aiuwoktaviana.files.wordpress.com file · Web viewDi era industralisasi saat ini, pelayanan...

56
Proposal Kuantitatif MK MPS FISIP UMSIDA (SORE) Dosen Pengampu : Drs. Hadi Ismanto,M.Si Pengaruh Komunikasi Divisi K3 Terhadap Pelayanan Kesehatan Karyawan Departemen DC PT Indomarco Prismatama Disusun Oleh : Ridlaty Ayu Oktaviana Putri NIM 112022000006

Transcript of aiuwoktaviana.files.wordpress.com file · Web viewDi era industralisasi saat ini, pelayanan...

Proposal Kuantitatif

MK MPS FISIP UMSIDA (SORE)

Dosen Pengampu : Drs. Hadi Ismanto,M.Si

Pengaruh Komunikasi Divisi K3 Terhadap Pelayanan Kesehatan Karyawan Departemen DC PT Indomarco Prismatama

Disusun Oleh :

Ridlaty Ayu Oktaviana Putri

NIM 112022000006

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan primer bagi setiap anggota masyarakat,

karyawan selain kebutuhan pangan , sandang dan papan. Sebagai kebutuhan primer, setiap

individu memungkinkan untuk menempuh kehidupan sosial ekonomi yang produktif guna

memenuhi kebutuhan tersebut. Kecuali itu tiap individu memiliki hak yang sama dalam

memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Masalah pembangunan kesehatan masyarakat bukan hanya sekedar program biaya

pengobatan terjangkau oleh rakyat melainkan perilaku hidup sehat masyarakat, pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta derajat kesehatan yang setinggi –

tingginya di seluruh rakyat Indonesia.Yang di maksud pelayanan kesehatan bermutu adalah

pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan seta diselenggarakan sesuai

dengan standar dan etika pelayanan profesi. Wujud nyata tersebut harus berupa

pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau

dengan mengikutsertakan sebesar – besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat dan

swasta.

William C. Hsiao ( 2000 dalam Asiandi, 2006 dalam Inovasi online ,

com) .menyatakanbahwa tujuan akhir yang ingin di capai dalam sistem kesehatan adalah

good health for all citizens, financial risk protection for all, equal acces for everyone to

quality health care, and satisfaction of the people.

Di era industralisasi saat ini, pelayanan kesehatan sangat penting bagi karyawan

sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan PT Indomarco

Prismatama mempunyai divisi yang bertugas dalam memberikan pelayanan kesehatan

karyawan yaitu devisi K3 (keselamatan, kesehatan, dan karyawan ). K3 bertugas dalam

hal meminimalkan angka terjadinya kecelakaan dari berbagai aspek agar tingkat

kecelakaan tidak bertambah dan memberikan pelayanan kesehatan yang berhubungan

dengan pelayanan yang di berikan oleh perusahaan. .Komunikasi pelayanan yang

diberikan oleh K3 kepada karyawan departemen DC saat ini masih dirasa kurang

maksimal.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah kesehatan kerja,

Perusahaan perlu memelihara kesehatan karyawan,, kesehatan ini menyangkut kesehatan

fisik ataupun mental. Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan

kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah. Adanya pelayanan

kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena mereka

akan lebih jarang absen bekerja dengan lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara

keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama berarti lebih produktif. oleh sebab itu devisi

k3 perlu mengkomunikasikan dengan baik akan pelayanan yang diberikan sehingga

karyawan mempunyai pengetahuan akan pentingnya k3.

Selama ini kita kurang mendapatkan suatu pelayanan kesehatan yang maksimal

dari K3 yang ada di perusahaan. Sehingga karyawan merasa kecewa dengan tingkat

pelayanan yang ada. Dalam hal ini karyawan sulit mengakses sebuah informasi yang di

fasilitasi dari perusahaan.

Rasa kecewa itu sering juga menimbulkan perasaan waswas dan khawatir bagi

karyawan bila ada kecelakaan kerja atau kalau penyakit yang dideritanya parah atau

berat. karena untuk mendapatkan pelayanan dan obat-obatan yang baik mereka harus

menambah sendiri dana pengobatannya. Jelas ini sangat mengganggu produktivitas dan

kinerja karyawan secara keseluruhan. Masalah ini menurut penulis sangat menarik untuk

diteliti, karena komunikasi yang baik dari devisi k3 akan memberikan pengaruh dan

dampak dari pelayanan kesehatan dari perusahaan.

Pelayanan k3 di lakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini

menjaga kesehatan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dll.

Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau

bahkan meningkatkan kinerja produktifitas kerja.(tulus,1992;159).

Pada perlakuan pelayanan kesehatan keseluruhan seharusnya memberikan suatu

pelayanan yang baik. Dan sesuai dengan apa yang di harapkan oleh karyawan. Sehingga kita

selaku pengguna pelayanan kesehatan dapat mendapatkan komunikasi pelayanan kesehatan

dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh antara komunikasi K3 terhadap pelayanan kesehatan karyawan

yang di berikan oleh PT Indomarco Prismatama ?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui secara langsung komunikasi pelayanan kesehatan yang ada di PT

Indomarco Prismatama sub DC.

