007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

35
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat umum dimana seluruh kalangan masyarakat akan berinteraksi disana. Diantaranya seperti Rumah sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain. Rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter , perawat , dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien. Di tempat pelayanan kesehatan seperti itulah batasan antara laki-laki dan perempuan menurut islam akan dikesampingkan. Maksudnya dikesampingkan pada kalimat barusan adalah kaburnya hijab antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim ini. Dapat kita lihat di tempat pelayanan kesehatan bahwa baik dokter, perawat

Transcript of 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Page 1: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat umum dimana

seluruh kalangan masyarakat akan berinteraksi disana. Diantaranya seperti Rumah

sakit, Puskesmas, Klinik, dan lain-lain. Rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi

perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat ,

dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Beberapa pasien bisa hanya datang untuk

diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula

meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan

dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan

medis secara menyeluruh kepada pasien.

Di tempat pelayanan kesehatan seperti itulah batasan antara laki-laki dan

perempuan menurut islam akan dikesampingkan. Maksudnya dikesampingkan pada

kalimat barusan adalah kaburnya hijab antara laki-laki dan perempuan yang bukan

muhrim ini. Dapat kita lihat di tempat pelayanan kesehatan bahwa baik dokter,

perawat ataupun petugas pelayanan kesehatan lainnya akan melakukan berbagai

interaksi dengan pasien. Tindakan-tindakan tersebut merupakan serangkaian prosedur

yang mesti dijalani menurut profesi masing-masing. Diantaranya seperti dokter atau

perawat yang harus melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasiennya yang pastinya

harus menyentuh tubuh pasien, melakukan injeksi (suntikan) dibagian tertentu yang

kadang harus mmbuat pasien membuka pakaiannya. Tidak hanya itu, bahkan kadang

dokter atau perawat harus memegang alat vital dari kliennya untuk berbagi keperluan

seperti pada pemasangan kateter atau operasi pada bagian tersebut yang tidak jarang

bahwa petugas medis yang berlainan jenis kelaminlah yang melakukan tindakan

tersebut.

Page 2: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Sedangkan yang kita ketahui bahwa islam melarang hamba-hambaNya untuk

menjaga dirinya dari orang yang bukan muhrimnya. Selain itu juga dikuatkan oleh

sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Andaikan ditusukkan ke kepala

salah seorang diantara kalian dengan jarum besi, yang demikian itu lebih baik

daripada dia harus menyentuh wanita yang tidak diperbolehkan baginya". [Thabrani

dalam Kitab Al-Kabir, Bab XX No. 211 dengan isnad hasan]. Jadi sebenarnya

bagaimanakah pandangan islam mengenai fenomena yang ada di tempat pelayanan

kesehatan ini. Suatu kondisi yang sangat tidak mungkin untuk ditinggalkan sebab

keurgentannya.

I.2 Rumusan Masalah

a. Mengetahui perintah islam untuk menjaga diri dan hijabnya terhadap

non muhrim

b. Mengetahui fenomena yang ada di tempat pelayanan kesehatan saat ini

c. Mengetahui pandangan islam terhadap fenomena dalam dunia

kesehatan

d. Mengetahui Kode etik kedokteran dan sifat-sifat yang harus dimiliki

tenaga medis

I.3 Tujuan Permasalahan

Bagaimana sosok seorang tenaga medis dan para medis yang seharusnya agar

dalam menjalankan tugasnya tetap berjalan pada syariat agama Islam dan benar-benar

akan mendatang kan kemaslahatan bagi para pasien yang datang untuk berobat di

tempat pelayanan kesehatan tersebut. Serta bagaimana pula peran serta dari lembaga

berwenang kedokteran menyikapi aturan yang sesuai dengan syariat islam ini.

Page 3: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Perintah islam untuk menjaga diri dan hijabnya terhadap non

muhrim

Dienul Islam adalah sebuah agama yang mengatur segala seluk beluk yang

ada di kehidupan manusia dan semua ciptaan Allah. Adapun yang termasuk yang

dibahas adalah mengenai hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

lain. Di dalam agama ini diatur bagaimana hubungan antar seorang wanita dan laki-

laki selayaknya menurut pandangan Islam.

Adapun perintah Allah swt. yang berkaitan dengan etika hubungan antara

lelaki dan wanita pada (QS. Al-Ahzab : 53). Kalau ada sebuah keperluan terhadap

lawan jenis, harus disampaikan dari balik tabir pembatas

Banyak pendapat dari berbagai ulama mengenai hubungan antara laki-laki dan

wanita ini, antara lain:

Asy Syaikh berkata, Pertama, bahwa berjabat tangan antara laki-laki dan

perempuan itu hanya diperbolehkan apabila tidak disertai dengan syahwat serta aman

dari fitnah. Apabila dikhawatirkan terjadi fitnah terhadap salah satunya, atau disertai

syahwat dan taladzdzudz (berlezat-lezat) dari salah satunya (apa lagi keduanya; penj.)

maka KEHARAMAN berjabat tangan tidak diragukan lagi. Bahkan seandainya kedua

syarat ini tidak terpenuhi - YAITU TIADANYA SYAHWAT DAN AMAN DARI

FITNAH – meskipun jabatan tangan itu antara seseorang dengan mahramnya seperti

bibinya, saudara sesusuan, anak tirinya, ibu tirinya, mertuanya, atau lainnya, maka

berjabat tangan pada kondisi seperti itu adalah haram.Bahkan berjabat tangan dengan

Page 4: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

anak yang masih kecil pun haram hukumnya jika kedua syarat itu tidak terpenuhi.

