· Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah...

39
ALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr. H. Asmaran, AS, MA Dr. H. Burhanuddin Abdullah, M.Ag Dr. Irfan Noor, M.Hum Oleh Ahmad Alghifari Fajeri NIM. 1603520076 PROGRAM DOKTOR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI

Transcript of  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah...

Page 1:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

ALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Mata KuliahFilsafat Pendidikan Barat dan Islam

Dosen

Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. AgProf. Dr. H. Asmaran, AS, MA

Dr. H. Burhanuddin Abdullah, M.AgDr. Irfan Noor, M.Hum

Oleh

Ahmad Alghifari Fajeri NIM. 1603520076

PROGRAM DOKTOR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN 2016

Page 2:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER........................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 2

A. Latar Belakang Aliran Perenialisme........................... 2

B. Tokoh-tokoh dalam Pemikiran Perenialisme.............. 5

C. Pengaruh Aliran Perenialisme dalam Dunia Pendidikan 7

D. Konsep Dasar Aliran Perenialisme dalam Pendidikan 13

E. Analisis Kritis terhadap Konsep Aliran Perenialisme. 16

BAB II PENUTUP........................................................................ 23

A. Kesimpulan ................................................................ 23

B. Saran............................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

Page 3:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dari mitologi yang

berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati

dirinya yang asli sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang

menurut penciptanya sama sekali bukan mitos, melainkan cara berpikir empiris,

logis, dan realistis. Perkembangan filsafat mulai Yunani Kuno hingga zaman

modern dan pasca-modernisme mengantarkan kita pada zaman kegemilangan

pengetahuan bagi kehidupan manusia di dunia. Perkembangan tersebut

sesungguhnya merupakan bagian dari terbentuknya filsafat pendidikan. Latar

belakang setiap perkembangan mengisyaratkan bahwa pendidikan sangat penting

untuk kehidupan umat manusia.1

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat

pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan

menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia

tentang realitas, pengetahuan dan nilai. Brubacher mengelompokkan filsafat

pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif”, dan

filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romatik naturalism dari Rooesseau.

Yang kedua, didasari oleh filsafat idealism, realisme humanism (humanisme

rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut

melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.2

Melalui makalah ini, penulis akan membahas tentang Aliran Perenialisme

dalam Filsafat Pendidikan Islam.

Dalam makalah ini penulis akan membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Sejarah aliran perenialisme di Barat

2. Bagaimana aliran perenialisme dalam pandangan filsafat pendidikan

Islam

1 Anas Salahudin. Filsafat Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2011). hlm 562 Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2012) hlm 70

Page 4:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

BAB II

ALIRAN PERENIALISME

DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Aliran Perenialisme

Perenialisme diambil dari kata perennial, diartikan sebagai “continuing

throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” atau secara

sederhananya diartikan abadi atau kekal3. Aliran filsafat ini berpegang pada

kepercayaan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal.

Aliran Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman

modern telah menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan umat

manusia. Untuk mengatasi krisis ini perenialisme memberikan jalan keluar

berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regresive road to culture.

Oleh sebab itu perenialisme memandang penting peranan pendidikan dalam

proses mengembalikan keadaan manusia zaman modren ini kapada

kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah teruji

ketangguhannya.

Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir

sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang

baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,

ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,

intelektual dan sosio kultual. Sikap kembali kepada masa lampau bukanlah

berarti nostalgia, sikap yang membanggakan kesuksesan dan memulihkan

kepercayaan pada nilai-nilai asasi abad silam, tetapi berupaya menghidupkan

nilai-nilai tersebut sebab juga masih diperlukan dalam abad modern.

Perenialisme berpendapat bahwa untuk mengatasi gangguan

kebudayaan, diperlukan usaha untuk menemukan dan mengamankan

lingkungan sosio kultural, intelektual dan moral, dan inilah yang menjadi

3 Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2008) hlm 27

Page 5:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

tugas filsafat dan filsafat pendidikan. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini

adalah: Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler.4

Pendukung filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins dan

Mortimer Adler. Hutchins mengembangkan suatu kurikulum berdasarkan

penelitian terhadap Great Books (Buku Besar Bersejarah) dan pembahasan

buku-buku klasik. Perenialis menggunakan prinsip-prinsip yang dikemukakan

Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino. Pandangan-pandangan Plato dan

Aristoteles mewakili peradaban Yunani Kuno serta ajaran Thomas Aquino

dari abad pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya

Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles

sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai

pembaru dan reformer utama dalam abad ke-13.

