ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya....

25
PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI FIQIH PADA SISWA “EXCELLENT CLASS” (Kelas VIII-A) MTsN KEDIRI II TAHUN AJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sekedar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat peraturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasionalnya, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil dilapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam hal pembelajaran fiqih. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan 1

Transcript of ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya....

Page 1: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI FIQIH PADA SISWA “EXCELLENT

CLASS” (Kelas VIII-A) MTsN KEDIRI II TAHUN AJARAN 2015/2016

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah

melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan

dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sekedar merencanakan

kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat

peraturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasionalnya,

tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang

dihadapi di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan riil dilapangan, proses pembelajaran di sekolah

dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam hal pembelajaran

fiqih. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional

secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana kelas

menjadi kaku dan di dominasi oleh guru.

Proses pembelajaran fiqih yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini

cenderung kepada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan kepada

penghafalan konsep, bukan kepada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

pembelajaran di kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian

materi, biasanya menggunakan metode ceramah, di mana siswa hanya duduk,

mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan dan sedikit peluang bagi siswa

untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif,

sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa juga tidak terlepas dari berbagai

faktor yang mempengaruhinya, dalam hal ini, diperlukan guru yang kreatif yang

1

Page 2: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa.

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan

menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh

kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat

diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Menurut Sutratinah, prestasi belajar adalah “hasil dari pengukuran serta

penilaian usaha belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, kita dapat

mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas, apakah siswa tersebut kelompok anak

pandai, sedang atau kurang.”1

Sebagai salah satu metode yang dapat mengatasi fenomena di atas adalah

dengan menerapkan metode jigsaw. Menurut Zainudin, dalam buku Pedoman dan

Materi Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru meyebutkan bahwa metode jigsaw

adalah “strategi kerja kelompok yang terstruktur di dasarkan pada kerjasama dan

tanggungjawab. Strategi ini menjamin setiap siswa memikul suatu tanggung jawab

yang signifikan dalam kelompok”.2

Tujuan dari metode jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,

ketrampilan belajar secara kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam

yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua

materi sendirian, sehingga dari metode ini siswa bisa saling berinteraksi, bertukar

pendapat antara satu dengan yang lain.

Menurut Abdul Ghofur Tafsir, metode jigsaw adalah suatu metode belajar

kelompok yang memiliki gambaran umum sebagai berikut:

1. Strategi anggota kelompok mempelajari salah satu bagian informasi yang berbeda dengan bagian informasi anggota lainnya.

2. Setiap anggota kelompok bergantung pada anggota kelompok yang lainnya untuk mempelajari atau memahami informasi secara utuh.

3. Setiap anggota kelompok berbagi informasi pada anggota kelompok lain dalam rangka memperoleh informasi secara utuh.

4. Setiap anggota kelompok menjadi pemilik atau ahli dari informasi sehingga kelompok bertanggungjawab dan menghargai masing-masing anggotanya.3

1 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 43.

2 Zainudin, Pedoman Dan Materi Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (Malang: UIN Malang, 2009), h. 57.

3 Abdul Ghofur Tafsir, Cooperatif Learning, http://abdulghofurtafsir.blogspot.com, diakses tanggal 16 Mei 2010.

2

Page 3: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

Menurut Melvin L. Silberman yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien,

bahwa:

Metode belajar jigsaw serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok yaitu metode belajar dimana tugas-tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok siswa yang berbeda dan hasilnya setiap kelompok akan “mengajarkan” kepada siswa yang lain apa yang dipelajari. Namun yang berbeda pada metode jigsaw ini siswa akan mengajarkan kepada teman kelompoknya sehingga dapat terbentuk kumpulan pengetahuan pada kelompok tersebut. Kumpulan pengetahuan tersebut dapat terbentuk karena setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk membantu teman sekelompoknya menguasai materi yang telah siswa kuasai.4

Penggunaan metode jigsaw ini dapat digunakan dalam semua mata

pelajaran, dan juga dapat digunakan untuk semua kelas atau tingkatan. Dalam

penelitian ini, peneliti mengkhususkan bidang studi fiqih pada siswa “Excellent

Class” MTsN Kediri II. Meskipun di program “Excellent Class” terdapat sejumlah

siswa yang memiliki minat, bakat, kemampuan dan kecerdasan yang tinggi akan

tetapi dalam program ini juga tidak terlepas dari kekurangan.

