ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin,...

40
Cerita Rakyat Betawi , Si Pitung

Transcript of ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin,...

Page 2: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Memasuki abad ke-20 tanah Betawi kokoh dalam cengkraman penjajah Belanda. Hampir 3 abad penjajah menikmati kehidupan diatas keringat dan darah serta air mata penduduk pribumi Betawi.

Penjajah dengan segala daya dan upaya memeras keringat penduduk melalui tuan tanah, para mandor, para centeng, dan bukan saja keringat bahkan tulang sumsum penduduk Betawi akan diperas jika memberikan keuntungan kepada mereka.

Pak Piun memandang langit mendung, sementara isterinya bu Pinah duduk di bale-bale depan rumah sambil memegang perut yang kian membesar. Beberapa hari lagi isterinya akan melahirkan anak yang ke empat. Tiga anaknya duduk di dekat ibunya, sambi! bertanya, "Mengapa padi yang baru dipanen dirampas centeng Babah" bu Pinah mengusap kepala anaknya sambil berkata lirih, " Biarin tong, lagian padi kite masih ada."Pak Piun tetap memandang langit yang mendung, berharap kepada yang maha kuasa agar isterinya melahirkan dengan selamat.

Pak Piun menitikkan airmata bahagia, anak yang ke empat lahir dengan selamat. Digenggamnya tangan isterinya seraya menyatakan puji syukur kehadirat Allah,"Siapa nama anak kita?" isterinya tersenyum bahagia, terlupakan beban berat penindasan kompeni penjajah beserta cecunguk-cecunguknya.

Pak Piun memberi nama anaknya dengan nama Pitung, isterinya menganggukan kepala tanda setuju.

Pitung lahir ditanah Betawi. Ia anak ke empat dari pasangan suami-isteri pak Piun dan bu Pinah. Ke-3 saudaranya masing-masing bernama Miin, Kecil,Anise. Pitung lahir di kampung Rawabelong, kampung tersebut menjadi bagian dari partikelir Kebayoran. Tuan tanah yang berkuasa di Kebayoran adalah Liem Tjeng Soen. Tanah partikelir diperoleh dari

Page 3: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

pemerintahan Belanda melalui pembelian dokumen tanah, serta kewajiban membayar pajak kepada Belanda. Tanah partikelir tersebut, Liem Tjeng Soen mengangkat centeng dari kalangan priburni yang bertugas menagih pajak kepada penduduk. Pitung masih kecil, tidak mengerti tentang tanah partikelir, mengapa padi, ayam dan kambing bapaknya diambil sewenang-sewenang oleh para centeng. Pitung menyaksikan sambil bertanya kepada bapaknya, ''mengapa ayam kita diambilin?"

Pitung menanjak dewasa. Perawakannya tidak terlalu tinggi dan tdak terlalu rendah, sekitar 165-an em, kulitnya kuning, rambutnya keriting. Pitung dibesarkan didalam keluarga pak Piun, sebagaimana anak Betawi pada umunnya Pitung memperoleh Pendidikan tata krama dari bapak dan ibunya, belajar mengaji, membantu bapaknya menanam padi, memetik kelapa, meneari rumput untuk kambing mereka, adakala Pitung membantu tetangganya. Pitung anak yang rajin mengerjakan perintah Allah, tidak pernah meninggalkan shalat, berpuasa, bertutur kata yang sopan, selalu memenuhi panggilan ibu-bapaknya.

Untuk menambah pengetahuan agama, Pitung belajar mengaji dengan Haji Naipin, seorang kiyai terkemuka di kampung Rawabelong. Selain mengaji, Pitung juga belajar ilmu silat dan ilmu bela diri lainnya pada Haji Naipin. Dalam menuntut ilmu tersebut, Pitung tergolong cerdas, patuh dan taat terhadap Petunjuk sang guru Haji Naipin. Karena ketekunan, keikhlasannya untuk menuntut ilmu, Haji Naipin menjadi sayang kepadanya, dan menaruh harapan kepadanya untuk menjadi penggantinya di kemudian hari. Haji Naipin meneurahkan semua ilmu yang dimilikinya kepada Pitung. Ilmu Paneasona, sebuah ilmu bela ciri tingkat tinggi yang membuat pemilik ilmu kebal dari benda tajam nusuh diberikan haji Naipin kepada Pitung. "Ilmu ini buat membela orang lemah dari kezaliman, bukan untuk menzalimi orang lain" demikian Jesan haji Naipin.

Sebagai seorang pemuda yang memiliki ilmu agama dan ilmu bela diri, Pitung selalu rendah hati. Kerendahan hatinya membuat ia banyak teman. Diantara teman-temannya seguru seilmu yang dekat sekali adalah Dji'i dan Rais. Pitung juga tak luput dari gejolak perasaan orang muda, ia menjalin tali kasih dengan Aisyah gadis kampung Rawabelong, keduanya bersepakat untuk membina rumah tangga di kemudian hari bila sudah pantas untuk membina rumah tangga.

Berbekal ilmu yang dimiliki, baik ilmu agama dan ilmu bela diri, Pitung membaktikan dirinya untuk ibu bapaknya serta masyarakatnya di Rawabelong. Pitung turut membantu bapaknya menanam padi, menggembalakan kambing, membantu para tetangganya dan setiap yang membutuhkan uluran tangannya. Adakalanya Pitung datang membantu meskipun tidak diminta, hal ini merupakan penerapan dari ilmu agama yang dimilikinya, bahwa membantu orang lain adalah pekerjaan yang baik sebagai amal soleh. Karenanya Pitung dikenal luas sebagai pemuda yang murah hati di masyarakatnya.

Sebagai pemuda Rawabelong, Pitung menyaksikan dengan mata kepalanya segala tindak tanduk kezaliman para centeng tuan tanah Kebayoran Liem Tjang Soen kezaliman Pemerintah Penjajah serta para serdadu Hindia Belanda yang dibantu oleh Demang Kebayoran, yang menagih pajak secara paksa atas para penduduk kampung Rawabelong. Pitung tidak dapat membiarkan kezaliman tersebut berlangsung di depan matanya. Sebagai pemuda, darahnya mendidih menyaksikan kesewenang-wenangan penjajah beserta kaki tangannya, ingin rasanya memberikan pelajaran kepada mereka, namun ibu bapaknnya menentramkan kemarahan hatinya, "jangan Tung ... dia orang punya kuase, nanti juga ada balasan buat mereka", terus ibunya membujuk agar Pitung mengurungkan niatnya. Pitung

Page 4: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

memenuhi permintam ibunya, tetapi hatinya bergejolak, kezaliman harus dilawan, bukankahia selama ini belajar ilmu agama, yang menyuruh untuk Amar ma'ruf Nahi Munkar, tegakkan kebaikan cegah kemungkaran.

Karena seringnya menyaksikan kezaliman yang dilakukan oleh para centeng terhadap penduduk Rawabelong, Pitung akhirnya turun tangan. Centeng yang petentengan merampas hak milik penduduk dipermalukan Pitung. Dengan bekal ilmu bela diri yang dikuasainya, Pitung mencegah centeng tersebut dalam merampas hak milik penduduk. Si centeng menjadi murka dan menghajar Pitung yang dikiranya tak memiliki kepandaian bersilat. Pitung menyambut serangan si centeng dan dengan mudah membekuknya, si centeng jadi malu dan bangkit pergi tanpa dapat membawa barang apapun. "Awas lu, gua laporin sama Demang", centeng pergi ngeloyor tanpa muka dibawah tatapan dan ejekan penduduk.

Pitung dipanggil bapaknya, ia diminta menjualkan kambing ke pasar Tanah Abang. Bapaknya sangat memerlukan uang untuk keperluan biaya hidup keluarga mereka, "Tung gua butuh duit, lu jual gih kambing kite dua ekor", ujar bapaknya. "Aye, pak!" sahut Pitung. Segera Pitung mengeluarkan dua ekor kambing dari kandangnya, kemudian menuntun kambing tersebut ke pasar Tanah Abang dengan berjalan kaki menelusuri jalan setapak kemudian melewati pinggiran jalan kereta api sampai ke pasar Tanah Abang.

Di pasar Tanah Abang Pitung menjual kambingnya kepada pedagang kambing. Setelah terjadi penawaran dan kecocokan harganya, Pitung menerima uang penjualan kambingnya. Uang tersebut ditaruh di saku baju bagian bawah, dan Pitung segera kembali ke rumahnya.

