· Web viewTingkat pemotongan ternak yang tinggi disebabkan karena per-mintaan terhadap daging...

135
PERTANIAN

Transcript of  · Web viewTingkat pemotongan ternak yang tinggi disebabkan karena per-mintaan terhadap daging...

PERTANIAN

B A B VI

PERTANIAN

A. PENDAHULUANDalam Garis-garis Besar Haluan Negara

ditetapkan bahwa usaha peningkatan produksi, usaha pemerataan penyebaran hasil produksi serta usaha perluasan kesempatan kerja harus berjalan secara bersama dan seimbang. Karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani dan Para petani termasuk dalam golongan yang terendah pen-dapatannya maka usaha untuk meningkatkan produksi pertanian, yang juga merupakan usaha untuk menaikkan pendapatan petani, merupakan usaha yang sangat penting.

Dalam tabel VI — 1 digambarkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam sektor pertanian selama dua tahun pertama Repelita II. Dari tabel tersebut tampak bahwa, kecuali jagung, karet, cengkeh, lada, kayu jati dan kayu rimba, produksi hasil-hasil pertanian selama dua tahun pertama Repelita II menunjukkan perkembangan yang me-ningkat. Produksi utama pertanian, yaitu beras, selama dua tahun tersebut setiap tahun rata-rata meningkat sebesar 2,51 %. Pada tahun 1975 produksi beras meningkat sebesar 0,43%. Rendahnya peningkatan produksi dalam tahun 1975 terutama disebabkan adanya gangguan eksplosi hama wereng dan virus padi serta bencana banjir di beberapa daerah produksi utama padi. Di samping itu hasil-hasil intensifikasi dalam tahun 1975 ternyata tidak sebagaimana yang diharapkan.

Dari tabel VI 1 dapat dilihat bahwa produksi 229

jagung dan kayu rimba dalam dua tahun terakhir ini menurun. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa produksi ubi kayu, kedele, susu dan kapas tidak menurun pada tahun 1974, tetapi menurun pada tahun 1975. Sedangkan produksi teh, cengkeh, lada dan kayu jati menurun pada tahun 1974, tetapi meningkat pada tahun 1975.

Adapun perkembangan volume ekspor hasil-hasil pertanian terpenting selama dua tahun pertama dapat dilihat dalam tabel VI — 2.

TABEL VI - 1

PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING, 1973 – 1975(RIBUAN ton)

230

GRAFIK VI – IPRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING

1973 – 1975(ribu ton)

231

(Sambungan Grafik – VI – 1)

232

(SAMBUNGAN GRAFIK VI – 1)

233

(Sambungan Grafik VI -1)

234

(SA MB UN GA N GRAFIK VI - 1)

1973 I 1974 1975

GU LA TE BU

235

(Sambungan Grafik VI — 1)

236

KAPAS

(ribu m3) (rlbu m3)

100 — KAYU JATI 40.000- KAYU RIMBA

22.660

TABEL V I - 2VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING, 1973 – 1975

(Ribu ton)

Jenis Produksi 1973 1974 1) 1975 2) % Kenaikan % Kenaikan

1974-75 1973-75

Karet 890 840,3 788,3 - 6,2 - 5,9Minyak sawit 262,7 281,2 386,3 37,4 22,2Teh 39,6 55,7 46,0 - 17,4 11,65Kopi 100,8 111,8 128,3 14,8 12,85Lada 25,6 15,6 15,2 - 2,6 20,85Tembakau 33,2 33,6 19,6 - 41,7 20,25Kopra 44,6 22,0 - -26,01Udang (segar & 28,8 32,7 25,1 -23,2 - 4,85awetan)(kan segar 5,9 7,1 .4,7 - 33,8 6,75Sapi 3) 51,1 41,1 31,9 - 22,5 -21,0Kerbau3) 11,5 12,1 4,2 - 65,5 - 30,22Kulit ternak 4,9 3,6 3,0 -16,7 - 21,15Kayu 4) 19.488,7 18.448,0 13.921,0 - 24,5 -14,9jagung 181,3 196,8 50,7 - 74,2 - 32,85Kacang tana1 21,4 11,6 7,4 -36,2 -41,0Gaplek 75,4 396,0 302,2 -23,7 200,75

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.3) Ribu ekor.4) Dalam ribu m3

Dalam tabel tersebut terlihat bahwa volume ekspor minyak sawit, teh, kopi, lada, tembakau dan ikan segar selama dua tahun pertama Repelita II meningkat, sedang volume ekspor karet, kopra, udang, sapi, kerbau, kulit ternak, kayu, jagung dan kacang tanah menurun. Penurunan volume ekspor tersebut terutama disebabkan adanya resesi ekonomi dunia dan persaingan yang cukup berat di pasaran luar negeri.

Demikianlah secara garis besar gambaran perkembangan produksi dan ekspor hasil-hasil pertanian terpenting selama dua tahun pertama Pembangunan Lima Tahun Kedua. Selanjutnya di bawah ini akan di-uraikan secara lebih terperinci perkembangan produksi dan hasil-hasil lain yang telah dicapai selama. dua tahun tersebut di Sektor Pertanian.

237

GRAFIK VI – 2VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING 1973 – 1975

(Ribu Ton)

238

239

( S v o t invin'. G r o f i k V I — . . 2 1

1973 ' 1974 1975

(Sambungan grafik VII – 2)

240

(Sambungan Grafik VI 2)

241

Sambungan Grafik VI – 2)

B. PERTANIAN

PANGAN 1.

Padi/Beras

Produksi beras pada tahun kedua Repelita II (1975) menurut angka sementara mencapai 15.342 juta ton, 0,43% lebih besar dari produksi tahun 1974 yang berjumlah 15.276 juta ton (Tabel VI-3). Produksi beras tahun 1975 tersebut lebih rendah dari pada yang diharapkan.

TABEL VI — 3PRODUKSI BERAS, 1973 - 1 9 7 5

(Ribu ton)

% Kenaikan % Kenaikan1973 1974 1) 1975 2) 1974 – 1975 Rata-rata

1973 – 1975

J a w a 8.864 9.438 9.447 0,10 3,29

Luar Jawa 5.743 5.895 5.895 0,98 1,32

Indonesia 14.607 15.276 15.342 0,43 2,51.

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara.

Rendahnya peningkatan produksi padi/beras dalam tahun 1975 tersebut antara lain disebabkan oleh adanya gangguan eksplosi hama wereng dan virus padi serta bencana banjir di beberapa daerah produksi utama padi. Di samping itu hasil-hasil intensifikasi yang tercermin dalam hasil produksi per ha dan perluasan intensifikasi masih jauh dari pada yang diharapkan.

Sebagai akibat dari adanya gangguan eksplosi hama dan bencana banjir tersebut, luas areal

242

panen padi tahun 1975 di Jawa le- bih kecil dari luas panen tahun 1974 (Tabel VI — 4).

Tetapi hasil rata-rata padi per ha secara keseluruhan telah meningkat dari 34,53 kw padi/ha pada tahun 1974 menjadi 34,71 kw padi/ha pada tahun 1975 (Tabel VI — 5).

GRAFIK VI — 3PRODUKSI BERAS, 1973/975

( ribu ton )

JAWA LUAR JAWA INDONESIA

243

TABEL VI – 4LUAS PANEN PADI, 1973 – 1975

(Ribuan ha)

TABEL VI 5HASIL RATA-RATA PADI PER HA, 1973 – 1975

(Kw/ha)

244

GRAFIK VI — 4HASIL RATA-RATA PADI PER HA. 1.973 – 1975

(kw/ha)

LUAR JAWA

INDONESIA

JAWA

245

Selanjutnya, meskipun hasil produksi rata-rata per Ha dari intensifikasi dalam tahun 1975 lebih tinggi dari tahun 1974, akan tetapi hasil produksi rata-rata per Ha tersebut masih lebih rendah dari perkiraan yang tercantum dalam Repelita II. Hasil rata-rata per Ha dalam tahun 1975 mencapai 44,72 Kw/Ha padi (Tabel VI — 6) atau 2,33 ton beras per Ha, sedang yang diperkirakan adalah 2,53 ton beras per Ha.

Usaha perluasan intensifikasi dapat dilihat pada Tabel VI — 7. Pads tahun 1974 jumlah luas areal panenan Bimas dan Inmas mencapai 3.723 ribu Ha, sedangkan tahun 1975 menurun menjadi 3.606 ribu Ha. Menurunnya luas panen intensifikasi ini terutama disebabkan oleh menurunnya areal panen Inmas.

Dalam tahun produksi 1975 luas panen varietas unggul baru (Bimas Baru dan Inmas Baru) mencapai 2,88 juta Ha. Dalam tahun Itu luas intensifikasi meliputi ,3,6 juta ha (Tabel VI 7) dan luas panen seluruhnya 8,5 juta ha (Tabel VI — 4). Dibandingkan dengan tahun 1974 luas panen varietas unggul baru pada tahun produksi 1975 hanya bertambah sekitar 50 ribu ha. Luas panen varietas unggul baru pada tahun 1974 mencapai 2,83 juta ha.

