bapppeda.surakarta.go.idbapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/... · Web viewSecara...
Transcript of bapppeda.surakarta.go.idbapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/... · Web viewSecara...
LAPORAN AKHIR
BAB IIGAMBARAN PEREKONOMIAN DAN
KETENAGAKERJAAN
A. Gambaran Geografis dan Administratif Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 110º45’15” dan
110º45’35“ Bujur Timur dan antara 7º36’00” dan 7º56’00” Lintang Selatan. Adapun batas administrasi wilayah Kota Surakarta yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar; Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Karanyanyar, dan Sukoharjo.
Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013
Gambar 2.1 : Peta Administrasi Wilayah Kota SurakartaSecara geografis Kota Surakarta memiliki posisi strategis di Provinsi
Jawa Tengah. Kota Surakarta berfungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 1
LAPORAN AKHIR
daerah pendukung (hinterland) yang berada pada kawasan Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten). Posisi Kota Surakarta berada pada jalur transportasi strategis yaitu pertemuan jalur transportasi darat antara Semarang dengan Yogjakarta (Joglo Semar), dan jalur Surabaya dengan Yogjakarta.
Secara administrasi luas wilayah Kota Surakarta adalah 44,04 Km², yang terbagi menjadi 5 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasarkliwon, Jebres, Banjarsari. Secara keseluruhan jumlah kelurahan di Kota Surakarta sebanyak 51 kelurahan, dengan jumlah RW sebanyak 604 RW, dan 2.714 RT. Secara rinci jumlah kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut ini.
LAWEYAN SERENGAN PASAR KLIWON JEBRES BANJARSARI SURAKARTA
11 7 9 11 13 51105 72 100 151 176604457 312 422
646877
2714
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta
Kelurahan RW RT
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2013, BPS
Grafik 2.2 : Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta
Dilihat dari ketinggian (topografi) wilayah, Kota Surakarta termasuk dataran rendah. Ketinggiannya hanya sekitar ±92 meter dari permukaan laut, dan kemiringan lahan di Kota Surakarta berkisar antara 0-15%.Suhu udara berkisar antara 26,2°C sampai dengan 28,5°C. Adapun kelembaban udaranya antara 66% sampai dengan 88 persen.Jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan Januari yaitu 25 hari dengan curah hujan sebesar 437 mm.
Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar dimanfaatkan untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas wilayah, sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian (16,5%) dan fasilitas umum.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 2
LAPORAN AKHIR
B. KondisiDemografiJumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2013 berdasarkan data
Dispendukcapil sebanyak563.659 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk berjenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 278.644 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sejumlah285.015 jiwa. Sex ratio penduduk di Kota Surakarta adalah 97,76, atau dapat diartikan bahwa di setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.
Tabel 2.1Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2010 – 2013
No
Variabel 2010 2011 2012 2013
1. Jumlah penduduk 532.439 536.498 545.653 563.659Laki-laki 223.312 243.507 243.851 289.246Perempuan 256.058 256.263 256.320 297.732
2. Laju Pertumbuhan 0,08 0,08 0,08 0,083. Rasio Jenis kelamin 97,34 97,72 95,62 97,76
Sumber: Dispendukcapil, 2014
2010
2011
2012
2013
400000
300000
200000
100000
0
100000
200000
300000
400000
Piramida Penduduk Kota Surakarta
Perempuan Laki-lakiSumber: Dispendukcapil, 2014
Grafik 2.3 :Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin diKota Surakarta Tahun 2010-2013
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 3
LAPORAN AKHIR
C. Pekerja anak dan Angkatan Kerja DifabelTabel 2.2
Jumlah Penduduk menurut Status Kawin di Kota Surakarta Tahun 2014
STATUSLaki-Laki %
Perempuan % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Belum Kawin
134.834 49,38 116.967 41,83 251.801 45,56
Cerai Hidup 2815 1,03 4962 1,77 7777 1,41Cerai Mati 5830 2,14 25263 9,04 31093 5,63
Kawin12955
9 47,45 132420 47,36 261979 47,40
Jumlah27303
8100,0
0 279612100,0
0 552650 100,00 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014, diolah
Berdasarkan data yang tertuang pada tabel IV.6 menunjukkan bahwa 552.650 peduduk usia kawin terdapat fenomena yang menarik yaitu antara penduduk yang bersatatus kawin dengan yang belum kawin perbedaannya tidak begitu besar. Jumlah penduduk yang berstatus kasin sebanyak 261.979 orang atau 47,40% sedangkan yang berstatus belum kawin sebanyak 251.801 orang atau 45,56%, selanjutnya penduduk yang bersatatus cerai hidup sebesar 1,41% dan cerai mati sebesar 5,63%. Dengan gambaran tersebut dapat diketahui adanya kecenderungan penduduk usia kawin di Kota Surakarta menunda perkawinannya dengan beberapa pertimbangan antara lain belum mendapatkan pekerjaan yang tetap, tidak ingin menjadi beban orang tua dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk tidak menikah sebelum siap baik pertimbangan ekonomi maupun psikologis. Selanjutnya gambaran tentang seberan penduduk menurut status kawin di 5 (lima) kecamatan dapat disajikan dalam tabel berikut ini
Tabel 2.3Distribusi Penduduk menurut Status Kawin dan Kecamatan di
Kota Surakarta Tahun 2014Kecamatan Jumlah Penduduk Angka
Perkawinan kasar
Angka Perkawinan UmumJumlah
Penduduk tengah tahun
Status Kawin
Umur >= 15
Laweyan 98,588 46456 88234 471.21 526.51
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 4
LAPORAN AKHIR
Serengan 53,298 24875 47750 466.72 520.94Pasar kliwon
83,758 39485 75139 471.42 525.49
Jebres 141,486 68157 127887 481.72 532.95Banjarsari 174,988 83006 157334 474.35 527.58Jumlah 552,118 261979 496344 474.50 527.82
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2014, diolah
Apabila dikaji dari jumlah penduduk tengah tahun menunjukkan bahwa Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan empat kecamatan lainnya, tetapi apabila dilihat dari jumlah penduduk yang bestatus kawin Kecamatan Jebres paling besar dinadingkan empat kecamatan lainnya, sehingga angka perkawinan kasar dan angka perkawinan umum Kecamatan Jebres nempati urutan teratas yaitu dengan 48,172 orang untuk angka perkawinan kasar dan 53. 295 orang untuk angka perkawinan umum.
Tabel 2.4Jumlah Kepala Keluarga menurut Status Kawin
di Kota Surakarta Tahun 2014
STATUS LAKI-LAKI % PEREMPUA
N % JUMLAH %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Belum Kawin 3.238 2,40% 3.757 10,81% 6.995 4,12%
Kawin 124.257 92,03% 6.416 18,46% 130.673 76,97%Cerai Hidup 2.286 1,69% 3.965 11,41% 6.251 3,68%
Cerai Mati 5.236 3,88% 20.623 59,33% 25.859 15,23%JUMLAH 135.01
7 100,00% 34.761 100,00%
169.778 100,00%
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, 2014, diolah
D. Produk Domestik Regional Bruto 1. PDRB Kota Surakarta
PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu, sehungga arah perekonomian regional akan lebih jelas. Bagi pengguna data akan lebih memberikan manfaat untuk berbagai kepentingan, seperti untuk perencanaan, evaluasi maupun kebijakan. Kota Surakarta dalam era otonomi didukung dengan situasi yang relatif kondusif, secara makro perekonomian tumbuh sebesar 5,89 persen pada tahun 2013, dimana
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 5
LAPORAN AKHIR
pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 6,12 persen.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu
indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku (harga-harga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan.