Ketika Pitung melangkah pulang, beberapa maling mengikutinya. Pitung tidak mengetahui kalau orang yang mengikuti perjalanannya adalah para maling yang ingin mencuri uang di kantongnya. Para maling tersebut terus mengikuti. Pitung tidak menaruh curiga terhadap mereka. Di tengah perjalanan terdengar adzan dari sebuah langgar, Pitung segera menghampirinya untuk menunaikan kewajibannya melaksanakan shalat dzuhur. Pitung membuka bajunya, menyangkutkan ke dinding musolla, kemudian turun ke kali mengambil air wudhu, tak ada rasa curiga sedikit pun terhadap orang yang mengikuti perjalanannya, kesempatan demikian dimanfaatkan para maling untuk mengambil uangnya.

Pitung mengenakan bajunya dan masuk kedalam musolla untuk shalat, sementara orang yang mengikutinya ke kali mengambil wudhu. Ketika selesai shalat dzuhur, Pitung tidak menemukan orang yang mengikutinya sejak dari pasar Tanah Abang.

Pitung segera kembali kerumahnya, pak Piun sangat gembira, menyangka Pitung pulang dengan membawa hasil penjualan kambing; "Tung, mane Tung duwitnya ?" tanya pak Piun gembira "Duwitnya ilang, pak, dicopet orang," jawab Pitung polos. "Ape, duwitnye ilang? lu pake kali," bapaknya tidak percaya. "Benar ilang Pak, aye kagak pakek," Pitung mencoba menyakinkan Bapaknya. Bapaknya menjadi berang dan berkata padanya, "Lu musti nemuin itu duwit, kalo kagak ketemu,lu jangan pulang."

Pitung segera kembali ke pasar Tanah Abang mencari orang yang mencuri uangnya. Pitung menemukan mereka. Melihat Pitung mendekati, mereka menghampiri Pitung, salah seorang berkata, "Tung gua tahu keberanian lu, baiknya lu jadi pemimpin gua aja Tung, pokoknya beres deh lu bakal banyak duwit." "Pemimpin apa ?" ujar Pitung. "Jadi pemimpin gua Tung, buat ngerampokin duit orang." ujar orang itu melecehkan, Pitung diam saja, orang itu melanjutkan, "Lu yang ngawasin dan mimpin, kita yang ngerampok."

Page 5: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

"Ape ngerampok ? Ah gue kagak mau, sebaiknya duit gue yang lu ambil, pulangin!" kelihatan Pitung menahan amarah. "Pokoknya duwit lu kagak gue kembaliin kalo lu nggak mau jadi pemimpin gue," orang itu mengejek.

Ejekan tersebut membuat Pitung marah. Pitung segera mencekal leher orang tersebut. Ternan-ternan orang tersebut segera menghampiri untuk mengeroyok Pitung. Dengan sigap Pitung melayani perkelahian. Dalam waktu singkat para kawanan pencopet itu dapat dibekuknya. Pitung mengambil uangnya, dan segera kembali kerumahnya. Dengan rasa bangga Pitung menyerahkan uang tersebut kepada pak Piun.

Sejak peristiwa tersebut, Pitung terpanggil untuk membela penduduk yang tertindas oleh perlakuan sewenang-wenang para penguasa pribumi, para centeng, para tuan tanah dan Belanda yang merampas hak milik penduduk. Setiap centeng yang terlihat merampas hak milik penduduk, Pitung memberikan pelajaran kepada centeng tersebut.

Para centeng yang diberi pelajaran oleh Pitung sebagian insyaf dan tidak mau Iagi bekerja pada tuan tanah maupun Belanda, dan sebagian lagi melaporkan kejadian tersebut kepada tuan tanah. Tuan tanah melaporkan kepada penguasa penjajah Belanda tentang tindaktanduk Pitung. Pitung dinilai telah menghambat tegaknya kekuasaan penjajah di Rawabelong. Akibatnya Pitung mulai dimata-matai oleh aparat penguasa penjajah Belanda.

Pitung menyaksikan penderitaan penduduk yang dirampas hak miliknya oleh para centeng, tuan tanah dan Belanda, dia bertekad untuk mengembalikan hak-hak penduduk tersebut. Untuk itu Pitung dan temannya Dji'in dan Rais menjalankan aksi mengambil harta yang ada ditangan para tuan tanah, penguasa pribumi, dan orang-orang kaya yang berpihak dengan Belanda.

Bagi Pitung, pengambilan secara paksa adalah halal karena harta tersebut pada dasarnya milik penduduk yang diambil juga secara sewenang-wenang. Tidaklah berdosa merampas harta para perampas. Harta yang dirampas si Pitung dan teman-temannya tersebut dikembalikan lagi kepada penduduk. Pitung melaksanakan operasi perampasan sampai ke Jembatan Lima dan Marunda.

Dalam suasana demikian pihak ketiga menumpang lewat, ikut melaksanakan perampokan mengatasnamakan si Pitung. Sehingga si Pitung terkenal di pelosok Betawi sebagai perampok. Para tuan tanah, orang kaya pro-Belanda menjadi tidak tentram, mengadukan kepada penguasa penjajah.

Penguasa penjajah di Batavia memerintahkan aparat-aparatnya untuk menangkap Pitung. Schout Heyne Kontrolir Kebayoran memerintahkan mantri polisi serta demang dan bek untuk mencari tahu dimana Pitung berada. Schout Heyne menjanjikan uang yang banyak bagi siapa saja yang bisa menangkap Si Pitung hidup atau mati. Tidak itu saja, barang siapa yang bisa memberikan keterangan dimana Si Pitung berada akan diberi hadiah.

Pitung mengetahui dirinya diburon oleh penguasa penjajah beserta para cecunguknya. Karena Pitung berpindah-pindah tempat, sampai ke Marunda. Meskipun diburon, Pitung tetap melaksanakan operasi perampasan harta orang kaya, penguasa pribumi para demang dan Tuan Tanah. Hasil perampasannya dibagi-bagikan kepada penduduk yang miskin akibat pemerasan yang dilakukan para tuan tanah, centeng dan Belanda.

Page 6: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Karena suka membantu penduduk dalam menghalangi para centeng memeras serta suka membagi uang hasil rampasan, Pitung menjadi idola penduduk yang tertindas oleh kekejaman para centeng, tuan tanah dan Belanda. Meskipun Pitung diburon tetapi selalu tidak dapat ditelusuri jejaknya. Para penduduk selalu menyembunyikan Pitung di rumah mereka, bahkan seorang pedagang Cina pernah menyembunyikan Pitung ketika dicari oleh kaki tangan penjajah.

Ada masa tidak beruntung. Suatu ketika Pitung melakukan aksi perampasan bersama beberapa kawannya, kedatangan mereka telah diketahui oleh kaki tangan tuan tanah. Serdadu Belanda yang dipimpin mantri polisi Kabayoran telah bersiaga dengan senjata. Ketika rombongan Pitung akan memasuki sebuah rumah milik tuan tanah,terdengar tembakan yang mengarah kepada mereka. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi kentongan bertalu-talu tuan tanah eina dan demang telah menggerakkan para pemuda yang banyak sekali. Si Pitung dan kawan-kawannya telah terkepung. Pitung dan kawan-kawannya berusaha untuk melarikan diri karena tidak mungkin, menghadapi ratusan serta puluhan serdadu bersenjata.

Teman-temannya meloloskan diri, sementara Pitung sengaja membiarkan diri untuk ditangkap agar teman-temannya dapat lolos. Pitung akhirnya ditangkap serdadu, dibawa ke kantor Kontrolir Scout Heyne. Schout Heyne terheran-heran ketika mengetahui siapa sebenarnya Pitung yang selama ini menjadi momok. Schout Heyne menyangka Pitung orang tinggi kekar dan bertampang seram, ternyata Pitung orangnya sederhana, air muka yang jernih, tak terlihat perasaan bersalah. "kamu orang nama

Pitung ? Kamu perampok ? Kamu orang jahat" Schout Heyne menghardik Pitung. Pitung kelihatan tenang tanpa rasa takut, menantang tatapan mata Schout Heyne dan berkata, "Tuan dan orang-orang tuan yang jahat, ngerampok harta penduduk, membuat bangsa kami susah."

"Kamu orang berani sama Belanda ?"

"Mengapa takut." Scout Heyne memerintahkan serdadu Belanda memasukan Si Pitung ke dalam penjara. Pitung dipenjarakan di penjara Grogol.

