wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini...

79
65 BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama di RSUD Polewali Mandar, tanggal 15 Agustus 2011. ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. “H” DENGAN INPARTU KALA II LAMA DI RSUD POLEWALI MANDAR TANGGAL 15 AGUSTUS 2011 No. Register : 101999 Tanggal Masuk Rumah Sakit : 15 Agustus 2011 jam 15.05 wita Nama Pengkaji : Wahyuni M. Ali A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar 1. Identitas istri/suami Nama : Ny. “H” Umur : 29 tahun Suku : Pattae’ Nama : Ny. “A” Umur : 40 tahun Suku : Pattae’

Transcript of wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini...

Page 1: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

65

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan

inpartu kala II lama di RSUD Polewali Mandar, tanggal 15 Agustus 2011.

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. “H”

DENGAN INPARTU KALA II LAMA

DI RSUD POLEWALI MANDAR

TANGGAL 15 AGUSTUS 2011

No. Register : 101999

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 15 Agustus 2011 jam 15.05 wita

Nama Pengkaji : Wahyuni M. Ali

A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

1. Identitas istri/suami

Nama : Ny. “H”

Umur : 29 tahun

Suku : Pattae’

Agama : Islam

Pendidikan: SD

Pekerjaan: IRT

Alamat : Kalimbua

Nama : Ny. “A”

Umur : 40 tahun

Suku : Pattae’

Agama : Islam

Pendidikan: SD

Pekerjaan: Petani

Alamat : Kalimbua

Page 2: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

2. Riwayat persalinan sekarang

a. Nyeri perut tembus belakang dirasakan sejak tanggal 13 Agustus

2011 jam 20.00 wita.

b. Ibu merasa seperti ingin BAB.

c. Ibu merasa tidak kuat lagi untuk mengedan.

3. Riwayat kehamilan sekarang

a. Riwayat menstruasi

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) 10 November 2010.

Lamanya 6 hari, haid sebelumnya tanggal 8 Oktober 2010.

Lamanya 6 hari, siklus 28 hari, teratur, konsistensi cair.

b. ANC dimulai sejak umur kehamilan 2 bulan, memeriksakan

kehamilannya di Puskesmas Pelitakan dengan frekuensi :

1) Trimester I : 2 x

2) Trimester II : 2 x

3) Trimester III : 3 x

c. Tidak ada keluhan yang dirasakan selama kehamilan seperti mual

muntah yang lama.

d. Tidak pernah merasakan nyeri perut hebat selama kehamilan.

e. Tidak ada riwayat merokok, minum-minuman keras, minum jamu dan

obat-obatan selain yang diresepkan bidan.

f. Riwayat imunisasi TT sebanyak 2x, yaitu:

1) Imunisasi TT1, tanggal 07 April 2011

2) Imunisasi TT2, tanggal 10 Mei 2011

g. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali sejak umur kehamilan 4

bulan hingga sekarang,

66

Page 3: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Pergerakan paling sering dirasakan sebelah kiri perut ibu.

Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir ± 8 kali.

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan anak yang kempat, tiga kali melahirkan, tidak pernah mengalami

keguguran, anak hidup satu (anak kedua dan ketiga meninggal dunia).

No.Kehamilan Tempat Jenis Penolong

BB/JKNifas

Tahun Usia Persalinan Persalinan Persalinan Menyusui Perlangsungan

1 1997 9 bln Pustu spontan,PBK bidan 3000 gr/♂ ya normal

2

3

4

2007

2002

sekarang

9 bln

9 bln

-

Pustu

Pustu

-

spontan,PBK

spontan,PBK

-

bidan

bidan

-

3200 gr/♂

3000 gr/♀

-

ya

ya

-

normal

normal

-

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Ibu belum pernah menjadi akseptor KB sebelumnya.

6. Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan lalu

a. Tidak ada riwayat alergi baik obat maupun makanan.

b. Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan.

c. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita keluarga.

d. Tidak ada riwayat keturunan kembar.

e. Tidak pernah dirawat inap di rumah sakit maupun di puskesmas.

f. Tidak pernah dioperasi.

7. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a. Kebutuhan nutrisi

1) Kebiasaan makan dan minum :

67

Page 4: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

a) Frekuensi makan : 2-3 kali sehari

Frekuensi minum : 8-10 gelas sehari.

b) Jenis makanan : nasi, sayur, ikan dan kadang buah pisang.

Jenis minuman : air putih dan kadang-kadang teh.

c) Jumlah makanan : 1 porsi dihabiskan.

Jumlah minum : 1 gelas dihabiskan.

2) Selama hamil :

a) Frekuensi makan : 4-5 kali sehari.

Frekuensi minum : 9-10 gelas sehari.

b) Jenis makanan : nasi, sayur, telur dan kadang buah pisang,

Jenis minuman : air putih dan kadang-kadang teh serta

susu.

c) Jumlah makanan : 1 porsi dihabiskan (dalam porsi kecil).

Jumlah minum : 1 gelas dihabiskan.

3) Makan terakhir pada jam 08.00 wita atau pada 7 jam yang lalu.

4) Minum terakhir tiap 15 menit.

b. Kebutuhan eliminasi

1) BAB

a) Kebiasaan :

(1) Frekuensi : 1-2 kali sehari

(2) Warna : kuning kecoklatan

(3) Bau : khas

(4) Konsistensi : lembek

(5) Keluhan : tidak ada

68

Page 5: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

b) Selama hamil :

(1) Frekuensi : 1-2 kali sehari

(2) Warna : kuning kecoklatan

(3) Bau : khas

(4) Konsistensi : lembek

(5) Keluhan : tidak ada

c) Terakhir kali pukul 05.00 wita.

2) BAK

a) Kebiasaan :

(1)Frekuensi : 4-5 kali sehari

(2)Warna : kuning jernih

(3)Bau : khas

(4)Konsistensi : cair

(5)Keluhan : tidak ada

b) Selama hamil :

(1)Frekuensi : 4-5 kali sehari

(2)Warna : kuning jernih

(3)Bau : khas

(4)Konsistensi : cair

(5)Keluhan : tidak ada

c) Terakhir kali pukul 09.00 wita.

c. Kebutuhan istirahat dan tidur.

Kebiasaan : tidur malam ± 7 jam.

Selama hamil : tidur malam ± 7 jam.

69

Page 6: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Dalam 24 jam terakhir ibu kurang tidur karena nyeri yang

dirasakannya.