Teori atau konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh

filsafat-filsafat Plato yang merupakan bapak edialime klasik, filsafat

Aristoteles sebagai bapak realisme klasik dan filsafat Thomas Aquinas yang

mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) gereja

katolik yang tumbuh pada zamannya (abad pertengahan).

Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan

keemasan filsafat perenialisme. Namun, mungkin saja perkembangan filsafat

perenial ini hanya dalam kerengka sejalan pemikiran barat saja, melainkan

juga terjadi di wilayah lainnya dan memang harus tetap diakui bahwasanya

jejak perkembangan filsafat perenial jauh lebih tampak dalam konteks sejarah

perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis filsafat khusus, filsafat

ini mendapat elaborasi sistem dari para perenialis barat, seperti Agostino

Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering disebut sebagai

kebijaksanaan universal, disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks

secara berangsur-angsur mulai runtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah satu

alasan yang paling dominan adalah perkembangan yang pesat dari filsafat

materialis. Filsafat materialis ini membawa perubahan yang radikal terhadap

paradigma hidup dan pemikiran manusia pada saat itu.

4 Abdul Khobir. Filsafat Pendidikan Islam. (Pekalongan: Stain Press, 2009) hlm 62

Page 6:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek

relita yang diabaikan, dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka. Filsafat

materialis ini begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern

yang merentang sejak abad ke-16 hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir

abad ke-20 dan awal abad ke-21, sehingga pada tiap-tiap bentuk pemikiran

baru yang muncul hingga pada zaman kontemporer. Dan zaman kontemporer

inilah dapat dikatakan zaman kebangkitan filsafat perenialisme.5

Aliran filsafat perenialisme menegaskan bahwa pendidikan diarahkan

pada upaya pengembangan kemampuan intelektual anak didik melalui

pemberian pengetahuan yang bersifat abadi, universal, dan absolut.6

Adapun jalan yang ditempuh adalah dengan cara regresif yakni kembali

kepada prinsip umum yang ideal yang dijadikan dasar tingkat pada zaman

kuno dan abad pertengahan. Prinsip umum yang ideal itu berhubungan

dengan nilai ilmu pengetahuan, realita dan moral yang mempunyai peranan

penting dan pemegang kunci bagi keberhasilan pembangunan kebudayaan

pada abad ini. Prinsip yang bersifat eksiomatis ini tidak terikat waktu dan

tetap berlaku dalam perjalanan sejarah.

Perkembangan konsep-konsep perenialisme banyak dipengaruhi oleh

tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, dan thomas Aquinas. Dalam pokok

pikirannya, Plato menguraikan ilmu pengetahuan dan nilai sebagai

manifestasi dan hukum universal yang abadi dan ideal. Sehingga, ketertiban

sosial hanya akan mungkin terwujud bila ide itu menjadi tolok ukur yang

memiliki asas normatif dalam semua aspek kehidupan.7

Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan

yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada

dalam pengayoman supremasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan

interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang

kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.

5http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/Pengertian-Aliran-Perenialisme-dan-Esensialisme-Menurut-Para-Ahli. html/ di akses 29 sept 2016

6 Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005) hlm 267 Parasetya. Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) hlm 35

Page 7:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

     Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan H.B

Hamdani Ali8 dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa Aristoteles sebagai

mengembangkan philosophia perenis, yang sejauh mana seseorang dapat

menelusuri jalan pemikiran manusia itu sendiri. ST. Thomas Aquinas telah

mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan agama Kristen

tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama

Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam bentuk awam maupun

dalam paham gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal

dengan nama perenialisme.

Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar

dalam lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan

aksiomatis lain seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari

itu juga semuanya mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme.

