wijayalabs.files.wordpress.com  · Web viewPengajaran langsung berasaskan teori behaviorisme dan...

33
Nama : Hartati, S.pd Asal TK : Tk Pertiwi IV PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku. Segera setelah dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan. Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, jalur pendidikan terdiri atas: pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Selain jenjang tersebut, dapat juga diselenggarakan pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Taman kanak-kanak atau TK didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah. Ruang lingkup program kegiatan belajarnya meliputi; penbentukan prilaku memalui pembiasaan

Transcript of wijayalabs.files.wordpress.com  · Web viewPengajaran langsung berasaskan teori behaviorisme dan...

Nama : Hartati, S.pd

Asal TK : Tk Pertiwi IV

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan

tingkah laku. Segera setelah dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak dan hasil

yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan

kebutuhan.

Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan

di sekolah atau luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan

di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, jalur

pendidikan terdiri atas: pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Selain

jenjang tersebut, dapat juga diselenggarakan pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan

sebelum jenjang pendidikan dasar.

Taman kanak-kanak atau TK didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi

kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah.

Ruang lingkup program kegiatan belajarnya meliputi; penbentukan prilaku memalui pembiasaan

dalam pengembangan moral pancasila, agama, kedisiplinan, sosial emosional, dan

kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang

dipersiapkan guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta,

keterampilan dan jasmani. Sedangkan program kegiatan di TK berorientasi pada pembentukan

prilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar yang terdapat pada diri

anak didik sesuai tahap perkembangannya.

Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik

perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua

terhibur karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati.

Ada yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah

dasar.

Para ahli mengatakan, anak yang terlalu dipompa pengetahuan nya oleh orang tua

seringkali menjadi kurang kreatif dan takut salah. Selain itu bila setiap hari anak hanya belajar

dalam suatu rutinitas dan dalam ruangan kelas akan membuat anak menjadi jenuh, anak akan

kehilangan gairah untuk bereksplorasi dan berkreativitas.

Pada prinsipnya, bahan pelajaran dapat disajikan secara menarik sebagai upaya

menumbuhkan motivasi belajar anak didik. Motivasi berhubungan erat dengan emosi, minat dan

kebutuhan anak didik. Motivasi intrinsik yang berarti dorongan rasa ingin tau, keinginan

mencoba, dan sikap mandiri anak didik dapat dijadikan

landasan bagi pendidik untuk menentukan pola motivasi ekstrinsik. sehingga tujuan

pembelajaran efektif. Dengan demikian, dibutuhkan keterlibatan intelek-emosional anak didik

dalam proses interaksi edukatif. Guru diharapkan mampu mengelola motivasi dengan

menerapkan aktifitas anak didik, yaitu belajar sambil melakukan (learning by doing).

Kegiatan belajar mengajar tidak semestinya selalu dilakukan di dalam kelas, karena hal

itu akan membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan. Sesekali mereka diajak keluar kelas

untuk meninjau hal-hal di sekeliling mereka yang berhubungan dengan materi yang akan

dipelajari. Dalam hal ini merupakan penerapan dari metode field trip atau karya wisata yaitu

merupakan perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh

pengalaman belajar, terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian integral

dari kurikulum sekolah.

Berdasarkan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi di TK Pertiwi IV Pondok

labu, bahwa anak didik sering kali kehilangan semangat belajarnya kesekolah, merasa jenuh

selalu belajar didalam kelas, kurangnya semangat bereksplorasi dan berkreativitas. Hal ini

dapat dilihat dari kurangnya prestasi anak dalam berbagai lomba, kurang percaya diri dan

kurang keberanian untuk mencoba,takut salah, takut malu dan lain sebagainya.