Didalam penjara Grogol Pitung tidak kerasan. Pitung memikirkan nasib penduduk yang dirampas hak miliknya oleh Belanda beserta tuan tanah, demang dan para centeng. Di dalam penjara tentulah Pitung tidak dapat membantu - penduduk. Pitung memutar otak bagaimana caranya ia bisa lolos dari penjara. Kepada para ternan yang sarna-sarna berada dalam penjara CrogoI, Pitung mengancam mereka "Kalu lu semua bilang gua lolos dari genteng, lu semua gue bunuh." Karena ancaman Pitung tersebut, mereka semua tutup mulut. Pada malam hari, penjaga terkantuk-kantuk dan sempat lelap sejenak, segera Pitung memanjat dinding ruang tahanan, menjebol plapon, membuka genteng, keluar melalui bubungan atap penjara, melompat keluar. Pitung lolos dari penjara Grogol. Teman-temannya dalam penjara saling tutup mulut. Ketika penjaga penjara memeriksa tahanan, Pitung tak terlihat mereka ditanyai penjaga, tak satupun memberi tahu. Penjaga penjara menjadi heran dan saling bertanya sesamanya. "Kemana Si Pitung ?" "Gua kagak tahu."

"Apa Si Pitung bisa ngilang ?

"Mungkin saja, buktinya kapan ada di kamarnya"

Page 7: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Si Kecill abang Pitung mencari Pitung kesana kemari dan ternyata tidak juga bertemu. Karena tidak ada hasil, pak Piun disiksa oleh penjajah Belanda. Si Kecill juga disiksa oleh penjajah Belanda. Karena tidak tahan memperoleh siksaan, pak Piun menantang "Bunuh saja aye".

Belanda juga menangkap Haji Naipin, menyiksanya. Karena siksaan Belanda, Haji Naipin bersedia mencari Si Pitung. Haji Naipin dengan kawalan serdadu Belanda yang bersenjata lengkap mencari Si Pitung keluar-masuk kampung. Penduduk yang ditanyai tidak satupun yang memberitahu dimana Pitung disembunyikan, para penduduk menyaksikan Haji Naipin diseret, disiksa karena tidak dapat menemukan Pitung. Beberapa orang penduduk memberitahukan kepada Pitung tentang keadaan Haji Naipin, pak Piun, Si Kecil yang disiksa oleh Belanda.

Pitung sangat berang mendengar ceritera penduduk. Pitung biasanya bersembunyi pada siang hari, akhirnya keluar untuk mencari gurunya, bapaknya serta abangnya yang berada ditangan penjajah. Di Kota Bambu Pitung menampakkan diri ketika gurunya lewat dibawah todongan senjata serdadu Belanda. "Lepasin guru gue, yang kalian cari gue, bukan die lepasin" ujar Pitung sambil berdiri menghadang Scout Heyne yang ikut rombongan mencari Si Pitung sangat gembira, buruannya selama ini kini ada di depan mata. Scout Heyne tertawa kemudian memerintahkan serdadu untuk mengepung Si Pitung. Sementara beberapa serdadu menodongkan senjata kepunggung Haji Naipin. "Kalau kamu orang melawan, dia orang kami tembak, mengerti kamu?" Scout Heyne mengancam Si Pitung.

Mendengar ancaman tersebut, Pitung menjadi gusar dan luluh. Tak tega ia melihat gurunya hams mati tertembak karena perbuatannya. Tetapi untuk menyerah, ia merasa enggan, namun terbayang nasib pak Piun yang didalam penjara Belanda. Pitung pasrah untuk ditangkap tetapi tidak akan menyerah begitu saja.

Pitung berdiri terpaku, sementara para serdadu Belanda dalam posisi siaga tembak. Scout Heyne mengacungkan pistolnya, memutar-mutar gagang pistol sambil menyembunyikan senyum ejekan kepada Si Pitung. " Lepasin die, kalian busuk semua, menghalalkan segala cara." ujar Pitung berang. " Kita orang tidak bodoh Pitung ! " Scout Heyne berujar Iantang. Kemudian Scout Heyne memerintahkan serdadunya yang menodong senjata kepada Haji Naipin untuk melepaskan Haji Naipin dari todongan, namun tetap diwaspadai.

Haji Naipin yang agak bebas berdiri, tidak tega melihat Pitung terkepung oleh para serdadu Belanda yang siaga tembak. Haji Naipin merogoh sakunya yang berisi telur busuk, menimang-nimang telur busuk tersebut. Haji Naipin berharap, bila telur tersebut dilemparkan ke badan Pitung, bila Pitung melawan dan tertembak, maka ia dapat menyembuhkan Si Pitung.

Scout Heyne yang perasaannya takut bila Pitung melawan maka dengan segera mengambil keputusan untuk memerintahkan serdadunya menembak. Saat yang hampir bersamaan Haji Naipin terlebih dahulu melemparkan telur busuk ke badan Si Pitung Scout Heyne berteriak lantang " Tembak !" bersamaan dengan itu terdengar letusan bedil serdadu Belanda. Beberapa peluru menghujam kebadan Pitung, Pitung berdiri terpaku menatap Scout Heyne. Pitung tak menyangka Scout Heyne berlaku curang padahal beberapa saat sebelum Haji Naipin melemparkan telur busuk, Pitung telah memberi tanda mengangkat kedua belah tangannya sebagai pertanda bersedia menyerah. Pitung marah sekali dan melontarkan kata, " Heyne mulai hari ini Iu menjadi musuh gue dan akan gue hisap darah lu." Scout Heyne kembali

Page 8: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

memberi komando "Tembak !" Beberapa peluru kembali menerjang tubuh Pitung. Karena ajal Pitung sudah tiba sesuai ketentuan Allah tentang mati hidupnya seorang hamba, malaikat Izrail mencabut nyawanya.

Pitung rubuh bersimbah darah, jatuh ke bumi. Pitung gugur,sebagai pejuang bangsanya dalam melawan penindasan Belanda beserta kaki tangannya.

Jenazah Pitung diangkut oleh Belanda, dibawa ke kantor Asisten Residen. Scout Heyne dengan bangga melaporkan hasil kegiatannya dalam melumpuhkan aksi perlawanan Pitung. Asisten Residen cuma diam saja, kemudian memerintahkan agar Si Pitung dikuburkan di Pejagalan. Kuburan Si Pitung selama 6 bulan dijaga karena beberapa demang melaporkan bila tidak dijaga, mayatnya akan di bongkar, dibawa ke perkampungan dan dapat dihidupkan kembali oleh gurunya Haji Naipin. Haji Naipin, pak Piun dibebaskan oleh Belanda. Beberapa hari kemudian Scout Heyne dipanggil Asisten Residen, pangkatnya dicopot atau di berhentikan sebagai kontrolir karena bertindak yang tidak pantas sebagai tentara dan sangat memalukan karena menembak orang yang tidak melawan.

Nilai-nilai yang dapat diambil :

Sebagai manusia kita harus berbuat Amar Ma’ruf ahi Munkar Boleh berbuat baik namun harus dengan cara yang baik juga

Kematian tidak bisa di hindari jika sudah ditentukan takdir

Menghadapi para penjajah tidak hanya memerlukan otot , namun juga otak

Mencuri adalah salah biarpun beralasan untuk mengembalikan harta orang lain atau demi kebaikan orang lain

Bertindak berlebihan pada suatu hal bisa berakibat kurang baik

Page 9: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru
Page 10: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Rumah si Pitung

Refrensi :

http://www.jakarta.go.id/v70/index.php/en/cerita-rakyat-betawi/2106-si-pitung

Kisah Legenda Si Pitung

Sejarah Si PitungPada dasarnya ada tiga versi yang tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia, Belanda, dan Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi yang berbeda dari cerita si Pitung itu sendiri. Apakah si Pitung sebagai seorang pahlawan berdasarkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang penjahat jika dilihat dari versi

Page 11: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Belanda. Cerita si Pitung ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini dan menjadi bagian lengenda serta warisan budaya Betawi khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah Legenda Si Pitung ini kadang-kadang dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), sair, atau cerita Lenong. Menurut versi Koesasi (1992), Si Pitung di identikan dengan tokoh Betawi yang membumi, muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial.

Tempat Lahir Si PitungSi Pitung lahir di daerah Pengumben sebuah kampung di Rawabelong yang pada saat ini berada di sekitar lokasi Stasiun Kereta Api Palmerah. Ayahnya bernama Bung Piung dan ibunya bernama Mbak Pinah. Si Pitung menerima pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin (seorang pedagang kambing). Seperti yang dikisahkan dalam film Si Pitung (1970).

Nama Asli Si PitungSi Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen).