Neo-Scholastisisme atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan

ajaran-ajaran Thomas Aquinas dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya

mengenai perkembangan ilmu pengetahuan cukup dimengerti dan disadari

adanya. Namun semua yang bersendikan empirik dan eksprimentasi hanya

dipandang sebagai pengetahuan yang fenomenal, maka metafisika

mempunyai kedudukan yang lebih penting. Mengenai manusia di kemukakan

bahwa hakikat pengertiannya adalah ditekankan pada sifat spiritualnya.

Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang karenanya manusia dapat

mengerti dan memahami kebenaran-kebenaran yang fenomenal maupun yang

bersifat religi.

B. Tokoh-tokoh dalam Pemikiran Perenialisme

1. Plato

Plato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan

ketidakpastian, yaitu filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral

merupakan sofisme manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak

ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian dalam kebenaran, tergantung

8 Hamdani Ali. Filsafat Pendidikan. (Yogyakarta: Kota Kembang, 1993) hlm 64-65

Page 8:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

pada masing-masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang

hakiki itu tetap tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak

ada pada diri manusia dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki.

Menurut plato, “dunia ideal”, bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.

Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang

semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia tidak

mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilai

moral, melainkan bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Dengan

mengunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh

manusia.

2. Aristoteles

Aristoteles (348-322 SM), adalah murid plato, namun dalam

pemikiranya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya. Yaitu idealisme. Hasil

pemikirannya disebut filsafat realisme (realism clasik). Cara berfikir

Arithoteles berbeda dengan gurunya Plato, yang menekankan rasional

spekulatif. Arithoteles mengambil cara berfikir rasional empiris realitas. Ia

mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan

alam kehidupan manusia sehari-hari.

Aristoteles hidup pada abad ke empat sebelum masehi, namun ia

dinyatakan sebagai pemikir abad pertengahan. Karya-karya Aristoteles

merupakan dasar berfikir abad pertengahan yang melahirkan renaissance.

Sikap positifnya terhadap inkuiri menyebabkan ia mendapat sebutan sebagai

bapak sains moderen. Kebajikan akan menghasilkan kebahagiaan dan

kebajikan bukanlah pernyataan atau perenungan pasif, melalaikan

merupakan sikap kemauan yang baik dari manusia.

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani

sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya

dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai makhluk rohani manusia

sadar akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada

manusia ideal dan manusia sempurna.

Page 9:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

3. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mencoba mempertemukan satu pertentangan yang

muncul pada waktu itu, yaitu antara ajaran kristen dengan filsafat

(sebetulnya dengan filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan

dasar pemikiran logis adalah neoplationalisme dan plotinus yang

dikembangkan oleh St. Agustinus. Menurut Aquinas, tidak dapat

pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat Aristoteles) dengan ajaran

agama (kristen). Keduanya dapat berjalan dalam jalannya masing-masing.

Thomas aquinas secara terus menerus dan tanpa ragu-ragu mendasarkan

filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.

Pandangan tentang realitas, ia kemukakan, bahwa segala sesuatu yang

ada karena diciptakan oleh Tuhan, dan tergantung kepada-Nya. Mengalir

dari Tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya. Thomas Aquinas

menekankan dua hal dalam pemikiran tentang realitanya, yaitu dunia tidak

diadakan dari semacam bahan dasar dan penciptaan tidak terbatas untuk

suatu saat saja.

Dalam masalah pengetahuan, Thomas Aquina mengemukakan bahwa

pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan dunia luar dan akal budi

menjadi pengetahuan, selain pengetahuan manusia yang bersumber dari

wahyu, manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan melaui pengalaman

dan rasionya, (disini dia mengemukakan pandangan filsafat idealisme,

realisme, dan ajaran gerejanya). Filsafat aquinas disebut tomisme. Kadang-

kadang orang tidak membedakan antara neotonisme dengan perenialisme.9

C. Pengaruh Aliran Perenialisme dalam Dunia Pendidikan

Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia

yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan, seperti

halnya yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat

daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku

pendidik.

