ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya....
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya....
PROPOSAL SKRIPSI
IMPLEMENTASI METODE JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI FIQIH PADA SISWA “EXCELLENT
CLASS” (Kelas VIII-A) MTsN KEDIRI II TAHUN AJARAN 2015/2016
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan
dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sekedar merencanakan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat
peraturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasionalnya,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang
dihadapi di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan riil dilapangan, proses pembelajaran di sekolah
dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam hal pembelajaran
fiqih. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional
secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana kelas
menjadi kaku dan di dominasi oleh guru.
Proses pembelajaran fiqih yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini
cenderung kepada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan kepada
penghafalan konsep, bukan kepada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian
materi, biasanya menggunakan metode ceramah, di mana siswa hanya duduk,
mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan dan sedikit peluang bagi siswa
untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif,
sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa juga tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya, dalam hal ini, diperlukan guru yang kreatif yang
1
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Menurut Sutratinah, prestasi belajar adalah “hasil dari pengukuran serta
penilaian usaha belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, kita dapat
mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas, apakah siswa tersebut kelompok anak
pandai, sedang atau kurang.”1
Sebagai salah satu metode yang dapat mengatasi fenomena di atas adalah
dengan menerapkan metode jigsaw. Menurut Zainudin, dalam buku Pedoman dan
Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru meyebutkan bahwa metode jigsaw
adalah “strategi kerja kelompok yang terstruktur di dasarkan pada kerjasama dan
tanggungjawab. Strategi ini menjamin setiap siswa memikul suatu tanggung jawab
yang signifikan dalam kelompok”.2
Tujuan dari metode jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar secara kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua
materi sendirian, sehingga dari metode ini siswa bisa saling berinteraksi, bertukar
pendapat antara satu dengan yang lain.
Menurut Abdul Ghofur Tafsir, metode jigsaw adalah suatu metode belajar
kelompok yang memiliki gambaran umum sebagai berikut:
1. Strategi anggota kelompok mempelajari salah satu bagian informasi yang berbeda dengan bagian informasi anggota lainnya.
2. Setiap anggota kelompok bergantung pada anggota kelompok yang lainnya untuk mempelajari atau memahami informasi secara utuh.
3. Setiap anggota kelompok berbagi informasi pada anggota kelompok lain dalam rangka memperoleh informasi secara utuh.
4. Setiap anggota kelompok menjadi pemilik atau ahli dari informasi sehingga kelompok bertanggungjawab dan menghargai masing-masing anggotanya.3
1 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 43.
2 Zainudin, Pedoman Dan Materi Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (Malang: UIN Malang, 2009), h. 57.
3 Abdul Ghofur Tafsir, Cooperatif Learning, http://abdulghofurtafsir.blogspot.com, diakses tanggal 16 Mei 2010.
2
Menurut Melvin L. Silberman yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien,
bahwa:
Metode belajar jigsaw serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok yaitu metode belajar dimana tugas-tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok siswa yang berbeda dan hasilnya setiap kelompok akan “mengajarkan” kepada siswa yang lain apa yang dipelajari. Namun yang berbeda pada metode jigsaw ini siswa akan mengajarkan kepada teman kelompoknya sehingga dapat terbentuk kumpulan pengetahuan pada kelompok tersebut. Kumpulan pengetahuan tersebut dapat terbentuk karena setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk membantu teman sekelompoknya menguasai materi yang telah siswa kuasai.4
Penggunaan metode jigsaw ini dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran, dan juga dapat digunakan untuk semua kelas atau tingkatan. Dalam
penelitian ini, peneliti mengkhususkan bidang studi fiqih pada siswa “Excellent
Class” MTsN Kediri II. Meskipun di program “Excellent Class” terdapat sejumlah
siswa yang memiliki minat, bakat, kemampuan dan kecerdasan yang tinggi akan
tetapi dalam program ini juga tidak terlepas dari kekurangan.