TABEL VI — 6HASIL PADI INTENSIFIKASI PER HA, 1973 — 1975

(kw/ha)

BIMAS INMAS Rata2

TahunBiasa Baru Rata2 Biasa Baru Rata2

Intensi-

fikasi.1973 44,26 55,3

451,26 36,82 44,8

940,73 45,56

246

19741) 42,69 45,28

44,82 38,24 42,40

40,77 43,681975 2) 43,13 46,6

146,08 38,61 42,0

240,89. 44,72

i) Angka diperbaiki 2) Angka sementara.

TABEL VI—7LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI, 1973 — 1975

(Ribu ha)

TahunBIMAS INMAS Jumlah

Bimasdan Inmas

Biasa Baru Jumlah Biasa

Baru Jumlah

1973 658 1.132 1.790 1.089

1.022

2.111

3.90119741) 474 2.202 2.676 410 638 1.0

483.723

1975 2) 405 2.256 2.661 316 629 945

3.606

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara:

Penggunaan pupuk selama tahun-tahun 1974 dan 1975 telah meningkat (Tabel VI — 8). Selama dua tahun tersebut penggunaan pupuk Urea dihitung dalam kadar N meningkat dari 282.030 ton dalam tahun 1974 menjadi 311.329 ton dalam tahun 1975; sedang penggunaan pupuk TSP (P2O5) meningkat dari 93.273 ton pada tahun 1974 menjadi 110.216 ton pada tahun 1975.

TABEL VI — 8PENGGUNAAN PUPUK SEKTOR BAHAN MAKANAN,

1973 — 1975(ribu kadar ton pupuk)

Tahun N P205 K2O

1973 i) 312.038 65.292 1,919741) 282,030 93,273 6,51975 2) 311.329 110.216 p.m.

1) Angka diperbaiki. 2)

Angka 247

sementara.Penggunaan insektisida dan rodentisida untuk

tanaman bahan makanan dalam tahun-tahun tersebut juga meningkat. Penggunaan insektisida meningkat dari 1.273 ton pada tahun 1974 menjadi 2.337

GRAFIK V1 – 5

PENGGUNAAN PUPUK SEKTOR BAHAN MAKANAN1973 - 1975

248

ton pada tahun 1975 dan penggunaan rodentisida meningkat dari 45,4 ton menjadi 83 ton (Tabel VI — 9).

Meningkatnya penggunaan kedua jenis obat pemberantasan hama tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan insektisida dengan penyemprotan dari udara dalam rangka pemberantasan hama wereng. Dalam tahun 1975 serangan hama tersebut meliputi 297.349 Ha. Usaha pemberantasannya juga dilaksanakan melalui pembentukan 6 Brigade Proteksi Tanaman dan Pembinaan 29 Brigade yang telah ada. Di samping itu juga didirikan 6 pusat observasi untuk pengamatan dan peramalan. Selanjutnya kemampuan Satuan Udara Pertanian untuk penyemprotan dari udara juga ditingkatkan.

TABEL VI — 9PENGGUNAAN PESTISIDA DAN RODENTISIDA SEKTOR

BAHAN MAKANAN, 1973 — 1975

Tahun Insektisida Rodentisida(ton, cq Zink Fungisida Lain-lain

(ton) phoshide)

19731) 1.504,2 116,0 743,04 73,4219741) 1.273,0 45,4 526,61 21,321975 2) 2.337,0 83,0 pm pm

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara.

Di samping hal-hal yang diuraikan di atas dalam tahun 1973 -1975 telah ditingkatkan pula kegiatan-kegiatan survey dan pemetaan tanah, penelitian mengenai kesuburan tanah dan penelitian dalam bidang konservasi tanah dan air. Kegiatan survey dan penelitian tersebut diperlukan dalam rangka usaha meningkatkan kesuburan tanah dan mencari areal-

areal pertanian baru.Dalam rangka peningkatan produksi pangan,

pengolahan padi menjadi beras merupakan usaha yang penting. Tabel VI — 10 menunjukkan perkembangan jumlah alat pengolahan padi/huller dan kapasitas produksi beras setahun dari pada penggilingan yang terse-

249

GRAFIK VI – 6PENGGUNAAN PESTISIDA DAN RODENTISIDA

SEKTOR BAHAN MAKANAN1973 – 1975

(ton)

250

dia. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan jumlah alat penggilingan dan kapasitas produksi dari tahun 1974 ke tahun 1975 lebih kecil dari pada peningkatan antara tahun 1973 ke tahun 1974. Di samping itu dari tabel tersebut juga tampak bahwa kapasitas penggilingan yang ada dalam tahun 1975 lebih kecil dari pada jumlah produksi beras dalam tahun yang sama.

TABEL VI - 1 0

JUMLAH ALAT PENGOLAHAN PADI, 1973—1975

Penggilingan Padi Kapasitas ProduksiTahun dan Huller Beras Setahun

(Buah) (Jutaan Ton)

1973 23.974 12,191974 28.952 13,5019751) 29.203 13,62

1) Angka sementara.

Bimbingan dan penyuluhan mempunyai peranan yang menentukan bagi kemajuan para petani. Kegiatan penyuluhan yang dilaksa-nakan meliputi penyelenggaraan kursus tani, penerbitan-penerbitan pertanian, siaran pedesaan dan pembinaan kontak tani/kelompok tani.

Perkembangan. kegiatan penyuluhan antara lain digambarkan oleh meningkatnya jumlah tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ditempatkan di unit-unit desa yang ada. Dalam tahun 1973 PPL yang ada berjumlah 3.960 orang dan tahun 1975 meningkat menjadi 4.853 orang. Jumlah Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) dalam dua tahun Repelita II meningkat sesuai dengan perkembangan jumlah PPL, yakni dari 197 orang pada tahun 1973 menjadi 253 orang pada tahun 1975, (Tabel VI — 11).

Dalam Tabel VI — 11 ditunjukkan pula perkembangan jumlah Unit Desa selama tahun-tahun 1973 — 1975. Di samping itu juga ditunjukkan perkembangan jumlah Badan Usaha Unit Desa, jumlah Koperasi Unit Desa dan jumlah BRI Unit Desa. Sebagaimana kita ketahui

25

GRAFIK VI – 7JUMLAH ALAT PENGOLAHAN PADI 1973 – 1975

252

perkembangan lembaga-lembaga tersebut mempunyai pengaruh yang sangat menentukan terhadap kelancaran dan daya guna penyaluran sarana-sarana produksi dan kredit. Perkembangan jumlah Unit Desa dari 2.941 pada- tahun 1973 dan 3.500 pada tahun 1974 menjadi 4.687 pads tahun 1975 dengan perlengkapan-perlengkapannya meru-pakan gambaran yang nyata dari makin meluasnya daerah yang dapat diintensifikasikan.

TABEL VI—11

PERKEMBANGAN WILAYAH UNIT DESA, PENYULUH PERTANIAN,

BRI UNIT DESA DAN BADAN USAHA UNIT DESA, 1973—1975

Tahun Desa PPL PPS

BRIUnit BUUD/KUD

Unit Desa

1973 2.941 3.960 197 2.069 2.3151974') 3.500 4.517 205 2.509 3.1191975 2) 4.687 4.835 253 2.830 3.683

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

Kegiatan penyuluhan pertanian akan lebih ditingkatkan lagi melalui Pusat-pusat Informasi Pertanian (PIP) yang berfungsi membantu PPL dengan jalan memproduksi publikasi-publikasi, alat-alat peraga, film dan program-program siaran pedesaan.

2. Palawija dan HortikulturaPada tahun 1975 realisasi luas areal 8imas

Palawija, yang dilaksanakan antara lain dengan tujuan diversifikasi usaha tani, mencapai 82% dari rencana. Namun realisasi luar areal tersebut

253

melebihi realisasi tahun-tahun sebelumnya.Secara keseluruhan produksi palawija tahun 1975

lebih kecil dari tahun 1974, kecuali produksi ubi jalar dan kacang tanah. Dalam tahun 1975 produksi palawija terutama dihambat oleh iklim. Curah hujan dalam tahun itu berkelebihan dan tidak teratur sehingga mengganggu pertumbuhan jagung dan kedele.

Areal panen jagung selama tahun 1974 dan 1975 turun dari 2.667 ribu ha menjadi 2,360 ribu ha. Hasil rata-rata per ha juga mengalami penurunan dari 11,28 kw/ha menjadi 11,18 kw/ha. Akibatnya pro-duksi jagung turun dari 3.011 ribu ton pada tahun 1974 menjadi 2.638 ribu ton pada tahun 1975. Seperti disebutkan di atas kemundur-an-kemunduran tersebut terutama disebabkan oleh iklim yang relatif basah (Tabel VI — 12).

