thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum...

24
Pengaruh Penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Kestabilan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Raddhatu Rizka Faridha Safitri 1 , Titiek Hidayati 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit- penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kepatuhan minum obat merupakan faktor utama yang menentukan kesuksesan sebuah pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Short Message Service (SMS) terhadap kepatuhan minum obat dan kestabilan tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Subyek penelitian ini adalah pasien hipertensi yang terdaftar dalam Posyandu Lansia Dusun Gatak, Yogyakarta. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pemberian perlakuan berupa SMS pengingat minum obat yang dilakukan selama 2 kali sehari selama 6 minggu. Data penelitian ini dianalisis menggunakan uji analisis Wilcoxon. Hasil analisis uji statistik mean pre-test dan post-test kepatuhan minum obat pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,541), sedangkan pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang bermakna 1

Transcript of thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum...

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

Pengaruh Penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Kestabilan Tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi

Raddhatu Rizka Faridha Safitri1, Titiek Hidayati2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kepatuhan minum obat merupakan faktor utama yang menentukan kesuksesan sebuah pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Short Message Service (SMS) terhadap kepatuhan minum obat dan kestabilan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Desain penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Subyek penelitian ini adalah pasien hipertensi yang terdaftar dalam Posyandu Lansia Dusun Gatak, Yogyakarta. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pemberian perlakuan berupa SMS pengingat minum obat yang dilakukan selama 2 kali sehari selama 6 minggu. Data penelitian ini dianalisis menggunakan uji analisis Wilcoxon.

Hasil analisis uji statistik mean pre-test dan post-test kepatuhan minum obat pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,541), sedangkan pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000). Perbandingan mean selisih antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000). Hasil uji statistik mean pre-test dan post-test tekan darah kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,317), sedangkan pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000). Perbandingan mean post-test tekanan darah antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000), artinya terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok eksperimen.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan SMS terhadap tingkat kepatuhan minum obat dan kestabilan tekanan darah pada pasien hipertesi.

Kata kunci: Short Message Service (SMS), Hipertensi, Kepatuhan Minum Obat, Tekanan Darah

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

Pendahuluan

Hipertensi yang merupakan

kondisi suatu tekanan darah yang

selalu tinggi (≥140 mmHg untuk

sistolik dan atau ≥90 mmHg untuk

distolik) adalah faktor risiko utama

penyakit–penyakit kardiovaskular

yang merupakan penyebab kematian

tertinggi di Indonesia1,9,10. Berdasarkan

data Badan Kesehatan Dunia (WHO)

memperlihatkan yang menderita

hipertensi mencapai 50% sedangkan

yang diketahui dan mendapatkan

pengobatan hanya 25% dan 12,5%

yang terobati dengan baik. Prevalensi

hipertensi di Indonesia tercatat

mencapai 31,7% dari populasi pada

usia 18 tahun keatas dan dari jumlah

tersebut 60% penderita hipertensi akan

menderita stroke, sementara sisanya

akan mengalami gangguan jantung,

gagal ginjal dan kebutaan2.

Kepatuhan dimana pasien mengikuti

anjuran klinis dari dokter yang

mengobatinya merupakan faktor utama

yang menentukan kesuksesan sebuah

pengobatan3. Kepatuhan pasien

hipertensi mencakup kombinasi antara

kontrol tekanan darah dan penurunan

faktor resiko yang dilakukan pasien

dan didukung oleh keluarga, teman,

dan petugas kesehatan4. Sedangkan

ketidakpatuhan dapat mengurangi

keefektifan dari suatu pengobatan.

Ketidakpatuhan dengan program terapi

merupakan masalah yang besar pada

pasien hipertensi. Hanya sekitar 20%

dari semua pasien hipertensi di seluruh

dunia yang terdiagnosis hipertensi,

meminum obat sesuai yang diresepkan

oleh dokter5. Sedangkan 50% pasien

yang diresepkan obat antihipertensi

tidak minum obat sesuai anjuran

tenaga kesehatan6.

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

Bentuk empati dan perhatian

yang ditunjukkan oleh tenaga

kesehatan dapat meningkatkan

kepuasan serta kepatuhan pasien dalam

pengobatannya7. Oleh karena itu,

diperlukan suatu sarana atau metode

untuk membantu mengingatkan pasien

dalam meminum obat secara teratur.

