KATA PENGANTAR - bapppeda.surakarta.go.idbapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/... ·...

41
1 Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas izin dan ridho-Nya Rencana Aksi Daerah (RAD) Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dapat diselesaikan. RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif ini sebagai wujud optimisme kota dan unsur stakeholders untuk mendukung mewujudkan visi Kota Surakarta menjadi kota yang maju dan liveable city. Harapan dan cita-cita kota dan warganya yang mendukung masyarakat yang mandiri, memiliki daya saing yang tinggi, kreatif, dan sejahtera. Ekonomi Kreatif diyakini sebagai obat untuk mengatasi krisis ekonomi, baik secara global maupun nasional, serta lokal dengan berbekal intellectual property sumber daya manusia. Kota Surakarta sebagai pusat budaya Jawa yang memiliki sumber daya yang luar biasa, berpeluang menjadi kota yang mengembangkan Ekonomi Kreatif sebagai basis pembangunan menuju Kota Kreatif. Sebagai langkah nyata mendukung program pengembangan Ekonomi Kreatif Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo, yang menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai tulang punggung Indonesia, maka Pemerintah Kota Surakarta menyusun Rencana Aksi Daerah Ekonomi Kreatif pada tahun 2015 ini. RAD ini juga sebagai tindak lanjut penyusunan blueprint Ekonomi Kreatif tahun 2014, penandatanganan MOU poros Kota Kreatif Solo-Bandung, tuan rumah penyelenggaraan konferensi Kota Kreatif Indonesia (ICCC) yang pertama tahun 2015, dan ditunjuknya Kota Surakarta sebagai Sekretariat Nasional Indonesia Creative Cities Network (ICCN) sebagai jejaring Kota Kreatif Indonesia. Wujud tanggung jawab tersebut, maka Kota Surakarta harus menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia lain yang mengembangkan Ekonomi Kreatif dengan sinergisitas quadro helix. RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif ini berisi tentang definisi kreatif dan creativity sebagai latar belakang, pemahaman umum Ekonomi Kreatif dan Kota, profil kota, analisis kegiatan dengan pola kwadran untuk menentukan IKU, IKK, dan program dari SKPD terkait. Dengan pola tersebut maka implementasi program kegiatan SKPD terukur sesuai dengan target IKU yang dicita-citakan.

Transcript of KATA PENGANTAR - bapppeda.surakarta.go.idbapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/... ·...

1

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas izin dan ridho-Nya Rencana Aksi Daerah

(RAD) Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dapat diselesaikan. RAD

Pengembangan Ekonomi Kreatif ini sebagai wujud optimisme kota dan unsur

stakeholders untuk mendukung mewujudkan visi Kota Surakarta menjadi kota

yang maju dan liveable city. Harapan dan cita-cita kota dan warganya yang

mendukung masyarakat yang mandiri, memiliki daya saing yang tinggi, kreatif,

dan sejahtera.

Ekonomi Kreatif diyakini sebagai obat untuk mengatasi krisis ekonomi,

baik secara global maupun nasional, serta lokal dengan berbekal intellectual

property sumber daya manusia. Kota Surakarta sebagai pusat budaya Jawa yang

memiliki sumber daya yang luar biasa, berpeluang menjadi kota yang

mengembangkan Ekonomi Kreatif sebagai basis pembangunan menuju Kota

Kreatif.

Sebagai langkah nyata mendukung program pengembangan Ekonomi

Kreatif Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko

Widodo, yang menjadikan Ekonomi Kreatif sebagai tulang punggung Indonesia,

maka Pemerintah Kota Surakarta menyusun Rencana Aksi Daerah Ekonomi

Kreatif pada tahun 2015 ini. RAD ini juga sebagai tindak lanjut penyusunan

blueprint Ekonomi Kreatif tahun 2014, penandatanganan MOU poros Kota

Kreatif Solo-Bandung, tuan rumah penyelenggaraan konferensi Kota Kreatif

Indonesia (ICCC) yang pertama tahun 2015, dan ditunjuknya Kota Surakarta

sebagai Sekretariat Nasional Indonesia Creative Cities Network (ICCN) sebagai

jejaring Kota Kreatif Indonesia. Wujud tanggung jawab tersebut, maka Kota

Surakarta harus menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia lain yang

mengembangkan Ekonomi Kreatif dengan sinergisitas quadro helix.

RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif ini berisi tentang definisi kreatif dan

creativity sebagai latar belakang, pemahaman umum Ekonomi Kreatif dan Kota,

profil kota, analisis kegiatan dengan pola kwadran untuk menentukan IKU, IKK,

dan program dari SKPD terkait. Dengan pola tersebut maka implementasi

program kegiatan SKPD terukur sesuai dengan target IKU yang dicita-citakan.

2

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

RAD Pengembangan Ekonomi kreatif ini diharapkan dapat digunakan

sebagai:

1. Rujukan operasional program dan kegiatan bagi Pemerintah Kota

Surakarta dalam pengembangan Ekonomi Kreatif.

2. Rujukan dan arahan bagi unsur quadro helix kota dalam dalam

pengembangan Ekonomi Kreatif sehingga terwujud sinergi positif antar

stakeholers terkait kota.

3. Tolok ukur pencapaian dan pengembangan Ekonomi Kreatif Kota

Surakarta.

4. Sumber informasi bagi masyarakat luas yang diharapkan mampu

membangun aspirasi dan partisipasi, serta kontribusi masyarakat dalam

pengembangan Ekonomi Kreatif.

Akhir kata RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta ini dapat

membangun optimisme dalam upaya mendukung Kota Surakarta menjadi Kota

Kreatif yang liveable city. Kota Surakarta yang membanggakan bagi semua

unsur kota Surakarta dan mampu mewujudkan Ekonomi Kreatif sebagai tulang

punggung bangsa Indonesia.

Surakarta, Oktober 2015

Kepala Bappeda Kota Surakarta

Ir. Ahyani, MA

3

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

DAFTAR ISI

1. Halaman Depan 1

2. Daftar Isi 3

3. BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang tentang Creative dan Creativity 4

1.1.1 Engine Kreatifitas 7

1.2. Ekonomi Kreatif dan Rule of Seventy 9

1.3. Roadmap: Indonesia Creative City 10

1.4. Tujuan 13

1.5. Manfaat 13

1.6. Sistematika Penulisan 13

4. BAB II KOTA DAN EKONOMI KREATIF 15

2.1 Ekonomi Kreatif 15

2.2 Kota Kreatif 15

5. BAB III PROFIL DAN POTENSI EKONOMI KREATIF 19

3.1 Profil Kota 19

3.2 Keadaan Geografi 21

3.3 Keadaan Demografi 22

3.4 Ketenagakerjaan 23

3.5 Sosial 23

3.6 PDRB 23

3.7 Potensi Ekonomi Kreatif Kota Surakarta 25

8. BAB IV ANALISIS RAD 33

4.1 Analisis Pola Kwadran 33

4.2 Analisis Pohon Anggaran, IKU, dan IKK 34

8. BAB V RAD PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 36

5.1 RAD 36

9. BAB VI PENUTUP 39

6.1 Kesimpulan 39

6.2 Saran 39

10. REFERENSI 40

4

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTentang Creative dan Creativity

Pengantar konsep berpikir atau landasan teori tentang kota dan Ekonomi

Kreatif diantarkan dengan konsep Ekonomi Kreatif yang disampaikan oleh

Susanto Sastraredja1.Creative dan Creativity harus dipahami terlebih dahulu

melalui asal kata. Creative dan Creativity, keduanya berasal dari bahasa

Inggris. Dari British Dictionary, creative berarti memiliki kemampuan

menciptakan, sedangkan Oxford Advanced Learner's Dictionary

melengkapinya dengan sebuah aktifitas kerja, yaitu: berpikir.

Dari akar katanya, creative berasal dari bahasa Latin cogito - coagito -

coagitare. Kata cogito dalam bahasa Inggris mempunyai arti I think (Saya

berpikir). Persis seperti yang diungkapkan oleh Rene Descartes2, Cogito Ergo

Sum: Je pense donc je suis. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

bermakna “Saya berfikir maka saya ada”,sedangkan coagito atau coagitare

diartikan sebagai to shake together. Untuk menjelaskan makna to shake

together, Koestler [1] mengenalkan tiga domain creativity, yaitu: artistic

originality, scientific discovery, dan comic inspiration.

