ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewSementara itu peradaban India diwarnai dengan...

31
KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTARA MAKALAH KELOMPOK Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Studi Islam II” Dosen : Drs. Makhful, M.Ag Disusun oleh : Kelas 4F Kelompok 3 1. Okta Dianingati (1201100257) 2. Linda Riana S (1201100267) 3. Leli Soliah (1201100285) 4. Seniatun (1201100300) i

Transcript of ardialmathor.files.wordpress.com file · Web viewSementara itu peradaban India diwarnai dengan...

KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTARA

MAKALAH KELOMPOKDisusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah “Studi Islam II”

Dosen : Drs. Makhful, M.Ag

Disusun oleh :

Kelas 4F

Kelompok 3

1. Okta Dianingati (1201100257)

2. Linda Riana S (1201100267)

3. Leli Soliah (1201100285)

4. Seniatun (1201100300)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2014

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga kami selaku tim penyusun diberi kekuatan dan

kemampuan dalam menyelesaikan makalah yang bertema “Kedatangan Islam di

Nusantara”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi

Islam II. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terutama

kepada :

1. Drs. Makhful, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Islam II.

2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.

3. Teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan.

Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan

imbalan pahala dari Allah SWT. Kami berharap semoga apa yang ditulis dalam

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Makalah ini masih sangatlah jauh dari sempurna, oleh karena itu

diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah

ini lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto,25 Maret 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Tujuan............................................................................................ 1

C. Permasalahan................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam di Nusantara........................................................ 2

B. Islamisasi Nusantara...................................................................... 6

C. Tahap-Tahap Perkembangan Islam................................................ 10

D. Corak Islam di Indonesia............................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kultur asli bangsa Asia Tenggara pra-Islam menjadi landasan bagi peradaban

Islam di masa belakangan. Pada masa awal periode Kristen penduduk Asia Tenggara

yang beragam telah mengembangkan sebuah peradaban yang didasarkan pada

pertanian padi sistem irigasi, peternakan hewan dan metalurgi. Beberapa kultur

pribumi memiliki keyakinan keagamaan dan memiliki sejumlah sarana artistik yang

khas seperti pertunjukan wayang kulit dan seperangkat seni gamelan Jawa dan Bali.

Keberadaan beberapa kerajaan Jawa sangat penting karena mereka

membentuk sebuah pencetakan ulang bagi penyerapan dan ekspresi terhadap Islam.

Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi, meskipun

dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para

pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah beberapa waktu.

Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara,

yang berlangsung beberapa abad kemudian. Agama islam pertama masuk ke

Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masuknya Islam di Nusantara ?

2. Jelaskan proses Islamisasi di Nuantara ?

3. Jelaskan tahap-tahap perkembangan Islam di Nusantara ?

4. Bagaimana corak Islam di Indonesia ?

C. Tujuan

1. Agar pembaca dapat mengetahui tentang masuknya Islam di Indonesia.

2. Agar pembaca dapat mengetahui tentang proses Islamisasi di Nusantara.

3. Agar pembaca dapat mengetahui tentang tahap-tahap perkembangan Islam

di Nusantara.

4. Agar pembaca dapat mengetahui corak Islam di Indonesia.

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA

Islam diperkenalkan di anak benua India dalam bentuk sebuah

peradaban yang telah berkembang yang diwarnai dengan budaya pertanian

(agrikultural), urbanisasi dan keagamaan yang terorganisir secara mapan.

Sementara itu peradaban India diwarnai dengan sistem kasta, Hinduisme,

Brahmanik dan keyakinan Budha. Kultur keagamaan di mana batas-batas

antara Islam dan Hinduisme lebih fleksibel. Islam yang memasuki lingkungan

masyarakat India pada umumnya melalui asimilasi mereka yang telah

memeluk Islam menjadi identitas dan keyakinan keagamaan dan melalui

bentuk-bentuk tertentu yang diasimilasikan menjadi kultur pribumi. Islam

datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,

Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk

wilayah Indonesia.

Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan

Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan

agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang

sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam.

Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang

lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke

daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan,

dan politik. Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung

secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun,

dan sangat beragam.

Ada 4 teori yang berusaha menjawab soal masuk dan berkembangnya

agama Islam di wilayah Nusantara :

2

1. Teori India / Gujarat

Dicetuskan oleh Pijnapel (Leiden University), tetapi dipasarkan

oleh C. Snouck Hurgronje, orientalis Belanda, penasihat pemerintah

kolonial Belanda urusan pribumi dan Islam. Menurut Hurgronje:

pengamatan atas Nusantara pada abad ke-12 dan ke-13 M tidak terlihat

peran dan nilai-nlai Arab. Selain itu, hubungan antara Nusantara dengan

India sudah terjalin lama. Teori Hurgronje didukung oleh R.M. Soetjipto

Wirjosoeparto: bukti Islam datang dari Gujarat adalah salah satu makam

Raja Samudera Pasai (Sultan Malikus Saleh, wafat 1297 M) dibuat dari

batu marmer yang berasal dari Gujarat.

2. Teori Persia / Iran

Dicetuskan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat bahwa Islam yang

masuk ke Nusantara datang dari Iran sekitar abad ke-13 M, dengan bukti

persamaan budaya Indonesia – Iran:

Peringatan 10 Muharram (Asy-syura), tradisi Syiah untuk

memperingati Husain, cucu Nabi yang mati syahid di Karbala, di

Indonesia diperingati dengan membuat bubur syura, disebut bulan

Hasan-Husein dan tradisi mengusung keranda tabut

(Minangkabau).

Persamaan ajaran sufi Iran, Al-Hallaj (wahdatul wujud) dengan

ajaran Syeikh Siti Jenar (manunggaling kawulo-gusti).

Persamaan sistem ejaan huruf Arab untuk mengaji Al Quran

tingkat awal : Jabar / Zabar (Fathah), Jer / Ze-er (Kasrah), dan

P’es / Py’es (Dhammah).

Bahwa kata Pasai (wilayah di Aceh) berasal dari kata Persia. Saat

Ibnu Batutah berkunjung ke Pasai, ada ulama Persia di Pasai.

3

3. Teori Cina

Menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara bukan dari

India atau Iran, melainkan dari Cina. Pada abad ke-9 M, banyak penduduk

Cina Muslim di wilayah Kanton dan Cina selatan yang mengungsi ke Jawa

karena persoalan politik. Abad ke-11 M, telah ada komunitas Muslim di

Jawa, sebagian merupakan Cina Muslim seperti di situs Leran ditemukan

makam Muslim dan keramik Cina. Pada abad ke-15 dan ke-16 M,

hubungan Cina – Jawa sangat baik. Dalam kitab Ming Shi dan Ying-yai

Sheng Lan, disebutkan adanya masyarakat Muslim Cina di Jawa (Tuban,

Gresik, Surabaya) yang berasal dari Kanton, Zhangzhou, Quanzhou dll. di

wilayah Cina selatan.

Peninggalan kepurbakalaan Islam di Jawa banyak menunjukkan

Cina antara lain: ukiran padas Masjid Mantingan, konstruksi Masjid

Demak, pintu makam Sunan Giri di Gresik, menara Masjid pecinan di

Banten, arsitektur keraton Cirebon dan Taman Sunyaragi, Masjid Muara

Angke dan Masjid Kebon Jeruk di Jakarta.

4. Teori Arabia

Pencetusnya adalah HAMKA. Bahwa Islam yang datang ke

Nusantara bukan berasal dari India, Iran atau Cina, melainkan langsung

dari Tanah Arabia dan Mesir sejak abad ke-7 M pada masa

Khulafaurrasyidin. Bukti-bukti yang dapat diajukan:

Catatan Ibnu Batutah yang berkunjung ke Samudera Pasai (1345 M)

bahwa Raja bermazhab Syafii, kemungkinan besar Islam yang masuk

ke Pasai dari Mesir dan Arabia.

