ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewSementara itu peradaban India diwarnai dengan...
Transcript of ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewSementara itu peradaban India diwarnai dengan...
KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTARA
MAKALAH KELOMPOKDisusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah “Studi Islam II”
Dosen : Drs. Makhful, M.Ag
Disusun oleh :
Kelas 4F
Kelompok 3
1. Okta Dianingati (1201100257)
2. Linda Riana S (1201100267)
3. Leli Soliah (1201100285)
4. Seniatun (1201100300)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku tim penyusun diberi kekuatan dan
kemampuan dalam menyelesaikan makalah yang bertema “Kedatangan Islam di
Nusantara”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi
Islam II. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terutama
kepada :
1. Drs. Makhful, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Islam II.
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.
3. Teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan.
Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan
imbalan pahala dari Allah SWT. Kami berharap semoga apa yang ditulis dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih sangatlah jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah
ini lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Purwokerto,25 Maret 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 1
C. Permasalahan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam di Nusantara........................................................ 2
B. Islamisasi Nusantara...................................................................... 6
C. Tahap-Tahap Perkembangan Islam................................................ 10
D. Corak Islam di Indonesia............................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur asli bangsa Asia Tenggara pra-Islam menjadi landasan bagi peradaban
Islam di masa belakangan. Pada masa awal periode Kristen penduduk Asia Tenggara
yang beragam telah mengembangkan sebuah peradaban yang didasarkan pada
pertanian padi sistem irigasi, peternakan hewan dan metalurgi. Beberapa kultur
pribumi memiliki keyakinan keagamaan dan memiliki sejumlah sarana artistik yang
khas seperti pertunjukan wayang kulit dan seperangkat seni gamelan Jawa dan Bali.
Keberadaan beberapa kerajaan Jawa sangat penting karena mereka
membentuk sebuah pencetakan ulang bagi penyerapan dan ekspresi terhadap Islam.
Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi, meskipun
dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para
pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah beberapa waktu.
Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara,
yang berlangsung beberapa abad kemudian. Agama islam pertama masuk ke
Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya Islam di Nusantara ?
2. Jelaskan proses Islamisasi di Nuantara ?
3. Jelaskan tahap-tahap perkembangan Islam di Nusantara ?
4. Bagaimana corak Islam di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui tentang masuknya Islam di Indonesia.
2. Agar pembaca dapat mengetahui tentang proses Islamisasi di Nusantara.
3. Agar pembaca dapat mengetahui tentang tahap-tahap perkembangan Islam
di Nusantara.
4. Agar pembaca dapat mengetahui corak Islam di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA
Islam diperkenalkan di anak benua India dalam bentuk sebuah
peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya pertanian
(agrikultural), urbanisasi dan keagamaan yang terorganisir secara mapan.
Sementara itu peradaban India diwarnai dengan sistem kasta, Hinduisme,
Brahmanik dan keyakinan Budha. Kultur keagamaan di mana batas-batas
antara Islam dan Hinduisme lebih fleksibel. Islam yang memasuki lingkungan
masyarakat India pada umumnya melalui asimilasi mereka yang telah
memeluk Islam menjadi identitas dan keyakinan keagamaan dan melalui
bentuk-bentuk tertentu yang diasimilasikan menjadi kultur pribumi. Islam
datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk
wilayah Indonesia.
Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan
Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan
agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang
sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam.
Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang
lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke
daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan,
dan politik. Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung
secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun,
dan sangat beragam.
Ada 4 teori yang berusaha menjawab soal masuk dan berkembangnya
agama Islam di wilayah Nusantara :
2
1. Teori India / Gujarat
Dicetuskan oleh Pijnapel (Leiden University), tetapi dipasarkan
oleh C. Snouck Hurgronje, orientalis Belanda, penasihat pemerintah
kolonial Belanda urusan pribumi dan Islam. Menurut Hurgronje:
pengamatan atas Nusantara pada abad ke-12 dan ke-13 M tidak terlihat
peran dan nilai-nlai Arab. Selain itu, hubungan antara Nusantara dengan
India sudah terjalin lama. Teori Hurgronje didukung oleh R.M. Soetjipto
Wirjosoeparto: bukti Islam datang dari Gujarat adalah salah satu makam
Raja Samudera Pasai (Sultan Malikus Saleh, wafat 1297 M) dibuat dari
batu marmer yang berasal dari Gujarat.