Berpijak dari hal tersebut, Sutanto3 memperkenalkan 2 (dua) terminologi

yang berbeda tentang aktivitas kreatif. Pertama, associative, yaitu berfikir

secara rutin menurut aturan yang berlaku pada pada satu sistem. Dalam

matematika aturan assosiative dapat dituliskan sebagai berikut.

Jika

d = a+(b+c),

maka secara associative kita akan mempunyai

d = (a+b)+c

Dengan cara berpikir ini, akan selalu memiliki hasil yang sama dan usaha

yang tidak jauh berbeda untuk mendapatkan hasil tersebut. Pelibatan hanya

1Sutanto Sastraredja, Dosen Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta.2 Rene Descartes adalah seorang filsuf dan matematikawan Perancis dari abad 17, dan seringdisebut sebagai Bapak filsuf modern.

5

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

pada aturan atau operasi penjumlahan. Sutanto menyebutnya bahwa berlaku

hanya untuk “pesawat terbang” tunggal.

Kaidah bahasa juga memiliki cara berpikir seperti ini. Misalnya, kata

gelap, berasosiasi dengan hitam, bayangan, atau apapun yang menyerupai kata

gelap. Sedangkan warna putih adalah terang, cahaya. Itulah cara berpikir

associative, sebuah pola berpikir ini yang dibangun di atas satu basis aturan.

Dengan demikian, hasil berpikirnya juga masih dalam ruang aturan tersebut.

Mahasiswa FMIPA (baca: Matematika). Jika dibuat kuisioner kepada

mereka tentang pertanyaan "Kegiatan apa yang Anda lakukan selain kuliah

untuk menambah uang saku?", maka hampir pasti 99,9% akan menjawab,

"Memberikan kursus/les/privat kepada siswa sekolah dasar atau sekolah

menengah.”

Jika ditanyakan tentang wirausaha apa yang ingin dibuat, hampir

sebagian besar ingin membuat wirausaha kuliner kripik: tempe, tahu, jagung,

apel, dan lain-lain. Semua berada dalam satu rasa keripik.

Terminologi kedua, Bisociative, istilah ini mungkin tidak lazim

digunakan, namun mempunyai kedekatan persepsi dengan associative yang

sudah familiar. Bisociative adalah berfikir untuk melakukan kombinasi atas

dua aturan-aturan yang ada, yang kemudian kompatibel untuk beberapa

“pesawat terbang”.

Misalnya, Pythagoras menggabungkan Aritmetika dan Geometri, Albert

Einstein menggabungkan energi dan massa/material melalui rumus

Masih berlanjut pada contoh kegiatan kreatif mahasiswa FMIPA diatas,

didalam ruang Bisociative, maka mahasiswa akan mencoba menggabungkan

beberapa aturan baku yang berbeda untuk kemudian berjalan dalam sistem

baru yang mereka ciptakan. Aktifitas tetap sama yaitu memberi les/privat

matematika dengan aturan baku: seminggu 2x tatap muka, setiap tatap muka

120 menit dengan biaya Rp. 30.000,- per jam. Tetapi dimuati aplikasi social

network (yang juga memiliki aturan bakunya sendiri) seperti: Facebook,

Whatsapp, Line dan lain-lain.

Yang terjadi dengan cara berpikir Bisociative, kedua aturan baku tadi

(jumlah pertemuan dan harga, dan tata aturan sosial media) saling melengkapi,

6

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Diagram 1. Empat Kuadran Logic dan Kreatifitas

dapat memperluas jangkauan layanan, jangkauan waktu, dan mampu

menciptakan Wikimatika (les matematika online dengan menggunakan

bantuan sosial media).

Dimanakah Logika dan Kreatifitas bertemu?

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana mengukur tingkat

kreatifitas individu dan kumpulan individu yang berada pada sebuah

ekosistem, dan bagaimana

membangun sebuah

creativity system di antara

individu-individu dalam

ekosistem tadi.

Setiap creative output

dapat dipetakan ke dalam 4

kuadran yang masing-

masing mencerminkan

dominasi kerja logika dan

kerja kreatif. Maka, dalam sebuah hasil pemetaan pemikiran Bisociative

sebuah kota, dapat ditemukan resultan yang akan berada pada salah satu

kuadran.

Sutanto memberikan contoh pada produk kuliner. Chef de la cuisine di

Restaurant Perancis ketika melakukan kegiatan memasak, dirinya sedang

didominasi aktivitas kreatif bagian dari art, sehingga memasak adalah bagian

dari kreatifitas (kuadran IV). Hidangan hasil masakan Chef dari Perancis,

kemudian dibawa ke Jepang. Oleh masyarakat Jepang dicoba diadaptasikan

dengan selera orang Jepang. Adapun cara memasaknya sudah menggunakan

resep yang terukur. Akhirnya menu masakan dibuat dengan pola yang terukur.

Aktivitas memasak di Jepang sudah mulai meninggalkan kreatifitas dan

bergeser ke Logic (Kuadran II).

Pada akhirnya, setiap produk kreatifitas dapat diidentifikasi letaknya di

kuadran berapa. Secara teknis, untuk melakukan pemetaan itu juga bisa dibuat

parameter logic dan parameter creativity, misalnya:

7

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Parameter logic terdiri dari: berfikir algoritmik [if - then], memakai

formulasi/rumus, dan lain-lain.Parameter creativity terdiri dari: imajinasi,

memakai gambar atau desain, dan lain-lain.Pada masing-masing parameter

ditaruh bobot penilaian 1-5, dan diambil timbangan rata-ratanya. Resultan dari

semua produk yang sudah ditempatkan di masing-masing kuadran

menunjukkan sebuah hasil akhir sebagai kesimpulan bahwa kota X adalah kota

kreatif dengan perpaduan logic dan creativity pada level tertentu.

1.1.1 Engine Kreativitas

Sudah hampir pasti produk-produk kreatiftas yang dipetakan belum

berada pada skor maksimum. Maka bila kita berpikir bisociative, kita perlu

menciptakan yang disebut engine kreatifitas, sebuah mesin yang bisa

menggerakkan masing-masing produk itu. Tanpa mesin, ini, masing-masing

produk akan menjadi produk kreatif yang berdiri sendiri saja. Hasil dari

produk tersebut juga akan kurang lebih sama, persis seperti ketika kita

berpikir dengan cara associative.

Disuntikkannya Engine Kreatifitas membuat sebuah produk kreatif

tidak berdiri sendiri. Engine Kreatifitas sendiri bergerak dari masa ke masa.

Diawali dari bisnis yang bernatur transaksional (ketika setiap orang boleh

dikatakan adalah peladang dan petani) menjadi kolaborasi (ketika muncul

para pedagang yang berjual beli hasil ladang). Diikuti Revolusi Industri

yang menyebabkan produksi barang menjadi semakin melimpah di pasar,

dan mengakibatkan nilai biaya margin menjadi semakin kecil (kurva A).

Grafik 1. Harga Biaya Margin

8

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Kemudian muncul era informasi, di mana biaya margin tertekan

semakin rendah bahkan mampu jatuh sampai titik NOL. Anderson [4],

dengan kemajuan teknologi dibidang Informasi, barang atau jasa yang

didelivery ke pasar berharga nol, free atau gratis (kurva B). Ia menerangkan

mengapa teknologi yang berevolusi dengan sangat cepat, terutama

kehadiran internet, menyebabkan biaya produksi dan distribusi dalam

banyak sektor mengalami penurunan yang tajam. Padahal barang atau jasa

yang diberikan ke pasar berkualitas tinggi (produk premium). Istilah dalam

buku [3] adalah: Freemium.

Dengan pergeseran ini, untuk memenuhi permintaan jasa Freemium,

sebuah usaha mesti bergerak dengan 4 (empat) pilar utama yaitu: Openness,

Share, Peer, Act Globaly. Kembali ke contoh kegiatan kreatif mahasiswa

bidang penalaran Wikimatika sebagai freemium service, mereka memenuhi

4 pilar, yaitu:

a. Users siapapun dapat memperoleh akses (Sistem terbuka)

b. Users tidak dikenakan biaya konsultasi melalui media sosial

(Membagi sumber daya)

c. Users membangun komunitas (Peer Group)

d. Users tidak dibatasi posisi geografis (Action-nya global)

Freemium service ini juga membawa konsekuensi. Ruang bisnis menjadi lebih

sempit dan memunculkan banyak kompetitor. Comfort Zone tidak ada lagi.