Penggunaan sistem pengingat

minum obat otomatis pada komputer

dinilai belum efektif untuk digunakan

dokter yang fasilitas pendukungnya

terbatas, karena penggunaan sistem ini

membutuhkan sebuah komputer.

Sebagai solusi agar sistem ini tetap

dapat digunakan dokter dimanapun,

kapanpun, dan dalam kondisi apapun,

maka dapat digunakan program

pengingat minum obat otomatis

berbasis SMS yang memiliki beberapa

keunggulan yaitu berupa waktu yang

lebih singkat dalam penggunaannya,

perangkat yang lebih ringkas dan

mudah dibawa, dan dapat digunakan

untuk mengirim pesan kepada banyak

orang dalam waktu bersamaan8.

Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh

penggunaan SMS terhadap tingkat

kepatuhan minum obat dan kestabilan

tekanan darah pada pasien hipertesi di

Posyandu Lansia Dusun Gatak Bantul,

Yogyakarta.

Berdasarkan latar belakang di

atas, maka penelitian tentang pengaruh

penggunaan SMS terhadap tingkat

kepatuhan minum obat dan kestabilan

tekanan darah pada pasien hipertesi di

Posyandu Lansia Dusun Gatak Bantul,

Yogyakarta perlu dilakukan

Bahan dan Cara

Metode penelitian yang

diambil adalah metode dengan

rancangan quasi eksperimental. Desain

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

penelitian ini adalah pre-test dan post-

test control group design. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua

pasien hipertensi yang termasuk dalam

data Posyandu Lansia Dusun Gatak,

Bantul, Yogyakarta

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 60 pasien

hipertensi yang termasuk dalam data

Posyandu Lansia Dusun Gatak, Bantul,

Yogyakarta. Sampel yang memenuhi

kriteria inklusi akan dilakukan

screening apakah mereka

mengkonsumsi obat antihipertensi atau

tidak, kemudian dikelompokkan

menjadi 2, yaitu 30 pasien pada

kelompok kontrol dan 30 pasien pada

kelompok perlakuan. Kriteria inklusi

dalam penelitian terdiri dari tercatat

sebagai pasien hipertensi dalam data

Posyandu Lansia Dusun Gatak, Bantul,

Yogyakarta, umur antara 30 – 60

tahun, pasien hipertensi yang

mengkonsumsi obat anti-hipertensi,

bersedia menjadi responden penelitian

dengan mengisi informed consent dan

bekerja sama selama proses penelitian

berlangsung, bersedia membaca SMS

dengan seksama, memiliki handphone.

Sedangkan kriteria ekslusi terdiri dari

pasien hipertensi yang tinggal sendiri

(tidak ada anggota keluarga atau

tetangga yang bisa mengingatkan),

pasien hipertensi dengan komplikasi

yang dapat mempengaruhi

pemeriksaan nilai tekanan darag

seperti diabetes, gangguan ginjal, dan

hati yang berat.

Alat yang diperlukan dalam

penelitian ini berupa handphone,

tensimeter, stetoskop, laptop dan form

jadwal kepatuhan pasien, dan form

persetujuan. Sedangkan bahan

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

penelitian yang digunakan adalah

pulsa dan paket kartu perdana SIM.

Penelitian ini dilakukan dalam

beberapa tahap, meliputi perijinan,

pengelompokan sampel, pembagian

form, perlakuan, dan pengambilan

data. Perijinan, dilakukan antara pihak

peneliti dengan Posyandu Lansia

Dusun Gatak, Bantul, Yogyakarta

untuk izin melakukan penelitian.

Pengelompokan sampel penelitian

dibuat sesuai dengan kriteria inklusi

yang menentukan sampel menjadi

kelompok uji atau kelompok kontrol.

Informed consent berupa

penandatangan persetujuan oleh pasien

dan pemberian form jadwal kepatuhan

minum obat. Form ini akan diisi setiap

hari oleh pasien sendiri atau salah satu

anggota keluarga pasien yang tinggal

satu rumah sesuai jadwal minum obat

sampel apakah sampel minum obat

atau tidak. Pemberian perlakuan

berupa mengingatkan pasien kelompok

uji untuk meminum obat melalui SMS

sebanyak 2 kali (pukul 06.00 WIB dan

15.00 WIB) setiap hari selama 6

minggu. Selanjutnya, pengambilan

data dari form jadwal kepatuhan

minum obat setelah diberi perlakuan

selama 6 minggu.

