ferdinandusnipa.files.wordpress.com · Web viewdan diskusi). Anda juga menggunakan eksperimen...
Transcript of ferdinandusnipa.files.wordpress.com · Web viewdan diskusi). Anda juga menggunakan eksperimen...
BAB 11
RANCANGAN EKSPERIMEN
Sebuah rancangan eksperimental merupakan pendekatan tradisional dalam melaksanakan
penelitian kuantitatif. Bab ini mendefinisikan penelitian eksperimental, mengidentifikasi
kapan ia digunakan, menilai karakteristik-karakteristik kunci dan mengungkapkan langkah-
langkah dalam melaksanakan dan mengevaluasi rancangan ini.
Pada akhir Bab ini anda diharapkan mampu :
Mendefinisikan tujuan sebuah eksperimen dan mengidentifikasi kapan anda
menggunakan penelitian eksperimen.
Mendeskripsikan alasan-alasan pemilihan secara acak dalam eksperimen
Mengidentifikasi jenis-jenis prosedur yang digunakan untuk mengontrol faktor-faktor
extraneous dalam sebuah eksperimen.
Mendeskripsikan bagaimana para peneliti eksperimen memanipulasi kondisi pemberian
pemberlakuan dalam eksperimen.
Mendefinisikan variabel terikat (variabel outcome) dalam sebuah eksperimen.
Menjelaskan bagaimana para peneliti membandingkan kelompok-kelompok dalam
eksperimen.
Mendefinisikan jenis-jenis ancaman terhadap validitas internal dan eksternal dalam
eksperimen.
Membedakan antara between group and within group dalam eksperimen.
Mendeskripsikan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian eksperimen atau
quasi-experiment.
Mengidentifikasi kriteria dalam mengevaluasi penelitian eksperimen.
Maria memutuskan untuk melakukan eksperimen. Ia meneliti pertanyaan, “Apakah para
siswa yang menerima pengajaran di dalam kelas berkaitan dengan bahaya membawa senjata
ke sekolah memiliki sikap yang berbeda terhadap senjata dibandingkan dengan mereka yang
tidak menerima pengajaran seperti itu?” Dengan menggunakan dua kelas mata pelajaran
kesehatan yang berpartisipasi dalam penelitian ini ia memberikan pengajaran tentang
kesehatan sesuai standar kurikulum dan kepada kelas yang lain disamping kurikulum standar
ia juga memberikan pengajaran tentang bahaya-bahaya senjata di kalangan remaja. Pada
akhir semester ia melakukan survei dengan mengukur sikap mereka terhadap senjata atau
keberadaan senjata di sekolah. Maria menemukan bahwa para siswa yang mengikuti
kurikulum yang ditambah dengan informasi tentang bahaya senjata memiliki sikap negatif
terhadap senjata ketimbang siswa yang mengikuti kurikulum standar saja.
APA ITU EKSPERIMEN?
Dalam sebuah eksperimen, anda mengetes sebuah gagasan (praktek atau prosedur) untuk
menentukan apakah ia berpengaruh terhadap variabel bebas atau variabel outcome. Anda
mula-mula menentukan gagasan tentang apa yang akan dilakukan eksperimennya, menunjuk
individu-individu untuk mengikutinya (dan menunjuk individu-individu lainnya mengikuti
praktek atau prosedur yang berbeda), dan kemudian menentukan apakah mereka-mereka
yang mengikuti praktek atau prosedur itu memiliki kinerja yang lebih baik dalam variabel
bebas atau outcome ketimbang mereka-mereka yang tidak mengikutinya. Dalam eksperimen
yang dilakukan Maria, ia menguji apakah kurikulum kesehatan yang khusus mengubah sikap
siswa terhadap senjata di sekolah.
Kapan Anda Menggunakan Eksperimen?
Anda menggunakan eksperimen ketika anda berkeinginan membangun hubungan yang ber-
kemungkinan ada antara penyebab dan akibat atau antara variabel bebas dan variabel terikat.
Ini maknanya anda berupaya mengontrol semua variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
variabel outcome atau variabel terikat kecuali variabel bebas. Kemudian, ketika variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat kita mengatakan bahwa variabel bebas
“menyebabkan” atau “berkemungkinan menyebabkan terjadinya variabel bebas”. Karena
eksperimen itu biasanya dikontrol, biasanya eksperimen itu paling baik dilaksanakan dengan
menggunakan rancangan kuantitatif dalam rangka membangun hubungan sebab akibat
(gagasan sebab akibat ini akan diperkenalkan dalam Bab 5). Contoh, bila anda
membandingkan satu kelompok yang mengikuti sebuah perkuliahan dengan metode ceramah
dengan kelompok lain yang mengikuti kuliah dengan metoda diskusi kemudian anda kontrol
semua faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel outcome atau variabel terikat, yakni
skor dalam ujian kuis. Anda menjamin bahwa kemampuan personal dan kondisi ujian sama
untuk kedua kelompok dan anda memberikan pertanyaan yang sama untuk kedua kelompok
tersebut. Anda mengontrol semua variabel yang berkemungkinan berpengaruh terhadap
variabel outcome atau bebas kecuali perbedaan dalam hal jenis metoda perkuliahan (ceramah
dan diskusi). Anda juga menggunakan eksperimen ketika anda memiliki dua atau lebih
kelompok untuk diteliti sebagaimana halnya metoda ceramah versus metoda diskusi ini.
Kapan Eksperimen Dikembangkan?
