07140042 Lia Nurul Wahdati

199
PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI JABUNG MALANG SKRIPSI Oleh : Lia Nurul Wahdati 07140042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli 2009

Transcript of 07140042 Lia Nurul Wahdati

Page 1: 07140042 Lia Nurul Wahdati

PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT

APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI

JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Lia Nurul Wahdati

07140042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYYAH

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Juli 2009

Page 2: 07140042 Lia Nurul Wahdati

PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT

APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI

JABUNG MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh :

Lia Nurul Wahdati 07140042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYYAH

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Juli 2009

Page 3: 07140042 Lia Nurul Wahdati

PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT

APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI

JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh :

Lia Nurul Wahdati 07140042

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940

Tanggal 07 Juli 2009

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279

Page 4: 07140042 Lia Nurul Wahdati

HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN METODE RESITASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA TINGKAT

APLIKASI MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III MI SUNAN GIRI JABUNG MALANG

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh Lia Nurul Wahdati (07140042)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 5 Agustus 2009 dengan nilai A

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada tanggal: 14 November 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279

:

Sekretaris Sidang Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940

:

Pembimbing Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940

:

Penguji Utama Prof. Dr. H.M.Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

:

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Dr. M. Zainuddin, MA. NIP. 150 275 502

Page 5: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Persembahan

SUJUD kepada ALLOH SWT, Yang Mahaesa, Dzat Yang Mahaagung dan Mahapengasih, Tuhan semesta raya,

TAKZIM untuk al-Musthofa, RASULULLAH SAW, yang telah mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa sebagai

Kebenaran Sejati pada jiwa-jiwa pencintaNya, untuk jiwa-jiwa suci yang senantiasa menghembuskan

nafasNya menuliskan keberkahan namaNya

CINTA DAN KASIH untuk AYAHANDA MOCH. THOHA dan IBUNDA FATHURROHMAH yang Selama ini tak

pernah lelah dan tanpa mengeluh untuk mendoakan, menyayangi serta mengasihi dengan kebesaran jiwanya….

Saudara2Q yang semuanya lahir menyusulQ, dik BAHRUL, dik OFA, dik AZA… Terimakasih atas doa dan spirit

dari keikhlasan hati kalian yang masih bersih dari khilaf, semoga kelak menjadi insan yang sholih dan bermanfaat bagi

agama dan bangsa…

Tiada pantas kata selain terimakasih yang tak terhingga untuk BAPAK/IBU GURU/USTADZ/DOSEN atas ilmunya

yang mengajari ku ARTI MANUSIA SEBENARNYA BUKAN SEMESTINYA

SYUKRIYAH untuk teman-teman ngaji di PESANTREN LUHUR … Teman tidur dalam satu alas yang usang di

segitiga pink (mbak Ana dan liliem), tetangga sebelah (mega, mbak dy, ana, fida, fitri, ema, evi) dalam kebersamaan

ada tawa yang mampu menyingkirkan rasa sepi dalam hati…

Sedulur2Q TEATER K2 MANIA yang tak pernah sembuh dari KEGILAANNYA dalam berseni dan berkarya (dan Q harap

tak pernah sembuh sampai kapanpun). KEEP YOUR HEARTH FOR YOUR MIND. VIVA TEATER K2!! YEACH……

QHISAKEK yang setia menemani dan memberi motivasi dalam tiap bait layar di inbox.

Beberapa lembar buku, kertas-kertas, axioo MNC016 dan debu-debu yang senantiasa setia menemani perjalanan

hidup dan menunggu tanganku menyentuhnya untuk menuliskan ilmu-ilmuNya; alunan lagu pop yang setia

menemaniku kala mengetik; serta kepada guru kehidupan, eksistensi alam raya yang tiada batas, jika waktu bisa

kembali aku ingin terus berada di waktu itu tanpa berganti hari.

KUPERSEMBAHKAN KARYA SEDERHANA INI SEBAGAI BUKTI KASIH SAYANG DAN TANDA TERIMAKASIHKU ATAS SEMUA CINTA, PENGORBANAN, PERHATIAN, DUKUNGAN, NASEHAT YANG TIADA HENTI. TERIRING

DOA SEMOGA SEGALA KEBAIKAN DIBALAS OLEH ALLOH SWT

Page 6: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Motto

#|¤tã uρ βr& (#θèδt�õ3s? $ \↔ ø‹x© uθ èδ uρ ×�ö�yz öΝà6©9 ( #|¤ tã uρ β r& (#θ™6 Åsè? $ \↔ ø‹x© uθ èδ uρ @�Ÿ° öΝä3 ©9 3

ª! $#uρ ãΝn= ÷ètƒ óΟçFΡ r& uρ Ÿω šχθ ßϑ n=÷è s?

Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah : 216)1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998),

Page 7: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Drs. M. Yunus, M.Si Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahi m Malang

Nota Dinas Pembimbing Hal : Skripsi Lia Nurul Wahdati Malang, 07 Juli 2009 Lamp : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MMI Malang Di Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Lia Nurul Wahdati NIM : 07140042 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul Skripsi : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi

untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Drs. M. Yunus, M.Si NIP. 150 276 940

Page 8: 07140042 Lia Nurul Wahdati

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 07 Juli 2009

Lia Nurul Wahdati

Page 9: 07140042 Lia Nurul Wahdati

KATA PENGANTAR

Segala puja-puji syukur kehadirat Alloh ‘Azza Wa Jalla yang telah

memberikan limpahan taufik, rahmah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan lancar tanpa aral yang merintang.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahlimpahkan ke haribaan sosok

revolusioner dunia, pembela kaum proletar sejati, baginda Rasulillah SAW yang

telah menjadi qudwah dan uswah hasanah dengan membawa pancaran cahaya

kebenaran, sehingga pada detik ini kita masih mampu mengarungi hidup dan

kehidupan yang berlandaskan iman dan islam.

Seiring dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua pihak

yang telah membantu memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk serta motivasi

dalam proses penyusunannya, antara lain :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan motivasi baik berupa

moril, do’a restu, mau’idloh hasanah yang diberikan dengan penuh cinta dan

kasih sayang, lebih-lebih materiil, sehingga ananda dapat menyelesaikan

penyusunan sripsi dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maliki Malang.

3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki

Malang.

Page 10: 07140042 Lia Nurul Wahdati

4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.

5. Bapak Drs. M. Yunus, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya meluangkan

waktu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

tersusun dengan baik dan rapi.

6. Bapak Drs. Solihan, selaku Kepala Sekolah MI Sunan Giri Kemantren

Jabung Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin.

7. Segenap Guru dan Karyawan MI Sunan Giri Kemantren Jabung Malang

yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data selama

penelitian ini berlangsung.

8. Seluruh siswa/i kelas III MI Sunan Giri yang turut membantu jalannya

program penelitian ini.

9. Semua teman-teman PGMI angkatan 2005 yang telah memberikan pesan

hidup dan kenangan yang tiada surut dalam angan.

10. Orang-orang terdekat dalam menjalani hidup, yang memberiku pelajaran

hidup bagaimana hidup yang sesungguhnya; yakni teman-teman di

Pesantren Luhur: mbak Ana, Lilim, Mega, Fida, Mbak Diya, Ana, Fitri, Evi,

Ema, dan Hafid, serta saudara-saudaraku di UKM Teater K2.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Page 11: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain dari do’a jazakumullah

ahsanul jaza’, semoga apa yang telah diberikan menjadi amal yang diterima di

sisi Allah swt.

Akhirnya, penulis hanya dapat berdo’a semoga amal mereka diterima oleh

Tuhan Yang Maha Esa sebagai amalan sholehan serta mendapatkan imbalan yang

semestinya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan bagi penulis khususnya, karena khoir al nas anfa’uhum lil

nas. Amien ya robbal ‘alamin!

Malang, 10 Juli 2009

Penulis

Page 12: 07140042 Lia Nurul Wahdati

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Ketuntasan Minimal ..................................................... 72

Tabel 4.1 Daftar Guru dan Pegawai MI Sunan Giri ..................................... 76

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa MI Sunan Giri ............................................... 77

Tabel 4.3 Data Sarpras MI Sunan Giri ......................................................... 79

Tabel 4.4 Data Observasi Kemampuan Unjuk Pendapat Siswa .................... 89

Tabel 4.5 Contoh Lembar Kerja Siswa ........................................................ 91

Tabel 4.6 Data Observasi Kelompok, Tugas Resitasi Minggu ke-1 .............. 92

Tabel 4.7 Data Observasi Kelompok, Tugas Resitasi Minggu ke-2 .............. 99

Tabel 4.8 Jumlah Modal tiap Kelompok ...................................................... 108

Tabel 4.9 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar ................... 107

Tabel 4.10 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah ............. 114

Tabel 4.11 Jumlah Hasil Penjualan Siswa .................................................... 115

Tabel 4.12 Data Nilai Tes Formatif Siswa ................................................... 116

Page 13: 07140042 Lia Nurul Wahdati

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Taksonomi Bloom ................................................................... 39

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan PTK menurut Elliot .................................. 57

Gambar 4.1 Lembar Tugas Resitasi ............................................................ 98

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan

Minggu 2 ............................................................................... 100

Page 14: 07140042 Lia Nurul Wahdati

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Identitas Sekolah ..................................................................... 139

Lampiran 2 Struktur Organisasi MI Sunan Giri .......................................... 143

Lampiran 3 Denah MI Sunan Giri .............................................................. 144

Lampiran 4 Daftar Guru dan Pegawai MI Sunan Giri ................................. 145

Lampiran 5 Daftar Sarana dan Prasarana MI Sunan Giri ............................. 147

Lampiran 6 Pedoman Wawancara ............................................................. 148

Lampiran 7 Surat Penelitian Melakukan Penelitian ..................................... 149

Lampiran 8 Lembar Penelitian Siswa ......................................................... 151

Lampiran 9 Format Observasi Minggu ke-1 ............................................... 152

Lampiran 10 Format Observasi Minggu ke-2 ............................................. 154

Lampiran 11 Format Observasi Minggu ke-3 ............................................. 156

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-1 .................. 158

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-2 .................. 161

Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-3 .................. 165

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Minggu ke-4 .................. 169

Lampiran 16 Lembar Soal Resitasi Minggu ke-1 ........................................ 171

Lampiran 17 Lembar Soal Resitasi Minggu ke-2 ........................................ 173

Lampiran 18 Media Pembelajaran Jual Beli ............................................... 174

Lampiran 19 Dokumen Penelitian .............................................................. 180

Lampiran 20 Bukti Konsultasi .................................................................... 182

Page 15: 07140042 Lia Nurul Wahdati

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ 0

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 0

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii

MOTTO ...................................................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ v

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

ABSTRAK ................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8

Page 16: 07140042 Lia Nurul Wahdati

D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 9

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 9

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penalitian ............................. 10

G. Penegasan Istilah ...................................................................... 11

H. Sistematika Pembahasan ........................................................... 13

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) di SD .............................................................................. 15

a. Karakteristik Mata Pelajaran IPS ........................................... 16

b. Karakteristik Penilaian Mata Pelajaran IPS ............................ 20

B. Kedudukan Pemilihan dan Penentuan Metode dalam

Pengajaran .............................................................................. 21

a. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar.......................... 23

b. Pemilihan dan Penentuan Metode .......................................... 25

C. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi .................................. 27

a. Pengertian ............................................................................. 27

b. Pelaksanaan resitasi............................................................... 28

c. Kelebihan Resitasi ................................................................ 29

d. Kelemahan Resitasi ............................................................... 30

D. Metode Simulasi...................................................................... 31

a. Pengertian. ........................................................................... 31

b. Pelaksanaan Simulasi ........................................................... 33

Page 17: 07140042 Lia Nurul Wahdati

c. Kelebihan Simulasi .............................................................. 34

d. Kelemahan Simulasi ............................................................ 35

E. Tingkat Pemahaman Menurut Teori Kognitif Bloom........... 36

F. Penerapan Metode Simulasi dan Resitasi untuk

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi .. ..... 47

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 52

B. Rancangan Penelitian ................................................................ 55

C. Rencana Tindakan .................................................................... 58

D. Siklus Penelitian ....................................................................... 60

E. Pembuatan Instrument .............................................................. 62

F. Pengumpulan Data .................................................................... 63

G. Tekhnik Analisa Data ............................................................... 66

H. Keabsahan Data ........................................................................ 69

I. Indikator Kinerja ...................................................................... 71

BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 73

1. Identitas Sekolah .............................................................. 73

2. Kondisi Objektif Sekolah ................................................. 75

3. Visi dan Misi Madrasah ................................................... 77

4. Tujuan Madrasah ............................................................. 78

5. Struktur Organisasi .......................................................... 78

Page 18: 07140042 Lia Nurul Wahdati

6. Sarana dan Prasarana ....................................................... 79

B. Paparan Data ....................................................................... 79

1. Sebelum Tindakan ......................................................... 79

a. Seleksi Topik .............................................................. 81

b. Implementasi/pelaksanaan .......................................... 82

c. Analisis dan Sintesis ................................................... 82

d. Evaluasi ...................................................................... 82

2. Siklus Pertama ............................................................... 83

a. Perencanaan Tindakan ................................................. 83

b. Pelaksanaan Tindakan ................................................. 84

c. Refleksi ....................................................................... 101

3. Siklus Kedua .................................................................. 103

a. Perencanaan Tindakan ................................................ 103

b. Pelaksanaan Tindakan ................................................. 104

c. Refleksi ..................................................................... 118

BAB V. PEMBAHASAN

A. Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi dalam Meningkatkan

Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi pada Mata Pelajaran

IPS ......................................................................................... 120

B. Kelemahan dan Kelebihan Metode Resitasi dan Simulasi dalam

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi pada

Mata Pelajaran IPS ................................................................. 124

Page 19: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB V. PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................. 128

2. Saran ........................................................................................ 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 20: 07140042 Lia Nurul Wahdati

ABSTRAK

Lia Nurul Wahdati. 2008. Penerapan Metode Resitasi da Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrsah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kata Kunci: Resitasi, Simulasi, Kognitif, Aplikasi

Rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, seringkali disebabkan oleh sistem pembelajaran yang dilakukan di Madrasah tersebut. Kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hanya datang, mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu mengingat segala informasi yang di berikan oleh guru. Untuk menanggulangi hal itu telah banyak konsep strategi pembelajaran aktif yang ditawarkan. Strategi pembelajaran aktif nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau kualitas pembelajaran di Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah penerapan metode resitasi dan simulasi. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini, diharapkan mutu atau kualitas pembelajaran meningkat, sebab pada strategi ini keaktifan peserta didik lebih diutamakan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi, (2) Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode resitasi dan simulasi pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang.

Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan penelitian mencakup: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, pengukuran tes hasil belajar, dan angket. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk uji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode resitasi dan simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang. Secara kuantitatif dapat ditunjukkan pada tes individual dikatakan bahwa tingkat keberhasilan kelas adalah 92% yakni dari 25 siswa dinyatakan lulus adalah 23 siswa, sedangkan yang gagal sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 8%, karena skor tesnya kurang dari 60. Berdasarkan pengamatan peneliti, 2 orang yang tidak lulus ini dikarenakan mempunyai kemampuan yang rendah. Sedangkan secara kualitatif dapat dijelaskan dari banyaknya siswa yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode resitasi dan simulasi menyenangkan, tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok, dan suasana kelas menjadi hidup. (2)

Page 21: 07140042 Lia Nurul Wahdati

pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dan simulasi, yang membahas tentang materi jual beli pada mata pelajaran IPS kelas III, telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari sikap dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat memahamkan peserta didik terhadap pelajaran yang disajikan dengan mengaplikasikan metode resitasi dan simulasi. Kalaupun masih ada alternatif lain yang mungkin lebih baik dari apa yang telah disampaikan atau ditulis dalam skripsi ini, maka hal itu dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan agar skripsi ini terus berkembang dan tidak berhenti sampai disini.

Page 22: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan rumpun mata pelajaran yang

dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Fokus kajian IPS

terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga

lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran

mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan

dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis2. Kelompok

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB dimaksudkan

untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang

kritis, kreatif dan mandiri3.

Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran

yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya

adalah dengan metode pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan

metode resitasi, simulasi dan pengoptimalan media pembelajaran. Metode

simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya

(state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum

2 Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm 13. 3 Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, hlm. 5

Page 23: 07140042 Lia Nurul Wahdati

mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik

atau abstrak4. Sedangkan metode resitasi atau metode pemberian tugas sering

disebut dengan pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya metode ini lebih luas

dari pekerjaan rumah saja karena siswa dalam belajar tidak hanya di rumah,

mungkin di laboratorium, di halaman sekolah, di perpustakaan, atau tempat-

tempat lainnya.5 Menurut Saiful Sagala metode resitasi adalah cara penyajian

dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan

belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya6.

Sebagaimana terdapat dalam Undang – Undang No. 2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 35, yang menyatakan bahwa

”Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan

sumber belajar”7, jadi pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik

bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung

oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar

yang bersangkutan. Terlebih lagi dalam pembelajaran IPS yang merupakan

syntetic science, karena konsep, generalisasi dan temuan-temuan penelitian

ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi menuntut adanya suatu media

pendidikan, sumber pembelajaran, dan metode pembelajaran yang bisa

meningkatkan interaksi dan motivasi belajar siswa.

4 Zainal Aqib. Penelitian Tindakan Kelas: untuk guru. (Bandung: Yrama Widya, 2006), hlm. 45. 5 Winarno surakhmad, Metode Pengajaran Nasonal. (Bandung: Penerbit Jemmars, 1980) Hlm.91. 6 Saiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2008) Hlm. 219. 7 Artikel Arif, Pemanfaatan Media Massa . 2004 (www.wordpress.com ) diakses tanggal 9 Juni 2009

Page 24: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Musman Hadiatmadja8, mengatakan bahwa kebanyakan guru lebih tepat

disebut melaksanakan mengajar secara tradisional dan konservatif.

Tradisional karena melaksanakan tugas dengan mendasarkan diri pada tradisi

atau apa yang telah dilaksanakan oleh para guru terdahulu tanpa ada usaha

memperbaiki dengan daya kreasi yang ada padanya. Konservatif karena

bertindak secara kolot menurut cara-cara lama yang kurang atau tidak sesuai

dengan perubahan dan kemajuan jaman. Akibatnya siswa dijejali dengan

berbagai pengetahuan sesuai kehendak guru atau kurikulum karena siswa

adalah ibarat botol kosong yang tidak diberi kesempatan berfikir, mengolah

atau mencerna apalagi berkreasi, akhirnya mereka menjadi siswa yang pasif

dan reseptif saja.

Pembelajaran konvensional (ceramah) untuk mata pelajaran IPS tentu

tidak relevan dan akan menimbulkan verbalisme bagi pemahaman anak,

padahal masih banyak guru, khususnya di MI Sunan Giri yang menyukainya.

Mereka beralasan metode ini lebih mudah dilaksanakan. Sering peneliti masuk

kelas di MI Sunan Giri menemukan situasi yang kurang menyenangkan.

Siswa terlihat bermain sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan guru.

Ada beberapa siswa yang dengan malas-malasan mendengarkan dan terlihat

kurang fokus. Guru kadang mencoba menghidupkan situasi, dan berhasil

untuk saat tersebut, tetapi pada kesempatan berikutnya keadaan itu tidak

berubah. Di sisi lain peneliti melihat keadaan siswa yang selalu merasa jenuh

ketika guru hanya berceramah saja dalam menyampaikan materi, khususnya 8 Hadiatmadja, Op. Cit.. Hal. 39.

Page 25: 07140042 Lia Nurul Wahdati

pada mata pelajaran IPS. Dari itu siswa lebih memilih berbicara dengan

temannya atau bermain-main sendiri. Dan ketika siswa diberi pertanyaan

tentang materi yang diajarkan, hanya 25 % siswa yang mampu menjawab

dengan baik. Sehingga timbul pertanyaan dibenak peneliti apa yang harus

peneliti lakukan agar suasana kelas selalu menyenangkan, penuh semangat

belajar, sehingga siswa mampu menyerap materi pelajaran dengan baik.

Karakter siswa kelas III MI Sunan Giri yang rata-rata adalah siswa yang

aktif namun dalam artian negatif, perlu disalurkan ke dalam kegiatan

pembelajaran di kelas yang aktif dan terkontrol. Dalam hal ini siswa tidak

hanya mengetahui dan memahami materi pelajaran namun juga

menerapkannya ke dalam pengalaman langsung/tingkah laku. Tingkah laku

siswa selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Segala upaya yang

menyangkut kegiatan atau aktifitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif9 .

Menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam domain kognitif, yaitu

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi10. Pada

penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada kemampuan kognisi tingkat

aplikasi. Dimana dalam penerapannya harus melewati tingkatan-tingkatan

sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman. Namun pada dasarnya

penelitian ini tidak mengesampingkan tingkatan-tingkatan setelah tingkat

aplikasi, yakni analisis, sistesis dan evaluasi. Alasannya pada siswa sekolah

9 Sagala Siaful. Op. Cit. Hal. 157. 10 Joy A. Palmer (editor). Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang. (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003) Hal. 158.

Page 26: 07140042 Lia Nurul Wahdati

dasar cara berfikirnya masih dalam tahap operasi konkret. Konkrit

mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni

yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik

penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang

lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan

keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih

faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan11.

Dari permasalahan tersebut peneliti tergerak untuk mencoba melibatkan

siswa dalam pembelajaran IPS pada kegiatan aktif, dengan maksud agar

terjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Peneliti

mencoba menggunakan metode resitasi dan simulasi, dimana metode ini lebih

sesuai untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa tingkat aplikasi, yakni

kemampuan mengaplikasikan teori-teori yang ada ke dalam kehidupan nyata

setelah siswa mengetahui dan memahaminya. Kedua metode ini juga satu jalur

dengan materi IPS yang sebagian besar membutuhkan ketrampilan sosial dan

pengalaman langsung, khususnya pada materi jual beli.

Penggunaaan metode resitasi dan simulasi pada aplikasinya masih

banyak terdapat beberapa kelemahan yang harus diperbaiki oleh peneliti.

11 Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009.

Page 27: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Kelemahan tersebut tentunya tidak bisa dihilangkan keseluruhan, akan tetapi

ditambal dengan usaha perbaikan-perbaikan guru dengan mengurangi

kemungkinan terburuk yang akan terjadi, untuk hasil ke depan yang lebih

baik. Pada penelitian kali ini peneliti berusaha untuk memperbaiki kelemahan-

kelemahan penggunaan metode resitasi dan simulasi, diantaranya adalah

kurang adanya kerjasama kelompok yang solid, masih mengandalkan satu

orang yang menonjol di kelompoknya; pemberian tugas yang masih umum

sehingga siswa mengalami kesulitan dengan adanya perbedaan individual;

siswa kurang bisa menggabungkan antara materi dengan simulasi yang mereka

lakukan; sedangkan dari guru kurang adanya persiapan yang matang,

penjelasan yang kurang detail, dan pengawasan yang kurang.

Dari sini peneliti mencoba menerapkan penelitian tindakan kelas ke

dalam pembelajaran IPS pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sunan Giri Jabung

dengan metode resitasi dan simulasi, dan ditekankan pada materi jual beli.

Dengan harapan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif

tingkat aplikasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya

materi jual beli serta dapat diterapkan secara kontekstual pada kehidupan

sehari-hari. Peneliti mencoba meneliti lebih lanjut dalam penelitian tindakan

kelas dengan judul, ”Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di

Kelas III MI Sunan Giri Jabung”

Page 28: 07140042 Lia Nurul Wahdati

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan

kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaran IPS kelas III

MI Sunan Giri Jabung?

2. Apa kelemahan dan kelebihan metode resitasi dan simulasi dalam

meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaran

IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode resitasi dan simulasi dalam

meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaran

IPS kelas III MI Sunan Giri Jabung.

2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan metode resitasi dan

simulasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi

pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Sunan Giri Jabung.

Page 29: 07140042 Lia Nurul Wahdati

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi guru atau peneliti

- Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam

menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap

masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata

- Memiliki gambaran tentang pembelajaran IPS yang efektif

- Dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas,

sekaligus mencari solusi pemecahannya.

- Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan efektifitas

pembelajaran IPS pada tahap berikutnya.

b. Bagi siswa

- Membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan

pelajaran.

- Memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar

mengajar.

- Mengembangkan daya nalar serta berpikir lebih kreatif, sehingga

siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah

- Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi

masukan yang berharga bagi pihak sekolah dan upaya sosialisasi

perlunya penggunaan metode resitasi dan simulasi sebagai metode

Page 30: 07140042 Lia Nurul Wahdati

pembelajaran alternatif mata pelajaran IPS khususnya di MI Sunan

Giri Jabung Malang.

- Adanya inovasi pembelajaran .

- Tercapainya pengembangan kurikulum tingkat sekolah.