D. Batasan Masalah

Penelitian ini akan berusaha untuk mengungkapkan kesetaraan antara landasan

teori yang ada dengan kenyataan di lapangan PT Indomarco Prismatama Sebagai lokasi

penelitian.menyadari keterbatasan pengetahuan,waktu dan perolehan data maka dalam

penelitian ini penulis memberikan batasan yang jelas terhadap bidang yang akan di

teliti,sehingga penelitian ini hanya akan memfokuskan penelitiannya pada ”Pengaruh

Komunikasi Divisi K3 Terhadap Pelayanan Kesehatan Karyawan Departemen DC PT

Indomarco Prismatama“.

E. Manfaat penelitian

Adapuan manfaat penelitian ini di bagi :

a. Kegunaan teoritis

- Bahwa karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan K3 kesehatan yang

maksimal.

- Perusahaan berhak memberikan komunikasi yang baik akan pelayanan kesehatan agar

tidak terjadi miss komunikasi.

b.Kegunaan praktis

1. Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap perusahaan dalam

menentukan komunikasi pelayanan kesehatan K3 pada karyawan.

2. Penulis

Dapat memberikan aplikasi tentang komunikasi pelayanan kesehatan K3 yang

ada di PT Indomarco Prismatama.

3. Pihak-Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan dapat

menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya untuk mengkaji

topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam pembahasan ini, peneliti akan memaparkan beberapa peneliti atau tulisan yang

pernah membahas ataupun mengkaji pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat. Tulisan yang

membahas masalah kualitas pelayanan kesehatan adalah Febri Hendri dari Indonesia corruption

Watch ( ICW), Partini ( Pusat Studi Kependudukan dan Kesehatan – Universitas Gajah Mada,

September 2005) dan Ni Ketut Wike Puspila ( September, 2006). Masing – masing kajian

tersebut dapat dilihat sebagai berikut;

Partini,peneliti PSSK Universitas Gajah Mada mengatakan bahwa kinerja pelayanan

kesehatan di 18 pusat kesehatan masyarakat atau Puskesmas kota Yogjakarta pada bulan

september 2005 dengan jumlah responden 919, secara umum dianggap memuaskan konsumen

mesti pelayanan itu masih belum pada tahap ideal ( Kompas Cyber Media, 9 Maret 2006 diakses

tanggal 12 September 2006 ). Sedangkan pelayanan di RSUD wirosaban dianggap relatif kurang

memuaskan. Karenanya, perbaikan pelayanan terus dilakukan. Dikatakan, selain dengan metode

kuesioner , penelitian juga menggunakan indikator obyektif, yakni hasil pengamatan langsung

oleh peneliti terhadap kondisi, fasilitas, dan praktik pelayanan petugas. Dari penelitian itu di

ketahui, variabel pelayanan yang dianggap memuaskan di konsumen yakni etika pelayanan,

konteks pelayanan (misalnya, kebersihan toilet dan ruang tunggu), persepsi besaran biaya

pelayanan, persepsi waktu tunggu dan transparansi pelayanan. Sementara, variabel yang secara

umum dianggap pun berkenaan masih belum memuaskan yakni prosedur pelayanan dokter dan

responsivitas, misalnya kelengkapan obat dan kecepatan pelayanan. Indikator etika pelayanan,

Puskesmas Gedangan memperoleh nilai tertinggi 0,94 ( sangat memuaskan ), sedangkan klinik

kesehatan BDS ada di urutan kebawah dengan nilai 0,78 9 memuaskan ). Indikator etika

pelayanan di ukur dari pertanyaan, seperti apakah petugas senantiasa murah senyum saat

memberikan pelayanan, dan ada tidaknya pembedaan pelayanan terhadap pasien. Adapun

berkenaan dengan prosedur pelayanan dokter masih di anggap belum memuaskan karena

komunikasi dokter dengan pasien relatif singkat. Sementara itu pada pemenuhan hak pasien

bagian RSUD yang dianggap kurang memuaskan yakni bagian ginekologi, syaraf, bedah, anak,

THT, kulit,gigi, rawat inap, IGD, dan mata.

2.2. Landasan Teori

Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologis ( pengertian berasal dari bahasa adalah dari kata

Communis( dari Wilbur Schramm ) yang artinya sama makna, Communication

( pemberitahuan ) dan Communicare ( berpartisipasi). Sedangkan pengertian komunikasi

secara etimologis adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan

dimana kedua pihak atau yang berpartisipasi didalamnya punya kesamaan pengertian

(makna akan suatu hal ).

Carl I.Hovland ( Diah , 2002 : 38) mendefinisikan ilmu komunukasi adalah upaya

yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas - asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap. Dalam definisinya secara khusus mengenai

komunikasinya sendiri, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku

orang lain. ( Communication is the prosess to modifly the behavior of other individuals ).

Komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang. Gagasan itu di olahnya

menjadi pesan dan dikirimkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima

pesan. Dari proses terjadinya komunikasi itu, secara teknik pelaksanaan, komunikasi dapat

di rumuskan sebagai “ kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media

tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh

kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada

orang yang menyampaikan pesan kepadanya.

b. Unsur – unsur komunikasi

1) Pihak yang mengawali ( Sender)

Pihak yang mengawali komunikasi mengirim pesan. Karena itu di sebut pengirim

( sender). Pengirim ini menjadi asal atau sumber pesan. Dalam bahasa inggris disebut

( source ) sumber.

2) Pesan yang di sampaikan ( Massage )

Pesan yang di komunikasikan adalah pesan yang berarti dan informatif, pesan

disampaikaan bertujuan agar dapat diterima dengan baik dan mendatangkan hasil yang

di inginkan.