B. Tujuan

Tujuan Perbaikan pengembangan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas anak usia

5-6 tahun melalui kegiatan Field trip di TK Pertiwi IV

C. Kegunaan

Perbaikan yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

semua pihak, terutama untuk:

1. Kepala Sekolah

a. Sebagai bahan kajian bagi kepala sekolah lebih lanjut dalam penyusunan

program dimasa mendatang, khususnya untuk pendidikan anak usia dini.

b. Memperdalam wawasan keilmuan dan memberikan gambaran yang jelas dalam

memilih metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

2. Guru

a. Guru lebih kreatif menciptakan berbagai kegiatan dengan media bervariasi dan

tidak membosankan bagi anak.

b. Dengan adanya guru mempunyai pengalaman melaksanakan Field trip yang

semakin bertambah, apabila ada guru yang terpaksa berhalangan, guru lain

tidak mengalami kesulitan untuk menggantikan.

c. Mengenalkan pembelajaran langsung kesumber ilmu akan membuat pelajaran

menjadi menarik selanjutnya.

d. Guru dapat mengelola kegiatan pengembangan dengan optimal.

2. Anak Didik

a. Terjadinya peningkatan kemauan anak untuk belajar.

b. Timbulnya rasa gembira dan antusias anak-anak pada setiap kali melaksanakan

kegiatan dan sesudahnya.

c. Melatih anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

d. Meningkatkan kemampuan kreativitas dalam bertanya, bersikap dan mempunyai

pengalaman bermakna.

3. Sekolah

a. Dapat menyempurnakan proses belajar dan mengajar terutama kegiatan field

trip di TK Pertiwi IV Pondok labu.

b. Teratasi kendala kurangnya semangat belajar anak karena kejenuhan selalu

belajar didalam kelas, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

c. Meningkatkan keprofesionalan guru.

d. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Orang Tua

a. Memberi kesempatan pada anak untuk memecahkan masalahnya sendiri agar

kemampuan kreatifitas meningkat

b. Memahami kebutuhan anak dan memfasilitasi kegiatan anak dalam rangka

meningkatkan kemampuan kreativitas dan meningkatkan pengalaman yang

bermakna.

D. Strategi pemecahan masalah

Pemecahan Strategi masalah dalam penelitian ini menggunakan teknik yang umumnya

digunakan yaitu

1. Observasi

Meneliti atau mempelajari suatu objek melalui observasi merupakan tahapan yang

paling penting dalam keseluruhan proses belajar selama suatu fildtirp dilakukan.

Sesungguhnya teknik observasi merupakan cara pemahaman yang paling alamiah

wajar, dalam usaha memperoleh informasi mengenai obyek-obyek dan kejadian-

kejadian kehidupan yang riil

2. Wawancara

Dalam mengamati suatu obyek, sering tidak cukup memmberikan kejelasan yang

memuaskan si pengamat. Hal itu mungkin saja timbul karena memang tidak memahami

apa yang sedang diamati atau karena penjelasan yang diberikan tidak cukup

menjelaskan obyeknya. Ketidak jelasan mengenai apa yang sedang diterangkan

mungkin disebabkan karena obyeknya terlalu asing .untuk memperoleh kejelasan yang

dalam bagian-bagian tertentu, kiranya teknik wawancara.

3. Diskusi

Merupakan penyempurna dari penggunaan teknik pengumpulan data berupa observasi

dan wawancara. Melalui diskusi yang dapat dilakukan ditempat obyek atau disuatu

ruangan yang telah diatur ditempat obyek, guru, murid-murid, dan para ahli yang

berasal dari obyek yang sedang dikunjungi dapat membuka suatu diskusi guna

mematangkan,memperjelas segala sesuatu yang telah diamati murid-murid selama

fildtrip dilakukan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan judul

1. Karateristik umum anak usia dini

Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik

perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua

terhibur karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati.

Ada yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah

dasar.

Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young

Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam

program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan

prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.

Untuk karakteristik anak usia dini bisa dilihat di bawah ini :

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign tahu

ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian

memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3 - 4 tahun anak sering membongkar pasang

segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar bertanya

meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.

2. Merupakan pribadi yang unik.

Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap anak

memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya.

Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu

menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia dini.

3. Suka berfantasi dan berimajinasi.

Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan

yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau

kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008). Anak usia dini sangat

suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata.

Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu

bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.

4. Masa paling potensial untuk belajar.

Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada rentang

usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai

aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak

terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan

tumbuh kembang anak.

