersebut sesuai dengan ciri-ciri tempatnya. Yakni, toko, swalayan,
pasar, toko kelontong, atau warung. Ada siswa yang mengatakan bahwa
orang tuanya juga seorang pedagang. Ada yang berdagang di pasar dan ada
pula yang buka toko kecil-kecilan di rumah. Semua siswa mengaku pernah
membeli sesuatu di toko maupun di pasar. Apalagi sekolah mereka tidak
jauh dari pasar Kemantren. Tetapi yang pernah mengalami menjadi
pedagang/penjual belum ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam
peristiwa berikut:
Guru menanyakan kepada siswa siapa diantara mereka yang di rumah orang tuanya berjualan dan kadang membantu melayani pembeli. Semua siswa kontan ramai menunjuk temannya yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang. Siswa tersebut yaitu Putra dan Akhis. Akhis yang merasa orang tuanya bukan pedagang menyangkal. (bapak ibukku lho gak dodolan…) siswa yang lain menanggapi (lho ngarep omahmu lak onok bakul bakso tah…) Akhis menimpali (iku lho warunge lek Tul, uduk warungku…). Guru kemudian menanggapi “Berarti orang tua Akhis bukan pedagang ya?” Akhis menjawab, “Bukan, Bu…”. “Kalau Putra?” Yang bernama Putra menjawab, “Ya Bu, emakku jualan di pasar..” “Jualan apa? Putra pernah bantu emak melayani pembeli?” “Jualan sayur, gak pernah Bu… Paling cuma nunggoki thok…”. Guru menanggapi, “Tapi,sering lihat ibuk jualan, kan? Setidaknya tahu bagaimana cara melayani pembeli. Coba ceritakan sedikit, bagaimana cara melayani pembeli..”. Putra sedikit bingung, kepalanya yang tidak gatal digaruk-garuk dengan pandangan berputar ke arah langit-langit. “Opo yo, Bu… hehehehe…. Ya, ada pembeli pengen beli apa, terus dilayani. Tanya hargae berapa terus dibayar. Barang dibungkus. Sudah. Hehehehe..”. “Iya bagus, benar yang dikatakan Putra tadi”
Selanjutnya siswa mempelajari syarat-syarat terjadinya jual beli. Jika
salah satu syarat tersebut tidak ada, maka tidak syah akad jual beli tersebut.
Siswa juga mengetahui pengertian pasar dan jenis-jenis pasar. Ada pasar
yang diberi nama menurut tempatnya, seperti pasar bogor dan ada pula pasar
yang diberi nama menurut nama hari, seperti pasar Jumat. Selain itu ada
pasar yang diberi nama berdasarkan pada barang yang diperdagangkan,
seperti pasar buah. Pasar berdasarkan bertemu atau tidaknya penjual dan
pembeli, terdiri dari pasar nyata dan pasar tidak nyata. Pasar nyata adalah
pasar yang penjual dan pembelinya dapat bertemu secara langsung. pasar
tidak nyata adalah pasar yang pembeli dan penjualnya tidak bertemu
langsung. Kegiatan jual beli dilakukan dengan perantara. Barang yang
diperjualbelikan hanya berupa contoh barang. Siswa juga menyebutkan
cirri-ciri masing-masing tempat jual beli tersebut. Selanjutnya guru memberi
tips-tips dalam memilih barang, agar pembeli tidak menyesal setelah
membeli, yaitu dengan mempertimbangkan dengan matang sebelum benar-
benar membeli dan meneliti ada tidaknya cacat barang tersebut.
Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan ulang setiap submateri
tersebut sesuai dengan kemampuan berbahasa dan tingkat pengetahuan
masing-masing siswa. Guru menunjuk siswa secara acak dan membantu
siswa menguraikan pendapatnya. Guru juga menstimulus siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan submateri. Dalam hal ini,
masih banyak siswa yang dengan malu-malu mengungkapkan pendapatnya.
Ada yang sama sekali diam, entah karena malu atau tidak faham. Namun
oleh teman sebangkunya memberi tahu dengan bisik-bisik, lalu anak
tersebut mengikuti apa yang dikatakan temannya. Dari jumlah keseluruhan
siswa yang masuk ada 24 siswa dan 1 siswa yang lain absen karena sakit,
data kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut.
Tabel. 4.4
Data Observasi Kemampuan Unjuk Pendapat Siswa110
No. Unjuk Pendapat Siswa Jumlah Siswa Prosentase
1. Aktif dan benar 5 21%
2. Aktif dan terjadi kesalahan 4 17%
3. Malu-malu dan benar 4 17%
4. Malu-malu dan terjadi kesalahan 9 37%
5. Not responding 2 8%
Jumlah 24 100%
Dari 2 siswa yang “not responding” atau sama sekali tidak nyantol
dengan materi, setelah diselediki ternyata mempunyai keterbatasan dalam
berfikir. Ini terbukti mereka sudah beberapa tahun tidak naik kelas, siswa
yang bernama Laila sudah 3 tahun tingga kelas dan hingga penelitian ini
berlangsung, siswa tersebut belum mampu membaca. Sedangkan siswa yang
bernama Didik sudah 4 tahun tidak naik kelas, belum mampu menghafal
jenis-jenis huruf dan belum bisa menulis. Padahal berdasarkan pengamatan
peneliti, sekolah sudah berusaha maksimal untuk membantu siswa tersebut
dengan pendampingan tambahan di luar jam sekolah. Akan tetapi dari diri
siswa tersebut gampang sekali lupa dengan materi yang diajarkan,
konsentrasi rendah sekali, mudah putus asa, tidak ada semangat untuk
110 Data observasi guru pada pelaksanaan metode resitasi minggu pertama (Selasa, 3 Maret 2009)
belajar, ditambah kurang adanya dukungan dari orang tua siswa untuk
belajar di rumah.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan metode resitasi (pemberian
tugas), guru membagi kelas menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari
4 sampai 5 orang siswa. Tiap kelompok mendapat gambar tempat jual beli,
tugas mereka adalah mengelompokkan gambar tersebut sesuai dengan jenis
tempat jual beli. Gambar-gambar tersebut digunting kemudian ditempelkan
ke kolom yang telah disiapkan. Siswa mengidentifikasi gambar tersebut
sesuai dengan ciri-ciri pada gambar, guru memasukkan hasil penelitian
siswa pada tabel observasi tiap individu siswa (lihat lampiran 17). Contoh
lembar kerja siswa adalah sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.5
Contoh Lembar Kerja Siswa111
No. Gambar Keterangan
Gambar Ciri-cirinya
1.
Pasar
Tradisional
- Biasanya terdapat di
pedesaan.
- Tempatnya tidak
teratur.
- Ada tawar menawar
harga.
- Dsb.
2. Dst.
111 Contoh lembar kerja siswa yang dibuat guru berdasarkan inisiatif pribadi.
Keterangan:
- Pada kolom “Gambar” diisi dengn potongan gambar dan ditempelkan ke
dalam kolom tersebut.
- Pada kolom “Keterangan Gambar” adalah nama gambar tersebut sesuai
dengan kategori tempat jual beli. Ex: pasar, toko, swalayan.
- Kolom “Ciri-cirinya” merupakan cirri-ciri yang menonjol dari tempat
jual beli tersebut.
Pada kegiatan potong memotong dan menempelkan gambar, peneliti
melihat semua siswa terlihat senang, ini terlihat seringkali siswa
menawarkan bantuan untuk menggantikan temannya yang kebagian
memotong dan menempelkan gambar. Namun saat kegiatan mengisi tabel
dan mendiskusikan ciri-ciri gambar tersebut sesuai dengan tempat jual
belinya, masih banyak siswa yang kurang sadar akan kerjasama kelompok.
Banyak siswa yang masih mengandalkan teman satu kelompoknya yang
dianggap pintar. Guru mengkondisikan siswa yang mempunyai tingkat
kesadaran rendah tersebut dan memberi stimulus agar mereka juga ikut
kerjasama kelompok.
Guru di sini selain mengamati kerjasama kelompok, juga mengamati
partisipasi individu siswa dalam kerja kelompok. Hasil kerja kelompok
siswa sebagaimana tabel 4.6.
Tabel. 4.6
Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-1
No. Kelompok Alternatif Penelitian
Skor Rata2 Kerjasama Aktivitas Inisiatif
1. I 65 80 70 71,6
2. II 70 75 75 73,3
3. III 70 85 75 76,6
4. IV 70 80 70 73,3
5. V 65 80 70 71,6
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kesadaran untuk melakukan
diskusi dan kerjasama kelompok masih kurang. Namun dalam hal aktifitas
dan inisiatif, siswa terlihat sangat antusias. Berdasarkan wawancara oleh
peneliti, siswa suka dengan kegiatan yang bersifat visual atau gambar,
apalagi terdapat kegiatan menggunting dan menempel gambar yang
membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan dan tidak dirasa sebagai
beban. Sebagaimana wawancara berikut.
Guru: “Bagaimana perasaanmu dengan penggunaan metode resitasi seperti
ini?”112
112 Wawancara dengan siswa pada selasa 3 Maret 2009 di ruang kelas IIIB. Siswa A (Billa), siswa B (Mamad) dan siswa C (Didik)
A (siswa yang terlihat menonjol dan berprestasi):
A : “Senang, Bu. Tugas yang diberikan tidak menjadi beban dan tidak
membosankan. Tugas terasa menyenangkan, karena ada kegiatan
menggunting dan menempel. Dan membuat kita jadi cepat faham
dengan pelajarannya.”
B (siswa yang aktif namun mempunyai prestasi yang sedang)
B : “Senang! Karena ada gambarnya sehingga mudah memahaminya. Kalau
biasanya nggak ada gambarnya yang sebagus ini. Bias motong-
motong gambar dan nempelin gambar. ”
C (siswa dengan prestasi rendah dan sering tidak naik kelas)
C : “Menyenangkan. Karena tugasnya mudah, hanya memotong gambar dan
menempelkan saja. Kalau yang mengerjakan yang sulit-sulit, saya
nggak bisa”
Dari hasil wawancara tersebut di atas, bisa dikatakan bahwa metode
resitasi ini efektif dan dianggap menyenangkan oleh siswa. Karena pada
dasarnya dalam pemberian tugas ini, peneliti mengatur kegiatan
pembelajaran semenarik mungkin sehingga siswa tidak merasa terbebani
dengan tugas yang diberikan. Selain metode ini efektif dan menyenangkan,
ternyata juga masih ada beberapa siswa yang kurang sadar akan adanya
kerjasama kelompok, siswa masih mengandalkan teman satu kelompoknya
yang lebih pintar dan rajin.
Dengan demikian pada pertemuan selanjutnya, guru perlu memotivasi
lagi agar siswa dapat bekerjasama kelompok dengan baik, tidak
mengandalkan teman yang lain. Guru juga memberi pekerjaan rumah
dengan mengerjakan soal-soal di LKS hal 26.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Minggu ke 2.
Setelah kegiatan apersepsi, guru meminta siswa untuk membahas
pekerjaan rumah minggu kemarin. Pekerjaan siswa ditukar dengan
pekerjaan teman sebangkunya, lalu soal dijawab secara bergilir. Siswa
mengoreksi bersama jika ada jawaban yang kurang benar. Sedikit
mengulang pelajaran minggu kemarin, siswa dengan bantuan guru
menjelaskan beberapa hal materi yang lalu.
Pada tahap selanjutnya, guru memberi penjelasan tentang sejarah jual
beli yakni dengan cara barter. Dalam memberi penjelasan, guru tidak
langsung memberi pengertian secara langsung. Akan tetapi guru memberi
rangsangan dengan membawa media gambar (lampiran 18). Siswa diberi
kesempatan untuk menjelaskan gambar tersebut. Banyak siswa yang
menjawab tanpa aturan dan terkesan clometan. Ketika siswa ditunjuk untuk
menjelaskan dengan berdiri siswa terlihat enggan dan berkata, “Emoh, Bu…
Isin! Kalau duduk saya mau Bu!”. Ulum, siswa yang terlihat menonjol
kecerdasannya mengungkapkan pendapatnya meski dengan bahasa
campuran Indonesia-Jawa.
