ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewLupus eritematosus diskoid adalah suatu penyakit kulit...
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of ikma10fkmua.files.wordpress.com · Web viewLupus eritematosus diskoid adalah suatu penyakit kulit...
BAB I
LATAR BELAKANG
Penyakit Lupus merupakan salah satu jenis penyakit yang sejauh ini belum
begitu dikenal luas di Masyarakat Indonesia. Meski jumlah penyakit Lupus
diperkirakan terus meningkat di Indonesia, namun sejauh ini belum begitu banyak
campur tangan pemerintah untuk berpartisipasi dalam hal menyosialisasikan agar
dampak serta jumlah penderita bisa dikurangi. Padahal ketika dilihat lagi Tidak
sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang
penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi
setiap tahunnya sedangkan di Indonesia jumlahpenderita lupus terus meningkat.
Tahun ini angka penderita lupus mencapai 10.000 orang. Data dari Yayasan
Lupus Indonesia mencatat, di Indonesia terdapat 10.000 odapus (orang dengan
penyakit lupus). Di luar angka tersebut, masih banyak odapus yang tidak
terdeteksi. Artinya, jumlah odapus bisa jadi lebih banyak dari data tersebut.
Ketika dilihat dari keganasan penyakit ini setara dengan kanker, dan
parahnya lagi gejala yang timbul pada penyakit ini berbeda-beda sehingga
penyakit ini disebut juga “penyakit seribu wajah” Untuk itu dibutuhkan ketelitian
dari para dokter dalam mendiagnosis penyakit yang dialami orang dalam lupus ini
(odapus).
Seperti yang dijelaskan diatas kompleksitas dari penyakit lupus sudah
tidak diragukan lagi, dari mulai keganasannya, diagnosanya, pertumbuhan
penderita tiap tahunnya serta kesadaran masyarakat yang masih sangat rendah
mengenai penyakit ini, maka dari itulah mutlak diperlukan sebuah promosi
kesehatan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat yaitu mahasiswa
sebagai agent of change terutama mahasiswa yang lebih rentan terkena penyakit
ini dikarenakan usianya yang produktif.
Tentunya dalam menyusun suatu program promosi kesehatan tidak bisa
dilakukan begitu saja tanpa adanya sebuah analisa dan metode yang tepat demi
1
mencapai kesuksesan sebuah promosi kesehatan, alasan itulah yang mendorong
kami untuk mengangkat sebuah kegiatan promosi kesehatan yang di beri nama
“P-process sebagai Strategi Promosi Kesehatan untuk Untuk Upaya Edukasi
Mengenai Penyakit Lupus Mahasiswa Unair ”. Penerapan sistem P-process ini
demi tujuan spesifik yang dalam kasus ini adajlah mengatasi minimnyaesadaran
masyarakat terutama mahasiswa sebagai agent of change sekaligus usia beresiko
tinggi terkena penyakit lupus.
2
BAB II
ISI
2.1 Definisi Lupus
Lupus eritematosus sistemik atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
adalah penyakit radang multisistem yang sebab pastinya belum diketahui, dengan
perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan
eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
Sehingga antibodi tidak berfungsi menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada
di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh
sendiri. SLE ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang
menghasilkan beragam manifestasi klinis.
2.1.1 Analisis Host
Penyakit ini dominan diderita oleh wanita usia produktif
sampai usia 50 tahun. Namun, ada juga pria yang mengalaminya.
Ahli menduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
2.1.2 Keadaan Fisiologis
Penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit,
berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak
merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah
berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak
dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang
kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang
ada di dalam tubuh.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi lupus di berbagai negara sangat bervariasi. Prevalensi pada
berbagai populasi yang berbeda-beda. Dari berbagai sumber diadapatkan data
antara lain :
3
a. Prevalensi penyakit lupus adalah 0,06 % dari populasi umum .
( Kirsch,et all)
b. Di Amerika Serikat, insiden penyakit lupus adalah 14.6 – 50.8
kasus/100.000 orang sedangkan prevalensinya 24- 100/100.000 orang.
