marlina2.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Belum pernah...

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belum pernah terjadi dalam sejarah bahwa umat Islam mengalami kekalahan, kemunduran dan kemerosotan yang begitu parah seperti yang terjadi pada masa sekarang ini. Kemunduran yang menimpa kaum Muslimin dewasa ini sebagaimana dikemukakan para cendekiawan Muslim, bersumber dari “kegagalan dakwah” dalam membina generasi penerusnya. Yakni yang dimaksud dengan “kegagalan dakwah” adalah belum tercapainya tujuan dakwah yang mengajak manusia untuk totalitas mengabdi (beribadah) kepada Allah dan Rasul-Nya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Persoalan paling mendasar yang menyebabkan umat ini (Islam) semakin terpuruk dalam kemunduran dan krisis multi dimensi adalah hilangnya ruh dan nilai-nilai rabbaniyah yang seharusnya menjadi identitas pribadi muslim baik pada tataran individu atau pun masyarakat secara kolektif, Kita semua adalah pengemban dakwah dikarenakan umat Islam pada umumnya dan khususnya juru dakwahnya telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar Islam. Hal ini ditandai dengan pemahaman atau keyakinan yang salah terhadap ajaran Islam, seperti pemahaman hadits bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di akhir 1

Transcript of marlina2.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Belum pernah...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belum pernah terjadi dalam sejarah bahwa umat Islam mengalami kekalahan,

kemunduran dan kemerosotan yang begitu parah seperti yang terjadi pada masa

sekarang ini. Kemunduran yang menimpa kaum Muslimin dewasa ini sebagaimana

dikemukakan para cendekiawan Muslim, bersumber dari “kegagalan dakwah” dalam

membina generasi penerusnya. Yakni yang dimaksud dengan “kegagalan dakwah”

adalah belum tercapainya tujuan dakwah yang mengajak manusia untuk totalitas

mengabdi (beribadah) kepada Allah dan Rasul-Nya guna mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

Persoalan paling mendasar yang menyebabkan umat ini (Islam) semakin

terpuruk dalam kemunduran dan krisis multi dimensi adalah hilangnya ruh dan nilai-

nilai rabbaniyah yang seharusnya menjadi identitas pribadi muslim baik pada tataran

individu atau pun masyarakat secara kolektif, Kita semua adalah pengemban dakwah

dikarenakan umat Islam pada umumnya dan khususnya juru dakwahnya telah

meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang

datang dari luar Islam.

Hal ini ditandai dengan pemahaman atau keyakinan yang salah terhadap ajaran

Islam, seperti pemahaman hadits bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di

akhir zaman, yang menyebabkan umat Islam statis dan tidak mau mengubah nasib.

Sebab lain adalah perpecahan yang ada dalam umat Islam sendiri, pemerintahan yang

absolute (mutlak) mempercayakan pimpinan umat kepada orang-orang yang tak

dapat dipercaya dan disebabkan juga karena lemahnya tali ukhuwah Islamiyah.

Adapun yang menjadi barometer (alat ukur) “Kegagalan Dakwah” adalah

sebagaimana yang terjadi dan kita lihat dewasa ini. Kaum Muslimin menjadi kaum

yang “terbelakang” peradabannya, terbelakang pengatahuan-teknologinya,

terbelakang ekonominya, dipecah belah, diadu domba, dikeluarkan dari warisan dan

tradisi pendahulunya dan akhirnya mereka menjadi kaum lemah yang siap didekte

dan diperintah orang lain.

1

Perkembangan dakwah dengan tuntutan dan tantangan yang besar

mengharuskan juru dakwah untuk memformulasikan kembali model dan metodologi

dakwah agar tidak terasa kering. Hal ini dilakukan oleh para juru dakwah agar

“kegagalan dakwah” sepatutnya tidak terulang lagi oleh generasi berikutnya. Karena

akan menambah parahnya penderitaan dan kesengsaraan ummat. Jika kaum

muslimin yang sedang mundur ini hendak dibangkitkan kembali menjadi kaum yang

memimpin peradaban dunia. Hal pertama yang harus dilakukan adalah merombak

sistem dakwah yang diterapkan selama ini kemudian dibangun dan dikembangkan

sebuah bentuk sistem dan metode dakwah yang akan mengangkat harkat dan

martabat mereka sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Rasulullah saw dan

generasi Islam terdahulu. Mereka telah berhasil dengan gemilangnya memahami dan

menerapkan sistem pembinaan manusia unggul yang diajarkan Allah swt melalui

bimbingan Rasulullah saw yang menjadi qudwah bagi umat Islam.

Demikian pula dengan sistem dakwah generasi sesudahnya yang telah

melahirkan paradaban baru dalam sejarah kemanusiaan dan menjadi mercusuar pada

masa itu. Sejarah kegemilangan Islam terdahulu dapat dicapai karena generasi Islam

benar-benar memahami sistem dakwah yang akan mengantarkan mereka menuju

kegemilangan.

Dalam penerapan dakwah, diperlukan pendekatan yang tepat sesuai dengan

situasi dan kondisi, sehingga dengan demikian, pesan-pesan dakwah dapat mengena

kepada sasaran dan dengan demikian diharapkan dakwah dapat dengan mudah

diterima mad’u sebagai objek dakwah.

Stoddart, dalam The New World of Islam, menggambarkan perkembangan

Islam: “Bangkitnya Islam, barangkali suatu peristiwa paling menakjubkan dalam

sejarah manusia. Dalam tempo seabad saja, dari gurun tandus dan suku bangsa

terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separo dunia. Menghancurkan

kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar, yang telah dianut

berbilang zaman dan abad. Mengadakan revolusi berfikir dalam bangsa-bangsa. Dan

sekaligus membina suatu dunia baru, dunia Islam”. Tidak lain, bahwa perkembangan

dakwah Islam tersebut – yang digambarkan oleh Stoddart seorang pengamat sejarah

dari Barat, sebagai paling menakjubkan dalam sejarah manusia – karena adanya

2

aktifitas dakwah yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh-tokoh dakwah Islam,

termasuk oleh setiap muslim

Maka untuk mengetahui lebih jauh kegagalan ummah dalam sistem dakwah

yang mereka terapkan dewasa ini, diperlukan studi terhadap sistem dakwah secara

lurus dan jujur, mau tidak mau harus pula diadakan kritik terhadap segala bentuk

kelemahan dan kegagalannya, baik secara teori ataupun prakteknya, disamping

menunjukkan dimana letak keutamaannya agar dapat dibangun formula dakwah yang

lebih mendekati warisan dan tradisi yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw dan

diikuti para sahabat dan generasi sesudahnya.

Yang menjadi landasan adalah firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzaab [33] ayat

39, yaitu:

Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka

takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun)

selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.”

B. Tujuan

1. Mengetahui sebak dan akibat dari kegagalan dakwah islam

2. Menyikapi Kegagalan Dakwah Islam

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui sebab kegagalan dakwah islam

2. Dapat mengetahui akibat dari kegagalan dakwah islam

3. Tahu bagaimana dalam menyikapi kegagalan dakwah islam

D. Kerangka Pemikiran

Islam adalah agama Da’wah, dan mempertahankan kebebasan berda’wah itu

secara konsekuen.

Kajian ilmiah mengenai Islam di Indonesia menyangkut berbagai permasalahan

yang tidak semuanya transparan bagi banyak orang, sehingga hasilnya juga tidak bisa

dianggap taken for granted (selalu benar) (Nurcholish Madjid, 2008:3). Mengenali

3

dan memahami sebaik mungkin permasalahan merupakan langkah dan strategi yang

sangat penting untuk bisa menentukan pilihan jenis kajian ilmiah Islam yang lebih

tepat atau lebih urgen, sesuai dengan kemungkinan dan fasilitas yang tersedia

(Nurcholish Madjid, 2008:3).

Dewasa ini dakwah Islam dinilai “gagal” dalam mengarahkan manusia untuk

‘amar ma’ruf nahyi munkar. Dakwah seolah-olah kehilangan “ruh”nya. Kenapa ini

terjadi? Karena jauhnya umat Islam dari nilai-nilai Al-Qur’an.

Sebagai kitab dakwah yang penuh hikmah, Al-Qur’an banyak mengenalkan

tema-tema dakwah. Setiap tema sarat makna yang menantang untuk ditelaah,

dipahami, ditafsirkan dan dihubungkan dengan semangat kehadiran Al-Qur’an

sebagai petunjuk, penjelasan dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Dengan

demikian, idealnya nilai-nilai Al-Qur’an betul-betul hadir di tengah-tengah

kehidupan sosial budaya yang menerangi, interaktif dan komunikatif dengan

zamannya.