5. Menunjukkan sikap egosentris.

Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak

cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang

masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.

6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.

Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan

mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam

menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini.

7. Sebagai bagian dari makhluk sosial.

Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar

berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi

sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia

bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajr untuk berperilaku

sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang

lain dalam kehidupannya.

Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis

perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi:

1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.

2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.

3. Membutuhkan latihan dan rutinitas.

4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh

jawaban.

5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.

6. Membutuhkan pengalaman langsung.

7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.

8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.

2. Kreativitas

Ada banyak sekali definisi mengenai kreatifitas; seperti yang dikatakan oleh Edwar de

bono mengatakan ada tiga unsur dalam kreatifitas. Pertama,”kreatif berarti mengubah sesuatu

sehingga menjadi sesuatu, dimana sesuatu itu sebelum nya belum pernah ada. Kedua, “

sesuatu itu haruslah bernilai.Ketiga,” hasil kreativitas haruslah sesuatu yang tidak terbayangkan

sebelumnya dan ada perubahan terhadap sesuatu yang belum ada.

Menurut Ned Herman, “ Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menantak asumsi-

asumsi, mengenai pola- pola, melihat dalam cara yang baru, membuat berbagai hubungan,

mengambil resiko dan menangkap segera suatu peluang.”

Menurut Ken Robinson (2009) dalam The Element menulis,”Creativity is the process of

having original ideas that have value.” Kreativitas seringkali berupa hasil dari kombinasi baru

dari unsur- unsur lama. Misalnya ribuan jenis resep masakan yang ada diseluruh dunia

hanyalah gabungan dari berbagai bumbu yang sudah ada.

Tentu banyak cara agar bisa kreatif misalnya, satu, melalui latihan kreativitas. Ada

banyak cara melatih agar orang bisa kreatif. Kedua, Menciptakan lingkungan yang kondusif

terhadap krativitas. Ada banyak indikator, lingkungan yang kondusif ini.

Cara lain agar kreatif adalah kita dan anak-anak kita beraktifitas yang sesuai dengan

“telant” atau bakat atau potensi kekuatan nya. Jika anak atau orang beraktivitas sesuai dengan

“telant” atau potensi kekuatan yang ada pada dirinya, maka otomatis dia akan kreatif.

Dalam hal kreativitas seperti digambarkan Anna Craft yang mengutip pandangan

Maslow, yaitu kreativitas dilihat sebagai aktualisasi diri dan sebuah bakat khusus untuk

“memberontak”. Elliot menambahkan bahwa imajinasi dan kreativitas adalah sama, karenanya

dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah masuk dalam imajinasi dalam melihat

kemungkinan-kemungkinan. Sehingga berpikir integratif berdasar pengalaman merupakan

kunci ‘Pencipta’ yang berhasil. Adapun indikator dari kreativitas anak adalah:

  1)         Kemampuan berpikir mencipta

                                 2)         Berpikir untuk pemecahan masalah

                                 3)         Model pembelajaran kreatif

                                 4)         Kondisi Lingkungan sekolah dan keluarga

3. Learning by doing

Belajar sambil melakukan didasarkan pada pengalaman yang dialami anak didik.

Karena persoalan pokok dari suatu pendidikan yang didasarkan atas pengalaman ialah memilih

jenis pengalaman sekarang yang berpengaruh secara kreatif dan produktif dalam seluruh

pengalaman berikutnya. Dengan demikian menyajikan kepada anak “ pengalaman langsung”

disertai berbagai situasi problematika yang mereka ciptakan sendiri, adalah kunci pendidikan

Dewey.

Dan belajar sambil melakukan didasarkan pada pengalaman yang dialami anak didik.

Karena persoalan pokok dari suatu pendidikan yang didasarkan atas pengalaman ialah memilih

jenis pengalaman sekarang yang berpengaruh secara kreatif dan produktif dalam seluruh

pengalaman berkutnya. Dengan demikian meyajikan kapada anak “pengalaman langsung”

disertai berbagai situasi problematik yang mereka ciptakan sendiri, adalah kunci pendidikan

Dewey, karena menurutnya sebelum tekanan berubah menjadi syarat yang membuatnya

menjadi hal yang diperlukan oleh si anak untuk mengambil bagian secara aktif dalam

membangun kepribadian demi menghadapi masalah-masalah sendiri, dan untuk berpartisipasi

dalam berbagai metode pemecahan terhadap masalah-masalah tersebut.

