tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni,...

42
MAKALAH FIQH SIYASAH PEMIKIRAN POLITIK SUNNI, SYIAH, KHAWARIJ DAN MU’TAZILAH DISUSUN OLEH: NOVIZA DARTIWI (06 17 032) RAHMATURROZIKIN (06 17 033) RANI ANGGRAINI (06 17 034) RENI APRILIA (06 17 035) DOSEN PEMBIMBING DR. H. IDZAN FAUTANU, MA

Transcript of tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni,...

Page 1: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

MAKALAH FIQH SIYASAH

PEMIKIRAN POLITIK SUNNI, SYIAH, KHAWARIJ DAN MU’TAZILAH

DISUSUN OLEH:

NOVIZA DARTIWI (06 17 032)

RAHMATURROZIKIN (06 17 033)

RANI ANGGRAINI (06 17 034)

RENI APRILIA (06 17 035)

DOSEN PEMBIMBING

DR. H. IDZAN FAUTANU, MA

FAKULTAS SYARIAH JURUSAN MUAMALAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2008-2009

Page 2: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

DAFTAR ISI

Daftar Isi...........................................................................................................

Pedahuluan........................................................................................................

Pembahasan.......................................................................................................

Pemikiran Politik Sunni

Pemikiran Politik Syiah

Pemikiran Politik Khawarij

Pemikiran Politik Mu’tazilah

Kesimpulan.......................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................

Page 3: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

PEMIKIRAN POLITIK SUNNI, SYIAH, KHAWARIJ DAN MU’TAZILAH

A. PENDAHULUAN

Suatu hal yang perlu mendapat catatan dalam dunia pepolitikan Nabi Muhammad

SAW dalam praktiknya baik mengenai mendirikan dan sekaligus memimpin Negara

Madinah merupakan sebuah isyarat bahwasannya keberadaan sebuah negara sangatlah

penting.Namun satu hal lagi mengenai Piagam Madinah yang menjadi sebuah kostitusi di

era kepemimpinan Nabi Muhammad SAW tidak menyebutkan agama negara.

Dengan berbagai macam pikiran politik yang akan dibahas kali ini sekiranya kita

dapat mengetahui beberapa pandangan – pandangan masing – masing kelompok sehingga

dapat menemukan apa inti dari pemikiran berbagai kelompok ini.

B. PEMBAHASAN

PEMIKIRAN POLITIK SUNNI

Sebagai kelompok mayoritas, pola pikir politik kaum Sunni biasanya sangat pro

kepada pemerintah yang berkuasa.Pemikiran – pemikiran dari ahli – ahli politik Sunni

cenderung membela dan mempertahankan kekuasaan.Tidak jarang pula pemikiran politik

dan kenegaraan mereka menjadi alat legitimasi bagi kekuasaan khalifah yang

memerintahkan 1, namun atas pendapat ini Mujar Ibnu Syarif memberikan sebuah solusi

ketika makalah ini dipresentasikan bahwasannya pendapat diatas merupakan suatu hal

yang darurat.

Ibnu Taimiyah sebagaimana dijelaskan Iqbal, telas merumuskan bahwa enam puluh

tahun berada di bawah rezim penguasa zalim lebih baik daripada sehari hidup tanpa

pemimpin.Munawir Sjadzali dalam bukunya Islam dan Tata Negara mengemukakan

pendapat Ghazali, Ibnu Ali Rabi’ dan Ibnu Taimiyah yang telah menyatakan dengan

tegas bahwasannya kekuasaan kepada negara atau raja itu merupakan mandat dari Tuhan

yang diberikan kepada hamba – hamba pilihan – Nya, dan disebutkan pula bahwa ketiga

1 Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2001), hal.106.

Page 4: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

pemikir itu berpendirian bahwa khalifah itu adalah Ghazali adalah muqaddas atau suci,

tidak dapat diganggu gugat. 2Ibnu Abi Rabi’ mencari dasar lagi legitimasi keistimewaan

hak – hak khalifah atas rakyatnya dalam ajaran agama, yaitu

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa – penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa erajat.Untuk

mengujimu tentang apa yang diberikan – Nya kepadamu.Sesunguhnya Tuhanmu amat

cepat siksaan – Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampuan lagi Maha Penyayang.

(QS.Al – An’am, 6:165).

Hai orang –orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil

amri diantara kamu.Kemudian jika berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al – Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar –

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu)

dan lebih baik akibatnya.(QS.Al – Nisa’,4:59).

Menurut Ibn Abi Rabi’, kedua ayat diatas merupakan penegasan Allah bahwa Ia

telah memberi keistimewaan kepada para raja dengan segala keutamaan dan

memperkokoh kedudukan mereka di bumi – Nya.Disamping itu Allah SWT mewajibkan

kepada para ulama untuk menghormati, mengagungkan dan mentaati perintah

mereka.Pandangan hampir serupa dikemukakan oleh al – Ghazali sumber kekuasaan

adalah Tuhan, dan lebih jauh dikatakan bahwa pembentukan negara bukanlah

berdasarkan pertimbangan rasio, melainkan berdasarkan perintah syar’i, menurutnya,

mustahil ajaran – ajaran agama dapat terlaksana dengan baik kalau kondisinya tidak

mendukung, sedang pendukungnya adalah negara. 3

2 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (UI – Press, 1990), hal.108.3 Muhammad Iqbal, Op, Cit., hal.107.

Page 5: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa keberadaan kepala negara dibutuhkan umat

Islam tidak hanya sekedar menjamin jiwa dan harta masyarakatnya, tetapi juga untuk

menjamin jalannya hukum – hukum Tuhan.Sebagai konsekwensi dari kekuasaan kepala

negara yang sakral, baik Ibn Abi Rabi’, Ibn Taimiyah mengharamkan umat Islam untuk

melakukan pemberontakan terhadap kepala negara meskipun kafir, selama ia masih

menjalankan keadilan dan tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah. 4

Mawardi berpendapat bahwa sumber kekuasaan kepala negara adalah berdasarkan

perjanjian antara agama dan rakyatnya atau adanya kontrak sosial.Dari pendapat

Mawardi ini lahirlah hak dan kewajiban secara timbal balik antara kedua belah pihak

yakni rakyat dan penguasa.Suatu hal yang perlu mendapat perhatian dari al – Mawardi

yakni menekankan kepatuhan terhadap kepala negara (pemimpin) yang telah terpilih.

Kepatuhan ini tidak hanya kepada pemimpin yang adil, tetapi juga kepada

pemimpin yang jahat.

Ciri lain didalam pemikiran politik golongan Sunni ini adalah penekanan mereka

terhadap suku Quraisy sebagai kepala negara walaupun Ibn Abi Rabi’ tidak

menyinggungnya secara tegas, dan Muhammad Iqbal memasukkan pemikiran

Muhammad Rasyid Ridha yang hidup dimasa modern yang masih menekankan suku

Quraisy di dalam pemikiran politiknya.