8. Riwayat psiko sosial, spiritual dan kesiapan menghadapi persalinan.

a. Ibu dan keluarga sudah mempersiapkan untuk persiapan persalinan

baik persiapan untuk ibu, bayi, biaya yang akan digunakan dan

keluarga yang akan mendampingi ibu selama proses persalinan.

b. Ibu merasa resah dan selalu bertanya tentang keadaannya.

c. Ibu menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT selama proses

persalinan.

9. Pemeriksaan

a. Keadaan umum ibu baik.

b. Kesadaran komposmentis.

c. Keadaan emosional baik, nampak gelisah.

d. TTV :

Tekanan Darah : 130/80 mmHg Pernafasan : 20 x/i

Denyut Nadi : 84 x/i Suhu Tubuh : 37 ° C

e. Tinggi Badan : 151 cm

f. Berat Badan : 64 kg

Kenaikan berat badan selama hamil 9 kg

Lila : 24 cm

g. Pemeriksaan fisik

1) Kepala

dan leher : a) Wajah : tidak ada oedem dan kloasma

gravidarum, ekspresi wajah nampak meringis

saat ada his, nampak cemas.

70

Page 7: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

b) Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

ikterus.

c) Mulut : keadaan mulut dan gigi bersih, tidak ada

karies, bibir lembab.

d) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

2) Payudara : ada pembesaran payudara, simetris kiri dan

kanan, puting susu menonjol, hiperpigmentasi

pada areola, tidak ada massa, terdapat

pengeluaran kolostrums bila putting susu dipencet,

tidak ada nyeri tekan, puting susu bersih.

3) Punggung

dan pinggang : tidak ada kelainan posisi tulang belakang, tidak

ada kelainan pada pinggang/nyeri ketuk.

4) Ekstremitas

atas : tidak ada oedem, tidak ada kekakuan sendi, tidak

ada kemerahan, tidak ada varices.

5) Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, pembesaran perut

sesuai umur kehamilan, tonus otot kendor, tidak

ada

massa, kandung kemih teraba, tampak striae

albicans,

striae livide dan linea nigra,

a) Palpasi Leopold I TFU 3 jbpx teraba adalah

lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.

71

Page 8: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

b) Palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung,

kaku/tidak dapat digerakkan pada sisi kanan

ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi tidak

jelas dan menonjol.

c) Palpasi Leopold III keras, bundar dan melenting

(seperti mudah digerakkan).

d) Palpasi Leopold IV jarak antara kedua jari

pemeriksa jauh (divergent).

e) Pemeriksaan Mc Donald Tinggi Fundus Uteri

(TFU) 33 cm.

f) Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan

teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu

140 x/menit.

Tidak ada nyeri tekan pada saat palpasi, teraba

satu bokong, satu kepala dan satu punggung,

pada pemeriksaan palpasi teraba gerakan janin.

g) His tidak teratur 2 x/10 mnt, durasi 20 – 25 dtk.

h) Taksiran Berat Janin (33 cm - 12) x 155 = 3.255

gram.

6) Ektremitas

bawah : tidak ada oedem, tidak ada kekakuan sendi, tidak

ada kemerahan, tidak ada varices, refleks patella

tidak dilakukan pemeriksaan.

7) Vulva : ada pelepasan lendir dan darah, tidak ada varices,

vulva dan anus tampak membuka.

72

Page 9: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

8) Pemeriksaan dalam.

Atas indikasi adanya tanda-tanda persalinan, tanggal 15 Agustus

2010 jam 15.10 wita,

a) Vagina/vulva : tidak ada kelainan

b) Portio : melesap

c) Pembukaan : 10 cm

d) Ketuban : (+)

e) Presentase : kepala

f) Penurunan : Hodge III

g) Molase : tidak ada

h) Penumbungan : tidak ada

i) Kesan panggul : normal

j) Pelepasan : lendir dan darah

h. Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 15 Agustus 2011).

1) Hb : 11,9 gr %

2) Golda : AB

i. Catatan Medik

Dari data bidan sebelumnya yang melakukan rujukan

mengatakan bahwa 2 jam yang lalu his 5 x/10 menit durasi 40 – 45

detik, hasil pemeriksaan dalam :

1) Vagina/vulva : tidak ada kelainan

2) Portio : melesap

3) Pembukaan : 10 cm

4) Ketuban : (+)

5) Presentase : kepala

73

Page 10: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

6) Penurunan : Hodge III

7) Molase : tidak ada

8) Penumbungan : tidak ada

9) Kesan panggul: normal

10) Pelepasan : lendir dan darah

B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa : G4 P3 A0 , masa gestasi 39 minggu 5 hari, punggung kanan,

persentase kepala, BDP, intra uterin, tunggal, hidup, inpartu kala

II lama, keadaan ibu dan janin baik.

1. G4 P3 A0

D/S :

- Kehamilan yang keempat, melahirkan tiga kali satu anak hidup dan

dua anak meninggal, dan tidak pernah mengalami keguguran.

D/O :

- Tampak adanya striae albicans, striae livide dan linea nigra.

- Tonus otot perut nampak kendor.

Analisa dan Interpretasi Data

- Nampak adanya striae livide, striae albicans dan linea nigra pada

abdomen, juga dilihat dari tonus otot perut yang kendor dan di dukung

dengan pernyataan ibu yang mengatakan bahwa ini kehamilan yang

keempat, melahirkan tiga kali satu anak hidup dan dua anak

meninggal, dan tidak pernah mengalami keguguran menandakan ini

merupakan G4 P3 A0. (Rukiyah dkk, 2010)

74

Page 11: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

2. Masa gestasi 39 minggu 5 hari.

D/S :

- HPHT tanggal 10 November 2010

D/O :

- Tanggal masuk rumah sakit tanggal 15 Agustus 2011.

- Palpasi Leopold I TFU 3 jari bawah proxesussifoideus

Analisa dan Interpretasi Data

- Dilihat dari HPHT 10 November 2010 sampai dengan tanggal

pengkajian 15 Agustus 2011, maka masa gestasi 39 minggu 5 hari

didukung dengan hasil palpasi Leopold I TFU 3 jari bawah

proxesussifoideus. (Rukiyah dkk, 2010)

3. Punggung kanan (puka)

D/S :

- Pergerakan janin aktif pada perut sebelah kiri.

D/O :

- Pada palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat

digerakkan pada sisi kanan ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi

tidak jelas dan menonjol.

- DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada sebelah kanan perut ibu

140 x/menit.

Analisa dan Interpretasi Data

- Pada palpasi Leopold II teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat

digerakkan pada sisi kanan ibu, sebelah kiri teraba kecil, bentuk/posisi

tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin

75

Page 12: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

secara aktif maupun pasif menunjukkan posisi janin dengan punggung

kanan.

(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuver-

leopold-pemeriksaan-anc.html).