Adapun Indikator dari variabel model pembelajaran learning by doing adalah:

       1)         Tujuan dan fungsi model pembelajaran learning

by doing

                                 2)         Peran Pengalaman dalam Pembelajaran

                                 3)         Proses Pembelajaran

                                 4)         Materi Pembelajaran

                                 5)         Sarana /Media Pembelajaran

4. Pengertian Fieldtrip

Kegiatan belajar mengajar tidak semestinya selalu dilakukan di dalam kelas, karena hal

itu akan membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan. Sesekali mereka diajak keluar kelas

untuk meninjau hal-hal di sekeliling mereka yang berhubungan dengan materi yang akan

dipelajari. Dalam hal ini merupakan penerapan dari metode fieldtrip  (karyawisata), yaitu

merupakan pejalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh

pengalaman belajar, terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian integral

dari kurikulum sekolah.

Menurut Roestiyah teknik karyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya

2. Siswa dapat turut menghayati tugas pekejaan milik seseorang

3. Mereka dapat bertanya jawab, sehingga mampu memecahkan persoalan yang

dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum

4. Mereka bisa melihat, mendengar, meneliti, dan mencoba apa yang dihadapinya, agar

nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama bisa

mempelajari beberapa mata pelajaran.

Namun karyawisata dalam arti pembelajaran mempunyai arti sendiri yang berbeda

dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas dalam

rangka belajar. Misalnya dengan mengajak peserta didik mengamati hal-hal yang ada di

sekeliling sekolah, kemudian membuat karya yang pada akhirnya ada sangkut pautnya dengan

materi yang dipelajari selama waktu yang telah ditentukan oleh guru. Jadi karyawisata ini tidak

mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memelukan waktu yang lama. Karyawisata

dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.

Dengan melakukan karyawisata banyak hal yang akan diperoleh peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran, diantaranya adalah:

1. Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru mengenai materi yang dipelajari

dengan tanpa beiama-lama tinggal di ruang kelas sehingga mereka tidak merasa

bosan untuk belajar

2. Peserta didik mampu menganalisis penerapan materi dalam kehidupan di sekitar

mereka

3. Peserta didik mampu mengembangkan suatu teori dengan melihat kenyataan yang

ada

4. Tanpa adanya paksaan mereka termotivasi untuk terus belajar, karena dengan

begitu mereka merasa terbebaskan untuk berkreasi. dihadapi, sehingga mungkin

mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam

praktek

Penggunaan teknik ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi

agar pelaksanaannya dapat berhasil guna dan berdaya guna. Pembelajaran menggunakan

teknik ini pastinya berada di luar kelas, bahkan bisa jadi di luar sekolah. Oleh karena itu butuh

waktu untuk berjalan meskipun tidak telalu jauh, namun hal itu memotong jatah waktu yang

tersedia.

Selain itu, ketika menjumpai peserta didik yang sulit untuk diatur guru biasanya kesulitan

dalam mengendalikan mereka dalam kata lain mereka selalu seenaknya sendiri. Ketika berada

di luar kelas tidak belajar, akan tetapi justru mereka mempergunakan kesempatan tersebut

untuk hal yang lain.

mulai belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai

merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis perkembangan yang

perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi:

1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.

2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.

3. Membutuhkan latihan dan rutinitas.

4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban.

5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.

6. Membutuhkan pengalaman langsung.

7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.

8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.

5. Kelemahan dan Kelebihan Field Trip

Adapun kelemahan field trip sebagai media pembelajaran diantarannya sebagai berikut:

1. Field trip akan gagal jika menemukan obyek- obyek yang kurang sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan

2. Apabila waktu yang tersedia dalam field trip tidak mencukupi maka akan menyita waktu

pelajaran

3. Field trip membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang besar sehingga menjadi

beban siswa&guru itu sendiri.