Sebuah perusahaan sirkus di Perancis mengalami hal ini. Ketika semua sirkus

memunculkan pertunjukan binatang, mereka melihat cara ini sudah terlalu padat,

tidak ada lagi ruang buat mereka. Maka Cirque de Soleil muncul tanpa

pertunjukan binatang. Tidak perlu bertempur berdarah-darah dengan sirkus yang

lain, tidak perlu menanggung biaya perawatan binatang, dan masih bisa muncul

sebagai sirkus penghibur yang akhirnya, karena sangat mengesankan kisahnya

tersebut, Cirque de Soleil tercatat dalam buku Blue Ocean Strategy, sebagai

sebuah strategi bisnis yang kreatif. Maka hari ini, di era sekarang ini, sebuah

Engine Kreatifitas harus mampu menyediakan Freemium Services dan

berkompetisi dengan pendekatan “Blue Ocean” ketika Zona nyaman kita sudah

terganggu

9

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Grafik 2. Blue Ocean Strategy: Cirque du soleil

1.2 Ekonomi Kreatif dan Rule of Seventy

Masa kepemimpinan dalam sistem demokrasi berlangsung selama 5

tahun. Incumbent dapat dipilih kembali, sehingga seorang pemimpin

maksimum dapat dipilih kembali dan memimpin selama 10 tahun. Menjadi

pertanyaan menarik adalah, " Mengapa seorang hanya boleh berkuasa

maksimum 10 tahun atau 2 periode berturut-turut?".

Jean Jacques Bourlamaqui dalam buku Principes du droit naturel (1747)

dan Principes du droit politique (1751), mengolaborasikan prinsip hukum alam

dengan prinsip hukum politik. Visi constitutionalismnya banyak berpengaruh

dikalangan American founding fathers: bahwa secara alamiah waktu

memimpin 2 periode berturut-turut akan mampu melipatgandakan

kesejahteraan (Produk Domestik Bruto: PDB).

Grafik 3. Pertumbuhan eksponensial

10

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

PDB adalah Produk Domestik Bruto suatu negara. Arti kasarnya adalah

pendapatan yang diperoleh sebuah negara. Bila PDB kecil, negaranya kita

sebut miskin dan sebaliknya bila PDB besar, negaranya kaya.Angka

pertumbuhan PDB menunjukkan berapa lama sebuah negara berpindah dari

negara miskin menjadi negara berpendapatan menengah, lalu menjadi negara

kaya. Semakin kecil prosen pertumbuhannya, semakin lama proses berpindah

kelasnya.Untuk PDB berubah menjadi 2 kali lipat, apabila sekarang ini:

1. PDB tumbuh 7% maka butuh waktu 70/7 = 10 tahun

2. PDB tumbuh 5% maka butuh waktu 70/5 = 14 tahun

3. PDB tumbuh 4% maka butuh waktu 70/4 = 15 tahun

P dalam PDB singkatan dari PRODUK yg merupakan hasil dari kegiatan

PRODUKSI barang atau jasa suatu negara. Untuk memproduksi PRODUK

yang berdaya saing tinggi dan diterima pasar butuh INOVASI.

Pemerintah negara sedang berkembang harus punya strategi paralel

dalam membangun infrastruktur dan menyiapkan skenario pengembangan

ekonomi yang tidak menggantungkan infrastruktur, yaitu skenario

pengembangan Ekonomi Kreatif. Ekonomi kreatif yang berada pada landscape

bisnis kolaborasi dapat bergerak tanpa harus menunggu infrastruktur yang saat

ini sedang dibangun oleh pemerintah. Jika itu bisa dijalankan maka Ekonomi

Kreatif akan membawa suatu negara ke grafik B.

1.3 Roadmap: Indonesia Creative City

Indonesia, dalam rilis Global INNOVATION Index - GII berada di

Ranking 87 dibawah Kenya dan Bhutan dan 1 (satu) step lebih baik dari

Brunei. Apa artinya ini? Artinya adalah, jika jumlah INOVASI sebuah Negara

bernilai nol, tidak ada proses PRODUKSI yang terjadi di Negara tersebut dan

akibatnya, tidak ada PRODUK yg kompetitif. Akhirnya, supaya roda

perekonomian bisa berjalan, pola KONSUMTIF yang kemudian diterapkan.

APBN dihabiskan untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang tidak

PRODUKTIF. Ujung dari aktifitas PRODUKSI adalah PASAR, maka

pertumbuhan PDB Negara tersebut juga akhirnya melemah.

11

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Dalam hal Negara Indonesia, Havard Kennedy School, melihat lemahnya

pertumbuhan PDB Indonesia dikarenakan TIDAK terintegrasinya PASAR

lokal dan regional. Dan satu-satunya alasan mengapa fragmentasi seperti ini

terjadi karena kita miskin infrastruktur: jalan tol, rel kereta api, tol laut atau tol

udara (R80 Prof. Habibie). Struktur anggaran belanja infrastruktur APBN kita

dihabiskan untuk "berfoya-foya" konsumtif, sehingga produk antar desa,

provinsi dan pulau tidak terintegrasi karena mahalnya biaya transportasi dan

lain-lain.

Dengan kondisi seperti ini, untuk menuju performance grafik A diatas

mustahil mampu. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini ada di angka

4.6%, sebenarnya akan butuh waktu 15.2 tahun (3 periode berkuasa) untuk

keluar dari status negara sedang berkembang. Itu sebabnya, skenario

pengembangan Ekonomi Kreatif menjadi alternatif pengembangan PDB.

Ekonomi Kreatif yang berada pada landscape bisnis kolaborasi dapat bergerak

tanpa harus menunggu infrastruktur yang saat ini sedang dibangun oleh

pemerintah. Jika itu bisa dijalankan maka ekonomi kreatif akan membawa

Indonesia ke grafik B.

Indonesia pernah menduduki ranking 46 di GII pada tahun 2007. Pada

fase tersebut, Indonesia masih mempunyai inovasi dengan mengandalkan

sumber daya alam. Namun mulai tahun 2011 sampai tahun 2014 Indonesia

terjebak dalam ranking 86-100 dunia.Maka Badan Ekonomi Kreatif

(BEKRAF) yang dibentuk Pemerintah pada tahun 2015, diharapkan menyadari

keharusan Indonesia berada di grafik B dan menggunakan strategi

pembentukan Creative City untuk mengembalikan posisi inovasi Indonesia

setidaknya ke posisi yang sama di tahun 2007.

Di bawah ini, adalah sebuah draft usulan Roadmap Creative City di

Indonesia. Yang dilakukan kemudian adalah menentukan prioritas kegiatan-

kegiatan dalam frame Creative City, Indonesia Creative City Network dan

International Creative City Network beserta rumusan Key Performance

Indicator (KPI) atau target Indek Kinerja Kegiatan (IKK) pada masing-masing

tahapan roadmap dibawah. Dari sejumlah IKK yang ada, akan mampu menuju

12

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

tercapainya Indek Kinerja Utama (IKU), misalnya meningkatkan PDB dari

kegiatan Kota Kreatif.

Grafik 4. Global Innovation Index

Pada grafik tersebut dapat dijelaskan posisi ranking Indonesia pada Global

Innovation Index di dunia dari tahun 2007-2015. Global Innovation Index tersebut

menjelaskan kemampuan inovatif suatu negara dalam ranking dunia, yang

mencerminkan kemampuan bangsa tersebut inovatif atau tidak dengan jumlah

parameter sebanyak 102. Posisi Indonesia dari ranking 47 pada tahun 2007, ketika

Indonesia masih mengekspor dengan mengandalkan sumber daya alam, seperti

batu bara, kayu, rotan, dan lain-lain. Indonesia terus bergerak turun hingga pada

tahun 2015 terletak pada ranking 97 dan sejajar dengan negara Zimbagwe dan

Kenya dalam kreativitas dan inovasi.

Indonesia akan naik peringkat atau ranking jika mampu mengembangkan

ekonomi berbasis kreatif dan inovatif, maka dalam grafik tersebut membuat target

pada tahun 2016 sepakat membentuk Kota Kreatif, tahun 2016-2019 sepakat

untuk membentuk dan memperkuat serta bekerja dalam frame jejaring Kota

Kreatif di Indonesia dengan Indonesia Creative Cities Network. Tahun 2020

target Indonesia masuk pada ranking 50 dengan menjadi bagian dari International

Creative Cities Network.