9 Anas Salahudin. Loc.Cit. hlm 57-59

Page 10:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

Pokok pikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah

manifestasi dari pada hukum universal yang abadi dan sempurna yaitu ideal,

sehingga ketertiban sosial hanya akan mungkin bila ide itu menjadi ukuran,

asas normatif dalam tata pemerintahan. Maka tujuan utama pendidikan adalah

“membina pemimpin yang sadar dan mempraktikkan asas-asas normatif itu

dalam semua aspek kehidupan. Menurut Plato, manusia secara kodrati

memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu, kemauwan dan pikiran. Pendidikan

hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar supaya

kebutuhan yang ada disetiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Ide-ide Plato

itu dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekat pada dunia

kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”. Untuk

mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi yang intelek

harus dikembangkan secara seimbang.10

Seperti halnya prinsip-prinsip Plato dan Aristoteles, pendidikan yang

dimaksud oleh Thomas Aquinas adalah sebagai “Usaha mewujudkan

kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata.

Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar dan mem beri bantuan kepada

anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.11

Pandangan Perenialisme memandang masa lampau adalah masa yang

cukup dijadikan pedoman, sementara pendidikan Islam memandang

pendidikan perlu pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas pendidikan Islam

senantiasa dilakukan terus menerus dan tanpa batas. Hal ini karena hakikat

pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir. Sejalan dengan konsensus

universal yang ditetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya:

“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini

(ajal).” (QS. 15: 99).

Demikian juga tugas yang diberikan pada lembaga pendidikan Islam

bersifat dinamis dan progresif mengikuti kebutuhan anak didik dalam arti

10 M. Solihin. Perkembangan Filsafat dari Klasik hingga Modern. (Bandung: Pustaka Setia. Cet I, 2007) hlm 88

11 Zuhairini, dkk. Loc. Cit hlm 29

Page 11:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

yang luas. Untuk menelaah tugas pendidikan Islam, dapat dilihat dari tiga

pendekatan, yaitu:

1. Pendidikan dipandang sebagai pengembangan potensi.

2. Pendidikan dipandang sebagai pewaris budaya.

3. Pendidikan dipandang sebagai interaksi antar potensi dan budaya.

Menurut Hasan Langgulung ketiga pendekatan itu tidak dapat berjalan

sendiri-sendiri, karena dimungkinkan adanya ketinggian penekanan pada satu

segi, sementara segi-segi lain proporsinya lebih kecil. Oleh sebab itu ia harus

berjalan secara sinergitas.12

Prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya

telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum

untuk sekolah dasar, menengah perguruan tinggi dan pendidikan orang

dewasa.

Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan

perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih mengarahkan pusat perhatiannya

pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme

memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan

keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme

tidak melihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip-prinsip

yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa kepribadian

manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno) dan kebudayaan abad

pertengahan.13

Tujuan dari pendidikan, menurut pemikiran perennialis, adalah

memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-

prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah. Tuntutan tertinggi

dalam belajar, menurut perenialisme adalah latihan dan disiplin mental. Maka

teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntutan tersebut.

Manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat rasional dan sifat itulah yang

melahirkan konsep dasar tentang kebebasan. Manusia memiliki senjata yang

12 Saidah A. Pemikiran Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, dan Pragmatisme dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 1, April 2015) hlm 173

13 Uyoh Sadulloh. Loc Cit hlm 73

Page 12:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

bersifat rasional tersebut untuk dapat menghilangkan belenggu atau rintangan

yang dihadapi dan menjadi merdeka. Kemerdekaan itu haruslah menjadi

tujuan dan dilaksanakan dalam pendidikan, supaya anak didik mempunyai

kemampuan untuk berbuat dengan sengaja. Atas dasar pandangan tersebut

dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada hakekatnya adalah belajar untuk

berpikir.

Kurikulum menurut kaum perenialis harus menekankan pertumbuhan

intelektual siswa pada seni dan sains, bidang-bidang yang merupakan karya

terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia untuk dapat

menjadi “terpelajar secara kultural”. Hanya satu pertanyaan untuk bidang

kurikulum yang harus diajukan: Apakah para siswa memperoleh keberhasilan

yang merepresentasikan usaha-usaha yang paling tinggi dalam bidang itu?