Namun sebagai mana disinggung Iqbal pula yang memasukkan pola pemikiran Ibnu

Khaldun yang menyatakan bahwa syarat Quraisy bukanlah sebuah harga mati.

PEMIKIRAN POLITIK SYI’AH

Sebelum merambah lebih jauh lebih jauh mengenai pemikiran politik Syi’ah terasa

tidak sah dan nyaman bila tidak mengetahui sejarah lahirnya kelompok ini.Mengenai

kelahiran kelompok ini banyak sekali aneka ragamnya, sebagaimana dijelaskan oleh

Iqbal yang mengatakan bahwasannya Syi’ah lahir sebagai reaksi atas mayoritas

kelompok Sunni yang sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW telah mendominasi dalam

percaturan politik Islam5, selanjutnya Munawir Sjadzali mengatakan titik awal dari

lahirnya Syi’ah karena berawal dari ketidak setujuan atas kekhalifahan Abu Bakar dan 4 Ibid, hal.109.5 Muhammad Iqbal, Op, Cit., hal.112.

Page 6: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

berpendirian bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali6, para ahli penulis sejarah

sebagaimana dijelaskan dalam Ensiklopedi Islam sebagian menganggap Syi’ah lahir

setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara

golongan Muhajirin dan Anshor di Balai pertemuan Saqifah Bani Sa’idah7, yang

diselenggarakan di gedung pertemuan yang dikenal dengan Dar al – Nadwa di Madinah8,

dan lebih jauh dijelaskan sebagian ahli sejarah menganggap Syi’ah lahir pada masa akhir

khalifah Usman bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dan

dijelaskan dalam Ensiklopedi itu lebih jauh mengatakan bahwasannya pendapat yang

paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak

pasukan Ali dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Siffin, yang lazim disebut sebagai

peristiwa at – Tahkim atau arbitasi.Dan Abu Zahroh memperkuat atas pendapat ini

dengan mengatakan bahwasannya Syi’ah adalah mazhab politik pertama lahir dalam

Islam, mazhab mereka tampil pada akhir pemerintahan Atsman, kemudian tampil pada

akhir masa Ali. 9

Pada perkembangan selanjutnya, aliran Syi’ah ini terpecah menjadi puluhan cabang

atau sekte, hal ini disebabkan karena cara pandang yang berbeda dikalangan mereka

mengenai sifat imam ma’shum atau tidak dan perbedaan didalam menentukan pengganti

imam.

Kaum Syi’ah menetapkan bahwa seorang imam: 10

1. Harus ma’shum (terpelihara) salah, lupa, dan maksiat.

2. Seorang imam boleh membuat hal luar biasa dari adat kebiasaan.

3. Seorang iam harus memiliki ilmu yang meliputi setiap sesuatu yang berhubugan

dengan syari’at.

4. Imam adalah pembela agama dan pemelihara kemurnian dan kelestarian agar

terhindar dari penyelewengan.

6 Munawir Sjadzali, Op, Cit., hal.211.7 Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), Cetakan keenam, hal.5.8 Redaksi Ensiklopedi Islam Ringkas, Ensiklopedi Islam Ringkas, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,Januari 1999), Cetakan kedua, hal.385.9 Imam Muhammad Abu Zahroh, Tarikh al – Madzahib al - Islamiyyah, terjemahan Abd.Rahman Dahlan dan

Ahmad Qarib, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, (Jakarta: Logos, 1996), cetkakan kesatu, hal.34.10 Suyut Pulungan, Fiqih Siyasah, (Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada, 1997), cet ketiga, hal.207.

Page 7: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Tidak seperti kelompok syi’ah lainnya Syi’ah Zaidiyah tidak menganut paham dan

teori imam bersembunyi.Bagi mereka imam harus memimpin umat dan berasal dari

keturunan Ali dan Fatimah, Syi’ah Zaidiyah tidak meyakini bahwa Nabi telah

menetapkan orang dan nama tertentu untuk menjadi imam.Nabi hanya menetapkan sifat –

sifat yang mesti dimiliki seorang imam yang akan menggantikan beliau.Terjadinya

pengkultusan terhadap diri Ali oleh kaum Syi’ah sebagaimn dijelaskan oleh suyuti

merupakan tidak bisa lepas dari pendapat Khawrij yang mengkafirkan Ali sejak peristiwa

tahkim (arbitrase).Tentunya untuk mengimbangi pernyatan dari kaum yang mereka

anggap berseberangan dengan mereka ini maka kelompok Syi’ah membuat doktrin untuk

menyeimbangi hal tersebut, yaitu mengangkat dan mengkultuskan pada tingkat ma’shum,

dan mendoktrin bahwa ia telah ditetapkan melalui wasiat Nabi sebagai imam untuk

pengganti Nabi. 11

Iqbal menulis, secara sosio – politik, berkembangnya doktrin Syi’ah dipengaruhi

oleh beberapa faktor.Pertama, imam – imam Syi’ah, selain Ali Ibn Abi Thalib, tidak

pernah memegang kekuaaan politik.Mereka lebih memperlihatkan sosoknya yang

memiliki integritas dan kesalehan yang tinggi.Merek tidak memiliki pengalaman praktis

dalam memerintah dan menangani permaslahan politik riil.Ketika mereka melihat realitas

politik tidak sesuai dengan nilai – nilai keislaman sebagaiman mereka inginkan, maka

mereka mengembangkan doktrin kema’shuman imam.Sebagian pemimpin yang

ide.Kedua, sebagian pengikut syi’ah berasal dari Persia ikut membentuk paradigma

dalam corak pemikiran Syi’ah, yang diketahui mereka dahulukalanya yakni

mengagungkan raja dan menganggapnya sebagai manusia suci, hal ini terlihat pada salah

satu kelompok ini yang mempunyai suatu paradigma yakni imam Ali adalah penjelmaan

Tuhan yang tinggi martabatnya bahkan dari Nabi Muhammad sendiri.Ketiga, pengalaman

pahit yang selalu dialami pengikut Syi’ah dalam percaturan politik ikut mempengaruhi

berkembangnya doktrin al – Mahdi al – Muntatazhar yang akan melepaskan mereka dari

penderitaan.

Dari sekian banyak kelompok ditubuh syi’ah, Iqbal mengelompokkan golongan ini

menjadi tiga aliran:pertama: Moderat, umumnya memandang Ali sebagai manusia biasa,

dapat menerima kekhalifahan Abu Bakar dan Umar.Kedua:Ekstrem, menempatkan Ali

11 Ibid, hal.208.

Page 8: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

sebagai seorang nabi yang lebih tinggi dari Nabi Muhammad sendiri, bahkan ada yang

mengnggap Ali sebagai penjelmaan tuhan.Ketiga: diantara kedua kelompok diatas, Ali

sebagai pewaris yang sah jabatan khalifah dan menuduh Abu Bakar dan Umar telah

merebutnya dari tangan Ali, tidak memperlakukan Ali tidak seperti nabi yang lebih utama

dari Nabi Muhammad, apa lagi penjelmaan Tuhan.

