022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

116
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua, mulai dari usia dini sampai jenjang pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai 1

Transcript of 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Page 1: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan

berkualitas sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang

menunjang penyelenggaraan pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan

yang berkualitas berlaku untuk semua, mulai dari usia dini sampai jenjang

pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua

pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena

itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai tahun Ajaran 2006-2007

di Indonesia telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 atau

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan diberlakukan KTSP ini

secara bertahap, membuktikan bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah

mengalami pergantian.

Pengembangan kurikulum ini tentu saja perlu di imbangi dengan

pengembangan perangkat kerja lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran

yang kondusif. Untuk itu guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat ketika

peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar seperti yang di inginkan,

1

Page 2: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

untuk itu guru harus memiliki kemampuan mengembangkan model - model

pembelajaran yang efektif, sehingga hasil pembelajaran dapat di tingkatkan.

Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan

ajar yang harus dihafal, pendidikan kita tidak diarahkan untuk membangun dan

mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki, dengan kata lain, proses

pendidikan kita tidak pernah diarahkan maslah hidup, serta tidak diarahkan untuk

membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi ; otak

anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan

kehidupan sehari – hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah,

mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.

Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan,

tetapi kegiatan itu tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu.

Artinya seorang pengajar harus mempunyai tujuan dalam kegiatan pengajarannya,

karena itu setiap pengajar menginginkan pengajarannya diterima sejelas – jelasnya

oleh para peserta didiknya. Menurut Sagala (2010:173) Untuk mengerti suatu hal

dalam diri seseorang terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses belajar

melalui model – model mengajar yang sesuai dengan;kebutuhan proses belajar itu

dengan baik, pengajar harus mengetahui bagaimana model dan proses

2

Page 3: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

pembelajaran itu berlangsung. Selama ini metode yang sangat dominan digunakan

dalam proses belajar mengajar adalah ceramah dan pemberian tugas. Sangat

jarang dijumpai guru menggunakan model pembelajaran yang aktif dan kreatif.

Teori perkembangan mental Piaget yang biasa juga disebut teori

perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif bahwa setiap tahap

perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam

mengkonstruksi ilmu pengetahuan, (Ahmadi, dkk, 2011:42-43).

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk

membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2)

strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)

taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran (Sudrajat:17.10)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah definisi dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan model pembelajaran?

2. Apa sajakah macam-macam pendekatan pembelajaran itu?

3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran itu?

3

Page 4: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

1.3 TUJUAN

Berdasarkan atas pokok permasalahan diatas , maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran, strategi

pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan model

pembelajaran.

2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran.

3. Untuk mengetahui macam-macam model-model pembelajaran.

4

Page 5: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK

DAN MODEL PEMBELAJARAN.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) Pendekatan pembelajaran; (2)

strategi pembelajaran; (3) metode pembelajran; (4) Teknik pembelajran; (5)

Taktik pembelajaran; dan (6) Model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran

dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadai, menginspirasi, menguatkan,

danmelatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Istilah

pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang

sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran

yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

Kemp (dalam Sanjaya:2006:126) menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru

dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi

pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan secara bersama – sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of

activities designed to achieves a particular educational goal (rencana, metode,

atau serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu) (J. R. David dalam Sanjaya 2006:126). Jadi, dengan demikian strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan

dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,

5

Page 6: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan

demikian, penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai

fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas

yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam

implementasi suatu strategi.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan metode pembelajaran. Misalnya, untuk

melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus

metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya, strategi

berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk

mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan

melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation

achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”

(Wina Senjaya (2008). Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat

digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1)

ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)

pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan

sebagainya.

Sedangkan Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang

digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural,

yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang

bersifat implementasi. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing –

masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.

Sedangkan menurut beberapa ahli yang telah diuraikan terdahulu bahwa strategi

pembelajaran harus mengandung penjelasan arti yang lebih luas dari metode dan

teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari

strategi pembelajaran.

6

Page 7: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah cara – cara yang akan digunakan oleh

pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses

pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi

dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang

dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya

pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara

yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa

yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis

akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah

siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu

digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan

kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti

teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai

istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau

pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan secara

bergantian, walaupun pada dasarnya istilah – istilah tersebut memiliki perbedaan

satu dengan yang lain.

Gerlach dan Ely dalam (Hamzah, 2007:2) menyatakan bahwa Teknik

pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik

adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan

kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai

Apabila antara pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran

sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang

disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan

7

Page 8: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat –

perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku- buku, film, komputer,

kurikulum, dan lain – lain (Joyce dalam Ahmadi, dkk, 2011:8). Selanjutnya Joyce

menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam

mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga

tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto, dkk (dalam Ahmadi, dkk, 2011: 8) mengemukakan

bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.

2.2. MACAM-MACAM PENDEKATAN BESERTA MODEL

PEMBELAJARAN

Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk

memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode

pembelajaran yang efektif (Mulyasa 2008:95). Hal ini penting terutama untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru

melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan

metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Sedikitnya terdapat lima

pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan

baik yaitu : Pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan

lingkungan, pendekatan kontekstual, dan pendekatan tematik. (Mulyasa 2008:95-

96).

2.2.1. PENDEKATAN KOMPETENSI

Mulyasa (2008:96) mengatakan bahwa ”Kompetensi menunjuk kepada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan

latihan, kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat

8

Page 9: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar”. Kay (1997)

mengemukakan bahwa ”Competency based education, an approach to instruction

that aims to teach each student the basic knowledge, skill, attitudes, and values

essential to competence” (Pendidikan berbasis kompetensi, pendekatan untuk

instruksi yang bertujuan untuk mengajar setiap siswa pengetahuan dasar,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai penting untuk kompetensi). Kompetensi selalu

dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa”

dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada

perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek aspek

pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap serta tahap – tahap pelaksanaannya

secara utuh.

Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan

pendekatan kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok

ke arah pembelajaran individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas

(master learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah

suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem

pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang

baik dari seluruh bahan yang diberikan. Landasan teoritis ketiga bagi

perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunan

kembali definisi bakat.

Implikasi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut, Pertama,

pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun

dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan

peserta didik. Dalam hal ini misalnya tugas diberikan secara individu, bukan

secara kelompok. Kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif,

dengan metode dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta

didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan. Ketiga,dalam

pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian

tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas

belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di sekolah tidak mencukupi,

9

Page 10: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas – tugas yang

diberikan di luar kelas.

Dalam kaitannya dengan pengembangan pembelajaran berdasarkan

pendekatan kompetensi, Ashan (1981) mengemukakan tiga hal yang perlu

diperhatikan, yaitu menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, mengembangkan

strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi.

Evaluasi dilakukan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar

(behavioral outcomes) dengan respon peserta didik yang dapat diberikan

berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar. Sejalan dengan uraian diatas

Sukmadinata (1983) mengemukakan tiga tahap yang dilakukan guru dalam proses

pembelajaran.yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan kompetensi yaitu :

2.2.1.1. Model Pembelajaran Mandiri

Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri

Kemandirian dalam belajar ini menurut Wedemeyer (dalam Rusman

2011:353) perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka mempunyai

tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan dalam

mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan sendiri. Belajar mandiri

bukan berarti balajar sendiri (Panen, 1997). Belajar mandiri bukan merupakan

usaha untuk mengasingkan peserta didik dari teman belajarnya dan dari

guru/instrukturnya. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah

peningkatan kemampuan dan ketrampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa

bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada

guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Teman dalam

proses belajar mandiri itu sangat penting. Kalau menghadapi kesulitan, peserta

didik seringkali lebih mudah atau lebih berani bertanya kepada teman daripada

kepada guru/instruktur.teman sangat penting, karena dapat menadi mitra dalam

belajar bersama dan berdiskusi.

10

Page 11: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Kemandirian Peserta Didik dan Keberhasilan

Tingkat kemandirian peserta didik berkaitan erat dengan pemilihan program:

1. Apakah memilih program yang kesempatannya untuk berdialog

tinggi dan kurang terstruktur

2. Program yang kurang memberikan kesempatan berdialog dan

sangat terstruktur.