Kedua, hendaklah berjabat tangan itu sebatas ada kebutuhan saja, seperti yang

disebutkan dalam pertanyaan di atas, yaitu dengan kerabat atau semenda (besan) yang

terjadi hubungan yang erat dan akrab diantara mereka; dan TIDAK BAIK hal ini

diperluas kepada orang lain, demi membendung pintu kerusakan, menjauhi syubhat,

mengambil sikap hati-hati, dan meneladani Nabi saw. - tidak ada riwayat kuat yang

menyebutkan bahwa beliau pernah berjabat tangan dengan wanita lain (bukan kerabat

atau tidak mempunyai hubungan yang erat). Dan yang lebih utama bagi seorang

muslim atau muslimah – yang komitmen pada agamanya – IALAH TIDAK

MEMULAI BERJABAT TANGAN DENGAN LAIN JENIS. Tetapi, apabila diajak

berjabat tangan barulah ia menjabat tangannya.

Dari Ma'qil bin Yasar Radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan, Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Andaikan ditusukkan ke kepala salah

seorang diantara kalian dengan jarum besi, yang demikian itu lebih baik daripada dia

harus menyentuh wanita yang tidak diperbolehkan baginya". [Thabrani dalam

KitabAl-Kabir, Bab XX No. 211 dengan isnad hasan].

Dari ‘Aisyah ia berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membai’at para

perempuan dengan perkataan. Tidak pernah tangan Rasulullah SAW memegang

tangan para perempuan, kecuali tangan perempuan yang telah menjadi miliknya

(artinya perempuan yang telah dinikahinya = istri Nabi). [Bukhari]

Tidak hanya itu, dalam islam juga melarang agar kaum muslimin tidak

berdua-duan (LARANGAN BERKHALWAT) seperti yang dijelaskan sebagai

berikut:

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam berpidato: “Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat (berduaan)

dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya. Dan janganlah

seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya”. Tiba-tiba seorang lelaki

Page 5: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

bangkit berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya isteriku pergi untuk

menunaikan ibadah haji, sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini

dan itu. Beliau bersabda: “Berangkatlah untuk berhaji bersama isterimu”. [Bukhari,

Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad]

Hendaklah para muslimah tidak duduk-duduk dengan lelaki lain, hanya untuk

sekedar ngobrol tanpa ada maksud dan tujuan tertentu. Duduk-duduk yang

diperbolehkan hanya bila ada kebutuhan yang bersifat syar’I (dibolehkan agama).

Beberapa pendapat ulama-ulama dari empat madzhab besar diantaranya:

Madzhab Hanafi :

Haram menyentuh wajah dan dua telapak tangan perempuan bukan muhrim,

sekalipun aman dari syahwat.

Berjabat tangan dengan perempuan tua yang sudah tidak bersyahwat lagi; At-

Thahawi berkata tidak mengapa. Manakala Syamsudin Ahmad bin Qaudar

berkata tidak halal sekalipun aman dari syahwat.

Imam al-Kasaani berkata: “menyentuh (wanita) lebih berpotensi mem-

bangkitkan syahwat daripada sekedar melihat ..” [Bada'iu ash-Shana`i']

Madzhab Maliki:

Haram berjabat tangan dengan perempuan bukan muhrim. Ini dinyatakan oleh

al-Imam al-Baaji, al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi dan As-Shawi.

Hukum berjabat tangan dengan perempuan tua, menurut Syeikh Abul Barakat

Ahmad bin Muhamad bin Ahmad ad-Durdair ia tidak dibenarkan.

Imam Abul Barokaat menyatakan: “Tidak boleh berjabat tangan dengan

wanita (bukan muhrim) walaupun kaum lelaki sudah tidak memiliki lagi

keinginan (hasrat) kepadanya .” [asy-Syahush Shaghir IV/760].

Page 6: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Madzhab Syafi’i :

Imam An-Nawawi di dalam beberapa karyanya, as-Syaribini dan lain-lain

ulama as-Syafi’iyyah menyatakan haram berjabat tangan dengan perempuan

bukan muhrim.

Imam an-Nawawi berkata: “Memandang wanita (bukan muhrim) saja haram,

maka menyentuhnya tentu lebih haram lagi, karena terasa lebih nikmat .”

[Roudhotu ath-Thalilibin VII/28].