Berdasarkan grafik tersebut, maka Kota Surakarta dapat mengambil peran

dalam menentukan posisi ranking Indonesia dengan mengembangkan Ekonomi

Kreatif. Dibutuhkan beberapa strategi dalam menyusun langkah pengembangan

Ekonomi Kreatif dengan membuat Rencana Aksi Daerah. Rencana Aksi Daerah

yang disusun saat ini fokus untuk tahun pertama pada 2016, kemudian pada tahap

selanjutnya disusun untuk 5 tahun berikutnya untuk mendukung Rencana

13

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2016-2020. Berpijak pada kebutuhan

positioning kota Surakarta dan Indonesia di dunia global, maka penyusunan RAD

Pengembangan Ekonomi Kreatif ini dibuat.

1..4 Tujuan

Tujuan dari Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif

Kota Surakarta ini adalah:

1. Menyusun roadmap pengembangan Kota Kreatif Surakarta tahun 2016-

2020, dengan fokus pada dua tahun pertama.

2. Menyusun mekanisme koordinasi dalam pengembangan kota kreatif

Surakarta.

1.5 Manfaat

Manfaat dari Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kretaif

Kota Surakarta ini adalah:

1. Mewujudkan sinergisitas stakeholder terkait pengembangan Kota Kreatif

2. Mewujudkan perencanaan Kota Kreatif yang terpadu sehingga dapat

tercapainya efisiensi penggunaan sumberdaya kota.

3. Menjadi dasar pelaksanaan pengembangan Kota Kreatif.

4. Memberikan data Ekonomi Kreatif sehingga dapat menunjang penelitian

terkait, dalam rangka pengembangan Ekonomi Kreatif.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini memuat latar belakang, tujuan,

manfaat, dan sistematika. Di lata belakang dijelaskan kaitan Creative dan

Creativity, Engine Kreatif, Ekonomi Kreatif dan Rule of Seventy, Roadmap of

Indonesia Creative City,Tujuan dan Manfaat berkaitan dengan tujuan dan manfaat

dari penyusunan Rencana Aksi Kota Kreatif Surakarta.

BAB II KOTA DAN EKONOMI KREATIF. Bab ini berisi teori terkait

Kota dan Ekonomi Kreatif. Definisi Ekonomi Kreatif dan Kota Kreatif untuk

kota-kota di Indonesia dengan 10 prinsip Kota Kreatif .

14

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB III PROFIL KOTA SURAKARTA, Bab ini menjelaskan gambaran

umum atau profil Kota Surakarta, serta potensi unggulan ekonomi kreatif di

Surakarta. Profil dan potensi ekonomi kreatif Kota Surakarta ini sebagai bahan

dalam melakukan analisis.

BAB IV ANALISIS. Analisis potensi ekonomi kreatif ini meliputi analisis

kontribusi ekonomi terhadap PDRB, analisis aktor terkait ekonomi kreatif,

analisis event kreatif serta analisis zona kreatif di Surakarta.Rencana Aksi

Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta meliputi tujuan, sasaran, strategi,

program, SKPD terkait program serta waktu pelaksanaan program. Rencana ini

merupakan rencana jangka lima tahun, namun akan memfokuskan rencana pada

tahun pertama.

BAB V RAD PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF. Bab ini berisi

tabel RAD yang direncanakan pemerintah Kota Surakarta dalam rencana satu

tahun pertama dalam mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Kreatif.

BAB VI PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk dalam

perencanaan pengembangan Ekonomi Kreatif yang dibuat dan keberlanjutan

program Ekonomi Kreatif untuk lima tahun berikutnya.

15

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB II

KOTA DAN EKONOMI KREATIF

2.1. Ekonomi Kreatif

Kekuatan utama dari Ekonomi Kreatif terletak pada ide dan gagasan

yang kreatif dan inovatif, yang menggunakan dan memanfaaatkan teknologi

dan sistem informasi secara cerdas (efisien, efektif, optimal) dan berkelanjutan,

sehingga terciptanya sesuatu yang relatif baru dan memiliki added value yang

eksponensial, bisa diartikan juga mensinergikan dua hal atau lebih menjadi

sesuatu yang relatif baru dengan kenaikan dampak yang eksponensial.

Ekonomi Kreatif berpotensi sebagai instrument utama dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi/PDB secara signifikan, untuk itu

diperlukan enginecreative (ekosistem penggerak Ekonomi Kreatif), dalam

pengembangannya didasarkan pada potensi unggulan lokal/kesetempatan yang

menimbulkan daya tarik yang kuat dalam terciptanya pasar yang relatif baru.

2.2 Kota Kreatif

Kota yang melakukan pemetaan potensi unggulan, riset dan

pengembangan untuk menumbuhkan pembangunan ekonomi dengan ‘engine

kreatifitas’, mesin penggerak kreatifitasnya adalah: ide/gagasan yang kreatif

dan inovatif ditopang oleh kelengkapan infrastruktur kelembagaan dalam

keterlibatan unsur ‘quadro helix’,birokrasi, akademisi, bisnis dan komunitas,

serta adanya dukungan infrastruktur digital yang berkualitas dan modern.

Kota yang mengimplementasikan 10 prinsip Kota Kreatif sebagai dasar

dari kehidupan sosial, budaya dan interaksi budaya, lingkungan yang

berkelanjutan, daya dukung kelayakan hidup dan aksesibilitas.

1. Kota Kreatif adalah kota yang welas asih. Kota yang menjunjung

keanekaragaman sosial budaya yang berpijak pada nilai silih asah,

silih asih dan silih asuh.

Sifat dan kebijakan yang welas asi

16

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

h dapat dilihat dari kuatnya political will pemerintah kota kabupaten,

tersedianya buku panduan guru dan APE (alat peraga edukatif) tentang kota

dan kabupaten welas asih, tersedianya taman kota dan ruang terbuka publk

yang aksesibel, tersedianya pelayanan publik yang mudah, jelas, dan pasti,

direktori kearifan lokal yang terdistribusi merata, serta yang terpenting

adalah partisipasi masyarakat.

2. Kota Kreatif adalah kota yang inklusif. Kota terbuka yang

memuliakan nilai-nilai kemanusiaan serta menumbuhkembangkan

semangat kebersamaan, solidaritas dan perdamaian dunia.

Kota kreatif yang inklusif mengandung dua kata kunci yaitu dapat diakses

oleh siapapun dan mampu mengundang masyarakat lain untuk datang

berkunjung. Sifatnya yang terpenting adalah memiliki kesetaraan akses

terhadap prasarana dan infrastruktur; apapun latar belakang, status sosial,

serta keadaan dari setiap penduduk yang ada. Inklusivitas tidak hanya selalu

berhubungan dengan masalah fisik namun juga bersifat terbuka dan berdaya

tarik.

3. Kota Kreatif adalah kota yang melindungi hak asasi manusia.

Kota kreatif berbasis HAM adalah kota yang juga mengadopsi nilai-nilai

Hak Asasi Manusia (HAM) semisal hak anak, lansia dan difabel yang

merupakan bagian dari hak seluruh masyarakat tanpa terkecuali dalam

mengakses sarana dan prasarana sosial, budaya, ekonomi, sipil, dan hukum.

4. Kota Kreatif adalah kota yang memuliakan kreativitas

masyarakatnya.Isu strategis yang muncul dalam upaya mewujudkan Kota

Kreatif sebagai kota yang memuliakan kreativitas masyarakatnya meliputi:

masih diperlukannya sinergi dan kolaborasi antar stakeholder, peningkatan

terhadap kualitas sumberdaya manusia (SDM), pendanaan dan bantuan bagi

permodalan usaha, lebih banyaknya pasar, dan lebih luasnya jaringan untuk

menyebarkan produk kreatif, serta fasilitas/infrastruktur yang lebih baik,

terutama ruang publik untuk penyebaran pengetahuan (knowledge

transfer/sharing).

17

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

5. Kota Kreatif adalah kota yang tumbuh bersama lingkungan yang

lestari, yang hidup selaras dengan dinamika lingkungan dan alam

sekitar.

Kota Kreatif dapat tumbuh bersama lingkungan yang lestari ketika secara

fisik kotanya memperhatikan lokalitas alam sekitar sekaligus membuka diri

untuk pengayaan yang meliputi perhatian pada biodiversity melalui

hubungan imbal balik, selain berorientasi pada unsur lingkungan. Upaya ini

misalkan dapat dikembangkan melalui proses kreatif yang mampu

memulihkan kondisi alam, selain juga dengan membangun karakter manusia

dan penghuni kota yang memiliki mental serta perilaku yang berorientasi

pada lingkungan dengan dukungan regulasi pelestarian alam yang kuat.

6. Kota Kreatif adalah kota yang memelihara kearifan sejarah sekaligus

menbangun semangat pembaharuan untuk menciptakan masa depan

yang lebih baik untuk seluruh masyarakatnya.

