0552-H-2012

20
TESIS OLAHRAGA DAN IDENTITAS NASIONAL: PENCAK SILAT DI INDONESIA TAHUN 1950-1970 untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 diajukan oleh: Aulia Rahman 09/290792/PSA/2070 PROGRAM STUDI SEJARAH PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Transcript of 0552-H-2012

Page 1: 0552-H-2012

TESIS

OLAHRAGA DAN IDENTITAS NASIONAL:

PENCAK SILAT DI INDONESIA TAHUN 1950-1970

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana S-2

diajukan oleh:

Aulia Rahman

09/290792/PSA/2070

PROGRAM STUDI SEJARAH

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: 0552-H-2012
Page 3: 0552-H-2012
Page 4: 0552-H-2012

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya tercurah kepada Allah SWT, Sang Raja Manusia,

pemilik seluruh alam semesta. Berkat rahmat, karunia, nikmat serta

hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tidak lupa sholawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW.

Penelitian yang berjudul “Olahraga dan Identitas Nasional: Pencak

Silat di Indonesia Tahun 1950-1970” ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar akademik Master of Art dari Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Gadjah Mada. Terwujudnya tesis ini berkat bantuan

dari berbagai pihak, yang tanpanya tesis ini mustahil untuk

diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga. Kedua orang tuaku, Hasanuddin dan Isni Alfiah, yang

telah menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi

penulis, serta selalu memberikan dorongan tiada henti, dan doa

yang tak pernah putus kepada penulis. Kedua adikku, A. Zulfa M.

dan Amhal Kairul F., untuk semua doa dan dukungannya.

2. Dr. Sri Margana M. Phil selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar membimbing penulis, serta memberikan banyak

masukan-masukan, sehingga penelitian tesis ini dapat selesai.

Page 5: 0552-H-2012

3. Para pengajar di program studi S2 ilmu sejarah, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Gadjah Mada, Prof. Djoko Suryo, Prof.

Suhartono, Prof. Bambang Purwanto, Prof. Heddy Shri-Ahimsa,

Prof. Soedarsono, Prof. Djoko Soekiman, Dr. Suharko, Dr. Pudjo

S., Dr. Bambang Hudayana, Machmoed Efendie, dan Sudibyo, M.

Hum..

4. Teman-teman angkatan 2009 program studi S2 ilmu sejarah,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Eko S.H, Wisnu

S. Khairudin, Nurrudin, J. Saimima, J. Pattiasina, Hajar N.S.,

Kalam Jauhari, Helen, Dede R., Arya W., Angga P.H., Apo Y.,

Shalih Albay, dan Agus Mandacan.

5. Mas Hendri dan kawan-kawan di Perpustakaan Daerah

Yogyakarta di Jalan Maliboro Yogyakarta, atas pelayanan yang

memuaskan selama penulis melakukan penelitian disana, serta

telah merelakan koleksi-koleksinya di carut-marutkan oleh

penulis.

6. Mas Martoyo dan kawan-kawan di Perpustakaan Padepokan

Pencak Silat IPSI di kompleks Taman Mini Jakarta, untuk

sambutannya yang sangat ramah dan juga atas kepercayaan

penuh kepada penulis sehingga penulis memperoleh keleluasaan

dalam melakukan eksplorasi dan observasi sumber-sumber arsip,

Koran, ataupun majalah, tentang pencak silat di perpustakaan

tersebut.

7. Pak Muslih Madiant (Jurusan Sastra Prancis UGM) dan Dr.

Siswantoyo dan Pak Agung Nugroho (FIK-UNY) yang telah bersedia

Page 6: 0552-H-2012

diganggu dan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, untuk

berdiskusi dengan penulis mengenai pencak silat.