Selain itu, Al-Qur’an juga mengatur dan menjelaskan segala sesuatu yang

berkenaan dengan dakwah, baik pada aspek subtansi maupun metodologinya. Oleh

karenannya Al-Qur’an harus menjadi rujukan utama dalam setiap kegiatan dakwah.

Karena itu pula upaya-upaya sistematis dan metodologis untuk menggali nilai-nilai

Al-Qur’an tentang dakwah menjadi keharusan yang tidak dapat dihindarkan.

BAB II

4

LANDASAN TEORI

A. Definisi Dakwah

Secara bahasa (etimologi), dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u,

da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan,

permohonan dan permintaan.

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat berbagai macam definisi dakwah, antara

lain :

……….. .…… ( ٢٣ : البقرة)

“..dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah...”

Begitu pula ayat berikut menunjukkan variasi arti dari kata dakwah :

٣٣فصلت : ) )

Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru

kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" \

……. ……….. : ) ١٨٦البقرة(

Artinya : …….. “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia

memohon kepada-Ku………”

Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah,

diantaranya adalah Syekh Al-babiy al-Khuli mendefinisikan dakwah dengan “upaya

memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik.” . Demikian pula A.

Hasymi dalam bukunya Dustur Dakwah dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa

dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan

syaria’ah Islam, yang terlebih dahulu diyakini dan diamalkan oleh pendakwah

sendiri.

Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, dalam Q.S. Ash-Shaff (61): 3, yaitu

) ٣ : الصف(

5

Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang

tidak kamu kerjakan”

Sedangkan definisi dakwah menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed adalah :

“Sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku,

dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha

mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar

supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan

serta pengamalan terhadap ajakan agama sebagai message yang disampaikan

kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.

Pendapat di atas sesuai dengan firman Allah swt, dalam surat Al-Baqarah

[2]:256, yaitu :

( ٢٥٦ : البقرة)

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat

Adam Abdullah Al-Alusy dalam kitabnya Tarikh ad-Da’wah Islamiyah

mengartikan dakwah sebagai ”pendorong manusia agar berbuat baik dan mengikuti

petunjuk, menyeru untuk berbuat kebaikan dan melarang dari perbuatan mungkar

agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.”. Lain halnya dengan Quraish

Shihab, ia mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan,

atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi

maupun masyarakat. Betapa pun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang

berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan

upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang

tidak baik kepada situasi yang lebih baik, dan hakikat makna dakwah adalah kegiatan

amar ma’ruf nahi munkar, berkaitan dengan syi’ar agama.

B. Metode Dakwah

Di negeri ini, para pemikir dan pemuka Islam sudah sejak lama merisaukan

tentang metode dakwah yang dijadikan pegangan selama ini. Ada yang perpendapat

metode dakwah selama ini kurang menyesuaikan diri dengan perubahan atau

perkembangan sosial yang terjadi di tengah umat. Oleh karena itu, metode dan etika

6

dalam berdakwah perlu diperhatikan. Karena niat baik saja tidak cukup, jika tidak

diiringi dengan cara (metode) yang benar. Begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka berikut ini akan dipaparkan metode

dakwah yang akurat dalam Al-Qur’an. Membicarakan masalah metodologi berarti

memasuki aspek epistemologi dalam filsafat keilmuan, karena aspek ini secara

filosofis membahas tentang cara menerapkan usaha-usaha dalam rangka

mengembangkan suatu ilmu. Metode berasal dari kata method (bahasa Inggris) atau

Methodos (bahasa Yunani); meta yang artinya sesudah atau melampaui dan hodos

artinya cara atau jalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa ”Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.” Kata metode telah menjadi

bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara

yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan,

rencana sistem, tata pikir manusia.” Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajara

Islam disebutkan bahwa metode adalah “Suatu cara yang sistematis dan umum

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah. Ketika membahas tentang metode

dakwah, maka pada umumnya para juru dakwah merujuk pada surat An-Nahl [16]

ayat 125 :

: ) ١٢٥النحل (

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (R. H. A. Soenarjo, 421:1989)

Ada beberapa kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat

di atas, antara lain sebagai berikut :

1. Bi al Hikmah

Kata “hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam

nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara

7

makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah

kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal

yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut Imam Abdullah

bin Ahmad Mahmud an-Nasafi, arti hikmah yaitu :

“Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang

benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan

keraguan.

Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame

of reference, field of reference dan field of experience, yaitu situsi total yang

mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (objek dakwah). Dengan kata lain bi

al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas

dasar persuasif . Karena dakwah bertumpu pada human oriented, maka konsekuensi

logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis,

agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif sebagaimana ketentuan Al-

Qur’an surat Al Ghaasyiyah [88]:21-22 :

) : شية -٢٢الغا

٢١(

Artinya : “Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang

yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas

mereka

Dalam Al-Qur’an terdapat banyak kata hikmah, di antaranya adalah :

(١٢٩ : البقرة)

Artinya : “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan

mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan

mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-

Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha

Kuasa lagi Maha Bijaksana.”

8

: ) ٢٦٩البقرة (

Artinya : “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al

Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan

Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi

karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang

dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”

2. Mauidzah al Hasanah

Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’izhah dan

hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza-ya’dzu-wa’dzan-‘idzatan yang

berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah

merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelakan (M.

Munir, 2006:15).

Adapun pengertian secara istilah ada beberapa pendapat, salah satunya menurut

Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’izhah al-Hasanah merupakan salah satu manhaj

(metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat

atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Pendapat

Abd. Hamid al-Bilali sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Thaahaa [20]:44,

yaitu :

: ) ٤٤طه (

Artinya : “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang

lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut."

Menurut Filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan

bahwa mau’izhah hasanah adalah mau’izhah Ilahiyyah yaitu upaya apa saja dalam

menyeru/mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yad’u ila al shaleh) dengan

cara rangsangan menimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan

waspada (rahbah).

Sikap lemah lembut (affection) menghindari sikap egoisme adalah warna yang

tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan ide-idenya untuk

mempengaruhi orang lain secara persuasif dan bahkan coersive (memaksa). Caranya

dengan mempengaruhi objek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan

9

rasional. Maksudnya sebagai subjek dakwah harus memperhatikan semua

determinan psikologis dari objek dakwah berupa frame of reference (kerangka

berfikirnya) dan field experience (lingkup pengalaman hidup dari objek dakwah dan

sebagainya).

Dalam hal ini Nabi mengingatkan kepada kita selaku umatnya melalui

sabdanya, yaitu : “Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan

kemampuannya.” Jadi setelah memahami frame of experience dari objek dakwah,

seorang da’i diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan nasehat yang

faktual berupa mau’idzah hasanah agar pihak objek dakwah dapat menentukan

pikirannya terhadap rangsangan, psikologis yang mempengaruhi dirinya.

Sebaliknya, perilaku yang kasar, main paksa justru menjauhkan simpatik orang

lain. Allah swt, berfirman :

: ) ٲلعمران

۱۵۹(

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.”

Kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’izhah hasanah, akan mengandung arti

kata-kata yang masuk ke dalam qolbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam

perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan

kesalahan orang lain sebab kelemahan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan

hati yang keras dan dapat menjinakkan qolbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan

kebaikan daripada larangan dan ancaman (M. Munir, 2006:17).

10

3. Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata “jadala” yang

bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti

wazan faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.

Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa-almunadzarah,

mengartikan bahwa “al-jidal” secara bahasa dapat bermakna pula “Datang untuk

memilih kebenaran” dan apabila berbentuk isim “al-jadlu” maka berati

“pertentangan atau perseteruan yang tajam” . Dari segi istilah (terminologi) Al-

Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak

secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di

antara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu

upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan

argumentasi dan bukti yang kuat.

C. Tujuan Dakwah

Secara konsepsional, dakwah memiliki materi dan tujuan-tujuan yang spesifik.

Dakwah mempunyai tujuan yang satu, yaitu “Menyerah” didalam pengertian

penyerahan diri sepenuhnya, penyerahan diri dan kepatuhan para hamba kepada

Allah, Tuhan seru sekalian alam, menarik umat manusia keluar dari kesetiaan

mengabdikan diri kepada sesama hamba Allah swt, membawa mereka keluar dari

sikap patuh dan tunduk kepada sesama hamba Allah di dalam urusan peraturan hidup

dan pemerintahan, nilai-nilai dan kebudayaan, untuk bersikap patuh dan tunduk

kepada kekuasaan pemerintahan dan peraturan Allah swt. saja di dalam semua urusan

hidup guna mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Allah swt menegaskan dalam firman-Nya :

)۱۰٤ٲلعمران( :

Artinya : ”menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

dari yang munkar.”