Bahan Belajar Mandiri

Jenis-jenis bahan belajar mandiri di antaranya adalah :

1. Modul, yaitu suatu paket progam yang disusun dalam bentuk

satuan tertentu dan didesain semakin rupa guna kepentingan belajar

siswa.Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru,lembar

kegiatan siswa,lembar kerja siswa,kunci lembar kerja,lembar tes,dan kunci

lembaran tes

2. Bahan Pembelajaran Berprogam, yaitu paket progam

pembelajaran individual,hampir sama dengan modul.Perbedaanya dengan

modul,Bahan Pembelajaran Berprogam ini disusun dalam topik-topik kecil

untuk setiap bingkai atau halamanya.Satu bingkai biasanya berisi informasi

yang merupakan bahan pembelajaran,pertanyaan bingkai lain.

3. Digital Content berbasis web, yaitu bahan pembelajaran online

dalam bentuk pembelajaran individual yang dapat diakses oleh siswa,baik

dalam bentuk tugas pembelajaran mandiri maupun sumber-sumber belajar

lainya yang dikemas dalam bentuk digital content

Kesimpulan

Model pembelajaran mandiri yang diterapkan secara penuh memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berperan dalam menentukan

tujuan,memilih isi pelajaran,dan cara mempelajarinya.Bahkan peserta didik juga

diberi kesempatan untuk ikut menentukan cara dan kriteria

evaluasinya,Namun,dalam praktik tidak seluruh kemandirian itu diterapkan.

2.2.2 Pendekatan Keterampilan Proses

11

Page 12: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Mulyasa (2008:99) mengemukakan bahwa ”Pendekatan keterampilan proses

merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar,

aktivitas dan kreativitas peserta ddik dalam memperoleh pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari –

hari. Dalam pengertian tersebut, termasuk di antaranya keterlibatan fisik, mental,

dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu

tujuan”.

Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses antara lain :

kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur,

mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan,

mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk

menghasilkan suatu karya.

Kemampuan – kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam

kegiatan pembelajaran berikut :

a. Kemampuan bertanya

b. Kemampuan melakukan pengamatan

c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan

d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi

e. Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman

secara langsung

f. Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian

g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai

dalam suatu situasi baru

h. Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian

Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap

peserta didik memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal,

mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, tugas

guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dengan menciptakan

lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara

optimal.

12

Page 13: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan

hal – hal sebagai berikut :

Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar

Pendayagunaan potensi yang dimiliki peserta didik

Suasana kelas

Bimbingan dan motivasi guru

Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan keterampilan proses yaitu

2.2.2.1. Model pembelajaran menggunakan Metode Eksperimen

Sagala ( 2010: 220) mengemukakan bahwa Eksperimen adalah percobaan

untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat

dilakukan pada laboratorium atau diluar laboratorium. Dalam proses pembelajaran

siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,

mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan

menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu.

Peran guru dalam pembelajaran eksperimen sangat penting, khususnya berkaitan

dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan

dalam memaknai kegiatan eksperimen tersebut.

Kebaikan-kebaikan eksperimen:

Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan hasil percobaan sendiri

Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang

sains, teknologi, suatu sikap ilmuwan.

Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau

kejadian.

Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan

realistis.

Mengembangkan sikap berpikir ilmiah

Kelemahan-kelemahan eksperimen:

Pelaksanaan pembelajaran eksperimen sering memerlukan berbagai

fasilitas peralatan dan bahan yang tidak mudah diperoleh dan murah.

13

Page 14: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.

Sangat menuntut penguasaan pengembangan materi, fasilitas peralatan.

2.2.3 Pendekatan Lingkungan

Menurut Mulyasa (2008:101) Pendekatan lingkungan merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta

didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini

berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika

apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaidah bagi

lingkungannya.

Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan

faidah lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada

hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang

diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi

lingkungannya. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan

lingkungan peserta didik misalnya di lingkungan petani, tema yang berkaitan

dengan pertanian akan memberikan makna yang lebih mendalam bagi para peserta

didik. Demikian halnya dilingkungan pantai, tema tentang kehidupan pantai akan

sangat menarik minat dan perhatian peserta didik.

Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan

pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa – apa yang ada

di lingkungan sekolah, baik lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

Dalam pada itu peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui

kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang

dihadapi.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan

dua cara :

a. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal

ini bisa dilakukan denga metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan

lain – lain.

14

Page 15: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

b. Membawa sumber – sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk

kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti nara

sumber, bisa juga sumber tiruan seperti model dan gambar.

c. Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan

menentukan cara – cara yang tepat untuk mendayagunakannya dalam

kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan lingkungan yaitu:

2.2.3.1. Model Pembelajaran Alam Sekitar

Perintis model pembelajaran ini adalah Fr. Finger (1808-1888) diJerman

dengan “heimatkunde” (pengajaran alam sekitar), dan J.Ligthart (1859-1916) di

Belanda dengan “Het Volle Leven” (kehidupan senyatanya). Dalam model

pembelajaran ini alam sekitar sebagai fundamental pendidikan dan pengajaran

memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan

terhadap segala sesuatu yang dibebrikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan

diambil dari alam sekitar. Mengacu pada konsep pendidikan alam sekitar

Tirtarahardja dan Sula (dalam Sagala, 2010:180) berpendapat bahwa beberapa

tahun terakhir telah ditetapkan adanya materi pelajaran muatan lokal dalam

kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan kurikulum muatan lokal

tersebut diharapkan anak semakin dekat dengan alam sekitar dan masyarakat,

sehingga dimungkinkan anak akan lebih menghargai, mencintai dan melestarikan

lingkungan alam sekitar sebagai sumber kehidupannya.

Prinsip-prinsip J.Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan “Het Volle

Leven” (kehidupan senyatanya)

Anak harus mengetahui bendanya terlebih daluhu sebelum mendengar

namanya.

Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran

selanjutnya.

Harus diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya, agar siswa paham

akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya.

15

Page 16: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

2.2.4 Pendekatan Tematik (Thematic Approach)

Menurut Mulyasa (2008: 104) Pendekatan Tematik (Thematic Approach)

merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yag digunakan dalam

implementasi kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak – Kanak dan Raudhatul

Athfal (TK dan RA), serta pada kelas rendah di Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidayah (SD dan MI).

Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk

mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang

mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan

tematik sering juga disebut pendekatan terpadu (integrated). Perlunya pendekatan

tematik pada pembelajaran yang mempunyai korelasi tinggi ialah kenyataan

bahwa ”Dunia nyata” itu menujukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta

didik ternyata lebih baik bila belajar menghubung – huungkan berbagai faktor

yang ada.

Pendekatan tematik bertujuan :

a. Membentuk pribadi yang harmonis dan sanggup bertindak dalam menghadapi

berbagai situasi yang memerluka keterampilan pribadi.

b. Menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan peserta didik.

c. Memperbaiki dan mengatasi kelemahan – kelemahan yang terdapat pada

metode mengajar hafalan.

Pelaksanaan pendekatan tematik secara optimal perlu ditunjang oleh

kondisi sekolah sebagai berikut :

a. Guru mesti berpartisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tanggung jawab

untuk menyukseskan tujuan tim

b. Guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan program

pembelajaran tematis pada jadwal yang telah ditentukan.

c. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan tematik harus

tersedia, baik lingkungan sekolah maupun berupa pinjaman dari luar.

d. Pelaksanaan pendekatan tematik harus ada dalam struktur sekolah, sehingga

guru dapat menggunakan berbagai sarana sekolah yang diperlukan.

16

Page 17: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seorang guru, jadi semua bahan

ajar menjadi tanggung jawabnya. Dapat pula dilaksanakan beberapa orang guru

secara kolektif, namun harus dilandasi dengan kelancaran komunikasi, semangat

kerjasama, dan mengadakan koordinasi yang baik di antara mereka. Tema yang

dipilih hendaknya diangkat dari lingkungan kehidupan peserta didik, agar

pembelajaran menjadi hidup dan tidak kaku.

Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan Tematik sama dengan

judulnya yaitu :

2.2.4.1. Model Pembelajaran Tematik

Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran

untuk anak tingkat Sekolah dasar kelas rendah, yaitu kelas 1, 2, dan 3 adalah

pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema (Rusman, 2011: 249). Tema

meupakan wadah atau wahana untuk mengenal konsep materi kepada anak didik

secara menyeluruh.

2..4.1.1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Berdasarkan paduan KTSP, pengelolaan kegiatan pembelajaran pada kelas

awal Sekolah Dasar dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar pembiasaan

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tematik dan

diorganbisasikan sepenuhnya oleh sekolah / madrasah. Tema-tema yang bisa

dikembangkan di kelas awal Sekolah Dasar mengacu kepada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum mengembangkan tema

dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan

dikembangkan.