Penelitian eksperimen muncul pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20, muncul dengan
eksperimen-esperimen psikologi. Pada tahun 1903, Schuyler menggunakan kelompok-
kelompok eksperimen dan kontrol, dan pemanfaatan ini menjadi biasa sehingga ia tidak
merasa perlu memberikan rasional terhadap hal tersebut. Kemudian pada tahun 1916, McCall
mengembangkan gagasan berkenaan dengan menentukan individu-individu secara acak
terhadap kelompok (Campbell & Stanley, 1963). Ketika menulis sebuah buku utama pada
tahun 1925, How to Conduct an Experiment, McCall secara tegas mengembangkan prosedur
bagaimana membandingkan kelompok. Disamping itu pada tahun 1936, buku Fisher yang
berjudul Statistical Methods for Research Workers mendiskusikan prosedur-prosedur statistik
yang bermanfaat dalam eksperimen-eksperimen bidang psikologi dan pertanian. Dalam
bukunya ini Fisher mengembangkan konsep/menentukan individu-individu secara random
untuk kelompok sebelum memulai sebuah eksperimen. Pengembangan-pengembangan lain
berkaitan dengan prosedur-prosedur statistik pada waktu itu (misalnya, chi-square goodness
of fit dan nilai kritikal) dan pengujian signifikansi perbedaan (Fisher, 1935 The Design of
Experiments) mencakup penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan. antara 1926 dan
1963, lima buah buku teks tentang statistis telah mengalami berkali-kali perbaikan (edisi)
(Huberty, 1993).
Pada 1963, Champbell dan Stanley telah mengidentifikasi tipe-tipe utama dari
rancangan eksperimen. Mereka mengungkapkan 15 tipe yang berbeda dan mengevaluasi
masing-masing design itu dalam kaitannya dengan ancaman terhadap validitas. Rancangan-
rancangan ini masing tetap populer. Kemudian tahun 1979, Cook dan Champbell
mengelaborasi tipe-tipe rancangan ini mengembangkan diskusi berkenaan dengan ancaman
terhadap validitas. Kedua buku ini, Campbell dan Stanley serta Cook dan Campbell,
mengembangkan rancangan-rancangan dasar, notasi dan sajian-sajian visual, ancaman-
ancaman potensial terhadap rancangan, dan prosedur-prosedur statistis dari ekperimen dalam
bidang pendidikan.
Semenjak tahun 1980, eksperimen-eksperimen ini berkembang menjadi rumit dan
kompleks terutama sekali disebabkan oleh kemajuan dalam bidang komputer dan perbaikan
dalam prosedur-prosedur statistik. Para peneliti saat ini menggunakan variabel-variabel jamak
untuk variabel bebas dan variabel terikat, membandingkan lebih dari dua kelompok, dan
meneliti jenis-jenis unit analisis eksperimen yang berbeda, seperti keseluruhan organisasi,
kelompok-kelompok dan individu-individu (Boruch, 1998; W.L Neuman, 2000). Perbaikan-
perbaikan prosedural melahirkan perkembangan eksperimen terakhir ini, dan sejumlah buku
“how to” (Bausell, 1994) tersedia bagi peneliti pendidikan. Disamping itu buku-buku yang
mengaitkan prosedur-prosedur statistik dengan rancangan penelitian dalam hal perancangan
eksperimen yang sensitif (Lipsey, 1990) mewakili gagasan-gagasan baru dalam memperkuat
prosedur-prosedur dalam penelitian eksperimen.
APA KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK KUNCI DARI EKSPERIMEN?
Sebelum anda melakukan sebuah eksperimen, akan bermanfaat kiranya bagi anda untuk
memahami lebih dalam beberapa gagasan-gagasan kunci terkait dengan penelitian
eksperimen. Gagasan-gagasan ini antara lain adalah :
Penentuan secara acak (random assignment)
Pengontrolan terhadap variabel-variabel ekstraneous
Manipulasi dari kondisi pemberian perlakuan
Pengukuran variabel outcome
Perbandingan kelompok
Ancaman terhadap validitas
Untuk membuat pembicara diskusi ini bisa diterapkan kita akan menggunakan contoh-
contoh dalam bidang pendidikan untuk memberikan ilustrasi bagi konsep-konsep tersebut di
atas. Seorang peneliti berupaya meneliti cara-cara memotivasi para remaja untuk mengurangi
atau berhenti merokok. Sebuah sekolah menengah umpamanya memiliki program
mengancam siswa yang tertangkap merokok di sekolah. Di sekolah yang metropolis ini
banyak siswa yang merokok, smoking infractions setiap tahun besar jumlahnya. Para siswa
yang tertangkap harus mengambil mata pelajaran civics secara khusus (semua siswa
diwajibkan mengambil mata pelajaran civics itu) dimana guru memperkenalkan atau
mengajarkan sebuah unit pembelajaran khusus tentang bahaya merokok. Dalam unit ini
mendiskusikan isu-isu berkaitan dengan kesehatan, penggunaan gambar yang
memperlihatkan rusaknya paru-paru si perokok, dan meminta para siswa menuliskan
pengalaman-pengalaman mereka sebagai perokok. Para instruktur memberikan beberapa
mata pelajaran civics selama satu semester dan dalam penelitian ini kita sebut situasi
eksperimental ini sebagai “civics-smoking experiment”.
Penentuan Secara Acak (Random Assignment)
Sebagai seorang peneliti eksperimen, anda harus menunjuk para individu itu masuk ke dalam
sesuatu kelompok. Pendekatan yang paling baik untuk ini adalah menentukan secara acak
para individu ke dalam kelompok perlakuan. Random Assignment adalah proses penentuan
para individu secara acak ke dalam kelompok atau kelompok-kelompok yang berbeda di
dalam sebuah eksperimen. Penentuan individu-individu secara acak ke dalam kelompok-
kelompok tadi.