Dari program ini, siswa dikelompokkan ke berbagai kelas superbaik, amat
baik, baik, sedang, kurang sampai tidak baik, sehingga nantinya dapat menciptakan
lulusan yang berkualitas. Namun, program ini, juga disertai dengan adanya program
promosi dan degradasi. Apabila siswa tidak mampu mempertahankan prestasi
akademiknya, maka akan digusur dari kelas yang super baik, ke kelas yang sedang
bahkan ke kelas paling bawah.
Hal inilah yang menyebabkan kurang adanya interaksi di antara siswa yang
satu dengan yang lain. Masing-masing dari mereka berusaha mempertahankan
prestasi akademiknya agar tidak tergusur ke kelas yang ada di bawahya.
Berpijak dari uraian diatas, maka penelitian dalam implementasi metode
jigsaw ini sangatlah diperlukan, guna memperoleh data dan hasil evaluasi yang
akurat dalam pengembangan sekolah. Untuk itu, penullis tertarik untuk mengadakan
penelitian sekaligus mendeskripsikan penelitian tersebut dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang diformulasikan
4 Melvin L. Silberman, Active Learning; 101 Cara belajar Siswa Aktif, terj. Raisul Muttaqien (Bandung: Nuansa Dan Nusamedia, 2004), h. 178-180.
3
dengan judul : “IMPLEMENTASI METODE JIGSAW LEARNING DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI FIQIH PADA
SISWA “EXCELLENT CLASS” (Kelas VIII-A) MTsN KEDIRI II.
B. Rumusan Masalah
Berawal dari diskripsi di atas, maka dalam penelitiannya ini penulis
memfokuskan terhadap beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan
diantaranya:
1. Bagaimanakah implementasi metode jigsaw learning dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi fiqih pada siswa “excellent class”
(kelas VIII-A) MTsN Kediri II?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam proses implementasi
metode jigsaw learning dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi fiqih
pada siswa “excellent class” (kelas VIII-A) MTsN Kediri II?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan konteks dan fokus penelitian di atas maka tujuan yang
diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi metode jigsaw learning dalam meningkatkan
prestasi belajar bidang studi fiqih pada siswa “excellent class” (kelas VIII-A)
MTsN Kediri II.
2. Untuk mengetahui factor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
implementasi metode jigsaw learning dalam meningkatkan prestasi belajar
bidang studi fiqih pada siswa “excellent class” (kelas VIII-A) MTsN Kediri II.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan antara lain:
1. Sekolah; Sebagai sumbangan pikiran dan bahan masukan dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran fiqih di program
“Excellent Class”.
2. Guru yang mengajar fiqih di program “Excelent Class”; Sebagai salah satu cara
atau penggunaan metode jigsaw learning untuk mengoptimalkan penerapan
berbagai metode dalam meningkatkan pembelajaran fiqih di program “Excellent
Class”.
4
3. Penulis ; Mendapatkan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian.
Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam
mengembangkan dunia pendidikan dan pembelajaran.
4. Bagi siswa Madrasah Tsanawiyah kelas VIII-A program “Excellent Class”,
antara lain:
a. Siswa merasa senang terhadap pelajaran Fiqih
b. Siswa dapat bertukar informasi dengan siswa lain
c. Konsep pembelajaran lebih tertanam kuat di ingatan
siswa
d. Meningkatkan prestasi belajar di bidang Fiqih.
E. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Herlina Hariani Sasti yang berjudul
“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Jigsaw Untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Ekonomi
Di SMA Negeri 9 Yogyakarta Kelas X Semester II 2015/2016”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran
Kooperatif dengan teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada
model yang diterapkan sama-sama melibatkan siswa untuk diskusi saat
pembelajaran berlangsung. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan
sebelumnya untuk meningkatkan keaktifan, sedangkan peneliti sendiri lebih
berfokus pada langkah-langkah pembelajaran metode jigsaw dalam kelas
excellent.
2. Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Tatik Riyanti yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw dalam
Peningkatan Presetasi Hasil Belajar Akutansi Siswa Kelas X B SMK N I Pedan
Klaten Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
menggunakan model Kooperatif dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti terletak
pada model pembelajaran yang diterapkan sama. Perbedaannya terletak pada
metode penelitian yang diterapkan. Penelitian Tatik Riyani menggunaan metode
5
Penelitian Tindakan Kelas, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif.
F. Landasan Teori
1. Metode Pembelajaran Jigsaw (Jigsaw
Learning)
Menurut Robert E.Slavin dalam bukunya Cooperative Learning Teori ,
Riset dan Praktik metode pengajaran dengan jigsaw learning pertama kali
dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978) di Universitas
Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya (1986) di
Universitas John Hopkins dengan sebutan Jigsaw II.5 Teknik ini bisa digunakan
dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam
hal metode, Wina Sanjaya menyatakan: “metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melak sanakan strategi”.6 Jadi metode abisa dikatakan sebagai
a way in achieving something, sedangkan strategi adalah a plan of oprationa
achieving something.
Menurut Anita Lie metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw learning
merupakan suatu metode pembelajaran dengan membuat kelompok kecil dan
membagi materi pelajaran dalam beberapa bagian sehAingga tiap siswa dalam
satu kelompok mempelajari salah satu bagiannya kemudian mengajarkan kepada
anggota kelompoknya dengan materinya masing-masing secara bergantian.7
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
Selain itu teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Dalam hal jumlah anggota tim jigsaw, Soejadi mengemukakan “jumlah
anggota dalam satu kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin
kurang efektif kerjasama antara para anggotanya”.8 Jadi jumlah anggota siswa
dalam sebuah kelompok jigsaw harus dibatasi, agar proses belajar mengajar
berjalan efektif dimana ketidak kondsifan bisa dikurangi.
5 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, terj. Lita (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 237.
6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 125.
7 Anita Lie, Cooperative Learning (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 70.8 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 55.
6
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Learning
Adapun tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menurut Isjoni
adalah sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap dan orang lain serta dapat mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas.
b. Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar.c. Memotivasi siswa untuk dapat bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah.d. Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dan
membaca.e. Mengkreasi kebergantungan positif dalam menyampaikan dan
menerima informasi di antara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir.
f. Menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognitif siswa dalam menerima dan menyampaikan informasi.9
Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut diperlukan kerja sama yang
baik antara siswa dengan guru sehingga dapat melancarkan proses belajar
mengajar. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan diantaranya
a. Kelebihan metode jigsaw learning:
1) Siswa dapat belajar dengan aktif serta dapat memfokuskan
perhatiannya dengan materi pelajaran.
2) Materi yang banyak dapat diselesaikan dan dipahami karena
adanya kerja sama dengan kelompok untuk saling menjelaskan.
3) Materi mudah diingat siswa karena metode ini menuntut siswa
untuk dapat menguasai materi untuk dapat mengajarkan kepada anggota
kelompoknya
b. Kekurangan metode jigsaw learning :
1) Organisasi kelas sulit diatur menjadi lebih sederhana.
2) Siswa cenderung ramai, sehingga suasana kelas kurang tenang.
3) Guru sangat dituntut untuk memahami prosedur pelakasana
metode pembelajaran ini.
9 Ibid.
7
3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Adi Negoro, yang dikutip oleh Sunarto mengemukakan bahwa
prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu
rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa.10 Sedangkan menurut W.J.S Winkel
Purwadarminto, yang dikutip oleh Sunarto pula, mengemukakan bahwa “prestasi
adalah hasil yang dicapai“.11 Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia
prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan,
diusahakan, dan dikerjakan.12 Jadi prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan kegiatan.