Awal LegendaMenurut versi van Till(1996) Si Pitung merupakan seorang kriminal, yang diawali ketika Si Pitung menjual kambing di pasar Tanah Abang, kemudian dicuri oleh para “centeng” (Si Gomar menurut versi Film Si Pitung (1970) tuan tanah. Sebagai tindakan balasan kemudian Si Pitung melakukan pencurian di tempat Haji Saipudin seorang kaya Juragan Tuan Tanah di Marunda pada waktu itu (Rumah Haji Saipudin sekarang menjadi tempat Musium Si Pitung). Legenda yang di kisahkan dalam film Si Pitung, Si Pitung dan Kawanan-nya menggunakan cara yang “pintar” dengan menyamar sebagai pegawai Pemerintah Belanda (Di Versi Film Si Pitung, Pitung sebagai "Demang Mester Cornelis (Wilayah Mester Cornelis saat ini disebut sebagai Jatinegara merupakan bagian dari Kota Jakarta Timur") dan Dji-ih sebagai “Opas”). Kemudian melakukan penipuan dengan memberikan surat kepada Haji Saipudin agar Haji Saipudin menyimpan uang di tempat Demang Mester Cornelis. Pitung menyatakan bahwa uang tersebut dalam pengawasan pencurian. Haji Saipudin setuju kemudian Pitung dan Kelompoknya membawa lari uang tersebut.

Akibat dari hal ini kemudian Si Pitung dan Kawanannya menjadi buronan “kompenie”. Hal ini menarik perhatian komisaris polisi yang bernama Heyne (“Schout Heyne, atau Heijna, Scothena, atau “Tuan Sekotena”). Secara resmi menurut van Till (1996) nama petugas polisi pada saat ini bernama A.W.V. Hinne yang pernah bertugas di Batavia dari tahun 1888 - 1912. (Menurut catatan kepolisis Belanda. Hinne memulai karier sebagai pegawai klerikal Pemerintah Belnda, kemudian menjadi Deputi Kehutanan, dan Polisi di beragam tempat di Indonesia. Hinne menderita sakit yang serius, sesudah dikembalikan ke Eropa untuk penyembuhan. Pada akhir tahun 1880 Hinne menjadi seorang Perwira Polisi di Batavia (Stambock van Burgerlijke Ambtenaren in Nederlandsch-Indie en Gouvernements Marine, ARA (Aigemeen Rijksarchief), Den Haag, register T.f. 274). Hinne segera memburu Si Pitung dengan membabi buta. Akhirnya dia dapat menangkap Pitung, tetapi kemudian Si Pitung berhasil melarikan diri dari tahanan ka-Demangan Meester Cornelis. Van Till (1996) menyatakan bahwa Si Pitung mampu bebas dengan kekuatan “magis” tetapi menurut versi Film Si Pitung (1970), Si Pitung lepas dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam.

Kemudian Hinne menekan Haji Naipin (Guru Si Pitung) untuk membuka rahasia kesaktian Si Pitung berupa “jimat” sehingga Hinne dapat menangkap Si Pitung secara lebih cepat. Versi

Page 12: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

lainya menyatakan bahwa Pitung dikhianati oleh temannya sendiri (kecuali Dji-ih) walaupun versi ini diiragukan kebenarannya. Tetapi menurut Versi Film Si Pitung Banteng Betawi (1971) dikhianati oleh Somad yang memberi tahukan kelemahan Pitung untuk mengambil “jimatnya”. Kisah lainnya menyatakan bahwa Pitung telah diambil “Jimat Keris”-nya sehingga kesaktiannya menjadi lemah. Versi lainnya mengatakan bahwa kesaktian Pitung hilang setelah dipotong rambut, dan juga versi lain mengatakan bahwa kesaktiannya hilang karena sesorang melemparkan telur. Akhirnya Si Pitung meninggal karena luka tembak Hinne (Berdasarkan versi Film Si Pitung, Pitung mati tertembak karena peluru emas). Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur hal ini tersirat dari Rancak Si Pitung dalam Van Till (1996):Si Pitung sudah mati dibilangin sama sanak sudaranyaDigotong di Kerekot Penjaringan kuburannyaSaya tau orang rumah sakit nyang bilanginAer keras ucusnya dikeringinWaktu dikubur pulisi pade iringinJago nama Pitung kuburannya digadanginYang gadangin kuburannya Pitung dari sore ampe pagiKalo belon aplusan kaga ada nyang boleh pegiSebab yang gadangin waktu itu sampe pagiKabarnya jago Pitung dalam kuburan idup lagiYang gali orang rante mengaku payeBelencong pacul itu waktu suda sedieLantaran digali Tuan Besar kurang percayeDilongok dikeker bangkenye masi dieMemang waktu itu bangke Pitung diliat uda nyataDicitak di kantor, koran kantor beritaAncur rumuk tulang iganya, bekas kena senjataNama Pitung suda mati Tuan Hena ke Tomang bikin pestaPesta itu waktu keiewat ramenyeSegala permaenan kaga larangannyaTuju ari tuju malem pesta permisiannyaSengaja bikin pesta mau tangkep kawan-kawannyaNama Pitung mau ditangkep kawan-kawannya

Pitung Robin Hood ala BetawiMenurut Damardini (1993:148) dalam Van Till (1996):Pitung memang perampok. Mungkin saja Haji Samsudin dipukuli ketika itu. Kalau menurut istilah sekarang, Pitung itu pengacau, dan dicari oleh Pemerintah. Pitung memang jahat. Pekerjaannya merampok dan memeras orang-orang kaya. Menurut kabar, hasil rampokannya dibagikan pada rakyat miskin. Namun sebenarnya tidak. Tidak ada perampok yang rela membagi hasil rampokannya dengan cuma-cuma, bukan? Menurut kabar, Pitung menyumbangkan uangnya pada mesjid-mesjid. Saat itu mesjid hanya ada di Pekojan, Luar Batang, dan Kampung Sawah. Tidak ada bukti bahwa Pitung mendermakan uangnya di sana.'

Pitung menjadi karakter sebagai Robin Hood versi Betawi dikembangkan oleh Lukman Karmani (Till, 1996).Karmani menulis novel Si Pitung, novel ini dikisahkan bahwa Si Pitung sebagai pahlawan sosial. Menurut Rahmat Ali (1993).

Page 13: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

'Pitung sebagai tokoh kisah Betawi masa lampau memang dikenal sebagai perampok, tetapi hasil rampokan itu digunakan untuk menolong orang-orang yang menderita. Dia adalah Robin Hood Indonesia. Walaupun demikian pihak yang berwenang tidak memberikan toleransi, orang yang bersalah harus tetap diberi hukuman yang setimpal' (Rahmat Ali 1993:7)

Beragam pro dan kontra banyak menyelubungi di balik kisah legenda Si Pitung ini, tetapi pada dasarnya bahwa tokoh Si Pitung adalah cerminan pemberontakan sosial yang dilakukan oleh "Orang Betawi" terhadap penguasa pada saat itu yaitu Belanda. Apakah hal ini dipertanyakan valid atau tidaknya, kisah Si Pitung begitu harum didengar dari generasi ke generasi oleh masyarakat Betawi sebagai tanda pembebasan sosial dari belenggu penjajah. Hal ini ditunjukkan dari Rancak Pitung diatas bagaimana Si Pitung begitu ditakuti oleh pemerintah Belanda pada saat itu.

Kisah Nyata Si PitungBerdasarkan penelusuran van Till (1996) berdasarkan Hindia Olanda 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya (Malaysia pada saat ini)). Pada tahun 1892 SI Pitung dikenal pada sebagai “One Bitoeng”, “Pitang", kemudian menjadi “Si Pitoeng” (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil penemuannya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta beberapa perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2).Kemudian sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan uang sebesar 125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). Kemudian Si Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika itu Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin akan ditembak.

Pada tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah adanya nasihat dari Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun kemudian pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih menrencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil, karena kejadian tersebut Kepala Penjara dicurigai karena dimungkinkan melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seseorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia meminjamkan sebuah "belincong (sejenis linggis pencungkil)” kepada Si Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2).

Akibat, Si Pitung lepas lagi, berdasarkan rumor Pitung pernah menampakkan diri ke seorang wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tersebut Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Semakin sulitnya menemukan Si Pitung, harga untuk penangkapan Si Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda pada saat itu ingin "menembak mati" di tempat , tetapi sebagian pejabat mengatakan jika Pitung ditembak justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini dilakukan juga.

Page 14: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian secara kekerasan termasuk dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih membunuh seorang polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Dia juga mencuri wanita pribumi, Mie dan termasuk pakaian laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh Nyonya De C seorang wanita pedagang di Kali Besar bahwa Pitung mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahu-nya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).