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar halaman 228 berkata: “Para sahabat

kami (dari kalangan Syafi’iyyah) mengatakan bahwa setiap hal yang dilarang

untuk dilihat, maka dilarang pula untuk menyentuhnya. Bahkan menyentuh

itu lebih besar lagi urusannya, karena telah dibolehkan bagi seseorang untuk

melihat seorang wanita yang bukan muhrimnya pada saat hendak menikahi-

nya, pada saat jual beli, pada saat mengambil barang dan menyerahkannya

dan yang semisal dengan hal tersebut di atas. Akan tetapi tetap tidak diper-

bolehkan baginya pada saat-saat tersebut untuk menyentuhnya”.

Madzhab Hanbali:

Imam Ahmad ketika ditanya tentang masalah berjabat tangan dengan

perempuan bukan muhrim, beliau menjawab: “Aku membencinya.”

Mengenai berjabat tangan dengan perempuan tua:

Imam Ishaq bin Mansur al-Marwazi menukil dari imam Ahmad, ia tidak

dibenarkan (tidak dibolehkan).

Sementara Ibnu Muflih menyatakan; pemilik an-Nazham mengatakan makruh

dan dengan anak kecil (yang belum baligh) dibolehkan dengan tujuan budi

pekerti.

Page 7: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Imam al-Marruzi (ada yang membaca : al-Marwazi) mengatakan: “Aku

pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal. ” Apakah anda membenci jabat

tangan dengan kaum wanita (non muhrim)?”" Beliau menjawab: “Aku

membencinya.” [Masa`il Ahmad wa Ishaq I/211]. Masih banyak lagi pendapat

ulama dari empat madzhab yang mengharamkan berjabatan tangan dengan

wanita bukan Muhrim.”(A.Shihabuddin. Telaah Kritis atas Doktrin paham

Salafi/Wahabi.------

Dari berbagai mazhab para ulama diatas dapat kita lihat ada persamaan dan

perbedaan pandangan dari setiap ulama.

Namun untuk saat ini orang mengira bahwa bila kita tidak berjabat-tangan

dengan yang bukan muhrim berarti kurang sopan atau tidak saling menghargai,

padahal keramahan dan kesopanan yang dimaksud oleh syari’at Islam bukanlah

terletak pada jabatan tangan antara wanita dan lelaki yang bukan muhrim. Kita

sebenar- nya juga tidak perlu bingung dengan kritikan orang lain (kolot, kurang

sopan dll) mengenai amalan kita, karena kritikan ini tidak ada habis-habisnya, yang

penting sebagai seorang muslim atau muslimah ialah sebaik mungkin menjalani

perintah Allah swt. dan Rasul-Nya dan menjauhi larangan yang telah digariskan oleh

syari’at Islam.

II.2 Fenomena yang ada di tempat pelayanan kesehatan saat ini

Dalam ilmu kedokteran / kesehatan untuk menegakkan diagnosa suatu

penyakit, dokter perlu melaksanakan pemeriksaan pada pasien seluruh tubuhnya, baik

diluar, maupun dari dalam, sehingga pada umumnya pasien harus bersedia

menanggalkan pakaiannya. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter di ruang pemeriksaan,

di mana dokter dapat memeriksa pasien dengan leluasa tanpa dapat dilihat dan

didengar oleh orang lain. Dokter dan tenaga para medis diwajibkan secara etis

Page 8: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

memelihara kehormatan manusia, baik dalam ruang pemeriksaan, maupun dalam

ruang perawatan.

Dalam prakteknya di tempat pelayanan itu sendiri banyak sekali kondisi yang

membuat interaksi antara tenaga medis dengan pasiennya yang kadang membuat kita

bertanya mengenai hal tersebut dalam pandangan Islam. Adapun prosedur-prosedur

yang sering dilaksanakan dalam tahap pemeriksaan di Rumah Sakit atau tempat

pelayanan kesehatan lain tersebut antara lain:

a. Mengambil anamnesa (riwayat penyakit)

Pasien diharapkan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dokter secara jujur dan jelas, karena kadang –kadang pasien tidak

ingin menceritakan riwayat penyakitnya karena merasa malu.

b. Melakukan inspeksi

Inspeksi ini sudah dilakukan sejak pasien memasuki kamar kerja

dokter, cara dia berjalan, normal atau dipapah, napas sesak, kemudian

bentuk badan,emosionalnya,dan lain-lain

c. Melakukan palpasi

Yaitu meraba tubuh dengan telapak tangan. Untuk ini perlulah pasien

diminta untuk membuka pakaiannya terutama bagian atas, kalau nanti

ternyata diperlukan pemeriksaan yang lebih lengkap barulah si pasien

diminta untuk membuka celana, gune pemeriksaan dalam, baik

melalui vagina maupun anus (dubur).

d. Melakukan perkusi

Yaitu dengan memukulkan jari tengah kanan diatas jari tengah tangan

kiri yang diletakkan dibagian atas tubuh yang diperiksa. Pada perkusi

Page 9: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

akan menimbulkan suara sehingga dapat ditentukan batas konfigurasi

jantung, paru-paru dan sebagainya. Apakah ada cairan di rongga dada

atau pada rongga perut.