Nilai PDRB Kota Surakarta Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB ADHB tahun 2013 tercatat sebesar 13,59 triliun rupiah, dari tahun 2012 sebesar 12,18 trilyun rupiah. Peningkatan juga terjadi pada PDRB perkapita ADHB. Pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai Rp 12,14 juta, sedangkan pada tahun 2012 hanya Rp 11,47 juta. Kontribusi terbesar terhadap total PDRB ADHB berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,71% dan industri pengolahan sebesar 19,29%. Sementara itu kontribusi paling kecil berasal dari sektor pertanian sebesar 0,05%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,02%. Perkembangan nilai PDRB dan kontribusi sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Surakarta Tahun 2010-2013.
No Sektor 2010 2011 2012 2013(Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%)
1.
Pertanian 5.964,68 0,06 5.927,58 0,05 6.250,91 0,05 6.611,99 0,05
2.
Pertambangan & Penggalian
2.982,34 0,03 3.010,49 0,03 3.009,79 0,02 3.002,94 0,02
3.
Industri Pengolahan
2.081.674,00
20,94
2.233.248 20,32
2.390.894,46
19,63
2.623.767,70
19,29
4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
259.463,66 2,61 287.577 2,62 317.497,14 2,61 363.004,58 2,67
5.
Konstruksi 1.439.476,58
14,48
1.584.659,42
14,42
1.758.189,55
14,43
1.951.415,83
14,35
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.555.866,21
25,71
2.885.293,49
26,25
3.187.324,12
26,17
3.632.165,57
26,71
7.
Pengangkutan & Komunikasi
1.106.448,50
11,13
1.206.106,83
10,97
1.323.255,69
10,86
1.462.927,27
10,76
8.
Keuangan, Sewa &
1.123.348,43
11,3 1.282.678,53
11,67
1.449.258,72
11,9 1.656.823,06
12,18
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 6
LAPORAN AKHIR
No Sektor 2010 2011 2012 2013(Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%)
Jasa Perusahaan
9.
Jasa-jasa 1.365.912,16
13,74
1.504.470,47
13,69
1.744.923,26
14,33
1.899.877,56
13,97
PDRB 9.941.136,57
100 10.992.971,19
100 12.180.558,65
100 13.599.596,52
100
Penduduk per tengahan tahun
501.650 500.328 500.625
Pendapatan per kapita (rupiah)
17.366.163,33
21.913.627,41
24.345.146,88
27.165.236,49
Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013
Nilai PDRB Kota Surakarta berdasarkan harga konstan 2000 (ADHK 2000) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB ADHK pada tahun 2013 tercatat sebesar 6,08 triliun rupiah, meningkat dari tahun 2012 sebesar 5,7 triliun rupiah. Peningkatan juga terjadi pada PDRB perkapita ADHK 2000 di Kota Surakarta. Pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai Rp12,14 juta, sedangkan pada tahun 2012 hanya Rp11,47 juta. Kontribusi terbesar terhadap total PDRB berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27,75% dan industri pengolahan sebesar 23,09%. Sementara itu kontribusi paling kecil berasal dari sektor pertanian sebesar 0,05%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,08%. Perkembangan nilai PDRB dan kontribusi sektor PDRB dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan(ADHK)
Kota Surakarta Tahun 2011-2013
No
Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013(Rp) /juta
(%) (Rp) /juta (%
)(Rp) /juta (%) (Rp)
/juta (%)1.
Pertanian
2.908,82 0,06 2.911,03 0,05
2.912,43 0,05
2.951,59 0,05
2.
Pertambangan & Penggalian
1.832,36 0,04 1.809,03 0,03
1.789,64 0,03
1.764,96 0,08
3.
Industri Pengolahan
1.277.210,09
25,02
1.312.945,81
24,26
1.349.967,23
23,52
1.404.161,79
23,09
4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
119.194,83
2,34 128.648,33
2,38
137.673,24
2,4 147.574,83
2,43
5 Konstru 671.926,8 13,1 717.165,2 13, 765.569, 13, 811.759,4 13,
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 7
LAPORAN AKHIR
No
Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013(Rp) /juta
(%) (Rp) /juta (%
)(Rp) /juta (%) (Rp)
/juta (%). ksi 1 7 9 25 54 34 9 356.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.367.808,36
26,80
1.466.845,97
27,1
1.569.512,38
27,31
1.687.392.79
27,75
7.
Pengangkutan &Komunikasi
514.407,73
10,08
549.760,87
10,16
585.690,23
10,23
621.610,31
10,22
8.
Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan
518.980,77
10,17
567.860,94
10,49
615.432,99
10,67
664.532,30
10,93
9.
Jasa-jasa
629.616,47
12,34
663.965,04
12,27
714.313,62
12,44
739.206,00
12,16
PDRB 5.103.886,24
100 5.411.912,32
100
5.742.861,30
100 6.080.954,07
100
Penduduk per tengahan tahun
499.337 500.032 500.328 500.625
Pendapatan per kapita (rupiah)
10.221.325,97
10.611.592,76
11.478.192,91
12.146.724,73
Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2013
Pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 tertinggi berada pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,98% dan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,51%, sedangkan pertumbuhan paling kecil pada sektor pertanian sebesar 1,34% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar -1,38%.
Tabel 2.7Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Lapangan Usaha 2010 201
1 2012 20131. Pertanian 0,29 0,08 0,05 1,342. Pertambangan dan penggalian -1,62 -1,27 -1,07 -1,383. Industri pengolahan 3,34 2,8 2,82 4,014. Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,01 7,93 7,02 7,195. Kontruksi 7,40 6,73 6,75 6,036. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,19 7,24 7,00 7,51
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 8
LAPORAN AKHIR
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,10 6,87 6,54 6,138. Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan 7,68 9,42 8,38 7,989. Jasa-Jasa 7,58 5,46 7,58 3,48
PDRB 5,94 6,04 6,12 5,89Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014
2. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan PDRB. Laju pertumbuhan ekonomi mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun berdasarkan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2012 mampu tumbuh sebesar 6,12%, meningkat dari sebesar 5,90% pada tahun 2009. Akan tetapi, pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta melemah dan mencapai titik terendah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2009 – 2013) menjadi sebesar 5,89%. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2009 2010 2011 2012 20135.755.805.855.905.956.006.056.106.15
5.905.94
6.04
6.12
5.89
Pertumbuhan Ekonomi Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah, 2014
Grafik 2.4 : Pertumbuhan Ekonomi (%) Kota Surakarta Tahun 2009 - 2013
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 9
LAPORAN AKHIR
Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 5,89%, jika dibandingkan dengan Kabupaten lain di eks-Karisidenan Surakarta berada pada peringkat kedua setelah Kabupaten Sragen sebesar 6,64%. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta juga berada di atas capaian rata-rata Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 5,81%. Perbandingan capaian pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dengan kabupaten eks-karesidenan Surakarta dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.005.89
5.43 5.795.01
4.36
5.38
6.645.81
Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah, 2014
Prov. Jawa Tengah
Grafik2.5 : Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2014 (Data Tahun 2013)
3. Laju InflasiInflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Dampak dari inflasi salah satunya adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat terganggu karena ketidakmampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang ataupun jasa.