3) Saluran Komunikasi ( Media )

Setelah dikemas, pesan dapat disampaikan melalui saluran ( channel) atau media

a. Lisan Media ( oral )

Yaitu dalam proses komunikasi ini dengan cara bertatap muka dan berbicara

langsung.

A B Massage

b. Tertulis ( written )

Yaitu proses komunikasi menggunakan media tertulis. Seperti brosur dll

c. Elektronik ( elektronik)

Yaitu menggunakan komputer melalui Web dan email.

4) Pihak yang menerima ( Receiver)

Pihak yang menerima pesan adalah rekan ( partner) dalam komunikasi. Pihak yang

menerima pesan disebut penerima ( receiver)

c. fungsi komunikasi

Fungsi komunikasi adalah untuk

a.Menginformasikan ( to inform )

b.Mendidik ( to educate )

c.Menghibur ( to entertain )

d. Mempengaruhi ( to influence

Gambar 1. Siklus Proses Komunikasi

Feedback

Feedback

Gambar diatas merupakan gambar proses primer yaitu proses dimana penyampaian

paduan pikiran dan perasaan seseorang secara langsung kepada orang lain dengan

menggunakan lambang ( symbol ) sebagai media Effendy ( Diah, 2002: 39 ). Jadi

komunikasi yang terjadi secara langsung atau interpersonal.

d. Pengertian komunikasi Interpersonal

Dalam menjalin hubungan dengan pengguna jasa komunikasi sangat penting dan

dibutuhkan, karena sebagian besar komunikasi yang di lakukan oleh manusia berlangsung

dalam situasi atau tingkatan komunikasi interpersonal dalam konteks kehidupan dua orang,

keluarga kelompok maupun organisasi.

Komunikasi interpersonal itu sendiri adalah interaksi adalah interaksi tatap muka

antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan langsung, dan

penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan

komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan – ungkapan non verbal dan

dilakukan secara lisan, ( Agus, 2003 : 85 )

Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif

antara orang individu lain dimana lambang – lambang bahasa verbal, terutama yang

bersifat lisan, didalam kenyataannya sering kali disertai dengan bahasa isyarat terutam

gerak atau bahasa tubuh ( body language ), seperti senyuman, tertawa , dan

menggelengatau menganggukan kepala. Komunikasi interpersonal pada umumnya

dipahami lebih bersifat pribadi ( private ) dan berlangsung secara tatap muka (face to face).

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Dengan tetap

memperhatikan kedinamisannya, komunikasi interpersonal mempunyai ciri – ciri yang

tetap sebagai berikut:

1.) Komunikasi interpersonal adalah verbal dan non verbal

Komunikasai yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau noverbal selalu

mencakup : isi pesan dan bagaimana isi itu di katakan atau di lakukan. Untuk

efektifitasnya, kedua unsur itu sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan

pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesannya.

2.) Komunikasi Interpersonal Mencakup perilaku tertentu

Ada tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal:

a. Perilaku spontan, perilaku yang dilakukan karena desakan emosi artinya perilaku

itu terjadi begitu saja.

b. Perilaku menurut kebiasaan, perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku

itu khas, dilakukan pada situasi tertentu dan di mengerti orang.

c. Perilaku dasar, perilaku yang di pilih karena dianggap dengan situasi yang ada

3.) Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berproses pengembangan

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berproses pengembangan, yaitu

komunikasi yang berbeda – beda tergantung dari tingkat hubungan pihak – pihak yang

terlibat dalam komunikasi.

4.) Komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi dan koherensi.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu,

kemungkinan umpan balik ( feedback )besar sekali. Dalam komunikasi penerima pesan

dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik.

5.)Komunikasi Interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu

Dalam komunikasi interpersonal agar berjalan dengan baik, maka hendaknya

mengikuti peraturan tertentu. Ada peraturan intrinsik dan ekstrinsik.

6.) Komunikasi Interpersonal adalah kegiatan aktif

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang aktif bukan pasif. Komunikasi ini

bukan hanya komunikasi dari pengirim pesan dan sebaliknya. Melainkan komunikasi

timbal balik antara pengirim dan penerima pesan.

7) Komunikasi Interpersonal saling mengubah

Komunikasi interpersonal berperan untuk saling mengubah dan menggembangkan.

Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak – pihak yang terlibat komunikasi dapat

saling memberi inspirasi dll, untuk itu komunikasi interpersonal dapat merupakan bahan

saling belajar dan mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan kepribadian.

Teori komunikasi yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah komunikasi

interpersonal, karena dalam interaksi yang dilakukan pelayanan bagian divisi K3 antara

lain adalah dengan tatap muka antar dua orang atau lebih secara langsung, dan

kemungkinan besar feedback dari divisi K3 karyawan bisa datang langsung ke ruangan dan

melakukan proses komunikasi.

Faktor – faktor pembentuk komunikasi antarpribadi menurut Halloran ( 1980 )

yakni:

1) Perbedaan antarpribadi

2) Pemenuhan kekurangan

3) Perbedaan motivasi antar manusia

4) Pemenuhan akan harga diri

5) Kebutuhan atas pengakuan orang lain

Ada beberapa faktor yang amat penting dalam memelihara Keseimbangan komunikasi

interpersonal, antara lain

1. Frekuensi Pertemuan

Frekuensi pertemuan baik secara sengaja maupun tidak sengaja

2. Formal dan Informal

Pertemuan yang dilakukan bersifat formal dan informal

Setiap orangsealalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan –

perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus berlangsung seiring dengan

perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan orang

lain dimasa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dilakukan masih relevan

untuk memenuhi kebutuhan di masa datang.

