MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS |...

31
MODUL FIELD LAB EDISI REVISI II KIE: PEMBINAAN POSYANDU LANSIA GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA Tim Revisi: Prof. Dr. HAA. Subijanto, dr., MS Dhani Redhono H., dr., Sp.PD Yoni Frista Vendarani FIELD LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011 UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA: Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si Vitri Widyaningsih, dr. Anik Lestari, dr., M.Kes Bagus Wicaksono, Drs., M.Si

Transcript of MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS |...

Page 1: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

MODUL FIELD LAB

EDISI REVISI II

KIE: PEMBINAAN POSYANDU LANSIA

GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Tim Revisi:

Prof. Dr. HAA. Subijanto, dr., MS

Dhani Redhono H., dr., Sp.PD

Yoni Frista Vendarani

FIELD LAB

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA:

Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si

Vitri Widyaningsih, dr.

Anik Lestari, dr., M.Kes

Bagus Wicaksono, Drs., M.Si

Page 2: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas tersusunnya modul Field Lab dengan topik Kie: Pembinaan

Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Topik Field Lab ini

dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan materi pendidikan kedokteran

komunitas yang akhir-akhir muncul fenomena meningkatnya jumlah

kelompok Lansia baik yang potensial maupun yang sudah menderita

berbagai penyakit. Berdasarkan hal tersebut maka perlu bentuk modul

pembelajaran yang mendukung tercapainya kompetensi mahasiswa

kedokteran dalam hal penyuluhan kesehatan komunitas khususnya pada

penyakit degeneratif pada Lansia.

Akhir kata tim revisi modul Field Lab ini menghaturkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkenan

membantu dalam penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan modul

ini.

Surakarta, September 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN....................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................ ii

KATA PENGANTAR...................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................... 1

BAB II. KAJIAN TEORI............................................................ 5

BAB III. PENCEGAHAN PENYAKIT

PADA KELOMPOK LANJUT USIA......................... 22

BAB IV. KAJIAN ILMIAH PEMBINAAN POSYANDU

LANSIA DAN PELAYANAN KESEHATAN

LANSIA....................................................................... 24

BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN.................................. 45

BAB VI. PROSEDUR KERJA................................................... 50

BAB VII. SKALA PENILAIAN................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 53

LAMPIRAN

Page 3: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk usia lanjut ( yang kemudian disingkat lansia ) merupakan

bagian masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita.

Siapapun pasti akan mengalami masa fase lansia tersebut. Menurut data

Pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 1980 adalah sebanyak

7,7 juta jiwa atau hanya 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada

tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang

atau 8,9 persen. Dan data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di

Indonesia diperkirakan akan mencapai 9,77 % atau sejumlah 23,9 juta jiwa

pada tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4 % atau

sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif dengan

peningkatan kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia

khususnya di bidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tingginya

angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Pada tahun 1980, angka

harapan hidup masyarakat Indonesia hanya sebesar 52,2 tahun, Sepuluh

tahun kemudian meningkat menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan satu

dasa warsa berikutnya naik lagi menjadi 64,5 tahun. Diperkirakan pada

tahun 2010 usia harapan hidup penduduk Indonesia akan mencapai 67,4

tahun. Bahkan pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 71,1 tahun.

Dengan data – data tersebut, maka diperkirakan 10 tahun ke depan struktur

penduduk Indonesia akan berada pada struktur usia tua.

Isu sentral masalah kependudukan yaitu masih rendahnya kualitas

sumberdaya manusia usia lanjut (LANSIA) yang dipengaruhi langsung oleh

beberapa faktor, antara lain konsumsi makanan dan gizi, tingkat kesehatan,

tingkat pendidikan serta pengakuan masyarakat bahwa mereka masih

mempunyai kemampuan kerja dan pendapatan dari pensiunan yang masih

rendah. Konsumsi makanan dan gizi kurang (malnutrisi) masih dialami

oleh beberapa Lansia di Indonesia yang tersebar pada beberapa desa dan

daerah pinggiran kota. Kondisi yang demikian mengakibatkan masih

rendahnya derajat kesehatan masyarakat Lansia.

Pertambahan penduduk di Jawa Tengah telah berhasil diturunkan

dari 1,47 % pada tahun 1990 menjadi 0,91 % tahun 1995. Namun secara

absolut pertumbuhan penduduk tersebut masih relatif tinggi yaitu sebesar

196.758 jiwa per tahun. Dampak lebih jauh dari permasalahan

kependudukan adalah bertambahnya penduduk berusia lanjut dengan

kriteria :

• rendahnya kualitas kesehatan Lansia yang disebabkan oleh rendahnya

pendapatan, disamping pendapatan itu sendiri belum merata diterima

setiap Lansia.

• adanya tuntutan persediaan pangan disesuaikan dengan tingkat

kebutuhan kalori yang makin berkualitas bagi Lansia.

Page 4: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

3

Permasalahan penduduk Lansia perlu ditangani dengan strategi

antara lain melalui pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi bersama-sama

dengan peningkatan prasarana dan pelayanan kesehatan yang di pusatkan

pada Posyandu. Strategi peningkatan kesehatan Lansia ini ditempuh

melalui penurunan angka kesakitan dan jumlah jenis keluhan Lansia.

Penurunan Angka Kesakitan Lansia (AKL) tidak hanya merupakan

tanggung jawab sektor kesehatan tapi merupakan tanggung jawab semua

sektor terkait.

Agar program penurunan AKL dapat dicapai secara efektif dan

efisien perlu didukung adanya data. POSYANDU LANSIA merupakan

sarana pelayanan kesehatan dasar untuk meningkatkan kesehatan para

Lansia. Gerakan Sadar Pangan dan Gizi (GSPG) juga merupakan wadah

lintas sektoral untuk melaksanakan keterpaduan unsur terkait dalam rangka

mendukung kesehatan para Lansia.