Hasil penelitian

a. Kepatuhan Minum Obat

Pada hasil uji statistik terhadap

mean pre-test dan post-test dalam

gambar 1 di bawah ditunjukkan bahwa

pada kelompok eksperimen terdapat

perbedaan yang signifikan dengan nilai

p=0,000 (p<0,005) sedangkan pada

kelompok kontrol tidak terjadi

perbedaan yang signifikan dengan nilai

p=0,541 (p>0,005). Selain itu, dapat

dilihat juga pada hasil analisis

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

persentase pre-test dan post-test

tingkat kepatuhan minum obat pada

kedua kelompok. Pada kelompok

eksperimen, setelah diberikan

perlakuan terjadi peningkatan

persentase tingkat kepatuhan minum

obat yang signifikan sedangkan pada

kelompok kontrol tidak terjadi

perbedaan yang signifikan.

Gambar 1. Perbandingan rerata pre-test dan post-test prosentase tingkat kepatuhan minum obat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Pada hasil uji statistik terhadap

mean pre-test dan post-test dalam

gambar 1 ditunjukkan bahwa pada

kelompok eksperimen terdapat

perbedaan yang signifikan dengan nilai

p=0,000 (p<0,005) sedangkan pada

kelompok kontrol tidak terjadi

perbedaan yang signifikan dengan nilai

p=0,541 (p>0,005). Selain itu, dapat

dilihat juga pada hasil analisis

persentase pre-test dan post-test

tingkat kepatuhan minum obat pada

kedua kelompok. Pada kelompok

eksperimen, setelah diberikan

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

perlakuan terjadi peningkatan

persentase tingkat kepatuhan minum

obat yang signifikan sedangkan pada

kelompok kontrol tidak terjadi

perbedaan yang signifikan.

Selain keterangan di atas,

dalam gambar 1 juga menunjukkan

bahwa pada tingkat kepatuhan minum

obat, untuk membandingkan hasil

yang paling bermakna antar dua

kelompok, dapat juga digunakan

selisih persentase yang didapatkan dari

skor post-test dikurangi skor pre-test.

Peningkatan persentase tingkat

kepatuhan minum obat ditunjukkan

dengan nilai selisih yang positif,

sedangkan apabila hasilnya negatif,

artinya persentase post-test lebih

rendah dari pada persentase pre-test.

Tabel 1. Perbandingan antara rerata selisih pre-test dan post-test prosentase tingkat

kepatuhan minum obat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok Mean Selisih PEksperimen 47.0667

0.000Kontrol 0.5000

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa

pada kelompok eksperimen

menghasilkan mean selisih yang lebih

besar. Hal ini dapat dikatakan bahwa

terjadi perbedaan yang bermakna

dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang

artinya terjadi peningkatan yang

signifikan pada kelompok eksperimen

dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

b. Kestabilan Tekanan Darah

Dilihat dari gambar 2 di bawah,

hasil analisis tekanan darah setelah

diberi perlakuan pada kelompok

eksperimen menunjukkan terjadi

penurunan tekanan darah yang

signifikan dengan nilai p=0,000

(p<0,005). Selain itu, tekanan darah

post-test juga menunjukkan nilai yang

lebih rendah dibanding pre-test.

Sedangkan pada kelompok kontrol

tidak terjadi perbedaan yang signifikan

antara tekanan darah saat pre-test dan

post-test dengan nilai p=0,317

(p>0,005).

Gambar 2. Perbandingan pre-test dan post-test tekanan darah pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

Pada data tekanan darah, untuk

membandingkan hasil yang paling

bermakna antar dua kelompok,

digunakan tekanan darah post-test,

karena tekanan darah pre-test

semuanya hipertensi. Dalam tabel 2 di

bawah ditunjukkan perbandingan

mean post-test tekanan darah antara

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol menunjukkan

perbedaan yang bermakna dengan nilai

p=0,000 (p<0,05) yaitu terjadi

penurunan yang signifikan pada

kelompok eksperimen dibandingkan

pada kelompok kontrol.