2. Dimulai dari lingkungan yang terdekat dari lingkungan anak (expending

community approach).

3. Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana

menuju yang kompleks, dari hal yang kongkret menuju yang abstrak.

KTSP merupakan kurikulum, operasional yang berbasis kompetensi

sebagai hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian yang mendalam dari kurikulum

yang telah berlaku beserta pelaksanaannya. Dalam kurikulum ini diharapakan

17

Page 18: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

dapat membantu mempersisapkan peserta didik menghadapi tantangan-tantangan

di masa depan. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam KTSP

diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam

kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidak pastian , dan

kerumitan dalam kehidupan. Kuruikulum ini ditunjukkan untuk menciptakan

lulusan yang kompeten dan cerdas dalam membangun integritas social, serta

membudidayakan dan memwujudkan karakter nasional.

2..4.1.2. Pengertian Pembelajaran Tematik

Menurut Rusman (2011: 254) Model pembelajaran tematik adalah model

pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan

beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami

konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari

suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan

memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok

pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Poerwadarminta,

1983). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep

dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep-

konsep dari mata pelajaran lainnya.

Dengan adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan pengembangan berbagai

kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.

3. Pemahaman terhadap materi m\pembelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata

pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5. siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas.

18

Page 19: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

2..4.1.3. Landasan Pembelajaran Tematik

Secara filosofis , kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi

oleh tiga aliran filsafat berikut:

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan

pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana

alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa.

Aliran Konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci

dalam pembelajaran.

Aliran Humanisme melihat siswa dari segi keunikan/ kekhasannya, potensi

, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan Pesikologis terutama berkaitan dengan psikologi

perkembangan peserta didik dan pesikologi belajar. Pesikologi perkembangan

diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang

diberikan kepada siswa agar tingkat kelulusan dan kedalamannya sesuai dengan

tahap perkembangan peserta didik.

Landasan Yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan

yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Dalam UU

No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak

berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9).

2.4.1.4. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik

memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

Berpusat pada siswa

Hal ini sesuai dengan pendekatan beajar modern yang lebih banyak

menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak

berperan sebagai fasilitator.

Memberikan pengalaman langsung

Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang

nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

19

Page 20: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi

tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-

tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat

memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini daperlukan untuk

membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari.

Bersifat fleksibel

Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajarandengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa

dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Menggunakan prinsip belajar sambil bernain dan menyenangkan.

2.4.1.5. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang harus diperhatikan guru

adalah sebagai berikut.

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan

2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester

3. Kompetentensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk

dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara

mandiri.

4. kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap

diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan

berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.

20

Page 21: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa,minat,

lingkungan, dan daerah setempat.

2.4.1.6. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik

Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh

mata pelajaran pada kelas I, II, dan III Sekolah Dasar, yaitu pada mata pelajaran

pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,

pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan

ketrampilan, Pendidikan Jasmani, dan Olahraga

2.4.1.7. Implementasi Pembelajaran Tematik

Keberhasilan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh

pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa.

Dalam merancang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan

dua cara.

Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu

yang akan di ajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan

kompetensi dasar pada mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-

tema tersebut.

Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa

mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema

pemersatu. dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah

mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat pada masing-masing

mata pelajaran.

Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu :

Menetapkan Mata Pelajaran yang akan Dipadukan

Mempelajari Kompetensi dasar dan Indikator dari Mata Pelajaran yang

akan Dipadukan

Memilih dan Menetapkan Tema/Topik Pemersatu

21

Page 22: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Membuat Matriks atau Bagan Hubungan Kompetensi Dasar dan

Tema/Topik Pemersatu.

Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik

Penyusunan Rencana Pembelajaran Tematik

Adapun tambahan beberapa macam pendekatan pembelajaran yang

digunakan pada kegiatan belajar mengajar Menurut Idaha riyanti

(http://idahariyanti.student.fkip.uns.ac.id.diakses 30-03-2011:19.30 ). Antara lain :

2.2.5 Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat

Yager (dalam http://www.papantulisku.com. diakses 30-03-2011:18.46)

mendefinisikan STS (Science Technology Society) atau IPA Teknologi

Masyarakat sebagai belajar dan mengajar mengenai IPA/teknologi dalam

konteks pengalaman manusia. Dengan mengutip dari NSTA (National Science

Teachers Association). Sedangkan National Science Teachers Association

(NSTA) (1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science

in the context of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran

yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan

ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan

konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM

dikemukakan oleh PENN STATE (2006:1) bahwa STM merupakan an inter

disciplinary approach which reflects the widespread realization that in order to

meet the increasing demands of a technical society, education must integrate

acrossdisciplines (sebuah pendekatan antar disiplin yang mencerminkan realisasi

luas bahwa dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan masyarakat teknis,

pendidikan harus mengintegrasikan seluruh disiplin ilmu).

Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah

diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam

rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan

masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara

sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi

terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam

22

Page 23: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Pandangan tersebut senada

dengan pendapat NC State University (2006:1), bahwa STM merupakan an

interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways

that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such

factors shape science and technology (bidang disciplinery antar studi yang

berusaha untuk mengeksplorasi memahami banyak cara dan teknologi yang

scinence membentuk budaya, nilai, dan institusi, dan bagaimana faktor-faktor

seperti bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi). STM dengan demikian adalah

sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan

teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana

situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.

Hasil penelitian dari National Science Teacher Association (NSTA)

(dalam Poedjiadi, 2000) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan

menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika

dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan

aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.

Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang

diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah,

tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari,

yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah

(http://smacepiring.wordpress.com. diakses 30-03-2011:17.31).

Yager (dalam http://www.papantulisku.com. Diakses 30-03-2011: 18.50)

memberikan ciri-ciri khas pembelajaran dengan model STS sebagai berikut :

1. peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya

dan dampaknya,

2. menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan bahan)

untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan

masalah,

3. keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat

diterapkan untuk memecahkan masalah,

23

Page 24: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

4. penekanan pada keterampilan proses IPA, agar dapat digunakan oleh

peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan

5. sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.

Horsley, et.al, (dalam http://www.papantulisku.com. Diakses 30-03-2011:

18.59) mengemukakan bahwa pembelajaran ipa dan teknologi diperlukan agar

konsisten dengan cara-cara para ahli dalam melakukan penyelidikan yang bersifat

ilmiah dan teknologi. Model pembelajaran IPA dan teknologi melibatkan peserta

didik dalam kegiatan-kegiatan penyelidikan, mengkonstruksi makna yang mereka

temukan, mengajukan penjelasan dan solusi yang masih tentatif, menelusuri

kembali konsep-konsep,dan menilai konsep-konsep yang dijadikan rujukan.

Model pembelajaran IPA dan teknologi yang berorientasi pada konstrukstivisme

dengan model STS yang diajukan oleh Horsley, et.al, (1990:59), Carin (1997:74),

dan Yager (1992:15) meliputi empat tahap, yaitu tahap:

a. invitasi,

b. eksplorasi, penemuan, dan penciptaan,

c. pengajuan penjelasan dan solusi,

d. pengambilan tindakan.

24

Page 25: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Sintaks pembelajaran IPA dengan model STS menurut Carin (1997:74),

Horsley et.al, (1990:59), dan Yager (1992:15) tersebut diilustrasikan seperti pada

Gambar 3.3 berikut ini.

Sumber: Carin1997:74 dan Horsley, (1990:59)

Gambar 3.3 Bagan sintaks Pembelajaran IPA dan teknologi dengan model STS

Invitasi

Pada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau

menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui baik dari media cetak maupun

media elektronik yang berkaitan dengan topik yang merupakan hasil observasi.

Selanjutnya peserta didik merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya

dengan tetap mengaitkan kepada topik yang dibahas, peran Guru sangat

diperlukan untuk menghaluskan rumusan masalah yang diajukan peserta didik dan

mengacu kepada sumber belajar, bisa berupa LKS yang telah ada atau

25

Page 26: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

menyiapkan LKS yang baru. Guru dan peserta didik mengidentifikasi bersama

mengenai masalah atau pertanyaan dan jawaban sementara yang paling mungkin

dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan dan alokasi waktu

pembelajaran serta topik.

Eksplorasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan upaya

untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat dengan

mencari data dari berbagai sumber informasi (buku, koran, majalah, lingkungan,

nara sumber, instansi terkait, atau melakukan percobaan). Hasil yang diperoleh

peserta didik hendaknya berupa suatu hasil analisis dari data yang diperoleh.

Kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat mengacu kepada LKS yang telah ada

untuk topik tersebut atau dapat juga mengembangkan sendiri berdasarkan LKS

yang telah ada atau membuat LKS yang baru. Kegiatan peserta didik dapat

berlangsung di dalam kelas, halaman sekolah, atau di luar sekolah yang

diperkirakan memungkinkan dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan peserta didik

pada tahap ini di antaranya dapat berupa iuran pendapat, mencari informasi,

bereksperimen, mengobservasi fenomena khusus, mendesain model, dan

mendiskusikan pemecahan masalah.

Penjelasan dan Solusi

Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan

yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu model

penjelasan (baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh, dan

menentukan beberapa solusi. Guru membimbing peserta didik untuk memadukan

konsep yang dihasilkannya dengan konsep yang dianut oleh para ahli IPA. Peran

Guru hendaknya dapat menghaluskan atau meluruskan konsep peserta didik yang

keliru.

Penentuan tindakan

Pada tahap ini peserta didik diajak untuk membuat suatu keputusan dengan

mempertimbangkan penguasaan konsep IPA dan keterampilan yang dimiliki

untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam kedudukan peserta didik

sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat. Peserta didik juga diharapkan

26

Page 27: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

merumuskan pertanyaan lanjutan dengan ditemukannya suatu penjelasan terhadap

fenomena alam (konsep IPA), dan juga mengadakan pendekatan dengan berbagai

unsur untuk meminimalkan dampak negatif suatu hal atau yang merupakan

tindakan positif suatu masyarakat. Pengambilan tindakan ini di antaranya dapat

berupa kegiatan pengambilan keputusan, penerapan pengetahuan dan

keterampilan, membagi informasi dan gagasan,dan mengajukan pertanyaan baru.

2.2.6 Pendekatan Konstektual

Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna

dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya

sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi

target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan

masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan

daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran

yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar

siswa. (http://smacepiring.wordpress.com. Diakses 30-03-2011:20.20).

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,

guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara

mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak

hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya

(http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang

dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen,

2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan

kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di

lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-

benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan

lingkungan masyarakat luas.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam

mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang

bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas

27

Page 28: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan

bukan dari “apa kata guru.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk

mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk

mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah

yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan

sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga

mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6).

Lebih lanjut Schaible,Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172)

menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang

sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang

penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau

metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara

dalam mengatasi masalah.

Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan konstektual yaitu :

2.3.8 Model Kontekstual (Contextual Teaching and learning)

Elaine B.Johnson (dalam Rusman, 201:187) mengatakan pembelajaran

Kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-

pola yang mewujudkan makna. Pembelajaran kontekstual merupakan usaha untuk

membuat sisiwa aktif dalam memompa kemampuan diri, sebab siswa berusaha

mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan dunia nyata.

Melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi

pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep

yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada

upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari

apa yang dipelajarinya. Ciri khas CTL ditandai oleh tujuh omponen utama yaitu

1). Contructivism; 2) inquiry; 3) Questioning; 4) learning community; 5)

modelling; 6) reflection; dan 7) Authentic Assessment.

28

Page 29: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Adapun tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan guru

yitu:

1). Konstruktivisme.

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas. Manusia harus membangun pengetahuan itu

memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Pengalaman akan dirasakan

memiliki makna apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan

dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para siswa itu sendiri.

2). Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan inti dari CTL melalui upaya menemukan akan

memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan-

kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat,

seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

3). Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya, oleh karena itu

bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Melalui penerapan bertanya

pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran

yang lebih luas dan mendalam. Dengan bertanya maka: 1) dapat menggali

informasi, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon siswa, 4)

mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa, 5). Mengetahui hal-hal yang

diketahui siswa, 6). Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan siswa, dan 7).

menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

4). Masyarakat Belajar (learning community)

Maksudnya adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan

memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Ketika kita dan siswa

dibiasakan untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat

itu pula kita atau siswa mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari

komunitas lain.

5). Pemodelan (modeling)

Perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup

yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka

29

Page 30: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

ragam, telah berdampak pada keterbatasan kemampuan guru. Oleh karen itu maka

kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Karena dengan

segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami

hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu tahap pembuatan model dapat

dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar dapat membantu

mengatasi keterbatasan yang dimiliki guru.

6). Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja

dipelajari. Melalui model CTL pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan

dimiliki ketika seseorang siswa berada dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting

dari itu bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut keluar kelas yaitu pada

saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

7). Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir adalah melakukan penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan

berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk

terhadap pengalaman belajar siswa.

2.2.7 Pendekatan Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual.

Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba

(Suwarna,2005).

Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel

(1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)

kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan

secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan

pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran

terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.

30

Page 31: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur

kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan

atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang

akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini

dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang

boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali

sebagai penalaran atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep

dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan

pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993)

konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia

ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.

Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran

kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubung kaitkan

perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam

proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu

perkara.

Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999)

membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan

konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan

berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional.

Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis

(1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahwa pendekatan konstruktivisme

dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang

lebih tinggi dan signifikan.

Model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan Kontruktivisme

yaitu

2.2.7.1. Model kontruktivis

Model kontruktivisme yang dikemukankan Piaget memberi arahan pada

guru untuk membangkitkan kemampuan berpikir anak dalam belajar, adapun hal-

hal yang perlu diperhatikan adalah:

31

Page 32: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

a. Menyiapkan benda-benda nyata untuk digunakan siswa.

Dengan maksud: 1) adanya pengetahuan fisik diperoleh dengan berbuat

pada benda-benda, dan melihat bagaiman benda-benda itu bereaksi. Misal:

untuk mengetahui apakah sebuah bola yang dibuat dari tanah liat dapat

terapung ditanah, anak harus berbuat sesuai pada benda-benda itu.

2). siswa harus bekerja dengan benda-benda , bahwa inilah satu-satunya

cara mereka belajar logika, matematika kenyataan. Bukan dengan cara

belajar kata-kata namun para siswa menjadi lebih berpikir mengenai alam

nyata.

b. Memperhatikan empat cara berbuat terhadap benda-benda.

1. Melihat bagaimana benda-benda bereaksi

2. Berbuat terhadap benda-benda untuk menghasilkan suatu efek

yang diinginkan

3. Menjadi sadar bagaimana seorang menghasilkan efek.

4. Menjelaskan.

c. Memperkenalkan kegiatan

Kegiatan-kegiatan itu mungkin menarik bagi siswa tetapi jangan

dipaksakan pada mereka, para siswa hendaknya mempunyai kebebasan

untuk mengikuti perhatian mereka sendiri, oleh karena itu hanya akan

dapat berkembang bila siiwa itu terlibat langsung dalam pembelajaran.

d. Menciptakan pertanyaan, masalah dan pemecahannya

Dewasa ini para pendiidk dianjurkan menciptakan masalah-masalah dan

pengajuan pertanyaan-pertanyaan, dan siswa mencoba menajwab

pertanyaan-pertanyaan atau memecahkan masalah-masalah mereka. Hal

tersebut akan menjadikan siswa termotivasi dalam berfikir.

e. Saling berinteraksi

Menurut piaget, pertukaran gagasan-gasan tidak dapat dihindari untuk

perkembangan penalaran. Walupun penalaran tidak dapat diajarkan secara

langsung, tetapi perkembanganya dapat distimulasi oleh teman-teman

setingkatnya.

32

Page 33: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

f. Hindari istilah teknis dan tekankan berpikir

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bahasa dapat memperjelas dan

memperkaya gagasan-gagasan bila para siswa sudah tingkat

perkembangan yang tinggi. Tetapi, kerap kali kata-kata dan istilah teknis

merintangi berpikir, oleh karena itu guru hendaknya dapat membangkitkan

gagasan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikr siswa.

g. Memperkenalkan kembali materi kegiatan.

Alasanya anak-anak memperoleh pengetahuan dengan cara-cara yang

berbeda dari cara orang dewasa.

2.2.8. PENDEKATAN EKSPOSITORI

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan

penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditemukan oleh guru. Hakekat menurut

pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa

dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Komunikasi

yang digunakan dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu

arah. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan

kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan grafik, dan lain-lain.

Pendekatan ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru

lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep,

mendemosntrasikan ketrampilan dalam memperoleh pola, memberi contoh soal

dan guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

Model pembelajaran yang dipakai dalam pendekatan ekspositori yaitu :

2.2.8.1. Direct instruction ( pengajaran langsung)

Suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam

menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemontrasikan

pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada sisswa secara

langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan,

maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.