Laju inflasi di Kota Surakarta tahun tahun 2014 mencapai 8,01%, sedikit lebih rendah dari tahun 2013 sebesar 8,32%, seperti terlihat pada gambar berikut.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 10
LAPORAN AKHIR
2010 2011 2012 2013 2014
6.65
1.93 2.87
8.32 8.01
Laju Inflasi Kota Surakarta
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014
Grafik 2.6 :Laju Inflasi di Kota Surakarta tahun 2011-2013
Besarnya inflasi Kota Surakrta pada tahun 2014 disebabkan seluruh indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan terutama kenaikan indeks kelompok bahan makanan dan indeks kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, masing-masing naik sebesar 12,49%, dan 12,17%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, sehingga ongkos angkut komoditas bahan makanan dan alat transportasi masyarakat mengalami peningkatan.
Beberapa komoditas mengalami kenaikan harga selama tahun 2014 sehingga memicu terjadinya inflasi antara lain: beras, cabe hijau, cabe rawit, cabe merah, rokok kretek filter, tukang bukan mandor, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, angkutan antar kota, angkutan umum dalam kota, angkutan udara dan bensin. Sebaliknya, komoditas yang manghambat tingginya inflasi yaitu daging ayam ras, petai, apel, bawang merah, kelapa, minyak goreng, dan gula pasir.
Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kota Surakarta tahun 2014 sebesar 8,01% lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 8,36%, dan inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,22%. Dibandingkan enam kota di Provinsi Jawa Tengah yang dihitung angka inflasinya, inflasi Kota Surakarta lebih rendah dibandingkan Kudus, Kota Semarang dan Cilacap, dan lebih tinggi dibandingkan Purwokerto dan Kota Tegal, seperti terlihat pada Gambar 2.7.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 11
LAPORAN AKHIR
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2014
Grafik 2.7 :Perbandingan Inflasi Kota Surakarta dengan Kota Lain, Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2014.
E. Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja di Kota Surakarta pada tahun 2013 sebanyak
259.864 jiwa, lebih rendah dibandingkan dengan jumlah usia kerja sebelumnya. Pada tahun 2012 adalah sebanyak 386.065 jiwa, meningkat sebanyak 166 jiwa jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebanyak 385.899 jiwa. Penuduk usia kerja di Kota Surakarta selama kurun tiga tahun terakhir mengalami penurunan yang sangat drastis. Kondisi ini ditunjukkan dengan keadaan pada tahun 2010 sebanyak 418.201 jiwa menurun menjadi 386.065 jiwa pada tahun 2012, yang menunjukkan ada penurunan jumlah penduduk usia kerja selama kurun tiga tahun terakhir sebanyak 126.201 jiwa. Perkembangan penduduk usia kerja dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik di bawah ini.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 12
LAPORAN AKHIR
Th.2010 Th. 2011 Th. 2012 Th.20130
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000387050 385899 386065
259864
Grafik2.8 : Perkembangan Jumlah Penduduk Usia Kerja (jiwa)Kota Surakarta, Tahun 2010 – 2012
Grafik 2.9 :Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja (jiwa)Kota Surakarta, Tahun 2008 – 2012
Selanjutnya gambaran spesifik terkait dengan usia kerja tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 13
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.8Penduduk Usia 15 Keatas Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Kota Surakarta Tahun 2013
Penduduk dikatakan sebagai usia kerja jika penduduk tersebut telah memasukiusia kerja. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-UndangKetenagakerjaan bahwa penduduk usia kerja adalah penduduk berusia 15 Tahunkeatas, maka analisis ketenagakerjaan yang selanjutnya akan digunakan dalam publikasiini adalah analisis ketenagakerjaan dari penduduk berusia 15 Tahun keatas.
Menurut pengertian di atas, berarti setiap penduduk dalam usia kerja dan siapmelakukan pekerjaan disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja itu sendiri terdiri daritenaga kerja produktif dan tidak produktif. Dalam publikasi ini akan lebih fokusProfil Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta Tahun 2013 membahas penduduk usia kerja dengan kategori angkatan kerja dan bukan angkatankerja.
Angkatan kerja disini adalah tenaga kerja yang dianggap bisa bekerja dansanggup bekerja jika ada permintaan kerja.Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalahtenaga kerja yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun adapermintaan kerja. Di Kota Surakarta pada Tahun 2013 dari seluruh penduduk usia kerja15 Tahun ke atas, 72,57 persennya merupakan penduduk angkatan kerja sedangkan27,43 persen adalah penduduk bukan angkatan kerja. Distribusi penduduk usia kerjaselengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 14
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.9Penduduk Usia 15 Ke Atas Menurut Kategori Angkatan Kerja
dan Bukan Angkatan Kerja dan Jenis Kelamin Kota Surakarta Tahun 2013
Jika dilihat pola perbandingan penduduk usia kerja menurut jenis kelamin pada Tahun 2013, jumlah penduduk usia kerja perempuan masih lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 48,05 persen berbanding 51,95 persen. Hal ini sejalan dengan sex ratio Kota Surakarta dimana keberadaan penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki.
Menurut jenis kegiatannya, maka penduduk usia kerja dikelompokkan dalam 5 kelompok, yaitu bekerja, pengangguran, sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya, dimana pengangguran pada jenis kegiatan ini bukan merupakan angka pengangguran. Dari kelima jenis kegiatan diatas, kegiatan bekerja masih merupakan jenis kegiatan yang tertinggi yang dilakukan oleh seluruh penduduk Kota Surakarta baik lakilaki maupun perempuan, yaitu sebesar 67,36 persen diikuti kegiatan mengurus rumah tangga sebesar 15,14 persen; kegiatan sekolah sebesar 8,29 persen; menganggur sebesar 5,21 persen; dan lainnya 4,00 persen.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 15
LAPORAN AKHIR
Pada tahun 2014 penduduk usia kerja di Kota Surakarta sebanyak 390.869 jiwa. Secara spasial proporsi penduduk usia kerja di masing-masing kecamatan relatif hampir sama, yaitu berkisar 70% – 72%. Proporsi penduduk bekerja pada masing-masing kecamatan terlihat pada Tabel 2.7 berikut:
Tabel 2.10Proporsi Tenaga Kerja per Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2014
No KecamatanJumlah Tenaga Kerja (Penduduk 15 - 64
Tahun)
Jumlah Pendudu
k
Persentase Tenaga
Kerja1 Laweyan 69.378 97.990 70,80%2 Serengan 37.435 53.135 70,45%3 Pasar Kliwon 58.891 84.010 70,10%4 Jebres 101.248 142.136 71,23%5 Banjarsari 123.917 175.379 70,66%
Jumlah 390.869 552.650 70,73% Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta,Tahun 2014,diolah
F. Angkatan KerjaAda beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidanng
ketenagakerjaan, antara lain tenaga kerja , angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (15 –64 tahun) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Indikator ini berguna sebagai wacana pengambil kebijakan dalam menyusun rencana ketenagakerjaan dan untuk mengetahui banyaknya tenaga kerja (penduduk usia kerja) potensial. Penghitungan persentase tenaga kerja dilaksanakan dengan membandingkan Antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (usia kerja) dengan jumlah penduduk keseluruhan. Angkatan Kerja (labor force) adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan (menganggur) atau yang terlibat dan berusaha terlibat dalam kegiatan produktif .