Sedangkan belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, Prestasi belajar
adalah sikap relatif konstan dan berbekas. Menurut Slameto, dalam bukunya
Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya belajar adalah “suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan”.13
Menurut Ahmad Mudzakir dan Jokosutrisno, belajar dapat didefinisikan
“suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
seseorang mencakup tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu, ketrampilan,
pengetahuan sikap, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dimodifikasi dan
berkembang karena belajar.” Secara psikologis belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dala bvgm memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Jadi belajar adalah usaha sadar seseorang dengan menginternalisasikan
sejumlah informasi yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu dalam suatu 10 Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar, http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-
prestasi-belajar/. Diakses Tanggal 5 Juni 2010.11 Ibid.12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), h. 787.13 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta: 2003), h. 2
8
lingkungan sehingga menghasilkan reaksi yang diharapkan dan pada akhirnya
dari reaksi-reaksi tersebut terbentuklah suatu perubahan yang dihasilkan oleh
perbuatan belajar itu berupa ketrampilan dan kecakapan, kebiasaan, sikap
pengertian, pengetahuan dan apresisai yang dalam bahasa psikologis sering
disebut dengan istilah kognitif, avektif dan psikomotorik.
Setelah diketahui definisi prestasi dan belajar, maka dapat dipahami bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
pembelajaran, serta hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.14
4. Pengertian “Excellent Class”
“Excellent Class” program merupakan “kelas yang didesain secara khusus
untuk menjawab perubahan tuntutan masyarakat akan hadirnya sekolah
berkualitas dan berbasis religi yang kuat”.15
Menurut Alfian, “Excellent Class” adalah “kelas yang dikelola atas dasar
pendekatan wawasan keunggulan yaitu:(1) unggul dalam input; (2) unggul
dalam proses; (3) unggul dalam output dan outcome.”16
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa “Excellent Class” adalah
suatu kelas yang di desain dengan berbagai keunggulan yang sesuai dengan
tuntunan dari masyarakat.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini penulis ambil di MTsN Kediri II Kota KEDIRI yang
mana madrasah tersebut merupakan salah satu madrasah berprestasi di kota
Kediri. dan penulis tertarik untuk meneliti program “Excelent Class” Karena di
program tersebut, memiliki keunggulan dibanding dengan kelas reguler. Selain
itu, sarana dan metode pembelajaran yang digunakan berbeda dengan kelas yang
lain. Hal inilah yang mendorong peneliti memilih judul dan program tersebut.
14 Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar, http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/. Diakses tanggal 5 Juni 2010.
15 Dokumen profil MTsN Kediri II Tahun 200916 Alfian, Selayang Pandang Sekolah Berwawasan Unggulan, http”//smputama.tripod.com/, diakses
tanggal 10 Juni 2010.
9
Sementara itu, waktu penelitian direncanakan mulai bulan Januari tahun 2016
sampai bulan Juli 2016 melalui langkah-langkah antara lain sebagai berikut :
a. Persiapan yaitu meliputi pengurusan izin, penentuan lokasi penelitian,
penetapan informan atas dasar “purposive sampling” dan penyusunan agenda
atau program harian, mingguan, bulanan selama penelitian.
b. Pengumpulan data disertai analisis data di mana dalam setiap kegiatan
pengumpulan data sekaligus juga melakukan kegiatan secara bersamaan antar
tiga komponen yaitu, reduksi, sajian data, penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
c. Penyusunan laporan yaitu meliputi laporan awal, review laporan dan laporan
akhir kemudian penggandaan.
2. Bentuk dan Strategi Penelitian
a. Bentuk penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian
yang mendeskripsikan perilaku orang, peristiwa atau tempat tertentu secara
terperinci dan mendalam. Metode kualitatif dianggap sebagai prosedur
penelitian yang dapat diharapkan akan menghasilkan data deskriptif, berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang dan perilaku yang diamati.17
Penelitian ini juga termasuk penelitian kualitatif naturalistik, istilah
naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian terjadi secara alamiah
apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan
kondisinya serta menekankan pada deskripsi secara alami. Untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran ini, peneliti menyajikan peristiwa-
peristiwa lapangan dari data yang berupa uaraian-uraian atau kalimat-kalimat
sehingga bersifat deskriptif.
Bentuk penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif deskriptif
yang bertujuan untuk memberikan penjelasan secara rinci, lengkap dan
mendalam tentang fenomena sosial yang ada kaitannya dengan penelitian.
