marlina2.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Belum pernah...
Transcript of marlina2.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Belum pernah...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belum pernah terjadi dalam sejarah bahwa umat Islam mengalami kekalahan,
kemunduran dan kemerosotan yang begitu parah seperti yang terjadi pada masa
sekarang ini. Kemunduran yang menimpa kaum Muslimin dewasa ini sebagaimana
dikemukakan para cendekiawan Muslim, bersumber dari “kegagalan dakwah” dalam
membina generasi penerusnya. Yakni yang dimaksud dengan “kegagalan dakwah”
adalah belum tercapainya tujuan dakwah yang mengajak manusia untuk totalitas
mengabdi (beribadah) kepada Allah dan Rasul-Nya guna mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
Persoalan paling mendasar yang menyebabkan umat ini (Islam) semakin
terpuruk dalam kemunduran dan krisis multi dimensi adalah hilangnya ruh dan nilai-
nilai rabbaniyah yang seharusnya menjadi identitas pribadi muslim baik pada tataran
individu atau pun masyarakat secara kolektif, Kita semua adalah pengemban dakwah
dikarenakan umat Islam pada umumnya dan khususnya juru dakwahnya telah
meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang
datang dari luar Islam.
Hal ini ditandai dengan pemahaman atau keyakinan yang salah terhadap ajaran
Islam, seperti pemahaman hadits bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di
akhir zaman, yang menyebabkan umat Islam statis dan tidak mau mengubah nasib.
Sebab lain adalah perpecahan yang ada dalam umat Islam sendiri, pemerintahan yang
absolute (mutlak) mempercayakan pimpinan umat kepada orang-orang yang tak
dapat dipercaya dan disebabkan juga karena lemahnya tali ukhuwah Islamiyah.
Adapun yang menjadi barometer (alat ukur) “Kegagalan Dakwah” adalah
sebagaimana yang terjadi dan kita lihat dewasa ini. Kaum Muslimin menjadi kaum
yang “terbelakang” peradabannya, terbelakang pengatahuan-teknologinya,
terbelakang ekonominya, dipecah belah, diadu domba, dikeluarkan dari warisan dan
tradisi pendahulunya dan akhirnya mereka menjadi kaum lemah yang siap didekte
dan diperintah orang lain.
1
Perkembangan dakwah dengan tuntutan dan tantangan yang besar
mengharuskan juru dakwah untuk memformulasikan kembali model dan metodologi
dakwah agar tidak terasa kering. Hal ini dilakukan oleh para juru dakwah agar
“kegagalan dakwah” sepatutnya tidak terulang lagi oleh generasi berikutnya. Karena
akan menambah parahnya penderitaan dan kesengsaraan ummat. Jika kaum
muslimin yang sedang mundur ini hendak dibangkitkan kembali menjadi kaum yang
memimpin peradaban dunia. Hal pertama yang harus dilakukan adalah merombak
sistem dakwah yang diterapkan selama ini kemudian dibangun dan dikembangkan
sebuah bentuk sistem dan metode dakwah yang akan mengangkat harkat dan
martabat mereka sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Rasulullah saw dan
generasi Islam terdahulu. Mereka telah berhasil dengan gemilangnya memahami dan
menerapkan sistem pembinaan manusia unggul yang diajarkan Allah swt melalui
bimbingan Rasulullah saw yang menjadi qudwah bagi umat Islam.
Demikian pula dengan sistem dakwah generasi sesudahnya yang telah
melahirkan paradaban baru dalam sejarah kemanusiaan dan menjadi mercusuar pada
masa itu. Sejarah kegemilangan Islam terdahulu dapat dicapai karena generasi Islam
benar-benar memahami sistem dakwah yang akan mengantarkan mereka menuju
kegemilangan.
Dalam penerapan dakwah, diperlukan pendekatan yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi, sehingga dengan demikian, pesan-pesan dakwah dapat mengena
kepada sasaran dan dengan demikian diharapkan dakwah dapat dengan mudah
diterima mad’u sebagai objek dakwah.
Stoddart, dalam The New World of Islam, menggambarkan perkembangan
Islam: “Bangkitnya Islam, barangkali suatu peristiwa paling menakjubkan dalam
sejarah manusia. Dalam tempo seabad saja, dari gurun tandus dan suku bangsa
terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separo dunia. Menghancurkan
kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar, yang telah dianut
berbilang zaman dan abad. Mengadakan revolusi berfikir dalam bangsa-bangsa. Dan
sekaligus membina suatu dunia baru, dunia Islam”. Tidak lain, bahwa perkembangan
dakwah Islam tersebut – yang digambarkan oleh Stoddart seorang pengamat sejarah
dari Barat, sebagai paling menakjubkan dalam sejarah manusia – karena adanya
2
aktifitas dakwah yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh-tokoh dakwah Islam,
termasuk oleh setiap muslim
Maka untuk mengetahui lebih jauh kegagalan ummah dalam sistem dakwah
yang mereka terapkan dewasa ini, diperlukan studi terhadap sistem dakwah secara
lurus dan jujur, mau tidak mau harus pula diadakan kritik terhadap segala bentuk
kelemahan dan kegagalannya, baik secara teori ataupun prakteknya, disamping
menunjukkan dimana letak keutamaannya agar dapat dibangun formula dakwah yang
lebih mendekati warisan dan tradisi yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw dan
diikuti para sahabat dan generasi sesudahnya.
Yang menjadi landasan adalah firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzaab [33] ayat
39, yaitu:
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun)
selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.”
B. Tujuan
1. Mengetahui sebak dan akibat dari kegagalan dakwah islam
2. Menyikapi Kegagalan Dakwah Islam
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui sebab kegagalan dakwah islam
2. Dapat mengetahui akibat dari kegagalan dakwah islam
3. Tahu bagaimana dalam menyikapi kegagalan dakwah islam
D. Kerangka Pemikiran
Islam adalah agama Da’wah, dan mempertahankan kebebasan berda’wah itu
secara konsekuen.
Kajian ilmiah mengenai Islam di Indonesia menyangkut berbagai permasalahan
yang tidak semuanya transparan bagi banyak orang, sehingga hasilnya juga tidak bisa
dianggap taken for granted (selalu benar) (Nurcholish Madjid, 2008:3). Mengenali
3
dan memahami sebaik mungkin permasalahan merupakan langkah dan strategi yang
sangat penting untuk bisa menentukan pilihan jenis kajian ilmiah Islam yang lebih
tepat atau lebih urgen, sesuai dengan kemungkinan dan fasilitas yang tersedia
(Nurcholish Madjid, 2008:3).
Dewasa ini dakwah Islam dinilai “gagal” dalam mengarahkan manusia untuk
‘amar ma’ruf nahyi munkar. Dakwah seolah-olah kehilangan “ruh”nya. Kenapa ini
terjadi? Karena jauhnya umat Islam dari nilai-nilai Al-Qur’an.
Sebagai kitab dakwah yang penuh hikmah, Al-Qur’an banyak mengenalkan
tema-tema dakwah. Setiap tema sarat makna yang menantang untuk ditelaah,
dipahami, ditafsirkan dan dihubungkan dengan semangat kehadiran Al-Qur’an
sebagai petunjuk, penjelasan dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Dengan
demikian, idealnya nilai-nilai Al-Qur’an betul-betul hadir di tengah-tengah
kehidupan sosial budaya yang menerangi, interaktif dan komunikatif dengan
zamannya.
Selain itu, Al-Qur’an juga mengatur dan menjelaskan segala sesuatu yang
berkenaan dengan dakwah, baik pada aspek subtansi maupun metodologinya. Oleh
karenannya Al-Qur’an harus menjadi rujukan utama dalam setiap kegiatan dakwah.
Karena itu pula upaya-upaya sistematis dan metodologis untuk menggali nilai-nilai
Al-Qur’an tentang dakwah menjadi keharusan yang tidak dapat dihindarkan.
BAB II
4
LANDASAN TEORI
A. Definisi Dakwah
Secara bahasa (etimologi), dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u,
da’wan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan,
permohonan dan permintaan.
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat berbagai macam definisi dakwah, antara
lain :
……….. .…… ( ٢٣ : البقرة)
“..dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah...”
Begitu pula ayat berikut menunjukkan variasi arti dari kata dakwah :
٣٣فصلت : ) )
Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" \
……. ……….. : ) ١٨٦البقرة(
Artinya : …….. “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku………”
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi dakwah,
diantaranya adalah Syekh Al-babiy al-Khuli mendefinisikan dakwah dengan “upaya
memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik.” . Demikian pula A.