Jadi, seorang guru Bahasa Inggris SMU dapat mengharuskan para siswanya

untuk membaca Moby Dick-nya Melville atau sebagian dari drama

Shakepeare bukannya sebuah novel dalam daftar terlaris saat ini. Sama halnya

dengan siswa IPA akan mempelajari mengenai tiga hukum gerakan atau tiga

hukum termodinamika bukannya membangun suatu model penerbangan

ulang alik angkasa luar.

Kebijakan di dunia pendidikan yang relevan menyangkut beberapa

prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu :

1. Pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada

adalah sama walaupun lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan

adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan

dan kebajikan. Hutckin mengemukakan bahwa pendidikan harus

sama bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun ia berada,

demikian juga tujuan pendidikan harus sama yaitu memperbaiki

manusia sebagai manusia.

2. Manusia harus menggunakan rasio untuk mengarahkan sifat

bawaannya sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah

bebas namun mereka harus belajar untuk memperhalus pikiran dan

mengontrol seleranya.

Page 13:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

3. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang

kebenaran yang pasti dan abadi. Anak harus diberi pelajaran yang

pasti yang akan memperkenalkannya dengan keabadian dunia. Anak

tidak boleh dipaksa untuk mempelajari pelajaran yang tampaknya

penting suatu saat saja.

4. Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup melainkan

merupakan suatu persiapan untuk hidup. Di sekolah anak

berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya.

5. Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur

yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosial, politik

dan ekonomi.

M. Amin Abdullah14 menyebutkan bahwa ada empat model pemikiran

keislaman, yaitu model tekstual salafi, model tradisional mazhabi, model

modernis dan model neo modernis. Dari empat model ini, tekstual salafi

dianggap lebih dekat dengan perenialisme. Tektual salafi berupaya

memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung di dalam

Al-Quran dan Sunnah dengan melepaskan diri dari dan kurang

mempertimbangkan situasi kongkrit dinamika pergumulan masyarakat.

Masyarakat ideal yang diinginkan adalah masyarakat era masa Nabi

Muhammad saw. dan para sahabat yang menyertainya. Rujukan utama dari

pemikirannya adalah kitab Suci Al-Quran dan kitab-kitab klasik tanpa

menggunakan pendekatan keilmuan yang lain. Perbedaan model ini dengan

perenial terlihat dari sisi keinginan kaum perenial untuk kembali kepada jiwa

yang menguasai abad pertengahan, sementara tekstual salafi lebih kepada era

Nabi Muhammad saw.dan para sahabatnya.

Berbeda dengan Abdullah di atas, Muhaimin15 justru membagi tipologi

pemikiran filsafat Islam itu ke dalam lima kelompok, yaitu perenial esensial

salafi, perenial esensial mazhabi, modernis, perenial esensial kontekstual

14 Amin Abdullah. Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995) hlm 86

15 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 109 -110

Page 14:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

falsifikatif , dan rekonstruksi sosial yang berlandaskan tauhid. Dari kelima

tipologi tersebut, dua di antaranya sesuai dengan perenialisme yaitu perenial

esensial salafi dan perenial esensial mazhabi, meskipun memiliki perbedaan

dengan istilah salafi dan mazhabi.

Perenial esensial salafi merupakan konstruksi tipologi tekstual salafi

dilihat dari wataknya yang bersifat regresif dan konservatif, maka lebih dekat

dengan perenialisme dan essensialism. Hanya saja perenialisme menghendaki

agar kembali kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, sedangkan

model tekstual salafi menghendaki agar kembali ke masyarakat salaf (era

kenabian dan sahabat). Namun pada intinya keduanya lebih berwatak regresif.

Model pemikiran tekstualis salafi juga beranggapan bahwa nilai-nilai

kehidupan pada masyarakat salaf perlu dijunjung tinggi dan dilestarikan

keberadaannya hingga sekarang, baik nilai-nilai insyaniyah maupun nilai-

nilai Illahiyah, karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang

ideal. Karena itu keduanya juga berwatak konservatif, dalam arti sama-sama

hendak mempertahankan nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat terdahulu.