4. Apabila field trip tidak direncanakan secara matang atau tidak mempunyai tujuan dalam

pembelajaran sebelumnya maka akan menjadi acara piknik.

5. Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih banyak mengingat Siswa lebih bebas

bergerak dan berkeliaran kesana kemari.

Kelebihan Field trip antara lain:

1. Mempelajari proses sosial, berpartisipasi dalam masyarakat, ikut serta dalam

kehidupan, turut dalam memelihara kesehatan, dan menikmati keindahan alam.

2. Mempelajari masalah sosial, warga, dan hubungan antar kelompok.

3. Berguna bagi lapangan akademik, kesenian, ilmu bumi, dan sejarah. 

Kelebihan field trip sebagai media pembelajaran adalah:

1. Siswa dapat menyaksikan secara langsung sesuai pengamatannya atau obyek yang

diamati.

2. Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama di lapangan dengan

mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat, menyimpulkan dan lain-lain terhadap

hal-hal yang belum atau kurang dipahami

3. Siswa dapat mempraktekkan hasil karyawisata atau hasil kunjungannya.

4. Pengetahuan siswa menjadi integral atau terpadu

5. Siswa dapat menumbuhkan semangat baru untuk belajar dengan sungguh-sungguh

dengan adanya field trip.

6. Siswa dapat menumbuhkan pengetahuan yang lebih luas.

6. Pengertian media pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Proses pembelajaran tidak

dapat dipisahkan dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dengan

sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang

pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Proses pembelajaran agar dapat

terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan

merumuskan Perencanaan pembelajaran secara jelas dan tegas.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-

upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.

Kemajuan di bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut

digunakannya berbagai media pembelajaran. Pembelajaran yang dirancang secara baik dan

kreatif dengan memanfaatkan teknologi multimedia, dalam batas-batas tertentu akan dapat

memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang

dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu para guru

dituntut agar mampu memahami, memanfaatkan alat-alat yang tersedia atau media

pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Untuk memahami hal tersebut, pemakalah menerapkan penggunaan media sebagai

sarana dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah

satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar

Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian

guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu

mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan

pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam makalah ini kami akan

mencoba, memberikan penjelasan secara singkat tentang perencanaan media dalam

pembelajaran. Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah,

perantara atau pengantar. Association for Education and Comunication Technology ( AECT )

mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran

informasi. Gerlach dan Ely (1979) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar

peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal

(Gagne dan Briggs, 1979: 3). Pembelajaran adalah segala upaya untuk menciptakan kondisi

dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) yang dilakukan oleh

pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana

komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat

lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan

pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.

Secara khusus, media pembelajaran pendidikan agama Islam adalah alat, metode, dan

teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru

dan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah.

Kalau kita perhatikan perkembangan media pembelajaran ini pada mulanya hanya

dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi seorang guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat

bantu visual yaitu berupa gambar, model, objek dan media lain yang dapat memberikan

pengalaman konkret dan motivasi belajar sehingga dapat mempertinggi daya serap dan hasil

belajar siswa.

Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan mutu proses kegiatan

belajar mengajar. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan

teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah

percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio visual

yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi

yang muncul terakhir adalah teknologi mikro prosesor yang melahirkan pemakaian komputer

dan kegiatan interaktif.

Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan indra yang terlibat menurut Rudi

Bretz (1997) yaitu ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk

visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis (linergraphic) dan

simbol. Di samping itu dia juga membedakan media siar (transmisi) dan media rekam

(recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi media; media audio visual gerak; media audio visual

diam; media audio semi gerak; media visual gerak; media visual diam; media visual semi gerak;

media audio, dan media cetak.

Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan rangsangan belajar menurut Briggs

lebih menekankan pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat

ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan

karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Di samping itu Briggs

mengidentifikasi macam-macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar,

yaitu; objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram,

papan tulis, media transparansi, film bingkai, film, televisi dan gambar.

Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan fungsi pembelajaran menurut Gagne ada 7

macam pengelompokan media yaitu; benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, gambar

cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ke tujuh macam

pengelompokan media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi

menurut tingkat hierarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus dan penarik

minat belajar.

Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan hierarki pemanfaatannya menurut Duncan,

semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai semakin mahal biaya investasinya, semakin

susah pengadaannya dan semakin luas lingkup penggunaannya. Sebaliknya semakin rendah

perangkat media yang digunakan biaya akan menjadi murah, pengadaannya lebih mudah, sifat

penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya.

Dengan pengklasifikasian media pembelajaran dapat diketahui karakteristik media

menurut tinjuan ekonomisnya, lingkup sasaran yang diliput, kemudahan kontrolnya oleh si

pemakai dan sebagainya. Juga dapat dilihat dari kemampuan membangkitkan rangsangan

indera penglihatan, pendengaran, perabaan percakapan, maupun penciuman, atau

kesesuaiannya dengan tingkat hierarki belajar. Klasifikasi media, karakteristik media, dan

pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi

pembelajaran. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan

karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisien serta efektivitas proses dan hasil

pembelajaran.

7.. Pembelajaran langsung ke sumber ilmu

Pembelajaran langsung merupakan strategi pengajaran yang digunakan oleh guru dan

mengikut struktur tetap dengan langkah-langkah spesifik untuk membimbing pelajar ke arah

mencapai hasil pembelajaran yang eksplisit. Guru akan mengekalkan kawalan lokus terhadap

proses pengajaran dan memantau pembelajaran pelajar sepanjang proses. Keistimewaan

pengajaran langsung termasuklah menyampaikan maklumat yang banyak dalam masa tertentu.

Oleh sebab model ini terarah guru, maka guru mereka cipta perkembangan pengajaran yang

sesuai dengan umur pelajar dan berperingkat-peringkat.

Pengajaran langsung berasaskan teori behaviorisme dan pembelajaran sosial.

Pembelajaran behaviorisme banyak menyumbang terhadap pengajaran langsung. Guru yang

mengajar mengikut prinsip, merangka objektif yang mendeskripsikan dengan tepat tingkah laku

yang perlu dilakukan pelajar; menyediakan pengalaman pembelajaran seperti amalan di mana

pembelajaran murid boleh dipantau dan maklum balas disediakan; serta memberikan perhatian

kepada bagaimana tingkah laku di dalam bilik darjah diberikan ganjaran.

8.Prinsip-prinsip pembelajaran langsung

Antara prinsip pembelajaran langsung ialah:

Pengenalan/Review

Topik yang dipelajari akan disampaikan kepada murid atau mengkaji topik yang disusun

untuk pembelajaran.

Perkembangan

Guru memberikan penerangan, uraian, contoh atau model tentang apa-apa yang ingin

dipelajari dengan jelas serta menerangkan pemahaman anak didik.

pembelajaran terbimbing

Peluang diberikan kepada pelajar untuk melatih apa-apa yang diharapkan oleh mereka

untuk dikuasai. Di samping itu,  guru memantau aktivitas atau tugasan yang diberikan

B.Keadaan sebelumnya

Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi IV, yang beralamat di Jalan Swakarya Komplek

DDN I kelurahan Pondok Labu, kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Peneliti mengadakan

penelitian di kelompok B. peneliti melakukan penelitian di kelompok tersebut, karena peneliti

akan meningkatkan kemampuan kreativitas pada anak usia 5-6 tahun.

TK Pertiwi IV merupakan lembaga pendidikan yang berdiri di bawah naungan Dharma

Wanita Persatuan Sub Unit Inspektorat Jendral Kemendagri yang di ketuai oleh “Ibu Sri Maliki”

dan Kepala sekolah Ibu Hartati, S.Pd.

Sebelum dilaksanakan Penelitian disekolah kami cenderung anak didik jarang sekali

bereksplorasi dan berkreativitas sehingga kegiatan disekolah fakum dan lesu. Program sekolah

pun menjadi kurang menarik sehingga sekolah kami tidak mempunyai cirri khas tersendiri yang

dapat menarik masyarakat.akhirnya dari tahun ke tahun murid menjadi berkurang

C. Hasil Pelaksanaan

Penelitian yang mengambil studi tentang upaya meningkatkan kreativitas anak usia 5-6

tahun melalui kegiatan Field trip di TK PERTIWI IV melaksanakan indikator kerja/ prosedur

kerja sebagai berikut :

(1) perencanaan (planning)

(2) tindakan (acting)

(3) observasi(observation)

(4) Refleksi (Reflection)

(5) Revisi perencanaan jika masih diperlukan untuk perbaikan.