- Peningkatan profesionalisme guru.

d. Bagi Fakultas

Dapat dijadikan perbandingan bagi pembaca yang akan

mengadakan penelitian, khususnya tentang penerapan metode simulasi

dan resitasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa tingkat

aplikasi pada mata pelajaran IPS kelas III MI Sunan Giri Jabung.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Pada bagian ini peneliti menentukan variabel-variabel penelitian yang

dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel

tersebut adalah variabel proses, yakni variabel yang terkait dengan kegiatan

belajar mengajar, seperti: cara belajar siswa, implementasi strategi atau

metode pembelajaran tertentu dan sebagainya. Penelitian terfokus pada materi

pokok jual beli pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kelas III MI

Sunan Giri Jabung Malang.

Page 31: 07140042 Lia Nurul Wahdati

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman skripsi ini, yang berjudul ”Penerapan

Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif

Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung”,

maka akan dijelaskan definisi dalam judul. Istilah yang perlu dijelaskan

adalah:

1. Metode Resitasi

Metode pemberian tugas atau resitasi adalah cara penyajian bahan

pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan

kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang

diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula

mengecek bahan yang yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang

anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok12.

2. Metode Simulasi.

Metode simulasi yang penulis maksud di sini adalah salah satu metode

pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung. Sebagai

metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa

(dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk

mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam

kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peran melakukan lingkungan

tiruan dari kejadian yang sebenarnya. 12 Syaiful Sagala. Op. Cit. Hal. 219.

Page 32: 07140042 Lia Nurul Wahdati

3. Kemampuan kognitif tingkat aplikasi

Teori kognitif pada penelitian ini menganut pada taksonomi Bloom,

dimana menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam domain

kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi13. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada

kemampuan kognisi tingkat aplikasi. Dimana dalam penerapannya siswa

harus menguasai tingkatan-tingkatan sebelumnya, yakni pengetahuan dan

pemahaman. Namun pada dasarnya penelitian ini tidak mengesampingkan

tingkatan-tingkatan kognitif setelah tingkat aplikasi. Pada pelaksanaannya,

guru membantu kegiatan menganalisis, sistesis dan evaluasi dengan

memberi stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa,

mengingat tahap berfikir siswa masih pada tahapan operasi konkret.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

IPS yang dimaksud di sini adalah pembelajaran IPS yang ada di Sekolah

Dasar (SD). IPS adalah suatu ilmu yang mengkaji masalah sosial yang

berkembang di masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan

pada materi jual beli yang nantinya akan dipelajari peserta didik secara

kontekstual dengan metode resitasi dan simulasi. Dengan menggunakan

kedua metode tersebut diharapkan ada keterkaitan antara materi

pembelajaran IPS dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata

13 Joy A. Palmer (editor). Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang. (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003) Hal. 158.

Page 33: 07140042 Lia Nurul Wahdati

sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

G. Sistematika Pembahasan

Penulisan penelitian ini , peneliti bagi menjadi 4 (empat) bab, tiap bab

menjadi sub bab yaitu sebagai berikut :

Bab I

Bab II

Bab III

:

:

:

Pendahuluan yang menggambarkan masalah-masalah yang

akan dibahas pada bab berikutnya, terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah

dan sistematika pembahasan.

Kajian pustaka meliputi landasan teori yang memuat

pembahasan umum tentang karakteristik pembelajaran IPS di

SD, pengertian metode, kedudukan pemilihan dan penentuan

metode dalam pembelajaran, Metode pemberian tugas dan

resitasi, metode simulasi, tingkat pemahaman menurut teori

kognitif Bloom, penerapan metode simulasi dan resitasi

untuk meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi.

Merupakan bab yang menjelaskan metodologi penelitian

akan dibahas pendekatan dan jenis penelitian, rancangan

penelitian, rencana tindakan, siklus penelitian, pembuatan

instrument, pengumpulan data, tekhnik analisa data,

Page 34: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Bab IV

Bab V

BAB VI

:

:

:

keabsahan data, dan indicator kinerja.

Pada bab ini dijelaskan deskripsi lokasi penelitian,

selanjutnya menyajikan paparan data dari hasil tiap-tiap

siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi.

Pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang telah

dikemukakan di dalam bab 4 mempunyai arti penting bagi

keseluruhan penelitian. Tujuan pembahasan adalah menjawab

masalah penelitian, yakni bagaimana penerapan metode

simulasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat

aplikasi pada mata pelajaran IPS kelas III, kelemahan dan

kelebihan metode resitasi dan simulasi dalam meningkatkan

kemampuan kognitif tingkat aplikasi pada mata pelajaan IPS

kelas III MI Sunan Giri Jabung.

Merupakan bagian akhir penelitian yang meliputi:

kesimpulan akhir dari isi sebagai jawaban yang diuraikan dari

rumusan masalah di awal tulisan ini, dan kemudian saran-

saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 35: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Somantri adalah sebuah program

pendidikan dan bukan merupakan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak

akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu

sosial, maupun ilmu pendidikan14. Jadi IPS adalah suatu ilmu yang mengkaji-

masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. IPS merupakan

ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial dan salah satu mata pelajaran

di SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan

sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi,

ekonomi dan tata Negara15.

Sedangkan pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut BSNP

(Badan Standar Nasional Pendidikan) merupakan rumpun mata pelajaran yang

dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik16. Fokus kajian IPS

terdiri atas lingkungan sosial peserta didik yang paling dekat hingga

lingkungan yang paling jauh. Dengan demikian, IPS sebagai rumpun pelajaran

mempelajari masyarakat dengan segala persoalannya. Pada jenjang pendidikan

dasar, IPS merupakan mata pelajaran terpadu dan bersifat tematis. Pada jenjang

14 Somantri. Op. Cit. Hal. 89. 15 Aqib, Zainal. Op. Cit. Hal. 133. 16 Badan Standar Nasional Pendidikan. Op Cit. hlm 13.

Page 36: 07140042 Lia Nurul Wahdati

pendidikan menengah, IPS merupakan rumpun mata pelajaran yang

menekankan pada penguasaan disiplin ilmu seperti sejarah, ekonomi, geografi,

sosiologi, dan antropologi.

Agar pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut menjadi pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya

adalah pembelajaran dengan model konstruktivistik dan pengoptimalan media

pembelajaran.

Secara tematis dalam IPS dipelajari tentang: (a) perkembangan dan

perubahan historis berbagai sistem kehidupan masyarakat; (b) interaksi dan

adaptasi masyarakat dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam; (c)

kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi melalui proses

produksi, distribusi, dan konsumsi; (d) kegiatan masyarakat dalam

mengembangkan identitas sosial budayanya.

a. Karakteristik Mata Pelajaran IPS

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda

dengan matapelajaran–matapelajaran lainnya, tidak terkecuali mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk SD/MI memiliki sejumlah

karaktristik tertentu, yang antara lain seperti berikut: IPS merupakan

perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain: Sosiologi,

Geografi, Ekonomi dan Sejarah. Materi bagian IPS terdiri atas sejumlah

Page 37: 07140042 Lia Nurul Wahdati

konsep, prinsip dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan

manusia sebagai makhluk social (homo Socious).

Kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu

functional-approach, interdicipliner-approach, dan

multidiciplinerapproach. Pendekatan fungsional digunakan apabila materi

kajian lebih dominan sebagai kajian dari salah satu disiplin ilmu sosial,

dalam hal ini disiplin-disiplin ilmu sosial lain berperan sebagai penunjang

dalam kajian materi tersebut. Pendekatan interdisipliner digunakan apabila

materi kajian betul-betul menampilkan karakter yang dalam pengkajiannya

memerlukan keterpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial. Pendekatan

multidisipliner digunakan manakala materi kajian memerlukan

pendeskripsian yang melibatkan keterpaduan antar/lintas kelompok ilmu,

yaitu ilmu alamiah (natural science), dan humaniora. Materi IPS senantiasa

berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya, dan ekonomi yan

menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu

dan dari tempat ke tempat baik dalam skala kelompok masyarakat, lokal,

nasional, regional, dan global17.

Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPS di

SD, yaitu sebagai berikut18:

17 Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas. 2006. Hal 5-6. 18 Zainal Aqib, op. cit, hlm. 133-134.

Page 38: 07140042 Lia Nurul Wahdati

1. Fungsi

IPS di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap dan

ketrampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi

siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah

berfungsi menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap perkembangan

Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.

2. Tujuan

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala

program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara

baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut19.

- Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

- Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang

kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

sosial. 19 Ibid.

Page 39: 07140042 Lia Nurul Wahdati

- Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang

berkembang di masyarakat.

- Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,

serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu

mengambil tindakan yang tepat.

- Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

jawab membangun masyarakat.

3. Pendekatan dan metode pembelajaran IPS

Dalam pelaksanaan belajar mengajar guru dapat memilih dan

menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan

kemampuan siswa, kekhasan bahan pelajaran, sarana dan keadaan

siswa20.

Beberapa pendekatan dan metode pembelajaran IPS adalah21:

1. Lingkungan

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ini dapat

dimulai dari atau mencakup hal-hal atau peristiwa yang pernah

dialami dan terdapat di lingkungan siswa.

20 Ibid. 21 Kurikulum SD, 1994, hlm. 34.

Page 40: 07140042 Lia Nurul Wahdati

2. Penemuan (Inkuiri)

Pendekatan ini mendorong dan mengarahkan siswa untuk melibatkan

diri secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melakukan

berbagai kegiatan belajar.

3. Induktif-Deduktif

Pada pendekatan induktif, siswa menarik suatu kesimpulan fakta

yang satu sama lainnya ada hubungannya yang diperoleh melalui

pengamatan atau cara lain. Sedang pendekatan deduktif,

menghadapkan siswa pada sesuatu yang berlaku umum dan

mengumpulkan berbagai fakta yang mendukung pernyataan tersebut.

4. Nilai

Pendekatan ini dapat dikembangkan dari berbagai nilai seperti moral,

nilai estetika, dan sebagainya.

Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dibangun melalui

penguasaan aspek kognitif. Aspek tersebut digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan penguasaan aspek afektif dan psikomotor. Keterampilan

sosial yang dapat dikembangkan antara lain: (a) bekerja sama dan

berkomunikasi dengan kelompok yang majemuk, (b) mencintai lingkungan

fisik dan sosialnya, (c) kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah

sosial, (d) mengembangkan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai setempat,

Page 41: 07140042 Lia Nurul Wahdati

dan (e) beradaptasi dengan perubahan pada lingkungan lokal, nasional, dan

global22.

b. Karakteristik Penilaian Mata Pelajaran IPS

Penilaian IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses

pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis,

observasi, tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori,

penilaian diri, dan penilaian antarteman. Pengumpulan data penilaian selama

proses pembelajaran melalui observasi juga penting untuk dilakukan. Data

aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat

diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.

Pembelajaran IPS di SD/MI dilaksanakan dalam mata pelajaran IPS23.

Sedangkan karakteristik penilaian pelajaran IPS menurut Ditjen

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah adalah:

• Penilaian IPS dapat dilakukan secara terpadu dengan proses

pembelajaran.

• Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi,

tes praktik, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian

diri, dan penilaian antarteman.

• Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui

observasi juga penting untuk dilakukan.

22 Badan Standar Nasional Pendidikan. Op Cit. hlm 13. 23 Ibid.

Page 42: 07140042 Lia Nurul Wahdati

• Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat

diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.

Penilaian dalam bidang tekhnologi/ketrampilan sosial dapat diukur

melalui tes praktik sewaktu peserta didik menyelesaikan tugas dan/atau

produk yang dihasilkan. Penilaian tersebut dapat diperoleh melalui tes

praktik, baik melalui tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes praktik

simulasi maupun tes/uji petik/contoh kerja. Dalam pelaksanaannya

dirancang untuk mensimulasikan tes praktik pada pekerjaan yang

sesungguhnya melalui tes praktik simulasi. Tes petik kerja atau tes sampel

kerja merupakan tes praktik tingkat tertinggi yang merupakan perwujudan

dari tes praktik keseluruhan yang hendak diukur. Selain dengan tes kinerja,

penilaian dalam bidang teknologi dapat pula dengan hasil penugasan dan

portofolio. Hasil penugasan dapat berupa produk yang mencerminkan

kompetensi peserta didik. Hasil portofolio yang berupa kumpulan hasil kerja

berkesinambungan dapat dipakai sebagai informasi yang menggambarkan

perkembangan kompetensi peserta didik24.

B. Kedudukan Pemilihan dan Penentuan Metode dalam Pengajaran

Metode berasal dari bahasa Greeka, Metha yang berarti melewati dan

hodos yang berarti jalan. Sedangkan dalam kamus ilmiah popular metode

berarti cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu25 secara

24 Ibid. Hal. 16-17. 25 Pius dan Dahlan. Metode Pembelajaran.(Rajawali Pers: 1994) Hal. 24.

Page 43: 07140042 Lia Nurul Wahdati

luas metode berarti ilmu tentang cara yang harus ditempuh untuk mencapai

tujuan26.

Sedangkan yang dimaksud dengan metode pengajaran, adalah suatu

aturan yang dilalui oleh guru didalam menyampaikan pelajaranya, agar dapat

sampai pengetahuan tersebut kepada fikiran murid dengan bentuk yang baik

untuk mencapai tujuan pendidikan.

Metode pembelajaran menurt Akhmat Sudrajat mengartikan sebagai cara

yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran27. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan

untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;

(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman

lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) symposium; dan sebagainya.

Sedangakan menurut Rustiah N.K ialah suatu teknik untuk memberikan

motifasi kepada siswa agar bangkit untuk bertanya, selama mendengarkan

pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa

menjawab28.

Sedangkan menurut Winarno Surahmat, metode ini di dipergunakan

untuk:

26 Saiful Sagala, Op. Cit. 165. 27 Akhmat Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Tekhnik, Taktik, dan Model Pembelajaran. (http://smacepiring.wordpress.com/) diakses tanggal 4 Mei 2009. 28 Rustiah. N. K, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Bina Aksara, 1991). Hal. 129.

Page 44: 07140042 Lia Nurul Wahdati

a. Menilai kemajuan siswa

b. Mencari jawaban

c. Memberi giliran kepada siswa.

a. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur

manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan

pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar

bergairah bagi anak didik. Guru dengan seperangkat teori dan pengalamannya

menggunakan untuk mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan

sistematis.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana

memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil

bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang

demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata; dan memang betul-betul

dipikirkan oleh seorang guru29.

Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang

kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran

dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berikut adalah penjelasannya30:

29 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996) Hal. 82 30 Ibid. Hal. 83.

Page 45: 07140042 Lia Nurul Wahdati

1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan

yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar

mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak

menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar

kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar

mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. adalah motiv-

motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar31.

Karena adanya perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar

seseorang.

2. Metode sebagai strategi pengajaran

Setiap anak didik mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya, karena itu dalam kegiatan belajar mengajar menurut

Roestiyah. N. K., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat

belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan32.

Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus mengusai

tekhnik-tekhnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan

demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

31 Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Pers, 1986) Hal. 90 32 Rustiah. N. K. Op. Cit. Hal. 129.

Page 46: 07140042 Lia Nurul Wahdati

3. Metode sebagai alat untuk mecapai tujuan

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama

komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah

komponen metode. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.

Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu,

maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Ketika

tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka

metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode

dan tujuan tidak bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang

pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan

tujuan tersebut.

b. Pemilihan dan Penentuan Metode

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan

kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesusaian

dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Karenanya, guru pun selalu

menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu

digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode

lain, juga diguanakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya,

sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar33:

33 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Op. Cit. Hal. 83.

Page 47: 07140042 Lia Nurul Wahdati

1. Nilai strategi metode

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan.

Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik. Bahan

pelajaran yang guru berikn itu akan kurang memberikan dorongan

(motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan srtategi

yang kurang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting

dalam penyampaian bahan pelajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa

metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan

belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi

jalannya kegiatan belajar mengajar34.

2. Efektifitas penggunaan metode

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan

menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup

banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena

penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan

siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, efektifitas penggunaan

metode dapat terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua

komponen pelajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran,

sebagai persiapan tertulis35.

34 Ibid. 35 Ibid.

Page 48: 07140042 Lia Nurul Wahdati

3. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.

Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan

dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai

tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya

metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu36.

Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan

penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik

dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru

lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode

pengajaran yang akan dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Metode mengajar banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain37:

a. Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya.

b. Anak didik yang beragam tingkat kematanganya.

c. Situasi yang beragam keadaanya.

d. Fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya. 36 Ibid. 37 Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang Press.

Page 49: 07140042 Lia Nurul Wahdati

e. Pribadi guru serta kemampuan propesionalnya yang berbeda-beda.

Dengan demikian jelaslah bahwa metode menekankan pada interaksi

dengan siswa sehingga dalam melakukan proses belajar mengajar tidak

hanya pada satu arah interaksi.

C. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

a. Pengertian

Metode pemberian tugas atau resitasi menurut Syaiful Sagala adalah

cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar

murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus

dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat

memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang yang

telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik

secara individu maupun kelompok38.

Metode resitasi mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas;

kedua siswa melaksanakan tugas (belajar) dan fase ketiga siswa

mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari.

Dalam sifatnya situasi ini adalah resitasi, umpamanya dalam bentuk tanya

jawab, diskusi atau barangkali sebuah tes tertulis39.

38 Syaiful Sagala. Op. Cit. Hal. 219. 39 Winarno Surakhmad. Metodologi Pengajaran Nasional. (Bandung: Penerbit Jemmars, 1989)

Hal. 91-92

Page 50: 07140042 Lia Nurul Wahdati

b. Pelaksanaan resitasi.

1. Tujuan yang jelas.

Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang

jelas yang hendaknya dicapai oleh murid-murid. Sifat daripada tujuan-

tujuan itu adalah sebagai berikut40:

a. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif,

bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.

b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa

dan bersifat konstruktif.

c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai

kegiatan-kegiatan di luar kelas.

d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-

latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.

2. Petunjuk-petunjuk yang jelas.

Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru,

dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu

dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang

harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan. Jika

40 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia 1997) Hal. 61.

Page 51: 07140042 Lia Nurul Wahdati

aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu

belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu41.

c. Kelebihan Resitasi

Metode resitasi mempunyai beberapa kebaikan antara lain:

1. Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan atau

hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat

yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan

lebih otentik.

2. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian

mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih

memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang

dipelajari.

4. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah

sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan

abad informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat.

5. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan

dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

41 Ibid..

Page 52: 07140042 Lia Nurul Wahdati

d. Kelemahan Resitasi

Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini dalam pembelajaran

adalah:

1. Seringkali siswa melakukan penipuan diri di mana mereka hanya meniru

hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

2. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

3. Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung

jawab bagi guru, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan,

ketegangan mental mereka dapat terpengaruh.

4. Jika tugas diberikan secara umum mungkin seorang anak didik akan

mengalami kesulitan karena sukar selalu menyelesaikan tugas dengan

adanya perbedaaan individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada

siswa, tetapi ada juga kelemahan guru.

Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode

pemberian tugas ini, antara lain: (1) tugas yang diberikan kepada siswa

hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan, (2)

tugas yang diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu

masing-masing, (3) waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup, (4) adalah

kontrol atau pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga

mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh; dan (5) tugas yang

diberikan hendaklah mempertimbangkan; (a) menarik minat dan perhatian

siswa; (b) mendorong siswa untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan;

Page 53: 07140042 Lia Nurul Wahdati

(c) diusahakan tugas itu bersifat praktis dan ilmiah; dan (d) bahan pelajaran

yang ditugaskan agar diambilkan dari hal-hal yang diketahui siswa.

D. Metode Simulasi

1. Pengertian

Menurut arti katanya, simulasi (simulation) berarti tiruan atau suatu

perbuatan yang bersifat berpura-pura saja. Sebagai metode mengajar,

simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan

keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru)

melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan

kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam kegiatan simulasi, peserta atau

pemegang peran melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang

sebenarnya42.

Simulasi sebagai metode mengajar menurut uraian Soli Abimanyu dan

Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut: simulasi adalah suatu tiruan atau

perbuatan yang hanya pura-pura saja. Dalam setiap bentuk simulasi akan

terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain yang memegang peranan

yang mewakili dunia kenyataan, dan juga membuat keputusan-keputusan

dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting dalam mana mereka

temukan sendiri, (2) Mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang

berhubungan dengan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan

umum mereka. (3) Mereka memonitor hasil-hasil kegiatan masing-masing, 42 Prayitno Kupul dan Zainal Abidin, 1979. Hal 1 dan Derick, U dan McAleese, R, 1978. Hal 17.

Page 54: 07140042 Lia Nurul Wahdati

dan diarahkan untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusan-

keputusan mereka sendiri dan konsekuensi-konsekuensi akhir yang

menunjukkan gabungan dari berbagai perbuatan. Dengan demikian maka

alam simulasi para pelaku dapat memperoleh kecakapan bersikap dan

bertindak yang sesuai jika menghadapi situasi yang sebenarnya43.

Simulasi sering dikaitkan dengan permainan. Terdapat perbedaan di

antara kedua permainan tersebut. Di dalam permainan (games), para pemain

melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan

lawannya. Selain itu, permainan lebih memberi hiburan (kesenangan)

kepada pemain-pemainnya. Menurut Derick, U dan McAleese yang

dikemukakan pada Abu Ahmadi44, dalam simulasi unsur persaingan,

mencapai kemenangan dan peristiwa tersebut tidak ada, sehingga simulasi

lebih bersifat realitas dan mengandung unsur pendidikan daripada

permainan.

Bentuk-bentuk simulasi dapat dilakukan dari yang paling sederhana

sampai kegiatan yang paling kompleks, misalnya tiruan perbuatan atau

peranan anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak) dalam menghadapi suatu

masalah, tiruan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat (jual beli di pasar,

dan sebagainya), tiruan yang lebih sulit dari kejadian-kejadian penting

43 Sunaryo, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm.137 44 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar: Untuk Fakultas Tarbiyah komponen MKDK. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 83

Page 55: 07140042 Lia Nurul Wahdati

dalam masyarakat (sidang DPRD, sidang PBB, perundingan diplomasi, atau

kejadian-kejadian sejarah yang penting)45.

2. Pelaksanaan Simulasi

Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam

beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan

(dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat

melakukan simulasi yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi

yang berbeda dengan kelompok lainnya.

Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan

yang menimbulkan (menghasilkan) domain afektif (misalnya

menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas,

gotong royong, dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus

dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin

(pendekatan interdisiplin). Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang

lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut hubungan sebab akibat,

percobaan-percobaan, fakta-fakta, dan pemecahan masalah46.

Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai

berikut47:

45 Ibid. 46 Dahlan, M. D. Op. Cit. Hlm. 158-160. 47 Abu Ahmadi. Op. Cit. Hlm 83.

Page 56: 07140042 Lia Nurul Wahdati

- Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa

dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang

sebenarnya.

- Untuk melatih siswa menguasai ketrampilan tertentu, baik yang bersifat

profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.

- Untuk pelatihan memecahkan masalah.

- Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa.

- Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasi-

situasi masyarakat di sekitarnya.

- Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan

memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok

dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang

lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa.

3. Kelebihan simulasi48

- Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain

kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan

pengertian), domain afektif (seperti menyenangkan, mengharukan,

solidaritas, simpati, dan sebagainya), serta domain psikomotor.

- Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat

menghadapi kenyataan dengan baik.

48 Sunaryo. Op. Cit,. Hlm. 138-139

Page 57: 07140042 Lia Nurul Wahdati

- Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses

yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang

sesungguhnya.

- Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta

terjadinya berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan

sebagainya.

4. Kelemahan Simulasi49

- Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan

tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa.

- Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak

atau anak dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga

ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas

bagi para pemegang peranan kurang jelas atau penunjukan peranan

kurang kuat.

- Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya dengan peniruan

yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai

hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah.

- Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa

simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya:

kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank, dan sebagainya;

49 Abu Ahmadi. Op. Cit. Hlm 86-87.

Page 58: 07140042 Lia Nurul Wahdati

sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan antara

satu dengan yang lain (misalnya: pedagang yang menghendaki harga

barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga barang turun)

E. Tingkat Pemahaman Menurut Teori Kognitif Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk

mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi

berhierarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal

yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian- sampai pada kemampuan

berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi50.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh

Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini

mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif

dan psikomotorik51.

Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan

keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap

dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi

manipulatif dan kemampuan fisik.

Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang

menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan

tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan

50 (http://id.wikipedia. org/ wiki/Taksonomi).Diakses tanggal 11 Mei 2009. 51 Bloom, B. S. ed. et al., Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, (Cognitive Domain. New York: David McKay, 1956). (http://wikipedia.com). Diakses tanggal 15 April 2009.

Page 59: 07140042 Lia Nurul Wahdati

kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke

dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehingga

dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya.

Untuk lebih mudah memahami taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan

dalam dua pernyataan di bawah ini52:

- Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu

mengenai konsep itu.

- Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa

terlebih dahulu memahami isinya

Tujuan Koginitif

Beberapa ahli psikologi dan ahli pendidikan berpendapat, bahwa

konsepsi-konsepsi tentang belajar yang telah dikenal, tidak satupun yang

mempersoalkan proses-proses kognitif yang terjadi selama belajar. Proses-

proses semacam itu menyangkut “insight”, atau berpikir dan “reasoning”,

atau menggunakan logika deduktif dan induktif53. Walupun konsepsi-konsepsi

lain tentang belajar dapat diterapkan pada hubungan-hubungan stimulus dan

respon yang erbriter dan tak logis, para ahli psikologi dan pendidikan ini

berpendapat, bahwa lebih banyak dibutuhkan untuk menjelaskan belajar

tentang hubungan yang logis, rasional, atau non arbtrer54.

52 Sagala Saiful. Op. Cit. Hal. 156-157. 53Ibid. 54 Ibid. Hal. 156-157.

Page 60: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki atau taksonomi,

menurut Benjamin Bloom menjadi tiga kawasan (domain) yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik. Pada domain kognitif mencakup kemampuan

intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan

yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling

kompleks yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali hal-hal yang

telah dipelajari), pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu

hal), penerapan (kemampuan memperagakan hal-hal yang telah dipelajari

untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), analysis (kemampuan

menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya

dapat difahami), sintesis (kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu

keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan memberikan harga

sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah

ditetapkan terlebih dahulu)55. Susunan taksonomi Bloom digambarkan pada

piramid berikut.

55 Ibid. Hal.33.

Page 61: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Gambar. 2. 1.

Taksonomi Bloom

Dengan merujuk pada tulisan Gulo, di bawah ini akan diuraikan

kawasan kognitif tersebut beserta sub-kawasannya. Kawasan kognitif yaitu

kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri

dari56:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling

mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat

kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun,

56 W. Gulo. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Grasindo. 2005). Hal. 45.

Page 62: 07140042 Lia Nurul Wahdati

daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. Dilihat dari objek yang diketahui (isi)

pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut57:

a. Mengetahui sesuatu secara khusus58:

• Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal atau

mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.

• Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau mengingat kembali

tanggal, peristiwa, orang, tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu,

kebudayaan masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari keadaan

alam tertentu.

b. Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu59:

• Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman.

• Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah dan gerakan

suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.

• Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas,

kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan di dalam bidang

tertentu, atau memproses sesuatu.

• Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta,

prinsip, pendapat atau perlakuan.

57 Sagala Saiful. Op. Cit. 58 Ibid. 59 Ibid.

Page 63: 07140042 Lia Nurul Wahdati

• Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk

mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.

• Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu,

yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi sesuatu

fenomena atau pikiran.

• Mengetahui prinsip dan generalisasi

• Mengetahui teori dan struktur.

2. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman atau dapat juga disebut dengan istilah mengerti merupakan

kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah

diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi,

informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada.

Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan

struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru60.

Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi61:

• Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa

perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi

gambar, bagan atau grafik;

• Interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik

dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan

telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu

60 Ibid. 61 Ibid.

Page 64: 07140042 Lia Nurul Wahdati

jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau

mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat

dikatakan telah mengerti konsep tentang “motivasi belajar” dan dia telah

dapat membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”.

• Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu

temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7,

11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan

ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu

dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan

bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka

kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.

3. Penerapan (application)

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai

kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan,

mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-

hal yang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api

kepada petani di Amerika, mereka berusaha untuk memberi nama yang cocok

bagi alat angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal

pada waktu itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi.

Dengan pemahaman demikian, maka mereka memberi nama pada kereta api

Page 65: 07140042 Lia Nurul Wahdati

tersebut dengan iron horse (kuda besi). Hal ini menunjukkan bagaimana

mereka menerapkan konsep terhadap sebuah temuan baru62.

4. Penguraian (analysis)

Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan

antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau

memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan63.

Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :

a. Menganalisis unsur64:

• Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara

eksplisit pada suatu pernyataan

• Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa

• Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan

normatif

• Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan

mekanisme perilaku antara individu dan kelompok

• Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

yang mendukungnya

b. Menganalisis hubungan65

• Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide

dengan ide.

62 Ibid. 63 Ibid. 64 Ibid. 65 Ibid.

Page 66: 07140042 Lia Nurul Wahdati

• Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan

suatu pernyataan.

• Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang

mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang

mendukungnya.

• Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan

informasi atau asumsi yang ada.

• Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan

argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang

tidak.

• Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu

argumen.

• Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang

penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.

c. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi66

• Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat

• Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka

memahami maknanya.

• Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis,

sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh

dalam karyanya.

66 Ibid.

Page 67: 07140042 Lia Nurul Wahdati

• Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu

materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda.

5. Memadukan (synthesis)

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu

kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif

dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan

irama dan kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik

yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan

logo organisasi67.

6. Penilaian (evaluation)

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-

buruk, atau bermanfaat - tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu

baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang

digunakan, yaitu68:

• Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan

memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-

unsur yang ada di dalam objek yang diamati.

• Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan

kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati., misalnya

kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau kecocokannya dengan kebutuhan

pemakai.

67 Ibid. 68 Ibid.

Page 68: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada taksonomi Bloom pada

domain kognitif tingkat aplikasi. Pada pencapaian tingkat aplikasi siswa perlu

memasuki dulu tingkat-tingkat sebelumnya, yakni tingkat pengetahuan dan

pemahaman. Meskipun penelitian ini terfokus hingga tingkat aplikasi (level

rendah), namun tidak mengesampingkan tingkat-tingkat setelahnya, yakni

tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi (level tinggi). Pada level tinggi, guru

memberi stimulus siswa dengan pertanyaan-prtanyaan yang berkaitan dengan

materi pembelajaran. Mengingat cara berfikir anak usia sekolah dasar masih

dalam tahapan operasional konkret. Dan karena pada rentang usia sekolah

dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut69: (1)

Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke

aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2)

Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir

operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan

mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan

mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi,

volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Bentuk tes kognitif diantaranya70; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas,

(2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian

bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan

performans. 69 Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009. 70 Sagala Saiful. Op. Cit. Hal. 156.

Page 69: 07140042 Lia Nurul Wahdati

F. Penerapan Metode Simulasi dan Resitasi untuk Meningkatkan

Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi

Penerapan metode simulasi dan resitasi ini berangkat dari model belajar

mengajar guru yang dinilai masih konvensional dan kurang variatif.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran yang

lebih ke arah sosial dan pengalaman langsung. Namun pada kenyataannya

masih banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah dan kurang

adanya variasi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau pengalaman

langsung. Siswa masih dijejali dengan teori-teori abstrak yang memungkinkan

siswa mempunyai bayangan yang berbeda dengan apa yang dimaksud dengan

guru. Maksud guru ingin menyampaikan informasi A, akan tetapi siswa

beranggapan B, kejadian yang seperti inilah yang menyebabkan misskonsepsi

antara guru dan siswa. Informasi yang diberikan tidak sama dengan apa yang

diterima.Untuk menghindari terjadinya misskonsepsi seperti ini guru

membutuhkan media dan strategi pembelajaran yang efektif.

Pada pelajaran IPS materi jual beli ini, peneliti menerapkan metode

simulasi dan resitasi untuk meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi

pada pembelajaran IPS kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah di desa Kemantren

kecamatan Jabung. Berawal dari keinginan peneliti untuk mengajak siswa

untuk mempelajari IPS secara kontekstual sesuai dengan materi yang ada.

Sebelum diadakannya penelitian ini, peneliti melihat proses pendidikan di

Madrasah Ibtidaiyah tersebut masih konvensional dan masih mengandalkan

Page 70: 07140042 Lia Nurul Wahdati

metode ceramah dalam menyampaikan materi. Dalam kegiatan belajar

mengajar kurang adanya pembaharuan dan bersifat monoton. Dari sini siswa

kelas 3 MI Sunan Giri diajak untuk menerapkan langsung materi jual beli. Pada

materi ini siswa diajak untuk mengenal macam-macam tempat jual beli di

lingkungan rumah dan sekolah. Pengetahuan dan pemahaman siswa

diaplikasikan pada pembelajaran kontekstual. Sebagaimana mengutip

taksonomi Bloom pada domain kognitif, bahwa sebelum siswa memasuki

tingkat yang lebih atas, siswa perlu melewati tingkat-tingkatan kognitif yang

lebih rendah. Pada pengukuran penilitian ini, peneliti sebatas menilai hingga

tingkat aplikasi (level bawah). Namun tidak mengesampingkan tingkat analisis,

sintesis dan evaluasi (level atas). Ini mengingat anak usia sekolah dasar, cara

berfikirnya masih pada tahapan operasional konkret.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan

belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu71: (1) Konkrit. Konkrit

mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni

yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik

penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan

lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna

dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang

sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih

71 Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009.

Page 71: 07140042 Lia Nurul Wahdati

bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. (2)

Integratif; Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang

dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah

konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang

deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. (3) Hierarkis; Pada

tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap

mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis,

keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

Peneliti memilih metode simulasi dan resitasi sebagai metode

pembelajaran kali ini, karena metode simulasi dan resitasi mempunyai

hubungan yang erat satu sama lain. Metode lebih mengarah kepada

pembelajaran pengalaman langsung. Siswa menjadi subjek lain dan

mempelajari lingkungan sekitarnya tanpa ia menghilangkan karakter pribadi

masing-masing. Sedangkan metode resitasi atau pemberian tugas adalah

sebagai pelengkap dari metode simulasi. Pada pemberian tugas kepada siswa,

tidak diterapkan secara monoton dan membosankan. Akan tetapi diatur

sekreatif mungkin agar siswa tidak merasa bosan dan tertarik untuk segera

menyelesaikan tugasnya.

Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti

belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial,

konsep, ketrampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan

Page 72: 07140042 Lia Nurul Wahdati

lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model

lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang

tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang (sistem analis, programer,

dan lain-lain), guru atau kelompok guru, dan lain-lain. Dewasa ini dengan

dengan semakin majunya teknologi komunikasi atau informasi, seperti

komputer dan multimedia, telah banyak permaianan simulasi dihasilkan untuk

berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai kebutuhan yang mencakup

berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)72.

Prosedur pembelajaran

Proses simulasi dan resitasi ini tergantung pada peran guru. Ada empat

prinsip yang harus dipegang oleh guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk

melakukan resitasi dan simulasi permainan harus benar-benar memahami

aturan main. Oleh karena itu, guru memberikan penjelasan dengan sejelas-

jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-

konsekuensinya.

Kedua adalah mengawasi (refereeing). Simulasi dirancang untuk tujuan

tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru harus

mengawasi proses resitasi dan simulasi sehingga berjalan sebagaimana

seharusnya. Ketiga adalah melatih (coaching). Dalam resitasi dan simulasi,

72 Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2007), hlm. 30.

Page 73: 07140042 Lia Nurul Wahdati

siswa akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu, guru harus memberikan

saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan

kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam resitasi dan simulasi,

refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setelah resitasi dan simulasi

selesai, guru mendiskusikan beberapa hal, seperti (1) seberapa jauh simulasi

sudah sesuai dengan situasi nyata (real word), (2) kesulitan-kesulitan, (3)

hikmah apa yang dapa diambil dari resitasi dan simulasi, dan (4) bagaimana

memperbaiki/meningkatkan kemampuan siswa, dan lain-lain.

Page 74: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam

melakukan tindakan kepada subjek penelitian, yang sangat diutamakan adalah

mengungkap makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya

meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan

yang dilakukan. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa

panelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang-orang yang

diamati73. Penelitian deskriptif pada umumya tidak menggunakan hipotesis

(non hipotesis)74. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan

berupa angka-angka tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang

dimaksud berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, videotape,

dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya75.

Menurut Bogdan dan Biklen, ada lima ciri khusus dari penelitian

kualitatif, yaitu: 1) penelitian kualitatif mempunyai latar alami (the natural

setting) sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrumen

kunci/pokok (key instrumen), 2) penelitian kualitatif bersifat deskriptif, 3)

73 Dr. Lexy J.Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002),

hlm. 3. 74 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta edisi revisi V, 2002), hlm 245 75 Lexy Moleong, Op. Cit, hlm. 6.

Page 75: 07140042 Lia Nurul Wahdati

penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses dari pada hasil atau produk

semata, 4) penelitian kualitatif cenderung mengarahkan datanya secara

induktif, dan 5) makna merupakan soal esensial untuk rancangan penelitian

kualitatif. Selanjutnya, terdapat enam jenis penelitian kualitatif, yaitu (1)

etnografi, (2) studi kasus, (3) grounded teori, (4) interaktif, (5) ekologi dan

(6) future76 .

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu

penelitian yang bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi

peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman,

dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar77. Peneliti

berkedudukan sebagai peneliti mandiri, dalam hal ini peneliti terlibat

langsung dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi,

refleksi dan lain-lain.

Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu

tindakan/intervensi, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-

minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya

maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat78.

Secara singkat Classroom Action Research didefinisikan sebagai suatu

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

76 Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Researc for Education: An Intriduction to Theory and Methods (Boston, 1982), hlm. 27-30 77 Rofiudin, 1995 78 Suharsimi, Arikunto.. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), .hlm. 2

Page 76: 07140042 Lia Nurul Wahdati

tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran di kelas secara professional79.

Rochiati Wiriaatmaja mengartikan penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan

substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu

usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat

dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan80.

Karakteristik PTK adalah sebagai berikut:

1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru

akan kinerjanya).

2. Self-rwflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak

longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian).

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.

4. Tujuannya: memperbaki pembelajaran.

PTK bermanfaat bagi guru, pembelajar/siswa, serta bagi sekolah.

Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut:

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

2. Membantu guru berkembang secara profesional

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru

79 Suyanto. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. 1996/1997), hlm. 4 80 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005) hlm. 11

Page 77: 07140042 Lia Nurul Wahdati

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan

Di samping mempunyai manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu

validitasnya yang sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin

melakukan generalisasi karena sampelnya hanya kelas dari guru yang

berperan sebagai pengajar dan peneliti81.

PTK memerlukan beberapa kondisi agar dapat berlangsung dengan

baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain dukungan dari semua

personel di sekolah dan iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan

kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling

mempercayai di antara personel sekolah.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang

terfokus dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian

tindakan kelas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi

peningkatan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik kegiatan jual beli.

Guru akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswanya jika guru

tersebut mau melihat kembali pembelajaran yang diberikan kepada siswanya.

Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran, hal itu sangat tergantung pada

81 Zainal Aqib.dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Untuk guru SMP, SMA, SMK. (Bandung: Yrama Widya, 2008) hal. 6.

Page 78: 07140042 Lia Nurul Wahdati

tindakan guru. Tindakan guru seperti itu bila dicatat kemudian direfleksikan

kembali permasalahannya, guru tersebut dapat dikatakan pula sebagai peneliti

tindakan kelas. Sebab, peneliti tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis

adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self-reflektive) secara kolektif

yang melibatkan partisipan (guru, siswa, dan kepala sekolah) dalam situasi

sosial (termasuk pendidikan) dengan tujuan untuk mengembangkan

rasionalisasi dari praktik pendidikan yang sedang dialami guru82.

Selain pendapat di atas, Elliot mengatakan bahwa penelitian tindakan

merupakan suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk

meningkatkan kualitas praktik. Ini dimaksudkan untuk memberi penilaian

terhadap praktik yang dilakukan dalam situasi konkret. Adapun Mc Niff

mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan untuk

meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk

menyadari praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang

dilakukan, dan siap terhadap perubahan.

Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut

pendapat Kurt Lewin, setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktifitas

dasar, diantaranya adalah identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah

umum, perencanaan umum tindakan, mengembangkan langkah tindakan

pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan

merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti

mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 82 Ibid. hal. 144.

Page 79: 07140042 Lia Nurul Wahdati

berikutnya. Tindakan seperti ini dilakukan terus menerus sampai ada

perbaikan.

Berdasarkan pendapat Lewin, penelitian ini dirancang dengan langkah-

langkah yang meliputi studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan

tindakan, dan refleksi. Sebagaimana gambar siklus berikut ini:

Gambar 3. 1

Siklus Pelaksanaan PTK Menurut Lewin

Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah

awal kegiatan penelitian ini dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada

dalam pembelajaran, baik permasalahan yang ada dalam siswa, guru, maupun

dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil permasalahan

dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru

Tindakan

Refleksi

Observasi

Perencanaan

Perencanaan ulang

Siklus 1

Identifikasi masalah

Siklus 2 dst.

Page 80: 07140042 Lia Nurul Wahdati

kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan analisis

secara maksimal. Berdasarkan temuan itu, peneliti sekaligus menjadi guru

menyusun rencana tindakan untuk diterapkan dalam pembelajaran analisis.

Perencanaaan tindakan kelas disusun guru berupa tujuan pembelajaran, satuan

pelajaran, rencana pembelajaran, penilaian, dan bahan atau materi yang

digunakan dalam pembelajaran. Rencana tindakan itu dilaksanakan dalam

siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap siklusnya, peneliti

mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan pada

pelaksaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai83.

C. Rencana Tindakan

1. Perencanaan Tindakan

Merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi

definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan

memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehingga mengandung

sedikit resiko. Maka rencana mesti cukup fleksibel agar dapat

diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang

sebelumnya tidak terlihat. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti

penerapan entry behavior, pelancaran tes diagnostik untuk

menspesifikasikan masalah, pembuatan skenario pembelajaran, penyiapan

atau pengadaan alat-alat dan sebagainya84.

83 Ibid. 84 Wahidmurni. Penelitian Tindakan Kelas.(Malang: UM Press2008), hlm. 35.

Page 81: 07140042 Lia Nurul Wahdati

2. Implementasi Tindakan

Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi

perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh

rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas guru, yang

menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, guru perlu bersikap fleksibel dan

siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua

perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus

dilaporkan85.

Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil,

sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi

diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam konteks strateginya.

Nilai tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan

nilai tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya.

3. Observasi dan Interpretasi

Observasi tindakan di kelas guru berfungsi untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu

berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang,

lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu

dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai

dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-

hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan guru di

kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, 85 Ibid.

Page 82: 07140042 Lia Nurul Wahdati

diwarnai dengan hal-hal tak terduga; (3) bersifat responsif, terbuka

pikirannya86.

4. Analisis dan Refleksi

Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan

kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.

Lewat refleksi guru berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan,

dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan

mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi

pembelajaran kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan

keadaan kelas di mana pembelajan dilaksanakan. Dalam melakukan

refleksi, guru sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat guru, untuk

menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas dan

memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya87.

D. Siklus Penelitian

Paparan data dalam PTK dapat mengemukakan paparan dari tahap-tahap

siklus PTK, yang mencakup (1) tahap perencanaan tindakan, yakni

mengemukakan kesesuaian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2)

tahap pelaksanaan tindakan yang waktunya bertepatan dengan pelaksanaan

pengamatan/observasi, yakni mengungkap beberapa kejadian atau peristiwa

pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung dan (3)

86 Ibid. 87 Ibid.

Page 83: 07140042 Lia Nurul Wahdati

tahap refleksi, yakni mengungkap hasil tinjauan atas pelaksanaan proses

pembelajaran yang selesai dilaksanakan88.

Berikut merupakan garis besar paparan data dari 4 kali pertemuan dalam

2 kali siklus yang akan peneliti lakukan dalam menerapkan metode simulasi

untuk meningkatkan tingkat pemahaman pada pelajaran IPS materi jual beli

siswa kelas III MI Sunan Giri Jabung:

1. Siklus Pertama

Pada siklus pertama merupakan bagian dari pemahaman konsep

materi jual beli, terdiri dari dua kali pertemuan. Durasi waktu siklus

pertama ada 140 menit (4 jam pelajaran), dimana tiap pertemuan ada 70

menit (2 jam pelajaran). Materi yang disampaikan adalah mengenal

macam-macam kegiatan jual beli di lingkungan sekolah dan rumah. Pada

pertemuan pertama menjelaskan tentang kegiatan jual beli di lingkungan

rumah dan pada pertemuan kedua menjelaskan tentang kegiatan jual beli di

lingkungan sekolah. Media yang digunakan adalah gambar kegiatan jual

beli. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode resitasi. Strategi

yang digunakan adalah diskusi kelompok dan tanya jawab.

2. Siklus Kedua

Pada siklus kedua merupakan kegiatan yang dirancang untuk

memberikan pengalaman kepada siswa tentang cara jual beli terdiri dari

satu kali pertemuan. Durasi waktu siklus kedua 140 menit (4 jam

pelajaran). Pengalaman yang diberikan adalah pengalaman jual beli di 88 Ibid.

Page 84: 07140042 Lia Nurul Wahdati

pasar dan di lingkungan sekolah. Metode yang digunakan adalah metode

simulasi. Strategi pembelajaran yang diterapkan adalah diskusi kelompok

dan tanya jawab. Pada akhir petemuan, adalah kegiatan ujian sumatif. Ini

untuk memastikan ketercapaian kompetensi dasar secara individual. Serta

refleksi dari penerapan metode simulasi ini.

E. Pembuatan Instrument

Dalam pelaksanaaan pengumpulan data diperlukan instrumen

pengumpulan data yang tepat. Secara terperinci instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah89:

1. Pedoman pengamatan atau catatan lapangan untuk menggali data tentang

suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, suasana di

lapangan pada saat masing-masing kelompok mencari data di pasar dan di

lokasi sekolah, keceriaan atau keantusiasan siswa dalam mengikuti

program pembelajaran materi jual beli, kerja sama kelompok pada saat

melakukan praktik jual beli.

2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan siswa

terhadap penerapan strategi resitasi dan simulasi dalam pembelajaran IPS

materi jual beli yang telah dilaksanakan, ini berungsi untuk memperoleh

informasi secara mendalam.

89 Harun, Rocajat. Metode Penelitian Kualitatip untuk Pelatihan.(Bandung: CV. Mandar Maju. 2007). Hal. 132.

Page 85: 07140042 Lia Nurul Wahdati

3. Pedoman observasi siswa, untuk mengamati pengalaman jual beli yang

mereka lakukan, baik ketika di pasar Kemantren maupun di lapangan

sekolah.

4. Tes tulis digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor tes,

skor tugas kelompok, dan skor tes kelompok.

F. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sebelum mengemukakan dari mana sumber data yang akan

diperoleh dalam penelitian ini, maka harus diketahui terlebih dahulu

pengertian sumber data itu sendiri. Sumber data adalah subyek dari mana

data diperoleh90. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data

primer. Adapun data primer yang diperlukan adalah data yang terkait

langsung dengan lokasi penelitian, antara lain: beberapa informan dan data

langsung yang berasal dari siswa kelas III MI Sunan Giri Jabung baik dan

data dari pengajar maupun arsip-arsip yang dibutuhkan.

Adapun subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah

kepala sekolah, para guru dan sumber-sumber lain yang dimungkinkan

dapat memberi informasi. Selain dari informan, data juga diperoleh dari

hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang berbentuk kata-kata

maupun tindakan. Selain itu data penelitian ini juga bersumber dari

dokumen-dokument yang ada di MI Sunan Giri Jabung. Data dalam 90 Suharsimi Arikunto, Op Cit, hlm. 102.

Page 86: 07140042 Lia Nurul Wahdati

penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari para

informan yang dianggap mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus

penelitian yang diteliti, yaitu upaya guru dalam meningkatkan

pembelajaran IPS di MI Sunan Giri.

2. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka mendeskripsikan

untuk menjawab fokus penelitian yang sedang diamati digunakan metode

pengumpulan data sebagai berikut91:

a. Metode Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrument. Format yang disusun berisi item-item kejadian atau

tingkah laku yang digambarkan atau terjadi92. Dalam hal ini peneliti

melakukan pengamatan secara langsung dan membuat catatan-catatan

yang dijadikan bahan. Dalam penggalian data, peneliti lebih

memfokuskan pada proses pembelajaran IPS materi jual beli yang

dilakukan di kelas III MI Sunan Giri atau menciptakan aktifitas serta

bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran.

b. Metode interview

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara/ kuisioner lisan

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

91 Ibid. 92 Ibid., hlm 205

Page 87: 07140042 Lia Nurul Wahdati

memperoleh informasi dari terwawancara93. Sedangkan menurut S.

Margono (1999) Metode interview adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dengan satu orang atau lebih,

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi

atau keterangan-keterangan tanpa mempengaruhi pendapat informan.

Interview merupakan alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah,

para guru, dan sumber-sumber lain yang dapat memberikan informasi.

Dalam wawancara ini peneliti mengambil data respon siswa kelas III

terhadap penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan

pemahaman pembelajaran IPS pada materi jual beli.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen, agenda dan sebagainya94. Dokumentasi diperlukan untuk

melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,

misalnya data mengenai data nilai siswa, buku kasus siswa, buku

absensi dan sebagainya. Peneliti menggunakan teknik dokumentasi

yang akan diperoleh dan dibuat oleh peneliti, dokumentasi yang ada

93 Ibid., hlm 135 94 Ibid., hlm 205

Page 88: 07140042 Lia Nurul Wahdati

diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan yang utuh

sebagai pelengkap data yang diperoleh dari hasil penelitian.