Tabel 2. Perbandingan antara mean post-test tekanan darah kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

Kelompok Mean PEksperimen 2.0667 0.000Kontrol 2.9667

Diskusi

Apabila dilihat dari hasil

percobaan sebelumnya, selalu

didapatkan pada kelompok eksperimen

yang diberikan perlakuan berupa SMS

lebih menunjukkan perbedaan yang

bermakna bila dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Perbedaan ini

didapatkan dari analisis data pre-test

dan post-test antara dua kelompok

eksperimen dan kontrol, baik pada

tingkat kepatuhan minum obat dan

juga tingkat tekanan darah. Perbedaan

ini menunjukkan bahwa pemberian

pesan pengingat minum obat berupa

SMS memberikan pengaruh secara

tidak langsung pada penurunan

tekanan darah melalui peningkatan

kepatuhan minum obat pada pasien

hipertensi. Pasien pada kelompok

eksperimen yang menerima SMS

pengingat minum obat akan

mengalami peningkatan dalam

kepatuhan minum obat antihipertensi

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang tidak mendapatkan SMS

pengingat. Dengan peningkatan

kepatuhan minum obat ini, maka akan

memberikan efek secara langsung

dalam penurunan tekanan darah

sehingga kestabilan tekanan darah pun

akan tercapai. Sehingga dapat

dikatakan bahwa SMS terbukti efektif

dalam meningkatkan kepatuhan

minum obat dan kestabilan tekanan

darah pada pasien hipertensi yang

mengkonsumsi obat antihipertensi.

Pemberian pesan pengingat

minum obat berupa SMS ini juga

terbukti efektif dalam penelitian lain

yang berjudul “Effects of mobile phone

short message service on antiretroviral

treatment adherence in Kenya.” SMS

yang diberikan pada pasien dalam

kelompok perlakuan menunjukkan

adanya pengaruh berupa peningkatan

kepatuhan pengobatan antiretroviral

dan penurunan HIV-1 RNA dalam

plasma bila dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Namun, berbeda

dengan penelitian tersebut, target

pemberian SMS pada penelitian ini

adalah dari pihak keluarga pasien atau

tetangga yang masih terjangkau yang

bisa mengingatkan pasien secara

langsung untuk minum obat. Metode

ini dipilih oleh peneliti untuk

menghindari kepalsuan dalam

pengisian form kepatuhan minum obat

dari pasien itu sendiri. Selain itu,

terdapat perbedaan metode penelitian

berupa cara pengiriman SMS. Dalam

penelitian di Kenya tersebut, pesan

SMS yang digunakan menggunakan

kode atau bahasa tertentu yang

mempunyai arti tertentu juga, seperti

“Sawa” yang artinya semua berjalan

lancar dan “Shida” yang berarti

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

terdapat masalah sehingga perlunya

tenaga kesehatan mendatangi pasien

yang bersangkutan. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini peneliti memilih

cara yang lebih sederhana dengan

hanya mengirimkan pesan singkat

untuk minum obat.

Pengaruh pemberian pesan

pengingat minum obat berupa SMS ini

secara langsung akan mempengaruhi

tingkat kepatuhan minum obat. Karena

jangka waktu pengobatan pada pasien

hipertensi membutuhkan kontinuitas

atau secara rutin dan dalam jangka

waktu yang lama, maka terdapat

beberapa kemungkinan pola kepatuhan

minum obat pada pasien terganggu.

Sistem pengingat minum obat melalui

SMS ini dapat berfungsi sebagai

empati dan perhatian yang dapat

meningkatkan kepuasan pasien dalam

menjalani pengobatan. Ketika

kepuasan pasien meningkat, maka

kepatuhan dalam menjalani

pengobatan pun akan meningkat juga.

Tingkat kepatuhan minum obat

yang meningkat, secara langsung akan

memberikan efek yang lebih baik pada

reaksi obat terhadap tubuh. Obat

antihipertensi yang secara rutin

dikonsumsi, akan lebih baik

menurunkan dan menstabilkan tekanan

darah. Terdapat beberapa kelompok

obat lini pertama (first line drug) yang

digunakan untuk pengobatan

hipertensi yaitu: diuretic, penyekat

reseptor beta adrenergic (β-blocker),

penghambat angiotensin converting

enzyme (ACE-inhibitor), penghambat

reseptor angiotensin (Angiotensin-

receptor blocker, ARB), dan antagonis

kalsium. Masing-masing obat tersebut

mempunyai mekanisme yang berbeda

dalam menurunkan tekanan darah.