Bentuk dan jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi
kualitatif dengan deskriptif secara teliti, jelas dan lengkap, di mana hal ini lebih
17 Dadang Kohmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 97.
10
berharga daripada sekedar pernyataan jumlah atau frekuensi maupun kalkulasi
dalam bentuk angka.
3. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini berbentuk kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan yang lain.18 Sumber data
yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dapat berupa kata-kata dan tindakan dari orang yang
diamati dan yang telah di wawancarai yang mana sumber data tersebut nantinya
dapat disimpan melalui catatan tertulis, perekaman atau pengambilan foto dan
film.19 Yang tergolong sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru yang menerapkan metode pembelajaran kontekstual pada mata
pelajaran aqidah akhlaq, dan siswa-siswi kelas VIII-A MTs Negeri Kediri II,
karena peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan
pada kelas tersebut.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Jenis sumber ini merupakan pendukung dari sumber data primer.20 Sehingga
dapat membantu peneliti dalam memperoleh beberapa data tambahan berupa
tulisan misalnya tentang Letak geografis MTs Negeri Kediri II Sejarah
berdirinya MTs Negeri Kediri II, Data konselor dan dokumen-dokumen lain
yang terkait.
4. Teknik Cuplikan
Teknik cuplikan merupakan istilah dalam penelitian kualitatif di mana
pengertiannya sama dengan teknik Sampling dalam istilah kuantitatif atau istilah
penelitian pada umumnya. Teknik cuplikan dalam penelitian Kualitatif ini adalah
bersifat seleksi untuk pembatasan jumlah serta jenis data yang akan digunakan
dalam penelitian dan bukanya yang mewakili populasinya secara representatif, 18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 112.19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 62.20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 308-309.
11
akan tetapi untuk mewakili informasinya. Untuk itu teknik cuplikan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah “purposive sampling” yaitu sampel dari
informan atau dari nara sumber yang terpilih di antara mereka yang paling
mengetahui serta yang lebih memahami masalahnya secara mendalam dan mampu
memberikan informasi dengan benar, lengkap serta akurat.
Dengan demikian informan dalam penelitian kualitatif berbeda dengan
responden pada umumnya penelitian, di mana informan sebagaimana tersebut di
atas adalah dipilih informan kunci yang paling mengetahui serta lebih memahami
masalahnya secara mendalam dan mampu memberikan informasinya dengan
benar, lengkap lagi akurat. Sedangkan responden adalah sekedar merespon
pertanyaan atau sekedar memberikan tanggapan pada apa yang diminta peneliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Wawancara yang mendalam (in-dept interviewing) adalah merupakan istilah
yang sekarang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Kemudian
wawancara mendalam dilakukan dengan lebih bersifat lentur, penuh nuansa
dan terbuka, tidak instruktur ketat, tidak dalam suasana formal, agar suasana
informan tidak merasa diwawancarai sehingga informasinya utuh apa adanya
secara wajar dan merupakan data yang sebenarnya. Dalam hal ini wawancara
mendalam dilakukan dengan para para guru, siswa, kepala sekolah, pegawai
administrasi dan lain-lain yang memahami informasi objek penelitian.
2). Observasi adalah dilakukan secara langsung oleh peneliti. Menurut Spradley
yang dikutip H.B Sutopo bahwa Observasi langsung dalam penelitian kualitatif
sering disebut observasi berperan pasif baik yang dilakukan secara formal
maupun informal untuk mengamati berbagai aktivitas, dan dapat dilakukan
beberapa kali sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini observasi dilakukan
dengan empatik supaya dapat mengerti tentang bagaimana dan apa makna yang
dibentuk dari berbagai aktivitas, beragam peristiwa saat implementasi metode
jigsaw berlangsung.
3). Pencatatan dan Dokumen adalah dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dokumen, dalam hal ini yang ada kaitannya dengan tema
penelitian yang diangkat serta objek penelitian dilaksanakan.
