(0679-H-2004)
-
Upload
olivia-valentine-leki -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
Transcript of (0679-H-2004)
i
FAKTOR RISIKO PENYAKIT MEMBRAN HIALIN
PADA BAYI PRETERM (28-34 MINGGU)
Tesis/ Karya Ilmiah Akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Studi Obstetri dan Ginekologi
oleh:
ACHMAD SUPARMONO NRM: 99/1378/V-SP/0224
Kepada:
BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA
RS SARDJITO, JOGJAKARTA 2003
iii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim, Puji dan syukur saya panjatkan ke hadlirat Allah Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I bidang Obstetri dan Ginekologi
di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada/Rumah Sakit Sardjito Jogjakarta,
serta dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir ini.
Karya Tulis Ilmiah Akhir ini disusun sebagai syarat mengikuti Pendidikan
Dokter Spesialis I Bidang Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada/Rumah Sakit Sardjito Jogjakarta.
Perkenankanlah pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu selama pendidikan
keahlian dan dalam seluruh proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah Akhir ini.
Kepada yang terhormat dr.H Zain Alkaff, SpOG, KFER selaku Kepala
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UUGM/RS Sardjito Jogjakarta dan
dr.HR Siswosudarmo,SpOG selaku Ketua Program Studi Obstetri dan Ginekologi
FK UGM/RS Sardjito Jogjakarta yang juga selaku pembimbing metodologi Karya
Tulis Ilmiah Akhir ini dan dr. Hasto Wardoyo,SpOG selaku pembimbing materi
Karya Tulis Ilmiah Akhir ini, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya karena dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk
dan sarannya, baik dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir ini maupun
selama saya mengikuti pendidikan spesialis.
iv
Kepada seluruh staff pengajar Program Pendidikan Dokter Spesialis I
bidang Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada/RS
Sardjito Jogjakarta dan staff pengajar di rumah sakit afiliasi, saya ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengetahuan dan bimbingan
yang diberikan selama saya mengikuti pendidikan spesialisasi.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua sejawat
residen, paramedis, dan karyawan nonmedik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada/RS Sardjito atas kerjasama dan
bantuannya selama saya mengikuti pendidikan.
Kepada dr.H Edy Moeljono,SpRad saya ucapkan terima kasih atas
bimbingan dan sarannya hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah Akhir ini,
juga kepada teman sejawat residen Bagian Radiologi dan Bagian Perinatologi RS
Sardjito Jogjakarta.
Kepada Direktur RS Sardjito Jogjakarta, saya mengucapkan terima kasih
atas ijin yang diberikan untuk dapat menggunakan rekam medik pasien RS
Sardjito Jogjakarta sebagai data dalam penelitian ini dan juga kepada Kepala dan
staff Bagian Rekam Medik RS Sardjito Jogjakarta, saya ucapkan terima kasih
karena telah membantu penulis dalam mengumpulkan rekam medik yang
diperlukan sebagai data dalam penelitian ini.
Akhirnya saya ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih
yang tidak terhingga kepada orang tua tercinta, almarhum ayahanda Sumeri,
ibunda tercinta Nutiyah, almarhum RP Barsono dan almarhumah S Maryani, isteri
terkasih S Nurani W,dan anak-anak tersayang Achwidi BW, Achwido AW dan
v
Achwidya LW yang telah banyak memberikan bantuan serta dorongan,
keikhlasan, kesabaran dan pengertiannya dalam mendampingi saya sehingga
mampu menyelesaikan pendidikan spesialisasi. Juga saya ucapkan terima kasih
kepada semua adik, kakak dan ipar yang telah membantu memberikan bantuan
baik moril maupun materil kepada saya selama pendidikan keahlian ini.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi
saya sendiri khususnya dan bagi yang berkepentingan. Semoga Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang melimpahkan rakhmatNya pada kita semua. Amin.