Hasymi dalam bukunya Dustur Dakwah dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa
dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan
syaria’ah Islam, yang terlebih dahulu diyakini dan diamalkan oleh pendakwah
sendiri.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, dalam Q.S. Ash-Shaff (61): 3, yaitu
) ٣ : الصف(
5
Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan”
Sedangkan definisi dakwah menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed adalah :
“Sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku,
dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar
supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan
serta pengamalan terhadap ajakan agama sebagai message yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.
Pendapat di atas sesuai dengan firman Allah swt, dalam surat Al-Baqarah
[2]:256, yaitu :
( ٢٥٦ : البقرة)
Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat
Adam Abdullah Al-Alusy dalam kitabnya Tarikh ad-Da’wah Islamiyah
mengartikan dakwah sebagai ”pendorong manusia agar berbuat baik dan mengikuti
petunjuk, menyeru untuk berbuat kebaikan dan melarang dari perbuatan mungkar
agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.”. Lain halnya dengan Quraish
Shihab, ia mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan,
atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi
maupun masyarakat. Betapa pun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang
berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan
upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang
tidak baik kepada situasi yang lebih baik, dan hakikat makna dakwah adalah kegiatan
amar ma’ruf nahi munkar, berkaitan dengan syi’ar agama.
B. Metode Dakwah
Di negeri ini, para pemikir dan pemuka Islam sudah sejak lama merisaukan
tentang metode dakwah yang dijadikan pegangan selama ini. Ada yang perpendapat
metode dakwah selama ini kurang menyesuaikan diri dengan perubahan atau
perkembangan sosial yang terjadi di tengah umat. Oleh karena itu, metode dan etika
6
dalam berdakwah perlu diperhatikan. Karena niat baik saja tidak cukup, jika tidak
diiringi dengan cara (metode) yang benar. Begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka berikut ini akan dipaparkan metode
dakwah yang akurat dalam Al-Qur’an. Membicarakan masalah metodologi berarti
memasuki aspek epistemologi dalam filsafat keilmuan, karena aspek ini secara
filosofis membahas tentang cara menerapkan usaha-usaha dalam rangka
mengembangkan suatu ilmu. Metode berasal dari kata method (bahasa Inggris) atau
Methodos (bahasa Yunani); meta yang artinya sesudah atau melampaui dan hodos
artinya cara atau jalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa ”Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.” Kata metode telah menjadi
bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara
yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan,
rencana sistem, tata pikir manusia.” Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajara
Islam disebutkan bahwa metode adalah “Suatu cara yang sistematis dan umum
terutama dalam mencari kebenaran ilmiah. Ketika membahas tentang metode
dakwah, maka pada umumnya para juru dakwah merujuk pada surat An-Nahl [16]
ayat 125 :
: ) ١٢٥النحل (
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (R. H. A. Soenarjo, 421:1989)
Ada beberapa kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat
di atas, antara lain sebagai berikut :
1. Bi al Hikmah
Kata “hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam
nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara
7
makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah
kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal
yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut Imam Abdullah
bin Ahmad Mahmud an-Nasafi, arti hikmah yaitu :
“Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang
benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
keraguan.
Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame
of reference, field of reference dan field of experience, yaitu situsi total yang
mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (objek dakwah). Dengan kata lain bi
al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas
dasar persuasif . Karena dakwah bertumpu pada human oriented, maka konsekuensi
logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis,
agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif sebagaimana ketentuan Al-
Qur’an surat Al Ghaasyiyah [88]:21-22 :
) : شية -٢٢الغا
٢١(
Artinya : “Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang
yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas
mereka
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak kata hikmah, di antaranya adalah :
(١٢٩ : البقرة)
Artinya : “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-
Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
8
: ) ٢٦٩البقرة (
Artinya : “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
2. Mauidzah al Hasanah
Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’izhah dan
hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza-ya’dzu-wa’dzan-‘idzatan yang
berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah
merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelakan (M.
Munir, 2006:15).
Adapun pengertian secara istilah ada beberapa pendapat, salah satunya menurut
Abd. Hamid al-Bilali al-Mau’izhah al-Hasanah merupakan salah satu manhaj
(metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat
atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Pendapat
Abd. Hamid al-Bilali sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Thaahaa [20]:44,
yaitu :
: ) ٤٤طه (
Artinya : “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut."
Menurut Filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan
bahwa mau’izhah hasanah adalah mau’izhah Ilahiyyah yaitu upaya apa saja dalam
menyeru/mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yad’u ila al shaleh) dengan
cara rangsangan menimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan
waspada (rahbah).
Sikap lemah lembut (affection) menghindari sikap egoisme adalah warna yang
tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan ide-idenya untuk
mempengaruhi orang lain secara persuasif dan bahkan coersive (memaksa). Caranya
dengan mempengaruhi objek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan
9
rasional. Maksudnya sebagai subjek dakwah harus memperhatikan semua
determinan psikologis dari objek dakwah berupa frame of reference (kerangka
berfikirnya) dan field experience (lingkup pengalaman hidup dari objek dakwah dan
sebagainya).
Dalam hal ini Nabi mengingatkan kepada kita selaku umatnya melalui
sabdanya, yaitu : “Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan
kemampuannya.” Jadi setelah memahami frame of experience dari objek dakwah,
seorang da’i diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan nasehat yang
faktual berupa mau’idzah hasanah agar pihak objek dakwah dapat menentukan
pikirannya terhadap rangsangan, psikologis yang mempengaruhi dirinya.
Sebaliknya, perilaku yang kasar, main paksa justru menjauhkan simpatik orang
lain. Allah swt, berfirman :
: ) ٲلعمران
۱۵۹(
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”
Kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’izhah hasanah, akan mengandung arti
kata-kata yang masuk ke dalam qolbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam
perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan
kesalahan orang lain sebab kelemahan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan
hati yang keras dan dapat menjinakkan qolbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan
kebaikan daripada larangan dan ancaman (M. Munir, 2006:17).
10
3. Mujadalah
Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata “jadala” yang
bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti
wazan faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.
Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa-almunadzarah,
mengartikan bahwa “al-jidal” secara bahasa dapat bermakna pula “Datang untuk
memilih kebenaran” dan apabila berbentuk isim “al-jadlu” maka berati
“pertentangan atau perseteruan yang tajam” . Dari segi istilah (terminologi) Al-
Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di
antara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu
upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
C. Tujuan Dakwah
Secara konsepsional, dakwah memiliki materi dan tujuan-tujuan yang spesifik.
Dakwah mempunyai tujuan yang satu, yaitu “Menyerah” didalam pengertian
penyerahan diri sepenuhnya, penyerahan diri dan kepatuhan para hamba kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam, menarik umat manusia keluar dari kesetiaan
mengabdikan diri kepada sesama hamba Allah swt, membawa mereka keluar dari
sikap patuh dan tunduk kepada sesama hamba Allah di dalam urusan peraturan hidup
dan pemerintahan, nilai-nilai dan kebudayaan, untuk bersikap patuh dan tunduk
kepada kekuasaan pemerintahan dan peraturan Allah swt. saja di dalam semua urusan
hidup guna mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Allah swt menegaskan dalam firman-Nya :
)۱۰٤ٲلعمران( :
Artinya : ”menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar.”
Dan dalam ayat lain Allah swt,. Kembali berfirman :
: ) ۱ٳبراهیم(
11
Artinya : ”Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang
Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
Oleh karena itu, dalam menjalankan amanah dakwah Islam di dunia ini kita
sebagai juru dakwah harus semangat dan istiqomah dalam berdakwah. Kita jangan
kalah dengan orang-orang komunis dan orang-orang kafir yang melakukan gerakan
di dunia ini demi menyeru manusia untuk menerima pemikiran mereka, dan
mengganti hidup manusia sesuai dengan apa yang mereka serukan. Mereka (orang-
orang komunis dan orang-orang kafir) juga tugas itu dengan sungguh-sungguh dan
rela berkorban.
Seharusnya seperti itu juga para juru dakwah Islam berbuat, bahkan mereka
diperintahkan lebih dari itu. Para juru dakwah wajib berusaha untuk menjalankan
Islam sebagai sebuah sistem hidup, dan hendaknya ini menjadi tujuan dalam hidup.
Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka tujuan dakwah Islam yang mulia ini akan
tercapai dan bukan sekedar mimpi di siang bolong.