Dan dalam ayat lain Allah swt,. Kembali berfirman :

: ) ۱ٳبراهیم(

11

Artinya : ”Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya

kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang

benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang

Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

Oleh karena itu, dalam menjalankan amanah dakwah Islam di dunia ini kita

sebagai juru dakwah harus semangat dan istiqomah dalam berdakwah. Kita jangan

kalah dengan orang-orang komunis dan orang-orang kafir yang melakukan gerakan

di dunia ini demi menyeru manusia untuk menerima pemikiran mereka, dan

mengganti hidup manusia sesuai dengan apa yang mereka serukan. Mereka (orang-

orang komunis dan orang-orang kafir) juga tugas itu dengan sungguh-sungguh dan

rela berkorban.

Seharusnya seperti itu juga para juru dakwah Islam berbuat, bahkan mereka

diperintahkan lebih dari itu. Para juru dakwah wajib berusaha untuk menjalankan

Islam sebagai sebuah sistem hidup, dan hendaknya ini menjadi tujuan dalam hidup.

Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka tujuan dakwah Islam yang mulia ini akan

tercapai dan bukan sekedar mimpi di siang bolong.

Kalau kita mau melihat sejarah Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwahnya,

ia tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan membimbing, tetapi juga

sebagai uswatun hasanah. Ia juga memberikan contoh dalam pelaksanaanya, sangat

memperhatikan dan memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi seperti

pertanian, peternakan, perdagangan dan sebagainya.i

Dakwah Nabi pun dalam periode Mekkah penuh dengan pengorbanan-

pengorbanan baik raga, harta benda, bahkan jiwanya terancam akibat percobaan

pembunuhan serta yang lebih berat lagi adalah korban perasaan, dari pada fitnah

berupa ejekan, cemooh, cerca, penderitaan karena dikucilkan dan sebagainya.

Demikian pula dalam periode Madinah para sahabat dan para pengikut Nabi, mereka

bekerja keras dalam berbagai sektor kehidupan sosial, ekonomi dan sebagainya,

orang-orang dari Anshor sebagian memberikan tanahnya, ternaknya, hartanya,

kepada orang-orang Muhajirin yang telah kehabisan bekal. Rasul menghimpun harta

benda untuk kepentingan pertahanan negara dan sebagainya.ii

Jelaslah bahwa kalau kita mau bercermin pada sejarah Nabi, telah

memberikan suritauladan dalam hidup dan melakukan dakwahnya beliau senantiasa

12

menunjukkan satunya kata dengan tindakan. Nabi menunjukkan adanya kesatuan

antara ucapan dan dengan perbuatan. Beliau tidak hanya hidup berdo’a dan

berkhutbah, tanpa melakukan aksi sosial kemasyarakatan.

D. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Dakwah

Dalam melakukan aktivitas apapun sudah menjadi Sunnatullah pasti akan

menemukan yang namanya keberhasilan atau kegagalan. Begitu pun dengan dakwah

Islamiyah yang kita lakukan.

Adapun yang dimaksud kegagalan dakwah adalah belum tercapainya tujuan

dakwah, yang mengajak manusia untuk melakukan ‘amar ma’ruf nahi munkar dan

totalitas mengabdi (beribadah) kepada Allah dan Rasul-Nya guna mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sebagai manusia yang punya kewajiban berdakwah tidak saja harus instropeksi

(muhasabah) diri, tetapi juga perlu waspada dalam setiap kali melakukan aktifitas

dakwahnya. Hal ini penting karena bahaya yang menghadang mereka (juru dakwah)

tidak dapat dianggap ringan.

Bahaya itu itu tidak hanya datang dari luar, tetapi juga bersumber dari dalam.

Ukuran bahaya pun sangat relatif. Tidak bisa dikatakan bahwa bahaya dari luar lebih

berat dibanding bahaya dari dalam. Begitu pun sebaliknya. Yang nyata, dari banyak

pengalaman, tidak jarang para aktivis muslim termasuk juga da’i, mubaligh dan

ulama justru terjerumus karena penyakit yang bersumber dari dalam dirinya, bukan

dari luar.

Dalam bukunya “Penyebab Gagalnya Dakwah” Dr. Sayyid Muhammad Nuh

Menyingkap berbagai macam kerikil dan bahaya yang menghadang dalam aktivitas

(berdakwah) menegakan agama Allah, baik itu dari internal seorang da’i atau pun

eksternal (lingkungan sekitar), diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Internal Da’i

1. Futuur

Dalam bahasa Arab, kata futuur antara lain dapat bermakna terputus setelah

terus menerus, atau diam setelah bergerak; atau sikap malas, lamban dan santai

setelah sebelumnya giat dan bersungguh-sungguh. Dalam kitab Lisanul-Arab (Ibnu

Manzuur 5/43), kata fatara mengandung pengertian :’sikap berdiam diri setelah

sebelumnya bergiat’ atau ‘melemah setelah sebelumnya kuat’. Sedangkan dari sudut

13

istilah, futuur ialah suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa

malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan suatu amaliyah yang sebelumnya

pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu, dan efek

maksimalnya adalah terputusnya sama sekali praktik dari suatu amaliyah tersebut

Ayat Al-Qur’an yang menunjukkan arti futuur antara lain Q.S. Al-Anbiya’

[21]:19-20 :

)۱۹ - ٢۰ٲألنبیاء( :

Artinya : “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-

malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk

menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih

malam dan siang tiada henti-hentinya.”

- Adapun faktor-faktor penyebab Futuur di antaranya, tubuhnya termasuki sesuatu

yang haram atau yang bernilai syubhat, mengabaikan kebutuhan jasmani, tidak

siap menghadapi kendala dakwah dan berlarut-larut dalam melakukan maksiat

dan meremehkan dosa-dosa kecil.

Sedangkan dampak akibat Futuur adalah :

a. Terhadap Pribadi Aktivis (Juru Dakwah)

Kita harus senantiasa menjaga ketaatan diri kepada-Nya kapan saja dan dimana

saja, sebab kita tidak pernah diberi tahu kapan kita akan menghadap ke haribaan-

Nya. Sungguh akan merupakan kerugian besar andaikan kita tengah dilanda futuur ,

tiba-tiba kita harus menghadap kepada-Nya, karena kita akan dinilai sebagai manusia

yang menyia-nyiakan dan lalai terhadap ajaran-ajaran-Nya. Oleh karena itu,

Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memanjatkan do’a seperti

ini :

الجبن من وأعوذبك ، العجزوالكسل من وأعوذبك ، والحزن الهم من بك أعوذ إني أللهمل وقهرالرجا الدين غلبة من بك وأعوذ ، والبخل

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk bertindak

dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak

(pesimis putus asa) dan malas). Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap

pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan

14

penindasan (tindak semena-mena) orang-orang kepadaku.” (H.R. Abu

Daud).

b. Terhadap Amal Islami

Terhadap amal Islami, penyakit futuur akan mengakibatkan bertambah

panjangnya jalan dakwah serta akan mengakibatkan bertumpuknya beban serta

pengorbanan, sebab Allah tidak akan memberi pertolongan dan pengukuhan pada

mereka yang malas, lalai dan yang meninggalkan amal. Sebaliknya, Dia (Allah)

hanya akan memberikan pertolongan kepada orang yang aktif, yang berjihad, yang

teliti dalam beramal, dan membaguskan jihad. Sebagaimana Firman-Nya :

)٣٠الكهف( :

Artinya : “Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami

tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan

amalan(nya) dengan yang baik.”

: ) ۱٢۸النحل(

Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-

orang yang berbuat kebaikan.”

: ) ٦٩العنكبوت(

Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-

benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan

Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

"

2. Israff

Dari sudut bahasa, Israff antara lain dapat bermakna : melakukan sesuatu tetapi

tidak dalam rangka ketaatan dan bisa juga boros dan melampaui batas. Banyak

i

ii

15

faktor yang menyebabkan Israff, di antaranya adalah : latar belakang keluarga,

keleluasaan rezeki yang diperoleh setelah kesempitan, berteman dengan pemboros,

lalai terhadap bekal perjalanan, pengaruh istri dan anak, dan kurang mampu

mengendalikan aneka tuntutan jiwa.

Sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah suatu penyakit yang

membahayakan. Sikap ini dapat mendatangkan akibat-akibat buruk pada masa lalu,

sekarang dan masa yang akan datang, bagi individu, umat dan masyarakat. Juga

dalam hal akidah, pemikiran, hukum, syari’at serta perilaku dan tindakan

Sesungguhnya sikap berlebih-lebihan dalam agama, dengan segala bentuk dan

macamnya, adalah penyakit yang menjijikan dan kronis yang mengantarkan

pelakunya dan orang yang komitmen terhadapnya, kepada kehancuran dan

kebinasaan di dunia dan akhirat.