Sejarah dapat menjadi semacam ruang kesadaran bagi proses pembangunan

nilai dan tradisi, selain juga jembatan yang mempertemukan masa lalu

dengan masa depan. Untuk menopang keberlanjutan sejarah, perlu

kebijakan yang konsisten, semisal koordinasi kebijakan kota kreatif dan

kota pusaka. Proses pembangunan akan terhambat manakala proses

pembentukan sejarah tidak dikelola dengan baik serya melibatkan seluruh

kelompok pemangku kepentingan.

7. Kota Kreatif adalah kota yang dikelola secara transparan, adil dan

jujur, yang mengedepankan milai-nilai gotong royong dan kolaborasi,

serta membuka ases dan partisipasi masyarakat untuk terlibat

membangun kotanya.

Berkembangnya kota-kabupaten kreatif dapat didorong melalui tata kelola

yang baik, akuntabel, terbuka dan kolaboratif dengan mengembangkan

inovasi. Hal ini juga dapat ditopang melalui ketersediaan teknologi

informasi yang juga didukung oleh sarana dan fasilitas yang diperlukan

sehingga dapat diakses oleh seluruh pemangku kepentingan tanpa harus

meninggalkan kearifan lokal.

18

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

8. Kota Kreatif adalah kota yang dapat memenuhi kebutuhan dasar

masyarakat.

Untuk mencapai Kota Kreatif yang dapat memenuhi kebutuhan dasar

masyarakatnya, perlu sebuah kebijakan yang dapat menurunkan angka

kemiskinan, mencegah lahirnya warga miskin baru, serta dukungan sarana

dan prasarana untuk interaksi sosial budaya.

9. Kota Kreatif adalah kota yang memanfaatkan energi terbarukan.

Kota dan kabupaten yang memanfaatkan energi terbarukan adalah

yang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi secara bijak

dan berkelanjutan. Hal ini merupakan isu strategis untuk mempertahankan

keberlanjutan penghidupan di Indonesia di masa depan. Saat ini penelitian

dan inovasi untuk mengembangkan energi terbarukan telah menjadi

tantangan yang nyata di Indonesia. Hal ini akan menjadi pengalaman dan

modal berharga untuk membangun kota-kabupaten kreatif di masa depan.

10. Kota Kreatif adalah kota yang mampu menyediakan fasilitas umum

yang layak untuk masyarakat, termasuk fasilitas yang ramah bagi

kelompok masyarakat rentan dan berkebutuhan khusus.

Untuk menjamin tumbuh suburnya kreativitas yang dapat mensejahterakan,

dibutuhkan dukungan prasarana dasar berupa ruang publik, jaringan

komunikasi, sarana keuangan, serta sarana inkubasi yang dilengkapi dengan

fasilitas pendidikan, penelitian dan pelatihan yang terjamin

pemanfaatannya. Prasarana ini harus dapat diakses oleh seluruh pemangku

kepentingan, dikelola secara terintegrasi, serta sesuai dengan standar yang

berlaku dengan dukungan semua sumber daya yang diperlukan.

19

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB III

PROFIL DAN POTENSI EKONOMI KREATIF KOTA SURAKARTA

3.1 Profil Kota Surakarta

Dalam buku analisa ekonomi kota Surakarta tahun 2014 yang disusun oleh

BAPPEDA, termuat data dan informasi yang dapat mendukung pencapaian visi

dan misi kota Surakarta. Kota Surakarta biasa disebut juga nagari oleh penduduk

kabupaten-kabupaten di sekitarnya, karena kota ini dulunya menjadi pusat

kerajaan Surakarta Hadiningrat. Pada jaman kemerdekaan, Kota Sala menjadi

pusat dari Karesidenan Surakarta, dan ketika masa pemerintahan Orde Baru,

status Kota Surakarta tidak lagi menjadi pusat Karesidenan karena dihapus oleh

Pemerintah. Sampai sekarang sebutan Karesidenan Surakarta tersebut sudah tidak

ada dan secara kelembagaan Karesidenan Surakarta sudah diganti dengan Badan

Koordinator Wilayah dan masih menjadi pusat budaya maupun spiritual bagi

masyarakat Kota Sala dan Jawa Tengah.

Kota Surakarta memiliki potensi budaya dan ekonomi yang telah dikenal

sampai keluar daerah terutama di bidang pariwisata dan perdagangan. Potensi

wisata di Surakarta tidak hanya meliputi wisata sejarah seperti Kraton Surakarta,

Pura Mangkunegaran dan Museum Radyapustaka, ataupun wisata belanja

terutama batik di Pasar Klewer, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik

Kauman, Pusat Grosir Solo dan Beteng Plaza, tetapi juga event-event wisata yang

telah menjadi acara tahunan di kota ini, seperti Solo Batik Carnival, Sekatenan,

Karnaval Wayang dan lain-lain.

Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan

standar hidup yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada

tingkat nasional dan ProdukDomestik Regional Bruto pada tingkat daerah baik

provinsi, kabupaten maupun kota.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan

terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan

daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan

potensi sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Dengan perencanaan yang baik

20

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

dan kebijakan yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan

ekonomi daerah tersebut.

UU No. 32 Tahun 2004, menyebutkan bahwa pembangunan harus

memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, karena setiap daerah

memiliki karakter, baik sosial, budaya, bahkan geografis yang berbeda sehingga

perlu kebijakan yang berbeda pula.Maka, kebijakan pembangunan ekonomi yang

diambil oleh pemerintah daerah diharapkan mampu memaksimalkan potensi yang

ada didaerahnya agar mampu mencapai hasil pembangunan yang optimal.

Keberhasilan pembangunan ekonomi dilihat melalui pertumbuhan ekonominya,

dimana pertumbuhan ekonomi dapat diukur salah satunya menggunakan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB).

Dalam rangka mengoptimalkan pembangunan ekonomi lokal di era otonomi

yang mengacu pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, secara

otomatis menuntut pemerintah daerah untuk berorientasi secara global.

Dikarenakan kondisi tingkat persaingan antar negara yang semakin tinggi dan

tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada perekonomian di Indonesia

khususnya di daerah. Oleh karena itu, tantangan pemerintah daerah bukan lagi

pada otonomi maupun desentralisasi, melainkan daerah dituntut untuk

meningkatkan daya saingnya.

Sama seperti karakteristik perkotaan lainnya, dimana kontribusi sektor

tersier dan sekunder lebih dominan dibandingkan sektor primer, struktur

perekonomian Kota Surakarta ditopang oleh sektor jasa perdagangan, jasa wisata

(hotel, restoran, budaya dan hiburan) serta jasa pendidikan. Struktur

perekonomian ini dapat dilihat dari indikator kontribusi sektoral dari PDRB Kota

Surakarta.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan kontibutor sektor

terbesar dalam struktur PDRB Kota Surakarta dalam 5 tahun terakhir, dengan

rata-rata kontribusi sebesar 27,35% terhadap PDB Kota Surakarta. Sub sektor

perdagangan, termasuk dalam kategori ini adalah perdagangan besar (grosir) dan

eceran (retail), baik di bidang tekstil dan turunannya, termasuk di bidang food and

beverage. Pertumbuhan dari sektor ini termasuk tinggi disamping dari sektor jasa

keuangan, sehingga dengan adanya bencana kebakaran Pasar Klewer pada akhir

21

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

tahun 2014, dampak kontribusi dan pertumbuhan sektor ini dan sektor keuangan,

diperkirakan akan mengalami penurunan terhadap PDRB pada tahun 2015.

Sektor unggulan di kota Surakarta secara umum dapat dilihat pada masing-

masing cluster di setiap Kecamatan, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kecamatan Laweyan, berupa kampung batik Laweyan, mencakup batik,

garmen maupun olah tekstil, mebel, dengan kegiatan pendukungnya adalah

pendidikan, biro travel, perhotelan, maupun tempat wisata.

2. Kecamatan Serengan, berupa industri pengolahan makanan dan

minuman, pakaian tradisional, industri kreatif, baik kerajinan batik, maupun

pembuatan letter.

3. Kecamatan Pasarkliwon, berupa kerajinan dan batik kayu, biro

perjalanan, kesenian tradisional, tempat wisata, maupun jasa sablon.

4. Kecamatan Jebres, berupa meubel, batik tekstil dan garmen, serta jasa

pendukung berupa hotel, jasa kursus, jasa pendidikan maupun pelatihan, dan

gedung olah raga.

Kecamatan Banjarsari berupa minuman tradisional (jamu), krupuk, sangkar

burung, meubel, dan jasa pendukungnya berupa pendidikan, biro perjalanan dan

penginapan/hotel.