Dalam bangunan pemikiran filsafat pendidikan Islam, model ini dapat

dikatagorikan sebagai tipologi perennial tekstual salafi dan sekaligus

essensial tekstual salafi. Parameter dari perennial-tekstual salafi adalah watak

regresifnya yang ingin kembali ke masa salaf sebagai masyarakat ideal yang

dipahaminya secara tekstual. Parameter essensial-tekstual salafi adalah watak

konservatifnya untuk mempertahankan dan melestarikana nilai-nilai Illahiyah

dan insaniyah yang dipraktikkan pada masa salaf yang juga dipahami secara

tekstual tanpa adanya verifikasi dan kontekstualisasi. Untuk

menyederhanakan istilah pada medel filsafat pendidikan Islam pada tipologi

ini kita pakai istilah perennial-essensial salafi.

Sedangkan perenial esense mazhabi merupakan konstruksi tipologi

tradisional mazhabi dilihat dari wataknya lebih menonjolkan sifatnya yang

tradisional dan mazhabi. Watak tradisionalnya diwujudkan dalam bentuk

sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai,

norma dan adapt kebiasaan serta pola-pola piker yang ada secara turun

Page 15:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

menurun dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi sosio histories masyarakat

yang sudah mengalami perubahan dan perkembangan sebagai akibat dari

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan watak mazhabinya

diwujudkan dalam bentuk kecenderungannya untuk mengikuti aliran,

pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran sebelumnya yang

dianggap sudah relative mapan.

Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam, tipologi ini

berusaha membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian terhadap

khazanah pemikiran pendidikan Islam karya para ulama’ pada periode

terdahulu, baik dalam bangunan tujuannya pendidikannya, kurikulum atau

program pendidikan, hubungan pendidik dan peserta pendidik, metode

pendidikan, maupun lingkungan pendidikan (konteks belajar) yang

dirumuskannya. Bahkan ia juga merujuk atau mengadopsi produk-produk

pemikiran pendidikan dari para cendikiawan non muslim terdahulu tanpa

dibarengi dengan daya kritis yang memadai.

Dengan demikian tipologi filsafat pendidikan Islam ini lebih dekat

dengan perenialism dan essensialism, terutama dari wataknya yang regresif

dan konservatif. Maka berdasarkan tipologi tersebut tersusunlah tipologi

filsafat pendidikan yang disebut dengan perennial-esensial mazhabi.

D. Konsep Dasar Aliran Perenialisme dalam Pendidikan

1. Hakikat pendidikan

Tentang pendidikan kaum Perenialisme memandang education as

cultural regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses

mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan

masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan

adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti,

absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau

yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.Sejalan dengan hal di

atas, penganut Perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan

juga bersifatuniversal dan abadi.

Page 16:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

Robert M. Hutchins mengemukakan “Pendidikan mengimplikasikan

pengajaran. Pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan

dalah kebenaran. Kebenaran di mana pun dan kapan pun adalah

sama. Karena itu kapan pun dan di mana pun pendidikan adalah sama”.

Selain itu pendidikan  dipandang sebagai suatu persiapan untuk

hidup, bukan hidup itu sendiri. (Madjid Noor,dkk, 1987)

Filsafat pendidikan Perenialisme mempunyai empat prinsip dalam

pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:

a. Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat,

waktu, dan orang.

b. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas

kebenaran

c. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung

d. Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar

2. Tujuan umum pendidikan

Membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenaran-kebenaran

hakiki. Oleh karena itu kebenaran-kebenaran itu universal dan konstan,

maka kebenaran-kebenaran tersebut hendaknya menjadi tujuan-tujuan

pendidikan yang murni. Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai

dengan sebaik-baiknya melalui latihan intelektual secara cermat untuk

melatih pikiran dan latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan

manusia spiritual.

