0552-H-2012
-
Upload
tas-grosir-frensia -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
Transcript of 0552-H-2012
TESIS
OLAHRAGA DAN IDENTITAS NASIONAL:
PENCAK SILAT DI INDONESIA TAHUN 1950-1970
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
diajukan oleh:
Aulia Rahman
09/290792/PSA/2070
PROGRAM STUDI SEJARAH
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya tercurah kepada Allah SWT, Sang Raja Manusia,
pemilik seluruh alam semesta. Berkat rahmat, karunia, nikmat serta
hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tidak lupa sholawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW.
Penelitian yang berjudul “Olahraga dan Identitas Nasional: Pencak
Silat di Indonesia Tahun 1950-1970” ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar akademik Master of Art dari Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Gadjah Mada. Terwujudnya tesis ini berkat bantuan
dari berbagai pihak, yang tanpanya tesis ini mustahil untuk
diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga. Kedua orang tuaku, Hasanuddin dan Isni Alfiah, yang
telah menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi
penulis, serta selalu memberikan dorongan tiada henti, dan doa
yang tak pernah putus kepada penulis. Kedua adikku, A. Zulfa M.
dan Amhal Kairul F., untuk semua doa dan dukungannya.
2. Dr. Sri Margana M. Phil selaku dosen pembimbing yang telah
dengan sabar membimbing penulis, serta memberikan banyak
masukan-masukan, sehingga penelitian tesis ini dapat selesai.
3. Para pengajar di program studi S2 ilmu sejarah, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Gadjah Mada, Prof. Djoko Suryo, Prof.
Suhartono, Prof. Bambang Purwanto, Prof. Heddy Shri-Ahimsa,
Prof. Soedarsono, Prof. Djoko Soekiman, Dr. Suharko, Dr. Pudjo
S., Dr. Bambang Hudayana, Machmoed Efendie, dan Sudibyo, M.
Hum..
4. Teman-teman angkatan 2009 program studi S2 ilmu sejarah,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Eko S.H, Wisnu
S. Khairudin, Nurrudin, J. Saimima, J. Pattiasina, Hajar N.S.,
Kalam Jauhari, Helen, Dede R., Arya W., Angga P.H., Apo Y.,
Shalih Albay, dan Agus Mandacan.
5. Mas Hendri dan kawan-kawan di Perpustakaan Daerah
Yogyakarta di Jalan Maliboro Yogyakarta, atas pelayanan yang
memuaskan selama penulis melakukan penelitian disana, serta
telah merelakan koleksi-koleksinya di carut-marutkan oleh
penulis.
6. Mas Martoyo dan kawan-kawan di Perpustakaan Padepokan
Pencak Silat IPSI di kompleks Taman Mini Jakarta, untuk
sambutannya yang sangat ramah dan juga atas kepercayaan
penuh kepada penulis sehingga penulis memperoleh keleluasaan
dalam melakukan eksplorasi dan observasi sumber-sumber arsip,
Koran, ataupun majalah, tentang pencak silat di perpustakaan
tersebut.
7. Pak Muslih Madiant (Jurusan Sastra Prancis UGM) dan Dr.
Siswantoyo dan Pak Agung Nugroho (FIK-UNY) yang telah bersedia
diganggu dan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, untuk
berdiskusi dengan penulis mengenai pencak silat.