Selanjutnya Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya, karena menderita sakit. Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak berdaya untuk melawan, walaupun pistol dalam jangkauannya. (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang jauh dari Batavia beberapa minggu kemudian.

Pernyataan surat kabar Hindia Olanda yang menyatakan si informan mati dibunuh oleh Pitung,“'Itoe djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan tempat sepi troes. Si djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng troes ambil pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi mati itoe tempat djoega.' (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)

Beberapa bulan kemudian, di Bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne mempelajari dari informan bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung di antara Tanjung Priok dan Meester Cornelis. Kemudian dalam perajalanannya Hinne diberikan laporan bahwa Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda 18-10-1893), kemudian Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak kedua kalinya, tetapi, meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya terjerembap di tanah. Sehari sesudah kematiannya yaitu hari Senin, jenazah dibawa ke pemakaman Kampung Baru pada jam 5 sore.Setelah Hinne menangkap Pitung setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Kepala Polisi Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh Metropolitan Batavia-Weltevreden. Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia Belanda melakukan pencegahan agar "Pitung"-"Pitung" yang lain tidak terjadi lagi di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si Pitung setelah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak di ziarahi oleh masyarakat pada waktu itu.

Kesaktian dan Kematian Si PitungBerdasarkan cerita legenda, Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda dengan beragam argumen tersebut diatas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2) sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu. Seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil orang (Versi Film Si Pitung Banteng Betawi), tetapi yang menarik versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung dapat di-"lemahkan" jika dipotong rambut-nya. Berdasarkan koran Hidia Olanda tersebut dikatakan bahwa sebelum kematiannya Si Pitung telah dipotong rambutnya.

pemakaman si pitung

Page 15: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

'pemakamannya cukup membuat kompeni kerepotan karena seluruh penduduk ingin menyaksikan seorang pahlawan yaang mereka cintai akan berpulang, begitu juga dengan ibunya yang sedari tadi menangis meratapi kepergian anaknya pemakaman segera berlangsungpitung diangkut ke sebuah lubang liang lahat tempat peristirahatannya dan pakaiannya yang belum dilepas,oleh ibunya dilepas dan di tempelkan ke pipinya dengan amat sedih,'

SI PITUNG DRAMAKOE....

Kegiatan : Drama SekolahJenis : Campur SariMomen : Pelepasan Siswa Kelas VI Tapel 2006-2007Tema : Si Pitung

Scene 1 : Markas KompeniSuasana : SiagaMusic : Genderang Perang----------------------------------------

Kopral Bejo : “….. E hem ! Huk.. huk…huk !!” Jaga lagi… jaga lagi…. Ikut Kompeni sudah hampir enam tahun kok nasibku tetap saja melarat…. Setiap hari di suruh jaga…jaga terus……. Gua disuruh jaga siang dan malem… eh…orang-orang Belanda pada enak-enak tidur molor seperti kathok kolor..... Dulu aku pernah dijanjiin sama Kompeni…. Bila ikut dan mengabdi pada Belanda akan dikawinkan oleh nonik-nonik Belanda. Lalu kapan….. kapan….?!”

Kopral Parmo : “…… Hey…. Londo Ireng….!! Jaga…. kok ngomel aja….. Ntar… kesurupan Mak Lampir baru tahu rasa… !!

Page 16: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Kopral Bejo : “ Hus….!! Ngomong apa kamu Parmo….!! Panggil orang kok londo ireng…. Kamu sendiri londo apa….?!

Kopral Parmo : “Aku khan londo asli….Djo…!!”

Kopral Bejo : “Asli apanya…… Londo kok lorek seperti tekek gitu….!!”

Kopral Parmo : “Hehehe……….!!”

Kopral Bejo : “Ngomong-ngomong pada kemana nich bule-bule kompeni itu?

Kopral Parmo : “Apa situ nggak tahu kabar….djo!! Mereka sedang patroli ke desa-desa untuk mencari Si Pitung…!!

Kopral Bejo : “Emangnya Si Pitung punya utang kriditan ama Kompeni……?”

Kopral Parmo : “Kamu semakin hari…kok tambah semakin goblok……aja djo!! Makanya sering baca koran dong kamu djo…….. Jangan urek-urek tombok-an aja…..!!”

Kopral Bejo : “Tombok-an udelmu bodong mo…..!!”

Kopral Parmo : “Si Pitung dicari-cari Belanda gara-gara ia selalu melindungi dan melawan Kompeni. Pitung berani menghalang-halangi kompeni dalam menarik pajak Pada penduduk desa…!!”

Kopral Bejo : “Berani sekali dia…… Anak siapa sih dia itu mo….??”

Kopral Parmo : “Ya..anak orang djo….!! Masa anak gendruwo……!!”

Kopral Bejo : “Eh…., barangkali anaknya emakmu….mo !!”

Mener : “Kopral……!!”

Kopral B+P : “Siaaap….mener…..!!”

Mener : “Overdoses…….!! Kamu orang jaga markas apa jagongan he !! Pringas…pringis kayak si-Tokol… he….!! Apa kamu orang tidak tahu he….!! Kompeni pada sibuk cari itu orang yang bernama Pitung…he!! You malah enak-enak medongkrong sambil makan singkong…!! Overdoses….!!”

Kopral Bejo : “Habis lapar Mener….!!”

Page 17: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Mener : “Overdoses…. Lapar… lapar…memang kamu orang pada gragas semua….he!! Masa supermi sepuluh kerdhus kamu orang sikat habis… Kamu itu orang apa tikus…he!! Ikut kompeni harus kerja yang betol…. Nanti bayaran kamu orang akan dinaikan he….!!

Kopral Parmo : “Bayaran saya bulan kemarin belum diberi Mener…!!

Mener : “Overdoses….. Kamu orang belum bayaran…… Aku tidak percaya sama kamu orang… !! Lihat ini he…..!! Catatan ngebon kamu panjangnya kayak sepoor…!!”

Kopral Parmo : “He..he…he…., lupa mener….!!

Mener : “Lupa gundulmu….he!!”

Letnan O’on : “Lapooor mener…..!!”

Mener : “Ada apa kamu orang kok bedigasan masuk markas he…!!”

Letnan O’on : “Si….si….si……….!!”

Mener : “Hus… Overdoses…..!! Laporan yang benar kamu orang he….!!”

Letnan O,on : “Pi…pi…pitung….mener !!”

Mener : “Ada apa dengan pitung letnan ?”

Letnan O,on : “Sipitung mengamuk…..mener….!! Anak buahku banyak yang jadi korban….mener…!!

Mener : “Overdoses….. Berani sekali pitung kembali masuk desa he….!! Kamu orang apa tidak bisa menangkapnya he….!!”

Letnan O.on : “Kami sudah sekuat tenaga ingin menagkapnya mener… Tapi dasar sipitung aja yang licin seperti belut mener!!”

Mener : “Overdoses…… Dasar kamu orang memang tidak becus…..he!! Kamu orang londo goblok…he!! Bisamu orang cuma habisin beras dalam lumbung aja he…..!!”

Letnan O’on : “Maafkan kami mener…..?!

Page 18: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Mener : “Sekarang ada di mana itu orang bernama pitung he….?!

Letnan O’on : “Tadi kami bentrok di depan rumah kyai Sableng mener…!!”

Mener : “Kyai Sableng….. Overdoses…., jadi itu kyai Sableng ikut-ikutan mendukung si pitung he…!!”

Letnan O’on : “Benar mener…!! Si Rokhaye anak kyai Sableng khan pacarnya si pitung mener…!!”

Mener : “Apa arti itu pacar …he letnan !!”

Letnan O’on : “Pacar itu sama dengan tunangan kalau di Nedherlans sanamener!”

Mener : “Kalau begitu…., kamu orang ikut aku semua…… Tangkap itu orang yang punyanama Pitng di rumah kyai Sableng!”

Semua : “Siap mener……!!”

Scene 2 : Rakyat DesaSuasana : KetakutanMusik : Pedesaan---------------------------------------------

Mbok Yem : “Pak….., pak…., pak Karto !! Dimana sih orang ini….. Dicari dari tadi kok tidak ada…. Sudah kucari di sawah….nggak ada…!! Kucari di empang juga nggak ada….!! Barangkali dia sembunyi di kolong tempat tidur ya…?! Maklum… dia khan banyak utangnya ama tukang kridit….. Tiap hari kerjanya sembunyi melulu…..!! Pak…., pak……pak-.nee….!!