Gelar yang dipakai raja di Samudera Pasai ialah gelar raja-raja Mesir

(Malik) bukan gelar raja-raja Persia / India (Syah). Gelar Syah baru

dipakai pada abad ke-15 M.

4

Jalur pelayaran dari Nusantara – India – Teluk Persia – Arabia – Mesir

sudah terbentuk sejak permulaan abad Masehi.

Pada abad ke-12 M, di Arabia sudah ada ulama tasawuf asli Jawa

(Syeikh Abu Masud Abdullah al Jawi).

Berita Cina, tahun 674 – 675 M, ada duta dari Ta – Shih (Arab) yang

berkunjung ke Cina, yang terus ke Jawa mengunjungi Kerajaan Ho –

ling (Kalingga) menjadi tamu Ratu Shima.

Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk

komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam

kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut

antara lain sebagai berikut :

1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling

menghormati dan tolong menolong.

2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah derajat semua manusia

sama kecuali takwanya.

3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa,

Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling

berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.

4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah

dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat

baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.

5

B. ISLAMISASI DI NUSANTARA

Islamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah

Islam di Indonesia yaitu sejarah tentang berdirinya kekuasaan sosio politik

Islam di bumi Nusantara. Proses penting ini diselimuti ke tidak jelasan

diantaranya terletak pada pertanyaan kapan Islam datang, dari mana Islam

berasal, dan siapa yang menyebarkan Islam di Indonesia pertama kali dan

sebagainya. Islamisasi di wilayah Nusantara berkaitan dengan saluran-saluran

yang dipakai dalam proses penyebaran agama Islam di wilayah Nusantara.

Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya

dukungan dua pihak: orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan

agama Islam dan golongan masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya.

Dalam masa-masa kegoncangan politik , ekonomi, dan sosial budaya, Islam

sebagai agama dengan mudah dapat memasuki & mengisi masyarakat yang

sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih cara-cara yang ditempuh oleh

orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitu menyesuaikan

dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Pada tahap permulaan islamisasi

dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan & disesuaikan dengan

kondisi masyarakatnya. Dari ke empat teori awal mula Islam di Indonesia,

diupayakan adanya sintesis dari perbedaan pendapat yang ada dengan

membuat fase-fase atau tahapan Islamisasi di Indonesia, yaitu ;

1. Tahap permulaan kedatangan Islam terjadi pada abad ke- 7 M pada masa

Khulafa’ur Rasyidin . Tahap ini berlangsung sampai abad ke-13 M dengan

para pembawa Islam adalah orang-orang Muslim dari Arab, Persia dan

India (Gujarat, Bengal) yang notabene pada pedagang atau saudagar.

Inilah tahap dakwah Islamiyah yang melahirkan terbentuknya masyarakat

Islam di Nusantara. Tetapi masyarakat Islam di Nusantara masih dalam

kondisi minoritas dan berada dalam kekuasaan politik hindis-budhis.

2. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Kerajaan Islam pada abad ke-13

sebagai kerajaan Islam pertama (Negara Basis) di Indonesia diantaranya

6

Samudra Pasai dan Malaka di daerah utama Sumatera. Fase terbentuknya

kerajaan Islam berlangsung antara abad ke-13 sampai abad ke-16 M.

3. Akhir abad ke-16 dan abad ke-17 adalah Fase Kekuasaan Politik Islam

Dominan di bumi Nusantara khususnya di Tanah Jawa. Fase ini ditandai

dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan besar seperti Kerajaan Majapahit,

Kerajaan Padjadjaran dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Peran Sentral

Wali Sanga khususnya di Tanah Jawa dalam melakukan akselerasi dakwah

dan membangun kekuatan politik yang handal menjadi “icon” perjuangan

Islam di Indonesia.