33

Page 34: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Landasan Teoritik

Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi

perilaku dan teori belajar sosial khususnya tentang pemodelan

Tujuan Hasil belajar siswa

Sebagian besar tugas guru ialah membantu siswa memperoleh

pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan

sesuatu, misalnya bagaimana cara menggunakan neraca lengan dan bagaimana

melakukan eksperimen. Guru juga membantu siswa untuk memahami

pengetahuan deklaratif,yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat di ungkapakan

dengan kata-kata).

Langkah –langkah pengajaran langsung

1. Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran

pentingnya pelajaran ini, mempersiapkan siswa untuk belajar.

2. Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

3. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

4. Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan

baik, memberi umpan balik.

5. Guru mmempersiapakan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan,

dengan perhatian khusus padqa penerapan kepada situasi lebih

kompleks dak kehidupan sehari-hari.

Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan

siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama

melalui: memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab)yang

terencana. Ini berarti pembelajaran tidak bersifat otoriter, dingin, dan tanpa

humor. Ini berarti lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi

agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

34

Page 35: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

2.2.9 PENDEKATAN KOOPERATIF

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar

adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan

menstraformasikan informasi yang kompleks. Menurut Slavin (dalam Rusman,

2010:201), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif

dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan

ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah

konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu

mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan

membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta

(Kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses

pembelajaran. Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada

pembelajaran siswa yang dihadapkan masalah – masalah kompleks untuk dicari

solusinya, selanjutnya menemukan bagian – bagian yang lebih sederhana atau

keterampilan yang diharapkan. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama

dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Ratna dalam

Rusman, 2010:201).

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai

fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang

lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan

pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam

pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

langsung dalam menerapkan ide – ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi

siswa untuk menemukan dan menerapkan ide – ide mereka sendiri.

Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah

proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok – kelompok belajar dengan

kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual.

Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan

disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif

35

Page 36: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

dimana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada

peristiwa tersebut.

Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses

pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan

adalah adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan

siswa, dan siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya

komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan

kreativitas yang diharapkan.

Berkaitan dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis

menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan

kelompok belajar. Dengan kelompok belajar memberikan kesempatan kepada

siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan

siswa kepada teman akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas

bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

2.2.9.1 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas,

yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi

(Nurulhayati dalam Rusman, 2010:203). Dalam sistem belajar yang kooperatif,

siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa

memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan

membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam

sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

36

Page 37: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Tom V. Savage (1987:217) mengemukakan bahwa cooperatif learning

adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam

kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan

pembelajaran kelompok yang dilakukan asal – asalan. Dalam pembelajaran

kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa

dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan

sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Cooperatif Learning adalah teknik pengelompokkan yang didalamnya

siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang

umumnya terdiri dari 4 – 5 orang. Belajar Cooperatif adalah pemanfaatan

kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama

untuk memaksimalkan belajar mereka dan anggota lainnya dalam kelompok

tersebut (Johnson dalam Rusman, 2010:204)

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi

pembelajaran kooperatif, yakni : (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2)

adanya aturan main dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok,

(4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan

atas : (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3)

perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli

pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

Slavin (dalam Rusman, 2010:205-206) dinyatakan bahwa : (1) penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus

dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan

menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi

kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan

37

Page 38: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut,

strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni : (1) Cooperative test

atau tugas kerja sama dan (2) Cooperative incentive structure, atau struktur

intensif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang

menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang

telah diberikan. Sedangkan struktur intensif kerja sama merupakan sesuatu hal

yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka

mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya

upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak penyerta,

yaitu sikap toleransi dan mengahrgai pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila : (1) guru

menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual, (2)

guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin

menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru

menhendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki

kemampuan siswa dalam memecahkan berabagai permasalahan (Sanjaya dalam

Rusman, 2010:206).

2.2.9.2 KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga

adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama

inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

Karakteristik atau ciri – ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan

sebagai berikut :

38

Page 39: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

1. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pemebelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi yaitu : (a) fungsi manajemen

sebagai perencanaan pelaksanaan, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, (c)

fungsi manajemen sebagai kontrol

3. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan

dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran

kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk

mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

2.2.9.3 PROSEDUR PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Prosedur atau langkah – langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya

terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Penjelasan Materi : tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok – pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap

ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar Kelompok : tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan

materi, siswa bekerja dlam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian : penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui

tes atau kuis.

39

Page 40: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

4. Pengakuan Tim : penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim

paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.

2.2.9.4 MODEL – MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Adapun beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif,

walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis –

jenis model tersebut adalah sebagai berikut :

2.2.9.4.1 Model Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot

Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung

jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus

siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. “Model

Pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan

pada kerja kelmpok siswa dalam bentuk kelompok kecil “ Rusman (2011:218).

Menurut Lie (dalam Rusman (2011:218) “Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw

ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan

siswa bekerja sama ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur

seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model

pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:

1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang

2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk

membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli

3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling

membantu untuk menguasai topik tersebut

4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke

kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan

kelompoknya

40

Page 41: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi

yang telah didiskusikan

6. Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota

kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar

dapat mengerjakan tes dengan baik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model

pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok

ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih

singkat

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

berbicara dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan/kekurangan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung

mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus

benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar

para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga

ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai

tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli

secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan

materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini

guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar

siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti

proses pembelajaran.

41

Page 42: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

2.2.9.4.2 Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Strategi belajar Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan

dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan

pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif Group

Investigation adalah kelompok dibentuk oleh sisiwa itu sendiri dengan

beranggotakan 2 – 6 anak, tiap kelompok bebas memilih subtopic dari

keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian

membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok

mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk

berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

Belajar kooperatif dengan teknik Group Investigation sangat cocok untuk

bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 1995a,

dalam Rusman, 2011:221) yang mengarah pada kegiatan penelitian, analisis, dan

sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatau masalah.

Implementasi stategi belajar Group Investigation meliputi:

1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok.

2. Guru bersama siswa merencanakan tugas-tugas belajar.

3. Melaksanakan investigasi ( siswa mencari informasi, menganalisis data,

dan membuat kesimpulan).

4. Menyiapkan laporan akhir.

5. Mempresentasikan laporan.

6. Evaluasi, para sisiwa berbagi informasi terhadap topik yang dikerjakan,

kerja yang telah dilakukan, pengalaman-pengalaman siswa.

Manfaat menggunakan model pembelajaran Group Investigation:

1. Pengembangan kreativitas siswa.

2. Dengan adanya pembagian tugas dan tanggungjawab, anak-anak belajar

bertanggungjawab.

3. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional

lebih penting dari pada yang rasional, misal; menumbuhkan jiwa sosial.

4. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memcahkan masalah.

42

Page 43: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

2.2.9.4.3 Model Student Teams Achievement Division (STAD)

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin Menurut Slavin (dalam Rusman: 2007) Dalam Student

Teams Achievement Division (STAD), siswa dibagi menjadi kelompok

beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan

sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisiwa-siswa didalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bias menguasai pelajaran

tersebut. Akhirnya semua sisiwa menjalani kuis perseorangan tentang materi

tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membnatu satu sma lain.

Metode Student Teams Achievement Division (STAD) tepat digunakan

untuk mengajarkan materi-materi Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Secara garis besar tahap-tahap

kooperatif tipe STAD dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap persiapan

Pada tahap ini, Guru mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran

termasuk lembar kerja peserta didik dan soal quiz serta menentukan metode

pembelajaran dan penyajian materi pada awal pembelajaran.Pembagian kelompok

diatur berdasarkan skor awal, masing-masing kelompok terdiri dari 4–6 orang

dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Guru

menjelaskan bahwa tugas utama kelompok adalah membantu anggota untuk

menguasai materi dan mempersiapkan quiz serta setiap anggota hendaknya

berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan

berpengaruh besar terhadap kelompok.

Tahap Penyajian Materi

Sebelum pembelajaran, Guru menginformasikan kepada peserta didik tujuan

yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi

dilakukan secara klasikal. Dalam menyajikan materi pelajaran, Guru

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

43

Page 44: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari

peserta didik dalam kelompok.

menekankan kepada peserta didik bahwa belajar adalah memahami makna

bukan hafalan

mengontrol pemahaman peserta didik sesering mungkin

memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu

pertanyaan.

Setelah peserta didik memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi

berikutnya.