The Lupus Foundation of America ( LFA ) memperkirakan sekitar 1,5
juta penduduk Amerika Serikat menderita penyakit lupus dengan
berbagai tipe terutama wanita. Orang Amerika keturunan Afrika,
Hispanik, orang Amerika asli dan orang Asia memiliki resiko besar
untuk menderita penyakit lupus.
c. Prevalensi penyakit lupus di Swedia adalah 36/100.000 orang
d. Di Inggris prevalensinya hampir sama dengan orang Asia 40/100.000
e. Di negara Eropa prevalensi lupus 20/100.000 orang
f. Penyakit lupus lebih sering menyerang pada usia 15 – 40 tahun tetapi
semua umur bisa saja terkena, penyakit lupus lebih sering menyerang
pada wanita daripada pria ( 9 : 1 ) sedangkan pada anak-anak
meningkat 10 : 1.
g. Pada wanita Eropa umur 15 -24 tahun prevalensinya 1/700 orang
wanita
h. Pada wanita Amerika-Afrika umur 15 – 24 tahun prevalensinya 1/245
orang wanita
i. Yang menarik perhatian adalah penyakit lupus jarang ditemukan di
Afrika. Ada 2 kemungkinan penyebabanya yaitu :
- Faktor resiko lingkungan lebih banyak di Amerika Serikat dan
Eropa dibandingkan di Afrika
- Campuran dari gen keturunan Afrika dengan orang Eropa
menghasilkan gen-gen yang meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit lupus ini.
j. Terdapat juga tendensi familial. Faktor ekonomi dan geografi tidak
mempengaruhi distribusi penyakit.
4
2.3 Analisis
2.3.1 Analisis Lingkungan
Sulit untuk membuktikan faktor lingkungan yang terlibat dalam lupus
beberapa faktor yang sudah dikenal adalah :
a. Obat-obatan
Obat jantung ; procainamide dan hydralazine dapat memicu penyakit
yang mirip dengan SLE. Walaupun banyak orang yang memakai obat
ini tetapi tidak menderita penyakit SLE, keadaan ini belum dapat
dijelaskan. Obat- obatan lainnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Penyakit penyakit SLE yang dipicu oleh obat biasanya akan sembuh
jika obat dihentikan tetapi kadang-kadang perlu beberapa tahun untuk
sembuh sempurna.
b. Radiasi ultraviolet
Cahaya matahari dapat memperburuk masalah kulit yang terjadi pada
SLE
c. Hormon sex
Wanita lebih banyak menderita SLE daripada pria. Pada pria yang
mempunyai kadar hormon sex wanita dalam tubuhnya (seperti pada
sindrom klinefelter) dapat menderita penyakit SLE dibandingkan pria
yang tidak menderita ini. Rasio wanita yang menderita SLE pada usia
menarche dibandingkan usia menopause adalah 3:1.
d. Faktor diet
Alfalfa sprouts dan sprouting foods yang banyak mengandung L-
canavantine, Pristane atau bahan yang sama serta diet tinggi lemak
jenuh..
e. Faktor infeksi
DNA bakteri, human retrovirus, endotoksin dan lipopolisakarida
bakteri
2.3.2 Analisis Situasi
Penyakit lupus belum begitu dikenal luas di masyarakat Indonesia dan
sampai saat ini belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah meskipun
5
diperkirakan jumlah penderita lupus ( odapus ) terus bertambah. Penyakit ini
dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000
penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali
daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun.
Keadaan tingginya angka penderita lupus sering kali diabaikan oleh
Pemerintah. Padahal, meningkatnya penyakit lupus ini sebagian besar
diakibatkan karena pemerintah kurang memberi informasi memadai tentang
penyakit lupus sehingga masyarakat semakin banyak yang terkena penyakit
lupus. Pemerintah lebih cenderung memberi informasi tentang penyakit-
penyakit yang umum dan telah diketahui oleh masyarakat. Seperti :
HIV/AIDS dll.
Letak strategis Negara Indonesia yang berada pada garis khatulistiwa
sehingga memiliki iklim tropis memungkinkan seseorang terpapar matahari
lebih lama daripada seseorang yang berada di negara subtropis. Sedangkan
cahaya matahari bisa membuat keadaan seseorang yang terkena penyakit
lupus bertambah buruk.