Adapun di antara bahaya-bahayanya, terhadap pribadi aktivis adalah hati

menjadi keras, kebekuan berfikir, condong kepada kejahatan dan dosa, tidak mampu

menghadapi ujian dan kesulitan dan lenyapnya sifat sosial dan rasa solidaritas.

Sedangkan terhadap amal islami, Adapun pengaruh-pengaruh yang menimpa amal

Islami antara lain akan menjadi kalah, atau paling tidak surut ke belakang.

3. Isti’jaal

Dari segi bahasa, kata Isti’jaal, I’jaal, ta’ajjul, semuanya mengandung

pengertian sama, yaitu keinginan untuk menyegerakan atau mempercepat apa-apa

yang dihajatkan atau orang yang menginginkan agar permintaannya terlaksana

dengan cepat atau memerintahkan orang lain untuk bersegera dalam suatu masalah.

Mengenai hal ini Allah swt sudah menjelaskan dalam firman-Nya :

) ۱۱یونس( :

Artinya : “Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti

permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur

mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan

Pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka.”

16

Sedangkan dari segi istilah, yang dimaksud Isti’jaal yakni keinginan untuk

mewujudkan perubahan atas realitas yang tengah dialami oleh kaum muslimin dalam

tempo yang sesingkat-singkatnya tanpa memperhatikan lingkungan, tanpa

memperhitungkan akibat dan tanpa melihat kenyataan, juga tanpa persiapan bagi

pendahuluan, sistem dan sarana (Sayyid M Nuh, 2000:65). Sikap tergesa-gesa dan

terburu-buru merupakan salah satu tabiat yang dimiliki oleh manusia seperti yang

telah dinyatakan oleh Allah swt dalam firman-Nya :

…… : ) ۱۱اإلسراء(

... dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”

…….. : )٣٧ٲألنبیاء(

“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.”

Kadangkala semangat yang berapi-api dari para penyampai dakwah serta

keinginan yang mendesak untuk segera menyebarkan dakwah dan melihat

kemenangannya, mendorong para penyampai dakwah untuk menarik sebagaian

individu dan beberapa unsur penting masyarakat dengan cara mengacuhkan pada

awal-awal langkah beberapa permasalahan dakwah yang mereka anggap bukan

merupakan dasar dan pokok dari dakwah. Kemudian mereka berkompromi dengan

manusia dalam beberapa urusan agar mereka tidak lari dari dakwah dan

memusuhinya. Hal itu mendorong mereka juga untuk menggunakan sarana dan

metode-metode yang tidak sesuai dengan standar-standar dakwah yang detail dan

tidak pula dengan manhaj dakwah yang lurus. Mereka melakukan hal itu karena

didorong oleh keinginan segera melihat kemenangan dakwah dan penyebarannya.

Oleh karena itu, para pembawa misi dakwah tidak boleh menakar dan

mengukur keberhasilan dakwah dari segi buah-buah ini saja. Kewajiban mereka

hanyalah bertolak dalam perahu dakwah di atas manhajnya yang jelas, murni dan

detail (Sayyid Quthb, 2004:211). Kemudian menyerahkan kepada Allah untuk

menilai hasil dan buahnya dari sikap istiqomahnya dalam dakwah itu.

B. Eksternal Da’i (lingkungan sekitar)

Yusuf al-Qaradhawi menulis dalam bukunya Aina al-Khalal bahwa kelemahan

umat ini setidaknya disebabkan oleh tiga faktor penting yaitu pertama, melemahnya

kesadaran umat ini untuk menjalankan syari’at agamanya. Kedua, umat ini sedang

mengalami krisis identitas yang sangat akut. Ketiga, umat ini sedang berada

17

dipersimpangan jalan bahkan lebih ekstrim lagi bahwa umat ini sudah kehilangan

arah dan tujuannya.

Padahal Allah swt telah telah mensifati umat (Islam) ini sebagai khairu ummah

(ummat yang terbaik). Akan tetapi al-amru bil ma’ruf dan an nahyu ’anil munkar

sebagai prasyarat utama identitas tersebut sudah sejak lama ditinggalkan. Bahkan

yang lebih menyayat lagi, kemungkaran seolah-olah menjadi konsumsi harian dan

dianggap sebuah trend sedangkan bertingkah laku secara Islami akan dipandang

remeh bahkan terkadang sering dipermasalahkan.

Allah swt., juga telah mengatakan di dalam Al-Qur’an bahwa umat ini ’ala

qalbi rajul wahid, umat yang seharusnya satu visi dan misi Inna hadzihi ummatukum

ummatan waahidah. Namun pada hari ini, umat yang besar itu terpecah-pecah dan

selalu berselisih antar sesama saudaranya (muslim), sehingga perpecahan umat ini

dimanfaatkan oleh kaum salibis dan zionois untuk menghancurkan potensi dan

kekuatan umat ini.

Inilah yang menjadi penyebab kegagalan dakwah Islam di lingkungan sekitar

para juru dakwah, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan dakwah

sekalipun telah terjadi dikotomi (pengkotak-kotakan) sehingga dakwah ini terkesan

parsial.

C. Akibat Kegagalan Dakwah

Mengakibatkan Futur.

Hal ini sebagaimana telah kami jelaskan pada kendala pertama. Sabda Rasulullah

shallahu alaihi wa sallam.

"Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus

menerus sekalipun sedikit". (HR : Muttafaq alaih). Menyebabkan Pengorbanan

Yang Sia-Sia.

Perilaku tergesa-gesa atau melakukan sesuatu aktivitas dengan tanpa perhitungan

lazimnya sangat sulit mencapai keberhasilan, faedah, atau keuntungan. Kasus

berikut ini merupakan sebuah contoh konkrit sekaligus ibrah (pelajaran) bagi kita

semua atas fenomena isti'jaal.

Pada akhirnya tahun tiga puluhan, kehidupan hakah Islamiyah di Mesir sempat

mencapai puncak masa kejayaannya. Ia telah dapat menembus ke segenap lapisan

18

masyarakat. Ibarat sebuah kapal laut yang membelah lauatan yang tenang disertai

semilir tiupan angin yang mengiringinya. Suara harakah telah menggema dan

terdengar di setiap permasalahan, baik yang sifatnya nasional maupun

internasional. Pada waktu itu ada seorang anggota harakah, yaitu Ahmad Rif'at,

yang menolak sistem dan cara yang tengah ditempuh oleh harakah Islamiyah dan

menyerukan sistem lainnya.

Awalnya, keadaan itu belum sempat menjadi perhatian. Setiap anggota harakah

berhak mengkritik hal-hal yang dipandang perlu, maka terjadilah diskusi

beberapa kelompok harakah yang kemudian menghasilkan kesimpulan yang

paling benar dan jalan yanglebih lurus. Meskipun demikian, yang patut menjadi

titik perhatian kita bahwa seruan tersebut mendapat sambutan positif dari para

pemuda anggaota harakah Islamiyah. Kita tidak ingin membicarakan sebab-sebab

yang melahirkan keadaan tersebut. Yang penting bagi kita adalah diadakannya

pertemuan khusus untuk mengetahui kendala dan tuntutan yang tengah

berkembang, yang meliputi tiga hal :

Pertama, pihak harakah Islamiyah dianggap telah "bemanis-manis" dengan

pemerintah dan berjalan bersamanya, kendati jelas-jelas sistem politik yang

dijalankan oleh pemerintah merupakan sistem politik "campuran" (sekuler).

Kondisi itu harus diluruskan. Pihak harakah Islamiyah wajiba bersikap tegas dan

kritis dalam menghadapi pemerintah secara benar sesuai dengan konteks al-

Qur'an. "Dan barangsiap yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan

maka mereka itulah orang-orang kafir".

Kedua, pihak harakah Islamiyah dianggap belum mampu menindak para wanita

yang melakukan tabarruj (membuka aurat). Pihak harakah hanya dapat dapat

memberikan nasihat, petuah, serta himbauan-himbauan lewat kata-kata.

Diusulkan agar pihak harakah bisa mengirimkan para anggotanya ke jalan-jalan

Kairo dengan membawa tinta. Setiap kali mereka mendapatkan seorang wanita

yang membuka auratnya di hadapannya, mereka harus melemparkan tinta itu ke

baju-baju mereka. Sebagai pelajaran bagi wanita itu.