G. Tekhnik Analisa Data

Manurut Patton, teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar,

ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan

terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara

dimensi-dimensi uraian. Pengertian lain sebagaimana dikemukakan oleh

Bogdan dan Tylor dalam Moloeng 95, analisis data sebagai proses yang

merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis seperti yang disaranakan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi

pertama lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data. Kedua lebih

menekankan maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut

dapat ditarik kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data96.

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

95 Moleong, Lexy. Op. Cit. Hal. 280. 96 Ibid.

Page 89: 07140042 Lia Nurul Wahdati

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan

sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah

mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti,

proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada

di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.

Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Tahap akhir

dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah

tahap ini mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara

menjadi teori substantif dengan menggunakan metode tertentu.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti

pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan

dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan

menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan

tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain menganalisis data peneliti

juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori baru yang

barangkali ditemukan.

Menurut Miles dan Huberman dalam Moloeng97 pada dasarnya analisis

data ini didasarkan pada pandangan paradigma positivisme. Analisis data itu

dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan, apakah satu

atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analis sewaktu hendak mengadakan

97 Ibid. Hal. 280.

Page 90: 07140042 Lia Nurul Wahdati

analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang

telah dilakukannya satu atau dua situs.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan

dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu

kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih

tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data

diperlukan kembali98.

2. Display data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil

penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi

data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan

data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data99.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi

berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan

sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek,

trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin signifikansi hasil

penelitian100.

98 Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmi Sosial Lainnya. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003). Hal. 98 99 Ibid. 100 Ibid.

Page 91: 07140042 Lia Nurul Wahdati

H. Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik

trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut.

Menurut Moloeng101, trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi

yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Denzin dalam Moleong102, membedakan empat macam trianggulasi sebagai

teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori.

Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan

observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam

bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian

dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan

diantara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan

melengkapi dalam memperoleh data primer dan sekunder, observasi dan

interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan

kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran berbasis mencari informasi,

sementara studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data sekunder yang

101 Lexy Moleong. Op. Cit. Hal. 330. 102 Ibid.

Page 92: 07140042 Lia Nurul Wahdati

dapat diangkat dari berbagai dokumentasi tentang tugas-tugas pokok dan

pengelolaan pembelajaran dengan pembelajaran bervariasi.

Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu

tahap orientasi, tahap ekplorasi dan tahap memberchek. Tahap orientasi,

dalam tahap ini yang dilakukan peneliti dengan melakukan pra survey ke

lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini, pra survey dilakukan peneliti di

lokasi penelitian, melakukan dialog dengan kepala sekolah, beberapa

perwakilan guru, juga dari karyawan dan peserta didik.Kemudian peneliti

juga melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan

mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi,

tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan

melakukan wawancara dengan unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman

wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak

langsung tentang kondisi sekolah dan mengadakan pengamatan langsung

tentang pembelajaran di sekolah itu. Tahap memberchek, setelah data

diperoleh di lapangan, baik melalui observasi, wawancara ataupun studi

dokumentasi, dan responden telah mengisi data kuesioner, serta responden

diberi kesempatan untuk menilai data informasi yang telah diberikan kepada

peneliti, untuk melengkapi atau merevisi data yang baru, maka data yang ada

tersebut diangkat dan dilakukan audit trail yaitu menchek keabsahan data

sesuai dengan sumber aslinya103.

103 Harun, Rocajat. Metode Penelitian Kualitatip untuk Pelatihan.( Bandung: CV. Mandar Maju. 2007). Hal. 56-57.

Page 93: 07140042 Lia Nurul Wahdati

I. Indikator Kinerja

Pada bagian ini perlu dikemukakan tolok ukur keberhasilan tindakan

perbaikan ditetapkan secara eksplisit, sehingga memudahkan verifikasinya.

Untuk tindakan perbaikan bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa,

perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah,

jenis dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut

diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang

dimaksud104.

Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk menentukan

keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran adalah dua kriteria105, yakni

(1) indikator kualitatif berupa keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran

dan sikap mereka terhadap strategi pembelajaran yang dikembangkan, dan (2)

indikator kuantitatif berupa besarnya skor ujian yang diperoleh siswa dan

selanjutnya dibandingkan dengan batas minimal lulus (kriteria ketuntasan

minimal) mata pelajaran IPS di MI Sunan Giri (sebagaimana terlampir);

besarnya skor kriteria ketuntasan minimal sebesar 60%. Dengan demikian

siswa dikatakan tuntas belajar secara individual jika skor tes minimal sebesar

60%. Artinya jika kurang dari batas minimal skor tes tersebut maka siswa

dinyatakan belum lulus.

104 Wahidmurni. Op. Cit hlm. 38. 105 Ibid.,hllm. 78.

Page 94: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tabel 3. 1106

Indikator Ketuntasan Minimal

NO KRITERIA PENILAIAN KKM

1 Mengetahui dan memahami teori jual beli baik secara

tulis maupun lisan. 60

2 Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan

dan ide. 60

3 Aktif berdiskusi dan kerjasama kelompok.

4 Mampu mempresentasikan hasil resitasi kelompok. 60

5 Kreatif dan inisitif dalam bekerja. 60

6 Mampu mempraktekkan teori jual beli pada kegiatan

simulasi jual beli di pasar dan di sekolah. 60

106 Berdasarkan indikator ketuntasan minimal yang dibuat oleh peneliti

Page 95: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sejak pra dan pasca kemerdekaan rakyat Indonesia selalu mencari format

baru dalam pendidikan yang sesuai dengan keadaan social-kultur masyarakat.

Demikian halnya yang terjadi di Kabupaten Malang terutama di Kecamatan

Jabung yang sekian lama berupaya mencari kesejahteraan melalui dunia

pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

Hal ini dapat diambil contoh dari sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah

(MI) Sunan Giri Jabung yang saat ini mempunyai format ideal yang sesuai dengan

cita-cita dan tujuan pendidikan nasional.

MI Sunan Giri Jabung Malang berdiri sekitar tahun 1948-1949. Pada tahun

itu, negara dalam keadaan perang gerilya, merebut kemerdekaan. Pada suatu

malam, ketika jama’ah pengajian “ weton“ yang dipimpin Bpk. K.H. Abdul Mu’ti

Almarhum, beliau mengutarakan pendapatnya, karena beliau merasa kasihan

terhadap anak-anak usia sekolah, sepanjang hari hanya bermain-main saja tidak

ada yang sekolah.

Gagasan K. H. Abdul Mu’ti ini ternyata mendapat sambutan dari jama’ah

pengajian weton tersebut, maka beliau bersama-sama masyarakat Kemantren,

khususnya disekitar masjid sepakat mendirikan madrasah. Maka pada tanggal 5

Page 96: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Mei 1949 berdirilah sebuah madrasah, namun madrasah ini madrasah diniyah dan

hanya sampai kelas 3. Pada waktu itu yang diserahi untuk mengajar ada dua orang

yaitu Bpk. Ibnu Hasyim dan Bpk. M. Rawi almarhum.

Kemudian pada tahun 1968 madrasah ini terdaftar sebagai madrasah resmi

oleh pemerintah, dan pada tahun 1973 sudah mengikuti Ujian Negara (UN) yang

dilaksanakan oleh Departemen Agama RI. Beginilah Sejarah singkat berdirinya

Madrasah Ibtidaiyah di desa Kemantren. Yang kemudian resmi mendapat SK

dari pemerintah dengan nomor B/ Kw.13.4/ MI/ 2161/ 2006 dengan Nomor Induk

Sekolah 10251630413501 dan NSS 112350723257.

1. Identitas Sekolah

a. Nama sekolah : MI Sunan Giri

b. N I S : 10251630413501

c. N S S : 112350723257

d. Propinsi : Jawa Timur

e. Otonomi : Kabupaten Malang

f. Kecamatan : Jabung

g. Desa : Kemantren

h. Jl. dan Nomor : Jl A Yani 127

i. Kode pos : 65155

j. Telepon : (0341) 9960709

k. Status sekolah : Terakreditasi B

Page 97: 07140042 Lia Nurul Wahdati

l. Kelompok sekolah : Anggota KKM

m. Akreditasi : Th. 2005

n. Surat Keputusan (SK) : No. : B/ KW.13.4/ MI/ 2161/

2006

o. Penerbit SD ditandatangani : Surabaya, 01 Agustus 2006

p. Organisasi penyelenggara : Yayasan/swasta

2. Kondisi Objektif Sekolah

MI Sunan Giri mempunyai guru dan pegawai sebanyak 14 orang yang

terdiri dari 13 guru dan 1 TU (Tata Usaha). Latar belakang pendidikan tenaga

guru terdiri dari 5 orang sarjana S-1, 8 orang sarjana Diploma II, 1 orang

diantaranya dari sarjana D-2 sedang melanjutkan ke jenjang S-1, sedangkan 2

orang lainnya belum mendapat gelar kesarjanaan, dan saat penelitian ini

berlangsung sedang dalam tahap penyelesaian tugas akhir S-1. Rinciannya

sebagai berikut:

Page 98: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tabel 4.1

Daftar Guru dan Pegawai MI Sunan Giri107

No. Nama Guru / Pegawai Jabatan

01 M. Sholihan, S. Pd. Kepala Sekolah

02 Sutikhah, A.Ma. Bendahara

03 Atfiyah Kepala Urusan TU

04 Drs. Nur Hasyim Waka Kurikulum

05 Ibnu Hanif, S.Pd.I Waka Kesiswaan

Wali Kelas Iib

06 M. Musyafa’ Waka Sarpras

07 M. Fauzi Waka BP

Wali Kelas V

08 Wulandari, A.Ma.Pd. Wali Kelas Ia

09 Zuroifah, A.Ma.Pd. Wali kelas Ib

10 Dra. Shofiyah Wali Kelas Iia

11 Fitrotul Hamidah Wali Kelas IIIa

12 Hartono, A.Ma. Wali Kelas IIIb

13 Pipit Priyadi, A. Ma Wali Kelas IV

14 Riadus Sholihah, S. Ag Wali Kelas VI

107 Berdasarkan data MI Sunan Giri tahun 2008-2009

Page 99: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Jumlah siswa pada tahun 2008/2009 berjumlah 272 siswa, terdiri dari

134 laki-laki dan 138 perempuan yang tersebar di 9 kelas. Adapun rincian

data tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Jumlah Siswa MI Sunan Giri108

NO KELAS LK PR JUMLAH

01 Ia 14 16 30

02 Ib 16 15 31

03 Iia 10 18 28

04 Iib 11 19 30

05 IIIa 11 12 23

06 IIIb 15 10 25

07 IV 12 24 36

08 V 23 10 33

09 VI 22 14 36

JUMLAH 134 138 272

3. Visi dan Misi Madrasah

Visi Madrasah:

Membentuk pribadi muslim yang berakhlaqul karimah, berilmu, beriman,

bertaqwa dan berwawasan ahlus sunnah wal jama’ah.

108 Berdasarkan data dari MI Sunan Giri tahun 2008-2009

Page 100: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Misi Madrasah:

Memberikan pelayanan dan perhatian dalam bidang:

1. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

2. Pembinaan akhlaqul karimah

3. Penguasaan baca dan tulis al Qur’an

4. Peningkatan prestasi akademik dan iptek

5. Penguasaan prestasi seni dan olah raga

6. Penguasaan dasar berbahasa Arab dan Inggris

7. Menjalankan segala aktifitas berdasarkan ahlus sunnah wal jama’ah

4. Tujuan Madrasah

1. Membimbing, membekali, mengawasi dan mengontrol anak didik dalam

melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.

2. Membimbing dan memotifasi anak didik untuk melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi.

3. Menekankan dan membimbing anak didik untuk dapat menggunakan

sarana yang ada serta menciptakan sarana yang nantinya akan bermanfaat

bagi diri sendiri dan orang lain.

4. Membimbing sekaligus memberi suri tauladan budi pekerti luhur dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 101: 07140042 Lia Nurul Wahdati

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dan tata kerja MI NU Sunan Giri Kemantren Jabung

Malang sebagaimana terlampir (lampiran 2).

6. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.3

Data Sarana dan Prasarana MI Sunan Giri109

NO NAMA JUMLAH

01 Bangunan Sekolah 1 buah

02 Kelas 7 ruang

03 Ruang Guru 1 ruang

04 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang

05 Ruang Tamu 1 ruang

06 Ruang Perpustakaan 1 ruang

07 Ruang laboratorium 1 ruang

08 Kamar Mandi 1 ruang

09 Komputer 4 unit

10 Lemari 9 buah

11 Meja Belajar 113 set

12 Meja Kerja 6 buah

13 Media Pembelajaran 5 paket

109 Berdasarkan data dari MI Sunan Giri tahun 2008-2009

Page 102: 07140042 Lia Nurul Wahdati

B. Paparan Data

1. Sebelum Tindakan

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti bertemu dengan kepala sekolah

MI Sunan Giri pada tanggal 25 Februari 2009. Dalam pertemuan itu peneliti

menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

Kepala sekolah serta guru IPS memberikan izin pelaksanaan penelitian.

Kemudian peneliti dan guru IPS berdiskusi mengenai rencana penelitian

yang akan dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas IIIB yang dijadikan

sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas IIIB termasuk

kelas yang mempunyai kemampuan yang heterogen dan juga merupakan

kelas yang aktif dalam artian negatif dan sebaiknya disalurkan pada

pembelajaran yang menuntut kegiatan pembelajaran kontekstual. Selain itu,

peneliti sebelumnya pernah melakukan praktek mengajar selama PKLI di

kelas IIIB MI Sunan Giri, sehingga peneliti sedikit banyak mengenal

bagaimana karakteristik siswa.

Sebelum penelitian ini dilakukan, kondisi pembelajaran di kelas

secara keseluruhan rata-rata menggunakan metode tradisional konvensional,

yakni metode ceramah dan demonstrasi. Karakteristik siswa di kelas IIIB

merupakan siswa yang heterogen, rata-rata adalah siswa yang aktif baik

dalam artian aktif positif dan aktif negatif. Aktif positif di sini dalam artian

aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran, sedangkan

aktif negatif maksudnya kebanyakan siswa yang suka berjalan-jalan di

Page 103: 07140042 Lia Nurul Wahdati

kelas atau bermain-main sendiri dengan temannya. Dengan alasan ini,

peneliti berharap dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat

mengarahkan siswa ke dalam pembelajaran yang merangsang mereka untuk

lebih aktif dalam artian aktif positif, yakni dengan menggunakan resitasi dan

metode simulasi. Metode resitasi atau metode pemberian tugas dalam

penelitian ini bukan sekedar pemberian tugas yang menuntut siswa

menyelesaikan pekerjaan sehingga merasa terbebani dengan tugas, akan

tetapi diatur sedemikian rupa agar siswa merasa senang dan merasa tidak

tertekan. Penerapan metode resitasi dibuat secara berkelompok dengan

aturan main tertentu. Sedangkan pelaksanaan metode simulasi adalah

dengan peniruan kegiatan sosial secara kontekstual.

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi

dengan wali kelas IIIB, peneliti meminta data tentang kelas IIIB, yaitu data

tentang kemampuan belajar siswa, sebagai tolak ukur dalam pengelompokan

belajar dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui metode simulasi.

Setelah pengelompokan selesai, belum diberitahukan terlebih dahulu

kepada siswa tentang ketentuan kelompoknya, akan tetapi guru kelas pada

pertemuan sebelumnya telah memberitahukan pada siswa, bahwa pada

materi jual beli akan di bentuk kelompok dan akan diterapkan penerapan

metode simulasi, serta langkah-langkah belajar penerapan metode simulasi,

sedangkan ketentuan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 104: 07140042 Lia Nurul Wahdati

a. Seleksi topik

Peneliti memilih topik tentang tempat jual beli di lingkungan rumah

maupun sekolah. Karena tepat pada waktu itu materi IPS yang diajarkan

sampai materi jual beli. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group)

yang beranggotakan empat sampai lima siswa.

b. Implementasi/ pelaksanaan

Setiap siswa dalam kelompok pada tahap pemahaman konsep,

melakukan kerja sama untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru.

Yakni mengidentifikasi media gambar yang disiapkan guru sebelumnya dan

mengisi peta konsep secara berdiskusi. Pada tahap pelakasanaan atau

praktek simulasi jual beli, siswa melakukan kerjasama kelompok untuk

mendiskusikan barang dagangan apa yang sebaiknya mereka pilih.

Selanjutnya melakukan kegiatan simulasi jual beli di lapangan sekolah,

dimana siswa kelas IIIB berperan menjadi penjual/pedagang. Sedangkan

siswa lain adalah target pembeli.

c. Analisis dan sintesis

Siswa dengan dibantu menganalisis dan mensintesis hasil kegiatan

simulasi yang mereka lakukan, apakah kegiatan jual beli mereka telah sesuai

dengan teori jual beli yang mereka pelajari atau belum. Serta menghitung

keuntungan dan kerugian dari hasil jual mereka.

Page 105: 07140042 Lia Nurul Wahdati

d. Evaluasi

Peneliti bersama siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap tugas yang mereka terima. Evaluasi dapat mencakup tiap

siswa secara individual atau kelompok, atau keduanya.

2. Siklus Pertama

a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus pertama, peneliti menetapkan dua kali pertemuan atau

selama 140 menit sebagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

dirancang untuk memberikan pemahaman secara garis besar kepada para

siswa tentang materi jual beli di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah.

RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Metode pembelajaran

menggunakan metode resitasi atau pemberian tugas. Perencanaan dalam

tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

− Menyiapkan bahan pengajaran, terutama menentukan topik materi

belajar, yaitu modul tentang jual beli. Berupa buku IPS penerbit diknas

dan LKS IPS.

− Menyiapkan rencana tahapan mengajar dengan mengacu format rencana

pelaksanaan pembelajaran (lampiran 12 dan 13). Namun dalam RPP ini

sifatnya fleksibel, disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Page 106: 07140042 Lia Nurul Wahdati

− Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar macam-macam

kegiatan jual beli yang akan didiskusikan oleh anggota kelompok berikut

nama dan ciri-cirinya.

− Menyiapkan lembar observasi untuk siswa, yang berfungsi untuk

mencatat hasil kerja sama kelompok mereka masing-masing; dalam hal

ini menggunakan metode resitasi.

− Menyiapkan lembar observasi guru, untuk mencatat kegiatan di lapangan

selama proses pembelajaran. Baik dalam bentuk deskripsi suasana

kegiatan di kelas maupun wawancara dengan siswa.

− Menyiapkan lembar penilaian hasil unjuk kerja siswa secara individu

maupun kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Minggu ke 1.

Pada pertemuan ke I yang merupakan awal siklus I ini, siswa diberi

penjelasan tentang pentingnya kontekstual teaching, yakni pembelajaran

dengan menerapkan langsung materi yang diajarkan. Bahwa setiap siswa

mempunyai karakteristik yang berbeda dalam cara belajar dan untuk

memahami perbedaan tersebut maka kita harus merubah metode

pembelajaran yang dulunya konvensional dimana guru aktif siswa pasif

menjadi siswa aktif dan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator

kegiatan siswa.

Page 107: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Rangsangan selanjutnya adalah dengan mengemukakan kompetensi

dasar yang akan dikuasai siswa dalam pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Serta informasi-informasi tentang konsep yang akan

dipelajari, bahwa selama proses pembelajaran materi jual beli ini akan

diterapkan metode resitasi (pemberian tugas) secara berkelompok dan juga

metode simulasi, yakni praktek langsung materi jual beli di pasar terdekat

dan di lingkungan sekolah nanti pada pertemua ke 3. Pada informasi yang

terakhir ini, semua siswa menyambut dengan girang dan tak sabar. Kondisi

demikian dapat dipaparkan sebagai berikut:

Pada materi jual beli ini, nanti kalian akan Ibu ajak praktek jual beli langsung di pasar Kemantren. (“Asyiiik…….” -kontan, semua bersorak- “Kapan bu, itu Bu?”) Nanti, kira-kira 3 minggu lagi. (“Kenapa Bu, di sana Bu?” “Dikandani praktek jual beli kok..”. –siswa yang lain menimpali-) Iya benar, nanti di sana kalian akan mengetahui dan mempraktekkan sendiri bagaimana jual beli yang sesungguhnya. Tidak hanya sebatas teori saja di kelas. Tentunya kalian semua pernah membeli sesuatu di toko maupun di pasar kan? (pernaaaaaaaaaaaah…) Ada yang belum pernah? (tidaaak..). Nah, dalam materi kali ini, selain kalian sudah terbiasa dengan kegiatan membeli, kalian juga akan belajar bagaimana caranya berjualan. (Yeeeeee…. Asyiiik… Jualane di pasar tah, Bu?) Tidak, nanti ada kegiatan yang dilakukan di sekolah. (Yo po seh Bu, maksude? Keadaan kelas semakin ribut). Kalian penasaran kan? Nah, dari itu kalian ikuti saja pelajaran Ibu, nanti ada waktunya sendiri untuk menjelaskan bagaimana prosesnya… Sekarang, kalian buka LKS materi jual beli.. (guru mulai menjelaskan materi jual beli, siswa terlihat antusias). Pada pertemuan awal siklus pertama, siswa dituntut untuk lebih aktif

dibanding guru. Guru hanya sebagai fasilitator dan dinamisator saja. Guru

tidak langsung menjelaskan materi yang ada. Akan tetapi guru memberi

rangsangan dengan memberi pancingan kata-kata yang mendekati dari

Page 108: 07140042 Lia Nurul Wahdati

istilah yang ada. Submateri yang disampaikan sesuai dengan indikator yang

akan dicapai, yakni pengertian penjual dan pembeli, menyebutkan macam-

macam kegiatan jual beli di lingkungan rumah, syarat-syarat jual beli,

memahami perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern, dan

terakhir adalah menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam

membeli suatu barang. Selanjutnya siswa mengeluarkan alat tulisnya dan

kembali menyimak materi yang diajarkan guru. Mula-mula peneliti sebagai

guru mengingatkan kembali materi minggu sebelumnya yakni tentang

macam-macam pekerjaan, dan menghubungkan dengan materi jual beli

yang akan dibahas selanjutnya. Beberapa siswa merespon pertanyaan

peneliti, beberapa siswa lainnya terlihat agak lupa dan membuka-buka ulang

buku tulisnya.

Memulai pada materi jual beli, guru menanyakan pengertian dari

penjual dan pembeli. Dari sini masih banyak siswa yang kurang mengerti

bahwa makna dari awalan pe- adalah seseorang yang berperan menjadi

sesuatu. Ada yang memahami penjual sebagai barang yang dijual, bukan

orang yang menjual. Ini terkait kosakata siswa terhadap bahasa Indonesia

yang kurang, mereka masih sering mencampuradukkan bahasa daerah dan

bahasa Indonesia. Selanjutnya, siswa menyebutkan macam-macam tempat

terjadinya jual beli baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

rumah. Tempat jual beli di lingkungan sekolah adalah di koperasi sekolah

dan di kantin sekolah. Sedangkan tempat jual beli di lingkungan rumah

Page 109: 07140042 Lia Nurul Wahdati

adalah di toko, swalayan, warung, pasar dan lain sebagainya. Pengertian

kegiatan jual beli adalah kegiatan menjual dan membeli barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapun syarat terjadinya jual beli yaitu,

adanya penjual, pembeli, adanya barang yang diperjualbelikan, dan terjadi

kesepakatan harga antara pembeli dan penjual.

Pada pertemuan kali ini, siswa tefokus pada materi pokok jual beli di

lingkungan rumah saja, sedangkan materi pokok jual beli di lingkungan

sekolah akan dijelaskan pada materi minggu depan. Tahap selanjutnya,

siswa menghubungkan materi jual beli tersebut pada bidang agama. Ini

mengingat pembelajaran di kelas 3 MI masih merupakan pembelajaran

tematik. Yakni menghubungkan antar pelajaran satu dengan yang lainnya.

Rinciannya, Islam juga mengatur tentang hubungan manusia satu dengan

yang lainnya atau disebut mu’amalah. Begitu juga tentang jual beli, ada jual

beli yang diperbolehkan (halal) dan jual beli yang tidak diperbolehkan

(haram). Pada materi ini, siswa hanya memahami garis besarnya saja dan

sedikit mengulang materi fiqih.

