MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar...

101

Transcript of MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar...

Page 1: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 2: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Allah Tidak Membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286)

“Barang Siapa Yang Tidak Tahan Dengan Lelahnya Belajar Maka Dia Akan Merasakan Pedihnya Kebodohan.” (Imam Syafi’i)

“Tetaplah Berusaha, karena setiap usaha pasti membuahkan hasil.” (Nurmin Taha)

PERSEMBAHAN

“Kepada Kedua Orang Tua Tercinta Djafar Taha dan Martin Usman, terima kasih yang tak terhingga kuucapkan kepada keduanya, yang

tak pernah lelah memberikan biaya kuliahku selama 4 tahun.”

“Kepada adik-adik dan keluargaku yang selalu memberikan motivasi kepadaku untuk selalu rajin dalam belajar.”

“Kepada Partner Dakwahku: Mufida, Fitri, Masyita, Lutvia, Fia, Yulni,

Wirda, Ratna dan Yanti.”

“Kepada Teman Seangkatan PAI C: Mufida, Nurhayati, Ratna, Azmi, Afni, Okta, Nangsi, Ningsi, Aini, Kokom, Mia, Ningsih, Prisca,Riska

Musdar, Rizal, Rian, Rumas, Ipul, Galang, Rifandi, Tomi dan Yowan.”

“Untuk Almamaterku Tercinta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman selama menyelesaikan studi di Kampus hijauku.”

Page 3: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

KATA PENGANTAR

حیم حمن الر الر بسم ا�

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang karena atas Hidayah dan Inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan dan menyusun Skripsi yang berjudul “KompetensiKepemimpinan Guru PAI dalam Pembinaan Tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga”, sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini peneliti banyak mengalami kesulitan, namun dengan kekuatan ketabahan hati akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini, peneliti menyadari bahwa kesulitan yang peneliti alami tidak akan terselesaikan hanya karena kekuatan ataupun ketabahan namun semuanya juga mendapat pertolongan dari Allah SWT yang diberikan melalui petunjuk-petunjuk bimbingan, serta bantuan dari pihak lain.

Sebagai insan sosial, peneliti menyadari bahwa karya ilmiah yang berupa skripsi tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan secara moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti perlu menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Lahaji, M.Ag selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo. 2. Dr. Sofyan AP Kau, M.Ag., Dr. Ahmad Faisal, M.Ag., dan Dr.

Mujahid Damopolii, M.Pd, selaku Wakil Rektor I,II, dan III IAIN Sultan Amai Gorontalo.

3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.Pd., Dr. Hj. Lamsike Pateda, M.Pd., Dr. H. Arten H. Mobonggi, M.Pd., Selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

5. Dr. Razak H. Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munirah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Page 4: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

6. Dr. Najamuddin Petta Solong, S.Ag.,M.Ag dan Dr. Damhuri, M.Ag, masing-masing Pembimbing I dan Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang dengan sabar dan tekun dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dr. H. Muh. Hasbi, M. Pd dan H. Hasyim Mahmud Wantu, M.Pd.I., Selaku Penguji 1 dan 2 yang telah mengarahkan dalam penyelesaian revisi skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

9. Seluruh staf administrasi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo yang telah memberikan pelayanan yang baik selama studi.

10. Drs. H. M. Ramoend Manahung, M.Sos.I., Kepala Perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo bersama karyawan dalam memenuhi kebutuhan pustaka dalam menyelesaikan skripsi.

11. Zulkifly A. Lasena, S.Pd., Kepala MI Imam Syafi’i Telaga bersama seluruh staf Dewan guru dan para peserta didik yang telah memberikan izin melakukan penelitian. Yang senantiasa memberikan motivasi berupa dukungan dan semangat serta kerjasama selama penyusunan skripsi ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12. Kedua orang tua DjafarTaha (Ayah) dan Martin Usman (Ibu), yang tak kenal lelah untuk selalu memberikan kebutuhanku selama 4 tahun menjalankan studi serta selalu mendoakan perjuanganku dalam menuntut ilmu.

13. Seluruh keluarga, sahabat-sahabat, teman-teman seperjuangan Kelas PAI C yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat sebutkan satu persatu.

Page 5: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, dan pembaca pad aumumnya. Aamiin.

Gorontalo, 15 Juli 2019

Peneliti

NurminTaha NIM :151012156

Page 6: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

PENGESAHAN SKRIPSI

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional E. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Kompetensi Kepemimpinan Guru 1. Pengertian Kompetensi Kepemimpinan Guru 2. Pentingnya Kompetensi Kepemimpinan Guru 3. Aspek-aspek Kompetensi Kepemimpinan Guru

B. Pembinaan Tahfidzul Qur’an 1. Pengertian Pembinaan Tahfidzul Qur’an 2. Tujuan Pembinaan Tahfidzul Qur’an 3. Strategi Pembinaan Tahfidzul Qur’an 4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Tahfidzul Qur’an

Page 7: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Sumber Data D. Subjek dan Objek Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Pengecekan Keabsahan Data H. Tahap-tahap Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Latar Penelitian 1. Sejarah MI Imam Syafi’i Telaga 2. Visi dan Misi Madrasah 3. Tujuan Madrasah 4. Keadaan Peserta Didik 5. Keadaan Guru 6. Keadaan Sarana dan Prasarana

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI dalam Pembinaan

Tahfidzul Qur’an 2. Faktor Penunjang dan Penghambat Kompetensi

Kepemimpinan Guru PAI dalam Pembinaan Tahfidzul Qur’an

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

DAFTAR TABEL Tabel 1 Data Keadaan Peserta Didik Tabel 2 Data Keadaan Guru Tabel 3 Data Sarana dan Prasarana Tabel 4 Penilaian Kinerja Guru Kompetensi 1 Tabel 5 Penggunaan Media Pembelajaran

dalam Pembinaan Tahfidzul Qur’an Tabel 6 Penilaian Kinerja Guru Kompetensi 4 Tabel 7 Penilaian Kinerja Guru Kompetensi 6 Tabel 8 Pelaksanaan Pembinaan Tahfidzul Qur’an Tabel 9 Kemampuan Hafalan Peserta Didik

Page 9: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Saat ini dunia pendidikan nasional dihadapkan pada masalah yang sangat mendasar. Disatu sisi dituntut untuk mengembangkan kemampuan pendidikan nasional diharapkan dapat berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis.1

Namun sistem pendidikan nasional masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, diantaranya: Sistem pendidikan di Indonesia yang berorientasi pada nilai, sistem pendidikan terbuka, sistem pendidikan beragama, sistem pendidikan yang efesien dalam pengelolaan waktu dan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman.2

Seorang pakar pendidikan, Paul Suparno SJ dalam bukunya reformasi pendidikan: sebuah rekomendasi, mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel yang sedang berada ditengah arus lalu lintas dijalan bebas hambatan. Mengapa demikian? Pada satu sisi, betapa pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah besar, sedangkan pada sisi lain, tantangan memasuki millennium ketiga tidaklah main-main.3 Oleh karena itu pendidikan di Indonesia harus segera diperbaiki agar Indonesia mampu melahirkan generasi-generasi yang mampu bersaing dengan bangsa lain.

1Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 67.

2http://Sistempendidikannegara.blogspot.co.id/2013/01/sistem-pendidikan-dan problematika.html?m= diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 09.00 Wita

3Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya., h. 79.

Page 10: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Dalam hal ini untuk melahirkan generasi-genarasi penerus bangsa maka peran guru sangat diperlukan. Karena guru sebagai pendidik memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar yang mengharuskan memiliki tiga kualifikasi dasar yaitu, menguasai materi, antusiasme dan kasih sayang dalam mengajar dan mendidik. Seorang guru harus mengajar hanya berlandaskan cinta kepada sesama umat manusia tanpa memandang status sosial, ekonomi, agama, kebangsaan dan sebagainya.4 Maka dari itu misi utama guru untuk generasi penerus bangsa ialah mempersiapkan anak didik sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikannya manja dan menjadi beban bagi masyarakat.Kareana filosofi seorang guru bahwa anak didik adalah individu yang memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar ada beberapa persoalan yang dihadapi guru, hal ini berangkat dari tanggung jawab utama seorang guru yaitu: Guru harus menuntut murid-murid untuk belajar, turut serta membina kurikulum sekolah, melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah), memberikan bimbingan kepada murid, melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar, menyelenggarakan penelitian dan sebagainya.5Jika tanggung jawab tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka inilah yang menjadi persoalan yang dihadapi guru dalam dunia pendidikan. Karena tanggung jawab merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan dan akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat kelak. Selain itu dalam proses pembelajaran guru dihadapkan berbagai persoalan mengenai peserta didiknya yaitu mengenai karakter peserta didik yang bermacam-macam, sikap dan perilaku, minat dan bakat, daya serap siswa, kurangnya disiplin siswa, siswa terlalu pasif dan ketidak tenangan siswa saat mengikuti proses pembelajaran.

Selain itu persoalan yang dihadapi guru di Indonesia yakni: 1) Jumlah guru yang sangat besar: maka upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah yang terjadi, dalam hal ini kemendikbud melalui Dirjen Dikti perlu mengatur dan mengawasi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) baik itu negara maupun swasta dalam melakukan penerimaan mahasiswa baru serta memberi sanksi yang tegas kepada LPTK yang melanggar aturan

4Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Beretika, (Yogyakarta: Grha Guru, 2012), h. 49.

5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127.

Page 11: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

tersebut. 2)Pendataan guru yang belum sepenuhnya selesai sehingga sulit untuk mengetahui supply and demand: Upaya pemerintah untuk masalah ini ialah pemerintah mengharapkan untuk sekolah agar melaporkan data guru apa adanya yang sesuai dengan kompetensi dan ijazah agar dapat dilakukan pemetaan kelebihan atau kekurangan guru mapel atau guru SD dalam suatu daerah. 3)Banyak guru yang berkompetensi rendah: Upaya atau solusi untuk permasalahan ini, saat ini pemerintah membuat program pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) serta uji kompetensi guru (UKG) untuk mengatasi kualitas guru. 4)Belum semua guru mendapatkan program peningkatan kompetensi: Solusi untuk permasalahan ini yaitu tahun-tahun berikutnya pemerintah harus melakukan penambahan kuota peserta PLPG untuk meminimalisir jumlah guru yang mendapatkan program peningkatan kompetensi, tanpa mengesampingkan kualitas pendidikan yang diberikan. 5)Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membutuhkan kompetensi (ICT) bagi para guru, dalam hal ini kemampuan guru dalam penguasaan teknologi masih rendah terutama guru-guru yang sudah lanjut usia. Maka untuk menanggulangi masalah ini pihak sekolah maupun pemerintah harus memberikan pelatihan kepada para guru tentang pemanfaatan TIK dalam pendidikan bisa melalui workshop dan lokokarya yang dilaksanakan secara berkala.6

Dalam dunia pendidikan kompetensi guru adalah salah satu faktor memengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar.Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan perkembangan tenaga guru.Selain itu, kompetensi juga penting dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.7

Dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentan guru dan dosen pasal 10 kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yag diperoleh melalui pendidikan.8 Kompetensi yang

6http://bagusbudhiarta.blogspot.co.id/2012/09/upaya-mengatasi-permasalahan-guru-di_7.html?m=1 diakses pada tanggal 30 Januari 2018 Pukul 10.00 Wita

7Siti Asiah Pido, Kinerja Guru Tersertifikasi, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2015), h. 66. 8Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), h. 9.

Page 12: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

4 tersebut masih bersifat umum, dan bagi guru pendidikan agama Islam ditambah dengan satu kompetensi lagi yaitu kompetensi kepemimpinan (leadership).

Melihat dari kompetensi tersebut maka timbullah sebuah pertanyaan “Mengapa kompetensi kepemimpinan penting bagi guru agama?” Ada beberapa alasan sebagai argumentasi dari pertanyaan tersebut. Pertama, guru agama adalah bukan guru biasa.Dimana seorang guru agama harus bisa menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik dan juga teman-teman sejawat. Dengan kompetensi ini diharapkan guru agama tersebut merasa bahwa dirinya sebagai pemimpin bagi orang lain maka ia akan memberikan contoh yang terbaik bagi lingkungannya, sekurang-kurangnya adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan berpegang pada prinsip “ibda’ binafsih”. Kedua, guru agama diharapkan dapat memberi pelayanan lebih kepada peserta didik.Dalam hal ini guru agama membuat perubahan pada kondisi peserta didik. Ketiga, guru agama diharapkan mampu membangkitkan kesadaran berprestasi peserta didiknya. Guru tidak hanya dipandang oleh siswa sebagai guru yang hanya menjalankan tugas mengajar serta melainkan juga sebagai coach atau pelatih yang bisa memotivasi untuk melejitkan potensi yang dimiliki peserta didiknya.9. Melihat dari beberapa argument diatas maka kompetensi kepemimpinan sangat diperlukan bagi guru agama.Karena dalam era globalisasi ini, tantangan bagi guru agama sangatlah besar dan implikasi perubahan yang begitu cepat khususnya perubahan zaman dan perubahan kebijakan yang berimplikasi terhadap bidang pendidikan.

Dalam hal ini guru PAI yang ada di sekolah MI Imam Syafi’i Telaga selain mengajar dikelas beliau juga mempunyai tugas tambahan yakni sebagai pembina tahfidz Qur’an pada pelajaran ekstrakurikuler. Tahfidz Qur’an adalah kegiatan menghafal al-Qur’an atau suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan terhadap ayat suci al-Qur’an baik secara keseluruhan ataupun sebagainnya.