Dari program ini, siswa dikelompokkan ke berbagai kelas superbaik, amat

baik, baik, sedang, kurang sampai tidak baik, sehingga nantinya dapat menciptakan

lulusan yang berkualitas. Namun, program ini, juga disertai dengan adanya program

promosi dan degradasi. Apabila siswa tidak mampu mempertahankan prestasi

akademiknya, maka akan digusur dari kelas yang super baik, ke kelas yang sedang

bahkan ke kelas paling bawah.

Hal inilah yang menyebabkan kurang adanya interaksi di antara siswa yang

satu dengan yang lain. Masing-masing dari mereka berusaha mempertahankan

prestasi akademiknya agar tidak tergusur ke kelas yang ada di bawahya.

Berpijak dari uraian diatas, maka penelitian dalam implementasi metode

jigsaw ini sangatlah diperlukan, guna memperoleh data dan hasil evaluasi yang

akurat dalam pengembangan sekolah. Untuk itu, penullis tertarik untuk mengadakan

penelitian sekaligus mendeskripsikan penelitian tersebut dengan menggunakan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang diformulasikan

4 Melvin L. Silberman, Active Learning; 101 Cara belajar Siswa Aktif, terj. Raisul Muttaqien (Bandung: Nuansa Dan Nusamedia, 2004), h. 178-180.

3

Page 4: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

dengan judul : “IMPLEMENTASI METODE JIGSAW LEARNING DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI FIQIH PADA

SISWA “EXCELLENT CLASS” (Kelas VIII-A) MTsN KEDIRI II.

B. Rumusan Masalah

Berawal dari diskripsi di atas, maka dalam penelitiannya ini penulis

memfokuskan terhadap beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan

diantaranya:

1. Bagaimanakah implementasi metode jigsaw learning dalam

meningkatkan prestasi belajar bidang studi fiqih pada siswa “excellent class”

(kelas VIII-A) MTsN Kediri II?

2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam proses implementasi

metode jigsaw learning dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi fiqih

pada siswa “excellent class” (kelas VIII-A) MTsN Kediri II?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan konteks dan fokus penelitian di atas maka tujuan yang

diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi metode jigsaw learning dalam meningkatkan

prestasi belajar bidang studi fiqih pada siswa “excellent class” (kelas VIII-A)

MTsN Kediri II.

2. Untuk mengetahui factor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses

implementasi metode jigsaw learning dalam meningkatkan prestasi belajar

bidang studi fiqih pada siswa “excellent class” (kelas VIII-A) MTsN Kediri II.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kegunaan antara lain:

1. Sekolah; Sebagai sumbangan pikiran dan bahan masukan dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran fiqih di program

“Excellent Class”.

2. Guru yang mengajar fiqih di program “Excelent Class”; Sebagai salah satu cara

atau penggunaan metode jigsaw learning untuk mengoptimalkan penerapan

berbagai metode dalam meningkatkan pembelajaran fiqih di program “Excellent

Class”.

4

Page 5: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

3. Penulis ; Mendapatkan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian.

Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam

mengembangkan dunia pendidikan dan pembelajaran.

4. Bagi siswa Madrasah Tsanawiyah kelas VIII-A program “Excellent Class”,

antara lain:

a. Siswa merasa senang terhadap pelajaran Fiqih

b. Siswa dapat bertukar informasi dengan siswa lain

c. Konsep pembelajaran lebih tertanam kuat di ingatan

siswa

d. Meningkatkan prestasi belajar di bidang Fiqih.

E. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Herlina Hariani Sasti yang berjudul

“Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Jigsaw Untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Ekonomi

Di SMA Negeri 9 Yogyakarta Kelas X Semester II 2015/2016”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran

Kooperatif dengan teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah terletak pada

model yang diterapkan sama-sama melibatkan siswa untuk diskusi saat

pembelajaran berlangsung. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan

sebelumnya untuk meningkatkan keaktifan, sedangkan peneliti sendiri lebih

berfokus pada langkah-langkah pembelajaran metode jigsaw dalam kelas

excellent.

2. Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Tatik Riyanti yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Jigsaw dalam

Peningkatan Presetasi Hasil Belajar Akutansi Siswa Kelas X B SMK N I Pedan

Klaten Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

menggunakan model Kooperatif dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan

prestasi belajar. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti terletak

pada model pembelajaran yang diterapkan sama. Perbedaannya terletak pada

metode penelitian yang diterapkan. Penelitian Tatik Riyani menggunaan metode

5

Page 6: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

Penelitian Tindakan Kelas, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif.

F. Landasan Teori

1. Metode Pembelajaran Jigsaw (Jigsaw

Learning)

Menurut Robert E.Slavin dalam bukunya Cooperative Learning Teori ,

Riset dan Praktik metode pengajaran dengan jigsaw learning pertama kali

dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978) di Universitas

Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya (1986) di

Universitas John Hopkins dengan sebutan Jigsaw II.5 Teknik ini bisa digunakan

dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam

hal metode, Wina Sanjaya menyatakan: “metode adalah cara yang dapat

digunakan untuk melak sanakan strategi”.6 Jadi metode abisa dikatakan sebagai

a way in achieving something, sedangkan strategi adalah a plan of oprationa

achieving something.

Menurut Anita Lie metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw learning

merupakan suatu metode pembelajaran dengan membuat kelompok kecil dan

membagi materi pelajaran dalam beberapa bagian sehAingga tiap siswa dalam

satu kelompok mempelajari salah satu bagiannya kemudian mengajarkan kepada

anggota kelompoknya dengan materinya masing-masing secara bergantian.7

Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.

Selain itu teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.

Dalam hal jumlah anggota tim jigsaw, Soejadi mengemukakan “jumlah

anggota dalam satu kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin

kurang efektif kerjasama antara para anggotanya”.8 Jadi jumlah anggota siswa

dalam sebuah kelompok jigsaw harus dibatasi, agar proses belajar mengajar

berjalan efektif dimana ketidak kondsifan bisa dikurangi.

5 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, terj. Lita (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 237.

6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 125.

7 Anita Lie, Cooperative Learning (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 70.8 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 55.

6

Page 7: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Learning

Adapun tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menurut Isjoni

adalah sebagai berikut:

a. Melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap dan orang lain serta dapat mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas.

b. Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar.c. Memotivasi siswa untuk dapat bekerja sama dalam

menyelesaikan masalah.d. Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dan

membaca.e. Mengkreasi kebergantungan positif dalam menyampaikan dan

menerima informasi di antara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir.

f. Menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognitif siswa dalam menerima dan menyampaikan informasi.9

Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut diperlukan kerja sama yang

baik antara siswa dengan guru sehingga dapat melancarkan proses belajar

mengajar. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai beberapa

kelebihan dan kekurangan diantaranya

a. Kelebihan metode jigsaw learning:

1) Siswa dapat belajar dengan aktif serta dapat memfokuskan

perhatiannya dengan materi pelajaran.

2) Materi yang banyak dapat diselesaikan dan dipahami karena

adanya kerja sama dengan kelompok untuk saling menjelaskan.

3) Materi mudah diingat siswa karena metode ini menuntut siswa

untuk dapat menguasai materi untuk dapat mengajarkan kepada anggota

kelompoknya

b. Kekurangan metode jigsaw learning :

1) Organisasi kelas sulit diatur menjadi lebih sederhana.

2) Siswa cenderung ramai, sehingga suasana kelas kurang tenang.

3) Guru sangat dituntut untuk memahami prosedur pelakasana

metode pembelajaran ini.

9 Ibid.

7

Page 8: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

3. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Adi Negoro, yang dikutip oleh Sunarto mengemukakan bahwa

prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu

rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa.10 Sedangkan menurut W.J.S Winkel

Purwadarminto, yang dikutip oleh Sunarto pula, mengemukakan bahwa “prestasi

adalah hasil yang dicapai“.11 Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia

prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan,

diusahakan, dan dikerjakan.12 Jadi prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama

seseorang tidak melakukan kegiatan.