Siswa kemudian menyebutkan tempat-tempat jual beli di lingkungan

rumah. Masing-masing siswa berebut menyebutkan nama-nama toko di

sekitar rumahnya. Lalu guru bersama siswa mengelompokkan jenis tempat

jual beli tersebut sesuai dengan ciri-ciri tempatnya. Yakni, toko, swalayan,

pasar, toko kelontong, atau warung. Ada siswa yang mengatakan bahwa

orang tuanya juga seorang pedagang. Ada yang berdagang di pasar dan ada

Page 110: 07140042 Lia Nurul Wahdati

pula yang buka toko kecil-kecilan di rumah. Semua siswa mengaku pernah

membeli sesuatu di toko maupun di pasar. Apalagi sekolah mereka tidak

jauh dari pasar Kemantren. Tetapi yang pernah mengalami menjadi

pedagang/penjual belum ada. Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam

peristiwa berikut:

Guru menanyakan kepada siswa siapa diantara mereka yang di rumah orang tuanya berjualan dan kadang membantu melayani pembeli. Semua siswa kontan ramai menunjuk temannya yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang. Siswa tersebut yaitu Putra dan Akhis. Akhis yang merasa orang tuanya bukan pedagang menyangkal. (bapak ibukku lho gak dodolan…) siswa yang lain menanggapi (lho ngarep omahmu lak onok bakul bakso tah…) Akhis menimpali (iku lho warunge lek Tul, uduk warungku…). Guru kemudian menanggapi “Berarti orang tua Akhis bukan pedagang ya?” Akhis menjawab, “Bukan, Bu…”. “Kalau Putra?” Yang bernama Putra menjawab, “Ya Bu, emakku jualan di pasar..” “Jualan apa? Putra pernah bantu emak melayani pembeli?” “Jualan sayur, gak pernah Bu… Paling cuma nunggoki thok…”. Guru menanggapi, “Tapi,sering lihat ibuk jualan, kan? Setidaknya tahu bagaimana cara melayani pembeli. Coba ceritakan sedikit, bagaimana cara melayani pembeli..”. Putra sedikit bingung, kepalanya yang tidak gatal digaruk-garuk dengan pandangan berputar ke arah langit-langit. “Opo yo, Bu… hehehehe…. Ya, ada pembeli pengen beli apa, terus dilayani. Tanya hargae berapa terus dibayar. Barang dibungkus. Sudah. Hehehehe..”. “Iya bagus, benar yang dikatakan Putra tadi”

Selanjutnya siswa mempelajari syarat-syarat terjadinya jual beli. Jika

salah satu syarat tersebut tidak ada, maka tidak syah akad jual beli tersebut.

Siswa juga mengetahui pengertian pasar dan jenis-jenis pasar. Ada pasar

yang diberi nama menurut tempatnya, seperti pasar bogor dan ada pula pasar

yang diberi nama menurut nama hari, seperti pasar Jumat. Selain itu ada

pasar yang diberi nama berdasarkan pada barang yang diperdagangkan,

Page 111: 07140042 Lia Nurul Wahdati

seperti pasar buah. Pasar berdasarkan bertemu atau tidaknya penjual dan

pembeli, terdiri dari pasar nyata dan pasar tidak nyata. Pasar nyata adalah

pasar yang penjual dan pembelinya dapat bertemu secara langsung. pasar

tidak nyata adalah pasar yang pembeli dan penjualnya tidak bertemu

langsung. Kegiatan jual beli dilakukan dengan perantara. Barang yang

diperjualbelikan hanya berupa contoh barang. Siswa juga menyebutkan

cirri-ciri masing-masing tempat jual beli tersebut. Selanjutnya guru memberi

tips-tips dalam memilih barang, agar pembeli tidak menyesal setelah

membeli, yaitu dengan mempertimbangkan dengan matang sebelum benar-

benar membeli dan meneliti ada tidaknya cacat barang tersebut.

Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan ulang setiap submateri

tersebut sesuai dengan kemampuan berbahasa dan tingkat pengetahuan

masing-masing siswa. Guru menunjuk siswa secara acak dan membantu

siswa menguraikan pendapatnya. Guru juga menstimulus siswa dengan

pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan submateri. Dalam hal ini,

masih banyak siswa yang dengan malu-malu mengungkapkan pendapatnya.

Ada yang sama sekali diam, entah karena malu atau tidak faham. Namun

oleh teman sebangkunya memberi tahu dengan bisik-bisik, lalu anak

tersebut mengikuti apa yang dikatakan temannya. Dari jumlah keseluruhan

siswa yang masuk ada 24 siswa dan 1 siswa yang lain absen karena sakit,

data kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut.

Page 112: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tabel. 4.4

Data Observasi Kemampuan Unjuk Pendapat Siswa110

No. Unjuk Pendapat Siswa Jumlah Siswa Prosentase

1. Aktif dan benar 5 21%

2. Aktif dan terjadi kesalahan 4 17%

3. Malu-malu dan benar 4 17%

4. Malu-malu dan terjadi kesalahan 9 37%

5. Not responding 2 8%

Jumlah 24 100%

Dari 2 siswa yang “not responding” atau sama sekali tidak nyantol

dengan materi, setelah diselediki ternyata mempunyai keterbatasan dalam

berfikir. Ini terbukti mereka sudah beberapa tahun tidak naik kelas, siswa

yang bernama Laila sudah 3 tahun tingga kelas dan hingga penelitian ini

berlangsung, siswa tersebut belum mampu membaca. Sedangkan siswa yang

bernama Didik sudah 4 tahun tidak naik kelas, belum mampu menghafal

jenis-jenis huruf dan belum bisa menulis. Padahal berdasarkan pengamatan

peneliti, sekolah sudah berusaha maksimal untuk membantu siswa tersebut

dengan pendampingan tambahan di luar jam sekolah. Akan tetapi dari diri

siswa tersebut gampang sekali lupa dengan materi yang diajarkan,

konsentrasi rendah sekali, mudah putus asa, tidak ada semangat untuk

110 Data observasi guru pada pelaksanaan metode resitasi minggu pertama (Selasa, 3 Maret 2009)

Page 113: 07140042 Lia Nurul Wahdati

belajar, ditambah kurang adanya dukungan dari orang tua siswa untuk

belajar di rumah.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan metode resitasi (pemberian

tugas), guru membagi kelas menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari

4 sampai 5 orang siswa. Tiap kelompok mendapat gambar tempat jual beli,

tugas mereka adalah mengelompokkan gambar tersebut sesuai dengan jenis

tempat jual beli. Gambar-gambar tersebut digunting kemudian ditempelkan

ke kolom yang telah disiapkan. Siswa mengidentifikasi gambar tersebut

sesuai dengan ciri-ciri pada gambar, guru memasukkan hasil penelitian

siswa pada tabel observasi tiap individu siswa (lihat lampiran 17). Contoh

lembar kerja siswa adalah sebagaimana tabel berikut.

Tabel 4.5

Contoh Lembar Kerja Siswa111

No. Gambar Keterangan

Gambar Ciri-cirinya

1.

Pasar

Tradisional

- Biasanya terdapat di

pedesaan.

- Tempatnya tidak

teratur.

- Ada tawar menawar

harga.

- Dsb.

2. Dst.

111 Contoh lembar kerja siswa yang dibuat guru berdasarkan inisiatif pribadi.

Page 114: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Keterangan:

- Pada kolom “Gambar” diisi dengn potongan gambar dan ditempelkan ke

dalam kolom tersebut.

- Pada kolom “Keterangan Gambar” adalah nama gambar tersebut sesuai

dengan kategori tempat jual beli. Ex: pasar, toko, swalayan.

- Kolom “Ciri-cirinya” merupakan cirri-ciri yang menonjol dari tempat

jual beli tersebut.

Pada kegiatan potong memotong dan menempelkan gambar, peneliti

melihat semua siswa terlihat senang, ini terlihat seringkali siswa

menawarkan bantuan untuk menggantikan temannya yang kebagian

memotong dan menempelkan gambar. Namun saat kegiatan mengisi tabel

dan mendiskusikan ciri-ciri gambar tersebut sesuai dengan tempat jual

belinya, masih banyak siswa yang kurang sadar akan kerjasama kelompok.

Banyak siswa yang masih mengandalkan teman satu kelompoknya yang

dianggap pintar. Guru mengkondisikan siswa yang mempunyai tingkat

kesadaran rendah tersebut dan memberi stimulus agar mereka juga ikut

kerjasama kelompok.

Guru di sini selain mengamati kerjasama kelompok, juga mengamati

partisipasi individu siswa dalam kerja kelompok. Hasil kerja kelompok

siswa sebagaimana tabel 4.6.

Page 115: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tabel. 4.6

Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-1

No. Kelompok Alternatif Penelitian

Skor Rata2 Kerjasama Aktivitas Inisiatif

1. I 65 80 70 71,6

2. II 70 75 75 73,3

3. III 70 85 75 76,6

4. IV 70 80 70 73,3

5. V 65 80 70 71,6

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kesadaran untuk melakukan

diskusi dan kerjasama kelompok masih kurang. Namun dalam hal aktifitas

dan inisiatif, siswa terlihat sangat antusias. Berdasarkan wawancara oleh

peneliti, siswa suka dengan kegiatan yang bersifat visual atau gambar,

apalagi terdapat kegiatan menggunting dan menempel gambar yang

membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan dan tidak dirasa sebagai

beban. Sebagaimana wawancara berikut.

Guru: “Bagaimana perasaanmu dengan penggunaan metode resitasi seperti

ini?”112

112 Wawancara dengan siswa pada selasa 3 Maret 2009 di ruang kelas IIIB. Siswa A (Billa), siswa B (Mamad) dan siswa C (Didik)

Page 116: 07140042 Lia Nurul Wahdati

A (siswa yang terlihat menonjol dan berprestasi):

A : “Senang, Bu. Tugas yang diberikan tidak menjadi beban dan tidak

membosankan. Tugas terasa menyenangkan, karena ada kegiatan

menggunting dan menempel. Dan membuat kita jadi cepat faham

dengan pelajarannya.”

B (siswa yang aktif namun mempunyai prestasi yang sedang)

B : “Senang! Karena ada gambarnya sehingga mudah memahaminya. Kalau

biasanya nggak ada gambarnya yang sebagus ini. Bias motong-

motong gambar dan nempelin gambar. ”

C (siswa dengan prestasi rendah dan sering tidak naik kelas)

C : “Menyenangkan. Karena tugasnya mudah, hanya memotong gambar dan

menempelkan saja. Kalau yang mengerjakan yang sulit-sulit, saya

nggak bisa”

Dari hasil wawancara tersebut di atas, bisa dikatakan bahwa metode

resitasi ini efektif dan dianggap menyenangkan oleh siswa. Karena pada

dasarnya dalam pemberian tugas ini, peneliti mengatur kegiatan

pembelajaran semenarik mungkin sehingga siswa tidak merasa terbebani

dengan tugas yang diberikan. Selain metode ini efektif dan menyenangkan,

ternyata juga masih ada beberapa siswa yang kurang sadar akan adanya

kerjasama kelompok, siswa masih mengandalkan teman satu kelompoknya

yang lebih pintar dan rajin.

Page 117: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Dengan demikian pada pertemuan selanjutnya, guru perlu memotivasi

lagi agar siswa dapat bekerjasama kelompok dengan baik, tidak

mengandalkan teman yang lain. Guru juga memberi pekerjaan rumah

dengan mengerjakan soal-soal di LKS hal 26.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Minggu ke 2.

Setelah kegiatan apersepsi, guru meminta siswa untuk membahas

pekerjaan rumah minggu kemarin. Pekerjaan siswa ditukar dengan

pekerjaan teman sebangkunya, lalu soal dijawab secara bergilir. Siswa

mengoreksi bersama jika ada jawaban yang kurang benar. Sedikit

mengulang pelajaran minggu kemarin, siswa dengan bantuan guru

menjelaskan beberapa hal materi yang lalu.

Pada tahap selanjutnya, guru memberi penjelasan tentang sejarah jual

beli yakni dengan cara barter. Dalam memberi penjelasan, guru tidak

langsung memberi pengertian secara langsung. Akan tetapi guru memberi

rangsangan dengan membawa media gambar (lampiran 18). Siswa diberi

kesempatan untuk menjelaskan gambar tersebut. Banyak siswa yang

menjawab tanpa aturan dan terkesan clometan. Ketika siswa ditunjuk untuk

menjelaskan dengan berdiri siswa terlihat enggan dan berkata, “Emoh, Bu…

Isin! Kalau duduk saya mau Bu!”. Ulum, siswa yang terlihat menonjol

kecerdasannya mengungkapkan pendapatnya meski dengan bahasa

campuran Indonesia-Jawa.

Page 118: 07140042 Lia Nurul Wahdati

“Saya tahu, Bu. Pada jaman dahulu jual beli tidak menggunakan uang. Tetapi ijol-ijolan… Eh, tukar menukar barang. Misalnya seperti gambar itu, kalau saya butuh beras dan saya punya jagung, ya…jagung tadi saya tukar dengan orang yang punya beras”.

Guru menanggapi dengan pujian. Namun tetap memberi kesempatan

kepada yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya. Selanjutnya banyak

siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya, meski masih banyak yang

jawabannya sama persis dengan yang sebelumnya. Kegiatan seperti ini

untuk melatih siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya dan

mengembangkan cara berfikir siswa. Dengan pujian, guru dapat memotivasi

siswa untuk lebih baik lagi. Ini terbukti banyak siswa yang sebelumnya

tidak berani berbicara, tapi setelah banyak teman-temannya yang mendapat

pujian meski masih terdapat beberapa kesalahan dan guru memperbaiki

kesalahan tersebut, siswa yang lain menjadi lebih berani dan mencoba

berbicara.

Setelah memahami pengertian barter, siswa bersama guru

mengidentifikasi kelemahan barter. Guru mengajak siswa mempraktekkan

barter secara langsung dengan teman sebangkunya. Barang yang ditukar

sesuai dengan kesepakatan masing-masing siswa. Peristiwa seperti ini dapat

dilihat pada catatan lapangan berikut:

Siswa diinstruksikan guru untuk saling tukar menukar barang dengan teman sebangkunya, barang sesuai kebutuhan masing-masing siswa. Maka terjadilah barter dan kesepakatan antar siswa, selanjutnya siswa diinstruksikan untuk menghitung nilai barang tersebut dengan nilai rupiah. Setelah dihitung-hitung, banyak siswa yang merasa rugi, karena antara barang miliknya dengan barang yang ditukar lebih

Page 119: 07140042 Lia Nurul Wahdati

mahal harganya dibanding barang yang ia dapat. Siswa yang merasa rugi tidak terima, dan ingin barangnya dikembalikan lagi. Akhirnya, siswa dibantu guru menyimpulkan kelemahan prakter barter tersebut. Bahwa terbukti dalam barter sering terjadi ketidakseimbangan antara nilai barang yang ditukar dengan barang didapate, shingga merugikan salah satu pihak. Maka dari itu, dibuatlah mata uang sebagai alat tukar barang untuk memudahkan kegiatan jual beli dan agar terjadi kesamaan harga jual antara daerah satu dengan daerah yang lain.

Dalam pembelajaran kali ini guru menerapkan pembelajaran

kontekstual atau pembelajaran dengan pengalaman langsung. Siswa

menemukan dan menyimpulkan sendiri dari apa yang ia lakukan. Siswa

dituntut lebih aktif dibanding sebelumnya, ini untuk meningkatkan kualitas

belajar mereka. Mengingat persaingan di luar semakin ketat dan

perkembangan tekhnologi semakin cepat. Siswa sebagai bibit yang siap

tumbuh perlu dipupuk dan dikembangkan menjadi manusia yang cerdas dan

berkepribadian.

Selanjutnya adalah mengenal kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.

Guru memberi stimulus dengan memberi deskripsi cerita. Dan dapat diambil

kesimpulan bahwa koperasi merupakan perwujudan perekonomian

berdasarkan asas kekeluargaan, koperasi sekolah adalah koperasi yang

anggotanya para siswa dan dibina oleh guru. Modal koperasi diperoleh dari

simpanan anggotanya. Simpanan para anggota koperasi sekolah berupa

simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Oleh karena

kegiatan koperasi sekolah merupakan kegiatan jual beli, maka pastilah

mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut disisihkan dan sikenal

Page 120: 07140042 Lia Nurul Wahdati

dengan sebutan Sisa Hasil Usaha (SHU). Selain itu, siswa dididik untuk

bertanggungjawab, dibiasakan berlaku setia kawan terhadap sesama siswa

dan berlatih organisasi. Sedangkan kantin sekolah adalah warung tempat

menjual makanan dan minuman yang berada di lingkungan sekolah. Kantin

sekolah dikelola oleh pihak sekolah ataupun koperasi sekolah.

Kemudian dilakukan tanya jawab antara guru dan siswa tentang

materi tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata siswa di kelas IIIB ini

tergolong siswa yang aktif dan selalu ingin tahu. Jarang sekali yang terlihat

malu-malu, kecuali beberapa siswa perempuan yang jika ditunjuk untuk

menjawab terlihat malu-malu atau kadang diam. Setelah diamati pada

pertemuan kedua ini, dari 14 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, 6

siswa laki-laki terlihat aktif daripada 8 siswa laki-laki lainnya dan 4 siswa

perempuan terlihat lebih aktif dibanding 7 siswa perempuan lainnya.

Selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Pembagian kelompok

sama dengan pertemuan sebelumnya dan juga dengan metode pembelajaran

yang sama yakni metode resitasi (pemberian tugas). Setiap kelompok

mendapat gambar peta konsep. Peta konsep tersebut berisi tabel-tabel

kosong yang nantinya akan disalin siswa pada lembar kertas manila dan

dihias dengan spidol warnai-warni, tugas dikerjakan secara kelompok. Peta

konsep menjelaskan tentang bapak koperasi Indonesia, karakteristik

koperasi dan kepengurusannya. Agar peta konsep ini terlihat menarik, maka

Page 121: 07140042 Lia Nurul Wahdati

siswa menyiapkan kertas manila putih dan spidol berwarna. Berikut lembar

tugas siswa yang harus disalin dan kotak-kotak yang kosong diisi.

Gambar 4.1

Lembar Tugas Resitasi113

Sesuai dengan waktu yang ditentukan pekerjaan kelompok

diberhentikan, guru menunjuk salah satu siswa dalam suatu kelompok untuk

menjelaskan isi diagram yang dibuat tersebut. Siswa selanjutnya

mempresentasikan pekerjaannya dengan bahasa sehari-hari. Rata-rata siswa

113 Lembar tugas resitasi minggu ke 2 (selasa, 10 Maret 2009), yang dibuat guru atas inisiatif pribadi.

KOPERASI SEKOLAH

BAPAK KOPERASI INDONESIA

………………………………………….

PENGURUS KOPERASI SEKOLAH

………………………………….

DIBIMBING OLEH ………………………………

……

ANGGOTA KOPERASI SEKOLAH

…………………………………

BARANG YANG DIJUAL DI KOPERASI SEKOLAH: ……………………………

……………..

SHU kependekan dari ………………………

………. ………………….

Page 122: 07140042 Lia Nurul Wahdati

mampu mempresentasikan hasil pekerjaannya, meskipun dengan

keterbatasan bahasa.

Menindaklanjuti pada diskusi kelompok pada pertemuan yang lalu

yang dinilai peneliti belum maksimal, maka kali ini peneliti mengusahakan

hasil semaksimal mungkin. Siswa diharapkan mampu bekerjasama

kelompok dengan baik. Tiap siswa diharapkan lebih aktif dengan

menyumbangkan ide-idenya. Pada saat terjadi diskusi kelompok, guru

mencatat hasil kerja siswa. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel. 4.7

Data Observasi Kelompok Tugas Resitasi Minggu ke-2

No. Kelompok Alternatif Penelitian

Skor Rata2 Kerjasama Aktivitas Inisiatif

1. I 70 70 90 76,6

2. II 90 70 70 76,6

3. III 80 75 85 80

4. IV 75 70 75 73,3

5. V 70 80 75 75

Sebagaimana data yang terlihat pada tabel 4. 7 di atas jika

dibandingkan dengan tabel 4. 6 pada pertemuan minggu sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa perkembangan dalam kerja kelompok mengalami

peningkatan dari minggu kemarin. Ini karena siswa mulai memahami

Page 123: 07140042 Lia Nurul Wahdati

66

68

70

72

74

76

78

80

82

KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4 KEL 5

siklus 1 minggu 1

siklus 1 minggu 2

pentingnya kerjasama kelompok. Serta pantauan dan motivasi dari guru

dengan memberi stimulus bagaimana caranya siswa yang tidak aktif dapat

ikut bekerja sama. Perbandingan hasil kerja kelompok pada siklus 1 dan

pada siklus 2, dapat dilihat pada gambar grafik 4.2 berikut.

Gambar 4.2

Diagram Perbandingan Hasil Kerja Kelompok Minggu 1 dan Minggu 2

Selanjutnya pada pertemuan terakhir, guru menjelaskan bahwa

minggu depan akan diadakan praktek jual beli di pasar dan juga di sekolah.

Prosedurnya yakni siswa sesuai dengan kelompoknya tadi, membutuhkan

modal untuk belanja di pasar. Minggu depan, tiap siswa diharapkan

membawa uang minimal sebesar dua ribu rupiah. Sehingga setiap kelompok

terkumpul sekitar sepuluh ribu rupiah. Uang tersebut rencananya akan

dibuat modal untuk membeli macam-macam jajanan. Jajanan tersebut

nantinya akan dijual ulang di sekolah. Target pembeli adalah warga sekolah

yang lain. Untung atau rugi akan diperkirakan sebelumnya. Jadi peran siswa

di sini, sebelumnya siswa berperan menjadi pembeli di pasar kemudian

berperan sebagai penjual saat di lingkungan sekolah.

Page 124: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Menanggapi tugas dari guru tersebut, siswa terlihat sangat antusias

dan senang sekali. Ada siswa yang bertanya, “Bu, jualannya apa harus

jajanan tah, Bu?”. Guru mengiyakan jawaban tersebut, karena jaajnan lebih

diminati oleh siswa. Sehingga jualan diharapkan terjual semua dan

mendapat untung. Setelah terjadi tanya jawab dari tugas tersebut, guru

menutup pelajaran.

c. Refleksi

Pada kegiatan siklus pertama secara keseluruhan, menunjukkan bahwa

tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP).

Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan

bahwa:

− Siswa sudah mampu memahami tempat-tempat jual beli di lingkungan

rumah dan lingkungan sekolah. Serta mampu membedakan antara

macam-macam tempat jual tersebut berdasarkan ciri-cirinya.

− Kebanyakan siswa bukan merupakan dari keluarga pedagang, sehingga

minim sekali pengalaman mereka dalam kegiatan berdagang atau sebagai

pedagang/pembeli.

− Siswa sudah mampu menggabungkan antara pengetahuan sosial dengan

pengetahuan agama. Ini terbukti mereka telah memahami jual beli yang

Page 125: 07140042 Lia Nurul Wahdati

diharamkan dan dihalalkan oleh agama Islam serta mengetahui syarat-

syarat jual beli.

− Tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dinilai kurang pada

minggu pertama, namun pada minggu kedua siswa sudah mulai aktif,

baik bertanya, menjawab, maupun menyampaikan pendapatnya. Guru

selalu memotivasi siswa untuk aktif. Ketidakaktifan siswa ternyata

dikarenakan mereka kurang memahami materi pembelajaran, sehingga

banyak siswa yang terlihat ragu-ragu untuk menyampaikan pendapatnya.

− Kesadaaran hidup bersosial dan kerjasama dengan sesama masyarakat,

ditumbuhkan melalui kegiatan berdiskusi kelompok. Pada minggu

pertama, kegiatan kerja kelompok sudah dianggap efektif namun masih

kurang sempurna karena dalam kerjasama masih dirasa kurang. Sehingga

pada minggu kedua, siswa ditekankan betapa pentingnya hidup

bekerjasama dan memecahkan masalah bersama.

− Pembelajaran dengan metode simulasi dalam materi barter ini, siswa

dapat merasakan dan mengidentifkasi kelemahan barter serta mengetahui

manfaat diadakannya uang sebagai alat untuk transaksi jual beli.

− Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran,

sumber/bahan/media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan

kegiatan penilaian dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai

kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran siklus pertama.

Page 126: 07140042 Lia Nurul Wahdati

3. Siklus Kedua

a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus pertama, peneliti menetapkan dua kali pertemuan atau

selama 140 menit sebagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

dirancang untuk memberikan pengalaman kepada siswa tentang bagaimana

cara jual beli dalam kehidupan sehari-hari. Pada minggu pertama, siswa

diajak ke pasar terdekat untuk melakukan praktek jual beli. Peran siswa

diposisikan sebagai pembeli. Selanjutnya melakukan paktek jual beli di

lingkungan sekolah, peran siswa diposisikan sebagai penjual. Pada RPP

dikembangkan berdasarkan silabus. Pada minggu kedua, merupakan

kegiatan evaluasi. Untuk memastikan ketercapaian kompetensi dasar secara

individual, maka diadakan tes tulis individual pada pertemuan terakhir ini.

Perencanaan dalam tindakan siklus II adalah sebagai berikut:

− Menyiapkan bahan pengajaran, terutama menentukan topik materi

belajar, yaitu modul tentang jual beli. Berupa buku IPS penerbit diknas

dan LKS IPS.

− Menyiapkan rencana tahapan mengajar dengan mengacu format rencana

pelaksanaan pembelajaran (lampiran 13 dan 14). Namun dalam RPP ini

sifatnya fleksibel, disesuaikan dengan kondisi yang ada.

− Menyiapkan alat pembelajaran, berupa uang sebagai modal awal,

beberapa jajanan sebagai barang dagangan, dan meja kursi sebagai

tempat jual beli.

Page 127: 07140042 Lia Nurul Wahdati

− Menyiapkan lembar observasi siswa, yang berfungsi untuk mencatat hasil

observasi kelompok selama kegiatan berlangsung dan mencatat untung

dan rugi hasil jual beli.