Ada 6 teori yang berbicara tentang saluran-saluran Islamisasi di

Nusantara, yaitu:

1. Perdagangan ( trade )

Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan

adalah golongan pedagang, yang sebenarnya menjadikan faktor

ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke

Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan

pelayaran dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian

barat, tenggara, dan timur Asia. Kedatangan pedagang-pedagang

muslim seperti halnya yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman

Samudra Pasai dan Malaka yang merupakan pusat kerajaan Islam yang

berhubungan erat dengan daerah-daerah lain di Indonesia, maka orang-

orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu sendiri yang menjadi

pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah kepulauan

Indonesia. Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya

kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan

cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para

mubalig atau orang-orang alim.

Tata cara Islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan

secara lisan dengan jalan mengadakan kontak secara langsung dengan

penerima, serta dapat pula terjadi dengan lambat melalui terbentuknya 7

sebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para

pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, berkumpul dan

menetap, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, di suatu

daerah, sehingga terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim.

Dalam hal ini orang yang bermaksud hendak belajar agama Islam dapat

datang atau memanggil mereka untuk mengajari penduduk pribumi.

2. Perkawinan (marriage )

Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara perkawinan antara

pedagang muslim dengan anak-anak dari orang-orang pribumi,

terutama keturunan bangsawannya. Dengan perkawinan itu,

terbentuklah ikatan kekerabatan dengan keluarga muslim. Pedagang

yang berasal dari luar seperti Gujarat, Persia dan Arab yang sudah lama

menetap, kedudukan sosial ekonominya lebih baik lalu kemudian

berinteraksi dengan penduduk setempat dan akhirnya menikah dengan

gadis-gadis setempat. Sehingga dengan sendirinya, gadis-gadis tersebut

masuk agama Islam. Banyak contoh dari jalan ini dan sampai bisa

mempengaruhi jika yang dikawini adalah anak saudagar atau anak

adipati.

3. Persaingan dan konflik dengan orang-orang Barat Kristen yang

menjajah Nusantara

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda

datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan

selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia

dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah

Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan

Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama.

Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

4. Motif politik dan ekonomi, terutama di kalangan penguasa pelabuhan

yang melakukan kontak hubungan dengan para pedagang Muslim.

Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak

terlepas dari pengaruh dan peranan ummat Islam. Kedatangan pengaruh

8

Islam ke wilayah Indonesia bagian timur (Sulawesi dan Maluku) tidak

dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat

lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Pada

masanya kerajaan Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang sangat

penting, tempat kapal-kapal datang dari Tiongkok dan India serta dari

tempat-tempat lain di Indonesia, singgah dan bertemu untuk memuat

dan membongkar barang-barang dagangannya. Kadang-kadang pula

golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk

mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam

mewujudkan suatu kerajaan Islam.

5. Melalui Seni Budaya

Penyebaran islam di Indonesia juga melibatkan seni budaya. Misalnya

seni bangunan pada mesjid, seni pahat, seni musik, tari dan seni sastra.

Dalam seni bangunan mesjid, banyak ukir-ukiran masih menunjukkan

motif budaya Hindu Budha. Kita bisa menyaksikan di mesjid Agung

Kesepuhan Cirebon, Mesjid Demak, Mesjid Menara Kudus. Dalam seni

budaya kita bisa lihat atau jumpai dalam perayaan Grebek agung di

keraton Surakarta serta Jogjakarta dan cirebon. Juga dalam seni wayang

dalam setiap pertunjukkannya juga diselipkan nilai-nilai Islami dan

pahamnya agar mudah diresapi oleh masyarakat pada saat itu.

6. Corak mistisisme Islam (Tasawuf ) yang sesuai dengan alam

pikiran masyarakat di wilayah Nusantara

Di indonesia terutama di Pulau Jawa, dikenal para juru dakwah yaitu

Wali Sanga yang bertugas untuk menyebarkan ajaran Islam pada

mereka yang mungkin belum mengenalnya. Dalam perkembangannya,

tasawuf juga turut mempercepat proses penyebaran ajaran agama Islam

diIndonesia.

9

C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan.

Kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatangi mempunyai situasi politik dan

sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya

mengembangkan kekuasaannya sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka

sudah mulai dilalui oleh para pedagang muslim dalam pelayarannya ke

negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina

zaman T’ang pada abad-abad tersebut, diduga masyarakat muslim telah ada,

baik di kanfu (kanton) maupun di daerah Sumatra sendiri. Saudagar-saudagar

dari Arab Selatan semenanjung tanah Arab yang melakukan perdagangan ke

tanah Melayu sekitar 630 M (tahun kesembilan Hijriah) telah menemui

bahwa di sana banyak yang telah memeluk Islam. Hal ini membuktikan

bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriah, atau

sekitar abad ke tujuh dan kedelapan Masehi yang dibawa langsung oleh

saudagar dari Arab. Para pedagang muslim menjadi pendukung daerah-

daerah Islam yang muncul kemudian daerah yang menyatakan dirinya sebagai

kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh.

Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan

mulai abad ke-13. Hal itu dimungkinkan dari hasil proses Islamisasi di

daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak

abad ketujuh.

Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam bidang agama

Islam, politik, perdagangan dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin

ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat

muslim. Perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin

meluas dan akhirnya pada awal abad ke-15 berdiri kerajaan Islam Malaka.

Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan telah

dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah di

Malaka kemudian banyak yang menganut agama Islam dan menjadi penyebar

10

agama Islam ke seluruh kepulauan Nusantara tempat mereka mengadakan

transaksi perdagangan.

Menurut Hasan Muarif Ambary, ada tiga (3) tahap perkembangan

Islam di wilayah Nusantara, yaitu:

1. Tahap kedatangan para pedagang Muslim di Nusantara sejak abad ke-

7 hingga abad ke-12 M. Baik pedagang dari Arab, Persia, India

maupun Cina. Bukti-bukti mengenai hal ini tampak pada banyaknya

peninggalan kepurbakalaan Islam baik di Sumatera maupun di Jawa.

Seperti : Masjid kuno di Demak, Sandang Duwur Agung di kesepuhan

Cirebon, masjid Agung Banten dan Masjid Baiturahman di Aceh.

2. Tahap terbentuknya kerajaan-kerajaan Islam, yang berlangsung sejak

abad ke-13 M hingga abad ke-16 M. Diawali oleh Kerajaan Samudera

Pasai, Perlak, Aceh, Demak, Banten, Cirebon, Ternate, Tidore, Pajang,

Mataram, Gowa, dll.

3. Tahap pelembagaan Islam, sejak abad ke-17 M terus berkembang

meskipun Nusantara dijajah oleh Bangsa Belanda.

11

D. CORAK ISLAM DI INDONESIA

1. Masa Kesulthanan

Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan

Hindu-Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera

dan Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi

kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di

daerah-daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam

bentuk yang lebih murni.

Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan

Islam selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan

fasilitas dan kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada

kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara

konkrit, kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan

adanya mufti dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli

dalam bidang fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil

pengkodifikasian hukum-hukum yang sepenuhnya berorientasi pada

hukum Islam yang dinamakan Undang-Undang Sultan Adam. Dalam

Undang-Undang ini timbul kesan bahwa kedudukan mufti mirip dengan

Mahkamah Agung sekarang yang bertugas mengontrol dan kalau perlu

berfungsi sebagai lembaga untuk naik banding dari Mahkamah biasa.

Tercatat dalam sejarah Banjar, di berlakukannya hukum bunuh bagi orang

murtad, hukum potong tangan untuk pencuri dan mendera bagi yang

kedapatan berbuat zina.

Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau jawa, maka

dilakukan upaya agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang

lainnya, serta dibangun masjid sebagai pusat pendidikan Islam. Dengan

kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan penguasa

kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk agama

12

Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat pun

akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan ajarannya. Begitu pula

dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya. Ini seperti

ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika Sultan Agung masuk Islam,

kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Mataram ikut pula masuk

Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain sebagainya. Lalu Sultan

Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan istilah-istilah

keislaman, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti sebenarnya.