Pembinaan tahfdzul Qur’an merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada waktu pagi dan siang hari. Paginya dimulai 07.30-08.05 dan siangnya dimulai pada pukul 13.00-13.30, dilaksanakan setiap

9http://digilib.uin-suka.ac.id-bab I,V dan Daftar Pustaka, diakses pada tanggal 30 Januaru 2018

Page 13: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

hari jam sekolah. Peserta didik yang mengikuti kegiatan ini adalah semua peserta didik yang dibagi menjadi beberapa kelompok.

Dengan demikian melalui kompetensi kepemimpinan yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam, diharapkan mampu menciptakan siswa yang memiliki perilaku keagamaan yang baik serta mampu memimpin dan mengajak siswa untuk selalu dekat dengan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam kegiatan tahfidz Qur’an ini ada beberapa siswa yang dalam proses pelaksanaan tahfidzul Qur’an tidak semua bisa fokus menghafal karena mereka lebih sibuk dengan permainanannya, ada yang sibuk dengan makanannya, ada juga yang bermain kejar-kejaran, bahkan ada yamg sempat berkelahi. Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an guru PAI juga tidak menggunakan media pembelajaran. Sehingga hal ini menjadikan minat peserta didik untuk mempelajari al-Qur’an semakin menurun. Mereka lebih menghabiskan waktunya luangnya untuk bermain dari pada belajar al-Qur’an. Al-Hasil sebagian peserta didik tidak bisa fokus dalam menghafalkan Al-Qur’an. Oleh karena itu kompetensi kepemimpinan guru sangat diperlukan untuk selalu memimpin dan mendorong mereka agar tetap semangat dalam menghafalkan al-Qur’an.

Oleh karena itu, dari pemaparan diatas peneliti akan mengangkat penelitian yang berhubungan dengan kompetensi Kepemimpinan Guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an melalui “KOMPETENSI KEPEMIMPINAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN TAHFIDZUL QUR’AN DI MI IMAM SYAFI’I TELAGA”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan Tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga?

2. Apa saja faktor penunjang dan faktor penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan Tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 14: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

a. Untuk mengetahui kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan Tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga.

b. Untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan Tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga.

2. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi dunia pendidikan dan menambah wawasan khasanah keilmuan guru PAI.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis, dapat menambah pengalaman dan wawasan secara langsung dalam melakukan penelitian mengenai kompetensi kepemimpinan guru PAI

b. Bagi Guru PAI, dapat memberikan masukan dalam mengimplementasikan dan mengoptimalkan kompetensi kepemimpinan dalam pembinaan Tahfidzul Qur’an bagi guru.

c. Bagi Sekolah, dapat memberikan informasi yang deskriptif guna memberikan dukungan terhadap pembinaan Tahfidzul Qur’an bagi guru.

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

a. Pengertian Judul

1. Kompetensi

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi bermakna kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu. Maksudnya bahwa, seseorang yang memiliki kompetensi berarti memiliki kewenangan dan tanggungjawab terhadap tugas yang diembannya, guru yang berkompetensi harus tetap menjaga eksistensinya dan menjaga wibawanya dihadapan siswa.10

10Siti Asiyah Pido, Kinerja Guru Tersertifikasi, h. 65.

Page 15: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Oleh karena itu, jika guru memiliki kompetensi yang baik maka peserta didiknya juga dapat memiliki karakter yang baik. Karena karakter yang ada pada peserta didik tergantung bagaimana guru mengajarkannya. Akan tetapi orang tualah yang sangat berperan untuk membentukan karakter peserta didik.

2. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan

pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan.11Melalui kepemimpian ini maka guru PAI harus bisa memberikan contoh bagaimana menjadi pemimpin kepada peserta didiknya.

3. Guru Guru adalah pendidik profesional yang secara khusus

disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di Sekolah. Guru atau pendidik sebagai orang tua kedua dan sekaligus penanggungjawab pendidikan anak didiknya setelah kedua orangtua didalam keluarganya memilki tanggung jawab pendidikan yang baik kepada peserta didiknya.12

Guru yang baik ialah guru yang dapat membimbing peserta didiknya kearah yang positif. Guru yang dapat mengawasi peserta didiknya selama berada dilingkungan sekolah.

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bidang studi yang harus dipelajari dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada tingkat tertentu yang didesain dan diberika kepada peserta didik yang beragama Islam agar mereka dapat mengembangkan dan demi meningkatkan keberagamaannya.

5. Pembinaan Usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 6. Tahfidzul Qur’an

Tahfidzul Qur’an ialah proses menghafal al-Qur’an yang bertujuan untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian

11Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: RajaGrafido Persada, 2008), h. 153. 12Novan Ardy Wiyana dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),

h. 97.

Page 16: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan dan dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan serta dapat menjadikan manusia untuk selalu dekat dengan Al-Qur’an.

b. Definisi Operasional

Kompetensi kepemimpinan merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru agama dalam menunjang pelaksanaan tugas tambahannya ditempat mengabdinya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Untuk guru agama ditambah dengan kompetensi kepemimpinan.

E. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya peneliti menelaah beberapa hasil skripsi yang berkaitan dengan apa yang akan peneliti paparkan dalam skripsi nantinya. Adapun skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran umum tentang sasaran yang akan peneliti sajikan dalam skripsi ini dengan melihat posisi skripsi yang telah ada nantinya dapat menghindarkan kesamaan dari skripsi yang telah ada sebelumnya. Sehubungan dengan ini, ada beberapa skripsi yang secara tidak langsung berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, diantaranya:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Sodimah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2015, dengan judul “Pengembangan Kompetensi Leadership Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak Mulia Di SMP Negeri 9 Yogyakarta”. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Usaha guru PAI dalam membina akhlak mulia siswa berhasil dengan kualitas yang baik ditunjukkan dengan cara guru PAI mengikuti pelatihan guru setiap bulannya di sekolah sendiri maupun diluar, membuat perencanaan, mengorganisasikan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing, konselor, mengendalikan, mengarahkan dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai NKRI, kompetensi leadership (kepemimpinan) tersebut diperoleh dari inisiatif guru PAI dalam membuat buku kendali siswa dan menciptakan sekolah model PAI. 2) Program-program sekolah dalam mengembangkan kompetesi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan akhlak mulia

Page 17: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

siswa anatara lain, peserta didik putri yang beragama Islam wajib berbusana muslimah, peserta didik bersalaman pagi dengan guru/karyawan, tadarus al-Qur’an , berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, puasa sunah senin-kamis, shalat dzuhur berjamaah, shalat jum’at, membiasakan infak jum’at, bakti sosial, kajian ahad pagi, semua kegiatan terlaksana dengan baik karena adanya kerjasama semua guru, orangtua/wali. 3) Hasil dari pengembangan kompetensi kepemimpinan guru PAI yaitu siswa memiliki akhlak yang baik dan dapat menjadi tauladan bagi masyarakat, selain cerdas ilmu pengetahuan, teknologi, berwawasan lingkungan, berjiwa nasionalisme juga berkarakter dan berkepribadian mulia.13

2. Penelitian ini dilakukan oleh Diah Mahastuti, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2016, dengan judul, “Peran Kompetensi Leadership Guru PAI Dalam Membentuk Budaya Religius Siswa SMP Negeri 1 Kalasan Sleman.” Adapun hasil penelitian ini, yaitu: Peran Kompetensi Leadership guru PAI dalam membentuk budaya religius siswa SMP N 1 Kalasan adalah membuat perencanaan pembudayaan pengamalan ajaran agama, mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama, menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama. Hal tersebut terbukti dalam keikutsertaan menjadi pengurus dalam kegiatan keagamaan dalam proses pembelajaran maupun kegiatan diluar pembelajaran. Sesuai dengan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah dalam pasal 16 ayat 6.14

3. Penelitian ini dilakukan oleh Roudhatul A. Rohmah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo, tahun 2017, dengan judul, “Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI Dalam Upaya

13Sodimah, Pengembangan Kompetensi Leadership Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Mulia Siswa, Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015, h. 10.

14 Diah Mahastuti, Peran Kompetensi Leadership Guru PAI dalam Membentuk Budaya Religius Siswa, Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016, h. 10.

Page 18: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Membentuk Karakter Peserta Didik Di SMK Negeri 1 Gorontalo.” Adapun hasil penelitian ini, yaitu: 1) Kemampuan kompetensi kepemimpinan guru PAI sudah cukup baik, dapat dilihat bahwa dalam setiap kegiatan sudah mampu membuat perencanaan, mampu mengorganisasi potensi unsur sekolah secara sistematis, mampu menjadi innovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor, serta mampu menjaga dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama dengan indikasi kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan, seperti jum’at religi, pembiasaan agar sholat dzuhur berjamaah di masjid, serta shalat jum’at bagi peserta didik laki-laki dan lain sebagainya. 2) Dapat diketahui bahwa tidak semuanya peserta didik memiliki karakter yang sama kepribadiannya dan juga pada dasarnya, semua sekolah umum seperti SMK Negeri 1 Gorontalo ini berbeda-beda karakter peserta didiknya. 3) Kemampuan Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik di SMK Negeri 1 Gorontalo sudah sesuai dengan indikator yang ada dalam kompetensi kepemimpinan.Hal ini dapat dilihat dalam setiap kegiatan sudah mampu membuat perencanaan pembudayaan pengamalam ajaran agama, dan mampu menjadi innovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama.15

15Roudhatul A. Rohmah, Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik, Gorontalo, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo, 2017, h. 94.

Page 19: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Kompetensi Kepemimpinan Guru

1. Pengertian Kompetensi Kepemimpinan Guru

Peraturan menteri agama RI tentang Pengelolaan pendidikan agama pada sekolah, menyebutkan tentang kompetensi kepemimpinan (leadership) yang wajib dimiliki oleh pendidik agama. Kompetensi kepemimpinan merupakan kompetensi tambahan yang ditujukan untuk para pendidik agama, khususnya Guru PAI, karena tugas seorang guru PAI tidak hanya menyampaikan materi akan tetapi juga memimpin, mendidik dan juga mempengaruhi peserta didik serta warga sekolah lainnya agar dapat menerapkan budaya atau nilai-nilai Islami.

Kepemimpinan atau leadership menurut Robbins oleh Sudarwan Danim dan Suparni dalam bukunya yang ditulis oleh Abdul Wahab dan Umirso menerangkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat mempengaruhi anggota yang ada dalam suatu kelompok agar dapat bekerja dengan baik dan dapat mencapai sasaran dan tujuan.16 Kepemimpinan diterjemahkan kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari satu jabatan administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.17

Kepemimpinan guru tidak semata-mata menunjukkan keahlian pedagogis, profesionalisme, ataupun komitmen pada tugas sebagai pendidik/pengajar, namun melebihinya, seraya menyadari akan pentingnya hal tersebut, yakni suatu bentuk kepemimpinan yang reponsif pada keharusan perlunya transformasi organisasi sekolah dan menunjukkan kepada masyarakat bagaimana transformasi organisasi dikelola dengan positif dan efektif.18 Sebagai pendidik guru berperan dalam memimpin,

16Abdul Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 89.

17Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 17.

18Uhar Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2016), h. 221.

Page 20: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

mengkondisikan proses pembelajaran untuk supaya terjadinya perubahan pada siswa baik intelektual, emosional dan sosial. Pembelajaran/pendidikan yang dilakukan oleh guru pada para siswa merupakan interaksi pengaruh edukatif, dalam konteks ini guru merupakan pedagogik, yang bertanggung jawab dalam mengubah siswa kearah kedewasaan melalui pendidikan/pembelajaran kelas.Perluasan peran yang melebihi ruang-ruang kelas menembus organisasi sekolah jelas merupakan inovasi peran guru yang didorong untuk menjadi pemimpin dalam tataran organisasi, sehingga kepemimpinan guru merupakan integrasi dari kepemimpinan pedagogik dengan kepemimpinan organisasi.19

Pendekatan-pendekatan terhadap kepemimpinan terdiri dari: 1) Sebagai proses yang berfokus pada kelompok, 2) sebagai ciri profesional, 3) sebagi seni mendorong kepatuhan, 4) sebagai penggunaan pengaruh, 5) sebagai alat pencapaian tujuan, 6) sebagai bentuk bujukan, 7) sebagai kekuasaan hubungan, 8) sebagai akibat dari interaksi, 9) sebagai peran yang diperbedakan dan 10) sebagai pengawal struktur.20

Firman Allah Swt:

ô ‰s) © 9 t b %x . ö Nä 3 s9 ’ Î û É Aq ß ™u ‘ « ! $ # î o u q ó ™é & × p u Z | ¡ y m

` y J Ï j 9 t b %x . ( # q ã _ ö � t ƒ © ! $ # t P ö q u ‹ ø 9 $ # u r t �Å z F y $ #

t �x . sŒu r © ! $ # # Z Ž � Ï Vx . Ç Ë Ê È

Terjemahnya:

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab 33: 21)21

19Uhar Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan, h.221. 20Uhar Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan, h. 17. 21Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Banjar Sari Solo: Penerbit

Abyan, 2014), h. 420.

Page 21: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Penanaman jiwa kepemimpinan pada guru PAI merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Seorang guru PAI memang sudah seharusnya memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan bisa menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dan lingkungan disekitarnya. Karena guru itu pada hakikatnya digugu dan ditiru. Maka guru harus mampu membentuk perilaku keagamaan pada peserta didiknya.

Sehingga kompetensi leadership merupakan kemampuan seorang guru dalam mengorganisasi dan mengelola seluruh potensi sekolah. Baik peserta didik, kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran, staf dan karyawan sekolah, dan warga sekolah lainnya yang ada dalam mewujudkan budaya Islam pada satuan pendidikan.