TABEL VI— 12LUAS PANEN, HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI JAGUNG,

1973—4975

Tahun Luas Panen(ribu ha)

Hasil Rata2 (kw(ha)

Produksi (ribu ton)

1973

1974

1 )

1975

2 ) 3.433 10,75 3.690

2.667 11,28 3.011

2.360 11,18 2.638

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

Produksi ubi kayu mengalami penurunan sebesar 708 ribu ton, yaitu dari 13.031 ribu ton dalam tahun 1974 menjadi 12.323 ribu ton dalam tahun 1975. Sebaliknya produksi ubi jalar meningkat dengan hanya 9 ribu ton. Hasil rata-rata per ha ubi kayu dalam tahun 1975 sesungguhnya meningkat, tetapi peningkatan hasil per ha tersebut. tidak cukup tinggi sehingga tidak dapat mengimbangi kemerosotan, areal panen yang terjadi. Sedang produksi ubi jalar dapat meningkat karena kenaikan hasil rata-rata per ha dapat meniadakan arti penurun-an areal panen yang terjadi (Tabel VI—13).

Produksi kacang kedele tahun 1975 lebih rendah dari tahun 1974, tetapi produksi kacang tanah lebih tinggi. Kenaikan produksi kacang. tanah dalam tahun 1975 ini terjadi karena dalam tahun tersebut ada. kenaikan baik dalam areal panen maupun dalam hasil rata-rata. Penurunan produksi kacang kedele

disebabkan karena penurunan areal panen. Penurunan areal tersebut merupakan akibat dari curah hujan,

254

GRAFIK VI – 8LUAS PANEN HASIL RATA-RATA PRODUKSI JAGUNG

1973 – 1975

255

yang relatif basah dan tidak menyebar. Hasil kacang kedele per ha dalam tahun 1975 mencapai sedikit lebih tinggi dari tahun 1974 (Tabel VI —14).

TABEL VI — 13

LUAS PANEN, HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI UBI-UBIAN

1973 — 1975

Luas Panen(ribu ha)

Hasil Rata2

(kw/ha)Produksi

(ribu ton)Tahun

Ubi kayu Ubi jalar Ubi kayu Ubi jalar Ubi kayu Ubi Jalar

1973 1.429 379 78,0 63,0 11.186 2.38719741) 1.509 330 - 86,0 75,0 13.031 2.469

1975 2) 1.361 304- 91,0 82,0 12.323 2.478

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara.

TABEL VI—14LUAS PANEN, HASIL RATA-RATA DAN PRODUKSI

KACANG-KACANGAN, 1973 - 1 9 7 5

TahunLuas Panen

(ribu ha)Hasil Rata-rata

(kw/ha)Produksi(ribu ton)

K. Tanah Kedele K. Tanah Kedele K. Tanah Kedele

1973 416 743 6,98 7,28 290 541

1974 ¹) 411 768 7,48 7,67 307 589

1975 ²) 416 733 7,92 7,68 330 563

256

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

Sejak beberapa waktu yang lalu disadari bahwa ada masalahmasalah yang perlu diatasi dalam usaha-usaha meningkatkan produksi palawija. Langkah-langkah yang ditempuh dalam usaha mengatasi masalah-masalah tersebut terutama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan benih unggul, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan meningkatkan proteksi tanaman. Di samping itu juga diadakan usaha-usaha untuk memperlancar dan mempertinggi daya guna pemasaran palawija, seperti mengadakan penyuluhan mengenai pemasaran dan memberikan informasi pasar. Kegiatan melengkapi catur sarana unit desa antara lain juga dimaksudkan untuk mendorong perkembangan produksi palawija.

Dalam tahun 1975 ekspor palawija menurun. Penurunan yang terjadi meliputi ekspor semua jenis palawija (Tabel VI — 15). Menu-rut pengamatan sementara hal tersebut disebabkan karena produksi menurun, kebutuhan dalam negeri meningkat dan harga pasaran luar negeri kurang menarik.

TABEL VI — 15

EKSPOR PALAWIJA, 1973 — 1975 (ribuan ton)

1973

1974

1975 1)

Kenaikan

% Kenaikan Rata-rata1974-

19751973-1975

Jagung 181,3

196,8

50,72 — 74,23 — 32,87Kacang tanah 21,4 11,6 7,36 — 36,55 — 41,18Kedele 36,0 4,1 0,03 — 99,27 — 93,94Gaplek. 75,

4396,

0302,2

1— 23,68 200,76

Tapioka, 1,3 7,5 0,13 — 98,27 189,321) Angka sementara.

257

Peningkatan produksi sayur-sayuran dan buah-buahan dianggap penting karena komoditi tersebut mengandung vitamin serta mineral yang sangat diperlukan untuk perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat.

4975GRAFIK VI – 9

EKSPOR PALAWIJA, 1973 -1975

258

50,72

1974 1973

15

la7,36

5

(Sambungan Grafik VI – 9)

259

Sistim tata niaga yang masih belum sempurna serta industriindustri pengawetan hasil produksi yang belum berkembang merupakan faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan produksi horti-kultura yang lambat. Hal ini ternyata dari adanya gejala bahwa dalam musim panen, produksi di suatu tempat berlimpah ruah sehingga harganyapun merosot sedang di tempat lain sulit didapatkan dan harganyapun tinggi. Karena itu usaha peningkatan produksi sayuran dan buah-buahan perlu diimbangi dengan usaha perbaikan pemasaran, termasuk struktur tata niaganya.

Sejak musim tanam 1975/76 dilaksanakan Inmas sayur-sayuran. Dengan demikian penyediaan sarana dan pelayanan bagi para petani sayuran bertambah baik. Demikian jugs kegiatan penyuluhannya.

Luas panen, hasil rata-rata dan produksi sayur-sayuran pada tahun 1975 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Kemunduran ini terutama disebabkan oleh adanya hujan yang terlalu banyak pada waktu tanaman tidak membutuhkannya dan karena adanya pergeseran areal tanam dari sayuran daratan rendah ke komoditi lainnya. Karena curah hujan dalam tahun 1975 terlalu' banyak maka luas panen dan produksi buah-buahan pada tahun 1975 lebih rendah dari tahun 1974 (Tabel VI — 16).

TABEL VI — 16LUAS PANE' N DAN PRODUKSI HORTIKULTURA,

1975— 1975

TahunLuas Panen(ribuan ha)

Produksi(ribuan ton)

Hasil Rata(kw/ha)

Sayuran Buah2-an Sayuran Buah2-an Sayuran

Buah2-an

1973 676 6961) 2.295 4.249 33,941) 61,031)

1974 3) 691 723 2.579 5.179 37,301) 71,591)260

1975 3) 546 719 2.015 5.169 36.86 71,91

1) Angka diperbaiki. 2) Angka sementara. 3) Angka perkiraan.

GRAFIK VI - 10

WAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA1973 - 1975

SAYURAN BUAH-BUAHAN

261

C. PERKEBUNANSebagaimana diketahui bidang perkebunan

terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan negara. Hampir seluruh tanaman kelapa, cengkeh, lada dan kapas merupa-kan tanaman perkebunan rakyat. Sebagian besar dari tanaman karet, teh, kopi dan tembakau juga merupakan tanaman perkebunan rakyat. Adapun tanaman tebu sebagian besar masih diusahakan oleh pabrik. Perkebunan besar swasta pada umumnya mengusahakan tanaman karet, teh, kopi, kelapa sawit dan tebu, sedangkan perkebunan negara terutama mengusahakan tanaman karet, kelapa sawit, teh dan tebu.

Sejak akhir Repelita I usaha pembangunan perkebunan lebih dititik beratkan pada pembangunan perkebunan rakyat. Di mana mungkin, pembangunan perkebunan negara juga dikaitkan dengan usaha pembangunan perkebunan rakyat. Dalam menunjang usahausaha peremajaan perkebunan rakyat telah dilaksanakan rehabilitasi kebun-kebun induk, tanaman percontohan dan pengusahaan kebunkebun pembibitan untuk menyebarkan bibit-bibit unggul kepada petani perkebunan.

Sejak tahun pertama Repelita II telah dilaksanakan proyek Peremajaan Karet Rakyat dan proyek Pusat Koagulasi Karet Rakyat. Dewasa ini proyek Peremajaan Karet Rakyat mengelola 4 unit pe- remajaan, masing-masing meliputi areal seluas 10.000 Ha, dan proyek Koagulasi Karet Rakyat mengelola 18 unit pengolahan, masing-masing meliputi areal seluas 2.500 Ha. Lokasi unit-unit proyek tersebut tersebar di daerah penghasil karet di Sumatera dan Kalimantan.