e. Melakukan aukultasi

Dengan alat pendengar stetoskop dokter dapat mendengar bunyi-bunyi

udara di dalam paru-paru, baik yang normal maupun yang tidak

normal, bunyi jantung yang normal dan yang tidak normal, bunyi

bising, bunyi gerakan usus dan sebagainya.

f. Pemeriksaan Pelengkap

Dilakukan dengan alat-alat seperti Reflek hamer dan Elektro

Cardiograf, alat yang untuk mencatat aktivitas jantung yang

mengungkapkan peristiwa-peristiwa abnormal yang tidak diketahui

dengan cara-cara diatas.

g. Pemeriksaan Laboratorium

Permeriksaan darah untuk mengetahui sel-sel darah, berbagai macam

zat-zat dalam darah seperti gula, empedu , kolesterol, dan sebagainya.

Dengan berbagai cara pemeriksaan ini dokter mendapat bahan-bahan

dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit.

Yang jelas ialah bahwa dalam pemeriksaan ini:

i. Dokter dan pasien berada berduaan di dalam suatu ruangan.

ii. Dokter melihat dan meraba sebagian atau seluruh badan penderita,

termasuk bagian auratnya.

Page 10: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

iii. Dokter yang memeriksa dapat sejenis dengan penderita yaitu dokter

laki-laki memeriksa penderita laki-laki atau tidak sejenis yaitu

dokter wanita memeriksa penderita laki-laki dan sebaliknya.

Tidak hanya itu, dalam pelayanan kesehatan masih banyak sekali tindakan

medis yang membuat antara tenaga medis dan petugas kesehatan terjadi interaksi

yang “melanggar” aturan agama. Contohnya seperti tindakan operasi. Tidak jarang

para dokter atau pun perawatnya yang berlawanan jenis dengan pasien. Belum lagi

jika yang dilakukan operasi adalah bagian vital dari pasien. Seperti operasi

pengangkatan rahim ataupun operasi kanker payudara. Atau tindakan pemasangan

kateter (pemasangan suatu alat ke bagian alat pengeluaran urin untuk mempermudah

pasien buang air kecil). Dan disini lah terlihat sekali peran tenaga medis yang

membuat mereka harus melihat bahkan memegang alat kelamin pasiennya, dan tidak

jarang pula yang melakukan itu adalah tenaga medis yang bukan muhrim dengan

pasiennya.

Belum lagi pada kasus dokter kandungan yang dokternya adalah seorang laki-

laki. Dalam pemeriksaannya maupun proses kelahiran itu dokter tersebut akan sering

berinteraksi dengan kliennya,yaitu para wanita. Dan mungkin masih banyak

fenomena lain di tempat pelayanan kesehatan yang melibatkan interaksi antara tenaga

medis atau para medis dengan pasiennya yang bukan muhrim.

II.3 pandangan islam terhadap fenomena dalam dunia kesehatan

Islam menentukan bahwa setiap manusia harus menghormati manusia yang

lainnya, karena Allah sebagai khalik sendiri menghormati manusia, sebagai mana di

jelaskan Allah dalam surat Al Isra’ :70.

Maka dokter maupun paramedis haruslah tidak memaksakan sesuatu kepada

pasien, segala tindakan yang harus mereka kerjakan haruslah dengan suka rela dan

atas keyakinan.

Page 11: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Untuk pemeriksaan dokter dalam menegakkan diagnosa penyakit, maka

dokter berkhalwat, melihat aurat, malah memeriksa luar dalam pasien dibolehkan

hanya didasarkan pada keadaan darurat, sebagai yang dijelaskan oleh qaidah ushul

fiqh yang berbunyi : yang darurat dapat membolehkan yang dilarang.

Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. Ada

kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi’ (jika kondisi sulit, maka Islam memberikan

kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain menyebutkan: ‘Kondisi darurat

menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah’.

Berbicara mengenai kaidah fiqhiyyah tentang darurat maka terdapat dua

kaidah yaitu kaidah pokok dan kaidah cabang. Kaidah pokok disini menjelaskan

bahwa kemudharatan harus dilenyapkan yang bersumber dari Q.S Al- Qashash : 77),

contohnya meminum khamar dan zat adiktif lainnya yang dapat merusak akal,

menghancurkan potensi sosiol ekonomi, bagi peminumnya akan menurunkan

produktivitasnya. Demikian pula menghisap rokok, disamping merusak diri

penghisapnya juga mengganggu orang lain disekitarnya. Para ulama menganggap

keadaan darurat sebagai suatu kesempitan, dan jika kesempitan itu datang agama

justru memberikan keluasan.

Namun darurat itu bukan sesuatu yang bersifat rutin dan gampang dilakukan.

Umumnya darurat baru dijadikan pilihan manakala memang kondisinya akan

menjadi kritis dan tidak ada alternatif lain. Itu pun masih diiringi dengan resiko

fitnah dan sebagainya.