Jogjakarta, September 2003
Achmad Suparmono
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Halaman Pengesahan....................................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................................ iv
Daftar Isi......................................................................................................... vii
Intisari.............................................................................................................. ix
Abstract.......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan .............................................. 1
B. Permasalahan Penelitian ................................................. 5
C. Keaslian Penelitian ......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................... 7
A.1. Persalinan Preterm .................................................... 7
A.2. Penyakit Membran Hialin ...................................... 8
A.2.1. Patogenesis Penyakit Membran Hialin ........... 8
A.2.2. Manifestasi Klinis Penyakit Membran Hialin. 10
A.2.3. Diagnosis Penyakit Membran Hialin ............. 12
A.2.4. Faktor Risiko Penyakit Membran Hialin ....... 14
A.3. Glukokortikoid Dalam Pematangan Paru Janin ....... 15
B. Kerangka Teori ............................................................... 18
C. Hipotesis ........................................................................ 19
BAB III BAHAN DAN CARA PENELITIAN
A. Bahan Penelitian ................................................................. 20
A.1. Populasi dan Subyek Penelitian .............................. 20
A.2. Sumber Data ......................................................... 20
A.3. Kriteria Kelayakan ................................................. 20
A.4. Variabel Penelitian.................................................... 21
viii
A.5. Cara Pemilihan Kasus dan Kontrol ........................... 21
A.6. Besar Sampel ........................................................... 21
A.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................. 22
B. Cara Penelitian ................................................................ 23
B.1. Rancangan Penelitian ............................................ 23
B.2. Cara Penelitian ................................................... 23
B.3. Kerangka Analisis ....................................................
B.4. Analisis Data ...........................................................
24
24
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................ 27
BAB V PEMBAHASAN ......................................................... 33
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................... 39
ix
INTISARI Latar Belakang: Penyakit membran hialin merupakan salah satu penyebab kematian perinatal pada prematuritas yang diakibatkan oleh kegawatan pernafasan. Defisiensi surfaktan dan gangguan pematangan paru merupakan penyebab penyakit membran hialin. Proses pematangan paru merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kadar glukokortikoid dalam plasma janin. Glukokortikoid pada pematangan paru janin mempengaruhi pematangan sel paru dalam menghasilkan surfaktan, mempengaruhi metabolisme phosphatidyl choline, mempengaruhi penipisan jaringan stroma jaringan paru. Beberapa faktor/kondisi yang dapat mempengaruhi pematangan paru janin merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit membran hialin. Tujuan: Mengetahui beberapa kondisi/faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit membran hialin pada bayi preterm. Rancangaan penelitian: menggunakan studi penelitian kasus kontrol. Tempat dan Waktu: RS.Sardjito Jogjakarta, pada periode Januari 1997- Desember 2001. Bahan dan Cara: Dilakukan penelitian terhadap bayi preterm (28-34 minggu) yang dilahirkan di RS.Sardjito dan memenuhi kriteria kelayakan penelitian, kemudian dibagi dalam dua kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah bayi yang menderita penyakit membran hialin dan sebagai kelompok kontrol adalah bayi yang tidak menderita penyakit membran hialin. Kemudian ditelusuri catatan medik neonatal dan maternalnya. Variabel yang diteliti dari kelompok kasus dan kontrol adalah umur kehamilan, preeklamsia berat/eklamsia pada ibu, peningkatan tekanan arteri rata-rata, pemberian injeksi deksametason prenatal, ada atau tidaknya janin tumbuh lambat. Dilakukan analisis statistik dengan menggunakan komputer dengan perangkat uji Chi squre, dan regesi logistik pada variabel penelitian. Hasil : Didapatkan 272 bayi preterm yang memenuhi kriteria kelayakan, 72 bayi menderita penyakit membran hialin selama periode penelitian sebagai kasus dan selebihnya sebagai kontrol. Kejadian penyakit membran hialin tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan faktor risiko yang diteliti seperti preeklamsia berat/eklamsia (OR=0,69; p=0,41), peningkatan tekanan arteri rata-rata (OR=0,86; p= 0,77), pemberian deksametason prenatal (OR=1,22; p=0,54). Kejadian penyakit membran hialin mempunyai hubungan bermakna dengan faktor risiko lain seperti umur kehamilan ( OR= 3,47; 95%CI=1,95-6,17;p=0,00) dan adanya IUGR pada neonatal (OR=0,36;95%CI=0,17-0,77 p=0,007). Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik dari semua variabel secara bersamaan terhadap penyakit membran hialin yang bermakna (p< 0,005) adalah umur kehamilan (p=0,000) dan adanya IUGR ( p=0,002). Kesimpulan: Kejadian penyakit membran hialin dipengaruhi oleh umur kehamilan, dan adanya janin tumbuh lambat pada bayi preterm sebagai parameter adanya hipoksia kronis selama intra uterin. Kata Kunci: Penyakit membran hialin, pematangan paru, faktor risiko.