8. Mas Wiwin S. W, Deka Hardian (RSJHK), dan kawan-kawan di

Bukit Duri Tanjakan (kompleks masjid Muhammadiyah), yang

telah memberikan bantuan yang maksimal selama penulis

melakukan penelitian dan penelusuran sumber di Jakarta

Yogyakarta, 8 Maret 2012

Aulia Rahman

Page 7: 0552-H-2012

DAFTAR ISI

Halaman Judul Lembar Pengesahan Pernyataan

Kata Pengantar Daftar Isi

Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Istilah

Daftar Singkatan Intisari

Abstract BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ......... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 12

D. Tinjauan Pustaka .......................................................... 13

E. Kerangka Konsep ........................................................... 17

F. Metode Penelitian .......................................................... 21

G. Sistematika Penulisan ................................................... 23

BAB II WACANA IDENTITAS NASIONAL DAN OLAHRAGA DI

INDONESIA TAHUN 1950-1970

A. Soekarno dan Wacana Identitas Nasional ...................... 29

B. Perkembangan Olahraga di Indonesia

Menjelang Tahun 1950-an ............................................. 36

C. Wacana Pembangunan Olahraga Nasional

Pasca 1950-an ............................................................... 43

D. Negara dan Konsep Olahraga Nasional ........................... 53

E. Indonesia dalam Ajang Olahraga: Olahraga Sebagai

Bagian dari Eksistensi Bangsa ....................................... 67

1. Pekan Olahraga Nasional (PON) ............................... 71

2. Asian Games ........................................................... 81

3. Olympiade............................................................... 87

4. Games of The New Emerging Forces (Ganefo) .......... 96

BAB III PENCAK SILAT DI INDONESIA HINGGA TAHUN 1950-

AN

A. Dari Ilmu Beladiri ke Pencak Silat ................................. 100

Page 8: 0552-H-2012

B. Membangun Institusi Pencak Silat Nasional .................. 108

1. Terbentuknya Institusi Pencak Silat Nasional ............ 114

2. Beberapa Permasalahan Seputar Penggabungan

Organisasi-Organisasi Pencak Silat Ke dalam Ikatan

Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) ......................... 119

3. Tokoh-tokoh IPSI: Wongsonegoro dan Marijun ........... 138

a) Mr. Wongsonegoro .......................................... 124

b) Marijun Sudirohadiprodjo ............................... 129

C. Perguruan dan Aliran Pembentuk IPSI ........................... 131

BAB IV PENCAK SILAT DAN POLITIK KEBUDAYAAN

A. IPSI dan Agenda Politik Kebudayaan .............................. 143

B. Pencak Silat dan Kompetisi Prestasi .............................. 151

1. Peraturan Pertandingan dan pertunjukan pencak silat

153

2. Kompetisi-Kompetisi Pencak Silat .............................. 160

C. Pencak Silat dalam Politik Kebudayaan ......................... 166

1. Pencak Silat dan Institusi Pendidikan ........................ 168

2. Pencak Silat dan Institusi Pemerintah ........................ 174

3. Pencak Silat dan Militer ............................................. 179

4. Pencak Silat dan Masyarakat ..................................... 182

5. Pencak silat dan Misi Kebudayaan ............................. 186

BAB V KESIMPULAN ........................................................ 199

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 203

LAMPIRAN ....................................................................... 210

Page 9: 0552-H-2012

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Olahraga tradisional Okol dari Madura.

55

Gambar 2 Odjung, olahraga tradisional dari Besuki.

57

Gambar 3 Aduan sapi yang berasal dari daerah Madura-Besuki.

59

Gambar 4 Cikar Race atau balapan Cikar. Pemenang olahraga ini sangat ditentukan oleh kecepatan

dan kelihaian pengemudi cikar.

61

Gambar 5 Sempat muncul wacana demonstrasi pencak silat dalam upacara pembukaan Olympiade

Melbourne, Australia 1956.

91

Gambar 6 Kurikulum pencak silat yang diajarkan di

sekolah.

169

Page 10: 0552-H-2012

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perlengkapan Susunan PB IPSI Tahun 1967 .................... 210

........................................................................................