Pelaksanaan proyek Pusat Pembinaan Kelapa sudah meliputi 89 unit peremajaan masing-masing seluas 3.000 Ha dengan penyediaan bibit 6.230 ribu biji. Lokasi unit-unit tersebut tersebar di daerah-

daerah. Di samping itu telah dilaksanakan pula pembangunan Kebun Induk Kelapa Hibrida di 5 tempat, yaitu Aceh, Nias, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Penerapan sistim Bimas dalam bidang perkebunan rakyat baru meliputi tanaman kapas, tebu, lada dan cengkeh dan organisasi pe-laksanaannya masih memerlukan beberapa penyempurnaan.

262

Produksi perkebunan tahun 1975 sebagai keseluruhan pada umumnya menunjukkan kenaikan -

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VI — 1, ter-nyata bahwa dalam dua tahun pertama Repelita II produksi kelapa sawit, kelapa/kopra dan gula tebu terus meningkat. Produksi cengkeh tampak meningkat dibanding dengan tahun 1974, tetapi lebih rendah dari pada produksi tahun 1973. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa produksi teh dalam tahun 1974 lebih rendah dari produksi tahun 1973. Namun peningkatan tahun 1975 cukup tinggi sehingga produksi tahun 1975 - juga lebih tinggi daripada produksi tahun 1973.

Produksi kapas dalam tahun 1975 menurun sebesar 22,4%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh terjadinya penyimpangan iklim, yang antara lain tercermin dalam curah hujan yang lebih banyak pada saat-saat hasil akan dipanen, sehingga panen banyak yang rusak.

Tanaman kapas, yang terutama diusahakan dalam perkebunan rakyat, terdiri dari dua macam, yakni tanaman kapas intensifikasi dan tanaman kapas tradisionil. Untuk tanaman kapas intensifikasi penyediaan sarana produksi yang diperlukan dan pemasaran hasilnya dilakukan oleh PERUM Kapas, kebutuhan kredit disediakan oleh BRI. Perkembangan tanaman kapas intensifikasi dan kapas tradisionil selama tahun 1973 — 1975 dapat dilihat pada Tabel VI — 17.

Peningkatan produksi gula terutama dilaksanakan dengan usaha meningkatkan produksi tebu per ha. Di samping peningkatan produksi dalam bidang ini juga diusahakan peningkatan pendapatan petani tebu dengan jalan memperluas areal tebu rakyat intensifikasi. Dalam tahun 1975 telah dilaksanakan pengusahaan tebu rakyat intensifikasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa

Timur. Penyediaan sarana produksi untuk tebu rakyat intensifikasi diusahakan oleh pabrik-pabrik yang bersangkutan. Kegiatan tebu rakyat intensifikasi dalam tahun tersebut meliputi 11.488 ha.

Dalam usaha memperluas tanaman tebu dan mencari kemung-kinan untuk pembangunan pabrik-pabrik gula di guar Jawa telah

263

dikembangkan percobaan-percobaan penanaman tebu di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan di Nusa Tenggara Timur.

TABEL VI —17LUAS AREAL DAN PRODUKSI KAPAS, 1973 — 1975

Luas Areal (ha) Produksi (ton)

KapasRakyat

KapasIntensi- Jumlah

KapasRakyat

KapasIntensi- nsi-

JumlahTahun Tradisi-

onilfikasi Tradisi-

onil fikasi

1973 9.565 3.416 12.981 1.155 1.556 2.714

1974 11.586 1) 6.455 18.041 3.218') 3.522 6.740

1975 ²) 11.350` 7.400- 18.750 2.574 2:667 5.241

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

Perkembangan produksi beberapa komoditi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat dapat dilihat pada Tabel VI — 18. Sebagaimana tampak dalam tabel tersebut produksi kelapa/kopra dalam tahun 1975 lebih tinggi dari pada produksi tahun-tahun 1973 dan 1974.

Pada umumnya produksi komoditi perkebunan rakyat lainnya dalam tahun 1975 tidak menunjukkan kenaikan yang nyata. Produksi karet dan kapas bahkan. menurun. Penurunan produksi karet me-rupakan akibat dari merosotnya harga karet di pasaran dunia. Karena penurunan harga tersebut petani karet banyak yang tidak menyadap karetnya.

264

Penurunan produksi kapas disebabkan oleh penyimpangan iklim dalam tahun 1975.

Pada saat ini peningkatan produksi yang diharapkan sebagai akibat investasi Pemerintah melalui proyek-proyek perkebunan rakyat belum dapat dilihat hasilnya. Sebagian besar dari pada areal tanaman yang dijadikan sasaran investasi tersebut belum produktip.

TABEL VI — 18PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT, 1973 — 1975

(ribu ton)

1973 1974 1) 1975 2)

Karet 599 573 566Kelapa/Kopra 1.233 1.419 1.45Teh 14 15 15Kopi 140 142 140Cengkeh 22 15 16Gula Tebu 199 250 221Lada 29 27 27Tembakau 69 70 66Kapas 2,7 6,7 5,2

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

Perkembangan produksi perkebunan besar swasta, seperti ditunjukkan pada Tabel VI 19, pada umumnya cukup menggembirakan. Bila dibandingkan dengan tahun 1974 produksi beberapa komoditi, seperti karet, teh, kopi, kelapa sawit dan gula tebu, dalam tahun 1975 mengalami kenaikan yang berarti. Kenaikan produksi tersebut terutama dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan swasta asing.

Permodalan dan pengelolaan dalam perkebunan-perkebunan swasta asing pada umumnya memadai. Dengan demikian kegiatankegiatan pemeliharaan, pemupukan dan pengolahan hasil serta pemupukan pada umumnya dapat dilaksanakan lebih cermat. Perkebunan-perkebunan besar milik swasta nasional masih memerlukan bantuan di bidang-bidang pengelolaan dan permodalannya.

Perkembangan produksi perkebunan besar negara 265

(PNP/PTP) dapat diikuti dalam Tabel VI — 20.

TABEL VI – 19PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA, 1973 – 1975

(ribu ton)

TABEL VI – 20PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA (PNP/PTP), 1973 – 1975

(ribu ton)

266

Dalam tahun 1975 produksi minyak sawit, inti ,sawit, teh dan gula tebu yang dihasilkan oleh perkebunan besar negara juga meningkat. Peningkatan produksi kelapa sawit terutama disebabkan oleh adanya perluasan-perluasan areal, peningkatan-peningkatan dalam bidang kultur tehnis dan penggunaan bibit-bibit unggul. Peningkatan produksi teh terutama disebabkan oleh pemeliharaan tanaman teh yang lebih baik serta pemupukan yang lebih tepat dan teratur. Dan peningkatan produksi gula tebu terutama disebabkan oleh intensifikasi dalam pemeliharaan tanaman, pemakaian jenis unggul, perbaikan sarana produksi serta rehabilitasi pabrik-pabrik gula.

Selama tahun-tahun 1973, 1974 dan 1975 produksi karet perkebunan besar tidak menunjukkan kenaikan. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan luas areal karet sebagai akibat konversi areal tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit serta penghapusan areal yang tidak menguntungkan. Sedang produksi per ha se-lama tahun-tahun tersebut terus meningkat berkat pemeliharaan yang lebih baik dan teratur, penerapan sistim penyadapan yang lebih baik, penggunaan stimulasi dan telah dilaksanakannya penanaman bibit jenis unggul.

Volume ekspor untuk komoditi-komoditi hasil perkebunan dalam tahun 1975 pada umumnya mengalami penurunan, kecuali minyak sawit dan kopi. Ekspor kedua komoditi tersebut dalam tahun tersebut masing-masing meningkat 37,4% dan 14;8%.

D. PERIKANAN

Dalam bidang perikanan terdapat dua macam usaha, yaitu usaha penangkapan dan usaha pemeliharaan. Usaha penangkapan ikan umumnya

267

merupakan usaha penangkapan di laut dan usaha pemeliharaan adalah usaha pemeliharaan ikan di darat. Di antara perusahaan-perusahaan yang melaksanakan penangkapan ikan di laut dapat dibedakan antara perusahaan-perusahaan perikanan industri yang maju, perusahaan-perusahaan perikanan industri yang sedang dan perusahaan-perusahaan perikanan rakyat. Perusahaan perikanan industri yang maju mempunyai kemampuan permodalan yang tinggi dan menggunakan tehnologi dan teknik pengelolaan yang maju. Di

GRAFIK VI – IIPRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA (PNP/PTP)

1973 – 1975(Ribuan Ton)

268

(Sambungan Grafik VI – 11(Ribuan ton)

269

antara perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam kelompok ini ada yang merupakan usaha bersama antara perusahaan nasional dan perusahaan asing dengan fasilitas PMA.

Perusahaan-perusahaan perikanan industri sedang kebanyakan sudah memiliki kemampuan permodalan yang agak tinggi dan menggunakan tehnologi dan tehnik pengelolaan yang sudah cukup baik. Di antara perusahaan-perusahaan ini, dalam penanaman modalnya, sudah ada yang menggunakan fasilitas PMDN.

Perusahaan-perusahaan perikanan rakyat, pada umumnya masih menggunakan cara dan alat penangkapan tradisionil. Kebanyakan di antaranya adalah perusahaan keluarga.