Kalau kita mau melihat sejarah Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwahnya,
ia tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan membimbing, tetapi juga
sebagai uswatun hasanah. Ia juga memberikan contoh dalam pelaksanaanya, sangat
memperhatikan dan memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi seperti
pertanian, peternakan, perdagangan dan sebagainya.i
Dakwah Nabi pun dalam periode Mekkah penuh dengan pengorbanan-
pengorbanan baik raga, harta benda, bahkan jiwanya terancam akibat percobaan
pembunuhan serta yang lebih berat lagi adalah korban perasaan, dari pada fitnah
berupa ejekan, cemooh, cerca, penderitaan karena dikucilkan dan sebagainya.
Demikian pula dalam periode Madinah para sahabat dan para pengikut Nabi, mereka
bekerja keras dalam berbagai sektor kehidupan sosial, ekonomi dan sebagainya,
orang-orang dari Anshor sebagian memberikan tanahnya, ternaknya, hartanya,
kepada orang-orang Muhajirin yang telah kehabisan bekal. Rasul menghimpun harta
benda untuk kepentingan pertahanan negara dan sebagainya.ii
Jelaslah bahwa kalau kita mau bercermin pada sejarah Nabi, telah
memberikan suritauladan dalam hidup dan melakukan dakwahnya beliau senantiasa
12
menunjukkan satunya kata dengan tindakan. Nabi menunjukkan adanya kesatuan
antara ucapan dan dengan perbuatan. Beliau tidak hanya hidup berdo’a dan
berkhutbah, tanpa melakukan aksi sosial kemasyarakatan.
D. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Dakwah
Dalam melakukan aktivitas apapun sudah menjadi Sunnatullah pasti akan
menemukan yang namanya keberhasilan atau kegagalan. Begitu pun dengan dakwah
Islamiyah yang kita lakukan.
Adapun yang dimaksud kegagalan dakwah adalah belum tercapainya tujuan
dakwah, yang mengajak manusia untuk melakukan ‘amar ma’ruf nahi munkar dan
totalitas mengabdi (beribadah) kepada Allah dan Rasul-Nya guna mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai manusia yang punya kewajiban berdakwah tidak saja harus instropeksi
(muhasabah) diri, tetapi juga perlu waspada dalam setiap kali melakukan aktifitas
dakwahnya. Hal ini penting karena bahaya yang menghadang mereka (juru dakwah)
tidak dapat dianggap ringan.
Bahaya itu itu tidak hanya datang dari luar, tetapi juga bersumber dari dalam.
Ukuran bahaya pun sangat relatif. Tidak bisa dikatakan bahwa bahaya dari luar lebih
berat dibanding bahaya dari dalam. Begitu pun sebaliknya. Yang nyata, dari banyak
pengalaman, tidak jarang para aktivis muslim termasuk juga da’i, mubaligh dan
ulama justru terjerumus karena penyakit yang bersumber dari dalam dirinya, bukan
dari luar.
Dalam bukunya “Penyebab Gagalnya Dakwah” Dr. Sayyid Muhammad Nuh
Menyingkap berbagai macam kerikil dan bahaya yang menghadang dalam aktivitas
(berdakwah) menegakan agama Allah, baik itu dari internal seorang da’i atau pun
eksternal (lingkungan sekitar), diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Internal Da’i
1. Futuur
Dalam bahasa Arab, kata futuur antara lain dapat bermakna terputus setelah
terus menerus, atau diam setelah bergerak; atau sikap malas, lamban dan santai
setelah sebelumnya giat dan bersungguh-sungguh. Dalam kitab Lisanul-Arab (Ibnu
Manzuur 5/43), kata fatara mengandung pengertian :’sikap berdiam diri setelah
sebelumnya bergiat’ atau ‘melemah setelah sebelumnya kuat’. Sedangkan dari sudut
13
istilah, futuur ialah suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa
malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan suatu amaliyah yang sebelumnya
pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu, dan efek
maksimalnya adalah terputusnya sama sekali praktik dari suatu amaliyah tersebut
Ayat Al-Qur’an yang menunjukkan arti futuur antara lain Q.S. Al-Anbiya’
[21]:19-20 :
)۱۹ - ٢۰ٲألنبیاء( :
Artinya : “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-
malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tiada henti-hentinya.”
- Adapun faktor-faktor penyebab Futuur di antaranya, tubuhnya termasuki sesuatu
yang haram atau yang bernilai syubhat, mengabaikan kebutuhan jasmani, tidak
siap menghadapi kendala dakwah dan berlarut-larut dalam melakukan maksiat
dan meremehkan dosa-dosa kecil.
Sedangkan dampak akibat Futuur adalah :
a. Terhadap Pribadi Aktivis (Juru Dakwah)
Kita harus senantiasa menjaga ketaatan diri kepada-Nya kapan saja dan dimana
saja, sebab kita tidak pernah diberi tahu kapan kita akan menghadap ke haribaan-
Nya. Sungguh akan merupakan kerugian besar andaikan kita tengah dilanda futuur ,
tiba-tiba kita harus menghadap kepada-Nya, karena kita akan dinilai sebagai manusia
yang menyia-nyiakan dan lalai terhadap ajaran-ajaran-Nya. Oleh karena itu,
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memanjatkan do’a seperti
ini :
الجبن من وأعوذبك ، العجزوالكسل من وأعوذبك ، والحزن الهم من بك أعوذ إني أللهمل وقهرالرجا الدين غلبة من بك وأعوذ ، والبخل
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk bertindak
dan kesedihan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak
(pesimis putus asa) dan malas). Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap
pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan
14
penindasan (tindak semena-mena) orang-orang kepadaku.” (H.R. Abu
Daud).
b. Terhadap Amal Islami
Terhadap amal Islami, penyakit futuur akan mengakibatkan bertambah
panjangnya jalan dakwah serta akan mengakibatkan bertumpuknya beban serta
pengorbanan, sebab Allah tidak akan memberi pertolongan dan pengukuhan pada
mereka yang malas, lalai dan yang meninggalkan amal. Sebaliknya, Dia (Allah)
hanya akan memberikan pertolongan kepada orang yang aktif, yang berjihad, yang
teliti dalam beramal, dan membaguskan jihad. Sebagaimana Firman-Nya :
)٣٠الكهف( :
Artinya : “Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami
tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik.”
: ) ۱٢۸النحل(
Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-
orang yang berbuat kebaikan.”
: ) ٦٩العنكبوت(
Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
"
2. Israff
Dari sudut bahasa, Israff antara lain dapat bermakna : melakukan sesuatu tetapi
tidak dalam rangka ketaatan dan bisa juga boros dan melampaui batas. Banyak
i
ii
15
faktor yang menyebabkan Israff, di antaranya adalah : latar belakang keluarga,
keleluasaan rezeki yang diperoleh setelah kesempitan, berteman dengan pemboros,
lalai terhadap bekal perjalanan, pengaruh istri dan anak, dan kurang mampu
mengendalikan aneka tuntutan jiwa.
Sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah suatu penyakit yang
membahayakan. Sikap ini dapat mendatangkan akibat-akibat buruk pada masa lalu,
sekarang dan masa yang akan datang, bagi individu, umat dan masyarakat. Juga
dalam hal akidah, pemikiran, hukum, syari’at serta perilaku dan tindakan
Sesungguhnya sikap berlebih-lebihan dalam agama, dengan segala bentuk dan
macamnya, adalah penyakit yang menjijikan dan kronis yang mengantarkan
pelakunya dan orang yang komitmen terhadapnya, kepada kehancuran dan
kebinasaan di dunia dan akhirat.
Adapun di antara bahaya-bahayanya, terhadap pribadi aktivis adalah hati
menjadi keras, kebekuan berfikir, condong kepada kejahatan dan dosa, tidak mampu
menghadapi ujian dan kesulitan dan lenyapnya sifat sosial dan rasa solidaritas.
Sedangkan terhadap amal islami, Adapun pengaruh-pengaruh yang menimpa amal
Islami antara lain akan menjadi kalah, atau paling tidak surut ke belakang.
3. Isti’jaal
Dari segi bahasa, kata Isti’jaal, I’jaal, ta’ajjul, semuanya mengandung
pengertian sama, yaitu keinginan untuk menyegerakan atau mempercepat apa-apa
yang dihajatkan atau orang yang menginginkan agar permintaannya terlaksana
dengan cepat atau memerintahkan orang lain untuk bersegera dalam suatu masalah.