2. Pentingnya Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI

Dalam era global ini, tantangan dari guru agama sangatlah besar, karena implikasi perubahan yang begitu cepat, khususnya perubahan zaman dan perubahan kebijakan yang berimplikasi terhadap bidang pendidikan. Implikasi dari tantangan karena perubahan zaman dan kebijakan baru adalah keharusan bagi guru agama untuk meningkatkan kualifikasi akademik, kompetensi dan upaya-upaya membangun kepercayaan sebagai pendidik profesional dengan harapan agar guru agama mampu mengemban misi rahmat li al-‘amiin dengan baik.22

Paradigma tersebut mengacu pada beberapa alasan filosofi berupa:

1) Bahwa perubahan apapun bentuk dan dimensinya bagi guru agama yang demikian akan memunculkan sosok guru agama yang memiliki jati diri. Yakni guru agama memiliki kekuatan prinsip dan sekaligus akomodatif terhadap perubahan zaman, sehingga dengan bekal tersebut guru agama akan terus melakukan inovasi dan kreasi untuk mengasah kepekaan intelektual, spritual, emosional, profesional dan sosialnya. Kontruksi perubahan, bagi guru agama seperti itu akan mengacu berdasarkan sinyal dan simpul-simpul perubahan yang bermaktub dalam al-Qur’an, hadits dan simpul-simpul yang berkembang secara aktual di masyarakat.

2) Terjadinya mutu peningkatan tuntutan terhadap kinerja guru terjadi setelah guru, termasuk guru agama, diakui sebagai pendidik

22Abd. Halim Soebahar, Matriks Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009), h. 192.

Page 22: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

profesional berdasarkan UU RI No 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008, sehingga guru agama harus memberikan tantangan secara kreatif dengan mengembangkan mental, sehingga selalu berupaya melakukan inovasi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik profesional.

3) Kedepan guru agama harus menngalami perbaikian secara signifikan dari waktu-kewaktu.23

Melihat dari paradigma tersebut maka kompetensi kepemimpinan Guru PAI sangat berperan penting.Karena dengan adanya kompetensi kepemimpinan merupakan kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru PAI didalam keikutsertaan guru dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti dan bermoral yang luhur.Eksistensi dan peran guru PAI sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter islami peserta didik.Dalam pembentukan karakter pun tidak lepas dari budaya yang telah tertanam dan mengakar dilingkungan sekolah itu sendiri.

3. Aspek-aspek Kompetensi Kepemimpinan Guru

Adapun kompetensi kepemimpinan sebagaimana yang termuat dalam peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengamalan ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama.

b. Kemampuan mengorganisasi potensi unsur sekolah secara sistematis untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah.

c. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah, serta

d. Kemampuan menjaga, mengendalikan dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).24

23Abd. Halim Soebahar, Matriks Pendidikan Islam, h. 192. 24Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010, h. 10.

Page 23: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Peran guru dapat dilihat berdasarkan variabel kompetensi kepemimpinan sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2010 tentang pengelolaan pendidikan agama di sekolah dalam pasal 16 ayat 1, yaitu:

1) Kemampuan dalam Perencanaan Pembudayaan Islam

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional telah mengamanahkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.25

Seorang guru harus mampu secara tetap melakukan perencanaan baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Dalam membuat keputusan tentang materi pelajaran dan metodenya, harus didasarkan sejumlah faktor yang meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, serta seluruh tujuan yang akan dicapai.

Teori tersebut diperkuat oleh pernyataan Handoko, menurutnya perencenaan meliputi:

a) Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi b) Penentuan strategi, kebijakan, proyek, program prosedur, metode,

sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.26

Oleh karena itu seorang guru PAI harus mampu merencanakan dan mengatur manajemen sekolah dan proses pembelajaran agar dapat tercipta lingkungan yang bernuansa Islami. Dan dalam membuat perencanaan maka seorang guru harus mampu bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya.

2) Kemampuan dalam Mengorganisasi Potensi Sekolah

25Janawi, Kompetensi Guru:Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 21. 26Husain Usman, Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2008), h. 77.

Page 24: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Pengorganisasian merupakan proses penentuan, pengelompokkan dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (staf), penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi lingkungan, wewenang yang didelegasikan terhadap setiap orang yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut. 27

Pengorganisasian menurut Handoko adalah:

a) Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.

b) Proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan membawa hal-hal tersebut kearah tujuan.

c) Penugasan tanggung jawab tertentu. d) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu

untuk melaksanakan tugas-tugasnya.28 Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pengajar yang dilakukan

oleh guru agama harus mampu melakukan pengorganisasian potensi unsur sekolah yang melibatkan peserta didik, guru PAI dan materi pembelajaran agar dapat mencapai apa yang menjadi tujuan pendidikan agama Islam dalam sekolah. 3) Kemampuan Menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan

konselor Guru sebagai pendidik bertugas untuk mendidik dan

membimbing peserta didik dengan mengajarkan karakter yang baik. Selain mendidik guru juga mempuyai tugas sebagai inovator, motivator dan fasilitator sebagai penunjang pelaksanaan proses pembelajaran, agar berjalan dengan baik. Beberapa unsur yang harus dicapai oleh seorang guru sebagai berikut:

a. Inovator Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, inovasi berupa yang

dimanfaatkan pendidikan untuk memecahkan suatu masalah atau membuat sesuatu lebih efesien dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, baik ide, metode dan baru dalam melancarkan operasional pendidikan.29

27Mario dan Triyo Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 17.

28Husain Usman, Manajemen, Teori Praktik…..,h. 170. 29Eko Supriyanto, dkk, Inovasi Pendidikan, Isu-isu Baru Pembelajaran, Manajemen dan Sistem

Pendidikan, (Surakarta: Muhammadiyah Universty Press, 2009), h. 2.

Page 25: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Sebagai seorang guru agama harus mampu menjadi inovator. Karena dengan adanya inovator yang pada guru maka guru akan lebih mudah memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran serta membuat sesuatu lebih efesien dan efektif dalam mengajar. b. Motivator

Salah satu peran guru yang paling penting adalah sebagai motivator. Dengan adanya motivasi dari seorang guru maka peserta didik akan lebih bersemangat dalam belajar. Jika motivasi ini tidak digunakan guru dalam proses pembelajaran maka hasil pembelajaran tidak akan memenuhi standar. Oleh karena itu motivasi sangat dibutuhkan baik motivasi dari dalam diri peserta didik itu sendiri maupun motivasi yang datang dari luar.

Teknik memotivasi menurut Kemendikbud adalah: a) Berpikiran positif, ketika mengkritik orang jangan lupa

memberi dorongan positif agar mereka terus maju. Sebelum mengkritik orang kita harus memberi contoh terlebih dahulu.

b) Menciptakan perubahan yang kuat. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak bisa menjadi bisa.

c) Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai padahal penghargaan merupakan salah satu bentuk teknik memotivasi.

d) Memantapkan pelaksanaan. Ungkapkan dengan jelas cara kerja yang benar, tindakan yang dapat membantu dan hargai dengan tulus.

e) Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Nyatakan bahwa anda akan membantu yang mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja keras dan bersedia belajar dari orang lain.

f) Membasmi sikap suka menunda-nunda.30

c. Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dari proses pembelajaran. Sebelum

30Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik…, h. 301

Page 26: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

proses pembelajaran dimulai maka seorang guru harus menyediakan terdahulu apa-apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran serta merancang pembelajaran yang akan disampaikan dengan menggunakan metode dan strategi tertenntu. 7 sikap yang diidentifikasikan oleh Rogers, agar dapat

menjadi fasilitator yaitu: 1) Tidak berlebihan dalam mempertahankan pendapat atau

kurang terbuka 2) Lebih mendengarkan peserta didik terutama tentang

aspirasi dan perasaannya 3) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif

dan kreatif 4) Perhatian terhadap hubungannya dengan peserta didik 5) Dapat menerima feedback (balikan) baik yang sifatnya

positif maupun negative 6) Toleransi terhadap kesalahan peserta didik selama proses

pembelajaran 7) Menghargai prestasi peserta didik.31

d. Pembimbing dan Konselor Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing

memberi tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan juga menyangkut pembinaan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.32

Konselor adalah guru yang selalu mendengarkan masalah-masalah yang terjadi kepada peserta didik baik dari masalah pembelajaran maupun masalah yang ada diluar sekolah. Konselor juga akan memberikan masukan dan nasehat-nasehat kepada peserta didiknya atas apa yang mereka hadapi. Oleh karena itu peran guru dalam bimbingan maupun sebagai konselor sangat dibutuhkan oleh para peserta didik.

4) Kemampuan dalam Menjaga, Mengendalikan dan Mengarahkan Pembudayaan Pengamalan Ajaran Agama

31E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 55.

32Udin Syaifuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 33.

Page 27: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Dalam menjaga, mengendalikan dan mengarahkan warga sekolah agar mampu melakukan pembudayaan religius, hendaknya menggunakan beberapa pendekatan berikut ini:

a) Keimanan, memberikan peluang untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagi sumber kehidupan.

b) Pengamalan, memberikan kesempatan untuk mempraktekkan dan merasakan hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi masalah kehidupan.

c) Pembiasaan, memberikan kesempatan untuk berperilaku sesuai ajaran Islam dan budaya bangsa dalam mengatasi kehidupan.

d) Rasional, usaha dalam memberikan peranan pada akal dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama.

e) Fungsional, menyajikan semua materi pokok dan manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

f) Keteladanan, menjadikan figur guru agama serta warga sekolah lainnya dan orang tua sebagai cerminan manusia berkepribadian agama.33

Oleh karena itu seorang guru PAI harus mampu membimbing peserta didiknya dengan pengamalan-pengamalan ajaran agama karena dengan adanya nilai-nilai agama yang baik maka peserta didik juga akan lebih terdidik dengan nilai keagamaan khususnya agama Islam.

Kegiatan pengarahan antara lain adalah:

a) Memberikan dan menjelaskan perintah b) Memberikan petunjuk melaksanakan suatu tugas c) Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan

atau kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi

d) Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-masing

e) Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.34

33Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah: Upaya Mngembangkan PAI dan Teori ke Aksi, (Malang: Uin Malik Press, 2010), h. 25.

34Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), h. 58

Page 28: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Keempat aspek diatas, jika dikaitkan dengan KMA nomor 211 tahun 2011 guru PAI hanya menjalankan peran pada kegiatan pembelajaran (KBM) didalam kelas saja, padahal seharusnya mereka mampu menjalankan peran sebagai pengorganisasian komunitas sekolah atau pemberdayaan komunitas sekolah.Oleh karena itu keputusan KMA nomor 211 tahun 2011 mengeluarkan kompetensi yang harus ditingkatkan oleh guru PAI.

Dalam KMA ditegaskan, kompetensi kepemimpinan guru menunjuk pada “kemampuan guru untuk mengorganisasi seluruh potensi sekolah yang ada dalam mewujudkan budaya Islami pada satuan pendidikan.

Kompetensi kepemimpinan guru diturunkan menjadi beberapa kompetensi inti dan dirinci kembali menjadi beberapa indikator, yaitu:

1. Bertanggung jawab secara penuh dalam pembelajaran PAI disatuan pendidikan.

2. Mengorganisir lingkungan satuan pendidikan demi terwujudnya budaya yang Islami.

3. Mengambil inisiatif dalam mengembangkan potensi satuan pendidikan.

4. Berkolaborasi dengan seluruh unsur dilingkungan satuan pendidikan. 5. Berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dilingkungan

satuan pendidikan. 6. Melayani konsultasi keagamaan dengan sosial.35

Keenam kompetensi diatas, menjadi acuan untuk penilaian kinerja kompetensi kepemimpinan guru PAI. Dapat dilihat apa saja indikator-indikator yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatannya selama berada dilingkungan sekolah.

B. Pembinaan Tahfidzul Qur’an

1. Pengertian pembinaan tahfidzu Qur’an Al-Qur’an adalah mukjizat sepanjang zaman. Allah menjadikan

sebagai tantangan bagi jin dan manusia yang meragukan kebenarannya

35Keputusan Menteri Agama (KMA), nomor 211 tahun 2011.

Page 29: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

serta bantahan bagi semua golongan yang menyimpang. Al-Qur’an diibaratkan sebagai musim semi yang menyebarkan kebahagiaan dan menyuburkan hati orang-orang yang memiliki keyakinan dan pengetahuan.

Mengajarkan al-Qur’an hendaklah dimulai sejak dini. Salah satu pembelajaran yang diajarkan sejak dini adalah tahfidzul Qur’an, yaitu proses mempelajari al-Qur’an dengan cara menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasul-Nya dan menambah pahala bagi para penghafalnya. Selain itu belajar al-Qur’an berarti belajar membacanya sampai lancar dan baik sesuai kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, artinya belajar sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung didalamnya sampai menghafalnya diluar kepala.

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pembinaan berarti membina, memperbaharui atau proses, perbuatan, cara, membina, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.36

Secara umum pembinaan ialah sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya pembinaan-pembinaan yang diberikan dengan baik maka sangat mempengaruhi dalam proses tahfidzul Qur’an yang dilaksanakan.

Adapun Tahfidzul Qur’an ialah proses penghafalan al-Qur’an secara keseluruhan baik hafalan ataupun ketelitian bacaannya serta menekuni, merutinkan dan mencurahkan perhatiannya untuk melindungi hafalan dari kelupaan.

Dengan adanya pembinaan tahfidzul Qur’an, maka program tahfidz yang ada di Madrasah tersebut akan dapat berjalan dengan baik dan menjadikan peserta didiknya menjadi penghafal-penghafal Qur’an.

2. Tujuan Pembinaan Tahfidzul Qur’an Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentunya mempunyai sebuah

tujuan yang ingin dicapai, dalam pengertian tujuan tersebut, maka diperlukan sebuah rencana dan strategi yang akan digunakan dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an. Menghafalkan al-Qur’an bertujuan untuk menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen dengan al-Qur’an, sehingganya al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan tempat kembali segala urusannya.

36Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2010), h. 123

Page 30: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Tujuan pembinaan tahfidzul Qur’an ialah:

1) Dapat mencetak generasi para penghafal al-Qur’an yang memiliki landasan akidah yang benar dan kuat.

2) Mencetak generasi para penghafal Qur’an yang memiliki kualifikasi antara lain: lancar dalam membacanya, kuat hafalannya dan menguasai ilmu tajwid dan tahsin.

3) Mencetak generasi para penghafal Qur’an yang mengerti isi dari kandungan al-Qur’an, mengamalkannya dan mendakwahkannya ditengah-tengah masyarakat.

4) Mencetak generasi para penghafal al-Qur’an yang memiliki akhlaqul karimah yang tinggi.37

Jadi, tujuan pembinaan tahfidzul Qur’an merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh pihak yayasan yang diberikan tanggungjawab kepada guru PAI, untuk menjadikan peserta didiknya selama di Madrasah untuk selalu bersama al-Qur’an dan menjadi para hafidz dan hafidzah.

3. Strategi Pembinaan Tahfidzul Qur’an Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an, seorang guru harus mempunyai

strategi yang baik. Strategi yang dilakukan oleh guru dapat mengoptimalkan pelaksanaan tahfidzul Qur’an.

Dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an guru bisa menguasai kelompoknya, memahami kondisi psikologis peserta didiknya. Guru mengerti apa yang diinginkan oleh peserta didik, dapat membedakan tingkah laku antar peserta didik yang satu dengan yang lainnya, dapat membina peserta didik untuk menghafal berkelompok agar dapat berinteraksi antara satu dengan lainnya. Semua dilakukan oleh guru demi suksesnya program tahfidz dengan sebaik-baiknya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan tahfidzul Qur’an

Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an berbagai karakter yang dihadapi oleh guru, sehingganya seorang guru bisa memahami dan mengetahui hal apa yang akan dilakukan dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembinaan tahfidzul Qur’an yakni faktor internal dan eksternal.

a) Faktor Internal

37 Sa’dullah, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta:Gema Insani, 2012), h. 22.

Page 31: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Faktor dalam diri ini berasal dari diri peserta didik itu sendiri, yang terdiri dari faktor jasmani dan dan faktor psikologis.

Faktor jasmani ialah yang berkaitan dengan bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini diantaranya panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, contohnya mengalami sakit, cacat tubuh dan perkembangan tidak sempurna.

Faktor psikologis adalah faktor yang berkaitan dengan intelektif dan non intelektif. Faktor intelektif antaranya faktor kecerdasan, bakat, serta faktor kecakapan. Sedangkan faktor non intelektif diantaranya sikap, kebiasaan, emosi, motivasi dan penyesuaian diri.38

Dapat diketahui bahwa dalam pembinaan tahfizul Qur’an, yang pertama guru hadapi ialah faktor yang ada dalam diri peserta didik itu sendiri. Guru dapat memperhatikan kondisi peserta didiknya selama pelaksanaan tahfidzul Qur’an berlangsung.

b) Faktor Eksternal Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang

terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat kedisiplinannya. Karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat pada diri peserta didik dan tempat pertama kali seseorang berinterkasi. Keluarga sebagai lingkungan pertama kali sebelum sebelum anak mengenal dunia yang lebih luas, maka sikap dan perilaku seisi keluarga terutama kedua orang tua sangat mempengaruhi pembentukan kedisiplinan pada anak dan juga tingkah laku orang tua dan anggota keluarga lainnya.39

Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an, faktor yang mempengaruhi pertama yakni orang tua, oleh karenanya orang tua harus dapat membimbing anak-anaknya dalam menghafalkan al-Qur’an. Sebab memimbing anak dalam menghafal bukan hanya diserahkan kepada guru yang ada di sekolah akan tetapi dengan adanya dorongan dan motivasi

38Uzer Usman, Upaya optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10

39 Rohmalina Wahab, Psikologi Belaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 196.

Page 32: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

dari pihak keluarga, khusunya orang tua peserta didik itu sendiri.

2) Lingkungan Sekolah Selain lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah

merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku peserta didik, di sekolah peserta didik berinteraksi dengan peserta didik lainnya, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya serta pegawai yang berada dilingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan perkataan guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh peserta didik akan masuk dan meresap kedalam hatinya.40

Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari peserta didik datangi tentulah mempunyai dampak yang besar bagi peserta didik dalam menghafal. Ketenangan dan kenyamanan peserta didik dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an akan ditentukan sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah dalam menyediakan lingkungan sekolah yang kondusif dan kreatif. Sarana dan prasarana yang memadai dan mampu memberikan layanan yang memuaskan bagi peserta didik yang berinteraksi dan hidup didalamnya.

3) Lingkungan Masyarakat Masyarakat ialah faktor yang ketiga setelah keluarga dan

sekolah. Akan tetapi dengan masyarakat ialah faktor yang sangat berpengaruh dalam kondisi peseta didik. Baik dengan siapa dia bergaul dan dengan siapa dia berteman. Oleh karena itu sebagai orang tua dapat mengawasi anak-anaknya selama dia berada dilingkungan masyarakat.41

Ketiga faktor diatas sangatlah mempengaruhi peserta didik dalam pelaksanaan tahfizul Qur’an. Oleh karenanya sebagai guru harus bisa menjadikan peserta didiknya untuk selalu menjunjung tinggi rasa cintanya kepada al-Qur’an. Sebab jika peserta didiknya telah jatuh cinta kepada al-Qur’an, maka faktor-faktor yang mempenharuhi itu akan bisa teratasi dengan berbagai usaha guru dan orang tua dalam mendidik peserta didik.

40Ibid, h. 195. 41 Ibid, h. 197.

Page 33: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Pembinaan tahfidzul Qur’an peserta didik belajar menghafal lebih banyak bilamana selalu diberikan penguatan atau motivasi. Sebab menghafal al-Qur’an merupakan suatu proses menanamkan materi berupa ayat-ayat Allah dalam ingatan dan dapat memproduksinya kembali dalam bentuk-bentuk ayat-ayat al-Qur’an yang telah dihafalkannya.

Page 34: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi didalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dan fenomena yang dihadapi.42

Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung kelapangan dengan melihat secara langsung bagaimana proses pembinaan tahfdzul Qur’an itu berlangsung.

2. Pendekatan Penelitian

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.43 Dalam hal ini penulis akan menganalisis mengenai peran kompetensi kepemimpinan yang dimilki guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di MI Imam Syafi’I Telaga yang terletak di Kelurahan Bulila, Kec. Telaga, Kab.Gorontalo.Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan karena disekolah ini peneliti melaksanakan tugas PPLnya sehingga mempermudah peneliti dalam penelitian.

42Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 24

43Moh. Padli dan Triyo Suprianto, Sosiologi Pendidikan, (Malang: Uin Malang Press, 2010), h. 5.

Page 35: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

C. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam hal ini adalah , “subyek dan objek dari mana data dapat diperoleh dari MI Imam Syafi’i Telaga adalah:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan subjek dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI dan peserta didik.

2. Data Sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data. Jenis sumber ini merupakan pendukung dari sumber data primer, yang mana dari sumber data sekunder ini diharapkan peneliti memperoleh data tambahan yang berupa tulisan seperti sejarah lokasi penelitian serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga menghasilkan data yang valid.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Guru PAI sebagai narasumber pokok mengenai perannya pada kompetensi kepemimpinan dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Dalam hal pengambilan data diperoleh dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Kepala Sekolah MI Imam Syafi’i Telaga.Dalam hal ini kepala sekolah dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui bagaimana kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

3. Peserta Didik MI Imam Syafi’i. Peserta didik sebagai subjek yang akan diamati dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Serta untuk mengetahui bagaimana kompetensi kepemimpinan guru PAI.

4. Orang tua peserta didik. Orang tua dijadikan sebagai objek pendukung dari pernyataan peserta didik.

4. Objek dalam penelitian ini adalah proses pembinaan tahfidzul Qur’an

Page 36: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Library Research yaitu suatu cara pengumpulan data yang membaca dan memahami secara langsung buku-buku atau teks-teks yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan menggunakan teknik:

a. Kutipan langsung yaitu penulis pembaca literatur kemudian mengutip dari teks tersebut tanpa mengubah bahasa aslinya.

b. Kutipan tidak langsung yaitu penulis membaca literatur yang dinilai berkaitan dengan permasalahnnya yang dibahas diatas, kemudian mengambil iktisar dari literatur tersebut dengan serta merubah bahasa aslinya.44

2. Fiel Research yaitu suatu cara pengumpulan data dimana penulis langsung langsung meneliti kesubjek dan objek penelitian untuk memperoleh data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. Didalam pembahasan ini kata observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan panca indra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indra lainnya. Sehingga observasi adalah metode pengumpulan data yang dugunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.45

44 Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2015), h. 129. 45Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 118.

Page 37: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Observasi ini penulis lakukan untuk melihat secara langsung proses pelaksanaan tahfidzul Qur’an dan mengetahui bagimana kompetensi guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

Teknik ini juga penulis gunakan untuk mengamati dan memperoleh data tentang letak geografis lokasi penelitian dan kondisi lingkungan penelitian.

b. Interview/Wawancara Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang

berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu.46

Terdapat beberapa macam wawancara, yakni wawancara terstruktur dam tidak terstruktur:

a) Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Proses wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan instrument pedoman wawancara tertulis yang berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Dalam wawancara terstruktur, pertanyaan-pertanyaan , runtunannya dan perumusan kata-katanya sudah ditetapkan dan tak boleh diubah-ubah.

Pertanyaan yang diajukan pewancara dilakukan secara ketat sesuai daftar pertanyaan yang telah disiapkan.Pewawancara masih mempunyai kebebasan tertentu dalam mengajukan pertanyaan, tetapi itu relatif kecil.Kebebasan pewawancara itu telah dinyatakan terlebih dulu secara jelas.Wawancara standar mempergunakan schedule wawancara yang telah dipersiapkan secara cermat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah penelitian.47

Oleh karena itu dalam melakukan wawancara pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa

46Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan Penelitian, h. 212. 47Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,

2015), h. 162.

Page 38: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alaternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Agar setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama.

b) Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur bersifat luwes dan terbuka.

Wawancara tidak terstruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur

Dalam teknik ini peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.Dalam wawancara terstruktur dilakukan kepada kepala sekolah dan guru PAI. Semua pertanyaan telah diformulasikan dengan cermat tertulis sehingga pewawancara menggunakan daftar pertanyaan itu sewaktu melakukan interview atau jika mungkin menghafalkan diluar kepala agar percakapan lebih lancar dan wajar.

Wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk anak-anak yang akan diwawancara. Dalam teknik ini pewawancara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami oleh responden sehingga memberikan kebebasan kepada responden untuk mengemukakan pendapatnya dengan santai.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.48Dalam pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

48Nanang Martono, Metode Penelitian kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 87.

Page 39: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Dalam teknik ini peneliti mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan, baik dari pertama meneliti sampai terakhir peneliti melakukan penelitian dilokasi ini.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data yang digunakan dalam mengelola data yang terkumpul adalah dengan analisis kualitatif.Analisis kualitatif ini lebih bersifat induktif yaitu peneliti ini dimulai dari fakta empiris, bukan dari deduksi teori, sehingga peneliti terjun langsung kelapangan untuk mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan terhadap fenomena yang ada dilapangan.49Yakni mengenai peran kompetensi kepemimpinan yang dimilki guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

Teknik analisis data kualitatif yang digunakan adalah analisis selama dilapangan model Miles dan Huberman. Pada model ini analisis data dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.50

Data hasil penelitian ini harus diredaksi meliputi data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang berisi kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’I Telaga, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

49Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 39. 50Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 338.

Page 40: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,bagan dan sejenisnya agar memudahkan peneliti memahami yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.51

Dalam penyajian data, penulis lebih menggunakan uraian dalam mengupulkan hasil penelitiannya.

c. Verifikasi (Conclution Drawing)

Pada tahap akhir yang dilakukan oleh peneliti dalam kaitannya dengan rangkaian proses kegiatan analisa data adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akanberubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh data-data yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan menyimpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.52

Untuk mempermudah analisis data yang telah terkumpul maka peneliti menggunakan analisis deskriptif terhadap data yang telah dikumpulkan mengenai kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Kegiatan pengecekan hasil temuan dilaksanakan agar keakuratan data tersebut dalam upaya menarik kesimpulan yang tepat dan objektif sesuai dengan fakta dilapangan. Sehinggga pengecekan keabsahan data mempunyai hal yang sangat penting dalam penelitian, hal ini disebabkan karena pelaksanaan pengecekan terhadap keabsahan hasil temuan secara cermat dengan menggunakan berbagai teknik yang ada diharapkan hasil penelitan benar-benar ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan

51Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 341. 52Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 99.

Page 41: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

keshahiannya, dengan pengecekan keabsahan temuan pada penelitian dilakukan dengan cara triangulasi,

Penggunaan cara triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak disumber lainnya. Triangulasi dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:

1. Triangulasi Sumber Data

2. Triangulasi Metode

3. Triangulasi Peneliti

4. Triangulasi Teori.53

Adapun bentuk triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi metode.Pada triangulasi sumber pengecekan keabsahan data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam peneilitian kualitatif. Sedangkan triangulasi metode ditempuh dengan cara pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.54

Pada Triangulasi sumber peneliti mengecek kebenaran dan keabsahan data kepada sumber yang berbeda, data yang diperoleh dari informan satu kepada informan lainnya.

Adapun pada triangulasi metode peneliti melakukan perbandingan hasil pengamatan dan hasil dokumentasi serta membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Penekanan dari hasil perbandingan ini untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan data yang diperoleh selama proses pengumpulan data.

53Lexy Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h. 330.

54Lexy Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 331.