Anda menggunakan penentuan secara acak (random assignment) sehingga bias dalam
karakteristik personal dari individu-individu di dalam eksperimen tersebar secara merata di
antara masing-masing kelompok. Dengan sistem pengacakan ini anda memberikan kontrol
terhadap karakteristik extraneous dari para partisipan yang bisa berpengaruh terhadap
variabel outcome (misalnya kemampuan siswa, rentang perhatian (attention span dan
motivasi). Istilah ekperimen untuk proses ini adalah “equating the groups” (penyamaan
kelompok). Equating the groups (pemadanan kelompok) bermakna bahwa si peneliti
mengusahakan secara acak agar para individu dimasukkan ke dalam kelompok dan
mendistribusikan secara merata setiap variabilitas yang terdapat dalam individu antar masing-
masing kelompok atau kondisi-kondisi yang terdapat dalam eksperimen. Dalam prakteknya
faktor-faktor personal yang dibawa oleh para partisipan ke dalam eksperimen tidak bisa
secara menyeluruh dikontrol—bias atau kesalahan akan selalu berpengaruh terhadap variabel
outcome. Walaupun demikian, melalui penyebaran secara sistematis kesalahan-kesalahan
yang potential diantara kelompok-kelompok si peneliti secara teoritis telah mendistribusikan
bias itu secara acak. Dalam contoh kita civics-smoking experiment si peneliti bisa
menggunakan daftar dari mereka yang anti merokok di sekolah dan secara acak menunjuk
mereka masuk ke dalam salah satu dari dua kelas pembelajaran civics secara khusus.
Anda jangan bingung karena adanya dua istilah yaitu random assignment (penentuan
secara acak individu-individu ke dalam sesuatu kelompok) dan random selection (pemilihan
secara acak individu-individu di dalam kelompok). Keduanya merupakan istilah penting
dalam penelitian kuantitatif tapi penggunaan dan tujuannya berbeda. Seperti diungkapkan
dalam bab 6 peneliti kuantitatif secara acak memilih sampel dari sebuah populasi. Dengan
cara ini sampel merupakan perwakilan dari populasi dan anda bisa mengeneralisasikan hasil-
hasil penelitian yang diperoleh terhadap populasi.
Eksperimen sering tidak melibatkan pemilihan partisipan secara acak dengan beberapa
alasan. Para partisipan sering merupakan individu-individu yang tersedia untuk berpartisipasi
di dalam eksperimen atau yang berpartisipasi secara sukarela. Walaupun pemilihan secara
acak penting dalam eksperimen ia berkemungkinan tidak bisa dilakukan. Walaupun demikian
tipe eksperimen yang paling rumit mencakup random assignment.
Dalam contoh civics-smoking experiment anda bisa jadi menyeleksi para individu
secara acak dari sebuah populasi yang terdiri dari mereka yang anti rokok (terutama sekali
apabila kelas pembelajaran civics secara khusus jumlahnya banyak). Walaupun demikian,
anda akan cenderung menempatkan semua siswa yang anti rokok di dalam kelas-kelas
pembelajaran civics secara khusus, dengan demikian memberikan peluang kepada anda untuk
mengontrol melalui random assignment ketimbang random selection.
Pengontrolan Terhadap Variabel-Variabel Extraneous
Dalam menentukan individu-individu secara acak kita mengatakan bahwa kita mengontrol
variabel-variabel extraneous yang boleh jadi berpengaruh terhadap hubungan antara praktek
baru (diskusi tentang bahaya-bahaya kesehatan) dan outcome (frekuensi merokok).
Extraneous factors adalah setiap pengaruh yang terjadi pada saat menyeleksi para
partisipan, prosedur-prosedur statistik atau rancangan yang cenderung berpengaruh terhadap
outcome dan memberikan penjelasan alternatif terhadap hasil penelitian selain daripada yang
kita harapkan. Semua eksperimen memiliki kesalahan acak atau random error (dimana skor
tidak memperlihatkan skor yang sebenarnya atau true score) dari populasi yang tidak bisa
kita kontrol, akan tetapi kita bisa mencoba mengontrol faktor-faktor extraneous sebanyak
mungkin. Penentuan secara acak adalah keputusan yang dibuat oleh si peneliti sebelum
eksperimen dilakukan. Prosedur-prosedur kontrol lainnya yang bisa anda gunakan baik
sebelum dan selama eksperimen adalah pretests, covariates, menjodohkan partisipan, sampel
homogen, dan memblok variabel-variabel.
Prerests dan Posttests
Untuk “menyamakan” karakteristik-karakteristik dari kelompok para peneliti eksperimen bisa
menggunakan pretest, umpakan kita tertarik pada apakah kelas civics (kewarganegaraan)
tertentu berpengaruh terhadap sikap siswa tentang merokok. Dalam eksperimen ini kita bisa
mengukur sikap sebelum perlakuan (diskusi tentang bahaya-bahaya kesehatan), dan
setelahnya. Untuk melihat apakah diskusi memberikan dampak terhadap sikap siswa. Dalam
eksperimen ini kita perlu melakukan pretest untuk mengukur sikap para siswa.
Pretest memberikan ukuran terhadap sesuatu atribut atau karakteristik yang bisa anda
nilai wujud dalam diri partisipan dalam sebuah eksperimen sebelum mereka menerima
sebuah pengakuan. Setelah perlakuan anda bisa memberikan pelajaran membaca berkenaan
dengan atribut atau karakteristik. Posttest adalah ukuran tentang sesuatu atribut atau
karakteristik yang diukur dalam diri partisipant di dalam sebuah eksperimen setelah
perlakuan diberikan. Di dalam contoh kita ini bisa jadi sikap siswa terhadap merokok pada
akhir semester setelah perlakukan eksperimen diberikan. Perbandingan atas dasar pretest dan
posttest tentang sikap terhada merokok akan memberikan pemahaman yang lebih baik
terhadap tingkah laku aktual merokok ketimbang dengan menggunakan ukuran posstest saja.
Pretest memiliki kelebihan-kelebihan disamping kelemahan-kelemahan. Ia memakan
waktu dan tenaga untuk melakukannya (siswa harus mengisi instrumen/angket pada awal
semester). Ia juga meningkatkan ekspetasi para partisipan tentang hasil penelitian (outcome)
yakni para siswa bisa jadi telah mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan
sikap mereka tentang merokok dan akan berpengaruh tentang respon mereka. Pretest boleh
jadi berpengaruh terhadap perlakuan yang diberikan dalam eksperimen (para siswa bisa jadi
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan perlakuan tersebut didorong oleh rasa ingin tahu
mereka berkaitan dengan pretest dan sikap terhadap merokok. Apabila test-test sikap dan
prestasi digunakan sebagai pretest skornya boleh jadi juga berpengaruh terhadap skor posstest
karena para partisipan bisa mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan pada posstest didasarkan
pada apa yang mereka sudah alami dalam pretest.