Mengenai hal ini Allah swt sudah menjelaskan dalam firman-Nya :
) ۱۱یونس( :
Artinya : “Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti
permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur
mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan
Pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka.”
16
Sedangkan dari segi istilah, yang dimaksud Isti’jaal yakni keinginan untuk
mewujudkan perubahan atas realitas yang tengah dialami oleh kaum muslimin dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya tanpa memperhatikan lingkungan, tanpa
memperhitungkan akibat dan tanpa melihat kenyataan, juga tanpa persiapan bagi
pendahuluan, sistem dan sarana (Sayyid M Nuh, 2000:65). Sikap tergesa-gesa dan
terburu-buru merupakan salah satu tabiat yang dimiliki oleh manusia seperti yang
telah dinyatakan oleh Allah swt dalam firman-Nya :
…… : ) ۱۱اإلسراء(
... dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”
…….. : )٣٧ٲألنبیاء(
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.”
Kadangkala semangat yang berapi-api dari para penyampai dakwah serta
keinginan yang mendesak untuk segera menyebarkan dakwah dan melihat
kemenangannya, mendorong para penyampai dakwah untuk menarik sebagaian
individu dan beberapa unsur penting masyarakat dengan cara mengacuhkan pada
awal-awal langkah beberapa permasalahan dakwah yang mereka anggap bukan
merupakan dasar dan pokok dari dakwah. Kemudian mereka berkompromi dengan
manusia dalam beberapa urusan agar mereka tidak lari dari dakwah dan
memusuhinya. Hal itu mendorong mereka juga untuk menggunakan sarana dan
metode-metode yang tidak sesuai dengan standar-standar dakwah yang detail dan
tidak pula dengan manhaj dakwah yang lurus. Mereka melakukan hal itu karena
didorong oleh keinginan segera melihat kemenangan dakwah dan penyebarannya.
Oleh karena itu, para pembawa misi dakwah tidak boleh menakar dan
mengukur keberhasilan dakwah dari segi buah-buah ini saja. Kewajiban mereka
hanyalah bertolak dalam perahu dakwah di atas manhajnya yang jelas, murni dan
detail (Sayyid Quthb, 2004:211). Kemudian menyerahkan kepada Allah untuk
menilai hasil dan buahnya dari sikap istiqomahnya dalam dakwah itu.
B. Eksternal Da’i (lingkungan sekitar)
Yusuf al-Qaradhawi menulis dalam bukunya Aina al-Khalal bahwa kelemahan
umat ini setidaknya disebabkan oleh tiga faktor penting yaitu pertama, melemahnya
kesadaran umat ini untuk menjalankan syari’at agamanya. Kedua, umat ini sedang
mengalami krisis identitas yang sangat akut. Ketiga, umat ini sedang berada
17
dipersimpangan jalan bahkan lebih ekstrim lagi bahwa umat ini sudah kehilangan
arah dan tujuannya.
Padahal Allah swt telah telah mensifati umat (Islam) ini sebagai khairu ummah
(ummat yang terbaik). Akan tetapi al-amru bil ma’ruf dan an nahyu ’anil munkar
sebagai prasyarat utama identitas tersebut sudah sejak lama ditinggalkan. Bahkan
yang lebih menyayat lagi, kemungkaran seolah-olah menjadi konsumsi harian dan
dianggap sebuah trend sedangkan bertingkah laku secara Islami akan dipandang
remeh bahkan terkadang sering dipermasalahkan.
Allah swt., juga telah mengatakan di dalam Al-Qur’an bahwa umat ini ’ala
qalbi rajul wahid, umat yang seharusnya satu visi dan misi Inna hadzihi ummatukum
ummatan waahidah. Namun pada hari ini, umat yang besar itu terpecah-pecah dan
selalu berselisih antar sesama saudaranya (muslim), sehingga perpecahan umat ini
dimanfaatkan oleh kaum salibis dan zionois untuk menghancurkan potensi dan
kekuatan umat ini.
Inilah yang menjadi penyebab kegagalan dakwah Islam di lingkungan sekitar
para juru dakwah, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan dakwah
sekalipun telah terjadi dikotomi (pengkotak-kotakan) sehingga dakwah ini terkesan
parsial.
C. Akibat Kegagalan Dakwah
Mengakibatkan Futur.
Hal ini sebagaimana telah kami jelaskan pada kendala pertama. Sabda Rasulullah
shallahu alaihi wa sallam.
"Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus
menerus sekalipun sedikit". (HR : Muttafaq alaih). Menyebabkan Pengorbanan
Yang Sia-Sia.
Perilaku tergesa-gesa atau melakukan sesuatu aktivitas dengan tanpa perhitungan
lazimnya sangat sulit mencapai keberhasilan, faedah, atau keuntungan. Kasus
berikut ini merupakan sebuah contoh konkrit sekaligus ibrah (pelajaran) bagi kita
semua atas fenomena isti'jaal.
Pada akhirnya tahun tiga puluhan, kehidupan hakah Islamiyah di Mesir sempat
mencapai puncak masa kejayaannya. Ia telah dapat menembus ke segenap lapisan
18
masyarakat. Ibarat sebuah kapal laut yang membelah lauatan yang tenang disertai
semilir tiupan angin yang mengiringinya. Suara harakah telah menggema dan
terdengar di setiap permasalahan, baik yang sifatnya nasional maupun
internasional. Pada waktu itu ada seorang anggota harakah, yaitu Ahmad Rif'at,
yang menolak sistem dan cara yang tengah ditempuh oleh harakah Islamiyah dan
menyerukan sistem lainnya.
Awalnya, keadaan itu belum sempat menjadi perhatian. Setiap anggota harakah
berhak mengkritik hal-hal yang dipandang perlu, maka terjadilah diskusi
beberapa kelompok harakah yang kemudian menghasilkan kesimpulan yang
paling benar dan jalan yanglebih lurus. Meskipun demikian, yang patut menjadi
titik perhatian kita bahwa seruan tersebut mendapat sambutan positif dari para
pemuda anggaota harakah Islamiyah. Kita tidak ingin membicarakan sebab-sebab
yang melahirkan keadaan tersebut. Yang penting bagi kita adalah diadakannya
pertemuan khusus untuk mengetahui kendala dan tuntutan yang tengah
berkembang, yang meliputi tiga hal :
Pertama, pihak harakah Islamiyah dianggap telah "bemanis-manis" dengan
pemerintah dan berjalan bersamanya, kendati jelas-jelas sistem politik yang
dijalankan oleh pemerintah merupakan sistem politik "campuran" (sekuler).
Kondisi itu harus diluruskan. Pihak harakah Islamiyah wajiba bersikap tegas dan
kritis dalam menghadapi pemerintah secara benar sesuai dengan konteks al-
Qur'an. "Dan barangsiap yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan
maka mereka itulah orang-orang kafir".
Kedua, pihak harakah Islamiyah dianggap belum mampu menindak para wanita
yang melakukan tabarruj (membuka aurat). Pihak harakah hanya dapat dapat
memberikan nasihat, petuah, serta himbauan-himbauan lewat kata-kata.
Diusulkan agar pihak harakah bisa mengirimkan para anggotanya ke jalan-jalan
Kairo dengan membawa tinta. Setiap kali mereka mendapatkan seorang wanita
yang membuka auratnya di hadapannya, mereka harus melemparkan tinta itu ke
baju-baju mereka. Sebagai pelajaran bagi wanita itu.
Ketiga, sikap pihak harakah Islamiyah terhadap para mujahidin Palestina,
dianggap hanya sebatas "pengakuan". Sikap semacam itu dipandang sebagai
tindakan menyepelekan dalam mengatasi kemelut, enggan berjihad, dan
19
menghindari dari medan perang. Seharusnya harakah Islamiyah segera
meninggakan pekerjaan mereka masing-masing kemudian bergabung dengan
barisan mujahidin di Palestina.
Jika hal-hal itu tidak dilakukannya, maka mereka termasuk orang-orang yang
membelot dari gerakan, dan tidak berguna kerterlibatan mereka dalam harakah
Islamiyah.
D. Harapan Untuk Dakwah
Harapan dan Saran Penyelesaian Pelaksanaan dakwah haruslah terprogram rapi,
serius, sistimatis, terarah, berkesinambungan. Bukan asal-asalan, acak-acakan.