Ketiga, sikap pihak harakah Islamiyah terhadap para mujahidin Palestina,

dianggap hanya sebatas "pengakuan". Sikap semacam itu dipandang sebagai

tindakan menyepelekan dalam mengatasi kemelut, enggan berjihad, dan

19

menghindari dari medan perang. Seharusnya harakah Islamiyah segera

meninggakan pekerjaan mereka masing-masing kemudian bergabung dengan

barisan mujahidin di Palestina.

Jika hal-hal itu tidak dilakukannya, maka mereka termasuk orang-orang yang

membelot dari gerakan, dan tidak berguna kerterlibatan mereka dalam harakah

Islamiyah.

D. Harapan Untuk Dakwah

Harapan dan Saran Penyelesaian Pelaksanaan dakwah haruslah terprogram rapi,

serius, sistimatis, terarah, berkesinambungan. Bukan asal-asalan, acak-acakan.

Benar-benar serius memanfa'atkan segenap tenaga, pikiran, dana, kemampuan untuk

menyelamatkan orang-orang agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah. Musuh-

musuh Islam punya program rinci, sistimatis untuk memurtadkan orang-orang Islam.

Ada program jangka pendek, ada program jangka panjang. Ada program satu tahun,

lima tahun, dua puluh lima tahun, lima puluh tahun. Dakwah Islam harus punya

program jelas, terarah, terukur, teratur. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah

anggota jama'ah shubuh, kenaikan jumlah anggota jama'ah Jum'at untuk selang

waktu tertentu. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah orang yang bisa baca-

tulis Qur’an, kenaikan jumlah orang yang bisa baca-tulis Hadits, kenaikan jumlah

orang yang bisa khutbah Jum'at untuk selang periode tertentu. Berapa persen

ditargetkan menurunnya jumlah pencopet, penodong, pemerkosa, pengamen,

pemulung, pelacur, pemabuk, pejudi, penjarah untuk selang waktu tertentu. Hasil

dakwah perlu dievaluasi secara berkala. Sudah berapa persen target tercapai. Apa

saja kendala yang merintangi keberhasilan. Tentukan indikator-indikator

keberhasilan. Tentukan langkah, program kerja berikutnya. Program kerja berikut

merupakan koreksi program sebelumnya. Penataan kegiatan dakwah barangkali perlu

mengadopsi fungsi operasi managemen, mencakup fungsi perencanaan (planning,

programming), fungsi organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi

coordinating, fungsi pengawasan (controlling). Dalam program kerja antara lain

diperhatikan tentang sasaran, pelaku (man), dana (money), waktu, metode dakwah.

Selama ini dakwah hanya berkutat sebatas tekstual ajaran Islam. Kurang

menjangkau, menyentuh pesan ajaran Islam secara konstekstual. Kurang

20

menjelaskan secara lugas tentang bahaya kikir, bakhil terhadap diri pribadi dan

terhadap masyrakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara

lugas tentang bahaya rakus, tamak, serakah terhadap diri dan masyarakat secara

sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya dengki

terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan

secara lugas tentang bahaya terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan

ekonomis dari sifat dan sikap seperti itu yang dicela Islam.

Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh memusatkan diri

menyampaikan tuntunan, panduan Islam dalam mencegah timbulnya konflik sosial,

baik konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara majikan dan pelayan, antara

penguasa dan rakyat) maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama penguasa,

antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran "dalam" yang dapat

menumbuhkan rasa kasih sayang secara konkrit.

Oleh karena itu sudah tiba waktunya bagi lembaga-lembaga dakwah

Islamiyah untuk memulai program pembaharuan dakwah meyeluruh dan program

masuk desa secara besar-besaran. Disini perlu ada beberapa langkah dan orientasi

gerakan dakwah yang perlu dirumuskan ulang. Pertama, setiap gerakan dakwah

perlu merumuskan orientasi yang lebih spesifik dalam memadukan dakwah bi al-

lisan dengan bi al-hal bagi daerah atau masyarakat di pedesan. Hal itu diperlukan

kekhususan potensi, masalah dan tantangan yang dihadapi tidak sama dengan

penduduk dan daerah perkotaan.

Kedua, setiap gerakan dakwah perlu merumuskan perencanaan dakwah yang

muatan misinya tetap sesuai dengan ajaran Islam yang dipesankan al-Qur’an dan al-

Sunnah, namun orientasi programnya perlu perlu berdasarkan data empirik dari

potensi, masalah, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi masyarakat. Ketiga,

berkaitan dengan bentuk dan jenis program. Program dan kegiatan dakwah bagi

masyarakat pedesaan harus dirumuskan secara lebih bervariasi dan lebih kongkrit

berdasarkan kebutuhan, permasalahan, dan tuntutan konkrit masyarakat dakwah

setempat.

Sesuai dengan tuntutan pembangunan umat, maka gerakan dakwah

hendaknya tidak hanya terfokus pada masalah-masalah Agama semata, tetapi mampu

memberikan jawaban dari tuntutan realitas yang dihadapi masyarakat saat ini. Umat

21

Islam pada lapisan bawah, tak sanggup menghubungkan secara tepat isi dakwah yang

sering didengar melalui dakwah bi al-lisan dengan realitas yang begitu sulitnya

kehidupan ekonomi sehari-hari. Untuk gerakan dakwah dituntut secara maksimal

agar mampu melakukan dakwah bi al-hal (dalam bentuk nyata).iii Dakwah harus

mencakup perbuatan nyata (bi al-hal) yang berupa uluran tangan oleh si kaya kepada

si miskin, pengayoman hukum, dan sebagainya. Perluasan kegiatan dakwah

(desentralisasi) yang dibarengi oleh verifikasi mubaligh, akan sangat relevan dengan

kebutuhan masyarakat kita, yang juga semakin beragam, serta meluasnya

diverensiasi sosial.

Dakwah dengan tindakan nyata berupa bantuan materi: pangan gratis, susu

gratis, pakaian gratis, pengobatan cuma-cuma, modal untuk membentuk koperasi

kecil-kecilan, dana untuk pembuatan sumur-sumur bersih, memperbaiki gubuk

tempat tinggal, membiayai sekolah anak-anak mereka, dan sebagainya.

Pembangunan masjid juga merupakan bentuk dakwah nyata, tetapi dakwah

pembangunan masjid ini tidak terlalu penting apabila jumlah jamaahnya semakin

menipis.

Konsep dakwah juga adalah dakwah yang tidak menyempitkan cakrawala

umat dalam emosi keagamaan dan keterpencilan sosial. Dakwah yang diperlukan

adalah dakwah yang mendorong perluasan partisipasi sosial. Dakwah demikian juga

akan memenuhi tuntutan individual misalnya, untuk saling menolong dalam

mengatasi perkembangan atau perubahan sosial yang kian cepat.

Dalam persiapan untuk mulai melaksanakan dakwah bi al-hal diperlukan:

1. adanya badan atau kelompok orang yang terorganisasi, walaupun kecil dan

sederhana.

2. adanya tenaga potensial, terdiri dari beberapa orang dengan pembagian tugas

sesuai kemampuan masing-masing seperti: tenaga pengelola/koordinator

tenaga pelaksana di lapangan yang akrab dengan pekerja-pekerja sosial,

tenaga yang berpengetahuan, tentang kesehatan, gizi, pertanian, koperasi dan

sebagainya, dan tenaga mubaligh atau guru agama, dan yang terakhir tetapi

sangat penting ialah tenaga penghimpun dana.

3. adanya dana dan sarana-sarana yang diperlukan.

iii

22

4. adanya program walaupun sederhana, yang disusun berdasarkan data-data

tentang sasaran yang dituju dan sebagainya.

5. adanya kontak-kontak terlebih dahulu dengan sasaran yang dituju, dengan

instansi-instansi dan orang orang yang terkait.

Setelah persiapan matang, maka sesuai dengan hari tanggal yang telah

ditentukan, mulai operasional, dengan cara selangkah, dari tepi-tepi mulai masuk ke

tengah, dari yang sangat rendah dan ringan hingga yang lebih kompleks. Setelah

tiap-tiap langkah diayunkan, perlu diadakan evaluasi, dalam rangka untuk

memperbaiki langkah-langkah lebih lanjut.

Dalam membina dan membimbing masyarakat, digunakan asas, memberi

pancing agar mereka dapat mencari ikan sendiri, dan bukannya selalu memberi ikan

yang sudah matang kepada mereka. Pada dasarnya rakyat mau bekerja, suka kerja,

yang perlu adalah diberikan bimbingan dan contoh bekerja yang berdaya guna,

misalnya dalam bercocok tanam, beternak dan sebagainya. Petani miskin, sering

kesulitan dalam mendapatkan bibit unggul, pupuk dan modal untuk mulai bercocok

tanam, diberi modal dan teknik menanam yang baik. Kerja mencangkul itu pekerjaan

yang berat, memerlukan energi yang cukup, sehingga orang lapar jelas tidak mampu

mencangkul. Pemberian sekedar bahan makanan sebagai modal kerja, sering sangat

diperluan.