Berbagai kemitraan antara Pemda Kabupaten sebagai pelaksana

pembangunan daerah dengan pihak swasta maupun universitas telah ikut

berpartisipasi secara aktif dan bekerja sama dalam gerakan sadar pangan

dan gizi yang di khususkan bagi Lansia. Cita-cita pembangunan untuk

Lansia supaya tetap sehat, aktif dan produktif dapat terwujud di setiap

wilayah baik desa maupun kota. Untuk itu perlu keterlibatan mahasiswa

FK dalam upaya menyusun strategi pemberdayaan kaum Lansia khususnya

pada tingkat pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Oleh karena

itu modul ini dimaksudkan untuk mengantarkan mahasiswa di lapangan

khususnya di Posyandu Lansia agar gambaran pemberdayaan kaum Lansia

yang tepat guna menjamin kelangsungan hidup sehat, aktif dan produktif di

masyarakat dapat terpenuhi.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan

mahasiswa dapat memiliki kemampuan:

a. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.

b. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.

c. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada

lansia beserta pencegahan dan pengobatannya.

d. Memahami tatalaksana Diet Lansia dan pola hidup sehat Lansia.

e. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat

Posyandu Lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia.

f. Melakukan pengumpulan data tentang program posyandu,

prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan

rehabilitatif.

g. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan

Geriatric Depression Scale dan MMSE (mini mental state

examination).

h. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia

setempat dengan standar program posyandu lansia.

Page 5: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

4

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Etiologi

Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami selalu berjalan

dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial

yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah

kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Masalah kesehatan jiwa lansia adalah salah satu problem kesehatan yang

sangat penting pada penatalaksanaan seorang geriatri dan psikogeriatri,

yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari

segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis,

sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6).

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah

kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif

dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.

Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang

mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek

promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang

menyertai kehidupan lansia.

Istilah Golongan usia lanjut (Lansia) diperuntukkan bagi mereka

yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Sedangkan geriatri adalah orang usia

lanjut yang disertai dengan pelbagai penyakit kronik. Biasanya pada

golongan ini disertai dengan pelbagai masalah psikososial. Dengan

demikian tidak semua orang usia lanjut bisa digolongkan sebagai pasien

geriatri. Ciri Pasien geriatri adalah :

• Memiliki tiga atau lebih penyakit kronis

• Gejala penyakit yang tidak khas

• Menurunnya beberapa fungsi organ tubuh.

• Tingkat kemandiriannya berkurang.

• Sering disertai adanya masalah nutrisi.

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan

Psikogeriatri, yaitu:

• Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin

meningkatnya usia.

• Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif.

• Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a)

Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan

orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan

kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah

menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama,

setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.

• Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan

(homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan /

kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek

Page 6: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

5

psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif,

apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor

psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup,

kematian sanak keluarga dekat terpaksa berurusan dengan penegak

hukum, atau trauma psikis.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan

jiwa lansia, yang hendaknya disikapi secara bijak sehingga para lansia

dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor

yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa

mereka adalah sebagai berikut :

• Penurunan Kondisi Fisik

• Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

• Perubahan Aspek Psikososial

• Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

• Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Penurunan Kondisi Fisik

Pada saat seseorang memasuki masa lansia umumnya mulai

dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis ganda (multiple

pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin

keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi

fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia banyak mengalami

penurunan fungsi organ. Hal ini dapat menimbulkan gangguan atau

kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat

menyebabkan suatu keadaan selalu bergantung kepada orang lain. Agar

dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan

kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial.

Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,

misalnya keseimbangan makan, tidur, istirahat dan bekerja.

Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :

• Gangguan jantung

• Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus

• Vaginitis

• Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

• Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu

makan sangat kurang

• Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan

steroid, tranquilizer

• Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah

kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

• faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

Page 7: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

6

� Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual

pada lansia

� Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya

� Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannya

� Pasangan hidup telah meninggal

Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara

fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat

bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua

fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang

berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut

dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

• Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya

tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai

sangat tua.

• Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini

ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika

pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada dirinya.

• Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe

ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan

yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera

bangkit dari kedukaannya.

• Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

• Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia

tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit

dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.

Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari

Page 8: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

7

tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan

sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,

kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah

orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari tipe kepribadiannya

seperti yang telah diuraikan.

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental

setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu

dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada

yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua

dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-

masing sikap tersebut sebenarnya mempunyai dampak bagi masing-masing

individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan

diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup

lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan

pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk

mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau

tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara

berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan

pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya

agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan

kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan

pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.

Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat

banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis

dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada

lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada

alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua,

sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka

menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan

sebagainya.

Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak

fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan

kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran

sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering

menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu

mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih

sanggup agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika

keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan

orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah

menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta

merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga

perilakunya seperti anak kecil.

Page 9: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

8

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya

lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran)

masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,

sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care)

dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak

punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya

pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah

meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi

terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk

pemeliharaan dan perawatan bagi lansia disamping sebagai long stay

rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain

perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan

dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup

sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lain.

Studi epidemiologi kondisi dan keluhan rematik di pedesaan dan

kota menunjukkan bahwa di desa Kematren (Ambarawa) terdapat 27 %

menderita rematik dan di kota Semarang sebanyak 24.8 %. Organ yang

nyeri umumnya pada pinggang dan lutut. Semua keluhan rematik

meningkat dengan bertambahnya umur. Penyakit degeneratif sendi

(osteoartritis) merupakan jenis rematik yang paling sering diderita Lansia di

RSU Cipto Mangunkusumo (Jakarta), Karyadi (Semarang), Sutomo

(Surabaya) dan Moewardi (Surakarta). Hubungan rematik dengan gizi lain

terlihat pada korelasi positif dengan obesitas, konsumsi lemak dan garam

yang berlebihan (Darmojo, 1994).

Karakteristik Lansia merupakan data yang diperoleh melalui

wawancara, yang meliputi keterangan sosio-ekonomi dan pendidikan

Lansia pada saat mahasiswa melakukan Field Lab. Tingkat pendapatan

Lansia merupakan pendapatan keluarga dimana Lansia/responden

bertempat tinggal. Jika mempunyai pendapatan dari pensiunan, maka siapa

saja yang memanfaatkan uang pensiunan tersebut kemudian dikurangi

untuk hal tersebut, baru dihitung sebagai pendapatan Lansia.