Tahap kegiatan kelompok

Dalam tahap ini peserta didik mempelajari materi dan mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan Guru dalam LKS. Dalam kegiatan kelompok peserta didik

saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab

atas kelompoknya. Peran Guru dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator

kegiatan tiap kelompok

Tahap pelaksanaan tes individu

Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, peserta didik

diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah

dicapainya. Hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk

perolehan skor kelompok

Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes akhir. Berdasarkan skor awal, setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

2.2.9.4.4 Model Make a Match (Membuat Pasangan).

Metode Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis

dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna

Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan

sambil belajar mengenai konsep atau topik, dalam suasana menyenangkan

(Rusman, 2011:223).

44

Page 45: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Langkah-langkah:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi bebrapa konsep/topik yang

cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sis sebaliknya

berupa kartu jawabnnya)

2. Setiap siswa mendapat kartu dan mimikirkan jawaban atau soal dari kartu

yang dipegang.

3. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya

(kartu soal/kartu jawaban).

4. Siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi point.

5. Setelah babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat karu yang berbeda

dari sebelumnya, demikian seterusnya.

6. Kesimpulan.

2.2.9.4.5 Model TGT (Teams Games Tournaments)

Menurut Saco (dalam Rusman, 2011:224), dalam TGT siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim

mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang

dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok

(identitas kelompok mereka).

Permaianan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa misalnya akan mengambil sebuah

kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang

sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari

semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi

kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah

untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai

kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam

45

Page 46: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula

sebagai review materi pembelajaran.

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

sisiwa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang

sisiwa yang mempunyai kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang

berbeda. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada tiap kelompok.

Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

Apabila ada dari anggota kelompok yang lain tidak mengerti dengan tugas yang

diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk

memberikan jawaban atau menjelaskan. Menurut Slavin (dalam Rusman,

2011:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan

yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams),

permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team

recognition).Adapun cirri-ciri TGT sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil.

b. Games tournament.

c. Penghargaan kelompok.

Cara turnamen

a. Salah satu siswa mengocok kartu poin dan diletakkan di atas meja

turnamen

b. Setiap pemain mengambil satu kartu poin

c. Siswa yang mendapat kartu terbesar 1 menjadi reader 1, terbesar 2 menjadi

penantang 1, terbesar 3 menjadi penantang 2, dan terkecil menjadi reader 2.

d. Reader 1 mengocok kartu poin dan mengambil salah satu lalu disesuaikan

dengan karu soal, membaca soal sekaligus menjawab.

e. Penantang 1 setuju, tidak setuju atau pas terhadap jawaban reader 1, jika

tidak setuju, jawab yang lain dengan alasan, penantang 2 : penantang 1.

f. Reader 2 juga sebagai penantang 3 dan bertugas membuka kunci jawaban

dan memberikan kartu poin kepada pemain yang jawabanya benar. Jika

jawaban reader dan penantang betul semua maka reader 1 berkesempatan

46

Page 47: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

mendapat kartu poin, tetapi jika salah, kartu poin di kembalikan dan ditaruh

dipaling bawah.

g. Posisi kartu poin berputar sesuai jarum jam, sehingga terjadi perubahan

posisi reader1 menjadi reader2, reader 2 menjadi penantang 2, penantang 2

menjadi penantang 1, dan penantang 1 menjadi reader1.

h. Permainan dilanjutkan sampai kartu soal terjawab semua.

i. Reader 1 pada soal terakhir, mencatat jumlah kartu yang diperoleh masing-

masing-masing pemain pada teamnya.

Kelebihan TGT

Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

Proses belajar bmengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

Motifasi belajar lebih tinggi

Hasil belajar lebih baik

Kelemahan TGT

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen

dari segi akademis.

Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak.

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit

memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.

2.2.9.4.6 Model Role Playing

Model Role Playing disebut juga sosio drama, dalam proses pembelajaran

diharapkan para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan

perasaan-perasaan, dengan bermain peran diharapkan siswa terampil atau

menghayati dalam berbagai figur khayalan atau figure sesungguhnya dalam

berbagai situasi, dalam metode ini dapat melibatkan aspek-aspek kognitif dan

aspek afektif atas tokoh yang mereka perankan, role playing termasuk permainan

pendidikan yang dapat dipakai untuk menjelaskan peranan,sikap, tingkah laku dan

47

Page 48: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

nilai-nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir

orang lain.

Tujuan dan manfaat Role Playing menurut Shaftel

a. Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realitas

hidup.

b. Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana

akibatnya.

c. Untuk mempelajari indra dan rasa siswa terhadap sesuatu.

d. Sebagai penyalur ketegangan atau pelepas dan perasaan-perasaan.

e. Sebagai alat pendiagnosa keadaan kemampuan siswa.

Langkah-langkah metode Role Playing

1. Guru menyusun atau menyiapkan sekenario yang akan ditampilkan.

2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum

kegiatan belajar mengajar.

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotannya 5 orang.

4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

5. Memanggil para siswa yang sudah di tunjuk untuk melakukan skenario yang

sudah dipersiapkan.

6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil

memperhatikan mengamati skenario yang sedang di peragakan.

7. Setelah selesai di pentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai

lembar kerja untuk membahas.

8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.

9. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

10. Evaluasi.

11. Penutup.

2.2.9.4.7 Metode Think Pair and Share

Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari

Universitas Maryland dan mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan

diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan.

48

Page 49: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Metode Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa untuk berpikir dan

merespons serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru

saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca

suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara

lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah

dibaca. Guru tersebut memilih metode Think-Pair-Share daripada metode Tanya

jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer).

Lyman dan kawan-kawannya.

Menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir

sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

2. Langkah 2 – Bepasangan (Pairing): Selanjutnya guru meminta kepada siswa

untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.

Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu

pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu soal

khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau

5 menit untuk berpasangan.

3. Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada akhir ini guru meminta pasangan-

pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara

keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini

akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke

pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan

tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Model ini dirancang untuk

menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan

program pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki

oleh siswa.

Siswa dikelompokkan kedalam empat atau lima orang secara heterogen.

Setiap siswa mengerjakan unit-unit program matematika sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Artinya, dalam suatu tim bisa saja si A mngerjakan

unit 2, si B mengerjakan unit 5. para siswa mengikuti rangkaian kegiatan yang

49

Page 50: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

teratur, mulai dari membaca lembar pembelajaran, mengerjakan lembar kerja,

memeriksa apakah dia telah menguasai keterampilan dan mengikuti tes.

Anggota tim bekerja secara berpasangan, saling bertukar lembar jawaban

dan memeriksa pekerjaan temannya. Jika seorang siswa berhasil mencapai atau

melampaui skor 80, dia mengikuti final tes. Anggota tim bertanggung jawab

meyakinkan bahwa temannya telah siap mengikuti final tes. Baik tanggung jawab

individual dan penghargaan kelompok ada di dalam Think Pair Share ini. Setiap

minggu guru menjumlahkan banyaknya unit yang telah diselesaikan oleh semua

anggota tim dan memberikan sertifikat atau penghargaan lainnya kepada tim yang

memenuhi kriteria berdasarkan jumlah final tes yang berhasil dilampau.

50

Page 51: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi

paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

sosial. Upaya untuk menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan

formal hanyalah merupakan syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya

peningkatan kemampuan terus menerus (continuous improvement) merupakan

syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi Ada kecenderungan dewasa ini untuk

kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan

diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada

penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek

tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan

jangka panjang. Pendekatan, strategi, metode, teknik dan model-model

pembelajaran perlu dipahami dan diterapkan oleh para pendidik, guna

menciptakan pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) yang selanjutnya untuk mewujudkan makna pendidikan

nasional yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga peningkatan mutu pendidikan nasional

menjadi harga mati, oleh karena itu guru semakin dituntut untuk menggunakan

model pembelajaran yang dapat menarik  minat dan motivasi siswa.

51

Page 52: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

3.2. SARAN

Masa depan generasi penerus bangsa sebagian ada ditangan para pendidik,

untuk itu kami sebagai pendidik dan calon pendidik menyusun makalah ini dalam

rangak menambah pengetahuan. Dalam penulisan makalah ini penulis tentu

terdapat kekuarangan dan kelebihan, untuk itu saran dan kritik dari pembaca demi

kesempurnaan.makalah.ini.kami.harapkan.

52

Page 53: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. (2011). Paikem Gembrot Mengembangkan

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira

dan Berbobot. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

Mulyasa, Enco. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.