Diantara sekian banyak sekte, terdapat 3 sekte besar dan berpengaruh dalammazhab

Syi’ah hingga sekarang yaitu: Zaidiyyah, Ismailiyyah (Sab’iyyah), dan Imamiyah (Isna’

Asy’ariyah). 12

Sebelum membahs lebih lanjut sebaiknya mengetahui nama – nama masing imam

dalam tubuh Syi’ah:

1. Zaidiyah: Ali bin Abi Thalib, Hasan ibn Ali, Husein Ibn Ali, Ali Zaenal Abidin,

Zaid ibn Ali.

2. Isma’iliyah atau Sab’iyah: Ali bin Abi Thalib, Hasan ibn Ali, Husein ibn Ali, Ali

Zaenal Abidin, Muhammad al – Baqir, Ja’far al – Shadiq, Isma’il ibn Ali.

3. Imamiyyah atau Isna ‘Asyariyah: Ali bin Abi Thalib, Hasan ibn Ali, Husein ibn

Ali, Ali Zaenal Abidin, Muhammad al – Baqir, Ja’far al – Shadiq, Musa al –

Kadzim, Ali al – Ridho, Muhammad al – Taqi’, Ali al – Hadi, Hasan al – Askari,

Muhammad al – Mahdi.

Untuk memperjelas paham syi’ah ini perlu dikethui ad beberapa paham yang

berkembang diklangan mereka dan mengalami perbedaan – perbedaan, an untuk

mempermudah alam permahaman kelompok atau sekte dalam tubuh Syi’ah ini dapat kita

lihat di bagan berikut:

Skema Perpecahan dalam tubuh Syi’ah

1. Ali

2. Hasan

12 Muhammad Iqbal,Op. Cit. hal.24.

Page 9: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

5. Zaid (Sekte Zaidiyah)

4. Muhammad bin Hanafiyyah (Mukhtar bin Ubaid al – Tsqifi), (sekte Kaisaniyah)

8. Ali al - Ridho

7. Isma’il(Sekte Isma’iliyyah/Bathiniyyah)

6. Ja’far ash - Shadiq

7. Musa al - Kadzim

4. Ali Zaenal Abidin

5. Abu Ja’farMuhammad al – Baqir(Sekte Imamaiyah)

11. Hasan al - Askari

12. Muhammad al – Mahdi(sekte Imamiyyah Itsna Asyariyah)

10. Ali al - Hadi

9. Muhammad al – Taqi’

3. Husein

Perbandingan paham dalam mazhab Syi’ah

Sekte

Kualifikasi Imam

Jumlah Imam Dasar pengangkatan Harus ‘Ali Ismah Ghabiah intizhar

Zaidiyah 5 Orang

‘Ali bin Abi

Thalib. Husen

Isyarat sifat-sifat imam

oleh Nabi Saw.

Tidak Tidak Tidak

Page 10: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Ibn ‘Ali. ‘Ali

Zainal

al-‘Abidin Zaid

ibn Ali

Isma’iyah

tsabiyah

5 Orang

‘Ali bin Abi

Thalib. Husen

Ibn ‘Ali. ‘Ali

Zainal

al-‘Abidin

Muhammad al-

Baqir. Ja’far al-

shadiq. Isma’il

ibn Jafar

Ya Ya (tidak

pernah)

Ya Ya

Imamiyah (Isna

‘Asy Anyah

12 Orang

‘Ali bin Abi

Thalib. Husen

Ibn ‘Ali. ‘Ali

Zainal

al-‘Abidin

Muhammad al-

Baqir. Ja’far al-

shadiq. Musa al-

Kharim, ‘Ali al-

Ridha.

Muhammad al-

Taqi’. ‘Ali

al-‘Aska

Muhammad al-

Mahdi

Ya Ya (tidak

pernah)

Ya Ya

PEMIKIRAN POLITIK KHAWARIJ

Kelompok Khawarij muncul bersama dengan mazhab Syi’ah.Masing – masing

muncul sebagai sebuah mazhab pada pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib.Pada

awalnya kelompok ini adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib, meskipun pemikiran

kelompok ini lebih dahulu dari pada mazhab Syi’ah. 13

13 Ibid, hal.63.

Page 11: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Khawarij adalah kelompok sempalan yang memisahkan diri dari barisan Ali setelah

arbitase atau tahkim yang mengakhiri perseteruan dan kontak senjata antara Ali dan

Mu’awiyah di Siffin. 14 Dan suatu hal yang aneh kelompok yang semula merupakan

sebuah kelompok yang memaksa Ali untuk menerima tahkim dan menunjuk orang yang

menjadi hakim atas pilihan mereka ketika Ali pada mulanya hendak mengangkat

Abdullah Ibn Abbas, tetapi atas desakan pasukan yang keluar (Khawarij) akhirnya

mengangkat Abu Musa al – Asy’ari, belakangan memandang perbuatan tahkim sebagai

kejahatan besar, menurut kelompok ini Ali telah menjadi kafir kerana menyetujui tahkim

dan menuntut Ali agar bertaubat sebagaimana mereka telah kafir, tetapi mereka telah

bertaubat.Pegikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara

berfikirnya, sikap keagamaan mereka sangat ekstrim dan sulit menerima perbedaan

pendapat dan diterangkan oleh Abu Zahroh bahwasannya para pengikut kelompok

Khawarij pada umumnya terdiri atas orang Arab pegunungan yang ceroboh dan

berpikiran dangkal, beberapa sikap ekstrim ini pula yang membuat kelompok ini terpecah

– pecah menjadi beberapa kelompok. 15

Menurut mereka, hak untuk menjadi kahalifah tidak terbasta pada keluarga atau

kabilah tertentu dari kalangan Arab, bukan monopoli bangsa tertentu tetapi hak semua

manusia. 16 Meskipun mereka cenderung ekstrim dan sulit menerima perbedaan

sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Iqbal bahwasannya pandangan mereka yang

lebih maju dari pada Sunni maupun Syi’ah.Mereka dapat menerima pemerintahan Abu

Bakar, Umar, Utsman pada enam tahun pertama dan Ali sebelum menerima arbitase

dengan alasan pemerintahan mereka pada masa sesuai dengan ketentuan syari’at.

Suatu hal yang lebih jauh Iqbal membandingkan dengan kelompok Sunni dan

Syi’ah, Khawarij tidak mengakui hak – hak istimewa orang atau kelompok tertentu untuk

menduduki jabatan khalifah.Jabatan khalifah bukan monopoli mutlak suku Quraisy

sebagaimana pandangan Sunni misalkan saja pandangan al – Ghazali, al – Juwaini, al –

Asqolani, al – Maududi dan Ibnu Khaldun dan ungkapan yang tersirat pada pandangan

Ibnu Abi Rabi’ dan pandangan Muhammad Rasyid Ridho yang hidup pada masa modern, 17 juga bukan hak khusus Ali dan keluarga sebagaimana pandangan kaum 14 Muhammad Iqbal,Op. Cit. hal.120.15 Harun Nasution,Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analis Perbandingan, (UI; Press, 1986), Cet.Kelima, hal.13.16 Abu Zahroh,Op. Cit. hal.68.17 Munawir Sjazdali,Op. Cit. hal.217.