Akan tetapi, untuk mencegah fitnah dan godaan syaitan maka sebaiknya

sewaktu dokter memeriksa pasien dihadiri orang ketiga baik dari keluarga maupun

dari tenaga medis itu sendiri.

Page 12: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Akan lebih baik lagi jika pasien diperiksa oleh dokter sejenis, pasien

perempuan diperiksa oleh dokter perempuan dan pasien laki-laki diperiksa oleh

dokter laki-laki. Karena dalam dunia kedokteran sendiri banyak cerita-cerita

bertebaran di seluruh dunia, di mana terjadi praktek asusila baik yang tak sejenis

hetero seksual, maupun yang sejenis homoseksual antara dokter dan pasien.

Dalam batas-batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehakan berobat

kepada lawan jenis jika sekiranya yang sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui

oleh mahram atau orang yang sejenis. Alasannya, karena berobat hukumnya hanya

sunnah dan bersikap pasrah (tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan (fadlilah).

Ulama sepakat bahawa pembolehan yang diharamkan dalam keadaan darurat,

termasuk pembolehan melihat aurat orang lain,ada batasnya yang secara umum

ditegaskan dalam al-qur’an ( Q.S Al-baqarah : 173; Al-an’am :145 ;An-nahl : 115)

dengan menjauhi kezaliman dan lewat batas.

Dalam pengobatan, kebolehan hanya pada bagian tubuh yang sangat

diperlukan, karena itu, bagian tubuh yang lain yang tidak terkait langsung tetap

berlaku ketentuan umum tidak boleh melihatnya. Namun, untuk meminimalisir

batasan darurat dalam pemeriksaan oleh lawan jenis sebagai upaya sadd al-Dzari’at

(menutup jalan untuk terlaksananya kejahatan), disarankan disertai mahram dan

prioritas diobati oleh yang sejenis.

Pembolehan dan batasan kebolehanya dalam keadaan darurat juga banyak

disampaikan oleh tokoh madzhab. Ahmad ibn Hanbal, tokoh utama mazhab hanbali

menyatakan boleh bagi dokter/ tabib laki-laki melihat aurat pasien lain jenis yang

bukan mahram khusus pada bagian tubuh yang menuntut untuk itu termasuk aurat

vitalnya, demikian pula sebaliknya, dokter wanita boleh melihat aurat pasien laki-laki

yang bukan mahramnya dengan alasan tuntutan.

Page 13: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Di Indonesia, dalam fatwa MPKS disebutkan, tidak dilarang melihat aurat

perempuan sakit oleh seorang dokter laki-laki untuk keperluan memeriksa dan

mengobati penyakitnya. Seluruh tubuhnya boleh diperiksa oleh dokter laki-laki,

bahkan hingga genetalianya, tetapi jika pemeriksaan dan pengobatan itu telah

mengenai genitalian dan sekiatarnya maka perlu ditemani oleh seorang anggota

keluarga laki-laki yang terdekat atau suaminya. Jadi, kebolehan berobat kepada lain

jenis dipersyaratkan jika yang sejenis tidak ada. Dalam hal demikian, dianjurakan

bagi pasien untuk menutup bagian tubuh yang tidak diobati. Demikian pula dokter

atau yang sejenisnya harus membatasi diri tidak melihat organ pasien yang tidak

berkaitan langsung.

II.4 Kode etik kedokteran dan sifat-sifat yang harus dimiliki tenaga

medis

Yang dimaksud dengan tenaga medik, ialah para dokter, sedang tenaga para

medik ialah perawat, bidan, laboran dan sebaginya. Mereka merupakan manusia-

manusia yang mempunyai keahlian yang terdidik dalam mengobati penyakit, dan

merawat penderita, tingkah laku mereka yang baik dapat mempercepat kesembuhan.

Haruslah ada hubungan kejiwaan yang akrab antara mereka dan penderita. Islam

mengajarkan supaya usaha mulia ini haruslah didasarkan atas iman dan pengbdian

diri kepada-Nya.

Sumpah Dokter dan Etika Kedokteran

Sejak permulaan sejarah umat manusia, orang sudah mengenal hubungan

kepercayaan antara dua insane yaitu si penderita dan sang pengobat, yang pada zaman

modern ini disebut sebagai hubungan dokter dengan pasien.

Page 14: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Rumusan-rumusan disiplin untuk para dokter itu mula pertama dikenal sebagai

“Sumpah Hippocrates”. Sumpah Hippocrates itu mengandung 6 buah nasehat atau

peringatan yaitu :

a. mengajarkan ilmu kedokteran kepada mereka yang berhak menerimanya.

b. mempraktikkan ilmu kedokteran hanya untuk memberi manfaat sebanyak-

banyaknya bagi pasien.

c. tidak mengerjakan sesuatu yang berbahaya bagi pasien.

d. tidak melakukan keguguran buatan yang bersifat kejahatan.

e. menyerahkan perasat-perasat tertentu kepada teman-teman sejawat ahli dalam

lapangan yang bersangkutan.

f. Tidak mempergunakan kesempatan untuk melakukan kejahatan atau godaan

yang mungkin timbul dalam mengerjakan praktik kedokteran.

g. Hidup dalam keadaan suci dan sopan santun.

h. Memelihara rahasia jabatan.