Kovariat
Karena pretest bisa berpengaruh terhadap aspek-aspek eksperimen kovariat sering dikontrol
secara statistik dengan menggunakan prosedur kovariat ketimbang semata-mata
membandingkannya dengan skor-skor posstest. Covariates adalah variabel-variabel yang
dikontrol oleh si peneliti dengan menggunakan teknik-teknik statistik dan mengaitkannya
dengan variabel terikat akan tetapi tidak terkait dengan variabel bebas. Si peneliti perlu
mengontrol variabel-variabel ini yang secara potensial bisa bervariasi dengan variabe-
variabel bebas. Sering variabel-variabel ini merupakan skor-skor dalam pretest, tapi bisa juga
variabel apa saja yang berkorelasi dengan variabel terikat. Prosedur statistik terkait dengan
analisi kovarian ini menyesuaikan skor-skor dari variabel terikat untuk memperhitungkan
besar kecilnya kovarian. Prosedur ini merupakan cara lain untuk “menyamakan” kelompok-
kelompok dan mengontrol pengaruh-pengaruh potensial yang bisa memberikan dampak
kepada variabel terikat.
Sebuah ilustrasi terkait dengan contoh civics smoking experimen memperlihatkan
bagaimana si peneliti menghilangkan variansi antara kovariat dan variabel terikat dalam
rangka menilai variansi antara variabel bebas dan variabel terikat. Perhatikan diagram 11.1
yang memperlihatkan dua rangkaian bulatan. Pada sisi sebelah kiri memperlihatkan dua
variabel bebas dan variabel terikat tanpa ada kovariat. Bagian yang dihitamkan menyatakan
variabilitas dalam hal merokok dilihat dari sisi pengajaran ; variabilitas yang tidak bisa
dijelaskan yang disebut error diperlihatkan dengan hatch mark. Sekarang kita bisa melihat
bahwa variansi yang bisa dijelaskan meningkat dan jumlah variabilitas yang tidak bisa
dijelaskan (error) sebenarnya berkurang karena kita telah bisa menjelaskan lebih banyak
variansi. Dengan menambah sebuah kovariat terkait dengan orangtua yang perokok si peneliti
meningkatkan jumlah varian yang bisa dijelaskan dari sisi merokok dan mengurangi variansi
yang tak terjelaskan. Prosedur statistik tentang kovarian (lihat Bab 7) akan menghilangkan
variansi yang sama-sama dimiliki oleh kovariat dan variabel terikat sehingga dengan
demikian variansi antara variabel bebas dan terikat tambah error itulah sisanya. Test ini
memungkinkan si peneliti menilai secara akurat hubungan antara perlakuan dan outcome
(rata-rata merokok) karena jumlah kesalahan yang sudah berkurang.
Menjodohkan Partisipan
Prosedur lain untuk melakukan kontrol dalam sebuah eksperimen adalah untuk menjodohkan
partisipan pada satu atau lebih karakteristik pribadi. Matching adalah proses
mengidentifikasi satu atau lebih karakteristik pribadi atau personal yang berpengaruh
terhadap outcome dan memilih individu dengan karakteristik yang sama ke dalam kelompok-
kelompok eksperimen atau kelompok-kelompok kontrol. Biasanya para peneliti eksperimen
menyamakan partisipan atas dasar satu atau dua karakteristik berikut : gender, skor pretest,
atau kemampuan-kemampuan individu.
Contoh perhatikan diagram 11.2 yang memperlihatkan penjodohan individu-individu
(misalnya 10 orang cowok dan 10 orang cewek) atas dasar gender pada kelompok-kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kembali kita kepada contoh civics smoking eksperiment,
kita bisa menunjuk siswa perokok secara berimbang ke dalam dua kelas civics tertentu
(dengan asumsi bahwa satu kelas memberikan perlakuan dan kelas yang lainnya tidak) atas
dasar gender. Dengan cara begini pengetahuan kita misalnya bahwa anak laki-laki lebih
banyak merokok ketimbang cewek mengontrol pengaruh pontensial dari gender terhadap
frekuensi merokok. Secara prosedural proses penjodohan ini bermakna menentukan cowok
pertama masuk ke dalam kelompok kontrol dan cowok kedua masuk ke kelompok
eksperimen, cowok ketiga masuk ke kelompok kontrol, dan cowok keempat masuk ke
kelompok eksperimen dan seterusnya. Peneliti mengulang proses ini untuk cewek. Dengan
menggunakan prosedur ini kita melakukan kontrol sebelum eksperimen dimulai terhadap
faktor extraneous yang potensial di dalam eksperimen.
Sampel –Sampel Yang Homogen
Pendekatan lain yang digunakan untuk membuat kelompok-kelompok komparabel adalah
dengan memilih sampel yang homogin dengan jalan memilih orang-orang yang bervariasi
sedikit saja dalam karakteristik pribadinya. Contoh, kita bisa mengasumsikan bahwa para
siswa kedua kelas civics (kewarganegaraan) yakni satu kelas diajar dengan menggunakan
metoda ceramah tentang bahaya-bahaya kesehatan dan kelas kedua tidak. Kedua kelompok
ini memiliki kesamaan dalam hal karakteristik pribadi seperti nilai rata-rata akademiknya,
gender kelompok ras atau etnik, kemampuan-kemampuan awal dalam hal civics
(kewarganegaraan). Apabila si peneliti menentuka para siswa masuk ke dalam kedua kelas ini
makin sama karakteristik atau atribut personal mereka makin terkontrollah karakteristik atau
atribut ini di dalam eksperimen. Contoh, apabila semua mereka yang merokok dimasukkan ke
dalam kedua kelas civics ini adalah mereka-mereka yang baru atau siswa baru, dengan
demikian tingkat kelas sudah terkontrol dalam eksperimen ini. Sayang sekali situasi seperti
ini tidak pernah ditemukan dalam penelitian civics smoking eksperiment dan untuk ini si
peneliti boleh jadi menggunakan prosedur-prosedur lain untuk mengontrol individu-individu
yang termasuk pada tingkat kelas yang berbeda.