Pak Kerto : “Ada apa sih bu.-ne…!! Kudengar dari tadi kok berteriak-teriak memangilku terus……!! Apa kau kira aku ini sudah budeg ya….!!”

Mbok Yem ; “Habis dari tadi dipanggil nggak ada sahutan sama sekali…. Emangnya lagi apa kamu pak-ne….?!”

Pak Kerto : “Apa kamu nggak tahu bu-ne…… Kompeni sedang marah besar pada penduduk desa ini…..!!”

Mbok Yem : “Memangnya salah apa penduduk desa ini pada mereka pak-ne ?! Pada hal kita selalu membayar pajak pada mereka…..!!”

Pak Kerto : “Memang sebagian penduduk dusun kita taat membayar pajak… Tapi di dusun-nya si-Pitung mereka pada mogok membayarnya !!”

Page 19: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Mbok Yem : “Siapa pak-ne….si Pitung ….?! Berani sekali dia melawan kompeni pak-ne….”

Pak Kerto : “Iya …., siapa lagi kalau bukan Pitung-nya wak Mbrok... bu-ne!! Pemuda dusun sebelah yang sangat pemberani….!!”

Lurah : “Assalamu ‘alaikum…..!!”

Kerto/Yem : “Wa-alaikum Sallam…..!!”

Kerto : “Oh…., pak Lurah…… Mari-mari silakan masuk……!! Ada apa kok kelihatannya pak Lurah terburu-buru…..??”

Lurah : “Kerto…., apa kamu tidak dengar kabar…… Kompeni marah-marah…… Mereka menembak penduduk yang membangkang tidak mau Membayar pajak….. Mener Van Heyne sudah gelap mata…., seperti orang yang telinganya kemasukan orong-orong…!! Semua penduduk desa digeledah……. Siapa yang berani menyembunyikan si-pitung ikut dibrantas…!!”

Mbok Yem : “Aduh…., bagaimana ini pak-ne……??”

Kerto : “Tenang….tenang mbok-ne…jangan membuat aku jadi takut…. Bagaimana ini pak lurah…., apa kami harus mengungsi…..?!”

Lurah : “Terlambat Kerto……, kompeni sudah ada di depan rumahmu… Lihat itu kerto….. Mener Van Heyne matanya melotot sampai hampir copot…., ayoo…lari Karto…..!!”

Mbok Yem : “Aduh…., aduh…. Pak-ne, ayo kabur pak….aku sangat takut….!!”

Mener : “Overdoses……..!! Kamu orang mau lari kemana he….!! Jangan harap kamu orang dapat lari dari sini he…..!! Ayo Letnan tanya pada mereka…….!!”

Letnan O’on : “Hey kecoak-kecoak ndeso…..!! Apa kalian tidak tahu di mana si-Pitung sembunyi hah….!!”

Karto/Yem : “Kami ti…ti…dak ta…hu… tu….tu…aaan…ampun….!!”

Letnan O’on : “Jangan bohong sama kompeni kamu hah…..!!”

Kerto : “Ampun…..tuan…., kami benar-benar nggak tahu itu orang….!!”

Mener : “Overdoses……!! Dasar kamu orang tikus-tikus gudiken…..!! Berani-beraninya bohong….. Overdoses…….!!’

Page 20: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Mbok Yem : ‘Ampun tuan….., jangan tendangi suami saya….. Kasihani dia tuan…….!!”

Mener : “Dasar tua bangka overdoses……!! Biar kamu orang jadi rondo kempling he……!!”

Mbok Yem : “Ampun tuan….., kami benar-benar tidak tahu …..!!”

Letnan O’on : “Bangsat……., masih juga berbohong kamu orang hah…..!!”

Cipluk : “Angan….angan….angan akiti emak-cu………!!”

Mener : “Overdoses…..!! Siapa kamu orang….., bayek-bayek sudah berani melawan….!!”

Karto : “Ampuni dia tuan, jangan sakiti anak kami……!!”

Letnan : “Hahaha……., hehehe……. Kalian ini sudah pada tua….., tapi kok masih punya anak sekecil Ini he….!!

Kopral : “Hahahaha……, nemu anak jin barangkali Letnan….haahaaha !!”

Letnan : “Hus…… diam….!! Hei bocah tengik….., siapa namamu he…?!”

Cipluk : “ama-ku….ama-ku….Cipluk…..om….!!”

Letnan : “Anak pintar….. Cipluk….., apakamu tahu dimana sembunyinya si Pitung hah ?!”

Cipluk : “Ciapa…..ciapa…..om……?!”

Letnan : “Namanya si-Pitung…….nggooook….!!”

Cipluk : “Ciapa…..si-Buntung……?!”

Mener : “Overdoses…….!! Dasar anak tuyul…….!!”

Letnan : “Bukan si-Buntung….., tapi si-Pitung……!! Dasar anak setan….!!”

Cipluk : “Oh…., mbang Itung…..!! Acu…..acu ….acu……..cau……om… !! Mbang Itung….embunyi die bun ebu……..!!”

Letnan : “Hahaha….., anak pinter……!! Nanti om beri hadiah ya………, es jusss…..!!”

Page 21: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Mener : “Dimana itu Pitung sembunyi Letnan……?!’

Letnan : “Dia sembunyi di kebun tebu mener…..!!”

Mener : “Overdoses……. Kalau begitu…., siapkan pasukanmu Letnan……!! Kita grebek itu sarang penyakit…..!!”

Letnan : “Siap….Mener….!! Pasukan siap…………grak…!!”

Kopral : “Siap…………!!”

Letnan : “Ayo berangkat……….!!” Scene 3 : Kebun TebuSuasana : TegangMusic : Pedesaan----------------------------------------------

Pitung : “…hm!! Sudah jam segini rokhaye kok belum juga datang ya… Biasanya ia selalu tepat waktu untuk membawa kiriman makan… Aduh….perutku sudah terasa sangat lapar sekali…… Apalagi ini cacing dalam perut…… Tidak mau diajak kompromi…..selalu unjuk rasa tidak mau menunggu barang sebentar…..!!”

Nonik : “Hallo…. Apa kabar abang Pitung….. Ngapain abang Pitung cengar-cengir sambil memegangi perut …. Apa perut bang pitung sakit ??”

Pitung : “Hm…., bukankah anda putrinya Mener Van Heyne….. Ada perlu apa anda kemari….??”

Nonik : “Sudah lama Ike mencari bang Pitung….. Kesana-kemari tidak pernah ketemu…… Eh…., ternyata bang Pitung sembunyi di sini…… Apa bang Pitung sedang mempelajari ilmu garangan…. Kok sembunyinya direrumbutan kebun tebu…..?!”

Pitung : “Ah…., anda bisa saja bercanda nonik.Disini aku merasa aman dan tidak terganggu dari kejaran para begundal kompeni…..!! Lalu….., Nonik sendiri ngapain mencari-cari aku ?!”

Nonik : “Terus terang…… Sejak lama Ike sangat kagum akan keberanian abang Pitung… Abang Pitung sangat pemberani membela rakyat kecil desa ini dari kekejaman Papaku….!!”

Page 22: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Pitung : “Ah….., nonik terlalu banyak memuji….. Memang suatu keharusan bagi kami murid Kyai Sableng untuk selalu membela rakyat kecil dari kekejaman kompeni…!!”

Nonik : “Mulia sekali hati bang Pitung….. Karena itulah semakin hari Ike semakin kagum sama kamu bang!”

Pitung : “Maksud Nonik…..??”

Nonik : “Ike merasa….., Ike telah jatuh cinta kepada bang Pitung….!!”

Pitung : “Apa….!! Nonik jatuh cinta padaku…… Tidaklah pantas bagi anda untuk mencintai aku ….. Derajat kita sangat jauh berbeda…….. Anda seorang putrid penguasa kompeni…., sedangkan aku…. hanyalah seorang pribumi biasa….!!”

Nonik : “Bukankah persamaan derajat antar bangsa itu yang abang Pitung perjuangkan.. Jadi…., tidak perlu abang Pitung merendahkan diri…… Derajat Ike ama darajat abang Pitung adalah sama !!”

Pitung : “Bukan itu maksud saya…… Aku tidak dapat menerima cinta Nonik…..!!”

Nonik : “Apa Ike kurang cantik…….. Apa Ike kurang manis……… Apa Ike kurang bahenol bagi Pitung…..?!”Pitung : “Bukan itu…. Sekali lagi aku minta maaf padamu…… Karena aku telah memiliki seorang kekasih….. Rokhaye namanya putri guruku sendiri……..!!”