3.2 Keadaan Geografi

Kota Surakarta terletak antara 110˚45’15” dan 110˚45’35” BT dan 7˚36’00”

dan 7˚56’00” LS, dengan batas wilayah sebagai berikut.

- Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar

- Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo

- Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo

- Sebelah Selatan: Kabupaten Sukoharjo

Kota Surakarta memiliki luas 4.404,06 Ha yang terbagi dalam 5 Kecamatan, 51

Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 604 dan jumlah RT sebanyak 2.714.

Dengan jumlah KK sebesar 169.772 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT

berkisar 62 KK

22

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surakarta

No Kecamatan

Jumlah

Kelurahan RW RT

1 Laweyan 11 105 4582 Serengan 7 72 3123 Pasar Kliwon 9 100 424

4 Jebres 11 149 637

5 Banjarsari 13 175 874

JUMLAH 51 601 2.705

Sumber:Surakarta Dalam Angka 2015

Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 65%,

Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar

juga yaitu berkisar antara 16,5% dari luas lahan yang ada.

Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta pada tahun 2014 berkisar antara

25,8°C sampai dengan 28,9°C. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara

65 persen sampai dengan 88 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan

Januari dengan jumlah hari hujan sebanyak 27 hari. Sedangkan curah hujan

terbanyak sebesar 306,00 mm jatuh pada bulan Januari. Sementara itu rata-rata

curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Januari sebesar 14 mm

per hari hujan.

3.3 Keadaan Demografi

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi nasional (SUSENAS) Tahun 2014

Penduduk kota Surakarta mencapai 510.077 jiwa dengan rasio jenis kelamin

sebesar 94,68; yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat

sebanyak 95 peduduk laki-laki.

Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2014 mencapai

13.307 jiwa/km2. Tahun 2014 Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.178 jiwa/km2. Dengan tingkat

kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti

perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas.

23

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

3.4 Ketenagakerjaan

Jumlah Penduduk bekerja di kota Surakarta pada tahun 2014 mencapai

243.152, atau sebesar 47.67% dari seluruh penduduk kota Surakarta.Penduduk

wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 43,41% dari Penduduk yang

bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di kota Surakarta cukup

tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.

3.5 Sosial

1. Pendidikan & Kebudayaan

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya

manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan

sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan.

2. Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2014 tidak mengalami

perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap jumlah tenaga kesehatan

yang ada seperti: dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya.

3. Sosiallainnya

Masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial dapat dilihat pada tabel-tabel

4.3 sampai tabel 4.6 yang memuat data-data mengenai masalah perumahan,

agama, kriminal, bencana alam, dan sebagainya.

3.6 PDRB(Pendapatan Daerah Regional Bruto)

PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran

kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu, sehingga arah perekonomian

regional akan lebih jelas. Bagi pengguna data akan lebih memberikan manfaat

untuk berbagai kepentingan, seperti untuk peren-canaan, evaluasi maupun

kebijakan.

Kota Surakarta dalam era sekarang ini didukung dengan situasi yang relatif

kondusif, secara makro perekonomian tumbuh sebesar 5,08 persen pada tahun

2014, dimana pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 5,89 persen.

24

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Tabel 2. Struktur PDRB Kota Surakarta Tahun 2010-2014

2014

(Rp)/juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp)/juta (%) (Rp) /juta (%) (Rp) /juta (%)

1 Pertanian 5,532.79 0.06 5,927.58 0.05 6,205.92 0.05 6,611.99 0.05 6,862.31 0.05

2Pertambangan &Penggalian 2,942.37 0.03 3,010.49 0.03 3,009.79 0.02 3,002.94 0.02 2,982.14 0.02

Primer 8,475.16 0.09 8,938.07 0.08 9,215.71 0.08 9,614.93 0.07 9,844.45 0.07

3 Industri Pengolahan 2,081,494.89 20.94 2,233,247.76 20.32 2,390,894.46 19.63 2,623,767.70 19.29 2,901,686.21 19.19

4 Listrik, Gas, dan AirBersih

259,004.47 2.61 287,576.62 2.62 317,497.14 2.61 363,004.58 2.67 404,684.38 2.68

5 Konstruksi 1,440,525.31 14.49 1,584,659.42 14.42 1,758,189.55 14.43 1,951,415.83 14.35 2,166,905.81 14.33

Sekunder 3,781,024.67 38.03 4,105,483.80 37.35 4,466,581.15 36.67 4,938,188.11 36.31 5,473,276.41 36.19

6 Perdagangan, Hoteldan Restoran

2,556,483.24 25.72 2,885,293.49 26.25 3,187,324.12 26.17 3,632,165.57 26.71 4,054,951.44 26.81

7 Pengangkutan &Komunikasi

1,106,229.42 11.13 1,206,106.83 10.97 1,323,255.69 10.86 1,462,927.27 10.76 1,641,884.35 10.86

8 Keuangan, Sewa &Jasa Perusahaan

1,123,362.50 11.30 1,282,678.53 11.67 1,449,258.72 11.90 1,656,823.06 12.18 1,847,022.65 12.21

9 Jasa-jasa 1,365,561.57 13.74 1,504,470.47 13.69 1,744,923.26 14.33 1,899,877.56 13.97 2,095,568.76 13.86

Tersier 6,151,636.73 61.88 6,878,549.32 62.57 7,704,761.80 63.25 8,651,793.47 63.62 9,639,427.20 63.74

PDRB 9,941,136.56 100.00 10,992,971.19 100.00 12,180,558.66 100.00 13,599,596.52 100.00 15,122,548.06 100.00

Penduduk pertengahan tahun

499,337 500,032 500,328 500,625 508,951

Pendapatan perkapita (Rp) 19,908,672.03 21,984,535.37 24,345,146.90 27,165,236.49 29,713,170.93

Sumber : BPS Kota Surakarta

STRUKTUR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SURAKARTA

ATAS DASAR HARGA BERLAKU

No Sektor2010 2011 2012 2013

3.7 PotensiEkonomi Kreatif Surakarta

25

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Kota Surakarta memiliki potensi yang baik dalam pengembangan Ekonomi

Kreatif, ketika kota ini tidak memiliki sumber daya alam, namun memiliki potensi

sumber daya manusia dan potensi kreatif lainnya sebagai bekal pengembangan

tersebut. Penciptaan ekosistem kreatif dibutuhkan dalam perwujudan Kota Kreatif

melalui pemetaan potensi kreatif. Berikut gambaran Ekosistem Kota Kreatif yang

dimiliki Kota Surakarta.

Gambar 1. Peta pemetaan potensi dalam penciptaan Ekosistem Kota Kreatif.

26

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

LANGKAH1MAPPING

PEMETAANPOTENSI-POTENSIUNGGULANLOKAL(kesetempatan)Perluterkaitdenganprogram-programSKPD-SKPDyangterkaitdenganpengembanganekonomikrea fdalamkotakrea f.

Gambar 2. Hasil pemetaan potensi-potensi unggulan lokal

27

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

3.6.1 Potensi Arsitektur Heritage

Pusaka kota merupakan kekayaan yang dimiliki sebuah kota. Kota

Surakarta terkenal sebagai Kota Budaya yang menjunjung tinggi pusaka

kota. Salah satu wujud pusaka kota tersebut adalah bangunan, yang

dalam konteks ini disebut sebagai arsitektur heritage. Arsitektur Heritage

nilainya tak ternilai dalam memberikan identitas dan jati diri sebuah kota,

maka di Surakarta bangunan yang merupakan pusaka tersebut

dilestarikan dengan ditetapkan sebagai benda cagar budaya.

28

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Gambar 3. Peta Sebaran Potensi Arsitektur Heritage SurakartaSumber: RAKP, DTRK Surakarta, 2015

29

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Benda cagar budaya di Surakarta dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu benda cagar budaya yang ditetapkan oleh BP3 Provinsi Jawa Tengah,

SK Walikota Surakarta dan SK SKPD terkait. Berdasarkan peta di atas,

terlihat bahwa benda cagar budaya di Kota Surakarta mayoritas ditetapkan

oleh pemerintah kota, baik SK Walikota maupun SK SKPD.