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

Obat antihipertensi golongan

diuretik mempunyai mekanisme kerja

menurunkan tekanan darah dengan

cara menghancurkan garam yang

tersimpan di dalam tubuh. Obat

antihipertensi golongan β-blocker

bekerja menghambat reseptor β1

sehingga akan menurunkan curah

jantung, menghambat sekresi renin

akibat penurunan Angiotensin II, dan

efek sentral yang mempengaruhi

aktifitas saraf simpatis. Obat

antihipertensi golongan ACE-Inhibitor

mempunyai mekanisme kerja secara

langsung menghambat pembentukan

Angiotensin II dan pada saat yang

bersamaan meningkatkan jumlah

bradikinin sehingga akan mengurangi

vasokonstriksi pembuluh darah. Obat

antihipertensi golongan penghambat

reseptor angiotensin mempunyai

mekanisme kerja yang hampir sama

dengan ACE-inhibitor yaitu berperan

sebagai inhibitor kompetitif dari

reseptor Angiotensin II. Obat

antihipertensi golongan antagonis

kalsium akan enghambat influk

kalsium pada sel otot polos pembuluh

darah dan miokard. Melalui

mekanisme itulah, obat-obat

antihipertensi pada berbagai golongan

dapat menimbulkan efek berupa

penurunan tekanan darah.

Dari hasil penelitian yang

dilakukan dan sesuai dengan hasil

analisis data dapat disimpulkan bahwa

penggunaan SMS sebagai pengingat

minum obat efektif untuk

meningkatkan kepatuhan minum obat

dan menjaga kestabilan tekanan darah

pada penderita hipertensi sehingga

meningkatkan keberhasilan dan

kualitas terapi hipertensi.

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh dalam

pemberian SMS pengingat minum

obat berupa peningkatan kepatuhan

minum obat dan peningkatan

kestabilan tekanan darah pada

pasien hipertensi

2. Adanya peningkatan kepatuhan

minum obat pada pasien hipertensi

setelah diberikan pesan pengingat

minum obat berupa SMS bila

dibandingkan dengan sebelumnya.

3. Adanya penurunan tekanan darah

(sistol dan diastol) pada pasien

hipertensi setelah diberikan pesan

pengingat minum obat berupa SMS

bila dibandingkan dengan

sebelumnya.

Saran

Dari penelitian ini, terdapat beberapa

saran sebagai berikut:

1. Penggunaan SMS sebagai pesan

pengingat minum obat ini sangat

mudah, murah, dan efektif

sehingga pemerintah dapat

menerapkannya di seluruh fasilitas

kesehatan dengan harapan dapat

meningkatkan kualitas terapi di

Indonesia.

2. Bagi instansi-instansi pelayanan

kesehatan, sistem SMS sebagai

pesan pengingat minum obat ini

dapat memberikan kepada pasien

baik yang sedang mendapat rawat

jalan maupun yang sedang

menjalani pengobatan dalam

jangka waktu lama.

3. Pengiriman SMS sebagai

pengingat minum obat dapat

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34808.doc · Web viewPenggunaan sistem pengingat minum obat otomatis pada komputer dinilai belum efektif untuk digunakan dokter yang fasilitas

disertai dengan kata-kata motivasi

untuk memberikan kepuasan dan

semangat bagi pasien dalam

menjalani pengobatannya.

Daftar Pustaka

1. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

2. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

3. Kaplan, J.B., & Sadock, T.C. 1997. Sinopsis psikiatri, ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis. E/7. Jakarta: Binarupa Aksara.

4. Niven, N. (2002). Psiklogi Kesehatan. Jakarta: EGC

5. Wolff, Hanns Peter. (2008). Hipertensi. Jakarta : PT Buana Ilmu Populer

6. Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Depkes, Jakarta: iii + 32 hlm

7. Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Hal. 1-122.

8. Kurniawan Usman, Uke. 2008. Konsep Teknologi Selular. Bandung: Informatika.

9. Hull, Alison. 1996. Penyakit Jantung. Hipertensi dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Akasara.

10. JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.JAMA289:2560-2571.