Memblok Variabel
Salah satu prosedur yang dapat digunakan adalah “memblok” tingkat kelas sebelum
eksperimen dimulai. A blocking variables adalah variabel yang dikontrol oleh si peneliti
sebelum eksperimen dimulai dengan jalan membagi atau memblok para partisipan ke dalam
sub-sub kelompok atau kategori-kategori dan menganalisis dampak dari masing-masing sub
kelompok itu terhadap outcome. Variabel umpamanya jender dapat diblok menjadi kelompok
pria dan wanita ; sama halnya juga tingkat kelas dapat diblok menjadi empat kategori (pada
level universitas) yakni freshmen, sophomores, juniors and seniors. Dalam prosedur ini si
peneliti membentuk sub-sub kelompok yang homogin dengan jalan memilih satu karakteristik
yang berlaku untuk semua partisipan di dalam penelitian (umpamanya kategori-kategori
gender atau perbedaan umum). Kemudian si peneliti secara acak menentukan individu-
individu untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
menggunakan masing-masing kategori tersebut. Contoh, apabila para siswa yang
berpartisipasi dalam eksperimen itu terdiri dari mereka-mereka yang berumur 15 tahun dan
16 tahun anda tentukan umur itu secara sama yakni mereka masing-masing yang berumur 15
tahun dan 16 tahun dimasukan ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara
berimbang.
Memanipulasi Kondisi-Kondisi Perlakuan
Sekali anda memilih partisipan anda tentukan mereka secara acak untuk masuk ke dalam
kondisi-kondisi perlakuan di dalam eksperimen. Di dalam experimental treatment, si
peneliti secara fisik mengintervensi untuk melakukan perubahan terhadap kondisi-kondisi
yang dialami oleh unit-unit eksperimen (memberikan hadiah bagi mereka yang kinerjanya
baik atau jenis metoda pengajaran di dalam kelas secara khusus, seperti diskusi kelompok
kecil.
Dalam contoh kita, si peneliti memanipulasi salah satu bentuk pengajaran dalam kelas
civics (kewarganegaraan) khusus yakni memberikan kegiatan-kegiatan terkait dengan
bahaya-bahaya merokok terhadap kesehatan. Secara khusus prosedurnya sebagai berikut :
Mengidentifikasi variabel perlakuan : jenis metoda pembelajaran dalam pengajaran
civics
Mengidentifikasi kondisi-kondisi atau tingkat-tingkat variabel : pengajaran di dalam
kelas bisa jadi tentang (a) topik-topik reguler, atau (b) topik-topik terkait dengan
bahaya-bahaya merokok terhadap kesehatan.
Memanipulasi kondisi-kondisi perlakuan : memberikan kegiatan-kegiatan khusus
tentang bahaya-bahaya merokok bagi kesehatan kepada satu kelas dan kepada kelas
lainnya tidak.
Prosedur-prosedur ini memperkenalkan konsep-konsep baru yang akan kita diskusikan
dengan menggunakan ontoh-contoh khusus sehingga anda bisa melihat bagaimana konsep-
konsep tersebut terlaksana.
Variabel Perlakuan
Dalam eksperimen anda perlu memfokuskan pada variabel bebas. Ingat, dalam bab 5
dinyatakan bahwa variabel-variabel ini berpengaruh atau berdampak pada variabel bebas di
dalam penelitian kuantitatif. Ingat bahwa kedua jenis variabel adalah variabel perlakuan dan
variabel diukur. Dalam eksperimen variabel-variabel perlakuan adalah variabel-variabel
bebas yang dimanipulasi oleh si peneliti untuk menentukan pengaruhnya terhadap outcome
atau variabel terikat. Variabel perlakuan adalah variabel-variabel kategorikal yang diukur
dengan menggunakan skala-skala kategorikal sebagaimana telah dibicarakan dalam bab 6.
Contoh, variabel independent perlakuan yang digunakan dalam eksperimen pendidikan bisa
jadi :
Tipe pengajaran (kelompok kecil atau kelompok besar)
Tipe kelompok membaca (phonics readers, whole-language readers)
Kondisi
Dalam kedua contoh ini kita memiliki dua kategori dalam masing-masing variabel perlakuan.
Dalam eksperimen variabel perlakuan harus memiliki dua atau lebih kategori atau tingkat. Di
dalam eksperimen tingkat adalah kategori-kategori variabel perlakuan. Contoh, anda bisa jadi
membagi tipe pembelajaran menjadi (a) ceramah tentang civics secara standar, (b) ceramah
yang standar tentang civics plus diskusi tentang bahaya-bahaya merokok terhadap kesehatan,
dan (c) ceramah standar tentang sivics plus diskusi tentang bahaya-bahaya meroko terhadap
kesehatan ditambah penayangan slides berkenaan dengan paru-paru yang sudah rusak karena
merokok. Dalam contoh ini kita memiliki tiga tingkat dari variabel perlakuan.
Intervening Terhadap Kondisi-Kondisi Perlakuan
Si peneliti eksperimen memanipulasi satu atau lebih kondisi-kondisi variabel perlakuan.