Benar-benar serius memanfa'atkan segenap tenaga, pikiran, dana, kemampuan untuk
menyelamatkan orang-orang agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah. Musuh-
musuh Islam punya program rinci, sistimatis untuk memurtadkan orang-orang Islam.
Ada program jangka pendek, ada program jangka panjang. Ada program satu tahun,
lima tahun, dua puluh lima tahun, lima puluh tahun. Dakwah Islam harus punya
program jelas, terarah, terukur, teratur. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah
anggota jama'ah shubuh, kenaikan jumlah anggota jama'ah Jum'at untuk selang
waktu tertentu. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah orang yang bisa baca-
tulis Qur’an, kenaikan jumlah orang yang bisa baca-tulis Hadits, kenaikan jumlah
orang yang bisa khutbah Jum'at untuk selang periode tertentu. Berapa persen
ditargetkan menurunnya jumlah pencopet, penodong, pemerkosa, pengamen,
pemulung, pelacur, pemabuk, pejudi, penjarah untuk selang waktu tertentu. Hasil
dakwah perlu dievaluasi secara berkala. Sudah berapa persen target tercapai. Apa
saja kendala yang merintangi keberhasilan. Tentukan indikator-indikator
keberhasilan. Tentukan langkah, program kerja berikutnya. Program kerja berikut
merupakan koreksi program sebelumnya. Penataan kegiatan dakwah barangkali perlu
mengadopsi fungsi operasi managemen, mencakup fungsi perencanaan (planning,
programming), fungsi organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi
coordinating, fungsi pengawasan (controlling). Dalam program kerja antara lain
diperhatikan tentang sasaran, pelaku (man), dana (money), waktu, metode dakwah.
Selama ini dakwah hanya berkutat sebatas tekstual ajaran Islam. Kurang
menjangkau, menyentuh pesan ajaran Islam secara konstekstual. Kurang
20
menjelaskan secara lugas tentang bahaya kikir, bakhil terhadap diri pribadi dan
terhadap masyrakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara
lugas tentang bahaya rakus, tamak, serakah terhadap diri dan masyarakat secara
sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan secara lugas tentang bahaya dengki
terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan ekonomis. Kurang menjelaskan
secara lugas tentang bahaya terhadap diri dan masyarakat secara sosiologis dan
ekonomis dari sifat dan sikap seperti itu yang dicela Islam.
Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh memusatkan diri
menyampaikan tuntunan, panduan Islam dalam mencegah timbulnya konflik sosial,
baik konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara majikan dan pelayan, antara
penguasa dan rakyat) maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama penguasa,
antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran "dalam" yang dapat
menumbuhkan rasa kasih sayang secara konkrit.
Oleh karena itu sudah tiba waktunya bagi lembaga-lembaga dakwah
Islamiyah untuk memulai program pembaharuan dakwah meyeluruh dan program
masuk desa secara besar-besaran. Disini perlu ada beberapa langkah dan orientasi
gerakan dakwah yang perlu dirumuskan ulang. Pertama, setiap gerakan dakwah
perlu merumuskan orientasi yang lebih spesifik dalam memadukan dakwah bi al-
lisan dengan bi al-hal bagi daerah atau masyarakat di pedesan. Hal itu diperlukan
kekhususan potensi, masalah dan tantangan yang dihadapi tidak sama dengan
penduduk dan daerah perkotaan.
Kedua, setiap gerakan dakwah perlu merumuskan perencanaan dakwah yang
muatan misinya tetap sesuai dengan ajaran Islam yang dipesankan al-Qur’an dan al-
Sunnah, namun orientasi programnya perlu perlu berdasarkan data empirik dari
potensi, masalah, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi masyarakat. Ketiga,
berkaitan dengan bentuk dan jenis program. Program dan kegiatan dakwah bagi
masyarakat pedesaan harus dirumuskan secara lebih bervariasi dan lebih kongkrit
berdasarkan kebutuhan, permasalahan, dan tuntutan konkrit masyarakat dakwah
setempat.
Sesuai dengan tuntutan pembangunan umat, maka gerakan dakwah
hendaknya tidak hanya terfokus pada masalah-masalah Agama semata, tetapi mampu
memberikan jawaban dari tuntutan realitas yang dihadapi masyarakat saat ini. Umat
21
Islam pada lapisan bawah, tak sanggup menghubungkan secara tepat isi dakwah yang
sering didengar melalui dakwah bi al-lisan dengan realitas yang begitu sulitnya
kehidupan ekonomi sehari-hari. Untuk gerakan dakwah dituntut secara maksimal
agar mampu melakukan dakwah bi al-hal (dalam bentuk nyata).iii Dakwah harus
mencakup perbuatan nyata (bi al-hal) yang berupa uluran tangan oleh si kaya kepada
si miskin, pengayoman hukum, dan sebagainya. Perluasan kegiatan dakwah
(desentralisasi) yang dibarengi oleh verifikasi mubaligh, akan sangat relevan dengan
kebutuhan masyarakat kita, yang juga semakin beragam, serta meluasnya
diverensiasi sosial.
Dakwah dengan tindakan nyata berupa bantuan materi: pangan gratis, susu
gratis, pakaian gratis, pengobatan cuma-cuma, modal untuk membentuk koperasi
kecil-kecilan, dana untuk pembuatan sumur-sumur bersih, memperbaiki gubuk
tempat tinggal, membiayai sekolah anak-anak mereka, dan sebagainya.
Pembangunan masjid juga merupakan bentuk dakwah nyata, tetapi dakwah
pembangunan masjid ini tidak terlalu penting apabila jumlah jamaahnya semakin
menipis.
Konsep dakwah juga adalah dakwah yang tidak menyempitkan cakrawala
umat dalam emosi keagamaan dan keterpencilan sosial. Dakwah yang diperlukan
adalah dakwah yang mendorong perluasan partisipasi sosial. Dakwah demikian juga
akan memenuhi tuntutan individual misalnya, untuk saling menolong dalam
mengatasi perkembangan atau perubahan sosial yang kian cepat.
Dalam persiapan untuk mulai melaksanakan dakwah bi al-hal diperlukan:
1. adanya badan atau kelompok orang yang terorganisasi, walaupun kecil dan
sederhana.
2. adanya tenaga potensial, terdiri dari beberapa orang dengan pembagian tugas
sesuai kemampuan masing-masing seperti: tenaga pengelola/koordinator
tenaga pelaksana di lapangan yang akrab dengan pekerja-pekerja sosial,
tenaga yang berpengetahuan, tentang kesehatan, gizi, pertanian, koperasi dan
sebagainya, dan tenaga mubaligh atau guru agama, dan yang terakhir tetapi
sangat penting ialah tenaga penghimpun dana.
3. adanya dana dan sarana-sarana yang diperlukan.
iii
22
4. adanya program walaupun sederhana, yang disusun berdasarkan data-data
tentang sasaran yang dituju dan sebagainya.
5. adanya kontak-kontak terlebih dahulu dengan sasaran yang dituju, dengan
instansi-instansi dan orang orang yang terkait.
Setelah persiapan matang, maka sesuai dengan hari tanggal yang telah
ditentukan, mulai operasional, dengan cara selangkah, dari tepi-tepi mulai masuk ke
tengah, dari yang sangat rendah dan ringan hingga yang lebih kompleks. Setelah
tiap-tiap langkah diayunkan, perlu diadakan evaluasi, dalam rangka untuk
memperbaiki langkah-langkah lebih lanjut.
Dalam membina dan membimbing masyarakat, digunakan asas, memberi
pancing agar mereka dapat mencari ikan sendiri, dan bukannya selalu memberi ikan
yang sudah matang kepada mereka. Pada dasarnya rakyat mau bekerja, suka kerja,
yang perlu adalah diberikan bimbingan dan contoh bekerja yang berdaya guna,
misalnya dalam bercocok tanam, beternak dan sebagainya. Petani miskin, sering
kesulitan dalam mendapatkan bibit unggul, pupuk dan modal untuk mulai bercocok
tanam, diberi modal dan teknik menanam yang baik. Kerja mencangkul itu pekerjaan
yang berat, memerlukan energi yang cukup, sehingga orang lapar jelas tidak mampu
mencangkul. Pemberian sekedar bahan makanan sebagai modal kerja, sering sangat
diperluan.
Di Desa banyak tenaga anak-anak, remaja, pemuda, wanita yang menganggur,
tetapi kerena tidak ada yang dikerjakan. Mereka akan senang jika diberi bibit ternak,
diajak bekerja gotong royong, diberi bimbingan kerajinan dan sebagainya.