Status gizi Lansia merupakan hasil pengukuran antropometri:

berat badan (kg)

tinggi badan kuadrat (m)

Ada lima kategori status gizi lansia, yaitu:

- Buruk

- Kurang

- Cukup

- Baik

- lebih

Status kesehatan lansia merupakan hasil pemantauan medical record

lansia yang ada pada buku kesehatan lansia di Posyandu.

Susunan menu makanan Lansia merupakan susunan hidangan yang

terdiri dari olahan berbagai macam resep masakan yang dipadukan dan

Page 10: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

9

disajikan dalam waktu tertentu. Menu dapat terdiri dari dua macam

hidangan atau lebih misalnya makanan selingan beserta minumannya,

makanan lengkap (pagi, siang, malam), ataupun sebagai hidangan makanan

sehari-hari secara keseluruhan (Depkes, 1992). Pola konsumsi pangan

Lansia merupakan kebiasaan tentang makan dan jenis makanan yang

dikonsumsi oleh ibu Lansia sebagai refleksi dari keadaan lingkungan sosial

dan budaya setempat.

Materi penyuluhan Pembinaan Posyandu Lansia sampai saat ini

masih sedikit apalagi sekarang pembinaan harus bervariasi dan dapat

menjawab masalah yang dihadapi khalayak sasaran, serta masyarakat

mampu menerapkan informasi yang diterima. Hal ini ada kaitannya dengan

yang diungkapkan oleh Burger tentang mitos pemusatan. Mitos pemusatan

adalah kecenderungan untuk merencanakan segala sesuatu dari atas karena

menganggap orang atas adalah orang terdidik, dan karena pendidikannya

dapat lebih tepat menilai kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi.

Akibatnya paket penyuluhan Pembinaan Posyandu Lansia menjadi sesuatu

yang asing bagi masyarakat. Masyarakat lalu enggan menerapkan inovasi-

inovasi penyuluhan karena tidak sesuai dengan kebutuhan mereka (Hanim,

2004).

Penanganan lansia bisa dibedakan menjadi institusional dan non

institusional yang terdiri atas home care dan community care. Pada tataran

institusional peran pemerintah daerah sangat penting khususnya pada

pembuatan peraturan daerah dan kebijakan lain yang mendukung

peningkatan kesejahteraan lansia.

Salah satu propinsi yang sangat tanggap terhadap kesejahteraan

lansia adalah propinsi Jawa Timur yang sudah membuat Perda No. 5 Tahun

2007 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Perda ini kemudian ditindaklanjuti

dengan melakukan sosialisasi ke berbagai kabupaten/ kota di Jawa Timur.

Selain itu, dilakukan pendukungan anggaran dengan beberapa kegiatan

antara lain dengan pertama melakukan uji petik home care yakni pelayanan

lansia dalam keluarga sendiri. Kedua, jaminan sosial Lansia berupa bantuan

tunai bagi Lansia yang tidak produktif dan terlantar. Ketiga, pendampingan

Lansia. Keempat, sosialisasi Perda. Kelima, membentuk puskesmas santun

Lansia yakni dengan memberikan kemudahan bagi pasien Lansia. Salah

satu peran pentiung lain adalah penyediaan fasilitasi umum yang ramah

lansia, misalnya dengan tangga yang lump sum sehingga memudahkan

lansia yang dengan bantuan tongkat atau kursi roda untuk berjalan,

pegangan pada setiap sisi atau sudut tembok, trotoar khusus dan

sebagainya. Dukungan pemerintah daerah semacam ini akan memberikan

angin segar bagi penanganan lansia khususnya yang terlantar.

Peran masyarakat dalam penanganan lansia saat ini sangat penting,

terlebih karena struktur usia yang menua, menyebabkan jumlah lansia yang

tinggal dalam suatu komunitas meningkat dengan cepat, mencapai hampir

11%. Peran masyarakat yang terpenting adalah dalam pelayanan dan

Page 11: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

10

pendampingan terhadap lansia baik yang produktif maupun non produktif

khususnya yang tinggal di luar panti.

Namun saat ini, dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat

akan perlunya memberikan perhatian bagi lansia yang terlantar, banyak

kelompok–kelompok atau yayasan–yayasan tertentu yang mengkhususkan

diri untuk bergerak memberikan penyantunan bagi lansia yang terlantar.

Salah satunya adalah dengan mendirikan panti – panti penyantun lansia.

Banyak panti yang memang bersifat sosial dan nir laba, hanya dengan

mengandalkan harapan pada donatur, namun tidak sedikit pula panti yang

lebih mirip dengan penitipan lansia dengan fasilitas yang sangat ideal.

LANSIA

LANSIA TDK

POTENSIAL

LANSIA

POTENSIAL

Penguatan

Usaha Ekonomi

Produktif

Pelayanan

Kesehatan

P

E

M

E

R

I

N

T

A

H

Pelibatan dalam

masyarakat

Posyandu

Lansia

M

A

S

Y

A

R

A

K

A

T

Di

dalam

Panti

Di luar

Panti

Jaminan

Kebutuh

an dasar

Jaminan

Kesehat

an

P

E

M

E

R

I

N

T

A

H

Jaminan

sosial

Jaminan

Kesehat

an

Pelayana

n &

pendam

Masyara

kat

Keluarg

Page 12: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

11

B. Kebutuhan Hidup Minimal Penduduk Lanjut Usia

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak

terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat maupun dalam

pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah

penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old

age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung

semakin banyak penduduk usia lanjut. Lansia dibedakan menjadi menjadi

Pra Lansia ( usia 45 – 59 th ) , Lansia / eldery ( 60 – 69 tahun ) , Lansia/

Old ( 70 - 79 tahun ), Lansia / very old ( 80 – 90 tahun ). Pada masa Pra

lansia, secara fisik mereka masih aktif melakukan pekerjaan, namun dari

waktu ke waktu kondisi fisik dan psikisnya mulai menurun. Sedangkan

pada masa eldery mereka sudah mulai memasuki masa pensiun dan secara

psikis mulai merasakan kesepian karena semakin berkurangnya kegiatan –

kegiatan yang bisa dia lakukan. Masa ini sangat berpengaruh terhadap

harapan hidup yang dimiliki oleh seorang lansia. Namun pada masa eldery

ini seorang lansia masih bisa secara mandiri melakukan kegiatan – kegiatan

sehari – harinya. Sedangkan pada masa old dan very old, seorang lansia

akan menjadi sangat tergantung pada orang lain khususnya keluarga

intinya. Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas :

1. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.

2. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan

mendapatkan perhatian lebih dari sekelilingnya.

3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan

masyarakat sekitar.

4. Kebutuhan Ekonomi, secara ekonomi, meskipun tidak potensial

lansia juga mempunyai kebutuhan secara ekonomi sehingga harus

terdapat beberapa sumber pendanaan dati luar, sementara untuk

lansia yang potensial membutuhkan adanya tambahan ketrampilan,

UEP (Usaha Ekonomi Produktif), bantuan modal dan penguatan

kelembagaan.

5. Kebutuhan spiritual

Selain itu, lansia mempunyai sifat psikis yang sangat khas yang

memberikan pengaruh terhadap perlakuan atau pelayanan seperti apa yang

seharusnya diberikan kepada lansia. Sifat psikis tersebut adalah :

a. Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak

mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri , pada tipe ini ada kecenderungan

mengalami post power syndrom, apabila pada masa lanjut usia

tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada

dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung , pada tipe ini sangat dipengaruhi

kehidupan keluarga . Apabila kehidupan keluarga harmonis

maka pada masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak. Akan

tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

Page 13: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

12

ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus terbawa

arus kedukaan.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki

masa lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya.

Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan

secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat

sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau

cenderung membuat susah dirinya.

BAB III. PENCEGAHAN PENYAKIT DEGENERATIF

PADA LANSIA

Pemahanan terhadap jenis kondisi psikis Lansia akan membantu

menentukan bagaimana pelayanan yang dilakukan baik oleh keluarga,

masyarakat, maupun panti. Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa

dengan semakin lanjutnya usia maka mengalami berbagai penurunan baik

secara fisik maupun psikis, mulai dari semakin lemahnya badan, semakin

berkurangnya fungsi – fungsi panca indera. Secara psikis dengan semkin

lanjutnya usia maka sifat kekanakan dan ingin diperhatikan juga mulai

muncul sehingga apabila tidak dilayani dengan sabar dan telaten, maka

akan sering menimbulkan konflik antara lansia dengan sekelilingnya, baik

dari masyarakat dan keluarga. Sehingga menjadi hal yang sangat penting

untuk mengetahui bagaimana keinginan dan harapan yang ingin diperoleh

lansia.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Gati Setiti ( 2006 )

terhadap lansia di lima wilayah di Indonesia, menunjukkan beberapa

harapan yang ingin diperoleh lansia antara lain :

1. Harapan Lansia terhadap Kerabat/ keluarganya, pelayanan terhadap

lansia harus dilakukan dengan ikhlas dan wajar. Kerabat mau

mendengarkan dan menerima keinginan lansia dan menyikapinya

Page 14: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

13

MASALAH KESEHATAN LANSIA (Diagnosis Penyakit

Degeneratif)

DATA (Internet)

DATA (Buku)

DATA Hasil Lab

Bukti

KEPUTUSAN MEDIS

DOKTER

dengan baik, bila terdapat perbedaan maka harus menyikapinya

dengan cara yang tidak menyinggung perasaan.

2. Harapan Lansia terhadap masyarakat, lansia tetap menjadi bagian

dari masyarakat dan dilibatkan dalam setiap kegiatan termasuk

memberikan pengalaman serta ilmu yang dimilikinya. Perasaan

dihargai menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga kondisi

psikis seorang lansia

3. Harapan Lansia terhadap pemerintah, agar mengembangkan

program ekonomi bagi lanjut usia potensial, memberi jaminan hidup

bagi lansia tidak potensial yang berasal dari keluarga tidak mampu,

jaminan kesehatan bagi lansia yang murah / gratis. Menyediakan

fasilitasi umum bagi lansia, membentuk wadah untuk bersosialisasi

bagi lansia misalnya dengan Posyandu Lansia, menyediakan panti –

panti yang layak bagi lansia yang terlantar.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lansia masih mempunyai

harapan yang sangat besar untuk aktualisasi diri.

BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’KESEHATAN LANSIA’

Konsep Map

A. Permasalahan Kesehatan Lansia

Permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut. Salah satunya

adalah depresi yang merupakan perasaan terasing (ter-isolasi atau kesepian)

adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa

berbeda dengan orang lain. Yang dapat disebabkan karena:

1. Tersisih dari kelompoknya,

2. Tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya,

3. Terisolasi dari lingkungan,

4.Tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman,

5. Seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan.

Page 15: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

14

Hal-hal tersebut menimbulkan perasaan tidak berdayaan, kurang

percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia miskin,

post power syndrome, perasaan tersiksa, perasaan kehilangan, mati rasa dan

sebagainya. Seseorang yang menyatakan dirinya kesepian cenderung

menilai dirinya sebagai orang yang tidak berharga, tidak diperhatikan dan

tidak dicintai (Rasa kesepian akan semakin dirasakan oleh lansia yang

sebelumnya adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan yang

menghadirkan atau berhubungan dengan orang banyak. Hilangnya

perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial yang terkait dengan

hilangnya kedudukan atau perannya dapat menimbulkan konflik atau

keguncangan. Masalah ini terkait dengan sikap masyarakat sebagai orang

Timur yang menghormati lansia sebagai sesepuh sehingga kurang bisa

menerima bila seorang lansia masih aktif dalam berbagai kegiatan

produktif), lebih jauh dinyatakan bahwa penyebab menurunnya kontak

sosial pada lanjut usia:

1. Ditinggalkan oleh semua anaknya karena masing-masing sudah

membentuk keluarga dan tinggal di rumah atau kota yang terpisah.