− Menyiapkan lembar observasi guru, untuk mencatat kegiatan di lapangan

selama proses pembelajaran. Baik dalam bentuk deskripsi suasana

kegiatan belajar maupun wawancara dengan siswa.

− Menyiapkan lembar penilaian hasil unjuk kerja siswa secara individu

maupun kelompok.

− Menyiapkan tes tulis siswa secara individual, ini untuk memastikan

ketercapaian kompetensi dasar secara individual siswa.

− Menyiapkan lembar kesan dan pesan untuk siswa, selama kegiatan

pembelajaran dengan menggnakan metode simulasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Siklus ke II, minggu pertama.

Kegiatan pada siklus kedua ini adalah praktek simulasi jual beli di

pasar dan di sekolah. Pada awal pembelajaran, siswa terlihat sangat antusias

dengan kegiatan yang telah direncanakan hari ini. Mereka tak sabar ingin

segera ke pasar. Pada pertemuan kali ini, siswa sudah duduk sesuai dengan

kelompoknya masing-masing. Guru kemudian mengecek tugas kelompok

siswa yang ditugaskan pada minggu sebelumnya. Lalu mengumpulkan uang

iuran siswa tersebut sebagai modal usaha tiap kelompok . Setiap kelompok

Page 128: 07140042 Lia Nurul Wahdati

mempunyai modal yang berbeda, tergantung jumlah iurannya. Ada beberapa

siswa yang tidak membawa uang iuran. Dari 5 kelompok, ada 3 kelompok

yang di dalam anggotanya tidak membawa iuran. Untuk itu sesuai

kesepakatan kelas, siswa yang tidak membawa iuran sebagai gantinya tetap

membayar dengan menggunakan uang saku seadanya. Dan nanti di akhir

kegiatan jka ada keuntungan, siswa tersebut tidak mendapat pembagian

uang laba. Jumlah modal tiap kelompok, bisa dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel. 4.8

Jumlah Modal Tiap Kelompok

KELOMPOK JUMLAH MODAL

I 3600

II 10.500

III 6.300

IV 10.000

V 7300

Sebelum berangkat, guru memberi pengarahan dan tata tertib yang

harus dilakukan nanti saat di pasar, ini untuk mengantisipasi

ketidakteraturan dan keramaian siswa. Berikut paparan guru:

Anak-anak, tugas kalian di pasar ini adalah praktek jual beli di pasar. Peran kalian sebagai pembeli yang membeli barang dagangan di penjual grosir. Uang iuran tersebut adalah modal awal kelompok kalian. Nanti di pasar, kalian akan membeli barang dagangan di penjual grosir aneka jajanan. Tugas kalian adalah membeli jajanan sesuai dengan jumlah uang yang ada. Kalian pilih jajanan-jajanan

Page 129: 07140042 Lia Nurul Wahdati

yang bagus dan baik mutunya, dan setelah cocok, kalian tawar dan pertimbangkan berapa keuntungan jajanan tersebut jika dijual ulang. Dan ingat! Saat berangkat ataupun saat berada di pasar, mohon dijaga kesopanannya. Jangan ramai sendiri tanpa aturan. Sebab itu nantinya akan mencerminkan siswa MI Sunan Giri yang kurang baik akhlaknya. Saat di jalan, kalian berjalan bergandengan tangan dua orang-dua orang. Jalannya di pinggir, tidak boleh ramai, teriak-teriak atau lari-lari. Kalian harus tertib sampai pulang nanti. Kalaupun nanti ketemu saudara, tetangga atau bapak dan ibuk kalian di pasar, tidak usah menghampiri, karena kalian di pasar ini dalam rangka praktek jul beli bukan dolan. Kalau sampai terjadi apa-apa pada kalian, itu menjadi tanggung jawab ibu guru.

Setelah terjadi tanya jawab yang kurang dimengerti siswa, siswa dan

guru membuat beberapa kesepakatan dan menyepakati kesepakatan tersebut.

Pada waktu berangkat, siswa berjalan baris dua orang-dua orang dengan

bergandengan tangan. Ini untuk mengantisipasi keamanan dan ketertiban.

Sampai di pasar, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.

Secara berkelompok, siswa mulai melakukan jual beli dengan pedagang

grosir jajanan di pasar. Kegiatan ini berlangsung urut dari kelompok satu ke

kelompok yang lainnya. Sekedar informasi, pedagang grosir jajanan ini

telah ditentukan oleh guru sebagai pusat kegiatan jual beli siswa. Setiap

kelompok dengan dipimpin oleh ketua kelompoknya, memilih barang

dagangan yang diminati dan meneliti kualitas serta kuantitas barang

tersebut. Hasil observasi guru terhadap kerja kelompok dalam simulasi jual

beli di pasar, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Page 130: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tabel. 4.9

Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar

Aspek yang Diobservasi Kelompok

1 2 3 4 5

Aktif berdiskusi dan kerjasama

kelompok.

X X _ X _

Partisipasi setiap anggota kelompok

yang baik.

_ X _ X _

Efektifitas pemanfaatan waktu yang

baik.

X X X X X

Mampu memilih barang dengan

pertimbangan yang matang.

_ X X X X

Mampu mempertimbangkan antara

kebutuhan dan keuangan yang ada.

X _ X X _

Aktif dalam melakukan tawar menawar. _ _ _ _ _

Mampu menawar dagangan dengan baik. _ _ _ _ _

Dari kelompok-kelompok tersebut, masih banyak yang terlihat

kebingungan sehingga guru ikut mengarahkan kegiatan mereka. Karena

harga jual barang yang dipatok penjual adalah harga pas, maka kegiatan

tawar menawar tidak ada. Siswa cukup memilih barang dagangan yang

mempunyai mutu bagus, dan teliti sebelum benar-benar membeli daripada

menyesal nantinya. Siswa juga mempertimbangkan laku tidaknya jika

Page 131: 07140042 Lia Nurul Wahdati

barang tersebut dijual ulang. Ada kelompok siswa yang terkesan tergesa-

gesa dalam memilih barang. Kelompok tersebut adalah kelompok V,

kelompok yang diketuai Galih. Si ketua terlihat tidak sabar, dan memilihkan

barang sesuai dengan kehendaknya. Ada juga yang terlihat kebingungan

memilih barang, ini terjadi pada kelompok I karena uang modal mereka

sangat pas-pasan. Ingin beli jajanan yang mahal dan enak, uang mereka

tidak cukup. Kelompok II dan IV merupakan kelompok yang modalnya

paling besar dibanding kelompok lainnya, sehingga sangat mudah untuk

membeli jajanan-jajanan yang lebih banyak dan berkualitas. Kelompok III

dengan modal yang tidak terlalu banyak, namun mereka dapat

memperkirakan jajanan yang kiranya diminati pembeli.

Selesai siswa melakukan praktek simulasi jual beli di pasar, siswa

kembali ke sekolah. Jarak sekolah dan pasar Kemantren sekitar 100 meter.

Sampai di sekolah siswa istirahat sebentar melepas lelah. Saat istirahat

seperti ini, kondisi siswa masih ngos-ngosan dan terlihat sekali-sekali

mengipas-ngipaskan buku ke wajahnya, guru sesaat bertanya kepada anak-

anak,

G: “Bagaimana perasaan kalian saat di pasar tadi?” S: “Senaaaaaang..”. G: “Capek apa tidak?” S: “Capeeeek..” (Semua siswa) “Panaaas…” S: “Tapi senang, Bu…” (Beberapa siswa menimpali) S: “Bu, besok lagi ya bu, ya…” (Mamad siswa yang selalu aktif) G: “Ada yang merasa tidak senang?” S: “Saya!” (Fikri angkat tangan) G: “Alasannya tidak suka kenapa?”

Page 132: 07140042 Lia Nurul Wahdati

F: “Hehehehe….” (cengar-cengir) “Nggak, nggak, Bu… Guyon! Hehehe.. Senang kok Bu..”

G: “Ada pendapat lain?” S: “Malu, Bu..tadi di pasar..” (Bella siswa yang terlihat menonjol) G: “Malu kenapa?” B: “Dilihati orang-orang di pasar” G: “Ada yang merasa malu seperti Bella?” M: “Iya Bu, malu Bu.. Eroh tonggoku..” (Mamad)114

Dari wawancara di atas, dapat dilihat bahwa semua siswa merasa

senang, meski ada yang mengeluh capek, malu, ataupun panas. Setelah 5

menit setelah siswa merasa segar kembali, guru mulai mengajak untuk

membuka dan mengecek barang belanjaan yang dibeli tadi. Siswa kemudian

mulai menghitung jumlah barang dan harga beli tadi. Dengan bantuan guru,

siswa mulai memperkirakan berapa harga jual barang dagangan tersebut tiap

bijinya. Siswa memperkirakan harga barang sebagaimana mereka sering

membeli di toko-toko, harga disesuaikan dengan harga pada umumnya.

Selanjutnya dengan bimbingan guru, siswa menghitung jumlah keuntungan

seluruh barang dagangan jika semua barang tersebut tejual habis. Catatan

harga beli, harga jual, dan jumlah keuntungan dicatat pada lembar kertas,

yang telah disediakan guru (lihat lampiran 8).

Selesai perhitungan, guru memberi instruksi siswa untuk segera

mempersiapkan barang dagangannya untuk dijual ulang di lapangan

sekolah. Sebelumnya, tiap kelompok siswa mendiskusikan nama kios

mereka. Setiap kelompok mempunyai nama kios yang berbeda, nama kios

ditulis pada selembar kertas untuk memberi nama kios mereka nantinya. 114 Wawancara dengan siswa di ruang kelas III B, setelah kegiatan simulasi jual beli di pasar. (Selasa, 17 Maret 2009)

Page 133: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Selanjutnya siswa laki-laki mempersiapkan meja dan bangku sebagai tempat

berjualan. Waktu berjualan mereka adalah saat istirahat berlangsung, target

pembeli adalah seluruh warga sekolah.

Jam istirahat sekolah berdentang, inilah waktu yang ditunggu-tunggu

siswa kelas IIIB. Semua siswa sudah siap dengan barang dagangannya pada

bangku kios masing-masing kelompok. Suasana seperti ini dapat dilihat

pada lampiran foto (lampiran 19) . Jam istirahat di MI Sunan Giri ini

lumayan panjang, yakni dari pukul 09.20-09.50. Lima menit pertama

keadaan kios masih sepi, karena masih banyak siswa kelas lain yang belum

keluar kelas. Selanjutnya banyak siswa yang mulai berdatangan melihat

kegiatan bazar kecil-kecilan ini. Banyak siswa yang cukup melihat dan

ragu-ragu untuk membeli. Ada beberapa siswa kelas II yang masih membeli

jajanan di koperasi sekolah dan di luar sekolah. Siswa yang berperan

sebagai penjual, terlihat sibuk mempromosikan barang dagangannya.

Berikut hasil pengamatan peneliti pada kegiatan tiap kelompok:

Kelompok I (Kios Naruto)

Kelompok 1 ini berdasarkan kesepakatan kelompok diberi nama kios

Naruto, sebagaimana terlihat pada foto (lampiran 19 gambar 5) . Terdiri dari

Billa, Rofik, Fita, Putra, dan Mayong. Kios ini menjual mie dan aneka stik

coklat yang semua harganya Rp.100,- dengan modal awal Rp.3600,-. Pada

perkiraan awal, barang jualan kelompok 1 ini akan segera habis karena

harganya yang terjangkau dibanding dengan kelompok lain. Ternyata

Page 134: 07140042 Lia Nurul Wahdati

barang dagangan mereka kurang diminati pembeli, mungkin karena isi dari

kemasan terlalu sedikit. Sehingga barang dagangan laku agak lama. Usaha

kelompok dalam mempromosikan dagangan kurang. Terlihat enggan dan

sering ditinggal pergi. Satu-satunya siswa yang setia menunggu kios adalah

Putra, namun jika ada pembeli ia terlihat cuek dan kurang antusias.

Kelompok 1 ini terlihat kurang semangat dalam menjajakan dagangannya.

Yang membeli dagangan mereka rata-rata adalah para guru, mungkin para

guru merasa kasian karena dagangan mereka jarang sekali diminati pembeli.

Hanya beberapa siswa yang berminat membeli. Dari 20 buah barang yang

dijual, hanya sisa 2 buah.

Kelompok II (Kios Bunga)

Kelompok II ini beranggotakan Reha, Rodhi, Dini, Fahrul dan

Sugeng. Kios mereka diberi nama kios bunga. Kelompok ini merupakan

kelompok yang paling aktif dan kompak. Ini sudah terlihat sejak memilih

barang ketika di pasar tadi, mereka kompak memilih barang apa yang akan

dijual. Dan pada saat kegiatan jual beli di sekolah, seluruh kelompok

kompak dalam bekerja sama dan menjaga kios bersama-sama. Sebagaimana

tergambar pada lampiran 19 foto 6. Barang dagangan kelompok ini semua

berharga Rp. 500,- dengan modal awal Rp. 10.500,-, terdiri dari makroni

dan roti. Pada awalnya dagangan mereka belum laku, hanya ada satu dua

yang terjual. Itupun yang membeli kelompok mereka sendiri, tapi lama-lama

dagangan mereka mulai habis. Kelompok ini tergolong kreatif dan

Page 135: 07140042 Lia Nurul Wahdati

semangat, ini terbukti karena mereka mempromosikan dagangan secara

berkeliling bahkan ke ruang guru juga. Dari 25 buah barang dagangan, sisa

8 buah. Sisa yang paling banyak adalah roti bolu.

Kelompok III (Kios Persija)

Kios persija ini merupakan nama kios dari kelompok III (foto

lampiran 19 gambar 7), yang beranggotakan Mia, Ulum, Riki, Ila, dan

Wawan. Modal awal Rp. 6.300,- dagangan yang dijual terdiri dari ringgo

Rp.200,- dan tik tak Rp.500,-. Pada awal mula dagangan mereka langsung

diserbu pembeli, karena ringgo dan tik tak termasuk jajanan yang banyak

diminati siswa. Namun meski banyak yang berminat, namun dagangan

mereka tidak sampai habis terjual. Kelompok ini dalam mempromosikan

dagangan kurang semangat, mereka hanya menunggu pembeli dengan

pasrah. Pernah sesekali Ulum sang ketua mempromosikan dagangannya ke

siswa lain, itupun jika ia diingatkan oleh guru agar lebih semangat lagi. Jika

tidak, mereka hanya menunggu dagangan dengan pasrah. Dari 18 buah

barang dagangan yang dijual, sisa 6 buah.

Kelompok IV (Kios Cinta)

Beranggotakan Mamat, Yunus, Huda, Lila, dan Mawar, kelompok IV

ini memberi nama kiosnya kios cinta (foto lampiran 19 gambar 8). Dengan

modal Rp. 10.000,- barang dagangan mereka terjual habis. Barang yang

dijual terdiri dari minuman rasa buah fansi dan wafer keju nabati, masing-

masing berharga Rp.500,-. Kios ini yang paling cepat diserbu pembeli,

Page 136: 07140042 Lia Nurul Wahdati

karena satu-satunya kios yang menjual minuman. Pada saat itu bertepatan

siswa kelas 6 selesai olahraga, otomatis mereka langsung menyerbu

minuman yang dijual. Sepuluh buah minuman fansi rasa buah langsung

ludes habis. Wafer keju nabati juga banyak diminati siswa. Kelompok ini

juga termasuk kelompok yang aktif, barang dagangan yang masih sedikit

mereka tawarkan ke teman-temannya yang lain agar cepat habis.

Kelompok V (Kios Doraemon)

Kios doraemon merupakan kios dari kelompok terakhir (foto lampiran

19 gambar 9), yakni kelompok V. Terdiri dari Galih, Khasanah, Fikri, dan

Akhis. Dengan modal Rp.7300,- dagangan mereka habis terjual semua.

Kelompok V ini merupakan kelompok kedua yang berhasil menjual habis

barang dagangannya setelah kelompok 4, meski tergolong lambat dalam

penjualannya. Barang dagangan mereka adalah roti, biskuit, dan wafer top

yang semuanya berharga Rp. 500,-. Pada awalnya jarang pembeli yang

tertarik untuk mampir di kios mereka, ini berlangsung hingga hampir

berakhirnya jam istirahat. Namun dengan ketelatenan dan dengan tidak

putus asa mempromosikan jajanannya, barang dagangan mereka berhasil

habis. Galeh yang merupakan ketua kelompok mereka sangat aktif keliling

menawarkan dagangannya.

Dalam penelitian ini, peneliti membuat pedoman observasi

sebagaimana pada tabel 4.10 berikut.

Page 137: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Tabel 4.10

Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah.

Aspek yang diobservasi Kelompok

1 2 3 4 5

Aktif menawarkan barang dagangan 60 80 70 90 80

Inovatif, mencari cara agar barang dagangan

cepat laku

60 90 70 90 80

Jujur dalam jual beli 90 90 90 90 90

Menata barang dagangan dengan baik 80 90 80 80 80

Partisipasi setiap anggota kelompok yang baik 50 90 80 70 70

Jumlah 340 440 390 420 400

Rata-rata 68 88 78 84 80

Dari data tersebut di atas bahwa praktek simulasi jual beli telah

berhasil. Ini terbukti dari jumlah rata-rata dari nilai observasi tiap kelompok

lebih dari 60, sebagaimana indikator ketuntasan minimal yang telah

dipaparkan sebelumnya pada bab III.

Setelah jam istirahat selesai jam masuk berdentang, siswa mulai

meringkas barang dagangannya sekaligus bangku-bangku tempat mereka

jualan tadi ke dalam kelas. Setelah semua bangku rapi dan keadaan sudah

terkondisikan lagi, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.

Sesuai petunjuk guru, siswa mulai menghitung untung dan rugi hasil

Page 138: 07140042 Lia Nurul Wahdati

penjualan. Selanjutnya uang hasil penjualan dibagi rata pada setiap anggota

kelompok, lengkap dengan keuntungan jika penjualan untung. Jika ada sisa

dagangan yang belum laku, dibagikan sesuai dengan kebijakan kelompok

masing-masing. Guru juga menanyakan bagaimana kesan siswa terhadap

praktek simulasi tadi baik di pasar dan di lapangan sekolah tadi. Mereka

serempak menjawab senang dan ingin lagi. Berikut hasil penjualan siswa,

pada tabel 4.11.

Tabel 4.11

Jumlah Hasil Penjualan Siswa

Kelompok Modal Hasil

Penjualan

Untung Sisa Barang

I Rp 3.600 Rp 3.200 _ 2 biji

II Rp 10.500 Rp 7.000 _ 8 biji

III Rp 6.300 Rp 6.300 _ 6 biji

IV Rp 10.000 Rp 11.000 Rp 1.000

V Rp 7.300 Rp 8.000 Rp 700

2) Siklus ke II minggu kedua

Pada akhir pertemuan ini, merupakan kegiatan evaluasi, untuk

memastikan tercapainya kompetensi dasar secara individual. Maka dari itu

diadakan tes tulis individual. Pada kesempatan ini, guru menyebarkan kertas

kosong untuk mengisi kesan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan

metode simulasi.

Page 139: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Skor tes individual sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.12

Data Nilai Tes Formatif Siswa

No. Interval Skor Frekuensi Status

1 95-100 4 Lulus

2 90-94 6 Lulus

3 85-89 3 Lulus

4 80-84 5 Lulus

5 75-79 2 Lulus

6 70-74 3 Lulus

7 65-69 0 Lulus

8 60-64 0 Lulus

9 55-59 0 Tidak Lulus

10 50-54 1 Tidak lulus

11 00-49 1 Tidak lulus

Jumlah 25

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan

kelas adalah 92% yakni dari 25 siswa, yang dinyatakan lulus adalah 23

siswa. sedangkan yang gagal sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 8%,

karena skor tesnya kurang dari 60. Berdasarkan pengamatan peneliti, 2

orang yang tidak lulus ini dikarenakan mempunyai kemampuan yang

rendah, keduanya belum bisa membaca dan menulis dengan lancar.

Page 140: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Keduanya merupakan salah satu siswa yang tidak tinggal kelas lebih dari

satu tahun. Guru dan wali kelas sudah berusaha membimbingnya

semaksimal mungkin, tetapi keadaan dari siswa sendiri gampang sekali lupa

ditambah tidak adanya dukungan dari orang tua di rumah.

Sedangkan berdasarkan pendapat siswa dengan metode resitasi dan

simulasi ini, tanggapan mereka bermacam-macam. Guru membagikan kertas

yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman meraka selama

menggunakan metode resitasi dan simulasi, serta saran dan kesan pada

pembelajaran kali ini.

Hasil rekapan angket berdasarkan dari pendapat siswa terhadap

pertanyaan “Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan metode resitasi dan simulasi?”. Jawaban rata-rata

siswa singkat dan padat, karena berdasarkan pengamatan peneliti

kemampuan siswa kelas III dalam perbendaharaan bahasa Indonesia masih

kurang.

- “Perasaan saya saat mengikuti pelajaran ini adalah senang karena

dengan bu Lia diajak ke pasar, dan berjualan di halaman sekolah. Saya

dan teman-teman juga diberi tugas menggunting dan menggambar.

Karena saya suka menggambar. Saya ingin seperti ini terus. ”

- “Tugas yang diberikan bu Lia tidak membosankan, tetapi

menyenangkan. Banyak gambar-gambarnya. Pada saat ke pasar rasanya

senang, capek, dan malu. Ketika berjualan di depan sekolah,

Page 141: 07140042 Lia Nurul Wahdati

daganganku masih banyak, tapi akhirnya dibeli oleh guru-guru dan

jualanku masih sedikit.”

- “Saya senang, karena saya diajak pergi ke pasar sama bu lia. Ini

pertama kali saya pergi ke pasar dengan teman-teman. Besok-besok lagi

ya bu ya.. Karena saya senang sekali, teman-teman juga sama senang.

Apalagi jualan saya habis semua, dapat untung. Saya senang sekali

dengan bu Lia ”

- “Aku suka jika tugasnya kelompokan, karena mudah mengerjakannya.

Apalagi aku senang disuruh gunting-gunting dan menempel. Aku juga

suka diajak ke pasar walau rasanya capek dan panas. Aku juga suka

berjualan di halaman sekolah, banyak yang membeli jualan saya dan

habis. Aku senang!”

Sesuai dengan rata-rata isi angket siswa berpendapat mereka senang

dan ingin lagi, tidak ada yang merasa tidak senang. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa metode pembelajaran simulasi dan resitasi setelah

diterapkan di kelas III MI Sunan Giri ini memberikan manfaat dan

pengalaman baru bagi siswa. Siswa merasa senang diajak belajar di luar

kelas dan dengan pengalaman langsung. Siswa juga merasa senang jika

bekerja secara kelompok, karena lebih ringan dalam mengerjakan tugas. Hal

ini sebagaimana diungkapkan siswa dalam angket yang mereka isi.

Page 142: 07140042 Lia Nurul Wahdati

c. Refleksi

Pada kegiatan siklus pertama secara keseluruhan, menunjukkan bahwa

tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP).

Jadual jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan

bahwa:

− Pada persiapan untuk kegiatan simulasi ini, masih banyak siswa ysang

tidak membawa uang iuran. Sehingga ada 3 kelompok yang mempunyai

modal minim dan apa adanya.

− Pada pelaksanaan simulasi jual beli di pasar, siswa sudah menunjukkan

kerjasama kelompok yang baik. Baik ketika memilih barang dagangan

dan memperkirakan harga dengan jumlah modal.

− Strategi siswa agar barang dagangannya cepat habis, berbeda-beda. Ada

yang menawarkan dagangannya dengan berkeliling, ada yang merayu

pembeli, dan ada pula yang menawarkan di ruang guru. Ini untuk

menumbuhkan jiwa sosial serta jiwa bisnisman pada siswa sejak dini.

− Pembelajaran dengan metode simulasi dapat menumbuhkan rasa peka

terhadap kehidupan sosial yang sebenarnya. Mempelajari materi dengan

pengalaman langsung di lapangan dan memecahkan masalah yang tak

terduga di kehidupan sehari-hari.

− Hasil evaluasi pembelajaran pada akhir pertemuan, membuktikan bahwa

penerapan metode simulasi dalam materi jual beli dinyatakan berhasil.

Page 143: 07140042 Lia Nurul Wahdati

− Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran,

sumber/bahan/media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan

kegiatan penilaian dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai

kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran siklus pertama.

Page 144: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB V

PEMBAHASAN

A. Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi dalam Meningkatkan Kemampuan

Kognitif Tingkat Aplikasi pada Mata Pelajaran IPS

Pada Bab ini akan diuraikan beberapa pembahasan dari temuan-temuan

penelitian yang merupakan hasil refleksi terhadap penerapan metode resitasi dan

simulasi pada mata pelajaran IPS khususnya materi jual beli untuk meningkatkan

kemampuan kognitif tingkat aplikasi. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara,

pemberian pertanyaan dalam angket, dan hasil tes atas penerapan metode resitasi

dan simulasi pada mata pelajaran IPS materi jual beli, sebagaimana dijabarkan

sebelumnya atau pada bab IV, telah menunjukkan masih kurang memuaskan

karena masih ada permasalahan-permasalahan yang belum terselesaikan pada

penelitian kali ini. Permasalahan dari siswa sendiri diantaranya adalah pada

kerjasama kelompok masih kurang, karena masih adanya budaya siswa yang

mengandalkan teman sekelompok yang lebih pintar; kurang inisiatif dari siswa,

masih ada plagiat dengan meniru hasil kerja kelompok yang lain; siswa kurang

bisa menghubungkan teori yang ada dengan aplikasinya, antara teori dan aplikasi

masing-masing masih terkesan berdiri sendiri; dan ada beberapa siswa yang

menganggap simulasi adalah kegiatan refreshing, bukan bagian dari pembelajaran.