Di Desa banyak tenaga anak-anak, remaja, pemuda, wanita yang menganggur,

tetapi kerena tidak ada yang dikerjakan. Mereka akan senang jika diberi bibit ternak,

diajak bekerja gotong royong, diberi bimbingan kerajinan dan sebagainya.

Mereka membutuhkan bantuan seperti tersebut di atas, mereka akan menjadi

akrab dengan siapa yang membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka itu.

Tabu bagi mereka untuk meminta-minta, tetapi mereka dengan senang hati menerima

uluran tangan dari orang-orang yang mereka percayai. Demikianlah cara pendekatan

dakwah bi al-hal, didekati kebutuhannya, didekati hatinya menjadi akrablah mereka.

Dalam kondisi yang demikian mereka tidak akan sungkan-sungkan untuk diajak

membangun desanya, membangun pribadinya dengan iman dan taqwa.

23

E. Menyikapi Kegagalan Dakwah Islam

Dalam menyikapi kegagalan dakwah islam, alangkah lebih baik kita melihat

sisi positif dari kegagalan, yaitu sebagai pemacu kita untuk bisa lebih baik dalam

berdakwah, maupun dalam mencerna isi dakwah yang disampaikan pendakwah.

Harus menjadi pemenang dalam berdakwah.

Sikap Mental Pemenang

1. IKHLAS BERJUANG KARENA ALLAH. Keikhlasan adalah bekal dan

kekuatan awal bagi seorang pemenang untuk berjuang dijalan Allah swt.

Keikhlasan berjuang hanya karena Allah swt demi mengharap ridho dan cinta-

Nya serta balasan surga-Nya membuat sang pejuang akan selalu memiliki

energy untuk bekerja maksimal mewujudkan impian dan tugas besar yang

diembannya. Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan “keikhlasan akan

membuat amal yang berat terasa ringan, sebaliknya ketidak ikhlasan membuat

amal yang ringan terasa berat”. Milikilah keikhlasan, karena keikhlasan adalah

energy terbesar yang dimiliki manusia, yang iblis laknatullah pun tidak sanggup

menggoda dan menjatuhkan orang yang ikhlas berjuang karena Allah swt.

Keikhlasan membuat seorang pejuang dan pemenang tidak peduli pada kritikan,

pujian dan cacian orang lain, karena ukuran sukses kerjanya adalah pujian dan

ridha Allah swt, Rasul-Nya dan Orang yang beriman, bukan dari manusia

umumnya.

2. MEMILIKI VISI DAN CITA-CITA UNTUK MENANG. Seorang pemenang

adalah mereka yang bermimpi dan bertekad untuk menang. Tidak mungkin atau

sangat jarang seorang pemenang adalah orang yang tidak punya keinginan dan

cita-cita untuk menang. Karena jika begitu menangnya adalah kebetulan bukan

keinginan. Sebagaimana Rasulullah saw bercita-cita besar untuk menaklukan

Romawi dan Parsi. Ketika beliau memecahkan batu ketika menggali parit di

Perang Khandaq, beliau mengatakan kelak Romawi dan Parsi akan kita

taklukan. Ternyata cita-cita beliau itu terbukti dan terwujud oleh beliau dan para

sahabat ra. Imam Syahid Hasan al Banna pun pernah mengatakan bahwa

kenyataan hari ini adalah impian hari kemarin. Semua penemuan besar dan

prestasi dahsyat seperti ditemukannya pesawat, mobil, computer, hand phone,

senjata canggih, kekayaan besar, ataupun prestasi spektakuler dari atlit kelas

24

dunia dalam perlombaan dan kompetisi olahraga, maka semuanya berawal dari

impian dan cita-cita mereka untuk meraih kemenangan dan kesuksesan. Maka

beranilah untuk bermimpi dan bercita-cita.

3. YAKIN DAN OPTIMIS BISA MENANG. Seorang pemenang adalah mereka

yang optimis dan yakin bahwa semua impian dan target yang ditetapkannya bisa

tercapai jika mereka terus berusaha dan berdoa dengan konsisten. Mereka

optimis pada kemampuannya. Terlebih dari itu mereka optimis pada pertolongan

Allah swt. Karena Allah swt berkata “siapa yang menolong agama-Ku, maka

Aku akan menolongnya”. Dalam Surat An nuur ayat 55 Allah swt berjanji

bahwa kelak orang-orang beriman akan dijadikan-Nya pemimpin-pemimpin di

muka bumi.

4. BERANI MENCOBA DAN BERANI GAGAL. Sikap mental pemenang

berikutnya adalah keberanian untuk mencoba dan berani untuk menghadapi

kegagalan. Bagi seorang pemenang kegagalan itu biasa. Tapi mereka tetap

belajar dari kegagalan. Karena kegagalan dapat mendewasakan kita dan

mendidik kita. Kegagalan juga guru terbaik untuk menunjukkan dimana letak

kekurangan kita. Kegagalan membuat mental kita harus lebih kuat dari

sebelumnya, karena pastilah setiap kegagalan menyebabkan terpukulnya jiwa

kita. sehingga untuk mengatasinya diperlukan jiwa yang kuat dan tahan banting.

Pepatah mengatakan “nahkoda yang tangguh tidak dilahirkan di laut yang

tenang, tapi dilaut yang berombak”. Sejarah Para pemenang diseluruh dunia,

adalah sejarah kegagalan yang mereka lalui dengan tetap menjaga optimism

sehingga akhirnya kegagalan itu gagal dalam menggagalkan mereka. Contoh

nyatanya adalah Rasulullah saw, dapat dikatakan selama 13 tahun berdakwah di

Mekkah, maka mayoritas dakwahnya menemui kegagalan yaitu penolakan dan

permusuhan dari orang yang didakwahinya. Tapi hal itu tidak membuat nyali

beliau ciut untuk terus berdakwah. Sikap inilah yang akhirnya menyebabkan

keberhasilan beliau dalam berdakwah.

5. PANTANG MENYERAH. Sikap mental seorang pemenang berikutnya

adalah pantang menyerah dan selalu bangkit setiap kali terjatuh. Rasulullah saw

dan para sahabatnya adalah pribadi-pribadi yang pantang menyerah sebelum

sebelum selesainya pertandingan ataupun sesudah selesainya pertandingan.

25

Mereka berjiwa climbers yaitu berjiwa pendaki sejati yang terus berjalan dan

berjalan menuju puncak impian dan cita-citanya. Mereka tidak hanya berhasil

menaklukan madinah dan mekkah, tapi terus merangsek ke seluruh jazirah arab,

bahkan 1/3 penjuru dunia akhirnya bisa dikuasai. Dalam perjalanannya mereka

melalui kesulitan dan tantangan. Mereka kekurangan pasukan dan perlengkapan.

Kendala ini tidak membuat mereka menyerah. Mereka bertarung sampai tetes

darah penghabisan. Tapi alih-alih kalah, justru mereka meraih kemenangan,

dengan modal sikap pantang menyerahnya tadi.  Contohnya ketika menghadapi

pasukan Romawi yang bersenjata lengkap dengan 200 ribu pasukan, sementara

ummat islam hanya sekitar 20 ribu orang dengan persenjataan tidak selengkap

pasukan musuh. Tapi sikap mental pemenang dan pantang menyerah membuat

mereka tidak gentar dan takut, justru semakin memicu nyalinya dan tertantang

untuk mampu menaklukan musuh dengan kekuatan sebesar itu.

6. 6. SABAR MENGHADAPI KESULITAN. Kesabaran adalah modal dasar

dari para pemenang. Kesabaran membuat kualitas orang-orangnya melejit 10

kali lipat dibanding orang yang tidak sabar. Allah swt mengatakan dalam Surat

Al Anfaal ayat 66 “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah

mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus

orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang

kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan

dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta

orang-orang yang sabar”. Pertarungan pastilah penuh dengan tantangan internal

dan eksternal, maka hanya orang sabar yang dapat melewatinya.

7. SIAP BERKORBAN DAN MEMBAYAR HARGA KEMENANGAN.

Perjuangan untuk meraih kemenangan jelas menuntut pengorbanan dan harga

yang mesti dibayar diawal. Pepatah mengatakan “tidak ada makan siang yang

gratis”. Artinya tidak ada dalam hidup ini sesuatu yang kita peroleh tanpa sebab.