8. Mas Wiwin S. W, Deka Hardian (RSJHK), dan kawan-kawan di
Bukit Duri Tanjakan (kompleks masjid Muhammadiyah), yang
telah memberikan bantuan yang maksimal selama penulis
melakukan penelitian dan penelusuran sumber di Jakarta
Yogyakarta, 8 Maret 2012
Aulia Rahman
DAFTAR ISI
Halaman Judul Lembar Pengesahan Pernyataan
Kata Pengantar Daftar Isi
Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Istilah
Daftar Singkatan Intisari
Abstract BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ......... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 12
D. Tinjauan Pustaka .......................................................... 13
E. Kerangka Konsep ........................................................... 17
F. Metode Penelitian .......................................................... 21
G. Sistematika Penulisan ................................................... 23
BAB II WACANA IDENTITAS NASIONAL DAN OLAHRAGA DI
INDONESIA TAHUN 1950-1970
A. Soekarno dan Wacana Identitas Nasional ...................... 29
B. Perkembangan Olahraga di Indonesia
Menjelang Tahun 1950-an ............................................. 36
C. Wacana Pembangunan Olahraga Nasional
Pasca 1950-an ............................................................... 43
D. Negara dan Konsep Olahraga Nasional ........................... 53
E. Indonesia dalam Ajang Olahraga: Olahraga Sebagai
Bagian dari Eksistensi Bangsa ....................................... 67
1. Pekan Olahraga Nasional (PON) ............................... 71
2. Asian Games ........................................................... 81
3. Olympiade............................................................... 87
4. Games of The New Emerging Forces (Ganefo) .......... 96
BAB III PENCAK SILAT DI INDONESIA HINGGA TAHUN 1950-
AN
A. Dari Ilmu Beladiri ke Pencak Silat ................................. 100
B. Membangun Institusi Pencak Silat Nasional .................. 108
1. Terbentuknya Institusi Pencak Silat Nasional ............ 114
2. Beberapa Permasalahan Seputar Penggabungan
Organisasi-Organisasi Pencak Silat Ke dalam Ikatan
Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) ......................... 119
3. Tokoh-tokoh IPSI: Wongsonegoro dan Marijun ........... 138
a) Mr. Wongsonegoro .......................................... 124
b) Marijun Sudirohadiprodjo ............................... 129
C. Perguruan dan Aliran Pembentuk IPSI ........................... 131
BAB IV PENCAK SILAT DAN POLITIK KEBUDAYAAN
A. IPSI dan Agenda Politik Kebudayaan .............................. 143
B. Pencak Silat dan Kompetisi Prestasi .............................. 151
1. Peraturan Pertandingan dan pertunjukan pencak silat
153
2. Kompetisi-Kompetisi Pencak Silat .............................. 160
C. Pencak Silat dalam Politik Kebudayaan ......................... 166
1. Pencak Silat dan Institusi Pendidikan ........................ 168
2. Pencak Silat dan Institusi Pemerintah ........................ 174
3. Pencak Silat dan Militer ............................................. 179
4. Pencak Silat dan Masyarakat ..................................... 182
5. Pencak silat dan Misi Kebudayaan ............................. 186
BAB V KESIMPULAN ........................................................ 199
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 203
LAMPIRAN ....................................................................... 210
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Olahraga tradisional Okol dari Madura.
55
Gambar 2 Odjung, olahraga tradisional dari Besuki.
57
Gambar 3 Aduan sapi yang berasal dari daerah Madura-Besuki.
59
Gambar 4 Cikar Race atau balapan Cikar. Pemenang olahraga ini sangat ditentukan oleh kecepatan
dan kelihaian pengemudi cikar.
61
Gambar 5 Sempat muncul wacana demonstrasi pencak silat dalam upacara pembukaan Olympiade
Melbourne, Australia 1956.
91
Gambar 6 Kurikulum pencak silat yang diajarkan di
sekolah.
169
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perlengkapan Susunan PB IPSI Tahun 1967 .................... 210
........................................................................................
2. Program Kerja IPSI Tahun 1974 ....................................... 214
3. Hasil Seminar Pencak Silat di Bogor,
20-24 Nopember 1973 ..................................................... 215
4. Laporan Perkembangan Pencak Silat yang
bernaung di IPSI Tahun 1975 .......................................... 219
5. Surat Kuasa Reformasi/ Reorganisasi Pengurus Besar
Panca Indra Suci ............................................................. 221
DAFTAR ISTILAH
Awak Untuk kalangan sendiri.
Bhayangkara Sebutan bagi para pengawal kerajaan Majapahit di era patih Gadjah Mada yang berarti pasukan penangkal dan pemangkas
bahaya.
Chivalry Sifat kesatria.
Games of the New
Emerging Forces (Ganefo)
Sebuah ajang olahraga yang digagas oleh
Soekarno pada tahun 1960-an sebagai tandingan Olympiade, karena Indonesia dilarang ikut serta dalam Olympiade di
Tokyo tahun 1964.
Gul-gul Sebutan bagi pencak Madura yang diperagakan dengan diiringi irama musik.
Gymnastica astetica
Salah satu karakteristik yang terkandung didalam pencak silat yang berpokok pada ilmu pembelaan diri.
Gymnastica bellica Salah satu karakteristik yang terkandung
didalam pencak silat yang berguna untuk mempertinggi nilai kekuatan bangsa kita dalam hubungannya dengan pertahanan
nasional.
Gymnastica medica
Salah satu karakteristik yang terkandung didalam pencak silat yang dapat memperbaiki berbagai fungsi organ
jasmaniah.
Gymnastica
popular
Salah satu karakteristik yang terkandung
didalam pencak silat bersifat pendidikan keindahan yang bersifat pendidikan
keindahan.
Maenpo Berasal dari kata maen nu tara mere tempo
yang berarti permainan yang tidak pernah memperlihatkan bentuknya kepada lawan.
Meneer Pengemudi dalam perlombaan balap cikar.