2. Program Kerja IPSI Tahun 1974 ....................................... 214

3. Hasil Seminar Pencak Silat di Bogor,

20-24 Nopember 1973 ..................................................... 215

4. Laporan Perkembangan Pencak Silat yang

bernaung di IPSI Tahun 1975 .......................................... 219

5. Surat Kuasa Reformasi/ Reorganisasi Pengurus Besar

Panca Indra Suci ............................................................. 221

Page 11: 0552-H-2012

DAFTAR ISTILAH

Awak Untuk kalangan sendiri.

Bhayangkara Sebutan bagi para pengawal kerajaan Majapahit di era patih Gadjah Mada yang berarti pasukan penangkal dan pemangkas

bahaya.

Chivalry Sifat kesatria.

Games of the New

Emerging Forces (Ganefo)

Sebuah ajang olahraga yang digagas oleh

Soekarno pada tahun 1960-an sebagai tandingan Olympiade, karena Indonesia dilarang ikut serta dalam Olympiade di

Tokyo tahun 1964.

Gul-gul Sebutan bagi pencak Madura yang diperagakan dengan diiringi irama musik.

Gymnastica astetica

Salah satu karakteristik yang terkandung didalam pencak silat yang berpokok pada ilmu pembelaan diri.

Gymnastica bellica Salah satu karakteristik yang terkandung

didalam pencak silat yang berguna untuk mempertinggi nilai kekuatan bangsa kita dalam hubungannya dengan pertahanan

nasional.

Gymnastica medica

Salah satu karakteristik yang terkandung didalam pencak silat yang dapat memperbaiki berbagai fungsi organ

jasmaniah.

Gymnastica

popular

Salah satu karakteristik yang terkandung

didalam pencak silat bersifat pendidikan keindahan yang bersifat pendidikan

keindahan.

Maenpo Berasal dari kata maen nu tara mere tempo

yang berarti permainan yang tidak pernah memperlihatkan bentuknya kepada lawan.

Meneer Pengemudi dalam perlombaan balap cikar.

Page 12: 0552-H-2012

Identitas Nasional Identitas nasional, bentuk dari identifikasi imajinatif negara-bangsa yang diekspresikan

melalui simbol dan diskursus yang mengisahkan dan menciptakan ide tentang

asal-usul, kontinuitas dan tradisi (Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004).

New Emerging

Forces (Nefo)

Nefo atau lebih dikenal dengan orde baru,

merupakan istilah yang dimunculkan Soekarno saat berpidato di Beograd dalam menggambarkan perpecahan dunia pada

tahun 1960-an.

Old Established

Forces (Oldefo)

Oldefo atau lebih dikenal dengan orde lama,

merupakan istilah yang dimunculkan Soekarno saat berpidato di Beograd dalam

menggambarkan perpecahan dunia pada tahun 1960-an.

Perguruan Tempat untuk belajar beladiri/ silat.

Selametan Sebuah upacara yang dilakukan untuk memperoleh keselamatan.

Self-confidence Rasa percaya diri.

Self defense Bela diri.

Sport Olahraga.

Page 13: 0552-H-2012

DAFTAR SINGKATAN

BIMA Budaja Indonesia Mataram

DORI Dewan Olahraga Republik Indonesia

GANEFO Games of the New Emerging Forces

GAPEMA Gabungan Pencak Mataram

GAPENSI Gabungan Pencak Silat Indonesia

GELORA Gerakan Latihan Olahraga

IPSI Ikatan Pencak Silat Indonesia

ISI Ikatan Sport Indonesia

KOI Komite Olimpiade Indonesia

KORI Komite Olimpiade Republik Indonesia

KTN Komisi Tiga Negara

NEFO New Emerging Forces

OLDEFO Old Established Forces

PBSI Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia

PBSI Persatuan Berenang Seluruh Indonesia

PELTI Persatuan Lawn Tennis Indonesia

PON Pekan Olahraga Nasional

PSSI Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia

PORI Pengurus Olahraga Republik Indonesia

Page 14: 0552-H-2012

INTISARI

Program Studi Ilmu Sejarah

Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya, UGM

Tesis, Maret, 2012

Aulia Rahman

Olahraga dan Identitas Nasional:

Pencak Silat di Indonesia

Tahun 1950-1970 an

Pada awal 1950-an Indonesia mulai merintis usaha untuk membangun identitas

baru yang bersifat nasional berbasis kebudayaan. Kebudayaan yang memiliki akar asli

Indonesia dimunculkan dan diwacanakan sebagai media dalam membentuk identitas baru.