Minat berkomunikasi antar pribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan yang

belum atau bahkan tidak memiliki. Setiap orang memiliki motif yang mendorong dia

usaha memenuhi kebutuhannya. Menurut Gerungen (1986) motif merupakan suatu

pengertian yang meliputi semua pengerak, atau dorongan – dorongan dalam diri

manusia yang menyebabkan dia berbuat sesuatu., Motif – motif itu memberi tujuan dan

arah pada tingkah laku.( Liliweri, 1997: 46 ).

e. Etika Dalam Komunikasi

Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar

manusia dalam kehidupan sehari-hari :

1. Jujur tidak berbohong

2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan

3. Lapang dada dalam berkomunikasi

4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik

5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien

6. Tidak mudah emosi / emosional

7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog

8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan

9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan

10. Bertingkahlaku yang baik

Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik

- Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan

- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara

- Menatap mata lawan bicara dengan lembut

- Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum

- Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar

- Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara

- Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon

- Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara

- Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi

- Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan

karakteristik lawan bicara.

- Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

- Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti

berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi

kiri)

- Dan lain sebagainya.

2.3 Pelayanan kesehatan

a.Pengertian pelayanan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata “ pelayanan “ berasal dari kata dasar “

layan “ melayani yaitu membantu, menyiapkan apapun yang di perlukan seseorang.

Pelayanan adalah perilaku atau cara melayani kebutuhan masyarakat guna memperoleh

data dalam segala sesuatu dengan tidak memperoleh imbalan ( 1996:533). Layanan yang

diperlukan manusia pada dasarnya ada dua jenis yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi

sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota

organisasi.

Seperti dikatakan oleh Goetech dan Davis Fana ( 2000 : 37 ) bahwa pelayanan

merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,jasa, manusia. Berhubung

pelayanan itu merupakan bagian dari hak seseorang atau kelompok orang untuk memenuhi

kebutuhan sebagian dari hak – hak dasar atau hak asasi nya maka perlu ada jaminan

terhadap hak dasar atau hak asasi itu sendiri.

Menurut Atep Adya Barata ( 2004 : 18 ) bahwasasaran manajemen pelayanan

umum adalah bersifat tunggal yaitu kepuasan penerima layanan. Kepuasan itu terdiri dari

dua hal yaitu layanan dan produk kegiatan pelayanan. Keduannya harus dapat memenuhi

beberapa syarat atau ketentuan agar supaya dapat memberikan kepada si penerima layanan.

Kebutuhan manusia adalah suatu rasa yang timbul secara alami dari dalam diri

manusia untuk memenuhi kebutuhan atas segala sesuatu yang diperlukan dalam

kehidupannya. Kebutuhan – kebutuhan inilah yang memunculkan keinginan manusia untuk

memperoleh sesuatu yang di

butuhkan tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan yang berupa barang dan jasa atau layanan

dari pihak lain mampu menyediakan alat – alat pemuas kebutuhan tersebut,.

Konsep pelayanan atau service telah di definisikan oleh banyak pakar, Definisi

pelayanan yang di kemukakan Suprapto ( Paimin, 2007:163 ) Yaitu: “Service are the

separately identifiable, essential intagibles activities which provide want satisfaction and

that is not necessarily tied to the sales of a product or another service. To produce a

service may or may not require the use of tangible goods. However when such use

required, there is no transfer of little ( permanent ownership ) To these tangible goods ‘’,

yaitu ( kegiatan yang tidak berwujud dan dapat diidentifikasi untuk memberikan kepuasan,

yang tidak terkait dengan penjualan produk / jasa atau layanan lain. Untuk menghasilkan

layanan tidak memerlukan pengguna produk / jasa. Namun penggunaan tersebut di

perlukan, karena ada pengalihan hak atas kepemilikan Produk / jasa tersebut ).

Sedangkan Kotler ( Paimin, 2007 : 163 ) memiliki definisi yang berbeda yakni :

“A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially

intingable and does not result in the ownership of anything. It’s production may or may not

be tied to physical produk.”( Yaitu tindakan atau kinerja antara pihak yang satu

menawarkan ke pihak yang lain. Pada dasarnya intingable dan juga tidak mengakibatkan

kepemilikan apa pun. Kegiatan ini, mempunyai kemungkinan terikat dengan produk/ jasa

tersebut).

Menurut Surjaatmadja definisi pelayanan adalah bentuk aktifitas manusia yang

tidak berujud ( intangible ) yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak lain

untuk saling memuaskan melalui pertukaran secara bersamaan ( insperability ). Pelayanan

atau jasa bersifat tidak berujud ( (tangible ), heterogen ( bervariasi ), diproduksi dan di

konsumsi secara bersamaan dan tidak dapat disimpan atau tidak dapat busuk

( perishability ) ( www. http. Pelayanan pelanggan, diakses tanggal 7 April 2010 )

b. Faktor – Faktor Pelayanan

Memberikan pelayanan dengan baik menjadi tuntutan perusahaan dalam

mempersiapkan tugas agar mampu bekerja secara profesional. Tuntutan profesionalisme

dari petugas dalam hal pelayanan kepada pengguna jasa sangat diperlukan dimaksudkan

untuk memberikan pelayanan dengan sebaik – baiknya. Untuk menunjang hal beberapa

tersebut maka ada beberapa faktor yang di gunakan sebagai acuan dalam pelayanan oleh