Setiap nasihat dan peringatan tersebut diatas adalah dasar dari pada susila

kedokteran dewasa ini.

Pada kode etik kedokteran terdapat point-point pada tiap-tiap babnya

yaitu antara lain; kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap pasien,

kewajiban dokter terhadap team sejawat, dan kewajiban dokter terhadap diri

sendiri.

Dalam kode etik kedokteran ( Islamic code of medical Etyhics), yang

merupakan hasil dari First international conferenceon Islamic Medicine yang

Page 15: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

diselenggarakan pada 6-10 Rabi’al awwal 1401 M di Kuwait dan selajutnya

disepakati sebagai kode etik kedokteran islam, dirumuskan beberapa

karakteristik yang semestinya dimiliki oelh dokter muslim (tenaga kesehatan

umumnya). Isi kode etik kedokteran islam tersebut terdiri atas dua belas pasal.

Rinciannya disebutkan : Pertama, definisi profesi kedokteran. Kedua, ciri-ciri

para dokter. Ketiga, hubungan dokter dengan dokter. Keempat, hubungan

dokter dengan pasien. Kelima, rahasia profesi. Keenam, peranan dokter di

masa perang. Ketujuh, taggung jawab dan pertanggungjawaban. Kedelapan,

kesucian jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan masyarakat. Kesepuluh,

dokter dan kemajuan biomedis modern. Kesebelas, pendidikan kedokteran.

Keduabelas, sumpah dokter.

Melihat bagaimana besarnya amal dan pengabdian yang diberikan oleh

dokter dan tenaa para medik, maka islam menganjurkan beberapa sifat-sifat

yang harus dipunyai antara lain :

1. Beriman

Sebab tanpa iman segala amal saleh sebagai dokter dan tenaga

para medis akan hilang sia-sia dimata Allah. (Q.S Al ashr : 1-3)

2. Tulus-ikhlas karena Allah (Q.S Al-bayyinah :5)

3. penyantun

Artinya ikut merasakan penderitaan orang lain dan Karena itu

suka menolong orang lain dalam kesukaran. (Q.S Al-baqarah :

263)

4. Peramah

Page 16: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Bergaul dengan tidak kaku dan menyenangkan. (Q.S Ali Imran :

159)

5. Sabar

Tidak lekas emosionil dan lekas marahQ.S Asy syura :43)

6. Tenang

Tidak gugup betapa pun keadaan gawat. (Dalam sabda

Rasulullah : “Tetaplah kamu bersikap tenang” riwayat At

thabrani dan Bhaiqi)

7. Teliti

Berhati-hati, cermat dan rapi

8. Tegas

Terang,nyata, dan tidak ragu-ragu.

9. Patuh pada peraturan

Suka menurut perintah

10. bersih, apik , suci. (Q.S At taubah : 108)

11. Penyimpan rahasia (Q.S An-nisa 148)

12. dapat dipercaya (Q.S Al mu’minun : 1-11)

13. bertanggung jawab (Q.S Al isra’ : 36)

Page 17: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Di dalam literatur lain, terdapat karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang

tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah menurut Ja’far Khadim Yamani, ilmu

kedokteran dapat dikatan islami, mempersyaratkan dengan 9 karakteristik, yaitu :

pertama, dokter harus mesngobati pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal

yang bertentangan dengan Al-Qur’an. Kedua, tidak menggunakan bahan haram atau

dicampur dengan unsure haram. Ketiga, dalam pengobatan tidak boleh

mengakibatkan mencacatkan tubuh pasien, kecuali sudah tidak ada alternative lain.

Keempat, pengobatannya tidak berbau takhayyul, khurafat, atau bid’ah. Kelima,

hanya dilakukan oleh tenaga medis yang ,menguasai di bidang medis. Keenam,

dokter memiliki sikap-sikap terpuji, tidak pemilik rasa iri, riya, tkabbur, senang

merendahkan orang lain, serta sikap hina lainnya. Ketujuh, harus berpenampilan rapid

an bersih. Kedelapan, lembaga-lembaga pelayanan kesehatan mesti bersikap

simpatik. Kesembilan, menjauhkan dan menjaga diri dari pengaruh atau lambing-

lambang non-islami.