“Saya tahu, Bu. Pada jaman dahulu jual beli tidak menggunakan uang. Tetapi ijol-ijolan… Eh, tukar menukar barang. Misalnya seperti gambar itu, kalau saya butuh beras dan saya punya jagung, ya…jagung tadi saya tukar dengan orang yang punya beras”.
Guru menanggapi dengan pujian. Namun tetap memberi kesempatan
kepada yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya. Selanjutnya banyak
siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya, meski masih banyak yang
jawabannya sama persis dengan yang sebelumnya. Kegiatan seperti ini
untuk melatih siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya dan
mengembangkan cara berfikir siswa. Dengan pujian, guru dapat memotivasi
siswa untuk lebih baik lagi. Ini terbukti banyak siswa yang sebelumnya
tidak berani berbicara, tapi setelah banyak teman-temannya yang mendapat
pujian meski masih terdapat beberapa kesalahan dan guru memperbaiki
kesalahan tersebut, siswa yang lain menjadi lebih berani dan mencoba
berbicara.
Setelah memahami pengertian barter, siswa bersama guru
mengidentifikasi kelemahan barter. Guru mengajak siswa mempraktekkan
barter secara langsung dengan teman sebangkunya. Barang yang ditukar
sesuai dengan kesepakatan masing-masing siswa. Peristiwa seperti ini dapat
dilihat pada catatan lapangan berikut:
Siswa diinstruksikan guru untuk saling tukar menukar barang dengan teman sebangkunya, barang sesuai kebutuhan masing-masing siswa. Maka terjadilah barter dan kesepakatan antar siswa, selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menghitung nilai barang tersebut dengan nilai rupiah. Setelah dihitung-hitung, banyak siswa yang merasa rugi, karena antara barang miliknya dengan barang yang ditukar lebih
mahal harganya dibanding barang yang ia dapat. Siswa yang merasa rugi tidak terima, dan ingin barangnya dikembalikan lagi. Akhirnya, siswa dibantu guru menyimpulkan kelemahan prakter barter tersebut. Bahwa terbukti dalam barter sering terjadi ketidakseimbangan antara nilai barang yang ditukar dengan barang didapate, shingga merugikan salah satu pihak. Maka dari itu, dibuatlah mata uang sebagai alat tukar barang untuk memudahkan kegiatan jual beli dan agar terjadi kesamaan harga jual antara daerah satu dengan daerah yang lain.
Dalam pembelajaran kali ini guru menerapkan pembelajaran
kontekstual atau pembelajaran dengan pengalaman langsung. Siswa
menemukan dan menyimpulkan sendiri dari apa yang ia lakukan. Siswa
dituntut lebih aktif dibanding sebelumnya, ini untuk meningkatkan kualitas
belajar mereka. Mengingat persaingan di luar semakin ketat dan
perkembangan tekhnologi semakin cepat. Siswa sebagai bibit yang siap
tumbuh perlu dipupuk dan dikembangkan menjadi manusia yang cerdas dan
berkepribadian.
Selanjutnya adalah mengenal kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.
Guru memberi stimulus dengan memberi deskripsi cerita. Dan dapat diambil
kesimpulan bahwa koperasi merupakan perwujudan perekonomian
berdasarkan asas kekeluargaan, koperasi sekolah adalah koperasi yang
anggotanya para siswa dan dibina oleh guru. Modal koperasi diperoleh dari
simpanan anggotanya. Simpanan para anggota koperasi sekolah berupa
simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Oleh karena
kegiatan koperasi sekolah merupakan kegiatan jual beli, maka pastilah
mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut disisihkan dan sikenal
dengan sebutan Sisa Hasil Usaha (SHU). Selain itu, siswa dididik untuk
bertanggungjawab, dibiasakan berlaku setia kawan terhadap sesama siswa
dan berlatih organisasi. Sedangkan kantin sekolah adalah warung tempat
menjual makanan dan minuman yang berada di lingkungan sekolah. Kantin
sekolah dikelola oleh pihak sekolah ataupun koperasi sekolah.
Kemudian dilakukan tanya jawab antara guru dan siswa tentang
materi tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata siswa di kelas IIIB ini
tergolong siswa yang aktif dan selalu ingin tahu. Jarang sekali yang terlihat
malu-malu, kecuali beberapa siswa perempuan yang jika ditunjuk untuk
menjawab terlihat malu-malu atau kadang diam. Setelah diamati pada
pertemuan kedua ini, dari 14 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, 6
siswa laki-laki terlihat aktif daripada 8 siswa laki-laki lainnya dan 4 siswa
perempuan terlihat lebih aktif dibanding 7 siswa perempuan lainnya.
Selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Pembagian kelompok
sama dengan pertemuan sebelumnya dan juga dengan metode pembelajaran
yang sama yakni metode resitasi (pemberian tugas). Setiap kelompok
mendapat gambar peta konsep. Peta konsep tersebut berisi tabel-tabel
kosong yang nantinya akan disalin siswa pada lembar kertas manila dan
dihias dengan spidol warnai-warni, tugas dikerjakan secara kelompok. Peta
konsep menjelaskan tentang bapak koperasi Indonesia, karakteristik
koperasi dan kepengurusannya. Agar peta konsep ini terlihat menarik, maka
siswa menyiapkan kertas manila putih dan spidol berwarna. Berikut lembar
tugas siswa yang harus disalin dan kotak-kotak yang kosong diisi.
Gambar 4.1
Lembar Tugas Resitasi113
Sesuai dengan waktu yang ditentukan pekerjaan kelompok
diberhentikan, guru menunjuk salah satu siswa dalam suatu kelompok untuk
menjelaskan isi diagram yang dibuat tersebut. Siswa selanjutnya
mempresentasikan pekerjaannya dengan bahasa sehari-hari. Rata-rata siswa
113 Lembar tugas resitasi minggu ke 2 (selasa, 10 Maret 2009), yang dibuat guru atas inisiatif pribadi.
KOPERASI SEKOLAH
BAPAK KOPERASI INDONESIA
………………………………………….
PENGURUS KOPERASI SEKOLAH
………………………………….
DIBIMBING OLEH ………………………………
……
ANGGOTA KOPERASI SEKOLAH
…………………………………
BARANG YANG DIJUAL DI KOPERASI SEKOLAH: ……………………………
……………..
SHU kependekan dari ………………………
………. ………………….
mampu mempresentasikan hasil pekerjaannya, meskipun dengan
keterbatasan bahasa.
Menindaklanjuti pada diskusi kelompok pada pertemuan yang lalu
yang dinilai peneliti belum maksimal, maka kali ini peneliti mengusahakan
hasil semaksimal mungkin. Siswa diharapkan mampu bekerjasama
kelompok dengan baik. Tiap siswa diharapkan lebih aktif dengan
menyumbangkan ide-idenya. Pada saat terjadi diskusi kelompok, guru
mencatat hasil kerja siswa. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel. 4.7
Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-2
No. Kelompok Alternatif Penelitian
Skor Rata2 Kerjasama Aktivitas Inisiatif
1. I 70 70 90 76,6
2. II 90 70 70 76,6
3. III 80 75 85 80
4. IV 75 70 75 73,3
5. V 70 80 75 75
Sebagaimana data yang terlihat pada tabel 4. 7 di atas jika
dibandingkan dengan tabel 4. 6 pada pertemuan minggu sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan dalam kerja kelompok mengalami
peningkatan dari minggu kemarin. Ini karena siswa mulai memahami
66
68
70
72
74
76
78
80
82
KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4 KEL 5
siklus 1 minggu 1
siklus 1 minggu 2
pentingnya kerjasama kelompok. Serta pantauan dan motivasi dari guru
dengan memberi stimulus bagaimana caranya siswa yang tidak aktif dapat
ikut bekerja sama. Perbandingan hasil kerja kelompok pada siklus 1 dan
pada siklus 2, dapat dilihat pada gambar grafik 4.2 berikut.
Gambar 4.2
Diagram Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan Minggu 2
Selanjutnya pada pertemuan terakhir, guru menjelaskan bahwa
minggu depan akan diadakan praktek jual beli di pasar dan juga di sekolah.
Prosedurnya yakni siswa sesuai dengan kelompoknya tadi, membutuhkan
modal untuk belanja di pasar. Minggu depan, tiap siswa diharapkan
membawa uang minimal sebesar dua ribu rupiah. Sehingga setiap kelompok
terkumpul sekitar sepuluh ribu rupiah. Uang tersebut rencananya akan
dibuat modal untuk membeli macam-macam jajanan. Jajanan tersebut
nantinya akan dijual ulang di sekolah. Target pembeli adalah warga sekolah
yang lain. Untung atau rugi akan diperkirakan sebelumnya. Jadi peran siswa
di sini, sebelumnya siswa berperan menjadi pembeli di pasar kemudian
berperan sebagai penjual saat di lingkungan sekolah.
Menanggapi tugas dari guru tersebut, siswa terlihat sangat antusias
dan senang sekali. Ada siswa yang bertanya, “Bu, jualannya apa harus
jajanan tah, Bu?”. Guru mengiyakan jawaban tersebut, karena jaajnan lebih
diminati oleh siswa. Sehingga jualan diharapkan terjual semua dan
mendapat untung. Setelah terjadi tanya jawab dari tugas tersebut, guru
menutup pelajaran.
c. Refleksi
Pada kegiatan siklus pertama secara keseluruhan, menunjukkan bahwa
tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP).
Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan
bahwa:
− Siswa sudah mampu memahami tempat-tempat jual beli di lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah. Serta mampu membedakan antara
macam-macam tempat jual tersebut berdasarkan ciri-cirinya.
− Kebanyakan siswa bukan merupakan dari keluarga pedagang, sehingga
minim sekali pengalaman mereka dalam kegiatan berdagang atau sebagai
pedagang/pembeli.
− Siswa sudah mampu menggabungkan antara pengetahuan sosial dengan
pengetahuan agama. Ini terbukti mereka telah memahami jual beli yang
diharamkan dan dihalalkan oleh agama Islam serta mengetahui syarat-
syarat jual beli.
− Tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dinilai kurang pada
minggu pertama, namun pada minggu kedua siswa sudah mulai aktif,
baik bertanya, menjawab, maupun menyampaikan pendapatnya. Guru
selalu memotivasi siswa untuk aktif. Ketidakaktifan siswa ternyata
dikarenakan mereka kurang memahami materi pembelajaran, sehingga
banyak siswa yang terlihat ragu-ragu untuk menyampaikan pendapatnya.
− Kesadaaran hidup bersosial dan kerjasama dengan sesama masyarakat,
ditumbuhkan melalui kegiatan berdiskusi kelompok. Pada minggu
pertama, kegiatan kerja kelompok sudah dianggap efektif namun masih
kurang sempurna karena dalam kerjasama masih dirasa kurang. Sehingga
pada minggu kedua, siswa ditekankan betapa pentingnya hidup
bekerjasama dan memecahkan masalah bersama.
− Pembelajaran dengan metode simulasi dalam materi barter ini, siswa
dapat merasakan dan mengidentifkasi kelemahan barter serta mengetahui
manfaat diadakannya uang sebagai alat untuk transaksi jual beli.
− Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran,
sumber/bahan/media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan
kegiatan penilaian dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran siklus pertama.
3. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus pertama, peneliti menetapkan dua kali pertemuan atau
selama 140 menit sebagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman kepada siswa tentang bagaimana
cara jual beli dalam kehidupan sehari-hari. Pada minggu pertama, siswa
diajak ke pasar terdekat untuk melakukan praktek jual beli. Peran siswa
diposisikan sebagai pembeli. Selanjutnya melakukan paktek jual beli di
lingkungan sekolah, peran siswa diposisikan sebagai penjual. Pada RPP
dikembangkan berdasarkan silabus. Pada minggu kedua, merupakan
kegiatan evaluasi. Untuk memastikan ketercapaian kompetensi dasar secara
individual, maka diadakan tes tulis individual pada pertemuan terakhir ini.
Perencanaan dalam tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
− Menyiapkan bahan pengajaran, terutama menentukan topik materi
belajar, yaitu modul tentang jual beli. Berupa buku IPS penerbit diknas
dan LKS IPS.