Identitas Nasional Identitas nasional, bentuk dari identifikasi imajinatif negara-bangsa yang diekspresikan
melalui simbol dan diskursus yang mengisahkan dan menciptakan ide tentang
asal-usul, kontinuitas dan tradisi (Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004).
New Emerging
Forces (Nefo)
Nefo atau lebih dikenal dengan orde baru,
merupakan istilah yang dimunculkan Soekarno saat berpidato di Beograd dalam menggambarkan perpecahan dunia pada
tahun 1960-an.
Old Established
Forces (Oldefo)
Oldefo atau lebih dikenal dengan orde lama,
merupakan istilah yang dimunculkan Soekarno saat berpidato di Beograd dalam
menggambarkan perpecahan dunia pada tahun 1960-an.
Perguruan Tempat untuk belajar beladiri/ silat.
Selametan Sebuah upacara yang dilakukan untuk memperoleh keselamatan.
Self-confidence Rasa percaya diri.
Self defense Bela diri.
Sport Olahraga.
DAFTAR SINGKATAN
BIMA Budaja Indonesia Mataram
DORI Dewan Olahraga Republik Indonesia
GANEFO Games of the New Emerging Forces
GAPEMA Gabungan Pencak Mataram
GAPENSI Gabungan Pencak Silat Indonesia
GELORA Gerakan Latihan Olahraga
IPSI Ikatan Pencak Silat Indonesia
ISI Ikatan Sport Indonesia
KOI Komite Olimpiade Indonesia
KORI Komite Olimpiade Republik Indonesia
KTN Komisi Tiga Negara
NEFO New Emerging Forces
OLDEFO Old Established Forces
PBSI Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia
PBSI Persatuan Berenang Seluruh Indonesia
PELTI Persatuan Lawn Tennis Indonesia
PON Pekan Olahraga Nasional
PSSI Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia
PORI Pengurus Olahraga Republik Indonesia
INTISARI
Program Studi Ilmu Sejarah
Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya, UGM
Tesis, Maret, 2012
Aulia Rahman
Olahraga dan Identitas Nasional:
Pencak Silat di Indonesia
Tahun 1950-1970 an
Pada awal 1950-an Indonesia mulai merintis usaha untuk membangun identitas
baru yang bersifat nasional berbasis kebudayaan. Kebudayaan yang memiliki akar asli
Indonesia dimunculkan dan diwacanakan sebagai media dalam membentuk identitas baru.
Identitas baru ini diharapkan mampu menjadi titik pandang bagi negara-negara luar
dalam melihat Indonesia dan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan asli dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan pokok penelitan ini adalah problematika pembentukan identitas
nasional melalui olahraga dan kebudayaan. Pertanyaan-pertanyaan pokoknya adalah
mengapa pencak silat dipilih untuk membangun dan membentuk identitas nasional dan
bagaimana proses pembentuknya, serta bagaimana pengintegrasian pencak silat sebagai
seni tradisi menjadi bagian dari cabang olahraga nasional.
Sumber-sumber yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini berupa
arsip didapatkan dari Arsip Nasional dan arsip di padepokan pencak silat, Taman Mini,
Jakarta. Selain itu, susmber didapatkan dari media cetak dan buku-buku sejaman, yang
memiliki kaitan dengan tema penelitian.
Dalam penelitian ini, ditemukan fakta-fakta penting. Pertama, bahwa kebudayaan
tradisi dengan karakteristik yang khas, dapat digunakan sebagai media politik
kebudayaan suatu bangsa. Kedua, bahwa kebudayaan dengan nilai-nilai tradisi dapat
diangkat ke pentas nasional dengan dilakukannya perubahan-perubahan tertentu.
Penelitian ini menyimpulkan, Indonesia memerlukan sebuah identitas nasional
yang didukung oleh nilai-nilai lokal. Pencak silat dianggap sebagai salah satu elemen
budaya dan olahraga yang memenuhi kriteria untuk membangun identitas nasional
tersebut.
Kata Kunci: Olahraga, Kebudayaan lokal, Pencak silat, Identitas nasional.
ABSTRACT
History Science Program
Post Graduate Program
Faculty of Humanity, UGM
Thesis, March, 2012
Aulia Rahman
Sport and National Identity
Pencak Silat In Indonesia 1950-1970
At the beginning of 1950, Indonesia began developing new national identity based
on cultures. Cultures rooted origin from Indonesia were brought out to the society and
introduced as media in new identity development. This new identity was expected to be
the centre of the attention about indonesia for other countries. But above all else, the
goodness in the cultures were expected to blend in with the Indonesian society and could
be implemented in their daily lives.