Mereka yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, pensiunan dan/atau yang mendapatkan penghasilan bukan dari bekerja (misalkan warisan dan deposito) serta lainnya (yang berada di rumah sakit dalam waktu lama, di lembaga pemasyarakatan dan sebagainya) tidak termasuk dalam angkatan kerja. Angkatan Kerja dibagi 2 (dua) yaitu bekerja (employed) dan mencari pekerjaan/menganggur (unemployed).
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 16
LAPORAN AKHIR
Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) menyajikan data yang menggambarkan banyaknya angkatan kerja, yaitu penduduk yang sedang bekerja dan yang mencari pekerjaan dari penduduk usia 15-64 tahun terhadap penduduk usia 15-64 tahun. APAK bermanfaat untuk mengetahui bagian dari tenaga kerja yang benar-benar terlibat atau berusaha terlibat dalam kegiatan produktif yang dapat menghasilkan barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 2.11Jumlah Angkatan Kerja, Jumlah Tenaga Kerja, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Kota Surakarta, Tahun
2013
Kelompok Umur
Angkatan Kerja Bukan Angker
Tenaga Kerja
APAKBekerj
aPencari Kerja Angker
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)15-19 1.071 2.764 3.835 39.483 43.318 8,8520-24 11.218 3.492 14.710 26.178 40.888 35,9825-29 28.261 3.412 31.673 11.626 43.299 73,1530-34 40.014 2.148 42.162 8.855 51.017 82,6435-39 37.028 1.157 38.185 8.426 46.611 81,9240-44 34.055 884 34.939 8.770 43.709 79,9445-49 31.773 690 32.463 8.385 40.848 79,4750-54 28.458 594 29.052 7.883 36.935 78,6655-59 22.042 646 22.688 7.184 29.872 75,9560-64 14.255 669 14.924 6.267 21.191 70,43
Jumlah 248.175 16.456 264.63
1133.05
7397.68
866,5
4Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
Dari Tabel 2.11 nampak bahwa jumlah angkatan kerja sebanyak 264.631 orang, tertinggi berada pada kelompok umur 30 - 34 tahun yaitu 42.162 orang, diikuti kelompok umur 35 - 39 tahun sebesar 38.185 orang dan terendah pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 3.835 orang. Tabel 28 tersebut juga menunjukkan bahwa 66,54 persen dari angkatan kerja di Kota Surakarta telah berpartisipasi dalam pasar kerja. Nampak pula bahwa partisipasi angkatan kerja penduduk laki-laki lebih tinggi (79,64 persen) daripada partisipasi angkatan kerja penduduk perempuan (53,69 persen). Jika digambarkan dalam bentuk grafik, APAK menurut umur berbentuk U terbalik dengan puncak berada pada kelompok umur 30-34 tahun.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 17
LAPORAN AKHIR
Perlu diperhatikan adalah sebanyak 1,45 persen angkatan kerja berusia muda yaitu 15-19 tahun. Kelompok ini seharusnya masih duduk di bangku sekolah.Mereka terpaksa berhenti sekolah dan masuk ke pasar kerja. Jika kelompok ini tidak memperoleh perhatian, maka mereka akan menjadi tenaga kerja yang rendah kualitasnya sehingga berpengaruh terhadap penghasilan mereka.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, TPAK tahun 2013 sedikit lebih tinggi. TPAK tahun 2014 sebesar 66,52% sedangkan tahun 2013 sebesar 66,54%. TPAK tertinggi pada penduduk usia 30 – 34 tahun dan 35 – 39 tahun, yaitu sebesar 83,44% dan 83,55%. Secara rinci TPAK perkerlompok umur tahun 2014 terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.12Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Surakarta Tahun 2014
Kelompok Umur
Jml Tenag
a kerja
Angkatan Kerja Jml Bukan Angkat
an Kerja
TPAK (Tingkat Partisip
asi Angkatan Kerja)
Usia Produktif Yang Bekerja
Usia Produktif
Yang Belum/sedang mencari
kerja Bekerja
Jml Angkat
an Kerja
(Angker)
3,55 (2) (3) (4) (5) (6) (7)15-19 41,78
1 726 2,631 3,357 38,424 8.03
20-24 40,788 9,025 3,001 12,026 28,762 29.48
25-29 40,993 25,621 3,037 28,658 12,335 69.91
30-34 48,509 38,475 2,003 40,478 8,031 83.44
35-39 45,96 37,281 1,125 38,406 7,559 83.55
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 18
LAPORAN AKHIR
Kelompok Umur
Jml Tenag
a kerja
Angkatan Kerja Jml Bukan Angkat
an Kerja
TPAK (Tingkat Partisip
asi Angkatan Kerja)
Usia Produktif Yang Bekerja
Usia Produktif
Yang Belum/sedang mencari
kerja Bekerja
Jml Angkat
an Kerja
(Angker)
3,55 (2) (3) (4) (5) (6) (7)5
40-44 41,997 33,425 790 34,215 7,782 81.47
45-49 40,994 32,439 690 33,129 7,865 80.81
50-54 36,120 28,397 550 28,947 7,173 80.14
55-59 30,897 23,489 616 24,105 6,792 78.02
60-64 22,825 16,067 628 16,695 6,130 73.14
Jumlah 390,869 244,945 15,071 260,016 130,853 66.52
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta, 2014, diolah
Secara keseluruhan, pola partisipasi angkatan kerja menurut umur ini berbeda antara laki-laki dan perempuan, seperti terlihat pada gambar 11.Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan jauh berada di bawah TPAK laki-laki sejak usia 25 tahun. Partisipasi perempuan di pasar kerja hanya sekitar 53,69 persen dari seluruh penduduk perempuan pada usia yang sama. Kemungkinan hal ini terkait dengan kesibukan perempuan sebagai pengelola rumah tangga.Akan tetapi, keadaan ini mungkin juga terkait dengan budaya yang menganggap bahwa tempat perempuan adalah di dalam rumah dan laki-laki di luar rumah.
Tabel 2.13 Angka Penyerapan Angkatan Kerja (Employment Rate), Kota Surakarta,
Tahun 2013
Kelompok umur
Jumlah Angkatan Kerja yang Bekerja Jumlah Angkatan Kerja Angka Penyerapan
Angkatan KerjaLaki-laki
Perempuan L+P Laki-
lakiPerempua
n L+P Laki-laki
Perempuan L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 15-19 564 507 1.071 2.044 1.791 3.835 27,59 28,31 27,93 20-24 5.705 5.513 11.218 7.651 7.059 14.710 74,57 78,10 76,26 25-29 15.468 12.793 28.261 17.437 14.236 31.673 88,71 89,86 89,23 30-34 23.526 16.488 40.014 24.720 17.442 42.162 95,17 94,53 94,91 35-39 22.544 14.484 37.028 23.086 15.099 38.185 97,65 95,93 96,97 40-44 21.009 13.046 34.055 21.382 13.557 34.939 98,26 96,23 97,47 45-49 19.322 12.451 31.773 19.568 12.895 32.463 98,74 96,56 97,87 50-54 17.338 11.120 28.458 17.536 11.516 29.052 98,87 96,56 97,96
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 19
LAPORAN AKHIR
55-59 13.928 8.114 22.042 14.136 8.552 22.688 98,53 94,88 97,15 60-64 9.097 5.158 14.255 9.319 5.605 14.924 97,62 92,02 95,52
Jumlah 148.501 99.674 248.17
5156.87
9 107.752 264.631
94,66 92,50 93,7
8 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
Angka Penyerapan Angkatan Kerja di Kota Surakarta cukup tinggi yaitu 93,78 persen, penyerapan angkatan kerja laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, walaupun tidak berbeda jauh. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah kota menyediakan lapangan kerja yang cukup untuk menampung angkatan kerja atau mereka bekerja di luar kota.
Jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dari Tabel 2.9 nampak bahwa angkatan kerja Kota Surakarta menurut tingkat pendidikan formalnya cukup baik yaitu hampir separuh (41,53 persen) angkatan kerja di Kota Surakarta berpendidikan SLTA/sederajat, kemudian 16,06 persen berpendidikan SLTP/sederajat, 15,50 persen berpendidikan Tamat SD/sederajat, dan 14,51 persen berpendidikan S1. Terbukanya kesempatan pendidikan, telah mendorong penduduk baik laki-laki maupun perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.Berbagai fasilitas pendidikan dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi tersedia, dan dimanfaatkan oleh penduduk Kota Surakarta maupun kabupaten-kabupaten di sekitarnya termasuk mereka yang dari jauh.
Tabel 2.14 Distribusi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2013
Tingkat Pendidikan
Angkatan KerjaLaki-laki Perempuan Jumlahn % n % n %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Tidak/Belum sekolah 1.158 0,76 1.481 1,32 2.639 1,00Belum tamat SD/sederajat 15.173 9,94 12.262 10,95 27.435 10,37Tamat SD/sederajat 10.473 6,86 8.920 7,97 19.393 7,33SLTP/sederajat 26.002 17,03 16.489 14,73 42.491 16,06SLTA/sederajat 65.840 43,13 44.053 39,35 109.893 41,53Diploma I/II 1.327 0,87 1.353 1,21 2.680 1,01Akademi/Diploma III/Sarjana Muda 9.258 6,06 8.324 7,43 17.582 6,64Diploma IV/Strata I 20.988 13,75 17.403 15,54 38.391 14,51Strata II 2.345 1,54 1.626 1,45 3.971 1,50
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 20
LAPORAN AKHIR
Strata III 106 0,07 50 0,04 156 0,06Jumlah 152.67
0100,0
0111.96
1100,0
0264.63
1100,0
0Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
Persentase angkatan kerja laki-laki yang menamatkan pendidikan menengah lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu 60,56 persen dibandingkan dengan 54,08 persen. Akan tetapi pada jenjang pendidikan dasar, persentase angkatan kerja laki-laki yang menamatkan SD/sederajat lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu 6,86 persen dibandingkan dengan 7,97 persen. Sedangkan untuk pendidikan yang lebih tinggi, persentase angkatan kerja perempuan lebih tinggi dibandingkan angkatan kerja laki-laki (kecuali S2 dan S3).Kondisi ini mirip dengan kondisi nasional, bahwa angkatan kerja terbanyak berpendidikan SLTA.Oleh sebab itu untuk menampung tenaga kerja SLTA ini, pemerintah memperbanyak pendidikan kejuruan, yang mempersiapkan lulusannya agar bisa langsung terjun ke pasar kerja.
Perincian jumlah tenaga kerja menurut kecamatan terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.15Jumlah Tenaga Kerja menurut Wilayah Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kota SurakartaTahun 2014KEC LK PR >=15t
h L>=15t
h PTngKrj L %
TngKrj P %
TOTAL %
Laweyan 48.510 50.078 38.199 40.340 78.74 80.55 79.66Serengan 26.185 27.113 20.679 21.850 78.97 80.59 79.79Pasar kliwon
41.728 42.030 32.591 33.544 78.10 79.81 78.96
Jebres 70.156 71.330 55.326 57.097 78.86 80.05 79.46Banjarsari 86.501 88.487 67.488 70.935 78.02 80.16 79.10TOTAL 273.08
0279.03
8214.28
3223.76
678.47 80.19 79.34
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta,Tahun 2014 ,diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase tenaga kerja terbesar terdapat di Kecamatan Serengan, namun jumlah tenaga kerja terbesar terdapat di kecamatan Banjarsari.
G. Penduduk yang Bekerja Jumlah penduduk yang bekerja adalah banyaknya penduduk yang
telah memperoleh pekerjaan seminggu yang lalu dalam berbagai jenis
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 21
LAPORAN AKHIR
pekerjaan. Jumlah penduduk bekerja pada tahun 2013 sebesar 264.631 orang. Perincian penduduk yang bekerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.16Distribusi Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan
Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2013
Jenis PekerjaanLaki-laki Perempuan L + P
N % n % n %(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Belum/Tidak Bekerja 8.378 5,340 8.078 7,497 16.456 6,218Pegawai Negeri Sipil 6.468 4,123 4.518 4,193 10.986 4,151Tentara Nasional Indonesia 850 0,542 39 0,036 889 0,336Kepolisian RI 925 0,590 85 0,079 1.010 0,382Perdagangan 1.165 0,743 864 0,802 2.029 0,767Petani/Perkebunan 85 0,054 48 0,045 133 0,050Peternak 26 0,017 3 0,003 29 0,011Nelayan/Perikanan 8 0,005 3 0,003 11 0,004Industri 100 0,064 63 0,058 163 0,062Konstruksi 102 0,065 15 0,014 117 0,044Transportasi 150 0,096 10 0,009 160 0,060Karyawan Swasta 89.722 57,192 61.068 56,675 150.790 56,981Karyawan BUMN 955 0,609 395 0,367 1.350 0,510Karyawan BUMD 130 0,083 60 0,056 190 0,072Karyawan Honorer 382 0,243 250 0,232 632 0,239Buruh Harian Lepas 12.470 7,949 6.581 6,108 19.051 7,199Buruh Tani/Perkebunan 56 0,036 30 0,028 86 0,032Buruh Nelayan Perikanan 8 0,005 1 0,001 9 0,003Buruh Peternakan 12 0,008 2 0,002 14 0,005Pembantu Rumah Tangga 11 0,007 287 0,266 298 0,113Tukang Cukur 27 0,017 0 0,000 27 0,010Tukang Listrik 80 0,051 0 0,000 80 0,030Tukang Batu 353 0,225 0 0,000 353 0,133Tukang Kayu 174 0,111 0 0,000 174 0,066Tukang Sol Sepatu 15 0,010 1 0,001 16 0,006Tukang Las/Pandai Besi 137 0,087 0 0,000 137 0,052Tukang Jahit 193 0,123 653 0,606 846 0,320Tukang Gigi 3 0,002 0 0,000 3 0,001Penata Rias 4 0,003 64 0,059 68 0,026Penata Busana 4 0,003 15 0,014 19 0,007Penata Rambut 14 0,009 41 0,038 55 0,021Mekanik 317 0,202 1 0,001 318 0,120Seniman 211 0,134 58 0,054 269 0,102Tabib 5 0,003 2 0,002 7 0,003
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 22
LAPORAN AKHIR
Perajin 8 0,005 4 0,004 12 0,005Perancang Busana 2 0,001 5 0,005 7 0,003Penterjemah 4 0,003 5 0,005 9 0,003Imam Mesjid 6 0,004 0 0,000 6 0,002Pendeta 221 0,141 61 0,057 282 0,107Pastur 23 0,015 0 0,000 23 0,009Wartawan 74 0,047 14 0,013 88 0,033Ustadz/Mubaligh 20 0,013 5 0,005 25 0,009Juru Masak 20 0,013 35 0,032 55 0,021Promotor Acara 1 0,001 1 0,001 2 0,001Anggota DR-RI 1 0,001 1 0,001 2 0,001Anggota DPD 0 0,000 3 0,003 3 0,001Anggota BPK 1 0,001 2 0,002 3 0,001Anggota Kabinet/Kementerian 1 0,001 2 0,002 3 0,001Walikota 1 0,001 0 0,000 1 0,000Anggota DPRD Kabupaten Kota 10 0,006 3 0,003 13 0,005Dosen 657 0,419 537 0,498 1.194 0,451Guru 1.805 1,151 3.554 3,298 5.359 2,025Pilot 0 0,000 1 0,001 1 0,000Pengacara 65 0,041 18 0,017 83 0,031Notaris 33 0,021 55 0,051 88 0,033Arsitek 57 0,036 14 0,013 71 0,027Akuntan 4 0,003 7 0,006 11 0,004Konsultan 69 0,044 18 0,017 87 0,033Dokter 437 0,279 463 0,430 900 0,340Bidan 0 0,000 127 0,118 127 0,048Perawat 76 0,048 425 0,394 501 0,189Apoteker 29 0,018 129 0,120 158 0,060Psikiater/Psikolog 5 0,003 9 0,008 14 0,005Penyiar Televisi 2 0,001 0 0,000 2 0,001Penyiar Radio 6 0,004 4 0,004 10 0,004Pelaut 76 0,048 0 0,000 76 0,029Peneliti 7 0,004 3 0,003 10 0,004Sopir 884 0,563 0 0,000 884 0,334Pialang 4 0,003 1 0,001 5 0,002Paranormal 3 0,002 2 0,002 5 0,002Pedagang 2.955 1,884 3.227 2,995 6.182 2,336Perangkat Desa 1 0,001 3 0,003 4 0,002Biarawati 0 0,000 34 0,032 34 0,013Wiraswasta 25.771 16,427 15.745 14,612 41.516 15,688Jumlah 156.879 100,000 107.752 100,000 264.631 100,000 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 23