− Menyiapkan rencana tahapan mengajar dengan mengacu format rencana
pelaksanaan pembelajaran (lampiran 13 dan 14). Namun dalam RPP ini
sifatnya fleksibel, disesuaikan dengan kondisi yang ada.
− Menyiapkan alat pembelajaran, berupa uang sebagai modal awal,
beberapa jajanan sebagai barang dagangan, dan meja kursi sebagai
tempat jual beli.
− Menyiapkan lembar observasi siswa, yang berfungsi untuk mencatat hasil
observasi kelompok selama kegiatan berlangsung dan mencatat untung
dan rugi hasil jual beli.
− Menyiapkan lembar observasi guru, untuk mencatat kegiatan di lapangan
selama proses pembelajaran. Baik dalam bentuk deskripsi suasana
kegiatan belajar maupun wawancara dengan siswa.
− Menyiapkan lembar penilaian hasil unjuk kerja siswa secara individu
maupun kelompok.
− Menyiapkan tes tulis siswa secara individual, ini untuk memastikan
ketercapaian kompetensi dasar secara individual siswa.
− Menyiapkan lembar kesan dan pesan untuk siswa, selama kegiatan
pembelajaran dengan menggnakan metode simulasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus ke II, minggu pertama.
Kegiatan pada siklus kedua ini adalah praktek simulasi jual beli di
pasar dan di sekolah. Pada awal pembelajaran, siswa terlihat sangat antusias
dengan kegiatan yang telah direncanakan hari ini. Mereka tak sabar ingin
segera ke pasar. Pada pertemuan kali ini, siswa sudah duduk sesuai dengan
kelompoknya masing-masing. Guru kemudian mengecek tugas kelompok
siswa yang ditugaskan pada minggu sebelumnya. Lalu mengumpulkan uang
iuran siswa tersebut sebagai modal usaha tiap kelompok . Setiap kelompok
mempunyai modal yang berbeda, tergantung jumlah iurannya. Ada beberapa
siswa yang tidak membawa uang iuran. Dari 5 kelompok, ada 3 kelompok
yang di dalam anggotanya tidak membawa iuran. Untuk itu sesuai
kesepakatan kelas, siswa yang tidak membawa iuran sebagai gantinya tetap
membayar dengan menggunakan uang saku seadanya. Dan nanti di akhir
kegiatan jka ada keuntungan, siswa tersebut tidak mendapat pembagian
uang laba. Jumlah modal tiap kelompok, bisa dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel. 4.8
Jumlah Modal Tiap Kelompok
KELOMPOK JUMLAH MODAL
I 3600
II 10.500
III 6.300
IV 10.000
V 7300
Sebelum berangkat, guru memberi pengarahan dan tata tertib yang
harus dilakukan nanti saat di pasar, ini untuk mengantisipasi
ketidakteraturan dan keramaian siswa. Berikut paparan guru:
Anak-anak, tugas kalian di pasar ini adalah praktek jual beli di pasar. Peran kalian sebagai pembeli yang membeli barang dagangan di penjual grosir. Uang iuran tersebut adalah modal awal kelompok kalian. Nanti di pasar, kalian akan membeli barang dagangan di penjual grosir aneka jajanan. Tugas kalian adalah membeli jajanan sesuai dengan jumlah uang yang ada. Kalian pilih jajanan-jajanan
yang bagus dan baik mutunya, dan setelah cocok, kalian tawar dan pertimbangkan berapa keuntungan jajanan tersebut jika dijual ulang. Dan ingat! Saat berangkat ataupun saat berada di pasar, mohon dijaga kesopanannya. Jangan ramai sendiri tanpa aturan. Sebab itu nantinya akan mencerminkan siswa MI Sunan Giri yang kurang baik akhlaknya. Saat di jalan, kalian berjalan bergandengan tangan dua orang-dua orang. Jalannya di pinggir, tidak boleh ramai, teriak-teriak atau lari-lari. Kalian harus tertib sampai pulang nanti. Kalaupun nanti ketemu saudara, tetangga atau bapak dan ibuk kalian di pasar, tidak usah menghampiri, karena kalian di pasar ini dalam rangka praktek jul beli bukan dolan. Kalau sampai terjadi apa-apa pada kalian, itu menjadi tanggung jawab ibu guru.
Setelah terjadi tanya jawab yang kurang dimengerti siswa, siswa dan
guru membuat beberapa kesepakatan dan menyepakati kesepakatan tersebut.
Pada waktu berangkat, siswa berjalan baris dua orang-dua orang dengan
bergandengan tangan. Ini untuk mengantisipasi keamanan dan ketertiban.
Sampai di pasar, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Secara berkelompok, siswa mulai melakukan jual beli dengan pedagang
grosir jajanan di pasar. Kegiatan ini berlangsung urut dari kelompok satu ke
kelompok yang lainnya. Sekedar informasi, pedagang grosir jajanan ini
telah ditentukan oleh guru sebagai pusat kegiatan jual beli siswa. Setiap
kelompok dengan dipimpin oleh ketua kelompoknya, memilih barang
dagangan yang diminati dan meneliti kualitas serta kuantitas barang
tersebut. Hasil observasi guru terhadap kerja kelompok dalam simulasi jual
beli di pasar, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
Tabel. 4.9
Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar
Aspek yang Diobservasi Kelompok
1 2 3 4 5
Aktif berdiskusi dan kerjasama
kelompok.
X X _ X _
Partisipasi setiap anggota kelompok
yang baik.
_ X _ X _
Efektifitas pemanfaatan waktu yang
baik.
X X X X X
Mampu memilih barang dengan
pertimbangan yang matang.
_ X X X X
Mampu mempertimbangkan antara
kebutuhan dan keuangan yang ada.
X _ X X _
Aktif dalam melakukan tawar menawar. _ _ _ _ _
Mampu menawar dagangan dengan baik. _ _ _ _ _
Dari kelompok-kelompok tersebut, masih banyak yang terlihat
kebingungan sehingga guru ikut mengarahkan kegiatan mereka. Karena
harga jual barang yang dipatok penjual adalah harga pas, maka kegiatan
tawar menawar tidak ada. Siswa cukup memilih barang dagangan yang
mempunyai mutu bagus, dan teliti sebelum benar-benar membeli daripada
menyesal nantinya. Siswa juga mempertimbangkan laku tidaknya jika
barang tersebut dijual ulang. Ada kelompok siswa yang terkesan tergesa-
gesa dalam memilih barang. Kelompok tersebut adalah kelompok V,
kelompok yang diketuai Galih. Si ketua terlihat tidak sabar, dan memilihkan
barang sesuai dengan kehendaknya. Ada juga yang terlihat kebingungan
memilih barang, ini terjadi pada kelompok I karena uang modal mereka
sangat pas-pasan. Ingin beli jajanan yang mahal dan enak, uang mereka
tidak cukup. Kelompok II dan IV merupakan kelompok yang modalnya
paling besar dibanding kelompok lainnya, sehingga sangat mudah untuk
membeli jajanan-jajanan yang lebih banyak dan berkualitas. Kelompok III
dengan modal yang tidak terlalu banyak, namun mereka dapat
memperkirakan jajanan yang kiranya diminati pembeli.
Selesai siswa melakukan praktek simulasi jual beli di pasar, siswa
kembali ke sekolah. Jarak sekolah dan pasar Kemantren sekitar 100 meter.
Sampai di sekolah siswa istirahat sebentar melepas lelah. Saat istirahat
seperti ini, kondisi siswa masih ngos-ngosan dan terlihat sekali-sekali
mengipas-ngipaskan buku ke wajahnya, guru sesaat bertanya kepada anak-
anak,
G: “Bagaimana perasaan kalian saat di pasar tadi?” S: “Senaaaaaang..”. G: “Capek apa tidak?” S: “Capeeeek..” (Semua siswa) “Panaaas…” S: “Tapi senang, Bu…” (Beberapa siswa menimpali) S: “Bu, besok lagi ya bu, ya…” (Mamad siswa yang selalu aktif) G: “Ada yang merasa tidak senang?” S: “Saya!” (Fikri angkat tangan) G: “Alasannya tidak suka kenapa?”
F: “Hehehehe….” (cengar-cengir) “Nggak, nggak, Bu… Guyon! Hehehe.. Senang kok Bu..”
G: “Ada pendapat lain?” S: “Malu, Bu..tadi di pasar..” (Bella siswa yang terlihat menonjol) G: “Malu kenapa?” B: “Dilihati orang-orang di pasar” G: “Ada yang merasa malu seperti Bella?” M: “Iya Bu, malu Bu.. Eroh tonggoku..” (Mamad)114
Dari wawancara di atas, dapat dilihat bahwa semua siswa merasa
senang, meski ada yang mengeluh capek, malu, ataupun panas. Setelah 5
menit setelah siswa merasa segar kembali, guru mulai mengajak untuk
membuka dan mengecek barang belanjaan yang dibeli tadi. Siswa kemudian
mulai menghitung jumlah barang dan harga beli tadi. Dengan bantuan guru,
siswa mulai memperkirakan berapa harga jual barang dagangan tersebut tiap
bijinya. Siswa memperkirakan harga barang sebagaimana mereka sering
membeli di toko-toko, harga disesuaikan dengan harga pada umumnya.
Selanjutnya dengan bimbingan guru, siswa menghitung jumlah keuntungan
seluruh barang dagangan jika semua barang tersebut tejual habis. Catatan
harga beli, harga jual, dan jumlah keuntungan dicatat pada lembar kertas,
yang telah disediakan guru (lihat lampiran 8).
Selesai perhitungan, guru memberi instruksi siswa untuk segera
mempersiapkan barang dagangannya untuk dijual ulang di lapangan
sekolah. Sebelumnya, tiap kelompok siswa mendiskusikan nama kios
mereka. Setiap kelompok mempunyai nama kios yang berbeda, nama kios
ditulis pada selembar kertas untuk memberi nama kios mereka nantinya. 114 Wawancara dengan siswa di ruang kelas III B, setelah kegiatan simulasi jual beli di pasar. (Selasa, 17 Maret 2009)
Selanjutnya siswa laki-laki mempersiapkan meja dan bangku sebagai tempat
berjualan. Waktu berjualan mereka adalah saat istirahat berlangsung, target
pembeli adalah seluruh warga sekolah.
Jam istirahat sekolah berdentang, inilah waktu yang ditunggu-tunggu
siswa kelas IIIB. Semua siswa sudah siap dengan barang dagangannya pada
bangku kios masing-masing kelompok. Suasana seperti ini dapat dilihat
pada lampiran foto (lampiran 19) . Jam istirahat di MI Sunan Giri ini
lumayan panjang, yakni dari pukul 09.20-09.50. Lima menit pertama
keadaan kios masih sepi, karena masih banyak siswa kelas lain yang belum
keluar kelas. Selanjutnya banyak siswa yang mulai berdatangan melihat
kegiatan bazar kecil-kecilan ini. Banyak siswa yang cukup melihat dan
ragu-ragu untuk membeli. Ada beberapa siswa kelas II yang masih membeli
jajanan di koperasi sekolah dan di luar sekolah. Siswa yang berperan
sebagai penjual, terlihat sibuk mempromosikan barang dagangannya.
Berikut hasil pengamatan peneliti pada kegiatan tiap kelompok:
Kelompok I (Kios Naruto)
Kelompok 1 ini berdasarkan kesepakatan kelompok diberi nama kios
Naruto, sebagaimana terlihat pada foto (lampiran 19 gambar 5) . Terdiri dari
Billa, Rofik, Fita, Putra, dan Mayong. Kios ini menjual mie dan aneka stik
coklat yang semua harganya Rp.100,- dengan modal awal Rp.3600,-. Pada
perkiraan awal, barang jualan kelompok 1 ini akan segera habis karena
harganya yang terjangkau dibanding dengan kelompok lain. Ternyata
barang dagangan mereka kurang diminati pembeli, mungkin karena isi dari
kemasan terlalu sedikit. Sehingga barang dagangan laku agak lama. Usaha
kelompok dalam mempromosikan dagangan kurang. Terlihat enggan dan
sering ditinggal pergi. Satu-satunya siswa yang setia menunggu kios adalah
Putra, namun jika ada pembeli ia terlihat cuek dan kurang antusias.