Sedangkan belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, Prestasi belajar

adalah sikap relatif konstan dan berbekas. Menurut Slameto, dalam bukunya

Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya belajar adalah “suatu proses

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan”.13

Menurut Ahmad Mudzakir dan Jokosutrisno, belajar dapat didefinisikan

“suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri

seseorang mencakup tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu, ketrampilan,

pengetahuan sikap, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dimodifikasi dan

berkembang karena belajar.” Secara psikologis belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya dala bvgm memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Jadi belajar adalah usaha sadar seseorang dengan menginternalisasikan

sejumlah informasi yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu dalam suatu 10 Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar, http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-

prestasi-belajar/. Diakses Tanggal 5 Juni 2010.11 Ibid.12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

1989), h. 787.13 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta: 2003), h. 2

8

Page 9: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

lingkungan sehingga menghasilkan reaksi yang diharapkan dan pada akhirnya

dari reaksi-reaksi tersebut terbentuklah suatu perubahan yang dihasilkan oleh

perbuatan belajar itu berupa ketrampilan dan kecakapan, kebiasaan, sikap

pengertian, pengetahuan dan apresisai yang dalam bahasa psikologis sering

disebut dengan istilah kognitif, avektif dan psikomotorik.

Setelah diketahui definisi prestasi dan belajar, maka dapat dipahami bahwa

prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam

pembelajaran, serta hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,

yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara

individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.14

4. Pengertian “Excellent Class”

“Excellent Class” program merupakan “kelas yang didesain secara khusus

untuk menjawab perubahan tuntutan masyarakat akan hadirnya sekolah

berkualitas dan berbasis religi yang kuat”.15

Menurut Alfian, “Excellent Class” adalah “kelas yang dikelola atas dasar

pendekatan wawasan keunggulan yaitu:(1) unggul dalam input; (2) unggul

dalam proses; (3) unggul dalam output dan outcome.”16

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa “Excellent Class” adalah

suatu kelas yang di desain dengan berbagai keunggulan yang sesuai dengan

tuntunan dari masyarakat.

G. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini penulis ambil di MTsN Kediri II Kota KEDIRI yang

mana madrasah tersebut merupakan salah satu madrasah berprestasi di kota

Kediri. dan penulis tertarik untuk meneliti program “Excelent Class” Karena di

program tersebut, memiliki keunggulan dibanding dengan kelas reguler. Selain

itu, sarana dan metode pembelajaran yang digunakan berbeda dengan kelas yang

lain. Hal inilah yang mendorong peneliti memilih judul dan program tersebut.

14 Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar, http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/. Diakses tanggal 5 Juni 2010.

15 Dokumen profil MTsN Kediri II Tahun 200916 Alfian, Selayang Pandang Sekolah Berwawasan Unggulan, http”//smputama.tripod.com/, diakses

tanggal 10 Juni 2010.

9

Page 10: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

Sementara itu, waktu penelitian direncanakan mulai bulan Januari tahun 2016

sampai bulan Juli 2016 melalui langkah-langkah antara lain sebagai berikut :

a. Persiapan yaitu meliputi pengurusan izin, penentuan lokasi penelitian,

penetapan informan atas dasar “purposive sampling” dan penyusunan agenda

atau program harian, mingguan, bulanan selama penelitian.

b. Pengumpulan data disertai analisis data di mana dalam setiap kegiatan

pengumpulan data sekaligus juga melakukan kegiatan secara bersamaan antar

tiga komponen yaitu, reduksi, sajian data, penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

c. Penyusunan laporan yaitu meliputi laporan awal, review laporan dan laporan

akhir kemudian penggandaan.

2. Bentuk dan Strategi Penelitian

a. Bentuk penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian

yang mendeskripsikan perilaku orang, peristiwa atau tempat tertentu secara

terperinci dan mendalam. Metode kualitatif dianggap sebagai prosedur

penelitian yang dapat diharapkan akan menghasilkan data deskriptif, berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang dan perilaku yang diamati.17

Penelitian ini juga termasuk penelitian kualitatif naturalistik, istilah

naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian terjadi secara alamiah

apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan

kondisinya serta menekankan pada deskripsi secara alami. Untuk

mendeskripsikan proses pembelajaran ini, peneliti menyajikan peristiwa-

peristiwa lapangan dari data yang berupa uaraian-uraian atau kalimat-kalimat

sehingga bersifat deskriptif.