Dalam pembangunan bidang perikanan, pembinaan bidang perikanan rakyat memperoleh prioritas utama. Usaha-usaha pembinaan perikanan rakyat dilakukan secara intensif melalui penyuluhan tehnis, penyuluhan mengenai pengelolaan dan cara-cara mendapatkan modal dengan menggunakan fasilitas KIK dan KMKP. Di samping itu untuk membantu meningkatkan kemampuan berproduksi para nelayan telah dilaksanakan juga rehabilitasi tempat-tempat pendaratan perahu/kapal perikanan rakyat. Tempat-tempat pendaratan itu selain dilengkapi dengan prasarana yang diperlukan untuk bongkar muat hasil-hasil perikanan juga dilengkapi dengan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, seperti penye-diaan air bersih dan penerangan listrik. Di samping itu dalam dua tahun terakhir ini sudah dibangun sebanyak 9 buah basis pendaratan kapal ikan yang baru dan dalam rangka membantu pemasaran hasil-hasil tangkapan para nelayan telah dibangun tempat-tempat pelelangan ikan.

Pemeliharaan ikan di darat terutama terdiri atas usaha pertambakan, perkolaman dan pemeliharaan ikan di sawah. Usaha-usaha pemeliharaan pada umumnya juga merupakan usaha perikanan rakyat. Dalam pada itu, untuk memenuhi kebutuhan akan bibit unggul yang bebas dari hama di beberapa daerah utama perikanan darat 'telah dibangun Balai

Benih Ikan (BBI).Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi

perikanan selama tahun-tahun 1973 — 1975 memperlihatkan hasil yang cukup meng-

270

gembirakan. Produksi perikanan selama tahun-tahun tersebut setiap tahun rata-rata telah meningkat sebesar 4,55%. Peningkatan itu lebih dari peningkatan rata-rata produksi perikanan per. tahun yang direncanakan dalam Repelita II, yaitu .4%.

Perkembangan produksi perikanan mulai tahun 1973 sampai dengan tahun 1975 dapat dilihat dalam Tabel VI — 21.

TABEL VI—21PRODUKSI PERIKANAN, 1973 — 1975

(ribu ton)

Ienis Hasil 19731) 19741) 19752) % Kenaikan1974-1975

KenaikanRata-rata1973-1975

Ikan Laut 886 949 994 4,7 5,8

Ikan Darat 393 395 403 2,0 1,25

Jumlah 1.279 1.344 1.397 4,0 4,55

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara.

Seperti dalam periode Repelita I peningkatan produksi perikanan laut lebih besar daripada peningkatan produksi perikanan darat. Peningkatan produksi perikanan laut terutama dihasilkan oleh peningkatan motorisasi armada penangkapan ikan dan peningkatan penggunaan alat-alas penangkapan yang lebih produktif, seperti trawl, purse seine dan gill net.

Perkembangan penggunaan kapal/perahu bermotor sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1975 dapat dilihat pada Tabel VI — 22. Dari tabel tersebut terlihat bahwa daerah Sumatera merupakan daerah yang paling banyak menggunakan

271

perahu/kapal bermotor, yaitu sebanyak 7.400 buah atau lebih kurang 45,5% dari jumlah seluruhnya. Sedangkan daerah Sulawesi merupakan daerah yang paling banyak menggunakan perahu tidak bermotor, yaitu sebanyak 94.900 buah atau lebih kurang 36,9% duri jumlah seluruhnya.

GRAFIK V1 — 12 PRODUKSI PERIKANAN, 1973'— 1975 (Ribu toil)

1.3441.279.

. 1.000 --

500 -

886

1.500 —

1 , 397

395

949

1975 ²)

994

1974¹)1973)

IKAN LAUT IKAN DARAT

KETERANGAN 1), ANGKA DIPERBAIKI 2). ANGKA SEMENTARA

272

TABEL VI - 22.JUMLAH DAN PENYEBARAN PERAHU BERMOTOR DAN PERAHU

TIDAK BERMOTOR PENANGKAP IKAN MENURUT DAERAH,1973 – 1975

Perahu/Kapal Bermotor Perahu Tidak BermotorDaerah

19731) 1974 ²) 1975 3)

1973 1) 1974 2)

1975 3)

1. Sumatra 5.910 7.384 7.400 44.389 46.961 46.9002. Jawa 1.651 2.345 2.500 50.682 50.519 50.5003. Kaliman- 3.027 3.493 3.600 16.583 14.147 14.200

4.tanSulawesi 679 1.609 1.700 63.617 94.87

8.

94.9005. Bali dan

NusaTenggara 99 194 200 30.708 25.646 25.600

6. Malukudan IrianJaya 691 826 850 24.636 25.013 25.000

Jumlah 12.057 15.851 16.250 230.615 257.164 257.100

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Angka perkiraan

Secara keseluruhan jumlah perahu/kapal bermotor selama tahun 1973 – 1975 terus mengalami kenaikan yang cukup menggembirakan, yaitu rata-rata 17% setahun. Antara tahun 1973 dan tahun 1974 jumlah tersebut meningkat sebesar 31,4% dan antara tahun 1974 dan tahun 1975 meningkat dengan 2,5%. Sedangkan jumlah perahu tidak bermotor menunjukkan angka yang relatip tetap, malah dalam tahun 1975 menunjukkan jumlah yang menurun.

Dari angka-angka perkembangan produksi ikan laut dan jumlah kapal/perahu yang digunakan terlihat bahwa

273

produktivitas rata-rata penangkapan ikan di laut telah meningkat dari 2,83 menjadi 3,64 ton/kapal/tahun.

Peningkatan produksi perikanan darat relatip lambat. Hal ini terutama disebabkan, pertama, oleh karena penanaman modal dalam usaha perikanan darat sangat kurang dan kedua, karena luas areal pemeliharaan ikan cenderung menurun. Perkembangan luas areal pemeliharaan ikan selama tahun-tahun 1973 — 1975 dapat dilihat dari Tabel VI — 23.

TABEL VI – 23LUAS AREAL PEMELIHARAAN IKAN,1973 — 1975

(ha)

Tahun Tambak Kolam Sawah

1973 1) 184.090 36.037 61.7821974 1) 152.073 34.859 59.1481975 2) 152.355 34.970 59.290

1) Angka diperbaiki2) Angka perkiraan

Dari Tabel VI — 23 terlihat bahwa usaha pemeliharaan ikan di tambak merupakan usaha perikanan darat yang terluas arealnya, yaitu sebesar 152.355 ha atau 61,7% dari luas areal seluruh usaha pemeliharaan ikan untuk tahun 1975. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa luas areal pemeliharaan ikan pada tahun 1974 lebih sempit dari tahun 1973. Namun tabel tersebut juga menunjukkan bahwa pada tahun 1975 luas areal tersebut meningkat sedikit.

Tabel VI — 24 menunjukkan angka perkembangan produksi perikanan darat disusun menurut jenis perairan pemeliharaan. Perbandingan angka-angka produksi dalam tabel tersebut dengan angka-angka luas areal dalam Tabel VI — 23 menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata pemeliharaan ikan di air payau meningkat dari 369 Kg/ha/tahun dalam tahun 1973 menjadi 446 Kg/ha/tahun dalam tahun 1975 dan produktivitas rata-rata pemeliharaan ikan di air ta-war meningkat dari 807 Kg/ha/tahun dalam tahun 1973 menjadi 975 Kg/ha/tahun dalam tahun 1975. Dari

274

angka-angka dalam kedua

Label tersebut dapat disimpulkan bahwa selama tahun-tahun 1973 —1975 para petani pengusaha ikan darat sudah mulai melaksanakan intensifikasi usaha pemeliharaan. Usaha extensifikasi masih perlu di-kembangkan.

TABEL VI — 24PRODUKSI PERIKANAN DARAT MENURUT JENIS PERAIRAN,

1973 — 1975(ribu ton)

275

TahunUsaha Pemeliharaan

AirPayau

AirTawar

Jumlah PerairanUmum

Jumlah

1973 1) 75 79 154 -239 3931974 ²) 66 88 154 241 3951975 2) 68 92 160 243 403

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Volume ekspor hasil-hasil perikanan dalam tahun-tahun 1973 — 1975 umumnya sedikit menurun.. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya permintaan di pasar luar negeri sebagai akibat resesi ekonomi dunia. Perkembangan volume ekspor hasil-hasil perikanan dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1975 terlihat dari Tabel VI — 25.

Dari Tabel VI — 25 terlihat bahwa untuk tahun 1975 komoditi udang masih merupakan komoditi yang terbesar jumlah ekspornya, yaitu sebesar 25.121 ton, atau kurang lebih 61,7% dari jumlah seluruh volume ekspor hasil perikanan.