Kelompok 1 ini terlihat kurang semangat dalam menjajakan dagangannya.
Yang membeli dagangan mereka rata-rata adalah para guru, mungkin para
guru merasa kasian karena dagangan mereka jarang sekali diminati pembeli.
Hanya beberapa siswa yang berminat membeli. Dari 20 buah barang yang
dijual, hanya sisa 2 buah.
Kelompok II (Kios Bunga)
Kelompok II ini beranggotakan Reha, Rodhi, Dini, Fahrul dan
Sugeng. Kios mereka diberi nama kios bunga. Kelompok ini merupakan
kelompok yang paling aktif dan kompak. Ini sudah terlihat sejak memilih
barang ketika di pasar tadi, mereka kompak memilih barang apa yang akan
dijual. Dan pada saat kegiatan jual beli di sekolah, seluruh kelompok
kompak dalam bekerja sama dan menjaga kios bersama-sama. Sebagaimana
tergambar pada lampiran 19 foto 6. Barang dagangan kelompok ini semua
berharga Rp. 500,- dengan modal awal Rp. 10.500,-, terdiri dari makroni
dan roti. Pada awalnya dagangan mereka belum laku, hanya ada satu dua
yang terjual. Itupun yang membeli kelompok mereka sendiri, tapi lama-lama
dagangan mereka mulai habis. Kelompok ini tergolong kreatif dan
semangat, ini terbukti karena mereka mempromosikan dagangan secara
berkeliling bahkan ke ruang guru juga. Dari 25 buah barang dagangan, sisa
8 buah. Sisa yang paling banyak adalah roti bolu.
Kelompok III (Kios Persija)
Kios persija ini merupakan nama kios dari kelompok III (foto
lampiran 19 gambar 7), yang beranggotakan Mia, Ulum, Riki, Ila, dan
Wawan. Modal awal Rp. 6.300,- dagangan yang dijual terdiri dari ringgo
Rp.200,- dan tik tak Rp.500,-. Pada awal mula dagangan mereka langsung
diserbu pembeli, karena ringgo dan tik tak termasuk jajanan yang banyak
diminati siswa. Namun meski banyak yang berminat, namun dagangan
mereka tidak sampai habis terjual. Kelompok ini dalam mempromosikan
dagangan kurang semangat, mereka hanya menunggu pembeli dengan
pasrah. Pernah sesekali Ulum sang ketua mempromosikan dagangannya ke
siswa lain, itupun jika ia diingatkan oleh guru agar lebih semangat lagi. Jika
tidak, mereka hanya menunggu dagangan dengan pasrah. Dari 18 buah
barang dagangan yang dijual, sisa 6 buah.
Kelompok IV (Kios Cinta)
Beranggotakan Mamat, Yunus, Huda, Lila, dan Mawar, kelompok IV
ini memberi nama kiosnya kios cinta (foto lampiran 19 gambar 8). Dengan
modal Rp. 10.000,- barang dagangan mereka terjual habis. Barang yang
dijual terdiri dari minuman rasa buah fansi dan wafer keju nabati, masing-
masing berharga Rp.500,-. Kios ini yang paling cepat diserbu pembeli,
karena satu-satunya kios yang menjual minuman. Pada saat itu bertepatan
siswa kelas 6 selesai olahraga, otomatis mereka langsung menyerbu
minuman yang dijual. Sepuluh buah minuman fansi rasa buah langsung
ludes habis. Wafer keju nabati juga banyak diminati siswa. Kelompok ini
juga termasuk kelompok yang aktif, barang dagangan yang masih sedikit
mereka tawarkan ke teman-temannya yang lain agar cepat habis.
Kelompok V (Kios Doraemon)
Kios doraemon merupakan kios dari kelompok terakhir (foto lampiran
19 gambar 9), yakni kelompok V. Terdiri dari Galih, Khasanah, Fikri, dan
Akhis. Dengan modal Rp.7300,- dagangan mereka habis terjual semua.
Kelompok V ini merupakan kelompok kedua yang berhasil menjual habis
barang dagangannya setelah kelompok 4, meski tergolong lambat dalam
penjualannya. Barang dagangan mereka adalah roti, biskuit, dan wafer top
yang semuanya berharga Rp. 500,-. Pada awalnya jarang pembeli yang
tertarik untuk mampir di kios mereka, ini berlangsung hingga hampir
berakhirnya jam istirahat. Namun dengan ketelatenan dan dengan tidak
putus asa mempromosikan jajanannya, barang dagangan mereka berhasil
habis. Galeh yang merupakan ketua kelompok mereka sangat aktif keliling
menawarkan dagangannya.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi
sebagaimana pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah.
Aspek yang diobservasi Kelompok
1 2 3 4 5
Aktif menawarkan barang dagangan 60 80 70 90 80
Inovatif, mencari cara agar barang dagangan
cepat laku
60 90 70 90 80
Jujur dalam jual beli 90 90 90 90 90
Menata barang dagangan dengan baik 80 90 80 80 80
Partisipasi setiap anggota kelompok yang baik 50 90 80 70 70
Jumlah 340 440 390 420 400
Rata-rata 68 88 78 84 80
Dari data tersebut di atas bahwa praktek simulasi jual beli telah
berhasil. Ini terbukti dari jumlah rata-rata dari nilai observasi tiap kelompok
lebih dari 60, sebagaimana indikator ketuntasan minimal yang telah
dipaparkan sebelumnya pada bab III.
Setelah jam istirahat selesai jam masuk berdentang, siswa mulai
meringkas barang dagangannya sekaligus bangku-bangku tempat mereka
jualan tadi ke dalam kelas. Setelah semua bangku rapi dan keadaan sudah
terkondisikan lagi, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Sesuai petunjuk guru, siswa mulai menghitung untung dan rugi hasil
penjualan. Selanjutnya uang hasil penjualan dibagi rata pada setiap anggota
kelompok, lengkap dengan keuntungan jika penjualan untung. Jika ada sisa
dagangan yang belum laku, dibagikan sesuai dengan kebijakan kelompok
masing-masing. Guru juga menanyakan bagaimana kesan siswa terhadap
praktek simulasi tadi baik di pasar dan di lapangan sekolah tadi. Mereka
serempak menjawab senang dan ingin lagi. Berikut hasil penjualan siswa,
pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Jumlah Hasil Penjualan Siswa
Kelompok Modal Hasil
Penjualan
Untung Sisa Barang
I Rp 3.600 Rp 3.200 _ 2 biji
II Rp 10.500 Rp 7.000 _ 8 biji
III Rp 6.300 Rp 6.300 _ 6 biji
IV Rp 10.000 Rp 11.000 Rp 1.000
V Rp 7.300 Rp 8.000 Rp 700
2) Siklus ke II minggu kedua
Pada akhir pertemuan ini, merupakan kegiatan evaluasi, untuk
memastikan tercapainya kompetensi dasar secara individual. Maka dari itu
diadakan tes tulis individual. Pada kesempatan ini, guru menyebarkan kertas
kosong untuk mengisi kesan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
metode simulasi.
Skor tes individual sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12
Data Nilai Tes Formatif Siswa
No. Interval Skor Frekuensi Status
1 95-100 4 Lulus
2 90-94 6 Lulus
3 85-89 3 Lulus
4 80-84 5 Lulus
5 75-79 2 Lulus
6 70-74 3 Lulus
7 65-69 0 Lulus
8 60-64 0 Lulus
9 55-59 0 Tidak Lulus
10 50-54 1 Tidak lulus
11 00-49 1 Tidak lulus
Jumlah 25
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan
kelas adalah 92% yakni dari 25 siswa, yang dinyatakan lulus adalah 23
siswa. sedangkan yang gagal sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 8%,
karena skor tesnya kurang dari 60. Berdasarkan pengamatan peneliti, 2
orang yang tidak lulus ini dikarenakan mempunyai kemampuan yang
rendah, keduanya belum bisa membaca dan menulis dengan lancar.
Keduanya merupakan salah satu siswa yang tidak tinggal kelas lebih dari
satu tahun. Guru dan wali kelas sudah berusaha membimbingnya
semaksimal mungkin, tetapi keadaan dari siswa sendiri gampang sekali lupa
ditambah tidak adanya dukungan dari orang tua di rumah.
Sedangkan berdasarkan pendapat siswa dengan metode resitasi dan
simulasi ini, tanggapan mereka bermacam-macam. Guru membagikan kertas
yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman meraka selama
menggunakan metode resitasi dan simulasi, serta saran dan kesan pada
pembelajaran kali ini.
Hasil rekapan angket berdasarkan dari pendapat siswa terhadap
pertanyaan “Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode resitasi dan simulasi?”. Jawaban rata-rata
siswa singkat dan padat, karena berdasarkan pengamatan peneliti
kemampuan siswa kelas III dalam perbendaharaan bahasa Indonesia masih
kurang.
- “Perasaan saya saat mengikuti pelajaran ini adalah senang karena
dengan bu Lia diajak ke pasar, dan berjualan di halaman sekolah. Saya
dan teman-teman juga diberi tugas menggunting dan menggambar.
Karena saya suka menggambar. Saya ingin seperti ini terus. ”
- “Tugas yang diberikan bu Lia tidak membosankan, tetapi
menyenangkan. Banyak gambar-gambarnya. Pada saat ke pasar rasanya
senang, capek, dan malu. Ketika berjualan di depan sekolah,
daganganku masih banyak, tapi akhirnya dibeli oleh guru-guru dan
jualanku masih sedikit.”
- “Saya senang, karena saya diajak pergi ke pasar sama bu lia. Ini
pertama kali saya pergi ke pasar dengan teman-teman. Besok-besok lagi
ya bu ya.. Karena saya senang sekali, teman-teman juga sama senang.
Apalagi jualan saya habis semua, dapat untung. Saya senang sekali
dengan bu Lia ”
- “Aku suka jika tugasnya kelompokan, karena mudah mengerjakannya.
Apalagi aku senang disuruh gunting-gunting dan menempel. Aku juga
suka diajak ke pasar walau rasanya capek dan panas. Aku juga suka
berjualan di halaman sekolah, banyak yang membeli jualan saya dan
habis. Aku senang!”
Sesuai dengan rata-rata isi angket siswa berpendapat mereka senang
dan ingin lagi, tidak ada yang merasa tidak senang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran simulasi dan resitasi setelah
diterapkan di kelas III MI Sunan Giri ini memberikan manfaat dan
pengalaman baru bagi siswa. Siswa merasa senang diajak belajar di luar
kelas dan dengan pengalaman langsung. Siswa juga merasa senang jika
bekerja secara kelompok, karena lebih ringan dalam mengerjakan tugas. Hal
ini sebagaimana diungkapkan siswa dalam angket yang mereka isi.
c. Refleksi
Pada kegiatan siklus pertama secara keseluruhan, menunjukkan bahwa
tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP).
Jadual jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan
bahwa:
− Pada persiapan untuk kegiatan simulasi ini, masih banyak siswa ysang
tidak membawa uang iuran. Sehingga ada 3 kelompok yang mempunyai
modal minim dan apa adanya.
− Pada pelaksanaan simulasi jual beli di pasar, siswa sudah menunjukkan
kerjasama kelompok yang baik. Baik ketika memilih barang dagangan
dan memperkirakan harga dengan jumlah modal.
− Strategi siswa agar barang dagangannya cepat habis, berbeda-beda. Ada
yang menawarkan dagangannya dengan berkeliling, ada yang merayu
pembeli, dan ada pula yang menawarkan di ruang guru. Ini untuk
menumbuhkan jiwa sosial serta jiwa bisnisman pada siswa sejak dini.
− Pembelajaran dengan metode simulasi dapat menumbuhkan rasa peka
terhadap kehidupan sosial yang sebenarnya. Mempelajari materi dengan
pengalaman langsung di lapangan dan memecahkan masalah yang tak
terduga di kehidupan sehari-hari.
− Hasil evaluasi pembelajaran pada akhir pertemuan, membuktikan bahwa
penerapan metode simulasi dalam materi jual beli dinyatakan berhasil.
− Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran,
sumber/bahan/media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan
kegiatan penilaian dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai
kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran siklus pertama.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi dalam Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Tingkat Aplikasi pada Mata Pelajaran IPS
Pada Bab ini akan diuraikan beberapa pembahasan dari temuan-temuan
penelitian yang merupakan hasil refleksi terhadap penerapan metode resitasi dan
simulasi pada mata pelajaran IPS khususnya materi jual beli untuk meningkatkan
kemampuan kognitif tingkat aplikasi. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara,
pemberian pertanyaan dalam angket, dan hasil tes atas penerapan metode resitasi
dan simulasi pada mata pelajaran IPS materi jual beli, sebagaimana dijabarkan
sebelumnya atau pada bab IV, telah menunjukkan masih kurang memuaskan
karena masih ada permasalahan-permasalahan yang belum terselesaikan pada
penelitian kali ini. Permasalahan dari siswa sendiri diantaranya adalah pada
kerjasama kelompok masih kurang, karena masih adanya budaya siswa yang
mengandalkan teman sekelompok yang lebih pintar; kurang inisiatif dari siswa,
masih ada plagiat dengan meniru hasil kerja kelompok yang lain; siswa kurang
bisa menghubungkan teori yang ada dengan aplikasinya, antara teori dan aplikasi
masing-masing masih terkesan berdiri sendiri; dan ada beberapa siswa yang
menganggap simulasi adalah kegiatan refreshing, bukan bagian dari pembelajaran.
Dari kelemahan-kelemahan pada penelitian kali ini, maka peneliti
merekomendasikan untuk dilakukan penelitian selanjutnya oleh peneliti lain.
Namun dari beberapa kekurangan dalam penelitian ini, ada beberapa bukti
yang menunjukkan bahwa penelitian ini terjadi peningkatan dari minggu pertama
ke minggu selanjutnya. Bukti-bukti secara kuantitatif adalah berdasarkan hasil tes
kelompok pada penerapan metode resitasi di siklus 1 minggu ke 1 dan pada
minggu ke 2 menunjukkan semua kelompok memperoleh skor dalam rentang
lulus (sebagaimana dijabarkan pada bab IV tabel 4.6 dan tabel 4.7). Semua
kelompok terjadi peningkatan yang signifikan dari minggu pertama ke minggu
kedua, kecuali satu kelompok yang mempunyai nilai stagnan dari minggu pertama
ke minggu ke 2, yaitu kelompok 4 (sebagaimana gambar grafik 4.1). Pada siklus
ke 2 merupakan kegiatan simulasi jual beli di pasar dan di sekolah, kegiatan ini
dinilai lulus semua dilihat dari hasil skor nilai yang diperoleh siswa melebihi batas
minimal yang ditetapkan (lihat tabel 4.9 dan tabel 4.10).
Pada siklus ke 2 minggu ke 2 merupakan evaluasi dari penerapan metode
resitasi dan simulasi pada minggu sebelumnya. Untuk mendapatkan evaluasi
secara kuantitatif, peneliti menggunakan tes tulis/tes formatif. Dan untuk
mendapat penilaian secara kualitatif, peneliti menggunakan angket untuk
mendapatkan penilaian pribadi siswa selama pembelajaran berlangsung.
Secara individu ada dua orang yang tidak lulus pada tes formatif, karena
berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh dari wali kelas bahwa kedua
siswa tersebut mempunyai kemampuan rendah, belum mampu membaca dan
menulis dengan baik, gampang sekali lupa serta kurang adanya dukungan dari
pihak keluarga siswa. Namun yang menjadi catatan penting dalam pengamatan
peneliti di sini kedua siswa tersebut saat metode resitasi dan simulasi diterapkan,
mereka terlihat antusias, aktif, dan ikut andil. Saat pembagian perhitungan hasil
penjualan, kedua siswa tersebut ikut mendiskusikan pembagian uang yang harus
mereka dapatkan. Ini merupakan suatu kemajuan yang signifikan, karena sebelum
diterapkan metode resitasi dan simulasi di kelas ini, berdasarkan laporan dari wali
kelas bahwa kedua siswa tersebut terlihat enggan dan kurang memahami apa yang
diharapkan guru.
Sedangkan secara kualitatif dapat dijelaskan dari banyaknya siswa yang
dinyatakan senang terhadap metode pembelajaran ini (sebesar 100% sebagaimana
disajikan dalam tabel 4.12); tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok;
suasana belajar menjadi lebih hidup; keberanian mengemukakan pendapat dapat
ditumbuhkan; adanya pengalaman baru bagi siswa dalam melakukan praktek jual
beli.
Enam temuan penelitian di bawah ini merupakan indikator yang merupakan
dampak positif dari penerapan metode resitasi dan simulasi. Secara garis besar
penerapan metode pembelajaran tersebut dapat dilihat dampaknya pada enam
indikator yang dijadikan variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui dan memahami teori jual beli baik secara tulis maupun lisan.
2. Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan ide. Aktif berdiskusi
dan kerjasama kelompok.
3. Mampu mempresentasikan hasil resitasi kelompok. Kreatif dan inisiatif dalam
bekerja.
4. Mampu mempraktekkan teori jual beli pada kegiatan simulasi jual beli di
pasar dan di sekolah.
Secara teoritik pendekatan kontekstual dengan penggunaan metode resitasi
dan simulasi sudah dapat memenuhi kriteria pembelajaran yang baik dan benar,
sesuai dengan yang diungkapkan Slameto dalam bukunya, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran, diantaranya
yaitu:
a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mengembangkan motif, minat,
dan gairah belajar siswa.
b. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan
kegiatan kepribadian siswa.
c. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan
bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan
siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi
(pembaharuan).
e. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik siswa dalam
teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha
pribadi.
f. Metode yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat
Verbalisme dan menggantinya dengan pengalaman situasi nyata dan
bertujuan.
Dan pada aplikasinya dari metode resitasi dan simulasi telah memenuhi dari
teori-teori di atas. Metode resiatsi dan simulasi telah dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam
kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kelemahan dan Kelebihan Metode Resitasi dan Simulasi dalam
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi pa da Mata Pelajaran
IPS
Setiap metode pembelajaran selalu mempunyai kelemahan dan kelebihan,
tinggal menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi lingkungan,
sarana dan prasaran yang ada, kemampuan guru dan materi yang diajarkan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi
kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan
pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode
menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi
kelas. Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi apabila ada
kesesuaian antara metode dengan semua komponen pelajaran yang telah
diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
Selama penerapan metode resitasi dalam proses pembelajaran IPS materi
jual beli, terdapat beberapa kebaikan antara lain:
1. Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan atau
hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang
berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih
otentik.
2. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang
dipelajari.
4. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad
informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat.
5. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan
berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
Sedangakan beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini dalam
pembelajaran adalah:
1. Seringkali siswa melakukan plagiator, di mana mereka hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.
2. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh satu orang saja tanpa kerjasama dengan
teman sekelompoknya.
3. Jika tugas diberikan dengan penjelasan dengan bahasa yang kurang
komunikatif, anak didik akan mengalami kesulitan karena adanya perbedaaan
individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada siswa, tetapi ada juga
kelemahan guru.
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode
pemberian tugas ini, antara lain: (1) tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
jelas, sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan, (2) tugas yang
diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-
masing, (3) waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup, (4) adalah kontrol atau
pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa
untuk belajar dengan sungguh-sungguh; dan (5) tugas yang diberikan hendaklah
mempertimbangkan; (a) menarik minat dan perhatian siswa; (b) mendorong siswa
untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan; (c) diusahakan tugas itu bersifat
praktis dan ilmiah; dan (d) bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambilkan dari
hal-hal yang diketahui siswa.
Seperti halnya metode resitasi, pada metode simulasi juga mempunyai
kelemahan dan kelebihan. Kelebihan metode simulasi dalam proses pembelajaran
IPS materi jual beli ini adalah:
a. Siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran di luar kelas, siswa tidak
merasa bosan dan merasa senang.
b. Siswa menjadi aktif dan kreatif .
c. Materi yang ada dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Membantu
siswa memahami materi, mengingat kemampuan berfikir siswa yang masih
tahap konkret.
d. Siswa dapat mengaplikasikan materi dalam kehidupan nyata.
e. Terdapat unsur psikomotorik dalam pelaksanaannya.
f. Pengembangan potensi siswa dapat tersalurkan.
Sedangkan kelemahan metode simulasi adalah:
a. Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, waktu dan
kondisi siswa.
b. Guru kadang mengalami kesulitan dalam menjelaskan kegiatan simulasi
dengan materi yang ada. Karena siswa terlalu sibuk dengan kegiatan simulasi
mereka dan sering mengabaikan materi yang disampaikan guru.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap guru pasti memiliki masalah dengan pembelajaran yang mereka
laksanakan, untuk itu sebagai guru yang baik pasti selalu berupaya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, lebih-lebih masalah pembelajaran selalu
terkait dengan kehidupan siswa di masa yang akan datang.
Berdasarkan semua uraian di atas, khususnya pada uraian bab IV dan V,
peneliti menyampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan metode resitasi dan simulasi, dapat meningkatkan kemampuan
kognitif tingkat aplikasi pada siswa. Indikator peningkatan motivasi dapat
dilihat dari: (a) mengetahui dan memahami teori jual beli baik secara tulis
maupun lisan, (b) keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan
ide, (c) aktif berdiskusi dan kerjasama kelompok, (d) mampu
mempresentasikan hasil resitasi kelompok, (e) kreatif dan inisitif dalam
bekerja, dan (f) mampu mempraktekkan teori jual beli pada kegiatan
simulasi jual beli di pasar dan sekolah.
2. Kelebihan dan kelemahan metode resitasi dan simulasi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi, tentunya memiliki
banyak macam. Secara garis besar kelebihan dalam penggunaan metode
resitasi dan simulasi adalah: (a) pengetahuan yang diperoleh murid dari
hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak
berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka
akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik, (b) mereka
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri, (c) metode ini dapat
membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi
sehingga tidak membosankan. Sedangkan kelemahan metode resitasi dan
simulasi secara garis besar adalah: (a) adakalanya tugas itu dikerjakan oleh
satu orang saja tanpa kerjasama dengan teman sekelompoknya, (b) jika
tugas diberikan dengan penjelasan dengan bahasa yang kurang
komunikatif, anak didik akan mengalami kesulitan karena adanya
perbedaaan individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada siswa,
tetapi ada juga kelemahan guru, (c) sering terjadi kegagalan akibat kurang
persiapan, penjelasan, waktu dan kondisi siswa.
B. Saran
Sebaiknya guru dalam pembelajaran dengan penggunaan metode resitasi
dan simulasi, guru harus lebih mempersiapkan perencanaan lebih matang dan
mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi. Khususnya pada metode
simulasi, guru membutuhkan alat bantu yang detail dan rumit. Guru sebaiknya
juga memberi penjelasan dan pemahaman yang jelas ketika pemberian tugas,
agar siswa dapat menyelesaikan sesuai dengan yang diharapkan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Joko Tri Prasetya.1997. Strategi Belajar Mengajar: Untuk Fakultas Tarbiyah KomponenMKDK. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta: PT. Rineka cipta.
_________________. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007)
Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. III
Ghony, Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press.
Harun, Rocajat. 2007. Metode Penelitian Kualitatip untuk Pelatihan. Bandung: CV. Mandar Maju.
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmi Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Palmer, Joy A. 2003. 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang. Yogyakarta: Penerbit Jendela.
Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, hlm. 5
Rustiah. N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Cet. VII.
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam implementasi KBK. Jakarta: Prenada Media
Sardiman A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Somantri, Noman. M. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang Press.