LAPORAN AKHIR
Tabel.2.10 menunjukkan penduduk yang bekerja berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa 56,981 persen angkatan kerja Kota Surakarta bekerja sebagai karyawan swasta, 15,688 persen sebagai wiraswasta dan 7,199 persen sebagai buruh harian lepas. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, persentase angkatan kerja perempuan yang menjadi karyawan swasta sedikit lebih rendah (56,675 persen) dibandingkan laki-laki (57,192 persen). Pada jenispekerjaan buruh harian lepas dan wiraswasta, persentase angkatan kerja laki-laki lebih tinggi (24,376 persen) dibandingkan perempuan (20,720 persen).
Dari tabel di atas juga terlihat bahwa sektor swasta banyak memberikan peluang kerja dan sektor informal (wiraswasta) merupakan pilihan utama bagi penduduk untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.
H. Pengangguran Terbuka Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang
tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik yang belum pernah bekerja maupun yang sudah pernah bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan mereka yang putus asa untuk memperoleh pekerjaan.
Perkembangannya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 7,18% menunjukkan tren meningkat jika dibandingkan dengan TPT pada tahun 2012 sebesar 6,07%, yang menunjukkan ada peningkatan jumlah TPT sebesar 1,11%. Peningkatan jumlah TPT di Kota Surakarta terlihat tidak searah dengan perkembangan TPAK yang meningkat. Menurut Sadono Sukirno (2004)1, efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Pengangguran ini lebih sering terjadi pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah sehingga mereka harus hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor ini diekspektasikan akan menyebabkan hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif tehadap kemiskinan. Semakin banyak
1Sadono Sukirno, 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: Grafindo Persada
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 24
LAPORAN AKHIR
pengangguran akan menyebabkan meningkatnya tingkat kemiskinan. Perkembangan TPT Kota Surakarta selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik2.11 : Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (% )
Kota Surakarta, Tahun 2009 – 2013
Tabel 2.11 menunjukkan angkatan kerja yang menganggur menurut pengelompokan umur lima tahunan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pengangguran tertinggi berada di kelompok umur 15 -19 tahun yakni 72,07 persen, diikuti kelompok umur 20-24 tahun (23,74 persen) dan 25-29 tahun (10,77 persen). Pengangguran pada kelompok umur 15-24 tahun menunjukkan bahwa mereka tidak lagi dapat melanjutkan pendidikan sehingga terpaksa mencari pekerjaan pada umur sekolah. Angka pengangguran terendah berada pada kelompok umur 45-49 tahun yakni 2,04 persen.
Tabel 2.17Jumlah Pencari Pekerjaan dan Angka Pengangguran
(Unemployment Rate-UER), Kota Surakarta, Tahun 2013
Kelompok Umur
Angkatan Kerja ? Bukan Angker
Tingkat Pengangguran
TerbukaBekerj
aPencari Kerja
? Angker
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 25
LAPORAN AKHIR
15-19 1.071 2.764 3.835 39.483 72,0720-24 11.218 3.492 14.710 26.178 23,7425-29 28.261 3.412 31.673 11.626 10,7730-34 40.014 2.148 42.162 8.855 5,0935-39 37.028 1.157 38.185 8.426 3,0340-44 34.055 884 34.939 8.770 2,5345-49 31.773 690 32.463 8.385 2,1350-54 28.458 594 29.052 7.883 2,0455-59 22.042 646 22.688 7.184 2,8560-64 14.255 669 14.924 6.267 4,48
Jumlah 248.175 16.456
264.631
133.057 6,22
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
Perlu diperhatikan bahwa penduduk kelompok umur 15-19 tahun seharusnya masih duduk di bangku pendidikan, belum masuk ke pasar kerja. Hal ini perlu perhatian khusus dari pemerintah Kota Surakarta untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan serta meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan. Angka pengangguran pada kelompok umur muda ini termasuk tinggi sehingga harus ditangani dengan baik seperti misalnya memberikan bekal ketrampilan khusus melalui Balai Latihan Kerja (BLK) maupun training-training sesuai permintaan pasar sehingga mereka dapat terserap di pasar kerja. Jika angka pengangguran ini tidak ditangani dengan baik dikhawatirkan akan mempunyai implikasi sosial yang luas disebabkan mereka tidak bekerja dan tidak mempunyai penghasilan, sebagai contoh kriminalitas. Indikator ini sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.
Tabel 2.18Jumlah Pencari Kerja dan Angka Pengangguran Menurut Jenis Kelamin, Kota
Surakarta, Tahun 2013
Kecamatan
Jumlah Pencari Kerja Jumlah Angkatan Kerja Angka Pengangguran
Laki-laki
Perempuan L+P Laki-
lakiPerempu
an L+PLaki-
lakiPerempu
anL+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Laweyan 1.639 1.677 3.316 27.456 19.855 47.311 5,9
7 8,45 7,01
Serengan 637 665 1.302 15.139 10.930 26.069 4,21 6,08 4,9
9Pasarkliwon
1.750 1.603 3.353 24.135 15.338 39.473 7,2
5 10,45 8,49
Jebres 1.51 1.579 3.090 41.218 29.047 70.265 3,6 5,44 4,4
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 26
LAPORAN AKHIR
1 7 0Banjarsari 2.84
1 2.554 5.395 48.931 32.582 81.513 5,81 7,84 6,6
2Kota Surakarta
8.378 8.078 16.4
56156.8
79 107.752 264.631
5,34 7,50 6,2
2 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
Jika diperhatikan menurut kecamatan, dari tabel 2.12 nampak bahwa angka pengangguran di Kota Surakarta sebesar 6,22 persen. Angka pengangguran angkatan kerja perempuan lebih tinggi (7,50 persen) daripada laki-laki (5,34 persen). Angka pengangguran tertinggi berada di Kecamatan Pasarkliwon yaitu 8,49 persen sedangkan terendah berada di Kecamatan Jebres yaitu 4,40 persen.