Page 42: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

H. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini dapat penulis golongkan dalam 3 tahap kegiatan, yaitu perencanaan (persiapan), pelaksanaan dan penulisan laporan penelitian. Berikut ini uraiannya:

1. Tahap Perencanaan Pada tahapan ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penentuan atau pemilihan masalah

b. Studi awal untuk mengecek layak tidaknya penelitian yang diadakan

c. Perumusan atau identifikasi masalah

d. Telaah kepustakaan

e. Pemilihan metode penelitian

f. Perumusan tujuan dan kegunaan penelitian

g. Konsultasi dengan dosen pembimbing, dan

h. Pembuatan instrumen penelitian

2. Tahap pelaksanaan. Dalam tahap ini penulis melaksanakan empat kegiatan pokok yaitu:

a. Pengumpulan data

b. Pengolahan data

c. Analisis data, dan

d. Penafsiran hasil analisa dan penarikan kesimpulan.

Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian, sehingga pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti membagi beberapa bagian yakni”

Page 43: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

1) Peneliti melakukan pencarian terhadap dokumen-dokumen resmi yang akan dipergunakan dalam penelitian dan wawancara guna memperoleh data awal tentang kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga.

2) Mengadakan observasi langsung terhadap kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga.

3) Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru PAI, peserta didik dan orang tua MI Imam Syafi’i terkait kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga.

4) Peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data hasil penelitian agar dapat diketahui hal-hal yang masih belum terungkap atau masih belum jelas.

5) Peneliti melakukan perpanjangan penelitian guna melengkapi data yang kurang hingga memenuhi target dan lebih valid data yang diperoleh.

3. Tahap penulisan laporan

Dalam tahap penulisan laporan ini penulis menggunakan format atau pedoman penulisan karya ilmiah yang diberlakukan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo.Selain itu penulis memperhatikan pula aspek pembaca, bentuk dan isi serta penyusunan laporan sebagai aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan penelitian.

Page 44: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Latar Penelitian 1. Sejarah MI Imam Syafi’i Telaga

MI Imam Syafi’i berdiri tahun 2015 atas permohonan orang tua siswa yang telah menyekolahkan anaknya di RA Permata Sunnah Kota Gorontalo. Mereka memandang perlu adanya lembaga pendidikan lanjutan anak mereka, agar pelajaran yang didapat di RA Permata Sunnah akan terus berlanjut. Atas dasar itulah pihak yayasan As-Sunnah Gorontalo berusaha untuk memikirkan sekaligus merealisasikan keinginan orang tua siswa tersebut.Maka pada bulan Agustus 2015 pihak yayasan mulai mengadakan rapat-rapat guna membahas masalah tersebut.

MI Imam Syafi’i sebagai bentuk satuan pendidikan dasar memiliki peran yang sangat strategis dalam membangun, membentuk, membina dan mengarahkan anak didik menjadi generasi robbani yang dicintai Allah. Manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang positif, manusia yang mampu memahami diri sendiri dan orang lain, manusia yang terampil hidupnya, manusia yang mandiri dan bertanggung jawab, dan manusia yang mau dan mampu berperan serta bekerja sama dengan orang lain. Untuk itu MI Imam Syafi’i mencoba menerapkan sistem terpadu, yang dimaksud program terpadu adalah program yang memadukan antara program pendidikan umum dan pendidikan agama, antara pengembangan potensi intelektual (fikriyah), emosional (ruhiyah) dan fisik (jasadiyah), dan antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap dunia pendidikan.

2. Visi dan Misi MI Imam Syafi’i Telaga 1. Visi

Visi merupakan profil madrasah yang dapat menjiwai warga sekolah untuk untuk mencapai tujuan yang akan dicapai oleh madrasah tersebut. Berikut visi madrasah MI Imam Syafi’i Telaga:

“Mewujudkan generasi Islam yang memiliki Iman dan ilmu pengetahuan yang kuat serta bertaqwa berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh.”55

Berdasarkan visi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dasar pemahaman yang diterapkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

55Profil MI Imam Syafi’i Telaga

Page 45: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

sesuai dengan salafush sholeh atau lebih dikenal dengan pahaman salafi. 2. Misi

Misi merupakan suatu informasi yang berisikan pesan yang harus dijalankan oleh seluru unsur sekolah baik itu kepala madrasah, guru-guru, peserta didik serta orang tua. Berikut Misi MI Imam Syafi’i Telaga: 1) Membangun kepribadian siswa yang berakhlak mulia yang

dilandasi oleh iman dan taqwa berdasarkan pemahaman Al-Qur’an Salafus Soleh.

2) Mewujudkan insan yang cerdas dalam memahami ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan melalui minat serta bakat dalam membangun sumber daya manusia yang robbani.

4) Menjadikan sekolah sebagai basis dakwah pendidikan. 5) Mengoptimalkan pengelolaan sekolah secara efektif dan

efesien.56

Misi di atas terdapat empat lima point yang dimulai dari pembinaan akhlak, kecerdasan, iptek, keterampilan, dakwah, dan pengelolaan sekolah. Kelima point tersebut jika dicermati dalam perkembangan pendidikan saat ini dapat dijadikan sebagai tahapan yang diwujudkan melalui proses pendidikan yang dilakukan di madrasah oleh kepala madrasah, guru dan semua unsur yang dapat mendukung program-program yang akan dikembangkan oleh madrasah itu sendiri.

3. Tujuan MI Imam Syafi’i Telaga

Sehubungan dengan Visi dan Misi MI Imam Syafi’i, maka madrasah tersebut mempunyai tujuan yang akan dicapai dan arah tujuan pendidikan MI Imam Syafi’i adalah untuk menciptakan putra-putri bangsa dengan membekali 10 kompetensi dasar sebagai seorang muslim, yaitu:

1) Memiliki aqidah yang lurus dan benar 2) Melakukan ibadah yang benar 3) Memiliki akhlaq yang matang dan terpuji 4) Memiliki kemandirian yang baik

56Profil MI Imam Syafi’i Telaga

Page 46: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

5) Memiliki wawasan berfikir luas dan daya kritis 6) Memiliki jasmani dan rohani yang sehat 7) Memiliki kesungguhan dalam belajar mandiri 8) Tertata dalam segala urusannya 9) Cermat terhadap waktu 10) Bermanfaat bagi orang lain.57

Dari 10 point tujuan yang akan dicapai oleh madrasah, peneliti melihat bahwa ada beberapa point yang tidak sesuai dengan misi yang akan dicapai oleh madrasah ini.

4. Keadaan Peserta Didik Keadaan peserta didik masih tergolong sedikit. Kelas yang ada baru

sampai dengan kelas IV karena sekolah ini baru 4 tahun berdiri.Berikut penulis paparkan keadaan peserat didik.

Tabel : 1

Data Keadaan Siswa

Tahun

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Jumlah Siswa Jumlah Siswa Jumlah Siswa Jumlah Siswa

L P JML L P JML L P JML L P JML 2015 6 3 9 2016 13 15 28 5 5 10 2017 19 14 33 14 16 30 8 7 15 2018 25 26 51 19 16 35 16 19 35 10 8 18

Sumber Data: Profil MI Imam Syafi’i Telaga, 2018

Data peserta didik di atas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya peserta didik mulai mengalami peningkatan. Walaupun madrasah itu masih tergolong muda akan tetapi perkembangkan peserta didik bisa menunjang perkembangan madrasah ini.

57Profil MI Imam Syafi’i Telaga

Page 47: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

5. Keadaan Guru

Guru merupakan sosok yang sangat mulia. Gurulah tolok ukur keberhasilan sebuah pendidikan dan guru adalah pelopor anak bangsa. Berbicara mengenai guru, di MI Imam Syafi’i Telaga mempunyai empat belas tenaga kerja, yang terdiri dari satu orang kepala sekolah, tujuh orang sebagai wali kelas, dan enam orang sebagai guru mata pelajaran. Berikut ini penulis akan memaparkan keadaan guru sebagai berikut:

Tabel : 2

Keadaan Guru

No Nama Jabatan Mata Pelajaran 1 Zulkifly A. Lasena Kepala Madrasah 2 Atika Rahman Wali Kelas 1 A Mapel Umum 3 Meis Djibran Wali Kelas 1 B Mapel Umum 4 Susan Latif Wali Kelas 2 A Mapel Umum 5 Novi Astuti Domily Wali Kelas 2 B Mapel Umum 6 Lidya M. J Malopo Wali Kelas 3 A Mapel Umum 7 Delviyaningsi A. Tuna Wali Kelas 3 B Mapel Umum 8 Anton Ahmad Wali Kelas IV Mapel Umum 9 Ifa Amalia Alfauzia GMP Mapel Syar'i

10 Sa'adah Husnia GMP Mapel Syar'i

11 Vini Mustafa GMP Mapel Syar'i dan

B. Inggris 12 Ambar Hidayati Hunowu GMP Mapel Syar'i 13 Musowir Umar GMP Mapel Syar'i 14 Abdurrahman Adam GMP Mapel Syar'i

Sumber Data: Profil MI Imam Syafi’i Telaga 2018

Data guru di atas, ada 4 yang menjadi wali kelas sekaligus memegang mata pelajaran umum.Guru yang memegang mata pelajaran umum artinya semua mata pelajaran umum yang ada di kelasnya semua mereka yang ampuh kecuali mata pelajaran syar’i.Sedang guru-guru yang memegang mata pelajaran syar’i atau pelajaran agama sudah dibagi berdasarkan kemampuan mereka masing-masing.

Page 48: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

6. Keadaan Sarana dan Prasarana Salah satu aspek yang sangat penting dalam sebuah lembaga

pendidikan yakni sarana dan prasarana yang baik dan dapat menunjang jalannya proses pembelajaran. Sarana dan prasarana tidak hanya dilihat dari kuantitas jumlahnya akan tetapi seberapa besar kualitas dan manfaat yang diberikan. Adapun sarana dan prasarana yang ada di MI Imam Syafi’i Telaga sebagai berikut:

Tabel : 3

Keadaan Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan 1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik 2 Ruang Kelas 7 Baik 3 Ruang Dewan Guru 2 Baik 4 Ruang Perpustakaan 0 Belum Tersedia 5 Ruang UKS 0 Belum Tersedia 6 Kamar Mandi/WC 3 Baik 7 Halaman Sekolah 1 Baik 8 Komputer 1 Baik 9 Leptop 1 Baik

10 Souns Sytem 2 Baik 11 Alat Olahraga 3 Baik 12 Meja Guru 19 Baik 13 Kursi Guru 19 Baik 14 Lemari 10 Baik 15 Papan Tulis 7 Baik 16 Papan Absen 7 Baik 17 Papan Data 7 Baik 18 Meja Siswa untuk 1

Orang 1 Baik

19 Kursi Siswa untuk 1 Orang

1 Baik

Sumber Data: Profil MI Imam Syafi’i Telaga

Page 49: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Keadaan sarana dan prasarana di MI Imam Syafi’i masih sangat minim, karena keterbatasan lahan dan juga anggaran yang notabennya masih merupakan sekolah yayasan. Jadi sarana dan prasarana yang di madrasah ini belum memadai.

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI dalam Pembinaan Tahfidzul

Qur’an Kompetensi kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang

harus dimiliki oleh guru PAI selain itu ada empat kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.Kelima kompetensi tersebut memang harus ada pada diri seorang guru.

Kompetensi kepemimpinan guru PAI dilihat dari penilaian kinerja guru bahwa ada 3 diantaranya sudah baik namun 3 lagi masih perlu ditingkatkan oleh guru PAI. Dari 3 yang belum mencapai standar tersebut peneliti meliputi:

1. Bertanggungjawab pada pembinaan tafidzul Qur’an Tanggungjawab adalah suatu amanah yang diberikan kepada setiap

individu, yang masing-masing individu bisa menjalankan amanah tersebut dengan penuh kehati-hatian.

Dari KMA nomr 211 tahun 2011 tanggungjawab terdapat pada kompetensi 1: Bertanggungjawab secara penuh dalam pembelajaran PAI disatuan pendidikan meliputi 2 indikator yakni: Melibatkan diri dalam tim GPAI untuk mengembangkan model dan media pembelajaran yang lebih kreatif dan menarik, dan mengintegrasikan nilai-nilai agama pada setiap subyek mata pelajaran.

Pembinaan tahfidzul Qur’an yang menjadi tanggungjawab guru PAI meliputi: Guru melibatkan diri dalam mengembangan model dan media yang kreatif dalam pembinaan tahfidzul Qur’an dan mengintegrasikan nilai-nilai agama pada pembinaan tahfidzul Qur’an.

Pernyataan peneliti terkait dengan tanggungjawab guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an terlihat pada aktivitas guru dalam mengajar seperti guru sudah mampu menjalankan tugas yang diberikan oleh pihak madrasah kepadanya.

Pernyataan diatas dikuatkan oleh hasil wawancara peneliti dengan kepala Madrasah, mengatakan bahwa:

Page 50: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Bentuk tanggungjawab guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an ini saya memberikan kepercayaan kepada guru PAI dengan cara saya menunjuk langsung sebagai koordinator dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an.58

Sejalan dengan pernyataan kepala Madrasah, diperjelas oleh guru PAI bahwa:

Bentuk tanggungjawab yang saya jalankan pada kegiatan tahfidz yakni mengkoordinir semua guru-guru yang juga mendapatkan amanah dalam menjalankan program tahfidz.Selain itu saya juga mendapat amanah memegang kelompok halaqah yang hafalan-hafalan mereka lebih tinggi dari peserta didik lainnya.59

Pernyataan tersebut juga dikuatkan dengan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik bahwa:

Bentuk tanggungjawab yang saya lihat dari guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an yakni sudah mampu membimbing kami dengan sangat baik dan tidak pernah menghukum kami ketika kami berbuat salah.60

Dari pernyataan-pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam diri guru PAI sudah memiliki tanggungjawab dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Namun dilihat dari penilaian kinerja guru masih ada indikator yang belum dapat terealisasikan dengan baik.