Surakhmad, Winarno. 1989. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Penerbit Jemmars.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Zulfikri Kamin, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) (http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari 2009
LAMPIRAN 1
NO IDENTITAS SEKOLAH
1 NAMA SEKOLAH MI SUNAN GIRI
2 N I S 10251630413501
3 N S S 112350723257
4 PROPINSI JAWA TIMUR
5 OTONOMI KABUPATEN MALANG
6 KECAMATAN JABUNG
7 DESA KEMANTREN
8 JL DAN NOMOR JL A YANI 127
9 KODE POS 65155.00
10 TELEPON (0341) 9960709
11 FAXIMILE
12 DAERAH PEDESAAN
13 STATUS SEKOLAH TERAKREDITASI B
14 KELOMPOK SEKOLAH ANGGOTA KKM
15 AKREDITASI TH 2005
16 SURAT KEPUTUSAN (SK) NO : B/ Kw.13.4/ MI/ 2161/ 2006
17 PENERBIT SD
DITANDATANGANI SBY, 01 AGUSTUS 2006
18 TAHUN AJARAN 2006 – 2010
19 TAHUN PERUBAHAN
20 KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR PAGI
21 BANGUAN SEKOLAH MILIK SENDIRI
22 LUAS BANGUNAN 160 M2
23 LOKASI SEKOLAH KEMANTREN
24 JARAK KE PUSAT
KECAMATAN 500 M
25 JARAK KE PUSAT OTODA 15 KM
26 TERLETAK PADA LINTASAN DESA
27 JUMLAH KEANGGOTAAN
RAYON
28 ORGANISASI
PENYELENGGARA YAYASAN / SWASTA
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS YAYASAN
MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG
KETUA
GUS KHUDLORI
SEKRETARIS
MAKIN TOHARIS.Sos
BENDAHARA
Drs. NURBUAT
PEMBANTU UMUM
SUMARJO AHMAD FAUZI
PENDIDIKAN
MOH. ANWAR
HUMAS RAHAB H, SH.
SARPRAS
SUYUTI
PENG. DANA
M.MUSYAFA’
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE SEKOLAH
MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG
SEKRETARIS
M. FAUZI
BENDAHARA
M. MUSYAFA’
PELINDUNG
SUGENG A.
KETUA
SUGIONO, S.Ag.
PENASEHAT
GUS KHUDLORI
BIDANG PENGENDALIAN
MUTU MADRASAH
MOH. ANWAR
KHOIRI IMAMI
BIDANG SARANA DAN PRASARANA
SIARUL ABIDIN
SURYO HADI
BIDANG PENGENDALIAN
DANA
A. HUSAIN
HAMBALI
BIDANG HUBUNGAN
MASYARAKAT MOH. IHSAN
NUR HASYIM
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG
TATA USAHA
ATFIYAH
WK KURIKULUM
Drs. NUR HASYIM
KEPALA SEKOLAH
M.SHOLIHAN, S. Pd.
WALI KELAS I B
ZUROIFAH, A.Ma. Pd.
BENDAHARA
SUTIKHAH
BP / BK
MOH. FAUZI
WK. SARPRAS
M. MUSYAFA’
WK. KESISWAAN
IBNU HANIF F. S.Pd.
WALI KELAS IIA
Dra. SHOFIYAH
WALI KELAS I A
WULANDARI, A.Ma.Pd .
WALI KELAS IIB
IBNU HANIF, S.Pdi.
WALI KELAS III B
HARTONO, A.Ma.
WALI KELAS IV
PIPIT PRIYADI P, A.Ma.
WALI KELAS III A
FITROTUL H.
WALI KELAS V
MOH. FAUZI
WALI KELAS VI
RIADUS Sholihah, S.Pd.
LAMPIRAN 3
DENAH
MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG
RUANG 04
RUANG 03
KELAS II / IV
KELAS I / III
KM / WC GURU
K. MANDI
R. AB/PRAKTEK
R. ERPUS
GUDANG
LT. II
LT. I
R. UKS
R. BP
R. GURU
R. EP.SEK
TU
MCK.
T. PARKIR MASJID
HALAMAN
MASJID
HALAMAN
SEKOLAH
Jln. A. YANI KEMANTREN JABUNG
MASUK
PONDOK PESANTREN
Jln. KOL. SUGIONO
SUNGAI
U
LAMPIRAN 4
DAFTAR GURU DAN PEGAWAI
MI SUNAN GIRI
No Nama Mata
Pelajaran
Kelas Jum
lah Jabatan
1 2 3 4 5 6
1
M.
SHOLIHAN
S.Pd.
IPA 4 4 4
16 Ka Madrasah SENI
BUDAYA 2 2
2 PIPIT
PRIYADI
PENJASKES 4 4
20
Walikelas IV PPKn 2 2 2
IPS 3 3 Waka Humas
3 SUTIKHAH
FIQIH 2 2 2
28 Bendahara
AKIDAH
AKHLAK 4 2 2 2
SKI 4 2 2 2
NU 2
4 M.
MUSYAFA'
QUR'AN
HADIST 2 2 2
10 Waka Sarpras ASWAJA 2 2
5
RIADUS
SHOLIHAH
S.Ag
B. INDONESIA 5 5
16 Wali Kelas VI B. ARAB 2 2 2
6 WULANDA
RI, A.Ma.Pd.
GURU KELAS
IA
2
2
28 Wali Kelas IA SENI
BUDAYA 4 2
IPS
7 Dra.SHOFIY
AH
GURU KELAS
IIA
1
8
24 Wali Kelas
IIA B. DAERAH 2 2 2
8 M. FAUZI
MATEMATIK
A 6 6
23
Wali Kelas V
PENJASKES 2 2 2
B. INDONESIA 5 BP
9
IBNU
HANIF F.,
S.Pd.I.
GURU KELAS
IIB
1
8
27
Wali Kelas
IIB B. INGGRIS 2 2 2
IPS 3 Waka
Kesiswaan
10 Drs. NUR
HASYIM
Q H , FQ 8
14 Waka
Kurikulum
PENGEMBAN
GAN DIRI 2 2 2
11 ZUROIFAH,
A.Ma.Pd.
GURU KELAS
IB
2
2
26 Wali Kelas IB SENI
BUDAYA 4
12 FTROTUL
H.
GURU KELAS
IIIA
2
0
26 Wali Kelas
IIIA MATEMATIK
A 6
13 HARTONO,
A.Ma
GURU KELAS
IIIB
2
0 20
Wali Kelas
IIIB
13 ATFIYAH
Tata Usaha
JUMLAH
4
4
4
4
6
4
4
2
4
2 42 278
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) TAHUN PELAJARAN 2008 - 2009
NO MATA PELAJARAN K K M KETERANGAN
1 ALQUR’AN HADITS 65 2 AQIDAH AKHLAK 60 3 F I Q I H 60 4 S K I 60 5 BAHASA ARAB 60 6 KE NU AN 65 7 BAHASA INDONESIA 65
8 PENGETAHUAN SOSIAL
60
9 MATEMATIKA 55 10 SAINS 65 11 P K n 60 12 K T K / S B K 65
13 PENDIDIKAN JASMANI
70
14 BAHASA INGGRIS 55 15 BAHASA JAWA 60 16 PRAKTEK SHOLAT 70
Jabung, 14 Juli 2008 Kepala Madrasah,
M. SHOLIHAN, S. Pd.
LAMPIRAN 5
DAFTAR SARANA DAN PRA SARANA
MI SUNAN GIRI
NO NAMA JUMLAH
01 Bangunan Sekolah 1 buah
02 Kelas 7 ruang
03 Ruang Guru 1 ruang
04 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang
05 Ruang Tamu 1 ruang
06 Ruang Perpustakaan 1 ruang
07 Ruang laboratorium 1 ruang
08 Kamar Mandi 1 ruang
09 Komputer 4 unit
10 Lemari 9 buah
11 Meja Belajar 113 set
12 Meja Kerja 6 buah
13 Media Pembelajaran 5 paket
LAMPIRAN 6
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
1) Bagaimana perasaanmu dengan penggunaan metode resitasi seperti ini?
2) Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode resitasi dan simulasi?
LAMPIRAN 7
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faximile (0341) 552398
Nomor : Un. 3.1/TL.00/239/2009 Malang, 1 Maret 2009 Lampiran : - Perihal : Observasi Kepada Yth. Kepala MI Sunan Giri Kemantren Jabung di- Kab. Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di bawah ini:
Nama : Lia Nurul Wahdati NIM : 07140042 Semester/ Th. Ak : VIII/ 2007
Judul Skripsi : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ menyusun skripsinya, pada jurusanPGMI/SD Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, mohon diberkan izin/ kesempatan untuk mengadakan observasi di sekolah yang Bapak/ Ibu pimpin.
Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ Ibu disampaikan
terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Dekan Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150042031
Nomor : Un. 3.1/TL.00/239/2009 Malang, 2 Maret 2009 Lampiran : 1 berkas Perihal : Telah benar-benar melakukan penelitian Kepada Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di- Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di bawah ini:
Nama : Lia Nurul Wahdati NIM : 07140042 Semester/ Th. Ak : VIII/ 2007
Judul Skripsi : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ menyusun skripsinya, yang bersangkutan mohon diberkan izin/ kesempatan untuk mengadakan penelitian di lembaga/ instansi yang menjadi wewenang Bapak/ Ibu.
Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ Ibu disampaikan
terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Kepala Sekolah M. Sholihan, S. Pd.
LAMPIRAN 8 (LEMBAR PENELITIAN SISWA) Data Untung atau Rugi Hasil Penjualan
No. Nama Barang Jumlah Harga Beli
Harga Jual
Untung Rugi
Sisa Barang: Keterangan:………….
Nama Anggota Kelompok: ………………………………………………………. …………….……………………………………… ……………………………………...................... ……………………………………………………. ……………………………………………………….
NAMA KIOS:
LAMPIRAN 9 Format Observasi
Hari/tanggal : Selasa, 3 Maret 2009 Jam : 08.10-09.20 Tempat : di ruang kelas 3 Kegiatan : Resitasi kelompok materi jual beli di lingkungan rumah (dengan
menggunting dan menempel media, serta mengidentifikasi gambar)
Jenis Perilaku Indikator Catatan/Komentar Antusias − Menunjukkan rasa ingin
tahu yang besar. − Tampak bersemangat
dalam mengerjakan tugas-tugas.
− Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan.
Siswa terlihat antusias dalam kegiatan resitasi kelompok, ini terbukti dari keinginan siswa untuk ikut berpartisipasi menggunting dan menempel media secara bergiliran.
Keceriaan − Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran.
− Roman muka tampak berseri dalam mengerjakan tugas.
Siswa terlihat senang dengan kegiatan ini, ini terbukti dari roman muka yang ceria.
Kreativitas − Langsung memanipulasi peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat.
− Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas.
Ada yang berebut media pembelajaran, sebagai bukti dari keinginan mereka untuk berpartisipasi pada kegiatan ini. Jika siswa kurang mengerti, mereka tidak sungkan untuk langsung bertanya pada guru.
Catatan: Resitasi atau pemberian tugas tidak selalu membuat siswa jenuh, jika strategi yang digunakan mampu membuat siswa tertarik dan menyenangkan.
Pengamat
Lia Nurul Wahdati, A. Ma Nim. 07140042
LAMPIRAN 10 Format Observasi
Hari/tanggal : Selasa, 10 Maret 2009 Jam : 08.10-09.20 Tempat : di ruang kelas 3 Kegiatan : Resitasi kelompok materi jual beli di lingkungan sekolah (dengan
mengisi diagram dan menjelaskan isi diagram tersebut) Jenis Perilaku Indikator Catatan/Komentar Antusias − Menunjukkan rasa ingin
tahu yang besar. − Tampak bersemangat
dalam mengerjakan tugas-tugas.
− Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan.
Siswa terlihat bersemangat ketika pertama kali melihat media yang menarik, dan segera mengisi kotak-kotaknya.
Keceriaan − Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran.
− Roman muka tampak berseri dalam mengerjakan tugas.
Tidak ada siswa yang terlihat malas, mereka terlihat antusias dan ingin ikut berpartisipasi untuk membantu mengerjakan.
Kreativitas − Langsung memanipulasi peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat.
− Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas.
Sebelum mempresentasikan tugas, siswa menanyakan bagaimana prosedur pelaksanaan. Siswa yang lebih mengerti menjelaskan kepada yang belum mengerti.
Catatan: Ternyata metode resitasi dengan mempresentasikan tugas yang telah dikerjakan, jika diterapkan pada siswa kelas 3 juga bisa terlaksana dengan baik, meski ada beberapa yang masih sulit untuk berbicara di depan kelas.