( Kirom, 2009: 46 ) yang meliputi:

1) Nilai Kerja ( Work Value )

Pengembangan nilai – nilai kerja sangat berpengaruh terhadap hasil kerja seseorang

secara keseluruhan. Nilai – nilai kerja seperti, kejujuran , tanggung jawab, dedikasi dan

komitmen , dianggap sebagai modal dasar yang harus terpenuhi dalam upaya memiliki

petugas atau karyawan yang kompeten. Nilai – nilai dasar yang melekat pada diri

seseorang ini akan memudahkan perusahaan dalam membentuk tenaga kerjanya

menjadi sesuai ekspektasi. Nilai –nilai dasar yang membentuk nilai – nilai luhur dalam

bekerja, merupakan modal dasar seseorang untuk melangkah lebih jauh

mengembangkan karirnya dikemudian hari.

2) Semangat Kerja ( Work spirit )

Faktor lain yang sangat mempengaruhi seseorang melakukan pekerjaan dengan baik

adalah semangat kerja yang tinggi akan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi bagi

perusahaan. Semangat kerja yang tinggi dari pelaksana perusahaan akan mampu

mendongkrak kinerja perusahaan dari para tenaga kerjanya, sebab dengan modal

semangat kerja yang tinggi ini pula akan menentukan peforma perusahaan di masa

datang. Faktor semangat kerjayang positif menjadi bagian mutlak dari pada kelanjutan

usaha perusahaan.

3) Keterampilan Berkomunikasi Dengan Pengguna Jasa (Communication Skill )

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam unsur pelayanan adalah keterampilan

dan kemampuan karyawan / petugas dalam berkomunikasi dengan pengguna jasa.

Bahasa komunikasi ini menjadi jembatan antara perusahaan dengan pengguna jasa.

Ketidakmampuan karyawan / petugas dalam berkomunikasi dengan pengguna jasa

dapat menimbulkan ketidakharmonisan dan dapat berakibat pesan yang ingin di

sampaikan tidak sesuai dengan yuang di harapkan.

4. Penguasaan Teknologi Informasi ( Technological skiil )

Dalam pengusaan kemampuan berkomunikasi karyawan / petugas juga harus

menguasai teknologi praktis, dalam pemberian pelayanan dan penguasaan teknologi

informasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari faktor – faktor pelayanan

yang diberikan kepada pengguna jasa.

c. Fungsi sarana pelayanan

1. Memperoleh proses pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu.

2. Meningkatkan produktifitas baik, barang atau jasa.

3. Kualitas produk yang lebih baik.

4. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang – orang yang berkepentingan.

5. Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin.

6. Menimbulkan perasaan puas pada orang – orang yang berkepentingan sehingga

dapat mengurangi sifat emosional mereka

d. Kualitas Pelayanan

Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat

jasa. Divisi tersebut dituntut untuk bersaing dalam pelaksanaan pelayanan, melalui

berbagai cara, teknik dan metode yang dapat menarik lebih banyak orang dengan

menggunakan atau memakai jasa atau produk yang di hasilkan oleh divisi

pemerintahan atau perusahaan.

Cara Memberikan Pelayanan Yang Terbaik

1. Semua pelayanan dilaksanakan dengan cepat dan tepat.

2. Selalu memperhatikan keinginan dan berusaha memuaskan keinginan karyawan.

3. Mengadakan komunikasi yang baik dengan karyawan

4. Arsip di meja kerja teratur dan mudah dijangkau.

5. Selalu berusaha memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya.

6. Berlaku ramah, sopan, dan selalu membantu karyawan.

7. Selalu berusaha mengerti keinginan karyawan.

8. Selalu berusaha sebagai yang terdepan dalam pelayanan kesehatan.

e. Pengertian kesehatan kerja pada karyawan

Mathis and jackson (2002) mengemukakan kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan

stabilitas emosi secara umum.Ranupandojo dan husnan (1990) mengemukakan kesehatan

kerja adalah usaha untuk melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit

akibat kerja.Wiyono (1997) mengemukakan kesehatan kerja adalah bagian daripada

kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

faktor potensial yang mempengarui kesehatan pekerja.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja pada karyawan adalah

kondisi fisik atau mental seorang karyawan untuk berusaha melindungi dari kemungkinan

terkena penyakit akibat kerja atau faktor lain yang mempengaruhi kesehatan kerja.

Pelayanan kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan

oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya pelayanan kesehatan yang baik akan

menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang

absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara

keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama.

Pengertian kesehatan kerja adalah kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang

bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan

kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja

melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi

atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161). Program kesehatan fisik yang dibuat

oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen

(Ranupandojo dan Husnan, 2002:263) berikut ini :

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima

bekerja.

b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal ) secara

periodik.

c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara

periodik.

d. Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.

e. Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah

ketegangan.

f. Pemeriksaan sistematis dan periodic terhadap persyaratan-persyaratan

sanitasi yang baik. Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau

keracunan, usaha menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan kemungkinan-

kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan selama mereka bekerja.

Stess yang diderita oleh karyawan selama kerjanya, sumbernya bisa dikelompokkan

menjadi empat sebab (Ranupandojo dan Husnan, 2002:264 ) :

a. Yang bersifat kimia

b. Yang bersifat fisik

c. Yang bersifat biologis

d. Yang bersifat sosial

Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh manusia tetapi juga pikiran

manusia. Kalau manusia tidak tahan terhadap ketegangan ini mereka akan menjadi sakit.

Karenanya usaha yang perlu dilakukan adalah untuk menghilangkan sumber ketegangan.

Usaha-usaha untuk mencegah dan mengendalikan tekanan di dalam tempat kerja dapat

dijalankan dengan cara(Ranupandojo dan Husnan, 2002:264) sebagai berikut:

a. Mencari sumber dari tekanan .

b. Mencari media yang menjadi alat penyebaran tekanan tersebut.

c. Memberi perawatan khusus pada karyawan yang menderita tekanan

tersebut.

Usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu juga dilakukan Ranupandojo dan

Husnan, 2002:265) yaitu dengan cara:

a. Tersedianya psyichiatrist untuk konsultasi.

b. Kerjasama dengan psyichiatrist diluar perusahaan atau yang ada di lembaga-lembaga

konsultan.

c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan mental.

d. Mengembangkan dan memelihara program-program human relation yang

baik .Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja, Adapun

usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara, 2000:162) adalah

sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warnaruangan kerja,

penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan.

b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang

lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut,

terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi,

dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan

dan gangguan kesehatan karyawan (Mangkunegara , 2000:163 ) yaitu :

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya

kurang diperhitungkan keamanannya.

2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

4) Pengaturan Udara

5) Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu,

dan berbau tidak enak).

6) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

b. Pengaturan Penerangan

1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

c. Pemakaian Peralatan Kerja

1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

d. Kondisi Fisik dan Mental Karyawan

1) Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang usang atau rusak.

2) Emosi karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan yang rapuh, cara berfikir

dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap karyawan yang

ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja

terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.

Dalam undang – undang tentang kesehatan pasal 86 ayat 1 undang –undang no 13 tahun 2003 disebutkan bahwa:

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindingan atas:

a .Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan dan

c .Perlakuaan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai –nilai

agama.

2.Untuk melindungi keselamatan kerja pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas

kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3.Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai

dengan peratuturan perundang – undangan yang berlaku.

f. Tujuan Kesehatan kerja pada Karyawan

Kerjasama ILO dan WHO tahun 1950 telah merumuskan secara garis besar tujuan

kesehatan kerja, yaitu:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua

lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi – tingginya, baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh

keadaan/kondisi lingkungtan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan

bahaya yang di sebabkan oleh faktor – faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.( wiyono, 1997)

2.4 Kerangka Berfikir/konseptual

Dari identifikasi diatas tujuan penelitian tersebut dapatlah dipaparkan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini. Dua konsep yang perlu di paparkan dalam penelitian ini

Pengaruh komunikasi K3 dan Pelayanan Kesehatan. Antara pelayanan dan komunikasi

memiliki keterkaitan erat. Pelayanan yang prima atau bermutu akan memberikan

kepuasan tersendiri bagi konsumen ( baca ; masyarakat ).

Komunikasi divisi k3 Pelayanan kesehatan karyawan

X Y

kerangka konseptual merupakan penjelasan spesifik mengenahi alur pikir teoritik

terhadap permasalahan yang diteliti. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Keterangan :

X : Variabel bebas (variabel independent)

Y : Variabel terikat / bergantung (Varriabel dependen)

: Pengaruh

2.5 Perumusan Hipotesa

Sebelum penulis mengemukakan mengenai hipotesis, terlebih dahulu akan penulis

kemukakan mengenai pengertian hipotesis itu sendiri yaitu sebagai berikut: “Hipotesis

adalah dugaan yang benar atau mungkin juga salah, dia akan di tolak jika salah satu palsu

dan akan di terima jika fakta – fakta membenarkannya”( Sutrisno Hadi, 1986 :63).

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa hipotesis adalah dugaan awal yang

kebenarannya masih di uji dan di buktikan (Drs Ibnu Syamsi, SU, 1987 :987).Dalam

penelitian ini yang menjadi hipotesis adalah adapengaruh komunikasi devisi k3 terhadap

pelayanan kesehatan bagi seluruh karyawan di IDM sub DC PT Indomarco Prismatama.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe dan Dasar pemikiran

Sesuai dengan judul tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu

penelitian yang menggunakan teknik statistik untuk menguji hubungan dua buah variabel

yaitu variabel X dan variabel Y. Disini peneliti akan meneliti pengaruh komunikasi devisi

k3 sebagai X (Variabel Independent) dengan pelayanan kesehatan karyawan sebagai Y

(Variabel dependent).

Untuk mempelancar proses penelitian, maka penulis mengadakan penelitian.

Adapun lokasi yang di jadikan objek penelitaan adalah PT. Indomarco Prismatama yang

beralamat jln. Jenggala No.22, kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Definisi konsep adalah suatu pembatasan akan pengertian dari masing-masing

variabel yang merupakan definisi dan apa yang diamati sebagai suatu konsep yang

menentukan antara variabel-variabel mana yang ingin menentukan adanya hubungan

empiris. Seperti yang telah penulis jelaskan bahwa penelitian ini berjudul “Pengaruh

Komunikasi K3 Terhadap Pelayanan Kesehatan Department DC PT. Indomarco

Prismatama”.

3.2 Lokasi penelitian

Untuk memperlancar proses penelitian, maka penulis mengadakan penelitian pada

perusahaan atau lokasi dimana penulis sedang bekerja. Adapun lokasi yang di jadikan

obyek penelitian adalah PT. Indomarco Prismatama, yang beralamat di jalan Jenggala

No.22, kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

3.3 Populasi dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.

populasi Menurut Hadi (2002:70) populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang

paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.