Berikut ini peneliti paparkan penilaian kinerja guru dalam bentuk tabel:

58Zulkifly A. Lasena, Kepala MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019, diruangan kepala madrasah.

59Sa’dah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru. 60Atika Kaning, Peserta didik kelas 4 MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019,

diruangan kelas.

Page 51: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Tabel 4:

Penilaian Kinerja Guru Kompetensi 1: Bertanggungjawab dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

No Indikator Skor 0 1 2

1

Guru melibatkan diri dalam mengembangkan model dan media pembelajaran yang kreatif dan menarik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

2 Guru mengintegrasikan nilai-nilai agama pada pembinaan tahfidzul Qur’an

Total skor kompetensi 1 3 Skor maksimum kompetensi 1= Jumlah indikator x 2

4

Sumber Data: Pengumpulan data dokumentasi peneliti 19 Juni 2019

Berdasarkan hasil data dokumentasi dapat dilihat dari 2 indikator diatas bahwa Kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam bertanggungjawab dalam pembinaan tahfidzul Qur’an masih mengalami kendala dalam penggunaan media pembelajaran. Hasil ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI pada pembinaan tahfidzul Qur’an bahwa:

Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an saya memang tidak menggunakan media pembelajaran. Saya hanya menggunakan metode talqin yakni saya membacakan ayat yang akan mereka hafal lalu mereka mengikuti apa yang saya bacakan kepada mereka.61

Peneliti juga melakukan pengamatan kepada guru PAI dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an. Berikut tabel mengenai penggunaan media pembelajaran dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an.

61Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019 di ruangan guru.

Page 52: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Tabel 5:

Penggunaan Media Pembelajaran dalam pembinaan Tahfidzul Qur’an

No Aspek Yang Diamati Dilaksanakan Ya Tidak Ket

1

Guru menggunakan model-model pembelajaran yang berbeda setiap pembinaan tahfidzul Qur’an

Masih belum direalisasikan

2 Guru menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik

Sumber Data: Lembar Pengamatan peniliti 20 Juni 2019

Berdasarkan pernyataan dan tabel diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran lebih khususnya dalam pembinaan tahfidzul Qur’an, seorang guru menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa karena dengan adanya bantuan media tersebut akan mempermudah siswa dalam menghafalkan al-Qur’an. Misalnya seorang guru bisa menunjukkan video-video yang bisa membuat peserta didik tidak mengalami jenuh dalam proses pelaksanaan tahfidzul Qur’an.

Pada indikator yang kedua guru mengintegrasikan nilai-nilai agama pada pembinaan tahfidzul Qur’an. Hal ini diperjelas oleh hasil wawancara peneliti dengan guru PAI bahwa:

Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an saya sering menceritakan sebuah kisah tentang perjuangan para sahabat nabi mengenai bagaimana menjaga ayat-ayat al-Qur’an.Kisah tersebut saya ceritakan kepada mereka dengan tujuan mereka bisa lebih semangat lagi dalam menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an.62

62Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru.

Page 53: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap peserta didik lainnya bahwa:

Bentuk pengintegrasian nilai-nilai agama, guru biasanya menceritakan kisah-kisah yang menarik sebelum kami mulai menstrorkan hafalan. Dengan adanya cerita-cerita tersebut membuat kami menjadi termotivasi lagi untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an.63

Dari pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa pengintegrasian nilai-nilai agama sangatlah penting dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Pengintegrasian yang guru berikan sangat membantu peserta didik untuk lebih semangat lagi dalam menghafalkan al-Qur’an.

2. Berkolaborasi

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama yang dilakukan guru dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Guru harus bisa melakukan hubungan yang baik antar kepala Madrasah, guru, peserta didik serta orang tua. Dengan adanya kerjasama yang baik maka pembinaan tahfidzul Qur’an juga akan mendapatkan dukungan yang penuh dari mereka.

Dalam KMA berkolaborasi dibahas pada kompetensi 4 yakni: Berkolaborasi dengan seluruh unsur dilingkungan satuan pendidikan. Kemudian dijabarkan menjadi 2 indikator yang meliputi: Berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan warga Madrasah untuk mencapai tujuan sebagaimana tertuang dalam visi dan misi dan yang kedua, berperan aktif dalam membina hubungan silaturahmi dengan mengsinerkan seluruh warga sekolah serta terciptanya iklim satuan pendidikan yang Islami.

Kegiatan tahfidz guru berkolaborasi dengan semua unsur Madrasah. Dalam hal ini kolaborasi meliputi 2 indikator yakni berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan warga sekolah untuk mencapai tujuan pelaksanaan tahfidzul Qur’an dan Guru dapat berperan aktif dalam membina hubungan silaturahmi dengan mengsinergikan seluruh warga sekolah dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an.

63Ahmad Bin A. Nuna, Peserta didik kelas 4 MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019, diruang kelas peserta didik.

Page 54: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Bentuk kolaborasi atau kerjasama ini dapat dilihat dari penilaian kinerja guru pada kompetensi 4 yang ada satu point masih memperoleh skor rendah. Berikut peneliti sajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 6:

Penilaian Kinerja Guru Kompetensi 4: Berkolaborasi dengan seluruh unsur dilingkungan Satuan Pendidikan

No Indikator Skor 0 1 2

1

Guru berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan warga sekolah untuk mencapai tujuan sebagaimana tertuang dalam visi dan misi

2

Guru berperan aktif dalam membina hubungan silaturahmi dengan mengsinergikan seluruh warga sekolah serta terciptanya iklim satuan pendidikan yang Islami

Total skor kompetensi 4 3 Skor maksimum kompetensi 4= Jumlah indikator x 2

4

Sumber Data: Pengumpulan data dokumentasi peneliti 19 Juni 2019

Dari data diatas, peneliti menemukan bahwa bentuk kerjasama guru sudah memperoleh nilai baik. Namun bentuk silaturahmi masih kurang diterapkan oleh guru PAI. Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala Madrasah mengenai bagaimana bentuk kerjasama yang dilakukan oleh guru PAI.

Bentuk kerjasama yang dilakukan guru PAI dengan warga sekolah yakni dengan cara menyalurkan ilmunya kepada peserta didik dan orang tua, dengan orang tua guru meminta agar bisa mengawasi anak-anaknya dalam menghafal. Karena di sekolah peserta didik itu

Page 55: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

hanya 8 jam dengannya jadi di rumah sudah menjadi tanggung jawab penuh bagi orang tua mereka.64

Pernyataan diatas diperkuat oleh guru PAI bahwa:

Kerjasama yang kami lakukan yakni kami guru-guru di sekolah sering berkumpul untuk membahas bagaimana perencanaan-perencanaan tahfidzul Qur’an kedepannya.Akan tetapi selaku saya sendiri juga sangat membutuhkan kerjasama dari orang tua.Karena merekalah yang tahu bagaimana karakter anak mereka.Jadi merekalah yang sangat berperan untuk mendukung program tahfidz ini.65

Selain bentuk kerjasama diatas, peneliti menemukan bahwa dalam pembinaan tahfidzul Qur’an guru masih kurang membina hubungan silaturahmi dengan orang tua siswa, dikatakan oleh guru PAI bahwa:

Kami biasanya menghubungi orang tua siswa itu hanya melalui via whatsapp, jika ada anak yang mengalami kendala kami hanya mengingatkan orang tua siswa untuk selalu mengingatkan anak-anak mereka untuk menghafal al-Qur’an atau memurojaahnya dirumah.66

Dari pernyataan guru PAI diperkuat dengan wawancara peneliti bersama orang tua siswa bahwa:

Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an memang guru jarang sekali melakukan silaturahmi dengan kami, jika anak kami mengalami kendala dalam menghafal biasanya guru PAI atau pihak sekolah hanya menghubungi kami lewat Handphone atau di WAnya kami, tapi bagi saya itu tidak efektif karena tidak semua orang tua siswa yang mempunyai atau bisa mengotak-atik hp jadi orang tua yang tidak memliki hp akan kurang mendapatkan informasi mengenai anak-anak kami yang ada di sekolah.67

64Zulkifly A. Lasena, Kepala MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019, diruangan kepala Madrasah.

65Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru

66Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru. 67Hasniyanti Hasan, Orang tua peserta didik, Wawancara 22 Juni 2019, di rumah orang tua

peserta didik.

Page 56: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Dari pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembinaan tahfidzul Qur’an kerjasama itu sangatlah penting. Akan tetapi selain melakukan kerjasama, hubungan silaturahmi juga perlu dilakukan walaupun tidak setiap hari.Setidaknya ketika ada peserta didik yang mengalami kendala, bisa langsung guru beritahukan kepada orang tua mereka. Karena yang tahu sepenuhnya bagaimana keseharian peserta didik adalah orang tua.

3. Konsultasi

Konsultasi adalah menerima atau memberikan saran oleh seseorang kepada orang yang meminta solusi darinya. Konsultasi ini biasanya dilakukan oleh individu yang mengalami sebuah permasalahan.

Dalam KMA Konsultasi terdapat pada kompetensi 6 yakni: Melayani Konsultasi keagamaan dengan soial. Kemudian melahirkan 3 indikator penilaian meliputi: Pertama, Memfungsikan diri sebagai konselor keagamaan di Sekolah untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik melalui pendekatan keagamaan. Kedua, Memfungsikan diri sebagai konselor keagamaan di Sekolah untuk mengatasi masalah kependidikan dan sosial melalui pendekatan keagamaan.Ketiga, Bekerjasama dengan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah dalam menyusun program konseling

Dari keputusan KMA kemudian peneliti melihat dari data dokumentasi bagaimana 3 indikator tersebut dijabarkan dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an. Berikut jabaran kompetensi 6 dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an:

Pada pembinaan tahfidzul Qur’an konsultasi diwujudkan dalam penilaian kinerja guru yakni guru memfungsikan diri sebagai konselor untuk mengatasi masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an melalui pendekatan keagamanaan, guru memfungsikan diri sebagai konselor untuk mengatasi masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an melalui pendekatan keagamaan dan sosial serta guru bekerjasama dengan guru BK dalam menyusun program pembinaan tahfidzul Qur’an.

Untuk mengetahui bagaimana kinerja guru pada kompetensi 6. Berikut peneliti paparkan dalam bentuk tabel:

Page 57: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Tabel 7:

Penilaian Kinerja Guru Kompetensi 6: Melayani Konsultasi Keagamaan dengan Sosial

No Indikator Skor 0 1 2

1

Guru memfungsikan diri sebagai konselor untuk mengatasi masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an melalui pendekatan keagamanaan

2

Guru memfungsikan diri sebagai konselor untuk mengatasi masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an melalui pendekatan sosial

3

Guru bekerjasama dengan guru BK dalam menyusun program pembinaan tahfidzul Qur’an

Total skor kompetensi 6 5 Skor maksimum kompetensi 6 = Jumlah indikator x 2

6

Sumber Data: Pengumpulan data dokumentasi peneliti 19 Juni 2019

Dari hasil penilaian kompetensi kepemimpinan guru pada kompetensi 6. Terdapat 3 indikator yang dinilai.Namun hanya 2 indikator yang sudah baik dan hanya ada 1 indikator lagi yang belum maksimal. Peneliti kemudian melakukan wawancara bagaimana kompetensi yang sudah mendapatkan nilai baik. Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala Madrasah bahwa:

Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an guru memfungsikan dirinya sebagai konselor dengan cara guru memberikan contoh kepada peserta didik melalui pendekatan keagamaan. Seperti guru sudah menunjukkan kepribadian yang serta menjadikan dirinya sebagai tauladan bagi peserta didiknya. Karena menurut saya jika guru ingin

Page 58: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

menjadikan peserta didiknya baik bukan hanya memberikan teori akan tetapi juga dapat mencontohkannya kepada peserta didik68.

Demikian juga ungkapkan oleh guru PAI bahwa:

Bentuk pendekatan keagamaan dalam pembinaan tahfidzul Qur’an, saya biasanya sering memberikan adab-adab atau cara-cara bagaimana untuk menghafal Qur’an. Biasanya saya juga memberikan tata tertib kepada mereka. Melalui tata tertib tersebut jika ada yang melanggarkan maka saya akan memberinya hukuman tapi hukuman disini saya lakukan dengan cara mereka harus menstorkan ayat yang mereka hafal. Selain itu pada pendekatan sosial saya sering memberitahukan kepada mereka untuk selalu berbuat baik kepada teman-teman maupun siapa saja yang bergaul dengan mereka. Dan ketika ada peserta didik yang kelihatan kurang bersemangat dalam menghafal Qur’an, saya dekati dia dengan perlahan dan memintanya untuk mengatakan kepada saya, apa yang sebenarnya dia fikirkan atau kenapa dia tidak seperti hari biasanya. Berbagai pendekatan yang saya lakukan untuk tetap membuat peserta didik bisa nyaman dengan saya.69

Pernyataan diatas diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu peserta didik bahwa:

Bagi saya dalam diri guru sudah mampu membimbing dengan pendekatan keagamaan dan juga sosial. Karena ketika kami mengalami kendala dalam menghafal maka guru langsung mendekati dan menanyakan apa permasalahan yang kami hadapi saat ini. Guru sudah seperti orang tua kami yang senantiasa sabar menghadapi kami yang berbagai macam karakter dan bisa menenangkan kami seperti orang tua kami dirumah.70

Dari pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa guru PAI sudah bisa memfungsikan dirinya sebagai konselor dalam pembinaan tahfidzul

68Zulkifly A. Lasena, Kepala MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019, diruangan kepala Madrasah.

69Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru.

70Niswa.Peserta didik kelas 3 MI Imam Syafi’I Telaga, Wawancara 22 Juni 2019, dirumah peserta didik.

Page 59: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Qur’an. Tugas guru adalah membimbing peserta didiknya ketika mengalami masalah atau dalam kesulitan di lingkungan Madrasah. Karena guru adalah pengganti orang tua peserta didik ketika di Madrasah, maka sudah menjadi tanggungjawab guru segala sesuatu yang terjadi di Madrasah.

Peneliti juga melakukan pengamatan mengena bagaimana cara guru membimbing peserta didiknya dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Berikut data observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8:

Pelaksanaan Tahfidzul Qur’an

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Ket

1

Guru memperbaiki penyebutan huruf peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

2

Guru menerapkan hukum-hukum tajwid dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an

Sumber Data: Lembar Pengamatan peniliti 21 Juni 2019

Dari data diatas peneliti melihat bahwa guru sudah mampu memfungsikan dirinya sebagai konselor atau pembimbing dalam pembinaan tahfidzul Qur’an dengan cara menerapkan hukum-hukum tajwid dalam menghafal al-Qur’an.

Dengan guru membimbing peserta didik dengan penuh keikhlasan maka secara tidak langsung memberikan motivasi kepada peserta didik dalam menghafal. Jika guru membimbing dengan tidak ikhlas, semangat peserta didik juga akan menurun dan bahkan mereka sudah tidak mau lagi bertemu dengan guru tersebut. Oleh karena itu jadilah guru yang disenangi siswa ketika bersamanya. Kemampuan guru dalam membimbing peserta didik dapat menghasilkan kemampuan menghafal peserta didik yang baik. Berikut peneliti sajikan dalam bentuk tabel data kemampuan hafalan peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

Tabel 9:

Page 60: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Kemampuan Hafalan Peserta didik

No Nama Siswa Jumlah Hafalan

1 Niswa Rahmani L 2 Juz 2 Ayoemi Azzahra 2 Juz 3 Moh. Aditya 2 Juz 4 Rahmat Mooduto 2 Juz

5 Ahmad Bin A. Nuna 4 Juz 6 Tholhah Bin Sukarman 5 Juz 7 Sarah 5 Juz Setengah 8 Huzaifah 2 Juz 9 Atikah Kaning 2 Juz

Sumber Data: Pengumpulan data dokumentasi peneliti 19 Juni 2019

Dengan penyajian data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan peserta didik akan meningkat jika guru dengan penuh keikhalasan membimbing peserta didiknya dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI mengenai indikator yang ke-3. Guru PAI mengatakan bahwa:

Jujur di sekolah kami belum mempunyai guru BK, tahun kemarin ada bidang kemahasiswaan tapi itu tidak lama, karena guru yang ada di sekolah ini hanya sedikit jadi guru BK dan bidang kemahasiswaan belum diadakan. Jika ada peserta didik yang mengalami kendala, maka kami sendiri yang akan membimbingnya71

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti memberikan tanggapan bahwa ternyata yang membuat skor rendah pada indikator 3 adalah tidak adanya guru BK di Madrasah tersebut. Sehingga kurang tidak melakukan konsultasi kepada bidang BK akan tetapi guru langsung melakukan konsultasi dengan kepala Madrasah.

Untuk menerapkan kompetensi kepemimpinan guru PAI haruslah menerapkan semua kompetensi yang ada pada KMA 211 tahun 2011.

71Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru.

Page 61: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Namun dilihat dari penilaian kinerja guru bahwa ada 3 kompetensi yang perlu ditingkatkan lagi dalam kompetensi kepemimpinan guru PAI yakni bertanggung jawab, berkolaborasi dan selalu menjadikan dirinya sebagai konselor atau pembimbing untuk peserta didiknya.

2. Faktor Penunjang dan Penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an 1) Faktor Penunjang Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI

Seperti yang diketahui bahwa kompetensi kepemimpinan merupakan kemampuan yang harus ada dalam diri peserta didik, seperti bagaimana guru mengarahkan, memotivasi, menggerakkan, mempengaruhi serta dapat menjadi tauladan bagi peserta didiknya.

Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang kompetensi kepemimpinan guru PAI dapat dilihat dari hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Berikut hasil wawancara peneliti dengan guru PAI.

Faktor penunjang dalam kompetensi kepemimpinan adanya dukungan penuh dari unsur sekolah, dalam pembinaan tahfidzul Qur’an saya diberikan tanggugjawab sebagai koordinatornya. Dengan diberikan amanah ini maka dalam diri harus saya tanamkan rasa tanggungjawab penuh. Karena seorang pemimpin itu harus bisa mengerjakan segala apa yang diberikan tugas kepadanya.72

Berdasarkan data diatas, peneliti menilai bahwa salah satu

faktor yang mendukung kompetensi kepemimpinan guru PAI ialah adanya tanggungjawab terhadap amanah yang diberikan kepadanya. Karena sebagian orang merasa sangat teristimewa ketika diberikan amanah yang lebih dari tinggi dari orang-orang sekitarnya. Sehingganya mereka sudah tidak menghiraukan lagi bahwa dengan adanya amanah tersebut maka tanggungjawab yang diberikan kepadanya menjadi cambukan untuknya agar bisa menjalankan dengan baik. Sebagai seorang guru tanggungjawab merupakan sebuah keharusan yang harus dipikulnya dengan penuh rasa keikhlasan.

72Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru.

Page 62: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Adapun faktor pendukung lainnya dalam kompetensi kepemimpinan guru PAI diungkapkan olek bapak Zulkifly A. Lasena, mengatakan bahwa:

Dalam kompetensi kepemimpinan guru PAI yang menjadi faktor pendukungnya yakni dengan cara guru dapat melakukan kerjasama dengan semua unsur Madrasah, yah walaupun guru ini merupakan guru termudah dari semua guru disini, tapi kemampuannya dalam berinteraksi atau berperan aktif dalam sekolah ini saya tidak ragukan lagi. Guru PAI sangat cekatan untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang saya berikan kepadanya. Disamping guru PAI sudah mampu bekerjasama dengan unsur Madrasah, dalam pembinaan tahfidzul Qur’an saya lihat dari kinerjanya dia sudah mampu membimbing peserta didik dalam menghafal.73

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam diri seorang guru juga harus ditanamkan rasa solidaritas yang tinggi, karena dari situ kemampuan guru dalam bekerjasama itu akan selalu ada. Selain bentuk kerjasama seorang guru juga harus mampu membimbing peserta didiknya, Karena tugas guru itu bukanlah menjadi pendidik saja akan tetapi juga bisa menjadi pembimbing untuk peserta didiknya. Gurulah sebagi pengganti orang tua peserta didik ketika berada dilingkungan sekolah.

2) Faktor Penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI

Selain faktor penunjang kompetensi kepemimpinan guru PAI ada juga faktor penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI.Setiap suatu pekerjaan atau tugas pasti tidak ada yang berjalan tanpa adanya hambatan.Akan tetapi dengan adanya hambatan tersebut maka itu adalah salah satu tantangan yang harus dilalui oleh seorang guru.

Berikut faktor penghambat yang peneliti temui melalui wawancara dengan kepala Madrasah:

73Zulkifly A. Lasena, Kepala MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019, diruangan kepala Madrasah.

Page 63: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Bagi saya setiap pekerjaan pasti tetap mengalami hambatan, baik itu hambatan dari dalam guru PAI atau hambatan yang ada dari luar dirinya. Seperti membangun kerjasama dengan orang. Terkadang ada orang tua yang acuh tak acuh dengan anaknya yang ada di Madrasah. Mereka sudah memberikan hak sepenuhkan kepada kami, seolah-olah kamilah yang sangat berperan. Tetapi tidak begitu, anak itu akan menjadi baik di madarasah juga harus ada pengawasan dari orang tua mereka.74

Pernyataan diatas diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru PAI, bahwa:

Dalam menerapkan kompetensi kepemimpinan tentunya dari diri saya pribadi tetap mengalami hambatan, contohnya dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an. Walaupun saya sudah berusaha semaksimal mungkin memposisikan diri saya sebagai pembimbing bagi mereka. Akan tetapi ada juga peserta didik yang susah diatur, sehingganya saya harus berusaha semaksimal mungkin untuk terus menjadikan diri saya sebagai guru yang bisa mengatasi permasalahan-permasalahan peserta didik. Karena bagi saya hambatan itu merupakan suatu tantangan untuk menjalankan tanggung jawab sebagai pendidik dan pembimbing. Dan tanpa adanya kerjasama dari unsur-unsur sekolah maka saya tidak akan mampu menjalankan program ini dengan baik.75

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap tanggung jawab atau amanah yang diberikan kepada seseorang lebih khususnya guru PAI pasti akan mengalami yang namanya hambatan-hambatan. Untuk itu patutlah sebagai seorang guru atau pembimbing bagi peserta didik, membutuhkan yang namanya kerjasama dari semua pihak. Agar apa yang kita usahakan dapat terwujud sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat mencapai keberhasilan didalam

74Zulkifly A. Lasena, Kepala MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 21 Juni 2019, diruangan kepala madrasah.

75Sa’adah Husnia, Guru PAI MI Imam Syafi’i Telaga, Wawancara 20 Juni 2019, diruangan guru.

Page 64: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

menjadikan peserta didik yang mampu dalam hal pendidikan utamanya dalam mensukseskan sebuah program yang ada di Madrasah tersebut.

Page 65: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka peneliti mengemukakan

beberapa kesimpulan berdasarkan permasalahan yang ada dirumusan masalah adalah:

1. Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI dalam Pembinaan Tahfidzul Qur’an

Kompetensi kepemimpinan guru PAI dilihat dari penilaian kinerja guru sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana guru mampu bertanggung jawab secara penuh dalam pembinaan tahfidzul Qur’an, mampu berkolaborasi dengan seluruh unsur dilungkungan satuan pendidikan dalam pembinaan tahfidzul Qur’an serta guru sudah mampu melayani konsultasi keagamaan dan sosial dan pembinaan tahfidzul Qur’an. Dari ketiga aspek tersebut masih ada beberapa indikator yang perlu ditingkatkan yakni guru masih belum menggunakan media pembelajaran dalam pembinaan tahfidzul Qur’an, belum pernah melakukan hubungan silaturahmi dengan orang tua peserta didik dan belum melakukan kerjasama dengan guru bimbingan konseling dalam pembinaan tahfidzul Qur’an. Akan tetapi alasan guru tidak melakukan kerjasama dengan guru BK karena di madrasah tersebut memang belum mempunyai guru Bimbingan Konseling (BK).

2. Faktor penunjang dan penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an.

Faktor penunjang yakni guru harus memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam memegang suatu amanah, memiliki jiwa kerjasama dan mampu mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik ke hal-hal yang positif yaitu bisa mengarahkan peserta didik dalam menunjang tugas tambahan yang diamanahkan kepada guru PAI yakni pelaksanaan program tahfidzul Qur’an di MI Imam Syafi’i Telaga. Sedangkan faktor penghambatnya yakni adanya sikap acuh tak acuh sehingga mengakibatkan kurang partsisipasi dan kerjasama antar unsur sekolah baik itu kepala madrasah, guru PAI, peserta didik dan orang tua. Serta adanya peserta didik yang hanya lebih suka bermain dalam pelaksanaan tahfidzul Qur’an.

Page 66: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

B. Saran 1. Bagi kepada Madrasah, sangatlah berperan aktif untuk mengontrol

semua unsur-unsur yang ada dilingkungan Madrasah lebih khususnya guru PAI. Karena tanpa bimbingan dan arahan dari kepala Madrasah maka kompetensi kepemimpinan guru tidak dapat diterapkan secara matang dalam diri seorang guru PAI.

2. Kepada guru PAI, dari hasil temuan yang peneliti lakukan, seharusnya seorang guru PAI lebih meningkatkan lagi indikator-indikator yang ada dalam aspek penilaian kinerja guru.

3. Untuk peserta didik, dalam kompetensi kepemimpinan guru PAI. Peserta didiklah yang menjadi objek dalam menunjang terwujudnya atau terlaksananya kompetensi yang ingin dicapai. Oleh karena itu sebagai seorang pelajar patutlah memberikan partisipasi dan kerjasama didalam membantu guru dapat melaksanakannya sesuai dengan apa yang diinginkan.

4. Untuk orang tua juga merupakan faktor yang dapat mendorong anak-anaknya dalam meningkatkan kompetensi kepemimpinan guru PAI. Oleh karena itu orang tua harus selalu mengawasi anak-anaknya selama di rumah khususnya selalu memberikan motivasi kepada anak-anaknya untuk rajin menghafal al-Qur’an.

Page 67: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 68: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Al-Qattan Khalil Manna’, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011.

Anwar Rosihon, Ulum Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Bawani,Imam. Metodologi Penelitian Pendidikan Islam,Sidoarjo: Khazanah Ilmu Sidoarjo. 2016.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group. 2007.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo. 2006.

Getteng, Abd. Rahman.Menuju Guru Profesional dan Beretika, Yogyakarta: Grha Guru. 2012.

Ghautsani Yahya, Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an, Waringinrejo Cemani Solo: Al-Kamil, 2014.

Hamalik, Oeamar. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2001.

Janawi.Kompetensi Guru:Citra Guru Profesional, Bandung: Alfabeta. 2012.

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: RajaGrafido Persada. 2008.

Keputusan Menteri Agama (KMA).nomor 211 tahun 2011.

Maleong, Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2017.

Margono.Metodelogi Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.

Mario dan Supriyanto, Triyo.Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: PT Refika Aditama. 2008.

Page 69: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Martono, Nanang. Metode Penelitian kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Mulyasa E.Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007.