Nonik : “….jadi….,jadi abang Pitung sudah memiliki seorang kekasih…..?!”

Pitung : “Benar…..!!”

Rokhaye : “Assalamu a’laikum !!”

Pitung : “Wa ‘alaikum sallam !! Kamu Rokhaye……, kok lama sekali….. Perutku sangat lapar sekali….. Mana pesananku kemarin…..?!’

Rokhaye : “Habis …. Penjagaan kompeni sangat ketat bang….. Sehingga aku harus mencari jalan memutar ke kebun ini….. Ini bang…….nasi liwet dan sambal ikan klitok pesanan abang !! Ngomong-ngomong….Siapa dia ini bang……?!’

Pitung : “Oh…iya hamper lupa…… Dia ini Nonik putrinya Mener Van Heyne…..!!”

Page 23: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Nonik : “Jadi ini orang yang namanya si-Rokhaye bang Pitung !! Wah…., cantik sekali……… Makanya abang sangat mencintainya…..!!”

Rokhaye : “Ah…., Nonik berlebihan kalau memuji…… Ada keperluan apa anda datang ke tempat yang kotor ini….?/”

Nonik : “Ike datang kemari untuk memberitahukan bahwa Papa dan Anak buahnya sedang melalukan operasi pembersihan mencari Abang pitung hidup atau mati…..!!”

Rokhaye : “Mengapa anda memberitahukan hal ini….. Itu bebarti anda telah membantu perjuangan rakayat desa ini… Dan anda telah melawan kompeni….?!”

Nonik : “Ike berani menanggung resiko…… Biar Ike mati sekalipun….., Ike tetap mendukung perjuangan Rakyat desa ini dari penindasan kompeni….!!”

Mener : ‘Overdoses……!! Rupanya kalian sembunyi di sini….. Dasar para cecorot……. Beraani-beraninya kalian membangkang dan melawan kompeni….!!”

Letnan : “Apa perlu saya tembak mati mereka Mener…..!!”

Nonik : “Papa…..!! Papa jangan bertindak kejam pada mereka….. Mereka melawan itu karena merasa tidak kuat lagi menerima kekejaman Papa…..!!

Mener : “Overdoses….. Tutup mulutmu……. Ngapain kamu blakrak-an ke tempat ini….. Bukankah tugasmu hanya belajar di rumah….. Dasar anak kurang ajar kau ini…..!!”

Nonik : “Percuma Ike sekolah sampai tinggi….. Yang nantinya Ike hanya mewarisi kekejaman Papa saja…..!! Ike dilahirkan di tanah ini ini Papa….. Ike makan dan minum di tanah ini Papa….. Hati Ike sudah menyatu dengan tanah ini Papa….. Inilah tanah air Ike……..!!”

Mener : “Dasar anak tak tahu diuntung…… Overdoses……, lebih baik you pulang aja ke Holland sana saja…!! Percuma saja Papa punya putri yang hanya membangkang perintah Papa!!”

Letnan : “ee…..Mener…..!!

Page 24: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Barangkali putri anda minta dirabek-no…..!!”

Mener : “Apa itu dirabek-no …..Letnan ?!”

Letnan : “itu artinya….,putri Mener minta dikawinkan….. Biar tidak blakrak-an saja kerjanya…….!!”

Mener : “Sama siapa letnan….??”

Letnan : “Yang paling pantas ya….sama Ike orang Mener….hehehe…..!!”Nonik : “Dasar Letnan blo-on… Nggak sudi Ike dikawinkan sama kamu orang…..!!”

Letnan : ‘Apa Ike kurang cakep…nonik……?! Kata orang-orang Ike-khan mirip seperti David Becham……!!”

Nonik : ‘Memang sangat mirip….Letnan…. Tapi ….., lebih mirip sama itu monyetnya David becham….!!”

Kopral : “Hahahaha……memang mirip sekali !!”

Letnan : “Hus……., pada tertawa menghina kalian………… Apa kalian mau saya suruh push up sepuluh ribu kali……he !! Biar tulang belulang kalian mrotol-li……!!”

Mener : “Overdoses……..!! Jangan banyak ngomong saja kalian….. Ayo…cepat tangkap si Pitung !!”

Pitung : “Sekali lagi aku peringatkan….. Berani maju satu langkah saja…… Bakal copot kepala kalian…….!!”

Kopral : “Waduh……..!! Bagaimana ini….., sego rawon masih enak …..!!’

Letnan : “Dasar pengecut…..!! Ayo maju serang si Pitung….kopral……!!”

Pitung : “…….hahahaha………!!” Dari pada tidak ada yang berani maju…..!! Lebih baik aku tunggu kalian di pasar desa……!!”

Mener : “Overdoses…… Mengapa kalian biarkan si Pitung melarikan diri ha…..!!”

Letnan/kopral : ‘Habis kami takut ditebas ama goloknya mener……!!”

Mener : “Dasar Londo goblok semua kalian…… Ayo…..cepat kejar dia……!!”

Page 25: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Scene IV : Pasar DesaSuasana : Hiruk-PikukMusic : Prau Layar---------------------------------Bok Bariah : “Jak…rujak……!! Rujaknya mas……, monggo mampir……. Jak-.rujaknya enak sekali……. Rujak petis……dapat membikin orang meringis….. Rujak manis….., bikin orang tak-khan menangis….. Rujak ulek mas….., bikin orang sembuh dari pilek…. Rujak Cingur mas….., bikin orang tak pernah ngluyur…. Bo…abo…..!! Sudah ditawar-tawarkan ter-muter dari pagi…. Kok….tak ada orang yang mau mampir membeli…… Bo…abo…..!! Yang mampir kok malah laler….clok-menclok terus….!!”

Mbok Yah : “Hus…..!! Dagang kok ngomel terus……. Mana mau datang itu rejeki……. Kalau dagang harus sabar…..Bok.!! Barangkali rujakmu itu kurang enak….. bok !! Rujak kok petisnya selalu dicampuri formalin .…..!!”

Bok Bariah : “Bo…abo !! Ngocak apa sampeyan…….Yah !! Be-en kok ngocak sembarangan…….. Nggak mungkin rujak engkok…dicampur formalin….tak iye Jok cem-macem sampeyan…… Opo sampeyan kepingin ketiban gelungan engkok….!!”

Mbok Yah : “Nggak sudi aku ketiban gelunganmu Bok….. Lha wong gelunganmu tumo-ne gedhene sak kecoak-kecoak ngono…..!!”

Bok Bariah : “Bo….abo !! Sampeyan jualan dawet ter-muter yoo nggak yu-payu….tak-iye Ngono kok ngenyek rujak-ku….!!”

Mbok Yah : “Sopo sing ngomong….dawetku nggak payu….. Sorry djoo…., sing tuku mau isuk podho antri Dowo-ne antrian sampek teko balai desa…..!! Opo meneh wingi……sing tuku podho rebutan…..Yah !! Yel-uyelan njaluk ngombe dawet sing enak Yah…..!!”Bok Bariah : “Bo…abo !! Seneng nggedhabrus……bei sampeyan……!! Wet-dawet koyok kora-kora-an nngono bei kok enak……. Sing tuku bei….padha goblok……tak iye !!”

Mak Tun : “Oaalaaah…….!! Sampeyan kabeh iki dhodholan opo eker-eker-an wae see…..!! Tak rungok-no soko kadho-an swarane pating jemlerit…….!! Opo sampeyan ora isin tah….dirungono wong sak pasar !!”

Page 26: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Bok Bariah : “Bo..abo…..!! Konco sampeyan iki sing we-gawe perkoro dhisik !! Ko-teko wis….ngulokno jak-rujak engkok dicampur formalin….tak-iye !!”

Mak Tun : “Yo…wis…., ora usah digawe gedhe….. Saiki sing podho rukun… ora perlu geger-an wae…… Sesama pedagang pasar harus saling menghormati….. Lak kadhos ngoten pituture wong tuwo rumiyen……?!”

Semua : “Ngge leres………...!! Iyoot tak- kanak…….!!”

Kopral Parmo : “Bubar…..bubar……!! Ayo pada bubar semua…..!! Pasar mau ditutup………..!!”

Mak Yah : “Ampun ndoro…tuan…….. Jangan ditendangi dagangan kulo…..!!”

Bok Bariah : “Iyoot ……. ampun ro-ndoro londo….. Jak-rujak engkok jok did ok-sadok…… Isok lat-mencelat iku leg-uleg….engkok !!”

Letnan : “……mana si-Pitung……?? Sembunyi di mana dia orang hah…..!! Cepat beritahu…….!!”