- Auskultasi Djj terdengar jelas pada bagian kanan perut ibu

menandakan punggung teraba pada sebelah kanan perut ibu atau

yang biasa disebut punggung kanan (puka). (JNPK-KR, 2008)

4. Presentase kepala.

D/S :

D/O :

- Pada pemeriksaan palpasi Leopold III teraba bulat, keras, berbatas

tegas.

Analisa dan Interpretasi Data

- Pada palpasi Leopold III bagian bentuk bulat, teraba keras, berbatas

keras dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) yang

dipedomani sebagai kepala janin. (JNPK-KR, 2008)

5. BDP

D/S :

D/O :

- Pada pemeriksaan palpasi Leopold IV, jarak antara kedua jari

pemeriksa jauh (divergent).

Analisa dan Interpretasi Data

- Pada palpasi Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh bagian

bawah janin telah memasuki pintu atas panggul, apabila konvergen

76

Page 13: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

(jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin memasuki

pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari

pemeriksa jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas

panggul).

(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuver-

leopold-pemeriksaan-anc.html).

6. Intra uterin

D/S :

- Tidak pernah merasakan nyeri perut hebat selama kehamilan.

- HPHT 10 November 2010.

D/O :

- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen saat palpasi.

- Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.

- Tanggal pengkajian/masuk Rumah Sakit 15 Agustus 2011

Analisa dan Interpretasi Data

- Sejak kehamilan, ibu tidak pernah mengalami nyeri tekan ataupun

nyeri perut hebat dan ketika melakukan palpasi abdomen, ibu tidak

merasakan adanya nyeri tekan yang menandakan kehamilan ibu intra

uterin. (Wiknjosastro, 2007)

- Jika dilihat dari HPHT tanggal 10 November 2010 sampai tanggal

pengkajian 15 Agustus 2011 di dapat masa gestasi 39 minggu 5 hari

menandakan ibu hamil intra uterin sebab ibu yang hamil normal intra

uterin dapat mengikuti tumbuh kembang janin sampai genap bulan.

(Manuaba, 1999).

77

Page 14: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

- Kehamilan intra uterin sejak hamil muda dapat dipastikan, yaitu

perkembangan rahim sesuai dengan usia kehamilan, janin teraba intra

uterin, dan pada palpasi terjadi kontraksi Braxton Hicks dan janin di

dalam rahim. (Manuaba, 2010)

7. Tunggal

D/S :

- Janinnya bergerak aktif di sebelah kiri perut ibu.

D/O :

- Pada saat palpasi Leopold I - IV teraba satu bokong, satu punggung

dan satu kepala.

- Auskultasi DJJ (+) terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran

kanan bawah perut ibu 140 x/menit.

Analisa dan Interpretasi Data

- Pergerakan janin yang kuat dan aktif hanya pada satu sisi yaitu pada

sisi kiri perut ibu menandakan janin tunggal yang ditunjang dengan

hasil pemeriksaan palpasi Leopold yaitu teraba satu bokong, satu

punggung dan satu kepala.

(http://terselubungsekali.blogspot.com/2011/03/empat-manuver-

leopold-pemeriksaan-anc.html).

- Djj terdengar jelas hanya pada satu tempat sisi kanan perut ibu

menandakan janin tunggal. (Manuaba, 2010).

8. Hidup

D/S :

- Pergerakan janin mulai dirasakan sejak umur kehamilan 4 bulan

sampai sekarang.

78

Page 15: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

D/O :

- Auskultasi DJJ (+).

Analisa dan Interpretasi Data

- Tanda-tanda janin hidup adalah dengan adanya Djj (+) dan didukung

pergerakan janin yang mulai dirasakan sejak umur kehamilan 4 bulan

sampai sekarang. (Manuaba, 2010)

9. Inpartu Kala II Lama

D/S :

- Nyeri perut tembus belakang.

- Merasa seperti ingin BAB

- Merasa tidak kuat lagi untuk mengedan.

D/O :

- Pada pemeriksaan dalam

a. Pembukaan serviks lengkap 10 cm

b. Penurunan Hodge III

c. Ketuban (+)

d. Vulva dan anus tampak membuka.

e. Berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang

melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil

pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm,

ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40

– 45 detik.

f. His tidak teratur 2 x/10 mnt, durasi 20 – 25 dtk.

g. Auskultasi DJJ (+), 140 x/menit.

79

Page 16: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

h. Tekanan Darah : 130/80 mmHg Pernafasan : 20 x/i

Denyut Nadi : 84 x/i Suhu Tubuh : 37 ° C

i. Keadaan umum ibu baik.

j. Ekspresi wajah nampak meringis saat ada his.

Analisa dan Interpretasi Data

- Gejala dan tanda kala II persalinan adalah merasa ingin meneran

bersamaan dengan adanya his sehingga wajah ibu nampak meringis,

vulva dan anus membuka, ditegakkan dengan pembukaan serviks

lengkap 10 cm yang menandakan persalinan kala II. (JNPK-KR, 2008)

- Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya partus lama

adalah kelainan kekuatan his dan mengejan. (Mochtar, 1998)

- Proses persalinan kala II yang sudah berlangsung selama 2 jam

berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang

melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil

pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm

menandakan ibu mengalami inpartu kala II lama sebab kala II biasanya

berlangsung 1 jam pada multi. (Syaifuddin AB, 2007)

10. Keadaan ibu dan janin baik

a. Keadaan ibu baik

D/S :

D/O :

- Kesadaran komposmentis

1) Konjungtiva tidak anemis

2) Sklera tidak ikterus

3) Tidak ada oedem

80

Page 17: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

4) TTV

Tekanan Darah : 130/80 mmHg Pernafasan : 20 x/i

Denyut Nadi : 84 x/i Suhu Tubuh : 37 ° C

Analisa dan Interpretasi Data

- TTV ibu dalam batas normal, keadaan ibu juga dalam keadaan baik

yaitu komposmentis, tidak ada oedem pada wajah, konjungtiva tidak

anemis serta sklera tidak ikterus menandakan ibu dalam keadaan

normal. (Sulaiman, 2007)

b. Keadaan janin baik

D/S :

D/O :

- Djj (+) 140 x/menit.

Analisa dan Interpretasi Data

- Dari hasil pemeriksaan Djj dalam batas normal yaitu 140 x/menit

yang menandakan janin dalam keadaan baik, karena tanda

gangguan kesehatan janin dicerminkan dari Djj yang <120 x/menit

dan >160 x/menit. (JNPK-KR, 2007)

C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

1. Potensial terjadinya gawat janin

D/S :

D/O :

- Berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang

melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil

81

Page 18: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm,

ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40 –

45 detik.

Analisa dan Interpretasi Data

- Gawat janin dapat terjadi karena disebabkan persalinan yang

berlangsung lama. (Syaifuddin AB, 2007)

2. Potensial terjadinya bayi lahir asfiksia.

D/S :

D/O :

- Berdasarkan catatan medik dari data bidan sebelumnya yang

melakukan rujukan mengatakan bahwa 2 jam yang lalu hasil

pemeriksaan dalam, pembukaan menunjukkan (O) sudah 10 cm,

ketuban (+), penurunan kepala Hodge III, his 5 x/10 menit durasi 40 –

45 detik.

Analisa dan Interpretasi Data

- Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya bayi lahir

asfiksia adalah dikarenakan faktor ibu pada saat proses persalinan

terjadi partus lama atau partus macet. (JNPK-KR, 2008)

D. Langkah IV : Tindakan Segera/ Kolaborasi

Tindakan kolaborasi dengan dokter adalah pemberian cairan infus RL 500 ml

drips Oksitosin 10 unit/18 tetes menetap, pemberian antibiotik cefotaxime

1000 mg, pemberian laksatif Fosen Enema 118 ml, dan kateterisasi.

1. Pukul 15.10 wita : Memasang cairan infus RL 500 ml drips Oksitosin

82

Page 19: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

10 unit/18 tetes menetap.

Rasional : Oksitosin berfungsi untuk meningkatkan daya

Pacu normal otot uterus tanpa menambah sifat-

sifat baru. (Oxorn, 2010)

2. Pukul 15.15 wita : Memasang kateter pada klien.

Rasional : Kandung kemih yang penuh mengganggu

penurunan kepala bayi, selain itu juga akan

menambah rasa nyeri pada perut bawah,

menghambat penatalaksanaan distosia bahu,

menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan

pasca persalinan sehingga dilakukan kateterisasi.

(JNPK-KR, 2008)

3. Pukul 15.20 wita : Melakukan pemberian laksatif Fosen Enema

118ml.

Rasional : Pemberian laksatif Fosen Enema untuk

Meringankan konstipasi dan impaksi feses atau

barium. (Isfi, 2007)

4. Pukul 15.25 wita : Melakukan pemberian injeksi skin test antibiotik

Cefotaxime 1000 mg sebanyak 0,5 cc.

Rasional : Pencegahan reaksi alergi terhadap obat.

(http://ansraf.wordpress.com/2010/01/22/antibiotik-

penggunaannya-yang-rasional/)

5. Pukul 15.40 wita : Melakukan pemberian injeksi IV antibiotik

Cefotaxime 1000 mg sebanyak 4,5 cc.

83

Page 20: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi.

(Hardjosaputra dkk, 2008)

E. Langkah V : Intervensi/ Rencana Tindakan

Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.30 wita.

Tujuan : Kala II berlangsung normal.

Kriteria :

1. Kala II berlangsung ½ - 1 ½ jam.

2. Tidak ada komplikasi pada ibu dan janin selama proses kala II.

3. Persalinan tidak menggunakan alat bantu.

Rencana tindakan :

1. Amati tanda dan gejala kala II.

Rasional : Untuk memastikan masuknya kala II persalinan.

(JNPK-KR, hal 75)

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru

lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih

dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan

tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan

untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka

episiotomy dan resusitasi bayi baru lahir. Semua perlengkapan

dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril. (JNPK-KR, 2008)

3. Pakai celemek plastik.

Rasional : Gaun pelindung atau celemek atau apron untuk melindungi

84

Page 21: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau

cairan tubuh lainnya atau menangani pasien dengan

perdarahan massif. (Pinem, 2009)

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian kemudian keringkan

tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Rasional : Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari

pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan

dan kematian (infeksi silang) ibu dan bayi baru lahir.

(JNPK-KR, 2008)

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

Rasional : Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi harus selalu dipakai

selama melakukan periksa dalam, melahirkan bayi, episiotomy,

penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir

untuk menghindari kontaminasi silang. (JNPK-KR, 2008)

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril) pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik.

Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan

tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan

untuk menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008)

7. Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan air DTT.

85

Page 22: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang

tersedia.

Rasional : Praktek terbaik pencegahan infeksi pada kala II persalinan di

antaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan

perineum menggunakan air matang (DTT). (JNPK-KR, 2008)

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bila

selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka

lakukan amniotomi.

Rasional : Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap maka perlu dilakukan amniotomi. (JNPK-KR, 2008)

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan chlorine 0,5% kemudian

lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama

10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

Rasional : Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk

menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-

benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat

benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh

petugas. (JNPK-KR, 2008)

10. Periksa denyut jantung janin (Djj) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus

untuk memastikan bahwa Djj dalam batas normal (120-160 x/menit) dan

mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, Djj dan semua hasil-hasil

penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

86

Page 23: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Rasional : Untuk mengetahui kondisi janin selama persalinan serta dapat

menentukan tindakan selanjutnya jika terjadi gawat janin.

(JNPK-KR, 2008)

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya:

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang

ada.

b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran

secara benar.

Rasional : Salah satu pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama

persalinan, yaitu pemenuhan kebutuhan rasa aman dengan

memberi informasi tentang proses persalinan atau tindakan

yang akan dilakukan, selain itu keyakinan mengenai filosofi

bahwa individu berhak untuk mengetahui apa yang terjadi

dengan tubuh mereka, bidan perlu menjelaskan proses dan

kemajuan persalinan sebagai upaya intervensi pada siklus

takut-tegang-nyeri yang dijelaskan sebelumnya. Penjelasan ini

akan mengurangi takut tentang hal-hal yang tidak diketahui,

dengan demikian, nyeri yang timbul karena rasa takut juga

akan berkurang.

(Varney dkk, 2007 & Sumarah dkk, 2009)

87

Page 24: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada

rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi

setengah duduk atau posisi lain ang diinginkan dan pastikan ibu merasa

nyaman).

Rasional : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan

dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses

persalinan. (JNPK-KR, 2008)

13. Lakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran.

Rasional : Dengan meneran secara berlebihan dapat menahan upaya

untuk mengambil nafas sehingga mengakibatkan kelelahan

yang tidak perlu bagi ibu dan meningkatkan resiko asfiksia

pada bayi karena menurunnya pasokan oksigen melalui

plasenta. (JNPK-KR, 2008)

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

Rasional : Posisi tegak seperti berjalan berdiri atau jongkok dapat

membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek

waktu persalinan. (JNPK-KR, 2008)

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu saat

kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

Rasional : Untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir.

(JNPK-KR, 2008)

88

Page 25: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

Rasional : Handuk mencegah tangan terkontaminasi akibat gerakan

menggosok yang tidak disengaja pada orifisium vagina.

(Varney dkk, 2007)

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

Rasional : Memastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan

tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan

untuk menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008)

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Rasional : Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi harus selalu dipakai

selama melakukan periksa dalam, melahirkan bayi, episiotomy,

penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir.

(JNPK-KR, 2008)

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

Rasional : Melindungi atau menyokong perineum dan mengendalikan

keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat

mengurangi regangan yang berlebihan (robekan) pada vagina

dan perineum. (JNPK-KR, 2008)

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :

89

Page 26: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat

dan potong di antara dua klem tersebut.

Rasional : Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga

menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, dan tali

pusat yang ketat juga dapat menyebabkan hipoksia atau

anoksia. (Varney dkk, 2007)

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Rasional : Kepala bayi yang telah berada di luar melakukan putaran paksi

luar yaitu menyesuaikan diri dengan punggung bayi, yang mulai

terjadi dengan bahu depan (dekat tulang kemaluan ibu) sebagai

titik putarnya. (Manuaba, 1999)

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

Rasional : Posisi tangan biparietal ini dilakukan untuk mencegah

kontaminasi dari rectum dan menempatkan tangan pada posisi

biparietal dapat mempertahankan jari-jari menarik bagian

manapun di bawah mandibula atau menekan ke atau pada

leher sehingga menghindari cedera fleksus saraf brachialis.

(Varney dkk, 2007)

90

Page 27: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah ke arah perineum ibu

untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.

Rasional : Tindakan ini memungkinkan untuk menahan bayi sehingga kita

dapat mengontrol kelahiran badan bayi yang tersisa dan

menempatkan bayi aman dalam rengkuhan tangan kita tanpa

ada kemungkinan tergelincir melewati badan atau tangan atau

jari-jari kita. (Varney dkk, 2007)

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu

jari dan jari-jari lainnya).

Rasional : Tindakan ini memungkinkan kita menggendong bayi

sepenuhnya. Tak seorang bayipun, betapapun licin oleh cairan

dan verniks, bisa tergelincir dari gendongan seperti ini. Bayi

aman dalam gendongan kedua tangan kita dan bayi tidak akan

jatuh. (Varney dkk, 2007)

25. Lakukan penilaian (sepintas) :

a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan

langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru

lahir).

91

Page 28: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Rasional : Pada saat kelahiran, tangan dan mata bidan mengkaji tonus,

pernafasan dan warna kulit neonatus. Bidan mengamati tubuh

bayi untuk mencari tanda setiap deformitas fisik yang jelas

terlihat. Sehingga membantu bidan dalam menentukan

tindakan selanjutnya. (Varney dkk, 2007)

26. Keringkan tubuh bayi.

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.

Rasional : Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk

mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi

cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan dengan handuk

atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu.

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga

merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai

pernafasannya. (JNPK-KR, 2008)

F. Langkah VI : Implementasi

Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.30 wita

1. Mengamati tanda dan gejala kala II, yaitu:

a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan

vaginanya.

c. Perineum meninjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Nampak adanya tanda persalinan kala II, yaitu :

92

Page 29: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan

vaginanya.

c. Perineum meninjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi

baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk

bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh

bayi.

Peralatan untuk menolong persalinan sudah siap serta alat melaksanakan

komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

3. Memakai celemek plastik.

Sudah pakai celemek.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian kemudian keringkan

tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Sudah selesai mencuci tangan dan tangan sudah dalam keadaan bersih

dan kering.

5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

Sudah menggunakan sarung tangan DTT.

6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril) dan memastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik.

93

Page 30: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Sudah memasukkan oksitosin ke dalam jarum suntik dan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik dan memasukkan kembali jarum suntik

dalam

wadah partus set dan menutup kembali wadah partus set tersebut.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan

air DTT. Membuang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia.

Vulva dan perineum sudah dalam keadaan bersih.

8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bila

selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka

lakukan amniotomi.

Pembukaan benar sudah lengkap dank arena ketuban belum pecah

sudah dilakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan chlorine 0,5%

kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepaskan.

Sudah melakukan dekontaminasi sarung tangan dan sudah mencuci

tangan.

10. Memeriksa denyut jantung janin (Djj) setelah kontraksi/saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa Djj dalam batas normal (120-160

x/menit) dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, Djj dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

94

Page 31: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Djj dalam batas normal, 140 x/menit, dan sudah mencatat semua hasil

pemeriksaan dalam lembar status ibu.

11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik dan membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya:

a. Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, melanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (mengikuti

pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan mendokumentasikan

semua temuan yang ada.

b. Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk

meneran secara benar.

Ibu mengerti dan sudah mengambil posisi setengah duduk, salah satu

keluarga mendampingi ibu.

12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila

ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, membantu ibu ke

posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan memastikan

ibu merasa nyaman).

Keluarga membantu ibu untuk posisi setengah duduk saat meneran.

13. Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran.

Bidan dan keluarga melakukan bimbingan meneran :

a. Membimbing agar dapat meneran dengan benar dan efektif.

b. Mendukung dan memberi semangat pada saat meneran dan

memperbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

95

Page 32: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

c. Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang

lama).

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat

untuk ibu.

f. Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

g. Menilai Djj setiap kontraksi uterus selesai.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

Ibu memilih posisi setengah duduk.

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu saat

kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

Sudah digelar handuk bersih diperut ibu.

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

Sudah diletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

Tutup partus set sudah dibuka dan alat sudah diperiksa kembali dan

dalam keadaan lengkap.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Sudah pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,

maka melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

96

Page 33: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

Kepala bayi sudah lahir.

20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera melanjutkan proses kelahiran

bayi :

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, mengklem tali pusat di dua

tempat dan memotong di antara dua klem tersebut.

Sudah melepaskan lilitan tali pusat di leher

21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Kepala sudah melakukan putaran paksi luar.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang secara

biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut menggerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian menggerakkan ke

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Bahu depan dan belakang sudah lahir.

23. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan ke bawah ke arah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

Tubuh dan lengan bayi lahir.

97

Page 34: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki

(memasukkan telunjuk di antara kaki dan memegang masing-masing

mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

Bayi lahir spontan tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.40 wita.

25. Melakukan penilaian (sepintas) :

a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap melakukan

langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru

lahir).

Bayi segera menangis lemah, bernafas dengan baik dan bayi bergerak

kurang aktif, APGAR skor 7/8.

26. Mengeringkan tubuh bayi.

Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk

basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut

ibu.

Bayi sudah dikeringkan kecuali bagian tangan dan tidak membersihkan

verniks.

98

Page 35: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

G. Langkah VII : Evaluasi

Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.40 wita

1. Kala II berlangsung selama ± 2 jam 30 menit.

2. Keadaan ibu baik.

3. Keadaan bayi baik ditandai dengan bayi lahir spontan segera menangis

lemah, bernafas dengan baik dan bergerak kurang aktif dengan APGAR

skor 7/8.

99

Page 36: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

PADA NY. “H” DENGAN INPARTU KALA III

DI RSUD POLEWALI MANDAR

TANGGAL 15 AGUSTUS 2011

Data Subjektif (S)

Pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.45 wita dilakukan anamnesa :

1. Merasa senang dengan kelahiran bayinya.

2. Merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah.

Data Objektif (O)

1. Kontraksi uterus baik.

2. TFU setinggi pusat.

3. Plasenta belum lahir.

4. Kandung kemih kosong.

5. Nampak tali pusat memanjang pada vulva.

Assessment (A)

Diagnosa Aktual : Persalinan Kala III

D/S :

1. Merasa senang dengan kelahiran bayinya.

2. Merasakan nyeri pada daerah perut bagian bawah.

D/O :

1. Kontraksi uterus baik.

2. TFU setinggi pusat.

3. Plasenta belum lahir.

4. Kandung kemih kosong.

100

Page 37: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

5. Nampak tali pusat memanjang pada vulva.

Analisa dan interpretasi data

- Dari keterangan ibu kalau bayinya lahir, merasakan nyeri perut bawah dan

nampak tali pusat memanjang di vulva, plasenta belum lahir, setelah bayi lahir

maka volume uterus berkurang sehingga TFU akan teraba setinggi pusat dan

uterus berkontraksi untuk memperkecil kavum uteri sehingga menimbulkan

rasa sakit. Yang semua ini menandakan ibu masih dalam persalinan kala III.

(Pinem, 2009)

Planning (P)

Tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.45 wita.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil tunggal).

Rasional : Langkah pertama dalam mengelolah kala III adalah mengevaluasi

kemajuan persalinan dan kondisi ibu. Satu tangan ditempatkan di

abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase, bentuk

dan posisi uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi

atau menentukan ada tidaknya kemungkinan bayi dalam rahim.

(Varney dkk, 2007)

Tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28. Beri tahu ibu bahwa ia akan disuntik.

Rasional : Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Banyak hasil penelitian

menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi

dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta

mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan

101

Page 38: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan

rasa aman dan hasil yang lebih baik (enkin, et, al, 2000).

(JNPK-KR, 2008)

Ibu mengerti dan bersedia untuk disuntik.

29. Suntikkan oksitosin 10 unit melalui IM di 1/3 paha atas bagian distal

lateral dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin).

Rasional : Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan

kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta

dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan

akan mencegah penyuntikan oksitosin kepembuluh darah.

(JNPK-KR, 2008)

Ibu sudah disuntik oksitosin 10 unit dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3

cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

Rasional : Tindakan ini mencegah darah menyembur pada saat memotong

pembuluh darah umbilikulus yang mengalami distensi.

(Varney dkk, 2007)

Tali pusat sudah diklem.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut

bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara klem tersebut.

102

Page 39: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul

kunci pada sisi lainnya.

c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

Rasional : Tali pusat diklem dengan memasang 2 alat klem pada tali pusat

dengan memberikan jarak yang cukup di antara alat klem agar

memudahkan pemotongan tali pusat. (Varney dkk, 2007)

Tali pusat telah dipotong dan telah diikat.

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakkan bayi

tengkurap di dada ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

Rasional : Hubungan ibu dan bayi bisa lebih lekat bila mereka dipertemukan

segera setelah bayi lahir. Lazimnya sesudah tubuh bayi stabil dan

kondisinya baik, tiada kelainan apapun, ia akan secepatnya

dipertemukan dengan sang bunda. Meskipun baru lahir, bayi

sangat sensitif terhadap suara. Karena itu dekaplah si buah hati

dengan lembut dan penuh cinta. Pelukan ibu pada tubuh bayi

dapat menjaga kehangatan dan mencegah kehilangan panas.

Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir.

Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam

pertama kelahiran. (JNPK-KR, 2008)

Bayi tengkurap di atas perut ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

Rasional : Segera setelah memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang

dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan

103

Page 40: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

selimut atau kain yang hangat kering dan bersih. Karena kain

basah didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi

melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang

basah dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan

kering.). Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap

saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative

luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian

tersebut tidak tertutup. (JNPK-KR, 2008)

Ibu dan bayi telah diselimuti dan dipakaikan topi.

34. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

Rasional : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulse.

(JNPK-KR, 2008)

Klem telah dipindahkan.

35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas shympisis

untuk mendeteksi. Tangan lain untuk menegangkan tali pusat.

Rasional : Jika uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau membrane

melekat ke dinding uterus, inverse uterus adalah bahaya potensial.

Pada keadaan demikian tarikan pada tali pusat tidak hanya menarik

plasenta tapi juga dinding uterus yang menyatu. Inverse dicegah

dengan mengecek untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi

sebelum tarikan diberikan pada tali pusat dan dengan tidak

mencoba melahirkan plasenta dengan mendorong pada tali pusat

sebelum benar-benar yakin bahwa pemisahan plasenta telah

terjadi. ( Varney dkk, 2007)

Tangan telah menegangkan tali pusat.

104

Page 41: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-

hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota

keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Rasional : Peregangan tali pusat terkendali mempercepat kelahiran plasenta

begitu sudah terlepas. (Syaifuddin AB, 2007)

Plasenta telah terlepas.

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorso-kranial).

Rasional : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan

membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban dijalan lahir.

(JNPK-KR, 2008)

Plasenta sudah muncul di introitus vagina.

38. Lahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus

vagina. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan

dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Rasional : Karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan

kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin menjadi satu. (JNPK-KR, 2008)

Plasenta lahir lengkap pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita.

105

Page 42: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras).

Rasional : Masase uterus yang efektif mencakup lebih dari anterior fundus.

Prosedur ini dilakukan secara cepat dengan sentuhan tegas dan

lembut. Mempertahankan masase ringan yang sering juga efektif

(jika perawat atau asisten pelahiran tidak bisa tetap disisi tempat

tidur sepanjang waktu ini, ibu dapat diajarkan cara

mempertahankan masase yang konstan, lembut, ringan dan

periodik. Ibu harus diajari tekhnik ini bagaimanapun keadaannya,

karena melakikan masase uterus secara periodik akan terus

meningkatkan kontraksi uterus).

(Varney dkk, 2007)

Masase uterus telah dilakukan dan uterus berkontraksi.

Evaluasi

Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.50 wita

1. Kala III berlangsung selama ± 10 menit.

2. Plasenta lahir pukul 15.50 wita tanggal 15 Agustus 2011.

3. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bulat.

4. TFU 2 jari bawah pusat.

5. Terjadi ruptur perineum tingkat II.

106

Page 43: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN

PADA NY. “H” DENGAN INPARTU KALA IV

DI RSUD POLEWALI MANDAR

TANGGAL 15 AGUSTUS 2011

Data Subjektif (S)

Pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita dilakukan anamnesa :

1. Mengatakan plasenta sudah lahir.

2. Merasa nyeri pada perut bagian bawah.

3. Merasa haus dan lelah

Data Objektif (O)

1. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan teratur.

2. TFU 2 jari bawah pusat.

3. Terjadi ruptur perineum tingkat II.

Assessment (A)

Diagnosa Aktual : P4, Persalinan Kala IV

D/S :

1. Mengatakan plasenta sudah lahir.

2. Merasa nyeri pada perut bagian bawah.

3. Merasa haus dan lelah.

D/O :

1. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan teratur.

2. TFU 2 jari bawah pusat.

3. Terjadi ruptur perineum tingkat II.

107

Page 44: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Analisa dan interpretasi data

- Dari keterangan ibu bahwa plasenta sudah lahir, nyeri perut bagian bawah,

TFU sudah turun 2 jari bawah pusat, kontraksi uterusnya baik, kuat dan

teratur, pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita

menandakan ibu dalam persalinan kala IV. (Sumarah dkk, 2009)

Diagnosa Potensial :

Perdarahan pasca salin karena ada ruptur perineum tingkat II.

D/S :

D/O :

- Terjadi ruptur perineum tingkat II.

Analisa dan interpretasi data

- Robekan jalan lahir tidak jarang mengakibatkan terjadinya perdarahan dan

dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.

(Rukiyah dkk, 2010)

Planning (P)

Tanggal 15 Agustus 2011 pukul 15.50 wita.

40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian fetal maupun maternal dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh lalu masukkan plasenta ke dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

Rasional : Inspeksi plasenta, ketuban, dan tali pusat bertujuan untuk

mendiagnosis normalitas plasenta, perlekatan, dan tali pusat

(untuk skrining kondisi yang tidak normal) dan untuk memastikan

apakah plasenta dan membrane telah dilahirkan seluruhnya.

(Varney dkk, 2007)

108

Page 45: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Plasenta lahir lengkap dan sudah dimasukkan ke dalam wadah yang

disediakan.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

Rasional : Robekan jalan lahir tidak jarang mengakibatkan terjadinya

perdarahan dan dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti

terjadinya syok. (Rukiyah dkk, 2010)

Terjadi laserasi jalan lahir tingkat II.

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

Rasional : Tonus uterus dan jumlah aliran lochea dikaji secara simultan

dengan masase regular fundus uterus. Uterus yang berkontraksi

dengan baik tidak akan menunjukkan peningkatan ketika masase

dilakukan. Sebaliknya, jika uterus memiliki kecenderungan untuk

relaksasi dan menjadi lunak aliran lochea akan sedang atau

banyak. Hal ini dikaji paling mudah dengan secara langsung

mengamati peningkatan lochea atau bekuan sementara

memasase fundus. Loche luar biasa banyak yang persisten ketika

fundus berkontraksi dengan baik akan membutuhkan pengkajian

lebih lanjut. Perdarahan pasca persalinan adalah sebab penting

kematian ibu ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan

(perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta,

kehamilan ektopik, abortus dan rupture uteri) disebabkan oleh

perdarahan pasca persalinan. Selain itu, pada keadaan di mana

109

Page 46: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

perdarahan pasca persalinan tidak mengakibatkan kematian,

kejadian ini sangat mempengaruhimorbiditas nifas karena anemia,

dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pasca

persalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia

dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. (Varney dkk, 2007)

Uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan.

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit kekulit didada ibu paling sedikit

1 jam.

Rasional : Hubungan ibu dan bayi bisa lebih lekat bila mereka dipertemukan

segera setelah bayi lahir. Lazimnya sesudah tubuh bayi stabil dan

kondisinya baik, tiada kelainan apapun, ia akan secepatnya

dipertemukan dengan sang bunda. Meskipun baru lahir, bayi

sangat sensitif terhadap suara. Karena itu dekaplah si buah hati

dengan lembut dan penuh cinta. Pelukan ibu pada tubuh bayi

dapat menjaga kehangatan dan mencegah kehilangan panas.

Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir.

Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam

pertama kelahiran. (JNPK-KR, 2008)

Sudah dilakukan IMD.

44. Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis dan vit.K 1 mg IM dipaha kiri antero lateral.

Rasional : Pemberian tetes mata untuk pencegahan infeksi mata, pemberian

vit. K untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

(JNPK-KR, 2008)

110

Page 47: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Berat Badan bayi 3200 gram, Panjang Badan bayi 50 cm, bayi telah

diberikan tetes mata dan suntikan vit.K.

45. Setelah 1 jam pemberian vit.K 1 mg, berikan suntikan imunisasi Hepatitis

B dipaha kanan anterolateral.

Rasional : Untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur

penularan ibu-bayi. (JNPK-KR, 2008)

Bayi sudah diberikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral dan

diletakkan kembali ke dekat ibu.

46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervagina.

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

Rasional : Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah

kematian ibu, terutama kematian yang disebabkan karena

perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap

15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap

30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

(Syaifuddin AB, 2007)

a. Pemantauan pada jam pertama

1) Pukul 16.05 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.

2) Pukul 16.20 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.

3) Pukul 16.35 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.

4) Pukul 16.50 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.

b. Pemantauan pada jam kedua

1) Pukul 17.20 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.

111

Page 48: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

2) Pukul 17.50 wita : TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik.

47. Anjurkan ibu untuk melakukan masase uterus dan periksa kontraksi

uterus.

Rasional : Mempertahankan masase ringan yang sering juga efektif (jika

perawat atau asisten pelahiran tidak bisa tetap disisi tempat tidur

sepanjang waktu ini, ibu dapat diajarkan cara mempertahankan

masase yang konstan, lembut, ringan dan periodik. Ibu harus diajari

tekhnik ini bagaimanapun keadaannya, karena melakikan masase

uterus secara periodik akan terus meningkatkan kontraksi uterus).

(Varney dkk, 2007)

Ibu melakukan masase uterus.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

Rasional : Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk

menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah

kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan

darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan

kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10

mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan

lebih 500 ml. bila ibu mengalami syok hipopolemik maka ibu telah

kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).

(JNPK-KR, 2008)

a. Pemantauan pada jam pertama

1) Pukul 16.05 wita : Perdarahan : 10 cc

2) Pukul 16.20 wita : Perdarahan : 10 cc

3) Pukul 16.35 wita : Perdarahan : 15 cc

112

Page 49: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

4) Pukul 16.50 wita : Perdarahan : 15 cc

b. Pemantauan pada jam kedua

1) Pukul 17.20 wita : Perdarahan : 10 cc

2) Pukul 17.50 wita : Perdarahan : 10 cc

49. Periksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama

1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam ke-2 pasca persalinan.

Rasional : Tekanan darah, nadi, dan pernapasan harus menjadi stabil pada

level pra-persalinan selama jam pertama pascapartus.

Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval ini

adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah

berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya

dibawah 38°C. (Varney dkk, 2007)

a. Pemantauan pada jam pertama

1) Pukul 16.05 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, Suhu : 37ºC,

TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong,

Perdarahan : 10 cc

2) Pukul 16.20 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

3) Pukul 16.35 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc

4) Pukul 16.50 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc

b. Pemantauan pada jam kedua

113

Page 50: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

1) Pukul 17.20 wita : TD :120/80 mmHg , ND :82x/mnt, Suhu : 37ºC,

TFU : 2 jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong,

Perdarahan : 10 cc

2) Pukul 17.50 wita : TD :120/80 mmHg , ND :80x/mnt,TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60x/mnt) serta suhu tubuh normal (36,5 º– 37,5º).

Rasional :Teknik ini berfungsi ganda, tidak hanya meningkatkan relaksasi,

tetapi juga berfungsi membersihkan napas dengan

menghilangkan kemungkinan hiperventilasi selama kontraksi atau

untuk memutus pola napas cepat pada saat yang sama.

(Varney dkk, 2007)

Pernapasan : 52 x/mnt , Suhu : 36.5ºC

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas alat setelah didekontaminasi.

Rasional :Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani

peralatan,perlengkapan,sarung tangan dan benda-benda lain yang

terkontaminasi.Dekontaminasi ini membuat benda-benda lebih

aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.

(JNPK-KR, 2008)

Semua peralatan sudah dimasukkan ke dalam larutan klorin 0,5% direndam

selama 10 menit setelah itu dicuci serta di bilas.

52. Buang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah

yang sesuai.

114

Page 51: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Rasional : Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah

yang tidak terkontaminasi tidak mengandung resiko bagi petugas

yang menanganinya. Tapi sebagian besar limbah persalinan dan

kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi jika tidak dikelola

dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk

menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani

sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. (JNPK-KR, 2008)

Bahan yang terkontaminasi telah dimasukkan ke dalam tempat sampah yang

sesuai.

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah.bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

Rasional :Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani

peralatan,perlengkapan,sarung tangan dan benda-benda lain yang

terkontaminasi.Dekontaminasi ini membuat benda-benda lebih

aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas.

(JNPK-KR, 2008)

Ibu sudah dibersihkan dengan menggunakan air DTT dan telah mengganti

pakaiannya dengan pakaian yang kering dan bersih.

54. Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan pada keluarga untuk memberi

makanan yang diinginkan.

Rasional : Salah satu pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama

persalinan, yaitu pemenuhan kebutuhan rasa aman dengan

memberi informasi tentang proses persalinan atau tindakan

yang akan dilakukan, selain itu keyakinan mengenai filosofi

115

Page 52: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

bahwa individu berhak untuk mengetahui apa yang terjadi

dengan tubuh mereka, bidan perlu menjelaskan proses dan

kemajuan persalinan sebagai upaya intervensi pada siklus

takut-tegang-nyeri yang dijelaskan sebelumnya. Penjelasan ini

akan mengurangi takut tentang hal-hal yang tidak diketahui,

dengan demikian, nyeri yang timbul karena rasa takut juga

akan berkurang. (Varney dkk, 2007 & Sumarah dkk, 2009)

Ibu merasa nyaman dan diberi makanan oleh keluarga.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

Rasional : Proses ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV,

untuk mendekontaminasi alat-alat yang sudah dipakai.

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani

peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang

terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman

untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. (JNPK-KR, 2008)

Tempat bersalin sudah didekontaminasi dengan larutan khlorin 0,5 %.

56. Celup dan rendam sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%.

Rasional : Proses ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV,

untuk mendekontaminasi alat-alat yang sudah dipakai.

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani

peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang

terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman

untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. (JNPK-KR, 2008)

Sarung tangan telah dicelup dan direndam dalam larutan chlorine 0,5%.

57. Cuci kedua tangan dengan sebuah sabun dibawah air yang mengalir.

116

Page 53: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Rasional : Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari

pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan

kematian (infeksi silang) ibu dan bayi baru lahir. (JNPK-KR, 2008)

Tangan telah dicuci dengan sabun.

58. Lengkapi partograf.

Rasional : Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi,

serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV

dan bayi baru lahir, itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai

catatan persalinan. Nilai dan catatan asuahan yang diberikan

kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala IV persalinan)

untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya

penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi

ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik,

(misalnya, pencegahan perdarahan pada kan IV persalinan).

Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan

untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan

persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.

(JNPK-KR, 2008).

Partograf telah dilengkapi.

117

Page 54: wahyunimalimegarezky.files.wordpress.com file · Web viewBAB III. TINJAUAN KASUS. Pada bab ini diuraikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “H” dengan inpartu kala II lama

Evaluasi

Tanggal 15 Agustus 2011, pukul 15.50 wita

1. Kala IV berlangsung normal.

2. Pemantauan pada jam pertama

a. Pukul 16.05 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, Suhu : 37ºC, TFU : 2

jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

b. Pukul 16.20 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

c. Pukul 16.35 wita : TD :110/80 mmHg , ND :80x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc

d. Pukul 16.50 wita : TD :110/80 mmHg , ND :78x/mnt, TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 15 cc

Pemantauan pada jam kedua

a. Pukul 17.20 wita : TD :120/80 mmHg , ND :82x/mnt, Suhu : 37ºC, TFU : 2

jari bpst, Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

b. Pukul 17.50 wita : TD :120/80 mmHg , ND :80x/mnt,TFU : 2 jari bpst,

Kontraksi : Baik , Kandung kemih : Kosong, Perdarahan : 10 cc

118