2. Masa Penjajahan

Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu,

datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di

susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-

kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.

Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan

hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi

kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi

tuan bagi bangsa Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck

Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab,

pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan

mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai

pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh.

Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di

Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga

kategori, yaitu:

1.         Bidang agama murni atau ibadah

2.         Bidang sosial kemasyarakatan dan

3.         Politik.

Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan

kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya

13

sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam

bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan yang

berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi

keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum

Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat

kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam. Sedangkan

dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas

hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang menerangkan

tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.

3. Gerakan dan organisasi Islam

Akibat dari “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu,

menjelang permulaan abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya

semakin bertambah menghadapi tiga tayangan dari pemerintah Hindia

Belanda, yaitu: politik devide etimpera, politik penindasan dengan

kekerasan dan politik menjinakan melalui asosiasi. Namun, ajaran Islam

pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.

Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit dengan menggunakan

taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun

organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir kekuasaan Belanda di

Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik bagi bangsa

Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,

dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan

Islam di Mesir. Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-

perkumpulan politik baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang

sadar diri. Karena persatuan dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi

Islam, yakni hanya orang Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di

terima dalam organisasi tersebut, para pejabat dan pemerintahan (pangreh

praja) ditolak dari keanggotaan itu. Persaingan antara partai-partai politik

itu mengakibatkan putusnya hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri

dan para pengikut tradisi Jawa dan abangan. Di kalangan santri sendiri,

dengan lahirnya gerakan pembaruan Islam dari Mesir yang

14

mengompromikan rasionalisme Barat dengan fundamentalisme Islam,

telah menimbulkan perpecahan sehingga sejak itu dikalangan kaum

muslimin terdapat dua kubu: para cendekiawan Muslimin berpendidikan

Barat, dan para kyai serta Ulama tradisional. Selama pendudukan jepang,

pihak Jepang rupanya lebih memihak kepada kaum muslimin dari pada

golongan nasionalis karena mereka berusaha menggunakan agama untuk

tujuan perang mereka. Ada tiga perantara politik berikut ini yang

merupakan hasil bentukan pemerintah Jepang yang menguntungkan kaum

muslimin, yaitu:

1. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor

Urusan Pribumi zaman Belanda.

2. Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia

menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.

3. Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi

militer untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul

Arifin.

15

BAB IIIPENUTUP

A. SIMPULAN

Para pembawa agama Islam pertama kali ke wilayah Nusantara-

Indonesia adalah para pedagang dan Muballigh dari Arab, Persia dan India.

Mereka mengunjungi daerah-daerah pesisir nusantara yang berhubungan

langsung dengan bandar-bandar perdagangan internasional. Aceh dengan

kerajaan Perlak dan Pasai telah menjadi penyangga penyebaran Islam yang

utama ke wilayah lainnya di Nusantara. Melalui Malaka yang sejak ahir abad ke

14 telah berkembang menjadi Negara penyalur perdagangan lintas laut. Dengan

demikian hubungan perdagangan antar pulau di wilayah Nusantara semakin terbuka.

Dan itu berarti memperluas jangkauan dakwah dan penyebaran Agama Islam.

Penyebaran Islam melalui perdagangan, perkawinan, persaingan dan konflik

dengan orang-orang barat Kristen yang menjajah Nusantara, motif politik dan

ekonomi, melalui seni budaya dan corak mistisisme Islam (Tasawuf ) yang

sesuai dengan alam pikiran masyarakat di wilayah Nusantara. Hal inilah yang

mempercepat proses islamisasi di wilayah kepulauan Nusantara-Indonesia.

16

DAFTAR PUSAKA

Ira. M. Lapidus. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Alaidin.Koto.2012.Sejarah Peradilan Islam .Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

K.Ali. 1997. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta: PT. Grafindo

Persada.

http://sejarah.kompasiana.com/2013/10/21/proses-islamisasi-di-nusantara-

601111.html

17