Mereka membutuhkan bantuan seperti tersebut di atas, mereka akan menjadi
akrab dengan siapa yang membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka itu.
Tabu bagi mereka untuk meminta-minta, tetapi mereka dengan senang hati menerima
uluran tangan dari orang-orang yang mereka percayai. Demikianlah cara pendekatan
dakwah bi al-hal, didekati kebutuhannya, didekati hatinya menjadi akrablah mereka.
Dalam kondisi yang demikian mereka tidak akan sungkan-sungkan untuk diajak
membangun desanya, membangun pribadinya dengan iman dan taqwa.
23
E. Menyikapi Kegagalan Dakwah Islam
Dalam menyikapi kegagalan dakwah islam, alangkah lebih baik kita melihat
sisi positif dari kegagalan, yaitu sebagai pemacu kita untuk bisa lebih baik dalam
berdakwah, maupun dalam mencerna isi dakwah yang disampaikan pendakwah.
Harus menjadi pemenang dalam berdakwah.
Sikap Mental Pemenang
1. IKHLAS BERJUANG KARENA ALLAH. Keikhlasan adalah bekal dan
kekuatan awal bagi seorang pemenang untuk berjuang dijalan Allah swt.
Keikhlasan berjuang hanya karena Allah swt demi mengharap ridho dan cinta-
Nya serta balasan surga-Nya membuat sang pejuang akan selalu memiliki
energy untuk bekerja maksimal mewujudkan impian dan tugas besar yang
diembannya. Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan “keikhlasan akan
membuat amal yang berat terasa ringan, sebaliknya ketidak ikhlasan membuat
amal yang ringan terasa berat”. Milikilah keikhlasan, karena keikhlasan adalah
energy terbesar yang dimiliki manusia, yang iblis laknatullah pun tidak sanggup
menggoda dan menjatuhkan orang yang ikhlas berjuang karena Allah swt.
Keikhlasan membuat seorang pejuang dan pemenang tidak peduli pada kritikan,
pujian dan cacian orang lain, karena ukuran sukses kerjanya adalah pujian dan
ridha Allah swt, Rasul-Nya dan Orang yang beriman, bukan dari manusia
umumnya.
2. MEMILIKI VISI DAN CITA-CITA UNTUK MENANG. Seorang pemenang
adalah mereka yang bermimpi dan bertekad untuk menang. Tidak mungkin atau
sangat jarang seorang pemenang adalah orang yang tidak punya keinginan dan
cita-cita untuk menang. Karena jika begitu menangnya adalah kebetulan bukan
keinginan. Sebagaimana Rasulullah saw bercita-cita besar untuk menaklukan
Romawi dan Parsi. Ketika beliau memecahkan batu ketika menggali parit di
Perang Khandaq, beliau mengatakan kelak Romawi dan Parsi akan kita
taklukan. Ternyata cita-cita beliau itu terbukti dan terwujud oleh beliau dan para
sahabat ra. Imam Syahid Hasan al Banna pun pernah mengatakan bahwa
kenyataan hari ini adalah impian hari kemarin. Semua penemuan besar dan
prestasi dahsyat seperti ditemukannya pesawat, mobil, computer, hand phone,
senjata canggih, kekayaan besar, ataupun prestasi spektakuler dari atlit kelas
24
dunia dalam perlombaan dan kompetisi olahraga, maka semuanya berawal dari
impian dan cita-cita mereka untuk meraih kemenangan dan kesuksesan. Maka
beranilah untuk bermimpi dan bercita-cita.
3. YAKIN DAN OPTIMIS BISA MENANG. Seorang pemenang adalah mereka
yang optimis dan yakin bahwa semua impian dan target yang ditetapkannya bisa
tercapai jika mereka terus berusaha dan berdoa dengan konsisten. Mereka
optimis pada kemampuannya. Terlebih dari itu mereka optimis pada pertolongan
Allah swt. Karena Allah swt berkata “siapa yang menolong agama-Ku, maka
Aku akan menolongnya”. Dalam Surat An nuur ayat 55 Allah swt berjanji
bahwa kelak orang-orang beriman akan dijadikan-Nya pemimpin-pemimpin di
muka bumi.
4. BERANI MENCOBA DAN BERANI GAGAL. Sikap mental pemenang
berikutnya adalah keberanian untuk mencoba dan berani untuk menghadapi
kegagalan. Bagi seorang pemenang kegagalan itu biasa. Tapi mereka tetap
belajar dari kegagalan. Karena kegagalan dapat mendewasakan kita dan
mendidik kita. Kegagalan juga guru terbaik untuk menunjukkan dimana letak
kekurangan kita. Kegagalan membuat mental kita harus lebih kuat dari
sebelumnya, karena pastilah setiap kegagalan menyebabkan terpukulnya jiwa
kita. sehingga untuk mengatasinya diperlukan jiwa yang kuat dan tahan banting.
Pepatah mengatakan “nahkoda yang tangguh tidak dilahirkan di laut yang
tenang, tapi dilaut yang berombak”. Sejarah Para pemenang diseluruh dunia,
adalah sejarah kegagalan yang mereka lalui dengan tetap menjaga optimism
sehingga akhirnya kegagalan itu gagal dalam menggagalkan mereka. Contoh
nyatanya adalah Rasulullah saw, dapat dikatakan selama 13 tahun berdakwah di
Mekkah, maka mayoritas dakwahnya menemui kegagalan yaitu penolakan dan
permusuhan dari orang yang didakwahinya. Tapi hal itu tidak membuat nyali
beliau ciut untuk terus berdakwah. Sikap inilah yang akhirnya menyebabkan
keberhasilan beliau dalam berdakwah.
5. PANTANG MENYERAH. Sikap mental seorang pemenang berikutnya
adalah pantang menyerah dan selalu bangkit setiap kali terjatuh. Rasulullah saw
dan para sahabatnya adalah pribadi-pribadi yang pantang menyerah sebelum
sebelum selesainya pertandingan ataupun sesudah selesainya pertandingan.
25
Mereka berjiwa climbers yaitu berjiwa pendaki sejati yang terus berjalan dan
berjalan menuju puncak impian dan cita-citanya. Mereka tidak hanya berhasil
menaklukan madinah dan mekkah, tapi terus merangsek ke seluruh jazirah arab,
bahkan 1/3 penjuru dunia akhirnya bisa dikuasai. Dalam perjalanannya mereka
melalui kesulitan dan tantangan. Mereka kekurangan pasukan dan perlengkapan.
Kendala ini tidak membuat mereka menyerah. Mereka bertarung sampai tetes
darah penghabisan. Tapi alih-alih kalah, justru mereka meraih kemenangan,
dengan modal sikap pantang menyerahnya tadi. Contohnya ketika menghadapi
pasukan Romawi yang bersenjata lengkap dengan 200 ribu pasukan, sementara
ummat islam hanya sekitar 20 ribu orang dengan persenjataan tidak selengkap
pasukan musuh. Tapi sikap mental pemenang dan pantang menyerah membuat
mereka tidak gentar dan takut, justru semakin memicu nyalinya dan tertantang
untuk mampu menaklukan musuh dengan kekuatan sebesar itu.
6. 6. SABAR MENGHADAPI KESULITAN. Kesabaran adalah modal dasar
dari para pemenang. Kesabaran membuat kualitas orang-orangnya melejit 10
kali lipat dibanding orang yang tidak sabar. Allah swt mengatakan dalam Surat
Al Anfaal ayat 66 “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah
mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus
orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang
kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan
dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta
orang-orang yang sabar”. Pertarungan pastilah penuh dengan tantangan internal
dan eksternal, maka hanya orang sabar yang dapat melewatinya.
7. SIAP BERKORBAN DAN MEMBAYAR HARGA KEMENANGAN.
Perjuangan untuk meraih kemenangan jelas menuntut pengorbanan dan harga
yang mesti dibayar diawal. Pepatah mengatakan “tidak ada makan siang yang
gratis”. Artinya tidak ada dalam hidup ini sesuatu yang kita peroleh tanpa sebab.
Hokum alam dan sunnatullah berlaku, jika kita ingin akibat maka kita harus
melakukan sebab. Maka pengorbanan dan kerja keras adalah sebab yang akan
melahirkan kemenangan. Ada harga yang mesti kita bayar dulu diawal sebelum
cita-cita dan keinginan kita raih. Allah swt berfirman, jika kita ingin
mendapatkan Surga dan dibebaskan dari azab yang pedih, maka kita harus mau
26
berkorban dengan harta dan jiwa kita di jalan Allah. (Surat Ash Shaf : 10 – 11).