Identitas baru ini diharapkan mampu menjadi titik pandang bagi negara-negara luar

dalam melihat Indonesia dan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan asli dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan pokok penelitan ini adalah problematika pembentukan identitas

nasional melalui olahraga dan kebudayaan. Pertanyaan-pertanyaan pokoknya adalah

mengapa pencak silat dipilih untuk membangun dan membentuk identitas nasional dan

bagaimana proses pembentuknya, serta bagaimana pengintegrasian pencak silat sebagai

seni tradisi menjadi bagian dari cabang olahraga nasional.

Sumber-sumber yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini berupa

arsip didapatkan dari Arsip Nasional dan arsip di padepokan pencak silat, Taman Mini,

Jakarta. Selain itu, susmber didapatkan dari media cetak dan buku-buku sejaman, yang

memiliki kaitan dengan tema penelitian.

Dalam penelitian ini, ditemukan fakta-fakta penting. Pertama, bahwa kebudayaan

tradisi dengan karakteristik yang khas, dapat digunakan sebagai media politik

kebudayaan suatu bangsa. Kedua, bahwa kebudayaan dengan nilai-nilai tradisi dapat

diangkat ke pentas nasional dengan dilakukannya perubahan-perubahan tertentu.

Penelitian ini menyimpulkan, Indonesia memerlukan sebuah identitas nasional

yang didukung oleh nilai-nilai lokal. Pencak silat dianggap sebagai salah satu elemen

budaya dan olahraga yang memenuhi kriteria untuk membangun identitas nasional

tersebut.

Kata Kunci: Olahraga, Kebudayaan lokal, Pencak silat, Identitas nasional.

Page 15: 0552-H-2012

ABSTRACT

History Science Program

Post Graduate Program

Faculty of Humanity, UGM

Thesis, March, 2012

Aulia Rahman

Sport and National Identity

Pencak Silat In Indonesia 1950-1970

At the beginning of 1950, Indonesia began developing new national identity based

on cultures. Cultures rooted origin from Indonesia were brought out to the society and

introduced as media in new identity development. This new identity was expected to be

the centre of the attention about indonesia for other countries. But above all else, the

goodness in the cultures were expected to blend in with the Indonesian society and could

be implemented in their daily lives.

The main topic discussed in this research is 'The problems in forming national

identity through sports and cultures'. The main questions in this topic are: Why 'pencak

silat' was chosen to build and form the national identity and how is the forming process?

How could 'pencak silat' as traditional art be integrated into national sport?

Sources for this research as in the form of files were taken from 'Arsip Nasional'

and Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta. More over there were Government

Regulations, National Papers, printed articles and books related to the theme of the

research.

In this research, founded some important facts. First important fact, unique

characterized tradition could be used as one country's. Cultures politicalization medium.

Second important fact, tradition could be brought into national stage with slight

modifications. Third important fact, Sport event is the new chapter of competitions

among countries.

This research conclued, Indonesia needs national identity that it supported by

local values. Pencak silat is one element culture and sport that completes criteria to build

the national identity. The process such as with integration ‘pencak silat’ within branch of

national sport and competited on international competition.

Key words: Sport, Local tradition, Pencak Silat, National Identity

Page 16: 0552-H-2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal 1950-an, Indonesia mulai merintis usaha untuk

membangun identitas baru bersifat nasional yang berbasis kebudayaan.

Kebudayaan yang memiliki akar asli Indonesia dimunculkan ke

permukaan dan diwacanakan sebagai pembentuk identitas baru.