Disamping itu menurut Dr. Zuhair Ahmad al- Sibai dan Dr. Muhammad ‘ali

al-Ba dalam karyanya Al-Thabib, Adabu wa Fiqhuh (dokter, Etika, dan Fiqih

Kedokteran), antara lain dikemukan bahawa dokter muslim harus berkeyakinan atas

kehormatan profesi , menjernihkan nafsu,lebih mendalami ilmu yang dikuasai,

menggunaka metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang,benar dan jujur, rendah hati,

bersahaja dan mawas diri.

a. Berkeyakinan dan kehormatan atas profesi

Bahwa profesi kedokteran adalah salah satu profesi yang sangat mulia tapi

tergantung dengan dua syarat, yaitu :

- dilakukan dengan sngguh-sumngguh dan dengan penuh keikhlasan

- menjaga akhlak mulia dalamperilaku dan tindakan-tindakan sebagai dokter

Page 18: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

Disamping itu, dokter selalu menjadi tumpuan pasien, keluarga, masyarakat ,

bahkan bangsa. Mengingat kedudukan profesi kedokteran tersebut, seharusnya dalam

menjalankan profesinya tidak hanya berfikir tentang materi tetapi lebih kepada

pengabdian dan perbaikan umat. Keyakinan akan kehormatan profesi tersebut

merupakan motivator untuk memelihara akhlak yang baik dalam hubungannya

dengan masyarakat.

b. berusaha menjernihkan jiwa

Kejernihan jiwa akan menentukan kualitas perbuatan manusia secara

keseluruhan, jika seseorang termasuk dokter hatinya jernih maka perbuatan akan

selalu positif.

c. lebih mendalami ilmu yang dikuasai

Dalam hadist nabi disebutkan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban

sepanjang hidup. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu pengetahuan iytu dari hari ke

hari selalu mengalami perkembangan. Karena itu, agar setiap dokter tidak ketinggalan

informasi dan ilmu pengetahuan dan lebih mendalami bidang profesinya, maka

dituntut untuk selalu belajar. Dalam islam sangat ditekankan dalam mengamalkan

segala sesuatu agar dilakukan secara professional dan penuh ketelitian.

d. Menggunakan metode ilmiah dalam berfikir

Bagi dokter muslim diharuskan dalam berfikir menggunakan metode ilmiah

sesuai dengan kaidah logika ilmiah sebagaimana terjabar dalam disiplin ilmu

kedokteran modern. Ajaran islam sangat menekankan agar berfikir atau merenung

terhadap berbagai sebab, tujuannya agar mendapat keyakinan yang benar.

Page 19: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

e. Memiliki rasa cinta kasih

Rasa cinta kasih adalah cahaya yang timbul dari hati yang terdalam, dia akan

dapat menyinari orang lain, alam semesta dan segala sesuatu. Cahaya itu kemudian

memantul kepada dirinya sendirinya dan melimpah kepadanya kejernihan, kerelaan,

dan kemantapan.

f. Keharusan Brsikap Benar dan Jujur

Benar dan jujur bagi seorang dokter yang selalu berkomunikasi dengan

masyarakat merupakan keharusan agar mendapat kepercayaan dari pasien dan

masyarakat. Yang dimaksud dengan benar dan jujur disini adalah sifat yang

komprehensif mempunyai banyak makna, termasuk menepati janji dan menunaikan

amanah. Al-qur’an sangat menekankan sikap benar dan jujur, diantaranya terdapat

dalam firman Allah SWT ( Q.S At-taubat : 119)

g. Berendah hati (tawadhu)

Setiap orang, terutama orang yang melayani kepentingan umum termasuk

dokter dituntut bersifat rendah hati. Sifat yang sering membuat seseorang dijauhi

dalam pergaulan biasanya karena kesombongan dan keangkuhan. Kesombongan dan

keangkuhan biasanya lahir karena ada perasaan, ilmu, atau pengaruhnya. Ajaran

islam sangat mengecam perbuatan angkuh dan sombong. Disisi lain dijelaskan bahwa

Allah akan mengangkat derajat ornag yang merendahkan diri (tawadhu).

h. keadilan dan keseimbangan

Dokter termasuk orang yang banyak berurusan dengan masalah manusia dan

kemanusiaan. Kehidupan seseorang termasuk dokter sangat ditentukan oleh kualitas

hubungan dengan masyarakat itu. Ajaran islam sangat menganjurkan untuk

berperilaku adil dan berkeseimbangan dalam berbagai urusan, tidak berkelebihan atau

over acting dalam gaya hidup, khususnya dalam masalah tarif praktek,dan bayaran

Page 20: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

seghingga mengurangi dan menodaiprinsip-prinsip yang mesti dijunjung tinggi

sebagai pelayan masyarakat.

i. Mawas diri

Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab

menyangkut nyawa dan keselamatan seseorang. Mereka sering menjadi sasaran

tuduhan, itu dsebabkan adanya anggapan masyarakat yang menganggap bahwa

mereka adalah ornag yang paling mengetahui rahasia kehidupan dan kematian.

Dengan senantiasa mawas diri, seorang dokter muslim akan sadar atas segala

kekurangannya sehingga di masa mendatang akan memperbaikinya, juga akan

terhindar dari berbagai sifat tercela lain seperti sombong, riya, angkuh, dan lainnya.

j. ikhlas, penyantun, ramah, sabar, dan tenang.