Dengan kata lain di dalam sebuah ekserimen si peneliti secara fisik melakukan intervensi atau
memanipulasi dalam satu atau lebih kondisi sehingga para individu mengalami sesuatu yang
berbeda di dalam kondisi eksperimen ketimbang kondisi yang dialami oleh kelompok
kontrol. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan sebuah eksperimen anda perlu memanipulasi
setidak-tidaknya satu kondisi dari variabel bebas. Mudah mengidentifikasi situasi-situasi
dimana anda mengukur variabel bebas dan mendapatkan data-data kategorikal tetapi tidak
mampu memanipulasi salah satu dari kondisi-kondisi tersebut. Seperti diperlihatkan oleh
diagram 11.3 si peneliti mengukur tiga variabel bebas yakni umur, gender, dan tipe
pembelajaran, hanya tipe pembelajaran (lebih khusus lagi dua kondisi yang terdapat di
dalamnya) dimanipulasi. Variabel perlakuan (tipe pembelajaran) adalah variabel kategorikal
dengan tiga kondisi atau tiga tingkat. Beberapa orang siswa mendapatkan ceramah (bentuk
tradisional dalam pembelajaran di kelas sebagai kelompok kontrol. Yang lainnya menerima
sesuatu yang baru, seperti ceramah ditambah tentang diskusi bahaya-bahaya terhadap
kesehatan, atau (kelompok perbandingan) atau ceramah plus pembicaraan terhadap bahaya-
bahaya terhadap kesehatan plus tayangan-tayangan tentang paru-paru yang sudah rusak
akibat merokok (kelompok perbandingan yang lain). Singkatnya para peneliti eksperimental
memanipulasi atau mengintervensi dengan satu atau lebih kondisi dari variabel perlakuan.
OUTCOMES MEASURES
Dalam semua situasi eksperimen anda menilai apakah kondisi perlakuan tersebut
berpengaruh terhadap hasil atau variabel dependent, seperti rata-rata pengurangan merokok
atau prestasi dalam tes. Di dalam eksperimen, outcomes (respon, kriteria, atau postes) adalah
variabel dependent yang diperkirakan merupakan efek dari variabel perlakuan. Ia juga
merupakan efek yang diprediksi dalam hipotesis dalam kerangka cause-and-effect equation
(persamaan sebab akibat). Contoh daripada variabel-variabel dependent dalam eksperimen
bisa jadi berupa :
Skor prestasi dalam tes beracuan kriteria
Skor-skor tes dalam tes sikap
Outcomes measures yang baik sensitif terhadap perlakuan dimana ia memberikan respon
terhadap sekecil apapun intervensi yang diberikan. Outcomes measures (begitu juga variabel-
variabel perlakuan harus memiliki validitas sehingga para peneliti eksperimental dapat
mengambil kesimpulan yang valid dari eksperimen tersebut.
Perbandingan Kelompok
Dalam sebuah eksperimen, anda juga membandingkan skor-skor dari perlakuan-perlakuan
yang berbeda dalam hal outcome (variabel terikat). Perbandingn kelompok adalah proses
yang dilakukan oleh si peneliti guna mendapatkan skor-skor individu atau kelompok untuk
sebuah variabel terikat dan membandingkan rata-rata serta variansi yang terdapat di dalam
kelompok dan antar kelompok (lihat Kepple, 1991, guna mendapatkan informasi tentang
prosedur statistik yang rinci berkenaan dengan proses ini).
Guna memvisualisasikan proses ini, perhatikan data-data aktual dari sebuah eksperimen
yang dilakukan oleh Gettinger (1993), meneliti dampak dari prosedur pengoreksian yang
dilakukan oleh guru terhadap ejaan murid-murid kelas 3. Seperti diperlihatkan oleh Diagram
11.4, ada tiga cara melihat eksperimen yang dilakukan oleh Gettinger ini. Gettinger mengkaji
apakah terdapat hubungan yang positif antara prosedur pengoreksian itu dengan akurasi ejaan
yang dibuat oleh para siswa (fase 1). Ia kemudian mengambil tiga kelompok siswa: Kelas A,
Kelas B dan Kelas C. Kelas A (kelompok kontrol) diajar dengan mengggunakan metoda
biasa mengeja 15 buah kata-kata, yang kesemuanya terdapat dalam buku-buku latihan
mereka, menuliskan kalimat-kalimat dengan menggunakan masing-masing kata-kata
tersebut, dan mempelajari kata-kata tersebut dengan cara mereka sendiri. Kelas B (kelompok
pembanding) melakukan hal yang sama kecuali bahwa mereka mempelajari kata-kata yang
jumlahnya dibatasi – tiga set kata-kata masing-masing terdiri dari lima buah kata-kata. Kelas
C (kelompok eksperimen)menggunakan prosedur latihan “salah dan perbaiki” yang terdiri
dari mengerjakan tes dengan “memperbaiki kesalahan sendiri”, memperhatikan kata-kata
yang salah eja, dan menuliskan kembali ejaan yang tepat dan ejaan yang salah dari kata-kata
tersebut. Seperti diperlihatkan dalam Fase 2, ketiga kelompok siswa itu melaksanakan
prosedur latihan “salah dan perbaikia” itu selama 6 minggu, dan setelah 6 minggu penggalan
ketiga, ketiga kelompok tersebut diuji. Fase 3 memperlihatkan perbandingan dengan
menggunakan teknik statistik diantara ketiga kelompok atas dasar skor dari masing-masing
ketiga tes. Kelas A meningkat sedikit (dari 10,3 pada Tes 1 menjadi 11,1 pada Tes 3);
sedangkan skor Kelas B malah menurun pada ketiga tes. Kelas C, kelompok eksperimen,
menunjukkan peningkatan yang lumayan tinggi. Nilai uji tes F memperlihatkan skor yang
bervarasi secara signifikan terdapat pada Tes 2 dan Tes 3 ketika si peneliti melakukan
perbandingan terhadap ketiga kelompok. Perbandingan yang dilakukan secara statistik
memperhatikan juga skor rata-rata (mean score) dan variasi yang terdapat di dalam kelompok
dan variasi antar kelompok sehingganya swampai pada kesimpulan “secra statistik signifikan
pada tingkat p=<0,05.