Dari kelemahan-kelemahan pada penelitian kali ini, maka peneliti

merekomendasikan untuk dilakukan penelitian selanjutnya oleh peneliti lain.

Page 145: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Namun dari beberapa kekurangan dalam penelitian ini, ada beberapa bukti

yang menunjukkan bahwa penelitian ini terjadi peningkatan dari minggu pertama

ke minggu selanjutnya. Bukti-bukti secara kuantitatif adalah berdasarkan hasil tes

kelompok pada penerapan metode resitasi di siklus 1 minggu ke 1 dan pada

minggu ke 2 menunjukkan semua kelompok memperoleh skor dalam rentang

lulus (sebagaimana dijabarkan pada bab IV tabel 4.6 dan tabel 4.7). Semua

kelompok terjadi peningkatan yang signifikan dari minggu pertama ke minggu

kedua, kecuali satu kelompok yang mempunyai nilai stagnan dari minggu pertama

ke minggu ke 2, yaitu kelompok 4 (sebagaimana gambar grafik 4.1). Pada siklus

ke 2 merupakan kegiatan simulasi jual beli di pasar dan di sekolah, kegiatan ini

dinilai lulus semua dilihat dari hasil skor nilai yang diperoleh siswa melebihi batas

minimal yang ditetapkan (lihat tabel 4.9 dan tabel 4.10).

Pada siklus ke 2 minggu ke 2 merupakan evaluasi dari penerapan metode

resitasi dan simulasi pada minggu sebelumnya. Untuk mendapatkan evaluasi

secara kuantitatif, peneliti menggunakan tes tulis/tes formatif. Dan untuk

mendapat penilaian secara kualitatif, peneliti menggunakan angket untuk

mendapatkan penilaian pribadi siswa selama pembelajaran berlangsung.

Secara individu ada dua orang yang tidak lulus pada tes formatif, karena

berdasarkan pengamatan dan data yang diperoleh dari wali kelas bahwa kedua

siswa tersebut mempunyai kemampuan rendah, belum mampu membaca dan

menulis dengan baik, gampang sekali lupa serta kurang adanya dukungan dari

pihak keluarga siswa. Namun yang menjadi catatan penting dalam pengamatan

Page 146: 07140042 Lia Nurul Wahdati

peneliti di sini kedua siswa tersebut saat metode resitasi dan simulasi diterapkan,

mereka terlihat antusias, aktif, dan ikut andil. Saat pembagian perhitungan hasil

penjualan, kedua siswa tersebut ikut mendiskusikan pembagian uang yang harus

mereka dapatkan. Ini merupakan suatu kemajuan yang signifikan, karena sebelum

diterapkan metode resitasi dan simulasi di kelas ini, berdasarkan laporan dari wali

kelas bahwa kedua siswa tersebut terlihat enggan dan kurang memahami apa yang

diharapkan guru.

Sedangkan secara kualitatif dapat dijelaskan dari banyaknya siswa yang

dinyatakan senang terhadap metode pembelajaran ini (sebesar 100% sebagaimana

disajikan dalam tabel 4.12); tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok;

suasana belajar menjadi lebih hidup; keberanian mengemukakan pendapat dapat

ditumbuhkan; adanya pengalaman baru bagi siswa dalam melakukan praktek jual

beli.

Enam temuan penelitian di bawah ini merupakan indikator yang merupakan

dampak positif dari penerapan metode resitasi dan simulasi. Secara garis besar

penerapan metode pembelajaran tersebut dapat dilihat dampaknya pada enam

indikator yang dijadikan variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui dan memahami teori jual beli baik secara tulis maupun lisan.

2. Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan ide. Aktif berdiskusi

dan kerjasama kelompok.

3. Mampu mempresentasikan hasil resitasi kelompok. Kreatif dan inisiatif dalam

bekerja.

Page 147: 07140042 Lia Nurul Wahdati

4. Mampu mempraktekkan teori jual beli pada kegiatan simulasi jual beli di

pasar dan di sekolah.

Secara teoritik pendekatan kontekstual dengan penggunaan metode resitasi

dan simulasi sudah dapat memenuhi kriteria pembelajaran yang baik dan benar,

sesuai dengan yang diungkapkan Slameto dalam bukunya, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran, diantaranya

yaitu:

a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat mengembangkan motif, minat,

dan gairah belajar siswa.

b. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan

kegiatan kepribadian siswa.

c. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan

bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

d. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan

siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi

(pembaharuan).

e. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik siswa dalam

teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha

pribadi.

f. Metode yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat

Verbalisme dan menggantinya dengan pengalaman situasi nyata dan

bertujuan.

Page 148: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Dan pada aplikasinya dari metode resitasi dan simulasi telah memenuhi dari

teori-teori di atas. Metode resiatsi dan simulasi telah dapat menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam

kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kelemahan dan Kelebihan Metode Resitasi dan Simulasi dalam

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Tingkat Aplikasi pa da Mata Pelajaran

IPS

Setiap metode pembelajaran selalu mempunyai kelemahan dan kelebihan,

tinggal menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi lingkungan,

sarana dan prasaran yang ada, kemampuan guru dan materi yang diajarkan.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi

kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan

pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode

menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi

kelas. Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi apabila ada

kesesuaian antara metode dengan semua komponen pelajaran yang telah

diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.

Selama penerapan metode resitasi dalam proses pembelajaran IPS materi

jual beli, terdapat beberapa kebaikan antara lain:

1. Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan atau

hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang

Page 149: 07140042 Lia Nurul Wahdati

berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih

otentik.

2. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil

inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih

memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang

dipelajari.

4. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri

informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad

informasi dan komunikasi yang maju demikian pesat dan cepat.

5. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan

berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

Sedangakan beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini dalam

pembelajaran adalah:

1. Seringkali siswa melakukan plagiator, di mana mereka hanya meniru hasil

pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

2. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh satu orang saja tanpa kerjasama dengan

teman sekelompoknya.

3. Jika tugas diberikan dengan penjelasan dengan bahasa yang kurang

komunikatif, anak didik akan mengalami kesulitan karena adanya perbedaaan

individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada siswa, tetapi ada juga

kelemahan guru.

Page 150: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode

pemberian tugas ini, antara lain: (1) tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

jelas, sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan, (2) tugas yang

diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-

masing, (3) waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup, (4) adalah kontrol atau

pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa

untuk belajar dengan sungguh-sungguh; dan (5) tugas yang diberikan hendaklah

mempertimbangkan; (a) menarik minat dan perhatian siswa; (b) mendorong siswa

untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan; (c) diusahakan tugas itu bersifat

praktis dan ilmiah; dan (d) bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambilkan dari

hal-hal yang diketahui siswa.

Seperti halnya metode resitasi, pada metode simulasi juga mempunyai

kelemahan dan kelebihan. Kelebihan metode simulasi dalam proses pembelajaran

IPS materi jual beli ini adalah:

a. Siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran di luar kelas, siswa tidak

merasa bosan dan merasa senang.

b. Siswa menjadi aktif dan kreatif .

c. Materi yang ada dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Membantu

siswa memahami materi, mengingat kemampuan berfikir siswa yang masih

tahap konkret.

d. Siswa dapat mengaplikasikan materi dalam kehidupan nyata.

e. Terdapat unsur psikomotorik dalam pelaksanaannya.

Page 151: 07140042 Lia Nurul Wahdati

f. Pengembangan potensi siswa dapat tersalurkan.

Sedangkan kelemahan metode simulasi adalah:

a. Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, waktu dan

kondisi siswa.

b. Guru kadang mengalami kesulitan dalam menjelaskan kegiatan simulasi

dengan materi yang ada. Karena siswa terlalu sibuk dengan kegiatan simulasi

mereka dan sering mengabaikan materi yang disampaikan guru.

Page 152: 07140042 Lia Nurul Wahdati

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap guru pasti memiliki masalah dengan pembelajaran yang mereka

laksanakan, untuk itu sebagai guru yang baik pasti selalu berupaya untuk

memecahkan masalah yang dihadapi, lebih-lebih masalah pembelajaran selalu

terkait dengan kehidupan siswa di masa yang akan datang.

Berdasarkan semua uraian di atas, khususnya pada uraian bab IV dan V,

peneliti menyampaikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan metode resitasi dan simulasi, dapat meningkatkan kemampuan

kognitif tingkat aplikasi pada siswa. Indikator peningkatan motivasi dapat

dilihat dari: (a) mengetahui dan memahami teori jual beli baik secara tulis

maupun lisan, (b) keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan

ide, (c) aktif berdiskusi dan kerjasama kelompok, (d) mampu

mempresentasikan hasil resitasi kelompok, (e) kreatif dan inisitif dalam

bekerja, dan (f) mampu mempraktekkan teori jual beli pada kegiatan

simulasi jual beli di pasar dan sekolah.

2. Kelebihan dan kelemahan metode resitasi dan simulasi dalam

meningkatkan kemampuan kognitif tingkat aplikasi, tentunya memiliki

banyak macam. Secara garis besar kelebihan dalam penggunaan metode

resitasi dan simulasi adalah: (a) pengetahuan yang diperoleh murid dari

Page 153: 07140042 Lia Nurul Wahdati

hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak

berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka

akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik, (b) mereka

berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil

inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri, (c) metode ini dapat

membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi

sehingga tidak membosankan. Sedangkan kelemahan metode resitasi dan

simulasi secara garis besar adalah: (a) adakalanya tugas itu dikerjakan oleh

satu orang saja tanpa kerjasama dengan teman sekelompoknya, (b) jika

tugas diberikan dengan penjelasan dengan bahasa yang kurang

komunikatif, anak didik akan mengalami kesulitan karena adanya

perbedaaan individual. Kelemahan ini lebih dititikberatkan pada siswa,

tetapi ada juga kelemahan guru, (c) sering terjadi kegagalan akibat kurang

persiapan, penjelasan, waktu dan kondisi siswa.

B. Saran

Sebaiknya guru dalam pembelajaran dengan penggunaan metode resitasi

dan simulasi, guru harus lebih mempersiapkan perencanaan lebih matang dan

mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi. Khususnya pada metode

simulasi, guru membutuhkan alat bantu yang detail dan rumit. Guru sebaiknya

juga memberi penjelasan dan pemahaman yang jelas ketika pemberian tugas,

agar siswa dapat menyelesaikan sesuai dengan yang diharapkan guru.

Page 154: 07140042 Lia Nurul Wahdati

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dan Joko Tri Prasetya.1997. Strategi Belajar Mengajar: Untuk Fakultas Tarbiyah KomponenMKDK. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta: PT. Rineka cipta.

_________________. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta

Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007)

Chris Pearson. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan MI. (Blog at WordPress.com. 20 Mei 2008.) diakses pada tanggal 9 Mei 2009.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. III

Ghony, Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press.

Harun, Rocajat. 2007. Metode Penelitian Kualitatip untuk Pelatihan. Bandung: CV. Mandar Maju.

Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmi Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Palmer, Joy A. 2003. 50 Pemikir Pendidikan dari Piaget sampai Masa Sekarang. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, hlm. 5

Rustiah. N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Cet. VII.

Page 155: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam implementasi KBK. Jakarta: Prenada Media

Sardiman A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Somantri, Noman. M. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP Malang Press.

Surakhmad, Winarno. 1989. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Penerbit Jemmars.

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Zulfikri Kamin, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) (http://group.yahoo.com/group/pakguruonline), diakses tanggal 15 Januari 2009

Page 156: 07140042 Lia Nurul Wahdati
Page 157: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 1

NO IDENTITAS SEKOLAH

1 NAMA SEKOLAH MI SUNAN GIRI

2 N I S 10251630413501

3 N S S 112350723257

4 PROPINSI JAWA TIMUR

5 OTONOMI KABUPATEN MALANG

6 KECAMATAN JABUNG

7 DESA KEMANTREN

8 JL DAN NOMOR JL A YANI 127

9 KODE POS 65155.00

10 TELEPON (0341) 9960709

11 FAXIMILE

12 DAERAH PEDESAAN

13 STATUS SEKOLAH TERAKREDITASI B

14 KELOMPOK SEKOLAH ANGGOTA KKM

15 AKREDITASI TH 2005

16 SURAT KEPUTUSAN (SK) NO : B/ Kw.13.4/ MI/ 2161/ 2006

17 PENERBIT SD

DITANDATANGANI SBY, 01 AGUSTUS 2006

18 TAHUN AJARAN 2006 – 2010

Page 158: 07140042 Lia Nurul Wahdati

19 TAHUN PERUBAHAN

20 KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR PAGI

21 BANGUAN SEKOLAH MILIK SENDIRI

22 LUAS BANGUNAN 160 M2

23 LOKASI SEKOLAH KEMANTREN

24 JARAK KE PUSAT

KECAMATAN 500 M

25 JARAK KE PUSAT OTODA 15 KM

26 TERLETAK PADA LINTASAN DESA

27 JUMLAH KEANGGOTAAN

RAYON

28 ORGANISASI

PENYELENGGARA YAYASAN / SWASTA

Page 159: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 2

STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS YAYASAN

MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG

KETUA

GUS KHUDLORI

SEKRETARIS

MAKIN TOHARIS.Sos

BENDAHARA

Drs. NURBUAT

PEMBANTU UMUM

SUMARJO AHMAD FAUZI

PENDIDIKAN

MOH. ANWAR

HUMAS RAHAB H, SH.

SARPRAS

SUYUTI

PENG. DANA

M.MUSYAFA’

Page 160: 07140042 Lia Nurul Wahdati

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE SEKOLAH

MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG

SEKRETARIS

M. FAUZI

BENDAHARA

M. MUSYAFA’

PELINDUNG

SUGENG A.

KETUA

SUGIONO, S.Ag.

PENASEHAT

GUS KHUDLORI

BIDANG PENGENDALIAN

MUTU MADRASAH

MOH. ANWAR

KHOIRI IMAMI

BIDANG SARANA DAN PRASARANA

SIARUL ABIDIN

SURYO HADI

BIDANG PENGENDALIAN

DANA

A. HUSAIN

HAMBALI

BIDANG HUBUNGAN

MASYARAKAT MOH. IHSAN

NUR HASYIM

Page 161: 07140042 Lia Nurul Wahdati

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG

TATA USAHA

ATFIYAH

WK KURIKULUM

Drs. NUR HASYIM

KEPALA SEKOLAH

M.SHOLIHAN, S. Pd.

WALI KELAS I B

ZUROIFAH, A.Ma. Pd.

BENDAHARA

SUTIKHAH

BP / BK

MOH. FAUZI

WK. SARPRAS

M. MUSYAFA’

WK. KESISWAAN

IBNU HANIF F. S.Pd.

WALI KELAS IIA

Dra. SHOFIYAH

WALI KELAS I A

WULANDARI, A.Ma.Pd .

WALI KELAS IIB

IBNU HANIF, S.Pdi.

WALI KELAS III B

HARTONO, A.Ma.

WALI KELAS IV

PIPIT PRIYADI P, A.Ma.

WALI KELAS III A

FITROTUL H.

WALI KELAS V

MOH. FAUZI

WALI KELAS VI

RIADUS Sholihah, S.Pd.

Page 162: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 3

DENAH

MI SUNAN GIRI KEMANTREN JABUNG

RUANG 04

RUANG 03

KELAS II / IV

KELAS I / III

KM / WC GURU

K. MANDI

R. AB/PRAKTEK

R. ERPUS

GUDANG

LT. II

LT. I

R. UKS

R. BP

R. GURU

R. EP.SEK

TU

MCK.

T. PARKIR MASJID

HALAMAN

MASJID

HALAMAN

SEKOLAH

Jln. A. YANI KEMANTREN JABUNG

MASUK

PONDOK PESANTREN

Jln. KOL. SUGIONO

SUNGAI

U

Page 163: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 4

DAFTAR GURU DAN PEGAWAI

MI SUNAN GIRI

No Nama Mata

Pelajaran

Kelas Jum

lah Jabatan

1 2 3 4 5 6

1

M.

SHOLIHAN

S.Pd.

IPA 4 4 4

16 Ka Madrasah SENI

BUDAYA 2 2

2 PIPIT

PRIYADI

PENJASKES 4 4

20

Walikelas IV PPKn 2 2 2

IPS 3 3 Waka Humas

3 SUTIKHAH

FIQIH 2 2 2

28 Bendahara

AKIDAH

AKHLAK 4 2 2 2

SKI 4 2 2 2

NU 2

4 M.

MUSYAFA'

QUR'AN

HADIST 2 2 2

10 Waka Sarpras ASWAJA 2 2

5

RIADUS

SHOLIHAH

S.Ag

B. INDONESIA 5 5

16 Wali Kelas VI B. ARAB 2 2 2

6 WULANDA

RI, A.Ma.Pd.

GURU KELAS

IA

2

2

28 Wali Kelas IA SENI

BUDAYA 4 2

IPS

Page 164: 07140042 Lia Nurul Wahdati

7 Dra.SHOFIY

AH

GURU KELAS

IIA

1

8

24 Wali Kelas

IIA B. DAERAH 2 2 2

8 M. FAUZI

MATEMATIK

A 6 6

23

Wali Kelas V

PENJASKES 2 2 2

B. INDONESIA 5 BP

9

IBNU

HANIF F.,

S.Pd.I.

GURU KELAS

IIB

1

8

27

Wali Kelas

IIB B. INGGRIS 2 2 2

IPS 3 Waka

Kesiswaan

10 Drs. NUR

HASYIM

Q H , FQ 8

14 Waka

Kurikulum

PENGEMBAN

GAN DIRI 2 2 2

11 ZUROIFAH,

A.Ma.Pd.

GURU KELAS

IB

2

2

26 Wali Kelas IB SENI

BUDAYA 4

12 FTROTUL

H.

GURU KELAS

IIIA

2

0

26 Wali Kelas

IIIA MATEMATIK

A 6

13 HARTONO,

A.Ma

GURU KELAS

IIIB

2

0 20

Wali Kelas

IIIB

Page 165: 07140042 Lia Nurul Wahdati

13 ATFIYAH

Tata Usaha

JUMLAH

4

4

4

4

6

4

4

2

4

2 42 278

Page 166: 07140042 Lia Nurul Wahdati

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) TAHUN PELAJARAN 2008 - 2009

NO MATA PELAJARAN K K M KETERANGAN

1 ALQUR’AN HADITS 65 2 AQIDAH AKHLAK 60 3 F I Q I H 60 4 S K I 60 5 BAHASA ARAB 60 6 KE NU AN 65 7 BAHASA INDONESIA 65

8 PENGETAHUAN SOSIAL

60

9 MATEMATIKA 55 10 SAINS 65 11 P K n 60 12 K T K / S B K 65

13 PENDIDIKAN JASMANI

70

14 BAHASA INGGRIS 55 15 BAHASA JAWA 60 16 PRAKTEK SHOLAT 70

Jabung, 14 Juli 2008 Kepala Madrasah,

M. SHOLIHAN, S. Pd.

Page 167: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 5

DAFTAR SARANA DAN PRA SARANA

MI SUNAN GIRI

NO NAMA JUMLAH

01 Bangunan Sekolah 1 buah

02 Kelas 7 ruang

03 Ruang Guru 1 ruang

04 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang

05 Ruang Tamu 1 ruang

06 Ruang Perpustakaan 1 ruang

07 Ruang laboratorium 1 ruang

08 Kamar Mandi 1 ruang

09 Komputer 4 unit

10 Lemari 9 buah

11 Meja Belajar 113 set

12 Meja Kerja 6 buah

13 Media Pembelajaran 5 paket

Page 168: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 6

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

1) Bagaimana perasaanmu dengan penggunaan metode resitasi seperti ini?

2) Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode resitasi dan simulasi?

Page 169: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 7

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

FAKULTAS TARBIYAH Jalan Gajayana No. 50 Telepon (0341) 552398 Faximile (0341) 552398

Nomor : Un. 3.1/TL.00/239/2009 Malang, 1 Maret 2009 Lampiran : - Perihal : Observasi Kepada Yth. Kepala MI Sunan Giri Kemantren Jabung di- Kab. Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di bawah ini:

Nama : Lia Nurul Wahdati NIM : 07140042 Semester/ Th. Ak : VIII/ 2007

Judul Skripsi : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang

dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ menyusun skripsinya, pada jurusanPGMI/SD Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, mohon diberkan izin/ kesempatan untuk mengadakan observasi di sekolah yang Bapak/ Ibu pimpin.

Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ Ibu disampaikan

terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Dekan Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150042031

Page 170: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Nomor : Un. 3.1/TL.00/239/2009 Malang, 2 Maret 2009 Lampiran : 1 berkas Perihal : Telah benar-benar melakukan penelitian Kepada Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di- Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di bawah ini:

Nama : Lia Nurul Wahdati NIM : 07140042 Semester/ Th. Ak : VIII/ 2007

Judul Skripsi : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang

dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ menyusun skripsinya, yang bersangkutan mohon diberkan izin/ kesempatan untuk mengadakan penelitian di lembaga/ instansi yang menjadi wewenang Bapak/ Ibu.

Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ Ibu disampaikan

terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Kepala Sekolah M. Sholihan, S. Pd.

Page 171: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 8 (LEMBAR PENELITIAN SISWA) Data Untung atau Rugi Hasil Penjualan

No. Nama Barang Jumlah Harga Beli

Harga Jual

Untung Rugi

Sisa Barang: Keterangan:………….

Nama Anggota Kelompok: ………………………………………………………. …………….……………………………………… ……………………………………...................... ……………………………………………………. ……………………………………………………….

NAMA KIOS:

Page 172: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 9 Format Observasi

Hari/tanggal : Selasa, 3 Maret 2009 Jam : 08.10-09.20 Tempat : di ruang kelas 3 Kegiatan : Resitasi kelompok materi jual beli di lingkungan rumah (dengan

menggunting dan menempel media, serta mengidentifikasi gambar)

Jenis Perilaku Indikator Catatan/Komentar Antusias − Menunjukkan rasa ingin

tahu yang besar. − Tampak bersemangat

dalam mengerjakan tugas-tugas.

− Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan.

Siswa terlihat antusias dalam kegiatan resitasi kelompok, ini terbukti dari keinginan siswa untuk ikut berpartisipasi menggunting dan menempel media secara bergiliran.

Keceriaan − Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran.

− Roman muka tampak berseri dalam mengerjakan tugas.

Siswa terlihat senang dengan kegiatan ini, ini terbukti dari roman muka yang ceria.

Kreativitas − Langsung memanipulasi peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat.

− Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas.

Ada yang berebut media pembelajaran, sebagai bukti dari keinginan mereka untuk berpartisipasi pada kegiatan ini. Jika siswa kurang mengerti, mereka tidak sungkan untuk langsung bertanya pada guru.

Catatan: Resitasi atau pemberian tugas tidak selalu membuat siswa jenuh, jika strategi yang digunakan mampu membuat siswa tertarik dan menyenangkan.

Pengamat

Lia Nurul Wahdati, A. Ma Nim. 07140042

Page 173: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 10 Format Observasi

Hari/tanggal : Selasa, 10 Maret 2009 Jam : 08.10-09.20 Tempat : di ruang kelas 3 Kegiatan : Resitasi kelompok materi jual beli di lingkungan sekolah (dengan

mengisi diagram dan menjelaskan isi diagram tersebut) Jenis Perilaku Indikator Catatan/Komentar Antusias − Menunjukkan rasa ingin

tahu yang besar. − Tampak bersemangat

dalam mengerjakan tugas-tugas.

− Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan.

Siswa terlihat bersemangat ketika pertama kali melihat media yang menarik, dan segera mengisi kotak-kotaknya.

Keceriaan − Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran.

− Roman muka tampak berseri dalam mengerjakan tugas.

Tidak ada siswa yang terlihat malas, mereka terlihat antusias dan ingin ikut berpartisipasi untuk membantu mengerjakan.

Kreativitas − Langsung memanipulasi peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat.

− Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas.

Sebelum mempresentasikan tugas, siswa menanyakan bagaimana prosedur pelaksanaan. Siswa yang lebih mengerti menjelaskan kepada yang belum mengerti.

Catatan: Ternyata metode resitasi dengan mempresentasikan tugas yang telah dikerjakan, jika diterapkan pada siswa kelas 3 juga bisa terlaksana dengan baik, meski ada beberapa yang masih sulit untuk berbicara di depan kelas.