Tabel 3. Potensi Sektor Arsitektur

BP3 Provinsi Jawa Tengah SK Walikota Surakarta SK SKPD

Monumen Pers Nasional Ndalem Wiryodiningratan Ndalem Sindusenan

Gapuro Keraton (Mojo) Ndalem Ngabean Ndalem Prajapangrasan

Gapuro Keraton (Dr.Oen) Bekas RS. Kadipolo Ndalem SuryakusumanGapuro Keraton(Pamurakan) Monumen Panularan Ndalem Suryaningratan

Eks Kantor DPUPetilasan PanegranMangkubumi Ndalem Natanegaran

Pabrik Es Sari Petojo Patung Ronggowarsito Ndalem Suryapuran

GPIB Surakarta Tugu Talirogo Ndalem PrabuningratanTugu Pamandengan Dalem Monumen Pasar Nongko Ndalem MangkubumenRumah PraktikDr.Tunjung Monumen Sondakan Ndalem Mangkuyudan

Rumah Ibu Supardi Monumen Geriliya Mas TP Ndaelm Bonokamsi

Rumah Bp.Ahmad Alkatiri Monumen Pejuang TP Rumah Soetamandalan

Rumah Bp/Soebandono Gapura Batas Kota Kleco Rumah Juru Martenan

Rumah Bp.Sriyadi Gapura Batas Kota Jurug Rumah Laksmintan

Rumah Bp.Arif Rusdi Tugu Lilin Rumah Tirtadiningratan

Rumah Bp.Soeseno Tugu Cembengan Rumah Eks Lumbu

Bekas Bandar Kabanaran Tugu Jam Pasar Gede Rumah Sekullanggen

Makam Djangrono II Monumen 45 Rumah Kota Waringin

Rumah Bp.Uswidarto Patung Slamet Riyadi Rumah Cokrowinatan

Patung SuratinRumah Wirengan(Kusumodigalan)

Monumen Guru PGRIRumah Sentosayan(Susuno Projo Sasano)

Gapura Keraton - Klewer Wongso Sudirjan

Gapura Keraton - Gading Rumah Koesoma Kesawan

Monumen Stadion Sriwedari Rumah Atmo Suparman

Keraton Pura Mangkungaran Rumah Prabuwinoto

Benteng Vastenburg Masjid Suronatan

Lodji Gandrung Makam Kiai Solo

Bale Kambang Ndalem Kanjengan

Pasar Gedhe Ndalem Padmosusastran

Bank BI Rumah Dr. Oen

Stasiun Jebres Ndalem Hadiwijayan

30

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Eks Kantor Brigif 6 Ndalem Cokrosuman

Gereja St.Antonius Kawasan Loji Wetan

Klentheng Tien Kok Sie SD Tripusaka

Jembatan Pasar Gedhe Pagoda Jebres

Jembatan ArifinPesarean Nayu/AstanaUtara

Jembatan Pasar LegiMakam Kyai Batag (RadenPabelan)

TSTJ Rumah KH. SamanhudiTaman Makam PahlawanKusuma Bhakti

Kawasan Keraton Surakarta

Ndalem Joyokusuman

Taman Sriwedari

Eks RSJ Mangunjayan

Stasiun Balapan

MAN 2

Wisma Batari

Masjid Al-Wustho

Stasiun Purwosari

Ndalem Purwodiningratan

Ndalem Sasono Mulyo

Ndalem Wuryoningratan

Ndalem Mloyokusuman

Puri Baron

Bekas Kantor Veteran

Sekolah Pamardi Putri

Bruderan Purbayan

Museum Radyapustaka

Ndalem Doyoatmojo

Langgar Laweyan

Langgar Merdeka

TITD Poo An Kiong

Makam Ki Ageng Henis

Masjid Agung Kauman

Ponten

Kantor Bondho Lumakso

Ndalem Suryohamijayan

Gapuro Keraton (Gladag)Sumber: Disbudpar Surakarta, 2015

Benda cagar budaya tersebut merupakan bangunan dengan fungsi

meliputi museum, tempat jembatan, ibadah, landmark, pendidikan, ruang

31

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

terbuka, jasa dan hunian. Pengelompokkan benda cagar budaya tersebut yang

paling dominan adalah di Kelurahan Baluwarti. Hal ini tidak terlepas dari

peran keraton, karena keraton merupakan pusat kebudayaan, karena banyak

terdapat arsitektur heritage di sekitarnya. Banyaknya benda cagar budaya yang

ada, maka Kelurahan Baluwarti juga ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya.

32

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Gambar 4. Peta Sebaran Potensi Arsitektur Heritage SurakartaSumber: RAKP, DTRK Surakarta2015

Potensi arsitektur heritage ini tidak hanya terpusat di Kelurahan

Baluwarti saja, akan tetapi juga terdapat di kelurahan Kedunglumbu serta

Kauman, yang berlokasi dekat dengan Keraton Surakarta. Arsitektur heritage

mampu menciptakan atmosfer khas dari Kota Surakarta, sehingga menjadi

daya tarik untuk pariwisata. Oleh karena itu arsitektur heritage berperan dalam

pengembangan Ekonomi Kreatif.

33

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB IV

ANALISIS RAD PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

4.1 Analisis Pola Kwadran

Analisis pengembangan Ekonomi Kreatif dibutuhkan dalam Rencana Aksi Daerah

Kota Surakarta. Kalau pemetaan potensi daerah sudah dilakukan, kesadaran untuk

mengembangkannya sudah ada, kita juga sudah memiliki KPI (Key Performance Indicator)

untuk menentukan tingkat kategori sebuah kota kreatif, maka kita perlu memilih kegiatan.

Kegiatan yang mesti dikerjakan adalah menciptakan sebuah Engine Kreativitas. Engine

Kreativitas bertugas untuk menggeser kegiatan ekonomi yang berada di kuadran 3 menuju

kuadran 2 atau kuadran 4.

Pendekatan strategi untuk program pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Engine

Kreativitas dapat digambarkan dalam bentuk bagan 4 kuadran berikut.

Bagan 1. Pola Kwadran yang menentukan jenis kegiatan dan peran Engine Kreatif untukmenggeser kegiatan tersebut menuju kwadran 2 dan 4.

(Gambar: Paulus Mintarga, 2015)

34

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Kwadran 1 disebut Asset Champion, area ini sebagai kwadran bagi orang-orang

kreatif yang memiliki kemampuan berpikir lebih untuk masa depan dan menciptakan inovasi

yang bermanfaat untuk masyarakat global. Contoh: Habibie yang memiliki hak paten lebih

dari 5, Ir Sukarno sebagai founder Indonesia yang memiliki visi dan misi untuk bangsa

Indonesia sebagai presiden pertama. Kwadran 2 disebut Scientific Discovery, area ini sebagai

kwadran bagi para orang yang melakukan penemuan atau inovasi berdasarkan keilmuan yang

ditekuninya, dengan berbasis teknologi produktif. Contoh: bidang IT dengan wikimatika

mahasiswa MIPA Matematika UNS, Surakarta. Kwadran 3 disebut Plagiarist Poor, area ini

sebagai kwadran yang menempatkan jenis kegiatan yang meniru atau mempraktekkan apa

yang telah dilakukan orang lain. Pada kwadarn 3 ini peran Engine Kreativitas untuk

mendorong, agar jenis kegiatan di kwadran 3 bergeser ke kwadran 2 (Scientific Discovery)

atau ke kwadran 4 (Original Artistic). Kwadran 4 disebut dengan Original Artistic, area ini

sebagai kwadran bagi orang-orang kreatif yang menciptakan karya dengan inovasi intelektual

berbasis seni dan budaya. Contoh: Cry Jailolo karya Eko Supriyanto untuk pemuda Maluku.

Para pemuda usia SMA dilatih dengan koreografi tari yang diciptakan Eko Supriyanto hingga

akhirnya berhasil berkeliling dunia dengan karya tersebut.

4.2 Analisis Pohon Anggaran, IKU, dan IKK

Bagan 2. Pohon Anggaran, IKU dan IKK RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif(Gambar: Paulus Mintarga, 2015)

35

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Penjelasan pohon anggaran, IKU, dan IKK dalam RAD Pengembangan Ekonomi

Kreatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Akar pohon digambarkan sebagai sumber anggaran

utama yang berasal dari Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Anggaran juga dapat bersumber dari swasta melalui

program Corporation Social Responsibility (CSR). Tanggung jawab suatu perusahaan

terhadap masyarakat di mana perusahaan tersebut berada dan berdampak terhadap kehidupan

sosial dan peningkatan kesejahteraan lingkungan sekitar.