Menurut Sugiyono (2006:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang menpunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.pendapat

yang hampir sama di kemukakan oleh Winarsunu (2004:12) yang mengatakan populasi

adalah seluruh individu yang di maksudkan untuk di teliti dan nantinya di kenai

generalisasi,generalisasi adalah suatu cara pengambilan keputusan terhadap kelompok

individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data yang di peroleh dari sekelompok

yang lebih sedikit jumlahnya.

3.3.2 Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil

sampel. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara

demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2010:82)

Pengertian sampel sebagaimana yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto, adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dengan berdasarkan pada penelitian sampel

diatas maka metode penentuan sampel yang dimaksudkan adalah suatu cara dalam

menentukan contoh dari jumlah populasi atau keseluruhan individu yang di teliti dan

diharapkan dengan cara-cara pengambilan sampel tersebut, maka peneliti akan memberikan

gambaran dari seluruh populasi yang ada.

Dalam kaitannya dengan metode penentuan sampel yang ideal, Ida Bagus Mantra

dan Masri Singarimbun serta Efendi. Mengungkapkan pendapatnya. Bahwa sampel harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat di percaya dari seluruh populasi.

2. Dapat menentukan posisi dari hail penelitian dengan menentukan penyimpangan baku

(standart).

3. Sederhana hingga mudah dilaksanakan.

4. Dapat memberikan keterangan dengan biaya yang serendah mungkin.

Menurut Sarapiah Faisal Jenis sampel ada dua :

1. Rancangan sampel probabilitas (propability sampeling design)

Yaitu perankan unit-unit sampel mengikuti hukum-hukum probabilitas, artinya semua unit

dalam populasi mendapatkan kesempurnaan (probabilitas) yang sama untuk terpilih

menjadi sampel.

2. Rancangan sampel non probabilitas (non probability sampling design) yaitu perankan

sampel tidak mengikuti hukum-hukum probability, artinya : tidak seluruh unit dalam

populsi memperoleh atau memiliki yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

Sesuai dengan petunjuk diatas, penentuan sampel dari populasi yang diteliti diharapkan

nantinya akan memberikan gambaran yang sebenarnya, dari populasi keseluruhan yang

berjumlah 120 orang sampel di pilih sebanyak 40 dari populasi yang ada.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam suatu

penelitian, karena sangat membantu dalam hal bagaimana. Suatu variabel atau indikator

hendak di ukur, yang di maksud dengan definisi operasional di sini suatu pembatasan

atau perincian kegiatan-kegiatan operasi yang dilakukan untuk mengukur variabel-

variabel dan di indikator.

Definisi operasional tidak lain dan pada mengubah konsep-konsep yang berupa

kontruk itu dengan kata-kata menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati

dan diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

Berhubungan dengan rangkaian penelitian atau studi ini secara operasional dapat

diketengahkan mengenai batasan-batasan atau perincian-perincian kegiatan operasional

yang dilakukan untuk mengukur variabel-variabel dan indikator-indikator yaitu tentang :

Variabel, indikator data dan skala pengukurannya.

3.2.1 Variabel independent / bebas (x)

Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau mempengaruhi variabel

lain. Dalam penelitian ini yang meliputi variabel independent / variabel bebas adalah

komunikasi devisi k3.

3.2.2 Variabel dependen (terikat Y)

Merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel

yang mendahuluinya atau di sebut juga dengan variabel tidak bebas / terikat. Dalam

penelitian ini, variabel dependennya. Adalah pelayanan kesehatan karyawan.

Dengan pengertian ini dapat ditentukan indikator-indikator sebagai berikut :

Indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan

penerimaan pelayanan. Kepuasan penerimaan pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan

memperoleh pelayanan sesuai dengan yang di butuhkan dan di harapkan

a. Training first Aid

Dalam training ini karyawan diharuskan bisa menangani sebuah kecelakaan atau

pertolongan pertama yang terjadi di tiap – tiap bagian tempat kerja.

b. Mengsosialisasikan seluruh kegiatan pelayanan kesehatan yang ada dan

mengkomunikasikan tindakan pelayanan kesehatan keseluruh karyawan.

3.10 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan tugas akhir, penyusunan melakukan pengumpulan data dengan metode

yaitu :

1.Kuesioner

Kuesioner adalah jumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui

(Arikunto 1998 : 140) Kemudian untuk memilih pernyataan-pernyataan yang secara empirik

berkualitas, dilakukan perskalaan (scaling) (Azwar, 2007:119). Prosedur perskalaan dalam

pengembangan skala ini pada dasarnya adalah penerapan besarnya bobot (weight) atau nilai

skala (scala value) bagi setiap pernyataan sikap. Bobot atau nilai skala itu, pada gilirannya

akan merupakan nilai atau angka yang diberikan ada jawaban (respons) individu mengenai

kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan sikap yang bersangkutan (Azwar,

2007:123).

Pada penelitian ini skala komunikasi divisi k3 dan skala pelayanan kesehatan akan

dikembangkan dengan penskalaan yang menggunakan metode rating yang dijumlahkan

(method of summated ratings) atau yang lebih dikenal dengan skala model Likert. Skala

Likert ini didasari oleh dua asumsi (Azwar, 2003:139-140), yaitu :

1. Setiap pernyataan yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable

dan unfavorable.