Hokum alam dan sunnatullah berlaku, jika kita ingin akibat maka kita harus

melakukan sebab. Maka pengorbanan dan kerja keras adalah sebab yang akan

melahirkan kemenangan. Ada harga yang mesti kita bayar dulu diawal sebelum

cita-cita dan keinginan kita raih. Allah swt berfirman, jika kita ingin

mendapatkan Surga dan dibebaskan dari azab yang pedih, maka kita harus mau

26

berkorban dengan harta dan jiwa kita di jalan Allah. (Surat Ash Shaf : 10 – 11).

Bunker Hunt seorang milyarder mengatakan “Sukses itu sederhana saja.

Pertama, putuskanlah apa yang anda inginkan secara spesifik. Kedua,

putuskanlah anda bersedia membayar harganya untuk menjadikan itu terjadi”.

Kehidupan bisa juga menjadi contoh bagi untuk menjadi pemenang maka

diperlukan pengorbanan dan harga yang mesti dibayar. Sebuah yang tajam dan

indah, berawal dari sebuah balok besi yang tidak begitu berharga. Tapi ketika

besi itu dibakar, dipukul berkali-kali, direndam diair, dibakar lagi dan lagi,

kemudian diasah, yang seandainya besi itu bernyawa maka dia akan berteriak

kesakitan dengan penyiksaan itu. Tapi setelah semua pekerjaan itu selesai, yang

tertinggal adalah sebilah pedang yang tajam dan indah yang harganya jauh lebih

mahal dan jauh lebih berharga dari potongan besi tadi. Artinya jika kita ingin

lebih tajam dan lebih kuat, kita harus siap menderita untuk meraihnya. Imam

Ibnul Qayyim mengatakan “orang-orang pintar disetiap ummat sepakat bahwa

kenikmatan itu tidak bisa didapat dengan kenikmatan pula. Siapa yang

mementingkan kesenangan ia akan kehilangan kesenangan. Siapa yang berani

menentang badai dan menghadapi rintangan, ia akan memperoleh kegembiraan

dan kenikmatan”

8. BANYAK BEKERJA, SEDIKIT BICARA.  Seorang pecundang itu adalah

yang menginginkan kemenangan dan hanya menginginkannya, sedang seorang

pemenang adalah yang menginginkan kemenangan dan melakukannya. Albert

Einstein mengatakan 1 ons aksi lebih berharga dari 1 ton teori. Yang

mengantarkan seseorang pada kesuksesan bukanlah ilmu. Karena betapa banyak

orang berilmu seperti Profesor dan Doktor tapi hidupnya biasa-biasa saja. Yang

mengantarkan seseorang pada kesuksesan adalah Ilmu yang diterapkan. Einstein,

Ilmuwan terbesar abad ini, mengatakan bahwa “kejeniusan saya 1 % nya adalah

kecerdasan dan 99 % nya adalah kerja keras,”. Artinya Einstein mengatakan

semua prestasi dan karya yang dihasilkannya bersumber dari kerja keras dan

tindakan yang dilakukannya. Inilah The Power of Action. Contohnya kenapa

orang bisa tenggelam? Semua kita umumnya menjawab karena tidak bisa

berenang. Tapi kalau kita lakukan percobaan dengan berendam seluruh tubuh

kita di bak mandi yang airnya hanya setinggi 30 cm selama 30 menit apa yang

27

terjadi? Ya kita juga akan mati dan tenggelam. Jadi orang tenggelam dan mati

bukan karena tidak bisa berenang, tapi karena tidak bergerak.

9. TIDAK MENCARI ALASAN. Seorang yang memiliki mental pemenang

tidak suka mencari-cari alasan, untuk tidak melakukan apa yang harus

dilakukannya. Alasannya hanya satu, yaitu alasan untuk melakukan, bukan

alasan untuk tidak melakukan. Kalau kita perhatikan kebanyakan orang gagal

adalah mereka yang selalu banyak alasan untuk tidak berbuat apa-apa dan

menjadi siapa-siapa. Mereka berdalih dengan kesehatan yang buruk, ekonomi

yang krisis, orang tua yang miskin, pendidikan yang rendah, fisik yang lemah,

keberuntungan yang kurang, dana yang sedikit, jumlah yang kurang dan

berbagai macam alasan lainnya untuk menjadi pembenaran atas ketidak siapan

dan ketidak mauan untuk bertindak dan bertarung. Sedangkan seorang

pemenang justru tidak mencari alasan apapun yang melemahkan atau

menyebabkan dia tidak mau bekerja. Mereka menepiskan semua kekurangan dan

kelemahan yang mungkin menjadi alasan bagi mereka untuk tidak melakukan

apa-apa atau merasa pesimis sebelum bertarung.

10. BERTANGGUNG JAWAB.Tidak hanya menepiskan semua alasan untuk

lemah, para pemenang adalah yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya.

Mereka yakin dengan Firman Allah swt “bahwa tidak akan terwujud perubahan

kalau bukan dia yang akan merubahnya”. Pepatah mengatakan “kita tidak bisa

merubah keadaan tapi kita bisa mengubah sikap kita menghadapi keadaan” atau

kita tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa mengubah arah sayap pesawat

kita”. orang yang bertanggung jawab tidak menyalahkan atau mengkambing

hitamkan orang lain, tapi mereka bertanggung jawab terhadap semua hasil yang

diperolehnya. Sikap ini membuat mereka selalu berusaha berbuat yang terbaik

agar tidak mengalami kegagalan. Kehidupan ini adalah kumpulan keputusan

yang mesti diambil dengan bertanggung jawab. Sehingga mereka selalu

mengambil keputusan terbaik dalam hidupnya untuk bertindak yang terbaik.

11. TEGUH PENDIRIAN (Istiqamah). Sikap mental seorang pemenang

berikutnya adalah sikap teguh pendirian atau istiqamah. Allah swt menjanjikan

kemenangan dan surga bagi orang yang meneguhkan pendirian mereka.

““Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”

28

kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun

kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah

merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan

Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan

akhirat; (QS 41:30-32). Secara bahasa Istiqamah adalah anonim dari thughyan

(penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu

tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqamah dari kata “qaama”

yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian

dan selalu konsekuen.

12. TAWAKKAL. Allah swt berfirman dalam Surat Ath Thalaq ayat 3 “

barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupkan

kebutuhannya”. Tawakkal artinya berserah diri kepada Allah swt setelah

berusaha. Allah swt menyuruh kita untuk tawakal setelah bertekad kuat dan

berusaha “ Setelah berazzam maka bertawakallah kepada Allah”. Sikap tawakal

akan mendatangan pertolongan Allah swt kepada kita, karena memang Dia-lah

Pemilik Segala kekuatan, Penentu segala Kemenangan, Yang Maha Kuasa dan

Maha Perkasa, yang bisa mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin

cukup hanya dengan satu kata “kun” maka “fayaku” terjadilah dia. Sikap mental

tawakkal juga menjadi tameng mental, sehingga kita tidak menjadi gelisah dan

cemas menghadapi saat pertarungan ataupun menjadi depresi dan frustasi

menghadapi kegagalan, karena kita sudah pasrah atas kehendak-Nya.

SIKAP MENTAL PECUNDANG

Sedangkan orang yang kalah atau para pecundang memiliki sikap mental yang

berlawanan dengan para pemenang. Mereka cendrung putus asa, lemah semangat,

tidak optimis, dan mudah menyerah. Berikut ini adalah sikap mental pecundang yang

harus kita buang dari diri kita :

1. BERJUANG KARENA SELAIN ALLAH DAN HANYA UNTUK MATERI

SEMATA. Seorang pecundang adalah orang yang berjuang dalam rangka

kepentingan duniawi semata. Dia melupakan tujuan yang hakiki yaitu untuk

29

meraih ridha Allah swt. Rasulullah saw bersabda “ Setiap amal itu tergantung

pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan”.

Seseorang yang berjuang bukan karena selain Allah, sangat mungkin dia

memiliki niat untuk mendapatkan harta, tahta dan wanita/pria. Akibatnya jika

semua targetnya itu sudah tercapai maka dia akan berhenti berjuang.

Perjuangan bukan karena selain Allah akan menumbuhkan sikap pragmatis,

egois dan indivdualis pada dirinya karena tujuannya adalah untuk meraih

kenikmatan dan kesenangan pribadi sehingga sangat mungkin mengorbankan

orang lain dan kepentingan bersama demi kepentingan pribadinya.

2. BERCITA-CITA RENDAH : KALAU MENANG BAIK, KALAU TIDAK

GIMANA LAGI. Seorang pecundang adalah mereka yang bercita-cita rendah

dan tidak memiliki optimism dna keyakinan untuk menang, sehingga dia akan

berkata kalau menang baik, kalau tidak gimana lagi. Akibatnya dia tidak

berusaha sungguh-sungguh dan mungkin tidak kuat menghadapi ujian dan

godaan yang mampu menghentikan langkahnya menuju tujuan.