2. Berhenti dari pekerjaan (pensiun sehingga kontak dengan teman

sekerja terputus atau berkurang).

3. Mundurnya dari berbagai kegiatan (akibatnya jarang bertemu

dengan banyak orang).

4. Kurang dilibatkannya lanjut usia dalam berbagai kegiatan.

5. Ditinggalkan oleh orang yang dicintai: pasangan hidup, anak,

saudara, sahabat, dll.

Kesepian akan sangat dirasakan oleh lanjut usia yang hidup

sendirian, tanpa anak, kondisi kesehatannya rendah, tingkat pendidikannya

rendah, introvert, rasa percaya diri rendah, kondisi sosial ekonomi sebagai

akibat pensiun menimbulkan perasaan kehilangan prestise, hubungan sosial,

kewibawaan dsb. Jika lebih parah dapat berlanjut menjadi depresi.

Penelitian sosiologis pada tahun 2002 yang mengungkapkan bahwa

sebagian besar lansia mengaku merasa minder dan tidak pantas lagi untuk

aktif di masyarakat. Dalam hal ini, sebagai anggota masyarakat lansia telah

bertingkah laku sesuai dengan tuntutan dan opini masyarakat yang

mengalinasi mereka, walaupun konsekuensinya merasa kesepian dan

depresi.

Depresi adalah suatu bentuk gangguan emosi yang menunjukkan

perasaan tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, serta

tidak mempunyai semangat dan pesimis menghadapi masa depan. Depresi

adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (afektif,

mood) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah

hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Untuk menduga seseorang

depresi adalah menanyakan “adakah perubahan perasaan, perubahan

tingkahlaku dan keluhan yang bersifat fisik ? Misalnya adakah: perasaan

sedih atau putus harapan; pesimis; tingkat aktivitas rendah; kesulitan yang

Page 16: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

15

bersifat motivasi; kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain; tidak

puas dalam berhubungan dengan orang lain; kecemasan sosial; tidak terlibat

dalam keluarga atau teman ; seperti biasanya; kesepian; merasa berdosa;

kehilangan kontrol – kemampuan kontrol rendah; kelelahan fisik; gangguan

tidur; gangguan nafsu makan; gangguan konsentrasi, gangguan membuat

keputusan; keluhan fisik lainnya seperti: insomnia, kehilangan nafsu

makan, masalah pencernaan, dan sakit kepala.

Depresi merupakan kondisi yang mudah membuat lanjut usia putus

asa, kenyataan yang menyedihkan karena kehidupan kelihatan suram dan

diliputi banyak tantangan. Lansia dengan depresi biasanya lebih

menunjukkan keluhan fisik daripada keluhan emosi. Keluhan fisik sebagai

akibat depresi kurang mudah untuk dikenali, yang sering menyebabkan

keterlambatan dalam penanganannya. Sepertiga (33%) dari para janda/duda

akan mengalami depresi pada bulan pertama sepeninggal pasangannya, dan

separo dari mereka tetap depresi sesudah satu tahun. Janda/duda memiliki

tingkat depresi yang lebih tinggi daripada mereka yang masih berpasangan.

Banyak ahli dan peneliti yang menyatakan bahwa orang yang

menderita kesepian lebih sering mendatangi layanan gawat darurat 60%

lebih banyak bila dibandingkan dengan mereka yang tidak menderitanya,

dua kali lebih banyak membutuhkan perawatan di rumah, resiko terserang

influensa sebanyak dua kali, berisiko empat kali mengalami serangan

jantung dan mengalami kematian akibat serangan jantung tersebut, juga

berisiko meningkatkan mortalitas dan kejadian stroke dibanding yang tidak

kesepian.

Kriteria penilaian yang digunakan dalam menilai status depresi

lansia adalah Geriatric Depression Scale dan MMSE ( mini mental state

examination). Bila hasil skor lebih dari 5 dinyatakan depresi.

Tabel 1 Depression Scale dalam menilai depresi

Page 17: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

16

Tabel 2. Penilaian MMSE ( Mini Mental State Examination )

DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN

1. Tanggal berapakah hari ini?

(bulan, tahun)

� 0 – 2 kesalahan = baik

� 3 – 4 kesalahan = gangguan

intelek ringan

� 5 – 7 kesalahan = gangguan

intelek sedang

� 8 – 10 kesalahan = gangguan

intelek berat

� Bila penderita tak pernah

sekolah , nilai kesalahan

diperbolehkan + 1 dari nilai di

atas

� Bila penderita sekolah lebih

dari SMA, kesalahan yang

diperbolehkan – 1 dari atas

2. Hari apakah hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

4. Berapa nomor telepon

Bapak/Ibu? (bila tidak ada

telepon, dijalan apakah rumah

Bapak/Ibu?)

5. Berapa umur Bapak/Ibu?

6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal,

bulan, tahun)

7. Siapakah nama Gubernur kita?

(Walikota/lurah/camat)

8. Siapakah nama gubernur sebelum

ini? (Walikota/lurah/camat)

9. Siapakah nama gadis Ibu anda?

10. Hitung mundur 3-3, mulai dari

20!

Dari: Folstein and Folstein, 1990

Post power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana ‘penderita’

hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (entah jabatannya atau

karirnya, kecerdasannya, kepemimpinannya atau hal yang lain), dan

seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Dalam

mailing list konseling, sebetulnya, secara umum syndrome ini bisa sebagai

masa krisis perkembangan. Gejala post power syndrome khususnya adalah

krisis yang menyangkut satu jabatan atau kekuasaan, terutama akan terjadi

pada orang yang mendasarkan harga dirinya pada kekuasaan.

Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang

sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang

yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan

dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana

seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan

tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya

penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang

berat semakin besar.