2.3.3 Analisis Audiens
Setelah ditetapkan bahwa sasaran objek kegiatan adalah mahasiswa
Universitas Airlangga . Selanjutnya di utamakan mahasiswi Universitas
Airlangga. Mahasiswi di Unair memiliki kebiasaan dan pengetahuan yang
berbeda tentang penyakit Lupus. Namun pada umumnya mahasiswi masih
awam dengan penyakit lupus . Padahal menurut referensi yang ada wanita
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki. Untuk
melakukan komunikasi kesehatan pada mahasiswi Universitas Airlangga
yang memiliki jadwal kegiatan padat tentunya memerlukan cara dan bentuk
penyuluhan kesehatan yang berbentuk fun education agar menjadi penarik
minat mahasiswi mengikuti penyuluhan yang dilakukan. Dengan
mempertimbangkan kondisi sosial mahasiswi yang beragam maka kami
menggunakan film tentang penyakit lupus untuk melakukan penyuluhan
kepada mahasiswi Universitas Airlangga.
6
2.3.4 Analisis Kebijakan dan Program
Kebijakan dari pemerintah yang menjadi dasar penanggulangan penyakit
lupus belum ada sehingga program-program penanggulangan penyakit lupus
pun juga sangat jarang ditemui di berbagai daerah. Hal ini bisa dikarenakan
penyakit lupus itu sendiri sangat sulit untuk dikenali, bahkan dokterpun bisa
melakukan kesalahan dalam mendiagnosa penyakit ini sebagai penyakit lain.
Selain itu, program-program yang ada baik itu pencegahan maupun
pengobatan dirasa belum mampu untuk menanggulangi penyakit ini karena
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat secara luas. Walaupun pemerintah
terlihat tidak peduli terhadap penderita lupus, namun ada sebuah yayasan
yang memperhatikan penderita lupus yakni Yayasan Lupus Indonesia
2.4 Desain Strategi
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan
itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungan
dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan tehnologi
baru (Notoadmojo, 2003).
Hal tersebut di atas merupakan salah satu tujuan strategi komunikasi pada
analisis P-PROCESS. Program yang ditampilkan nantinya diharapkan dapat
menambah pengetahuan masyarakat terutama mahasiswa UNAIR sebagai target
utama agar mahasiswa memahami tentang penyakit lupus, apa saja penyebabnya,
tanda-tanda, dampak dan bagaimana mencegah penyakit lupus.
Sebagai hasil akhir diharapkan ada hasil outcome yang salah satunya
adalah terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit lupus
pada sasaran atau pihak terkait dalam memberikan problem solving kasus
rendahnya pengetahuan terhadap penyakit lupus sehingga masyarakat khususnya
mahasiswa Unair mengetahui cara mencegah penyakit lupus ini dengan cara
pencegahan sekunder.
Beberapa tujuan umumnya terangkum dalam metode SMART, dapat
diperinci sebagai berikut :
7
Tujuan komunikasi adalah SMART (Spesific, Measureable, Appropriate,
Realistic, Time bond), dimana program ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan mahasiswa khusunya wanita yang akan di laksanakan bulan Mei
2012 dengan cara melihat perbandingan hasil antara pre – test dan post - test ini
akan memiliki nilai lebih ketika peminat yang hadir sebanyak 80% dari sasaran
yang diharapkan yaitu 500 wanita usia produktif di UNAIR.
2.4.1 Media (Channel)
Sesuai dengan data yang telah diolah di poin analisis, maka media yang
direkomendasikan yaitu dengan melakukan promosi kesehatan dengan
menambah edukasi yang bersifat promotif dsan preventif. Multimedia yang
disarankan juga berupa film pendek mengenai penyakit lupus dan bagaimana
pencegahan sekundernya, selain itu media yang dibutuhkan berupa booklet
atau buku saku yang akan dibagikan kepada para mahasiswa yang mengikuti
program promosi kesehatan agar dapat mereka baca terus menerus, selain itu
juga diperlukan banner untuk mempromosikan acara ini agar diketahui
mahasiswa.