Bunker Hunt seorang milyarder mengatakan “Sukses itu sederhana saja.
Pertama, putuskanlah apa yang anda inginkan secara spesifik. Kedua,
putuskanlah anda bersedia membayar harganya untuk menjadikan itu terjadi”.
Kehidupan bisa juga menjadi contoh bagi untuk menjadi pemenang maka
diperlukan pengorbanan dan harga yang mesti dibayar. Sebuah yang tajam dan
indah, berawal dari sebuah balok besi yang tidak begitu berharga. Tapi ketika
besi itu dibakar, dipukul berkali-kali, direndam diair, dibakar lagi dan lagi,
kemudian diasah, yang seandainya besi itu bernyawa maka dia akan berteriak
kesakitan dengan penyiksaan itu. Tapi setelah semua pekerjaan itu selesai, yang
tertinggal adalah sebilah pedang yang tajam dan indah yang harganya jauh lebih
mahal dan jauh lebih berharga dari potongan besi tadi. Artinya jika kita ingin
lebih tajam dan lebih kuat, kita harus siap menderita untuk meraihnya. Imam
Ibnul Qayyim mengatakan “orang-orang pintar disetiap ummat sepakat bahwa
kenikmatan itu tidak bisa didapat dengan kenikmatan pula. Siapa yang
mementingkan kesenangan ia akan kehilangan kesenangan. Siapa yang berani
menentang badai dan menghadapi rintangan, ia akan memperoleh kegembiraan
dan kenikmatan”
8. BANYAK BEKERJA, SEDIKIT BICARA. Seorang pecundang itu adalah
yang menginginkan kemenangan dan hanya menginginkannya, sedang seorang
pemenang adalah yang menginginkan kemenangan dan melakukannya. Albert
Einstein mengatakan 1 ons aksi lebih berharga dari 1 ton teori. Yang
mengantarkan seseorang pada kesuksesan bukanlah ilmu. Karena betapa banyak
orang berilmu seperti Profesor dan Doktor tapi hidupnya biasa-biasa saja. Yang
mengantarkan seseorang pada kesuksesan adalah Ilmu yang diterapkan. Einstein,
Ilmuwan terbesar abad ini, mengatakan bahwa “kejeniusan saya 1 % nya adalah
kecerdasan dan 99 % nya adalah kerja keras,”. Artinya Einstein mengatakan
semua prestasi dan karya yang dihasilkannya bersumber dari kerja keras dan
tindakan yang dilakukannya. Inilah The Power of Action. Contohnya kenapa
orang bisa tenggelam? Semua kita umumnya menjawab karena tidak bisa
berenang. Tapi kalau kita lakukan percobaan dengan berendam seluruh tubuh
kita di bak mandi yang airnya hanya setinggi 30 cm selama 30 menit apa yang
27
terjadi? Ya kita juga akan mati dan tenggelam. Jadi orang tenggelam dan mati
bukan karena tidak bisa berenang, tapi karena tidak bergerak.
9. TIDAK MENCARI ALASAN. Seorang yang memiliki mental pemenang
tidak suka mencari-cari alasan, untuk tidak melakukan apa yang harus
dilakukannya. Alasannya hanya satu, yaitu alasan untuk melakukan, bukan
alasan untuk tidak melakukan. Kalau kita perhatikan kebanyakan orang gagal
adalah mereka yang selalu banyak alasan untuk tidak berbuat apa-apa dan
menjadi siapa-siapa. Mereka berdalih dengan kesehatan yang buruk, ekonomi
yang krisis, orang tua yang miskin, pendidikan yang rendah, fisik yang lemah,
keberuntungan yang kurang, dana yang sedikit, jumlah yang kurang dan
berbagai macam alasan lainnya untuk menjadi pembenaran atas ketidak siapan
dan ketidak mauan untuk bertindak dan bertarung. Sedangkan seorang
pemenang justru tidak mencari alasan apapun yang melemahkan atau
menyebabkan dia tidak mau bekerja. Mereka menepiskan semua kekurangan dan
kelemahan yang mungkin menjadi alasan bagi mereka untuk tidak melakukan
apa-apa atau merasa pesimis sebelum bertarung.
10. BERTANGGUNG JAWAB.Tidak hanya menepiskan semua alasan untuk
lemah, para pemenang adalah yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya.
Mereka yakin dengan Firman Allah swt “bahwa tidak akan terwujud perubahan
kalau bukan dia yang akan merubahnya”. Pepatah mengatakan “kita tidak bisa
merubah keadaan tapi kita bisa mengubah sikap kita menghadapi keadaan” atau
kita tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa mengubah arah sayap pesawat
kita”. orang yang bertanggung jawab tidak menyalahkan atau mengkambing
hitamkan orang lain, tapi mereka bertanggung jawab terhadap semua hasil yang
diperolehnya. Sikap ini membuat mereka selalu berusaha berbuat yang terbaik
agar tidak mengalami kegagalan. Kehidupan ini adalah kumpulan keputusan
yang mesti diambil dengan bertanggung jawab. Sehingga mereka selalu
mengambil keputusan terbaik dalam hidupnya untuk bertindak yang terbaik.
11. TEGUH PENDIRIAN (Istiqamah). Sikap mental seorang pemenang
berikutnya adalah sikap teguh pendirian atau istiqamah. Allah swt menjanjikan
kemenangan dan surga bagi orang yang meneguhkan pendirian mereka.
““Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”
28
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; (QS 41:30-32). Secara bahasa Istiqamah adalah anonim dari thughyan
(penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu
tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqamah dari kata “qaama”
yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian
dan selalu konsekuen.
12. TAWAKKAL. Allah swt berfirman dalam Surat Ath Thalaq ayat 3 “
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupkan
kebutuhannya”. Tawakkal artinya berserah diri kepada Allah swt setelah
berusaha. Allah swt menyuruh kita untuk tawakal setelah bertekad kuat dan
berusaha “ Setelah berazzam maka bertawakallah kepada Allah”. Sikap tawakal
akan mendatangan pertolongan Allah swt kepada kita, karena memang Dia-lah
Pemilik Segala kekuatan, Penentu segala Kemenangan, Yang Maha Kuasa dan
Maha Perkasa, yang bisa mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin
cukup hanya dengan satu kata “kun” maka “fayaku” terjadilah dia. Sikap mental
tawakkal juga menjadi tameng mental, sehingga kita tidak menjadi gelisah dan
cemas menghadapi saat pertarungan ataupun menjadi depresi dan frustasi
menghadapi kegagalan, karena kita sudah pasrah atas kehendak-Nya.
SIKAP MENTAL PECUNDANG
Sedangkan orang yang kalah atau para pecundang memiliki sikap mental yang
berlawanan dengan para pemenang. Mereka cendrung putus asa, lemah semangat,
tidak optimis, dan mudah menyerah. Berikut ini adalah sikap mental pecundang yang
harus kita buang dari diri kita :
1. BERJUANG KARENA SELAIN ALLAH DAN HANYA UNTUK MATERI
SEMATA. Seorang pecundang adalah orang yang berjuang dalam rangka
kepentingan duniawi semata. Dia melupakan tujuan yang hakiki yaitu untuk
29
meraih ridha Allah swt. Rasulullah saw bersabda “ Setiap amal itu tergantung
pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan”.
Seseorang yang berjuang bukan karena selain Allah, sangat mungkin dia
memiliki niat untuk mendapatkan harta, tahta dan wanita/pria. Akibatnya jika
semua targetnya itu sudah tercapai maka dia akan berhenti berjuang.
Perjuangan bukan karena selain Allah akan menumbuhkan sikap pragmatis,
egois dan indivdualis pada dirinya karena tujuannya adalah untuk meraih
kenikmatan dan kesenangan pribadi sehingga sangat mungkin mengorbankan
orang lain dan kepentingan bersama demi kepentingan pribadinya.
2. BERCITA-CITA RENDAH : KALAU MENANG BAIK, KALAU TIDAK
GIMANA LAGI. Seorang pecundang adalah mereka yang bercita-cita rendah
dan tidak memiliki optimism dna keyakinan untuk menang, sehingga dia akan
berkata kalau menang baik, kalau tidak gimana lagi. Akibatnya dia tidak
berusaha sungguh-sungguh dan mungkin tidak kuat menghadapi ujian dan
godaan yang mampu menghentikan langkahnya menuju tujuan.