Page 12: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Syi’ah.Mungkin untuk mempertegas masalah ini kita melihat beberapa prinsip yang

disepakati oleh aliran – aliran Khawarij. 18

Pertama, pengangkatan khalifah akan sah hanya jika berdasarkan pemilihan yang

benar – benar bebas dan dilakukan oleh semua umat Islam tanpa diskriminasi.Seorang

khalifah tetap pada jabatannya selama ia berlaku adil, melaksanakan syari’at , serta jauh

dari kesalahan dan penyelewengan.Jika ia menyimpang, ia wajib dijatuhi hukuman yang

berupa dijatuhkan dari jabatannya atau dibunuh.

Kedua, jabatan khalifah bukan hak khusus keluarga Arab tertentu, bukan monopoli

suku Quraisy sebagai dianut golongan lain, bukan pula khusus untuk orang Arab dengan

menafikan bangsa lain, melainkan semua bangsa mempunyai hak yang sama.Khawarij

bahkan mengutamakan Non Quraisy untuk memegang jabatan khalifah.Alasannya,

apabila seorang khalifh melakukan penyelewengan dan melanggar syari’at akan mudah

untuk dijatuhkan tanpa ada fanatisme yang akan mempertahankannya atau keturunan

keluarga yang akan mewariskannya.

Ketiga, yang bersal dari aliran Najdah, pengangkantan khalifah tidak diperlukan

jika masyarakat dapat menyelesaikan masalah – masalah mereka.Jadi pengangkatan

seorang imam menurut mereka bukanlah suatu kewajiban berdasarkan syara’, tetapi

hanya bersift kebolehan.Kalau pun pengangkatan itu menjadi wajib, maka kewajiban

berdasarkan kemaslahatan dan kebutuhan.

Keempat, orang yang berdosa adalah kafir.Mereka tidak membedakan antara satu

dosa dengan dosa yang lain, bahkan kesalahan dalam berpendapan merupakan dosa, jika

pendapat itu bertentangan dengan kebenaran.Hal ini mereka lakukan dalam mengkafirkan

Ali dan Thalhah, al – Zubair, dan para tokoh sahabt lainnya, yang jelas tentu semua itu

berpendapat yang tidak sesuai dengan pendapat khawarij.

Dari keterangan diatas, menurut mereka siapa saja berhak menduuki jabatan

khalifah bahkan mereka mengutamakan orang selain dari Non Arab.Dan dari pemikiran

diatas, pengikut khawrij berpandangan pengangkatan khalifah dan pembentukan negara

adalah masalah kemaslahatan manusia saja, mereka tidak menganggap kepala negara

sebagi seorang yang sempurna, Iqbal menjelaskan bahwasanya Khawarij menggunakan

18 Abu Zahroh,Op. Cit. hal.69 - 70.

Page 13: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

mekanisme syura untuk mengontrol pelaksanaan tugas – tugas pemerintahan, hal ini

menujukkan kedemokrasian klompok ini. 19

PEMIKIRAN POLITIK MU’TAZILAH

Kelompok ini Mu’tazilah pada awalnya merupakan gerakan atau sikap politik

beberapa sahabat yang gerah terhadap kehidupan politik umat Islam pada masa

pemerintahan Ali. 20 Dengan terjadinya konflik dalam internal umat Islam mengenai

pengangkatannya khalifah yang keempat.

Penanaman kelompok ini dengan Mu’tazilah baru terjadi pada saat terjadinya

perbedaan – perbedaan antara Washil Ibn Atha dega gurunya Hasan al – Bashri pada

abad ke II H, tentang penilaian orang yang berbuat banyak dosa21dalam referensi lain

disebutkan orang yang berbuat dosa besar.22Namun Harun Nasution sendiri menjelskan

banyak sekali asal usul nama Mu’tazilah walaupun para ahli talah mengajukan pendapat

mereka namun belum ada kata sepakat antara mereka.

Kelompok Mu’tazilah selanjutnya berkembang menjadi sebuah aliran teologi

rasional, akan tetapi sesuai dengan situai dan perkembangan saat itu, pemikiran –

pemikiran mu’tazilah merambah kelapangan siyasah, hal ini dapat dilihat dari tokoh

mereka Abd al – Jabbar yang berbicara tentang khalifah, ia berpandangan bahwa

pembentukan lembaga khalifah bukanlah kewajiban berdasarkan syar’i karena nash tidak

tegas mempermasalahkan untuk membentu negara dan Suyuti menambahkan dalam

karangannya, melainkan atas dasar pertimbangan rasio dan tuntutan mu’amalah manusia. 23

Abd al – Jabar menempatkan kepala negara pada posisis yang sama dengan umat

Islam lainnya, menurutnya kepala negara bukan sosok yang luar biasa sebagimana

pandangan Syi’ah atau pendapat Sunni yang lebih mengutamakan suku Quraisy untuk

menduduki kepala negara, menurutnya kalangan mana dan siapapun boleh menjadi kepal

negara, asalkan ia mampu melaksanakannya, kepala negara ditentukan berdasarkan

pemilihan umat Islam sendiri.

19 Muhammad Iqbal,Op. Cit. hal.121.20 Ibid, hal.24.21 Munawir Sjadzali,Op. Cit. hal.218.22 Muhammad Iqbal,Op. Cit. hal.122., Harun Nasution, Op.cit., hal.38.23 Suyuti Pulungan,Op. Cit. hal.209.

Page 14: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

C. PENUTUP

Dari pembahasan diatas sebagai pelengkap dari makalah ini ada tiga pemikiran

politik kenegaraan dalam Islam.Pertama, aliran aristokrasi dan monarki yang diwakili

oleh kelompok Sunni.Kedua, aliran teokrasi yang diwakili oleh Syi’ah kecuali Syi’ah

Zaidiyah.Ketiga, aliran demokrasi yang dianut oleh Khawarij.

Page 15: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Dengan mengetahui pemikiran politik masing – masing golongan ini semoga kita

paham apa arti sebuah perbedaan yang inti dari perbedaan diatas adalah betapa

pentingnya sebuah negara, terlepas apakah disana terdapat perbedaan – perbedaan.

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muhammad, Fiqih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya

Media Persada, 2001.

Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:

UI Press, 1986.

Page 16: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Pulungan, Suyuti, Fiqih Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, 1997.

Redaksi Ensiklopedi Islam Ringkas, Ensiklopedi Islam Ringkas, Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, Januari 1999, jilid keenam.

Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, Cetakan

kedua.

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI

Press, 1990.

Zahrah, Imam Muhammad, Tarikh al – Madzahib al – Islamiyyah, terjemahan

Abd.Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam,

Jakarta: Logos, 1996, cetakan kesatu.s

Page 17: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Fiqih siyasah

Dosen :Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA

Disusun Oleh :

Mella Champisha MLaili khoirun NisaMuhammad Nawawi

Tema : Kehidupan Politik Pada Masa Khulafa Al Rasyidin (4 khalifah)Kehidupan Politik Pasca Masa Khulafa Al Rasyidin (Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah )

Page 18: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kepada Allah atas segala rahmat-Nya yang telah

memberikan kesempatan waktu bagi penulis dalam menyusun tugas kelompok ini. Dan

shalawat beserta salam, penulis hanturkan kepada Nabi  Muhammad SAW yang telah

memberikan inspirasi kepada penulis akan arti dan penerapan bidang-bidang Fiqh Siyasah.

Makalah ini ditulis penulis sebagai tugas mata kuliah Fiqh Siyasah. Dan tujuan dari

makalah ini adalah untuk mengetahui kehidupan politik pada masa khulafa al-Rasyidin dan

kehidupan politik pasca khulafa al-Rasyidin.Tiada Manusia yang Sempurna, begitupun dengan

makalah ini. Masih ada beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis, oleh karena

itu penulis harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini yang membangun. Dan

dari penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita

semua.

Ciputat, 2 Oktober 2009

Penulis

18

Page 19: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Daftar Isi

Kata Pengantar

Kehidupan Politik Masa khulafah al-Rasyidin ……....

Abu Bakar

Umar bin Khatab

Utsman bin Affan

Ali bin Abu Thalib

Kehidupan Politik Masa khulafah al-Rasyidin

Masa Bani Umayyah

Masa Bani Abbasiyah

Daftar Pustaka

19

Page 20: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

AL Khufala Al – Rasyidin

Dengan wafat nya Nabi maka berakhirlah stuasi yang sangat unik dalam sejarah islam, yakni

kehadiran seorang pemimpin tunggal yang memiliki otoritas spiritual dan temporal (duniawi)

yang berdasarkan kenabian dan bersumberkan wahyu Illahi.

Nabi Muhammad adalah utusan Tuhan yang terakhir. Sementara itu beliau tidak meninggalkan

wasiat atau pesan tentang siapa di antara para sahabat yang harus menggantikan beliau

sebagai pemimpin umat. Itulah kiranya mengapa ada 4 Al-khulafa al – Rasyidin.

ABU BAKAR (11-13H / 632-634 M)

Abu Bakar menjadi khalifah yang pertama melalui pemilihan dalam satu pertemuan yang

berlangsung pada hari kedua setelah Nabi Wafat dan sebelum jenazah beliau di makamkan.

Itulah antara lain yang menyebabkan kemarahan keluarga Nabi, khususnya Fatimah, putrid

tunggal beliau.

Pada hari itu Umar Bin Khattab mendengar berita bahwa kelompok ansar mendengar berita

sedang melangsungkan pertemuan di Saqifah atau Balai pertemuan Bani Saidah, Madinah,

Untuk mengangkat Saad Bin Ubadah, seorang tokoh ansar dari suku khazraj, sebagai

khalifah. Dalam keadaan gusar umat cepat cepat pergi kerumah kediaman Nabi dan menyuuh

seseorang untuk menghubungi Abu Bakar, yang berada dalam rumah, dan memintanya

supaya keluar. Semula Abu Bakar Menolak denagan alsan sedang sibuk. Tetapi akhirnya dia

keluar setelah di beritahu telah terjadi peristiwa penting yang mengharuskan kehadiran Abu

Bakar.

Sampai di balai pertemuan ternyata sudah datang pula sejumlah orang Muhajirin, dan bahkan

telah terjadi perdebatan sengit antara kelompok Ansar dan kelompok Muhajirin.lalu Abu Bakar

dengan nada tenang mulai berbicara. Kepada kelopok Ansar beliau mengingatkan bukan kah

Nabi pernah bersabda bahwa kepemimpinan umat islam itu seyogianya berada pada tengah

suku Quraisy, dan bahwa hanya pada di bawah pimpinan itulah akan terjamin keutuhan,

20

Page 21: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

keselamatan dan kesejahteraan bangsa Arab. Kemudian Abu Bakar menawarkan dua tokoh

Quraisy untuk dipilih sebagai khalifah, Umar Bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarah. Orang

orang ansar tampaknya sangat terkesan oleh ucapan Abu Bakar itu, dan Umar tidak menyia

nyiakan momentum yang sangat baik itu. Dia bangun dari tempat duduknya dan menuju ke

tempat Abu Bakar untuk ber baiat dan menyatakan kesetiannya kepada Abu Bakar sebagai

Khalifah, seraya menyatakan bahwa bukanlah Abu Bakar yang selalu di minta oleh Nabi untuk

menggantikan beliau sebagai imam sholat bilamana Nabi sakit, dan bahwa Abu Bakar adalah

sahabat yang paling di sayangi oleh Nabi. Gerakan Umar itu diikuti oleh Abu Ubaidah bin

Jarah. Tetapi sebelum kedua tokoh Quraisy itu tiba di depan Abu Bakar dan mengucapkan

baiat, Basyir bin Saad, seorang tokoh Ansar dari suku Khazraj, mendahului mengucapkan

baiatnya kepada Abu Bakar. Barulah kemudian Umar dan Abu Ubaidah serta para hadirin,

baik dari kelompok Muhajirin maupun kelompok Ansar dari Aus. Baiat terbats ini kemudian

terkenal dala sejarah Islam dengan nama Bai’at Saqifah atau baiat di bali pertemuan. Para

sahabat senior tersebut kemudian seorang demi seorang, kecuali Zubair, dengan sukarela

berbaiat kepada Abu Bakar. Zubair memerlukan tekanan dari Umar agar bersedia berbaiat.

Adapun Ali bin Abu Thalib, menurut banyak ahli sejarah baru berbaiat kepada Abu Bakar

setelah Fatimah, istri Ali, dan putri tunggal Nabi wafat 6 bulan kemudian.

B. UMAR BIN KHATTAB ( 13-23H / 634–644M )

Berbeda dengan pendahulunya, Abu Bakar, mendapatkan kepercayaan sebagai khallifah

kedua tidak melalui pemilihan dalam suatu forum musyawarah yang terbuka, tetapi melalui

penunjukan atau wasiat oleh pendahulunya. Pada tahun ketiga sejak menjabat khlifah, Abu

Bakar mendadak jatuh sakit. Selama 15 hari dia tidak pergi ke masjid dan meminta kepada

Umar agar mewakilinya menjadi imam sholat. Makin hari makin sakit Abu Bakar makin parah

dan timbul perasaan padanya bahwa ajal sudah dekat. Sementara itu kenangan tentang

pertentangan di balai pertemuan Bani Saidah masih segar dalam ingatannya. Dia khawattir

kalau tidak segera menunjuk pengganti dan ajal segera datang, akan timbul pertentangan di

kalangan umat islam yang dapat lebih hebat daripada ketika Nabi wafat dahulu. Bagi Abu

Bakar orang yang paling tepat menggantikannya tidak lain adalah Umar bin Khattab. Maka dia

mulai mengadakan konsultasi tertutup dengan beberapa sahabat senior yang kebetulan

21

Page 22: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

menengok di rumahnya. Diantara mereka adalah Abd al-Rahman bin Auf dan Utsman bin

Affan dari kelompok Muhajirin, serta Asid bin Khudair dari kelompok Ansar. Pada dasarnya

semua mendukung maksud Abu Bakar, meskipun ada beberapa diantaranya yang

menyampaikan catatan Abd al-Rahman misalnya, mengingatkan akan sifat “keras” Umar.

Peringatan itu dijawab oleh Abu Bakar bahwa Umar yang bersifat keras selama ini karena

melihat sifat Abu Bakar yang biasanya lunak, dan kelak kalau Umar sudah memimpin sendiri

dia akan berubah menjadi lebih lunak. Suatu hal yang cukup menarik ialah seusai

berkonsultasi dengan Abd al-Rahman bin Auf dan Utsman bin Affan, Abu Bakar berpesan

kepada mereka berdua agar tidak menceritakan isi pembicaraan itu kepada orang lain.

Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan, lalu mendiktekan pesannya. Baru saja setengah dari

pesan itu didiktekan, tiba tiba Abu Bakar jatuh pingsan, tetapi Utsman terus saja

menuliskannya. Ketika Abu Bakar sadar kembali dia bertanya kepada Utsman supaya

membacakan apa yang telah dia tuliskan. Utsman membacanya, yang pada pokoknya

menyatakan bahwa Abu Bakar telah menujuk Umar bin Khattab supaya menjadi penggantinya

(sepeninggal dia nanti). Seusai dibacakan pesan yang sebagian ditulis oleh Utsman sendiri itu

Abu Bakar menyatakan pula bahwa tampaknya Utsman juga ikut gusar terhadap kemungkinan

perpecahan umat kalau pesan itu tidak diselesaikan.

Sesuai dengan pesan tertulis tersebut, sepeninggal Abu Bakar, Umar bin Khattab di kukuhkan

sebagai khalifah kedua dalam suatu baiat dan terbuka di mesjid Nabawi.

C. UTSMAN BIN AFFAN ( 23-35H / 644-656M )

Utsman bin Affan menjadi khalifah yang ketiga melalui proses lain lagi, tidak sama dengan

Abu Bakar, tidak serupa pula dengan Umar. Dia dipilih oleh sekelompok orang yang nama

namanya sudah di tentukan oleh Umar sebelum dia wafat.

Waktu itu datanglah sejunlah tokoh masyarakat mohon kepada Umar supaya segera

menunjuk pengganti, karena mereka khawatir bahwa akibat luka lukanya itu Umar tidak akan

22

Page 23: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

hidup lebih lama lagi dan kalau sampai wafat tanpa terlebih dahulu menunjuk penggantinya di

khawatirkan akan terjadi pertentangan dana perpecahan dikalangan umat. Tetapi Umar

menolak memenuhi permintaan mereka dengan alasan bahwa orang orang yang menurut

pendapatnya pantas ditunjuk sebagai pengganti sudah lebih dahulu meniggal. Bahkan Umar

marah besar ketika tokoh tokoh tersebut mengusulkan agar dia menunjuk salah seorang

putranya sendiri Abudulah Bin Umar. Akhirnya Umar menyerah tetapi tidak secara langsung

menunjuk pengganti. Dia hanya menyebutkan enam sahabat senior dan merekalah nanti

sepeninggalnya yang harus memilih seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah: Ali bin

Abu Thalib, Usman bin Affan, Saad bin Abu Waqqas, Abd al-Rahman bin Auf, Zubair bin

Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah, serta Abudllah bin Umar, putranya, tetapi “tanpa hak

suara”. Menurut Umar dasar pertimbangan mengapa memilih enam orang tersebut, yang

semuanya dari kelompok Muhajirin atau Quraisy, karena mereka berenam itu dahulu

dinyatakan oleh Nabi sebagai calon calon pengurus surga, dan bukan karena mereka masing

masing mewakili kelompok atau suku tertentu. Pesan Umar, sepeninggalnya nanti mereka

berenam segera berunding dan dalam waktu paling lama tiga hari sudah dapat memilih salah

seorang diantara mereka menjadi khalifah.

Setelah Umar wafat lima dari enam orang tersebut segaera bertemu untuk merundingkan

pengisiian jabatan khalifah. Sejak awal jalannya pertemuaan itu sangat alot. Abd al-Rahman

bin Auf menciba memperlancarnya dengan himbauan agar sebaiknya di anatara mereka

dengan sukarela membuka diri dan memberi kesempatan kepada orang yang betul betul

paling memenuhi syarat untuk dipilih sebagai khalifah. Tetapi himbauan itu tidak berhasil.

Kemudian Abd al-Rahman sendiri menyatakan mengundurkan diri, tetapi tidak ada seorang

pun dari empat orang yang lain itu mengikutinya. Dalam keadaan macet itu Abd al-Rahman

bermusyawarah dengan tokoh tokoh selain ke empat orang tersebut. Mereka terbelah menjadi

2 kubu : pendukung Ali dan pendukung Utsman. Dalam pertemuaan berikutnya dengan empat

rekannya, Abd al-Rahman menanyakan kepada Ali bin Abu Thalib, bahwa seandainya bukan

dia (Ali), siapa menurut pendapatnya yang patut menjadi khalifah. Ali menjawab : Utsman.

Pertanyaan yang sama di ajukan kepada Zubair dan Saad, dan jawaban mereka berdua sama

: Utsman. Terakhir pertanyaan yang sama diajukan pula kepada Utsman dan Utsman

menjawab Ali. Dengan demikian semakin jelas bahwa hanya dua calon untuk jabatan khalifah:

Ali dan Utsman. Kemudian Abd al-Rhman menanyakan kepadanya seandainya dia di pilih

23

Page 24: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

menjadi khalifah, sanggupkah dia melaksanakan tugasnya berdasarkan Alquran, sunah Rosull

dan kebijaksanaan dua khalifa sebelum dia. Ali menjawab bahwa dirinya berharap dapat

berbuat sejauh pengetahuaan dan kemampuaannya. Abd al-Rahman berganti mengundang

Utsman dan mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya. Dengan tegas Utsma menjawab

“ya! Saya sanggup”. Berdasarkan jawaban itu Abd al-Rahman menyatakan Utsman menjadi

khalifah ketiga.

D. ALI BIN ABU THALIB (35-40H / 656-661M )

Ali bin Abu Thalib 12 tahun kemudian, diangkat menjadi khalifah yang ke empat melalui

pemilihan yang penyelenggaraannya jauh dari sempurna. Setelah para pemberontak

membunuh Utsman bin Affan, mereka mendesak Ali agar bersedia diangkat menjadi khalifah.