The main topic discussed in this research is 'The problems in forming national
identity through sports and cultures'. The main questions in this topic are: Why 'pencak
silat' was chosen to build and form the national identity and how is the forming process?
How could 'pencak silat' as traditional art be integrated into national sport?
Sources for this research as in the form of files were taken from 'Arsip Nasional'
and Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta. More over there were Government
Regulations, National Papers, printed articles and books related to the theme of the
research.
In this research, founded some important facts. First important fact, unique
characterized tradition could be used as one country's. Cultures politicalization medium.
Second important fact, tradition could be brought into national stage with slight
modifications. Third important fact, Sport event is the new chapter of competitions
among countries.
This research conclued, Indonesia needs national identity that it supported by
local values. Pencak silat is one element culture and sport that completes criteria to build
the national identity. The process such as with integration ‘pencak silat’ within branch of
national sport and competited on international competition.
Key words: Sport, Local tradition, Pencak Silat, National Identity
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal 1950-an, Indonesia mulai merintis usaha untuk
membangun identitas baru bersifat nasional yang berbasis kebudayaan.
Kebudayaan yang memiliki akar asli Indonesia dimunculkan ke
permukaan dan diwacanakan sebagai pembentuk identitas baru.
Identitas ini diharapkan mampu menjadi titik pandang bagi negara-
negara mancanegara dalam melihat Indonesia. Harapan yang diinginkan
tentu lebih daripada itu, termasuk dengan melibatkan pemahaman dari
nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan asli tersebut yang
diharapkan mampu diserap oleh masyarakat Indonesia dan kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kebudayaan yang
menjadi pilihan sebagai pembentuk identitas baru tersebut adalah
pencak silat. Pencak silat merupakan bentuk dari kebudayaan asli
Indonesia yang dianggap mampu menjadi duta sebagaimana yang
dimaksudkan di atas. Keyakinan tersebut didasari pada dimilikinya
beberapa kelebihan pada pencak silat pada berbagai aspek seperti
budaya, seni, olahraga, yang sekiranya dapat menarik perhatian
masyarakat luas serta dapat memupuk dan membangkitkan rasa
nasionalisme.
Ir. Soekarno, selaku pucuk pemimpin tertinggi di Indonesia, tiada
henti memberikan dukungannya. Salah satu bentuk dukungannya
dapat dilihat dari beberapa isi pidatonya yang berisi ajakan kepada
seluruh masyarakat untuk lebih menghargai dan bangga terhadap
kebudayaan bangsa sendiri. Dalam hal ini adalah dengan lebih
menghargai kebudayaan asli, pencak silat, sebagai kebudayaan
nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari amanat Presiden Soekarno pada
peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1959, yang menyerukan agar
pemuda-pemudi Indonesia menentang „imperialisme kebudayaan‟ Barat
dengan „rock-„n-rol-rock „n rollan, dansa-dansian a la cha-cha-cha,
musik-musikan a la „ngak-ngik-ngek gila-gilaan‟, dan kembali
menghargai kebudayaan nasional, dimana pencak silat termasuk
didalamnya.1
Terdapat sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, tinggi
rendahnya suatu bangsa dapat dilihat dari kebudayaannya. Suatu
bangsa yang tidak mempunyai kebudayaan, bangsa tersebut dianggap
tidak ada dalam dunia ini.2 Dukungan Presiden ini dapat dikatakan
sebagai dukungan negara dalam upaya menggali kembali kebudayaan
tradisi untuk mencari nilai-nilai positif yang dapat diambil dari budaya-
budaya leluhur, termasuk menggali dan mempelajari pencak silat.
1 O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta:
Galang press, 1999), hlm., 99. 2 Almanak Ekonomi Populer ke IV Tahun 1954, hlm., 158.
Pada kesempatan yang berbeda, dukungan yang sama juga
sampaikan oleh Wakil Presiden, Moh. Hatta yang mengatakan:
“Dimasa jang achir ini rakjat kita, istimewa pemuda, gemar sekali belajar pentjak/silat. Itu tidak mengherankan. Perhatian jang bertambah besar itu kepada pentjak/silat adalah akibat dari perkembangan keinsjafan nasional. Orang ingin kembali menjelami kebudayaan sendiri. Mempelajari kebudajaan lama jang menjadi perhiasan hidup nenek mojang kita, inilah suatu keuntungan besar jang ditimbulkan oleh revolusi nasional membawa penghargaan jang lain kepada pentjak/silat. Ia dipandang sebagai salah satu
tjorak daripada kebudajaan nasional. Semakin giat bangsa kita mentjari kebesaran nasional dan kebudajaan sendiri, semakin giat pula orang yang mempeladjari kembali pentjak/silat.” 3
Meski pada masa revolusi nasional ini terdapat upaya untuk
menggali kembali budaya-budaya tradisi, namun tidak semua budaya
warisan leluhur dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian.