Padli, Moh dan Supriyanto, Triyo.Sosiologi Pendidikan, Malang: Uin Malang Press. 2010.

Pido, Siti Asiah. Kinerja Guru Tersertifikasi, Gorontalo: Sultan Amai Press. 2015.

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 16 Tahun 2010

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.

Priatna, Nanang dan Sukamto, Tito.Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.

Sa’dulloh, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2012.

Sagala Syaiful.Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta, 2008.

Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah: Upaya Mngembangkan PAI dan Teori ke Aksi, Malang: Uin Malik Press. 2010.

Saud, Udin Syaifuddin.Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta. 2010.

Soebahar, Abd. Halim.Matriks Pendidikan Islam, Yogyakarta: Putaka Marwa. 2009.

Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2005.

Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. 2010.

Suharsaputra, Uhar. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama. 2016.

Page 70: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Suharso dan Retnoningsih, Ana.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: Widya Karya. 2014.

Sukardjo dan Komarudin, Ukim.Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Pers. 2013.

Supriyanto Eko, dkk.Inovasi Pendidikan, Isu-isu Baru Pembelajaran, Manajemen dan Sistem Pendidikan, Surakarta: Muhammadiyah Universty Press. 2009.

Undang-undang RepublikIndonesia No. 14 tahun 2005.Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika. 2008.

Usman Husain.Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008.

Wahab, Abdul dan Umiarso.Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.

Wahjosumidjo.Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya.Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

Wiyana, Novan Ardy dan Barnawi.Ilmu Pendidikan Islam, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.

Zakaria Abu Imam, Syaraf bin Yahya, Ann-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al-Qur’an, Solo: Al-Qowam, 2014

Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo. 2015.

Page 71: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

B. Website

http://Sistempendidikannegara.blogspot.co.id/2013/01/sistem-pendidikan-dan problematika.html?m= Diakses pada tanggal 30 Januari 2018 pukul 09.00 Wita

http://bagusbudhiarta.blogspot.co.id/2012/09/upaya-mengatasi-permasalahan-guru-di_7.html?m=1 Diakses pada tanggal 30 Januari 2018 Pukul 10.00 Wita

http://digilib.uin-suka.ac.id-bab I,V dan Daftar Pustaka, diakses pada tanggal 30 Januaru 2018

http://digilib.uin-suka.ac.id/16062/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%PUSTAKA.Pdf, Diakses pada tanggal 02 Februari 2018 pukul 11.00 Wita

http://digilib.uin-suka.ac.id/13553/1/BABI,BABIV,DAFTARPUSTAKA.Pdf Diakses pada tanggal 02 Februari 2018 pukul 11.30 Wta

http://digilib.uin-suka.ac.id/21716/2/12410105 BAB-1 IV- atauV DAFTAR-PUSTAKA.pdf Diakses pada tanggal 02 Februari 2018 Pukul 12.30 Wita

https://www.matrapendidikan.com/2015/01/tugas-tambahan-guru-di-sekolah.html, diakses pada tanggal 06 Februari 2018 pukul 08.00 Wita

www.jejakpendidikan.com/2016/11/jenis-kegiatan-ekstrakurikuler.html?m=1 Diakses pada tanggal 06 Februari 2018 pada pukul 08.00 Wita

KMA Nomor 16 tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah dalam Pasal 1 ayat 7 http://pendis.kemenag.go.id. Diakses pada tanggal 01 Februari 2018 pukul 19.00 Wita.

Page 72: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 1

INSTRUMEN DOKUMENTASI

Data yang diobservasi terdiri atas: Data yang memuat tentang

kondisi obyektif lokasi penelitian terdiri dari:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah MI Imam Syafi’i Telaga b. Visi Misi dan Tujuan MI Imam Syafi’i Telaga c. Data Mengenai Keadaan Guru d. Data Mengenai Keadaan Siswa e. Data Mengenai Keadaan Sarana dan Prasarana

2. Data mengenai penilaian kinerja Kompetensi Kepemimpinan guru PAI

3. Data mengenai SK tugas Tambahan Guru 4. Data mengenai program pembinaan tahfidzul Qur’an 5. Data mengenai nilai/daftar kemampuan hafalan masing-masing

siswa

Page 73: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 2

INSTRUMEN WAWANCARA

Untuk Kepala Madrasah

1. Bagaimana bentuk tanggung jawab guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

2. Apakah guru PAI menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik pada pembinaan tahfidzul Qur’an?

3. Bagaimana bentuk kolaborasi atau kerjasama guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

4. Apakah guru mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

5. Bagaimana cara guru PAI berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan warga Madrasah dalam pembinaan tahfidzul Qur’an yang telah diprogramkan?

6. Apakah guru PAI mengalami kendala dalam membangun kerjasama dengan warga Madrasah dalam pembinaan tahfidzul Qur’an yang telah diprogramkan?

7. Bagaimana cara guru PAI mengsinergikan seluruh warga Madrasah untuk menjalankan program tahfidzul Qur’an?

8. Bagaimana cara guru PAI untuk mengfungsikan dirinya sebagai konselor untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

9. Apa saja kendala guru PAI dalam mengfungsikan dirinya sebagai konselor untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

10. Apakah guru PAI bekerjasama dengan guru BK dalam menyusun program tahfidzul Qur’an?

11. Apa saja faktor penunjang kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

12. Apa saja faktor penghambat kompetensi kepemimpinan guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

Page 74: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Untuk Guru PAI

1. Bagaimana bentuk tanggungjawab ibu dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

2. Apakah ibu menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik pada pembinaan tahfidzul Qur’an?

3. Bagaimana bentuk kolaborasi atau kerjasama yang ibu lakukan dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

4. Apakah ibu mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

5. Bagaimana cara ibu berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan warga Madrasah dalam pembinaan tahfidzul Qur’an yang telah diprogramkan?

6. Apakah ibu mengalami kendala dalam membangun kerjasama dengan warga Madrasah dalam pembinaan tahfidzul Qur’an yang telah diprogramkan?

7. Bagaimana cara ibu mengsinergikan seluruh warga Madrasah untuk menjalankan program tahfidzul Qur’an?

8. Bagaimana cara ibu mengfungsikan diri sebagai konselor untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

9. Apa saja kendala ibu dalam mengfungsikan diri sebagai konselor untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

10. Apakah ibu bekerjasama dengan guru BK dalam menyusun program tahfidzul Qur’an?

11. Apa saja faktor penunjang kompetensi kepemimpinan ibu dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

12. Apa saja faktor penghambat kompetensi kepemimpinan ibu dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

Untuk Peserta Didik

1. Bagaimana menurut anda bentuk tanggung jawab guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembinaan tahfidzul Qur’an yang dilakukan oleh guru PAI?

3. Apakah guru PAI melakukan kerjasama dengan orang tua anda dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

Page 75: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

4. Apakah guru PAI pernah membina hubungan silaturahmi dengan orang tua anda?

5. Bagaimana cara guru membimbing anda saat anda mengalami masalah dalam pembinaan tahfidzul Qur’an?

6. Apakah guru pernah menghukum anda ketika tidak bisa menghafal? 7. Apakah anda menerapkan segala arahan-arahan yang diberikan

guru PAI dalam pembinaan tahfidzul Qur’an? 8. Apakah guru sering memberikan motivasi kepada kalian selama

pembinaan tahfidzul Qur’an

Untuk Orang Tua

1. Apakah guru PAI pernah melakukan silaturahmi dengan anda? 2. Apakah guru PAI pernah melakukan kerjasama dengan anda dalam

pembinaan tahfidzul Qur’an? 3. Apakah bentuk kerjasama tersebut?

Page 76: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 3

INSTRUMEN PENGAMATAN

A. Kompetensi Kepemimpinan Guru PAI

No Aspek Yang Diamati Observasi Ya Tidak

1 Guru memiliki sifat tanggungjawab dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

2 Guru menggunakan model-model pembelajaran yang berbeda setiap pembinaan tahfidzul Qur’an

√ 3 Guru menggunakan media

pembelajaran yang kreatif dan menarik

√ 4 Guru melakukan kerjasama

dengan unsur-unsur Madrasah

5 Guru membina hubungan silaturahmi dengan guru-guru yang di Madrasah

6 Guru sering mengunjungi rumah orang tua peserta didik

7 Guru melakukan konsultusi pada orang tua siswa

8 Guru mampu memberikan contoh yang baik dengan cara sering menyapa lebih dahulu dengan warga sekolah

9 Guru berperan aktif disetiap kegiatan Madrasah

10 Guru selalu mengerjakan tugas kewajibannya tepat waktu

Page 77: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

B. Pembinaan Tahfidzul Qur’an

No Aspek Yang Diamati Observasi Ya Tidak

1 Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

2 Guru menggunakan metode-metode menghafal Qur’an sesuai dengan metode yang telah ditetapkan oleh Madrasah

3 Metode yang digunakan oleh guru sangat membantu peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

4 Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an guru memberitahukan kepada peserta didik mengenai manfaat menghafal Qur’an

5 Guru belum menggunakan media yang kreatif dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

6 Guru memperbaiki penyebutan huruf peserta didik dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

7 Guru menerapkan hukum-hukum tajwid dalam pembinaan tahfidzul Qur’an

8 Peserta didik mampu menghafalkan Al-Qur’an sesuai yang ditentukan oleh guru

9 Dalam pembinaan tahfidzul Qur’an peserta didik ada

Page 78: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

yang cuman sibuk dengan mainannya

Page 79: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 4

PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 16 TAHUN 2010

e. Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengamalan ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama.

f. Kemampuan mengorganisasi potensi unsur sekolah secara sistematis untuk mendukung pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah.

g. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah, serta

h. Kemampuan menjaga, mengendalikan dan mengarahkan pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Page 80: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 5

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA NOMOR 211 TAHUN 2011

7. Bertanggung jawab secara penuh dalam pembelajaran PAI disatuan pendidikan.

8. Mengorganisir lingkungan satuan pendidikan demi terwujudnya budaya yang Islami.

9. Mengambil inisiatif dalam mengembangkan potensi satuan pendidikan.

10. Berkolaborasi dengan seluruh unsur dilingkungan satuan pendidikan. 11. Berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dilingkungan

satuan pendidikan. 12. Melayani konsultasi keagamaan dengan sosial

Page 81: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 6

DAFTAR INFORMAN

No

Nama Informan

Jabatan

Tanda Tangan

1

Zulkifly A. Lasena, S.Pd

Kepala Madrasah

2

Sa’adah Husnia

Guru PAI

3

Niswa

Peserta Didik Kelas 5

4

Atika Kaning

Peserta Didik Kelas 5

5

Ahmad Bin A. Nuna

Peseta Didik Kelas 6

6

Huzaifah

Peserta Didik Kelas 6

7

Moh. Aditya

Peserta Didik kelas 5

8

Hasniyanti Hasan

Orang Tua

Page 82: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

9

Riyanti Abas

Orang Tua

Page 83: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 7

SK Pembagian Tugas Guru

Page 84: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 85: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 86: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 87: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampran 8

Page 88: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 89: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 90: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.
Page 91: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 9

PROGRAM TAHFIDZUL QUR’AN

1. Penyetoran hafalan dengan Metode Sabaq 2. Penyetoran Murojaah dengan metode Sabqi dan Manzil. 3. Pengulangan hafalan dan murojaah dengan sistem sabaq dan manzil

yang disesuikan dengan guru yang bersangkutan. 4. Pengujian hafalan disesuaikan dengan guru yang bersangkutan 5. Penerapan sistem reword 6. Pemberian Iqob

Page 92: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 10

DAFTAR KEMAMPUAN HAFALAN MASING-MASING SISWA

No Nama Peserta Didik Jumlah Hafalan

1 Niswa Rahmani L 2 Juz 2 AyoemiAzzahra 2 Juz 3 Moh. Aditya 2 Juz 4 Rahmat Mooduto 2 Juz 5 Ahmad Bin A. Nuna 4 Juz 6 Tholhah Bin Sukarman 5 Juz 7 Sarah 5 Juz Setengah 8 Huzaifah 2 Juz 9 Atikah Kaning 2 Juz

Page 93: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 11

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

Page 94: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 12

Surat Penelitian

Page 95: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 13

Surat Balasan Sekolah

Page 96: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Lampiran 14

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kondisi Lingkungan Sekolah

Gambar 2. Wawancara Dengan Kepala Madrasah

Page 97: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Gambar 3. Wawancara dengan Guru PAI

Gambar 4. Wawancara dengan Peserta Didik

Page 98: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Gambar 5. Wawancara dengan Peserta Didik

Gambar 6. Wawancara dengan Peserta Didik

Page 99: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

Gambar 7. Wawancara dengan Peserta Didik

Gambar 8. Wawancara dengan Orang Tua Peserta Didik

Page 100: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.

RIWAYAT HIDUP

Nurmin Taha, lahir di Padengo, 05 November 1995. Anak pertama dari bapak Djafar Taha dan Ibu Martin Usman. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 04 Dengilo pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTs Alkhairaat Paguat pada tahun tahun 2009 dan selesai pada tahun 2012, setelah itu melanjutkan pendidikan Sekolah Menegah Atas di MA Alkhairaat Tilamuta pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis menyelesaikan kuliah Strata Satu (S1) pada tahun 2019. Dalam aktifis organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan pernah menjabat sebagai wakil Ketua Pengurus Organisasi Ma’had Al-Jami’ah pada tahun 2017, Bendahara di Lembaga Dakwah Kampus pada tahun 2017-2018, Bendahara di Himpunan Mahasiswa Jurusan PAI pada tahun 2018 dan tetap menjabat sebagai bendahara di Komunitas Buku dan Film Islami Wilayah Gorontalo.

Page 101: MOTTO DAN PERSEMBAHANpai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU...2012), h. 49. 5Oeamar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 127. tersebut.