Permasalahan lain adalah ada beberapa penyakit yang sering muncul

pada usia lanjut, yang disebut Geriatric Giant, yang terdiri dari:

1. Imobilisasi

2. Instabilitas dan jatuh

3. Inkontinensia urin dan alvi

4. Gangguan Intelektual (demensia)

Page 18: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

17

5. Infeksi

6. Gangguan penglihatan & pendengaran

7. Impaksi (konstipasi)

8. Isolasi (depresi)

9. Inanisi (malnutrisi)

10. Impecunity (kemiskinan)

11. Latrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)

12. Insomnia

13. Defisiensi imunitas

14. Impotensi

B. Perkembangan Penduduk Lansia dan Penyakit Degeneratif

Jumlah penduduk lanjut usia (usia 60 tahun keatas) di Indonesia

terus menerus meningkat. Pada tahun 1970 jumlah penduduk yang

mencapai umur 60 tahun ke atas (lansia) berjumlah sekitar 5,31 juta orang

atau 4,48% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah tersebut

meningkat hampir dua kali lipat yaitu menjadi 9,9 juta jiwa. Pada tahun

2020 jumlah lansia diperkirakan meningkat sekitar tiga kali lipat dari

jumlah lansia pada tahun 1990. Kantor Menteri Kependudukan/BKKBN,

1999 menyatakan bahwa pada tahun 1995 beberapa propinsi di Indonesia

proporsi lansianya jauh berada diatas patokan penduduk berstruktur tua

(yakni 7 %), yaitu antara lain : Daerah Istimewa Yogyakarta (12,5%), Jawa

Timur (9,46%), Bali (8,93%), Jawa Tengah (8,8%) dan Sumatera Barat

(7,98%). Data statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia Indonesia

pada awal abad ke 21 ini diperkirakan adalah sekitar 15 juta orang dan pada

tahun 2020 jumlah lanjut usia tersebut akan meningkat sekitar 30 - 40 juta

orang.

Pembangunan telah meningkatkan usia harapan hidup penduduk

Indonesia, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase

penduduk Lanjut Usia. Hal ini sebagai prestasi sekaligus tantangan/beban.

Berbagai kebijakan dan pelayanan dilakukan oleh pemerintah maupun

masyarakat. Baik melalui sistem panti. maupun sistem non panti atau

berbasis masyarakat. Seperti PUSAKA (Pusat Santunan Keluarga), Day

Care Service maupun Day Care Centre. Sebagian pelayanan cukup

memadai, mulai kebutuhan dasar sampai penguburan. Walau demikian

masih banyak yang hanya memberi pelayanan permakanan dan

kerochanian. disampaing kendala dana dan petugas (Sri Gati Setiti , 2006)

Kondisi lanjut usia mengalami berbagai penurunan atau

kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis, yang anantinya dapat

mempengaruhi mobilitas dan juga kontak sosial, salah satunya adalah

ISOLATION atau rasa kesepian (loneliness), atau terkucil atau merasa tidak

diperhatikan lagi atau yang lebih serius adalah depresi. Bersamaan dengan

peningkatan jumlah penduduk lanjut usia terjadi peningkatan hampir

mencapai 50% dari penduduk lanjut usia yang mengalami kesepian/

Page 19: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

18

loneliness. Syukurlah kini perhatian masyarakat dan pemerintah sudah lebih

baik untuk mengusahakan bagaimana agar lansia tetap mandiri dan berguna

(Probosuseno. 2007).

C. Bentuk Strategi Pembinaan Posyandu Lansia

Dewasa ini Lanjut Usia yang tertangani melaui sistem panti hanya

15.000, sistem non panti 20.000. Secara keseluruhan yang tertangani hanya

2 % dari 2,3 juta Lanjut Usia. Gambaran diatas menegaskan bahwa

pelayanan belum maksimal. Mereka mengalami keterlantaran, ada yang

menjadi mengemis. Diantaranya terkena tindak kekerasan, oleh orang lain

maupun oleh kerabat sendiri.

Tuntunan agama dan nilai luhur menempatkan Lanjut Usia

dihormati, dihargai dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga. Dalam

berbagai budaya yang kita miliki, penanganan lanjut usia juga masalah

lainnya, diatur dalam tradisi masyarakat. Penanganan masalah sosial

merupakan bagian dari dan berakar pada nilai tolong menolong yang

dikenal hampir semua suku bangsa di Indonesia. Peran kerabat dalam

masyarakat di seluruh Indonesia mempunyai keterikatan yang sangat kuat,

sekaligus merupakan potensi masyarakat yang luar biasa, sebagai sumber

kesetiakawanan sosial yang mampu memecahkan permasalahan sosial yang

ada didaerahnya. Hal inilah yang perlu diangkat dan dikembangkan.

Pada tataran home care, peran keluarga sangat penting. Home care

pada dasarnya adalah bagaimana peranan keluarga dalam melakukan

perawatan dan pendampingan terhadap lansia. Indonesia sebagai Negara

dengan budaya timur yang kental memberikan perhatian dan penghargaan

lebih kepada orag tua yang sudah lanjut usia, dengan tetap mengajak

mereka tinggal di rumah keluarga sehingga dalam pemikiran timur bangsa

kita, sebenarnya anak merupakan bentuk asuransi non formal dari orang

tua. Dengan melakukan ‘investasi’ berupa pengasuhan dan pendidikan,

orang tua berharap akan bisa mendapat imbal balik ‘pengasuhan’ ketika

sudah memasuki usia tua. Bahkan sekarang ini masyarakat Eropa justru

ingin mencontoh Indonesia yang sangat memperhatikan para orangtuanya,

sehingga pola panti sudah mulai ditinggalkan dan membiarkan orangtuanya

tinggal di rumah sang anak. Home care ini mempunyai kelebihan dari sisi

psikis di mana orang tua akan merasa lebih nyaman dan enak tinggal dalam

rumah yang ditunggui oleh anak cucunya. Perasaan dihargai dan masih

dibutuhkan ini membuat usia harapan hidup meningkat secara signifikan.

Pola pelayanan home care ini juga mulai diterapkan oleh berbagai rumah

sakit, khususnya bagi pasien lansia yang sudah pada stadium lanjut

sehingga sulit untuk disembuhkan. Model pelayanan home care ini akan

meringankan pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh keluarga namun

kondisi kesehatan lansia tetap bisa dikontrol dengan baik.

Page 20: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

19

Menurut Sri Gati Setiti (2006) dalam penelitiannya mengenai peran kerabat

dalam pelayanan lansia, diperoleh salat satu kesimpulan bahwa Pelayanan

Lanjut Usia oleh kekerabatan memiliki nilai budaya sebagai berikut:

a) Lanjut usia sebaiknya dirawat oleh anaknya/keluarga/kerabat, hal ini

pula yang ada dalam berbagai agama yaitu Birrul Walidain (Berbakti

pada orang tua ), karena pada dasarnya apa yang kita lakukan pada

orang tua kita, maka itulah yang akan kita terima dari anak – anak kita.

b) Lanjut Usia yang tidak punya anak, sebaiknya dirawat oleh kerabat:

adik kandung/ sepupu, keponakan, cucu, dan lain lain;

c) Bilamana tidak memiliki kerabat, sebaiknya dirawat tetangga.

d) Bilamana tetangga tidak ada yang merawatnya, alternatif terakhir

dirawat di Panti Sosial Lanjut Usia

Hasil penelitian tersebut menunjukkan memang pelayanan terbaik

yang diberikan kepada lansia adalah pada keluarga dan kerabatnya. Namun

yang menjadi masalah/ kendala utama di sini adalah apabila anak / keluarga

lansia tersebut termasuk dalam keluarga kurang mampu, yang bahkan untuk

menghidupi dirinya sendiri saja tidak sanggup. Pada tataran ini yang lah

maka diperlukan adanya jaminan sosial bagi lansia.

Dalam kegiatan Posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan,

yaitu:

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living,

meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum,

berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang air.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh.

4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin.

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal

adannya penyakit gula.

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai

deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.

9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam

rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai

dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau

kelompok usia lanjut.

Page 21: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

20

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia

lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan

kesehatan masyarakat.

Pada saat pelaksanaan kegiatan Posyandu lansia, sering digunakan sistem

5 meja, yaitu :

• Meja 1: Pendaftaran

Mendaftarkan lansia, kader mencatat lansia tersebut, kemudian

peserta yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja

selanjutnya.

• Meja 2 : Pengukuran tinggi, berat dan tekanan darah

Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan

tekanan darah.

• Meja 3 : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)

Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi: Indeks Massa

Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.

• Meja 4 : Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian

makanan tambahan.

• Meja 5: Pelayanan medis

Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari

Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan dan

pengobatan ringan.

Ini adalah skema sistem 5 meja di Posyandu lansia:

Page 22: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

21

Bentuk KMS Lansia

Page 23: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

22

Page 24: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

23

Page 25: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

24

BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa:

1. Tahap persiapan:

• Tiap Kelompok dipandu satu instruktur lapangan (dokter

Puskesmas/petugas).

• Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS

(Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali).

• Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab,

konfirmasi dengan DKK dan Puskesmas terkait.

• Pembekalan materi dan teknis pelaksanaan diberikan pada kuliah

pengantar Field Lab, jadwal menyesuaikan dari pengelola KBK dan

Pengelola Field Lab FK UNS.

• Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretest untuk mahasiswa.

• Sebelum pelaksanaan, diharap mahasiswa melakukan konfirmasi

terlebih dulu dengan instruktur lapangan (nomor telepon instruktur

lapangan tersedia di Field Lab).

• Tiap mahasiswa membuat cara kerja, ditulis di buku tulis, singkat

dan jelas, sebelum pelaksanaan diserahkan pada instruktur lapangan

untuk diperiksa. Adapun isi lembar kerja:

I. Tujuan Pembelajaran

II. Alat/Bahan yang diperlukan

III. Cara Kerja (singkat)

2. Tahap Pelaksanaan:

• Pelaksanaan di lapangan 2-3 hari, sesuai jadwal dari tim pengelola

Field Lab FK UNS dan kesepakatan dengan Puskesmas.

Pertemuan I : Perencanaan dan persiapan KIE

Pertemuan II : Pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan

Pertemuan III : Pengumpulan laporan dan evaluasi

• Peraturan yang harus dipenuhi mahasiswa:

- Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan,

jas lab dikancingkan dengan rapi.

- Mahasiswa datang sesuai jam kerja Puskesmas,yaitu pukul

07.30 menemui instruktur dan mengikuti kegiatan sesuai

arahan instruktur.

- Melaksanakan/mengikuti kegiatan KIE Posyandu Lansia

yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan

dengan didampingi instruktur atau petugas puskesmas.

- Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan Konseling

langsung pada sasaran/ pasien.

Page 26: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

25

- Apabila pada hari tersebut tidak ada jadwal kegiatan KIE

Posyandu Lansia di Puskesmas yang bersangkutan,

mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan kesehatan

Lansia di Puskesmas.

- Kelompok diperbolehkan mengganti hari untuk mengikuti

hari Posyandu Lansia dengan catatan tidak mengganggu

kegiatan pembelajaran lain di FK dan LAPOR pada

pengelola Field Lab/ Dosen pengampu/pembimbing topik.

3. Tahap Pembuatan Laporan

Tiap kelompok membuat laporan 2 eksemplar, 2-5 halaman (tidak

termasuk cover dan halaman pengesahan), hari ketiga kegiatan harus

diserahkan instruktur lapangan untuk disetujui/disahkan, ditunjukkan

dengan lembar tanda tangan persetujuan instruktur lapangan Puskesmas dan

Fakultas. Jumlah laporan yang dikumpulkan untuk Puskesmas sesuai

kesepakatan dengan instruktur, sedangkan untuk FK UNS selain laporan

buku juga diwajibkan menyerahkan laporan berupa:

- Laporan bentuk CD dibuat dengan isi kelompok.

- CD dikumpulkan dengan diberi Label : Nama Kelompok, Lokasi

Field Labdan tahun pelaksanaan.