a. Media Utama
Film pendek
Notebook
Banner
b. Media Pendukung : Stiker, Gelang
c. Media Sederhana : Slide Ms. Power Point
2.4.2 Susunan Rencana Implementasi
Kegiatan Januari 2010
Minggu ke-
Februari
Minggu ke-
PJ
1st 2nd 3rd 4th 1st 2nd 3rd
8
Analisis
Masyarakat
(pendekatan dan
penjajagan) dan
penyusunan
Desain Strategi
Lina dkk
Pengembangan
dan Uji Coba
Arif dkk
Implementasi
dan Monitoring
Anna dkk
Evaluasi dan
Rencana Ulang
Hafidz
dkk
Tindak Lanjut
Replanning
Gama
dkk
2.4.3 Susunan Rencana Anggaran
PEMASUKAN
Iuran panitia 18 orang @Rp 25.000,00 Rp 450.000,00
Sponsorship Rp 646.000,00
TOTAL Rp1.096.000,00
PENGELUARAN
Perlengkapan Booklet 40 @ Rp 5000,00
Banner 2 @ Rp 55.000,00
Stiker 40 @ Rp 500,00
Rp 200.000,00
Rp 110.000,00
Rp 20.000,00
Publikasi dan
Dokumentasi
Brosur 100 lembar @ Rp 200,00
Cetak foto 20 @ Rp 1.500,00
Rp 20.000,00
Rp 30.000,00
Pembuatan film Rp 350.000,00
9
Konsumsi 1 dus air minum @ Rp 16.000,00
Kue 40 @ Rp 2.500,00
Rp 16.000,00
Rp 100.000,00
Sewa gedung Rp 250.000,00
TOTAL Rp 1.096.000,00
2.4.4 Rencana Evaluasi dan Monitoring
Kegiatan evaluasi-monitoring sangat diperlukan terutama dalam upaya
pencapaian tujuan kegiatan. Sumber data yang digunakan nantinya adalah
hasil dari tahap pengembangan dan uji coba serta implementasi baik dari
kegiatannya maupun media yang digunakan. Adapun beberapa indikator dan
efek yang diharapkan, yaitu :
o Indikator
Lebih dari 80 % dari seluruh jumlah mahasiswa UNAIR (dengan
batasan 40 kursi) berpartisipasi dalam kegiatan pemutaran film dan
bagi-bagi buklet.
Sebanyak 50 % dari seluruh mahasiswa UNAIR (dengan batasan 40
kursi) mampu mendeskripsikan film yang telah
diputarkan/menjawab pertanyaan post test untuk mengukur tingkat
pengetahuan sasaran tentang penyakit lupus.
Sebanyak 30% dari seluruh mahasiswa UNAIR (dengan batasan 40
kursi) aktif bertanya terhadap narasumber.
Adanya peran dan andil LSM atau organisasi kesehatan lainnya
yang turut mensponsori/berpartisipasi dalam kegiatan ini.
o Efek
Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan mahasiswa mengenai
bahaya penyakit lupus.
Bagi mahasiswa wanita usia produktif diharapkan dapat mulai
meluangkan waktunya untuk berperilaku hidup sehat demi menjaga
kelangsungan hidupnya dan terhindar dari bahaya penyakit Lupus.
Terjadi suatu perubahan perilaku dan paradigma menjadi lebih baik.
10
Evaluasi ini terbagi menjadi evaluasi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk jangka pendek untuk memberikan informasi tentang bahaya penyakit
lupus. Jangka panjang agar nantinya mahasiswa Unair dapat melakukan gaya
hidup sehat.
2.5 Pengembangan dan Uji Coba
Perencanaan selalu dihadapkan pada persoalan yang sangat rumit dan
Wilson (1974) telah membagi proses perencanaan menjadi tiga kegiatan, yaitu
penyusunan kebijaksanaan, rencana (desain) dan analisis. Perencanaan adalah
suatu proses yang berkesinambungan, berkelanjutan, sejak dari tahap survey
hingga tahap pengamatan. Perencanaan fisik merupakan bagian atau alat orga-
nisasi masyarakat dan pengawasan/ kontrol penggunaan sumberdaya lahan. Pada
kenyataannya proses perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai
karena memerlukan peninjauan ulang/ pengkajian guna memberikan umpan balik
(feed back) dalam evaluasi. Dalam proses penentuan alternatif, pemilihan alter-
natif dan evaluasi diperlukan analisis yang seksama. Demikian juga yang terjadi
pada tahap pengembangan dan uji coba yang senantiasa berusaha melakukan
pengembangan terhadap konsep dan media materi serta senantiasa melakukan uji
coba dengan atau tanpa revisi nantinya, yang sangat berpengaruh terhadap
monitoring dan evaluasi.
2.5.1 Pengembangan Konsep Pesan
o Pengertian
Arti kata lupus dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah
ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit
ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar
hidung dan pipi. Menurut Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM
yang merupakan seorang pemerhati lupus menyatakan bahwa “Lupus
adalah suatu penyakit auto imun di mana sistem kekebalan tubuh
(antibodi) penderita lupus yang seharusnya melindungi tubuh, malah
merusak sistem tubuh sendiri,”.
Sistem kekebalan tubuh memiliki peran yang sangat penting dalam
tubuh, karena berfungsi sebagai perlindungan untuk tubuh manusia
11
dari serangan antigen. Namun, apabila sistem kekebalan tubuh
bereaksi berlebihan maka akan mengakibatkan timbulnya penyakit
lupus.
o Macam-macam
Lupus Eritematosus Sistemik
Lupus eritematosus sistemik (lupus eritematosus
disseminata) adalah penyakit auto imun menahun yang
menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ
tubuh, termasuk kulit, persendian, dan organ dalam.
SLE biasanya lebih parah dibandingkan dengan diskoid.
Tipe lupus ini dapat menyebabkan inflamasi pada beberapa
macam organ. Organ yang terkena tidak terbatas pada gangguan
kulit dan sendi, tetapi juga pada organ yang lain seperti sendi,
paru-paru, ginjal, darah ataupun organ atau jaringan lain yang
terkena. SLE pada sebagian orang dapat memasuki masa dimana
gejalanya tidak aktif (remisi) dan pada saat yang lain penyakit
ini dapat menjadi aktif (flare).
Lupus Eritematosus Diskoid
Lupus eritematosus diskoid adalah suatu penyakit kulit
menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembentukan
jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kepala, dan
kadang pada bagian tubuh lainnya.
Lesi (kelainan) kulit ini tampak sebagai bercak kemerahan
yang bersisik dan berkeropeng, yang jika membaik akan
meninggalkan jaringan parut berwarna putih. Bagian tengahnya
berwarna lebih terang dan bagian pinggirnya berwarna lebih
gelap dari kulit yang normal.
Jika lesi timbul di daerah yang berambut (misalnya dagu atau
kulit kepala), maka bisa terjadi pembentukan jaringan parut
yang permanen dan kerontokan rambut.
12
Lupus Obat
Lupus obat umumnya berkaitan dengan pemakaian obat
hydralazine (obat hipertensi) dan procarnamide (untuk
mengobati detak jantung yang tidak teratur). Hanya saja, Cuma
4% dari orang yang mengkonsumsi obat-obat itu yang bakal
membentuk antibodi penyebab lupus. Dari 4% itu pun sedikit
sekali yang kemudian menderita lupus.
(http://[email protected])
o Sasaran
Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5
orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan.
Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40
tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih.
Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena
adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi,
pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian
pil KB, dan stres. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia
produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang
mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini
berhubungan dengan hormon estrogen.
o Gejala
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus
Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan.
sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh.
Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum
dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta
timbulnya gangguan pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan
yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama
13
didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi
(nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di
kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash).
Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit
seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat
banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah
terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap
Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang
dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
o Pencegahan dan Pengobatan
Bentuk pengobatan tersebut adalah dengan
mengkonsumsi obat anti radang non steroid, krtikosteroid,
NSAID dan solisilat obat anti malaria, obat imunosupresif,
azatioprin (obat pendamping kortikosteroid) dan obat penekan
kekebalan tubuh.
Sedangkan untuk pencegahannya, odapus harus
melakukan monitoring yang teratur, penghematan energi, foto
proteksi, mengatasi infeksi, dan merencanakan kehamilan.
Menghimbau peran pemerintah untuk lebih gencar lagi
menginformasikan sendiri juga menghimbau bagi odapus untuk
menerapkan pola hidup sehat seperti olahraga, makan dan
istirahat teratur, mengelola stres, serta menghindari rokok dan
sinar matahari, sehingga dengan tips seperti itu, para odapus bisa
hidup normal dan produktif.
2.5.2 Kerjasama Profesi
Untuk memeproleh konsep pesan yang dapat diterima oleh sasaran
promosi kesehatan yaitu mahasiswa Universitas Airlangga memerlukan
kerjasama professional dengan badan- badan terkait, kerjasama dengan Dinas
14
Kesehatan Kota Surabaya terkait dengan program promosi kesehatan di
wilayah kota Surabaya. Kerjasama dengan hubungan msyarakat Universitas
Airlangga untuk menggerakkan warga Universitas Airlangga untuk ikut
berpartisipasi dalam pemutaran film pendek di perpustakaan kampus
B.AHCC Universitas Airlangga sebagai Pusat Layanan Kesehatan yang
diperuntukkan bagi warga Universitas Airlangga, dan juga tidak lupa
bekerjasama dengan UKM Sinematografi Universitas Airlannga dalam
membantu pembuatan film pendek yang menarik yang mengikuti
perkembanagan dunia perfilman saat ini sebagai media promosi yang dinilai
tepat guna apabila sasarannya adalah mahasiswa.
2.5.3 Uji Coba
Agar media penyuluhan yang dipergunakan berbobot dan, berkualitas,
maka media program yang dipergunakan harus di uji coba dulu tingkat
keberhasilannya. Disini sasaran masyarakat yang akan dituju ada dua macam
yakni mahasiswa UNAIR dan Mahasiswa FKM UNAIR. Namun untuk uji
coba program kami, kelompok kami memilih Mahasiswa FKM UNAIR
sebagai sampel dari Mahasiswa UNAIR untuk nantinya dinilai oleh
mahasiswa FKM UNAIR, Jurusan IKM A 2009 apakah program kami
berhasil dan bisa dipahami oleh mahasiswa FKM UNAIR, Jurusan S-1 IKM
A 2009. Dan pada hari H maka program kami akan siap ditampilkan
Disini kami akan menampilkan film pendek yang merupakan program
yang kita buat untuk menyampaikan mengenai penyakit Lupus. Adapun
sasaran utama yang kami duga sangat penting agar program kami berhasil
yakni mahasiswa FKM UNAIR yang berjenis kelamin perempuan.
2.5.4 Tahap Revisi
Setelah dilakukan tes awal dan tes ulang maka perlu dilakukan revisi untuk
memperbaiki hal-hal yang kurang efektif dan tidak sesuai dalam konsep
pesan yang telah dibuat. Tahap revisi sangat perlu diperhatikan agar tahap uji
coba ulang dapat efektif dan efisien.
15
2.6 Implementasi dan Monitoring
2.6.1 Produksi
Setelah melalui tahap revisi maka media sudah dapat disusun berdasarkan
prioritas dan kebutuhan sehingga dapat segera diproduksi pada tahap
selanjutnya yang tidak lain dipergunakan untuk meningkatan pengetahuan
dan pemahaman mengenai penyakit lupus pada sasaran atau pihak terkait
dalam memberikan problem solving kasus rendahnya pengetahuan terhadap
penyakit lupus sehingga masyarakat khususnya mahasiswa Unair mengetahui
cara mencegah penyakit lupus ini dengan cara pencegahan sekunder.
Dalam menyusun dan memproduksi media komunikasi kesehatan harus
disesuaikan dengan kondisi. Misalnya produksi Notebook, Gelang dan stiker
disesuaikan dengan jumlah mahasiswa terutama 40 peserta yang menjadi
sasaran utama penyuluhan. Sementara untuk pembuatan film, dilakukan satu
kali produksi.
Media tersebut sebaiknya dibuat dengan bahasa Indonesia yang lugas dan
dibubuhi bahasa gaul seperlunya dalam upaya menimbulkan ketertarikan dan
toleransi terhadap mahasiswa setempat. Penyajian penjelasan mengenai
mengenai penyakit lupus, apa saja penyebabnya, tanda-tanda, dampak dan
bagaimana mencegah penyakit lupus dilakukan secara berkesinambungan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti
maksud/ isi pesan tersebut. Pencantuman berbagai gambar berupa foto-foto
tentang lupus akan dapat memberikan gambaran jelas mengenai isi pesan.
2.6.2 Manajemen dan Monitoring
Dalam P-Proses kali ini, langkah manajemen pelaksanaan dan pemantauan
hasil yang ingin dicapai yaitu :
Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan mahasiswa (terutama yang
sering terpapar oleh stress akibat pekerjaannya) agar dapat waspada dan
melakukan pola hidup sehat yang merupakan kegiatan preventif terhadap
penyakit lupus.
16
Bagi wanita usia produktif diharapkan agar sadar akan beberapa faktor
lingkungan yang dapat memicu timbulnya penyakit lupus serta mampu
untuk melakukan kegiatan preventif terhadap dirinya sendiri.
Adanya dukungan dari pemerintah dan petugas kesehatan sebagai wujud
dukungan atas kegiatan promosi kesehatan tentang penyakit lupus.
Pemerintah memberikan lebih banyak dana bagi riset medis dan jasa
pelayanan kesehatan untuk membantu odapus dan keluarga yang terkena
dampak lupus, baik dalam bentuk pengobatan maupun pencegahan.
Dalam hal ini, indikator keberhasilan yang kami pergunakan adalah
meningkatnya pengetahuan mahasiswa yang merupakan bagian dari wanita
usia produktif tentang penyakit lupus, yang dapat kami ketahui dari hasil post
test yang kami berikan setelah pemutaran film. Jadi kami dapat mengetahui
apakah program promosi kesehatan tentang penyakit lupus yang kami berikan
dapat diterima dan dimengerti oleh kelompok sasaran atau tidak.
Pada tahap ini, pengelolaan program harus mampu mengelola rencana
yang telah dibuat dengan melibatkan berbagai sumber daya yang ada pada di
organisasi terutama sumber daya manusia. Hal ini penting bagi pengelola
program untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Pengelola program juga harus sudah dalam mengkoordinasikan
rencana yang telah dibuat dengan stakeholder yang terkait dengan penyuluhan
yang akan dilaksanakan terutama dengan pihak-pihak yang akan diajak kerja
sama dalam mensukseskan kegiatan. Dengan pengelolaan program yang baik
diharapan kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tepat sasaran.
2.6.3 Pelatihan dan Pengembangan Kemampuan
Menurut kelompok kami, kami memerlukan pelatihan bagi tenaga yang
melakukan penyuluhan ini. Akan tetapi, pelatihan yang kami maksud adalah
pelatihanyang bentuknya seperti kuliah khusus mengenai pengetahuan seputar
penyakit lupus. Berkenaan dengan kuliah khusus tersebut, kami akan
mengajukan permohonan bimbingan kuliah kepada dosen yang berkompeten
mengenai penyakit lupus tersebut.Selain itu, kami akan lebih memperkuat
17
internal tim kami agar sama-sama memiliki visi dan persepsi yang sama
mengenai program penyuluhan tentang penyakit lupus yang akan kami
laksanakan.
2.6.4 Pencapaian Partisipasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu program atau
suatu kegiatan adalah partisipasi sasaran dalam menerima dan memberikan
respon dari suatu program atau suatu kegiatan tersebut. Oleh karena itu perlu
adanya upaya untuk meningkatkan partisipasi sasaran dalam menerima dan
memberikan respon terhadap program yang diselenggarakan oleh panitia.
Upaya tersebut antara lain:
Membuat media lebih menarik
Media yang akan digunakan dalam menjalankan program pemutaran
film pendek mengenai penyakit lupus, hendaknya dibuat semenarik
mungkin bagi sasaran program agar sasaran tidak merasa bosan dan
pada akhirnya diharapkan dapat memberikan respon positif terhadap
program yang dilaksanakan oleh panitia. Media dibuat berdasarkan
kondisi sosial dari sasaran. Sebagai contohnya, media yang dibuat
untuk sasaran remaja tentu akan berbeda dengan media yang dibuat
untuk sasaran ibu-ibu.
Kerjasama antara panitia
Kerjasama yang baik antara panitia merupakan salah satu penunjang
keberhasilan dalam suatu program kegiatan. Panitia yang satu dengan
yang lain memang memiliki tugas yang berbeda. Tetapi, pada dasarnya
keragaman dari tugas panitia tersebut akan menjadi suatu sistem yang
akan menentukan kelancaran dan keberhasilan dari suatu program.
Diantara satu panitia dengan panitia yang lain pasti terjadi suatu
kerjasama. Contohnya, antara sie acara dengan sie perlengkapan. Sie
perlengkapan bertugas menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan
untuk merealisasikan acara yang telah disusun oleh sie acara baik secara
konsep maupun teknis pelaksanaan. Jika kerjasama antara panitia dapat
terjalin dengan baik, maka kegiatan akan berjalan dengan baik. Jika
18
kegiatan dapat berjalan dengan baik dan menarik, diharapkan sasaran
kegiatan dapat lebih berpartisipasi dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh panitia.
2.7 Evaluasi and Replacing
2.7.1 Evaluasi Dampak
Evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian tujuan dengan beberapa
analisa efek semua aktifitas dan media beserta program pengembangan yang
lainnya sehingga bukan hanya menjadi bahan evaluasi tetapi juga menjadi
bahan masukan untuk perbaikan terhadap kegiatan ke depannya.
o Indikator
Lebih dari 80 % dari seluruh jumlah mahasiswa UNAIR (dengan
batasan 40 kursi) berpartisipasi dalam kegiatan pemutaran film dan
bagi-bagi buklet.
Sebanyak 50 % dari seluruh mahasiswa UNAIR (dengan batasan 40
kursi) mampu mendeskripsikan film yang telah
diputarkan/menjawab pertanyaan post test untuk mengukur tingkat
pengetahuan sasaran tentang penyakit lupus.
Sebanyak 30% dari seluruh mahasiswa UNAIR (dengan batasan 40
kursi) aktif bertanya terhadap narasumber.
Adanya peran dan andil LSM atau organisasi kesehatan lainnya
yang turut mensponsori/berpartisipasi dalam kegiatan ini.
o Efek
Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan mahasiswa mengenai
pentingnya pencegahan terhadap penyakit lupus.
Bagi mahasiswa wanita usia produktif diharapkan dapat mulai
meluangkan waktunya untuk berpartisipasi terhadap upaya preventif
demi menjaga kelangsungan hidupnya.
Terjadi suatu perubahan perilaku dan paradigma menjadi lebih baik.
o Dampak
Dapat terlihat ketika kegiatan sudah dilakukan dan diharapkan
tidak mengganggu jalannya proses informasi dalam komunikasi
19
kesehatan tersebut sehingga upaya meminimalisir hal itu diwujudkan
melalui pengoptimalan rencana program kesehatan yang sudah
disusun.
Evaluasi ini terbagi menjadi evaluasi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk jangka pendek diharapkan kegiatan promosi kesehatan dalam hal ini
mengenai pentingnya pencegahan penyakit lupus dapat berjalan lancar dan
juga mendapatkan partisipasi aktif dari mahasiswa. Jangka panjang dianalisis
melalui perubahan perilaku yang dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari
mahasiswa Universitas Airlangga.
2.7.2 Replacing
Dalam replacing, revisi dan re-design program bisa jadi terjadi terutama
dalam mengatasi kelemahan kegiatan penyuluhan, proses, materi, dan strategi
yang telah dilakukan serta aktivitas yang bisa tetap menjadi hal pendukung
atau malah menjadi faktor penghambat perubahan perilaku. Diharapkan
kegiatan positif ini dapat terus bertahap dan berkelanjutan, setidaknya
menjadi masukan bagi kegiatan-kegiatan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
Penyakit lupus belum dikenal secara luas baik di dunia maupun di negara
kita, padahal ketika ditelisik keganasan penyakit ini setara dengan kanker, dan
jumlah penderitanya peningkat pesat tiap tahunnya dan yang sangat diperparah
dengan diagnosa penyakit ini yang sangat sulit.
Untuk itulah kami tergerak untuk membuat sebuah promosi kesehatan
yang efektif mengggunakan model P-process agar masyarakat yang dalam
promosi kesehatan ini kami khususkan mahasiswi universitas Airlangga tentang
apa itu penyakit lupus dan mengerti bahaya penyakit ini.
20
Dengan proposal ini dibuat besar harapan kami agar promosi kesehatan berdasar
p-process yang rencana akan kami buat berdampak besar dan sukses membuat
segelintir orang di bumi ini sadar akan pentingnya pecegahan tentang penyakit
lupus.
Pastinya dalam membuat perencanaan ini ada banyak sekali kesalahan, untuk itu
kami sangat menghargai apabila ada saran maupun kritik membangun demi
kesuksesan promosi kesehatan ini. Akan kami buka selebar mungkin dengan
tangan terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Warlow.RS. Extractable Nuclear Antigen ( ENA ) Autoantibodies in SLE An Immunogenetic Relationship with HLA, C4 and Bf Alleles. www.medicinenet.com
Reachers Find Gene Connected to Lupus. www.PubMed.com
Behrens, Timothy. Mapping and Cloning of an SLE Suspectibility Gene on Human Chromosome 1. www.niams.nih.gov
Garnier S,Diedue P. IRF5 rs2004640-T allele, The New genetic Factor for SLE is not Associated with Rheumatoid Arthritis. www.ard.bmj.com
Rinke J,Steitz Joan A. Association of Lupus Antigen La with a Subset of U6 sn RNA molecules. The American Society of Human Genetics.
Yale University. USA 2006.www.nar.oxfordjournals.org
21
Kirsch. Min Ae Lee,Gong Maolian. Familial Childbain Lupus. A Monogenic Form of Cutaneous Lupus Erythematosus, Maps to Chromosome
3p. Technische Univesitat Dresden. Germany.2006. www.ncbi.nlm.nih.gov Study Identifies Genetic Risk Factor for Rheumatoid Arthritis and Lupus. www.niams.nih.gov
http://www.scribd.com/doc/20356053/Sistemik-Lupus-Eritematosus
http://www.medicastore.com
22