Pengamat

Lia Nurul Wahdati, A. Ma Nim. 07140042

Page 174: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Sekolah

Kompetensi : Memahami kegiatan jual neli di lingkungan rumah dan sekolah

Materi : Praktek Jual beli di lingkungan sekolah Siklus/pertemuan : 2/1 Hari/tanggal : Selasa, 17 Maret 2009 Kegiatan : Simulasi jual beli di pasar

No. Aspek yang diobservasi Kelompok

1 2 3 4 5

1 Aktif menawarkan barang dagangan 60 80 70 90 80

2 Inovatif, mencari cara agar barang dagangan

cepat laku

60 90 70 90 80

3 Jujur dalam jual beli 90 90 90 90 90

4 Menata barang dagangan dengan baik 80 90 80 80 80

5 Partisipasi setiap anggota kelompok yang baik 50 90 80 70 70

Jumlah 340 440 390 420 400

Catatan…………………………………………………………………………….

Peneliti

Lia Nurul Wahdati, A. Ma

Nim. 07140042

Page 175: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 11 Data Observasi Kegiatan Simulasi Jual Beli di Pasar

Kompetensi : Memahami kegiatan jual neli di lingkungan rumah dan sekolah

Materi : Praktek Jual beli di lingkungan sekolah Siklus/pertemuan : 2/1 Hari/tanggal : Selasa, 17 Maret 2009 Kegiatan : Simulasi jual beli di pasar

No. Aspek yang Diobservasi Kelompok

1 2 3 4 5

1. Aktif berdiskusi dan kerjasama kelompok. X X _ X _

2. Partisipasi setiap anggota kelompok yang baik.

_ X _ X _

3. Efektifitas pemanfaatan waktu yang baik. X X X X X

4. Mampu memilih barang dengan pertimbangan yang matang.

_ X X X X

5. Mampu mempertimbangkan antara kebutuhan dan keuangan yang ada.

X _ X X _

6. Aktif dalam melakukan tawar menawar. _ _ _ _ _ 7. Mampu menawar dagangan dengan baik. _ _ _ _ _

Catatan…………………………………………………………………………….

Peneliti

Lia Nurul Wahdati, A. Ma Nim. 07140042

Page 176: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/ Semester III/ II

Hari/ Tanggal Selasa, 3 Maret 2009

Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)

Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.

Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan

sekolah.

���� INDIKATOR PEMBELAJARAN

� Menyebutkan pengertian penjual dan pembeli.

� Memahami bermacam-macam kegiatan jual beli di lingkungan rumah.

� Menyebutkan syarat-syarat jual beli.

� Memahami perbedaan antara pasar tradisonal dan pasar modern.

� Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membeli suatu barang.

���� TUJUAN PEMBELAJARAN

� Siswa mampu menyebutkan pengertian penjual dan pembeli.

� Siswa mampu memahami bermacam-macam kegiatan jual beli di lingkungan

rumah.

� Siswa mampu menyebutkan syarat-syarat jual beli.

� Siswa mampu memahami perbedaan antara pasar tradisonal dan pasar modern.

� Siswa mampu menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membeli

suatu barang.

���� MATERI AJAR

� Jual beli di lingkungan rumah.

Page 177: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� METODE/STRATEGI

� Metode ceramah.

� Metode tanya jawab.

� Metode diskusi.

� Metode Resitasi

���� LANGKAH PEMBELAJARAN

���� Langkah Awal (10 menit)

� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.

� Siswa diberi petunjuk untuk duduk tenang sambil menyiapkan buku dan alat

tulis.

� Feed back pelajaran yang lalu, yakni tentang macam-macam pekerjaan dan

mengaitkannya dengan materi jual beli yang akan dibahas selanjutnya.

���� Kegiatan Inti (55 menit)

� Guru menanyakan arti penjual dan pembeli

� Guru menanyakan siapa saja yang pernah menjadi pembeli dan penjual.

� Siswa menyebutkan tempat jual beli di lingkungan rumah.

� Siswa menyebutkan macam-macam jual beli yang haram dan halal.

� Siswa menyebutkan syarat jual beli.

� Siswa memahami perbedaan antara pasar, swalayan, toko dan warung. Serta

mengetahui bagaimana cara-cara membeli barang yang sesuai jika membeli di

pasar tradisional.

� Pada pelaksanaan resitasi (pemberian tugas), guru membagi siswa menjadi

lima kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima orang.

� Guru membagikan media gambar tentang kegiatan jual beli di lingkungan

rumah pada tiap kelompok, lalu tiap kelompok siswa memotong gambar dan

menempelkan pada tabel yang telah disediakan lalu mendiskusikan gambar

tersebut sesuai cirri-ciri gambar, serta kelebihan dan kekurangan tempat jual

beli pada gambar tersebut.

� Selesai pada batas waktu sekitar 15 menit, salah satu siswa mempresentasikan

hasil pekerjaannya di depan kelas. Guru membimbing jika ada kesalahan.

Page 178: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� Kegiatan Akhir (5 menit)

� Guru mengulas dan memberi feed back materi yang telah disampaikan dan

menekankan pentingnya kegiatan resitasi yang telah dilakukan tadi.

� Guru memberi pekerjaan rumah, untuk mengerjakan soal-soal LKS.

� Guru menutup pelajaran.

���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN

� Gambar macam-macam kegiatan jual beli di sekitar rumah.

���� SUMBER PENUNJANG

� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.

� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan

Departemen Pandidikan Nasional.

���� PENILAIAN

� Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan ide.

� Kegiatan kerja sama kelompok srta aktifitas dan inisiatif siswa dalam melakukan

pekerjaan resitasi.

� Laporan, presentasi dan tanggapan kelompok.

Malang, 3 Maret 2009

Peneliti

Lia Nurul Wahdati, A. Ma.

NIM. 07140042

Page 179: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/ Semester III/ II

Hari/ Tanggal Selasa, 10 Maret 2009

Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)

Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.

Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan

sekolah.

���� INDIKATOR PEMBELAJARAN

� Menceritakan kegiatan jual beli jaman dahulu

� Memahami kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.

� Memahami perbedaan antara koperasi sekolah dan kantin sekolah.

� Mengetahui tentang tujuan diadakannya koperasi sekolah.

���� TUJUAN PEMBELAJARAN

� Siswa mampu menceritakan kegiatan jual beli jaman dahulu

� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli di lingkungan sekolah.

� Siswa mampu memahami perbedaan antara koperasi sekolah dan kantin sekolah.

� Siswa mampu mengetahui tentang tujuan diadakannya koperasi sekolah.

���� MATERI AJAR

� Jual beli di lingkungan sekolah.

���� METODE/STRATEGI

� Metode ceramah.

� Metode tanya jawab.

� Metode resitasi.

Page 180: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� LANGKAH PEMBELAJARAN

���� Langkah Awal (5 menit)

� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.

� Siswa diberi petunjuk untuk duduk tenang sambil menyiapkan buku dan alat

tulis.

� Feed back pelajaran yang lalu, yakni tentang jual beli di lingkungan rumah

dan mengaitkannya dengan materi jual beli di lingkungan sekolah.

���� Kegiatan Inti (45 menit)

� Guru bertanya kepada siswa siapa yang tahu dengan sejarah aktifitas manusia

ketika belum ada yang dinamakan jual beli. Siswa merespon.

� Guru meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat, dan memberi pujian bagi

siswa yang dapat menjawab dengan benar.

� Siswa memahami kelemahan barter sehingga barter berubah menjadi aktifitas

jual beli dengan mata uang.

� Siswa mempraktekkan aktifitas barter pada jaman dahulu (simulasi barter

dengan teman sebangkunya). Lalu siswa menganalisis kelemahan barter

dibanding jual beli.

� Guru bertanya dimana para siswa biasa membeli alat-alat sekolah ketika di

lingkungan sekolah. Siswa merespon.

� Siswa lalu menyebutkan perbedaan antara koperasi dan kantin sekolah.

� Siswa juga mengetahui siapa bapak koperasi di Indonesia, yakni bung Hatta.

� Siswa mengetahui mengapa diadakannya koperasi sekolah, manfaatnya, dan

kepengurusan koperasi sekolah.

� Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan resitasi yang diinstruksikan

guru, siswa membuat peta konsep tentang karakteristik yang ada pada

koperasi. Contoh peta konsep telah dibuat guru sebelumnya (seperti pada

lampiran). Siswa menyalin gambar peta konsep dalam kertas manila dan

spidol warna warni, sekaligus menjawab pertanyaan yang ada dalam kotak

peta konsep.

� Selanjutnya mempresentasikan hasil resitasi kelompoknya sesuai dengan

kemampuan berbahasa masing-masing siswa.

Page 181: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� Kegiatan Akhir (20 menit)

� Guru mengulas dan memberi feed back materi yang telah disampaikan.

� Guru kemudian menjelaskan bahwa minggu depan akan dilakukan praktik jual

beli di pasar dan sekolah. Awalnya, siswa secara berkelompok diajak ke pasar

untuk membeli barang dagangan, selanjutnya barang tersebut dijual di

sekolah. Kelompok siswa sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk

sebelumnya.

� Tiap kelompok mendapat tugas untuk membayar iuran, perorang minimal dua

ribu rupiah. Rencananya uang tersebut merupakan modal untuk membeli

beberapa kue. Kue-kue tersebut akan dijual ulang di sekolah. Jadi, pada

minggu depan siswa berperan sebagai pembeli sekaligus sebagai penjual.

Sebagai pembeli ketika di pasar dan sebagi penjual ketika di sekolah.

� Selanjutnya tanya jawab bagi siswa yang kurang jelas prosedurnya.

� Setelah ada beberapa kesepakatan dan pemahaman dari siswa kemudian guru

menutup pelajaran.

� Guru mengucap salam.

���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN

� Gambar koperasi sekolah dan kantin sekolah.

���� SUMBER PENUNJANG

� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.

� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan

Departemen Pandidikan Nasional.

Page 182: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� PENILAIAN

� Antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

� Project, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.

� Keaktifan individu dalam mengajukan pertanyaan dan ide.

� Kegiatan kerja sama kelompok serta aktifitas dan inisiatif siswa dalam melakukan

pekerjaan resitasi.

Malang, 10 Maret 2009

Peneliti

Lia Nurul Wahdati, A. Ma.

NIM. 07140042

Page 183: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/ Semester III/ II

Hari/ Tanggal Selasa, 17 Maret 2009

Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)

Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.

Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan

sekolah.

���� INDIKATOR PEMBELAJARAN

� Memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.

� Memahami tata cara membeli di pasar.

� Menganalisis kondisi tempat jual beli di lingkungan rumah.

���� TUJUAN PEMBELAJARAN

� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.

� Siswa mampu memahami tata cara membeli di pasar.

� Siswa mampu menganalisis kondisi tempat jual beli di lingkungan rumah.

���� MATERI AJAR

� Jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.

���� METODE/STRATEGI

� Metode simulasi

� Metode diskusi

���� LANGKAH PEMBELAJARAN

���� Langkah Awal (10 menit)

� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.

Page 184: 07140042 Lia Nurul Wahdati

� Guru menanyakan yang diberikan kemarin, yakni tentang pembagian

kelompok simulasi dan iuran tiap siswa.

� Lalu guru menjelaskan apa yang akan dilakukan siswa pada kegiatan simulasi

di pasar, dengan langkah-langkah kegiatan yang jelas.

� Sebelumnya, guru juga menjelaskan bagaimana tata cara jual beli di pasar.

Bagaimana si pembeli dapat mendapatkan barang yang diingkan dengan harga

murah dan kualitas yang bagus.

� Tiap kelompok siswa dianjurkan untuk siap dengan anggaran anggota

kelompoknya dan merencanakan apa yang akan dibelinya nanti.

� Siswa diberi instruksi untuk tetap waspada dan hati-hati dengan keamanan

barang berharga yang dibawanya nanti.

���� Kegiatan Inti

Berangkat ke pasar (20 menit)

� Setelah semua sudah faham dan siap, guru mengajak siswa untuk berangkat ke

pasar Kemantren. Siswa berjalan dua orang-dua orang sesuai dengan

kelompoknya, ini untuk memudahkan keamanan dan ketertiban.

� Sampai di pasar, guru dan siswa menuju ke toko aneka kue yang dijual secara

grosir.

� Kelompok pertama dengan petunjuk guru mulai memilih dan memilah barang

apa saja yang akan dibeli. Dan mempertimbangkan kualitas serta harganya.

� Pembeli dan penjual terjadi kesepakatan harga.

� Ini berlangsung hingga kelompok terakhir.

Kembali ke kelas (20 menit)

� Siswa dan guru kembali ke sekolah.

� Siswa memeriksa ulang barang yang dibelinya.

� Siswa menulis laporan harga beli dari barang tersebut.

� Siswa mendengarkan petunjuk guru tentang apa yang dilakukan siswa dengan

barang dagangannya.

� Yakni tiap kelompok menjual ulang barang yang telah dibelinya di lapangan

sekolah, siswa mematok berapa harga barang dagangan yang akan dijual dan

memperkirakan keuntungannya. Sasaran pembeli adalah siswa kelas lain dari

kelas I hingga kelas VI.

Page 185: 07140042 Lia Nurul Wahdati

� Setelah selesai, siswa mempersiapkan diri untuk melakukan simulasi jual beli

di lapangan sekolah. Beberapa siswa laki-laki menyiapkan bangku sebagai

tempat jualan dan siswa perempuan membuat papan nama kios.

Pada saat istirahat

� Tiap kelompok siswa sudah siap dengan kue-kue dagangannya lengkap

dengan nama kios masing-masing.

� Siswa menjajakan kue dagangan kepada teman-temannya dengan trik masing-

masing, sekiranya dagangannya dapat habis terjual dan mendapat keuntungan.

� Kegiatan jual beli berakhir hingga bel masuk berbunyi.

���� Kegiatan akhir _ bel masuk setelah istirahat (20 menit)

� Siswa menyebutkan kesan dan pengalaman yang telah dilakukan selama

kegiatan simulasi berlangsung dari awal hingga akhir.

� Siswa merefleksi diri dan mengambil hikmah dari apa yang telah dipraktekan

dari kegiatan simulasi jual beli tersebut.

� Lalu siswa menghitung keuntungan maupun kerugian yang telah ia dapat dari

hasil penjualan.

� Uang modal sekaligus laba dan kue dagangan yang tersisa, dibagikan ulang ke

anggota kelompok.

� Setelah selesai, guru menutup pelajaraan dan memberi sedikit nasehat-nasehat

yang ada kaitannya dengan materi dan kegiatan simulasi tadi.

� Guru mengucap salam.

���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN

� Uang.

� Barang dagangan.

� Lembar observasi kelompok

���� SUMBER PENUNJANG

� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.

� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan

Departemen Pandidikan Nasional.

Page 186: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� PENILAIAN

� Individu, keaktifan dalam menyampaikan pendapat dan pertanyaan.

� Keaktifan individu dalam kelompok pada kegiatan simulasi jual beli.

� Kerjasama antar anggota kelompok, keaktifan kelompok dalam menawarkan

barang dagangan,

Malang, 17 Maret 2009

Peneliti

Lia Nurul Wahdati, A. Ma.

NIM. 07140042

Page 187: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 15

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas/ Semester III/ II

Hari/ Tanggal Selasa, 24 Maret 2009

Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 pertemuan)

Standar Kompetensi Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang.

Kompetensi Dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan

sekolah.

���� INDIKATOR PEMBELAJARAN

� Memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.

� Memahami kegiatan jual beli, tempat jual beli, syarat-syarat terjadinya jual beli,

dan ciri-ciri tempat jual beli dengan tes tulis.

���� TUJUAN PEMBELAJARAN

� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli secara kontekstual.

� Siswa mampu memahami kegiatan jual beli, tempat jual beli, syarat-syarat

terjadinya jual beli, dan ciri-ciri tempat jual beli dengan tes tulis.

���� MATERI AJAR

� Jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.

���� LANGKAH PEMBELAJARAN

���� Langkah Awal (5 menit)

� Guru mengucap salam dan menanyakan kabar hari ini.

� Siswa menyiapkan alat tulis masing-masing, guru membagikan lembar soal ke

tiap masing-masing siswa.

Page 188: 07140042 Lia Nurul Wahdati

���� Kegiatan Inti (45)

� Setelah semua siswa siap dengan lembar soal masing-masing, siswa

dipersilahkan mengerjakan lembar soal.

� Siswa diberi waktu mengerjakan soal soal dengan waktu 45 menit.

���� Kegiatan akhir (20 menit)

� Setelah semua sudah selesai mengerjakan, siswa diberi angket berupa lembar

kosong dan guru menanyakan pendapat mereka tentang pendapat maupun

kesan siswa selama pembelajaran menggunakan metode resitasi dan simulasi.

� guru menutup pelajaraan dan memberi sedikit nasehat-nasehat yang ada

kaitannya dengan materi dan kegiatan simulasi tadi.

� Guru mengucap salam.

���� MEDIA/ ALAT/ BAHAN

� Lembar tes tulis.

� Angket siswa.

���� SUMBER PENUNJANG

� LKS Pakem Jelajah Ilmu Pengetahuan Sosial. CV Kesowo.

� Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD dan MI kelas III. Pusat Perbukuan

Departemen Pandidikan Nasional.

���� PENILAIAN

� Individu, kemampuan dan ketepatan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang

diberikan guru.

Malang, 24 Maret 2009

Peneliti

Lia Nurul Wahdati, A. Ma.

NIM. 07140042

Page 189: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Pilih salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d! 1. Kegiatan menjual dan membeli

disebut kegiatan… a. Tawar menawar b. Sekolah c. Pasar d. Jual beli

2. Tempat kegiatan jual beli yang terdapat di perkampungan atau temapt tinggal penduduk adalah.. a. Mal b. Warung c. Supermarket d. Swalayan

3. Pembeli dapat mengambil sendiri barang dagangan sesuai kebutuhannya. Kegiatan ini terjadi di…. a. Kios b. Pedagang kaki lima c. Supermarket d. Warung

4. Pasar modern seperti swalayan, supermarket, atau mal banyak dijumpai di daerah…. a. Pedesaan b. Perkotaan c. Pedalaman d. Pesisir

5. Pasar yang memperjualbelikan barang bekas disebut pasar…. a. Material b. Induk c. Mebel d. Loak

6. Berikut ini termasuk pusat perdagangan yang menampung banyak tenaga kerja adalah… a. Toko kelontong b. Warung c. Supermarket d. Butik

7. Pedagang yang berjualan di trotoar disebut pedagang…. a. Kaki lima b. Asongan c. Tiban d. Keliling

8. Televisi, komputer, kulkas, dijual di toko... a. Mebel b. Sandang c. Elektronik d. Arloji

9. Berikut ini merupakan barang yang tidak dijual di toko material adalah.. a. Pasir

Page 190: 07140042 Lia Nurul Wahdati

b. Semen c. Baju d. Paku

10. Kursi, meja, almari, dijual di toko… a. Butik b. Mebel c. Kayu d. Material

11. Pengurus koperasi sekolah adalah… a. Siswa b. Orang tua murid c. Kepala sekolah d. Pak kebun

12. Ketika membeli, kita harus……agar tidak menyesal. a. Hemat b. Ramah c. Marah d. Teliti

13. Pasar nyata adalah pasar yang penjual dan pembelinya… a. Tidak bertemu langsung b. Bertemu langsung c. Bertegur sapa d. Bersalam-salaman

14. Tempat jual beli makanan dan minuman di lingkungan sekolah disebut… a. Kios b. Kantin c. Warung d. Koperasi

15. Pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertemu langsung, disebut pasar… a. Tidak nyata b. Umum c. Nyata d. Induk

Lengkapilah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan jawaban yang benar!

16. Syarat adanya jual beli adalah, adanya_______________________________________________________________

17. Sari membeli pensil seharga Rp.850,-, jika uang Sari Rp.10.000,- maka kembaliannya sebesar________________

18. Pasar loak adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang______________________

19. Pasar dengan sarana dan prasarana yang sederhana dan jual

belinya dilakukan secara tawar menawar disebut pasar____________________________

20. Pengurus koperasi sekolah adalah_____________dan dibimbing oleh para___________________________________________________ Jawablah dengan uraian yang tepat!

21. Sebutkan tempat-tempat jual beli di sekitar lingkungan

Page 191: 07140042 Lia Nurul Wahdati

rumahmu!____________________________________________________________________________

22. Sebutkan barang-barang yang dijual di toko mebel!______________________ _________________________________________________________________

23. Apa yang kamu ketahui tentang pasar nyata__________________________________________________

______________________________________________

24. Mengapa pasar tradisional perlu ditata rapi? ___________________________ ___________________________________________________________________

25. Apa saja yang dijual di koperasi sekolah? Sebutkan! ________________________ ___________________________________________________________________

Page 192: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 17

KOPERASI SEKOLAH

BAPAK KOPERASI INDONESIA

………………………………………….

PENGURUS KOPERASI SEKOLAH

………………………………….

DIBIMBING OLEH ……………………

………………

ANGGOTA KOPERASI SEKOLAH

……………………………

BARANG YANG DIJUAL DI KOPERASI SEKOLAH:

……………………………………

……………..

SHU kependekan

dari ………………

Nama Kelompok:

Page 193: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 16 LEMBAR TUGAS (RESITASI) KELOMPOK

No. Gambar Keterangan

Gambar Ciri-cirinya

1.

Pasar

Tradisional

- Biasanya terdapat di pedesaan.

- Tempatnya tidak teratur. - Ada tawar menawar

harga. - Dsb.

2.

3.

4.

5.

NAMA ANGGOTA KELOMPOK: - - - - -

Page 194: 07140042 Lia Nurul Wahdati

GUNTING GAMBAR BERIKUT DAN TEMPELKAN PADA TABEL

YANG TELAH DISIAPKAN!

SELESAI MENGGUNTING DAN MENEMPEL, ISI TABEL TERSEB UT

SESUAI DENGAN PETUNJUK GURU!

DISKUSIKAN DENGAN

KELOMPOKMU!

Page 195: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 18 (MEDIA PEMBELAJARAN)

GAMBAR BARTER

Page 196: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 19

DOKUMEN PENELITIAN

Gambar 1(pasar Kemantren)

Gambar 2 (siswa setelah ke pasar)

Gambar 3 (siswa menghitung hasil belanja)

Gambar 4 (suasana simulasi jual beli terlihat dari atas)

Gambar 5 (kelompok 1) Gambar 6 (kelompok 2)

Page 197: 07140042 Lia Nurul Wahdati

Gambar 7 (kelompok 3)

Gambar 8 (kelompok 4)

Gambar 9 (kelompok 5)

Gambar 10 (siswa berdiskusi tugas resitasi kelompok)

Gambar 11(siswa menghitung uang

laba)

Gambar 12 (menghitung laba)

Page 198: 07140042 Lia Nurul Wahdati

LAMPIRAN 20 BUKTI KONSULTASI

Nama NIM Jurusan Pembimbing Judul

: Lia Nurul Wahdati : 07140042 : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) : Drs. M. Yunus, M.Si : Penerapan Metode Resitasi dan Simulasi untuk

Meningkatkan Kemampuan Kogitif Siswa Tingkat Aplikasi Mata Pelajaran IPS di Kelas III MI Sunan Giri Jabung Malang

NO. TANGGAL HASIL YANG

DIKONSULTASIKAN TANDA TANGAN

1. 05 Februari 2009

Konsultasi Judul dan Proposal

2. 13 Februari 2009 Revisi Proposal

3. 20 Februari 2009 ACC Proposal

4. 09 Maret 2009 Konsultasi BAB I & II

5. 30 Maret 2009 ACC BAB I & II

6. 11 April 2009 Konsultasi BAB III & IV

7. 29 April 2009 ACC BAB III & IV

8. 04 Mei 2009 Konsultasi BAB V & VI

9. 23 Juni 2009

Konsultasi dan Revisi BAB Keseluruhan

10 13 Juli 2009 ACC Keseluruhan

Malang, 13 Juli 2009

Dekan

Dr. M. Zainuddin, MA. NIP. 150 275 502

Page 199: 07140042 Lia Nurul Wahdati

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Lia Nurul Wahdati, lahir di kota Tulungagung pada

tanggal 2 Februari 1987. Penulis merupakan anak pertama

dari empat bersaudara dari pasangan Moch. Thoha, S. Pd.

dan Fathurrohmah, S. Pd. Penulis berdomisili di Tulungagung, tepatnya di desa

Sepatan kec. Gondang No. HP 085648805576. Dan selama

menyelesaikan studi di Malang, Penulis bertempat tinggal di

Pesantren Luhur Jl. Raya Sumbersari 88 Malang.

Pendidikan Formal

SD Negeri Dukuh 1 (lulus 1999) di T. Agung

MTs Negeri Kunir (lulus 2002) di Blitar

MAN T. Agung 1 (2003) di T. Agung

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang (angkatan 2005) Jurusan PGMI

Pendidikan Non Formal

PKD PMII Kawah Condrodimuko (2006)

Sekolah Filsafat PMII Kawah Condrodimuko (2007)

Diklat penulisan skripsi di Pesantren Luhur Malang (2009)

ESQ Leadership Training di Gedung PPI UNMER Malang; tanggal 31 Mei-1

Juni 2008

Pengalaman Organisasi

Anggota PMII Rayon Kawah Condrodimuko (2006)

Devisi Minat dan Bakat HMJ PGMI UIN Malang (2007-2008).

Anggota UKM Teater K2 UIN Malang, sejak tahun 2005 hingga sekarang