Bentuk penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif deskriptif

yang bertujuan untuk memberikan penjelasan secara rinci, lengkap dan

mendalam tentang fenomena sosial yang ada kaitannya dengan penelitian.

Bentuk dan jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi

kualitatif dengan deskriptif secara teliti, jelas dan lengkap, di mana hal ini lebih

17 Dadang Kohmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 97.

10

Page 11: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

berharga daripada sekedar pernyataan jumlah atau frekuensi maupun kalkulasi

dalam bentuk angka.

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini berbentuk kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan yang lain.18 Sumber data

yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Dapat berupa kata-kata dan tindakan dari orang yang

diamati dan yang telah di wawancarai yang mana sumber data tersebut nantinya

dapat disimpan melalui catatan tertulis, perekaman atau pengambilan foto dan

film.19 Yang tergolong sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, guru yang menerapkan metode pembelajaran kontekstual pada mata

pelajaran aqidah akhlaq, dan siswa-siswi kelas VIII-A MTs Negeri Kediri II,

karena peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan

pada kelas tersebut.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Jenis sumber ini merupakan pendukung dari sumber data primer.20 Sehingga

dapat membantu peneliti dalam memperoleh beberapa data tambahan berupa

tulisan misalnya tentang Letak geografis MTs Negeri Kediri II Sejarah

berdirinya MTs Negeri Kediri II, Data konselor dan dokumen-dokumen lain

yang terkait.

4. Teknik Cuplikan

Teknik cuplikan merupakan istilah dalam penelitian kualitatif di mana

pengertiannya sama dengan teknik Sampling dalam istilah kuantitatif atau istilah

penelitian pada umumnya. Teknik cuplikan dalam penelitian Kualitatif ini adalah

bersifat seleksi untuk pembatasan jumlah serta jenis data yang akan digunakan

dalam penelitian dan bukanya yang mewakili populasinya secara representatif, 18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 112.19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 62.20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2008), h. 308-309.

11

Page 12: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

akan tetapi untuk mewakili informasinya. Untuk itu teknik cuplikan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah “purposive sampling” yaitu sampel dari

informan atau dari nara sumber yang terpilih di antara mereka yang paling

mengetahui serta yang lebih memahami masalahnya secara mendalam dan mampu

memberikan informasi dengan benar, lengkap serta akurat.

Dengan demikian informan dalam penelitian kualitatif berbeda dengan

responden pada umumnya penelitian, di mana informan sebagaimana tersebut di

atas adalah dipilih informan kunci yang paling mengetahui serta lebih memahami

masalahnya secara mendalam dan mampu memberikan informasinya dengan

benar, lengkap lagi akurat. Sedangkan responden adalah sekedar merespon

pertanyaan atau sekedar memberikan tanggapan pada apa yang diminta peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Wawancara yang mendalam (in-dept interviewing) adalah merupakan istilah

yang sekarang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Kemudian

wawancara mendalam dilakukan dengan lebih bersifat lentur, penuh nuansa

dan terbuka, tidak instruktur ketat, tidak dalam suasana formal, agar suasana

informan tidak merasa diwawancarai sehingga informasinya utuh apa adanya

secara wajar dan merupakan data yang sebenarnya. Dalam hal ini wawancara

mendalam dilakukan dengan para para guru, siswa, kepala sekolah, pegawai

administrasi dan lain-lain yang memahami informasi objek penelitian.

2). Observasi adalah dilakukan secara langsung oleh peneliti. Menurut Spradley

yang dikutip H.B Sutopo bahwa Observasi langsung dalam penelitian kualitatif

sering disebut observasi berperan pasif baik yang dilakukan secara formal

maupun informal untuk mengamati berbagai aktivitas, dan dapat dilakukan

beberapa kali sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini observasi dilakukan

dengan empatik supaya dapat mengerti tentang bagaimana dan apa makna yang

dibentuk dari berbagai aktivitas, beragam peristiwa saat implementasi metode

jigsaw berlangsung.

3). Pencatatan dan Dokumen adalah dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dokumen, dalam hal ini yang ada kaitannya dengan tema

penelitian yang diangkat serta objek penelitian dilaksanakan.