Batang pohon dapat digambarkan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah kota

dalam bentuk kontrak kinerja walikota dengan Key Performance Indicator (KPI) yang dalam

pelaksanaannya diterjemahkan dalam Indeks Kinerja Utama (IKU). Sebagai contoh, pada

IKU Kota Kreatif RAD ditentukan dengan target 1% kenaikan PDB Kota Kreatif dari

baseline. IKU dapat tercapai dengan Indeks Kinerja Kegiatan (IKK) yang direncanakan dan

dilaksanakan oleh para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari Pemerintah Kota

Surakarta dengan term of reference (TOR) dari kegiatan dan implementasinya. Peran SKPD

digambarkan sebagai dahan dari pohon dan beberapa kegiatan dari setiap SKPD digambarkan

dengan ranting dari dahan pohon tersebut. Harapannya dari sekian banyak kegiatan (ranting)

menghasilkan buah yang menjadi target dari output dan kegiatan yang mendukung

pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta.

36

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB V

RENCANA PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

5.1. Rencana Aksi Daerah

Tabel berikut ini adalah hasil dari beberapa tahapan FGD dengan beberapa stakeholders kota Surakarta, yaitu akademisi, pemerintah

kota (perwakilan dari para SKPD), praktisi/professional/pengusaha, dan komunitas. Usulan kegiatan dari masing-masing unsur stakeholders

kota berdasarkan potensi-potensi kota Surakarta.

No Instansi Kinerja UtamaKPI (IKU)

Program KegiatanKPI (IKK)

SKPD Surakarta2015 2016 2015 2016

1 BekrafKontribusi terhadap

PDB Nasional

10% 11%

PemberdayanMasyarakat untuk

Produk RamahLingkungan

Tempat Pengelolaan &Pengolahan Sampah TerpaduTP2ST: Pemanfaatan sampahalumunium foil untuk produkkreatif triplek

0 1Dinkop UMKM, Diseprindag, Dispertan

Pembuatan pupuk organikberbahan sampah organik

0 1

Pemilahan dan pengolahansampah rumah tanggaberbasis sekolah

0 1 Dispora, BLH

2

KemenkominfoJumlah jenis produk

ekspor

CulinaryDiplomacy

standarisasi dan higienitasproduk jajan pasar

0 1

DisperindagDinkes

rekayasa pasar lokal base onICT

0 1

Festival unagi Indonesia 0 1

KemenkumhamPerlindunganKarya Cipta

Pendaftaran pengurusanHAKI/Paten

0 1

37

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Forum Identifikasikarya kreatif Solo

Identifikasi 100 karya kreatifsolo

0 100

3

Bappeda Solo

Jumlah UMKM KreatifCreative Market

Place

Pembuatan guidelinepenetapan UMKM kreatif

0 1

DPP

KemenparMengembangkan "pasar"untuk edukasi produk-produkkreatif, contohnya: cangwit

0 1

Pasar dan Forum Triwindu(on-off line) mempertemukanprodusen-buyer, UMKM danpelaku usaha besar sertamenjual ide/gagasan

0 1

Penyusunan DED PGColomadu sebagai creativemarket place untuk soloraya

0 1 Bappeda

Kemenpar

Jumlah Festival senibudaya

Branding SoloKota Kreatif

Blog Festival Nasional - ASEAN 0 1

DishubkominfoBekraf

Festival transportasi ramahlingkungan: Sepeda Onthel,perahu Bengawan Solo, dll

0 1

Pameran Kreasi & Prestasihasil karya pemuda

0 1 Dispora

Festival Jajan Pasar 0 1 Disbudpar

Revitalisasi Bu Sri danKomplek Radyapustakasebagai wahana referensi

0 1 Disbudpar, DPU

4 KemenparJumlah destinasiwisatawan lokal

DestinationManagement

Membuat Kampung wisataagro organik Solo

051(kel)

Disbudpar, Ketahanan PanganDesain wedangan khas kotasolo

0 5

38

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Membuat wisata kampungkota dg potensi unggulanmasing-masing kampung

051(kel)

Jumlah destinasiwisatawan internasional

Fam trip 0 1

Mengadakan kelas ekskafasidi Sangiran

0 1

Solo City Break 0 1 Dishubkominfo

5 Kemendikbud

Jumlah Kompetisi senibudaya kreatif

20 30

Generasi Solokreatif

Lomba Kreasi dan karya tulisilmiah di kalangan anak mudatingkat ASEAN

0 1

DisporaSistem Penerimaan SiswaBaru dg memberi bobot nilaiseni budaya

0 1

Lomba 1000 Anak Membatik 0 1

INAICTA Solo (indonesia ICTaward)

0 1 Dishubkominfo

Jumlah pusatlayanan/training/pemberdayaan SDM creative

SDM Soloterampil dan

Kreatif

Training pembuatan produkkreatif untuk difable

0 1

DisporaStandarisasi kompetensi SDMAnimasi

0 1

Advance Training forIndonesia Difabel CareCommunity dalam industri:garment dan elektronika

0 1

6 Kemenkominfo Jumlah industri ICT Solo Smart City

Wi-Max Kota (wifimaksimum)

0 1Dishubkominfo

Pengelolaan konten informasikota

0 1

39

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

Pembuatan systemtranportasi kota berbasis ICT

0 1

7 CSR dllApresiasi kpd pelakuseni budaya kreatif

Award InsanKreatif

Awarding Duta Transportasiramah lingkungan: PerhelatanTampilan seni dg animasi

0 1

Disbudpar, DishubkominfoTen out Standing YoungPerson

0 1

Solois Award 0 1

40

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Rencana Aksi Daerah Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dibutuhkan

upaya yang sinergi antar stakeholders kota, yang disebut dengan quadro helix plus, yaitu

akademisi, pengusaha/praktisi/professional, pemerintah kota, komunitas, dan media.

Sinergisitas tersebut dalam tujuan untuk membangun ekosistem kreatif kota, yang bertujuan

membentuk Kota Kreatif. Sinergisitas tersebut diwujudkan dalam menyusun dan

mengimplementasikan roadmap pengembangan Kota Kreatif Surakarta tahun 2016-2020,

dengan fokus pada satu tahun pertama. Dengan penyusunan RAD Pengembangan Ekonomi

Kreatif tersebut maka mekanisme koordinasi dalam pengembangan Kota Kreatif Surakarta

dapat terwujud.

Melalui RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota maka manfaat yang didapatkan

sesuai dengan cita-cita, bahwa 1) Sinergisitas stakeholder terkait sebagai dasar pelaksanaan

pengembangan Kota Kreatif dapat terwujud; 2) Mewujudkan perencanaan Kota Kreatif yang

terpadu sehingga dapat tercapainya efisiensi penggunaan sumberdaya kota; 3) Kota Surakarta

memiliki data Ekonomi Kreatif sehingga dapat menunjang penelitian terkait dalam rangka

pengembangan Ekonomi Kreatif. Demi terwujudnya ketiga manfaat tersebut maka pimpinan

kota menjadikan RAD Pengembangan Ekonomi Kreatif ini sebagai dasar utama dalam

melaksanakan program pembangunan Kota Surakarta.

6.2 Saran

Berdasarkan proses penyusunan RAD ini, maka dibutuhkan beberapa langkah nyata untuk

selalu memperbahurui informasi dan data potensi Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dalam

bentuk pemetaan yang berkelanjutan, sehingga sinergisitas para stakeholders terjaga dan

Surakarta Kota Kreatif terwujud. Sinergisitas kebutuhan warga kota dan program pemerintah

pengembangan Ekonomi Kreatif menjadi dasar untuk city branding kota, maka diharapkan

tidak terjadi kesenjangan antara partisipasi warga kota dengan program-program pemerintah

kota. Tahapan berikutnya dibutuhkan penyusunan RAD pengembangan Ekonomi Kreatif

Kota Surakarta 2016-2020 yang menjadi bagian dari RPJM Kota Surakarta.

41

Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

REFERENSI

[1]. Anderson, C., “Free: The Past and the Future of a Radical Price,” Hyperion Publisher,2009

[2]. Bertrand, J., (1883). “Review of Walras’ Théorie Mathémaque de la Richesse Socialeand Cournot’s Recherches sur les Principes Mathémaques de la Théorie desRichesses,” Journal des Savants pages 499–508.

[3] Cournot, A., (1980: [1838]). Recherches sur les Principes Mathémaque de la Théorie dela Richesses (Gérard Jorland, Ed.). Paris: Vrin

[4]. Koer, J., and Ratgeber, H., Our Iceberg is melng: Changing and succeeding under anycondion, 2006

[5]. Koestler, A., The three domain of creavity, Kluwer Academic Publisher, 1981

[6] Sutanto., Creative City: Creativity dalam Science & Art menuju Prospherity, makalah,2015