3. Hakikat Guru

Tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, dimana tugas

pendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran

(pengetahuan) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam

akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah

mendidik dan mengajarkan. Berikut pandangan aliran perenialisme

mengenai guru atau pendidikan:

a. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar di kelas.

Page 17:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

b. Guru hendaknya orang yang menguasai suatu cabang ilmu,

seorang guru yang ahli (a master teacher) bertugas membimbing

diskusi yang akan memudahkan siswa menyimpulkan

kebenaran-kebenaran yang tepat, dan wataknya tanpa cela. Guru

dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu

bidang pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan.

4. Hakikat murid

Murid dalam aliran perenialisme merupakan makhluk yang

dibimbing oleh prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi,

pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat pendidikan upaya proses

transformasi pengetahuan dan nilai kepada subjek didik, mencakup

totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, sikap dan tindakan kritis terhadap

seluruh fenomena yang terjadi di sekitarnya. Pendidikan bertujuan

mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara

seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional;

perasaan dan indera. Karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan

manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual, imajinatif, fisik,

ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan

mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai

kesempurnaan.

5. Proses Belajar Mengajar

Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme, adalah

latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah

mengarah kepada tuntunan tersebut.

Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:

a. Mental disiplin sebagai teori dasar

Menurut Perenialisme sependapat latihan dan pembinaan

berpikir adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar, atau

keutamaan dalam proses belajar. Karena program pada umumnya

dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.

b. Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan

Page 18:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama

pendidikan, otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna

mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan hendaknya

membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakannya

dari makhluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi

tujuan itu, yaitu aktualisasi diri manusia sebagai makhluk

rasional yang bersifat merdeka.

c. Leraning to Reason (belajar untuk berpikir)

Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar

supaya mampu berpikir. Perenialisme tetap percaya dengan asas

pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak.

Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan

landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning

to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah

dan pendidikan tinggi.

d. Belajar sebagai persiapan hidup

Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata-mata tujuan

kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka

aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula

guna memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial

politik, ilmu dan seni.

e. Learning through teaching

Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara

antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai

murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru

mengembangkan potensi-potensiself discovery, dan ia melakukan

otoritas moral atas murid-muridnya, karena ia seorang

profesional yang memiliki kualifikasi dan superior dibandingkan

dengan murid-muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang

lebih.

f. Kurikulum

Page 19:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

Kurikulum menurut kaum perenialis harus menekankan

pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk

menjadi “terpelajar secara cultural” para siswa harus berhadapan

dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang

diciptakan oleh manusia.

Dua dari pendukung filsafat perenialis adalah Robert Maynard

Hutchins, dan Mortimer Adler. Sebagai rektor the University of Chicago,

Hutchin (1963) mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1

berdasarkan penelitan terhadap Buku besar bersejarah (Great Book) dan

pembahasan buku-buku klasik. Kegiatan ini dilakukan dalam seminar-

seminar kecil. Kurikulum perenialis Hutchins didasarkan pada tiga asumsi

mengenai pendidikan:

a. Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang

berlangsung terus menerus. Kebenaran apapun akan selalu benar

dimanapun juga. Kebenaran bersifat universal dan tak terikat

waktu

b. Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan

pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada

gagasan- gagasan. Pengolahan rasionalitas manusia adalah fungsi

penting pendidikan

c. Pendidikan harus menstimulus para mahasiswa untuk berfikir

secara mendalam mengenai gagasan-gagasan yang signifikan.

Guru atau tenaga pendidik harus menggunakan pemikiran yang

benar dan kritis seperti metoda pokok mereka dan mereka harus

mensyaratkan hal yang sama pada siswa.

E. Analisis Kritis terhadap Konsep Aliran Perenialisme

1. Nilai positif

a. Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip

umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno

dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan

Page 20:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang

telah teruji dan tangguh.

b. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada

seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa

harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan

karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.

c. Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan

dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis,

dan berhitung merupakan landasan dasar.

d. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau

proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam

kebudayaan ideal. Perenialisme memberikan sumbangan yang

berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan

pendidikan zaman sekarang.

e. Dalam pendidikan perenialisme, siswa diberi kebebasan untuk

mengembangkan bakat dan kemampuannya dan siswa diberi

kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.

f. Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau

pertanyaan yang timbul diawal pembelajaran. Dengan mendapatkan

sendiri jawaban itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang

sedang dipelajari.

g. Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah

memilki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan

dalam kehidupan masyarakat.