x
ABSTRACT Background: Hyaline membrane disease (HMD) is one of the leading cause of perinatal mortality in relation with the respiratory emergency in prematurity. Surfactant deficiency and alteration in the fetal lung maturation leads to the disease. Lung maturation is a complex process, affected by some factors including fetal glucocorticoid concentration. The Glucocorticoid in the fetal lung maturation influence in surfactant production, phosphatidylcholine metabolism, and thickening of the lung tissue. Some factors that alter the process will be the problems to be studied. Objectives: To study some factors that influence the incidence of hyaline membrane disease in preterm babies. Time and setting: Sardjito Hospital Jogjakarta, from January 1997 to December 2001 periode of time. Study design: case contol study. Materials and Methods: Preterm babies ( 28-34 weeks ) had born in Sardjito Hospital that met inclusion and exclusions criteria were studied. The babies that having hyaline membrane diseases than selected to be the subject of this study. After that, both of maternal and neonatal medical records were studied carefully. The variabel of this study were gestational ages, maternal mean arterial pressure, severe preeclampsia/eclampsia, prenatal dexamethasone administrations, and intrauterine growth retardation. Statistical analysis in the means of univariate, bivariate, and multivariate were then done to test those mentioned variabels. Results: There were 272 preterm babies that reliable for this study, 72 babies that having hyaline membrane diseases in this periode of the study be selected as case group and the others as control group. There were no significants relation between HMD and the risk factor in this study such as severe preeclampsia/eclampsia (OR= 0,69; 95%CI= 0,26-1,77;p= 0,41), the mean elevated arterial pressure (OR= 0,86; 95%CI=0,30-2,43;p=0,77), prenatal dexamethasone administrations (OR= 1,22; 95%CI =0,65-2,29; p= 0,54), Some other risk factors had significantly influence the incidence of HMD, those are gestational ages ( OR= 3,47; 95%CI= 1,95-6,17; p= 0,00), and IUGR (OR= 0,36;95%CI= 0,17-0,77; p=0,007). Logistic regression of multi variate analysis showed that the gestational ages (p= 0,000) and IUGR (p= 0,002) were significantly related to the incidence of HMD. Conclusion: The incidence of hyaline membrane disease was influenced by gestational age, and the appearance of IUGR as a result of in utero chronic hypoxia. Key words: hyaline membrane disease, lung maturation, risk factors.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Salah satu permasalahan dalam bidang obstetri yang masih menjadi
kendala dalam bidang kesehatan adalah persalinan preterm. Persalinan preterm
merupakan salah satu penyebab tertinggi kematian perinatal di Indonesia, angka
kematian perinatal akan mempengaruhi angka kematian bayi yang merupakan
salah satu indikator kesehatan masyarakat.1
Angka kematian bayi di Indonesia sudah dapat diturunkan dari 145 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 1967 menjadi 55 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 1996. Angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-
negara Asia Tenggara lainnya. Angka kematian bayi di Malaysia 15, Filipina 34,
Thailand 18 dan Singapura 8 per 1000 kelahiran hidup.1,2. Angka kematian
perinatal di RS. Sardjito pada tahun 1995 adalah 44,4 per 1000 kelahiran hidup.3,4.
Persalinan preterm masih menjadi permasalahan yang dianggap penting
oleh karena insidensi yang tinggi, dampak morbiditas dan mortalitas pada bayi
yang tinggi. Insidensi persalinan preterm diperkirakan 7-10 % dari seluruh
kehamilan dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas bayi.5,6.
Perubahan kehidupan dari intra uterin ke ekstra uterin yang dialami oleh
neonatus pada saat kelahiran memerlukan kesiapan kematangan organ-organ vital,
terutama sistim pernafasan, sistim kardiovaskuler. Pada bayi preterm salah satu
kegawatan yang dapat terjadi adalah kegawatan sistim pernafasan. Penyakit
membran hialin adalah kegawatan pada sistim pernafasan akibat dari immaturnya
paru-paru bayi oleh karena defisiensi surfaktan.7,8,9,10.
Penyakit membran hialin merupakan penyebab kematian neonatus nomor
dua terbesar setelah Transient Tachipnoe of the Newborn, kejadian kematian
neonatus akibat penyakit membran hialin dan komplikasinya mencapai 30%.
Insidensi penyakit membran hialin sendiri berkisar satu persen dari seluruh
persalinan, kejadian penyakit membran hialin berbanding terbalik dengan umur
kehamilan dan berat badan bayi lahir. Risiko kejadian penyakit membran hialin
meningkat pada ibu dengan diabetes melitus, kehamilan gemeli, persalinan
dengan sesaria.8,9,10
Salah satu penyebab persalinan preterm adalah preeklamsia berat/eklamsia
pada ibu. Preeklamsia berat/eklamsia masih menjadi permasalahan dalam bidang
obstetrik, berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal
dan neonatal yang diakibatkannya. Insidensi preeklamsia berat/eklamsia mencapai
lima sampai tujuh persen dari seluruh kehamilan, di RSCM Jakarta insidensi
mencapai 13,2%. Angka kematian maternal oleh karena preeklamsia
berat/eklamsia mencapai satu sampai tujuh persen, sedangkan angka kematian
perinatalnya mencapai 139-300 perseribu kelahiran hidup.3,5.
Pada preeklamsia berat/eklamsia terjadi perubahan hemodinamik serta
seluler, perubahan yang terjadi akan mengakibatkan gangguan pada sirkulasi
uteroplasental, sehingga akan mengakibatkan berbagai macam gangguan pada ibu
ataupun janinnya. Preeklamsia berat/eklamsia memberikan pengaruh terhadap
morbiditas/mortalitas perinatal. Penyebab kematian perinatal pada preeklamsia
berat/eklamsia adalah oleh karena solusio plasenta, hipoksia intra uterin,
pertumbuhan janin lambat dan prematuritas.6
Prematuritas sebagai salah satu penyebab kematian perinatal pada
preeklamsia berat/eklamsia berhubungan dengan ketidaksiapan organ vital janin
antara lain sistem pernafasan. Penyakit membran hialin merupakan kegawatan
paru yang menyebabkan kematian perinatal akibat ketidaksiapan paru paru janin.
Pada beberapa kepustakaan disebutkan bahwa penyakit membran hialin adalah
identik dengan sindroma gawat nafas pada bayi kurang bulan. 9,10
Maturitas paru ditunjukkan dengan adanya kadar surfaktan yang cukup,
sintesis surfaktan dapat dipengaruhi oleh kondisi dan beberapa faktor. Salah satu
faktor yang dapat memacu sintesis surfaktan adalah kadar glukokortikoid dalam
darah. Hipoksia oleh karena gangguan sirkulasi uteroplasental pada preeklamsia
berat/eklamsia serta peningkatan epinefrin juga merupakan faktor pemicu sintesis
surfaktan melalui peningkatan glukokortikoid.9,10,11. Kadar kortikosteroid dalam
darah janin meningkat menjelang aterm dan proses maturasi paru dapat dipercepat
dengan cara menstimulasi kelenjar adrenal janin dalam mensekresi glukokortikoid
atau dengan memberikan glukokortikoid eksternal.12,13,14.
Preeklamsia berat/eklamsia merupakan suatu komplikasi kehamilan yang
sangat banyak menimbulkan perubahan pada beberapa sistem pada ibu maupun
janin yang dapat berdampak pada morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal, juga terhadap kematian neonatal akibat penyakit membran hialin pada
bayi kurang bulan.5,10,13,15.
Penelitian lain menerangkan bahwa preeklamsia berat/eklamsia pada ibu
tidak memberikan pengaruh terhadap kecepatan pematangan paru-paru janin.14
Namun penelitian Carvalho et al., menerangkan bahwa tidak ada pengaruh
preeklamsia berat/eklamsia pada ibu terhadap kejadian penyakit membran hialin
pada janin kurang bulan yang dilahirkannya, tetapi masih terdapat kemungkinan
adanya pengaruh dari keadaan stress janin dan perubahan metabolisme beberapa
hormon pada preeklamsia berat/eklamsia yang dapat mempengaruhi maturitas
paru janin.15
Terjadi perubahan kadar beberapa hormon pada wanita hamil dengan
komplikasi preeklamsia berat/eklamsia, antara lain corticotropin releasing
hormone (CRH). Hormon ini berperan dalam sekresi glukokortikoid ibu dan janin
melalui beberapa mekanisme.17.
Preeklamsia berat/eklamsia merupakan suatu komplikasi kehamilan yang
sangat banyak menimbulkan perubahan beberapa sistem pada ibu maupun janin
yang dapat berdampak pada morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal,
juga terhadap kematian neonatal akibat penyakit membran hialin pada bayi kurang
bulan.5,10,12
Dari latar belakang beberapa penelitian tersebut, sangat menarik untuk
dilakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi penyakit membran hialin
pada janin preterm.
B. Permasalahan Penelitian.
Dari latar belakang diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa pendapat
mengenai penyakit membran hialin pada bayi preterm, pematangan paru dan
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Permasalahan yang harus dijawab adalah
faktor risiko apa yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit membran hialin
pada persalinan preterm.
C. Keaslian Penelitian
Menurut penelusuran kepustakaan, telah dilakukan penelitian tentang
efektifitas deksametason dalam mencegah terjadinya Respiratory Distress
Syndrome pada bayi prematur.4 Peneliti lain meneliti adanya peningkatan kadar
corticotropin releasing hormone pada darah fetal dan maternal dari ibu hamil
dengan komplikasi preeklamsia berat/eklamsia.15 Sedangkan yang lainnya telah
melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian deksametason prenatal
terhadap kejadian gawat nafas dan kematian neonatal bayi preterm (24-34
minggu).6
Dalam suatu penelitian, memberikan kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan kejadian penyakit membran hialin pada preeklamsia dan tidak
preeklamsia.16.
Penelitian mengenai faktor risiko kejadian penyakit membran hialin pada
persalian preterm belum pernah dilakukan di Jogjakarta, khususnya di RS.
Sardjito.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
membran hialin pada persalinan preterm diharapkan dapat memberikan masukan
pada penatalaksanaan pengawasan antenatal kehamilan dan persalinan preterm
serta akan membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian penyakit membran
hialin pada persalinan preterm.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.1. Persalinan Preterm
Persalinan preterm adalah kelahiran bayi pada umur kehamilan kurang
dari 37 minggu atau persalinan yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 22
minggu. Kejadian persalinan preterm berkisar 7 sampai 13% dari seluruh
kehamilan, telah dilaporkan kejadian persalinan preterm antara umur kehamilan
20 dan 36 minggu sebesar 9,6 persen. Di Indonesia kejadian persalinan preterm
lebih tinggi, suatu penelitian mendapatkan kejadian persalinan preterm di Jakarta
sebesar 13,3%.5.
Permasalahan pada bayi kurang bulan disebabkan oleh belum matangnya
beberapa organ-organ penting, seperti paru-paru. Semakin tua umur kehamilan
berarti semakin matang organ-organ, semakin kecil risiko morbiditas dan
mortalitasnya. Dilaporkan bahwa dua pertiga dari seluruh kematian neonatal
terjadi pada umur kehamilan dibawah 29 minggu.6
Sampai saat ini penyebab terjadinya persalinan preterm belum diketahui,
persalinan preterm dapat terjadi secara spontan maupun disengaja dengan maksud
untuk melakukan terminasi kehamilan. Beberapa keadaan dapat dipertimbangkan
sebagai faktor risiko terjadinya persalinan preterm seperti kehamilan ganda,
kelainan presentasi, infeksi cairan amnion dan penyakit sistemik pada ibu serta
komplikasi kehamilan lain seperti preeklamsia berat/eklamsia.7
8
A.2. Penyakit Membran Hialin
Permasalahan yang timbul pada persalinan preterm salah satu diantaranya
adalah kegawatan sistem pernafasan pada neonatus baru lahir, atau dikenal dengan
sindroma gawat nafas. Sindroma gawat nafas merupakan suatu keadaan klinis
akibat kegagalan fungsi pertukaran gas dari paru-paru. Pada bayi kurang bulan,
terjadinya sindroma gawat nafas banyak disebabkan oleh belum maturnya paru-
paru dan defisiensi surfaktan yang disebut dengan penyakit membran hialin.
Terminologi ini berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi, pada pemeriksaan
mikroskopis jaringan paru menunjukkan adanya material yang mengandung fibrin
dan debris seluler berwarna merah yang melapisi alveoli. Pada beberapa literatur,
yang dimaksud dengan sindroma gawat nafas pada neonatus kurang bulan adalah
identik dengan penyakit membran hialin.9,10
Penyakit membran hialin merupakan penyakit paru kongenital yang
disebabkan oleh defisiensi surfaktan. Surfaktan merupakan merupakan senyawa
yang berfungsi untuk mencegah kolapsnya paru pada saat ekspirasi pada janin
baru lahir. Predisposisi penyakit ini terjadi terutama pada bayi kurang bulan,
persalinan dengan seksio sesaria, dan asfiksia intra uterin. Predisposisi penyakit
membran hialin juga pada ibu diabetes, kehamilan ganda, neonatus dengan berat
badan lahir rendah atau pertumbuhan janin lambat.10
A.2.1. Patogenesis Penyakit Membran Hialin
Teori mengenai etiologi dan patogenesis dari penyakit membran hialin
yang paling dapat diterima adalah karena kurangnya/defisiensi surfaktan pada
paru. Surfaktan merupakan suatu substansi yang diproduksi oleh sel-sel epitel
9
pada saluran nafas yang disebut sel pneumosit II. Sel-sel ini mulai ada pada
kehamilan 22-24 minggu dan mulai memproduksi surfaktan pada kehamilan 24
minggu serta mencapai puncak produksinya pada kehamilan 34 minggu.
Surfaktan mulai dapat berfungsi di saluran pernafasan pada kehamilan minggu ke
32-36.8,9,10.
Surfaktan terdiri dari fosfolipid (90%), protein (10%) dengan komponen
utama lesitin. Lipoprotein ini akan dilepas kesaluran pernafasan (cairan paru)
untuk mengendalikan tegangan permukaan alveolus pada tekanan fisiologis.
Pada bayi kurang bulan, kemampuan produksi surfaktan belum maksimal
sehingga kadar surfaktan masih kurang. Hal ini menyebabkan gangguan kenaikan
tegangan permukaan alveoli dan terjadi gangguan ventilasi, akibatnya alveoli akan
kolaps pada setiap akhir ekspirasi. Pernafasan berikutnya membutuhkan tekanan
negatif intra dada yang lebih besar, sehingga usaha inspirasi lebih besar dan
akibatnya terjadi peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi dinding dada,
merintih, hipoksia dan asidosis. Selanjutnya terjadi katabolisme anaerob dengan
hasil penimbunan asam laktat dan asam organik, bayi menga lami asidosis
metabolik. Terjadi kerusakan endotel kapiler dan duktus alveolaris kemudian
terjadi transudasi dalam alveoli, terbentuk fibrin. Fibrin dan jaringan epitel yang
mengalami nekrotik selanjutnya akan membentuk lapisan- lapisan yang disebut
membran hialin.8,9,10,12,17.
Produksi surfaktan oleh sel pneumosit pada kehamilan preterm <34
minggu, dapat dipercepat dengan pemberian kortikosteroid antenatal . Juga dapat
10
dipengaruhi oleh beberapa keadaan seperti stress janin, hipoksia janin, penurunan
P O2. 9,10,11,19.
A.2.2. Manifestasi Klinis Penyakit Membran Hialin
Pada kehidupan intra uterin, paru-paru janin belum berfungsi sebagai
organ pertukaran gas, namun terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan paru-
paru sehingga siap berfungsi bila sirkulasi uteroplasental berhenti setelah
persalinan. Paru-paru janin berisi cairan yang disekresi oleh sel-sel setempat
dengan komposisi berbeda dengan cairan amnion. Setelah persalinan diperlukan
tekanan yang cukup besar untuk memasukkan udara kedalam paru-paru oleh
karena harus melawan viskositas cairan yang ada di jalan nafas dan tegangan
permukaan alveoli.8,9,10,12,17.
Kurangnya surfaktan menyebabkan rongga-rongga udara yang kecil,
kolaps dan pada setiap ekspirasi terjadi atelektasis. Terjadi pengumpulan eksudasi
protein dan debris pada saluran nafas dengan akibat berkurangnya total kapasitas
paru.9,10,11.
Terdapat dua bentuk manifestasi klinik penyakit membran hialin, yaitu
bentuk akut dan kronis. Pada bentuk akut gejala klinis mulai timbul pada beberapa
jam setelah bayi lahir, terutama dispnea, dan hiperpnea >60 kali permenit, retraksi
dinding dada seterusnya meningkat sampai 48-72 jam pertama. Keadaan ini
bertahan sampai satu minggu, kemudian menurun dan menghilang. Pada bentuk
yang kronis gangguan bernafas baru muncul 24-36 jam setelah lahir, gejala sesak
nafas, sianosis dan dispnea. Gejala terlihat jelas pada hari keempat sampai
ketujuh pertama setelah lahir.8,9,10