Mak Tun : “Ampun ndoro Kompeni…… Dari tadi kami tidak melihat si Pitung…..!!”

Mak Yah : “Benar ndoro…… Yang kelihatan tadi si-Pincang yang lagi ngejar layangan…ndoro…!!”Mener : “Overdoses…..!! Bakar saja pasar desa ini Letnan…..!! Biar itu orang bernama Pitung keluar dari persembunyiannya….!!”

Bok Bariah : “Ngan-jangan ndoro tuan….. Kalau pasar diobong….engkok jualan kemana tak-iye….!!”

Letnan : “Ya…kalian jualan di pinggir larak-an sana….!!”Mener : “Overdoses…… Jangan banyak cingcong aja kamu Letnan…… Cepat bakar itu pasar……!!”

Pitung : “Tidak perlu kalian bakar pasar ini…..!! Aku siap menghadapi kalian semua…….!! Cepat kalian tinggalkan tempat ini mbok…..!! Biar hari ini aku habisi semua kompeni goblok ini….!!”

Semua Kompeni : “Hah….!! Pituuung……..!!”Mener : “Ayo…..cepat tangkap dia…..!!”

Page 27: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Kopral : ‘Ayo…..kepruk saja dia…..!!”Letnan : “Bacook…….Si pitung…!!

Maka terjadilah pertarungan yang cukup sengit !!Hingga muncul si Nonik yang mencoba melindungi si Pitung yang akhirnya tertembak ditembus peluru Papanya sendiri……Dan melihat Nonik tewas di moncong senjata Tuan Mener, maka kalaplah si Pitung hingga ia menyabetkan goloknya ke perut Tuan Mener. Tak lama kemudian ambruklah tubuh si Mener bersimbah darah dan akhirnya tewas.Melihat Tuan Mener tewas bersama para pengawalnya, para penduduk yang tadinya bersembunyi di sekitar pasar tersebut akhirnya memberanikan diri untuk melihat si Penguasa yang selama ini kejam terhadap mereka.Tak ketinggalan Kyai Sableng turut serta melihat peristiwa itu dari kejauhan. Dengan tersenyum lembut di matanya tergambar kebanggaan terhadap si Pitung muridnya yang gagah berani dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan.

Fiktif NarasiBy Soelistijono, S.PdTahun 2007

The Legend of SI PITUNG (Betawi Heroes)

Batavia, Meester (Jakarta, Jatinegara today) October 1893.

Betawi folk in Kampung Tengah is mourning. From mouth to mouth they heard Bang Pitung or Si Pitung dies, after a shot in unbalanced combat with Kompeni (A general term for the Dutch East Indies colonial government at that time). For the native citizens of Batavia or

Page 28: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Betawinese, the death of Si Pitung a deep sorrow. Because he defended the small people who experience oppression in the Dutch colonial period. In contrast, for Kompeni, he was described as criminals, vandals, robbers, and who knows what else. As figure Robinhood of Sherwood Forest in England.

Jagoan kelahiran Rawa Belong, Jakarta Barat, ini telah membuat repot pemerintah kolonial di Batavia, termasuk gubernur jenderal. Karena Bang Pitung merupakan potensi ancaman keamanan dan ketertiban hingga berbagai macam strategi dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk menangkapnya hidup atau mati. Pokoknya Pitung ditetapkan sebagai orang yang paling dicari (Most Wanted) dengan status penjahat kelas wahid di Betawi atau Batavia.

Bagaimana Belanda tidak gelisah, dalam melakukan aksinya membela rakyat kecil Bang Pitung berdiri di barisan depan. Kala itu Belanda memberlakukan kerja paksa terhadap pribumi termasuk ‘turun tikus’. Dalam gerakan ini rakyat dikerahkan membasmi tikus di sawah-sawah disamping belasan kerja paksa lainnya. Belum lagi blasting (pajak) yang sangat memberatkan petani oleh para tuan tanah.

Si Pitung, yang sudah bertahun-tahun menjadi incaran Belanda, berdasarkan cerita rakyat, mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh Schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena ada yang mengkhianati dengan memberi tahu tempat persembunyiannya. Ia ditembak dengan peluru emas oleh schout (setara Kapolres) van Hinne karena dikabarkan kebal dengan peluru biasa. Begitu takutnya penjajah terhadap Bang Pitung, sampai tempat ia dimakamkan dirahasiakan. Takut jago silat yang menjadi idola rakyat kecil ini akan menjadi pujaan.

Ilustrasi cergam tentang Si Pitung ketika menghajar centeng2 tuan tanah jahat

Si Pitung, berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong. Dia, menurut istilah Betawi, ‘orang yang denger kate’. Dia juga ‘terang hati’, cakep menangkap pelajaran agama yang diberikan ustadznya, sampai mampu membaca (tilawat) Alquran. Selain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga

Page 29: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli maen pukulan.

Suatu ketika di usia remaja –sekitar 16-17 tahun, oleh ayahnya Pitung disuruh menjual kambing ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari kediamannya di Rawa Belong dia membawa lima ekor kambing naik gerobak. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, Pitung dibegal oleh beberapa penjahat pasar. Mulai saat itu, dia tidak berani pulang ke rumah. Dia tidur di langgar dan kadang-kadang di kediaman gurunya H Naipan. Ini sesuai dengan tekadnya tidak akan pulang sebelum berhasil menemukan hasil jualan kambing. Dia merasa bersalah kepada orangtuanya. Dengan tekadnya itu, dia makin memperdalam ilmu maen pukulan dan ilmu tarekat. Ilmu pukulannya bernama aliran syahbandar. Kemudian Pitung melakukan meditasi alias tapa dengan tahapan berpuasa 40 hari. Kemudian melakukan ngumbara atau perjalanan guna menguji ilmunya. Ngumbara dilakukan ke tempat-tempat yang ‘menyeramkan’ yang pasti akan berhadapan dengan begal.

Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Bang Pitung disebut Rawa Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.

Si Pitung yang mendapat sebutan ‘Robinhood’ Betawi, sekalipun tidak sama dengan ‘Robinhood’ si jago panah dari hutan Sherwood, Inggris. Akan tetapi, setidaknya keduanya memiliki sifat yang sama: Selalu ingin membantu rakyat tertindas. Meskipun dari hasil rampokan terhadap kompeni dan para tuan tanah yang menindas rakyat kecil.

Rumah yang diyakini pernah menjadi tempat tinggal Si pitung di Marunda, Jakarta Utara

Page 30: ruslanabdullah61.files.wordpress.com€¦  · Web viewSelain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru

Sejauh ini, tokoh legendaris si Pitung dilukiskan sebagai pahlawan yang gagah. Pemuda bertubuh kuat dan keren, sehingga menimbulkan rasa sungkan setiap orang yang berhadapan dengannya. Dalam film Si Pitung yang diperankan oleh Dicky Zulkarnaen, ia juga dilukiskan sebagai pemuda yang gagah dan bertubuh kekar. Tapi, menurut Tanu Trh dalam ‘Intisari’ melukiskan berdasarkan penuturan ibunya dari cerita kakeknya, Pitung tidak sebesar dan segagah itu. ”Perawakannya kecil. Tampang si Pitung sama sekali tidak menarik perhatian khalayak. Sikapnya pun tidak seperti jagoan. Kulit wajahnya kehitam-hitaman, dengan ciri yang khas sepasang cambang panjang tipis, dengan ujung melingkar ke depan.”

Menurut Tanu Trh, ketika berkunjung ke rumah kakeknya berdasarkan penuturan ibunya, Pitung pernah digerebek oleh schout van Hinne. Setelah seluruh isi rumah diperiksa ternyata petinggi polisi Belanda ini tidak menemukan si Pitung. Setelah van Hinne pergi, barulah si Pitung secara tiba-tiba muncul setelah bersembunyi di dapur. Karena belasan kali berhasil meloloskan diri dari incaran Belanda, tidak heran kalau si Pitung diyakini banyak orang memiliki ilmu menghilang. ”Yang pasti,” kata ibu, seperti dituturkan Tanu Trh, ”dengan tubuhnya yang kecil Pitung sangat pandai menyembunyikan diri dan bisa menyelinap di sudut-sudut yang terlalu sempit bagi orang-orang lain.” Sedang kalau ia dapat membuat dirinya tidak tampak di mata orang, ada yang meyakini karena ia memiliki kesaksian ‘ilmu rontek’.

Sumber:http://alwishahab.wordpress.com/2008/04/15/hari-hari-akhir-si-pitung/