2. Nilai negatif

a. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan

kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini

menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak

Page 21:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa

lalu.

b. Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena

menurut mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan,

ketidakpastian dan ketidakteraturan terutama dalam kehidupan moral,

intelektual, dan sosio-kultural.

c. Fokus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin

pengetahuan abadi, hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian

pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.

d. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi

sekolah. Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru.

e. Dalam pendidikan perenialisme, siswa menjadi orang yang

mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki

self discipline dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

f. Aliran Perenialisme memandang bahwa masa lampau adalah masa

yang cukup untuk dijadikan sebagai pedoman, sementara dalam Islam

memandang pendidikan perlu pencapaian tujuan. Oleh karena itu,

tugas pendidikan Islam senantiasa dilakukan terus menerus dan tanpa

batas.

3. Solusi yang coba ditawarkan

a. Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara

pengetahuan dan kegiatan sehari-hari siswa yaitu dengan

menyeimbangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru

dikelas tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja.

b. Perenialis harus lebih bisa terbuka terhadap perubahan yang terjadi

disetiap zaman karena suatu perubahan tidak selalu berdampak buruk

atau memberi pengaruh negatif dalam kehidupan moral, intelektual,

dan sosio-kultural. Harus dapat menyaring perubahan-perubahan yang

terjadi.

c. Dalam pembelajaran kaum perenialisme harus lebih memperhatikan

kurikulum yang telah berlaku. Karena kurikulum merupakan acuan

Page 22:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

dasar bagi setiap penyelenggara pendidikan. Kurikulum berperan

penting guna menjalankan proses pendidikan.

d. Dalam pendidikan menurut kaum perenialisme harus lebih

mementingkan pendidikan bagi peserta didik agar peserta didik

mempunyai konsep diri yang kuat dan memiliki displin ilmu. Peserta

didik harus didik untuk kebih memperhatikan kepentingan umum.

Karena peserta didik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat

dan kepentingan umum merupakan kepentingan yang harus berada di

atas kepentingan pribadi.

Bab III

PENUTUP

Page 23:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

A. Kesimpulan

Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:

1. Menurut Plato adalah Program pendidikan yang ideal harus

didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal. Sedangkan

tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar

akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek

kehidupan.

2. Menurut Aristoteles adalah Perkembangan budi merupakan titik

pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk

mencapainya. Sedangkan tujuan pendidikan adalah membentuk

kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan

kesadaran menurut aturan moral.

3. Menurut Thomas Aquinas adalah Pendidikan adalah menuntun

kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau

nyata. Sedangkan tujuan pendidikan adalah menuntun kemampuan-

kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung

pada kesadaran tiap-tiap individu.

B. Saran

Kepada setiap mahasiswa/i yang membaca makalah ini agar dapat

memberikan masukan, tanggapan, dan komentar yang positif serta

membangun agar makalah ini lebih sempurna.

Daftar Pustaka

Page 24:  · Web viewALIRAN PERENIALISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Barat dan Islam Dosen Prof. Dr. H. Syaifuddin Sabda, M. Ag Prof. Dr.

Abdullah, Amin. 1995 Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ali, Hamdani. 1993 Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang

http://luphypamali.blogspot.com/2012/03/Pengertian-Aliran-Perenialisme-dan-Esensialisme-Menurut-Para-Ahli. html/ di akses 29 sept 2016

Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: Stain Press

Muhaimin. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Gaya Media Pratama

Parasetya. 2002. filsafat pendidikan, Bandung: Pustaka Setia

Sadulloh, Uyoh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Saidah A. Pemikiran Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, dan Pragmatisme dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 1, April 2015

Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Solihin, M. 2007 Perkembangan Filsafat dari Klasik hingga Modern. Bandung: Pustaka Setia. Cet I

Zuhairini dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara