ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti...

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seperti kita ketahui bahwa bencana merupakan kejadian yang mendadak, tidak terduga dan dapat terjadi pada siapa saja, dimana saja, kapan saja serta mengakibatkan kerusakan dan kerugian harata benda, korban manusia yang relative besar baik mati maupun cedera. Bencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor atau karena kesalahan manusia. Beberapa hal yang diakibatkan oleh kesalahan manusia antara lain karena kelalaian yaitu kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat, serta kebakaran dan runtuhnya gedung. Adapula bencana yang sengaja dilakukan oleh manusia antara lain peledakan bom oleh teroris, pembakaran serta kerusuhan. Beberapa macam bencana yang telah terjadi antara lain bencana alam, kecelakaan lalu lintas darat, udara dan laut serta bom semuanya mengakibatkan banyak korban yang meninggal. Identifikasi Korban Massal sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup dan mati sangat diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan Asuransi, Pensiun, Warisan, dan lain-lain. Penanganan korban mati pada bencana selama ini belum mendapat perhatian yang serius, penuh tantangan serta 1

Transcript of ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti...

Page 1: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Seperti kita ketahui bahwa bencana merupakan kejadian yang mendadak, tidak

terduga dan dapat terjadi pada siapa saja, dimana saja, kapan saja serta mengakibatkan

kerusakan dan kerugian harata benda, korban manusia yang relative besar baik mati

maupun cedera.

Bencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung meletus, banjir, tanah

longsor atau karena kesalahan manusia. Beberapa hal yang diakibatkan oleh kesalahan

manusia antara lain karena kelalaian yaitu kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat,

serta kebakaran dan runtuhnya gedung. Adapula bencana yang sengaja dilakukan oleh

manusia antara lain peledakan bom oleh teroris, pembakaran serta kerusuhan.

Beberapa macam bencana yang telah terjadi antara lain bencana alam, kecelakaan

lalu lintas darat, udara dan laut serta bom semuanya mengakibatkan banyak korban yang

meninggal. Identifikasi Korban Massal sangat penting mengingat kepastian seseorang

hidup dan mati sangat diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan

Asuransi, Pensiun, Warisan, dan lain-lain.

Penanganan korban mati pada bencana selama ini belum mendapat perhatian yang

serius, penuh tantangan serta memerlukan dana, sarana dan prasarana yang cukup mahal

serta dibutuhkan profesionalisme dari para petugas yang menangani hal tersebut.

Selain itu terbatasnya sumber daya manusia yang menangani korban mati baik

dalam kuantitas maupun kualitas memerlukan perhatian khusus agar dapat memenuhi

kebutuhan saat ini.

Berbagai kerawanan bencana yang menimpa berbagai wilayah Indonesia secara

berturut-turut dan terus menerus, baik yang dikarenakan oleh alam, maupun karena sebab

ulah manusia, wabah penyakit dan dampak kemajuan teknologi seperti yang telah

disebutkan di atas selalu mengakibatkan penderitaan, korban jiwa manusia, kerugian

material, disamping rusaknya lingkungan serta hasil-hasil pembangunan yang telah

dengan susah payah diusahakan.

1

Page 2: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

Adanya korban penderita masal dari semua kejadian diatas, mulai dari yang ringan

sampai kepada yang terberat yakni korban meninggal membawa dampak yang tidak ringan

terhadap rumah sakit sebagai unsur kesehatan yang akan memberikan pertolongan medik

kepada korban. Karena biasanya terdapat ketidak seimbangan antara kejadian dan fasilitas

pertolongan, serta kapasitas daya tampung rumah sakit saat ini yang serba terbatas..

Penanggulangan penderita korban masal dengan berbagai tingkat kegawat-

daruratannya harus melalui suatu sistem yang menjamin kecepatan, ketepatan pertolongan

baik di tingkat pra rumah sakit maupun di tingkat rumah sakit. Dalam pelaksanaannya

diperlukan suatu pengaturan yang jelas mengenai organisasi, tata laksana, koordinasi

penyiapan tenaga dan fasilitas, komunikasi dan pola operasional terpadu antar semua

unsur terkait.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari data di atas adalah sebagai berikut :

1. Apa definisi korban massal?

2. Apa Penyebab korban massal?

3. Bagaimana Siklus manajemen penanggulangan bencana?

4. Bagaimana penatalaksanaan korban bencana massal?

5. Bagaimana Triase korban bencana massal?

6. Bagaimana Algoritma Sistem start?

7. Bagaimana Tindakan dan evakuasi medik korban massal?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah di atas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi korban massal?

2. Untuk mengetahui Penyebab korban massal?

3. Untuk mengetahui Siklus manajemen penanggulangan bencana?

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan korban bencana massal?

5. Untuk mengetahui Triase korban bencana massal?

6. Untuk mengetahui Algoritma Sistem start?

7. Untuk mengetahui Tindakan dan evakuasi medik korban massal

2

Page 3: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwayang disebabkan oleh alam

atau manusiayang mengakibatkan korban danpenderitaan manusia, kerugian harta

benda,kerusakan lingkungan, kerusakan saranadan prasarana umum serta

menimbulkangangguan terhadap tata kehidupan danpenghidupan masyarakat dan

pembangunan nasional yang memerlukanbantuan dan pertolongan secara khus

Peristiwa atau rangkaian peristiwayang disebabkan oleh alam atau manusiayang

mengakibatkan korban danpenderitaan manusia, kerugian harta benda,kerusakan

lingkungan, kerusakan saranadan prasarana umum serta menimbulkangangguan terhadap

tata kehidupan danpenghidupan masyarakat danpembangunan nasional yang

memerlukanbantuan dan pertolongan secara khusus

Korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh karena sebabyang sama

dan perlu mendapatkanpertolongan kesehatan segera denganmenggunakan sarana,

fasilitas dan tenagayang lebih dari yang tersedia sehari-hari.

2.2 Penyebab

1. Alam : seperti : banjir, gempa bumi,tsunami dan lain sebagainya.

2. Teknologi : seperti : tabrakan kereta api,rubuhnya gedung dan lainsebagainya.

3. Konflik : seperti : konflik antar etnis,terorisme dan lain sebagainya

2.3 Siklus manajemen penanggulangan bencana

1. Kesiapsiagaan

2. Tanggap darurat

3. Mitigasi

4. Pemulihan

5. Pencegahan

6. Pembangunan

3

Page 4: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

2.4 penatalaksanaan kesiapsiagaan di lapangan

1. Merupakan bagian dari aktivitas yangbertujuan untuk

a. Memastikan tanda bahaya

b. Evaluasi besarnya maslaah

c. Memastikan sumber daya yang ada memperoleh dan dilakukan mobilisasi

2. Mencakup peringatan awal, penilaian situasi,dan penyebaran pesan siaga.

3. Inti dari proses penyiagaan adalah pusatkomunikasi

2.5 Penilaian awal

Merupakan prosedur yang dipergunakan untuksegera mengetahui beratnya

masalah danresiko potensial dari masalah yang dihadapi.

Tujuan :

1. Untuk mencari tahu masalah yang sedangterjadi dan kemungkinan yang dapat terjadi.

2. Untuk memobilisasi sumber daya yangadekuat.

3. Agar penatalaksanaan lapangan dapatdiorganisasi secara benar sistem manajemen

bencana Massal.

2.6 Tenaga Pelaksana

Semua tenaga penolong pertama yang telahdiberi pelatihan penilaian awal

dapatmelakukan prosedur penilaian awal padabencana massal, seperti :

1. KSR/PMR

2. Polisi

3. Firefighter

4. Hansip

5. SatPam

6. Awak Pesawat/kend.umum

7. Sukarelawan

2.7 Tindakan pelaksana

a. Diterapkan untuk memberi perlindungankepada korban, tim penolong

danmasyarakat yang terekspos dari segalaresiko yang mungkin terjadi

seperti :perluasan bencana, kemacetan lalu lintas,material berbahaya, dll).

b. Aksi pencegahan dilakukan denganmenetapkan area larangan.

4

Page 5: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

c. Tenaga pelaksana dilakukan oleh DonasPemadam Kebakaran dengan bantuan

dariunit khusus terkait.

2.8 penatalaksanaan korban bencana missal

1. Pencarian dan penyelamatan (SAR)

2. Perawatan di lapangan

a. Triase

b. Pertolongan Pertama

c. Pos Medis Lanjutan

3. Pos Penatalaksanaan Evakuasi

2.9 Triase

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau

penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera)

untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi

(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Artinya memilih berdasar prioritas atau

penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE yang merupakan

proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medik. Proses triase inisial

harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba / berada ditempat dan tindakan ini harus

dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Bila kondisi

memburuk atau membaik, lakukan retriase.

Triase harus mencatat tanda vital, perjalanan penyakit pra RS, mekanisme cedera,

usia, dan keadaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuan yang

mengharuskan peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usia ekstrim, cedera

neurologis berat, tanda vital tidak stabil, dan kelainan jatung-paru yang diderita

sebelumnya. Survei primer membantu menentukan kasus mana yang harus diutamakan

dalam satu kelompok triase (misal pasien obstruksi jalan nafas dapat perhatian lebih

dibanding amputasi traumatik yang stabil). Di UGD, disaat menilai pasien, saat

bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk

menilai dan menstabilkan pasien berkurang.

Di institusi kecil, pra RS, atau bencana, sumber daya dan tenaga tidak memadai

hingga berpengaruh pada sistem triase. Tujuan triase berubah menjadi bagaimana

memaksimalkan jumlah pasien yang bisa diselamatkan sesuai dengan kondisi. Proses ini

berakibat pasien cedera serius harus diabaikan hingga pasien yang kurang kritis

5

Page 6: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

distabilkan. Triase dalam keterbatasan sumber daya sulit dilaksanakan dengan baik. Saat

ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa

secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START

(Simple Triage And Rapid Transportation). Terbatasnya tenaga dan sarana transportasi

saat bencana mengakibatkan kombinasi keduanya lebih layak digunakan.

1. Tag Triase

Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase

untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban.

2. Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.

a. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak

mungkin diresusitasi.

b. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat

serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas,

cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau

perdarahan berat, luka bakar berat).

c. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera

yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam

waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas

(misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi,

fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat,

serta luka bakar ringan).

d. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan

stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan

penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi

ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat

darurat psikologis).

Sebagian protokol yang kurang praktis membedakakan prioritas 0 sebagai

Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau penyaki

kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan

transportasi, dan Prioritas Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah pasti tewas.

6

Page 7: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

Bila pada Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label yang sesuai dan

pindahkan kekelompok sesuai.

1. Triase Sistim METTAG.

Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban.

Resusitasi ditempat.

2. Triase Sistem Penuntun Lapangan START.

Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status

mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk

memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan

transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini

memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan

risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.

Resusitasi diambulans.

3. Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START.

Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna yang sejenis bisa

digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi di

ambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan.

4. Penilaian di tempat dan perioritas triasik

Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi kemampuan pusat

pelayanan, pasien dengan masalah mengancam jiwa dan cedera sistem berganda

ditindak lebih dulu. Bila jumlah korban serta parahnya cedera melebihi

kemampuan *) dst dibawah algoritma

Tujuan : mengidentifikasi korban yang perlusegera dikirim ke RS dan

yang dapat ditundakemudian.

Triase lapangan dilakukan pada tiga tingkat :

a. Triase di tempat ( triase satu )

b. Triase medik ( triase dua )

c. Triase Evakuasi ( triase tiga )

7

Page 8: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

Tanda tingkat keparahan korban missal :

a. Merah : Korban-korban yang membutuhkanstabilisasi segera ( Gangguan

ABCD) dankorban- korban dengan :

1. Syok oleh berbagai kausa

2. Gangguan pernafasan

3. Trauma kepala dengan pupil anisokor 

4. Perdarahan eksternal massif

b. Kuning : Korban yang memerlukanpengawasan ketat, tetapi perawatan

dapatditunda sementara. Termasuk :

1. Korban dengan resiko syok

2. Fraktur multiple

3. Fraktur Femur/ pelvis

4. Luka bakar luas

5. Gangguan kesadaran/ trauma kepala

6. Korban dengan status tidak jelas.

c. Hijau : Kelompok korban yang tidakmemerlukan pengobatan atau

pemberianpengobatan dapat ditunda, seperti :

1. Fraktur minor 

2. Luka minor

d. Hitam : Korban yang telah meninggal dunia.

2.10 Algoritma Sistem START :

Hitam = Deceased (Tewas) ; Merah = Immediate (Segera), Kuning = Delayed

(Tunda) ; Hijau = Minor.

Semua korban diluar algoritma diatas : Kuning.

Disini tidak ada resusitasi dan C-spine control. Satu pasien maks. 60 detik. Segera

pindah kepasien berikut setelah tagging. Pada sistem ini tag tidak diisi, kecuali jam dan

tanggal. Diisi petugas berikutnya.

Tenaga dan fasilitas pusat pelayanan, pasien dengan peluang hidup terbesar dengan

paling sedikit manghabiskan waktu, peralatan dan persediaan, ditindak lebih dulu. Ketua

Tim Medik mengatur Sub Tim Triase dari Tim Tanggap Pertama (First Responders) untuk

secara cepat menilai dan men tag korban. Setelah pemilahan selesai, Tim Tanggap

Pertama melakukan tindakan sesuai kode pada tag. (Umumnya tim tidak mempunyai tugas

8

Page 9: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

hanya sebagai petugas triase, namun juga melakukan tindakan pasca triase setelah triase

selesai).

1. Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.

2. Tim tanggap pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan bahaya, keamanan

dan jumlah korban dan kebutuhan untuk menentukan tingkat respons yang memadai

(Rapid Health Assessment / RHA).

3. Beritahukan koordinator propinsi (Kadinkes Propinsi) untuk mengumumkan bencana

serta mengirim kebutuhan dan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh

beratnya kejadian (dari kesimpulan RHA).

4. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia

a. Petugas Komando Bencana.

b. Petugas Komunikasi.

c. Petugas Ekstrikasi/Bahaya.

d. Petugas Triase Primer.

e. Petugas Triase Sekunder.

f. Petugas Perawatan.

g. Petugas Angkut atau Transportasi

5. Kenali dan tunjuk area sektor bencana :

a. Sektor Komando / Komunikasi Bencana

b. Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga).

c. Sektor Bencana.

d. Sektor Ekstrikasi / Bahaya.

e. Sektor Triase.

f. Sektor Tindakan Primer

g. Sektor Tindakan Sekunder.

h. Sektor Transportasi.

6. Rencana Pasca Kejadian Bencana :

7. Kritik Pasca Musibah.

8. CISD (Critical Insident Stress Debriefing).

Sektor Tindakan Sekunder bisa berupa Sektor Tindakan Utama dimana korban

kelompok merah dan kuning yang menunggu transport dikumpulkan untuk lebih

mengefisienkan persedian dan tenaga medis dalam resusitasi-stabilisasi.

9

Page 10: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

2.11 Tindakan dan evakuasi medik

Tim Medik dari Tim Tanggap Pertama (bisa saja petugas yang selesai melakukan

triase) mulai melakukan stabilisasi dan tindakan bagi korban berdasar prioritas triase,

dan kemudian mengevakuasi mereka ke Area Tindakan Utama sesuai kode prioritas.

Kode merah dipindahkan ke Area Tindakan Utama terlebih dahulu.

2.12 Transfortasi Korban

Koodinator Transportasi mengatur kedatangan dan keberangkatan serta

transportasi yang sesuai. Koordinator Transportasi bekerjasama dengan Koordinator

Medik menentukan rumah sakit tujuan, agar pasien trauma serius sampai kerumah sakit

yang sesuai dalam periode emas hingga tindakan definitif dilaksanakan pada saatnya.

Ingat untuk tidak membebani RS rujukan melebihi kemampuannya. Cegah pasien yang

kurang serius dikirim ke RS utama. (Jangan pindahkan bencana ke RS).

2.12 Perimeter

Perimeter Terluar. Mengontrol kegiatan keluar masuk lokasi. Petugas keamanan

mengatur perimeter sekitar lokasi untuk mencegah masyarakat dan kendaraan masuk

kedaerah berbahaya. Perimeter seluas mungkin untuk mencegah yang tidak

berkepentingan masuk dan memudahkan kendaraan gawat darurat masuk dan keluar. 

2.12 Jalur untuk Transport Korban

Petugas keamanan bersama petugas medis menetapkan perimeter sekitar lokasi

bencana yang disebut Zona Panas. Ditentukan jalur yang dinyatakan aman untuk

memindahkan korban ke perimeter kedua atau zona dimana berada Area Tindakan

Utama. Tidak seorangpun diizinkan melewati perimeter Zona Panas untuk mencegah

salah menempatkan atau memindahkan pasien secara tidak aman tanpa izin. Faktor lain

yang mempengaruhi kemantapan Zona Panas antaranya lontaran material, api, jalur

listrik, bangunan atau kendaraan yang tidak stabil atau berbahaya.

10

Page 11: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

2.13 Keamanan.

Mengamankan penolong dan korban. Petugas keamanan mengatur semua

kegiatan dalam keadaan aman bagi petugas rescue, pemadaman api, evakuasi, bahan

berbahaya dll. Bila petugas keamanan melihat keadaan berpotensi bahaya yang bisa

membunuh penolong atau korban, ia punya wewenang menghentikan atau merubah

operasi untuk mecegah risiko lebih lanjut.

Semua anggota Tim Tanggap Pertama dapat bekerja bersama secara cepat dan

efektif dibawah satu sistem komando yang digunakan dan dimengerti, untuk

menyelamatkan hidup, untuk meminimalkan risiko cedera serta kerusakan. 

2.14 Penilaian awal. 

Penilaian awal mencakup protokol persiapan, triase, survei primer, resusitasi-

stabilisasi, survei sekunder dan tindakan definitif atau transfer ke RS sesuai.

Diagnostik absolut tidak dibutuhkan untuk menindak keadaan klinis kritis yang

diketakui pada awal proses. Bila tenaga terbatas jangan lakukan urutan langkah-

langkah survei primer. Kondisi pengancam jiwa diutamakan.

2.15 Survei Primer.

Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine control, breathing,

circulation and hemorrhage control, disability, exposure/environment). Jalan nafas

merupakan prioritas pertama. Pastikan udara menuju paru-paru tidak terhambat.

Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung, edema, benda asing dan akibat

penurunan kesadaran. Tindakan bisa hanya membersihkan jalan nafas hingga intubasi

atau krikotiroidotomi atau trakheostomi.

Nilai pernafasan atas kemampuan pasien akan ventilasi dan oksigenasi. Temuan

kritis bisa tiadanya ventilasi spontan, tiadanya atau asimetriknya bunyi nafas, dispnea,

perkusi dada yang hipperresonans atau pekak, dan tampaknya instabilitas dinding dada

atau adanya defek yang mengganggu pernafasan. Tindakan bisa mulai pemberian oksigen

hingga pemasangan torakostomi pipa dan ventilasi mekanik. Nilai sirkulasi dengan

mencari hipovolemia, tamponade kardiak, sumber perdarahan eksternal.

Cedera spinal bisa diperiksa dengan mengamati gerak ekstremitas spontan dan usaha

bernafas spontan. Pupil yang tidak simetris dengan refleks cahaya terganggu atau hilang

11

Page 12: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

serta adanya hemiparesis memerlukan tindakan atas herniasi otak dan hipertensi

intrakranial yang memerlukan konsultasi bedah saraf segera.

Tidak adanya gangguan kesadaran, adanya paraplegia atau kuadriplegia

menunjukkan cedera kord spinal hingga memerlukan kewaspadaan spinal dan pemberian

metilprednisolon bila masih 8 jam sejak cedera (kontroversial). Bila usaha inspirasi

terganggu atau diduga lesi tinggi kord leher, lakukan intubasi endotrakheal.

Tahap akhir survei primer adalah eksposur pasien dan mengontrol lingkungan segera

Buka seluruh pakaian untuk pemeriksaan lengkap. Pada saat yang sama mulai

tindakan pencegahan hipotermia yang iatrogenik biasa terjadi diruang ber AC, dengan

memberikan infus hangat, selimut, lampu pemanas, bila perlu selimut dengan pemanas.

Prosedur lain adalah tindakan monitoring dan diagnostik yang dilakukan bersama survei

primer. Pasang lead ECG dan monitor ventilator, segera pasang oksimeter denyut.

Monitor memberi data penuntun resusitasi. Setelah jalan nafas aman, pasang pipa

nasogastrik untuk dekompresi lambung serta mengurangi kemungkinan aspirasi cairan

lambung. Katater Foley kontraindikasi bila urethra cedera (darah pada meatus, ekimosis

skrotum / labia major, prostat terdorong keatas). Lakukan urethrogram untuk

menyingkirkan cedera urethral sebelum kateterisasi.

Resusitasi dan penilaian komprehensif

1. Fase Resusitasi.

Sepanjang survei primer, saat menegakkan diagnosis dan melakukan intervensi,

lanjutkan sampai kondisi pasien stabil, tindakan diagnosis sudah lengkap, dan

prosedur resusitatif serta tindakan bedah sudah selesai. Usaha ini termasuk

kedalamnya monitoring tanda vital, merawat jalan nafas serta bantuan pernafasan dan

oksigenasi bila perlu, serta memberikan resusitasi cairan atau produk darah.

Pasien dengan cedera multipel perlu beberapa liter kristaloid dalam 24 jam

untuk mempertahankan volume intravaskuler, perfusi jaringan dan organ vital, serta

keluaran urin. Berikan darah bila hipovolemia tidak terkontrol oleh cairan. Perdarahan

yang tidak terkontrol dengan penekanan dan pemberian produk darah, operasi. Titik

capai resusitasi adalah tanda vital normal, tidak ada lagi kehilangan darah, keluaran

urin normal 0,5-1 cc/kg/jam, dan tidak ada bukti disfungsi end-organ. Parameter

(kadar laktat darah, defisit basa pada gas darah arteri) bisa membantu.

12

Page 13: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

2.16 Survei Sekunder.

Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai fase

resusitasi. Pada saat ini kenali semua cedera dengan memeriksa dari kepala hingga jari

kaki. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara cepat untuk menilai

respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan.

Selanjutnya cari riwayat,termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau korban

lain.Bila pasien sadar, kumpulkan data penting termasuk masalah medis sebelumnya,

alergi dan medikasi sebelumnya, status immunisasi tetanus, saat makan terakhir, kejadian

sekitar kecelakaan.Data ini membantu mengarahkan survei sekunder mengetahui

mekanisme cedera, kemungkinan luka bakar atau cedera karena suhu dingin (cold injury),

dan kondisi fisiologis pasien secara umum. 

1. Pemeriksaan Fisik Berurutan.

Diktum “jari atau pipa dalam setiap lubang“ mengarahkan pemeriksaan. Periksa

setiap bagian tubuh atas adanya cedera, instabilitas tulang, dan nyeri pada palpasi.

Periksa lengkap dari kepala hingga jari kaki termasuk status neurologisnya.

2. pemeriksaan pencitraan dan laboratorium.

Pemeriksaan radiologis memberikan data diagnostik penting yang menuntun

penilaian awal. Saat serta urutan pemeriksaan adalah penting namun tidak boleh

mengganggu survei primer dan resusitasi. Pastikan hemodinamik cukup stabil saat

membawa pasien keruang radiologi.

3. Pemeriksaan Laboratorium saat penilaian awal.

Paling penting adalah jenis dan x-match darah yang harus selesai dalam 20

menit. Gas darah arterial juga penting namun kegunaannya dalam pemeriksaan serial

digantikan oleh oksimeter denyut. Pemeriksaan Hb dan Ht berguna saat kedatangan,

dengan pengertian bahwa dalam perdarahan akut, turunnya Ht mungkin tidak tampak

hingga mobilisasi otogen cairan ekstravaskuler atau pemberian cairan resusitasi IV

dimulai.

Urinalisis dipstick untuk menyingkirkan hematuria tersembunyi. Skrining

urin untuk penyalahguna obat dan alkohol, serta glukosa, untuk mengetahui penyebab

penurunan kesadaran yang dapat diperbaiki. Pada kebanyakan trauma, elektrolit

serum, parameter koagulasi, hitung jenis darah, dan pemeriksaan laboratorium umum

lainnya kurang berguna saat 1-2 jam pertama dibanding setelah stabilisasi dan

13

Page 14: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

resusitasi. 

2.17 Pos Medis Lanjutan

Didirikan pada tempat yang cukup dekatuntuk ditempuh dengan berjalan kaki

darilokasi bencana ( 50 – 100 m), dan daerahtersebut merupakan :

a. Aman

b. Ada akses langsung ke jalan raya tempatevakuasi dilakukan.

c. Berada dekat dengan pos komando

d. Berada dalam jangkauan radio komunikasi.

Fungsi Pos Medis Lanjutan, disingkat “3 T”

a. Tag Rabel

b. Tag Rawal

c. Transfer/evakuasi.

14

Page 15: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia adalah super market bencana. Semua petugas medis bisa terlibat

dalam pengelolaan bencana. Semua petugas wajib melaksanakan Sistim Komando

Bencana dan berpegang pada SPGDT-S/B pada semua keadaan gawat darurat medis

baik dalam keadaan bencana atau sehari-hari. Semua petugas harus waspada dan

memiliki pengetahuan sempurna dalam peran khusus dan pertanggung-jawabannya

dalam usaha penyelamatan pasien.

Karena banyak keadaan bencana yang kompleks, dianjurkan bahwa semua

petugas harus berperan-serta dan menerima pelatihan tambahan dalam pengelolaan

bencana agar lebih terampil dan mampu saat bencana sebenarnya.

3.2 Saran

Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian

dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.

Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus

dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran,

tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan

manajemen logistik dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan

terkoordinasi dengan baik.

15

Page 16: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Bina Yanmed Depkes RI. 2006. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

(SPGDT). Jakarta : EGC.

Efendi,Ferry. 2009. Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Mepsa,Putra.2012. Peran Mahasiswa Kesehatan Dalam Tanggap Bencana. Jakarta:EGC.

Kholid, Ahmad. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan Bencana.Jakarta:EGC.

16

Page 17: ulfatiara.files.wordpress.com file · Web viewBencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung ... meninggal membawa dampak yang tidak ringan terhadap rumah sakit sebagai ...

17