Perkembangan volume impor hasil-hasil perikanan dapat dilihat dari Tabel VI 26. Dari tabel tersebut terlihat bahwa komoditi ikan dalam kaleng merupakan komoditi perikanan yang volume impornya terbesar dibanding dengan komoditi perikanan lainnya, yaitu sebesar 6.365 ton, atau 95,7% dari seluruh volume impor hasil perikanan.

TABEL VI – 25VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,

1973 – 1975(ton)

TABEL VI – 26VOLUME IMPOR HASIL-HASIL PERIKANAN, 1973 -1975

(ton)

276

Penanaman modal dalam bidang perikanan terus meningkat. Pada tahun 1973 sebanyak 10 buah perusahaan menanamkan modal dengan fasilitas PMA. Jumlah tersebut dalam tahun 1974 meningkat menjadi 16 buah dan tahun 1975 menjadi 17 buah dengan rencana penanaman sebesar US $ 65 juta. Dari rencana penanaman tersebut telah direalisir sebesar US $ 40,5 juta. Di samping itu sampai dengan. tahun 1975 sudah terdaftar sebanyak 23 perusahaan yang menanamkan modalnya dengan fasilitas PMDN, sedangkan pada tahun 1974 baru 14 buah. Rencana investasi seluruh perusahaan tersebut berjumlah Rp. 18.868,— juta, yang telah direalisir men-capai Rp. 7.084,— juta.

Selanjutnya sampai dengan tahun 1975 juga tercatat penanaman modal yang dilakukan oleh 6 buah perusahaan perikanan pemerintah, yang berbentuk P.T., P.N. dan PERUM, dengan rencana penanaman sebesar Rp. 28.518,— juta. Dari rencana tersebut telah direalisir sebesar Rp. 16.719,— juta.

Dalam usaha perikanan rakyat sampai dengan tahun 1975 telah direalisir kredit KIK/KMKP yang berasal dari program 1974/75 sebesar Rp. 2.008,— juta.

E. KEHUTANANHakekat pembangunan di bidang kehutanan

adalah memanfaatkan hasil hutan untuk pembangunan dan membina sumber-sumber alam untuk kelestarian hutan, tanah dan air. Sesuai dengan hakekatnya, maka tujuan pembangunan kehutanan adalah meningkatkan produksi: kayu dan hasil hutan lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk ekspor, mengusahakan agar ekspor kayu olahan semakin meningkat, meningkatkan bagian pendapatan yang dapat diinvestasikan oleh negara, menjaga kelestarian

277

potensi sumber alam tanpa mengurangi kemungkinan untuk memanfaatkan sumber alam tersebut dengan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan dan memperluas lapangan kerja.

1. Produksi dan ekspor hasil hutanPerkembangan produksi dan ekspor hasil hutan

terutama kayu menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pro-

duksi kayu tahun 1975 mencapai 19,0 juta M3, sedangkan tahun 1974 mencapai 23,3 juta M3. Ekspor kayu tahun 1975 mencapai 13,9 juta M3, sedang tahun sebelumnya mencapai 18,4 juta M3

(Tabel VI — 27).TABEL, VI — 27

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU INDONESIA, (KAYU JATI DAN KAYU RIMBA)

1973 — 1975

1973 25.800 19.488 75.5

1974 23.280 18.448 79.2

1975 2) 19.000 13.921 73.3

1) Round wood equivalent2) Angka sementara

Penurunan-penurunan tersebut, di samping disebabkan adanya resesi krisis moneter dunia, juga disebabkan oleh kenaikan hargaharga spare-parts, kenaikan upah buruh dan oleh adanya kesulitan dalam mendapatkan kapal untuk mengangkut kayu.

Khusus mengenai kayu jati produksinya meningkat, dari 620.000 M3 tahun 1974 menjadi 660.000 M3 pada tahun 1975, sedangkan ekspornya menurun dari 25.200 M3 pada tahun 1974 menjadi 21.000 M3 pada tahun 1975 (Tabel VI — 28). Penurunan ekspor kayu jati ini merupakan hasil kebijaksanaan pengurangan ekspor untuk meningkatkan pengolahan di dalam negeri.

Seperti tahun yang lalu, dalam tahun 1975 juga terjadi perubahan dalam komposisi jenis-jenis kayu yang diekspor. Dalam tahun 1975 jenis meranti menduduki tempat yang semakin menonjol sebagai

Produksi________Ekspor_________% Ekspor terhadap(ribuan m3 r.e.) 1) produksi

Tahun

278

kayu ekspor. Sumbangannya kepada seluruh ekspor kayu mencapai 68,2%. Sedangkan dalam tahun 1974 sumbangannya sebesar 64,3%. Peranan kayu ramin, kayu jati dan kayu kapur/keruing juga meningkat (Tabel VI — 29).

TABEL VI — 28PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI,

1973 — 1975

Tahun Produksi Ekspor % Ekspor terhadap(ribuan m³ r.e.) ¹) Produksi

1973 676 72.4 10.71974 2) 620 25.2 4.061975 3) 660 21 3.18

1) Round wood equivalent2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

TABEL VI — 29PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT KOMODITI,

1973 — 1975(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

Jenis Kayu 1973 1974 19751)

1. Meranti 58,0 64,3 86,2

2. Ramin 8,8 5,0 5,73. Agathis 3,9 6,0 2,5 4. Jati 0,8 0,2 0,3 5. Pulai 1,7 2,2 1,26. Kapur/keruing 6,9 8,9 10,27. Lain-lain 19,2 15,4 11,9

1) Angka sementara

279

GRAFIK VI – 13PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU INDONESIA

(KAYU JATI DAN KAYU RIMBA)1973 - 1975

280

2Dalam tahun 1975 ekspor kayu konversi` sangat meningkat dibandingkan dengan tahun 1974. Pada tahun 1974 ekspor kayu konversi ini menurun, yaitu mencapai 361.400 Ma, sedangkan dalam tahun 1973 mencapai 430.700 Ms. Tahun 1975 naik lagi menjadi 410.000 M3 (Tabel VI — 30). Perkembangan itu sangat menggembirakan karena sesuai dengan kebijaksanaan untuk menggeserkan ekspor kayu kita dari kayu logs ke kayu konversi.

TABEL VI — 30

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU KONVERSI, 1973/74 — 1975/76

281

Tahun Volume % terhadap(ribuan M3) seluruh ekspor kayu

1973/74 430,7 2,201974/75 361,4 1,951975/ 76 1) 410,0 2,941) Angka sementara.

Usaha-usaha mengurangi ketergantungan ekspor kayu Indonesia pada satu negara mulai kelihatan hasilnya. Persentase volume ekspor kayu Indonesia ke Jepang dalam tahun 1975 menurun dibanding dengan tahun sebelumnya. Tahun 1974 ekspor Indonesia ke Jepang mencapai 66,0% terhadap seluruh ekspor kayu, dan dalam tahun 1975 menurun menjadi 54,4% (Tabel VI — 31).

Dalam dua tahun terakhir ini peranan Kalimantan Timur sebagai daerah asal kayu ekspor meningkat dari 40,1% pada tahun 1974 menjadi 48,6% pada tahun 1975. Sama halnya dengan peranan Kali-mantan Timur, peranan Kalimantan Selatan juga meningkat. Sedang peranan daerah-daerah lain pada umumnya menurun (Tabel VI — 32).

Ekspor hasil hutan lainnya, khususnya rotan dan damar/kopal, dalam tahun 1975 menurun.

Dalam tahun 1975 jumlah pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) meningkat dengan 25 unit sehingga menjadi 267 unit. Kenaikan tersebut terdiri atas 24 unit swasta nasional dan satu unit joint

TABEL VI - 3 1PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI

NEGARA TUJUAN, 1973 - 1975(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayo)

.Negara Tujuan 1973 1974 19751)

1. Jepang 63,3 66,0 54,4

2. Korea Selatan 9,7 11,6 19,7

3. Taiwan 9,2 12,0 15,54. Singapura 9,8 4,4 5,45. Italia 1,7 1,3 1,66. Lain-lain 6,3 4,7 3,3

1) Angka sementara.

TABEL VI – 32PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT DAERAH ASAL,

1973 – 1975

282

enterprise. Ke 267 HPH tersebut meliputi areal seluas 26,2 juta ha dengan jumlah rencana investasi sebesar US S. 979,2 juta serta Rp. 520, — juta.

TABEL VI — 33PERKEMBANGAN EKSPOR HASIL HUTAN LAINNYA.

1973 — 1975

283

Tahun Rotan(ribuan ton)

Kopal/Damar (ribuan ton)

1973 19741975 2)

10,7 1)

9,3 4,3

43,3 53,4 42,9

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Perusahaan-perusahaan yang telah memperoleh izin investasi berjumlah 71 buah,, seluruhnya meliputi areal seluas 6,1 juta ha dan rencana investasi sebesar US. $. 182,8 juta. Yang telah memperoleh Persetujuan Kehutanan (Forestry Agreement) berjumlah 27 unit, meliputi areal seluas 2,4 juta ha serta rencana investasi sebesar US. $. 62,4 juta.