Dokter muslim juga harus ikhlas dalam menjalankan pekerjaannya, semua

dilakukan sebagai ibadah untuk mencari ridha Allah. Berbuat ikhlas sangat dituntut

dalam islam, sebagai mana dinyatakan dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Bayyinat:5).

Dokter muslim juga dituntut penyantun, ikut merasakan penderitaan orang

lain sehingga berkeinginan untuk menolongnya. Dokter muslim juga dituntut ramah,

bergaul dengan luwes, dan menyenangkan. Juga dituntuk bersikap sabar, tidak

emosional dan lekas marah, tenang penyantun, ramah, sebagaimana dianjurkan dalam

ayat Al-Qur’an (Q.S ali imran: 159)

Dokter muslim juga dituntut bersikap tenang, tidak gugup dalam menghadapi segawat

apapun.

Demikianlah konsep tenaga kesehatan muslim khususnya untuk dokter yang dapat

mencerminkan nilai-nilai islam sesungguhnya. Diharapkan dengan mengetahui nilai-

Page 21: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dienul Islam mengatur hubungan antar manusia tak terkecuali hubungan

antara laki-laki dan perempuan. Pada Al-qur’an, sunah Rasulullah SAW, serta

pendapat para ulama dapat diketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan yang

bukan muhrim terdapat batasan-batasan dalam berinteraksi, seperti adanya larangan

untuk besentuhan (bersalaman) , larangan untuk berdua-duaan (berkhalawat).

Dari beberapa madzhab yang ada antara lain dari Madzhab Hanafi, Madzhab

Maliki,Madzhab Syafi’I, dan Madzhab Hanbali dapat diketahui bahwa Rasulullah

pun sangat menjaga hubungan dengan kaum hawa.

Walaupun saat ini mungkin masih banyak kaum muslimin yang tidak terlalu

memperhatikan hal tersebut karena alasan tata krama dan kesopanan. Tapi bagaimana

pun memang selayaknya kita sebagai kaum muslimin menjalankan sunnah Rasulullah

SAW yang merupakan rahmatan lil alamin.

Pada kenyataannya di masyarakat saat ini, khususnya pada tempat pelayanan

kesehatan, banyak sekali interaksi antara tenaga kesehatan dan pasiennya yang sering

bertolak belakang dengan aturan yang ada dalam islam mengenai hubungan antara

laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Misalnya saja pada prosedur

pemeriksaan pasien yang mengharuskan pasien membuka auratnya dan disentuh

(untuk pemeriksaan) oleh tenaga kesehatan. Contohnya yaitu pemeriksaan fisik oleh

dokter, pemasangan kateter oleh perawat, operasi alat vital oleh tim dokter, serta

tindakan medis lainnya.

Akan tetapi, Islam bukanlah agama yang monoton. Islam juga telah mengatur

semua yang akan dihadapi oleh anak cucu Adam. Dalam islam juga telah dijelaskan

Page 22: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

bahwa Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. Ada

kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi’ (jika kondisi sulit, maka Islam memberikan

kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain menyebutkan: ‘Kondisi darurat

menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah.

Disamping hal itu, pihak institusi kedokteran terkait pun telah membuat suatu

kode etik atau aturan-aturan yang dapat mengatur tindakan tenaga kesehatan agar

dalam menjalankan tugasnya tetap mampu mencerminkan diri sebagai tenaga

kesehatan yang islami. Mereka juga harus memiliki sikap-sikap yang dapat

meningkatkan hubungan serta komunikasi mereka dengan pasien dan keluarganya

agar terjalin kerjasama yang baik. Tidak hanya itu, Islam pun menganjurkan agar

tenaga medis itu memiliki karakteristik yang dapat membuat mereka benar-benar

menjadi tenaga kesehatan yang islami antara lain harus berkeyakinan atas kehormatan

profesi , menjernihkan nafsu,lebih mendalami ilmu yang dikuasai, menggunakan

metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang,benar dan jujur, rendah hati, bersahaja

dan mawas diri.

Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa dalam kondisi darurat

diperbolekan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan medis kepada

pasiennya yang berbeda jenis kelamin jika itu benar-benar akan mendatangkan

banyak kemaslahatan bagi pasien dengan syarat-syarat yang telah diatur pula

misalnya pasien yang tetap ditemani oleh keluarganya saat pemeriksaan ataupun

hanya memeriksa bagian tubuh pasien yang perlu-perlu saja. Tenaga kesehatan pun

harus dituntut untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik yang telah dibuat

oleh institusi terkait dan mereka juga harus memiliki sikap dan jiwa yang sesuai

dengan syariat islam agar dapat mencerminkan diri sebagai tenaga kesehatan yang

islami pula.

Page 23: 007 Makalah Etika Kedokteran Dan Islam

III.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku anggota kelompok telah bekerja

keras demi menyelesaikan makalah ini. Namun, kami hanyalah manusia yang tak

luput dari kekhilafan sehingga menyebabkan ketidaksempurnaan dalam menyusun

makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dalam ketidaksempurnaan tersebut makalah ini.