Format Laporan :

Halaman cover

Lembar pengesahan instruktur lapangan Puskesmas dan Fakultas

Daftar isi

I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran

Uraikan secara singkat tentang KIE Posyandu Lansia dan tujuan

pembelajaran.

II. Kegiatan yang dilakukan:

- Pemeriksaan berat, tinggi badan dan tekanan darah

- Pengisian KMS

- Penyuluhan KIE

- Konsultasi dan terapi

- Pendataan prevalensi penyakit

- Senam lansia

III. Pembahasan

Berisi analisis SWOT (keberhasilan dan kendala program

pelaksanaan KIE Posyandu Lansia di Puskesmas setempat, peluang

pengembangan program, target posyandu, dll).

IV. Penutup

V. Daftar Pustaka

Page 27: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

26

Tata Cara Penilaian :

• Instruktur memberi penilaian kepada mahasiswa sesuai dengan cek list

yang ditetapkan dalam buku panduan.

• Postest dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal pengelola

Field Lab.

• Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari 3 kegiatan Field

Lab (pretest, lapangan, postest) maka dinyatakan tidak memenuhi

syarat dan nilai akhir tidak bisa diolah.

• Pretest dan postest susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak

dapat mengikuti karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat

keterangan sakit dari dokter atau rumah sakit. Mahasiswa ybs dapat

menghubungi pengelola Field Lab per topik secepatnya.

• NILAI AKHIR MAHASISWA :

1 pretest + 1 postest + 3 pelaksanaan (daftar penilaian)

5

• Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70 %.

• Bila ada mahasiswa mendapat nilai kurang dari 70 %, akan

dilakukan remidi yang akan dijadwalkan oleh Field Lab. Bila remidi

tidak lulus maka mengulang semester depan.

Nilai remidiasi maksimal 70.

BAB VI. PROSEDUR KERJA

• Menghubungi pihak Puskesmas masing-masing untuk melakukan

kesepakatan pelaksanaan tugas Field Lab per topik dengan dokter

Puskesmas / Instruktur yang ditunjuk.

• Menghitung jumlah sasaran Posyandu Lansia dan menentukan

target pelaksanaan KIE Posyandu Lansia. Target cakupan 80 - 100

%.

• Menyiapkan kebutuhan peralatan peraga KIE Posyandu Lansia

untuk menyusun model pemberdayaan Lansia setempat.

• Model Pemberdayaan Lansia yang dimaksud adalah meningkatkan

kemampuan deteksi dini penyakit pada Lansia di setiap Posyandu

Lansia.

SELAMAT MELAKSANAKAN KIE: POSYANDU LANSIA

NAMA PUSKESMAS: .................................................

NAMA DESA : .................................................

NAMA POSYANDU LANSIA: ...................................

JUMLAH TARGET : .....................................Orang Lansia/Posyandu

Jumlah Lansia sehat : ..................................... Orang

Jumlah Lansia sakit : ..................................... Orang

Alternatif Model Pemberdayaan Lansia : ................................................

..................................................................................................................

Page 28: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

27

BAB VII. SKALA PENILAIAN KIE POSYANDU LANSIA

No. Keterangan 0 1 2 3 4

1. Persiapan

Membuat rencana kerja KIE

Mengikuti kegiatan bimbingan dari

instruktur di Puskesmas

2. Sikap dan tingkah laku

Menunjukkan kedisplinan (datang

tepat waktu)

Menunjukkan kesiapan dan sikap

bersungguh-sungguh dalam

mengikuti setiap kegiatan

Menunjukkan penampilan rapi dan

sikap sopan kepada staf Puskesmas

dan masyarakat

3. Pelaksanaan

Menghitung jumlah sasaran dan

target cakupan posyandu

Menyiapkan materi penyuluhan dan

kegiatan posyandu

Presentasi KIE Lansia

Memberi penjelasan terhadap

pertanyaan yang diajukan peserta

posyandu

Mengikuti kegiatan pemeriksaan

tekanan darah dan berat badan

Melengkapi pengisian Geriatric

Depression Scale dan MMSE

Mengikuti kegiatan: senam lansia

Mengikuti konsultasi dan pemberian

obat pada lansia

4. Laporan

Hasil laporan kegiatan

Menganalisis kesesuaian program

posyandu lansia di puskesma

setempat

JUMLAH NILAI

Keterangan

Tatacara penilaian dengan grading 0-4

0 : tidak melakukan

1 : melakukan kurang dari 40%

2 : melakukan 40-60 %

3 : melakukan 60-80 %

4 : melakukan dengan sempurna 80-100%

Jumlah Nilai

NILAI : -------------------- X 100 % = ........................%

60

Page 29: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

28

DAFTAR PUSTAKA

Depsos RI. 2009. Dukungan Kelembagaan Dalam Kerangka Peningkatan

Kesejahteraan Lansia. Kantor Urusan Pemberdayaan Lansia,

Depsos. RI. Jakarta. www.depsos.go.id.

Folstein, M.F., Folstein, S.E., and McHugh, P.R. 1975. “Mini Mental

State”: A practical method for grading the cognitive state of patient

for the clinician. J. Of Psychiatris Research, 12: 189-198.

Hanim, D. 2004. Pemberdayaan Perempuan Lansia Untuk Peningkatan

Status Gizi. Laporan Penelitian. Surakarta: LPPM UNS.

Probosuseno. 2007. Mengatasi ”Isolation” pada Lanjut Usia.

www.Geriatric&InternalMedicineConsultation.Medicalzone.

Sri Gati Setiti. 2006. Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan ( Studi

Kasus Pada Lima Wilayah Di Indonesia). www.depsos.go.id.

Foto Kegiatan

Pengarahan dari instruktur Memberi penyuluhan kepada warga

Peserta penyuluhan Instruktur dari Puskesmas

Page 30: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

29

Page 31: MODUL FIELD LAB - Fakultas Kedokteran UNS | Berandafk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_6_2011_PEMBINAAN_POSYA… · (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan

30