Persetujuan Survey yang telah diberikan kepada perusahaanperusahaan berjumlah 233 unit dan Persetujuan Sementara berjumlah 48 unit. Persetujuan-persetujuan itu seluruhnya meliputi areal seluas 30,5 juta ha (Tabel VI -- 34).

2. Reboisasi dan PenghijauanSelama tahun-tahun 1974/75 dan 1975/76

kegiatan reboisasi meningkat.Dalam tahun 1975 reboisasi direncanakan

meliputi 42.376 ha. Dari rencana tersebut yang berhasil dilaksanakan tahun 1975 mencapai 39.113 ha. Jumlah areal tersebut tidak mencakup yang dibiayai dengan APBD dan yang dilaksanakan oleh pengusaha swasta dan

TABEL VI – 34PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN

(Sampai dengan bulan Maret 1976)

284

Perum Perhutani. Reboisasi yang dibiayai pengusaha swasta dan Pe-rum Perhutani dalam tahun 1975 mencapai 44.745 ha, sedangkan tahun sebelumnya hanya mencapai 10.295 ha (Tabel VI 35). Di samping usaha reboisasi di atas terdapat pula reboisasi rutin yang dilakukan oleh para Pemegang HPH di areal bekas 'tebang pilihnya.

Penghijauan tahun 1975/76 direncanakan akan meliputi 82.210 ha. Dari rencana tersebut tercapai 70.623 ha atau 86,76%.

TABEL VI — 35

REBOISASI DAN PENGHIJAUAN, 1973/74 — 1975/76 (dalam ha)

DibiayaiAPBN APBD Pengusaha Reboisasi Penghijauan 1)Tahun Dibiayai Dibiayai Jumlah

285

1973/74 20.7911974/75 35.2871975/76 2) 39.113

11.571 pm pm

21.040 53.402 104.50010.295 45.582 149.80244.745 83.858. 70.623

1) Termasuk pengawetan tanah2) Angka sementara

F. PETERNAKANDalam Repelita II kebijaksanaan pembangunan

peternakan ditekankan pada kegiatan penyuluhan, pemberantasan dan pencegahan penyakit, penyediaan dan penyebaran bibit ternak serta peningkatan penyediaan kredit untuk peternak. Di samping itu diusahakan pula perbaikan fasilitas pengobatan, peningkatan produksi dan distribusi ransuman serta obat-obatan dan bantuan untuk perkembangan ko-perasi peternakan.

Sebagaimana ternyata dari Tabel VI — 36 selama dua tahun pertama Repelita II perkembangan populasi ternak sapi, kerbau; domba dan kambing, menunjukkan penurunan yang cukup besar. Tetapi tabel tersebut juga menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi dalam tahun 1975 tidak sebesar dalam tahun 1974. Bahkan dalam tahun 1975 ternak kerbau dan kambing masing-masing bukan menurun melainkan bertambah sebesar 0,75% dan 0,08%. Tetapi sapi dan domba masing-masing menurun sebesar 0,02% dan 2,26%.

Selama dua tahun tersebut populasi kuda, babi, sapi perah, ayam dan itik rata-rata menunjukkan kenaikan yang cukup berarti.

Perkembangan populasi ternak seperti yang dikemukakan terse-but mungkin disebabkan karena dua hal. Di satu pihak konsumen lebih menyukai daging sapi dan domba dari pada daging ternak lainnya, sehingga jumlah pemotongan terhadap sapi dan domba setiap tahun jauh lebih besar dari ternak lainnya dan di pihak lain kemampuan untuk meningkatkan tingkat kelahiran sangat terbatas. Yang terakhir ini disebabkan karena stock bibit (breeding stock) yang ada sangat terbatas dan pada tahun 1973 kawin suntik belum digunakan untuk pembiakan sapi potong.

Tingkat pemotongan ternak yang tinggi disebabkan karena per-mintaan terhadap daging terus meningkat. Tetapi tingkat pemotongan yang tinggi itu juga disebabkan karena usaha-usaha peningkatan produksi daging per satuan ternak belum memberikan hasil yang cukup

TABEL VI — 36POPULASI TERNAK, 1973 — 1975

(ribu ekor)

286

besar untuk dapat menekan tingkat pemotongan tanpa menekan persediaan daging, Sampai sekarang berat karkas ternak potong kita masih belum tinggi, yaitu: sapi potong rata-rata 156 Kg, kerbau 160 Kg, domba 10 Kg, kambing 10 Kg, babi 40 Kg dan ayam 0,5 Kg.

Usaha untuk meningkatkan mutu genetik ternak telah dilakukan dengan jalan menyebarkan bibit ternak sapi, kerbau, kuda, babi, kam-bing dan domba (label VI — 37). Dalam tahun 1975 jumlah bibit ternak yang disebarkan pada umumnya lebih banyak dari tahun 1974, kecuali bibit untuk sapi perah, kuda, kambing dan domba.

Dalam tahun 1975 juga telah dikirim sebanyak 38.317 ekor bibit ayam unggul ke 19 daerah. Selain itu dalam tahun 1975 oleh. pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta telah diimpor bibit: sapi, bibit kuda, bibit babi, bibit domba, serta bibit unggas yang terdiri atas Parent Stock Layer dan Parent Stock Broiler.

TABEL VI — 37PENYEBARAN BIBIT TERNAK, 1973 — 1975

(ekor)

Jenis Ternak Penyebaran bibit ternak1973 1974 1975 ¹)

Sapi Bali 3.102 4.083 7.736Sapi Perah 79 41 17Sapi P.O. 1.282 530 558Sapi S.O. 1.100 1.150 1.440Sapi Madura 56 — —Kerbau 307 1.098 1.488K u d a 403 795 265B a b i 20 240

287

Kambing & Domba 212 1.153 435

Jumlah : 6.541 8.870 12.179

¹) Angka sementara.

Untuk membantu, peningkatan populasi ternak sejak away Repelita II telah dikembangkan kawin buatan (artificial insemination) untuk sapi perah dan sapi potong. Dalam rangka pengembangan kawin buatan telah disebarkan pula semen beku (frozen semen) sapi bibit unggul asal impor. Angka-angka penyebaran semen beku untuk tahun-tahun '1974 dan 1975 disajikan dalam Tabel VI — 38.

Kebijaksanaan pengembangan kawin buatan ini sangat berarti bagi para peternak. Dengan dilaksanakannya kebijaksanaan tersebut Para peternak tidak perlu memelihara pejantan dan dapat mengawinkan sapinya pada waktu yang tetap.

TABEL V I — 38

REALISASI PENGIRIMAN SEMEN BEKU UNTUK SAPIKE DAERAH-DAERAH,

1974 - 1975(dalam dosis)

1974 1975D A E R A H Sapi

PerahSapi Potong

Total SapiPerah

Sapi Potong

Total

DKI., Jakarta 1.509 1309 2.053 — 2.50Jawa Barat 3.998 390 4.388 4.828 1.360 6.18

8Jawa Tengah 3.862 1.224

5.086 6.089 1.125 7,214D.I. Yogyakarta 200 200 — — —

Jawa Timur 1.645 56 1.701 5.600 590 6.190D.I. Aceh 235 510 745 300 1.400 1.700Sumatra Utara 360 400 760 500 — 500

Sumatra Barat — — — 537 1.413 1.950Sumatra Selatan — — — 130 300 430

Lampung — — — 110 477 587Sulawesi Tengah — — — — 300 300Sulawesi Selatan 50 600 650 150 1.410 1.56

0Sulawesi Tenggara — 160 160 — — —N.T.T. — — — — 150 150

J u m l a h: 11.859

3.340

15.199 20.297

8.525

28.822

1) Angka sementara

288

Untuk membantu perkembangan usaha peternakan dilaksanakan pembinaan terhadap kegiatan penyediaan makanan ternak. Di Jawa pembinaan dalam peningkatan produksi hijauan makanan ternak dilaksanakan dengan jalan memperkenalkan penanaman bibit rumput unggul. Usaha untuk memperkenalkan bibit rumput unggul ini dikaitkan dengan program penghijauan dan pengawetan tanah. Dalam tahun 1975, dalam rangka penyuluhan, telah dikirimkan 650 kg. bibit rum-put unggul ke kebun-kebun penangkar di daerah-daerah. Bibit yang dihasilkan oleh kebun-kebun penangkar kemudian akan dikirim kepada para peternak.

Pembinaan makanan ternak pada tahap sekarang diutamakan di Jawa, karena selain penduduknya sangat padat, bagian terbesar ternak berada di Jawa.

Dalam usaha mengembangkan peternakan rakyat di daerah-daerah lain disamping masalah penggunaan bibit unggul untuk hijauan makanan ternak, tetapi juga masalahnya adalah penetapan areal peternakan dan masalah padang penggembalaan umum. Usaha untuk mengatasi hal ini telah mulai dirintis.