3. LEMAH SEMANGAT. Seorang pecundang semangatnya kadang naik
kadang turun. Dia mudah dipengaruhi oleh orang lain. Kalau orang lain
semangat maka dia ikut semangat, sebaliknya jika orang lain lemah maka dia
ikut lemah juga. Lemah semangat akan menyebabkan mundur dan menyerah
serta tidak optimal dalam bekerja. Semua itu disebabkan kepribadian yang
lemah dan tidak memahami hakikat dan urgensi perjuangan untuk meraih
kemenangan.
4. TIDAK PERCAYA DIRI. Seorang pecundang adalah yang tidak percaya
pada kemampuannya sendiri. Dia merasa minder dan malu untuk berbuat dan
bekerja. Dia sangat sensitive terhadap kritikan. Kritikan dapat membuat harga
dirinya hancur sehingga dia akan menarik diri dan melarikan diri dari
masalah dan tantangan. Orang yang tidak percaya pada dirinya, bagaimana
mungkin akan membuat orang lain percaya pada dia. Orang yang percaya
pada dirinya adalah orang yang memiliki harga diri yang tinggi. orang yang
memiliki harga diri tinggi memiliki cirri sebagai berikut :
Keyakinan besar
30
Prestasi tinggi
Penuh tanggung jawab
Berani sukses
Disiplin
Prilaku produktif ; ramah, pemaaf, sopan, mendukung, berani mengambil
risiko
Tujuan spesifik
Tingkat energi tinggi
Sedangkan orang yang memiliki harga diri yang rendah memiliki cirri sebagai
berikut:
Tidak percaya diri
Prestasi rendah
Menghindari tanggung jawab
Takut sukses
Tidak disiplin
Prilaku tidak produktif ; takut, merasa bersalah, tertekan, cemburu, hindari
risiko
Tidak ada tujuan
Tingkat energi rendah
1. TIDAK SABAR MENGHADAPI KESULITAN DAN MUDAH
MENGELUH. Seorang pecundang adalah orang yang tidak sabar dan kuat
menghadapi kesulitan dan ujian. Sehingga dia mudah mengeluh dan mudah
putus asa
2. TAKUT GAGAL. Seorang pecundang adalah orang yang takut gagal
sehingga dia takut untuk mencoba dan bertindak. Sebelum bertindak dia
sudah berpikir bahwa dia akan gagal, sehingga dia tidak melakukan apa-apa.
Akibatnya dia tidak akan pernah berhasil. Karena keberhasilan berawal dari
tindakan.
3. MUDAH MENYERAH. Seorang pecundang adalah mereka yang mudah
sekali menyerah. Mereka lari dari medan pertempuran. Mereka mundur dari
31
gelanggang karena takut dan tidak siap menghadapi kesulitan dan resiko.
Padahal selagi kita tidak menyerah, maka tidak ada yang namanya kegagalan.
Thomas Alva Edison saja mengalami 10.000 kegagalan sebelum akhirnya
berhasil menciptakan bola lampu. Padahal Allah swt melarang keras untuk
mundur atau lari dari medan pertempuran, kecuali hanya berbelok untuk
siasat perang ( Surat Al Anfaal : 45)
4. MALAS DAN LALAI. Seorang pecundang adalah para pemalas dan lalai
dalam bekerja. Mereka berhenti sebelum orang berhenti. Mereka terlambat
untuk datang padahal orang sudah hadir. Mereka memperturutkan diri berada
dalam zona nyaman dan status qup sehingga tidak siap dan tidak mau
berubah. Mereka statis dan jumud. Dalam bekerja asal-asalan dan separo hati,
hanya sekedar menuntaskan kewajiban, tidak ada determinasi dan target
untuk berbuat dan bekerja yang terbaik. Inilah pecundang sejati. Mereka ini
yang disebut sebagai Qaaidun yaitu orang yang duduk-duduk dan tinggal
dirumah ketika mukmin yang lain pergi berjuang sebagaimana yang
difirmankan Allah dalam Surat At Taubah ayat 46. Mereka itulah orang yang
dimurkai Allah dan merugi dunia dan akhirat.
5. SUKA MENUNDA. Para pecundang adalah orang yang tidak disiplin dan
suka menunda. Sering terlambat ketika rapat atau ketika pergi bekerja.
Sehingga dia ditinggalkan oleh orang lain. Padahal kalau dia menyadari
waktu sepersekian detik dalam lari 100 meter, bernilai pemecahan rekor
dunia. Akibat suka menunda pekerjaan yang harus dilakukan hari ini, maka
banyak waktunya terbuang percuma. Padahal waktu adalah asset yang paling
berharga dimiliki manusia. Akibatnya tertunda pulalah kemenangannya,
karena didahului dan disalip oleh orang lain.
6. BANYAK BICARA, SEDIKIT BEKERJA. Para pecundang adalah orang
yang hanya bisa bicara, bahkan cendrung besar mulut. Tapi tidak ada bukti
dan realisasi yang Nampak dari kerja yang dilakukannya. Tidak sesuai antara
perkataan dan perbuatannya. Omongan besar kerja kecil. Omongan besar
hasil nihil.
7. MUDAH GOYAH DAN PLIN PLAN. Seorang pecundang adalah mereka
yang mudah goyah oleh rayuan dan mudah lari oleh kesulitan. Sehingga
32
mereka tidak bertahan lama dalam suatu keadaan dan perjalanan. Mereka
cendrung mencari aman dan bersikap pragmatis. Mereka berbuat kalau jelas
menguntungkan bagi dirinya untuk sesaat saja. Akibatnya mereka akan selalu
keluar jalur dan melenceng dari tujuan semula.
8. BANYAK ALASAN DAN SUKA MENYALAHKAN. Seorang pecundang
adalah mereka yang suka mencari alasan untuk tidak berbuat. Disamping itu
kalau gagal mereka tidak mau bertanggung jawab, mereka cendrung
menuding dan menyalahkan orang lain. Akibatnya mereka tergantung pada
orang lain sehingga tidak akan bisa menjadi pemenang, karena kemenangan
itu sepenuhnya adalah karena usaha kita. dalam Surat At Taubah ayat 45
dikatakan bahwa hanya orang-orang munafik saja yang meminta izin atau
mencari uzur agar tidak ikut berperang, karena sikap pragmatis mereka dan
ragu-ragu mereka. Mereka melihat perjuangan yang dilakukan beresiko dan
penuh kesulitan sehingga mereka tidak mau ikut. Tapi jika hal itu
mendatangkan keuntungan barulah mereka mau.
9. LARI DARI TANGGUNG JAWAB DAN BERKHIANAT. Seorang
pecundang adalah mereka yang lari dari tanggung jawab dan amanah yang
diberikan padanya. Atau mereka berpura-pura bekerja dan pura-pura beriman,
sedangkan dibelakang mereka mencemooh dan tidak mau bekerja. Padahal
Allah swt melarang berkhianat terhadap Allah dan Rasul-Nya dan berkhianat
terhadap amanah yang diberikan padanya. (QS Al anfaal : 27)
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menyikapi kegagalan dakwah islam, alangkah lebih baik kita melihat sisi
positif dari kegagalan, yaitu sebagai pemacu kita untuk bisa lebih baik dalam
berdakwah, maupun dalam mencerna isi dakwah yang disampaikan pendakwah.
Harus menjadi pemenang dalam berdakwah. Memiliki sikap Mental Pemenang,
tidak mudah menyerah dalam menyampaikan kebaikan.
B. Saran
1. Ikhlas sabar dalam menerima suatu kegagalan dalam berdakwah
2. Jangan berputus asa
3. Dalam berdakwah sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat sekitar.
4. Dijalankan dengan hati tenang, sabar ikhlan karena Alloh SWT.
34
DAFTAR PUSTAKA
www.scribd.com/doc/.../PENELITIAN- DAKWAH -andri-hasan
nisaillah.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_68.pdf
bisnisforkabas.blogspot.com/2009/12/menyikapi-kegagalan.html - Tembolok
menjawabdenganhati.wordpress.com/.../dakwah-versus-penyesat...
blog.re.or.id › General
dariilmu.blogspot.com/.../kegagalan-dakwah-islam-mainstream.h... - Tembolok
irdaloves.blogspot.com/.../kegagalan-dakwah-dan-harapan.html - Tembolok
https://pedanglangit.wordpress.com/.../kegagalan-metode-dakwa... - Tembolok
35