Apabila pencari pekerjaan ini dikaitkan dengan pendidikan yang ditamatkan, terlihat bahwa 38,67 persen pencari kerja tamat pendidikan SLTA/Sederajat dan 19,27 persen tamat SLTP/Sederajat, sedangkan yang tamat SD/sederajat sebesar 14,68 persen. Lebih memprihatinkan adalah 6,93 persen yang mencari pekerjaan tidak berpendidikan dan 7,37 persen tidak tamat SD. Dengan kualitas pendidikan yang rendah tersebut, perlu adanya perhatian pemerintah berkaitan dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dan perlunya memberikan keterampilan agar mereka mampu bersaing di pasar kerja.
Tabel 2.19 Distribusi Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi
Yang Ditamatkan, Kota Surakarta, Tahun 2013
Pendidikan Laki-laki Perempuan L+PN % n % n %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Tidak/belum sekolah 533 6,36 607 7,51 1.140 6,93Belum tamat SD/sederajat 645 7,70 568 7,03 1.213 7,37Tamat SD/sederajat 1.223 14,60 1.192 14,76 2.415 14,68
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 27
LAPORAN AKHIR
SLTP/sederajat 1.719 20,52 1.452 17,97 3.171 19,27SLTA/sederajat 3.370 40,22 2.993 37,05 6.363 38,67Diploma I/II 43 0,51 64 0,79 107 0,65Akademi/Diploma III/Sarjana Muda 248 2,96 377 4,67 625 3,80Diploma IV/ Strata I 575 6,86 782 9,68 1.357 8,25Strata III 21 0,25 42 0,52 63 0,38Strata III 1 0,01 1 0,01 2 0,01Jumlah 8.37
8100,0
08.07
8100,0
016.45
6100,0
0 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2013,diolah
Grafik di bawah menggambarkan angka pengangguran di Kota Surakarta.Dari gambar tersebut terlihat bahwa angka pengangguran semakin menurun jika dilihat dari kelompok umur. Pengangguran terbesar berada pada kelompok umur muda (15-19 tahun) yaitu mencapai 72,07 persen dan yang terendah pada kelompok umur 50-54 tahun yaitu 2,04 persen kemudian meningkat kembali pada kelompok umur 55 tahun ke atas.
I. Pekerja anak dan Angkatan Kerja DifabelDalam ketentuan perundang-undangan tentang perlindungan anak perusahaan dilarang mempekerjakan anak di bawah umur artinya di bawah usia 15 tahun. Pekerja anak pada tahun 2014 yang ada di Surakarta
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 28
LAPORAN AKHIR
sebanyak 376 orang. Kondisi ini perlu perhatian khusus agar pekerja anak dapat dihapuskan. Jumlah pekerja anak terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.20 Jumlah Pekerja Anak Kota Surakarta Tahun 2014
Jumlah anak berusia 10-14 tahun
Jumlah pekerja anak usia di bawah 15 tahun
% Pekerja Anak(< 15 tahun)
42.685 376 0,88%Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta,Tahun 2014,diolah
Tabel 2.21 Jumlah Penyandang Cacat Menurut Kelompok Umur
di Kota Surakarta Tahun 2014
Umur JML PDDK LK % PR %
JML Penyandang Cacat
%
0-4 37.897 0 0,00 2 0,41 2 0,165-9 41.776 14 1,87 5 1,02 19 1,53
10-14 42.685 40 5,35 25 5,10 65 5,2515-19 41.781 57 7,62 35 7,14 92 7,4320-24 40.788 68 9,09 37 7,55 105 8,4825-29 40.993 56 7,49 35 7,14 91 7,3530-34 48.509 59 7,89 44 8,98 103 8,3235-39 45.965 85 11,36 56 11,43 141 11,3940-44 41.997 59 7,89 44 8,98 103 8,3245-49 40.994 80 10,70 37 7,55 117 9,4550-54 36.120 66 8,82 29 5,92 95 7,6755-59 30.897 56 7,49 46 9,39 102 8,2460-64 22.825 31 4,14 30 6,12 61 4,9365-69 13.784 26 3,48 12 2,45 38 3,0770-75 10.776 29 3,88 20 4,08 49 3,96>75 14.863 22 2,94 33 6,73 55 4,44
Jumlah 552.650 748 100,00 490 100,00 1238 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2014,diolah
Jumlah penduduk penyandang cacat di Kota Surakarta berdasarkan data pada tahun 2014 mencapai 0,22% dari total jumlah penduduk 552.650 jiwa, angka ini relatif kecil. Sumbangan terbesar penyandang cacat berasal dari kelompok umur 35-39 tahun yaitu mencapai 117 orang atau 11,39%, disusul kelompok umur 55-59 tahun sebesar 9,45%, kelompok umur 20-24 tahun sebesar 8,46% dan kelompok umur 30-34 tahun dan 40-44 tahun sebesar 8,32%.
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 29
LAPORAN AKHIR
Dengan gambaran kondisi tersebut maka Pemerintah Kota Surakarta perlu memperhatikan penduduk yang berkebutuhan khusus melalui kebijakan yang strategis baik dalam penyediaan fasilitas pelayanan umum dan lapangan pekerjaan.Selanjutnya gambaran jumlah penduduk dirinci menurut jenis kecacatan berdasarkn data pada tahun 2014 di Kota Surakarta dapat disajikan dalam grafik berikut ini.
Tabel 2.22Jumlah Penduduk menurut Jenis Kecacatan
di Kota Surakarta Tahun 2014KECACATA
N LK % PR % JUMLAH %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Fisik 210 28,07% 128 26,12% 338 27,16%Netra/Buta 68 9,09% 64 13,06% 132 10,72%Rungu/Wicara
112 14,97% 103 21,02% 215 17,47%
Mental/Jiwa 211 28,21% 104 21,22% 315 25,81%Fisik Mental 42 5,61% 30 6,12% 72 5,48%Lainnya 105 14,04% 61 12,45% 166 13,34%JUMLAH 748 100,00
%490 100,00
%1238 100,00
%Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, 2014,
diolah
Jumlah penduduk laki-laki yang mengalami kecacatan lebih besar dibandingkan penduduk perumpuan, data diatas menunjukkan bahwa 60,42% penduduk laki-laki yang mengalami kecacatan sedangkan 39,58% penduduk perempuan yang mengalami kecacatan. Selanjutnya dirinci berdasarkan jenis kecacatan sebagian besar adalah cacat fisik mencapai 27,16%, cacat mental/jiwa sebesar 25,81%, cacat tuna rungu mencapai 17,47%. Dengan fenomena tersebut maka Pemerintah Kota Semarang harus berkomitmen menyediakan pelayanan kepada penduduk yang berkebutuhan khusus tersebut baik pelayanan pendidikan, akses lpangan pekerjaan, ketrampilan, fasilitas umum maupun pelayanan-pelayanan khusus lainnya.