Dalam usaha meningkatkan kegiatan penyuluhan sampai dengan tahun 1975 telah dididik tenaga-tenaga PPS, PPL dan kader-kader peternak. Di samping itu telah diadakan pendidikan tenaga-tenaga inseminator dan vaksinator (Tabel VI — 39).

TABEL VI — 39

JUMLAH TENAGA PENYULUH DAN PETUGAS VAKSINATOR DAN

INSEMINATOR(orang)

Denis Kursus 1973 1974 1975

1. SMS/PPS 24 69 1252. PPL dan Demonstrator 250 301 3513. Kader-Peternak 782 949 1.7844. Inseminator 26 44 655. L.D 14 25 456. Vaksinator — — 160

289

Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit tetap ditingkatkan melalui kegiatan vaksinasi dan peningkatan produksi vaksin. Selama dua tahun pertama Repelita II telah diproduksi vaksin N.D., S.E., Anthrax, boutvuur, brucella dan rabies (Tabel VI - 40).

TABEL VI - 40PRODUKSI VAKSIN (dalam ribuan dosis)

Macam Vaksin 197311974 1974/19751) 1975/1976 1)1. N.D

a. Komarov 17.250.0 21.700.0 21.900.0b. Inactive 261.0 101.0 —c. F 1.600.0 2.230.0 200.0

19.111.0 24.031.0 22.100.0

2. Fow1pox—

124.4 — 350.0a. Ab B

124.4 — 350.03. A.E. 265.3 66.44. S. E. 2.086:7 1.402.7 1.475.05. Anthrax 502.0 439.5 495.06. Blackleg (Boutvuur) 44.6 53.5 54.0.7. Brucella S - 19 0.5 1.0 1.28. Rabies 57.4 41.0 64.09. Anti Sera 7.9 8.6 9.2

10. Diagnostik 223.5 262.0 266.2

i) Angka sementara

Dalam tahun 1975 vaksin A.E. tidak diprodusir sama sekali karena sedang dilakukan penggantian metode produksinya. Vaksin yang dipergunakan untuk memberantas penyakit A.E. di Bali dan Jawa Timur berasal dari grant Australia.

290

Dalam Tabel VI — 41 tampak bahwa produksi daging dan telur selama dua tahun pertama Repelita II naik secara berarti. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan produksi daging dan telur dalam tahun 1975 lebih besar dari tahun 1974.

Produksi susu untuk tahun 1975 menurun. Penurunan itu mungkin disebabkan karena sebagian dari susu yang dihasilkan digunakan untuk membesarkan anak-anak sapi yang lahir sebagai hasil pelaksanaan inseminasi buatan. Sebagai telah dikemukakan di atas inseminasi buatan telah dilaksanakan dalam peternakan sapi perah sejak tahun 1974.

TABEL VI — 41PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU, 1973 — 1975

(dalam ribuan ton)1973 1974

¹)1975 ²) %

Kenaikan1974-1975

% Rata-rataKenaikan

1973 – 1975

1. Daging 379,4

403,1 433,6 7,6 6,92. Telur 81,4 98,1 126,0 28,4 24,53. Susu ³) 35,0 56,9 50,7 — 10,9 25,8

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.3) Ribu liter.

Dalam Tabel VI — 42 tampak bahwa, selama dua tahun pertama Repelita II produksi semua jenis daging meningkat kecuali kuda.

Perkembangan produksi telur selama dua tahun pertama Repe-lita II digambarkan: dalam Tabel VI — 43. Kenaikan yang terbesar terjadi dalam produksi telor itik

dan ayam ras. Kenaikan itu terutama merupakan akibat 291

dari adanya minat yang besar pada pihak swasta dalam peternakan ayam dan hasil kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan.

GRAFIK VI – 14PRODUKSI, TELUR DAN SUSU, 1973 -1975

(Dalam ribuan Ton)

292

TABEL VI – 42 PRODUKSI DAGING, 1973 – 1975

(dalam ribuan ton)

Daging 1973

1974 ¹) 1975 ²) % Kenaikan1974-1975

% Kenaikan Rata-rata

1. Sapi 202,6

212,8 223,2 4,9 4,92. Kerbau 59,6 62,4 71,1 13,9 9,33. Kambing 14,9 15,4 20,2 31,2 17,64. Domba 11,6 12,0 13,3 10,8 7,15.B a b i 41,2 44,5 46,8 5,2 6,56. K u d a 0,91 0,87 0,9 3,4 - 0,67. U nggas 48,5 55,2 58,1 5,3 9,6

Jumlah: 379,31 433,6 7,6 6,9

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

TABEL VI – 43 PRODUKSI TELUR 1) (dalam ribuan ton)

1973 1974 ¹) 1975 ²) % Kenaikan1974-1975

% Kenaikan Rata-rata

1. Ayambukan ras 35,4 36,1 36,3 0,6 1,3

2 . A yam ras. 15,6 24,8 29,6 19,4 39,43. Itik 30,4 37,2 60,1 61,6 41,8

J u m l a h 81,4 98,1 126,0 28,4 24,5

2 9 3

1) Produksi kotor.2) Angka diperbaiki.3) Angka sementara.

GRAFIK VI 15PRODUKSI T E L U R(Dalam ribuan Ton)

AYAMBU KAN RAS

AYAM .RASD ITIK

294

Dalam Tabel VI — 44 tampak bahwa, kecuali untuk kambing dan domba, volume perdagangan ternak interinsuler dan antar daerah dalam tahun-tahun pertama Repelita II tampak menurun. Penu-runan itu terutama disebabkan karena harga lokal sapi dan kerbau dan ongkos angkutan laut meningkat. Masalah tersebut tidak mengganggu perdagangan kambing dan domba karena kambing sebagian. besar terdapat di Jawa Tengah dan domba sebagian besar terdapat di Jawa Barat; sedangkan konsumen kedua jenis daging tersebut sebagian besar terdapat di Jakarta.

TABEL VI — 44

PERDAGANGAN TERNAK INTERINSULER(ekor)

Jenis Ternak 1973 1974 1975Kenaikan

1974 1975% Rata-

rataKenaikan1973 —

1975K u d a 8.766 8.011 7233 — 9,71 —

9,16S a p i 167.507 206.740 134209

— 35,08 — 5,83Kerbau 45.157 50.031 40.247 — 19,56 — 4,38Kambing 209.605 248.296 218.470 — 12,01 3,22Domba 26.780 80.138 55.225 — 31,09 84,07B a b i 211.089 311.282 131.319 — 57,81 —5,23

J u m l a h 669.089 904.498586.703 — 35,13 — 0,02

Dari Tabel VI — 45 tampak bahwa volume ekspor ternak dan hasil ternak selama dua tahun pertama Repelita II menunjukkan penurunan, kecuali kulit kambing, domba dan tulang. Diperkirakan bahwa penurunan tersebut disebabkan karena harga ternak dalam negeri naik,

ongkos pengangkutan meningkat dan juga persaingan dengan negara pengekspor ternak lainnya.

295

TABEL VI — 45VOLUME EKSPOR TERNAK DAN HASIL TERNAK, 1973 — 1975

Jenis ternak/ Kenaikan % Rata-rata

hasil ternak 1973 19741) 1975 2) 1974— Kenaikan1973 -

1975Ternak (ekor)S a p i 51.109 41.135 31.88

622,5 — 21,00

Kerbau 11.492 12.072 4.168 65,5 —Kulit (ton)

S a p i 2.634,1 1.473,5 364,2 — 75,3 59,68Kerbau 503,4 410,1 125,8 — 69,3 43,94Kambing 1.080,4 824 1.542,

187,1 31,70

Domba 710,8 925,1 933,5 0,9 15,51

Tulang (ton) 5.585,2 9.172,9 7.333,6

- 20,1 22,09

1) Angka diperbaiki.

2) Angka sementara.

Pengembangan usaha peternakan di Indonesia pada dasarnya diusahakan dengan jalan meningkatkan pemakaian bibit unggul, memperbaiki susunan ransum ternak, memberikan penyuluhan dan mengusahakan penyediaan kredit usaha, Keempat alat kebijaksanaan itu di-

TABEL VI – 46PERKREDITAN DAN PENANAMAN MODAL DALAM SUB

SEKTOR PETERNAKAN, 1973 – 1975 (juta rupiah)

P r o g r a m 1973 1974 1975

Bimas Ayam 60,721–

142,522296

P:U.T.P.1) – 605,4 450,375

1) Panca Usaha Ternak Potong.

usahakan dilaksanakan secara simultan melalui paket kredit. Selama dua tahun pertama Repelita II telah dapat direalisir pemberian kredit untuk Panca Usaha Ternak Potong sebesar Rp. 1.055,775 juta dan untuk Bimas ayam sebesar Rp. 203,243 juta, seperti tertera dalam Tabel VI — 46. Penyediaan kredit merupakan salah satu faktor yang terpenting yang telah membantu peningkatan-peningkatan dalam produksi daging dan telor serta peningkatan pendapatan para peternak.

297