Pengamat
Lia Nurul Wahdati, A. Ma Nim. 07140042
Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah
Kompetensi : Memahami kegiatan jual neli di lingkungan rumah dan sekolah
Materi : Praktek Jual beli di lingkungan sekolah Siklus/pertemuan : 2/1 Hari/tanggal : Selasa, 17 Maret 2009 Kegiatan : Simulasi jual beli di pasar
No. Aspek yang diobservasi Kelompok
1 2 3 4 5
1 Aktif menawarkan barang dagangan 60 80 70 90 80
2 Inovatif, mencari cara agar barang dagangan
cepat laku
60 90 70 90 80
3 Jujur dalam jual beli 90 90 90 90 90
4 Menata barang dagangan dengan baik 80 90 80 80 80
5 Partisipasi setiap anggota kelompok yang baik 50 90 80 70 70
Jumlah 340 440 390 420 400
Catatan…………………………………………………………………………….
Peneliti
Lia Nurul Wahdati, A. Ma
Nim. 07140042
LAMPIRAN 11 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar
Kompetensi : Memahami kegiatan jual neli di lingkungan rumah dan sekolah
Materi : Praktek Jual beli di lingkungan sekolah Siklus/pertemuan : 2/1 Hari/tanggal : Selasa, 17 Maret 2009 Kegiatan : Simulasi jual beli di pasar
No. Aspek yang Diobservasi Kelompok
1 2 3 4 5
1. Aktif berdiskusi dan kerjasama kelompok. X X _ X _
2. Partisipasi setiap anggota kelompok yang baik.
_ X _ X _
3. Efektifitas pemanfaatan waktu yang baik. X X X X X
4. Mampu memilih barang dengan pertimbangan yang matang.
_ X X X X
5. Mampu mempertimbangkan antara kebutuhan dan keuangan yang ada.
X _ X X _
6. Aktif dalam melakukan tawar menawar. _ _ _ _ _ 7. Mampu menawar dagangan dengan baik. _ _ _ _ _
Catatan…………………………………………………………………………….
Peneliti
Lia Nurul Wahdati, A. Ma Nim. 07140042
LAMPIRAN 12
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester III/ II
Hari/ Tanggal Selasa, 3 Maret 2009
Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)
Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah.
���� INDIKATOR PEMBELAJARAN
� Menyebutkan pengertian penjual dan pembeli.
� Memahami bermacam-macam kegiatan jual beli di lingkungan rumah.
� Menyebutkan syarat-syarat jual beli.
� Memahami perbedaan antara pasar tradisonal dan pasar modern.
� Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membeli suatu barang.
���� TUJUAN PEMBELAJARAN
� Siswa mampu menyebutkan pengertian penjual dan pembeli.
� Siswa mampu memahami bermacam-macam kegiatan jual beli di lingkungan
rumah.
� Siswa mampu menyebutkan syarat-syarat jual beli.
� Siswa mampu memahami perbedaan antara pasar tradisonal dan pasar modern.
� Siswa mampu menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membeli
suatu barang.
���� MATERI AJAR
� Jual beli di lingkungan rumah.
���� METODE/STRATEGI
� Metode ceramah.
� Metode tanya jawab.
� Metode diskusi.
� Metode Resitasi
���� LANGKAH PEMBELAJARAN
���� Langkah Awal (10 menit)
� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.
� Siswa diberi petunjuk untuk duduk tenang sambil menyiapkan buku dan alat
tulis.
� Feed back pelajaran yang lalu, yakni tentang macam-macam pekerjaan dan
mengaitkannya dengan materi jual beli yang akan dibahas selanjutnya.
���� Kegiatan Inti (55 menit)
� Guru menanyakan arti penjual dan pembeli
� Guru menanyakan siapa saja yang pernah menjadi pembeli dan penjual.
� Siswa menyebutkan tempat jual beli di lingkungan rumah.
� Siswa menyebutkan macam-macam jual beli yang haram dan halal.
� Siswa menyebutkan syarat jual beli.
� Siswa memahami perbedaan antara pasar, swalayan, toko dan warung. Serta
mengetahui bagaimana cara-cara membeli barang yang sesuai jika membeli di
pasar tradisional.
� Pada pelaksanaan resitasi (pemberian tugas), guru membagi siswa menjadi
lima kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima orang.
� Guru membagikan media gambar tentang kegiatan jual beli di lingkungan
rumah pada tiap kelompok, lalu tiap kelompok siswa memotong gambar dan
menempelkan pada tabel yang telah disediakan lalu mendiskusikan gambar
tersebut sesuai cirri-ciri gambar, serta kelebihan dan kekurangan tempat jual
beli pada gambar tersebut.
� Selesai pada batas waktu sekitar 15 menit, salah satu siswa mempresentasikan
hasil pekerjaannya di depan kelas. Guru membimbing jika ada kesalahan.
���� Kegiatan Akhir (5 menit)
� Guru mengulas dan memberi feed back materi yang telah disampaikan dan
menekankan pentingnya kegiatan resitasi yang telah dilakukan tadi.
� Guru memberi pekerjaan rumah, untuk mengerjakan soal-soal LKS.
� Guru menutup pelajaran.
���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN
� Gambar macam-macam kegiatan jual beli di sekitar rumah.
���� SUMBER PENUNJANG
� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.
� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan
Departemen Pandidikan Nasional.
���� PENILAIAN
� Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan ide.
� Kegiatan kerja sama kelompok srta aktifitas dan inisiatif siswa dalam melakukan
pekerjaan resitasi.
� Laporan, presentasi dan tanggapan kelompok.
Malang, 3 Maret 2009
Peneliti
Lia Nurul Wahdati, A. Ma.
NIM. 07140042
LAMPIRAN 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester III/ II
Hari/ Tanggal Selasa, 10 Maret 2009
Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)
Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah.
���� INDIKATOR PEMBELAJARAN
� Menceritakan kegiatan jual beli jaman dahulu
� Memahami kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.
� Memahami perbedaan antara koperasi sekolah dan kantin sekolah.
� Mengetahui tentang tujuan diadakannya koperasi sekolah.
���� TUJUAN PEMBELAJARAN
� Siswa mampu menceritakan kegiatan jual beli jaman dahulu
� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.
� Siswa mampu memahami perbedaan antara koperasi sekolah dan kantin sekolah.
� Siswa mampu mengetahui tentang tujuan diadakannya koperasi sekolah.
���� MATERI AJAR
� Jual beli di lingkungan sekolah.
���� METODE/STRATEGI
� Metode ceramah.
� Metode tanya jawab.
� Metode resitasi.
���� LANGKAH PEMBELAJARAN
���� Langkah Awal (5 menit)
� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.
� Siswa diberi petunjuk untuk duduk tenang sambil menyiapkan buku dan alat
tulis.
� Feed back pelajaran yang lalu, yakni tentang jual beli di lingkungan rumah
dan mengaitkannya dengan materi jual beli di lingkungan sekolah.
���� Kegiatan Inti (45 menit)
� Guru bertanya kepada siswa siapa yang tahu dengan sejarah aktifitas manusia
ketika belum ada yang dinamakan jual beli. Siswa merespon.
� Guru meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat, dan memberi pujian bagi
siswa yang dapat menjawab dengan benar.
� Siswa memahami kelemahan barter sehingga barter berubah menjadi aktifitas
jual beli dengan mata uang.
� Siswa mempraktekkan aktifitas barter pada jaman dahulu (simulasi barter
dengan teman sebangkunya). Lalu siswa menganalisis kelemahan barter
dibanding jual beli.
� Guru bertanya dimana para siswa biasa membeli alat-alat sekolah ketika di
lingkungan sekolah. Siswa merespon.
� Siswa lalu menyebutkan perbedaan antara koperasi dan kantin sekolah.
� Siswa juga mengetahui siapa bapak koperasi di Indonesia, yakni bung Hatta.
� Siswa mengetahui mengapa diadakannya koperasi sekolah, manfaatnya, dan
kepengurusan koperasi sekolah.
� Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan resitasi yang diinstruksikan
guru, siswa membuat peta konsep tentang karakteristik yang ada pada
koperasi. Contoh peta konsep telah dibuat guru sebelumnya (seperti pada
lampiran). Siswa menyalin gambar peta konsep dalam kertas manila dan
spidol warna warni, sekaligus menjawab pertanyaan yang ada dalam kotak
peta konsep.
� Selanjutnya mempresentasikan hasil resitasi kelompoknya sesuai dengan
kemampuan berbahasa masing-masing siswa.
���� Kegiatan Akhir (20 menit)
� Guru mengulas dan memberi feed back materi yang telah disampaikan.
� Guru kemudian menjelaskan bahwa minggu depan akan dilakukan praktik jual
beli di pasar dan sekolah. Awalnya, siswa secara berkelompok diajak ke pasar
untuk membeli barang dagangan, selanjutnya barang tersebut dijual di
sekolah. Kelompok siswa sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya.
� Tiap kelompok mendapat tugas untuk membayar iuran, perorang minimal dua
ribu rupiah. Rencananya uang tersebut merupakan modal untuk membeli
beberapa kue. Kue-kue tersebut akan dijual ulang di sekolah. Jadi, pada
minggu depan siswa berperan sebagai pembeli sekaligus sebagai penjual.
Sebagai pembeli ketika di pasar dan sebagi penjual ketika di sekolah.
� Selanjutnya tanya jawab bagi siswa yang kurang jelas prosedurnya.
� Setelah ada beberapa kesepakatan dan pemahaman dari siswa kemudian guru
menutup pelajaran.
� Guru mengucap salam.
���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN
� Gambar koperasi sekolah dan kantin sekolah.
���� SUMBER PENUNJANG
� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.
� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan
Departemen Pandidikan Nasional.
���� PENILAIAN
� Antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
� Project, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.
� Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan ide.
� Kegiatan kerja sama kelompok serta aktifitas dan inisiatif siswa dalam melakukan
pekerjaan resitasi.
Malang, 10 Maret 2009
Peneliti
Lia Nurul Wahdati, A. Ma.
NIM. 07140042
LAMPIRAN 14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester III/ II
Hari/ Tanggal Selasa, 17 Maret 2009
Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)
Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah.
���� INDIKATOR PEMBELAJARAN
� Memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.
� Memahami tata cara membeli di pasar.
� Menganalisis kondisi tempat jual beli di lingkungan rumah.
���� TUJUAN PEMBELAJARAN
� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.
� Siswa mampu memahami tata cara membeli di pasar.
� Siswa mampu menganalisis kondisi tempat jual beli di lingkungan rumah.
���� MATERI AJAR
� Jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
���� METODE/STRATEGI
� Metode simulasi
� Metode diskusi
���� LANGKAH PEMBELAJARAN
���� Langkah Awal (10 menit)
� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.
� Guru menanyakan yang diberikan kemarin, yakni tentang pembagian
kelompok simulasi dan iuran tiap siswa.
� Lalu guru menjelaskan apa yang akan dilakukan siswa pada kegiatan simulasi
di pasar, dengan langkah-langkah kegiatan yang jelas.
� Sebelumnya, guru juga menjelaskan bagaimana tata cara jual beli di pasar.
Bagaimana si pembeli dapat mendapatkan barang yang diingkan dengan harga
murah dan kualitas yang bagus.
� Tiap kelompok siswa dianjurkan untuk siap dengan anggaran anggota
kelompoknya dan merencanakan apa yang akan dibelinya nanti.
� Siswa diberi instruksi untuk tetap waspada dan hati-hati dengan keamanan
barang berharga yang dibawanya nanti.
���� Kegiatan Inti
Berangkat ke pasar (20 menit)
� Setelah semua sudah faham dan siap, guru mengajak siswa untuk berangkat ke
pasar Kemantren. Siswa berjalan dua orang-dua orang sesuai dengan
kelompoknya, ini untuk memudahkan keamanan dan ketertiban.
� Sampai di pasar, guru dan siswa menuju ke toko aneka kue yang dijual secara
grosir.
� Kelompok pertama dengan petunjuk guru mulai memilih dan memilah barang
apa saja yang akan dibeli. Dan mempertimbangkan kualitas serta harganya.
� Pembeli dan penjual terjadi kesepakatan harga.
� Ini berlangsung hingga kelompok terakhir.