2. Teori Persia / Iran
Dicetuskan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat bahwa Islam yang
masuk ke Nusantara datang dari Iran sekitar abad ke-13 M, dengan bukti
persamaan budaya Indonesia – Iran:
Peringatan 10 Muharram (Asy-syura), tradisi Syiah untuk
memperingati Husain, cucu Nabi yang mati syahid di Karbala, di
Indonesia diperingati dengan membuat bubur syura, disebut bulan
Hasan-Husein dan tradisi mengusung keranda tabut
(Minangkabau).
Persamaan ajaran sufi Iran, Al-Hallaj (wahdatul wujud) dengan
ajaran Syeikh Siti Jenar (manunggaling kawulo-gusti).
Persamaan sistem ejaan huruf Arab untuk mengaji Al Quran
tingkat awal : Jabar / Zabar (Fathah), Jer / Ze-er (Kasrah), dan
P’es / Py’es (Dhammah).
Bahwa kata Pasai (wilayah di Aceh) berasal dari kata Persia. Saat
Ibnu Batutah berkunjung ke Pasai, ada ulama Persia di Pasai.
3
3. Teori Cina
Menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara bukan dari
India atau Iran, melainkan dari Cina. Pada abad ke-9 M, banyak penduduk
Cina Muslim di wilayah Kanton dan Cina selatan yang mengungsi ke Jawa
karena persoalan politik. Abad ke-11 M, telah ada komunitas Muslim di
Jawa, sebagian merupakan Cina Muslim seperti di situs Leran ditemukan
makam Muslim dan keramik Cina. Pada abad ke-15 dan ke-16 M,
hubungan Cina – Jawa sangat baik. Dalam kitab Ming Shi dan Ying-yai
Sheng Lan, disebutkan adanya masyarakat Muslim Cina di Jawa (Tuban,
Gresik, Surabaya) yang berasal dari Kanton, Zhangzhou, Quanzhou dll. di
wilayah Cina selatan.
Peninggalan kepurbakalaan Islam di Jawa banyak menunjukkan
Cina antara lain: ukiran padas Masjid Mantingan, konstruksi Masjid
Demak, pintu makam Sunan Giri di Gresik, menara Masjid pecinan di
Banten, arsitektur keraton Cirebon dan Taman Sunyaragi, Masjid Muara
Angke dan Masjid Kebon Jeruk di Jakarta.
4. Teori Arabia
Pencetusnya adalah HAMKA. Bahwa Islam yang datang ke
Nusantara bukan berasal dari India, Iran atau Cina, melainkan langsung
dari Tanah Arabia dan Mesir sejak abad ke-7 M pada masa
Khulafaurrasyidin. Bukti-bukti yang dapat diajukan:
Catatan Ibnu Batutah yang berkunjung ke Samudera Pasai (1345 M)
bahwa Raja bermazhab Syafii, kemungkinan besar Islam yang masuk
ke Pasai dari Mesir dan Arabia.
Gelar yang dipakai raja di Samudera Pasai ialah gelar raja-raja Mesir
(Malik) bukan gelar raja-raja Persia / India (Syah). Gelar Syah baru
dipakai pada abad ke-15 M.
4
Jalur pelayaran dari Nusantara – India – Teluk Persia – Arabia – Mesir
sudah terbentuk sejak permulaan abad Masehi.
Pada abad ke-12 M, di Arabia sudah ada ulama tasawuf asli Jawa
(Syeikh Abu Masud Abdullah al Jawi).
Berita Cina, tahun 674 – 675 M, ada duta dari Ta – Shih (Arab) yang
berkunjung ke Cina, yang terus ke Jawa mengunjungi Kerajaan Ho –
ling (Kalingga) menjadi tamu Ratu Shima.
Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk
komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam
kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling
menghormati dan tolong menolong.
2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah derajat semua manusia
sama kecuali takwanya.
3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling
berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.
4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah
dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat
baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.
5
B. ISLAMISASI DI NUSANTARA
Islamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah
Islam di Indonesia yaitu sejarah tentang berdirinya kekuasaan sosio politik
Islam di bumi Nusantara. Proses penting ini diselimuti ke tidak jelasan
diantaranya terletak pada pertanyaan kapan Islam datang, dari mana Islam
berasal, dan siapa yang menyebarkan Islam di Indonesia pertama kali dan
sebagainya. Islamisasi di wilayah Nusantara berkaitan dengan saluran-saluran
yang dipakai dalam proses penyebaran agama Islam di wilayah Nusantara.
Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya
dukungan dua pihak: orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan
agama Islam dan golongan masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya.
Dalam masa-masa kegoncangan politik , ekonomi, dan sosial budaya, Islam
sebagai agama dengan mudah dapat memasuki & mengisi masyarakat yang
sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih cara-cara yang ditempuh oleh
orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitu menyesuaikan
dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Pada tahap permulaan islamisasi
dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan & disesuaikan dengan
kondisi masyarakatnya. Dari ke empat teori awal mula Islam di Indonesia,
diupayakan adanya sintesis dari perbedaan pendapat yang ada dengan
membuat fase-fase atau tahapan Islamisasi di Indonesia, yaitu ;
1. Tahap permulaan kedatangan Islam terjadi pada abad ke- 7 M pada masa
Khulafa’ur Rasyidin . Tahap ini berlangsung sampai abad ke-13 M dengan
para pembawa Islam adalah orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan
India (Gujarat, Bengal) yang notabene pada pedagang atau saudagar.
Inilah tahap dakwah Islamiyah yang melahirkan terbentuknya masyarakat
Islam di Nusantara. Tetapi masyarakat Islam di Nusantara masih dalam
kondisi minoritas dan berada dalam kekuasaan politik hindis-budhis.
2. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Kerajaan Islam pada abad ke-13
sebagai kerajaan Islam pertama (Negara Basis) di Indonesia diantaranya
6
Samudra Pasai dan Malaka di daerah utama Sumatera. Fase terbentuknya
kerajaan Islam berlangsung antara abad ke-13 sampai abad ke-16 M.
3. Akhir abad ke-16 dan abad ke-17 adalah Fase Kekuasaan Politik Islam
Dominan di bumi Nusantara khususnya di Tanah Jawa. Fase ini ditandai
dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan besar seperti Kerajaan Majapahit,
Kerajaan Padjadjaran dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Peran Sentral
Wali Sanga khususnya di Tanah Jawa dalam melakukan akselerasi dakwah
dan membangun kekuatan politik yang handal menjadi “icon” perjuangan
Islam di Indonesia.
Ada 6 teori yang berbicara tentang saluran-saluran Islamisasi di
Nusantara, yaitu:
1. Perdagangan ( trade )
Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan
adalah golongan pedagang, yang sebenarnya menjadikan faktor
ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke
Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan
pelayaran dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian
barat, tenggara, dan timur Asia. Kedatangan pedagang-pedagang
muslim seperti halnya yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman
Samudra Pasai dan Malaka yang merupakan pusat kerajaan Islam yang
berhubungan erat dengan daerah-daerah lain di Indonesia, maka orang-
orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu sendiri yang menjadi
pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah kepulauan
Indonesia. Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya
kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan
cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para
mubalig atau orang-orang alim.
Tata cara Islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan
secara lisan dengan jalan mengadakan kontak secara langsung dengan
penerima, serta dapat pula terjadi dengan lambat melalui terbentuknya 7
sebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para
pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, berkumpul dan
menetap, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, di suatu
daerah, sehingga terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim.
Dalam hal ini orang yang bermaksud hendak belajar agama Islam dapat
datang atau memanggil mereka untuk mengajari penduduk pribumi.
2. Perkawinan (marriage )
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara perkawinan antara
pedagang muslim dengan anak-anak dari orang-orang pribumi,
terutama keturunan bangsawannya. Dengan perkawinan itu,
terbentuklah ikatan kekerabatan dengan keluarga muslim. Pedagang
yang berasal dari luar seperti Gujarat, Persia dan Arab yang sudah lama
menetap, kedudukan sosial ekonominya lebih baik lalu kemudian
berinteraksi dengan penduduk setempat dan akhirnya menikah dengan
gadis-gadis setempat. Sehingga dengan sendirinya, gadis-gadis tersebut
masuk agama Islam. Banyak contoh dari jalan ini dan sampai bisa
mempengaruhi jika yang dikawini adalah anak saudagar atau anak
adipati.
3. Persaingan dan konflik dengan orang-orang Barat Kristen yang
menjajah Nusantara
Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda
datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan
selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia
dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah
Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama.
Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
4. Motif politik dan ekonomi, terutama di kalangan penguasa pelabuhan
yang melakukan kontak hubungan dengan para pedagang Muslim.
Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh dan peranan ummat Islam. Kedatangan pengaruh
8
Islam ke wilayah Indonesia bagian timur (Sulawesi dan Maluku) tidak
dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat
lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Pada
masanya kerajaan Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang sangat
penting, tempat kapal-kapal datang dari Tiongkok dan India serta dari
tempat-tempat lain di Indonesia, singgah dan bertemu untuk memuat
dan membongkar barang-barang dagangannya. Kadang-kadang pula
golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk
mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam
mewujudkan suatu kerajaan Islam.
5. Melalui Seni Budaya
Penyebaran islam di Indonesia juga melibatkan seni budaya. Misalnya
seni bangunan pada mesjid, seni pahat, seni musik, tari dan seni sastra.
Dalam seni bangunan mesjid, banyak ukir-ukiran masih menunjukkan
motif budaya Hindu Budha. Kita bisa menyaksikan di mesjid Agung
Kesepuhan Cirebon, Mesjid Demak, Mesjid Menara Kudus. Dalam seni
budaya kita bisa lihat atau jumpai dalam perayaan Grebek agung di
keraton Surakarta serta Jogjakarta dan cirebon. Juga dalam seni wayang
dalam setiap pertunjukkannya juga diselipkan nilai-nilai Islami dan
pahamnya agar mudah diresapi oleh masyarakat pada saat itu.
6. Corak mistisisme Islam (Tasawuf ) yang sesuai dengan alam
pikiran masyarakat di wilayah Nusantara
Di indonesia terutama di Pulau Jawa, dikenal para juru dakwah yaitu
Wali Sanga yang bertugas untuk menyebarkan ajaran Islam pada
mereka yang mungkin belum mengenalnya. Dalam perkembangannya,
tasawuf juga turut mempercepat proses penyebaran ajaran agama Islam
diIndonesia.
9
C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan.
Kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatangi mempunyai situasi politik dan
sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka
sudah mulai dilalui oleh para pedagang muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina
zaman T’ang pada abad-abad tersebut, diduga masyarakat muslim telah ada,
baik di kanfu (kanton) maupun di daerah Sumatra sendiri. Saudagar-saudagar
dari Arab Selatan semenanjung tanah Arab yang melakukan perdagangan ke
tanah Melayu sekitar 630 M (tahun kesembilan Hijriah) telah menemui
bahwa di sana banyak yang telah memeluk Islam. Hal ini membuktikan
bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriah, atau
sekitar abad ke tujuh dan kedelapan Masehi yang dibawa langsung oleh
saudagar dari Arab. Para pedagang muslim menjadi pendukung daerah-
daerah Islam yang muncul kemudian daerah yang menyatakan dirinya sebagai
kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh.
Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan
mulai abad ke-13. Hal itu dimungkinkan dari hasil proses Islamisasi di
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak
abad ketujuh.
Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam bidang agama
Islam, politik, perdagangan dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin
ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat
muslim. Perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin
meluas dan akhirnya pada awal abad ke-15 berdiri kerajaan Islam Malaka.
Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan telah
dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah di
Malaka kemudian banyak yang menganut agama Islam dan menjadi penyebar
10
agama Islam ke seluruh kepulauan Nusantara tempat mereka mengadakan
transaksi perdagangan.
Menurut Hasan Muarif Ambary, ada tiga (3) tahap perkembangan
Islam di wilayah Nusantara, yaitu:
1. Tahap kedatangan para pedagang Muslim di Nusantara sejak abad ke-
7 hingga abad ke-12 M. Baik pedagang dari Arab, Persia, India
maupun Cina. Bukti-bukti mengenai hal ini tampak pada banyaknya
peninggalan kepurbakalaan Islam baik di Sumatera maupun di Jawa.
Seperti : Masjid kuno di Demak, Sandang Duwur Agung di kesepuhan
Cirebon, masjid Agung Banten dan Masjid Baiturahman di Aceh.
2. Tahap terbentuknya kerajaan-kerajaan Islam, yang berlangsung sejak
abad ke-13 M hingga abad ke-16 M. Diawali oleh Kerajaan Samudera
Pasai, Perlak, Aceh, Demak, Banten, Cirebon, Ternate, Tidore, Pajang,
Mataram, Gowa, dll.
3. Tahap pelembagaan Islam, sejak abad ke-17 M terus berkembang
meskipun Nusantara dijajah oleh Bangsa Belanda.