Alvabeta

Sanjaya Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.

http://idahariyanti.student.fkip.uns.ac.id/files/2009/12/SBM-TGL-7.docx.doc

2004. Hasil dari Modul Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill

SMA Jawa Timur. Jawa Timur.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/.

http://www.papantulisku.com/2010/04/model-pembelajarn-ipa teknologi_5715.html

http://imamahmadi.wordpress.com/2010/04/23/model-pembelajaran/

53

Page 54: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

BAB IV : Pertanyaan Kelompok Lain

Hari/tanggal Presentasi : Rabu, 16 April 2011

a. Moderator : Zeria

b. Penanya : 1. Munip

2. Yusuf

3. Rahayu

c. Penjawab : 1. Nur Affandi

2. Adi Kurniawan

3. Nunik Ekowati

d. Penyanggah : 1. Tri Pujianto

2. Nur Sholihah

e. Penyempurna : Dra. Sri Rahayu, S.Pd.,M.Pd.

A. PERTANYAAN

1. Munip

Bagaimanakah cara mengoptimalkan model pembeajaran dalam suatu

kelas yang karakteristiknya unik?

2. Yusuf

Praktekkan salah satu model pembelajaran yang saudara bahas untuk mata

pelajaran Matematika!

3. Rahayu

Bagaimanakah Teknik mengajarkan tematik secara utuh?

A. JAWAB

1. Nunik

54

Page 55: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Cara mengoptimalkan pembelajaran dalam suatu kelas yang

karakteristiknya unik adalah dengan menggunakan model apapun guru

harus menyampaikan aturan-aturan diawal pembelajaran, aturan tersebut

berasal dari siswa itu sendiri, apabila ada siswa yang melanggar aturan

tersebut, maka guru mengingatkan dan meminta anak untuk mematuhinya.

Sanggahan

a. Tri Pujianto

Biasanya anak-anak mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda,

bagaimana caranya, agar mereka mendapatkan kemampuan yang sama.

b. Nunik Ekowati

Guru membingbing anak yang kemapuannya masih kurang, tetapi tidak

mengabaikan anak yang berkemampuan sedang dan tinggi, selain itu guru

dapat melakukan pengajaran tambahan pada anak tersebut, bisa dengan

menambah jam belajar (15 menit) atau memberi PR.

Tambahan

Bu Yayuk

Menurut bu Yayuk solusi yang tepat adalah menggunakan modul.

2. Fandi

Mempraktekkan model kontruktivistik dalam menemukan luas jajaran

genjang dari penurunan persegi panjang

Adi mempraktekkan model Talking Stik

3. Adi

Mengacu pada implementasi pembelajaran Tematik. Dalam merancang

pembelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan dua cara:

55

Page 56: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu

yang akan di ajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan

kompetensi dasar pada mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan

tema-tema tersebut.

Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa

mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan

tema pemersatu. dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut

ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang

terdapat pada masing-masing mata pelajaran.

Sanggahan.

a. Nur Sahalihah

Pada kenyataanya tematik disekolah belum dilaksanakan secara utuh,

bagaimana agar guru dapat melakukan pembelajaran tematik secara utuh?

b. Nunik Ekowati

Apabila seorang guru paham dengan cara berpikir anak usia kelas 1, 2, 3

yakni pemikirannya masih global belum bisa dipisah-pisah, tentu guru

akan banyak-banyak belajar serta berusaha menerapkan pembelajaran

tematik secara utuh. Saat ini telah tersedia buku-buku pelajaran (buku

paket) Tematik, jadi guru bisa belajar dan mengajar dari buku tersebut,

dan selanjutnya guru menambahkan materi yang menunjang tema-tema

yang ada pada buku tersebut.

Tambahan

dari Bu Yayuk.

Idealnya kelas 1.2.3 menggunakan pembelajaran tematik.

Di Indonesia tema ditentukan oleh guru, siswa hanya pengikut/pelaksana.

Dalam pelaksanaannya sebelum mengajar guru menstimulasi anak tentang

tema yang akan dibahas. Misal: anak-anak ditelevisi melihat berita tentang

banjir atau bencana alam? selanjutnya guru menyampaikan tema umum

yakni lingkungan dan sub tema gejala alam.

Tetapi di luar negeri, tema ditentukan oleh anak.

Tematik ada 2 macam yakni tematik terpadu dan temaik tidak terpadu

56

Page 57: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran terpadu, guru harus menyusun jaring laba-laba

(spider web) yang mana disana terdapat tema umum, sub tema dan

indikator-indikator.

Pada kelas tinggi (4, 5, 6) juga bisa menggunakan tematik tetapi bisanya

terkendala pada guru, karen guru kelas tinggi adalah guru mata pelajaran,

mereka harus rajin untuk berkumpul bersama guru mata pelajaran lain

untuk menyusun jaring laba-laba (spider web).

57

Page 58: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

BAB V : Lampiran data dari Internet

Lampiran I

Data dari : (http://idahariyanti.student.fkip.uns.ac.id/files/2009/12/SBM-TGL-

7.docx.doc)

MACAM – MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada

kegiatan belajar mengajar, antara lain :

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar

lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam

lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan

memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan

materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan

masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran

lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk

merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip

membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar

siswa(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-

metode-pembelajaran/).

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

kontekstual,

guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara

mengaitkan

pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup

dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya

(http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa

yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen

Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa

dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam

58

Page 59: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan

aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari,

masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam

mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu

yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari

hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak

hanya untuk

mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga

untuk

mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan

masalah

yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi

dengan sesama

teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga

mengembangkan

ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut

Schaible,

Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa

pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya

dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian,

membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau

metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk

merancang cara dalam mengatasi masalah.

2. Pendekatan Konstruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan

kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi

59

Page 60: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak

dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).

Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan

Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik

Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang

membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara

pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran

terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina

sendiri oleh pelajar.

Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada

struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia

mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman

(1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur

kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai

accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh

berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali

sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-

konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu

berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich,

dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan

menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini

dikenali sebagai parcing.

Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses

pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan

menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang

sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan

pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.

Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999)

membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan

konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan

60

Page 61: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan

pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie

dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan

bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk

mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.

3. Pendekatan Deduktif – Induktif

a. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi

dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif

dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan

berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah

persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).

b. Pendekatan Induktif

Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi

adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk

memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan

data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi

dilingkungan.

Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional

adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-

teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik

dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan

kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit

memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak

mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan

pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau

pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan

penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new

learning involves transfer of information based on previous learning”,

61

Page 62: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis

pembelajaran sebelumnya.

Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan

deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep.

Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan

pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan

beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk

menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.

Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran

pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh

pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,

pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek,

pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran

dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati

terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus,

atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep,

aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.

Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan

induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran

diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju

konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang

kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak

harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada

abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.

Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta

memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua

kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu

metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat

deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif.

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada

62

Page 63: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan

memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan

menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya

digunakan secara bergantian.

(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-

induktif-deduktif.html)

4. Pendekatan Konsep dan Proses

a. Pendekatan Konsep

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep

berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui

pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses

pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang

menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk

memahami konsep.

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-

metode-pembelajaran/).

b. Pendekatan Proses

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses

seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan

mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan

dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan

proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan

belajar.

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-

metode-pembelajaran/).

Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus

selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam

pendidikan. Pertama, proses

mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman

pribadi bagi

63

Page 64: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan

menjadi bagian

integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan

pengalaman

yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya

sendiri.

Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta

didik dalam

setiap proses pendidikan yang dialaminya

(http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).

5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat

National Science Teachers Association (NSTA)

(1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in

thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses

pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia.

Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan

kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam

kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN

STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach

whichreflects the widespread realization that in order to meet the

increasingdemands of a technical society, education must integrate

acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan

STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan

berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan

yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti

bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi

masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap

hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting

dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University

(2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that

64

Page 65: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology

shape culture, values, and institution, and how such factors shape science

and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan

merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial

mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.

Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA

) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan

menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika

dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek :

kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep

pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai

fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.

Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM

ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih

ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam

pemecahannya menggunakan langkah – langkah

(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-

metode-pembelajaran/).

Sumber :

Abdul Rahim Rashid. (1998). Ilmu Sejarah: Teori dan amalan dalam pengajaran

A

dan pembelajaran Sejarah. Kertas kerja yang dibentangkan dalam Simposium

Sejarah, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 30–31 Oktober.

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung:

Penerbit

Alfabeta.