Ancaman terhadap Validitas
Gagasan terakhir tentang eksperimen adalah merancangnya sedemikian rupa sehingga bisa
meminimalkan kompromi dalam mengambil kesimpulan yang baik dari data-dta yang
diperoleh dari eksperimen. A threat to validity (ancaman terhadapa validitas) bermakna
bahwa hal-hal yang terkait dengan rancangan penelitian bisa jadi merupakan ancaman
terhadap eksperimen sehingga kesimpulan yang diperoleh dari data memberikan pemahaman
yang salah berkenaan dengan hubungan sebab akbiat antara perlakukan dan hasil yang
diperoleh. Walaupun para penulis mengidentfkasi ancamana seperti misalnya tidak memiliki
ukuran yang bagus atau menggnakan statistik yang kurang tepat, dua bentuk ancaman yang
sering dibicarakan terkait dengan validits intrnal dan validitas eksternal akan menjadi fokus
pembicaraan kita (Bracht & Glass, 1968; Campbell & Stanley, 1963; Cook & Campbell,
1979).
Ancaman terhadap Validitas Internal
Sejumlah ancaman terhadap pengambilan inferensi yang tepat terkait dengan rancangan dan
prosedur penelitian yang digunakabn di dalam eksperimen. Thrrats to internal validity
(ancaman terhadap validitas internal) adalah permasalahan yang mengancam kemampuan
kita untuk mengambil inferensi sebab akibat yang tepat yang muncul disebabkan oleh
prosedur eksperimen atau hal-hal yang dialami oleh para partisipan penelitian.Dari kesermua
anacaman terhadap validitas ini, ancaman-ancaman ini merupakan yang terparah karena ia
bisa mengacaukan sebuah eksperimen yang baik. Ancaman-ancaman terhadap validitas
internal berikut dan prosedur-prosedur yang disarankan untuk pencegahannya sudah banyak
dibicarakan di dalam literatur berkenaan dengan rancangan eksperimen (lihat Cook &
Campbell, 1979; Reichardt & Mar, 1998; Tuckman, 1999). Agar masing-masing ancanman
potensial itu terlihat ralistik, akan kami coba ilustasikan dengan menggunakan situasi-situasi
hipotetis terkait dengan the civics-smoking exsperimet.
Kategorit pertama terkait dengan ancaman yang berhubungan dengan partisipan di
dalam penelitian dan apa-apa yang mereka alami.
History: Waktu yang berlalu antara awal dan akhir eksperimen, dan kejadian-
kejadian yang mungjkin terjadi (misalnya, pembicaraan-pembicaraan lain tentang
bahaya merokok disamping perlakuan berbentuk “ceramah”) antara tes awal dan tes
akhir yang berpengaruh terthadap hasil penelitian. Di dalam eksperimen dalam
bidang pendidikan, tidak akan mungkin dilakukan pengontolan terhadap lingkungan
secara ketat dan kemudian memonitor hasilnya. Walaupun demikian, si peneliti bisa
saja memiliki kontrol dan menjaga agar kelompok-kelompok eksperimen
mengalami hal yang persis sama (kecuali untuk perlakuan) selama eksperimen
berlangsung.
Maturation: Individu-individu bisa saja salama, eksperimen berlangsung, berubah
dan berkembang (misalnya menjadi lebih tua, lebih arif, lerbih kuat, dan lebih
berpenalaman), danperubahan ini bisa berpengaruih terhadap skor yang mereka
peroleha untuk tes awal dan tes akhir. Pemilihan partisisipan secara cermat yang
menjadi lebih matang atau bertumbuh dengn cara-cara yang sama (misalnya dipilih
mereka-mereka yang satu tingkat/kelas) untuk kelompok kontrol maupun kelompok
ekperimen akan membantu menghindar dari masalah ini.
Regression: Apabila si peneliti memilih individu-individu untuk sebuah kelompok
atas dasar skor-skor yang ekstrim, mereka tentu saja akan memperlihatkan kinerja
yang lebih baik (lebih jelek) pada tes akhir ketimbang pada tes awal apapun yang
terjadi dengan perlakukan. Skor masing-masing individu, berkat perjalanan waktu,
regress (cenderung mendekati) rata-rata. Contoh, terpilihnya para perokok berat
untuk sebuah eksperimen barangkali akan memberikan kontribusi terhadap
rendahnya rata-rata frekuensi merokok setelah eksperiman berlangsung karena para
remaja yang terpilih memulainya dari rata-rata frekuensi merokok yang tinggi pada
awal eksperimen. Pemilihan terhadap individu-individu yang tidak memiliki skor
yang ekstrim dalam hal karakteristik awal (perokok pemula atau perokok biasa/rata-
rata pada saat tes awal) membantu menghindari terjadinya masalah ini.
Selecion: “Faktor orang” faktor orang boleh jadi juga membawa ancaman yang
berpengaruh terhadap outcome seperti pemilihan individu-individu yang lebih pintar,
lebih tanggap terhadap perlakuan atau lebih mengenal perlakuan (misalnya para
remaja perokok yang sudah siap berhenti merokok) yang terdapat dalam kelompok
ekperimen. Pilihan secara random merupakan salah satu cara untuk menghindarkan
ancaman-ancaman seperti ini.
Mortality: Apabila individu-individu berhenti ikut serta dalam eksperimen ini karena
berbagai alasan (misalnya alasan waktu, minat, uang, teman-teman atau orang tua
tidak yang mengizinkan mereka berpartisipasi dalam eksperimen tentang merokok
ini), mengambil kesimpulan dari skor-skor boleh jadi sulit. Para peneliti perlu
memilih sampel yang besar kemudian membandingkan mereka-mereka yang
berhenti itu dengan mereka yang tetap berpartisipasi dalam hal outcomenya (rata-
rata frekuensi merokok).
Interaction with selection. Beberapa ancaman yang dikemukakan diatas bisa juga
berinteraksi dengan pemilihan partisipan yang melahirkan ancaman baru terhadap
eksperimen. Individu-individu yang dipilih bisa jadi menjadi matang dengan rata-
rata waktu yang berbeda (anak laki-laki dan perempuan yang berumur 16 tahun
bisa jadi perkembangan kedewasaannya tidak sama selasema eksperimen tersebut.