Identitas ini diharapkan mampu menjadi titik pandang bagi negara-

negara mancanegara dalam melihat Indonesia. Harapan yang diinginkan

tentu lebih daripada itu, termasuk dengan melibatkan pemahaman dari

nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan asli tersebut yang

diharapkan mampu diserap oleh masyarakat Indonesia dan kemudian

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kebudayaan yang

menjadi pilihan sebagai pembentuk identitas baru tersebut adalah

pencak silat. Pencak silat merupakan bentuk dari kebudayaan asli

Indonesia yang dianggap mampu menjadi duta sebagaimana yang

dimaksudkan di atas. Keyakinan tersebut didasari pada dimilikinya

beberapa kelebihan pada pencak silat pada berbagai aspek seperti

budaya, seni, olahraga, yang sekiranya dapat menarik perhatian

masyarakat luas serta dapat memupuk dan membangkitkan rasa

nasionalisme.

Page 17: 0552-H-2012

Ir. Soekarno, selaku pucuk pemimpin tertinggi di Indonesia, tiada

henti memberikan dukungannya. Salah satu bentuk dukungannya

dapat dilihat dari beberapa isi pidatonya yang berisi ajakan kepada

seluruh masyarakat untuk lebih menghargai dan bangga terhadap

kebudayaan bangsa sendiri. Dalam hal ini adalah dengan lebih

menghargai kebudayaan asli, pencak silat, sebagai kebudayaan

nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari amanat Presiden Soekarno pada

peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1959, yang menyerukan agar

pemuda-pemudi Indonesia menentang „imperialisme kebudayaan‟ Barat

dengan „rock-„n-rol-rock „n rollan, dansa-dansian a la cha-cha-cha,

musik-musikan a la „ngak-ngik-ngek gila-gilaan‟, dan kembali

menghargai kebudayaan nasional, dimana pencak silat termasuk

didalamnya.1

Terdapat sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, tinggi

rendahnya suatu bangsa dapat dilihat dari kebudayaannya. Suatu

bangsa yang tidak mempunyai kebudayaan, bangsa tersebut dianggap

tidak ada dalam dunia ini.2 Dukungan Presiden ini dapat dikatakan

sebagai dukungan negara dalam upaya menggali kembali kebudayaan

tradisi untuk mencari nilai-nilai positif yang dapat diambil dari budaya-

budaya leluhur, termasuk menggali dan mempelajari pencak silat.

1 O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta:

Galang press, 1999), hlm., 99. 2 Almanak Ekonomi Populer ke IV Tahun 1954, hlm., 158.

Page 18: 0552-H-2012

Pada kesempatan yang berbeda, dukungan yang sama juga

sampaikan oleh Wakil Presiden, Moh. Hatta yang mengatakan:

“Dimasa jang achir ini rakjat kita, istimewa pemuda, gemar sekali belajar pentjak/silat. Itu tidak mengherankan. Perhatian jang bertambah besar itu kepada pentjak/silat adalah akibat dari perkembangan keinsjafan nasional. Orang ingin kembali menjelami kebudayaan sendiri. Mempelajari kebudajaan lama jang menjadi perhiasan hidup nenek mojang kita, inilah suatu keuntungan besar jang ditimbulkan oleh revolusi nasional membawa penghargaan jang lain kepada pentjak/silat. Ia dipandang sebagai salah satu

tjorak daripada kebudajaan nasional. Semakin giat bangsa kita mentjari kebesaran nasional dan kebudajaan sendiri, semakin giat pula orang yang mempeladjari kembali pentjak/silat.” 3

Meski pada masa revolusi nasional ini terdapat upaya untuk

menggali kembali budaya-budaya tradisi, namun tidak semua budaya

warisan leluhur dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian.

Budaya tradisi yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan

permasalahan-permasalahan yang ada, dan kemudian dijadikan solusi

dalam menjawab permasalahan yang ada.

Pencak silat memiliki beberapa kelebihan yang sesuai dengan

kondisi pada zaman tersebut dan dinilai mampu menjawab persoalan-

persoalan yang ada pada waktu itu, khususnya yang berkaitan dengan

pembentukan identitas kebangsaan.4 Pencak silat diantaranya dapat

berfungsi sebagai pertahanan mental bangsa Indonesia terhadap

3 Mohammad Djoemali, Pencak-Silat dan Seni-Budaja, (Yogyakarta:

Bag. Pencak Silat Djawatan Kebudayaan Kem. P.P. & K, 1958) hlm.,13-

14. 4 Sambutan Residen Kedu, R. Marjaban, dalam penerbitan buku

tuntunan pencak silat, karya Sarkam Suryasumerta, Pencak Silat dengan Metode Senam, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1975).

Page 19: 0552-H-2012

(serangan) ideologi asing. Selain itu, pencak silat juga digunakan dalam

memupuk dan membangkitkan rasa nasionalisme. Pencak silat memiliki

potensi bagi bangsa Indonesia, baik secara budaya maupun politis.

Pencak silat adalah salah satu kebudayaan asli Indonesia, dimana

dengan mengangkat pencak silat sebagai identitas nasional, diharapkan

mampu meningkatkan rasa kebangsaan dan menimbulkan rasa bangga

sebagai warga negara Indonesia. Inilah tujuan yang ingin dicapai dan

kemudian diterapkan kepada pemuda-pemuda Indonesia, para generasi

penerus di masa yang akan dating.

Pencak silat memiliki nilai kebudayaan, kesenian, dan pendidikan

asli Indonesia. Pencak silat sebagai seni bela diri, selain meningkatkan

kesigapan jasmaniah, juga merupakan latihan batiniah, yakni

mengekang emosi dan nafsu-nafsu alamiah yang tidak baik (self-

restraint), serta mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri (self-

confidence), dan sifat kesatria (chivalry). Terutama sifat kesatria inilah

yang ditanamkan sebagai dasar pembentukan watak kepada mereka

yang mempelajari seni bela diri pencak silat. Oleh karena itulah, sangat

tepat kiranya jika pembinaannya dilakukan dari permulaan sejak dari

bangku sekolah tingkat dasar (usia dini).5

Dalam setiap detail gerakan dalam pencak silat sangat unik serta

penuh dengan makna-mana yang mampu mengasah kemampuan fisik

maupun batin. Misalnya gerakan tangkisan tangan di muka kepala,

5 Ibid.

Page 20: 0552-H-2012

memiliki makna tangkislah (hindarkanlah) semua hal-hal yang kurang

baik untuk dilihat mata, didengar telinga, diucapkan mulut, dan

seterusnya. Kemudian gerakan tangan dimuka dada memiliki makna

harus sabar, tenang, dan penuh dengan timbang rasa (tepo sliro).6

Dengan mempelajari gerakan-gerakan pencak silat serta

memahami makna filosofi di balik gerakan–gerakan tersebut, akan

berkontribusi positif terhadap perkembangan fisik maupun mental

masyarakat. Mental dan fisik yang cakap, akan membuat masyarakat

Indonesia dapat membangun Indonesia menjadi negara yang mandiri

dan disegani oleh bangsa lain.

Melalui pencak silat negara dapat menanamkan rasa kesatria

dalam jiwa anak-anak Indonesia, yang dikemudian hari akan sangat

berguna dalam mengembangkan tanah air,7 serta rasa kebangsaan

utamanya pada generasi muda. Hal tersebut tidak terlepas bahwa

ditangan para pemudalah masa depan bangsa Indonesia berada.

Sebelum tahun 1950, pendidikan jasmani termasuk pencak silat

yang didalamnya terdapat kegiatan olah jasmani, mengalami

perkembangan yang kurang begitu mengggembirakan. Setidaknya itulah

yang terungkap dalam kongres P.O.R.I pada tanggal 24 Desember 1949.8

6 Olahraga, Nomor 15-16, 5 Januari 1955, tahun IV, hlm., 7.

7 PON ke II, 1951. 8 Brosir Pendidikan Jasmani, Resepsi Konferensi Pendidikan

Djasmani (Daerah IV, Yogyakarta-Surakarta), 19 Desember 1951, hlm., 32.