11
D. CORAK ISLAM DI INDONESIA
1. Masa Kesulthanan
Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan
Hindu-Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera
dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi
kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di
daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam
bentuk yang lebih murni.
Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan
Islam selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan
fasilitas dan kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara
konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan
adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli
dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil
pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada
hukum Islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam
Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan
Mahkamah Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu
berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari Mahkamah biasa.
Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi orang
murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi yang
kedapatan berbuat zina.
Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau jawa, maka
dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang
lainnya, serta dibangun masjid sebagai pusat pendidikan Islam. Dengan
kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan penguasa
kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk agama
12
Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat pun
akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan ajarannya. Begitu pula
dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya. Ini seperti
ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika Sultan Agung masuk Islam,
kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Mataram ikut pula masuk
Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain sebagainya. Lalu Sultan
Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah
keislaman, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.
2. Masa Penjajahan
Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu,
datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di
susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-
kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan
hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi
tuan bagi bangsa Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck
Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab,
pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan
mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai
pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh.
Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di
Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga
kategori, yaitu:
1. Bidang agama murni atau ibadah
2. Bidang sosial kemasyarakatan dan
3. Politik.
Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan
kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya
13
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam
bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan yang
berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi
keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum
Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat
kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam. Sedangkan
dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas
hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang menerangkan
tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
3. Gerakan dan organisasi Islam
Akibat dari “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu,
menjelang permulaan abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya
semakin bertambah menghadapi tiga tayangan dari pemerintah Hindia
Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik penindasan dengan
kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi. Namun, ajaran Islam
pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan
taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun
organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir kekuasaan Belanda di
Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik bagi bangsa
Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,
dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan
Islam di Mesir. Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-
perkumpulan politik baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang
sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi
Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di
terima dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh
praja) ditolak dari keanggotaan itu. Persaingan antara partai-partai politik
itu mengakibatkan putusnya hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri
dan para pengikut tradisi Jawa dan abangan. Di kalangan santri sendiri,
dengan lahirnya gerakan pembaruan Islam dari Mesir yang
14
mengompromikan rasionalisme Barat dengan fundamentalisme Islam,
telah menimbulkan perpecahan sehingga sejak itu dikalangan kaum
muslimin terdapat dua kubu: para cendekiawan Muslimin berpendidikan
Barat, dan para kyai serta Ulama tradisional. Selama pendudukan jepang,
pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada kaum muslimin dari pada
golongan nasionalis karena mereka berusaha menggunakan agama untuk
tujuan perang mereka. Ada tiga perantara politik berikut ini yang
merupakan hasil bentukan pemerintah Jepang yang menguntungkan kaum
muslimin, yaitu:
1. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor
Urusan Pribumi zaman Belanda.
2. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia
menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
3. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi
militer untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul
Arifin.
15
BAB IIIPENUTUP
A. SIMPULAN
Para pembawa agama Islam pertama kali ke wilayah Nusantara-
Indonesia adalah para pedagang dan Muballigh dari Arab, Persia dan India.
Mereka mengunjungi daerah-daerah pesisir nusantara yang berhubungan
langsung dengan bandar-bandar perdagangan internasional. Aceh dengan
kerajaan Perlak dan Pasai telah menjadi penyangga penyebaran Islam yang
utama ke wilayah lainnya di Nusantara. Melalui Malaka yang sejak ahir abad ke
14 telah berkembang menjadi Negara penyalur perdagangan lintas laut. Dengan
demikian hubungan perdagangan antar pulau di wilayah Nusantara semakin terbuka.
Dan itu berarti memperluas jangkauan dakwah dan penyebaran Agama Islam.
Penyebaran Islam melalui perdagangan, perkawinan, persaingan dan konflik
dengan orang-orang barat Kristen yang menjajah Nusantara, motif politik dan
ekonomi, melalui seni budaya dan corak mistisisme Islam (Tasawuf ) yang
sesuai dengan alam pikiran masyarakat di wilayah Nusantara. Hal inilah yang
mempercepat proses islamisasi di wilayah kepulauan Nusantara-Indonesia.
16
DAFTAR PUSAKA
Ira. M. Lapidus. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Alaidin.Koto.2012.Sejarah Peradilan Islam .Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
K.Ali. 1997. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
http://sejarah.kompasiana.com/2013/10/21/proses-islamisasi-di-nusantara-
601111.html
17