Peristiwa-peristiwa historis boleh jadi juga berinteraksi dengan seleksi karena
individu-individu dalam kelompok yang berbeda berasal dari lingkungan yang
berbeda. Contoh banyak anak-anak yang berlatarbelakang sosioekonomi yang
berbeda dalam eksperimen tentang remaja yang merokok boleh jadi mengandung
faktor-faktor historis yang tak terkontrol pada saat memilih para partisipan
tersebut. Pemilihan terhadap para partisipan bisa juga mempengaruhi terhadap
skor yang diperoleh dari instrumen terutama apabila kelompok yang berbeda
memiliki skor pada posisi rata-rata yang berbeda dalam sebuah tes yang intervalnya
tidak sama. Apabila skala pengukuran jumlah rokok ambigu (misalnya jumlah rokok
yang dihisap perminggu atau perhari?) kelompok-kelompok cenderung meng-
interpretasikan dalam skala yang berbeda.
Kategori selanjutnya berkaitan dengan ancaman yang berhubungan dengan
perlakuan yang digunakan di dalam eksperimen:
Diffusion of treatments: Apabila kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
saling berkomunikasi, kelompok kontrol bisa mendapatkan sesuatu informasi
dari kelompok eksperimen tentang perlakuan tersebut dan ini menimbulkan
ancaman terhadap validitas internal. Difusi perlakuan (eksperimen dan non
eksperimen) terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen perlu
dibedakan sejauh mungkin para peneliti ekperimental perlu menjaga kedua
kelompok itu terpisah di dalam sebuah eksperimen (misalnya dua kelas PPKn
yang berbeda berpartisipasi dalam eksperimen). Ini mungkin sulit terwujud
apabila dua kelas PPKn pada tingkat yang sama di sekolah yang sama ikut serta
dalam sebuah eksperimen tentang kasus merokok di lingkungan remaja.
Compensatory equalization: Kalau hanya kelompok eksperimen saja yang
menerima perlakuan suatu ketidaksamaan akan terwujud yang bisa mengancam
validitas penelitian. Manfaatnya (misalnya barang-barang atau jasa yang
diinginkan (terkait dengan perlakuan eksperimen) perlu didistribusikan secara
merata diantara kelompok-kelompok yang terdapat di dalam penelitian. Untuk
menghindarkan masalah ini para peneliti mengunakan kelompok pembanding
(misalnya satu kelompok menerima ceramah tentang bahaya merokok,
sedangkan kelompok yang lain menerima catatan-catatan berkenaan dengan
masalah yang dihadapi oleh remaja perokok) sehingga semua kelompok
mendapatkan manfaat selama eksperimen.
Compensatory rivalry: Apabila anda secara publik mengumumkan penunjukkan
individu-individu yang masuk ke dalam kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, compensatory rivalry bisa terwujud diantara masing-masing
kelompok karena kelompok kontrol bisa jadi merasa “dianaktirikan”. Para
peneliti bisa mencoba menghindarkan ini dengan jalan berupaya mengurangi
kesadaran dan ekspektasi manfaat dari perlakuan terhadap kelompok
eksperimen.
Resentful demoralization. Apabila kelompok kontrol digunakan individu-individu
dalam kelompok ini boleh jadi menjadi cemburu dan memiliki moral rendah
karena mereka merasa bahwa mereka itu menerima perlakuan yang kurang
menyenangkan dibandingkan dengan kelompok lainnya. Salah satu cara untuk
menghindarkan ini adalah memberikan perlakuan terhadap kelompok ini setelah
perlakuan terhadap kelompok eksperimen selesai (misalnya setelah eksperimen
semua kelas menerima ceramah tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Para
peneliti juag bisa memberikan pelayanan yang sama menariknya dengan
perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen tapi tidak langsung
diarahkan pada outcome yang sama sebagaimana diharapkan dengan outcome
perlakuan eksperimen (misalnya diskusi kelas bersama teman-teman tentang
bahaya menyetir mobil ugal-ugalan).
Kategori berikut terkait dengan ancaman-ancaman yang secara khusus terjadi
selama eksperimen yakni, terkait dengan prosedur penelitian:
Testing: Ancaman yang potensial terhadap validitas internal adalah bahwa
partisipan boleh jadi sudah terbiasa dengan outcome sehingga mereka bisa
mengingat jawaban pada saat ujian selanjutnya. Selama eksperimen outcome
diukur lebih dari satu kali seperti pada saat test awal (merokok diulang berkali-
kali). Untuk menghindarkan situasi seperti ini para peneliti sebaiknya
mengurangi pengukuran outcome dan menggunakan butir-butir yang berbeda
pada test akhir dibandingkan dengan butir-butir yang digunakan pada ujian
sebelumnya.
Instrumentation: Antara pemberian test awal dan pemberian test akhir
instrumen boleh jadi berubah yang membawa ancaman terhadap validitas
internal. Contoh para pengamat menjadi lebih berpengalaman selama waktu
antara test awal dan test akhir dan mengubah prosedur-prosedur penskoran
(para pengamat mengubah lokasi untuk mengobservasi remaja yang merokok).
Walaupun jarang terjadi instrumen pengukuran bisa berubah sehingga skala
yang digunakan pada test awal dan test akhir menjadi tidak sama. Untuk
menghindarkan masalah ini prosedur-prosedur harus distandarkan sehingga
skala observasi dan instrumen yang digunakan sama selama masa eksperimen
berlangsung.
Ancaman Terhadap Validitas Eksternal
Dengan jalan meruling out faktor-faktor ekstraneous dan mengasumsikan bahwa perlakuan
berpengaruh terhadap outcome maka para peneliti membuat generalisasi terhadap hasil
penelitian. Threats to external validity (ancaman terhadap validitas eksternal) adalah
masalah yang mengancam kemampuan kita untuk mengambil inferensi yang tepat dari
data-data sampel kepada orang-orang, setting, dan situasi-situasi masa lalu serta situasi-
situasi masa datang. Menurut Cook dan Campbell (1979), ada tiga jenis ancaman yang
berpengaruh terhadap generalisasi: