library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewHarga pokok...
Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewHarga pokok...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Sistem Informasi
2.1.1 Kriteria Umum Sistem Informasi
Menurut Haryadi (2009, p29) informasi dalam suatu lingkungan sistem informasi
harus memiliki persayaratan umum sebagai berikut:
1. Harus diketahui oleh penerima sebagai referensi yang tepat.
2. Harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam proses pembuatan atau pengambilan
keputusan.
3. Harus memiliki nilai surprise, yaitu hal yang sudah diketahui hendaknya jangan
diinformasikan kembali.
4. Harus dapat menuntun pemakai untuk membuat keputusan. Namun harus diingat,
suatu keputusan tidak selalu menuntut adanya tindakan.
5. Sistem informasi harus memiliki beberapa sifat berikut;
a. Pemrosesan informasi yang efektif. Hal ini berhubungan dengan pengujian
terhadap data yang masuk, pemakaian perangkat keras, dan perangkat lunak yang
sesuai.
b. Manajemen informasi yang efektif. Artinya, operasi manajemen, keamanan dan
keutuhan data yang ada harus diperhatikan.
c. Keluwesan. Sistem informasi hendaknya cukup luwes untuk menangani suatu
macam operasi.
10
d. Kepuasan pemakai. Hal yang paling penting adalah pemakai mengetahui dan
puas terhadap sistem informasi yang digunakan.
2.1.2 Komponen Dasar Sistem Informasi
Menurut Haryadi (2009, p29), sistem informasi memiliki enam buah komponen
atau disebut juga dengan blok bangunan (building block) sebagai berikut:
1. Komponen input atau masukan
Merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi.
2. Komponen modal
Merupakan kombinasi prosedur, logika, dan model matematika yang akan
memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang
sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Komponen output atau keluaran
Merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua
tingkatan manajemen dan semua pemakai sistem.
4. Komponen teknologi
Merupakan kotak alat (tool box) dalam sistem informasi yang digunakan untuk
menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan keluaran, serta membantu pengendalian dari sistem
secara menyeluruh.
11
5. Komponen basis data
Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lain, tersimpan
di perangkat keras komputer, dan digunakan perangkat lunak untuk
memanipulasinya.
6. Komponen kontrol atau pengendalian
Beberapa pengendalian yang dirancang secara khusus untuk menanggulangi
gangguan-gangguan terhadap sistem.
2.1.3 Peran Dasar Sistem Informasi dalam Bisnis
Menurut O’ Brien (2006, p10), sistem informasi memiliki tiga peran penting
dalam bisnis, yaitu sebagai berikut:
1. Mendukung proses dan operasi bisnis. Sistem informasi berbasis komputer dapat
membantu dalam mencatat pembelian pelanggan, menelusuri persediaan,
mengevaluasi tren penjualan, dan lain-lainnya.
2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya. Sistem informasi
dapat membantu para manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik, seperti
keputusan mengenai lini barang dagangan apa yang perlu ditambah atau dihentikan,
atau mengenai jenis investasi apa yang mereka butuhkan.
3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif. Mendapatkan kelebihan
strategis atas para pesaing membutuhkan penggunaan yang inovatif atas teknologi
informasi.
12
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2008, p7), ada 5 tujuan dan kegunaan sistem
informasi akuntansi, yaitu sebagai berikut:
1. Menghasilkan laporan eksternal
Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-
laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi dari para investor, kreditor,
dinas pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lainnya. Laporan-laporan ini
mencakup laporan keuangan, SPT pajak, dan laporan yang diperlukan oleh pihak-
pihak terkait.
2. Mendukung aktivitas rutin
Para manajer memerlukan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas
operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan itu. Sistem komputer mahir
menangani transaksi berulang, dan banyak paket peranti lunak akuntansi yang
mendukung fungsi-fungsi yang rutin ini.
3. Mendukung pengambilan keputusan
Informasi juga diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tidak
rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi. Contohnya antara lain adalah
mengetahui produk-produk yang penjualannya bagus untuk dijadikan sebagai
informasi dalam merencanakan produk baru.
4. Perencanaan dan pengendalian
Suatu sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh sistem
13
informasi, dan laporan dirancang untuk membandingkan angka anggaran jumlah
aktual. Menggunakan pemindai untuk mencatat barang yang dibeli dan dijual
mengakibatkan terkumpulnya jumlah informasi yang sangat banyak dengan biaya
yang rendah, memungkinkan pengguna untuk merencanakan dan mengendalikan
dengan lebih terperinci.
5. Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal mencakup kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan sistem
informasi yang digunakan untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kerugian atau
korupsi, dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
2.2.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), ada 6 komponen dari sistem
informasi akuntansi, yaitu:
1. People, yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai macam fungsi.
2. Procedures, baik manual maupun terotomatisasi, yang terlibat dalam pengumpulan,
pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas-aktivitas organisasi.
3. Data, mengenai kegiatan dan proses bisnis organisasi.
4. Software, yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information technology infrastructure, yang mencakup komputer-komputer,
perangkat komunikasi jaringan, dan perangkat pedukung yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan informasi.
6. Internal control dan pengukuran keamanan yang mengamankan data dalam sistem
informasi akuntansi.
14
2.2.3 Siklus Pemrosesan Transaksi Pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p30), siklus pemrosesan transaksi pada
suatu sistem adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh peusahaan dalam
melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, sampai penjualan barang
dan jasa. Siklus transaksi terbagi kedalam 5 siklus, yaitu:
1. Revenue cycle, yang terjadi dari transaksi penjualan hingga penerimaan kas.
2. Expenditure cycle, yang terdiri dari peristiwa pembelian hingga pengeluaran kas.
3. Human resource/Payroll cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan
perekrutan hingga pembayaran atas tenaga kerja.
4. Production cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan
bahan baku menjadi produk yang siap dipasarkan.
5. Financing cycle, yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan
modal dari investor dan kreditor.
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
2.3.1 Proses Pembelian
Menurut Jones dan Rama (2008, p24), siklus pengeluaran dari organisasi dengan
jenis yang berbeda pada dasarnya bersifat sama karena kebanyakan mencakup
didalamnya sebagian atau semua operasi berikut ini:
1. Mendiskusikan dengan para pemasok
Sebelum melakukan pembelian, perusahaan dapat menghubungi beberapa pemasok
untuk memperoleh pemahaman tentang barang dan jasa yang tersedia, demikian juga
penerapan harganya.
15
2. Memproses permintaan
Dokumen permintaan yang meminta barang/jasa mungkin pertama kali disiapkan
oleh karyawan dan disetujui oleh supervisor. Permintaan pembelian ini kemudian
digunakan oleh departemen pembelian untuk menempatkan pesanan ke pemasok.
3. Membuat perjanjian dengan pemasok untuk membeli barang atau jasa dimasa
mendatang
Perjanjian dengan pemasok meliputi pesanan pembelian (pesanan yang benar-benar
dikirim ke para pemasok) serta kontrak dengan para pemasok.
4. Menerima barang atau jasa dari para pemasok.
Perusahaan perlu memastikan bahwa barang-barang tersebut benar-benar diterima
dan dalam kondisi yang baik. Di perusahaan besar, unit penerima yang terpisah
bertanggung jawab atas penerimaan barang. Departemen penerimaan menerima
barang dan menyampaikannya ke departemen peminta.
5. Mengakui klaim atas barang dan jasa yang diterima
Setelah barang tersebut diterima, pemasok pengirim sebuah faktur. Jika tagihannya
akurat, departemen utang usaha mencatat faktur tersebut.
6. Memilih faktur-faktur yang akan dibayar
Banyak perusahaan memilih faktur-faktur yang akan segera dibayarkan menurut
jadwal, hal ini sering dilakukan secara mingguan.
7. Menulis cek
Setelah faktur-faktur dipilih untuk pembayaran, cek ditulis, ditandatangani, dan
dikirim ke pemasok.
16
2.3.2 Dokumen yang Terkait
Menurut Wilkinson (2000, p472), dokumen yang terkait pada sistem akuntansi
pembelian adalah:
1. Purchase Requisition
Form yang digunakan dalam proses pembelian untuk mengotorisasi pemesanan
terhadap barang/jasa.
2. Purchase Order
Form resmi yang dibuat rangkap, berasal dari purchase requisition.
3. Receiving Order
Dokumen yang mencatat penerimaan barang.
4. Supplier’s (Vendor’s) Invoice
Dokumen tagihan dari supplier atas pembelian barang atau jasa.
5. Disbursement Voucher
Dokumen dalam sistem voucher yang mengakumulasi invoice dari supplier untuk
pembayaran.
6. Disbursement Check
Dokumen terakhir dalam siklus pembelian yang menyediakan pembayaran kepada
supplier atas pembelian barang atau jasa.
7. Debit Memorandum
Dokumen yang mengotorisasi pengembalian/retur pembelian.
8. New Supplier (Vendor) Form
Form yang digunakan untuk pemilihan supplier baru, menunjukkan data mengenai
harga, tipe barang yang disediakan, pengalaman, posisi kredit dan referensi.
17
9. Request For Proposal (Or Quotation)
Form yang digunakan dalam prosedur penawaran yang bersaing, menunjukkan
barang/jasa yang diperlukan dan persaingan harga, jangka waktu pembayaran, dan
lain sebagainya.
2.3.3 Pemilihan Pemasok
Menurut Sen et al. (2008, p1603), terdapat 6 proses utama dalam memutuskan
pembelian, yaitu:
1. Membuat atau membeli
2. Pemilihan pemasok
3. Negosiasi kontrak
4. Merancang kolaborasi
5. Pengadaan
6. Analisis sumber daya
Salah satu area penting dalam proses pembelian yang memiliki peran dan dampak
yang signifikan adalah evaluasi dan pemilihan pemasok. Pemilihan pemasok
menentukan berapa banyak dan pemasok mana saja yang seharusnya dipilih dan
bagaimana jumlah pemesanan harus dialokasikan antara masing-masing pemasok.
Menurut survey yang dilakukan oleh De Boer (2001), terdapat 4 metode keputusan
yang berbeda untuk mengkualifikasikan pemasok potensial:
1. Categorical Methods
Categorical method digunakan untuk mengevaluasi pemasok saat ini dalam suatu set
kriteria dengan mengacu pada data historis dan pengalaman pembeli. Categorical
18
method adalah model peringkat kualitatif yang sederhana dan tidak memakan biaya.
Pada metode ini, kinerja pemasok dinilai dengan ‘positif’ (+), ‘netral’ (0), atau ‘negatif’
(-). Setelah pemasok dievaluasi, nilai-nilai tersebut dikombinasikan menjadi nilai secara
keseluruhan. Akan tetapi, metode ini sangat mudah untuk berubah nilainya dan sangat
bergantung pada penilaian pribadi/subjektif (Talluri 2002, Aissaoui et al. 2007).
2. Cluster Analysis (CA)
Cluster analysis adalah metode dasar dari statistik, dapat digunakan untuk
sekelompok pemasok yang digambarkan oleh nilai numerik pada beberapa kriteria.
Metode ini mengambil sejumlah pemasok dan menggunakan klasifikasi algoritma untuk
mengelompokkan pemasok kedalam sebuah cluster, dimana perbedaan kinerja antar
pemasok didalam cluster minimal dan perbedaan kinerja antar pemasok dari cluster
yang berbeda maksimal. Metode CA dapat menangani pemasok dalam jumlah yang
besar dengan mudah serta mengurangi terjadinya penolakan yang terlalu dini bagi
pemasok yang baik dalam proses pemilihan secara subjektif.
3. Case-Based-Reasoning (CBR) Systems
CBR system pada dasarnya adalah perangkat lunak berbasis database yang
menyediakan pembuat keputusan dengan informasi yang berguna dan pengalaman dari
situasi keputusan sebelumnya yang sejenis. CBR system menyelesaikan masalah baru
dengan mengadopsi solusi yang telah digunakan untuk mengatasi masalah-masalah
lama. Pengalaman dalam pembuatan keputusan lama ditampilkan dan disimpan sebagai
kasus pada case base.
19
4. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan
pemasok kedalam suatu kelompok pemasok efisien dan sekelompok pemasok yang tidak
efisien. DEA menggunakan teknik mathematical-programming yang menghitung
efisiensi relatif dari unit-unit pengambilan keputusan. Efisiensi-efisiensi ini ditentukan
sebagai rasio dari weighted outputs (benefit criteria) terhadap weighted inputs (cost
criteria). Pada metode ini, rasio terbaik ditemukan untuk masing-masing pemasok.
2.3.4 Fungsi - Fungsi yang Terkait
Menurut Wilkinson (2000, p470), fungsi-fungsi yang terkait dalam siklus
pengeluaran adalah:
1. Inventory Management Logistic
Pada perusahaan dagang, tujuan fungsi inventory management adalah untuk
mengelola persediaan barang dagang yang didapatkan oleh perusahaan untuk dijual
kembali. Pada perusahaan manufaktur, kegiatan yang terlibat dalam inventory
management dapat dikombinasikan dengan produksi untuk membentuk fungsi logistik
yang lebih luas. Selain itu inventory management juga mencakup pembelian,
penerimaan, dan penyimpanan.
Pembelian lebih berfokus kepada pemilihan supplier yang paling tepat bagi
perusahaan untuk melakukan pemesanan barang dan jasa. Pemilihan supplier didasarkan
pada faktor-faktor seperti harga unit untuk barang atau jasa, kualitas barang yang
ditawarkan, syarat dan tanggal pengiriman yang dijanjikan, serta kehandalan dari
supplier. Bersama dengan pengendalian persediaan (yang berada dibawah fungsi
20
akuntansi), bagian pembelian akan menjamin kuantitas barang yang akan diterima.
Bagian penerimaan memiliki tanggung jawab untuk menerima hanya pada barang-
barang yang dipesan, memverifikasi kuantitas dan kondisi barang tersebut, dan
memindahkan barang ke gudang. Bagian penyimpanan bertanggung jawab untuk
menjaga barang dari tindak pencurian, kehilangan dan perusakan serta menyiapkannya
tepat waktu saat ada permintaan atas barang tersebut.
2. Finance / Accounting
Tujuan dari finance and accounting management berhubungan dengan pembiayaan,
data, informasi, perencanaan, dan pengendalian terhadap sumber daya. Dalam
hubungannya dengan siklus pembelian, tujuan dibatasi hanya untuk pengendalian dan
perencanaan kas, untuk mengatur data yang berkaitan dengan pembelian dan akun
supplier, untuk pengendalian persediaan, dan untuk mengatur informasi yang berkaitan
dengan kas, pembelian dan supplier.
2.4 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.4.1 Fungsi Persediaan
Menurut Herjanto (2009, p226), beberapa fungsi penting yang dikandung oleh
persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
21
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan
tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.
2.4.2 Jenis Persediaan
Menurut Herjanto (2009, p226), persediaan dapat dikelompokkan ke dalam
empat jenis, yaitu:
1. Fluctuation Stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga
terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk
mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu
produksi, atau pengiriman barang.
2. Anticipation Stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang
diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada
saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Permintaan ini juga dimaksudkan untuk
menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak
mengakibatkan terhentinya produksi.
3. Lot-size Inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih
besar daripada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapat
keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah yang
besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang
lebih rendah.
22
4. Pipeline Inventory, merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari
tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang
dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa
hari atau minggu.
2.4.3 Dokumen yang Terkait Dengan Persediaan
Menurut Assauri (2008, p286) pada dasarnya terdapat lima buah catatan yang
paling penting dalam sistem persediaan, yaitu:
1. Purchase Requisition
Dokumen ini merupakan permintaan dari bagian persediaan ke bagian pembelian
untuk membeli bahan-bahan atau barang-barang yang sesuai dengan jenis dan
jumlah tertentu seperti yang dinyatakan dalam surat permintaan tersebut.
2. Receiving Report
Dokumen ini penting karena satu rangkap dari laporan ini akan memberikan
informasi bahwa penjaga gudang telah menerima barang-barang yang telah dipesan
ini di pabrik.
3. Balances Of Store Forms
Dokumen ini adalah catatan yang paling penting dalam pengawasan persediaan.
Dokumen ini merupakan dasar dari pelaksanaan sistem pengawasan persediaan dan
memberikan informasi baik bagi pabrik mapun bagi bagian accounting. Data-data
yang umumnya terdapat dalam daftar ini adalah:
23
a. Gambaran lengkap dari bahan-bahan tersebut.
b. Jumlah bahan-bahan yang terseddia di gudang, yang dipesan dan yang
dialokasikan untuk produksi.
c. Jumlah bahan-bahan yang akan atau harus dibeli bila waktunya telah tiba untuk
melakukan pemesanan kembali.
d. Harga bahan-bahan per unit.
e. Jumlah yang dipakai selama suatu periode atau jangka waktu tertentu.
f. Nilai dari persediaan yang ada.
4. Material Requisition Form
Formulir yang dibuat oleh bagian gudang untuk dipergunakan oleh bagian pembelian
dalam membuat pemesanan. Daftar ini juga menunjukkan bahan-bahan yang perlu
segera dibeli untuk pengisian kembali persediaan gudang.
5. Control Accounting
Control accounting umumnya untuk menjaga supaya perkiraan yang dibuat oleh
bagian akuntansi tetap merupakan alat yang penting dalam sistem pengawasan yang
efektif. Semua pembelian akan didebit dan semua pemakaian akan dikredit dalam
perkiraan ini sehingga saldonya harus sama dengan dengan saldo yang terdapat
perpetual inventory card.
2.4.4 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2007, p2461), ada dua sistem umum
yang dikenal untuk mencatat jumlah persediaan, yaitu:
24
1. Periodic System
Dalam sistem persediaan periodic, rincian catatan persediaan barang yang dimiliki
tidak disesuaikan secara terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan
barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi.
2. Perpetual System
Dalam sistem persediaan perpetual, rincian catatan mengenai setiap pembelian dan
penjualan persediaan disimpan. Sistem ini secara terus menerus menunjukkan
persediaan yang harus dimiliki untuk setiap jenis barang. Berdasarkan sistem
persediaan perpetual, harga pokok penjual ditentukan setiap kali terjadi penjualan.
2.4.5 Metode Penilaian Persediaan
Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2007, p336), dalam menilai persediaan
ada beberapa cara yang dapat digunakan, diantaranya dengan:
1. First-In, First-Out (FIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang
yang pertama kali dijual. Dengan metode FIFO, harga pokok barang yang lebih dulu
dibeli merupaka biaya yang pertama kali diakui sebagai harga pokok penjualan.
2. Average Cost Method (AC)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang tersedia untuk dijual memiliki biaya
per unit yang sama (rata-rata). Bedasarkan metode AC, harga pokok barang tersedia
untuk dijual dialokasikan pada dasar biaya rata-rata tertimbang per unit.
25
3. Last-In, First-Out (LIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah barang yang
pertama kali dijual. Berdasarkan metode LIFO, harga pokok barang yang terakhir
dibeli adalah yang pertama kali ditetapkan dalam menghitung harga pokok
penjualan.
2.5 Sistem Informasi Akuntansi Utang Dagang
Menurut Ridwan (2002, p174), utang dagang adalah sumber utama pembiayaan
jangka pendek yang tidak memerlukan jaminan. Utang dagang dihasilkan dari transaksi
barang yang dibeli secara kredit. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelian
kredit:
1. Syarat Kredit, berupa jangka waktu/periode kredit, besarnya diskon tunai (jika ada),
periode diskon tunai, dan tanggal saat periode kredit itu dimulai.
2. Analisa Syarat Kredit, yaitu pemasok memperbolehkan perusahaan menunda
pembayaran untuk pembelian barangnya. Pembeli sebenarnya telah membayar
secara tidak langsung biaya pemasok yang dicerminkan dengan harga belinya.
Karena itu pembeli harus berhati-hati menganalisa syarat kredit untuk menentukan
strategi kreditnya.
3. Pengaruh Memperpanjang Utang
Perusahaan sering kali memperpanjang utang dagang dengan membayar utang
selambat mungkin tanpa peringkat kredit perusahaan. Strategi ini dapat mengurangi
biaya tidak mengambil diskon tunai, tetapi menyebabkan hilangnya kepecayaan
pemasok terhadap perusahaan.
26
2.6 Sistem Pengendalian Internal
2.6.1 Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal
Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2007, p455), untuk melindungi asset
perusahaan dan mempertinggi keakuratan dan kebenaran pencatatan akuntansinya,
perusahaan mengikuti prinsip-prinsip pengendalian. Enam prinsip umum yang dapat
diterapkan pada sebagian besar perusahaan adalah:
1) Pembentukan Tanggung Jawab
Karakteristik penting dalam pengendalian internal adalah penyerahan tanggung
jawab kepada karyawan tertentu. Pengendalian akan efektif jika hanya seseorang
yang bertanggung jawab pada sebuah pekerjaan tertentu.
2) Pemisahan Tugas
Pemisahan tugas (disebut juga pemisahan fungsi atau pembagian kerja) merupakan
hal yang tak terelakkan dalam sistem pengendalian internal. Ada dua penerapan yang
umum dari prinsip ini, yaitu:
a. Aktivitas-aktivitas terkait seharusnya ditugaskan ke orang yang berbeda-beda.
b. Penciptaan akuntabilitas (dengan pencatatan) atas asset yang seharusnya terpisah
dari penjagaan fisik asset tersebut.
3) Prosedur Dokumentasi
Dokumen memberikan bukti bahwa transaksi dan peristiwa sudah terjadi. Beberapa
prosedur sebaiknya ditetapkan untuk dokumen, seperti memberikan nomor terlebih
dahulu (pre-numbered), dan seluruh dokumen seharusnya dihitung.
27
4) Pengendalian Fisik, Mekanik, dan Elektronik
Pengendalian fisik terkait dengan perlindungan asset, sedangkan pengendalian
mekanik dan elektronik juga melindungi asset; sebagian mempertinggi keakuratan
dan kebenaran pencatatan akuntansi.
5) Verifikasi Internal Independen
Prinsip ini melibatkan tinjauan, perbandingan, dan rekonsiliasi data yang dibuat oleh
karyawan lain. Verifikasi internal independen sangat berguna khususnya pada
perbandingan pelaporan asset yang ada untuk menjamin akuntabilitas. Diperusahaan
besar, verifikasi internal independen sering ditugaskan kepada auditor internal.
6) Pengendalian Lainnya
Meliputi pengikatan karyawan yang memegang kas, yaitu pengikatan melibatkan
perolehan asuransi perlindungan atas ketidaktepatan penggunaan asset oleh
karyawan yang tidak jujur serta merotasi karyawan dan meminta karyawan untuk
mengambil cuti.
←
2.6.2 Komponen Pengendalian Internal
Menurut Hall (2011, p132), komponen-komponen yang berhubungan dengan
pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu sebagai berikut:
1. Control Environment
Pengendalian lingkungan mengatur pola organisasi dan mempengaruhi kesadaran
akan pengendalian dari para manajemen dan karyawannya. Elemen penting dari control
environment adalah:
28
a. Integritas dan nilai etis dari manajemen.
b. Struktur organisasi.
c. Partisipasi dari board of directors dan komite audit, bila salah satunya ada.
d. Gaya beroperasi dan filosofi manajemen.
e. Prosedur dari pendelegasian tanggung jawab dan otoritas.
f. Metode yang digunakan manajemen dalam menilai kinerja.
g. Pengaruh eksternal.
h. Kebijakan dan praktik manajemen untuk mengelola sumber daya manusianya.
2. Risk Assessment
Perusahaan harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengelola resiko yang berhubungan dengan laporan keuangan.
3. Information and Communication
Sistem informasi akuntansi terdiri dari catatan dan metode yang digunakan untuk
memulai, mengidentifikasikan, menganalisis, mengklasifikasikan, dan mencatat
transaksi perusahaan serta untuk menghitung aset dan kewajiban yang terkait.
Kualitas informasi dari sistem informasi akuntansi menghasilkan dampak pada
kemampuan manajemen untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan dalam
sangkut pautnya dengan operasi perusahaan untuk mempersiapkan laporan keuangan
yang handal.
4. Monitoring
Pengawasan adalah proses dimana kualitas dari desain pengendalian internal dan
operasi yang dapat dinilai.
29
5. Control Activities
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk
menjamin bahwa tindakan yang sesuai telah diabil untuk mengatasi resiko yang telah
diidetifikasi oleh perusahaan.
2.6.3 Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p96), tujuan pengendalian internal adalah
sebagai berikut:
1. Menjaga asset, termasuk mencegah atau mendeteksi, secara regular, perolehan,
penggunaan, atau pembuangan material yang tidak terotorisasi dari asset perubahan.
2. Memelihara catatan dalam detil yang cukup untuk secara akurat dan sesuai
menggambarkan asset perusahaan.
3. Menyediakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
4. Menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan dipersiapkan sesuai dengan GAAP.
5. Meningkatkan efisiensi operasional termasuk memastikan penerimaan dan
pengeluaran perusahaan dibuat sesuai dengan otorisasi manajer dan direktur.
6. Meningkatkan kedisiplinan terhadap kebijakan manjerial yang telah ditetapkan.
2.6.4 Pengendalian Internal Pada Pembelian
Menurut Jones dan Rama (2006, p442), pengendalian internal pada pembelian
meliputi:
30
1. Pemisahan tugas, yaitu individu-individu yang mengotorisasi, melaksanakan
pembelian, dan mencatat transaksi adalah individu yang berbeda untuk menghindari
terjadinya kecurangan.
2. Menggunakan informasi dari kejadian lampau untuk mengontrol aktivitas pembelian.
3. Mengamati dari dekat semua kegiatan pembelian.
4. Dokumen-dokumen yang berurutan dan bernomor urut tercetak.
5. Mencatat semua pihak yang bertanggung jawab atas proses yang terjadi.
6. Membatasi akses ke aset dan informasi perusahaan.
7. Merekonsilisasi semua catatan dengan bukti fisik dari aset yang ada.
2.6.5 Pengendalian Internal Pada Persediaan
Menurut Brigham dan Houston (2006, p164), pengendalian internal untuk
persediaan terbagi menjadi:
1. Red-line Method (metode garis merah)
Garis merah digambarkan disekitar bagian dalam tempat penyimpanan persediaan
sebagai tanda batas untuk pemesanan ulang.
2. Two-bin Method (metode dua wadah)
Pemesanan akan dilakukan bila salah satu dari dua wadah penyimpanan persediaan
kosong.
3. Sistem terkomputerisasi
Komputer digunakan untuk menentukan titik pemesanan ulang dan untuk melakukan
penyesuaian terhadap saldo persediaan.
31
4. Sistem Just-in-Time
Perusahaan mengkoordinasikan produknya dengan para supplier sehingga bahan
baku diterima tepat pada saat bahan baku tersebut dibutuhkan di dalam proses
produksi.
5. Out Sourcing
Perusahaan lebih memilih untuk membeli komponen untuk produksi daripada
memproduksinya sendiri.
2.6.6 Pengendalian Internal Pada Pengeluaran Kas
Menurut Hall (2007, p334), poin penting pengendalian untuk sistem pengeluaran
kas meliputi:
1. Bagian utang mengotorisasi pembayaran.
2. Pisahkan bagian buku besar pembantu utang usaha, pengeluaran kas, dan buku besar.
3. File voucher utang, buku pembantu utang usaha, jurnal pengeluaran kas, akun kas di
buku besar.
4. Keamanan yang memadai atas kas.
5. Batasi akses ke berbagai catatan akuntansi diatas.
6. Peninjauan akhir oleh bagian pengeluaran kas.
7. Rekonsiliasi keseluruhan oleh bagian buku besar dan rekonsiliasi bank secara
berkala oleh kontroler.
32
2.7 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Menurut Satzinger et al. (2005, p60) object oriented analysis mendefinisikan
semua tipe objek yang melakukan pekerjaan di dalam sistem dan menunjukkan apa saja
interaksi pengguna yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
Object oriented design mendefinisikan semua tipe objek yang dibutuhkan untuk
berkomunikasi dengan orang-orang dan alat-alat didalam sistem serta menunjukkan
bagaimana objek-objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan
menyempurnakan definisi dari masing-masing objek agar dapat diimplementasikan
dengan bahasa atau lingkungan tertentu.
2.7.1 Modeling and Requirement Discipline
A. Activity Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p144), salah satu cara efektif menangkap
informasi mengenai proses bisnis adalah melalui pnggunaaan diagram.
Activity diagram adalah diagram alur kerja sederhana yang menggambarkan
aktivitas dari user (atau sistem) yang berbeda-beda, pihak yang melakukan
tiap aktivitas, dan aliran yang berurutan dari aktivitas-aktivitas tersebut.
B. Event Table
Menurut Satzinger et al. (2005, p167), event adalah sesuatu yang terjadi pada
waktu dan tempat tertentu yang dapat digambarkan dan berharga untuk
diingat. Event terbagi dalam 3 tipe, yaitu:
1) External event: event yang terjadi diluar sistem, biasanya dimulai oleh
external agent. External agent adalah orang atau unit organisasi yang
33
menyediakan atau menerima data dari sistem, tetapi belum tentu mereka
adalah pengguna sistem. Contoh dari external event adalah “pelanggan
melakukan pemesanan”. Pelanggan menggambarkan external agent, dan
melakukan pemesanan adalah kegiatan yang mempengaruhi sistem.
2) Temporal event: event yang terjadi akibat dari tercapainya suatu titik
waktu tertentu. Sistem akan menghasilkan output yang dibutuhkan tanpa
harus diperintah. Dengan kata lain, external agent tidak membuat
permintaan, tetapi sistem harus menghasilkan informasi atau output yang
dibutuhkan ketika informasi tersebut dibutuhkan. Contoh dari temporal
event adalah sistem penjualan yang menghasilkan laporan penjualan
bulanan, dengan event berupa “saat untuk menghasilkan laporan
penjualan”.
3) State event: event yang terjadi ketika sesuatu terjadi di dalam sistem
sehingga memicu adanya kebutuhan untuk pemrosesan. sebagai contoh,
jika stok persediaan berada dibawah reorder point, maka state event yang
dihasilkan dapat berupa “ telah mencapai reorder point”.
Event table adalah sebuah pedoman dari use case yang menjabarkan event
dalam baris dan potongan-potongan kunci dari informasi mengenai tiap-tiap
event di dalam kolom. Sebuah event table terdiri dari baris dan kolom yang
mewakili event dan detailnya masing-masing. Informasi yang ditampilkan
dalam event table terdiri dari:
1) Event: peristiwa yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu.
34
2) Trigger: sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu peristiwa telah
terjadi, baik karena adanya data yang harus diproses ataupun karena suatu
titik waktu tertentu.
3) Source: external agent yang memberikan data kedalam sistem.
4) Use Case: apa yang dilakukan sistem ketika suatu peristiwa terjadi.
5) Response: keluaran atau output yang dihasilkan oleh sistem.
6) Destination: external agent yang menerima data dari sistem.
C. Use Case
Menurut Satzinger et al. (2005, p175), use case adalah aktivitas yang
dilakukan oleh sistem dalam merespon event yang terjadi. Actor diperankan
oleh user dan berada diluar boundary.
Gambar 2.1 Use Case Diagram
D. Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p185), class diagram adalah diagram yang
digunakan untuk menentukan problem domain classes. Pada class diagram,
kotak segi empat menggambarkan class dan garis yang menghubungkan
antar class menunjukkan asosiasi antar class.
35
“Stereotype Name”
Class Name :: Parent Class
Attribute list
Visibility name :type-exspression=initial-value {property}
Method List
Visibility name:type-exspression (parameter list)
Gambar 2.2 Class Diagram
(Sumber: Satzinger et al. (2005, p304))
Format yang digunakan untuk menentukan masing-masing atribut:
1) Attribute visibility: visibility menunjukkan apakah object lain dapat
mengakses attribute secara langsung atau tidak. Tanda + (plus)
mengindikasikan attribute dapat terlihat atau bersifat public, dan tanda –
(minus) menandakan bahwa attribute tidak dapat terlihat atau bersifat
private.
2) Attribute name
3) Type-expression: dapat berupa character, string, integer, number,
currency, atau date.
4) Initial value
5) Property: ditempatkan dalam kurung kurawal. Contoh: {key}.
Format yang digunakan dalam method list:
1) Method visibility
36
2) Method name
3) Type-expression: tipe dari return parameter dari method.
4) Method parameter list: argument yang masuk.
Ada dua hirarki dalam notasi class diagram, yaitu:
1) Generalization / specialization notation
Generalization adalah pengelompokan hal-hal dengan jenis yang sama,
contohnya ada banyak jenis kendaraan seperti mobil, motor, sepeda,
pesawat, dan sebagainya. Sedangkan specialization adalah
pengkategorian jenis-jenis hal yang berbeda, sebagai contoh jenis khusus
dari mobil adalah mobil sport, sedan, jeep, dan sebagainya.
Generalization/specialization hierarchy digunakan untuk mengurutkan
hal-hal umum menjadi khusus.
2) Whole-part hierarchy notation
Whole-part hierarchies menggambarkan hubungan keterkaitan antara
sebuah objek dengan komponennya. Ada dua jenis whole-part
hierarchies, yaitu aggregation dan composition. Aggregation digunakan
untuk menggambarkan sebuah hubungan antara agregat (keseluruhan)
dan komponennya (bagian-bagian) dimana bagian-bagain tersebut dapat
berdiri sendiri secara terpisah, sedangkan composition digunakan untuk
menggambarkan hubungan keterikatan yang lebih kuat, dimana tiap-tiap
bagian tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah.
37
E. System Sequence Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p315), system sequence diagam digunakan
untuk mendokumentasikan masukan dan keluaran sistem untuk use case tunggal
atau scenario. Sebuah system sequence diagram menggambarkan interaksi antara
sistem dengan dunia luar yang direpresentsikan oleh actor. Sistem itu sendiri
diperlakukan sebagai object tunggal yang dinamakan dengan :System.
2.7.2 Design Discipline
A. Data Access Layer Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p322-323), prinsip pemisahan tanggung
jawab diberlakukan pada data access layer. Pada sistem yang lebih besar
atau rumit sangat wajar untuk membuat kelas-kelas yang memiliki tanggung
jawab yang erat untuk menjalankan perintah database SQL, mendapatkan
hasil dari query, dan menyediakan informasi untuk domain layer. Seiring
dengan bertambah canggihnya perangkat keras dan jaringan, multilayer
design menjadi semakin penting untuk mendukung jaringan multilayer
dimana database server berada di satu mesin, logika bisnis berada di server
lainnya, dan user interface yang berada di beberapa mesin desktop client.
Perbedaan antara bahasa pemograman dan bahasa database sebagian
didorong tren ke multilayer design. Disain, pemrograman, dan pemeliharaan
suatu sistem lebih mudah jika kelas-kelas yang terpisah dibatasi untuk
38
mengakses database dan mengambil data yang ada di form yang kondusif
untuk diproses didalam komputer.
B. Package Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005, p339-342), package diagram adalah diagram
tingkat tinggi yang memungkinkan perancang sistem untuk mengasosiasikan
kelas-kelas dari grup-grup yang saling berhubungan. Notasi dari package
diagram berbentuk kotak persegi panjang berlabel (tabbed rectangle). Nama
dari package biasanya tertera pada label, sedangkan kelas-kelas yang dimiliki
oleh package ditempatkan didalam kotak persegi panjang. Simbol lainnya
yang digunakan dalam package diagram adalah titik-titik panah (dashed
arrow), yang mewakili dependency relationship. Buntut panah terhubung
dengan dependent package, sedangkan kepala panah terhubung dengan
independent package. Dependency relationship sendiri menggambarkan
suatu hubungan antar elemen dalam package diagram, dimana jika terjadi
perubahan pada suatu elemen (elemen yang independent), maka elemen
lainnya (elemen yang dependent) juga dapat berubah.
C. User Interface
Menurut Satzinger et al. (2005, p442-445), user interface terdiri dari input
dan output yang melibatkan pengguna sistem secara langsung. User interface
meliputi semua hal yang digunakan oleh pengguna akhir saat menggunakan
sistem, baik secara fisik, persepsi, dan konseptual.
1) Aspek fisik: mencakup alat-alat yang benar-benar disentuh oleh
pengguna, seperti keyboard, mouse, layar sentuh, atau keypad.
39
2) Aspek persepsi: mencakup semua yang dilihat, didengar atau disentuh
(melewati alat fisik) oleh pengguna. Contoh dari apa yang dilihat adalah
semua yang ditampilkan di layar, seperti garis, angka, kata-kata, dan
bentuk. Contoh dari apa yang didengar berupa suara yang dibuat oleh
sistem, seperti bunyi beep atau click. Contoh untuk apa yang disentuh
oleh pengguna adalah menu, dialog box, dan tombol yang ada di layar
dengan menggunakan mouse.
Menurut Satzinger et al. (2005, p453-457), beberapa organisasi
pengembangan sistem menggunakan interface design standards, yaitu
aturan dan prinsip-prinsip umum yang harus diikuti dalam
mengembangkan sistem. Standar perancangan membantu untuk
memastikan bahwa semua user interface berjalan dengan baik dan semua
sistem yang dikembangkan oleh organisasi memiliki rasa dan tampilan
yang sama.
Ben Shneiderman mengajukan delapan prinsip yang dapat diterapkan
pada kebanyakan interactive system yang disebut dengan “Eight Golden
Rules”, yaitu:
a) Usahakan untuk konsisten (strive for consistency)
Sistem harus konsisten dalam menentukan nama dan letak menu
items, ukuran dan bentuk icon, urutan tugas, serta bagaimana
informasi diatur dalam suatu form.
b) Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable
frequent users to use shortcuts)
40
Shortcut digunakan untuk mengurangi jumlah interaksi untuk tugas
yang dijalankan, sehingga pengguna dapat menghemat waktu. Selain
itu, perancang harus menyediakan fasilitas makro bagi pengguna
untuk membuat shortcut mereka sendiri.
c) Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative
feedback)
Umpan balik yang berupa konfirmasi dari sistem sangat penting bagi
pengguna sistem, terutama bagi mereka yang bekerja dengan
menggunakan sistem sepanjang hari. Contohnya, ketika pengguna
ingin menghapus suatu data makan akan muncul dialog box untuk
memastikan apakah pengguna sudah yakin data tersebut benar-benar
ingin dihapus atau tidak. Akan tetapi, sebaiknya sistem juga tidak
memperlambat pekerjaan pengguna sistem dengan menampilkan
terlalu banyak dialog box, dimana pengguna harus merespon tiap
dialog box.
d) Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to
yield closure)
Untuk setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan
urutan yang jelas, yaitu dari awal, tengah, dan akhir agar pengguna
dapat mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tindakan berikutnya.
41
e) Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana (offer simle error
handling)
Saat sistem menemukan sebuah kesalahan, pesan kesalahan harus
menegaskan secara spesifik apa yang salah dan menjelaskan
bagaimana cara untuk menanganinya. Pesan kesalahan juga tidak
boleh menghakimi pengguna. Selain itu sistem harus bisa mengatasi
kesalahan dengan mudah, contohnya jika pengguna memasukkan ID
pelanggan yang salah, maka sistem akan memberitahukan kepada
pengguna dan meletakkan kursor pada text box ID pelanggan yang
berisi angka yang telah dimasukkan sebelumnya dan siap untuk
diubah.
f) Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan
mudah (permit easy reversal of actions)
Salah satu cara untuk menghindari kesalahan; sebagaimana pengguna
menyadari mereka telah melakukan kesalahan, mereka dapat
membatalkan tindakan yang sedang mereka jalankan dan kembali ke
tindakan sebelumya.
g) Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of
control)
Sistem harus membuat penggunanya merasa bahwa merekalah yang
memutuskan apa yang harus dilakukan dan bukan sistem yang
mengontrol mereka.
42
h) Mengurangi muatan memory jangka pendek (reducing short-term
memory load)
Rancangan yang terlalu rumit dan terlalu banyaknya form dapat
menjadi beban bagi ingatan pengguna.
2.7.3 Desain Basis Data
Menurut Indrajani (2011, p51), tujuan desain basis data adalah:
1) Menggambarkan relasi data antara data yang dibutuhkan oleh aplikasi dan user
view.
2) Menyediakan model data yang mendukung seluruh transaksi yang diperlukan.
3) Menspesifikasikan desain dengan struktur yang sesuai dengan kebutuhan sistem.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mendesain basis data antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Top-down
Diawali dengan membuat data model. Pendekatan top-down dapat diilustrasikan
menggunakan entity-relationship (ER) model yang high level, lalu
mengidentifikasikan entity, dan relationship antar entity. Endekatan ini sesuai
untuk basis data yang kompleks.
2) Bottom-up
Dimulai dari tingkat dasar attribute (property entity dan relationship)
menganalisa hubungan antar attribute, mengelompokkannya dalam suatu relasi
yang menggambarkan tipe entity dan relasi antar entity. Pendekatan ini sesuai
bagi basis data dengan jumlah attribute yang sedikit.
43
3) Inside-out
Mirip seperti pendekatan bottom-up, perbedaannya adalah pada tahap awal
mengidentifikasi major entity lalu menguraikannya menjadi entity-entity, relasi-
relasi, dan attribute-attribute yang berhubungan dengan major entity.
4) Mixed
Menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down.
2.7.4 Teori Normalisasi Database
Menurut Indrajani (2011, p57), normalisasi adalah suatu teknik dengan
pendekatan bottom-up yang digunakan untuk membantu mengidentifikasikan hubungan
yang dimulai dengan menguji functional dependency antara atribut. Tujuan utama
normalisasi adalah mengidentifikasi kesesuaian hubungan yang mendukung data untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan. Terdapat enam bentuk normal yang biasa digunakan,
yaitu:
1) First Normal Form (1NF)
2) Second Normal Form (2NF)
3) Third Normal Form (3NF)
4) Boyce-Codd Normal Form (BCNF)
5) Four Normal Form (4NF)
6) Five Normal Form (5NF)
44
2.7.5 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle)
Menurut Satzinger et al. (2005, p39-41), siklus hidup pengembangan sistem
adalah proses secara keseluruhan dari pembuatan, penyebaran, peggunaan dan
pembaharuan dari sistem informasi. Kebanyakan perusahaan menggunakan siklus
pengembangan sistem dengan pendekatan prediktif, yaitu pendekatan yang
mengasumsikan bahwa proyek pengembangan dapat direncanakan dan diorganisasikan
sebelumnya dan sistem informasi yang baru dapat dikembangkan berdasarkan rencana.
Fase-fase dari pendekatan ini meliputi:
1. Project Planning Phase
Mengidentifikasi ruang lingkup dari sistem baru, memastikan bahwa proyek tersebut
dapat dilaksanakan, mengembangkan jadwal, merencanakan sumber daya, dan
membuat anggaran.
2. Analysis Phase
Memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis secara detail dan memproses
kebutuhan dari sistem baru.
3. Design Phase
Merancang sistem berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan dan keputusan yang
dibuat selama proses analisis berlangsung.
4. Implementation Phase
Membuat, menguji, dan menginstal sistem informasi yang reliable dengan pengguna
yang sudah dilatih sebelumnya.
45
5. Support Phase
Menjaga sistem agar dapat beroperasi secara produktif dari awal penggunaan sampai
dengan tahun-tahun berikutnya.
2.7.6 Kerangka Pikir
Untuk memudahkan peneliti dalam menentukan langkah-langkah penelitian,
maka dibuat kerangka berpikir dalam bentuk flowchart sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pikir