Field trip Pemadam Kebakaran

a. Perencanaan (planning)

Anak dipersiapakan/ dirangsang keingin tahuannya dengan mempersiapakan pertanyaan – pertanyakan.

Persiapan keberangkatan

Mempersiapakan kegiatan edukasi selama berada di kantor pemadam kebakaran

b. Tindakan (acting)

Datang dan memberi salam

Mendengarkan arahan dari kepala pimpinan/petugas pemadam kebakaran

Anak- anak diberikan kesempatan untuk bertanya

Anak mengantri untuk memakai baju anti api dan memegang alat-alat

c. Observasi

Melihat berbagai berbagai macam alat, perlenkapan pemadam kebakaran

Melihat dan memperaktekan pemadaman api

d. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam

tahap ini , dari hasil observasi guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi

apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan kreativitas anak

dalam kemampuannya bertanya, bersikap, mengenal berbagi alat pemadam kebakaran,

tanggap jika ada kebakaran serta memberikan pengalam yang bermakna.

FOTO KEGIATAN

.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian menggunakan salah satu bentuk pembelajaran learning

by doing yaitu fieldtrip antara lain pemadam kebakaran terlihat banyak sekali kemajuan baik

dari siswa-siswi maupun guru .

Siswa dan guru mendapat pengetahuan baru, dapat mengembangkan kreativitas, dan

kemandirian. Siswa memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya. Guru

mendapatkaan pengalaman dan mempunyai bahan ajar, pengetahuan yang bertambah untuk

memberikan informasi/pengetahuan kepada siswa yang akan datang.Fieldtrip menjadi daya

tarik masyarakat yang mempunyai anak usia PAUD/TK untuk meyekolahkan putra-putrinya di

TK Pertiwi IV.

Dari pengamatan yang dilakukan selama 6 bulan disatu tahun ajaran melaksanakan

penelitian di TK Pertiwi IV Terlihat dari banyak nya kegiatan – kegiatan lain yang menunjukkan

kemajuan kreatifitas guru dan siswa diantaranya:

Karena semakin banyaknya program – program dan kegiatan yang dilaksanakan di TK

pertiwi IV sebagai bentuk kemajuan kreatifitas guru dan siswa maka kepercayaan masyarakat

kepada TK Pertiwi IV semakin baik dan program-progamnya menjadi daya tarik tersendiri.

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa Upaya Meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui

Kegiatan Field Trip di TK Pertiwi IV dalam kategori baik atau berhasil

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini peneliti mengemukakan beberapa saran antara

lain sebagai berikut:

Pada Prinsipnya, bahan ajar harus disajikan secara menarik sebagai upaya

menumbuhkan motivasi belajar anak didik untuk itu guru perlu mempunyai kompetensi yang

tinggi untuk dapat memilih dan menyajikan bahan ajar yang menarik bagi peserta didik dengan

memperhatikan seluruh aspek dan tahap perkembangan anak usia 5-6 tahun.

Proses Kegiatan pengembangan harus dilaksanakan secara sistematis dan teratur

sesuai dengan yang sudah diprogramkan di masing-masing sekolah, Serta peningkatan

kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan Field Trip terus dapat dilaksanakan secara

kontinue dan intensif agar peserta didik timbul rasa gembira dan antusias setiap kali

melaksanakan kegiatan belajar mengajar langsung kesumber ilmu.

Agar kegiatan kunjungan Field trip dapat terlaksana dengan baik dan lancar perlu

mendapat dukungan dari berbagai pihak diantaranya orang tua murid, para pimpinan

perusahaan, instansi pemerintah dan pemilik perorangan yang tempatnya akan dijadikan obyek

kunjungan field trip.