Ausubel, D. P. (1963). The psychology of meaningful verbal learning. New York:

A

Grune & Stratton Inc.

65

Page 66: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Bybee, R. W. (1993). Leadership, responsibility and reform in science education.

B

Science Educator, 2,1–9.

Depdiknas. (2002). Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education, High-

Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.

Firdaus M Yunus. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-Y.B

Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-

pembelajaran/)

(http.//www.contextual.org.id)

(http://rochmad-unnes.blogspot.com/2008/01/penggunaan-pola-pikir-induktif-

deduktif.html)

(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-

pembelajaran/

(http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).

(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-

pembelajaran/).

IOWA State University. (2003). Incorporating Developmentally Appropriate

Learning Opportunities to Assess Impact of Life Skill Development.

Lifeskills4kids. (2000). Introduction & F.A.Q.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Lee, Kwuang-wu. 2000. English Teachers’ Barriers to the Use of Computer

assisted Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12,

December 2000. http:/www..aitech.ac.jp/~iteslj/

(Frequently Asked Questions). [email protected]

Suhandoyo (1993). Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui

Interaksi Positif dengan Lingkungan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.

Supriyadi. (1999). Buku Pegangan Perkuliahan Teknologi Pengajaran Fisika.

Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY

Suyoso. (2001). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta:

Trowbidge dan Byebee. (1986). Becoming a Secondary school science Teacher.

66

Page 67: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

London: Merill Publishing Company.

Utah State Board of Education. (2001). Life Skills. www.caseylifeskills.org

Rusmansyah.(2000). Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-

Masyarakat (STM) dalam pembelajaran Kimia di Kalimantan Selatan.

67

Page 68: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Lampiran II

http://imamahmadi.wordpress.com/2010/04/23/model-pembelajaran/

Model PembelajaranApril 23, 2010 — imamahmadi oleh: Akhmad SudrajatDalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,

metode dan teknik pembelajaran.4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan.Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

68

Page 69: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

69

Page 70: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka

70

Page 71: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

71

Page 72: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Lampiran III

http://www.papantulisku.com/2010/04/model-pembelajarn-ipa teknologi_5715.html

Yager (1992:20) mendefinisikan STS (Science Technology Society) atau IPA Teknologi Masyarakat sebagai belajar dan mengajar mengenai IPA/teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan mengutip dari NSTA (National Science Teachers Association) Yager memberikan ciri-ciri khas pembelajaran dengan model STS sebagai berikut :

1. peserta didik mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya,

2. menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahanbahan) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah,

3. keterlibatan peserta didik secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah,

4. penekanan pada keterampilan proses IPA, agar dapat digunakan oleh peserta didik dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan

5. sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.Horsley, et.al, (1990:59) mengemukakan bahwa pembelajaran ipa dan teknologi diperlukan agar konsisten dengan cara-cara para ahli dalam melakukan penyelidikan yang bersifat ilmiah dan teknologi. Model pembelajaran IPA dan teknologi melibatkan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan penyelidikan, mengkonstruksi makna yang mereka temukan, mengajukan penjelasan dan solusi yang masih tentatif, menelusuri kembali konsep-konsep,dan menilai konsep-konsep yang dijadikan rujukan. Model pembelajaran IPA dan teknologi yang berorientasi pada konstrukstivisme dengan model STS yang diajukan oleh Horsley, et.al, (1990:59), Carin (1997:74), dan Yager (1992:15) meliputi empat tahap, yaitu tahap:a. invitasi,b. eksplorasi, penemuan, dan penciptaan,c. pengajuan penjelasan dan solusi,d. pengambilan tindakan.PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKANSintaks pembelajaran IPA dengan model STS menurut Carin (1997:74), Horsley et.al, (1990:59), dan Yager (1992:15) tersebut diilustrasikan seperti pada Gambar 3.3 berikut ini.

72

Page 73: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

Sumber: Carin1997:74 dan Horsley, (1990:59)Gambar 3.3 Bagan sintaks Pembelajaran IPA dan teknologi dengan model STS

InvitasiPada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui baik dari media cetak maupun media elektronik yang berkaitan dengan topik yang merupakan hasil observasi. Selanjutnya peserta didik merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya dengan tetap mengaitkan kepada topik yang dibahas, peran Guru sangat diperlukan untuk menghaluskan rumusan masalah yang diajukan peserta didik dan mengacu kepada sumber belajar, bisa berupa LKS yang telah ada atau menyiapkan LKS yang baru. Guru dan peserta didik mengidentifikasi bersama mengenai masalah atau pertanyaan dan jawaban sementara yang paling mungkin dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan dan alokasi waktu pembelajaran serta topik.EksplorasiPada tahap ini kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan upaya untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat dengan mencari data dari berbagai sumber informasi (buku, koran, majalah, lingkungan, nara sumber, instansi terkait, atau melakukan percobaan). Hasil yang diperoleh peserta didik hendaknya berupa suatu hasil analisis dari data yang diperoleh. Kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat mengacu kepada LKS yang telah ada untuk topik tersebut atau dapat juga mengembangkan sendiri berdasarkan LKS yang telah ada atau membuat LKS yang baru. Kegiatan peserta didik dapat berlangsung di dalam kelas, halaman sekolah, atau di luar sekolah yang diperkirakan memungkinkan dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan peserta didik

73

Page 74: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

pada tahap ini di antaranya dapat berupa iur pendapat, mencari informasi, bereksperimen, mengobservasi fenomena khusus, mendesain model, dan mendiskusikan pemecahan masalah.Penjelasan dan SolusiPada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu model penjelasan (baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh, dan menentukan beberapa solusi. Guru membimbing peserta didik untuk memadukan konsep yang dihasilkannya dengan konsep yang dianut oleh para ahli IPA. Peran Guru hendaknya dapat menghaluskan atau meluruskan konsep peserta didik yang keliru.EATIF, EFEKTIF DAN Penentuan TindakanPada tahap ini peserta didik diajak untuk membuat suatu keputusan dengan mempertimbangkan penguasaan konsep IPA dan keterampilan yang dimiliki untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam kedudukan peserta didik sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat. Peserta didik juga diharapkan merumuskan pertanyaan lanjutan dengan ditemukannya suatu penjelasan terhadap fenomena alam (konsep IPA), dan juga mengadakan pendekatan dengan berbagai unsur untuk meminimalkan dampak negatif suatu hal atau yang merupakan tindakan positif suatu masyarakat. Pengambilan tindakan ini di antaranya dapat berupa kegiatan pengambilan keputusan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, membagi informasi dan gagasan,dan mengajukan pertanyaan baru.Model pembelajaran STS ini telah dikembangkan oleh Robert E. Yager et al untuk membantu Guru-Guru dalam mengajarkan IPA untuk mencapai lima tujuan utama. Tujuan-tujuan itu dikarakteristikkan sebagai "domain". Domain-domain itu meliputi domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap.Domain konsepDomain konsep memfokuskan pada muatan IPAnya. Domain ini meliputi fakta-fakta, prinsip, penjelasan-penjelasan, teori-teori dan hukum-hukum.Domain prosesDomain ini menekankan pada bagaimana proses memperoleh pengetahuan yang dilakukan oleh para saintis. Domain ini meliputi proses-proses yang sering disebut keterampilan proses IPA, yaitu sebagai berikut: mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menginfer, memprediksi, mengenali variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis, mengkomunikasikan, memberi definisi operasional, dan melaksanakan eksperimen.BELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DADomain AplikasiDomain ini menekankan pada penerapan konsep-konsep dan keterampilan keterampilan dalam memecahkan masalah sehari-hari, misalnya menggunakan proses-proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan

74

Page 75: 022. an Dan Macam Model Model Pembelajaran

sehari-hari, memahami dan menilai laporan media massa mengenai pengembangan pengetahuan, pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kesehatan pribadi, gizi, dan gaya hidup yang didasarkan atas pengetahuan/konsep-konsep IPA.Domain kreativitasDomain kreativitas terdiri atas interaksi yang komplek dari keterampilan-keterampilan dan proses –proses mental. Dalam konteks ini, kreativitas terdiri atas empat langkah, yaitu tantangan terhadap imajinasi,(melihat adanya tantangan), inkubasi, kreasi fisik, dan evaluasi.Domain SikapDomain ini meliputi pengembangan sikap-sikap positif terhadap IPA pada umumnya, kelas IPA, program IPA, kegunaan belajar IPA, dan Guru IPA, serta yang tidak kalah pentingnya adalah sikap positif terhadap diri sendiri.

75