12

Page 13: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

6. Validitas Data

Agar data yang diperoleh melalui penelitian derajat sahih atau valid yaitu

mempunyai nilai kepercayaan dan kebenaran data, maka perlu dilakukan uji

validitas dan yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu dengan

menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Patton yang dikutip H.B Sutopo

terdapat empat macam teknik trianggulasi yaitu :

a. Trianggulasi data atau sumber.

b. Triannggulasi metode.

c. Trianggulasi Peneliti,

d. Trianggulasi teori.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi

metode.

a. Trianggulasi data atau sumber yang sejenis dapat digali melalui beragam

sumber data yang tersedia misalnya, membandingkan antar beberapa

informasi informan yang berbeda-berbeda. selanjutnya sesuai dengan

penelitian ini maka trainggulasi data atau sumber yang dimaksudkan adalah

dengan membandingkan setiap sumber data dan informasi yang diperoleh

dari sumber data penelitian.

b. Trianggulasi metode yaitu data atau sumber yang sejenis dapat digali melalui

beragam metode pengumpulan data misalnya membandingkan melalui

wawancara mendalam dengan melalui observasi langsung selanjutnya sesuai

dengan penelitian ini makan trianggulasi metode yang dimaksudkan adalah

dengan membandingkan data yang diperoleh antara metode satu dengan

metode lainnya. Misalkan data hasil wawancara dibandingkan dengan data

hasil observasi.

7. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan model

analisis interaktif yaitu setiap proses yang bergerak dalam kegiatan pengunpulan

data sekaligus juga melakukan tiga komponen analisis data dalam bentuk siklus

selama pengumpulan data berlangsung. Yaitu pada waktu pengumpulan data

setelah mendapatkan unit dari sejumlah unit selalu diikuti membuat reduksi data,

sajian data dan verifikasi/perikan kesimpulan. Pada waktu pengumpulan data

13

Page 14: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

berakhir dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan reduksi

data dan sajian datanya, bila dalam menyimpulkan kurang mantap maka

dilakukan kembali pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pelengkap

kesimpulan sebagai pedalamannya agar supaya dapat menjamin mantapnya hasil

penelitian.

Sedangkan langkah-langkah model analisis interaktif dalam penelitian

kualitatif ini ialah :

a. Selama proses pengumpulan data berlangsung, penelitian juga melakukan

reduksi data, sajian data, dan melakukan review, refleksi data serta verifikasi

sementara.

b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan memahami hasil-hasil

temuannya secara menyeluruh sekaligus dengan bagian-bagiannya.

c. Menyusun sajian data secara deskriptif sistematis dengan susunan kalimatnya

secara jelas agar mudah dimengerti dan dipahami.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, dalam hal ini apabila kesimpulan dirasa

masih perlu tambahan data, maka peneliti dapat terjun kembali ke lapangan

penelitian atau ke tempat yang menjadi objek penelitian, untuk pengumpulan

data tambahan guna kelengkapannya atau guna memenuhi kekurangan datanya.

14

Page 15: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

Kemudian agar lebih mudah pemahamannya maka model analisis

interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut :

gambar model analisis interaktif

15

Page 16: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

DAFTAR PUSTAKA

Alfian. Selayang Pandang Sekolah Berwawasan Unggulan. http”//smputama.tripod. com/. diakses tanggal 10 Juni 2010.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.

Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. 2009.

Kohmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: Pustaka Setia. 2000.

Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 2002.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1995.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. 2007.

Silberman, Melvin L. Active Learning; 101 Cara belajar Siswa Aktif. Terj. Raisul Muttaqien. Bandung: Nuansa Dan Nusamedia. 2004.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset dan Praktik, terj. Lita. Bandung: Nusa Media. 2009.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2005.

________. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2008.

Sunarto. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/ pengertian-prestasi-belajar/ . Diakses Tanggal 5 Juni 2010.

Tafsir, Abdul Ghofur. Cooperatif Learning. http://abdulghofurtafsir.blogspot.com, diakses tanggal 16 Mei 2010.

16

Page 17: ikhsanaira.files.wordpress.com · Web viewSlameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2003. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori , Riset

Tirtonegoro, Sutratinah. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara. 1984.

Zainudin. Pedoman Dan Materi Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru. Malang:

UIN Malang. 2009.

17