Ali menolak desakan para pemberontak, dan menanyakan dimana peserta (pertempuran)

Badar, dimana Thalhah, Zubair dan Saad, karena merekalah yang berhak menentukan

tentang siapa yang harus menjadi khalifah. Maka muncul lah tiga tokoh senior itu dan berbaiat

kepada Ali dan segera diikuti oleh orang banyak, baik dari kelompok Muhajirin maupun

kelompok Ansar. Orang pertama yang berbaiat kepada Ali adalah Thalhah bin Ubaidillah.

Perlu kiranya dikemukakan bahwa terdapat perbedaan antara pemilihan terhadap Abu Bakar

dan Utsman dan pemilihan terhadap Ali. Dalam dua pemilihan yang terdahulu meskipun mula

mula terdapat sejumlah orang yang menentang, tetapi setelah calon calon itu terpilih dan

diputuskan menjadi khalifah orang orang tersebut menerimanya dan ikut berbaiat serta

menyatakan kesetiaannya termasuk Ali, baik kepada Abu Bakar maupun terhadap Utsman.

Lain hal nya dalam pemilihan terhadap Ali penetapannya sebagai khalifah ditolak antara lain

oleh Muawiyah bin Abu Sofyan, gubernur di Suria yang keluarga Utsman, dengan alasan :

pertama Ali harus bertanggung jawabkan tentang terbunuhnya Utsman. Kedua, berhubung

wilayah Islam telah meluas timbul komunitas Islam, maka hak untuk menentukan pengisian

jabatan khalifah tidak lagi merupakan hak mereka yang berada di Madinah saja.

24

Page 25: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

KEHIDUPAN POLITIK PASCA KHULAFAURRASYIDIN

A.BANI UMAYYAH

Nama Bani Umayyah dalam bahasa arab berarti anak turun Umayyah,yaitu

Umayyah bin Abdul Syams,salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy. Abdul

Syams adalah saudara dari Hasyim,sama-sama keturunan Abdul Manaf,yang

menurunkan Bani Hasyim. Dari Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad.

Pada masa sebelum islam,Bani Umayyah selalu bersaing dalam Bani Hasyim. Pada

waktu itu,Bani Umayyah selalu bersaing dengan Bani Hasyim. Pada waktu itu,Bani

Umayyah lebih berperan dalam masyarakat mekah. Hal itu disebabkan mereka

menguasai pemerintahan dan perdagangan yang banyak bergantung kepada

pengunjung kakbah. Dipihak lain,Bani Hasyim adalah orang-orang yang berekonomi

sederhana.

Keadaan mulai berubah pada waktu Nabi Muhammad SAW,salah seorang dari Bani

Hasyim,mendapatkan wahyu Allah SWT untuk mengembangkan agama islam,Bani

Umayyah merasa bahwa kekuasaan dalam perekonomiannya terancam. Oleh sebab

itu,merka menjadi penentang utama dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW.

1.Awal Berdirinya

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,pemerintahan islam dipegang oleh Abu

Bakar as-Siddiq. Pada masa itu,Bani Umayyah merasa bahwa kelas mereka di bawah

kaum Anshar dan Muhajitin. Hal itu disebabkan,mereka masuk islam pada gelombang

yang terakhir,untuk mendapat kelas yang setingkat,mereka harus menunjukkan

perjuangan mereka dalam perang membela islam. Ketika itu,Muawiyyah bin Abu

Sufyan berjasa karena keterlibatannya dalam perang riddah untuk menumpas kaum

murtad. Pada masa pemerintahan usman bin Affan,Muawiyyah bin Abu Sufyan

diangkat menjadi gubernur di Suriah menggantikan saudaranya. Bani Umayyah juga

mendapatkan ketetapan bahwa mereka menjadi penguasa disana,sebagaimana orang

25

Page 26: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Quraisy mendapatkan kekuasaan di Mekah. Hal itu juga disebabkan karena Usman bin

Affan adalah salah seorang Bani Umayyah .

Masa pemerintahan Ali bin Abi Talib menjadi awal perpecahan umat islam. Hal

ini disebabkan oleh kematian Usman bin Affan yang terbunuh.

2.Masa Pemerintahan

Muawiyyah bin Abu Sufyan mengawali pemerintahan 90 tahun Bani Umayyah di

Damaskus. Dalam peristiwa amul jama’ah yang menjadi titik awal pemerintahan

Bani Umayyah,Muawiyyah bin Abu Sufyan membuat kesepakatan dengan Hasan

bin Ali. Isi kedepakatan itu, antara lain mengenai pergantian kekuasaan yang akan

diserahkan kepada musyawarah umat islam. Umat islam berhak menentukan siapa

yang akan menjadi khlifah,akan tetapi,muawiyyah bin Abu Sufyan melanggar

kesepakatan itu. Ia mewariskan kekuasaan secara turun-temurun kepada anggota

Bani Umayyah. Hal inilah yang menyebabkan munculnya perlawanan dari

masyarakat yang kecewa terhadapnya.

Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan,umat islam menyebrangi

sungai Oxus,menguasai daerah Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana dan

Samarkan. Umat islam juga memasuki India dan menguasai

Balukistan,Sind,Punjab,dan Multan.

Penyebaran islam dilanjutkan pada masa al-Walid nin Abdul Malik. Pada tahun

711 M,Tariq bin Ziyad menaklukan Aljazair dan Maroko. Ia bahkan menyebrang ke

Spanyol dan menguasai Kordoba,Sevilla,Elvira,dan Toledo. Sebuah gunung batu

tempat di mana Tariq bin Ziyad mendarat diabadikan dengan namanya,yaitu jabal

Tariq dan sekarang termahsyur dengan nama Gibraltar. Sejak saat itulah islam

mulai menyebar di Eropa serta mengembangkan berbagai macam ilmu

pengetahuan dari sana.

26

Page 27: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

3.Keruntuhan Bani Umayyah

Bani Umayyah mengalami keruntuhan oleh banyak hal,diantaranya adalah

terbaginya kekuasaan Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Kholifah Marwah

bin Muhammad berkuasa di wilayah semenajung Tanah Arab,dan Kholifah Yazid bin

Umar berkuasa di wilayah Wasit. Namun yang paling kuat diantara kedua wilayah

tersebut adalah yang berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para pendiri

kerajaan Daulah Bani Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk

menumbangkan Kholifah Marwan dengan cara apapun,termasuk menghabisi

nyawanya. Pembunuhan terhadap Marwan bin Muhammad dan Yazid bin Umar

momwnt inilah yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran daulah Bani Umayyah

yang sudah berkuasa selama 90 tahun.

B.BANI ABBASIYAH

1.Pembangunan Daulah Bani Abbasiyah

Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib,paman

Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin

Al-Abbas,atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani

Abbasiyah berdiri antara tahun 132-656/750-1258 M. Lima setengah abad lamanya

keluarga Abbasiyah menduduki singgasana khalifah islamiyah. Pusat

pemerintahannya di kota Baghdad.

Tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah adalah: Abul Abbas As-Saffah,Abu Ja’far Al-

Mansur,Ibrahim Al-Imam dan Abu Muslim Al-Khurasani. Bani Abbasiyah mempunyai

khalifah sebanyak 37 orang. Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai

Khalifah Al-Watsiq Billah agama islam mencapai masa keemasan ( 132-232 H/749-

879 M). Dan pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu’tashim,islam

mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol

Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H/1258 M.

27

Page 28: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

2.Perbedaan antara kekuasaan dinasti Abbasiyah dengan kekuasaan Dinasti bani Umayah,diantaranya adalah:

Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Orientid,artinya dalm segala hal para

pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni,begitu pula corak peradaban yang di

hasilakn pada dinasti ini.

Dinasti Abbasiyyah disamping bersifat arab murni,juga sedikit banyak telah

terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia,Romawi Timur,Mesir

dan sebagainya.

Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah,luas wilayah kekuasaan islam semakin

bertambah,meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah,antara lain

Hijaz,YamanUtara dan Selatan, Oman, Kuwait, Irak, Iran (Persia),

Yordania,Palestina, Lebanon, Mesir, Tunisia,Al-jazair, Maroko, Spanyol, Afganistan

dan Pakistan dan meluas sampai ke Turki, Cina dan juga India.

3.Bentuk-Bentuk peradaban islam pada masa Daulah abbasiyah

Adapun bentuk-bentuk peradaban islam pada masa daulah Bani Abbasiyah

adalah sebagai berikut:

a.Kota-Kota Pusat PeradabanDiantara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah adlah Baghdad dan

Samarra. Baghdad merupakan ibu kota Negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan

Kholifah Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya

kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan.

Sedangkan kota Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris,yang berjarak + 60

km dari kota Baghdad. Didalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh

seni bangunan islam di kota-kota lain.

b.Bidang Pemerintahan.

28

Page 29: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Dalam pembagian wilayah (provinsi),pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya

dengan Imaraat,gubernurnya bergelar Amir/Hakim. Imaraat saat itu ada 3 macam

yaitu: Imaraat Al-Istikhfa,Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaraat Al-Istilau. Kepada

wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas,sedangkan desa/al-Qura dengan

kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh. Dinasti Abbasiyah juga

telah membentuk angkatan perang yang kuat. Kholifah juga membentuk Baitul

Mal/Departemen keuangan untuk mengatur keuangan Negara khususnya.

Disampaing itu khalifah juga membentuk badan peradilan guna membantu khalifah

dalam urusan hokum.

c.Bangunan Tempat Pendidikan dan Peribadatan Diantara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adlah

madrasah. Madrasah yang terkenal saat itu adalah Madrasah Nizamiyah,yang

didirikan di Baghdad,Isfahan,Nisabur,Basrah,Tabaristan,Hara dan Musol oleh Nizam

al-Mulk seorang perdana mentri pada tahun 456-486 H. Selain madrasah terdapt

juga Kuttab,sebagai lembaga pendidikan dasar dan menegah,Majlis Muhadhoroh

sebahai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan,serta Darul Hikmah sebagai

perpustakaan.

Disamping itu juga terdapat masjid seperti masjid Cordova,Ibnu Toulun,Al-Azhar dan

lain sebagainya.

d.Bidang ilmu pengetahuanIlmu pengetahuan pada masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu

aqli. Ilmu naqli terdiri dari Ilmu Tafsir,Ilmu Hadits,Ilmu Fiqih,Ilmu Kalam,Ilmu

Tasawwuf dan Ilmu Bahasa. Adapun Ilmu Aqli seperti: Ilmu Kedokteran,Ilmu

perbintangan,Ilmu Kimia,Ilmu Pasti,Logika,Filsafat dan Geografi.

4.Kemunduran Daulah Bani AbasiyahKehancuran Dinasti Abbasiyah ini tidak terjadi dengan cara spontanitas,

melainkan melalui proses yang panjang yang diawali oleh berbagai pemberontakan

dari kelompok yang tidak senang terhadap kepemimpinan Kholifah Abbasiyah.

Disampin itu juga kelemahan kedudukan kekholifahan dinasti Abbasiyah di

29

Page 30: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Baghdad,disebabkan oleh luasnya wilayah kekuasaan yang kurang

terkendali,sehingga menimbulkan disintegrasi wilayah.

Diantara kelemahan yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah

sebagai berikut:

a. Mayoritas kholifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadinya

dan cenderung hidup mewah.

b. Luasnya wilayah kekuasaan Abbasiyah,sementara komunikasi pusat dengan daerah

sulit dilakukan

c. Ketergantungan kepada tentara bayaran

d. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki dan Persia,yang menimbulkan

kecemburuan bagi bangsa Arab murni.

e. Permusuhan antar kelompok suku dan agama.

f. Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.

Penyerbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Panglima Hulagu Khan yang

menghancurleburkan kota Baghdad.

30

Page 31: tukarpendapat.files.wordpress.com file · Web viewmakalah fiqh siyasah. pemikiran politik sunni, syiah, khawarij dan mu’tazilah. disusun oleh: noviza dartiwi (06 17 032) rahmaturrozikin

Daftar Pustaka

Sadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara: Ajaran, sejarah da pemikiran. Jakarta: UI

Press,1990

Haludhi, khuslan dan Sa’id, Abdurrohim, Integrasi Budi Pekerti Dalam Pendidikan

Agama Islam. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2004

Dalam memilih seorang kepala negara, rakyat harus mencari orang yang paling utama (Al-afdhal). Tapi jika tidak ada kesepakatan orang yang paling utama maka menurut hukum sah mengangkat seorang yang kurang utama. Hal ini untuk mencegah tidak terjadi kekacauan di kalangan rakyat.

Selain itu, Al – Mawardi berpendapat diantaranya :1. Tidak dibenarkan seorang kepada negara sendirian menunjukkan dan membaiat anak atau ayahnya sendiri menjadi putra mahkota, tanpa melalui musyawarah dengan anggota lembaga pemilih (ahl al – ihktiyar)2. Seorang kepala negara boleh menunjukkan seorang putra mahkota baik anaknya maupun ayahnya sendiri. Karena posisi waktu adalah sebagai amir al – ummat dan yang mengatur urusan mereka yang dipandang bukan karena hubungan keturunan tapi karena jabatannya.3. Kepada negara boleh sendirian menunjuk ayahnya menjadi putra mahkota, tapi tidak dibolehkan anaknya menjadi putra mahkota.Menurut Al – Mawardi, suatu negara dapat terbentuk jika memiliki unsur-unsur yang pokok dalam kajian politik negara, diantaranya rakyat, wilayah tertentu, dan adanya pemerintahan atau pemimpin.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2065445-fiqih-siyasah-pemikiran-politik-al/#ixzz1XyV6fTL6

31