12
6. Validitas Data
Agar data yang diperoleh melalui penelitian derajat sahih atau valid yaitu
mempunyai nilai kepercayaan dan kebenaran data, maka perlu dilakukan uji
validitas dan yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu dengan
menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Patton yang dikutip H.B Sutopo
terdapat empat macam teknik trianggulasi yaitu :
a. Trianggulasi data atau sumber.
b. Triannggulasi metode.
c. Trianggulasi Peneliti,
d. Trianggulasi teori.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi
metode.
a. Trianggulasi data atau sumber yang sejenis dapat digali melalui beragam
sumber data yang tersedia misalnya, membandingkan antar beberapa
informasi informan yang berbeda-berbeda. selanjutnya sesuai dengan
penelitian ini maka trainggulasi data atau sumber yang dimaksudkan adalah
dengan membandingkan setiap sumber data dan informasi yang diperoleh
dari sumber data penelitian.
b. Trianggulasi metode yaitu data atau sumber yang sejenis dapat digali melalui
beragam metode pengumpulan data misalnya membandingkan melalui
wawancara mendalam dengan melalui observasi langsung selanjutnya sesuai
dengan penelitian ini makan trianggulasi metode yang dimaksudkan adalah
dengan membandingkan data yang diperoleh antara metode satu dengan
metode lainnya. Misalkan data hasil wawancara dibandingkan dengan data
hasil observasi.
7. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan model
analisis interaktif yaitu setiap proses yang bergerak dalam kegiatan pengunpulan
data sekaligus juga melakukan tiga komponen analisis data dalam bentuk siklus
selama pengumpulan data berlangsung. Yaitu pada waktu pengumpulan data
setelah mendapatkan unit dari sejumlah unit selalu diikuti membuat reduksi data,
sajian data dan verifikasi/perikan kesimpulan. Pada waktu pengumpulan data
13
berakhir dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan reduksi
data dan sajian datanya, bila dalam menyimpulkan kurang mantap maka
dilakukan kembali pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pelengkap
kesimpulan sebagai pedalamannya agar supaya dapat menjamin mantapnya hasil
penelitian.
Sedangkan langkah-langkah model analisis interaktif dalam penelitian
kualitatif ini ialah :
a. Selama proses pengumpulan data berlangsung, penelitian juga melakukan
reduksi data, sajian data, dan melakukan review, refleksi data serta verifikasi
sementara.
b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan memahami hasil-hasil
temuannya secara menyeluruh sekaligus dengan bagian-bagiannya.
c. Menyusun sajian data secara deskriptif sistematis dengan susunan kalimatnya
secara jelas agar mudah dimengerti dan dipahami.
d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, dalam hal ini apabila kesimpulan dirasa
masih perlu tambahan data, maka peneliti dapat terjun kembali ke lapangan
penelitian atau ke tempat yang menjadi objek penelitian, untuk pengumpulan
data tambahan guna kelengkapannya atau guna memenuhi kekurangan datanya.
14
Kemudian agar lebih mudah pemahamannya maka model analisis
interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut :
gambar model analisis interaktif
15
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. Selayang Pandang Sekolah Berwawasan Unggulan. http”//smputama.tripod. com/. diakses tanggal 10 Juni 2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.
Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. 2009.
Kohmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: Pustaka Setia. 2000.
Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2002.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1995.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. 2007.
Silberman, Melvin L. Active Learning; 101 Cara belajar Siswa Aktif. Terj. Raisul Muttaqien. Bandung: Nuansa Dan Nusamedia. 2004.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset dan Praktik, terj. Lita. Bandung: Nusa Media. 2009.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2005.
________. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2008.
Sunarto. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/ pengertian-prestasi-belajar/ . Diakses Tanggal 5 Juni 2010.
Tafsir, Abdul Ghofur. Cooperatif Learning. http://abdulghofurtafsir.blogspot.com, diakses tanggal 16 Mei 2010.
16
Tirtonegoro, Sutratinah. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara. 1984.
Zainudin. Pedoman Dan Materi Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru. Malang:
UIN Malang. 2009.
17