3. LEMAH SEMANGAT. Seorang pecundang semangatnya kadang naik

kadang turun. Dia mudah dipengaruhi oleh orang lain. Kalau orang lain

semangat maka dia ikut semangat, sebaliknya jika orang lain lemah maka dia

ikut lemah juga. Lemah semangat akan menyebabkan mundur dan menyerah

serta tidak optimal dalam bekerja. Semua itu disebabkan kepribadian yang

lemah dan tidak memahami hakikat dan urgensi perjuangan untuk meraih

kemenangan.

4. TIDAK PERCAYA DIRI. Seorang pecundang adalah yang tidak percaya

pada kemampuannya sendiri. Dia merasa minder dan malu untuk berbuat dan

bekerja. Dia sangat sensitive terhadap kritikan. Kritikan dapat membuat harga

dirinya hancur sehingga dia akan menarik diri dan melarikan diri dari

masalah dan tantangan. Orang yang tidak percaya pada dirinya, bagaimana

mungkin akan membuat orang lain percaya pada dia. Orang yang percaya

pada dirinya adalah orang yang memiliki harga diri yang tinggi. orang yang

memiliki harga diri tinggi memiliki cirri sebagai berikut :

Keyakinan besar

30

Prestasi tinggi

Penuh tanggung jawab

Berani sukses

Disiplin

Prilaku produktif ; ramah, pemaaf, sopan, mendukung, berani mengambil

risiko

Tujuan spesifik

Tingkat energi tinggi

Sedangkan orang yang memiliki harga diri yang rendah memiliki cirri sebagai

berikut:

Tidak percaya diri

Prestasi rendah

Menghindari tanggung jawab

Takut sukses

Tidak disiplin

Prilaku tidak produktif ; takut, merasa bersalah, tertekan, cemburu, hindari

risiko

Tidak ada tujuan

Tingkat energi rendah

1. TIDAK SABAR MENGHADAPI KESULITAN DAN MUDAH

MENGELUH. Seorang pecundang adalah orang yang tidak sabar dan kuat

menghadapi kesulitan dan ujian. Sehingga dia mudah mengeluh dan mudah

putus asa

2. TAKUT GAGAL. Seorang pecundang adalah orang yang takut gagal

sehingga dia takut untuk mencoba dan bertindak. Sebelum bertindak dia

sudah berpikir bahwa dia akan gagal, sehingga dia tidak melakukan apa-apa.

Akibatnya dia tidak akan pernah berhasil. Karena keberhasilan berawal dari

tindakan.

3. MUDAH MENYERAH. Seorang pecundang adalah mereka yang mudah

sekali menyerah. Mereka lari dari medan pertempuran. Mereka mundur dari

31

gelanggang karena takut dan tidak siap menghadapi kesulitan dan resiko.

Padahal selagi kita tidak menyerah, maka tidak ada yang namanya kegagalan.

Thomas Alva Edison saja mengalami 10.000 kegagalan sebelum akhirnya

berhasil menciptakan bola lampu. Padahal Allah swt melarang keras untuk

mundur atau lari dari medan pertempuran, kecuali hanya berbelok untuk

siasat perang ( Surat Al Anfaal : 45)

4. MALAS DAN LALAI. Seorang pecundang adalah para pemalas dan lalai

dalam bekerja. Mereka berhenti sebelum orang berhenti. Mereka terlambat

untuk datang padahal orang sudah hadir. Mereka memperturutkan diri berada

dalam zona nyaman dan status qup sehingga tidak siap dan tidak mau

berubah. Mereka statis dan jumud. Dalam bekerja asal-asalan dan separo hati,

hanya sekedar menuntaskan kewajiban, tidak ada determinasi dan target

untuk berbuat dan bekerja yang terbaik. Inilah pecundang sejati. Mereka ini

yang disebut sebagai Qaaidun yaitu orang yang duduk-duduk dan tinggal

dirumah ketika mukmin yang lain pergi berjuang sebagaimana yang

difirmankan Allah dalam Surat At Taubah ayat 46. Mereka itulah orang yang

dimurkai Allah dan merugi dunia dan akhirat.

5. SUKA MENUNDA. Para pecundang adalah orang yang tidak disiplin dan

suka menunda. Sering terlambat ketika rapat atau ketika pergi bekerja.

Sehingga dia ditinggalkan oleh orang lain. Padahal kalau dia menyadari

waktu sepersekian detik dalam lari 100 meter, bernilai pemecahan rekor

dunia. Akibat suka menunda pekerjaan yang harus dilakukan hari ini, maka

banyak waktunya terbuang percuma. Padahal waktu adalah asset yang paling

berharga dimiliki manusia. Akibatnya tertunda pulalah kemenangannya,

karena didahului dan disalip oleh orang lain.

6. BANYAK BICARA, SEDIKIT BEKERJA. Para pecundang adalah orang

yang hanya bisa bicara, bahkan cendrung besar mulut. Tapi tidak ada bukti

dan realisasi yang Nampak dari kerja yang dilakukannya. Tidak sesuai antara

perkataan dan perbuatannya. Omongan besar kerja kecil. Omongan besar

hasil nihil.

7. MUDAH GOYAH DAN PLIN PLAN. Seorang pecundang adalah mereka

yang mudah goyah oleh rayuan dan mudah lari oleh kesulitan. Sehingga

32

mereka tidak bertahan lama dalam suatu keadaan dan perjalanan. Mereka

cendrung mencari aman dan bersikap pragmatis. Mereka berbuat kalau jelas

menguntungkan bagi dirinya untuk sesaat saja. Akibatnya mereka akan selalu

keluar jalur dan melenceng dari tujuan semula.

8. BANYAK ALASAN DAN SUKA MENYALAHKAN. Seorang pecundang

adalah mereka yang suka mencari alasan untuk tidak berbuat. Disamping itu

kalau gagal mereka tidak mau bertanggung jawab, mereka cendrung

menuding dan menyalahkan orang lain. Akibatnya mereka tergantung pada

orang lain sehingga tidak akan bisa menjadi pemenang, karena kemenangan

itu sepenuhnya adalah karena usaha kita. dalam Surat At Taubah ayat 45

dikatakan bahwa hanya orang-orang munafik saja yang meminta izin atau

mencari uzur agar tidak ikut berperang, karena sikap pragmatis mereka dan

ragu-ragu mereka. Mereka melihat perjuangan yang dilakukan beresiko dan

penuh kesulitan sehingga mereka tidak mau ikut. Tapi jika hal itu

mendatangkan keuntungan barulah mereka mau.

9. LARI DARI TANGGUNG JAWAB DAN BERKHIANAT. Seorang

pecundang adalah mereka yang lari dari tanggung jawab dan amanah yang

diberikan padanya. Atau mereka berpura-pura bekerja dan pura-pura beriman,

sedangkan dibelakang mereka mencemooh dan tidak mau bekerja. Padahal

Allah swt melarang berkhianat terhadap Allah dan Rasul-Nya dan berkhianat

terhadap amanah yang diberikan padanya. (QS Al anfaal : 27)

33

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menyikapi kegagalan dakwah islam, alangkah lebih baik kita melihat sisi

positif dari kegagalan, yaitu sebagai pemacu kita untuk bisa lebih baik dalam

berdakwah, maupun dalam mencerna isi dakwah yang disampaikan pendakwah.

Harus menjadi pemenang dalam berdakwah. Memiliki sikap Mental Pemenang,

tidak mudah menyerah dalam menyampaikan kebaikan.

B. Saran

1. Ikhlas sabar dalam menerima suatu kegagalan dalam berdakwah

2. Jangan berputus asa

3. Dalam berdakwah sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi

masyarakat sekitar.

4. Dijalankan dengan hati tenang, sabar ikhlan karena Alloh SWT.

34

DAFTAR PUSTAKA

www.scribd.com/doc/.../PENELITIAN- DAKWAH -andri-hasan

nisaillah.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_68.pdf

bisnisforkabas.blogspot.com/2009/12/menyikapi-kegagalan.html - Tembolok

menjawabdenganhati.wordpress.com/.../dakwah-versus-penyesat...

blog.re.or.id › General

dariilmu.blogspot.com/.../kegagalan-dakwah-islam-mainstream.h... - Tembolok

irdaloves.blogspot.com/.../kegagalan-dakwah-dan-harapan.html - Tembolok

https://pedanglangit.wordpress.com/.../kegagalan-metode-dakwa... - Tembolok

35