2. Jawaban positif yang diberikan oleh individu harus diberi bobot atau nilai yang lebih

tinggi daripada jawaban negative yang diberikan oleh responden..

Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau memihak objek sikap

sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung atau memihak

pada objek sikap (Azwar, 2003:98).

Dalam penskalaan model Likert, responden diminta untuk menyatakan kesetujuan

atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam empat kemungkinan jawaban. Untuk

pernyataan favorable jawaban akan diskor sebagai berikut :

1. Jawaban SS (Sangat Setuju) : skor 4

2. Jawaban S (Setuju) : skor 3

3. Jawaban TS (Tidak Setuju) : skor 2

4. Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) : skor 1

Sedangkan untuk pernyataan unfavorable jawaban diskor sebagai berikut :

1. Jawaban SS (Sangat Setuju) : skor 1

2. Jawaban S (Setuju) : skor 2

3. Jawaban TS (Tidak Setuju) : skor 3

4. Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) : skor 4

3.14 Metode Analisis Data

Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan

informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah

ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel (Azwar, 2009:51).

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5).

Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya. Suatu teks atau instrument memiliki validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil akur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya alat ukur tersebut (Azwar, 2009:4-8).

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila:

a. Alat ukur dapat mengungkapkan dengan jitu gejala atau bagian bagian gejala yang

hendak diukur.

b. Alat ukur dapat menunjukkan dengan sebenarnya status atau keadaan gejala atau

bagian gejala yang hendak yang diukur.

Standart pengukuran yang digunakan untuk menentukan validitas item dikatakan

valid apabila rix > 0,30. Namun, apabila jumlah item yang valid ternyata masih tidak

mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan sedikit kriteria dari 0,30

menjadi 0,25 atau 0,20 (Azwar, 2008:65).

Untuk menguji indeks diskriminasi item dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Pearson dengan bantuan program SPSS 17.00 for Windows

(Sugiono, 2010:451).

r xy=∑ xy

(∑ x )(∑ y )N

√{∑ x2−(∑ x)

2

N }{∑ y2−(∑ y )

2

N }Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara skor butir dan skor total∑ xy = Jumlah hasil kali antara skor butir dengan skor otalx = Skor tiap butiry = Skor total∑ x = Jumlah skor tiap butir∑ y = Jumlah skor total

N = Jumlah subyek yang diteliti

Untuk menyatakan bahwa butir dari alat ukur ini sahih digunakan persyaratan

sebagai berikut :

a. Skor butir harus mempunyai nilai positif

b. Batas penerimaan (taraf signifikansi), jika Cronbach alpha if item delete ≤ nilai

Alpha Cronbcah variabel keseluruhan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,

maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2009:3).

Pengukuran ini menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17 for

windows. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik

Formula Alpha Cronbach.Adapun rumus yang digunakan adalah :

r H=( kk−1 )(1−∑ σ b2

σ . t2 )Keterangan :

r H = Reliabilitas instrumenk = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal.∑σb2 = Jumlah varians butirσ.t2 = Varians total

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach

dengan alasan sebagai berikut (Arikunto, 2006:96) :

a. Instrumen berbentuk rating scale yang dalam pengukurannya bukan 1 dan 0, tetapi

nilai skor terentang dari nilai 1 sampai 4.

b. Rumus ini menyajikan satu skala hanya satu kali sehingga dapat menghindarkan

problem-problem yang timbul dalam pendekatan reliabilitas lainnya.

c. Sangat fleksibel, artinya skala yang akan diestimasi reliabilitasnya dapat dibelah

menjadi dua atau tiga bagian sesuai dengan jumlah item.

3. Analisis data

Teknik analisis data merupakan metode yang biasa digunakan untuk menganalisa

data, jadi dengan menganalisa data ini dimaksudkan untuk mengolah data yang diperoleh,

guna membuktikan kebenaran suatu hipotesa. Adapun teknik yang akan penulis gunakan

dalam data statistik adalah dengan menggunakan perhitungan yaitu : Diskriptif korelasi

product moment yang mana rumusnya adalah sebagai berikut :

1. Koefisien korelasi product moment

Dengan harga kritik 0.05 atau interval kepercayaan 95% maka diperoleh hasil :

Apabila Ho : ditolak jika, r = 0

Hi : diterima jika, r diantara 1 dan 1

rxy =

n∑ XY − (∑ X ) . (∑ Y )

√(n∑ X2 − (∑ X )2 . (n∑ Y 2 − (∑ Y )2))

Keterangan :

r : koefisien korelasi

X : variabel x

Y : variabel y

XY : jumlah perkalian antara variabel x dan variabel Y

n : jumlah responden

∑ : sigma (jumlah)

(Jalaludin Rachmad, 1984 : 148)

Sedangkan alasan penulis memakai teknik analisa produck moment dalam

menganalisa data hasil penelitian ini karena data yang diperoleh adalah merupakan interval

dan juga untuk mencari hubungan antara dua variabel yang akan dianalisis selain itu

statistik adalah metode yang sangat tepat sehubungan dengan cara ilmiah untuk menyusun,

mengumpulkan data yang berupa kajian data angka.

Adapun penafsiran akan besarnya koefisien korelasi yang akan digunakan adalah

seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Tingkattingkat korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,199 Rendah

0,40 – 0,199 Sedang

0,60 – 0,199 Kuat

0,80 – 0,199 Sangat kuat

Sumber = Sugiyono (1994 : 19-=