Budaya tradisi yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan
permasalahan-permasalahan yang ada, dan kemudian dijadikan solusi
dalam menjawab permasalahan yang ada.
Pencak silat memiliki beberapa kelebihan yang sesuai dengan
kondisi pada zaman tersebut dan dinilai mampu menjawab persoalan-
persoalan yang ada pada waktu itu, khususnya yang berkaitan dengan
pembentukan identitas kebangsaan.4 Pencak silat diantaranya dapat
berfungsi sebagai pertahanan mental bangsa Indonesia terhadap
3 Mohammad Djoemali, Pencak-Silat dan Seni-Budaja, (Yogyakarta:
Bag. Pencak Silat Djawatan Kebudayaan Kem. P.P. & K, 1958) hlm.,13-
14. 4 Sambutan Residen Kedu, R. Marjaban, dalam penerbitan buku
tuntunan pencak silat, karya Sarkam Suryasumerta, Pencak Silat dengan Metode Senam, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1975).
(serangan) ideologi asing. Selain itu, pencak silat juga digunakan dalam
memupuk dan membangkitkan rasa nasionalisme. Pencak silat memiliki
potensi bagi bangsa Indonesia, baik secara budaya maupun politis.
Pencak silat adalah salah satu kebudayaan asli Indonesia, dimana
dengan mengangkat pencak silat sebagai identitas nasional, diharapkan
mampu meningkatkan rasa kebangsaan dan menimbulkan rasa bangga
sebagai warga negara Indonesia. Inilah tujuan yang ingin dicapai dan
kemudian diterapkan kepada pemuda-pemuda Indonesia, para generasi
penerus di masa yang akan dating.
Pencak silat memiliki nilai kebudayaan, kesenian, dan pendidikan
asli Indonesia. Pencak silat sebagai seni bela diri, selain meningkatkan
kesigapan jasmaniah, juga merupakan latihan batiniah, yakni
mengekang emosi dan nafsu-nafsu alamiah yang tidak baik (self-
restraint), serta mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri (self-
confidence), dan sifat kesatria (chivalry). Terutama sifat kesatria inilah
yang ditanamkan sebagai dasar pembentukan watak kepada mereka
yang mempelajari seni bela diri pencak silat. Oleh karena itulah, sangat
tepat kiranya jika pembinaannya dilakukan dari permulaan sejak dari
bangku sekolah tingkat dasar (usia dini).5
Dalam setiap detail gerakan dalam pencak silat sangat unik serta
penuh dengan makna-mana yang mampu mengasah kemampuan fisik
maupun batin. Misalnya gerakan tangkisan tangan di muka kepala,
5 Ibid.
memiliki makna tangkislah (hindarkanlah) semua hal-hal yang kurang
baik untuk dilihat mata, didengar telinga, diucapkan mulut, dan
seterusnya. Kemudian gerakan tangan dimuka dada memiliki makna
harus sabar, tenang, dan penuh dengan timbang rasa (tepo sliro).6
Dengan mempelajari gerakan-gerakan pencak silat serta
memahami makna filosofi di balik gerakan–gerakan tersebut, akan
berkontribusi positif terhadap perkembangan fisik maupun mental
masyarakat. Mental dan fisik yang cakap, akan membuat masyarakat
Indonesia dapat membangun Indonesia menjadi negara yang mandiri
dan disegani oleh bangsa lain.
Melalui pencak silat negara dapat menanamkan rasa kesatria
dalam jiwa anak-anak Indonesia, yang dikemudian hari akan sangat
berguna dalam mengembangkan tanah air,7 serta rasa kebangsaan
utamanya pada generasi muda. Hal tersebut tidak terlepas bahwa
ditangan para pemudalah masa depan bangsa Indonesia berada.
Sebelum tahun 1950, pendidikan jasmani termasuk pencak silat
yang didalamnya terdapat kegiatan olah jasmani, mengalami
perkembangan yang kurang begitu mengggembirakan. Setidaknya itulah
yang terungkap dalam kongres P.O.R.I pada tanggal 24 Desember 1949.8
6 Olahraga, Nomor 15-16, 5 Januari 1955, tahun IV, hlm., 7.
7 PON ke II, 1951. 8 Brosir Pendidikan Jasmani, Resepsi Konferensi Pendidikan
Djasmani (Daerah IV, Yogyakarta-Surakarta), 19 Desember 1951, hlm., 32.