J. Pelatihan Tenaga Kerja.Dalam rangka pengurangan pengangguran, pemerintah Kota
Surakarta melakukan beberapa upaya pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas pencari kerja. Besaran tenaga kerja yang
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 30
LAPORAN AKHIR
mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi dengan capaian sebesar 100% pada tahun 2014; Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat sebesar 100%, dan Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan sebesar 100%. Kinerja penempatan tenaga kerja pada tahun 2014 sebesar 28,90% pada tahun 2014.
Dinsosnakertrans Kota Surakarta dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan calon ternaga kerja setiap tahun menyelenggarakan berbagai jenis pelatihan ketrampilan kerja secara gratis.Namun program tersebut tidak mendap respon yang cukup baik dari clon tenaga kerja.Hal ini terbukti animo atau minat calon tenaga kerja untuk mengukuti program pendidikan dan latihan yang diselenggarakan sangat rendah.
K. Penempatan Tenaga Kerja Kota Surakarta sebagai Kota tujuan orang untuk mencari nafkah
mengakibatkan penduduk usia kerja di indikasikan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan perekonomian di Kota Surakarta yang semakin meningkat salah satu penyebabnya penduduk usia kerja semakin meningkat karena pertambahan dari wilayah di luar Kota Surakarta. Sektor yang dituju diantaranya adalah sektor Perdagangan dan jasa-jasa,selain itu industri juga masih banyak menjadi tujuan pencari kerja. Bursa lowongan kerja yang beragam membuat para pencari kerja untuk mendatangi dan mencobanya. Perusahaan juga akan semakin selektif didalam memilih pekerja demikian juga sebaliknya, pelamar kerja akan berbondong-bondong datang ke perusahaan atau pabrik-pabrik, untuk mendapatkan pekerjaan yang semakin sulit untuk dicapai. Ada dua golongan dalam hal mencari pekerjaan. Pertama adalah mereka yang sedang mencari kerja dan berinisiatif untuk mendaftarkan diri ke Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta, yang kedua adalah yang tidak mendaftarkan diri ke Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau dengan cara mencari pekerjaan sendiri tanpa dibekali surat-surat keterangan dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Para pencari kerja yang tidak terdaftar jumlahnya tidak bisa dipantau, sedangkan untuk yang terdaftar di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta ditunjukkan pada tabel 4.1 berdasarkan
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 31
LAPORAN AKHIR
pendidikan sedangkan tabel 4.2 pencari kerja menurut tingkat pendidikan dan menurut wilayah kecamatan, yang ditunjukkan dibawah ini:
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 32
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.23Jumlah Pencari Kerja, Penempatan dan Penghapusan Menurut
Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2013
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pencari kerja yang tercatat di Dinsosnakertrans sampai dengan tahun 2013 adalah 9.785 orang angka ini lebih besar dibandingkan pada tahun 2012 yang tercatat 8.531 orang, karena ada formasi penerimaan calon pegawai negeri sipil dengan jumlah pendaftar meningkat. Tahun 2013 jumlah pencari kerja sebesar 4.117
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 33
LAPORAN AKHIR
orang lebih besar dibanding pada tahun 2012 yang mencapai 2.641 orang, tersebar di 5 kecamatan, paling tinggi di Kecamatan Banjarsari yang mencapai 1.360 orang, paling sedikit di Kecamatan Laweyan mencapai 533 orang. Pendidikan S1 menunjukkan jumlah tertinggi mencapai 2.165 orang. Di ikuti pendidikan SLTA sebanyak 1.027 orang. Pendidikan D-3 sebanyak 754 orang, pendidikan S2 sebanyak 77 orang dan pendidikan SLTP sebanyak 75 orang. Adanya pencari kerja yang berpendidikan rendah akan menyebabkan mereka mencari tenaga-tenaga kerja yang tidak membutuhkan keahlian atau orang lebih banyak menyebutkan tenaga kerja kasar. Sedangkan pencari kerja, lowongan dan penempatan tenaga kerja, dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 2.24Pencari Kerja, Lowongan dan Penempatan Berdasarkan Pendidikan
dan Jenis Kelamin Kota Surakarta Tahun 2013
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4.117 pencari kerja yang terdaftar, hanya 1.206 orang yang ditempatkan dari 2.194 lowongan.Angka ini naik dari tahun 2012 yang mencapai 1.273 yang ditempatkan.Ini perlu dicermati dan dikaji lebih dalam tentang fenomena ini walaupun ada kenaikan pencari kerja, penurunan lowongan serta kenaikan penempatannya. Pada tahun 2013, pencari kerja masih didominasi oleh kaum laki-laki yang sebanyak 2.331 orang atau 56,62 persen. Pencari kerja perempuan tercatat 1.786 orang atau 43,38 persen. Berdasarkan pendidikan terlihat laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan pada jenjang pendidikan SLTA yaitu 593 dibanding 434,
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 34
LAPORAN AKHIR
eadaan sama dengan tahun 2012. Sedangkan untuk pendidikan Strata satu justru kaum perempuan lebih banyak yaitu 1.310 dibanding laki-laki sebanyak 855. Dari jumlah pencari kerja kesetaraan gender mulai terlihat jelas dengan persentase perbedaan yang tidak terlalu tinggi. Bahkan untuk tingkat pendidikan Strata satu kaum perempuan terlihat lebih banyak. Dilihat dari lowongan yang tersedia terdapat 2.194 di tahun 2013 dan yang ditempatkan hanya 1.206 orang. Selnjutnya berdasarkan hasil evaluasi capaian kinerja berdasarkan indikator urusan ketenagakerjaan terkait denganpencari kerja yang ditempatkan dapat dikatehui bahwa capaian kinerja pada tahun 2011 mencapai 15,10%, tahun 2012 mencapai 48,20%, tahun 2013 mencapai 28,90% dan tahun 2014 mencapai 50,91%.
L. Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Beberapa hasil dari upaya perlindungan tenaga kerja dapat dilihat
dari beberapa indikator, seperti Keselamatan dan perlindungan sebesar 70,62%, Besaran Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB) sebesar 75%, Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek sebesar 72,32%, Besaran Pemeriksaan Perusahaan sebesar 63,08%, dan Besaran Pengujian Peralatan di Perusahaan sebesar 11,15%. Terlihat bahwa beberapa capaian kinerja perlu ditingkatkan melalui pembinaan kepada perusahaan agar memenuhi standar keselamatan dan perlindungan bagi tenaga kerja.Gambaran tentang capain kinerja terkait dengan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.25Capain Kinerja Terkait Dengan Hubungan Industrial Dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kota Surakarta Tahun 2013
No Indikator Capaian2010 2011 2012 2013
1. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat (%)
- 100 100 100
2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun (%) 47,82 51,58 63,09 70,62
3. Keselamatan dan perlindungan (%) 52 51,58 63,09 70,62
4. Besaran Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB) (%)
100 100 100 100
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 35
LAPORAN AKHIR
No Indikator Capaian2010 2011 2012 2013
5. Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek (%)
67,24 74,23 72,03 74,51
Sumber: Dinsosnakertrans Kota Surakarta, 2014
KAJIAN GRAND DESIGN KETENAGAKERJAAN 2016-2021 II - 36