Kembali ke kelas (20 menit)
� Siswa dan guru kembali ke sekolah.
� Siswa memeriksa ulang barang yang dibelinya.
� Siswa menulis laporan harga beli dari barang tersebut.
� Siswa mendengarkan petunjuk guru tentang apa yang dilakukan siswa dengan
barang dagangannya.
� Yakni tiap kelompok menjual ulang barang yang telah dibelinya di lapangan
sekolah, siswa mematok berapa harga barang dagangan yang akan dijual dan
memperkirakan keuntungannya. Sasaran pembeli adalah siswa kelas lain dari
kelas I hingga kelas VI.
� Setelah selesai, siswa mempersiapkan diri untuk melakukan simulasi jual beli
di lapangan sekolah. Beberapa siswa laki-laki menyiapkan bangku sebagai
tempat jualan dan siswa perempuan membuat papan nama kios.
Pada saat istirahat
� Tiap kelompok siswa sudah siap dengan kue-kue dagangannya lengkap
dengan nama kios masing-masing.
� Siswa menjajakan kue dagangan kepada teman-temannya dengan trik masing-
masing, sekiranya dagangannya dapat habis terjual dan mendapat keuntungan.
� Kegiatan jual beli berakhir hingga bel masuk berbunyi.
���� Kegiatan akhir _ bel masuk setelah istirahat (20 menit)
� Siswa menyebutkan kesan dan pengalaman yang telah dilakukan selama
kegiatan simulasi berlangsung dari awal hingga akhir.
� Siswa merefleksi diri dan mengambil hikmah dari apa yang telah dipraktekan
dari kegiatan simulasi jual beli tersebut.
� Lalu siswa menghitung keuntungan maupun kerugian yang telah ia dapat dari
hasil penjualan.
� Uang modal sekaligus laba dan kue dagangan yang tersisa, dibagikan ulang ke
anggota kelompok.
� Setelah selesai, guru menutup pelajaraan dan memberi sedikit nasehat-nasehat
yang ada kaitannya dengan materi dan kegiatan simulasi tadi.
� Guru mengucap salam.
���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN
� Uang.
� Barang dagangan.
� Lembar observasi kelompok
���� SUMBER PENUNJANG
� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.
� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan
Departemen Pandidikan Nasional.
���� PENILAIAN
� Individu, keaktifan dalam menyampaikan pendapat dan pertanyaan.
� Keaktifan individu dalam kelompok pada kegiatan simulasi jual beli.
� Kerjasama antar anggota kelompok, keaktifan kelompok dalam menawarkan
barang dagangan,
Malang, 17 Maret 2009
Peneliti
Lia Nurul Wahdati, A. Ma.
NIM. 07140042
LAMPIRAN 15
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/ Semester III/ II
Hari/ Tanggal Selasa, 24 Maret 2009
Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)
Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.
Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah.
���� INDIKATOR PEMBELAJARAN
� Memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.
� Memahami kegiatan jual beli, tempat jual beli, syarat-syarat terjadinya jual beli,
dan ciri-ciri tempat jual beli dengan tes tulis.
���� TUJUAN PEMBELAJARAN
� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.
� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli, tempat jual beli, syarat-syarat
terjadinya jual beli, dan ciri-ciri tempat jual beli dengan tes tulis.
���� MATERI AJAR
� Jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
���� LANGKAH PEMBELAJARAN
���� Langkah Awal (5 menit)
� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.
� Siswa menyiapkan alat tulis masing-masing, guru membagikan lembar soal ke
tiap masing-masing siswa.
���� Kegiatan Inti (45)
� Setelah semua siswa siap dengan lembar soal masing-masing, siswa
dipersilahkan mengerjakan lembar soal.
� Siswa diberi waktu mengerjakan soal soal dengan waktu 45 menit.
���� Kegiatan akhir (20 menit)
� Setelah semua sudah selesai mengerjakan, siswa diberi angket berupa lembar
kosong dan guru menanyakan pendapat mereka tentang pendapat maupun
kesan siswa selama pembelajaran menggunakan metode resitasi dan simulasi.
� guru menutup pelajaraan dan memberi sedikit nasehat-nasehat yang ada
kaitannya dengan materi dan kegiatan simulasi tadi.
� Guru mengucap salam.
���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN
� Lembar tes tulis.
� Angket siswa.
���� SUMBER PENUNJANG
� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.
� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan
Departemen Pandidikan Nasional.
���� PENILAIAN
� Individu, kemampuan dan ketepatan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan guru.
Malang, 24 Maret 2009
Peneliti
Lia Nurul Wahdati, A. Ma.
NIM. 07140042
Pilih salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Kegiatan menjual dan membeli
disebut kegiatan… a. Tawar menawar b. Sekolah c. Pasar d. Jual beli
2. Tempat kegiatan jual beli yang terdapat di perkampungan atau temapt tinggal penduduk adalah.. a. Mal b. Warung c. Supermarket d. Swalayan
3. Pembeli dapat mengambil sendiri barang dagangan sesuai kebutuhannya. Kegiatan ini terjadi di…. a. Kios b. Pedagang kaki lima c. Supermarket d. Warung
4. Pasar modern seperti swalayan, supermarket, atau mal banyak dijumpai di daerah…. a. Pedesaan b. Perkotaan c. Pedalaman d. Pesisir
5. Pasar yang memperjualbelikan barang bekas disebut pasar…. a. Material b. Induk c. Mebel d. Loak
6. Berikut ini termasuk pusat perdagangan yang menampung banyak tenaga kerja adalah… a. Toko kelontong b. Warung c. Supermarket d. Butik
7. Pedagang yang berjualan di trotoar disebut pedagang…. a. Kaki lima b. Asongan c. Tiban d. Keliling
8. Televisi, komputer, kulkas, dijual di toko... a. Mebel b. Sandang c. Elektronik d. Arloji
9. Berikut ini merupakan barang yang tidak dijual di toko material adalah.. a. Pasir
b. Semen c. Baju d. Paku
10. Kursi, meja, almari, dijual di toko… a. Butik b. Mebel c. Kayu d. Material
11. Pengurus koperasi sekolah adalah… a. Siswa b. Orang tua murid c. Kepala sekolah d. Pak kebun
12. Ketika membeli, kita harus……agar tidak menyesal. a. Hemat b. Ramah c. Marah d. Teliti
13. Pasar nyata adalah pasar yang penjual dan pembelinya… a. Tidak bertemu langsung b. Bertemu langsung c. Bertegur sapa d. Bersalam-salaman
14. Tempat jual beli makanan dan minuman di lingkungan sekolah disebut… a. Kios b. Kantin c. Warung d. Koperasi
15. Pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertemu langsung, disebut pasar… a. Tidak nyata b. Umum c. Nyata d. Induk
Lengkapilah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan jawaban yang benar!
16. Syarat adanya jual beli adalah, adanya_______________________________________________________________
17. Sari membeli pensil seharga Rp.850,-, jika uang Sari Rp.10.000,- maka kembaliannya sebesar________________
18. Pasar loak adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang______________________
19. Pasar dengan sarana dan prasarana yang sederhana dan jual
belinya dilakukan secara tawar menawar disebut pasar____________________________
20. Pengurus koperasi sekolah adalah_____________dan dibimbing oleh para___________________________________________________ Jawablah dengan uraian yang tepat!
21. Sebutkan tempat-tempat jual beli di sekitar lingkungan
rumahmu!____________________________________________________________________________
22. Sebutkan barang-barang yang dijual di toko mebel!______________________ _________________________________________________________________
23. Apa yang kamu ketahui tentang pasar nyata__________________________________________________
______________________________________________
24. Mengapa pasar tradisional perlu ditata rapi? ___________________________ ___________________________________________________________________
25. Apa saja yang dijual di koperasi sekolah? Sebutkan! ________________________ ___________________________________________________________________
LAMPIRAN 17
KOPERASI SEKOLAH
BAPAK KOPERASI INDONESIA
………………………………………….
PENGURUS KOPERASI SEKOLAH
………………………………….
DIBIMBING OLEH ……………………
………………
ANGGOTA KOPERASI SEKOLAH
……………………………
BARANG YANG DIJUAL DI KOPERASI SEKOLAH:
……………………………………
……………..
SHU kependekan
dari ………………
…
Nama Kelompok:
LAMPIRAN 16 LEMBAR TUGAS (RESITASI) KELOMPOK
No. Gambar Keterangan
Gambar Ciri-cirinya
1.
Pasar
Tradisional
- Biasanya terdapat di pedesaan.
- Tempatnya tidak teratur. - Ada tawar menawar
harga. - Dsb.
2.
3.
4.
5.
NAMA ANGGOTA KELOMPOK: - - - - -
GUNTING GAMBAR BERIKUT DAN TEMPELKAN PADA TABEL
YANG TELAH DISIAPKAN!
SELESAI MENGGUNTING DAN MENEMPEL, ISI TABEL TERSEB UT
SESUAI DENGAN PETUNJUK GURU!
DISKUSIKAN DENGAN
KELOMPOKMU!
LAMPIRAN 18 (MEDIA PEMBELAJARAN)
GAMBAR BARTER
LAMPIRAN 19
DOKUMEN PENELITIAN
Gambar 1(pasar Kemantren)
Gambar 2 (siswa setelah ke pasar)
Gambar 3 (siswa menghitung hasil belanja)
Gambar 4 (suasana simulasi jual beli terlihat dari atas)
Gambar 5 (kelompok 1) Gambar 6 (kelompok 2)
Gambar 7 (kelompok 3)
Gambar 8 (kelompok 4)
Gambar 9 (kelompok 5)
Gambar 10 (siswa berdiskusi tugas resitasi kelompok)
Gambar 11(siswa menghitung uang
laba)
Gambar 12 (menghitung laba)
LAMPIRAN 20 BUKTI KONSULTASI
Nama NIM Jurusan Pembimbing Judul
: Lia Nurul Wahdati : 07140042 : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) : Drs. M. Yunus, M.Si : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk
Meningkatkan Kemampuan Kogitif Siswa Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang
NO. TANGGAL HASIL YANG
DIKONSULTASIKAN TANDA TANGAN
1. 05 Februari 2009
Konsultasi Judul dan Proposal
2. 13 Februari 2009 Revisi Proposal
3. 20 Februari 2009 ACC Proposal
4. 09 Maret 2009 Konsultasi BAB I & II
5. 30 Maret 2009 ACC BAB I & II
6. 11 April 2009 Konsultasi BAB III & IV
7. 29 April 2009 ACC BAB III & IV
8. 04 Mei 2009 Konsultasi BAB V & VI
9. 23 Juni 2009
Konsultasi dan Revisi BAB Keseluruhan
10 13 Juli 2009 ACC Keseluruhan
Malang, 13 Juli 2009
Dekan
Dr. M. Zainuddin, MA. NIP. 150 275 502
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Lia Nurul Wahdati, lahir di kota Tulungagung pada
tanggal 2 Februari 1987. Penulis merupakan anak pertama
dari empat bersaudara dari pasangan Moch. Thoha, S. Pd.
dan Fathurrohmah, S. Pd. Penulis berdomisili di Tulungagung, tepatnya di desa
Sepatan kec. Gondang No. HP 085648805576. Dan selama
menyelesaikan studi di Malang, Penulis bertempat tinggal di
Pesantren Luhur Jl. Raya Sumbersari 88 Malang.
Pendidikan Formal
SD Negeri Dukuh 1 (lulus 1999) di T. Agung
MTs Negeri Kunir (lulus 2002) di Blitar
MAN T. Agung 1 (2003) di T. Agung
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang (angkatan 2005) Jurusan PGMI
Pendidikan Non Formal
PKD PMII Kawah Condrodimuko (2006)
Sekolah Filsafat PMII Kawah Condrodimuko (2007)
Diklat penulisan skripsi di Pesantren Luhur Malang (2009)
ESQ Leadership Training di Gedung PPI UNMER Malang; tanggal 31 Mei-1
Juni 2008
Pengalaman Organisasi
Anggota PMII Rayon Kawah Condrodimuko (2006)
Devisi Minat dan Bakat HMJ PGMI UIN Malang (2007-2008).
Anggota UKM Teater K2 UIN Malang, sejak tahun 2005 hingga sekarang